efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi

advertisement
EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6 BULAN
DI KELURAHAN BINTARO JAKARTA
Skripsi
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
PUSPITA EKA KURNIA SARI
1110104000009
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, September 2014
Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009
Effectiveness of Baby Massage in The Growth and Development of 6 Months
Babies In The District Bintaro Jakarta.
xviii + 87 pages + 3 charts + 9 tables + 7 attachments
Infant period is the basis of a child’s growth and development for next steps. This
period depends on parents and family in fulfilling basic needs to grow and to
develop. Stimulation during infant period is needed to stimulate a baby’s growth
and development. Baby massage is an activity which can stimulate the baby’s
growth and development, and it can be done by parents or baby sitters. The
objective of this study is to find out the effectiveness of baby massage in the
growth and development of six-month babies in the district Bintaro, Jakarta. The
study is a qualitative study using quasi experiment with non randomized pre and
post test with control group design. Total sample of the study is 24 people gained
from total sampling technique. Instruments of the study are KPSP, a meter, and
baby scales. The data are analyzed using univariate and bivariate (by examining
Chi Quadrat formula to gain Odds Ratio values and t-test independent formula to
gain Eta Squared values). The results show that baby massage is effective for the
development. It is proved by the Odd Ratio values which are 11 times more
effective to improve the ability of raising chest and 10 times more effective to
improve the ability of raising neck. Moreover, baby massage is also effective for
the growth (weight and height) proved by Eta Squared values which are 0,28 for
the weight and 0,43 for the height. It means that baby massage is very effective
for a baby’s growth especially for its weight and height.
Keywords: baby massage, development, growth, KPSP, infants 6 months of age.
Reference: 76 (2002 – 2013)
iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2014
Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009
Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia
6 Bulan Di Kelurahan Bintaro Jakarta
xviii + 87 halaman + 3 bagan + 9 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Masa bayi sebagai dasar dari pertumbuhan dan perkembangan seorang anak
menuju tahapan berikutnya. Masa ini sangat bergantung kepada orang tua dan
keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang.
Stimulasi dalam masa bayi sangat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan. Pijat bayi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang
tua ataupun pengasuh bayi sebagai tindakan menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat
bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan
Bintaro Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
quasi eksperiment dengan pendekatan non randomized pre and post test with
control group design. Responden yang berjumlah 24 orang diperoleh
menggunakan teknik total sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
KPSP, meteran, dan timbangan bayi. Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat (uji chi square untuk mendapatkan nilai odds ratio dan uji t-test
independent untuk mendapatkan nilai Eta Squared). Hasil penelitian didapatkan
nilai efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan dihitung dengan melihat hasil
odds ratio didapatkan pijat bayi 11 kali lebih besar untuk meningkatkan
kemampuan mengangkat dada, 10 kali lebih besar untuk meningkatkan
kemampuan mengangkat leher, nilai efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan
(berat badan dan panjang badan) dihitung dengan menggunakan rumus Eta
Squared diperoleh hasil 0,28 untuk berat badan dan 0,43 untuk panjang badan
yang berarti pijat bayi memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) bayi.
Kata Kunci: Pijat bayi, perkembangan, pertumbuhan, KPSP, bayi usia 6 bulan.
Referensi: 76 (2002 – 2013)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: PUSPITA EKA KURNIA SARI
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 12 Agustus 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Komplek Depsos 7 No.12 Rt. 004 Rw. 02,
Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan,
DKI. Jakarta. 12330
Telephone/HP
: 085780759676
E-mail
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Tat Wam Asi
1997 – 1998
2. SDN 01 Bintaro Jakarta
1998 – 2004
3. SMPN 161 Jakarta
2004 – 2007
4. SMAN 29 Jakarta
2007 – 2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 – sekarang
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
UNTUKMU PAPAH UNTUKMU MAMAH
Kasih sayangmu… Cintamu.. selalu kau berikan padaku…
Perjuanganmu… Usaha kerasmu… kau peras keringatmu…
Untuk semua cita-cita ku… Sedikitpun tak pernah mencari kesenangan
untukmu…
Disetiap lelahmu kau selalu berusaha tersenyum didepanku…
Walau diriku sering mendurhakaimu… Diriku terkadang membuat kecewa
dirimu…
Dan dirimu tak pernah sekalipun berhenti untuk memberikan semua itu…
Dirimu pun tak pernah sedikitpun meminta balasan apapun dariku…
Karena aku tahu… Dirimu melakukan semua itu…
Hanya
untuk
kehidupanku…
membuatku
bahagia
dan
tersenyum
disetiap
langkah
Selama hidupku dirimu menjadi cahaya dan pelita dalam setiap langkah
kehidupanku…
Maafkanlah diriku…Yang belum bisa membalas semua kebaikan yang telah
kalian berikan untukku disepanjang kehidupanku…
Diriku berjanji… Ku kan selalu berusaha dan berdo’a semampuku kepada Allah
SWT… untuk kebahagiaan dan kesehatanmu di masa tua mu nanti…
Diriku kan berusaha membahagiakan dan menjaga mu hingga dunia
memisahkan kita…
Walaupun kelak apa yang ku beri… Pastilah tidak akan pernah dapat sama
dengan sebesar apa yang diriku terima selama ini…
Best Love
Kakak Sari
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas
Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan di
Kelurahan Bintaro Jakarta”.
Pembuatan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), serta sebagai penerapan dan
pengembangan teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang bertujuan untuk
perbaikan sebagai penyempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai
banyak pihak yang telah memberikan dorongan motivasi dan masukan untuk
penulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep,M.Sc selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep,M.Kep,Sp. Kep.An selaku dosen
pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan masukan kepada penulis.
x
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp,M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada
penulis untuk penguatan dalam metode penelitian ini.
6. Ibu Yenita Agus, M.Kep,Sp.Mat,Ph.D dan Ibu Ns. Uswatun Hasanah,
MNS selaku dosen penguji pada seminar proposal yang telah memberikan
banyak masukan kepada penulis.
7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga sekarang, serta
seluruh jajaran staf karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
8. Orang tua tercinta papah Ermawansyah dan mamah Sri Tuti untuk kasih
sayang, doa serta dukungannya baik secara material, moral dan spiritual
yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga kebaikan dan
pengorbanan kalian selama kehidupan ini tidak akan sia-sia yang akan
dibalas oleh Allah SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang
kalian harapkan dan menjadi putri terbaik kalian.
9. Adik ku tersayang Sony dan Ayi serta keluarga besar penulis yang
senantiasa memberikan doa dan dukungan semangat yang tulus.
10. Sahabat ku, orang spesial yang berada dalam hati ini, seluruh temanteman PSIK 2010, saudara seperjuangan selama perjalanan di KPA.
Arkadia UIN Jakarta, adik dan kakak kelas PSIK UIN Jakarta yang telah
banyak membantu untuk penulisan ini serta memberikan memotivasi
maupun dukungannya kepada penulis. Pihak-pihak yang telah membantu
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis tentunya untuk wawasan serta pengetahuan penelitian terkait.
Wassalamu’alaykum wr.wb.
Jakarta, September 2014
Puspita Eka Kurnia Sari
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………….
ii
ABSTRAC …………………………………………………………………..
iii
ABSTRAK ………………………………………………………………….. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………. v
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. viii
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………… ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
xii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………...
xv
DAFTAR BAGAN ………………………………………………………….
xvi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
xvii
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….
8
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………...
9
E. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………...
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
xii
A. Bayi ………………………………………………………………….. 12
1. Definisi Masa Bayi ………………………………………………
12
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi ………………………….. 13
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Bayi ……………………………………………...
18
B. Pijat Bayi …………………………………………………………….
21
1. Definisi Pijat Bayi ……………………………………………….
21
2. Manfaat Pijat Bayi ……………………………………………….
23
3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi ……………
25
4. Penelitian Terkait Dengan Pijat Bayi ……………………………
26
C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) …………………… 29
1. Cara Menggunakan KPSP ……………………………………….
30
2. Interpretasi Hasil KPSP ………………………………………….
31
D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak …………... 34
E. Kerangka Teori ………………………………………………………
37
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ……………………………………………………
38
B. Hipotesis ……………………………………………………………..
39
C. Definisi Operasional …………………………………………………
40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian …………………………………………………….
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………...
43
C. Populasi dan Sampel ………………………………………………… 44
D. Instrument Penelitian ………………………………………………...
46
E. Uji Validitas dan Realibilitas ………………………………………..
46
F. Langkah – Langkah Pengumpulan Data …………………………….. 47
G. Etika Penelitian ……………………………………………………… 50
H. Pengolahan Data ……………………………………………………..
xiii
54
I. Analisis Data ………………………………………………………… 55
BAB V HASIL
A. Gambaran Lokasi Penelitian ………………………………………… 57
B. Analisis Univariat ……………………………………………………
58
C. Analisis Bivariat ……………………………………………………..
59
1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………..
59
2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi
Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol …………...
61
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat ……………………………………………….
66
1. Usia ……………………………………………………………….
66
B. Pembahasan Analisis Bivariat ……………………………………….
67
1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………………. 68
2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………………
70
C. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………..
77
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 78
B. Saran …………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
79
DAFTAR SINGKATAN
CDC
: Centers for Disease Control and Prevention
CBR
: Crude Birth Rate
APGAR
: Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
KPSP
: Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan
ASI
: Air Susu Ibu
KMS
: Kartu Menuju Sehat
Kemenkes RI
: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TK
: Taman Kanak-Kanak
PAUD
: Pendidikan Anak Usia Dini
CM
: Centimeter
GR
: Gram
UIN
: Universitas Islam Negeri
WHO
: World Health Organization
ODC
: Ornithine Decarboxylase
OR
: Odds Ratio
NCHS
: National Center for Health Statistics
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
37
2.1 Kerangka Teori
3.1 Kerangka Konsep
39
4.1 Bentuk Rancangan Penelitian
43
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0 – 1 Tahun
Halaman
14
Tabel 2.2 Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia 0 – 1 Tahun
15
Tabel 2.3 Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan
33
Tabel 3.1 Definisi Operasional
40
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia Bayi
58
Tabel 5.2 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
60
Tabel 5.3 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Leher Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
61
Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
62
Tabel 5.5 Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol
64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Booklet Panduan Pijat Bayi Sendiri Di Rumah
Lampiran 4. Leaflat Stimulasi
Lampiran 5. Ceklis Jadwal Kegiatan Harian Pijat Bayi
Lampiran 6. Lembar Observasi Pertumbuhan Bayi
Lampiran 7. Lembar Observasi Perkembangan Bayi
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah bayi sebanyak 4.462.562
jiwa dari 23.009.874 balita yang ada (Data Statistik Indonesia, 2012). Untuk
wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara jumlah kelahiran sebesar
170.379 bayi lahir hidup pada tahun 2012 menempati urutan ke 6 untuk
jumlah kelahiran setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera
Utara dan Banten (Kemenkes RI, 2012).
Masa
bayi
merupakan
tahapan
dimana
pertumbuhan
dan
perkembangan yang sangat cepat, dimulai dari bayi itu lahir hingga nanti
berusia 1 tahun. Usia perkembangan bayi terbagi menjadi 2 yaitu, neonatus
dari lahir hingga berusia 28 hari dan bayi dari 29 hari hingga 12 bulan (World
Health Organization, 2013; Depkes, 2009). Sedangkan menurut Roesli (2013)
yang dikatakan bayi adalah anak dengan usia 0 sampai 12 bulan.
Masa bayi dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan
kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar dari awal
kehidupannya (Yusuf, 2006). Masa bayi dikatakan sebagai golden age atau
masa keemasan karena pada masa ini perkembangan otak berlangsung. Otak
bayi mempunyai sifat plastisitas yaitu kemampuan susunan syaraf untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan atau kerusakan yang disebabkan oleh
1
2
faktor eksternal dan internal, penyesuaian kemampuan syaraf untuk regenerasi
(Zero to Three, 2012). Bayi-bayi memiliki kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang dengan optimal pada masa keemasan diawal kehidupan mereka
(Potter & Perry, 2005). Apapun informasi yang diberikan akan berdampak
bagi si anak di kemudian hari (US Department of Health and Human Service,
2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Faktor
keturunan (genetik) ini berhubungan dengan gen yang diberikan dari seorang
ayah dan ibu kepada anaknya. Faktor lingkungan (environment) terdiri dari
lingkungan biologis, fisik, sosial dan psikologis. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan hasil interaksi dari dua faktor tersebut yang
mempengaruhi kualitas proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak
(Chamidah, 2009). Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yaitu
nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) ketika
lahir, dan pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif (Primadi & Alam, 2009).
Pertumbuhan
dan
perkembangan
merupakan
proses
yang
berkesinambungan, bersifat kontinu dan pertumbuhan merupakan bagian dari
proses perkembangan (Wong, 2009; Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan yang
meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang, dan
karakteristik seksual. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif. Sedangkan
perkembangan seperti perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan
psikososial bersifat kualitatif (Potter & Perry, 2005).
3
Menurut teori Piaget perkembangan kognitif awal yaitu, tahap sensori
motorik. Bayi lahir sudah memiliki sejumlah refleks bawaan dan dorongan
untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar. Refleks terjadi ketika bayi
menerima stimulus atau rangsangan, karena bayi sangat peka terhadap
lingkungan dan stimulus yang diberikan (Wong, 2009; Depkes, 2009).
Perkembangan yang paling mudah dilihat oleh orang tua pada bayinya
yaitu gerakan atau motorik pada bayinya. Secara umum perkembangan gerak
tubuh ada 2 yaitu motorik kasar (gross motoric) dan motorik halus (fine
motoric). Motorik kasar merupakan gerakan tubuh dengan mempergunakan
otot-otot besar seperti menendang, memegang, duduk, berdiri dan berlari
(Widodo & Herawati, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi
terbagi menjadi empat bagian yaitu, usia 0 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, 7 – 9 bulan
dan 10 – 12 bulan. Saat usia 4 – 6 bulan inilah tumbuh kembang anak lebih
cepat pada perkembangan motoriknya (Kemenkes RI, 2010).
Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua dan
keluarga memiliki peran yang sangat penting bukan hanya untuk memenuhi
nutrisi yang cukup, memberikan perhatian dan kasih sayang, melainkan juga
memberikan stimulus untuk membantu proses penyempurnaan jaringan saraf
anak
(Wijayanti
&
Purwandari,
2006).
Diawal
pertumbuhan
dan
perkembangan orang tua memiliki peran dalam pemberian stimulus
rangsangan taktil agar terbentuk koordinasi terhadap reflek dan gerakan bayi
dengan baik, menanggapi komunikasi bayi sehingga bayi senantiasa memiliki
stimulus untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya dan mampu
4
mengoptimalkan perkembangan bicara karena adanya rangsangan pada otak
yang bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa (Chamidah, 2009).
Pemberian stimulus yang diberikan sesaat setelah bayi lahir
memberikan efek yang sangat penting pada perkembangan kemampuan
motorik dan adaptasi sosial di masa perkembangan bayi hingga dewasa nanti
(Jin Jing et al, 2007). Dalam perkembangan seorang anak, stimulasi
merupakan suatu kebutuhan dasar. Stimulasi memegang peran yang sangat
penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk
dapat berkembang dengan maksimal. Selain itu, stimulasi yang diberikan
terus-menerus secara rutin dapat merangsang perkembangan pada sel-sel otak
dan akan memperkuat hubungan antar syaraf yang telah terbentuk, secara
otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik (Chamida, 2009).
Stimulasi yang diberikan orang tua dalam bentuk stimulasi visual,
verbal, audiktif, taktil dan lain-lain. Perhatian, kehangatan, semtuhan, pelukan,
senyuman dan kasih sayang yang diberikan orang tua merupakan stimulasi
yang penting pada awal perkembangan bayi (Irmawati, Ardani, Astasari,
Irwanto, Suryawan & Narendra, 2012; Chamida, 2009). Stimulasi rangsangan
yang mudah diberikan oleh orang tua secara aktif pada bayi dapat melalui
stimulasi taktil dalam bentuk pijatan, menggerakkan kaki dan tangan bayi
pada posisi ekstensi serta fleksi (Soedjatmiko, 2006).
