MANAJEMEN LABA PADA PERIODA SEBELUM DAN SESUDAH PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA: ANALISIS DENGAN MODEL DEANGELO ELISA INDAH ERNI EKAWATI Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 MANAJEMEN LABA PADA PERIODA SEBELUM DAN SESUDAH PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA: ANALISIS DENGAN MODEL DEANGELO ABSTRACT The previous research found empirical evidence about existence of earnings management of suurounding IPO (Initial Public Offerings). Previous research also found that operating performance at period after IPO less than before IPO. The purposes of this research is to reexamine earnings management surrounding IPO and association earnings management surrounding IPO with the operating performance in Indonesian capital market. This study uses the companies data conducting IPO on 88 firms that went at Jakarta Stock Exchange for the periods 1995-2002. Company do not the included in industrial group of property, real estate and building construction, and industrial group of finance. The method used to examine earnings management are the method that develop by DeAngelo. The result of this study by using t-test is found that firms manage their earnings to increase reported income before IPO and after IPO. It means that IPO issuers make income increasing discretionary accruals in the financial statement before IPO and in the financial statement after IPO. In this study by using double regression examination also found that operating performance after IPO less than before IPO. This condition is consequence firms conduct earnings management before IPO until happen underperformance after IPO. Keywords: IPO, earnings management, income increasing discretionary accruals, operating performance, DeAngelo model. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan menawarkan saham pada publik untuk yang pertama kali. Dengan melakukan IPO atau go public, perusahaan akan mendapatkan tambahan dana yang dapat dipergunakan untuk pengembangan usahanya. Pada saat melakukan penawaran saham perdana (IPO), perusahaan harus menyediakan prospektus yang berisi informasi keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan atau akuntansi berguna bagi investor dan kreditur (dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan) untuk menilai suatu perusahaan dan untuk mengambil keputusan investasi. Informasi akuntansi yang tidak valid dapat menyebabkan investor salah mengambil keputusan. Dengan demikian laporan keuangan sangat penting bagi investor, karena melalui media inilah investor memahami keadaan emiten di masa lalu sebelum membuat keputusan yang akan diambilnya. Selama ini jarang ada media yang menggambarkan kondisi suatu peerusahaan sebelum perusahaan tersebut go public, sehingga investor cenderung menyandarkan diri kepada prospektus untuk mengetahui informasi dan menilai perusahaan yang go public tersebut. Minimnya informasi yang tersedia di pasar modal tersebut memotivasi manajer melaporkan informasi yang menguntungkan dengan mempercantik laporan keuangannya (fashioning Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 accounting reports) dengan melakukan rekayasa laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan penerimaan melalui pengaturan tingkat laba yang dilaporkan (manajemen laba). Di Indonesia manajemen laba dikenal juga dengan istilah earnings management. Manajemen laba adalah intervensi langsung manajer dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun perusahaan. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Perlu dicatat disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih cenderung dikaitkan dengan pemilihan metoda akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Dalam hubungan dengan penawaran saham perdana (Initial Public Offerings), manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang akan go public dengan harapan agar saham yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar semakin tinggi pula penerimaan mereka. Tingginya tingkat keuntungan yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor tingkat penting yang dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan menanamkan investasinya atau tidak. Manajemen laba pada seputar penawaran saham perdana (IPO) dengan menaikkan laba (income increasing) merupakan fenomena yang logis sebab manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (asimetri informasi). Kesuperioran tersebut mendorong dan memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangannya, baik pada perioda sebelum dan sesudah IPO. Penggunaan accruals ini dapat dilakukan dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan masa sekarang dan biaya sekarang menjadi biaya masa depan, sehingga laba pada perioda sekitar IPO dilaporkan lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibatnya, akan terjadi penurunan laba dan kinerja perusahaan pada perioda setelah IPO. Penelitian terdahulu telah melaporkan keberadaan fenomena manajemen laba sebagai suatu wujud dari pencapaian keuntungan bagi perusahaan. Uniknya, fenomena tersebut tidak selamanya terbukti, walaupun secara teoritis memungkinkan bagi manajer untuk mamanipulasi laba yang dilaporkan. Beberapa penelitian dengan topik dan obyek yang sama justru yang sama justru menemukan hasil yang tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian lanjutan perlu dilakukan sebagai upaya untuk menguji validitas eksternal penelitian terdahulu. Bukti-bukti empiris tentang adanya manajemen laba antara lain ditunjukkan oleh Healy (1985), Ayres (1986), DeAngelo (1988), Jones (1991), Pourciao (1993), Friedlan (1994), Teoh, et al (1998), dan Rangan (1998). Sementara itu, penelitian-penelitian yang tidak menemukan adanya bukti adanya manajemen laba atau terbukti tetapi lemah antara lain adalah DeAngelo (1986), Liberty dan Zimmerman (1986), dan Aharony, et al (1993). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada jumlah sampel, tahun penelitian, dan menggunakan pendekatan model DeAngelo. Selain itu peneliti tidak hanya meneliti keberadaan atau ketiadaan manajemen laba, tetapi juga meneliti bahwa terjadi penurunan kinerja operasional perusahaan pada perioda setelah IPO. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 2 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 B. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS B.1. Manajemen Laba Manajemen laba diartikan sebagai “disclosure management in the sense of purposeful intervention in the external reporting process, with intent of obtaining some private gain” (Schipper, 1989:92). Dari pengertian tersebut jelas bahwa manajemen laba merupakan intervensi langsung manajer dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun perusahaan. Scott mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh manajer antara lain (Scott, 1997:383-384): a. Taking a Bath Terjadinya taking a bath pada perioda stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO yang baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer merasa dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekwensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. b. Income Minimization Bentuk ini dilakukan sebagai alasan politis pada perioda laba yng tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk Research and Development, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi minyak, gas dan sebagainya. c. Income Maximization Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang, manajer cenderung untuk memaksimalkan laba. d. Income Smoothing Income smoothing merupakan bentuk manajemen laba yang paling populer dan sering dilakukan oleh manajer. Manajemen laba dilakukan oleh manajer dengan cara menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi dalam melaporkan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi. Menurut Scott (1997: 377-383), terdapat berbagai motivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu: a. Bonus Schemes (Rencana Bonus) Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus dibandingkan yang tidak memiliki. Manajer akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya. b. Contractual Motivations (Motivasi Kontrak) Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi positif yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba perioda mendatang ke perioda berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 3 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 c. Political Motivations (Motivasi Politik) Perusahaan yang cenderung melakukan monopoli, maka manajernya akan berusaha untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang. d. Taxation Motivations (Motivasi Perpajakan) Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. e. Changes of Chief Executive Officer (Pergantian CEO) Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, jika penilaian kinerja berdasarkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya jelek akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment). f. Initial Public Offering (IPO) Manajer perusahaan akan melakukan earning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Secara garis besar, teknik melakukan manajemen laba dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Memanfaatkan Peluang untuk Membuat Estimasi Akuntansi Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap estimasi akuntansi antara lain; estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lainlain. b. Mengubah Metoda Akuntansi Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah meetoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus. c. Menggeser Perioda Biaya atau Pendapatan Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan operasional (Fischer dan Rozenzweig, 1995; Bruns dan Merchant, 1990). Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai perioda akuntansi berikutnya (Daley dan Vigeland, 1993), mempercepat atau menunda pengeluaran prromosi sampai perioda akuntansi berikutnya, mengatur saat penjulan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain. B.2. Penelitian Terdahulu dan Pengembangaa Hipotesis Dalam perkembangannya, penelitian tentang manajemen laba telah banyak dilakukan. Seperti yang telah dungkapkan di atas, bukti empiris tentang pengujian manajemen laba telah banyak diungkapkan. Walaupun demikian, beberapa penelitian tidak menemukan bukti adanya manajemen laba. Uniknya, beberapa penelitian dengan topik yang sama justru menemukan hasil yang tidak sama. Dengan kata lain, konflik temuan antar penelitian dengan obyek yang sama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 4 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 masih ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian lanjutan perlu dilakukan sebagai upaya untuk menguji validitas eksternal penelitian terdahulu. Teoh et. al. (1998) menemukan discretionary current accruals di sekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibandingkan dengan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO. Kemudian Teoh et. al. (1998) menyimpulkan perusahaan yang sedang IPO melakukan manajemen laba. Penelitian Aharony et. al. (1993) tidak menemukan bukti yang cukup kuat mengenai adanya manajemen laba dalam laporan keuangan pada satu perioda sebelum perusahaan go public. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Perusahaan yang akan go public dalam IPO melakukan manajemen laba dengan cara income increasing dicretionary accruals dalam laporan keuangan pada satu perioda sebelum dan sesudah go public. Jain dan Kini (1997) menemukan penurunan kinerja perusahaan setelah IPO. Penurunan tersebut juga terjadi untuk market to book ratio, price per earning ratio (PER), dan laba per lembar saham (earning per share). Rangan (1998) menemukan penurunan kinerja perusahaan setelah SEO (Seasoned Equity Offerings) dan adanya hubungan yang negatif antara discretinary accruals dengan return on assets. Teoh et al. (1998) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba dan penurunan laba bersih perusahaan setelah SEO. Perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO telah berusaha menggeser laba perioda yang akan datang ke perioda sekarang, sehingga laba perioda sekarang akan dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan perioda yang akan datang. Akibatnya laba dan kinerja perusahaan setelah IPO akan turun. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Semakin besar tingkat income increasing dicretionary accruals semakin rendah perubahan kinerja operasional perusahaan pada perioda sesudah IPO dibandingkan sebelum IPO. C. METODA PENELITIAN C.1. Pemilihan Sampel dan Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995-2002. Perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok industri property, real estate dan building construction, dan kelompok industri finance tidak diikutsertakan dalam sampel karena memiliki striktur keuangan dan model pelaporan keuangan yang berbeda dengan perusahaan dalam kelompok industri yang lain terutama dalam hal pelaporan rugi laba dan komponen-komponen yang dilaporkan dalam laporan arus kas. Metoda yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan data sekunder. Data-data perusahaan yang berupa data keuangan dalam penelitian ini diperoleh dari prospektus dan laporan keuangan yang didapatkan dari Indonesian Security Market Database Universitas Kristen Duta Wacana dan Indonesian Capital Market Directory. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling, yaitu pengumpulan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dengan memilih sampel secara cermat, sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO atau go public dari tahun 1995 sampai tahun 2002 dan tidak termasuk dalam kelompok industri property, real estate dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 5 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 building construction, dan kelompok industri menyajikan data laporan keuangan secara lengkap. finance, perusahaan-perusahaan tersebut TABEL I DI SINI C.2. Manajemen Laba C.2.1. Penghitungan Total Accruals (TAC) dengan Model DeAngelo Sebagaimana dilakukan dalam banyak penelitian mengenai manajemen laba (DeAngelo, 1986; Healy, 1985; Jones, 1991; Aharony, 1993; Friedlan, 1994), penelitian ini menggunakan model DeAngelo. Perhitungan tingkat akrual yang tidak normal (discretionary accruals) diawali dengan perhitungan total accruals. Total accruals didapat dengan rumus sebagai berikut (Teoh et. al., 1998): TACt = (NIt - CFFOt) dengan: TACt = Total accruals pada perioda tahun t NIt = Net income pada perioda tahun t CFFOt = Cash flow from operation pada perioda tahun t C.2.2. Penghitungan Nondiscretionary Accruals DeAngelo (1986) mengasumsikan bahwa total accruals yang nondisretionary accruals mengikuti pola random walk. Dengan demikian, total accruals yang nondiscretionary accruals (tingkat akrual yang wajar atau normal) pada perioda t diasumsikan sama dengan total accruals yang nondiscretionary accruals pada perioda t-1. NDAt = TACt-1 dengan: NDAt = Nondiscretionary Accruals pada perioda t TACt-1 = Total accruals pada perioda tahun t-1 C.2.3. Penghitungan Discretionary Accruals Setelah menghitung NDAt, maka dapat dihitung besarnya DAt, dengan rumus:: DAt = (TACt – NDAt)/TAt dengan: DAt = Discretionary Accruals pada perioda t TACt = Total accruals pada perioda tahun t NDAt = Nondiscretionary Accruals pada perioda t TAt = Total assets pada perioda t C.3. Kinerja Operasional Kinerja operasi dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan perubahan Return on Assets ( ∆ ROA), dengan persamaan sebagai berikut: Net Incomet ROAt = Total assetst ∆ ROA = ROAt – ROAt-1 Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 6 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Kemudian akan dilakukan pengujian hubungan perubahan ROA ( ∆ ROA) dengan variabel discretionary accruals (DA). Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan variabel tersebut memprediksi kinerja perusahaan sesudah IPO. Hubungan antara manajemen laba dan perubahan ROA diukur dengan (Rangan, 1998), yaitu: ∆ ROA = λ 0 + λ 1 DA + λ 2 SGRO + e dengan: ∆ ROA = Perubahan Return on Assets DA = Discretionary Accruals SGRO = Pertumbuhan sales e = error Penghitungan perubahan Return on Assets ( ∆ ROA) dilakukan pada sebelum IPO dan sesudah IPO. Untuk menghitung ∆ ROA sebelum IPO menggunakan model persamaan sebagai berikut: ∆ ROA1 = λ 0 + λ 1 DAT + λ 2 SGRO1 + e ⎛ SGROT +1 − SGROT ⎞ ⎟⎟ + e Untuk Atau: (ROAT+1 – ROAT) = λ 0 + λ 1 DAT + λ 2 ⎜⎜ SGROT ⎝ ⎠ menghitung ∆ ROA setelah IPO menggunakan model persamaan sebagai berikut: ∆ ROA2 = λ 0 + λ 1 DAT+1 + λ 2 SGRO2 + e ⎛ SGROT + 2 − SGROT +1 ⎞ ⎟⎟ Atau: (ROAT+2 – ROAT-1) = λ 0 + λ 1 DAT + λ 2 ⎜⎜ SGROT +1 ⎝ ⎠ D. ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN D.1. Manajemen Laba Pengujian statistik yang dilakukan terhadap Discretionary Accruals (DA) pada perioda sebelum dan sesudah go public adalah untuk mengetahui apakah perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangan pada satu perioda sebelum dan setelah go public, sehingga DA dapat digunakan sebagai bukti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba pada perioda sebelum dan sesudah IPO. Untuk menguji hipotesis pertama (H1) dilakukan uji One Sample T-Test dengan menggunakan sampel 88 perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka hasil pengujian pada hipotesis pertama (H1) untuk melihat apakah terdapat manajemen laba di sekitar IPO adalah sebagai berikut: TABEL II DI SINI Tabel II di atas menunjukkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba di sekitar IPO, yaitu pada satu perioda sebelum dan sesudah IPO. Pada perioda sebelum IPO, perusahaan cenderung melakukan manajemen laba, hal ini ditunjukkan pada nilai mean sebesar 0,0451 dan secara statistik lebih besar dari nol dan bernilai positif. Terdapat 50 perusahaan (56,82%) yang memiliki DA positif. Pada rata-rata DAT (rata-rata Discretionary Accruals pada satu perioda sebelum IPO) dihasilkan t hitung positif sebesar 2,4300 dengan nilai signifikansi 0,0172, dalam hal ini signifikan pada α 5%. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 7 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Pada perioda sesudah IPO, perusahaan cenderung melakukan manajemen laba, hal ini ditunjukkan pada nilai mean sebesar 0,0336 dan secara statistik lebih besar dari nol dan bernilai positif. Terdapat 56 perusahaan (56,64%) yang memiliki DA positif. Pada rata-rata DAT+1 (ratarata Discretionary Accruals pada satu perioda setelah IPO) dihasilkan t hitung positif sebesar 2,2557 dengan nilai signifikansi 0,0266, dalam hal ini signifikan pada α 5% Berarti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba pada perioda sebelum dan sesudah IPO karena telah terbukti t hitung bernilai positif dan signifikan, sehingga hipotesis pertama (H1) terdukung. Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah bahwa perusahaan cenderung melakukan manajemen laba pada satu perioda sebelum dan satu perioda sesudah IPO untuk menarik para investor untuk membeli saham. D.2. Manajemen Laba dan Kinerja Operasional Di dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja operasi adalah perubahan Return on Assets ( ∆ ROA). Hal ini didasarkan pada penelitian Rangan (1998), dengan pendekatan tersebut apabila ∆ ROA < 0, maka kinerja operasi perioda tersebut lebih rendah dibandingkan perioda sebelumnya. Hasil pengujian dari hipotesis kedua (H2) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel III DI SINI Berdasarkan tabel di atas, hasil regresi secara cross-sectional pada perioda sebelum IPO menunjukkan bahwa DAT bernilai negatif sebesar –1,6923 dan secara statistik signifikan pada α 10%. Hal ini berarti bahwa discretionary accruals sebelum IPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap perubahan Return on Assets sebelum IPO. Semakin tinggi DAT maka semakin rendah ∆ ROA1. Pada uji F test atau uji ANOVA, didapat F hitung sebesar 4,3710 dan signifikan untuk pengujian model regresi pada perioda sebelum IPO. Oleh karena variabel independen lebih dari satu yaitu DA T dan SGRO1, berarti bahwa satu atau lebih variabel independen dalam pengujian model regresi pada perioda sebelum IPO itu signifikan.atau berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu ∆ ROA1. TABEL IV DI SINI Berdasarkan tabel di atas, hasil regresi secara cross-sectional pada perioda sesudah IPO menunjukkan bahwa DAT+1 bernilai negatif sebesar –3,2875 dan secara statistik signifikan pada α 1%. Hal ini berarti bahwa discretionary accruals setelah IPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap perubahan Return on Assets setelah IPO. Semakin tinggi DAT+1 maka semakin rendah ∆ ROA2. Pada uji F test atau uji ANOVA, didapat F hitung sebesar 12,0622 dan signifikan, sehingga variabel DAT+1 atau SGRO2 berpengaruh terhadap ∆ ROA2. Berdasarkan analisis hasil regresi diatas, variabel DAt+1 (sebesar –1,6923) lebih rendah dibandingkan DAt (sebesar –3,2875), sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa semakin besar tingkat income increasing discretionary accruals semakin rendah perubahan kinerja operasional perusahaan sesudah IPO dibandingkan sebelum IPO dapat terdukung. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel DA dan SGRO terhadap variabel ∆ ROA. Jadi, kinerja perusahaan yang terdaftar di BEJ dan melakukan Initial Public Offerings (IPO) dari tahun 1995-2002 dan tidak termasuk dalam kelompok industri property, real estate dan building construction, dan kelompok industri finance bahwa telah terjadi penurunan kinerja opersaional pada perioda setelah IPO karena adanya manajemen laba di sekitar IPO. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 8 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 E. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN E.1. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi manajemen laba pada satu perioda sebelum dan satu perioda sesudah IPO yang dibuktikan oleh Teoh et al (1998), rangan (1998), Jain dan Kini (1994), Gumanti (2000), dan Kiswara (1999). Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji kinerja operasional setelah IPO seperti penelitian Jain dan Kini (1994) dan Rangan (1998). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian terhadap 88 perusahaan IPO yang melakukan go public anatara tahun 19952002 dengan menggunakan pendekatan model DeAngelo menunjukkan bukti kuat adanya manajemen laba, khususnya pada satu perioda sebelum IPO dan satu perioda setelah IPO. Hal ini berarti perusahaan IPO memilih metoda akuntansi yang menaikkan laba yang dilaporkan dengan cara menerapkan income increasing discretionary accruals. 2. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa perusahaan yang melakukan IPO mengalami penurunan kinerja operasional setelah IPO. Hal ini terbukti dari besarnya nilai discretionary accruals sebelum IPO dibandingkan setelah IPO. Kondisi ini mengindikasikan adanya upaya manajemen untuk memperbaiki kinerja yang dilaporkan dalam prospektus, dengan harapan penawaran saham persana akan direspon secara positif oleh investor di pasar. Walaupun pada perioda IPO penurunan kinerja operasional akan dialami perusahaan sebagai bukti tidak bisa dilanjutkannya manipulasi tersebut. Penurunan kinerja operasional ini merupakan cermin dari ketidakmampuan manajemen melanjutkan manipulasi yang dilakukan pada setelah IPO. E.2. Keterbatasan Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain: a. Jumlah sampel perusahaan yang relatif sedikit, sehingga kemungkinan hasil yang dilaporkan tidak dapat digeneralisir. b. Penelitian tidak memperhatikan ukuran perusahaan yaitu perusahaan besar atau perusahaan kecil maupun jenis industri perusahaan yang digunakan sebagai sampel c. Penelitian dilakukan pada satu perioda sebelum IPO dan satu perioda sesudah IPO. d. Peneliti hanya menggunakan variabel ∆ ROA sebagai ukuran kinerja operasional perusahaan, sedangkan selain variabel ∆ ROA terdapat banyak variabel lain yang perlu diperhatikan. e. Peneliti hanya menggunakan satu model yaitu model DeAngelo. E.3. Saran Mengingat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, ada beberapa saran untuk penelitian mendatang, yaitu: a. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasilnya lebih kuat dan akurat. b. Penggunaan sampel yang lebih banyak akan memungkinkan untuk memisahkan sampel berdasarkan ukuran maupun jenis perusahaan. c. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan lebih dari satu perioda pengamatan sebelum dan sesudah IPO. d. Penelitian yang akan datang sebaiknya tidak hanya menggunakan ∆ ROA sebagai ukuran kinerja operasional perusahaan, tetapi juga menggunakan variabel yang lain, sehingga dapat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 9 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 diketahui kinerja operasional mana yang paling terpengaruh oleh manajemen laba di sekitar IPO. e. Penelitian mendatang diharapkan dapat menggunakan model pendekatan lain untuk mendeteksi adanya manajemen laba. DAFTAR PUSTAKA Aharony, J., Chan-Jane Lin, dan Martin P. Loeb. 1993. Initial public offering, accounting choices, and earnings management. Contemporary Accounting Research, 10 (1): 61-81. Belkaoui, Ahmed. 1999. Teori akuntansi. AK Group, Yogyakarta. Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. 2001. Business research methods. Seventh Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Daley, Lane A. dan Robert L. Vigeland. 1983. The effect of debt covenant and political costs on the choice of accounting methods. Journal of Accounting and Economics, 5: 195-211. DeAngelo, L. E. 1986. Accounting number as valuation substitutes: A study of management buyouts of public stockholders. The Accounting Review, 59: 400-420. DeAngelo, L. E. 1988. Managerial competition, information costs, and corporate governance: The use of accounting performance measures in proxy contests. Journal of Accounting and Economics, 12: 3-36. Dechow, Patricia M.; Richard G. Sloan; dan Amy P. Sweeney. 1995. Detecting earnings management. The Accounting Review, 70 (7):193-225. Fischer, Marilyn dan Kenneth Rozenweig. 1995. Attitudes of student and accounting practitioners concerning the ethical acceptibility of earnings management. Journal of Business Ethics, 14: 433-444. Friedlan, M.L. 1994. Accounting choice of issuers of initial public offerings. Contemporary Accounting Research, 11 (1): 1-31. Gujarati, Damodar N. 1995. Basic econometric. New York: McGraw Hill Inc. Gumanti, T.A. 2000. Earnings management dalam penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4(2): 165-183. Gumanti, T.A. (2003). Motivasi di balik earning management. Usahawan, 12 (XXXII): 21-26. Hair, J.F.; R.E. Anderson; R.L. Tatham; dan W.C. Black. 1998. Multivariate data analysis. New Jersey: Prentice Hall International. Healy, P. M. 1985. The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting and Economics, 10: 85-107. Hendriksen, Eldon S. 1982. Teori akuntansi. Edisi Keempat, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Ihalauw, John J.O.I. dan Ummi Arifa Afni. (2002). Manajemen earning dalam penawaran perdana saham di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), VIII (2): 191-208. Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar akuntansi keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Imam Sutanto, Intan. 2000. Indikasi manajemen laba (earnings management) menjelang IPO oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Thesis S2 Akuntansi UGM. Jain, Bharat A. dan Omesh Kini. 1994. The post-issue operating performance of initial public offerings firms. Journal of FinanceI, XLIX (5): 1699-1726. Jakarta Stock Exchange. 1995. Klinik go publik dan investasi. Jogiyanto, Hartono M. 2000. Teori portofolio dan analisis investasi. BPFE Yogyakarta, Edisi Kedua. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 10 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Jones, J. J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research, 29 (2): 193-228. Jusuf, Al. Haryono. 