UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM PENGELOLAAN JARINGAN: STUDI KASUS PT AJN SOLUSINDO KARYA AKHIR ERWIN SETIAWAN 1206194455 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014 Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM PENGELOLAAN JARINGAN: STUDI KASUS PT AJN SOLUSINDO KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi ERWIN SETIAWAN 1206194455 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014 Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 ii Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 iii Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan pertolongan Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin penulisan karya akhir dengan judul “Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Pada Sistem Pengelolaan Jaringan: Studi Kasus PT AJN Solusindo” dapat diselesaikan. Karya akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Teknologi Informasi (MTI) di program studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, penulisan karya akhir ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terma kasih kepada: 1. Bapak Wahyu Catur Wibowo, Ir., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi, sehingga penulisan karya akhir ini dapat terselesaikan 2. Bapak Gladhi Guardhin S.Kom., M.Kom. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing, berdiskusi, dan berbagi ilmu yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan penulisan karya akhir ini. 3. Ayahanda Ade Solihin dan Ibunda Marniasih yang selalu memberikan semangat, kasih saying, dan doa restu tanpa henti kepada penulis. 4. Bapak Yandi Rinaldi selaku Chief Operating Officer (COO) yang telah berkenan mengijinkan penelitian studi kasus di PT AJN Solusindo, dan telah memberikan banyak informasi berharga dalam proses penelitian yang dilakukan. 5. Bapak Dedy Jaka Utama selaku Direktur Operation PT AJN Solusindo yang telah banyak berbagi ilmu yang dan informasi berharga, dan mendukung proses penelitian. 6. Bapak Avi Yunawan selaku General Manager Divisi Engineering yang telah memberikan bantuan dan dukungan penuh pada proses penelitian ini. iv Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 7. Kakanda Indra Kurniawan, Adinda Erik Romansah dan Nurmala Agustina yang telah memberikan motivasi tanpa henti kepada penulis. 8. Bapak Hilman Budiman, Hendy Wiratama, Giyarso, Pahala Tua, dan seluruh tim Direktorat Operation PT AJN Solusindo yang telah banyak membantu proses pengumpulan data. 9. Ibu Artini Rachman General Manager Divisi Business Development yang telah bersedia untuk berbagi informasi terkait strategi bisnis perusahaan. 10. Ibu Nila Manager HRD PT AJN Solusindo yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data sumber daya manusia. 11. Purwanto, Risnal, Andhika, Nurul Amri, Robby, Dedy, Pak Wiryo, dan seluruh kawan-kawan MTI angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam proses penyelesaikan karya akhir. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulisan karya akhir ini. Penulis berharap semoga penulisan karya akir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Jakarta, 13 Juni 2014 Erwin Setiawan Penulis v Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 vi Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : : : Erwin Setiawan Magister Teknologi Informasi Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Pada Sistem Pengelolaan Jaringan: Studi Kasus PT AJN Solusindo Pengembangan bisnis PT AJN Solusindo membuat teknologi komunikasi yang digunakan untuk melayanai kebutuhan pelangan menjadi semakin beragam. Pengelolaan jaringan merupakan salah satu upaya yang dilakukan PT AJN Solusindo untuk menjaga performansi layanan. Penelitian ini diawali dengan masalah performansi layanan yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengelolaan jaringan yang ada dirasa belum cukup untuk membantu menjaga performansi layanan, karena penggunaan infrastruktur teknologi informasi yang tidak optimal. Oleh karena itu, perlu dirancang infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan yang dapat membantu perusahaan meningkatkan performansi layanan. Metodologi yang akan digunakan dalam perancangan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan adalah TOGAF ADM dan Service Oriented Architecture (SOA). Fungsi pengelolaan jaringan disusun mengikuti referensi fungsi pengelolaan FCAPS. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui wawancara dengan para pemangku kepentingan, dan observasi terhadap proses bisnis dan kondisi infrastruktur teknologi informsi yang sedang berjalan. Penelitian ini menghasilkan rancangan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan yang memenuhi kebutuhan perusahaan untuk membantu meningkatkan performansi layanan. Kata kunci: Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi, TOGAF, SOA, ADM, FCAPS, Sistem Pengelolaan Jaringan vii Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 ABSTRACT Name Study Program Title : : : Erwin Setiawan Magister Teknologi Informasi The Design of Information Technology Infrastructure of Network Management System: Case Study at PT AJN Solusindo Business development of PT AJN Solusindo makes communication technologies that are used to serve the needs of the customer, becoming increasingly diverse. Network management is one of the efforts made by PT AJN Solusindo to maintain service performance. This study begins with the issue of service performance that does not meet the target. Existing network management are still not enough to help