Pijat adalah terapi yang telah dilakukan oleh orang tua dahulu dan
populer sebagai seni perawatan (Andrews dalam Widodo & Herawati, 2008).
Sekarang ini mulai dikembangkan pijat pada bayi atau baby massage yang
telah banyak dilakukan penelitiannya (Onozawa dalam Inal & Yildiz, 2012).
5
Beberapa penelitian terhadap pijat bayi memberikan hasil laporan terkait
dengan manfaat pijat bayi seperti pijat bayi dapat meningkatkan berat badan,
meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
konsentrasi bayi & membuat bayi tidur lebih lelap, membina bonding
attachmen antara orang tua dengan anak serta dapat meningkatkan produksi
ASI ibu (Roesli, 2013).
Pijat bayi selain dapat membantu pertambahan panjang badan dan
berat badan bayi juga dapat memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan
motorik kasar, motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur
seorang bayi (Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Manfaat dari pijat bayi
mekanisme dasarnya (fisiologi), yang terjadi antaralain karena Beta endorphin
mempengaruhi
mekanisme
pertumbuhan,
aktivitas
nervus
vagus
mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan, aktivitas nervus vagus
meningkatkan volume ASI, produksi serotonin meningkatkan daya tahan
tubuh dan pemijatan dapat mengubah gelombang pada otak (Roesli, 2013).
Penelitian terkait dengan pijat bayi antara lain, penelitian oleh Jin Jing
et al (2007) mendapatkan hasil bahwa pada bayi yang diberikan perlakuan
pijat bayi dan latihan gerak, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan pijat dan latihan gerak.
Didapatkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012)
bahwa bayi sehat lahir cukup bulan yang mendapatkan tindakan pijat bayi
perkembangan mental – motor lebih signifikan dibandingkan dengan
kelompok
yang tidak mendapatkan tindakan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi
6
terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan
jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan. Dari
keseluruhan penelitian yang ada, menyimpulkan bahwa pijat bayi merupakan
salah satu cara membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta
sebagai bounding attachment antara ibu dan anak (Moszkowski & Stack,
2007).
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak di
temukannya anak–anak yang mengalami keterlambatan pada pertumbuhan
dan perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008). Fenomena ini terjadi
karena banyak orang tua yang kurang memahami akan pentingnya proses serta
tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada anak mereka. Kondisi ini dapat
dilihat, seperti seorang ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara ketika
sedang melakukan perawatan ataupun tidak memberikan latihan-latihan gerak
pada kaki dan tangan bayi. Sehingga mereka kurang memberikan dan
melakukan stimulasi sejak dini pada anak mereka (Hurlock, 2002).
Keterlambatan perkembangan anak dirasakan oleh orang tua ketika
seharusnya anak usia 2 – 3 tahun yang seharusnya sudah mulai berbicara,
namun hingga saat usia anak semakin bertambah melebihi dari usia untuk
seorang anak dapat berbicara, hingga waktunya terlewati anak belum dapat
berbicara seperti anak–anak lainnya, orang tua baru merasakan kekhawatiran
dan menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan pada pertumbuhan
& perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008; Hurlock, 2002).
7
Saat studi pendahuluan dilakukan, diambillah sampel sebanyak 15 bayi
yang berusia 6 bulan saat bulan Februari yang berada di wilayah kerja dari
puskesmas kelurahan Bintaro untuk dilakukan skrinning perkembangan
menggunakan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP). Didapatkan
hasil sebanyak 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami
keterlambatan pada perkembangannya. Setelah dijumlahkan masing-masing
pertanyaan yang ditanyakan tidak dapat dilakukan oleh bayi, pada poin nomor
keempat untuk motorik kasar mengangkat dadanya menggunakan kedua
lengannya sebagai penopang badannya saat telungkup 13 bayi atau 86,7%
belum dapat melakukannya dan poin nomor kesepuluh saat posisi telentang
tangan bayi dipegang lalu di tarik perlahan-lahan ke posisi duduk bayi
seharusnya mempertahankan lehernya secara kaku, namun seluruh bayi belum
dapat melakukannya. Poin nomor keempat dan kesepuluh pada penilaian
KPSP untuk usia 6 bulan akan mempengaruhi perkembangan bayi selanjutnya.
Bayi-bayi yang menjadi sampel studi pendahuluan secara fisik sehat,
tidak mengalami gizi buruk, tidak kegemukan, tidak pernah mengalami kejang
demam, tidak memiliki penyakit meningitis dan terlahir dengan kondisi yang
sempurna secara fisik. Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara saat studi
pendahuluan dari ibu bayi yang menjadi sampel saat studi pendahuluan, 15
ibu atau 100% mengakui mereka tidak begitu mengerti apa yang penting saat
diawal pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu hanya beranggapan jika
diberi ASI ataupun makanan tambahan saja cukup, namun untuk aspek
perkembangannya tidak terlalu diperhatikan. Pengetahuan tentang manfaat
dan pentingnya pijat bayi untuk bayi ibu kurang mengetahuinya.
8
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dan lanjut terkait mengenai
efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia
6 bulan di wilayah kelurahan Bintaro ini.
B. Rumusan Masalah
Masa bayi merupakan masa kritis dan keemasan pada awal kehidupan.
Pada masa bayi inilah pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan
pesat. Pada saat studi pendahuluan di dapatkan bayi yang mengalami suspect
keterlambatan pada perkembangannya. Dari data tersebut maka bayi
memerlukan stimulasi, karena stimulasi penting untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan seorang anak. Berbagai stimulasi yang diberikan oleh
orang tua ke anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan
pijat bayi terstruktur. Pijat bayi memberikan banyak manfaat untuk bayi dan
orang tua terutama ibu. Dari penjabaran latar belakang dan studi pendahuluan
saat awal akan melakukan penelitian hingga muncul rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari pijat bayi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di
Kelurahan Bintaro Jakarta.
b. Tujuan Khusus
9
1.
Mengidentifikasi karakteristik responden bayi berdasarkan usia bayi.
2.
Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi saat awal
penelitian sebelum diberikan intervensi pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
3. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi sesudah
diberikan perlakuan pijat bayi pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan pijat bayi.
4. Mengidentifikasi efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat
badan, panjang badan dan perkembangan kemampuan mengangkat
dada, mengangkat leher bayi sesudah intervensi pada kelompok
eksperimen dengan pembanding kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut untuk :
1.
Bagi Orangtua
Penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan keterampilan
mengenai stimulasi melalui praktek pijat bayi dan manfaat dari pijat bayi
dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak yang dapat dilakukan oleh orangtua dan pengasuh selama
perawatan di rumah. Sebagai masukan bagi orangtua agar dapat
mengerti dan memahami pentingnya stimulasi bagi anak selama proses
pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.
2.
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kualitas, wawasan dan
sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam
10
pendidikan keperawatan, terutama dalam bidang ilmu keperawatan anak
terhadap praktik dari pijat bayi. Dapat memberikan informasi mengenai
efektifitas dari pijat bayi sebagai stimulasi terhadap proses pertumbuhan
dan perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bagian
dari landasan dalam pengembangan evidence based bagi ilmu
keperawatan itu sendiri.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan menjadi
masukan tambahan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan
penelitian terkait dengan pijat bayi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
pendekatan non randomized pretest-posttest with control group design yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
eksperimen ini dilakukan sebagai cara untuk mengetahui efektifitas pijat bayi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah
kelurahan Bintaro Jakarta. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan pelatihan bagaimana cara menstimulasi anak melalui pijat bayi,
booklet, lembar balik dan video langkah-langkah dari teknik pijat bayi kepada
orang tua, mengumpulkan data, melakukan pengukuran berat badan, panjang
badan sebagai aspek pertumbuhan dan penilaian aspek perkembangan dengan
Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) pada bayi yang diberikan
perlakuan pijat bayi dengan yang tidak diberikan perlakuan pijat. Populasi dari
11
penelitian ini adalah seluruh bayi pada saat bulan yang sama telah berusia 6
bulan hingga 6 bulan 15 hari di wilayah kerja puskesmas kelurahan Bintaro.
Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 30 hari pada bulan Juni
hingga Juli 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi
1. Definisi Masa Bayi
Neonatus merupakan istilah untuk bayi saat bulan pertama setelah
kelahiran. Masa bayi adalah periode dari saat lahir hingga berusia genap 1
tahun (Gruendemann & Fernsebner, 2006). Menurut Kasdu (2004) yang
dikatakan bayi adalah individu yang berusia 0 hingga 1 tahun. Masa bayi
merupakan kehidupan awal saat usia 18 bulan pertama (Papalia dan Old
dalam Akbar & Hawadi, 2008). Masa bayi atau infancy adalah masa
perkembangan yang pertama setelah dilahirkan hingga berusia 18 atau 24
bulan (Santrock, 2003).
Masa bayi merupakan waktu yang penting untuk kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Public Health Agency of Canada,
2012). Masa bayi sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan
dari fisik, psikologis dan sosial seorang individu yang akan menapaki
masa–masa berikutnya (Mares, Newman & Warren, 2011). Setiap bayi
yang lahir ke dunia ini memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak
masa keemaasannya (Soedjatmiko, 2006). Pada masa ini bayi masih
sangatlah bergantung kepada orang tuanya maupun orang dewasa lainnya.
Banyak aktivitas psikologis baru dimulai kemampuan bicara, mengatur
12
13
indera-indera, tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru, dan belajar
dari orang lain (Santrock, 2003).
Dari beberapa pengertian yang ada, penulis menyimpulkan bahwa
masa bayi adalah periode kehidupan yang terjadi selama usia 0 hingga 12
bulan, seluruh kehidupannya masih bergantung kepada orangtua, serta
menjadi masa untuk tumbuh dan berkembang secara cepat selama 1 tahun
pertama.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam
tubuh yang meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan
dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala, berat badan,
panjang badan, lingkar lengan, dan lain-lain (Pratiwi, 2013).
Pertumbuhan adalah suatu ukuran dari kematangan fisik (Gupte,
2004). Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga
mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode
pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun dan masa
pubertas (Chamida, 2009).
Pemantauan terhadap pertumbuhan anak sangat penting
dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth
faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut,
14
penimbangan anak setiap bulan sangat diperlukan (Kemenkes RI,
2013). Pemantauan pertumbuhan seorang bayi dan balita dapat
dilakukan melalui penimbangan saat kegiatan posyandu tiap bulannya
dengan menggunakan catatan grafik di dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) (Chamida, 2009).
Pada awal pertumbuhan seorang anak mengalami pertumbuhan
yang cukup cepat dan signifikan. Pertumbuhan berat badan bayi usia
0-6 bulan mengalami penambahan 150-210 gram/minggu (Wong,
2009). Menurut Gupte (2004), bayi akan memiliki berat badan dua kali
berat lahirnya pada umur 5 sampai 6 bulan. Bayi akan mengalami
penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya.
Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang hingga usia 9
tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan
berhenti pada usia 18–20 tahun (Wong, 2009).
Tabel. 2.1
Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0-1
tahun seperti :
Usia Bayi (Bulan)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Berat Badan (gram)
2700 – 3000
3400 – 4000
4000 – 4700
4500 – 5400
5000 – 6000
5500 – 6500
6000 – 7000
6500 – 7500
6800 – 8200
7300 – 8500
7600 – 9000
8000 – 9500
8200 – 9700
15
Tabel. 2.2
Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia
0-1 tahun seperti :
Usia Bayi (Bulan)
Panjang Badan (centimeter)
0
40,5 – 50,5
1
43,5 – 55,5
2
46,0 – 58,0
3
48,0 – 60,0
49,5 – 62,5
4
51,0 – 64,5
5
52,5 – 66,0
6
54,0 – 67,5
7
55,5 – 69,0
8
56,5 – 70,5
9
57,5 – 72,0
10
58,5 – 73,5
11
60,0 – 74,5
12
b. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu ukuran dari kematangan fungsi
(Gupte, 2004). Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada
diri individu dengan bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks, sebagai hasil dari proses
pematangan. Di dalam proses perkembangan terdapat pematangan selsel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya
(Chamida, 2009).
Pada awal perkembangan anak di tahun pertama sangat
menakjubkan, yakni dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir,
akan memiliki sejumlah kepandaian dan perubahan-perubahan yang
sangat cepat (Suhartini, 2007). Proses perkembangan anak dapat
berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung
kepada orang dewasa atau orang tua (Kania, 2006). Tahapan
16
perkembangan pada penilaian KPSP untuk bayi saat usia 3 bulan, 6
bulan, 9 bulan dan 12 bulan (Kemenkes RI, 2010).
Menurut teori perkembangan psikoseksual Freud, bayi saat usia
0-12 sedang mengalami fase oral. Selama fase ini bayi memperoleh
kesenangan dan kepuasannya pada aktivitas oral, seperti menghisap,
menggigit, mengunyah dan mengecap. Sedangkan menurut teori
Erikson saat usia bayi mengalami fase percaya versus tidak percaya.
Pada fase ini terbentuknya kepercayaan bayi terhadap orang tua
melalui kasih sayang yang didapatkannya. Pada perkembangan
kognitif menurut teori Piaget, bayi sedang mengalami tahapan
perkembangan sensorik dan motoriknya (Wong, 2009).
Perkembangannya seorang anak dapat dilakukan pengecekan
melalui Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sesuai usia
perkembangannya.
Pada
anak,
perkembangannya
meliputi
perkembangan pada motorik kasar, motorik halus, perilaku sosial dan
bahasa (Kemenkes RI, 2010).
1) Perkembangan motorik kasar
Merupakan
bagian
dari
aktivitas
motorik
yang
melibatkan
keterampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan
otot-otot besat bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar
(Suhartini, 2007).
Pada usia 6 bulan kemampuan untuk motorik kasar bayi seperti
mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan stabil, dapat
telungkup sambil mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai
17
tumpuan, membalikkan badan dari posisi terlentang ke posisi
telungkup dan sebaliknya, serta bayi dapat mempertahankan lehernya
secara kaku ketika di tarik kedua tagannya secara perlahan (Kemenkes
RI, 2010).
2) Motorik Halus
Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian
tubuh tertentu saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat
(Chamida, 2009).
Pada usia 6 bulan kemampuan motorik halus pada bayi seperti,
menggerakkan kepalanya dan mengikuti arah gerakan dari stimulasi
yang dilihatnya, menggenggam pensil yang kita letakkan diatas
punggung tangan atau ujung jari bayi, mengarahkan pandangan
matanya pada benda-benda kecil seperti kacang atau uang logam dan
bayi mampu meraih mainannya yang kita letakkan agak jauh dari bayi
namun masih dalam jangkauan tangannya (Kemenkes RI, 2010).
3) Personal sosial
Kemampuan mandiri bayi dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Perkembangan pada masa bayi ini ditunjukkan dengan
adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain
untuk mengenali seseorang (Chamida, 2009).
Pada usia 6 bulan bayi akan tersenyum ketika melihat mainan yang
lucu, gambar atau binatang peliharaan ketika sedang bermain sendiri
(Kemenkes RI, 2010).
4) Kemampuan Bicara dan Bahasa
18
Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada
masa ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara
(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida, 2009).
Pada bayi usia 6 bulan, kemampuan bahasa yang ada seperti tertawa
mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi
bukan menangis (Kemenkes RI, 2010).
3. Faktor–Faktor
yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
dan
Perkembangan Bayi
Dalam kehidupan seorang individu sejak dalam kandungan lalu di
lahirkan ke dunia ini hingga tua nantinya akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Berbagai faktor pun mempengaruhi dari proses
pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang merupakan
hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau
keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari
ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,
fisik, psikologis, dan sosial (Chamida, 2009). Faktor lingkungan ini
sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, karena
lingkungan memberikan stimulasi terbesar pada seorang anak (Kania,
2006).
