EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6 BULAN DI KELURAHAN BINTARO JAKARTA Skripsi Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : PUSPITA EKA KURNIA SARI 1110104000009 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014 SCHOOL OF NURSING FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, September 2014 Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009 Effectiveness of Baby Massage in The Growth and Development of 6 Months Babies In The District Bintaro Jakarta. xviii + 87 pages + 3 charts + 9 tables + 7 attachments Infant period is the basis of a child’s growth and development for next steps. This period depends on parents and family in fulfilling basic needs to grow and to develop. Stimulation during infant period is needed to stimulate a baby’s growth and development. Baby massage is an activity which can stimulate the baby’s growth and development, and it can be done by parents or baby sitters. The objective of this study is to find out the effectiveness of baby massage in the growth and development of six-month babies in the district Bintaro, Jakarta. The study is a qualitative study using quasi experiment with non randomized pre and post test with control group design. Total sample of the study is 24 people gained from total sampling technique. Instruments of the study are KPSP, a meter, and baby scales. The data are analyzed using univariate and bivariate (by examining Chi Quadrat formula to gain Odds Ratio values and t-test independent formula to gain Eta Squared values). The results show that baby massage is effective for the development. It is proved by the Odd Ratio values which are 11 times more effective to improve the ability of raising chest and 10 times more effective to improve the ability of raising neck. Moreover, baby massage is also effective for the growth (weight and height) proved by Eta Squared values which are 0,28 for the weight and 0,43 for the height. It means that baby massage is very effective for a baby’s growth especially for its weight and height. Keywords: baby massage, development, growth, KPSP, infants 6 months of age. Reference: 76 (2002 – 2013) iii PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, September 2014 Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan Di Kelurahan Bintaro Jakarta xviii + 87 halaman + 3 bagan + 9 tabel + 7 lampiran ABSTRAK Masa bayi sebagai dasar dari pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menuju tahapan berikutnya. Masa ini sangat bergantung kepada orang tua dan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang. Stimulasi dalam masa bayi sangat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan. Pijat bayi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi sebagai tindakan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan Bintaro Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperiment dengan pendekatan non randomized pre and post test with control group design. Responden yang berjumlah 24 orang diperoleh menggunakan teknik total sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan KPSP, meteran, dan timbangan bayi. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat (uji chi square untuk mendapatkan nilai odds ratio dan uji t-test independent untuk mendapatkan nilai Eta Squared). Hasil penelitian didapatkan nilai efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan dihitung dengan melihat hasil odds ratio didapatkan pijat bayi 11 kali lebih besar untuk meningkatkan kemampuan mengangkat dada, 10 kali lebih besar untuk meningkatkan kemampuan mengangkat leher, nilai efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) dihitung dengan menggunakan rumus Eta Squared diperoleh hasil 0,28 untuk berat badan dan 0,43 untuk panjang badan yang berarti pijat bayi memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) bayi. Kata Kunci: Pijat bayi, perkembangan, pertumbuhan, KPSP, bayi usia 6 bulan. Referensi: 76 (2002 – 2013) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : PUSPITA EKA KURNIA SARI Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Agustus 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Komplek Depsos 7 No.12 Rt. 004 Rw. 02, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI. Jakarta. 12330 Telephone/HP : 085780759676 E-mail : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Tat Wam Asi 1997 – 1998 2. SDN 01 Bintaro Jakarta 1998 – 2004 3. SMPN 161 Jakarta 2004 – 2007 4. SMAN 29 Jakarta 2007 – 2010 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang viii LEMBAR PERSEMBAHAN UNTUKMU PAPAH UNTUKMU MAMAH Kasih sayangmu… Cintamu.. selalu kau berikan padaku… Perjuanganmu… Usaha kerasmu… kau peras keringatmu… Untuk semua cita-cita ku… Sedikitpun tak pernah mencari kesenangan untukmu… Disetiap lelahmu kau selalu berusaha tersenyum didepanku… Walau diriku sering mendurhakaimu… Diriku terkadang membuat kecewa dirimu… Dan dirimu tak pernah sekalipun berhenti untuk memberikan semua itu… Dirimu pun tak pernah sedikitpun meminta balasan apapun dariku… Karena aku tahu… Dirimu melakukan semua itu… Hanya untuk kehidupanku… membuatku bahagia dan tersenyum disetiap langkah Selama hidupku dirimu menjadi cahaya dan pelita dalam setiap langkah kehidupanku… Maafkanlah diriku…Yang belum bisa membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untukku disepanjang kehidupanku… Diriku berjanji… Ku kan selalu berusaha dan berdo’a semampuku kepada Allah SWT… untuk kebahagiaan dan kesehatanmu di masa tua mu nanti… Diriku kan berusaha membahagiakan dan menjaga mu hingga dunia memisahkan kita… Walaupun kelak apa yang ku beri… Pastilah tidak akan pernah dapat sama dengan sebesar apa yang diriku terima selama ini… Best Love Kakak Sari ix KATA PENGANTAR Assalamu’alaykum wr.wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta”. Pembuatan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), serta sebagai penerapan dan pengembangan teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang bertujuan untuk perbaikan sebagai penyempurnaan skripsi ini selanjutnya. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai banyak pihak yang telah memberikan dorongan motivasi dan masukan untuk penulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep,M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep,M.Kep,Sp. Kep.An selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis. x 5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp,M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis untuk penguatan dalam metode penelitian ini. 6. Ibu Yenita Agus, M.Kep,Sp.Mat,Ph.D dan Ibu Ns. Uswatun Hasanah, MNS selaku dosen penguji pada seminar proposal yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis. 7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga sekarang, serta seluruh jajaran staf karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 8. Orang tua tercinta papah Ermawansyah dan mamah Sri Tuti untuk kasih sayang, doa serta dukungannya baik secara material, moral dan spiritual yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga kebaikan dan pengorbanan kalian selama kehidupan ini tidak akan sia-sia yang akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan dan menjadi putri terbaik kalian. 9. Adik ku tersayang Sony dan Ayi serta keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan semangat yang tulus. 10. Sahabat ku, orang spesial yang berada dalam hati ini, seluruh temanteman PSIK 2010, saudara seperjuangan selama perjalanan di KPA. Arkadia UIN Jakarta, adik dan kakak kelas PSIK UIN Jakarta yang telah banyak membantu untuk penulisan ini serta memberikan memotivasi maupun dukungannya kepada penulis. Pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis tentunya untuk wawasan serta pengetahuan penelitian terkait. Wassalamu’alaykum wr.wb. Jakarta, September 2014 Puspita Eka Kurnia Sari xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………. ii ABSTRAC ………………………………………………………………….. iii ABSTRAK ………………………………………………………………….. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………. v LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. viii LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………… ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………... xv DAFTAR BAGAN …………………………………………………………. xvi DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xvii LAMPIRAN ……………………………………………………………….. xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 8 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 8 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA xii A. Bayi ………………………………………………………………….. 12 1. Definisi Masa Bayi ……………………………………………… 12 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi ………………………….. 13 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi ……………………………………………... 18 B. Pijat Bayi ……………………………………………………………. 21 1. Definisi Pijat Bayi ………………………………………………. 21 2. Manfaat Pijat Bayi ………………………………………………. 23 3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi …………… 25 4. Penelitian Terkait Dengan Pijat Bayi …………………………… 26 C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) …………………… 29 1. Cara Menggunakan KPSP ………………………………………. 30 2. Interpretasi Hasil KPSP …………………………………………. 31 D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak …………... 34 E. Kerangka Teori ……………………………………………………… 37 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep …………………………………………………… 38 B. Hipotesis …………………………………………………………….. 39 C. Definisi Operasional ………………………………………………… 40 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ……………………………………………………. 42 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………... 43 C. Populasi dan Sampel ………………………………………………… 44 D. Instrument Penelitian ………………………………………………... 46 E. Uji Validitas dan Realibilitas ……………………………………….. 46 F. Langkah – Langkah Pengumpulan Data …………………………….. 47 G. Etika Penelitian ……………………………………………………… 50 H. Pengolahan Data …………………………………………………….. xiii 54 I. Analisis Data ………………………………………………………… 55 BAB V HASIL A. Gambaran Lokasi Penelitian ………………………………………… 57 B. Analisis Univariat …………………………………………………… 58 C. Analisis Bivariat …………………………………………………….. 59 1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol …………….. 59 2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol …………... 61 BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Univariat ………………………………………………. 66 1. Usia ………………………………………………………………. 66 B. Pembahasan Analisis Bivariat ………………………………………. 67 1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………………. 68 2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol …………………… 70 C. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. 77 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 78 B. Saran ………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv 79 DAFTAR SINGKATAN CDC : Centers for Disease Control and Prevention CBR : Crude Birth Rate APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration KPSP : Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan ASI : Air Susu Ibu KMS : Kartu Menuju Sehat Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia TK : Taman Kanak-Kanak PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini CM : Centimeter GR : Gram UIN : Universitas Islam Negeri WHO : World Health Organization ODC : Ornithine Decarboxylase OR : Odds Ratio NCHS : National Center for Health Statistics xv DAFTAR BAGAN Halaman 37 2.1 Kerangka Teori 3.1 Kerangka Konsep 39 4.1 Bentuk Rancangan Penelitian 43 xvi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0 – 1 Tahun Halaman 14 Tabel 2.2 Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia 0 – 1 Tahun 15 Tabel 2.3 Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan 33 Tabel 3.1 Definisi Operasional 40 Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia Bayi 58 Tabel 5.2 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 60 Tabel 5.3 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat Leher Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 61 Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 62 Tabel 5.5 Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 64 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Booklet Panduan Pijat Bayi Sendiri Di Rumah Lampiran 4. Leaflat Stimulasi Lampiran 5. Ceklis Jadwal Kegiatan Harian Pijat Bayi Lampiran 6. Lembar Observasi Pertumbuhan Bayi Lampiran 7. Lembar Observasi Perkembangan Bayi xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah bayi sebanyak 4.462.562 jiwa dari 23.009.874 balita yang ada (Data Statistik Indonesia, 2012). Untuk wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara jumlah kelahiran sebesar 170.379 bayi lahir hidup pada tahun 2012 menempati urutan ke 6 untuk jumlah kelahiran setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Banten (Kemenkes RI, 2012). Masa bayi merupakan tahapan dimana pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, dimulai dari bayi itu lahir hingga nanti berusia 1 tahun. Usia perkembangan bayi terbagi menjadi 2 yaitu, neonatus dari lahir hingga berusia 28 hari dan bayi dari 29 hari hingga 12 bulan (World Health Organization, 2013; Depkes, 2009). Sedangkan menurut Roesli (2013) yang dikatakan bayi adalah anak dengan usia 0 sampai 12 bulan. Masa bayi dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar dari awal kehidupannya (Yusuf, 2006). Masa bayi dikatakan sebagai golden age atau masa keemasan karena pada masa ini perkembangan otak berlangsung. Otak bayi mempunyai sifat plastisitas yaitu kemampuan susunan syaraf untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan atau kerusakan yang disebabkan oleh 1 2 faktor eksternal dan internal, penyesuaian kemampuan syaraf untuk regenerasi (Zero to Three, 2012). Bayi-bayi memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal pada masa keemasan diawal kehidupan mereka (Potter & Perry, 2005). Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari (US Department of Health and Human Service, 2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan (genetik) ini berhubungan dengan gen yang diberikan dari seorang ayah dan ibu kepada anaknya. Faktor lingkungan (environment) terdiri dari lingkungan biologis, fisik, sosial dan psikologis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dari dua faktor tersebut yang mempengaruhi kualitas proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak (Chamidah, 2009). Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yaitu nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) ketika lahir, dan pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif (Primadi & Alam, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, bersifat kontinu dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan (Wong, 2009; Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan yang meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang, dan karakteristik seksual. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif. Sedangkan perkembangan seperti perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan psikososial bersifat kualitatif (Potter & Perry, 2005). 3 Menurut teori Piaget perkembangan kognitif awal yaitu, tahap sensori motorik. Bayi lahir sudah memiliki sejumlah refleks bawaan dan dorongan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar. Refleks terjadi ketika bayi menerima stimulus atau rangsangan, karena bayi sangat peka terhadap lingkungan dan stimulus yang diberikan (Wong, 2009; Depkes, 2009). Perkembangan yang paling mudah dilihat oleh orang tua pada bayinya yaitu gerakan atau motorik pada bayinya. Secara umum perkembangan gerak tubuh ada 2 yaitu motorik kasar (gross motoric) dan motorik halus (fine motoric). Motorik kasar merupakan gerakan tubuh dengan mempergunakan otot-otot besar seperti menendang, memegang, duduk, berdiri dan berlari (Widodo & Herawati, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi terbagi menjadi empat bagian yaitu, usia 0 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, 7 – 9 bulan dan 10 – 12 bulan. Saat usia 4 – 6 bulan inilah tumbuh kembang anak lebih cepat pada perkembangan motoriknya (Kemenkes RI, 2010). Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua dan keluarga memiliki peran yang sangat penting bukan hanya untuk memenuhi nutrisi yang cukup, memberikan perhatian dan kasih sayang, melainkan juga memberikan stimulus untuk membantu proses penyempurnaan jaringan saraf anak (Wijayanti & Purwandari, 2006). Diawal pertumbuhan dan perkembangan orang tua memiliki peran dalam pemberian stimulus rangsangan taktil agar terbentuk koordinasi terhadap reflek dan gerakan bayi dengan baik, menanggapi komunikasi bayi sehingga bayi senantiasa memiliki stimulus untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya dan mampu 4 mengoptimalkan perkembangan bicara karena adanya rangsangan pada otak yang bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa (Chamidah, 2009). Pemberian stimulus yang diberikan sesaat setelah bayi lahir memberikan efek yang sangat penting pada perkembangan kemampuan motorik dan adaptasi sosial di masa perkembangan bayi hingga dewasa nanti (Jin Jing et al, 2007). Dalam perkembangan seorang anak, stimulasi merupakan suatu kebutuhan dasar. Stimulasi memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk dapat berkembang dengan maksimal. Selain itu, stimulasi yang diberikan terus-menerus secara rutin dapat merangsang perkembangan pada sel-sel otak dan akan memperkuat hubungan antar syaraf yang telah terbentuk, secara otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik (Chamida, 2009). Stimulasi yang diberikan orang tua dalam bentuk stimulasi visual, verbal, audiktif, taktil dan lain-lain. Perhatian, kehangatan, semtuhan, pelukan, senyuman dan kasih sayang yang diberikan orang tua merupakan stimulasi yang penting pada awal perkembangan bayi (Irmawati, Ardani, Astasari, Irwanto, Suryawan & Narendra, 2012; Chamida, 2009). Stimulasi rangsangan yang mudah diberikan oleh orang tua secara aktif pada bayi dapat melalui stimulasi taktil dalam bentuk pijatan, menggerakkan kaki dan tangan bayi pada posisi ekstensi serta fleksi (Soedjatmiko, 2006). Pijat adalah terapi yang telah dilakukan oleh orang tua dahulu dan populer sebagai seni perawatan (Andrews dalam Widodo & Herawati, 2008). Sekarang ini mulai dikembangkan pijat pada bayi atau baby massage yang telah banyak dilakukan penelitiannya (Onozawa dalam Inal & Yildiz, 2012). 5 Beberapa penelitian terhadap pijat bayi memberikan hasil laporan terkait dengan manfaat pijat bayi seperti pijat bayi dapat meningkatkan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi & membuat bayi tidur lebih lelap, membina bonding attachmen antara orang tua dengan anak serta dapat meningkatkan produksi ASI ibu (Roesli, 2013). Pijat bayi selain dapat membantu pertambahan panjang badan dan berat badan bayi juga dapat memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar, motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi (Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Manfaat dari pijat bayi mekanisme dasarnya (fisiologi), yang terjadi antaralain karena Beta endorphin mempengaruhi mekanisme pertumbuhan, aktivitas nervus vagus mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan, aktivitas nervus vagus meningkatkan volume ASI, produksi serotonin meningkatkan daya tahan tubuh dan pemijatan dapat mengubah gelombang pada otak (Roesli, 2013). Penelitian terkait dengan pijat bayi antara lain, penelitian oleh Jin Jing et al (2007) mendapatkan hasil bahwa pada bayi yang diberikan perlakuan pijat bayi dan latihan gerak, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan pijat dan latihan gerak. Didapatkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012) bahwa bayi sehat lahir cukup bulan yang mendapatkan tindakan pijat bayi perkembangan mental – motor lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan tindakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi 6 terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan. Dari keseluruhan penelitian yang ada, menyimpulkan bahwa pijat bayi merupakan salah satu cara membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta sebagai bounding attachment antara ibu dan anak (Moszkowski & Stack, 2007). Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak di temukannya anak–anak yang mengalami keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008). Fenomena ini terjadi karena banyak orang tua yang kurang memahami akan pentingnya proses serta tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada anak mereka. Kondisi ini dapat dilihat, seperti seorang ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara ketika sedang melakukan perawatan ataupun tidak memberikan latihan-latihan gerak pada kaki dan tangan bayi. Sehingga mereka kurang memberikan dan melakukan stimulasi sejak dini pada anak mereka (Hurlock, 2002). Keterlambatan perkembangan anak dirasakan oleh orang tua ketika seharusnya anak usia 2 – 3 tahun yang seharusnya sudah mulai berbicara, namun hingga saat usia anak semakin bertambah melebihi dari usia untuk seorang anak dapat berbicara, hingga waktunya terlewati anak belum dapat berbicara seperti anak–anak lainnya, orang tua baru merasakan kekhawatiran dan menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan pada pertumbuhan & perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008; Hurlock, 2002). 7 Saat studi pendahuluan dilakukan, diambillah sampel sebanyak 15 bayi yang berusia 6 bulan saat bulan Februari yang berada di wilayah kerja dari puskesmas kelurahan Bintaro untuk dilakukan skrinning perkembangan menggunakan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP). Didapatkan hasil sebanyak 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami keterlambatan pada perkembangannya. Setelah dijumlahkan masing-masing pertanyaan yang ditanyakan tidak dapat dilakukan oleh bayi, pada poin nomor keempat untuk motorik kasar mengangkat dadanya menggunakan kedua lengannya sebagai penopang badannya saat telungkup 13 bayi atau 86,7% belum dapat melakukannya dan poin nomor kesepuluh saat posisi telentang tangan bayi dipegang lalu di tarik perlahan-lahan ke posisi duduk bayi seharusnya mempertahankan lehernya secara kaku, namun seluruh bayi belum dapat melakukannya. Poin nomor keempat dan kesepuluh pada penilaian KPSP untuk usia 6 bulan akan mempengaruhi perkembangan bayi selanjutnya. Bayi-bayi yang menjadi sampel studi pendahuluan secara fisik sehat, tidak mengalami gizi buruk, tidak kegemukan, tidak pernah mengalami kejang demam, tidak memiliki penyakit meningitis dan terlahir dengan kondisi yang sempurna secara fisik. Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara saat studi pendahuluan dari ibu bayi yang menjadi sampel saat studi pendahuluan, 15 ibu atau 100% mengakui mereka tidak begitu mengerti apa yang penting saat diawal pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu hanya beranggapan jika diberi ASI ataupun makanan tambahan saja cukup, namun untuk aspek perkembangannya tidak terlalu diperhatikan. Pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya pijat bayi untuk bayi ibu kurang mengetahuinya. 8 Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dan lanjut terkait mengenai efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di wilayah kelurahan Bintaro ini. B. Rumusan Masalah Masa bayi merupakan masa kritis dan keemasan pada awal kehidupan. Pada masa bayi inilah pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan pesat. Pada saat studi pendahuluan di dapatkan bayi yang mengalami suspect keterlambatan pada perkembangannya. Dari data tersebut maka bayi memerlukan stimulasi, karena stimulasi penting untuk proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Berbagai stimulasi yang diberikan oleh orang tua ke anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan pijat bayi terstruktur. Pijat bayi memberikan banyak manfaat untuk bayi dan orang tua terutama ibu. Dari penjabaran latar belakang dan studi pendahuluan saat awal akan melakukan penelitian hingga muncul rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta. C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta. b. Tujuan Khusus 9 1. Mengidentifikasi karakteristik responden bayi berdasarkan usia bayi. 2. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi saat awal penelitian sebelum diberikan intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi sesudah diberikan perlakuan pijat bayi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan pijat bayi. 4. Mengidentifikasi efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan, panjang badan dan perkembangan kemampuan mengangkat dada, mengangkat leher bayi sesudah intervensi pada kelompok eksperimen dengan pembanding kelompok kontrol. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut untuk : 1. Bagi Orangtua Penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan keterampilan mengenai stimulasi melalui praktek pijat bayi dan manfaat dari pijat bayi dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang dapat dilakukan oleh orangtua dan pengasuh selama perawatan di rumah. Sebagai masukan bagi orangtua agar dapat mengerti dan memahami pentingnya stimulasi bagi anak selama proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kualitas, wawasan dan sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam 10 pendidikan keperawatan, terutama dalam bidang ilmu keperawatan anak terhadap praktik dari pijat bayi. Dapat memberikan informasi mengenai efektifitas dari pijat bayi sebagai stimulasi terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bagian dari landasan dalam pengembangan evidence based bagi ilmu keperawatan itu sendiri. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan menjadi masukan tambahan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan pijat bayi. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan non randomized pretest-posttest with control group design yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian eksperimen ini dilakukan sebagai cara untuk mengetahui efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah kelurahan Bintaro Jakarta. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan bagaimana cara menstimulasi anak melalui pijat bayi, booklet, lembar balik dan video langkah-langkah dari teknik pijat bayi kepada orang tua, mengumpulkan data, melakukan pengukuran berat badan, panjang badan sebagai aspek pertumbuhan dan penilaian aspek perkembangan dengan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) pada bayi yang diberikan perlakuan pijat bayi dengan yang tidak diberikan perlakuan pijat. Populasi dari 11 penelitian ini adalah seluruh bayi pada saat bulan yang sama telah berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari di wilayah kerja puskesmas kelurahan Bintaro. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 30 hari pada bulan Juni hingga Juli 2014. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi 1. Definisi Masa Bayi Neonatus merupakan istilah untuk bayi saat bulan pertama setelah kelahiran. Masa bayi adalah periode dari saat lahir hingga berusia genap 1 tahun (Gruendemann & Fernsebner, 2006). Menurut Kasdu (2004) yang dikatakan bayi adalah individu yang berusia 0 hingga 1 tahun. Masa bayi merupakan kehidupan awal saat usia 18 bulan pertama (Papalia dan Old dalam Akbar & Hawadi, 2008). Masa bayi atau infancy adalah masa perkembangan yang pertama setelah dilahirkan hingga berusia 18 atau 24 bulan (Santrock, 2003). Masa bayi merupakan waktu yang penting untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi (Public Health Agency of Canada, 2012). Masa bayi sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan dari fisik, psikologis dan sosial seorang individu yang akan menapaki masa–masa berikutnya (Mares, Newman & Warren, 2011). Setiap bayi yang lahir ke dunia ini memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak masa keemaasannya (Soedjatmiko, 2006). Pada masa ini bayi masih sangatlah bergantung kepada orang tuanya maupun orang dewasa lainnya. Banyak aktivitas psikologis baru dimulai kemampuan bicara, mengatur 12 13 indera-indera, tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru, dan belajar dari orang lain (Santrock, 2003). Dari beberapa pengertian yang ada, penulis menyimpulkan bahwa masa bayi adalah periode kehidupan yang terjadi selama usia 0 hingga 12 bulan, seluruh kehidupannya masih bergantung kepada orangtua, serta menjadi masa untuk tumbuh dan berkembang secara cepat selama 1 tahun pertama. 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi a. Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam tubuh yang meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala, berat badan, panjang badan, lingkar lengan, dan lain-lain (Pratiwi, 2013). Pertumbuhan adalah suatu ukuran dari kematangan fisik (Gupte, 2004). Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun dan masa pubertas (Chamida, 2009). Pemantauan terhadap pertumbuhan anak sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, 14 penimbangan anak setiap bulan sangat diperlukan (Kemenkes RI, 2013). Pemantauan pertumbuhan seorang bayi dan balita dapat dilakukan melalui penimbangan saat kegiatan posyandu tiap bulannya dengan menggunakan catatan grafik di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) (Chamida, 2009). Pada awal pertumbuhan seorang anak mengalami pertumbuhan yang cukup cepat dan signifikan. Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-210 gram/minggu (Wong, 2009). Menurut Gupte (2004), bayi akan memiliki berat badan dua kali berat lahirnya pada umur 5 sampai 6 bulan. Bayi akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang hingga usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18–20 tahun (Wong, 2009). Tabel. 2.1 Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0-1 tahun seperti : Usia Bayi (Bulan) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Berat Badan (gram) 2700 – 3000 3400 – 4000 4000 – 4700 4500 – 5400 5000 – 6000 5500 – 6500 6000 – 7000 6500 – 7500 6800 – 8200 7300 – 8500 7600 – 9000 8000 – 9500 8200 – 9700 15 Tabel. 2.2 Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia 0-1 tahun seperti : Usia Bayi (Bulan) Panjang Badan (centimeter) 0 40,5 – 50,5 1 43,5 – 55,5 2 46,0 – 58,0 3 48,0 – 60,0 49,5 – 62,5 4 51,0 – 64,5 5 52,5 – 66,0 6 54,0 – 67,5 7 55,5 – 69,0 8 56,5 – 70,5 9 57,5 – 72,0 10 58,5 – 73,5 11 60,0 – 74,5 12 b. Perkembangan Perkembangan adalah suatu ukuran dari kematangan fungsi (Gupte, 2004). Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada diri individu dengan bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sebagai hasil dari proses pematangan. Di dalam proses perkembangan terdapat pematangan selsel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya (Chamida, 2009). Pada awal perkembangan anak di tahun pertama sangat menakjubkan, yakni dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir, akan memiliki sejumlah kepandaian dan perubahan-perubahan yang sangat cepat (Suhartini, 2007). Proses perkembangan anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua (Kania, 2006). Tahapan 16 perkembangan pada penilaian KPSP untuk bayi saat usia 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan (Kemenkes RI, 2010). Menurut teori perkembangan psikoseksual Freud, bayi saat usia 0-12 sedang mengalami fase oral. Selama fase ini bayi memperoleh kesenangan dan kepuasannya pada aktivitas oral, seperti menghisap, menggigit, mengunyah dan mengecap. Sedangkan menurut teori Erikson saat usia bayi mengalami fase percaya versus tidak percaya. Pada fase ini terbentuknya kepercayaan bayi terhadap orang tua melalui kasih sayang yang didapatkannya. Pada perkembangan kognitif menurut teori Piaget, bayi sedang mengalami tahapan perkembangan sensorik dan motoriknya (Wong, 2009). Perkembangannya seorang anak dapat dilakukan pengecekan melalui Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sesuai usia perkembangannya. Pada anak, perkembangannya meliputi perkembangan pada motorik kasar, motorik halus, perilaku sosial dan bahasa (Kemenkes RI, 2010). 