hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambu

advertisement
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS CIBITUNG JAMPANGKULON
KABUPATEN­SUKABUMI TAHUN 2012
Riska Puspita, Rahmat Sudiyat, Sumbara
ABSTRAK
Prevalensi penderita skizofrenia di indonesia adalah 0,3 - 1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18 - 45
tahun, namun ada juga yang baru berusia 11 - 12 tahun sudah menderita skizofrenia (Arif, 2006:4). Dari beberapa penilitian menunjukan beberapa faktor penyebab terjadinya kekambuhan Penderita skizofrenia adalah
kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut.
Keluarga merupakan pendukung utama dalam proses penyembuhan klien skizofrenia untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Metode penelitian ini deskriptif korelasi pendekatan cross sectional, menggunakan teknik total
sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 42 responden. Analisis data melelui dua tahapan, yaitu univariat
untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan (chi square). Hasil penelitian
menunjukan bahwa dukungan keluarga sebagian besar keluarga 54,2% tidak mendapatkan dukungan. Dari
subvariabel dukungan informasional (54,2%) tidak mendapatkan dukungan, dukungan penilaian (52,4%) tidak
mendapatkan dukungan, dukungan instrumental (54,2%) tidak mendapatkan dukungan, dukungan emosional
(52,4%) tidak mendapatkan dukungan. Perlu ditingkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang dukungan keluarga terhadap kekambuhan. Hasil penelitian kekambuhan menunjukan bahwa kekambuhan ringan
(26,2%), kekambuhan sedang (33,3%), kekambuhan tinggi (40,5%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan klien skizofrenia pvalue = 0.035 < alpha 0.05
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ho diterima, berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada klien skizofrenia di Puskesmas Cibitung- Jampangkulon Kabupaten
Sukabumi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan perlu di lakukan penyuluhan terhadap masyarakat
mengenai dukungan keluarga di rumah agar tidak terjadi kekambuhan lagi.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kekambuhan Skizofrenia
ABSTRACT
The prevalence of schizophrenia in Indonesia is is 0.3 - 1% and usually occurs around the age of 18-45 years,
but some as young as 11-12 years already suffer from schizophrenia (Arif, 2006:4). The studies show some of
the factors causing relapse of schizophrenia in patients is the lack of participation of the family in the care of
family members with the disease. Family is a major supporter of the client in the healing process to prevent the
recurrence of schizophrenia. The research method used was the descriptive cross sectional correlation approach,
using total sampling technique, with a total sample of 42 respondents. Data analysis through two stages to see
univariate frequency distributions and bivariate analyzes to examine the relationship (chi square). The results
showed that most families do not have the support of 54.2%. From subvariabel informational support (54.2%)
do not get support, appraisal support (52.4%) do not get support, instrumental support (54.2%) do not get
support, emotional support (52.4%) do not get support. The data all strongly point to the need for improved
knowledge and understanding of family against recurrence. The results showed that the recurrence of mild recurrence (26.2%), recurrence was (33.3%), high recurrence (40.5%). The result showed that there is a relationship between family support clients with relapse of schizophrenia value = 0.035 <α 12:05 concluded that Ho is
rejected and Hα accepted, there is a significant association between family support with relapse in schizophrenia
in the health center clients Cibitung-Jampangkulon of Sukabumi regency. Based on these results there exists a
demonstrable need to be advised to do outreach to the community about family support in the home to ameliorate
further recurrence.
Keywords: Family Support Client Schizophrenia Relapse
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern,
dan negara industri. Keempat masalah kesehatan utama
itu adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan
kecelakaan. Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik yang
seharusnya kedudukannya disejajarkan dengan penyakitpenyakit fisik lainnya. Biarpun tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi gangguan jiwa merupakan ketidakmampuan pada diri individu sehingga dengan adanya
ketidakmampuan itu akan menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari, 2001).