Gupte (2004) menjelasakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yakni:
a) Faktor keturunan
19
Memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan tubuh. Seperti
orangtua yang tinggi cenderung memiliki anak yang tinggi juga.
b) Faktor nutrisi
Kekurangan gizi mengakibatkan keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan perkembangan fisik pada anak.
c) Faktor lainnya seperti status sosial, ekonomi, emosional, pengaruh
lingkungan, penyakit
kronis dan infeksi
juga
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Sedangkan
menurut
Wong
(2009),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain :
a) Keturunan
Kebanyakan karakteristik fisik, pola dan gambaran bangun tubuh
diturunkan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam
hal sifat tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan.
b) Faktor Neuroendokrin
Pusat pertumbuhan berada di bagian hypotalamus. Beberapa hubungan
fungsional diantara hypotalamus dan sistem endokrin mempengaruhi
pertumbuhan. Ada 3 hormon yang mempengaruhi yaitu, hormon
pertumbuhan, hormon tyroid dan androgen. Hormon – hormon ini
akan merangsang metabolisme protein sebagai zat pembangun tubuh.
c) Nutrisi
Nutrisi merupakan satu-satunya faktor yang pengaruhnya paling
penting bagi pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak,
20
kebutuhan kalori lebih besar. Saat masa ini kebutuhan kalori dan
protein jauh lebih tinggi, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan
berat badan dan tinggi badan yang sangat cepat.
d) Hubungan Interpersonal
Hubungan
dengan
orang
lain
memiliki
peran
kritis
dalam
perkembangan. Seorang ibu memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan pada bayinya, khususnya perkembangan emosi,
intelektual dan kepribadian. Melalui orangtua seorang anak mengenal
dunia dan perasaan aman untuk memberanikan dalam pergaulan di
lingkungannya nanti.
e) Tingkat Sosioekonomi
Tingkat sosial ekonomi memberikan dampak yang signifikan pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyebab perbedaan ini masih
belum pasti, tingkat derajat kesehatan dan nutrisi yang berada pada
level sosial ekonomi rendah lebih kurang dibandingkan dengan sosial
ekonomi sedang dan tinggi.
f) Penyakit
Perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu
manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan
pertumbuhan yang dapat dilihat pada skeleta, seperti dwarfisme.
Dalam gangguan lainnya seperti yang terjadi pada sindrom klineferter
dan marfan.
21
B. Pijat Bayi
1. Definisi Pijat Bayi
Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam
kehidupan manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama
kehidupan bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini,
2011). Sentuhan merupakan bagian dalam dari perawatan pada bayi untuk
membantu dalam kematangan dari fisik bayi dan hubungan emosi antara
orang tua dan bayi (Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).
Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan
bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan
yang akan membantuya
dalam
pertumbuhan
dan perkembangan
selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).
Sentuhan pada bayi dapat berupa sentuhan aktif atau pasif.
Sentuhan pasif dapat dilakukan saat orang tua melakukan perawatan
seperti mengganti popok, kangoro mother care, memberikan susu dan
berupa sentuhan minimal lainnya. Sentuhan pasif atau metodologis berupa
pemijatan yang dilakukan oleh orang tua pada bayinya sebagai cara
menstimulasi rangsangan yang diberikan yang biasa disebut baby massage
atau pijat bayi (Leonard, 2008). Pijat bayi merupakan cara memberikan
stimulasi berupa sentuhan dengan cara pemijatan (Lee HK, 2006).
Pijat bayi merupakan praktek yang sudah ada sejak dahulu di
sebagian besar belahan dunia, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Eropa
yang dilakukan secara tradisional dan diturunkan secara turun-temurun
pada generasi berikutnya. Pada awal abad ke-20 banyak folk practices
22
seperti pijat bayi yang terlewatkan dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Namun sekarang ini, banyak peneliti modern yang melakukan penelitian
kembali terhadap folk practices yang digabungkan dengan kaidah-kaidah
ilmu yang ada sekarang (Lappin & Kretschmer, 2005). Pijat bayi adalah
salah satu “folk practices” yang saat ini sangat banyak dieksplorasi oleh
para ilmuan, dokter, ahli fisiologi, spesialis perkembangan anak dan para
pendidik kesehatan yang ada (Schafidi et al dalam Lappin & Kretschmer,
2005).
Pijat bayi telah menjadi bagian dalam perawatan umum sehari-hari
yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi. Selain sebagai
bagian dari perawatan umum sehari-hari pijat bayi juga merupakan cara
sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua dan bayi yang
menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan rasa hubungan
fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat mencerminkan
perasaan masing–masing (Gurol & Polat, 2012; Cheng, Volk & Marini,
2011; Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).
Pijat bayi dilakukan dengan cara sederhana yang mudah untuk
dipelajari dan dilakukanya, hanya memerlukan sedikit perlengkapan dan
kita tidak perlu mengeluarkan uang lebih kecuali waktu yang kita
butuhkan. Pijat bayi dapat dilakukan sendiri di rumah saat luang oleh
orang tua, pengasuh bayi, maupun kakek dan nenek si bayi (Moszkowski
& Stack, 2007; Heath & Bainbridge, 2004).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pijat bayi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh
23
bayi sebagai tindakan menstimulasi bayi dan otot-ototnya untuk lebih
berkembang dengan cara sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada tubuh
bayi.
2. Manfaat Pijat Bayi
Pijat bayi memberikan manfaat sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan relaksasi (Field, Diego, Medina, Delgado & Hernandez,
2011). Dari berbagai literature review yang ada, pijat bayi dapat
membantu pertambahan panjang badan dan berat badan bayi serta
memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar, motorik
halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi (Inal&
Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Pada penelitian yang dilakukan
Nuryanti (2012) pijat bayi dapat memberikan manfaat menurunkan angka
frekuensi sakit pada bayi usia 1-3 bulan.
Menurut Lorenz, Moyse dan Surguy (2005) manfaat dari pijat bayi
antara lain:
a) Physical health
Para peneliti menemukan bahwa pijat dapat memiliki dampak yang
baik pada kenaikan berat badan bayi premature. Pada bayi yang sehat
dan cukup bulan saat lahir ketika diberikan pijatan, tidurnya lebih
nyenyak dan jatuh tertidur lebih cepat. Bayi yang nyenyak tidurnya
dapat membantu bayi senantiasa sehat.
b) Psychological development
Perkembangan psikologis, terutama kognitif dapat ditingkatkan dengan
stimulus yang diberikan saat pijat bayi dilakukan. Para peneliti
24
menyimpulkan bahwa respon bayi meningkat melalui pijat bayi
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pijat bayi.
c) Benefit for parents
Ibu yang melakukan pemijatan pada bayi mereka lebih banyak
merasakan kesenangan pada diri mereka saat melakukannya, mereka
juga merasakan psikologis mereka lebih baik dibandingkan mereka
yang tidak melakukan pemijatan. Ayah juga merasakan hubungan
kedekatan mereka dengan bayi mereka jauh lebih kuat dibandingkan
dengan yang tidak melakukan pemijatan.
d) Developing parenting skills
Para orang tua yang berpartisipasi dalam kelompok pijat bayi mereka
dapat saling bertukar informasi pengalaman mereka saat melakukan
perawatan pada bayi terutama bagi orangtua baru dapat memberikan
tambahan wawasan orang tua dalam melakukan perawatan pada
bayinya.
Manfaat pijat bayi bagi ibu yaitu, menjadikan ibu semakin dekat
hubungan batinnya dengan sang anak, membuat ibu merasa rileks dan
merasakan stresnya berkurang, ibu lebih memiliki waktu yang banyak
untuk berkomunikasi dengan bayinya dan dapat memperbanyak produksi
ASI (Air Susu Ibu). Sedangkan manfaat pijat bayi bagi bayi itu sendiri
seperti, bayi akan merasakan kenyamanan setelah mendapatkan pijat bayi
sehingga dapat tidur lebih nyaman, bayi menjadi tidak mudah stres,
pencernaannya tidak mudah terganggu, membantu perkembangan mental
25
bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah pada bayi
(Suririnah, 2009).
Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan
orangtua. Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat
yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Subakti &
Rizki, 2008). Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal
yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti
waktu dan semua persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi
(Suririnah, 2009).
3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi
Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan
halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut.
Bayi dengan usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun
pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas
bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih (Roesli,
2013).
Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi
akan memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum
bayi tidur dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks dan
nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Selain waktu menurut
Roesli (2013) ada hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemijatan, seperti:
a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
26
b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan
perhiasan.
c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup
diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara
berjalan dengan lancar.
d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun
pengasuh bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun
pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam
kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan
berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.
e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.
f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.
Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata
dengan bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun
memutarkan lagu–lagu yang tenang dan lembut untuk menciptakan
suasanan yang nyaman untuk orang tua dan bayi. Pemijatan dapat
dilakukan menggunakan baby lotion atau minyak kelapa yang lembut
untuk bayi. Tidak disarankan untuk pemberian pijatan setelah bayi selesai
makan, membangunkan bayi yang tertidur khusus untuk pijat, memijat
saat kondisi bayi sedang tidak sehat dan memaksakan pemberian pijatan
pada bayi saat bayi tidak mau dipijat (Roesli, 2013).
4. Penelitian Terkait dengan Pijat Bayi
Penelitian mengenai The Effect of Baby Massage on Mental –
Motor Development of Healthy Full Term Baby (Inal & Yildiz, 2012).
27
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan grup kontrol.
Dilakukan selama bulan Juni 2001 – Oktober 2002. Dengan subyek 104
bayi sehat dan cukup bulan yang lahir di Istanbul University Istanbul
Medical Faculty Gynecology and Obstetry Clinic. 52 sebagai kelompok
kontrol,
dan
52
lagi
sebagai
kelompok
experimen.
Penelitian
menggunakan Baby massage brosur, Ankara Development Screening
Inventory (ADSI) sebagai instrumen penelitian. Penelitian menunjukkan T
scores pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan
kelompok kontrol. T score untuk perkembangan mental dan motornya
pada kelompok eksperimen pada usia 3 bulan 74,5±8,1 dan usia 6 bulan
60,85±4,32. Sedangkan T score pada kelompok kontrol pada usia 3 bulan
49,88±5,47 dan usia 6 bulan 50,52±7,32. Kesimpulan dari penelitian yaitu
pijat bayi dapat mendukung perkembangan mental – motor bayi sehat
cukup bulan.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jin Jing et al (2007) yaitu
Massage and Motion Training For Growth and Development of Infants di
Guangzhou, China selama 1 tahun dengan desaign eksperiment.
Subyeknya adalah bayi yang dipilih secara acak dan dikelompokkan sesuai
dengan usianya. Usia 0 bulan 90 bayi kelompok eksperimental dan 90 bayi
kelompok kontrol. Bayi yang tersisa hingga akhir penelitian karena keluar
dari proses penelitian hanya 54 bayi di kelompok eksperimen dan 62 bayi
di kelompok kontrol pada usia 0 bulan. Sedangkan usia 6 bulan yang
tersisa hingga akhir penelitian 62 bayi di kelompok eksperimen dan 52
bayi di kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
28
adalah
Development
Quotient
(DQ).
Hasil
dari
penelitiannya
membuktikan bahwa pemberian pijatan dan latihan gerak dapat
meningkatkan secara signifikan perkembangan fisik dan kecerdasan pada
bayi mulai dari bayi baru lahir maupun bayi dengan usia 6 bulan.
Penelitian
pada
Effektifitas
Massage
Efflurage
Terhadap
Perkembangan Gross Motoric pada Bayi Usia 3-4 Bulan yang dilakukan
Widodo dan Herawati (2008) mendapatkan hasil untuk perkembangan
motorik kasar merangkak, pull to sit dan rolling pada kelompok
eksperimen lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Untuk T score merangkak kelompok eksperimen
80,34±3,12 dan kelompok kontrol 40,13±3,22. Untuk T score pull to sit
dan rolling kelompok eksperimen 50,26±6,12 dan kelompok kontrol
40,26±3,12 & 25,04±7,12. Penelitian ini merupakan penelitian quasi
eksperiment dengan two group post test design with kontrol. Proses
penelitian selama 1 bulan, dilakukan pemijatan setiap 1 minggu dua kali
selama 4 minggu oleh terapis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan
pada penelitian adalah pemberian massage bayi usia 3-4 bulan dapat
mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan
gross motorik pada kemampuan merangkak, poll to sit & rolling.
Penelitian terkait lainnya adalah Pengaruh pijat bayi terhadap
peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan di Kelurahan Pasia Nan
Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2009 yang dilakukan
Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi terhadap
peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan
29
peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh
lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai P<
0.05. Pemberian pijat oleh orang tua selama 30 hari dan pengukuran berat
badan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan
setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari. Data di analisis dengan
menggunakan General Linear Model ( Reveated Measure ).
C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan
Pada awalnya skrinning perkembangan menggunakan Denver II
sebagai salah satu alat skrinning yang telah banyak digunakan oleh profesi
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Namun, tidak semua anak dapat
dilakukan skrinning perkembangan karena yang biasa melakukan adalah
dokter anak dan memerlukan biaya cukup mahal, sementara Departemen
Kesehatan RI mengharapkan pada tahun 2010, 80% anak balita sudah
dilakukan skrinning perkembangan agar dapat dilakukan intervensi dini
terhadap anak yang dicurigai mengalami gangguan perkembangan (Kadi,
Garna & Fadlyana, 2008).
Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan revisi buku deteksi dini
tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan anak di
tingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining
perkembangan (KPSP). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
merupakan salah satu instrument skrinning yang diwajibkan oleh Depkes
untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer. KPSP sangat mudah
digunakan baik oleh petugas kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang
terlatih, guru TK (Taman Kanak-kanak), guru PAUD (Pendidikan Anak Usia
30
Dini), dan orang tua juga dapat mendeteksi dini adanya kelainan
perkembangan anak sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan
intervensi dini (Ariani, 2013). Pada penelitian Damayanti (2006) hasil
terhadap sensitivitas dan spesifitas KPSP masing – masing yaitu 60% dan
92%.
1. Cara Menggunakan KPSP :
KPSP usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72
bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah
yang lebih kecil dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan.
a) Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
b) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
c) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh :
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
2) Perintah
kepada
ibu/pengasuh
anak
atau
petugas
untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “Pada
31
posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
d) Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak
jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum
melaksanakan.
e) Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
f) Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
g) Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
2. Interpretasi Hasil KPSP:
a) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
b) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
c) Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
d) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
e) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P).
f) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.
Untuk anak dengan perkembangan sesuai (S) orang tua atau
pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik. Pola asuh anak
selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan
umur dan kesiapan anak. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap
kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan
32
stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah. Ikutkan anak setiap
ada kegiatan Posyandu.
Untuk anak dengan perkembangan meragukan (M) orang tua dapat
konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk
mengejar ketertinggalan anak. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan
kesehatan pada dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut
yang menghambat perkembangannya. Lakukan KPSP ulang setelah 2
minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama
dinilai. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama
sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur
anak. Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia
hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai
KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak
sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan. Lakukan skrining
rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. Bila setelah 2
minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan
fasilitas klinik tumbuh kembang.
33
Tabel 2.3.
Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti
gerakan anda dengan menggerakkan kepala sepenuhnya
dari satu sisi ke sisi yang lain?
Gerak halus
Ya Tidak
2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam
keadaan tegak dan stabil? Jawab TIDAK bila kepala
bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari
bayi. (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi).
Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama
beberapa detik?
Gerak
Kasar
Ya Tidak
Gerak halus
Ya Tidak
4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat
mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai
penyangga seperti pada gambar ?
Gerak kasar
Ya Tidak
5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada
tinggi atau memekik tetapi bukan menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari
telentang ke telungkup atau sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat
mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada
saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil
sebesar kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK
jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh
namun masih berada dalam jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu
tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di
sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh
kembali seperti gambar sebelah kanan.