maintain the service performance, due to the use of information technology infrastructure is not optimal. Therefore, the information technology infrastructure of network management system needs to be designed, so it supports company to maintain service performance. Methodology that will be used in the design of information technology infrastructure of network management system is TOGAF ADM and service oriented architecture (SOA). The network management functions are arranged to follow the reference model of FCAPS management functions. Methods of data collection are conducted through interviews with stakeholders, and observations of business processes and existing information technology infrastructure. This study provides the information technology infrastructure of network management systems design that meet the needs of the company to maintain service performance. . Key words: The design of information technology infrastructure, TOGAF, SOA, ADM, FCAPS, Network Management System. viii Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. .i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah..................................................................................... 2 1.2.1 Teknologi ............................................................................................. 5 1.2.2 Proses ................................................................................................... 6 1.2.3 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 7 1.2.4 Wilayah Geografis................................................................................ 7 1.2.5 Pengelolaan Jaringan ............................................................................ 8 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8 1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10 2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) ..................................................... 10 2.2 The Open Group Architecture Framework (TOGAF) .............................. 11 2.3 Architecture Development Method (ADM)............................................... 12 2.4 Pengelolaan Jaringan ................................................................................. 13 2.5 Komponen Pengelolaan Jaringan .............................................................. 15 2.5.1 Peralatan Jaringan .............................................................................. 15 2.5.2 Sistem Pengelolaan (Management System) ........................................ 16 2.5.3 Jaringan Pengelolaan (Management Network) ................................... 16 2.5.4 Organisasi Pendukung Pengelolaan (Organization management support) .............................................................................................. 17 2.6 Fungsi-Fungsi Pengelolaan dan Model Referensi Pengelolaan Jaringan.. 18 2.7 Statistik / Pengukuran ................................................................................ 20 2.8 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 20 2.8.1 Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT Telkom Divre 2 Jakarta (Eritasari, 2002) ..................................................................... 20 2.8.2 Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang Adaptive, Studi Kasus Kementrian Kominfo (Purwadi, 2014) .......................... 22 2.8.3 The Use of ADM for SOA Design (Zhao, 2010) ............................... 23 ix Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 2.8.4 The OSI Network Management Model - Capcity and Performance Management (Nuangjamnong, 2008) ................................................. 25 2.8.5 FCAPS in the Business Services Fabric Model (Goyal, 2009) .......... 27 2.9 Perbandingan Kerangka Kerja Pengembangan Arsitektur Enterprise ...... 28 2.9.1 A Comparison Enterprise Architecture Implementation Methodology (Rouhani et al., 2013) ......................................................................... 28 2.9.2 “A Comparison of the Top Four Enterprise-Architechture Methodologies” (Sessions, 2007) ....................................................... 31 2.10 Service Oriented Architecture (SOA) ....................................................... 34 2.11 Arsitektur Enterprise dan SOA ................................................................. 35 2.12 ADM Process (Open Group, 2011) .......................................................... 36 2.12.1 Fase Preliminary ................................................................................ 36 2.12.2 Fase Architecture Vision .................................................................... 36 2.12.3 Fase Business Architecture................................................................. 37 2.12.4 Fase Information System Architecture ............................................... 38 2.12.5 Fase Technology Architecture ............................................................ 39 2.12.6 Fase Opportunities and Solutions ...................................................... 40 2.13 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 40 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 42 3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 42 3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44 3.2.1 Data Primer ........................................................................................ 44 3.2.2 Data Sekunder .................................................................................... 