Klien gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan
diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya
dibandingkan individu yang menderita penyakit medis
lainya. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang paling sering
terjadi adalah Skizofrenia. Istilah Skizofrenia berasal dari
dua kata Skizo yang berarti retak dan frenia yang berarti
jiwa (Hawari, 2001).
Skizofrenia ini dari sudut adanya gangguan pada susunan saraf pusat (otak), yang mengakibatkan kerusakan
yang terjadi pada bagian otak yang mengakibatkan gangguan pada prilaku manusia (Hawari, 2003). Prevalensi
klien skizofrenia di indonesia adalah 0,3 - 1% dan biasanya
timbul pada usia sekitar 18 - 45 tahun, namun ada juga
yang baru berusia 11 - 12 tahun sudah menderita skizofrenia (Arif, 2006).
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Hubungan antara dukungan keluarga dengan
kekambuhan klien skizofrenia di Puskesmas Cibitung –
Jampangkulon Kabupaten Sukabumi tahun 2012, sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap klien skizofreni
2. Untuk mengetahui gambaran kekambuhan klien skizofrenia.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
dukungan keluarga dengan kekambuhan klien skizofrenia.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskritif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian korelasional adalah penelitian mengenai semua anggota kelompok yang dipilih sebagai subjek
penelitian diukur mengenai dua jenis variabel yang diselidiki, kemudian dihitung untuk mengetahui koefisien korelasinya (Arikunto, 2002). Pada penelitian ini, akan meneliti
ada tidanya hubungan antara dukungan keluarga dengan
kekambuhan klien skizofrenia di Puskesmas Cibitung –
Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.
Populasi pada penelitian ini adalah semua keluarga
klien skizofrenia yang berada dirumah mempunyai klien
skizofrenia yang sudah lama (> 2 tahun) yaitu sebanyak 42
keluarga klien skizofrenia. Sampel yang digunakan untuk
pengambilan anggota sampel menggunakan total sampling
yaitu tehnik pengambilan sampel secara keseluruhan dari
semua populasi. Sampel pada penelitian ini sebanyak 42
orang keluarga klien skizofrenia. Variabel independen/
bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga, variabel dependen pada penelitian ini adalah kekambuhan klien
skizofrenia.
Analisis Univariat
a. Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Klien
Skizofrenia
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap Klien Skizofrenia di
Puskesmas Cibitung Jampangkulon Kabupaten Sukabumi Tahun 2012
Dukungan
Jumlah
Persentase
Mendukung
19
45,2
Tidak Mendukung
23
54,8
Jumlah
42
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dukungan keluarga dari 42 responden, sebagian besar dari responden yaitu
sebanyak 23 orang (54,8%) dalam kategori tidak mendukung.
Gambaran mengenai komponen dukungan keluarga
pada klien skizofrenia di Puskesmas Cibitung-Jampangkulon Kabupaten Sukabumi Tahun 2012, dicantumkan dalam
tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Komponen Dukungan Keluarga
No.
Jenis
Dukungan­
Keluarga
Mendukung
f
Tidak mendukung
Jumlah
%
f
%
f
%
1
Informasional
19
45,2
23
54,2
42
100
2
Penilaian
20
46,7
22
52,4
42
100
3
Instrumental
19
45,2
23
54,2
42
100
4
Emosional
20
46,7
22
52,4
42
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 42 orang
responden yang diteliti, sebagian besar dari responden
memiliki dukungan keluarga dari komponen dukungan
informational dan dukungan instrumental dalam kategori
tidak mendukung yaitu sebanyak 23 orang (54,2%). Selanjutnya sebagian besar dari responden memiliki dukungan
penilaian dan dukungan emosional dalam kategori tidak
mendukung sebanyak 22 orang (52,4%).
b. Gambaran Kekambuhan Klien Skizofrenia
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Puskesmas
Cibitung Jampangkulon Kabupaten Sukabumi Tahun 2012
Jumlah
Persentase
Ringan
11
26,2
Sedang
14
33,3
Tinggi
17
40,5
Jumlah
42
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kekambuhan
dari 42 responden yang diteliti, ternyata hampir setengahnya dari responden yaitu sebanyak 17 orang (40,5%) terma-
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
suk dalam kategori kekambuhan tinggi.