Bicara &
bahasa
Gerak kasar
Ya Tidak
Ya Tidak
Sosialisai & Ya Tidak
kemandirian
Gerak halus
Ya Tidak
Gerak halus
Ya Tidak
Gerak kasar
Ya Tidak
34
D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, karena
anak bagian dari sebuah keluarga. Konsep perawatan berpusat pada keluarga
telah diperkenalkan ke publik lebih dari 4 dekade yang lalu, menekankan
pentingnya keluarga dalam kesejahteraan anak-anak. Sejak itu, nilai-nilai dan
praktik-praktik yang berpusat pada keluarga telah banyak diimplementasikan
dalam kesehatan dan keperawatan anak (Bamm & Rosenbaum, 2008).
Secara umum fungsi keluarga menurut Setiadi (2008) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubugan
dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
kelurga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan utuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
35
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, sejak
anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan
pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam
keluarga orang tua dapat memberikan stimulus untuk merangsang tumbuh
kembang anak dan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak
(Wuryandani, 2010).
Menurut Kania (2006) keluarga sebagai Family Centered Care atau
sebagai pusat perawatan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Meliputi pemenuhan pada pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar,
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan
pemukiman yang layak kebersihan perseorangan dan sanitasi lingkungan
yang layak.
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik, mental dan psikososial.
3. Kebutuhan stimulasi fisik dan mental (ASAH)
Stimulasi fisik akan mengembangkan perkembangan gerak motorik halus
maupun kasar pada anak. Sedangkan stimulasi mental mengembangkan
perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,
moral-etika dan produktivitas anak nantinya.
36
Anak yang tumbuh dan berkembang secara optimal perlu pengasuhan
yang lengkap dari kedua orang tuanya. Peran ayah sebagai kepala keluarga
dalam pengambilan keputusan tentang perawatan anak dan dukungannya
untuk pemberian air susu ibu (ASI). Peranan anggota keluarga lainnya dalam
perkembangan bayi adalah memberi dukungan emosional kepada ibu.
Dukungan ayah dan anggota keluarga lainnya dalam proses pertumbuhan fisik
dan perkembangan anak melalui stimulasi positif tidak kalah pentingnya
dengan peranan ibu dalam mengasuh anak (Briawan & Herawati, 2008).
37
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Peran Keluarga Dalam Perawatan dan
Pengasuhan Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan
-
Keturunan
Sosioekonomi
Penyakit
Stimulasi
-
Hubungan interpersonal
Lingkungan
Neuroendokrin
Nutrisi
Pijat bayi (baby massage)
Merupakan cara pemberian stimulus
rangsangan melalui sentuhan dengan
pijatan. Dilakukan sehari 2kali
selama 15 menit.
Pertumbuhan dan perkembangan
Pengukuran dengan
timbangan dan meteran
Motorik Halus
Menggerakkan kepalanya
mengikuti arah stimulasi,
menggenggam pensil yang
diletakkan dekat jarinya
Bahasa
Tertawa mengeluarkan suara
gembira bernada tinggi
-
Berat badan
- Panjang badan
Lingkar kepala
Motorik Kasar - Motorik halus
Bahasa
- Sosial adaptif
Motorik Kasar
Mempertahankan posisi kepala
dengan stabil, dapat telungkup
dan membalikkan badan dari
posisi terlentang ke posisi
telungkup (sebaliknya)
Personal sosial
Tersenyum ketika melihat hal
yang lucu bagi dirinya
Sumber. Chamida (2009), Gruendemann & Fernsebner (2006), Gupte (2004),
Hae-Kyung Lee (2006), Kasdu (2004), Kemenkes RI (2010), Lappin & Kretschmer (2005),
Leonard J (2008), Mares, Newman & Warren (2011), Roesli (2013) dan Wong (2009).
Kuesioner Pra
Skrining
Perkembangan
(KPSP)
Usia 6 bulan
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini dibuat untuk memberikan arah dan gambaran alur
pada penelitian, yang telah dikembangkan dari kerangka teori serta hubungan
pada variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat
variabel–variabel yang ingin peneliti ketahui dan teliti, yaitu pijat bayi sebagai
variabel bebas (independent) dan sebagai variabel terikat (dependent) adalah
pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan. Pada penelitian ini
terdapat variabel pengganggu (konfonding) yang dianggap akan dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini, namun sudah dikontrol di dalam kriteria
inklusi pada sampel. Berikut ini bagan mengenai kerangka konsep yang akan
dilakukan oleh peneliti.
38
39
Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang efektifivitas pijat bayi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah
kelurahan Bintaro.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pijat bayi selama 4 minggu
Kelompok intervensi
Pertumbuhan
dan
perkembangan
post intervensi
Pertumbuhan
dan
perkembangan
pre intervensi
Kelompok kontrol
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban atau patokan dalil sementara dalam
penelitian, yang akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmojo, 2005).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan
masalah adalah terdapat efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan Bintaro Jakarta.
40
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Melakukan observasi
setelah pemberian
pengetahuan pada orang
tua responden dengan
menganalisa kegiatan
orang tua untuk melakukan
pijat bayi terstruktur pada
kelompok intervensi dan
pada kelompok kontrol
orang tua hanya
memberikan stimulasi
sentuhan berupa usapan
lembut tanpa pijat bayi
terstruktur setelah
memandikan bayi.
Hasil pengukuran
dinyatakan
dengan:
1 = Jika ibu
melakukan
stimulasi pijat
bayi terstruktur.
2 = Jika orang tua
melakukan
stimulasi
sentuhan berupa
usapan lembut
tanpa pijat bayi
terstruktur.
Definisi Operasional
1.
Variabel
bebas:
Pijat bayi
Pijat bayi merupakan
stimulasi rangsangan
yang diberikan dalam
bentuk pemijatan
terstruktur pada bayi.
Pijat bayi diberikan 2
kali sehari dengan
durasi waktu selama 15
-20 menit, dilakukan
selama 14 hari.
- Booklet dan video panduan
pijat bayi.
- Ceklist jadwal kegiatan pijat
bayi kelompok intervensi.
Skala
Ukur
Nominal
41
No. Variabel
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Melakukan observasi
dengan menganalisa
pengukuran panjang badan
dan berat badan
mencatatnya di dalam
lembar observasi.
Pengukuran dilakukan
pada saat pre dan post
intervensi pada kedua
kelompok.
Hasil pengukuran
berat badan dan
panjang badan
saat pre intervensi
hari pertama dan
post intervensi
setelah 30 hari
pada kedua
kelompok
dinyatakan
dengan:
Hasil selisih dari
pengukuran saat
post intervensi
dan pre
intervensi.
Hasil pengukuran
dinyatakan
dengan:
1 = Jika bayi
dapat
melakukannya.
2 = Jika bayi
tidak dapat
melakukannya.
Definisi Operasional
2.
Variabel
terikat:
Pertumbu
han bayi
usia 6
bulan
Pertumbuhan pada bayi
yang meliputi segala
aspek seperti
pertambahan panjang
badan dan berat badan
yang bersifat
kuantitatif.
- Meteran dengan centimeter
(cm)
- Timbangan bayi yang sudah
dilakukan penimbangan
sebanyak tiga kali pada bayi
yang sama.
3.
Variabel
terikat:
Perkemba
ngan bayi
usia 6
bulan
Perkembangan yang
KPSP bayi usia 6 bulan. Pada
meliputi kemampuan
penelitian ini poin nomor 4 dan 10
motorik kasar, motorik
untuk kemampuan motorik
halus, bahasa dan sosial kasarnya yang menjadi penilaian,
adaptif yang bersifat
yaitu:
kualitatif.
a. Ketika bayi terlungkup di alas
Perkembangan motorik
datar, bayi dapat mengangkat
kasar lebih dahulu
dada dengan kedua lengannya
berkembang dari
sebagai penyangga.
motorik halus dan
b. Pada saat bayi terlentang,
motorik kasar
ketika kita pegang kedua
mempengaruhi
tangannya lalu tarik perlahan
perkembangan motorik
ke posisi duduk bayi dapat
halus (Potter & Perry,
mempertahankan lehernya
2005).
secara kaku.
Melakukan observasi
dengan menganalisa
perkembangan bayi sesuai
poin yang ada pada
penilaian KPSP.
Skala
Ukur
Interval
Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan mengantisipasi
kesulitan – kesulitan yang akan timbul selama proses penelitian berlangsung
(Notoatmojo, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain quasi eksperiment, yaitu memberikan perlakuan atau intervensi pada
kelompok eksperimen dan kemudian efek dari perlakuan tersebut diukur dan
dianalisa (Polit & Hungler, 2006). Pendekatan penelitian ini dengan non
randomized pre and post test with control group design. Digunakan untuk
mengetahui
efektifitas
perkembangan
bayi
dari
dengan
pijat
bayi
terhadap
cara
melihat
hasil
pertumbuhan
dan
pertumbuhan
dan
perkembangan bayi sebelum diberi perlakuan (pre) saat bayi dengan usia 6
sampai 6 bulan 15 hari dan sesudah diberi perlakuan (post) selama 30 hari
pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang kemudian akan dilihat
hasil efektifitas dari perlakuan yang didapatkan kedua kelompok tersebut.
42
43
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Bagan 4.1 Bentuk Rancangan Penelitian
Q1
Intervensi
pijat bayi
Q2
Q2 – Q1 = X1
Q4 – Q3 = X2
Q2 – Q4 = X3
Q3
Q4
Keterangan:
Q1 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok intervensi.
Q2 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok intervensi.
Q3 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok kontrol.
Q4 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok kontrol.
X1 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal
penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok intervensi.
X2 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal
penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok kontrol.
X3 : Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada akhir penelitian
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari pada bulan Juni hingga Juli
2014 di wilayah Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Madya
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Alasan peneliti memilih lokasi ini
karena peneliti melihat keadaan pada pola asuh dan perawatan serta pemberian
stimulasi pada anak masih sedikit sekali yang diberikan orang tua kepada anak
44
dan masih sedikit orang tua yang mengerti berbagai cara menstimulasi
anaknya. Banyak para ibu-ibu yang kurang mengetahui seberapa pentingnya
stimulasi yang harus diberikan kepada anaknya selama masa-masa
pertumbuhan dan perkembangan awal anak. Sehingga banyak anak-anak yang
mengalami keterlambatan untuk berjalan dan berbicara.
Saat melakukan studi pendahuluan peneliti melakukan pengukuran
pada perkembangan dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
sebagai sampelnya adalah bayi dengan usia 6 bulan sebanyak 15 bayi. Peneliti
mendapatkan hasil sejumlah 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami
keterlambatan pada perkembangannya. Selain itu untuk wilayahnya yang
cukup terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi dan belum pernah ada
penelitian terkait dengan efektivitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi usia 6 bulan di wilayah Kelurahan Bintaro.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto,
2002). Menurut Nursalam (2008) populasi merupakan sekumpulan subyek
dalam satu wilayah generalisasi yang memiliki jumlah dan telah
memenuhi kriteria dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh bayi yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Bintaro mulai
dari RW 01 hingga RW 015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang terjangkau,
memiliki karakteristik pada populasi dan kemudian diambil sebagai
45
subyek penelitian dengan proses sampling (Santoso, 2009). Pada
penelitian ini pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh
anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).
Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh bayi di wilayah
Kelurahan Bintaro mulai dari RW 01 hingga RW 015 yang berusia 6 bulan
hingga 6 bulan 15 hari saat awal penelitian. Untuk menghindari kesalahan
pada pemilihan sampel dan hasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, peneliti menentukan kriteria inklusi sebagai berikut:
a) Bayi yang sedang berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari saat awal
penelitian.
b) Bayi lahir dengan cukup bulan.
c) Bayi dengan status suspect perkembangan pada motorik kasar poin
pertanyaan nomor 4 dan 6 KPSP usia 6 bulan saat pre intervensi.
d) Orang tua dan keluarga bersedia mengikuti proses penelitian dari awal
hingga akhir penelitian selama 30 hari.
e) Orang tua mampu melakukan intervensi yang didemonstrasikan oleh
peneliti sesuai dengan yang diajarkan.
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:
a) Bayi dengan kelainan bawaan sejak lahir.
b) Bayi dengan kemampuan perkembangan yang melebihi dari
perkembangan untuk usianya.
c) Bayi dengan kelahiran premature.
d) Bayi dengan kelahiran berat badan lahir rendah.
46
e) Bayi dengan berat badan lebih atau obesitas.
f)
Bayi dengan masalah kesehatan seperti riwayat kejang demam dan
meningitis.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai cara untuk
pengumpulan dan pengukuran data (Gulo, 2010). Penelitian ini menggunakan
lembar identitas responden, pita (meteran) dengan ukuran centimeter (cm),
timbangan dengan gram (gr) yang sudah dikalibrasi dan lembar Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) untuk usia 6 bulan sebagai instrumen
penelitian. Lembar identitas digunakan untuk mencatat data identitas
responden. Meteran centimeter sebagai alat pengukuran panjang badan bayi.
Timbangan bayi yang sudah dikalibrasi sebagai alat pengukuran berat badan
bayi. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sebagai alat
pendeteksian dini perkembangan anak. Formulir KPSP menurut umur.
Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan (Kemenkes RI,
2010). Pada penelitian ini peneliti mencontohkan langkah–langkah pijat bayi,
memenggunakan booklet panduan pijat bayi dengan langkah-langkah gerakan
dalam buku Roesli (2013) dan video langkah–langkah pijat bayi dari Johnson
yang akan diberikan sebagai pengetahuan orang tua tentang pijat bayi.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar formulir
KPSP. Lembar formulir KPSP merupakan alat pengukur baku untuk
mengukur perkembangan anak dan dijadikan pedoman pelaksanaan stimulasi,
47
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak dalam Kemenkes RI (2010),
sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Meteran dan timbangan
dilakukan pengukuran berat, panjang badan bayi yang sama selama 3 kali
menghasilkan berat badan, panjang badan yang sama setiap pengukurannya
sehingga valid dan reliabel.
F. Langkah – langkah Pengumpulan Data
1. Proses Persiapan Pengumpulan Data
a) Setelah proposal penelitian yang diajukan peneliti disetujui oleh para
penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dan
permohonan kerjasama dengan Kepala Puskesmas ke Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala
Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan.
c) Surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan, peneliti diberikan surat
pengantar penelitian oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya
Jakarta Selatan yang diajukan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan
Bintaro serta memberikan surat permohonan kerjasama Kepala
Puskesmas selama penelitian berlangsung sebagai pengantisipasi
terhadap kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
d) Setelah izin penelitian dan permohonan kerjasama disetujui oleh
Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro peneliti mengumpulkan sampel
dari populasi yang ada sesuai kriteria inklusi sampel dan menggunakan
teknik total sampling.
48
e) Orang tua sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi
diberikan informed consent dan penjelasan manfaat dari penelitian.
f) Orang tua yang bersedia menjadi responden dan berkomitmen penuh
untuk mengikuti proses dari awal hingga akhir penelitian, membaca
lembar persetujuan dan orang tua mendatangani lembar persetujuan.
g) Setelah orang tua menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya
peneliti memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan
dilakukan selama penelitian.
h) Setelah didapatkan persetujuan orang tua untuk menjadi responden,
bayi dikelompokkan menjadi kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sesuai wilayah Rukun Warga dengan jarak yang tidak terlalu
jauh serta memudahkan pengontrolan ketika penelitian berlangsung.
2. Pengumpulan Data Kelompok Intervensi
a) Bayi yang menjadi sampel kelompok intervensi sebelumnya dilakukan
pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan
dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat,
kesepuluh yang berada dalam KPSP.
b) Orang tua dan keluarga ataupun tetangga dekat dengan responden yang
membantu pengontrolan aktivitas pijat bayi selama penelitian
berlangsung pada kelompok intervensi mendapatkan pengetahuan
tentang teknik pemberian pijat bayi melalui demonstrasi dan
redemonstrasikan yang dilakukan oleh peneliti kepada orang tua
selama 60 menit. Orang tua pun dibekali dengan booklet dan video
langkah-langkah
pijat
bayi.