45 3.3 Metode Analisis Data ................................................................................ 45 3.4 Situasi Sosial dan Sample .......................................................................... 46 3.5 Metode Penarikan Kesimpulan ................................................................. 46 BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 48 4.1 Profil dan Bisnis Perusahaan ..................................................................... 48 4.1.1 Satellite Solution ................................................................................ 48 4.1.2 Connectivity........................................................................................ 49 4.1.3 Internet ............................................................................................... 50 4.1.4 Managed Services .............................................................................. 51 4.1.5 Industry-based & In-Building ICT Solutions ..................................... 51 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................ 52 4.3 Proses Bisnis Perusahaan .......................................................................... 53 BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN......................................................... 57 5.1 Persiapan Penelitian .................................................................................. 57 1. Prinsip-prinsip bisnis perusahaan. ............................................................. 57 5.1.1 Wawancara dan Observasi ................................................................. 58 5.2 Fase Preliminary ....................................................................................... 61 5.2.1 Prinsip-prinsip Bisnis ......................................................................... 61 5.2.2 Ruang lingkup Organisasi .................................................................. 62 5.2.3 Kerangka Kerja .................................................................................. 64 5.2.4 Stakeholder, Concern, dan Requirement ............................................ 64 5.2.5 Prinsip-Prinsip Arsitektur................................................................... 66 x Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 5.3 Perancangan Visi Arsitektur ...................................................................... 76 5.4 Fase Business Architecture........................................................................ 78 5.4.1 Diagram Business Footprint............................................................... 79 5.4.2 Diagram Dekomposisi Proses ............................................................ 84 5.4.3 Matriks Interaksi Bisnis ..................................................................... 99 5.4.4 Diagram Layanan / Informasi .......................................................... 100 5.4.5 Peran Rancangan Arsitektur Bisnis Baru ......................................... 101 5.5 Fase Arsitektur Sistem Informasi ............................................................ 102 5.5.1 Arsitektur Aplikasi ........................................................................... 103 5.5.2 Arsitektur Data ................................................................................. 109 5.6 Fase Arsitektur Teknologi ....................................................................... 113 5.6.1 Arsitektur Teknologi Saat Ini ........................................................... 113 5.6.2 Identifikasi Kebutuhan ..................................................................... 119 5.6.3 Usulan Arsitektur Teknologi ............................................................ 120 5.7 Fase Opportunities and Solution ............................................................. 127 5.7.1 Analisis Kesenjangan Aplikasi......................................................... 127 5.7.2 Analisis Kesenjangan Teknologi ...................................................... 127 BAB 6 PENUTUP .............................................................................................. 130 6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 130 6.2 Saran ........................................................................................................ 133 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 135 LAMPIRAN 1 ..................................................................................................... 138 LAMPIRAN 2 ..................................................................................................... 141 LAMPIRAN 3 ..................................................................................................... 146 LAMPIRAN 4 ..................................................................................................... 148 LAMPIRAN 5 ..................................................................................................... 149 LAMPIRAN 6 ..................................................................................................... 151 LAMPIRAN 7 ..................................................................................................... 161 LAMPIRAN 8 ..................................................................................................... 163 LAMPIRAN 9 ..................................................................................................... 168 LAMPIRAN 10 ................................................................................................... 