1999. Dasar-dasar akuntansi. Edisi Kelima. Yogyakarta: STIE YKPN. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt.1995. Akuntansi intermediate. Edisi Ketujuh, Jilid Kesatu. Jakarta: Binarupa Aksara. Kiswara, Endang. 1999. Indikasi keberadaan unsur manajemen laba (earnings management) dalam laporan keuangan perusahaan publik. Thesis S2 Akuntansi UGM. Loughran, Tim dan Jay R. Ritter. 1997. The operating performance of firms conducting seasoned equity offerings. Journal of Finance, 5: 1833-1850. Pourciau, A. 1993. Earnings management and nonroutine executives changes. Journal of Accounting Economics, 16 (3): 317-336. Rangan, Srinivasan. 1998. Earnings management and the performance of seasoned equity offerings. Journal of Financial Economics, 50:101-122. Ritter, Jay R. 1991. The long-run performance of initial public offering, Journal of Finance, XLVI (1). Saiful. 2002. Hubungan manajemen laba (earnings management) dengan kinerja operasi dan return saham di sekitar IPO. Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang, Hlm: 148-162. Salno, H.M. dan Z. Baridwan. 2000. Analisis perataan penghasilan (income smoothing): Faktorfaktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja saham perusahaan public di indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1): 17-34. Santoso, Singgih. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta: Elex Media Komputindo. Schipper, K. 1989. Commentary on earnings management. Accounting Horizons, 3 (4): 91-102. Scott, William, R. 1997. Financial accounting theory. International Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Setiawati, Lilis. 2002. Manajemen laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang, Hlm: 112-125. Sulistyanto, H. Sri. 2002. Seasoned equity offerings: benarkah underperformance pasca penawaran. Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Sunariyah. 2000. Pengantar pengetahuan pasar modal. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Teoh, Siew Hong; Ivo Welch; dan T. J. Wong, 1998. Earnings management and the long-run market performance of initial public offerings. The Journal of Finance, 50: 63-99. Widyaningsih, Agnes Utari. 2001. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap earnings mangement pada perusahaan go public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3 (2): 89-101. www.jsx.co.id. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 11 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL I Jumlah Data Perusahaan yang Melakukan IPO dari Tahun 1995-2002 Jumlah Data Pengaruh Jumlah Keterangan Jumlah Awal Lengkap Outlier Akhir Perusahaan IPO tahun 1995 15 14 2 12 Perusahaan IPO tahun 1996 13 11 1 10 Perusahaan IPO tahun 1997 14 13 2 11 Perusahaan IPO tahun 1998 3 3 0 3 Perusahaan IPO tahun 1999 4 3 0 3 Perusahaan IPO tahun 2000 11 11 3 8 Perusahaan IPO tahun 2001 23 20 2 18 Perusahaan IPO tahun 2002 14 13 2 11 Total Perusahaan IPO 1995-2002 97 80 12 76 Catatan: Tidak termasuk dalam kelompok industri property, real estate dan building construction, dan kelompok industri finance DAT DAT+1 N 88 88 TABEL II Hasil Pengujian Terhadap Dicretionary Accruals (DA) Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum % Positif T hitung Df 0,0451 0,0214 0,1740 -0,4285 0,7339 56,82% 2,4300** 87 0,0336 0,0262 0,1396 -0,3096 0,7350 63,64% 2,2557** 87 Catatan: ** Signifikan pada α 5% Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 12 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL III Hasil Pengujian Terhadap Perubahan Return On Assets ( ∆ ROA) Untuk Perioda Sebelum IPO ∆ ROA1 = λ 0 + λ 1 DAT + λ 2 SGRO1 + e Koefisien Regresi Variabel T hitung Terstandarisasi –2,8892*** Konstanta DAT1 SGRO1 –0,1877 –0,2547 Jumlah Sampel1 F1 76 –4,3710** –1,6923* –2,2972** Catatan: *** Signifikan pada α 1% *** Signifikan pada α 5% *** Signifikan pada α 10% TABEL IV Hasil Pengujian Terhadap Perubahan Return On Assets ( ∆ ROA) Untuk Perioda Setelah IPO ∆ ROA2 = λ 0 + λ 1 DAT+1 + λ 2 SGRO2 + e Koefisien Regresi Variabel T hitung Terstandarisasi –4,5159*** Konstanta DAT+11 SGRO2 Jumlah Sampel1 F1 –0,3362 0,4123 –3,2875*** –4,0311*** 76 –12,0622*** Catatan: *** Signifikan pada α 1% Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 13 Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 CURRICULUM VITAE Nama Institusi Alamat korespondensi e-mail Telp/Fax Pendidikan Tinggi : Elisa Indah : Universitas Kristen Duta Wacana : Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 : [email protected] : 081578597575 : S-1: Sarjana Ekonomi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 14