Setelah
orang
tua
mendapatkan
49
pengetahuan pijat bayi, peneliti melakukan evaluasi dan obervasi
orang tua ketika melakukan pemijatan. Masing-masing untuk
penjelasan dan demonstrasi orang tua dikelompokkan perwilayah
tempat responden tinggal.
c) Selama demonstrasi kegiatan pijat bayi orang tua dan keluarga ataupun
tetangga terdekat responden dianjurkan bertanya apabila adahal terkait
dengan teknik pemijatan yang kurang jelas dan belum dapat
dimengerti.
d) Waktu pemberian pijat bayi dilakukan secara intensif 2 kali sehari
dengan durasi waktu 15-20 menit selama 30 hari.
e) Selama 30 hari orang tua sebagai responden melakukan pijat bayi
langsung pada bayinya, keluarga dan tetangga terdekat responden yang
menjadi pengawas ibu dalam kegiatan pijat bayi selama penelitian.
f) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan pada orang tua bayi
2 hari sekali dan dibantu oleh 2 orang teman sebagai asisten penelitian
yang sebelumnya sudah diberikan pengetahuan terkait dengan pijat
bayi dan proses penelitian, untuk melihat benar-benar dilakukan atau
tidak intervensi yang diberikan.
g) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest untuk
pengukuran pada panjang badan, berat badan, lingkar kepala dan
perkembangan kembali pada kelompok intervensi.
h) Setelah data
dan
hasil
pengukuran
pengolahan dan analisa data oleh peneliti.
didapatkan,
dilakukanlah
50
3. Pengumpulan Data Kelompok Kontrol
a) Bayi yang menjadi sampel kelompok kontrol sebelumnya dilakukan
pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan
dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat,
kesepuluh yang berada dalam KPSP.
b) Pada kelompok kontrol tidak ada intervensi khusus, hanya saja orang
tua kelompok kontrol mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya
stimulasi dan sentuhan lembut untuk bayi selama periode pertumbuhan
dan perkembangan anak.
c) Pada orang tua kelompok kontrol peneliti hanya menjelaskan
pentingnya stimulasi dan sentuhan lembut yang diberikan pada bayi
dan leaflet sebagai bekal orang tua untuk mengingat pentingnya
stimulasi pada bayi.
d) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan keberadaan serta
kesehatan bayi setiap 7 hari sekali.
e) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest
pengukuran panjang badan, berat badan dan perkembangan kelompok
kontrol.
f) Setelah data
dan
hasil
pengukuran
didapatkan,
dilakukanlah
pengolahan dan analisa data oleh peneliti.
G. Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan subyek manusia tidak boleh
bertentangan dengan syarat etis penelitian (Dahlan, 2009). Peneliti harus
memahami hak dasar manusia, karena manusia memiliki kebebasan dalam
51
menentukan dirinya (Hidayat, 2008). Berikut menurut Yurisa (2008) etika
penelitian yang harus diperhatikan antara lain:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan
yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia
adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed
consent) yang terdiri dari:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.
52
Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh
orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu
tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan menampilkan informasi
mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner
dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas
subyek. Peneliti akan menggunakan koding (inisial atau identification
number) sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi
prinsip keterbukaan, penelitian
dilakukan secara
jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi
prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan
memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah
bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara
anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata
atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas
masyarakat.
4. Memperhitungkan
manfaat
dan
kerugian
yang
ditimbulkan
(balancing harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
53
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).
Peneliti
meminimalisasi
dampak
yang
merugikan
bagi
subyek
(nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan
cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan
penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun
kematian subyek penelitian.
Selain keempat poin pada etika penelitian tersebut dalam penelitian ini
dibutuhkannya ethical clearance, karena pada dasarnya seluruh penelitian
yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan
ethical clearance. Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang
melibatkan manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan
yang merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Hal
tersebut kemudian diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992 dan lebih lanjut
diatur dalam PP no 39/ 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Dalam Bab IV diuraikan tentang perlindungan dan hak-hak
manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan penelitian
melanggar ketentuan dalam PP tersebut (Yurisa, 2008).
Pada penelitian ini jika menimbulkan side effect terhadap bayi seperti,
bayi cedera akibat pemberian pijat bayi oleh orang tua karena terlalu
berlebihan peneliti akan melakukan pertanggung jawaban langsung kepada
orang tua dan bayi untuk mendapatkan pertolongan pertama. Orang tua dapat
menghubungi peneliti langsung sesuai dengan nomor kontak yang sudah
diberikan peneliti sebelumnya diawal penelitian. Penelitian ini berkerjasama
54
dengan dokter yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bintaro
Jakarta.
H. Pengolahan Data
Hidayat (2008) mengungkapkan pada penelitian terdapat proses
pengolahan data yang harus dilakukan. Adapun beberapa langkah – langkah
yang harus dilakukan, antara lain:
1.
Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2.
Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3.
Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontingensi.
4.
Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi
pada saat memasukkan data ke komputer.
5.
Processing data
55
Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari
hasil penelitian ke paket program komputer pengolahan data statistik.
Program untuk analisis data seperti, SPSS.
I. Analisis Data
Setelah data di proses melalui pengolahan data, tahapan selanjutnya
yaitu proses analisis data. Analisis data bertujuan untuk mempermudah
interpretasi data dan menguji hipotesis pada penelitian. Pada penelitian ini
terdapat dua macam analisis data yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2005). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti, baik itu variabel terikat maupun
variabel bebas dalam penelitian (Hidayat, 2008). Data ditampilkan dalam
proporsi atau persentase dan tabel yaitu usia bayi pada penelitian ini.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
variabel independen dengan dependen, yaitu perbandingan pertumbuhan
dan perkembangan bayi usia 6 bulan yang diberikan perlakuan pijat bayi
dengan yang tidak di Kelurahan Bintaro Jakarta. Analisis bivariat
dilakukan dengan uji-t independen terlebih dahulu sebelum mendapatkan
hasil untuk nilai Eta squared sebagai nilai efektifitas pijat bayi terhadap
pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi. Nilai standar untuk
56
perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 – 0,05=efek kecil,
0,06 – 0,13=efek sedang dan 0,14 – 1=efek besar. Eta squared didapatkan
setelah t hitung didapatkan melalui independent t-test (Pallant, 2011).
Analisis bivariat yang menggunakan chi-square terlebih dahulu untuk
mengetahui nilai odds ratio (OR) sebagai nilai efektifitas pijat bayi
terhadap perkembangan bayi (poin keempat dan kesepuluh dalam KPSP
usia 6 bulan).
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Wilayah Jakarta Selatan terletak pada 106’22’42 Bujur Timur (BT)
sampai 106’58’18 BT dan 5’19’12 Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah
145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta. Terbagi menjadi 10 kecamatan
dan 65 kelurahan, dengan batas-batas wilayah utara Banjir Kanal Jl. Jenderal
Sudirman Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk,
batas timur Kali Ciliwung, batas Selatan Kota Administrasi Depok dan batas
Barat Kecamatan Ciledug, Kota Administrasi Tangerang. Luas wilayah
kelurahan Bintaro 450,5 Ha2 dengan batas wilayah utara kelurahan Kebayoran
Lama Utara, sebelah barat kelurahan Pesanggrahan, Kota Administrasi
Tanggerang, sebelah timur Kelurahan Pondok Pinang dan sebelah selatan
Kota Administrasi Tanggerang Selatan. Puskesmas dan Kantor kelurahan
Bintaro berada di Jalan RC Veteran no.1. RT.001/03 (Pemerintahan Kota
Administrasi Jakarta Selatan, 2013).
Penelitian dilakukan di Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan pada
tanggal 11 Juni hingga 12 Juli 2014. Wilayah Kelurahan Bintaro memiliki
Puskesmas Kelurahan Bintaro sebagai tempat pertama setiap warga
masyarakat yang memerlukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
Puskesmas Kelurahan Bintaro memiliki 31 Posyandu yang tersebar mulai dari
RW.01 hingga RW.15. Masing-masing wilayah RW memiliki satu hingga
enam posyandu, sesuai dengan kepadatan penduduk disetiap wilayahnya.
57
58
B. Analisis Univariat
Analisis
univariat
pada
penelitian
ini
menjelaskan
atau
mendeskripsikan usia bayi dalam penelitian pijat bayi ini.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Usia Bayi
No
Usia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
6 bulan
6 bulan 1 hari
6 bulan 2 hari
6 bulan 3 hari
6 bulan 4 hari
6 bulan 5 hari
6 bulan 6 hari
6 bulan 7 hari
6 bulan 8 hari
6 bulan 9 hari
6 bulan 10 hari
6 bulan 11 hari
6 bulan 12 hari
6 bulan 13 hari
6 bulan 14 hari
6 bulan 15 hari
Jumlah
(n=24)
3
0
1
1
2
4
0
0
0
2
3
1
1
5
0
1
Persentase Mean
(%)
12,5
0
4,2
4,2
8,3
16,6
0
0
6,13
0
8,3
12,5
4,2
4,2
20,8
0
4,2
Std.
Dev
Median
Modus
3,180
6
5
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi yang berusi 6 bulan 3 orang
(12,5%), 6 bulan 2 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 3 hari 1 orang (4,2%),
6 bulan 4 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 5 hari 4 orang (16,6%), 6 bulan
9 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 10 hari 3 orang (12,5%), 6 bulan 11 hari
1 orang (4,2%), 6 bulan 12 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 13 hari 5
orang (20,8%) dan 6 bulan 15 hari 1 orang (4,2%). Rata-rata usia bayi
yang menjadi responden yaitu 6,13 dengan standar deviasi 3,180,
median 6 dan modus 5 pada usia 6 bulan 13 hari.
59
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
variabel independent dengan variabel dependent, efektifitas pijat bayi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro
Jakarta.
Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan dengan melakukan
penghitungan rata-rata nilai pada pertumbuhan (berat badan dan panjang
badan) dan perkembangan bayi pretest dan posttest pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol serta perbedaan antara kedua kelompok tersebut setelah
intervensi dilakukan. Untuk penghitungan statistik efektifitas pijat bayi
terhadap perkembangan bayi dilakukan menggunakan chi-square (X2) terlebih
dahulu untuk mendapatkan nilai odds ratio (OR) untuk melihat efektifitasnya,
sedangkan penghitungan statistik perbandingan mean hasil pertumbuhan berat
badan dan panjang badan pada kelompok yang berbeda menggunakan uji
independent t-test. Uji independent t-test dilakukan untuk mendapatkan nilai t,
setelah nilai t didapatkan maka rumus Eta Squared dapat digunakan untuk
menghitung nilai efektifitasnya (Pallant, 2011).
Pada kedua uji statistik
penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Analisis efektifitas pijat bayi dan perkembangan bayi setelah
dilakukan perlakuan pada masing-masing kelompok untuk poin gerak
kasar: (1) mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan sebagai
penyangga,
(2) mengangkat lehernya ketika kedua lengannya ditarik
perlahan ke posisi duduk. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
60
Tabel 5.2
Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24)
Kelompok
Kemampuan Mengangkat Dada
Bayi dapat
Bayi tidak dapat
melakukannya
melakukannya
Total
%
N
%
N
%
Intervensi
11
45,8
1
4,2
12
50,0
Kontrol
6
25
6
25
12
50,0
Total
17
70,8
7
29,2
24
100
p-value
OR
0,025
11
Dari tabel 5.2 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value =
0,025 ˂ p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan
variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Nilai OR berkisar antara 0
dan ∞. Apabila kategori baris dan kategori kolom saling bebas, maka nilai
OR adalah 1. Apabila nilai OR>1, berarti individu-individu pada baris
pertama lebih besar kemungkinannya bernilai kategori kolom 1 daripada
individu-individu pada baris kedua. Sedangkan apabila nilai OR<1, berarti
individu-individu pada baris pertama lebih kecil kemungkinannya bernilai
kategori kolom 1 dari pada individu-individu pada baris kedua (Saefuddin,
2008). Pada penelitian ini, nilai OR pada pemberian pijat bayi diperoleh
sebesar 11. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 11
kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan
mengangkat dada dengan kedua tanganya sebagai penyangga pada bayi.
61
Tabel 5.3
Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Lehernya Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24)
Kemampuan Mempertahankan
Lehernya
Bayi dapat
Bayi tidak
Kelompok
Total
%
p-value
melakukannya
dapat
melakukannya
N
%
N
%
Intervensi
10
41,7
2
8,3
12
50,0
Kontrol
4
16,7
8
33,3
12
50,0
Total
14
58,4
9
41,6
24
100
0,013
Dari tabel 5.3 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value =
0,013 ˂ p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan
variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Pada penelitian ini, nilai
OR pada pemberian pijat bayi diperoleh sebesar 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 10 kali lebih besar kemungkinan
untuk meningkatkan kemampuan mempertahankan lehernya ketika ditarik
perlahan ke posisi duduk.
2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Analisis efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan
bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
OR
10
62
Tabel 5.4
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Intervensi
Kontrol
BB Pre
(gram)
BB
Post
(gram)
6600
7600
7500
7000
7100
6300
7300
6500
6800
7600
8000
7500
7400
7100
6200
7200
6800
7400
6800
6900
6700
7000
6800
7500
7000
8100
7900
7500
7500
6500
7650
6900
7200
8000
8400
7950
7600
7350
6600
7500
7200
7700
7150
7300
7000
7250
7100
7700
Pertum
buhan
BB
(gram)
300
500
400
500
400
200
350
400
400
400
400
450
200
250
400
300
400
300
350
400
300
250
300
200
N
Mean
Std.
Dev
12
395,83
78,214
12
304,17
t
Eta
Squared
2,984
0,28
72,169
Dari tabel 5.4 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan berat badan
bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk
melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 2,984.
t hitung digunakan dalam pencarian nilai efektifitas suatu perlakuan
menggunakan Eta Squared.
63
Adapaun rumusan Eta Squared merupakan penjumlahan dari
nilai t hitung dikuadratkan lalu dibagi dengan t hitung kuadrat yang
telah dijumlah dengan jumlah sampel tiap kelompok yang sudah
dikurangi 2 sebelumnya.
t2
Eta Squared =
t2 + (N1 + N2 – 2)
Keterangan:
t2
= nilai t dari hasil uji t-test dikuadratkan
N1
= jumlah sampel kelompok 1
N2
= jumlah sampel kelompok 2
Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared untuk independent
t-test untuk mengetahui efektifitas pijat bayi, dengan nilai standar dari
perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 – 0,05=efek kecil,
0,06 – 0,13=efek sedang dan 0,14 – 1=efek besar (Pallant, 2011).
Besar Eta Squared pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan bayi
usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro jakarta adalah 0,28, nilai tersebut
menunjukkan bahwa efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan
pertumbuhan berat badan bayi.
b. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan
Bayi
Analisis efektifitas pijat bayi terhadap
pertumbuhan panjang
badan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
64
Tabel 5.5
Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dengan Kelompok Kontrol
Kelompok
Intervensi
Kontrol
PB
Pre
(cm)
40
42
44
43
40
43
44
42
43
48
40
42
41
42
40,5
44
43
48
42,5
44
43
42
43
45
PB Post
(cm)
42
44
46,5
46
43
45
46
45
45
49,5
43
45
44
44
42
45
45
49
45
46,5
45
44
45
48
Pertum
buhan
PB (cm)
2
2
2,5
3
3
2
2
3
2
1,5
3
3
3
2
2,5
1
2
1
1,5
2,5
2
2
2
3
N
Mean
Std.
Dev
12
2,54
0,722
12
1,50
t
Eta
Squared
4,051
0,43
0,522
Dari tabel 5.5 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan panjang badan
bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk
melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 4,051.