Analisis Bivariat
a. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kekambuhan Klien Skizofrenia.
yang semestinya diberikan oleh keluarganya (Yosep, 2009).
Dari tabel 4.2 dapat dilihat, sebagian besar dari responden memiliki dukungan informasional dan dukungan instrumental dalam kategori tidak mendukung sebanyak 23
orang (54,2%). Dukungan penilaian : memberikan support,
Tabel 4
penghargaan dan perhatian. Dukunga instrumental : memDistribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekamberikan bantuan kebutuhan makan dan minum, istirahat
buhan Klien Skizofrenia di Puskesmas Cibitung - Jampangkulon
Kabupaten Sukabumi Tahun 2012
dan terhindarnya penderita dari kelelahan.
Perananan keluarga sangat diperlukan untuk membentu
pemulihan penderitan dan mencegah kekambuhan yaitu
Kekambuhan Pasien SkizoPDukungan
prenia
Jumlah
melalui dukungan emosional yang diberikan kepada penValue Alpha
Keluarga
derita dan menghindari sikap permusuhan terhadap pendRingan Sedang
Berat
erita, keluaga juga mempunyai peran penting dan mereka
Mendu8
7
4
19
harus waspada dan mengawasi penderita setiap saat. Merkung
(42,1%) (36,8%) (21,1%)
eka juga membantu penderita dalam kegiatan sehari-hari
0,05
Tidak
3
7
13
23
0,035
untuk mengurangi ketegangan perasaan, keluarga juga haMendu(13,0%) (30,4%) (56,5%)
kung
rus membantu untuk memberikan obat pada penderita dan
Jumlah
11
14
17
42
membawanya untuk periksa ulang.
(26,2%) (33,3%) (40,5%)
Selanjutnya dari data hasil penelitian sebagian besar
dari responden untuk dukungan penilaian dan dukungan
Hasil penelitian mengenai hubungan dukungan kelu- emosional yang diberikan oleh keluarga menurut persepsi
arga dengan kekambuhan klien skizofrenia yang dilakukan pasien menunjukan masing-masing presentasi yang sama
terhadap 42 responden di Puskesmas Cibitung-Jampang- yaitu (52,4 %) atau sebanyak 22 orang dalam kategori tidak
kulon Kabupaten Sukabumi Tahun 2012 didapatkan bahwa mendukung. Dukungan penilaian : memberikan support,
dari 19 responden yang mendukung hampir setengahnya penghargaan dan perhatian. Dukungan emosional : menklien mengalami kekambuhan yang ringan sebanyak 8 cakup ungkapan empati, kepercayaan, perhatian, mendenorang (42.1%) dan dari 23 responden yang tidak mendu- garkan dan didengarkan.
kung sebagian besar klien mengalami kekambuhan yang
Pasien skizofrenia memerlukan perawatan yang
berat sebanyak 13 orang (56.5%).
berkelanjutan dan berkesenambungan. Disini lah peran serHasil uji statistik diperoleh pvalue = 0.035 < alpha0.05 ta keluarga sangat diperlukan dalam merawat klien skizodapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ho diterima, be- frenia. Keluarga bukan saja berperan dalam penyediaan
rarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan kelu- dana tetapi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
arga dengan kekambuhan pada klien skizofrenia.
yang tepat dalam perawatan klien skizofrenia pada saat
klien berada di rumah.
