HASIL PENELITIAN Perbandingan Efektivitas Lama Pemakaian Drain Pasif untuk Mencegah Seroma Pasca-Modified Radical Mastectomy Azamris Sub Bagian Bedah Onkologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr. M. Djamil, Padang, Indonesia ABSTRAK Pembedahan merupakan tindakan utama pada penderita karsinoma payudara operable, dengan pilihan utama modified radical mastectomy. Seroma merupakan masalah yang paling sering terjadi setelah tindakan mastektomi, dan paling sulit dicegah dibandingkan komplikasi lain. Penumpukan cairan ini akan memperlama masa rawat dan menambah biaya rawat. Untuk mengurangi terbentuknya seroma, dapat dipasang drain. Drainase dapat berupa suction drain atau drain pasif. Dilakukan penelitian prospektif terhadap 32 orang penderita karsinoma payudara yang menjalani modified radical mastectomy dari bulan Februari sampai Juli 2010. Penderita dibagi 2 kelompok, satu kelompok 16 penderita dengan drainase yang dilepas sesudah 4 hari, dan kelompok kedua drainase dilepas sesudah 8 hari. Jumlah seroma terakhir saat drainase dibuka rata-rata 15 mL pada yang dilepas cepat dan 4,06 mL pada yang dilepas lambat (t=4,973; p=0,000). Semua seroma pascapelepasan drainase rata-rata kurang dari 50 mL. Disimpulkan bahwa efektivitas drainase pasif yang dilepas cepat dibandingkan dengan yang dilepas lambat tidak berbeda bermakna, sehingga lama rawat pasien dapat berkurang jika drainase dilepas cepat. Kata kunci: Karsinoma payudara, modified radical mastectomy, seroma ABSTRACT Modified Radical Mastectomy is the treatment of choice for operable breast cancer. Seroma is the most frequent problem after mastectomy and difficult to prevent. This accumulation of liquid will prolong hospitalization and need extra cost. This problem is usually solved by drainage, either with suction drain or passive drain. A prospective trial has been conducted on 32 breast carcinoma patients who underwent a modified radical mastectomy from February until July 2010. The patients are divided into two groups, the first group consists of 16 patients whose drain was extracted after 4 days, the second group had their drains extracted after 8 days. Mean total seroma collected in the first group was 15 mL, and in the second group was 4,06 mL. (t=4,973; p=0,000). Seroma after drain extraction were less than 50 mL. No significant difference on the effectivity of extraction of drain after 4 days or after 8 days, and the length of stay could be shortened. Azamris. Comparison of Passive Drainage Duration for Seroma Prevention after Modified Radical Mastectomy. Keywords: Carcinoma mammae, modified radical mastectomy, seroma PENDAHULUAN Keganasan payudara merupakan penyebab kematian terbanyak kedua pada wanita setelah keganasan paru. Pembedahan merupakan terapi pilihan utama pada keganasan payudara, dan Modified Radical Mastectomy (MRM) adalah pilihan terapi keganasan payudara yang masih operable. Beberapa komplikasi pasca-operasi yang dapat ditemukan di antaranya hematoma, terbentuknya seroma, infeksi luka operasi, hingga terbentuknya flap nekrosis.1-3 Alamat korespondensi 92 Seroma merupakan masalah yang paling sering terjadi setelah tindakan mastektomi, dan banyak ahli bedah mengatakan terbentuknya seroma adalah hal paling sulit dicegah dibandingkan komplikasi lain. Seroma sering didefinisikan sebagai cairan serous yang terbentuk setelah pembedahan, yang berkumpul di bawah flap kulit mengisi dead space.4,5 Setelah mastektomi, seroma akan terkumpul di daerah bawah kulit dan dead space daerah aksila. Biasanya seroma akan diserap sendiri dalam beberapa minggu. Jika cairan seroma sangat banyak, kulit bekas operasi akan tegang yang menyebabkan ketidaknyamanan. Pada beberapa pasien penumpukan cairan ini akan memberi