Setelah nilai t hitung diketahui lalu dilakukan penghitungan untuk
mencari hasil Eta Squared dengan menggunakan rumusan untuk Eta
Squared dan didapatkan hasil Eta Squared untuk pijat bayi terhadap
65
pertumbuhan panjang badan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro
Jakarta adalah 0,43. Nilai 0,43 tersebut menunjukkan bahwa efektifitas
pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya, mengenai ada
tidaknya perbandingan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang mendapatkan
perlakuan pijat bayi dengan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi.
Sehingga
dapat
diketahui
efektifitas
pijat
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan bayi usia 6 bulan. Interprestasi hasil membahas terkait kesenjangan
ataupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian
terkait dan teori-teori yang mendasarinya. Dalam bab ini juga dibahas tentang
keterbatasan yang ada dalam penelitian.
A. Pembahasan Univariat
1.
Usia
Rerata usia responden pada penelitian ini adalah 6,13 dan
responden terbanyak pada usia 6 bulan 13 hari. Rerata dan jumlah usia
responden terbanyak ini, sesuai dengan ketentuan usia yang ditetapkan
Kemenkes RI (2010) yang dikatakan bayi usia 6 bulan adalah bayi yang
berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari. Dalam pemeriksaan stimulasi
deteksi dini tumbuh kembang anak dilakukan penghitungan usia, jika
usia anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Jadi bila bayi
berusia 6 bulan 16 hari, dalam penghitungan menjadi 7 bulan (Kemenkes
RI, 2010). Dalam penelitian ini diambillah responden mulai dari usia 6
66
67
bulan hingga usia 6 bulan 15 hari, dengan mempertimbangkan
pembulatan usia lebih dari 16 hari menjadi 1 bulan dan intervensi pijat
bayi yang dilakukan selama 30 hari. Penelitian ini melakukan pemberian
pijat bayi dengan menggunakan teknik pijat bayi untuk usia 3 bulan
sampai dengan 3 tahun (Roesli, 2013).
Pada usia 6 bulan ini bayi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan lebih cepat, terutama dalam perkembangan motoriknya
(Kemenkes RI 2010). Menurut teori perkembangan Piaget masa
perkembangan awal pada bayi yang berkembang untuk kognitif awalnya
adalah perkembangan sensori motorik (Wong, 2009). Karena pada usia 6
bulan lingkar kepala bayi sudah mencapai 44 cm, dimana didalamnya
terdapat sel-sel otak yang ada akan memperkuat hubungan antar syaraf
yang telah terbentuk. Dari perkembangan otak itu menyebabkan
perkembangan kognitif pada bayi untuk dapat berkembang lebih cepat
dari bulan sebelumnya (Chamida, 2009).
B. Pembahasan Analisis Bivariat
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisa hubungan pijat
bayi dengan pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) dan
perkembangan (mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan
sebagai penyangga dan mempertahankan leher secara kaku ketika ditarik
perlahan kedua tangannya hingga ke posisi duduk) bayi usia 6 bulan. Secara
lebih jelas akan dibahas sebagai berikut:
1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
68
Pada
perkembangan
mengangkat
dada
bayi
menggunakan
pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil kekuatan efektifitas
antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat dada didapatkan nilai
odds ratio (OR) 11. Angka ini menunjukkan pijat bayi 11 kali lebih besar
kemungkinannya untuk meningkatkan perkembangan mengangkat dada
dengan kedua tanganya sebagai penyangga dari pada yang tidak
mendapatkan pijat bayi.
Perkembangan kemampuan motorik kasar
mengangkat leher
menggunakan pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil analisa
kekuatan efektifitas antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat
leher didapatkan nilai odds ratio (OR) 10. Angka ini menunjukkan pijat
bayi 10 kali lebih besar kemungkinannya untuk
meningkatkan
perkembangan mempertahankan leher secara kaku ketika kedua tangannya
ditarik perlahan dari posisi terlentang ke posisi duduk dari pada yang tidak
mendapatkan pijat bayi.
Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Pada
bayi usia 6 bulan ke atas otot-otot rangka sudah menguat sehingga bayi
dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut (Suhartini, 2007).
Kemampuan motorik kasar sangat diperlukan dalam perkembangan
dipergunakan untuk persiapan perkembangan selanjutnya pada usia 6
bulan otak bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih baik
69
pada area motorik yang utama dalam kemampuan mengedalikan berbagai
gerakan dan aktivitas fisik lainnya (Widodo dan Herawati, 2008).
Bayi yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur seperti pijat
bayi akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi yang kurang
atau tidak mendapat stimulasi. Karena pijat bayi dapat meningkatkan
sirkulasi darah sehingga suplay oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur.
Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan
pertumbuhan sel (Chamida, 2009). Pijat bayi merupakan salah satu jenis
stimulasi taktil. Stimulasi taktil adalah suatu jenis rangsangan sensori yang
paling penting untuk perkembangan bayi yang optimal (Soedjatmiko,
2006). Hasil penelitian ini dimungkinkan berkaitan pada gerakan pijat bayi
di daerah punggung dimana posisi bayi ditengkurapkan dan dipijat dari
leher belakang sampai ke pantat, gerakan ini dapat menstimulasi bayi
untuk mengangkat kepala. Berkaitan juga dengan gerakan pijat bayi di
daerah tangan yang menguatkan otot-otot pada lengan bayi sehingga bayi
dapat menopang badannya ketika tengkurap sambil mengangkat dadanya.
Hasil dari kedua poin penelitian efektifitas pijat bayi terhadap
perkembangan pada bayi usia 6 bulan khususnya gross motoric ini hampir
senada dengan riset yang dilakukan oleh Widodo dan Herawati (2008)
yang menyatakan bahwa pemberian baby massage dapat mempengaruhi
dan merangsang proses perkembangan gross motoric pada kemampuan
merangkak, pull to sit dan rolling dikarenakan pada kelompok eksperimen
lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan riset sebelumnya juga yang
70
dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012) yang membuktikan bahwa bayi
yang mendapatkan pijat bayi sedini mungkin akan mendapatkan
perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak
diberikan pijatan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan pijat bayi dan tekanan
yang diberikan oleh masing-masing ibu berbeda, sehingga ada beberapa
bayi yang tidak mendapatkan gerakan yang sudah diberikan karena anak
menolak dengan cara menangis serta meronta ketika gerakan diberikan.
Karena gerakan pijatan pada bayi yang menolak tidak dapat dipaksakan
oleh ibu untuk melakukan gerakan tersebut. Sehingga ada 1 responden
yang tidak dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut.
2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan berat badan bayi
yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 395,83 gram dengan
standar deviasi 78,214, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan
pijat bayi rata-ratanya adalah 304,17 gram dengan standar deviasi
72,169. Berat badan bayi kelompok kontrol dalam penelitian juga
mengalami peningkatan berat badan sesuai usia, namun kelompok
intervensi yang mendapatkan pemijatan rutin oleh orang tua mengalami
peningkatan berat badan lebih besar. Sehingga rata-rata berat badan
bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih berat dibandingkan dengan ratarata berat badan bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi. Didapatkan
71
hasil untuk t hitung = 2,984 dan Eta Squared 0,28 yang dapat
disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan
pertumbuhan berat badan bayi.
Penelitian ini hampir senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan
latihan gerak dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan
kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan
dengan p=0,010 untuk index berat badan. Hasil dari penelitian lainnya
terkait efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan (berat badan) pada
bayi usia 6 bulan ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Merineherta (2009) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pijat bayi
terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh
lebih baik dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai
p<0,05. Namun perbedaan dari penelitian ini dengan yang dilakukan
Merineherta (2009) adalah waktu pengambilan pengukuran berat badan
yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan
setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari.
Dari penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitriani dan
Nurhidayati (2007) didapatkan hasil perhitungan menggunakan uji
statistic chi square menunjukkan bahwa pijat bayi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 <
0,05). Kuatnya hubungan ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi
72
pijatan secara teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya.
Sejalan dengan pendapat Roesli (2013) yang menyatakan bahwa
manfaat pijat bayi dapat meningkatkan berat badan dan pertumbuhan,
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan
membuat bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan
anak (bounding) dan meningkatkan produksi ASI.
Karena bayi mendapatkan pemijatan pada bagian abdomen yang
dimana pemijatan ini dapat memperlancar proses pencernaan bayi.
Pijatan yang diberikan pada bayi dilakukan dengan pelan dan lembut,
sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan menjadi
besar. Setelah pemijatan bayi akan merasa lapar dan haus sehingga
meningkatkan pemberian nutrisi oleh ibu (Merineherta, 2009).
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan
aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi akan merasa cepat lapar,
sehingga bayi akan lebih sering menyusu pada ibunya (Roesli, 2013).
Bayi yang diberikan pijatan akan lebih rileks dan beristirahat dengan
efektif, sehingga pada saat bangun membawa energi cukup untuk
beraktifitas. Secara optimal bayi akan cepat lapar sehingga nafsu makan
meningkat. Peningkatan nafsu makanan bayi akan meningkat, sehingga
kenaikan berat badan yang dialami bayi menjadi optimal dan bayi yang
mendapatkan perlakuan pijat bayi mengalami peningkatan berat badan
yang lebih signifikan dibandingkan
mendapatkan perlakuan pijat bayi.
dengan bayi
yang tidak
73
b. Efektifitas Pijat Bayi dengan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi
Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan panjang badan bayi
yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 2,54 cm dengan standar
deviasi 0,722, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi
rata-ratanya adalah 1,50 cm dengan standar deviasi 0,522. Rata-rata
panjang badan bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih tumbuh panjang
dibandingkan dengan rata-rata panjang badan bayi yang tidak
mendapatkan pijat bayi. Panjang badan bayi yang mendapatkan pijat
bayi penambahan panjang badannya sesuai dengan kurva pertumbuhan
National Center for Health Statistics (NCHS), yang mengalami
penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm (1 inci) setiap bulan selama
6 bulan pertama. Didapatkan hasil untuk t hitung = 4,051 dan Eta
Squared 0,43 yang dapat disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar
dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi.
Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin
Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan latihan gerak
dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan kecerdasan bayi
mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan, dengan p=0,019
pada hasil pertumbuhan panjang badan kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dari penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) adalah
waktu proses lama pengambilan data yang lebih lama dan waktu
pengambilan data yang berulang pada penelitiannya.
74
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kristanto (2008) yang
mendapatkan hasil uji beda mean dengan t= 0,006 yang ditarik
kesimpulan terjadinya peningkatan tinggi badan yang signifikan pada
bayi yang diberikan terapi sentuhan berupa pijat bayi dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkannya. Perbedaan penelitian ini
dengan yang dilakukan oleh Kristanto adalah durasi waktu penelitian.
Penelitian ini dilakukan 4 minggu dimana proses pengukuran panjang
badan dilakukan pada awal sebelum intervensi dan sesudah 4 minggu
setelah intervensi, sedangkan waktu penelitian yang dilakukan oleh
Kristanto adalah selama 6 minggu, pengukuran panjang badan bayi
setiap minggunya.
Pertumbuhan panjang badan terjadi karena perubahan tulang rawan
menjadi tulang keras. Dimana osteoblas dan osteoklas berperan dalam
proses pembentukan tulang, keduanya bekerja secara bertolak belakang
(osteoblas
memicu
pertumbuhan
tulang,
sedangkan
osteoklas
menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan
tulang yang seimbang. Pembentukan tulang keras berasal dari tulang
rawan (kartilago yang berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki
rongga yang akan terisi oleh osteoblas (sel-sel pembentuk tulang).
Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel
tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk
sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang
menyebabkan tulang menjadi keras. Sehingga diharapkan pada awal
pertumbuhan bayi osteoblas lebih banyak terbentuk dari pada osteoklas.
75
Osteoblas dan osteoklas dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan
(growth hormon).
Hormon pertumbuhan (growth hormon) yang mempengaruhi
pertumbuhan tulang pada bayi dapat dirangsang melalui terapi pijat
bayi yang diberikan menyebabkan diskresikannya serotonin. Dalam
fisiologi pijat bayi disebutkan bahwa serotonin yang disekresikan oleh
sistem saraf dalam hipotalamus akan meningkatkan kecepatan sekresi
hormon pertumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan bayi termasuk tulang (Rosalina, 2007).
Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pedoman pijat bayi
Roesli (2013) bahwa pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan
pengeluaran suatu neurochemical beta-endhorphine. Sehingga bila
terjadi pengurangan sensasi taktil juga akan mengurangi pembentukan
hormon pertumbuhan, karena menurunnya jumlah dan kepekaan dari
aktivitas ODC (Ornithine Decarboxylase) jaringan. Dimana ODC
sebagai pemicu hormon pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan yang tidak responsif terhadap hormon tertentu,
melainkan hanya merespon secara aktif terhadap stimulasi. Sehingga
stimulasi sentuhan ataupun pijat bayi sangat membantu peningkatan
responsif dari ODC.
Peneliti melihat perbedaan ini mungkin juga dapat dikarenakan
oleh
faktor
pemenuhan
nutrisi.
Nutrisi
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan panjang badan bayi dan mempengaruhi hormon
pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan panjang badan dalam penelitian ini
76
mungkin juga dapat dikarenakan oleh faktor genetik dari kedua orang
tua yang juga mempengaruhi pertumbuhan pada panjang badan bayi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Pendekatan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
berat badan dan panjang badan yang kurang, karena peneliti tidak
melakukan pemeriksaan riwayat pada pertumbuhan yang melibatkan
faktor genetik dari kedua orang tua bayi.
2. Peneliti tidak melakukan penilaian pada
jenis stimulasi lainnya yang
mungkin diberikan oleh orang tua kepada bayi setiap waktunya. Sementara
masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yang
perlu diteliti seperti nutrisi pada bayi, karena peneliti juga tidak melakukan
penilaian pada pola makan dan minum sehari-hari pada bayi.
3. Kognitif orang tua yang berbeda-beda sehingga pengetahuan yang sudah
diberikan kepada orang tua oleh peneliti dalam aplikasi pelaksanaan
pemberian pijatan juga berbeda-beda antar ibu satu dengan yang lain,
seperti tekanan dan gerakan yang mungkin diberikan oleh ibu kepada
bayinya.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan
bahwa :
1. Berdasarkan rata – rata usia responden 6,13 dan didapatkan usia terbanyak
6 bulan 13 hari ada 5 bayi (20,8%).
2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel perkembangan
bayi poin motorik kasar bayi dapat mengangkat dada (p=0,025) dan
mengangkat
leher
(p=0,013)
secara
statistik
membuktikan
ada
hubungannya yang signifikan dengan pemberian pijat bayi dalam
meningkatkan perkembangan bayi. Nilai odds ratio (OR) perkembangan
mengangkat dada 10 dan mengangkat leher 11 memperlihatkan bahwa
pijat bayi lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan
perkembangan pada bayi.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pertumbuhan
berat badan (t hitung=2,984) dan panjang badan (t hitung=4,051). Nilai
Eta Squared untuk menentukan efektifitas dari pijat bayi didapatkan 0,28
untuk pertumbuhan berat badan dan 0,43 untuk pertumbuhan panjang
badan yang membuktikan bahwa pijat bayi memiliki efektifitas besar
terhadap peningkatan pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi.
78
79
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Disarankan untuk perlunya kesadaran orang tua terhadap
permberian stimulasi pijat bayi dan stimulasi tumbuh kembang
lainnya. Diharapkan orang tua aktif dalam memberikan stimulasi
tumbuh kembang dengan pijat bayi, serta memahami stimulasi apa saja
yang sesuai usia bayi dan perkembangan apa saja yang sesuai dengan
usia bayinya agar bayi tidak mengalami keterlambatan perkembangan
yang berkepanjangan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi petugas
kesehatan khususnya program KIA di Puskesmas, untuk pro aktif
melakukan pendeteksian dini tumbuh kembang anak, memberikan
pengetahuan tentang pijat bayi kepada orang tua bayi dan diharapkan
dapat memberikan pelatihan terkait pijat bayi serta pendeteksian dini
tumbuh kembang anak secara dasar kepada para kader posyandu
sebagai program tumbuh kembang anak.