1) Perkembangan motorik kasar Merupakan bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan keterampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot besat bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar (Suhartini, 2007). Pada usia 6 bulan kemampuan untuk motorik kasar bayi seperti mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan stabil, dapat telungkup sambil mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai 17 tumpuan, membalikkan badan dari posisi terlentang ke posisi telungkup dan sebaliknya, serta bayi dapat mempertahankan lehernya secara kaku ketika di tarik kedua tagannya secara perlahan (Kemenkes RI, 2010). 2) Motorik Halus Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian tubuh tertentu saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat (Chamida, 2009). Pada usia 6 bulan kemampuan motorik halus pada bayi seperti, menggerakkan kepalanya dan mengikuti arah gerakan dari stimulasi yang dilihatnya, menggenggam pensil yang kita letakkan diatas punggung tangan atau ujung jari bayi, mengarahkan pandangan matanya pada benda-benda kecil seperti kacang atau uang logam dan bayi mampu meraih mainannya yang kita letakkan agak jauh dari bayi namun masih dalam jangkauan tangannya (Kemenkes RI, 2010). 3) Personal sosial Kemampuan mandiri bayi dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan pada masa bayi ini ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain untuk mengenali seseorang (Chamida, 2009). Pada usia 6 bulan bayi akan tersenyum ketika melihat mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan ketika sedang bermain sendiri (Kemenkes RI, 2010). 4) Kemampuan Bicara dan Bahasa 18 Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida, 2009). Pada bayi usia 6 bulan, kemampuan bahasa yang ada seperti tertawa mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi bukan menangis (Kemenkes RI, 2010). 3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Dalam kehidupan seorang individu sejak dalam kandungan lalu di lahirkan ke dunia ini hingga tua nantinya akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Berbagai faktor pun mempengaruhi dari proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial (Chamida, 2009). Faktor lingkungan ini sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, karena lingkungan memberikan stimulasi terbesar pada seorang anak (Kania, 2006). Gupte (2004) menjelasakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yakni: a) Faktor keturunan 19 Memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan tubuh. Seperti orangtua yang tinggi cenderung memiliki anak yang tinggi juga. b) Faktor nutrisi Kekurangan gizi mengakibatkan keterbelakangan pertumbuhan fisik dan perkembangan fisik pada anak. c) Faktor lainnya seperti status sosial, ekonomi, emosional, pengaruh lingkungan, penyakit kronis dan infeksi juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Sedangkan menurut Wong (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain : a) Keturunan Kebanyakan karakteristik fisik, pola dan gambaran bangun tubuh diturunkan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan. b) Faktor Neuroendokrin Pusat pertumbuhan berada di bagian hypotalamus. Beberapa hubungan fungsional diantara hypotalamus dan sistem endokrin mempengaruhi pertumbuhan. Ada 3 hormon yang mempengaruhi yaitu, hormon pertumbuhan, hormon tyroid dan androgen. Hormon – hormon ini akan merangsang metabolisme protein sebagai zat pembangun tubuh. c) Nutrisi Nutrisi merupakan satu-satunya faktor yang pengaruhnya paling penting bagi pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak, 20 kebutuhan kalori lebih besar. Saat masa ini kebutuhan kalori dan protein jauh lebih tinggi, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan berat badan dan tinggi badan yang sangat cepat. d) Hubungan Interpersonal Hubungan dengan orang lain memiliki peran kritis dalam perkembangan. Seorang ibu memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pada bayinya, khususnya perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian. Melalui orangtua seorang anak mengenal dunia dan perasaan aman untuk memberanikan dalam pergaulan di lingkungannya nanti. e) Tingkat Sosioekonomi Tingkat sosial ekonomi memberikan dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyebab perbedaan ini masih belum pasti, tingkat derajat kesehatan dan nutrisi yang berada pada level sosial ekonomi rendah lebih kurang dibandingkan dengan sosial ekonomi sedang dan tinggi. f) Penyakit Perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan pertumbuhan yang dapat dilihat pada skeleta, seperti dwarfisme. Dalam gangguan lainnya seperti yang terjadi pada sindrom klineferter dan marfan. 21 B. Pijat Bayi 1. Definisi Pijat Bayi Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam kehidupan manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama kehidupan bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini, 2011). Sentuhan merupakan bagian dalam dari perawatan pada bayi untuk membantu dalam kematangan dari fisik bayi dan hubungan emosi antara orang tua dan bayi (Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010). Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan yang akan membantuya dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010). Sentuhan pada bayi dapat berupa sentuhan aktif atau pasif. Sentuhan pasif dapat dilakukan saat orang tua melakukan perawatan seperti mengganti popok, kangoro mother care, memberikan susu dan berupa sentuhan minimal lainnya. Sentuhan pasif atau metodologis berupa pemijatan yang dilakukan oleh orang tua pada bayinya sebagai cara menstimulasi rangsangan yang diberikan yang biasa disebut baby massage atau pijat bayi (Leonard, 2008). Pijat bayi merupakan cara memberikan stimulasi berupa sentuhan dengan cara pemijatan (Lee HK, 2006). Pijat bayi merupakan praktek yang sudah ada sejak dahulu di sebagian besar belahan dunia, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Eropa yang dilakukan secara tradisional dan diturunkan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Pada awal abad ke-20 banyak folk practices 22 seperti pijat bayi yang terlewatkan dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Namun sekarang ini, banyak peneliti modern yang melakukan penelitian kembali terhadap folk practices yang digabungkan dengan kaidah-kaidah ilmu yang ada sekarang (Lappin & Kretschmer, 2005). Pijat bayi adalah salah satu “folk practices” yang saat ini sangat banyak dieksplorasi oleh para ilmuan, dokter, ahli fisiologi, spesialis perkembangan anak dan para pendidik kesehatan yang ada (Schafidi et al dalam Lappin & Kretschmer, 2005). Pijat bayi telah menjadi bagian dalam perawatan umum sehari-hari yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi. Selain sebagai bagian dari perawatan umum sehari-hari pijat bayi juga merupakan cara sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua dan bayi yang menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan rasa hubungan fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat mencerminkan perasaan masing–masing (Gurol & Polat, 2012; Cheng, Volk & Marini, 2011; Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010). Pijat bayi dilakukan dengan cara sederhana yang mudah untuk dipelajari dan dilakukanya, hanya memerlukan sedikit perlengkapan dan kita tidak perlu mengeluarkan uang lebih kecuali waktu yang kita butuhkan. Pijat bayi dapat dilakukan sendiri di rumah saat luang oleh orang tua, pengasuh bayi, maupun kakek dan nenek si bayi (Moszkowski & Stack, 2007; Heath & Bainbridge, 2004). Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pijat bayi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh 23 bayi sebagai tindakan menstimulasi bayi dan otot-ototnya untuk lebih berkembang dengan cara sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada tubuh bayi. 2. Manfaat Pijat Bayi Pijat bayi memberikan manfaat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan relaksasi (Field, Diego, Medina, Delgado & Hernandez, 2011). Dari berbagai literature review yang ada, pijat bayi dapat membantu pertambahan panjang badan dan berat badan bayi serta memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar, motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi (Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Pada penelitian yang dilakukan Nuryanti (2012) pijat bayi dapat memberikan manfaat menurunkan angka frekuensi sakit pada bayi usia 1-3 bulan. Menurut Lorenz, Moyse dan Surguy (2005) manfaat dari pijat bayi antara lain: a) Physical health Para peneliti menemukan bahwa pijat dapat memiliki dampak yang baik pada kenaikan berat badan bayi premature. Pada bayi yang sehat dan cukup bulan saat lahir ketika diberikan pijatan, tidurnya lebih nyenyak dan jatuh tertidur lebih cepat. Bayi yang nyenyak tidurnya dapat membantu bayi senantiasa sehat. b) Psychological development Perkembangan psikologis, terutama kognitif dapat ditingkatkan dengan stimulus yang diberikan saat pijat bayi dilakukan. Para peneliti 24 menyimpulkan bahwa respon bayi meningkat melalui pijat bayi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pijat bayi. c) Benefit for parents Ibu yang melakukan pemijatan pada bayi mereka lebih banyak merasakan kesenangan pada diri mereka saat melakukannya, mereka juga merasakan psikologis mereka lebih baik dibandingkan mereka yang tidak melakukan pemijatan. Ayah juga merasakan hubungan kedekatan mereka dengan bayi mereka jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang tidak melakukan pemijatan. d) Developing parenting skills Para orang tua yang berpartisipasi dalam kelompok pijat bayi mereka dapat saling bertukar informasi pengalaman mereka saat melakukan perawatan pada bayi terutama bagi orangtua baru dapat memberikan tambahan wawasan orang tua dalam melakukan perawatan pada bayinya. Manfaat pijat bayi bagi ibu yaitu, menjadikan ibu semakin dekat hubungan batinnya dengan sang anak, membuat ibu merasa rileks dan merasakan stresnya berkurang, ibu lebih memiliki waktu yang banyak untuk berkomunikasi dengan bayinya dan dapat memperbanyak produksi ASI (Air Susu Ibu). Sedangkan manfaat pijat bayi bagi bayi itu sendiri seperti, bayi akan merasakan kenyamanan setelah mendapatkan pijat bayi sehingga dapat tidur lebih nyaman, bayi menjadi tidak mudah stres, pencernaannya tidak mudah terganggu, membantu perkembangan mental 25 bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah pada bayi (Suririnah, 2009). Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan orangtua. Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Subakti & Rizki, 2008). Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti waktu dan semua persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi (Suririnah, 2009). 3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih (Roesli, 2013). Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi akan memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum bayi tidur dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks dan nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Selain waktu menurut Roesli (2013) ada hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan, seperti: a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar. 26 b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan perhiasan. c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara berjalan dengan lancar. d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun pengasuh bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan. e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih. f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi. Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata dengan bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun memutarkan lagu–lagu yang tenang dan lembut untuk menciptakan suasanan yang nyaman untuk orang tua dan bayi. Pemijatan dapat dilakukan menggunakan baby lotion atau minyak kelapa yang lembut untuk bayi. Tidak disarankan untuk pemberian pijatan setelah bayi selesai makan, membangunkan bayi yang tertidur khusus untuk pijat, memijat saat kondisi bayi sedang tidak sehat dan memaksakan pemberian pijatan pada bayi saat bayi tidak mau dipijat (Roesli, 2013). 4. Penelitian Terkait dengan Pijat Bayi Penelitian mengenai The Effect of Baby Massage on Mental – Motor Development of Healthy Full Term Baby (Inal & Yildiz, 2012). 27 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan grup kontrol. Dilakukan selama bulan Juni 2001 – Oktober 2002. Dengan subyek 104 bayi sehat dan cukup bulan yang lahir di Istanbul University Istanbul Medical Faculty Gynecology and Obstetry Clinic. 52 sebagai kelompok kontrol, dan 52 lagi sebagai kelompok experimen. Penelitian menggunakan Baby massage brosur, Ankara Development Screening Inventory (ADSI) sebagai instrumen penelitian. Penelitian menunjukkan T scores pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. T score untuk perkembangan mental dan motornya pada kelompok eksperimen pada usia 3 bulan 74,5±8,1 dan usia 6 bulan 60,85±4,32. Sedangkan T score pada kelompok kontrol pada usia 3 bulan 49,88±5,47 dan usia 6 bulan 50,52±7,32. Kesimpulan dari penelitian yaitu pijat bayi dapat mendukung perkembangan mental – motor bayi sehat cukup bulan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jin Jing et al (2007) yaitu Massage and Motion Training For Growth and Development of Infants di Guangzhou, China selama 1 tahun dengan desaign eksperiment. Subyeknya adalah bayi yang dipilih secara acak dan dikelompokkan sesuai dengan usianya. Usia 0 bulan 90 bayi kelompok eksperimental dan 90 bayi kelompok kontrol. Bayi yang tersisa hingga akhir penelitian karena keluar dari proses penelitian hanya 54 bayi di kelompok eksperimen dan 62 bayi di kelompok kontrol pada usia 0 bulan. Sedangkan usia 6 bulan yang tersisa hingga akhir penelitian 62 bayi di kelompok eksperimen dan 52 bayi di kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini 28 adalah Development Quotient (DQ). Hasil dari penelitiannya membuktikan bahwa pemberian pijatan dan latihan gerak dapat meningkatkan secara signifikan perkembangan fisik dan kecerdasan pada bayi mulai dari bayi baru lahir maupun bayi dengan usia 6 bulan. Penelitian pada Effektifitas Massage Efflurage Terhadap Perkembangan Gross Motoric pada Bayi Usia 3-4 Bulan yang dilakukan Widodo dan Herawati (2008) mendapatkan hasil untuk perkembangan motorik kasar merangkak, pull to sit dan rolling pada kelompok eksperimen lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk T score merangkak kelompok eksperimen 80,34±3,12 dan kelompok kontrol 40,13±3,22. Untuk T score pull to sit dan rolling kelompok eksperimen 50,26±6,12 dan kelompok kontrol 40,26±3,12 & 25,04±7,12. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan two group post test design with kontrol. Proses penelitian selama 1 bulan, dilakukan pemijatan setiap 1 minggu dua kali selama 4 minggu oleh terapis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan pada penelitian adalah pemberian massage bayi usia 3-4 bulan dapat mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan gross motorik pada kemampuan merangkak, poll to sit & rolling. Penelitian terkait lainnya adalah Pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2009 yang dilakukan Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan 29 peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai P< 0.05. Pemberian pijat oleh orang tua selama 30 hari dan pengukuran berat badan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari. Data di analisis dengan menggunakan General Linear Model ( Reveated Measure ). C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Pada awalnya skrinning perkembangan menggunakan Denver II sebagai salah satu alat skrinning yang telah banyak digunakan oleh profesi kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Namun, tidak semua anak dapat dilakukan skrinning perkembangan karena yang biasa melakukan adalah dokter anak dan memerlukan biaya cukup mahal, sementara Departemen Kesehatan RI mengharapkan pada tahun 2010, 80% anak balita sudah dilakukan skrinning perkembangan agar dapat dilakukan intervensi dini terhadap anak yang dicurigai mengalami gangguan perkembangan (Kadi, Garna & Fadlyana, 2008). Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan revisi buku deteksi dini tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan anak di tingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining perkembangan (KPSP). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan salah satu instrument skrinning yang diwajibkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer. KPSP sangat mudah digunakan baik oleh petugas kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang terlatih, guru TK (Taman Kanak-kanak), guru PAUD (Pendidikan Anak Usia 30 Dini), dan orang tua juga dapat mendeteksi dini adanya kelainan perkembangan anak sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan intervensi dini (Ariani, 2013). Pada penelitian Damayanti (2006) hasil terhadap sensitivitas dan spesifitas KPSP masing – masing yaitu 60% dan 92%. 1. Cara Menggunakan KPSP : KPSP usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan. a) Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. b) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. c) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu : 1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “Dapatkah bayi makan kue sendiri?” 2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “Pada 31 posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk” d) Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan. e) Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu. f) Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK. g) Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban. 2. Interpretasi Hasil KPSP: a) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang) b) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah) c) Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S) d) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) e) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). f) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja. Untuk anak dengan perkembangan sesuai (S) orang tua atau pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik. Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan 32 stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu. Untuk anak dengan perkembangan meragukan (M) orang tua dapat konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih sering. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya. Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak. Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang. 33 Tabel 2.3. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan 1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain? Gerak halus Ya Tidak 2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya. 3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama beberapa detik? Gerak Kasar Ya Tidak Gerak halus Ya Tidak 4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai penyangga seperti pada gambar ? Gerak kasar Ya Tidak 5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi bukan menangis? 6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke telungkup atau sebaliknya? 7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri? 8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya. 9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih berada dalam jangkauan tangannya? 10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan. Bicara & bahasa Gerak kasar Ya Tidak Ya Tidak Sosialisai & Ya Tidak kemandirian Gerak halus Ya Tidak Gerak halus Ya Tidak Gerak kasar Ya Tidak 34 D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, karena anak bagian dari sebuah keluarga. Konsep perawatan berpusat pada keluarga telah diperkenalkan ke publik lebih dari 4 dekade yang lalu, menekankan pentingnya keluarga dalam kesejahteraan anak-anak. Sejak itu, nilai-nilai dan praktik-praktik yang berpusat pada keluarga telah banyak diimplementasikan dalam kesehatan dan keperawatan anak (Bamm & Rosenbaum, 2008). Secara umum fungsi keluarga menurut Setiadi (2008) sebagai berikut: 1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubugan dengan orang lain. 2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 4. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kelurga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan utuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 35 Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam keluarga orang tua dapat memberikan stimulus untuk merangsang tumbuh kembang anak dan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak (Wuryandani, 2010). Menurut Kania (2006) keluarga sebagai Family Centered Care atau sebagai pusat perawatan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) Meliputi pemenuhan pada pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar, imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan pemukiman yang layak kebersihan perseorangan dan sanitasi lingkungan yang layak. 2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental dan psikososial. 3. Kebutuhan stimulasi fisik dan mental (ASAH) Stimulasi fisik akan mengembangkan perkembangan gerak motorik halus maupun kasar pada anak. Sedangkan stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika dan produktivitas anak nantinya. 36 Anak yang tumbuh dan berkembang secara optimal perlu pengasuhan yang lengkap dari kedua orang tuanya. Peran ayah sebagai kepala keluarga dalam pengambilan keputusan tentang perawatan anak dan dukungannya untuk pemberian air susu ibu (ASI). Peranan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan bayi adalah memberi dukungan emosional kepada ibu. Dukungan ayah dan anggota keluarga lainnya dalam proses pertumbuhan fisik dan perkembangan anak melalui stimulasi positif tidak kalah pentingnya dengan peranan ibu dalam mengasuh anak (Briawan & Herawati, 2008). 37 Bagan 2.1 Kerangka Teori Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan - Keturunan Sosioekonomi Penyakit Stimulasi - Hubungan interpersonal Lingkungan Neuroendokrin Nutrisi Pijat bayi (baby massage) Merupakan cara pemberian stimulus rangsangan melalui sentuhan dengan pijatan. Dilakukan sehari 2kali selama 15 menit. Pertumbuhan dan perkembangan Pengukuran dengan timbangan dan meteran Motorik Halus Menggerakkan kepalanya mengikuti arah stimulasi, menggenggam pensil yang diletakkan dekat jarinya Bahasa Tertawa mengeluarkan suara gembira bernada tinggi - Berat badan - Panjang badan Lingkar kepala Motorik Kasar - Motorik halus Bahasa - Sosial adaptif Motorik Kasar Mempertahankan posisi kepala dengan stabil, dapat telungkup dan membalikkan badan dari posisi terlentang ke posisi telungkup (sebaliknya) Personal sosial Tersenyum ketika melihat hal yang lucu bagi dirinya Sumber. Chamida (2009), Gruendemann & Fernsebner (2006), Gupte (2004), Hae-Kyung Lee (2006), Kasdu (2004), Kemenkes RI (2010), Lappin & Kretschmer (2005), Leonard J (2008), Mares, Newman & Warren (2011), Roesli (2013) dan Wong (2009). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Usia 6 bulan BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini dibuat untuk memberikan arah dan gambaran alur pada penelitian, yang telah dikembangkan dari kerangka teori serta hubungan pada variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat variabel–variabel yang ingin peneliti ketahui dan teliti, yaitu pijat bayi sebagai variabel bebas (independent) dan sebagai variabel terikat (dependent) adalah pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan. Pada penelitian ini terdapat variabel pengganggu (konfonding) yang dianggap akan dapat mempengaruhi hasil penelitian ini, namun sudah dikontrol di dalam kriteria inklusi pada sampel. Berikut ini bagan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan oleh peneliti. 38 39 Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang efektifivitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah kelurahan Bintaro. Variabel Bebas Variabel Terikat Pijat bayi selama 4 minggu Kelompok intervensi Pertumbuhan dan perkembangan post intervensi Pertumbuhan dan perkembangan pre intervensi Kelompok kontrol B. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban atau patokan dalil sementara dalam penelitian, yang akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmojo, 2005). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan masalah adalah terdapat efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan Bintaro Jakarta. 40 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Melakukan observasi setelah pemberian pengetahuan pada orang tua responden dengan menganalisa kegiatan orang tua untuk melakukan pijat bayi terstruktur pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol orang tua hanya memberikan stimulasi sentuhan berupa usapan lembut tanpa pijat bayi terstruktur setelah memandikan bayi. Hasil pengukuran dinyatakan dengan: 1 = Jika ibu melakukan stimulasi pijat bayi terstruktur. 2 = Jika orang tua melakukan stimulasi sentuhan berupa usapan lembut tanpa pijat bayi terstruktur. Definisi Operasional 1. Variabel bebas: Pijat bayi Pijat bayi merupakan stimulasi rangsangan yang diberikan dalam bentuk pemijatan terstruktur pada bayi. Pijat bayi diberikan 2 kali sehari dengan durasi waktu selama 15 -20 menit, dilakukan selama 14 hari. - Booklet dan video panduan pijat bayi. - Ceklist jadwal kegiatan pijat bayi kelompok intervensi. Skala Ukur Nominal 41 No. Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Melakukan observasi dengan menganalisa pengukuran panjang badan dan berat badan mencatatnya di dalam lembar observasi. Pengukuran dilakukan pada saat pre dan post intervensi pada kedua kelompok. Hasil pengukuran berat badan dan panjang badan saat pre intervensi hari pertama dan post intervensi setelah 30 hari pada kedua kelompok dinyatakan dengan: Hasil selisih dari pengukuran saat post intervensi dan pre intervensi. Hasil pengukuran dinyatakan dengan: 1 = Jika bayi dapat melakukannya. 2 = Jika bayi tidak dapat melakukannya. Definisi Operasional 2. Variabel terikat: Pertumbu han bayi usia 6 bulan Pertumbuhan pada bayi yang meliputi segala aspek seperti pertambahan panjang badan dan berat badan yang bersifat kuantitatif. - Meteran dengan centimeter (cm) - Timbangan bayi yang sudah dilakukan penimbangan sebanyak tiga kali pada bayi yang sama. 3. Variabel terikat: Perkemba ngan bayi usia 6 bulan Perkembangan yang KPSP bayi usia 6 bulan. Pada meliputi kemampuan penelitian ini poin nomor 4 dan 10 motorik kasar, motorik untuk kemampuan motorik halus, bahasa dan sosial kasarnya yang menjadi penilaian, adaptif yang bersifat yaitu: kualitatif. a. Ketika bayi terlungkup di alas Perkembangan motorik datar, bayi dapat mengangkat kasar lebih dahulu dada dengan kedua lengannya berkembang dari sebagai penyangga. motorik halus dan b. Pada saat bayi terlentang, motorik kasar ketika kita pegang kedua mempengaruhi tangannya lalu tarik perlahan perkembangan motorik ke posisi duduk bayi dapat halus (Potter & Perry, mempertahankan lehernya 2005). secara kaku. Melakukan observasi dengan menganalisa perkembangan bayi sesuai poin yang ada pada penilaian KPSP. Skala Ukur Interval Ordinal BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan – kesulitan yang akan timbul selama proses penelitian berlangsung (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperiment, yaitu memberikan perlakuan atau intervensi pada kelompok eksperimen dan kemudian efek dari perlakuan tersebut diukur dan dianalisa (Polit & Hungler, 2006). Pendekatan penelitian ini dengan non randomized pre and post test with control group design. Digunakan untuk mengetahui efektifitas perkembangan bayi dari dengan pijat bayi terhadap cara melihat hasil pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan bayi sebelum diberi perlakuan (pre) saat bayi dengan usia 6 sampai 6 bulan 15 hari dan sesudah diberi perlakuan (post) selama 30 hari pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang kemudian akan dilihat hasil efektifitas dari perlakuan yang didapatkan kedua kelompok tersebut. 42 43 Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Bagan 4.1 Bentuk Rancangan Penelitian Q1 Intervensi pijat bayi Q2 Q2 – Q1 = X1 Q4 – Q3 = X2 Q2 – Q4 = X3 Q3 Q4 Keterangan: Q1 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok intervensi. Q2 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok intervensi. Q3 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok kontrol. Q4 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok kontrol. X1 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok intervensi. X2 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok kontrol. X3 : Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada akhir penelitian antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 30 hari pada bulan Juni hingga Juli 2014 di wilayah Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Madya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti melihat keadaan pada pola asuh dan perawatan serta pemberian stimulasi pada anak masih sedikit sekali yang diberikan orang tua kepada anak 44 dan masih sedikit orang tua yang mengerti berbagai cara menstimulasi anaknya. Banyak para ibu-ibu yang kurang mengetahui seberapa pentingnya stimulasi yang harus diberikan kepada anaknya selama masa-masa pertumbuhan dan perkembangan awal anak. Sehingga banyak anak-anak yang mengalami keterlambatan untuk berjalan dan berbicara. Saat melakukan studi pendahuluan peneliti melakukan pengukuran pada perkembangan dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sebagai sampelnya adalah bayi dengan usia 6 bulan sebanyak 15 bayi. Peneliti mendapatkan hasil sejumlah 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami keterlambatan pada perkembangannya. Selain itu untuk wilayahnya yang cukup terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi dan belum pernah ada penelitian terkait dengan efektivitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di wilayah Kelurahan Bintaro. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2002). Menurut Nursalam (2008) populasi merupakan sekumpulan subyek dalam satu wilayah generalisasi yang memiliki jumlah dan telah memenuhi kriteria dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Bintaro mulai dari RW 01 hingga RW 015. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang terjangkau, memiliki karakteristik pada populasi dan kemudian diambil sebagai 45 subyek penelitian dengan proses sampling (Santoso, 2009). Pada penelitian ini pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh bayi di wilayah Kelurahan Bintaro mulai dari RW 01 hingga RW 015 yang berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari saat awal penelitian. Untuk menghindari kesalahan pada pemilihan sampel dan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti menentukan kriteria inklusi sebagai berikut: a) Bayi yang sedang berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari saat awal penelitian. b) Bayi lahir dengan cukup bulan. c) Bayi dengan status suspect perkembangan pada motorik kasar poin pertanyaan nomor 4 dan 6 KPSP usia 6 bulan saat pre intervensi. d) Orang tua dan keluarga bersedia mengikuti proses penelitian dari awal hingga akhir penelitian selama 30 hari. e) Orang tua mampu melakukan intervensi yang didemonstrasikan oleh peneliti sesuai dengan yang diajarkan. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain: a) Bayi dengan kelainan bawaan sejak lahir. b) Bayi dengan kemampuan perkembangan yang melebihi dari perkembangan untuk usianya. c) Bayi dengan kelahiran premature. d) Bayi dengan kelahiran berat badan lahir rendah. 46 e) Bayi dengan berat badan lebih atau obesitas. f) Bayi dengan masalah kesehatan seperti riwayat kejang demam dan meningitis. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai cara untuk pengumpulan dan pengukuran data (Gulo, 2010). Penelitian ini menggunakan lembar identitas responden, pita (meteran) dengan ukuran centimeter (cm), timbangan dengan gram (gr) yang sudah dikalibrasi dan lembar Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk usia 6 bulan sebagai instrumen penelitian. Lembar identitas digunakan untuk mencatat data identitas responden. Meteran centimeter sebagai alat pengukuran panjang badan bayi. Timbangan bayi yang sudah dikalibrasi sebagai alat pengukuran berat badan bayi. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sebagai alat pendeteksian dini perkembangan anak. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan (Kemenkes RI, 2010). Pada penelitian ini peneliti mencontohkan langkah–langkah pijat bayi, memenggunakan booklet panduan pijat bayi dengan langkah-langkah gerakan dalam buku Roesli (2013) dan video langkah–langkah pijat bayi dari Johnson yang akan diberikan sebagai pengetahuan orang tua tentang pijat bayi. E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar formulir KPSP. Lembar formulir KPSP merupakan alat pengukur baku untuk mengukur perkembangan anak dan dijadikan pedoman pelaksanaan stimulasi, 47 deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak dalam Kemenkes RI (2010), sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Meteran dan timbangan dilakukan pengukuran berat, panjang badan bayi yang sama selama 3 kali menghasilkan berat badan, panjang badan yang sama setiap pengukurannya sehingga valid dan reliabel. F. Langkah – langkah Pengumpulan Data 1. Proses Persiapan Pengumpulan Data a) Setelah proposal penelitian yang diajukan peneliti disetujui oleh para penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dan permohonan kerjasama dengan Kepala Puskesmas ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan. c) Surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan yang diajukan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro serta memberikan surat permohonan kerjasama Kepala Puskesmas selama penelitian berlangsung sebagai pengantisipasi terhadap kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. d) Setelah izin penelitian dan permohonan kerjasama disetujui oleh Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro peneliti mengumpulkan sampel dari populasi yang ada sesuai kriteria inklusi sampel dan menggunakan teknik total sampling. 48 e) Orang tua sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi diberikan informed consent dan penjelasan manfaat dari penelitian. f) Orang tua yang bersedia menjadi responden dan berkomitmen penuh untuk mengikuti proses dari awal hingga akhir penelitian, membaca lembar persetujuan dan orang tua mendatangani lembar persetujuan. g) Setelah orang tua menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan selama penelitian. h) Setelah didapatkan persetujuan orang tua untuk menjadi responden, bayi dikelompokkan menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesuai wilayah Rukun Warga dengan jarak yang tidak terlalu jauh serta memudahkan pengontrolan ketika penelitian berlangsung. 2. Pengumpulan Data Kelompok Intervensi a) Bayi yang menjadi sampel kelompok intervensi sebelumnya dilakukan pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat, kesepuluh yang berada dalam KPSP. b) Orang tua dan keluarga ataupun tetangga dekat dengan responden yang membantu pengontrolan aktivitas pijat bayi selama penelitian berlangsung pada kelompok intervensi mendapatkan pengetahuan tentang teknik pemberian pijat bayi melalui demonstrasi dan redemonstrasikan yang dilakukan oleh peneliti kepada orang tua selama 60 menit. Orang tua pun dibekali dengan booklet dan video langkah-langkah pijat bayi. Setelah orang tua mendapatkan 49 pengetahuan pijat bayi, peneliti melakukan evaluasi dan obervasi orang tua ketika melakukan pemijatan. Masing-masing untuk penjelasan dan demonstrasi orang tua dikelompokkan perwilayah tempat responden tinggal. c) Selama demonstrasi kegiatan pijat bayi orang tua dan keluarga ataupun tetangga terdekat responden dianjurkan bertanya apabila adahal terkait dengan teknik pemijatan yang kurang jelas dan belum dapat dimengerti. d) Waktu pemberian pijat bayi dilakukan secara intensif 2 kali sehari dengan durasi waktu 15-20 menit selama 30 hari. e) Selama 30 hari orang tua sebagai responden melakukan pijat bayi langsung pada bayinya, keluarga dan tetangga terdekat responden yang menjadi pengawas ibu dalam kegiatan pijat bayi selama penelitian. f) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan pada orang tua bayi 2 hari sekali dan dibantu oleh 2 orang teman sebagai asisten penelitian yang sebelumnya sudah diberikan pengetahuan terkait dengan pijat bayi dan proses penelitian, untuk melihat benar-benar dilakukan atau tidak intervensi yang diberikan. g) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest untuk pengukuran pada panjang badan, berat badan, lingkar kepala dan perkembangan kembali pada kelompok intervensi. h) Setelah data dan hasil pengukuran pengolahan dan analisa data oleh peneliti. didapatkan, dilakukanlah 50 3. Pengumpulan Data Kelompok Kontrol a) Bayi yang menjadi sampel kelompok kontrol sebelumnya dilakukan pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat, kesepuluh yang berada dalam KPSP. b) Pada kelompok kontrol tidak ada intervensi khusus, hanya saja orang tua kelompok kontrol mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya stimulasi dan sentuhan lembut untuk bayi selama periode pertumbuhan dan perkembangan anak. c) Pada orang tua kelompok kontrol peneliti hanya menjelaskan pentingnya stimulasi dan sentuhan lembut yang diberikan pada bayi dan leaflet sebagai bekal orang tua untuk mengingat pentingnya stimulasi pada bayi. d) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan keberadaan serta kesehatan bayi setiap 7 hari sekali. e) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest pengukuran panjang badan, berat badan dan perkembangan kelompok kontrol. f) Setelah data dan hasil pengukuran didapatkan, dilakukanlah pengolahan dan analisa data oleh peneliti. G. Etika Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan subyek manusia tidak boleh bertentangan dengan syarat etis penelitian (Dahlan, 2009). Peneliti harus memahami hak dasar manusia, karena manusia memiliki kebebasan dalam 51 menentukan dirinya (Hidayat, 2008). Berikut menurut Yurisa (2008) etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari: a. Penjelasan manfaat penelitian b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. 52 Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti akan menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden. 3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek 53 penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian. Selain keempat poin pada etika penelitian tersebut dalam penelitian ini dibutuhkannya ethical clearance, karena pada dasarnya seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance. Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang melibatkan manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan yang merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Hal tersebut kemudian diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992 dan lebih lanjut diatur dalam PP no 39/ 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam Bab IV diuraikan tentang perlindungan dan hak-hak manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan penelitian melanggar ketentuan dalam PP tersebut (Yurisa, 2008). Pada penelitian ini jika menimbulkan side effect terhadap bayi seperti, bayi cedera akibat pemberian pijat bayi oleh orang tua karena terlalu berlebihan peneliti akan melakukan pertanggung jawaban langsung kepada orang tua dan bayi untuk mendapatkan pertolongan pertama. Orang tua dapat menghubungi peneliti langsung sesuai dengan nomor kontak yang sudah diberikan peneliti sebelumnya diawal penelitian. Penelitian ini berkerjasama 54 dengan dokter yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bintaro Jakarta. H. Pengolahan Data Hidayat (2008) mengungkapkan pada penelitian terdapat proses pengolahan data yang harus dilakukan. Adapun beberapa langkah – langkah yang harus dilakukan, antara lain: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. 3. Entry data Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. 4. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer. 5. Processing data 55 Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari hasil penelitian ke paket program komputer pengolahan data statistik. Program untuk analisis data seperti, SPSS. I. Analisis Data Setelah data di proses melalui pengolahan data, tahapan selanjutnya yaitu proses analisis data. Analisis data bertujuan untuk mempermudah interpretasi data dan menguji hipotesis pada penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua macam analisis data yaitu : 1. Analisis Univariat Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik itu variabel terikat maupun variabel bebas dalam penelitian (Hidayat, 2008). Data ditampilkan dalam proporsi atau persentase dan tabel yaitu usia bayi pada penelitian ini. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara variabel independen dengan dependen, yaitu perbandingan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan yang diberikan perlakuan pijat bayi dengan yang tidak di Kelurahan Bintaro Jakarta. Analisis bivariat dilakukan dengan uji-t independen terlebih dahulu sebelum mendapatkan hasil untuk nilai Eta squared sebagai nilai efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi. Nilai standar untuk 56 perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 – 0,05=efek kecil, 0,06 – 0,13=efek sedang dan 0,14 – 1=efek besar. Eta squared didapatkan setelah t hitung didapatkan melalui independent t-test (Pallant, 2011). Analisis bivariat yang menggunakan chi-square terlebih dahulu untuk mengetahui nilai odds ratio (OR) sebagai nilai efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan bayi (poin keempat dan kesepuluh dalam KPSP usia 6 bulan). BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Wilayah Jakarta Selatan terletak pada 106’22’42 Bujur Timur (BT) sampai 106’58’18 BT dan 5’19’12 Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta. Terbagi menjadi 10 kecamatan dan 65 kelurahan, dengan batas-batas wilayah utara Banjir Kanal Jl. Jenderal Sudirman Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk, batas timur Kali Ciliwung, batas Selatan Kota Administrasi Depok dan batas Barat Kecamatan Ciledug, Kota Administrasi Tangerang. Luas wilayah kelurahan Bintaro 450,5 Ha2 dengan batas wilayah utara kelurahan Kebayoran Lama Utara, sebelah barat kelurahan Pesanggrahan, Kota Administrasi Tanggerang, sebelah timur Kelurahan Pondok Pinang dan sebelah selatan Kota Administrasi Tanggerang Selatan. Puskesmas dan Kantor kelurahan Bintaro berada di Jalan RC Veteran no.1. RT.001/03 (Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2013). Penelitian dilakukan di Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan pada tanggal 11 Juni hingga 12 Juli 2014. Wilayah Kelurahan Bintaro memiliki Puskesmas Kelurahan Bintaro sebagai tempat pertama setiap warga masyarakat yang memerlukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, Puskesmas Kelurahan Bintaro memiliki 31 Posyandu yang tersebar mulai dari RW.01 hingga RW.15. Masing-masing wilayah RW memiliki satu hingga enam posyandu, sesuai dengan kepadatan penduduk disetiap wilayahnya. 57 58 B. Analisis Univariat Analisis univariat pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan usia bayi dalam penelitian pijat bayi ini. Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia Bayi No Usia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 6 bulan 6 bulan 1 hari 6 bulan 2 hari 6 bulan 3 hari 6 bulan 4 hari 6 bulan 5 hari 6 bulan 6 hari 6 bulan 7 hari 6 bulan 8 hari 6 bulan 9 hari 6 bulan 10 hari 6 bulan 11 hari 6 bulan 12 hari 6 bulan 13 hari 6 bulan 14 hari 6 bulan 15 hari Jumlah (n=24) 3 0 1 1 2 4 0 0 0 2 3 1 1 5 0 1 Persentase Mean (%) 12,5 0 4,2 4,2 8,3 16,6 0 0 6,13 0 8,3 12,5 4,2 4,2 20,8 0 4,2 Std. Dev Median Modus 3,180 6 5 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi yang berusi 6 bulan 3 orang (12,5%), 6 bulan 2 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 3 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 4 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 5 hari 4 orang (16,6%), 6 bulan 9 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 10 hari 3 orang (12,5%), 6 bulan 11 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 12 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 13 hari 5 orang (20,8%) dan 6 bulan 15 hari 1 orang (4,2%). Rata-rata usia bayi yang menjadi responden yaitu 6,13 dengan standar deviasi 3,180, median 6 dan modus 5 pada usia 6 bulan 13 hari. 59 C. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara variabel independent dengan variabel dependent, efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta. Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan dengan melakukan penghitungan rata-rata nilai pada pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) dan perkembangan bayi pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta perbedaan antara kedua kelompok tersebut setelah intervensi dilakukan. Untuk penghitungan statistik efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan bayi dilakukan menggunakan chi-square (X2) terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai odds ratio (OR) untuk melihat efektifitasnya, sedangkan penghitungan statistik perbandingan mean hasil pertumbuhan berat badan dan panjang badan pada kelompok yang berbeda menggunakan uji independent t-test. Uji independent t-test dilakukan untuk mendapatkan nilai t, setelah nilai t didapatkan maka rumus Eta Squared dapat digunakan untuk menghitung nilai efektifitasnya (Pallant, 2011). Pada kedua uji statistik penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). 1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Analisis efektifitas pijat bayi dan perkembangan bayi setelah dilakukan perlakuan pada masing-masing kelompok untuk poin gerak kasar: (1) mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan sebagai penyangga, (2) mengangkat lehernya ketika kedua lengannya ditarik perlahan ke posisi duduk. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 60 Tabel 5.2 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24) Kelompok Kemampuan Mengangkat Dada Bayi dapat Bayi tidak dapat melakukannya melakukannya Total % N % N % Intervensi 11 45,8 1 4,2 12 50,0 Kontrol 6 25 6 25 12 50,0 Total 17 70,8 7 29,2 24 100 p-value OR 0,025 11 Dari tabel 5.2 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,025 ˂ p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Nilai OR berkisar antara 0 dan ∞. Apabila kategori baris dan kategori kolom saling bebas, maka nilai OR adalah 1. Apabila nilai OR>1, berarti individu-individu pada baris pertama lebih besar kemungkinannya bernilai kategori kolom 1 daripada individu-individu pada baris kedua. Sedangkan apabila nilai OR<1, berarti individu-individu pada baris pertama lebih kecil kemungkinannya bernilai kategori kolom 1 dari pada individu-individu pada baris kedua (Saefuddin, 2008). Pada penelitian ini, nilai OR pada pemberian pijat bayi diperoleh sebesar 11. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 11 kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan mengangkat dada dengan kedua tanganya sebagai penyangga pada bayi. 61 Tabel 5.3 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat Lehernya Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24) Kemampuan Mempertahankan Lehernya Bayi dapat Bayi tidak Kelompok Total % p-value melakukannya dapat melakukannya N % N % Intervensi 10 41,7 2 8,3 12 50,0 Kontrol 4 16,7 8 33,3 12 50,0 Total 14 58,4 9 41,6 24 100 0,013 Dari tabel 5.3 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,013 ˂ p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Pada penelitian ini, nilai OR pada pemberian pijat bayi diperoleh sebesar 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 10 kali lebih besar kemungkinan untuk meningkatkan kemampuan mempertahankan lehernya ketika ditarik perlahan ke posisi duduk. 2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi Analisis efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini. OR 10 62 Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Kontrol BB Pre (gram) BB Post (gram) 6600 7600 7500 7000 7100 6300 7300 6500 6800 7600 8000 7500 7400 7100 6200 7200 6800 7400 6800 6900 6700 7000 6800 7500 7000 8100 7900 7500 7500 6500 7650 6900 7200 8000 8400 7950 7600 7350 6600 7500 7200 7700 7150 7300 7000 7250 7100 7700 Pertum buhan BB (gram) 300 500 400 500 400 200 350 400 400 400 400 450 200 250 400 300 400 300 350 400 300 250 300 200 N Mean Std. Dev 12 395,83 78,214 12 304,17 t Eta Squared 2,984 0,28 72,169 Dari tabel 5.4 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan berat badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 2,984. t hitung digunakan dalam pencarian nilai efektifitas suatu perlakuan menggunakan Eta Squared. 