HASIL PENELITIAN
Keluarga yang mempunyai klien skizofrenia cenderung
Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Klien tertutup dan enggan diwawancarai, hal ini dapat disebabSkizofrenia­
kan oleh stigma, rasa malu dan penyalahan dari lingkunDari hasil analisis tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari gan sosial yang dialami keluarga. Bagi beberapa keluarga
42 responden yang diteliti, sebagian besar dari responden kehadiran skizofrenia menimbulkan aib yang besar. Beban
yaitu sebanyak 23 orang (54,2%) dalam kategori tidak berat juga dipikul keluarga klien, anggota keluarga menjadi
mendukung. Dukungan keluarga adalah sebuah proses malu dan merasa ikut di jauhi masyarakat. Kadang mereka
yang menjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dipojokan sebagai penyebab gangguan yang di alami klien
dukungan terhadap sosial berbeda-beda dalam berbagai
Keluarga berperan penting dalam peristiwa terjadinya
tahapan. Peran dan dukungan dari anggota keluarga meru- gangguan jiwa dan proses penyesuian kembali setiap klien.
pakan sumber dukungan yang pertama bagi klien skizo- Peran serta keluarga dalam proses pemulihan dan mencefrenia. Dukungan keluarga seperti dari anak, istri, suami, gah kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat diperkerabat dan teman dekat (Gultom, 2000).
lukan, setelah sembuh pihak rumah sakit memulangkan
Dukungan keluarga sangat penting terhadap pasien klien kelingkungan keluarga dan umumnya beberapa hari,
gangguan jiwa karena klien gangguan jiwa sangat memer- minggu atau bulan di rumah, klien kembali dirawat dengan
lukan perhatian dari keluarganya. Keluarga merupakan alasan perilaku klien yang tidak dapat diterima oleh kelusistem pendukung utama yang memberikan perawatan arga dan lingkungan. Klien selama di rumah yaitu tidak dilangsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit pasien. perkenankan keluar rumah, setiap ada tamu dilarang keluar
Apabila keluarga memahami kebutuhan anggota keluarg- kamar dan gerak gerik klien diawasi dengan sikap curiga.
anya yang sakit maka keluarga akan memberikan dukun- Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam
gan untuk melakukan pengobatan. Sebaliknya apabila kelu- proses perawatan dirumah (Keliat , 1996).
arga tidak memahami kebutuhan anggota keluarganya yang
Gambaran Kekambuhan Klien Skizofrenia
sakit, maka akan memperburuk perjalanan gangguan jiwa
Kekambuhan adalah suatu kondisi dimana seseorang
karena pasien tidak mendapatkan perhatian dan dukungan mengalami sakit dengan tanda dan gejala seperti yang per-
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
nah diderita sebelumnya ( Stuart and Sundeen, 1998).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
hampir setengah dari responden mengalami kekambuhan
yang ringan sebanyak 11 orang (26.2%), hampir setengah
dari responden mengalami kekambuhan yang sedang sebanyak 14 orang (33.3%), dan hampir setengah dari responden mengalami kekambuhan yang berat sebanyak 17 orang
(40.5%).
Keluarga juga kerap menjadi korban pertama jika klien
mengalami kekambuhan. Akibatnya, banyak anggota keluarga putus asa dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan
memasung penderita dengan berbagai cara. Banyak faktor
penyebab terjadinya kekambuhan klien skizofreni adalah
kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit skizofrenia. Salah satu penyebab adalah keluarga yang tidak tahu
menangani perawatan di rumah, keluarga jarang mengikut
sertakan klien dalam kegiatan sehari-hari di rumah.
Keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah dikatakan
sebagai keluarga yang suportif, menunjukkan simpati, kasih sayang, perhatian, tanpa menjadi overprotektif. Pasien
yang tinggal dengan keluarga yang memiliki ekspresi
emosi yang tinggi memiliki resiko terjadinya relaps yang
makin besar. Psikoedukasi keluarga merupakan suatu jembatan yang membuat keluarga menjadi sadar dengan keadaan penyakit pasien dan dengan demikian menurunkan
ekspresi emosi keluarga sehingga resiko terjadinya relaps
dapat dikurangi. Keluarga merupakan tempat klien belajar,
mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Agar
keluarga memberikan dampak terhadap klien yang menjadi
anggota keluarga tersebut, maka diharapkan anggota keluarga dapat berfungsi dan berperan secara kondusif (Keliat,
1996 : 9).