172 LAMPIRAN 11 ................................................................................................... 175 LAMPIRAN 12 ................................................................................................... 184 LAMPIRAN 13 ................................................................................................... 186 LAMPIRAN 14 ................................................................................................... 187 xi Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Portofolio Layanan .................................................................................. 1 Tabel 1.2 Elemen Jaringan Komunikasi ................................................................. 2 Tabel 1.3 Performansi Elemen Jaringan Backbone................................................. 3 Tabel 1.4 Pencapaian Performansi .......................................................................... 3 Tabel 1.5 Gangguan Karena Kelistrikan ................................................................. 6 Tabel 1.6 Coverage AJN ......................................................................................... 7 Tabel 1.7 Sistem Pengelolaan Jaringan AJN .......................................................... 8 Tabel 2.1 Area Fungsional FCAPS ....................................................................... 19 Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture .................................................. 29 Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan Gartner 31 Tabel 2.4 Prinsip-Prinsip Redesign Proses bisnis ................................................. 38 Tabel 5.1 Pemetaan Layanan AJN dan Lintasarta ................................................ 59 Tabel 5.2 Prinsip-Prinsip Bisnis Organisasi ......................................................... 62 Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan ....................................................... 63 Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement .............................. 64 Tabel 5.5 Template Penulisan Prinsip-prinsip Arsitektur ..................................... 69 Tabel 5.6 Fungsi Bisnis ......................................................................................... 80 Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis ................................................................... 89 Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis ........................................ 93 Tabel 5.9 Matriks Interaksi Bisnis ........................................................................ 99 Tabel 5.10 Daftar Layanan .................................................................................. 100 Tabel 5.11 Pemetaan Aplikasi / Proses Bisnis Existing ...................................... 103 Tabel 5.12 Analisis Portofolio Aplikasi Existing................................................ 104 Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi ................................................... 105 Tabel 5.14 Usulan Aplikasi ................................................................................. 106 Tabel 5.15 Analisis Portofolio Aplikasi .............................................................. 107 Tabel 5.16 Entitas Data ....................................................................................... 109 Tabel 5.17 Tabel Pemetaan Layanan / Data........................................................ 110 Tabel 5.18 Pemetaan Aplikasi / Data / Layanan ................................................. 112 Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi ...................................................... 119 Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis ..................................................................... 120 Tabel 5.21 Analisis Kesenjangan Aplikasi ......................................................... 127 Tabel 5.22 Analisis Kesenjangan Teknologi ...................................................... 128 xii Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Performansi Layanan Jan-April 2014 ................................................. 4 Gambar 1.2 Fishbone Diagram ............................................................................... 5 Gambar 2.1 Tipe-Tipe Infrastruktur TI ................................................................. 10 Gambar 2.2 Siklus Pengembangan Arsitektur ..................................................... 12 Gambar 2.3 Komponen Dasar Pengelolaan Jaringan. ........................................... 15 Gambar 2.4 Diagram Referensi Manager/Agent. ................................................. 16 Gambar 2.5 Metodologi Perancangan Infrastruktur Jaringan Komupter .............. 21 Gambar 2.6 Kerangka Teoritis Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) ................................................................................................... 23 Gambar 2.7 Prototype Sistem IPVTA .................................................................. 24 Gambar 2.8 ADM Yang Dimodifikasi .................................................................. 24 Gambar 2.9 Detail Tahap Perancangan sistem IPVTA ......................................... 25 Gambar 2.10 Proses Pengelolaan Kapasitas dan Performansi Jaringan Yang Terintegrasi Ke Dalam OSI NMM ................................................ 26 Gambar 2.11 Kerangka Teoritis Penelitian ........................................................... 