63 Adapaun rumusan Eta Squared merupakan penjumlahan dari nilai t hitung dikuadratkan lalu dibagi dengan t hitung kuadrat yang telah dijumlah dengan jumlah sampel tiap kelompok yang sudah dikurangi 2 sebelumnya. t2 Eta Squared = t2 + (N1 + N2 – 2) Keterangan: t2 = nilai t dari hasil uji t-test dikuadratkan N1 = jumlah sampel kelompok 1 N2 = jumlah sampel kelompok 2 Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared untuk independent t-test untuk mengetahui efektifitas pijat bayi, dengan nilai standar dari perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 – 0,05=efek kecil, 0,06 – 0,13=efek sedang dan 0,14 – 1=efek besar (Pallant, 2011). Besar Eta Squared pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro jakarta adalah 0,28, nilai tersebut menunjukkan bahwa efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan berat badan bayi. b. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Analisis efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan panjang badan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini. 64 Tabel 5.5 Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Kontrol PB Pre (cm) 40 42 44 43 40 43 44 42 43 48 40 42 41 42 40,5 44 43 48 42,5 44 43 42 43 45 PB Post (cm) 42 44 46,5 46 43 45 46 45 45 49,5 43 45 44 44 42 45 45 49 45 46,5 45 44 45 48 Pertum buhan PB (cm) 2 2 2,5 3 3 2 2 3 2 1,5 3 3 3 2 2,5 1 2 1 1,5 2,5 2 2 2 3 N Mean Std. Dev 12 2,54 0,722 12 1,50 t Eta Squared 4,051 0,43 0,522 Dari tabel 5.5 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan panjang badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 4,051. Setelah nilai t hitung diketahui lalu dilakukan penghitungan untuk mencari hasil Eta Squared dengan menggunakan rumusan untuk Eta Squared dan didapatkan hasil Eta Squared untuk pijat bayi terhadap 65 pertumbuhan panjang badan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta adalah 0,43. Nilai 0,43 tersebut menunjukkan bahwa efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi. BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya, mengenai ada tidaknya perbandingan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang mendapatkan perlakuan pijat bayi dengan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi. Sehingga dapat diketahui efektifitas pijat terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan. Interprestasi hasil membahas terkait kesenjangan ataupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait dan teori-teori yang mendasarinya. Dalam bab ini juga dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam penelitian. A. Pembahasan Univariat 1. Usia Rerata usia responden pada penelitian ini adalah 6,13 dan responden terbanyak pada usia 6 bulan 13 hari. Rerata dan jumlah usia responden terbanyak ini, sesuai dengan ketentuan usia yang ditetapkan Kemenkes RI (2010) yang dikatakan bayi usia 6 bulan adalah bayi yang berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari. Dalam pemeriksaan stimulasi deteksi dini tumbuh kembang anak dilakukan penghitungan usia, jika usia anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Jadi bila bayi berusia 6 bulan 16 hari, dalam penghitungan menjadi 7 bulan (Kemenkes RI, 2010). Dalam penelitian ini diambillah responden mulai dari usia 6 66 67 bulan hingga usia 6 bulan 15 hari, dengan mempertimbangkan pembulatan usia lebih dari 16 hari menjadi 1 bulan dan intervensi pijat bayi yang dilakukan selama 30 hari. Penelitian ini melakukan pemberian pijat bayi dengan menggunakan teknik pijat bayi untuk usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun (Roesli, 2013). Pada usia 6 bulan ini bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat, terutama dalam perkembangan motoriknya (Kemenkes RI 2010). Menurut teori perkembangan Piaget masa perkembangan awal pada bayi yang berkembang untuk kognitif awalnya adalah perkembangan sensori motorik (Wong, 2009). Karena pada usia 6 bulan lingkar kepala bayi sudah mencapai 44 cm, dimana didalamnya terdapat sel-sel otak yang ada akan memperkuat hubungan antar syaraf yang telah terbentuk. Dari perkembangan otak itu menyebabkan perkembangan kognitif pada bayi untuk dapat berkembang lebih cepat dari bulan sebelumnya (Chamida, 2009). B. Pembahasan Analisis Bivariat Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisa hubungan pijat bayi dengan pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) dan perkembangan (mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan sebagai penyangga dan mempertahankan leher secara kaku ketika ditarik perlahan kedua tangannya hingga ke posisi duduk) bayi usia 6 bulan. Secara lebih jelas akan dibahas sebagai berikut: 1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 68 Pada perkembangan mengangkat dada bayi menggunakan pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil kekuatan efektifitas antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat dada didapatkan nilai odds ratio (OR) 11. Angka ini menunjukkan pijat bayi 11 kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan perkembangan mengangkat dada dengan kedua tanganya sebagai penyangga dari pada yang tidak mendapatkan pijat bayi. Perkembangan kemampuan motorik kasar mengangkat leher menggunakan pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil analisa kekuatan efektifitas antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat leher didapatkan nilai odds ratio (OR) 10. Angka ini menunjukkan pijat bayi 10 kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan perkembangan mempertahankan leher secara kaku ketika kedua tangannya ditarik perlahan dari posisi terlentang ke posisi duduk dari pada yang tidak mendapatkan pijat bayi. Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Pada bayi usia 6 bulan ke atas otot-otot rangka sudah menguat sehingga bayi dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut (Suhartini, 2007). Kemampuan motorik kasar sangat diperlukan dalam perkembangan dipergunakan untuk persiapan perkembangan selanjutnya pada usia 6 bulan otak bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih baik 69 pada area motorik yang utama dalam kemampuan mengedalikan berbagai gerakan dan aktivitas fisik lainnya (Widodo dan Herawati, 2008). Bayi yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur seperti pijat bayi akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Karena pijat bayi dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplay oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur. Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel (Chamida, 2009). Pijat bayi merupakan salah satu jenis stimulasi taktil. Stimulasi taktil adalah suatu jenis rangsangan sensori yang paling penting untuk perkembangan bayi yang optimal (Soedjatmiko, 2006). Hasil penelitian ini dimungkinkan berkaitan pada gerakan pijat bayi di daerah punggung dimana posisi bayi ditengkurapkan dan dipijat dari leher belakang sampai ke pantat, gerakan ini dapat menstimulasi bayi untuk mengangkat kepala. Berkaitan juga dengan gerakan pijat bayi di daerah tangan yang menguatkan otot-otot pada lengan bayi sehingga bayi dapat menopang badannya ketika tengkurap sambil mengangkat dadanya. Hasil dari kedua poin penelitian efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan pada bayi usia 6 bulan khususnya gross motoric ini hampir senada dengan riset yang dilakukan oleh Widodo dan Herawati (2008) yang menyatakan bahwa pemberian baby massage dapat mempengaruhi dan merangsang proses perkembangan gross motoric pada kemampuan merangkak, pull to sit dan rolling dikarenakan pada kelompok eksperimen lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan riset sebelumnya juga yang 70 dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012) yang membuktikan bahwa bayi yang mendapatkan pijat bayi sedini mungkin akan mendapatkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan pijatan. Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan pijat bayi dan tekanan yang diberikan oleh masing-masing ibu berbeda, sehingga ada beberapa bayi yang tidak mendapatkan gerakan yang sudah diberikan karena anak menolak dengan cara menangis serta meronta ketika gerakan diberikan. Karena gerakan pijatan pada bayi yang menolak tidak dapat dipaksakan oleh ibu untuk melakukan gerakan tersebut. Sehingga ada 1 responden yang tidak dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut. 2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan berat badan bayi yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 395,83 gram dengan standar deviasi 78,214, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi rata-ratanya adalah 304,17 gram dengan standar deviasi 72,169. Berat badan bayi kelompok kontrol dalam penelitian juga mengalami peningkatan berat badan sesuai usia, namun kelompok intervensi yang mendapatkan pemijatan rutin oleh orang tua mengalami peningkatan berat badan lebih besar. Sehingga rata-rata berat badan bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih berat dibandingkan dengan ratarata berat badan bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi. Didapatkan 71 hasil untuk t hitung = 2,984 dan Eta Squared 0,28 yang dapat disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan berat badan bayi. Penelitian ini hampir senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan latihan gerak dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan dengan p=0,010 untuk index berat badan. Hasil dari penelitian lainnya terkait efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan (berat badan) pada bayi usia 6 bulan ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Merineherta (2009) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh lebih baik dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai p<0,05. Namun perbedaan dari penelitian ini dengan yang dilakukan Merineherta (2009) adalah waktu pengambilan pengukuran berat badan yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari. Dari penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitriani dan Nurhidayati (2007) didapatkan hasil perhitungan menggunakan uji statistic chi square menunjukkan bahwa pijat bayi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 < 0,05). Kuatnya hubungan ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi 72 pijatan secara teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya. Sejalan dengan pendapat Roesli (2013) yang menyatakan bahwa manfaat pijat bayi dapat meningkatkan berat badan dan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak (bounding) dan meningkatkan produksi ASI. Karena bayi mendapatkan pemijatan pada bagian abdomen yang dimana pemijatan ini dapat memperlancar proses pencernaan bayi. Pijatan yang diberikan pada bayi dilakukan dengan pelan dan lembut, sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan menjadi besar. Setelah pemijatan bayi akan merasa lapar dan haus sehingga meningkatkan pemberian nutrisi oleh ibu (Merineherta, 2009). Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi akan merasa cepat lapar, sehingga bayi akan lebih sering menyusu pada ibunya (Roesli, 2013). Bayi yang diberikan pijatan akan lebih rileks dan beristirahat dengan efektif, sehingga pada saat bangun membawa energi cukup untuk beraktifitas. Secara optimal bayi akan cepat lapar sehingga nafsu makan meningkat. Peningkatan nafsu makanan bayi akan meningkat, sehingga kenaikan berat badan yang dialami bayi menjadi optimal dan bayi yang mendapatkan perlakuan pijat bayi mengalami peningkatan berat badan yang lebih signifikan dibandingkan mendapatkan perlakuan pijat bayi. dengan bayi yang tidak 73 b. Efektifitas Pijat Bayi dengan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan panjang badan bayi yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 2,54 cm dengan standar deviasi 0,722, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi rata-ratanya adalah 1,50 cm dengan standar deviasi 0,522. Rata-rata panjang badan bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih tumbuh panjang dibandingkan dengan rata-rata panjang badan bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi. Panjang badan bayi yang mendapatkan pijat bayi penambahan panjang badannya sesuai dengan kurva pertumbuhan National Center for Health Statistics (NCHS), yang mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm (1 inci) setiap bulan selama 6 bulan pertama. Didapatkan hasil untuk t hitung = 4,051 dan Eta Squared 0,43 yang dapat disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan latihan gerak dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan, dengan p=0,019 pada hasil pertumbuhan panjang badan kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) adalah waktu proses lama pengambilan data yang lebih lama dan waktu pengambilan data yang berulang pada penelitiannya. 74 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kristanto (2008) yang mendapatkan hasil uji beda mean dengan t= 0,006 yang ditarik kesimpulan terjadinya peningkatan tinggi badan yang signifikan pada bayi yang diberikan terapi sentuhan berupa pijat bayi dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkannya. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Kristanto adalah durasi waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan 4 minggu dimana proses pengukuran panjang badan dilakukan pada awal sebelum intervensi dan sesudah 4 minggu setelah intervensi, sedangkan waktu penelitian yang dilakukan oleh Kristanto adalah selama 6 minggu, pengukuran panjang badan bayi setiap minggunya. Pertumbuhan panjang badan terjadi karena perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Dimana osteoblas dan osteoklas berperan dalam proses pembentukan tulang, keduanya bekerja secara bertolak belakang (osteoblas memicu pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan tulang yang seimbang. Pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi oleh osteoblas (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras. Sehingga diharapkan pada awal pertumbuhan bayi osteoblas lebih banyak terbentuk dari pada osteoklas. 75 Osteoblas dan osteoklas dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan (growth hormon). Hormon pertumbuhan (growth hormon) yang mempengaruhi pertumbuhan tulang pada bayi dapat dirangsang melalui terapi pijat bayi yang diberikan menyebabkan diskresikannya serotonin. Dalam fisiologi pijat bayi disebutkan bahwa serotonin yang disekresikan oleh sistem saraf dalam hipotalamus akan meningkatkan kecepatan sekresi hormon pertumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan bayi termasuk tulang (Rosalina, 2007). Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pedoman pijat bayi Roesli (2013) bahwa pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta-endhorphine. Sehingga bila terjadi pengurangan sensasi taktil juga akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan, karena menurunnya jumlah dan kepekaan dari aktivitas ODC (Ornithine Decarboxylase) jaringan. Dimana ODC sebagai pemicu hormon pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan yang tidak responsif terhadap hormon tertentu, melainkan hanya merespon secara aktif terhadap stimulasi. Sehingga stimulasi sentuhan ataupun pijat bayi sangat membantu peningkatan responsif dari ODC. Peneliti melihat perbedaan ini mungkin juga dapat dikarenakan oleh faktor pemenuhan nutrisi. Nutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang badan bayi dan mempengaruhi hormon pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan panjang badan dalam penelitian ini 76 mungkin juga dapat dikarenakan oleh faktor genetik dari kedua orang tua yang juga mempengaruhi pertumbuhan pada panjang badan bayi. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut: 1. Pendekatan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan dan panjang badan yang kurang, karena peneliti tidak melakukan pemeriksaan riwayat pada pertumbuhan yang melibatkan faktor genetik dari kedua orang tua bayi. 2. Peneliti tidak melakukan penilaian pada jenis stimulasi lainnya yang mungkin diberikan oleh orang tua kepada bayi setiap waktunya. Sementara masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yang perlu diteliti seperti nutrisi pada bayi, karena peneliti juga tidak melakukan penilaian pada pola makan dan minum sehari-hari pada bayi. 3. Kognitif orang tua yang berbeda-beda sehingga pengetahuan yang sudah diberikan kepada orang tua oleh peneliti dalam aplikasi pelaksanaan pemberian pijatan juga berbeda-beda antar ibu satu dengan yang lain, seperti tekanan dan gerakan yang mungkin diberikan oleh ibu kepada bayinya. BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan rata – rata usia responden 6,13 dan didapatkan usia terbanyak 6 bulan 13 hari ada 5 bayi (20,8%). 2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel perkembangan bayi poin motorik kasar bayi dapat mengangkat dada (p=0,025) dan mengangkat leher (p=0,013) secara statistik membuktikan ada hubungannya yang signifikan dengan pemberian pijat bayi dalam meningkatkan perkembangan bayi. Nilai odds ratio (OR) perkembangan mengangkat dada 10 dan mengangkat leher 11 memperlihatkan bahwa pijat bayi lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan perkembangan pada bayi. 3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pertumbuhan berat badan (t hitung=2,984) dan panjang badan (t hitung=4,051). Nilai Eta Squared untuk menentukan efektifitas dari pijat bayi didapatkan 0,28 untuk pertumbuhan berat badan dan 0,43 untuk pertumbuhan panjang badan yang membuktikan bahwa pijat bayi memiliki efektifitas besar terhadap peningkatan pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi. 78 79 B. Saran 1. Bagi Orang Tua Disarankan untuk perlunya kesadaran orang tua terhadap permberian stimulasi pijat bayi dan stimulasi tumbuh kembang lainnya. Diharapkan orang tua aktif dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang dengan pijat bayi, serta memahami stimulasi apa saja yang sesuai usia bayi dan perkembangan apa saja yang sesuai dengan usia bayinya agar bayi tidak mengalami keterlambatan perkembangan yang berkepanjangan. 2. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi petugas kesehatan khususnya program KIA di Puskesmas, untuk pro aktif melakukan pendeteksian dini tumbuh kembang anak, memberikan pengetahuan tentang pijat bayi kepada orang tua bayi dan diharapkan dapat memberikan pelatihan terkait pijat bayi serta pendeteksian dini tumbuh kembang anak secara dasar kepada para kader posyandu sebagai program tumbuh kembang anak. 3. Bagi Kader Posyandu Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pengetahuan kepada kader terkait dengan pendeteksian dini tumbuh kembang anak serta pentingnya stimulasi pijat bayi untuk dapat berjalan sebagai kegiatan tambahan di dalam posyandu. 80 4. Bagi Peneliti Lain Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor genetik dan bawaan lahir dalam efek pemberian pijat bayi terhadap pertumbuhan panjang badan pada bayi misalnya dengan melakukan pengecekan riwayat lengkap bayi saat lahir dan genetika tinggi badan kedua orang tua. DAFTAR PUSTAKA . (2009). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Akbar, Rena & Hawadi. (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo. Ariani. (2013). Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan Perkembangan Anak. Malang: Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Bamm, Elena L. & Rosenbaum, Peter. (2008). Family-Centered Theory: Origins, Development, Barriers, and Supports to Implementation in Rehabilitation Medicine. Published by Elsevier Inc. Briawan, Dodik & Herawati, Tin. (2008). Peran Stimulasi Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Vol. 1 No. 1/Januari 2008 – 63. Chamida, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Prtumbuhan dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY. Chamida, Atien N. (2009). Pentingnya Stimulasi Dini Bagi Tumbuh Kembang Otak Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY. Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A. & Marini, Zopito A. (2011). Supporting Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education Vol. 20, No. 4. Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Evidence Based Medicine. Seri 3 Cetakan 2. Jakarta: Sagung Seto. Data Statistik Indonesia. (2012). Demografi: Fertilitas. Indonesia: Statistic Indonesia. Dhamayanti, Meita. (2006). Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri Vol.8. Field, T., Diego, M., Medina, L., Delgado, J. & Hernandez, A. (2011). Yoga and Massage Therapy Reduce Prenatal Depression and Prematurity. University of Miami School of Medicine: NIH Public Access. Fitriani, Lourentina & Nurhidayati, Novita. (2007). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Di Poli Klinik Fisioterapi Handicamp International Wedi Klaten. Semarang: UNS. Gruendemann, Barbara J. & Fernsebner, Billie. (2006). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta: EGC. Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Gupte, Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment between Mother and their Infants. Asian Nursing Research. Hastono, Sutanto P. & Sabri, Luknis. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. Heath, Alan & Bainbridge, Nicki. (2004). Baby Massage: The Calming Power of Touch. New York: DK Publishing, Inc. Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Analisis Data. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hurlock. (2002). Perkembangan Anak. Edisi Keenam, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Inal, Sevil & Yildiz, Suzan. (2012). The Effect of Baby Massage On MentalMotor Development of Healthy Full Term Baby. Turkey: HealthMED. Irmawati, M., Ardani, I Gusti A.I., Astasari, D., Irwanto, Suryawan, Ahmad & Narendra M.B. (2012). Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan. Jawa Tengah: Media Medika Indonesia. Jing, Jin et al. (2007). Massage and Motion Training For Growth and Development of Infants. Guangzhou : World J Pediatr. Kadi, Fiva A., Garna, Herry & Fadlyana, Eddy. (2008). Kesetaraan Hasil Skrining Risiko Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada Anak Usia 1214 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Kania, Nia. (2006). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Yang Optimal. Bandung: Universitas Padjajaran. Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Instrumen Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI. Kristanto, Heny. (2008). Pengaruh Terapi Sentuh Terhadap Antropometri Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren I Kediri. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Lappin, Grace & Kretschmer, Robert E. (2005). Applying Infant Massage Practices: A Qualitative Study. Journal of Visual Impairment & Blindness. Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8. Leonard, Julia. (2008). Exploring Neonatal Touch. Mind Matters: The Wesleyan Journal of Psychology Vol. 3. Lorenz, Lydia et al. (2005). The Benefits of Baby Massage. Vol 17 no. 2 March: Paediatric Nursing. Mares, S., Newman, L. & Warren, Beulah. (2011). Clnical Skill In Infant Mental Health: The First Three Years. Second Edition. Australian: ACER Press. Merineherta. (2009). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-6 Bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Padang: Universitas Andalas. Moszkowski, Robin J. & Stack, Dale M. (2007). Infant Touching Behaviour During Mother–Infant Face-to-Face Interactions. Infant and Child Development Volume 16, Issue 3, pages 307–319. Notoatmojo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, Susilaningrum U. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika. Nuryanti, Deni. (2012). Hubungan Pijat Bayi Dengan Frekuensi Sakit Bayi Di Kecamatan Kartasura. Surakarta: FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta. NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy: Tuning in to Your Baby’s Cues. http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during_inf ancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014. Pallant, Julie Florence. (2011). SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To Data analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Pratiwi, Anindita R. (2013). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Di Desa Pamdak Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Jurusan Keperawatan UNSOED. Primadi, Aris & Alam, Anggraini. (2009). Hubungan Perkembangan Dengan Pertumbuhan Bayi Kurang Bulan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas Universitas Pajajaran. Profil Posyandu Puskesmas Kelurahan Bintaro. (2014). Data Posyandu Perbulan. Jakarta: Puskesmas Kelurahan Bintaro. Public Health Agency of Canada. (2012). Infancy: Birth - Two Years of Age. Canada: canada.gc.ca. http://www.phac-aspc.gc.ca/hp-ps/dca-dea/stagesetapes/childhood-enfance_0-2/index-eng.php diakses pada 28 Maret 2014. Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna Swadaya Nusantara. Rosalina, Ina. (2007). Fisiologi Pijat Bayi. Bandung: Trikarsa Multimedia. Saefuddin, Asep. (2008). Statistika Dasar. Bandung: Grasindo. Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPPS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. (2012). Panduan Lengkap SPPS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Santrock, John W. (2003). Adolescene: Perkembangan Masa Remaja. Jakarta: Erlangga. Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Siregar, Juke R. (2012). Halo Balita Series: Panduan Untuk Ayah Dan Ibu. Mizan book strore: Jakarta. Soedjatmiko. (2006). Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: Sari Pediatri Vol. 8 No.3. Subakti, Yazid & Rizki A., Deri. (2008). Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu Media. Subekti. R. (2008). Panduan Praktis Memijat Buah Hati Anda. Nusa Presindo: Yogyakarta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhartini, B. (2007). Tahap Perkembangan Motorik Bayi. Yogyakarta: FKIK Universitas Negeri Yogyakarta. Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi Usia 0-12 Bulan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Underdown, A., Barlow, Jane & Steward-Brown, Sarah. (2010). Tactile Stimulation In Physically Health Infants: Results of a Sytematic Review. Journal of Reproductive and Infant Psychology Vol.28, No.1. U.S. Department of Health and Human Services. (2009). Infant and Newborn Development. Bethesda: National Institutes of Health. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/infantandnewborndevelopment.html diunduh pada 10 Maret 2014. Widodo, A & Herawati, I. (2008). Efektifitas Massage Efflurage Terhadap Perkembangan Gross Motoric Pada Usia 3-4 Bulan. Semarang: Program Studi Fisioterapi UMS. Wijayanti, R., & Purwandari, H. (2006). Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Keluarga Dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi. Purwokerto: Jurusan Keperawatan UNSOED. Wong, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC. World Health Organization. (2013). Health Topic : Infant, Newborn. Geneva: WHO. World Health Organization. (2012). Demographic and Socioeconomic Statistics: Crude Birth and Death Rate Data by Country. http://apps.who.int/gho/data/view.main.CBDR2040?lang=en diunduh pada 18 Maret 2014. Wuryandani, Wuri. (2010). Peranan Keluarga Dalam Menginternalisasikan Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP UNY. Yurisa, Wella. (2008). Etika Penelitian Kesehatan. Riau: FK UNRI. Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Zero To Three. (2012). Behavior and Development. Washington: National Center for Infants, Toddlers and Families.http://www.zerotothree.org/childdevelopment/ diunduh pada 20 Maret 2014. Distribusi Usia Bayi Statistics usia N Valid 24 Missing 0 Mean 6,13 Median 6,00 Std. Deviation 3,180 Minimum 1 Maximum 11 usia Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 6 bulan 3 12,5 12,5 12,5 6 bulan 2 1 4,2 4,2 16,7 6 bulan 3 1 4,2 4,2 20,8 6 bulan 4 2 8,3 8,3 29,2 6 bulan 5 4 16,7 16,7 45,8 6 bulan 9 2 8,3 8,3 54,2 6 bulan 10 3 12,5 12,5 66,7 6 bulan 11 1 4,2 4,2 70,8 6 bulan 12 1 4,2 4,2 75,0 6 bulan 13 5 20,8 20,8 95,8 6 bulan 15 1 4,2 4,2 100,0 24 100,0 100,0 Total Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent PijatBayi * PerkembanganMengangkat Dada 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0% PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation PerkembanganMengangkatDada Bayi Dapat Bayi Tidak Melakukannya Dapat Melakukannya Count % within PijatBayi Ibu Memberikan Pijat Bayi 11 1 91,7% 8,3% 64,7% 14,3% 45,8% 4,2% 6 6 50,0% 50,0% 35,3% 85,7% 25,0% 25,0% 17 7 70,8% 29,2% 100,0% 100,0% 70,8% 29,2% % within PerkembanganMengangkat Dada % of Total PijatBayi Count % within PijatBayi Ibu Tidak Memberikan Pijat % within Bayi PerkembanganMengangkat Dada % of Total Count % within PijatBayi % within Total PerkembanganMengangkat Dada % of Total PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation Total Count % within PijatBayi Ibu Memberikan Pijat Bayi % within PerkembanganMengangkatDada % of Total 12 100,0% 50,0% 50,0% PijatBayi Count % within PijatBayi Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi % within PerkembanganMengangkatDada % of Total Count % within PijatBayi Total % within PerkembanganMengangkatDada % of Total 12 100,0% 50,0% 50,0% 24 100,0% 100,0% 100,0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction df Likelihood Ratio Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided) a 1 ,025 3,227 1 ,072 5,455 1 ,020 5,042 b Asymp. Sig. Fisher's Exact Test ,069 Linear-by-Linear Association 4,832 N of Valid Cases 1 ,034 ,028 24 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pijat Bayi (Ibu Memberikan Pijat Bayi / Ibu Tidak Memberikan Pijat 11,000 1,061 114,086 1,833 1,015 3,310 ,167 ,023 1,183 Bayi) For cohort Perkembangan Mengangkat Dada = Bayi Dapat Melakukannya For cohort Perkembangan MengangkatDada = Bayi Tidak Dapat Melakukannya N of Valid Cases 24 Case Processing Summary Cases Valid N PijatBayi * Perkembangan Menahan Leher Missing Percent 24 100,0% N Total Percent 0 0,0% N Percent 24 100,0% PijatBayi Total PijatBayi * Perkembangan Menahan Leher Crosstabulation Perkembangan Menahan Lehernya Bayi Dapat Bayi Tidak Melakukannya Dapat Melakukannya Count 10 2 % within PijatBayi 83,3% 16,7% % within Ibu Memberikan Pijat Bayi PerkembanganMenahanLeh 71,4% 20,0% ernyaSecaraKaku % of Total 41,7% 8,3% Count 4 8 % within PijatBayi 33,3% 66,7% Ibu Tidak Memberikan Pijat % within Bayi PerkembanganMenahanLeh 28,6% 80,0% ernyaSecaraKaku % of Total 16,7% 33,3% Count 14 10 % within PijatBayi 58,3% 41,7% % within PerkembanganMenahanLeh 100,0% 100,0% ernyaSecaraKaku % of Total 58,3% 41,7% PijatBayi * PerkembanganMenahanLehernyaSecaraKaku Crosstabulation Total Count % within PijatBayi Ibu Memberikan Pijat Bayi 12 100,0% % within PerkembanganMenahanLehernyaSec 50,0% araKaku % of Total 50,0% PijatBayi Count % within PijatBayi Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi 12 100,0% % within PerkembanganMenahanLehernyaSec 50,0% araKaku % of Total Count % within PijatBayi Total 50,0% 24 100,0% % within PerkembanganMenahanLehernyaSec 100,0% araKaku % of Total 100,0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction df Likelihood Ratio Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided) a 1 ,013 4,286 1 ,038 6,511 1 ,011 6,171 b Asymp. Sig. Fisher's Exact Test ,036 Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 5,914 1 ,015 24 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for PijatBayi (Ibu Memberikan Pijat Bayi / Ibu Tidak Memberikan Pijat 10,000 1,444 69,262 2,500 1,080 5,786 ,250 ,066 ,942 Bayi) For cohort Perkembangan Menahan Leher = Bayi Dapat Melakukannya For cohort Perkembangan Menahan Leher = Bayi Tidak Dapat Melakukannya N of Valid Cases 24 ,018 T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Berat Badan) Group Statistics PijatBayi N Mean Ibu Memberikan Pijat Bayi Std. Deviation 12 395,83 78,214 12 304,17 72,169 Hasil Selisih BB Post dengan Pre Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi Group Statistics PijatBayi Std. Error Mean Ibu Memberikan Pijat Bayi 22,578 Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi 20,833 Hasil Selisih BB Post denga nPre Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Variances Equality of Means F Equal variances assumed Sig. ,128 t ,724 2,984 Hasil Selisih BB Post dengan Pre Equal variances not 2,984 assumed Independent Samples Test t-test for Equality of Means df Hasil Selisih BB Post dengan Equal variances assumed Pre Equal variances not assumed Sig. (2-tailed) Mean Difference 22 ,007 91,667 21,859 ,007 91,667 Independent Samples Test t-test for Equality of Means Std. Error 95% Confidence Difference Interval of the Difference Lower Equal variances assumed 30,722 27,954 Equal variances not assumed 30,722 27,930 Hasil Selisih BB Post dengan Pre T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Panjang Badan) Group Statistics PijatBayi N Mean Ibu Memberikan Pijat Bayi Std. Deviation 12 2,54 ,722 12 1,50 ,522 Hasil Selisih PB Post dengan Pre Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi Group Statistics PijatBayi Std. Error Mean Ibu Memberikan Pijat Bayi ,208 Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi ,151 Hasil Selisih PB Post dengan Pre Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Variances Equality of Means F Hasil Selisih PB Post Equal variances assumed dengan Pre Equal variances not assumed Sig. ,865 t ,362 4,051 4,051 Independent Samples Test t-test for Equality of Means df Hasil Selisih PB Post dengan Equal variances assumed Pre Equal variances not assumed Sig. (2-tailed) Mean Difference 22 ,001 1,042 20,041 ,001 1,042 Independent Samples Test t-test for Equality of Means Std. Error 95% Confidence Difference Interval of the Difference Lower Equal variances assumed ,257 ,508 Equal variances not assumed ,257 ,505 Hasil Selisih PB Post dengan Pre PANDUAN PIJAT BAYI SENDIRI DI RUMAH PUSPITA EKA K. SARI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam kehidupan manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama kehidupan bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini, 2011). Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan yang akan membantunya dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010). Pijat bayi merupakan cara memberikan stimulasi berupa sentuhan dengan cara pemijatan (Hae-Kyung Lee, 2006). Pijat bayi merupakan cara sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua dan bayi dengan menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan rasa hubungan fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat mencerminkan perasaan masing–masing (Gurol & Polat, 2012) Pijat bayi banyak memberikan berbagai manfaat untuk bayi. Namun tidak hanya bayi saja yang merasakan manfaat dari pijat bayi, orang tua terutama seorang ibu juga merasakan banyaknya mafaat dari pijat bayi ini. Berikut adalah manfaat dari pijat bayi : a. Untuk Bayi 1. Meningkatkan berat badan. 2. Meningkatkan pertumbuhan. 3. Meningkatkan daya tahan tubuh. 4. Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut). 5. Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan. 6. Meningkatkan kosentrasi bayi dan membuat bayi tidur lelap. b. Untuk Ibu 1. Meningkatkan bounding (ikatan) antara orang tua dan bayi sehingga hubungan batinnya menjadi lebih kuat. 2. Meningkatkan produksi asi. 3. Menurunkan tingkat stress dan depresi. Pijat bayi dapat menciptakan suasana akrab antara ayah dan bayinya (Roesli, 2004). Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih. Pijat bayi dapat dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari (Roesli, 2004). Hal–hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan, seperti: a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar. b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan perhiasan. c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara berjalan dengan lancar. d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan. e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih. f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi. Selama proses pemijatan sebaiknya melakukan kontak mata bayi dengan penuh kasih sayang dan mengajak berbicara ataupun bernyanyi. Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan baby lotion atau minyak kelapa tergantung jenis kulit bayi lebih cocok menggunakan baby lotion atau minyak kelapa. a) Pemijatan bagian kaki 1. Perahan cara India dengan cara pegang kaki bayi pada pangkal paha seperti memegang pemukul soft ball, gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu. 2. Peras dan putar dengan cara pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara bersamaan. Kemudian peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari pangkal paha ke arah mata kaki. 3. Telapak kaki dengan cara mengurut telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jarijari diseluruh telapak kaki bayi. 4. Menarik lembut jari dengan cara memijat jarijari bayi satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki bayi, diakhiri dengan tarikan yang lembut pada tiap ujung jari. 5. Gerakan peregangan (strecth) dengan cara menggunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki bayi mulai dari batas jarijari ke arah tumit, dengan jari yang lain regangkan dengan lembut punggung kaki pada daerah pangkal kaki ke arah tumit. 6. Titik tekan dengan cara menekan-nekan kedua ibu jari secara bersamaan diseluruh permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari. 7. Punggung kaki dengan cara gunakaan kedua ibu jari bergantian memijat punggung kaki bayi dari pergelangan ke arah jarijari secara bergantian. 8. Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles) dengan cara membuat gerakan seperti memeras dengan menggunakan ibu jari dan jari-jari lainnya dipergelangan kaki bayi. 9. Perahan cara swedia dengan cara memegang pergelangan kaki bayi, lalu gerakkan tangan pemijat secara bergantian dari pergelangan kaki menuju pangkal paha. 10. Gerakan menggulung dengan cara memegang pangkal paha dengan kedua tangan pemijat, lalu membuat gerakan menggulung dari pangkal paha menuju pergelangan kaki. 11. Gerakan akhir setelah semua gerakan nomor 1-10 dilakukan pada kaki kanan dan kiri, lalu rapatkan kedua kaki bayi. Letakkan kedua tangan pemijat pada pantat dan pangkal paha bayi, kemudian usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan kaki. b) Pemijatan Bagian Perut 1. Gerakan mengayuh sepeda dengan cara memijat bagian perut bayi seperti mengayuh sepeda dari atas ke bawah perut bayi, bergantian dengan tangan kanan dan kiri. 2. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat caranya adalah mengangkat kaki bayi dengan salah satu tangan dan tangan yang lain memijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari-jari kaki. 3. Gerakan ibu jari ke samping dengan cara meletakkan kedua ibu jari di samping kanan-kiri pusar, lalu gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi perut kiri dan kanan. 4. Gerakkan bulan matahari dengan cara membuat lingkaran searah jarum jam menggunakan tangan kiri dimulai dari perut sebelah kanan bawah ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah membentuk matahari. Gunakan tangan kanan juga untuk membentuk setengah lingkaran dimulai dari bagian kanan bawah perut sampai bagian kiri perut bayi membentuk bulan. Gerakan ini dilakukan bersama-sama. 5. Gerakan I Love You, untuk membentuk huruf “I” pijat perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari. Kemudian huruf “L” terbalik dengan cara memijat perut bayi mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudia dari kiri atas menuju kiri bawah. Terakhir membentuk huruf “U” dengan cara memijat perut bayi mulai dari kanan bawah ke atas, kemudian menuju kiri, ke bawah dan berakhir di perut kiri bagian bawah. 6. Gerakan seperti gelembung atau jari-jari berjalan dengan cara meletakkan ujung-ujung jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan, lalu gerakkan jari-jari pemijat dari bagian kanan menuju bagian kiri. c) Pemijatan Bagian Dada 1. Gerakan membentuk jantung besar dengan cara meletakkan ujung-ujung jari kedua telapak tangan pemijat di tengah dada bayi, kemudian membuat gerakan ke atas sampai bawah leher hingga tulang selangka lalu ke bawah sehingga terbentuk jantung terakhir kembali ke ulu hati. 2. Gerakan kupu-kupu dengan cara membuat diagonal seperti gambar kupu-kupu. Dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang dari tengah dada menuju bahu kanan kembali lagi ke tengah. Gerakan tangan kiri pun demikian seperti tangan kanan menuju bahu kiri. d) Pemijatan Bagian Tangan 1. Pemijatan pada ketiak dengan cara memijat dari atas ke bawah ketiak. 2. Perahan cara india dengan cara tangan kanan memegang tangan bayi pada pundaknya seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan tangan bayi. Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu. 3. Gerakan peras dan putar dengan cara memeras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak hingga pergelangan tangan bayi. 4. Gerakan membuka tangan dengan cara memijat telapak tangan bayi menggunakan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan menuju jari-jari bayi. 5. Gerakan memutar jari-jari dengan cara memijat lembut jari bayi satu per satu menuju ke arah ujung jari-jari dengan gerakan memutar dan diakhiri dengan tarikan lembut setiap ujung jari. 6. Punggung tangan dilakukan pemijatan dengan cara meletakkan tangan bayi diantara kedua tangan pemijat, lalu usap punggung tangannya dari pergelangan menuju jari-jari. 7. Peras dan putar sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk. 8. Perahan cara swedia dilakukan dengan menggerakkan tangan kiri dan kanan pemijat secara bergantian mulai dari pergelangan tangan bayi menuju arah pundak. 9. Gerakan menggulung dengan cara memegang lengan bayi bagian atas atau bahu dengan kedua telapak tangan membentuk gerakan menggulung dari pangkal menuju pergelangan tangan. e) Pemijatan Bagian Wajah 1. Pada dahi buatlah gerakan seperti menyetrika dahi atau membuka buku dengan menggunakan kedua ibu jari pemijat. 2. Pada alis mata letakkan kedua ibu jari pemijat diantara kedua alis mata dengan membuat gerakan ke samping seolaholah menyetrika alis. 3. Pada hidung dengan cara meletakkan kedu ibu jari pada pertengahan alis lalu turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah-olah bayi tersenyum. 4. Pada bagian mulut atas dengan cara meletakkan kedua ibu jari pemijat di atas mulut di bawah sekat hidung lalu gerakkan kedua ibu jari tadi ke arah samping ke atas daerah pipi. 5. Pada bagian mulut bawah dengan cara meletakkan kedua ibu jari pemijat di bawah mulut di tengah dagu lalu gerakkan kedua ibu jari tadi dari tengah ke atas daerah pipi. 6. Membuat lingkaran kecil di rahang bayi dengan cara menggunakan kedua tangan, lalu buatlah lingkaranlingkaran kecil di daerah rahang bayi. 7. Pada bagian belakang telingan bayi lakukan pemijatan dengan ujung-ujung jari berikan sedikit tekanan lembut pada bagian belakang telinga ke arah pertengahan dagu. f) Pemijatan Bagian Punggung 1. Tengkurapkan bayi dengan kepala di sebelah kiri dan kaki disebelah kanan pemijat, lalu pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakkan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan dari bawah leher hingga pantat bayi kemudian kembali lagi ke leher bayi. 2. Pegang pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri memijat mulai dari leher hingga bertemu tangan kanan pemijat seperti seolah menyetrika punggung. 3. Ulangi gerakan nomor 2 hanya kali ini dengan memegang kaki bayi dan gerakkan dilanjutkan hingga tumit kaki bayi. 4. Gerakan melingkar dilakukan dengan cara jari-jari kedua tangan membuat gerakangerakan melingkar kecil-kecil dari batas tengkuk hingga turun ke bawah, semakin ke bawah lingkaran yang terbentuk semakin besar. 5. Gerakkan menggaruk dengan cara memberikan tekanan lembut menggunakan jari-jari pemijat pada punggung bayi. Lakukan gerakan ke bawah memanjang hingga pantat bayi. DAFTAR PUSTAKA Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A., & Marini, Zopito A. (2011). Supporting Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education Vol. 20, No. 4. Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment between Mother and their Infants. Asian Nursing Research. NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy: Tuning in to Your Baby's Cues. http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during infancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014. Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8. Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna Swadaya Nusantara. Aktivitas yang Dianjurkan Untuk Bayi usia 4– 6 Bulan Stimulasi Kinetik Dukung bayi untuk posisi duduk biarkan bayi condong ke depan untuk keseimbangan dirinya. Biarkan bayi merngkak dan berguling di lantai dengan alas yang empuk Stimulasi Visual Letakkan bayi didepan cermin agar bayi dapat melihat dirinya. Berikan mainan dengan warnawarni yang cerah STIMULASI BUAH HATI ANDA Stimulasi Auditori Ajak bayi berbicara sesering mungkin, dapat sambil bernyanyi bersama Tertawalah ketika bayi tertawa OLEH: Berikan bayi mainan yang dapat berbunyi, seperti kerincingan PUSPITA EKA KURNIA SARI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI 2014 STIMULASI Stimulasi memegang peran Sentuhan Sentuhan adalah hal Aktivitas yang Dianjurkan Untuk Bayi usia 4– 6 Bulan yang sangat penting untuk yang paling mendasar bagi ke- meningkatkan pertumbuhan dan hidupan dalam kehidupan Stimulasi Taktil perkembangan bayi untuk dapat manusia semenjak dilahirkan. berkembang dengan maksimal. Pada awal bulan–bulan pertama Sebaiknya stimulasi diberikan kehidupan bayi sentuhan lebih secara terus menerus (Chamida, sering digunakan (Cheng, Volk 2009). & Marini, 2011). Stimulasi rangsangan yang Berilah anak mainan yang lunak yang dapat diremasnya dengan tekstur yang berbeda-beda. Percikkanlah air sekali-sekali ketika memandikan bayi Sentuhan merupakan mudah diberikan oleh orang tua bentuk dari stimulus bagi bayi secara aktif pada bayi dapat yang merupakan bagian dari melalui stimulasi taktil dalam sen- pengalaman awal dalam be- tuhan lembut, menggerakkan kaki berapa tahun pertama ke- pangkuan sesekali ketika dan tangan bayi posisi ekstensi hidupan yang akan memban- memegangnya pada posisi berdiri serta fleksi (Soedjatmiko, 2006). tunya dalam pertumbuhan dan Stimulasi Kinetik goyangkan bayi ketika berada di perkembangan selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010). Business Name LEMBAR KEGIATAN PIJAT BAYI Pemijatan dilakukan orang tua setiap 2 kali sehari dengan durasi waktu pemijatan 15-20 menit selama 30 hari. No. Waktu 1 11 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore No. Waktu 3 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore No. Waktu 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Keterangan: 1. (√) pada kolom waktu di bawah pagi, sore setelah bayi sudah mendapatkan pemijatan dan cantumkan waktu ketika melakukan pemijatan tersebut. 2. Cantumkan alasan mengapa bayi tidak mendapatkan pemijatan, seperti bayi sakit ataupun ibu lupa melakukannya. LEMBAR OBSERVASI PERTUMBUHAN BAYI Tabel Obervasi Pertumbuhan Bayi Saat Akhir Pertumbuhan Tgl Saat Awal Tgl Penelitian Pemeriksaan Penelitian Pemeriksaan (Setelah 30 hari) Berat Badan (gr) Panjang Badan (cm) Lingkar Kepala (cm) LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN BAYI Perkembangan bayi dinilai menggunakan penilaian Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan bayi usia 6 Bulan. Penilaian untuk poin nomor ke-4 dan ke-10 yang menjadi poin penilaian utama pada perkembangan. Tabel Observasi Perkembangan Bayi Pertanyaan KPSP Poin Nomor 4 Tgl Saat Awal Tgl dan 10 Pemeriksaan Penelitian Pemeriksaan Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai penyangga seperti pada gambar ? Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahanlahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan. Saat Akhir Penelitian (Setelah 30 hari)