masalah, seperti memperlama masa rawat dan akan menambah biaya rawat. Selain itu, penyedotan berulang kali akan menyebabkan pasien merasa tidak nyaman.2,4,5 Terdapat beberapa kontroversi mengenai cara untuk mengurangi terbentuknya seroma, antara lain cara deteksi yang ideal, email: [email protected] CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 HASIL PENELITIAN instrumentasi pembedahan, dan cara drainase seroma; manfaat drainase masih dipertanyakan, menyangkut pemilihan jenis drain dan jumlah drain yang akan dipasang.6-9 Segera setelah MRM, drain akan dipasang untuk mengurangi seroma, tapi tidak untuk mencegah terbentuknya seroma. Drainase dapat berupa suction drain atau drain pasif, masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pada suction drain, seroma akan dihisap dengan pemberian tekanan negatif, sehingga cairan akan keluar terus-menerus. Kerugiannya, drain ini mempunyai diameter kecil sehingga sering tersumbat. Drain pasif hanya mengandalkan prinsip gravitasi dan dapat menggunakan drain berukuran lebih besar. Pemakaian suction drain pertama kali diperkenalkan pada tahun 1947, dan telah dibuktikan bermanfaat mengeluarkan seroma dan meminimalkan dead space.7 Lama pemakaian drain juga masih dipertanyakan; pada beberapa penelitian, insiden seroma tinggi jika tidak dipasang drain. Di lain pihak, cairan seroma akan terus terbentuk setelah drain dibuka, dapat dilihat dari adanya seroma di daerah aksila yang dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik atau dengan pemeriksaan penunjang seperti USG. Sebaliknya, pemakaian drain yang terlalu lama akan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit dan risiko infeksi oleh migrasi retrograd kuman.7,10 Mengingat masih adanya kontroversi mengenai lamanya drain dipasang pascaMRM dan belum adanya penelitian standar pemakaian drain di bangsal bedah RS Dr. M. Djamil, Padang, maka dilakukan penelitian perbandingan efektivitas lama pemakaian drain pasif terhadap pencegahan terbentuknya seroma pasca-modified radical mastectomy di bangsal bedah RS Dr. M. Djamil, Padang. RUMUSAN MASALAH Bagaimana perbandingan efektivitas lama pemakaian drain pasif terhadap pencegahan terbentuknya seroma pasca-modified radical mastectomy di bangsal bedah RS Dr. M. Djamil, Padang. terbentuknya seroma pasca-modified radical mastectomy (MRM) di bangsal bedah RS Dr. M. Djamil, Padang. Tujuan Khusus 1. Mengetahui efektivitas pemakaian drain selama 4 hari terhadap pencegahan terbentuknya seroma. 2. Mengetahui efektivitas pemakaian drain selama 8 hari terhadap pencegahan terbentuknya seroma. Manfaat 1. Untuk mengurangi lama hari rawat pasien pasca-MRM 2. Untuk mengurangi morbiditas pascaMRM 3. Untuk memberikan kenyamanan kepada pasien pasca-MRM 4. Untuk dijadikan standar operasional lama pemakaian drain pasca-MRM 5. Dapat dipakai sebagai salah satu rujukan bagi para dokter di daerah. METODE Rancangan penelitian berupa studi prospektif dengan mengumpulkan data lama pemakaian drain pasif pasca-operasi MRM di bagian Bedah RS Dr. M. Djamil, Padang. Penelitian dilakukan selama 6 bulan, Februari – Juli 2010. Subjek Penelitian Populasi adalah semua penderita karsinoma payudara yang dirawat di bagian bedah RS Dr. M. Djamil, Padang, periode bulan Februari – Juli 2010. Subjek penelitian adalah penderita karsinoma payudara yang sudah didiagnosis dan mendapatkan pengobatan menurut prosedur terapi berupa operasi modified radical mastectomy di bagian bedah RS Dr. M. Djamil, Padang, periode Februari – Juli 2010. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus: 2 n= Zα x s d Didapatkan sampel: n = 16 n = jumlah sampel TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan Umum Membandingkan efektivitas lama pemakaian drain pasif terhadap pencegahan CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 Zα = tingkat kepercayaan, sebesar 95% S = simpangan baku, didapatkan 4 hari17 D = ketepatan absolut, nilai ketepatan absolut ditetapkan 2 Kriteria Inklusi Semua penderita karsinoma payudara yang menjalani operasi modified radical mastectomy sesuai prosedur terapi. Kriteria Eksklusi 1. Penderita karsinoma payudara dengan prosedur tindakan selain modified radical mastectomy. 2. Penderita dengan prolonged drainage karena seroma yang terbentuk terlalu banyak. 3. Penderita dengan penyakit pemberat untuk penyembuhan luka operasi, seperti diabetes melitus, hipoalbumin, dan lain-lain. 4. Penderita dengan berat badan di atas 60 kg atau di bawah 40 kg. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent): Umur, lama pemakaian drain, teknik operasi, dan jenis histopatologi karsinoma 2. Variabel tergantung (dependent): Stadium, jenis drain, seroma, dan berat badan pasien. Definisi Operasional 1. Umur adalah umur penderita saat pertama kali didiagnosis, dihitung dalam tahun. Digolongkan menjadi 3 kategori: A. Umur muda : 0 – 40 tahun B. Pertengahan : 41 – 50 tahun C. Umur tua : > 51 tahun 2. Seroma adalah cairan serous yang terbentuk setelah tindakan Modified Radical Mastectomy yang mengisi dead space di luka operasi. 3. Jenis histopatologi adalah jenis keganasan menurut histopatologi yang didapatkan dari biopsi. 4. Stadium klinis berdasarkan kriteria TNM (tumor size, node, metastasis) yang sesuai dengan prosedur standar operasional untuk tindakan Modified Radical Mastectomy. 5. Jenis drain adalah drain pasif yang ditinggalkan di dead space berupa NGT no. 16. 6. Lamanya pemakaian drain adalah lamanya pemasangan drain sampai dilepas dari insersi luka operasi, kelompok pertama dilepas setelah 4 hari, kelompok kedua dilepas setelah 8 hari. 7. Teknik operasi adalah teknik operasi Modified Radical Mastectomy sesuai prosedur standar operasional menggunakan pisau (scalpel). 8. Berat badan adalah berat badan pasien saat operasi, yaitu antara 40 – 60 kg. 93 HASIL PENELITIAN (X2= 0,356; P=0,551) (uji Fisher). Tabel 1 Karakteristik pasien karsinoma payudara berdasarkan umur Umur Drainase Total Lepas cepat Lepas lambat 2 1 3 41 – 50 tahun 7 10 17 > 50 tahun 7 5 12 SD P 0,0001- ≤ 40 tahun Dari semua pasien yang mengalami kejadian seroma pasca-pelepasan drain didapatkan seroma kurang dari 50 mL dari aspirasi pada 2 orang dan lebih dari 50 mL pada 3 orang. Tabel 2 Jumlah rata-rata seroma saat drain dibuka (mL) Drainase Mean Lepas cepat 15 6,381 Lepas lambat 4,06 5,543 t = 4,973 Tabel 3 Hubungan lama pemasangan drain terhadap terbentuknya seroma pasca-operasi MRM Drainase Seroma (+) (-) Jumlah Lepas Cepat 4 12 16 Lepas Lambat 1 15 16 Total 5 27 32 DISKUSI Seroma merupakan komplikasi tersering setelah operasi keganasan payudara. Banyak faktor risiko yang bisa meningkatkan kejadian seroma setelah operasi keganasan payudara, di antaranya teknik operasi, pemilihan instrumen, Body Mass Index, obesitas, keterlibatan diseksi kelenjar getah bening, latihan bahu segera, dan jumlah serta lama drainase pasca-operasi.15 X2 = 0,356; P = 0,551 Alur Kerja Subjek penelitian adalah penderita yang berobat dan terbukti menderita karsinoma payudara secara klinis dan histopatologis, serta mendapatkan pengobatan menurut protokol bagian Bedah RS Dr. M. Djamil, Padang. HASIL PENELITIAN Sampel sebanyak 32 orang dibagi atas dua kelompok, kelompok pertama sebanyak 16 pasien pasca-operasi MRM dengan drain dilepas setelah 4 hari dan kelompok kedua sebanyak 16 pasien pasca-operasi MRM dengan drain dilepas setelah 8 hari. Cara Kerja Pasien yang didiagnosis menderita karsinoma payudara, menjalani operasi Modified Radical Mastectomy sesuai prosedur standar operasional menggunakan scalpel