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Klien Skizofrenia
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan klien
skizofrenia pvalue = 0.035 < alpha 0.05 dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ho diterima, berarti ada hubungan
yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada klien skizofrenia di Puskesmas Cibitung- Jampangkulon Kabupaten Sukabumi adalah banyak yang tidak
mendukung kepada klien skizofrenia.
Kekambuhan adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami sakit dengan tanda dan gejala seperti yang pernah diderita sebelumnya ( Stuart and Sundeen, 1998).
Keluarga harus melakukan tindakan untuk membantu
menumbuhkan sikap mandiri dalam diri klien, keluarga
harus sabar dan menerima kenyataan. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita
semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan
tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik, jika dukungannya bagus kepada klien skizofrenia maka kekambuhan semakin kecil, jika dukungan keluarga kurang kapada klien
skizofrenia maka semakin tinggi kekambuhan klien skizofrenia untuk kembali lagi penyakitnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan : 1).Sebagian besar keluarga tidak mendukung kilen
skizofrenia, 2).Hampir setengah dari keluarga mengalami
kekambuhan yang tinggi, 3).Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada klien skizofrenia.
Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh bahwa
(pvalue = 0.035).
Sehingga disarankan : 1). Bagi Keluarga : diharapkan
keluarga untuk berperan serta dan mengikuti proses keperawatan terhadap anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Agar keluarga mampu mengantisipasi ketika klien
kambuh dan memperkecil kekambuhannya dan dapat melibatkan klien dalam aktivitas sehari-hari,
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi. (2009). Dukungan Keluarga. Diambil tanggal 19
April 2012 dari http://www:rajawana.com
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
_______ . (2003). Prosedur Penelitian, Suatu Praktik.
Jakarta:­ Bina Aksara.
_______. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. (2007). Menejemen Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
A. Aziz Alimul Hidayat, 2007. Metode Penelitian Dan
Teknik Analisis Data, Jilid 1, Jakarta, Salemba Medika.
Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas edisi ke-3.
Yogyakarta:­Pustaka Pelajar.
_______. (2002). Reliabilitas dan Validitas edisi ke-3.
Yogyakarta:­Pustaka Pelajar.
_______. (2005).
Sikap
Manusia
dan
Teori
Pengukurannya­ edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Friedman, MM. 1998.Keperawatan Keluarga Teori dan
Praktis. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Gultom. (2000). Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta
Hawari, D. (2003). Pendekatan Holistik Pada Gangguan
Jiwa : Skizofrenia,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Iman Setiadi Arif, M.Si., psi. (2006). Skizofrenia Memahami­
Dinamika Keluarga Pasien, Bandung.
Iyus Yosep, S.kp., M.Si.( 2009). Keperawatan Jiwa, Edisi
Revisi, Bandung.
Keliat, B.A. (1996). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan­
Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta.
Maramis, W.F. ( 2004 ). Catatan Ilmu Kedokteran. Jakarta
: Erlangga.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
_______. (2005). Promosi Kesehaan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
_______. (2007). Promosi Kesehaan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung :
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
ALFABETA.
_______. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif &
Kuantitaf dan R & D. CV Alfabeta. Bandung.
Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan jiwa. Edisi 3.
Jakarta:­penerbit Buku Kedokteran EGC
STIKes Bhakti Kencana. (2012). Buku Panduan Penulisan
dan Penyusunan Skripsi. Bandung.
Tim Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi STIKES BHAKTI
KENCANA BANDUNG.
(2011). Buku Panduan Penulisan dan Penyusuna Skripsi.
Bandung : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Kencana Bandung.
Download