3. Bagi Kader Posyandu
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pengetahuan
kepada kader terkait dengan pendeteksian dini tumbuh kembang anak
serta pentingnya stimulasi pijat bayi untuk dapat berjalan sebagai
kegiatan tambahan di dalam posyandu.
80
4. Bagi Peneliti Lain
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor
genetik dan bawaan lahir dalam efek pemberian pijat bayi terhadap
pertumbuhan panjang badan pada bayi misalnya dengan melakukan
pengecekan riwayat lengkap bayi saat lahir dan genetika tinggi badan
kedua orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
. (2009). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Akbar, Rena & Hawadi. (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Grasindo.
Ariani. (2013). Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan
Perkembangan Anak. Malang: Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Bamm, Elena L. & Rosenbaum, Peter. (2008). Family-Centered Theory: Origins,
Development, Barriers, and Supports to Implementation in Rehabilitation
Medicine. Published by Elsevier Inc.
Briawan, Dodik & Herawati, Tin. (2008). Peran Stimulasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Vol. 1 No. 1/Januari 2008 –
63.
Chamida, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Prtumbuhan dan
Perkembangan Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.
Chamida, Atien N. (2009). Pentingnya Stimulasi Dini Bagi Tumbuh Kembang
Otak Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.
Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A. & Marini, Zopito A. (2011). Supporting
Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education
Vol. 20, No. 4.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Evidence Based Medicine. Seri 3 Cetakan 2.
Jakarta: Sagung Seto.
Data Statistik Indonesia. (2012). Demografi: Fertilitas. Indonesia: Statistic
Indonesia.
Dhamayanti, Meita. (2006). Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak.
Sari Pediatri Vol.8.
Field, T., Diego, M., Medina, L., Delgado, J. & Hernandez, A. (2011). Yoga and
Massage Therapy Reduce Prenatal Depression and Prematurity.
University of Miami School of Medicine: NIH Public Access.
Fitriani, Lourentina & Nurhidayati, Novita. (2007). Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Di Poli
Klinik Fisioterapi Handicamp International Wedi Klaten. Semarang:
UNS.
Gruendemann, Barbara J. & Fernsebner, Billie. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta: EGC.
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Gupte, Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment
between Mother and their Infants. Asian Nursing Research.
Hastono, Sutanto P. & Sabri, Luknis. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Heath, Alan & Bainbridge, Nicki. (2004). Baby Massage: The Calming Power of
Touch. New York: DK Publishing, Inc.
Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Analisis Data.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hurlock. (2002). Perkembangan Anak. Edisi Keenam, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Inal, Sevil & Yildiz, Suzan. (2012). The Effect of Baby Massage On MentalMotor Development of Healthy Full Term Baby. Turkey: HealthMED.
Irmawati, M., Ardani, I Gusti A.I., Astasari, D., Irwanto, Suryawan, Ahmad &
Narendra M.B. (2012). Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada
Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan. Jawa Tengah: Media Medika
Indonesia.
Jing, Jin et al. (2007). Massage and Motion Training For Growth and
Development of Infants. Guangzhou : World J Pediatr.
Kadi, Fiva A., Garna, Herry & Fadlyana, Eddy. (2008). Kesetaraan Hasil
Skrining Risiko Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner
Praskrining Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada
Anak Usia 1214 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran.
Kania, Nia. (2006). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
Kembang Yang Optimal. Bandung: Universitas Padjajaran.
Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Instrumen Stimulasi, Deteksi
Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kristanto, Heny. (2008). Pengaruh Terapi Sentuh Terhadap Antropometri Pada
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren I Kediri. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
Lappin, Grace & Kretschmer, Robert E. (2005). Applying Infant Massage
Practices: A Qualitative Study. Journal of Visual Impairment &
Blindness.
Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother
Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8.
Leonard, Julia. (2008). Exploring Neonatal Touch. Mind Matters: The Wesleyan
Journal of Psychology Vol. 3.
Lorenz, Lydia et al. (2005). The Benefits of Baby Massage. Vol 17 no. 2 March:
Paediatric Nursing.
Mares, S., Newman, L. & Warren, Beulah. (2011). Clnical Skill In Infant Mental
Health: The First Three Years. Second Edition. Australian: ACER Press.
Merineherta. (2009). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan
Bayi Usia 3-6 Bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang. Padang: Universitas Andalas.
Moszkowski, Robin J. & Stack, Dale M. (2007). Infant Touching Behaviour
During Mother–Infant Face-to-Face Interactions. Infant and Child
Development Volume 16, Issue 3, pages 307–319.
Notoatmojo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, Susilaningrum U. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk
Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nuryanti, Deni. (2012). Hubungan Pijat Bayi Dengan Frekuensi Sakit Bayi Di
Kecamatan Kartasura. Surakarta: FIK Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy:
Tuning in to Your Baby’s Cues.
http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during_inf
ancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014.
Pallant, Julie Florence. (2011). SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To
Data analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pratiwi, Anindita R. (2013). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi
Di Desa Pamdak Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.
Purwokerto: Jurusan Keperawatan UNSOED.
Primadi, Aris & Alam, Anggraini. (2009). Hubungan Perkembangan Dengan
Pertumbuhan Bayi Kurang Bulan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas
Universitas Pajajaran.
Profil Posyandu Puskesmas Kelurahan Bintaro. (2014). Data Posyandu Perbulan.
Jakarta: Puskesmas Kelurahan Bintaro.
Public Health Agency of Canada. (2012). Infancy: Birth - Two Years of Age.
Canada: canada.gc.ca. http://www.phac-aspc.gc.ca/hp-ps/dca-dea/stagesetapes/childhood-enfance_0-2/index-eng.php diakses pada 28 Maret 2014.
Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna
Swadaya Nusantara.
Rosalina, Ina. (2007). Fisiologi Pijat Bayi. Bandung: Trikarsa Multimedia.
Saefuddin, Asep. (2008). Statistika Dasar. Bandung: Grasindo.
Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPPS
17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Santoso, Singgih. (2012). Panduan Lengkap SPPS Versi 20. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Santrock, John W. (2003). Adolescene: Perkembangan Masa Remaja. Jakarta:
Erlangga.
Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Siregar, Juke R. (2012). Halo Balita Series: Panduan Untuk Ayah Dan Ibu. Mizan
book strore: Jakarta.
Soedjatmiko. (2006). Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang
Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta: Sari Pediatri Vol. 8 No.3.
Subakti, Yazid & Rizki A., Deri. (2008). Keajaiban Pijat Bayi dan Balita.
Jakarta: Wahyu Media.
Subekti. R. (2008). Panduan Praktis Memijat Buah Hati Anda. Nusa Presindo:
Yogyakarta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhartini, B. (2007). Tahap Perkembangan Motorik Bayi. Yogyakarta: FKIK
Universitas Negeri Yogyakarta.
Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi Usia 0-12 Bulan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Underdown, A., Barlow, Jane & Steward-Brown, Sarah. (2010). Tactile
Stimulation In Physically Health Infants: Results of a Sytematic Review.
Journal of Reproductive and Infant Psychology Vol.28, No.1.
U.S. Department of Health and Human Services. (2009). Infant and Newborn
Development.
Bethesda:
National
Institutes
of
Health.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/infantandnewborndevelopment.html
diunduh pada 10 Maret 2014.
Widodo, A & Herawati, I. (2008). Efektifitas Massage Efflurage Terhadap
Perkembangan Gross Motoric Pada Usia 3-4 Bulan. Semarang: Program
Studi Fisioterapi UMS.
Wijayanti, R., & Purwandari, H. (2006). Dampak Penggunaan Modul Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Keluarga Dalam
Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi. Purwokerto: Jurusan Keperawatan
UNSOED.
Wong, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC.
World Health Organization. (2013). Health Topic : Infant, Newborn. Geneva:
WHO.
World Health Organization. (2012). Demographic and Socioeconomic Statistics:
Crude
Birth
and
Death
Rate
Data
by
Country.
http://apps.who.int/gho/data/view.main.CBDR2040?lang=en diunduh pada
18 Maret 2014.
Wuryandani, Wuri. (2010). Peranan Keluarga Dalam Menginternalisasikan Nilai
Moral Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP UNY.
Yurisa, Wella. (2008). Etika Penelitian Kesehatan. Riau: FK UNRI.
Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Zero To Three. (2012). Behavior and Development. Washington: National Center
for Infants, Toddlers and Families.http://www.zerotothree.org/childdevelopment/ diunduh pada 20 Maret 2014.
Distribusi Usia Bayi
Statistics
usia
N
Valid
24
Missing
0
Mean
6,13
Median
6,00
Std. Deviation
3,180
Minimum
1
Maximum
11
usia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
6 bulan
3
12,5
12,5
12,5
6 bulan 2
1
4,2
4,2
16,7
6 bulan 3
1
4,2
4,2
20,8
6 bulan 4
2
8,3
8,3
29,2
6 bulan 5
4
16,7
16,7
45,8
6 bulan 9
2
8,3
8,3
54,2
6 bulan 10
3
12,5
12,5
66,7
6 bulan 11
1
4,2
4,2
70,8
6 bulan 12
1
4,2
4,2
75,0
6 bulan 13
5
20,8
20,8
95,8
6 bulan 15
1
4,2
4,2
100,0
24
100,0
100,0
Total
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
PijatBayi *
PerkembanganMengangkat
Dada
24
100,0%
0
0,0%
24
100,0%
PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation
PerkembanganMengangkatDada
Bayi Dapat
Bayi Tidak
Melakukannya
Dapat
Melakukannya
Count
% within PijatBayi
Ibu Memberikan Pijat Bayi
11
1
91,7%
8,3%
64,7%
14,3%
45,8%
4,2%
6
6
50,0%
50,0%
35,3%
85,7%
25,0%
25,0%
17
7
70,8%
29,2%
100,0%
100,0%
70,8%
29,2%
% within
PerkembanganMengangkat
Dada
% of Total
PijatBayi
Count
% within PijatBayi
Ibu Tidak Memberikan Pijat
% within
Bayi
PerkembanganMengangkat
Dada
% of Total
Count
% within PijatBayi
% within
Total
PerkembanganMengangkat
Dada
% of Total
PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation
Total
Count
% within PijatBayi
Ibu Memberikan Pijat Bayi
% within
PerkembanganMengangkatDada
% of Total
12
100,0%
50,0%
50,0%
PijatBayi
Count
% within PijatBayi
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi
% within
PerkembanganMengangkatDada
% of Total
Count
% within PijatBayi
Total
% within
PerkembanganMengangkatDada
% of Total
12
100,0%
50,0%
50,0%
24
100,0%
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
,025
3,227
1
,072
5,455
1
,020
5,042
b
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
,069
Linear-by-Linear Association
4,832
N of Valid Cases
1
,034
,028
24
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Odds Ratio for Pijat Bayi
(Ibu Memberikan Pijat Bayi /
Ibu Tidak Memberikan Pijat
11,000
1,061
114,086
1,833
1,015
3,310
,167
,023
1,183
Bayi)
For cohort Perkembangan
Mengangkat Dada = Bayi
Dapat Melakukannya
For cohort Perkembangan
MengangkatDada = Bayi
Tidak Dapat Melakukannya
N of Valid Cases
24
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
PijatBayi * Perkembangan
Menahan Leher
Missing
Percent
24
100,0%
N
Total
Percent
0
0,0%
N
Percent
24
100,0%
PijatBayi
Total
PijatBayi * Perkembangan Menahan Leher Crosstabulation
Perkembangan Menahan
Lehernya
Bayi Dapat
Bayi Tidak
Melakukannya
Dapat
Melakukannya
Count
10
2
% within PijatBayi
83,3%
16,7%
% within
Ibu Memberikan Pijat Bayi
PerkembanganMenahanLeh
71,4%
20,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total
41,7%
8,3%
Count
4
8
% within PijatBayi
33,3%
66,7%
Ibu Tidak Memberikan Pijat
% within
Bayi
PerkembanganMenahanLeh
28,6%
80,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total
16,7%
33,3%
Count
14
10
% within PijatBayi
58,3%
41,7%
% within
PerkembanganMenahanLeh
100,0%
100,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total
58,3%
41,7%
PijatBayi * PerkembanganMenahanLehernyaSecaraKaku Crosstabulation
Total
Count
% within PijatBayi
Ibu Memberikan Pijat Bayi
12
100,0%
% within
PerkembanganMenahanLehernyaSec
50,0%
araKaku
% of Total
50,0%
PijatBayi
Count
% within PijatBayi
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi
12
100,0%
% within
PerkembanganMenahanLehernyaSec
50,0%
araKaku
% of Total
Count
% within PijatBayi
Total
50,0%
24
100,0%
% within
PerkembanganMenahanLehernyaSec
100,0%
araKaku
% of Total
100,0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
,013
4,286
1
,038
6,511
1
,011
6,171
b
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
,036
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
5,914
1
,015
24
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Odds Ratio for PijatBayi (Ibu
Memberikan Pijat Bayi / Ibu
Tidak Memberikan Pijat
10,000
1,444
69,262
2,500
1,080
5,786
,250
,066
,942
Bayi)
For cohort Perkembangan
Menahan Leher = Bayi
Dapat Melakukannya
For cohort Perkembangan
Menahan Leher = Bayi
Tidak Dapat Melakukannya
N of Valid Cases
24
,018
T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Berat Badan)
Group Statistics
PijatBayi
N
Mean
Ibu Memberikan Pijat Bayi
Std. Deviation
12
395,83
78,214
12
304,17
72,169
Hasil Selisih BB Post
dengan Pre
Ibu Tidak Memberikan Pijat
Bayi
Group Statistics
PijatBayi
Std. Error Mean
Ibu Memberikan Pijat Bayi
22,578
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi
20,833
Hasil Selisih BB Post denga nPre
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
t-test for
Variances
Equality of
Means
F
Equal variances assumed
Sig.
,128
t
,724
2,984
Hasil Selisih BB Post
dengan Pre
Equal variances not
2,984
assumed
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
df
Hasil Selisih BB Post dengan Equal variances assumed
Pre
Equal variances not assumed
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
22
,007
91,667
21,859
,007
91,667
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Std. Error
95% Confidence
Difference
Interval of the
Difference
Lower
Equal variances assumed
30,722
27,954
Equal variances not assumed
30,722
27,930
Hasil Selisih BB Post dengan Pre
T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Panjang
Badan)
Group Statistics
PijatBayi
N
Mean
Ibu Memberikan Pijat Bayi
Std. Deviation
12
2,54
,722
12
1,50
,522
Hasil Selisih PB Post
dengan Pre
Ibu Tidak Memberikan Pijat
Bayi
Group Statistics
PijatBayi
Std. Error Mean
Ibu Memberikan Pijat Bayi
,208
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi
,151
Hasil Selisih PB Post dengan Pre
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
t-test for
Variances
Equality of
Means
F
Hasil Selisih PB Post
Equal variances assumed
dengan Pre
Equal variances not assumed
Sig.
,865
t
,362
4,051
4,051
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
df
Hasil Selisih PB Post dengan Equal variances assumed
Pre
Equal variances not assumed
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
22
,001
1,042
20,041
,001
1,042
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Std. Error
95% Confidence
Difference
Interval of the
Difference
Lower
Equal variances assumed
,257
,508
Equal variances not assumed
,257
,505
Hasil Selisih PB Post dengan Pre
PANDUAN
PIJAT BAYI
SENDIRI DI
RUMAH
PUSPITA EKA K. SARI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam kehidupan
manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama kehidupan
bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini, 2011).
Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan
bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan
yang akan membantunya dalam pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).
Pijat bayi merupakan cara memberikan stimulasi berupa sentuhan dengan
cara pemijatan (Hae-Kyung Lee, 2006).