secara tajam, kemudian pada luka operasi dipasang dua buah drain, di daerah aksila dan di daerah flap pektoral. Subjek dibagi atas 2 kelompok: 1. Kelompok drain dilepas cepat (4 hari) 2. Kelompok drain dilepas lambat (8 hari) Jumlah drain dicatat. Setelah drain dilepas, pasien diobservasi selama 3 minggu dan dinilai apakah terbentuk seroma yang perlu diaspirasi. Data diolah secara komputerisasi, dilakukan uji statistik non-parametrik dengan derajat kepercayaan P > 0,05; disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan dan Analisis Data Data diolah secara komputerisasi dan dilakukan uji statistik non-parametrik dengan derajat kepercayaan P > 0,05, hasilnya disajikan dalam bentuk tabel. Etika Penelitian Pasien diperlakukan secara layak dan diberi penjelasan sebenarnya yang dapat dimengerti oleh pasien tersebut. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dimintai persetujuannya secara tertulis untuk ikut dalam penelitian ini. 94 Umur rata-rata pasien yang menjalani operasi MRM adalah 45,4 tahun, terbanyak pada kelompok umur 41 – 50 tahun sebanyak 17 orang (55%) (Tabel 1). Tabel 2 memperlihatkan jumlah seroma saat drainase dibuka; pada drainase yang dilepas cepat adalah sekitar 15 mL, sedangkan pada drainase yang dilepas lambat ratarata jumlah seroma terakhir saat pelepasan drain adalah 4,06 mL. Terdapat perbedaan bermakna jumlah seroma rata-rata terakhir saat drain dibuka antara drain lepas cepat dan drain lepas lambat. (t= 4,973; p=0,0001-) (Uji T) Di kelompok lepas cepat didapatkan 4 pasien dengan seroma setelah pelepasan drain pada hari ke 4, sedangkan di kelompok lepas lambat ditemukan 1 orang yang mengalami kejadian seroma pasca-pelepasan drain setelah 8 hari. Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama pemakaian drain pasif dengan terbentuknya seroma pasca MRM Drain pasca-pembedahan memberikan pengaruh dalam beberapa cara, di antaranya mempercepat lama rawat dan mengurangi angka kejadian seroma. Akan tetapi, drain dapat sangat mengganggu dan mengurangi mobilitas pasca-operasi. Selain itu, belum ada ketentuan standar yang dapat diterima mengenai berapa lama drain tersebut dipasang. Jika dilepas terlalu cepat, mungkin akan terbentuk seroma yang akan meningkatkan morbiditas dan menunda terapi adjuvan pasca-bedah, tetapi penundaan pelepasan drain mengakibatkan kecemasan pasien dan tenaga medis.16 Pada penelitian ini didapatkan umur rata-rata pasien keganasan payudara yang menjalani operasi MRM adalah 45,4 tahun, terbanyak berada pada kelompok umur 41 – 50 tahun sebanyak 17 orang. Jumlah rata-rata seroma terakhir saat drain dibuka pada drain yang dilepas cepat adalah 15 mL, sedangkan pada drain yang dilepas lambat rata-rata jumlah seroma terakhir saat pelepasan drain adalah 4,06 mL. Terdapat perbedaan bermakna jumlah rata-rata seroma terakhir saat drain dibuka antara drain lepas cepat dan drain lepas lambat (t=4,973;P=0,000-). Hal ini sesuai dengan penelitian Lamptey, dkk. yang mendapatkan lebih banyak seroma pada drain yang dibuka lebih cepat dibandingkan pada drain yang dibuka lambat.17 Drain yang dilepas lambat (8 hari) lebih mengurangi angka kejadian seroma, karena dengan memperlama pemasangan drain, semakin sedikit jumlah seroma yang terbentuk akibat telah terjadinya perlengketan kulit dengan dinding dasar aksila. Sedangkan, CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 HASIL PENELITIAN pada drain lepas cepat (4 hari), seroma pasca-pembedahan masih banyak karena penyembuhan luka belum sempurna. Beberapa literatur menganjurkan pelepasan drain jika jumlah seroma terakhir kurang dari 30 mL/hari. Tetapi, beberapa peneliti membuka drain segera setelah operasi tanpa memperhatikan jumlah seroma.16 Dari penelitian ini, didapatkan seroma pada 4 pasien yang drainnya dilepas pada hari ke 4, sedangkan pada kelompok drain yang dilepas setelah 8 hari ditemukan 1 pasien yang mengalami seroma pascapelepasan drain. Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama pemakaian drain pasif dengan pembentukan seroma pascaMRM (X2=0,356;P=0,551). Hal ini mungkin karena rata-rata seroma terakhir saat drain dibuka kurang dari 30 mL, dan telah terjadi perlengketan kulit dengan dinding dada.16 Dapat disimpulkan bahwa efektivitas drain pasif yang dilepas cepat dengan drain yang dilepas lambat tidak berbeda bermakna, sehingga lama rawat dapat lebih singkat (4 hari). SIMPULAN Terdapat perbedaan bermakna jumlah seroma rata-rata saat drain dilepas antara drain yang dilepas cepat (4 hari) dengan drain yang dilepas lambat (8 hari). Tidak terdapat perbedaan efektivitas lama pemakaian drain pasif (4 hari vs 8 hari) terhadap pencegahan terbentuknya seroma pasca-operasi Modified Radical Mastectomy setelah observasi selama 3 minggu. SARAN - Perlu penelitian lanjutan dengan sampel lebih besar. - Data ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian berikutnya. - Follow up untuk melihat komplikasi lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 1. Forbees JF, Williams C, Bramwell V, Bonfill X, Cuzick J, Grant R, et al. Treating breast cancer in evidence based oncology. London: BMJ Publishing Book; 2003. p.429-65. 2. Kuroi K, Sjimozuma K, Taguchi T, Imai H, Yamashiro H, Ohsumi S, et al. Evidence based risk factors for seroma in breast surgery. Japan J Chin Oncol. 2006; 36:197-206. 3. Shah SH. Modified radical mastectomy; Morbidity during early postoperative period. The Prof J Onc. 2004;41. 4. Rashid Q, Scott. M, Feederick. ML. Complication in breast surgery. In: Complication in Surgery and Trauma. London, New York: Informa Health Care; 2007. p.169-98. 5. Newman L, Sondak VK. Complication of breast surgery. In: Surgical Complication: Diagnosis and treatment. London: Imperial College Press; 2007. p.169-78. 6. Tafra L. Breast cancer. In: Surgical Oncology. Georgetown, Texas USA: Vademecum Landes Biosciences; 2000. p.1-16. 7. Vitug FA, Lisa N. Complications in breast surgery. In: Scona Breast Cancer. Surg. Clin. North America: Elseviers Saunders; 2007. p.431-51. 8. Winchestre DJ. Evaluation and surgical management of breast cancer; In atlas of clinical oncology. London: BC Decker Inc. 2000.139-49. 9. Hashemi E, Kaviani A, Najafi M, Ebrahim M, Hooshmand H, Montazeri A. Seroma formation after surgery for breast cancer. World J Surg Oncol. 2004 10. Jatoi I, Kaufmann M, Petit JY. Surgery for breast carcinoma. In: Atlas Breast of Cancer. Berlin, Germany: Spinger-Verlag; 2006. p.61-67. 11. Gemignani M. Anatomy of breast and axilla. In: Breast Disease. Georgetown, Texas USA: Landes Biosciences; 2001. p.1-8. 12. Devita VT, Lawrence TS, Rosenberg SA. Malignant tumor of the breast. In: Cancer Principal and Practice Oncology. Philadelphia: Lippincott William Wilkins; 2005 13. Greence FL, Compton CC, Fritz AG, Shah JP, Winchester DP. AJCC cancer staging atlas. 1st ed. Chicago: Spinger Science; 2006. p.217-35. 14. Zulfikar, Yevri, Azamris. Evaluasi tingkat hasil pengobatan kanker payudara di RS M. Djamil, Padang. 2007 15. Kuroi K, Shimozuma K, Taguchi T, Imai H, Yamashiro H, Ohsumi S, et al. Pathophysiology of seroma in breast cancer. Breast Cancer 2005;12(4)288-93. 16. Chintanami, Singhal V, Singh JP, Bansal A, Saxena S. Half versus full vacuum suction drainage after modified radical mastectomy for breast cancer - a prospective randomized clinical trial. BMC Cancer 2005;5(11). 17. Dahlan M, Sopiyudin. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. 5th ed. Jakarta: Salemba Medika; 2011+. CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 95