Pijat bayi merupakan cara sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua
dan bayi dengan menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan
rasa hubungan fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat
mencerminkan perasaan masing–masing (Gurol & Polat, 2012)
Pijat bayi banyak memberikan berbagai manfaat untuk bayi. Namun tidak
hanya bayi saja yang merasakan manfaat dari pijat bayi, orang tua terutama
seorang ibu juga merasakan banyaknya mafaat dari pijat bayi ini. Berikut adalah
manfaat dari pijat bayi :
a. Untuk Bayi
1. Meningkatkan berat badan.
2. Meningkatkan pertumbuhan.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh.
4. Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
5. Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.
6. Meningkatkan kosentrasi bayi dan membuat bayi tidur lelap.
b. Untuk Ibu
1. Meningkatkan bounding (ikatan) antara orang tua dan bayi
sehingga hubungan batinnya menjadi lebih kuat.
2. Meningkatkan produksi asi.
3. Menurunkan tingkat stress dan depresi.
Pijat bayi dapat menciptakan suasana akrab antara ayah dan bayinya (Roesli,
2004).
Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus dan
sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan
usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus
dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat
diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih. Pijat bayi dapat dilakukan dua
kali sehari pada pagi dan sore hari (Roesli, 2004).
Hal–hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan, seperti:
a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan
perhiasan.
c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup
diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara
berjalan dengan lancar.
d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk memberikan pijatan pada
bayi. Orang tua ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan
nyaman tidak dalam kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan,
karena akan berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.
e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.
f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.
Selama proses pemijatan sebaiknya melakukan kontak mata bayi dengan
penuh kasih sayang dan mengajak berbicara ataupun bernyanyi.
Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan baby lotion atau minyak
kelapa tergantung jenis kulit bayi lebih cocok menggunakan baby lotion atau
minyak kelapa.
a) Pemijatan bagian kaki
1. Perahan cara India dengan
cara pegang kaki bayi pada
pangkal
paha
seperti
memegang pemukul soft
ball, gerakkan tangan ke
bawah secara bergantian,
seperti memerah susu.
2. Peras dan putar dengan
cara pegang kaki bayi pada
pangkal paha dengan
kedua
tangan
secara
bersamaan.
Kemudian
peras dan putar kaki bayi
dengan lembut dimulai dari
pangkal paha ke arah mata
kaki.
3. Telapak kaki dengan cara
mengurut telapak kaki bayi
dengan kedua ibu jari
secara bergantian, dimulai
dari tumit kaki menuju jarijari diseluruh telapak kaki
bayi.
4. Menarik lembut jari
dengan cara memijat jarijari bayi satu per satu
dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki bayi,
diakhiri dengan tarikan
yang lembut pada tiap
ujung jari.
5. Gerakan peregangan
(strecth) dengan cara
menggunakan sisi dari jari
telunjuk, pijat telapak kaki
bayi mulai dari batas jarijari ke arah tumit, dengan
jari yang lain regangkan
dengan lembut punggung
kaki pada daerah pangkal
kaki ke arah tumit.
6. Titik tekan dengan cara
menekan-nekan kedua ibu
jari secara bersamaan
diseluruh permukaan
telapak kaki dari arah tumit
ke jari-jari.
7. Punggung kaki dengan
cara gunakaan kedua ibu
jari bergantian memijat
punggung kaki bayi dari
pergelangan ke arah jarijari secara bergantian.
8. Peras dan putar
pergelangan kaki (ankle
circles) dengan cara
membuat gerakan seperti
memeras dengan
menggunakan ibu jari dan
jari-jari lainnya
dipergelangan kaki bayi.
9. Perahan cara swedia
dengan cara memegang
pergelangan kaki bayi, lalu
gerakkan tangan pemijat
secara bergantian dari
pergelangan kaki menuju
pangkal paha.
10. Gerakan menggulung
dengan cara memegang
pangkal paha dengan
kedua tangan pemijat, lalu
membuat gerakan
menggulung dari pangkal
paha menuju pergelangan
kaki.
11. Gerakan akhir setelah
semua gerakan nomor 1-10
dilakukan pada kaki kanan
dan kiri, lalu rapatkan
kedua kaki bayi. Letakkan
kedua tangan pemijat pada
pantat dan pangkal paha
bayi, kemudian usap kedua
kaki bayi dengan tekanan
lembut dari paha ke arah
pergelangan kaki.
b) Pemijatan Bagian Perut
1. Gerakan mengayuh sepeda
dengan cara memijat
bagian perut bayi seperti
mengayuh sepeda dari atas
ke bawah perut bayi,
bergantian dengan tangan
kanan dan kiri.
2. Mengayuh sepeda dengan
kaki diangkat caranya
adalah mengangkat kaki
bayi dengan salah satu
tangan dan tangan yang
lain memijat perut bayi dari
perut bagian atas sampai
ke jari-jari kaki.
3. Gerakan ibu jari ke samping
dengan cara meletakkan
kedua ibu jari di samping
kanan-kiri pusar, lalu gerakkan
kedua ibu jari ke arah tepi
perut kiri dan kanan.
4. Gerakkan bulan matahari
dengan cara membuat
lingkaran searah jarum jam
menggunakan tangan kiri
dimulai dari perut sebelah
kanan bawah ke atas,
kemudian kembali ke daerah
kanan bawah membentuk
matahari. Gunakan tangan
kanan juga untuk membentuk
setengah lingkaran dimulai
dari bagian kanan bawah
perut sampai bagian kiri perut
bayi membentuk bulan.
Gerakan ini dilakukan
bersama-sama.
5. Gerakan I Love You, untuk
membentuk huruf “I” pijat
perut bayi mulai dari bagian
kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari-jari.
Kemudian huruf “L” terbalik
dengan cara memijat perut
bayi mulai dari kanan atas ke
kiri atas, kemudia dari kiri atas
menuju kiri bawah. Terakhir
membentuk huruf “U”
dengan cara memijat perut
bayi mulai dari kanan bawah
ke atas, kemudian menuju kiri,
ke bawah dan berakhir di
perut kiri bagian bawah.
6. Gerakan seperti gelembung
atau jari-jari berjalan dengan
cara meletakkan ujung-ujung
jari satu tangan pada perut
bayi bagian kanan, lalu
gerakkan jari-jari pemijat dari
bagian kanan menuju bagian
kiri.
c) Pemijatan Bagian Dada
1. Gerakan membentuk jantung
besar dengan cara
meletakkan ujung-ujung jari
kedua telapak tangan pemijat
di tengah dada bayi, kemudian
membuat gerakan ke atas
sampai bawah leher hingga
tulang selangka lalu ke bawah
sehingga terbentuk jantung
terakhir kembali ke ulu hati.
2. Gerakan kupu-kupu dengan
cara membuat diagonal
seperti gambar kupu-kupu.
Dimulai dengan tangan kanan
membuat gerakan memijat
menyilang dari tengah dada
menuju bahu kanan kembali
lagi ke tengah. Gerakan
tangan kiri pun demikian
seperti tangan kanan menuju
bahu kiri.
d) Pemijatan Bagian Tangan
1. Pemijatan pada ketiak dengan
cara memijat dari atas ke
bawah ketiak.
2. Perahan cara india dengan
cara tangan kanan memegang
tangan bayi pada pundaknya
seperti memegang pemukul
soft ball, tangan kiri
memegang pergelangan
tangan bayi. Gerakkan tangan
ke bawah secara bergantian,
seperti memerah susu.
3. Gerakan peras dan putar
dengan cara memeras dan
putar lengan bayi dengan
lembut mulai dari pundak
hingga pergelangan tangan
bayi.
4. Gerakan membuka tangan
dengan cara memijat telapak
tangan bayi menggunakan
kedua ibu jari, dari
pergelangan tangan menuju
jari-jari bayi.
5. Gerakan memutar jari-jari
dengan cara memijat lembut
jari bayi satu per satu menuju
ke arah ujung jari-jari dengan
gerakan memutar dan diakhiri
dengan tarikan lembut setiap
ujung jari.
6. Punggung tangan dilakukan
pemijatan dengan cara
meletakkan tangan bayi
diantara kedua tangan
pemijat, lalu usap punggung
tangannya dari pergelangan
menuju jari-jari.
7. Peras dan putar sekeliling
pergelangan tangan dengan
ibu jari dan jari telunjuk.
8. Perahan cara swedia
dilakukan dengan
menggerakkan tangan kiri dan
kanan pemijat secara
bergantian mulai dari
pergelangan tangan bayi
menuju arah pundak.
9. Gerakan menggulung dengan
cara memegang lengan bayi
bagian atas atau bahu dengan
kedua telapak tangan
membentuk gerakan
menggulung dari pangkal
menuju pergelangan tangan.
e) Pemijatan Bagian Wajah
1. Pada dahi buatlah gerakan
seperti menyetrika dahi atau
membuka buku dengan
menggunakan kedua ibu jari
pemijat.
2. Pada alis mata letakkan kedua
ibu jari pemijat diantara kedua
alis mata dengan membuat
gerakan ke samping seolaholah menyetrika alis.
3. Pada hidung dengan cara
meletakkan kedu ibu jari pada
pertengahan alis lalu turun
melalui tepi hidung ke arah
pipi dengan membuat
gerakan ke samping dan ke
atas seolah-olah bayi
tersenyum.
4. Pada bagian mulut atas
dengan cara meletakkan
kedua ibu jari pemijat di atas
mulut di bawah sekat hidung
lalu gerakkan kedua ibu jari
tadi ke arah samping ke atas
daerah pipi.
5. Pada bagian mulut bawah
dengan cara meletakkan
kedua ibu jari pemijat di
bawah mulut di tengah dagu
lalu gerakkan kedua ibu jari
tadi dari tengah ke atas
daerah pipi.
6. Membuat lingkaran kecil di
rahang bayi dengan cara
menggunakan kedua tangan,
lalu buatlah lingkaranlingkaran kecil di daerah
rahang bayi.
7. Pada bagian belakang telingan
bayi lakukan pemijatan
dengan ujung-ujung jari
berikan sedikit tekanan
lembut pada bagian belakang
telinga ke arah pertengahan
dagu.
f) Pemijatan Bagian Punggung
1. Tengkurapkan bayi dengan
kepala di sebelah kiri dan kaki
disebelah kanan pemijat, lalu
pijatlah sepanjang punggung
bayi dengan gerakkan maju
mundur menggunakan kedua
telapak tangan dari bawah
leher hingga pantat bayi
kemudian kembali lagi ke
leher bayi.
2. Pegang pantat bayi dengan
tangan kanan, kemudian
tangan kiri memijat mulai dari
leher hingga bertemu tangan
kanan pemijat seperti seolah
menyetrika punggung.
3. Ulangi gerakan nomor 2 hanya
kali ini dengan memegang
kaki bayi dan gerakkan
dilanjutkan hingga tumit kaki
bayi.
4. Gerakan melingkar dilakukan
dengan cara jari-jari kedua
tangan membuat gerakangerakan melingkar kecil-kecil
dari batas tengkuk hingga
turun ke bawah, semakin ke
bawah lingkaran yang
terbentuk semakin besar.
5. Gerakkan menggaruk dengan
cara memberikan tekanan
lembut menggunakan jari-jari
pemijat pada punggung bayi.
Lakukan gerakan ke bawah
memanjang hingga pantat
bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A., & Marini, Zopito A. (2011).
Supporting
Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education
Vol. 20, No. 4.
Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on
Attachment
between Mother and their Infants. Asian Nursing Research.
NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy:
Tuning in to Your Baby's Cues.
http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during
infancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014.
Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother
Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8.
Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna
Swadaya Nusantara.
Aktivitas yang
Dianjurkan Untuk
Bayi usia 4– 6 Bulan
Stimulasi Kinetik

Dukung bayi untuk posisi
duduk biarkan bayi condong
ke depan untuk keseimbangan
dirinya.

Biarkan bayi merngkak dan
berguling di lantai dengan alas
yang empuk
Stimulasi Visual

Letakkan bayi didepan cermin
agar bayi dapat melihat dirinya.

Berikan mainan dengan warnawarni yang cerah
STIMULASI
BUAH HATI
ANDA
Stimulasi Auditori

Ajak bayi berbicara sesering
mungkin, dapat sambil bernyanyi bersama

Tertawalah ketika bayi tertawa
OLEH:

Berikan bayi mainan yang
dapat berbunyi, seperti
kerincingan
PUSPITA EKA
KURNIA SARI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI 2014
STIMULASI
Stimulasi memegang peran
Sentuhan
Sentuhan adalah hal
Aktivitas yang Dianjurkan
Untuk Bayi usia 4– 6
Bulan
yang sangat penting untuk
yang paling mendasar bagi ke-
meningkatkan pertumbuhan dan
hidupan dalam kehidupan
Stimulasi Taktil
perkembangan bayi untuk dapat
manusia semenjak dilahirkan.

berkembang dengan maksimal.
Pada awal bulan–bulan pertama
Sebaiknya stimulasi diberikan
kehidupan bayi sentuhan lebih
secara terus menerus (Chamida,
sering digunakan (Cheng, Volk
2009).
& Marini, 2011).
Stimulasi rangsangan yang
Berilah anak mainan yang lunak
yang dapat diremasnya dengan
tekstur yang berbeda-beda.

Percikkanlah air sekali-sekali ketika
memandikan bayi
Sentuhan merupakan
mudah diberikan oleh orang tua
bentuk dari stimulus bagi bayi
secara aktif pada bayi dapat
yang merupakan bagian dari
melalui stimulasi taktil dalam sen-
pengalaman awal dalam be-
tuhan lembut, menggerakkan kaki
berapa tahun pertama ke-
pangkuan sesekali ketika
dan tangan bayi posisi ekstensi
hidupan yang akan memban-
memegangnya pada posisi berdiri
serta fleksi (Soedjatmiko, 2006).
tunya dalam pertumbuhan dan
Stimulasi Kinetik

goyangkan bayi ketika berada di
perkembangan
selanjutnya (NYU
Langone Medical
Center, 2010).
Business Name
LEMBAR KEGIATAN PIJAT BAYI
Pemijatan dilakukan orang tua setiap 2 kali sehari dengan durasi waktu pemijatan 15-20 menit selama 30 hari.
No.
Waktu
1
11
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
No.
Waktu
3
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
No.
Waktu
2
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Keterangan:
1. (√) pada kolom waktu di bawah pagi, sore setelah bayi sudah
mendapatkan pemijatan dan cantumkan waktu ketika melakukan
pemijatan tersebut.
2. Cantumkan alasan mengapa bayi tidak mendapatkan pemijatan,
seperti bayi sakit ataupun ibu lupa melakukannya.
LEMBAR OBSERVASI
PERTUMBUHAN BAYI
Tabel Obervasi Pertumbuhan Bayi
Saat Akhir
Pertumbuhan
Tgl
Saat Awal
Tgl
Penelitian
Pemeriksaan
Penelitian
Pemeriksaan
(Setelah 30
hari)
Berat Badan (gr)
Panjang Badan (cm)
Lingkar Kepala (cm)
LEMBAR OBSERVASI
PERKEMBANGAN BAYI
Perkembangan bayi dinilai menggunakan penilaian Kuesioner Pra Skrinning
Perkembangan bayi usia 6 Bulan. Penilaian untuk poin nomor ke-4 dan ke-10
yang menjadi poin penilaian utama pada perkembangan.
Tabel Observasi Perkembangan Bayi
Pertanyaan KPSP Poin Nomor 4
Tgl
Saat Awal
Tgl
dan 10
Pemeriksaan
Penelitian
Pemeriksaan
Ketika bayi telungkup di alas datar,
apakah ia dapat mengangkat dada
dengan
kedua
lengannya
sebagai
penyangga
seperti pada
gambar ?
Pada posisi bayi telentang, pegang
kedua tangannya lalu tarik perlahanlahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku
seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali
seperti
gambar
sebelah
kanan.
Saat Akhir
Penelitian
(Setelah 30 hari)
Download