41 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ....................................................................... 42 Gambar 4.1 Struktur Organisasi AJN Solusindo .................................................. 52 Gambar 4.2 Value chain Aktivitas Perusahaan ..................................................... 53 Gambar 5.1 Value Chain Direktorat Operation .................................................... 63 Gambar 5.2 Visi Arsitektur Pengelolaan Jaringan ................................................ 77 Gambar 5.3 Business Footprint............................................................................. 79 Gambar 5.4 Proses Pengelolaan Jaringan ............................................................. 84 Gambar 5.5 Proses Bisnis Pasang Baru ................................................................ 86 Gambar 5.6 Proses Bisnis Penanganan Gangguan ................................................ 87 Gambar 5.7 Proses Bisnis Pengelolaan Performansi Layanan.............................. 88 Gambar 5.8 Usulan Proses bisnis .......................................................................... 95 Gambar 5.9 Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru ...................................... 96 Gambar 5.10 Diagram Dekomposisi Proses Penanganan Gangguan.................... 97 Gambar 5.11 Usulan Proses Bisnis Pengelolaan Performansi .............................. 98 Gambar 5.12 Diagram Layanan / Informasi ....................................................... 100 Gambar 5.13 Portofolio Aplikasi Saat Ini ........................................................... 104 Gambar 5.14 Usulan Portofolio Aplikasi ............................................................ 108 Gambar 5.15 Diagram Diseminasi Data ............................................................. 111 Gambar 5.16 Topologi Logis Pengelolaan Jaringan ........................................... 115 Gambar 5.17 Topologi Jaringan Lokal Kantor Pusat.......................................... 116 Gambar 5.18 Topologi Jaringan Lokal NOC 1 Jakarta....................................... 117 Gambar 5.19 Topologi NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar ............................... 118 Gambar 5.20 Topologi Infrastruktur Keseluruhan .............................................. 118 Gambar 5.21 Arsitektur Topologi usulan............................................................ 122 Gambar 5.22 Usulan Topologi Kantor Pusat ...................................................... 124 Gambar 5.23 Usulan Topologi Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar................... 124 Gambar 5.24 Topologi Jakarta NOC 1 ............................................................... 125 Gambar 5.25 Topologi Gabungan Usulan .......................................................... 126 xiii Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian. Definisi masalah dan pertanyaan penelitian kemudian dirumuskan berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut. Selanjutnya pada bagian ini akan dijelaskan tujuan, manfaat, dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang PT AJN Solusindo adalah perusahaan yang bergerak sebagai penyedia jasa teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Layanan yang menghasilkan pendapatan terbesar bagi perusahaan adalah layanan komunikasi data berbasis satelit. Hal ini dapat dilihat dari populasi jaringan satelit yang mencapai 83% dari keseluruhan jaringan yang digunakan oleh pelanggan. Pada tahun 2011 PT AJN Solusindo mulai mengembangkan layanan berbasis teknologi terrestrial, internet protocol (IP), internet, dan teknologi informasi. Portofolio layanan yang lebih beragam kemudian dikeluarkan oleh AJN untuk mendukung strategi bisnis. Portofolio layanan AJN saat ini ditunjukan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Portofolio Layanan Grup Satellite Solution Connectivity Internet Industry-Based and In-Building ICT Solution Layanan AJN Link SAT AJN IPSAT AJN VSAT Maritime AJN Support AJN Leased Line AJN VPN AJN Metro Ethernet AJN Net AJN SatNet Value Added Services Industry-based ICT Solution In-building/Industry Area or Business Area ICT Solution 1 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 2 Tabel 1.1 Portofolio Layanan (Lanjutan) Grup Layanan Managed IT Network Hosting and Data Center Managed PABX Unified Communication Managed Services Sumber: (Product Knowldege AJN Solusindo, 2014) Perkembangan berbagai layanan membuat teknologi komunikasi data yang dioperasikan dan dikelola oleh PT AJN Solusindo menjadi semakin beragam. Keragaman elemen jaringan komunikasi data yang dikelola oleh PT AJN Solusindo ditunjukan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Elemen Jaringan Komunikasi Jenis Elemen Jaringan HUB VSAT Router keSwitch GPON Tipe Elemen Jaringan HUB VSAT Shiron HUB VSAT iDirect Cisco Juniper Mikrotik Cisco Juniper Fiber Optic Jumlah 2 1 5 4 5 3 4 2 Elemen jaringan yang dikelola terbagi menjadi empat kelompok besar yaitu HUB VSAT, router, switch, dan GPON. Setiap kelompok terbagi menjadi lebih dari stau tipe elemen jaringan. Total jumlah elemen jaringan yang dikelola perusahaan saat ini adalah 26 elemen jaringan. Setiap elemen jaringan dikelola oleh sistem pengelolaan jaringan yang terpisah. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan data performansi jaringan tahun 2013, terdapat tingkat layanan elemen jaringan backbone yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan, yaitu minimal 99.95% dalam satu bulan. Pencapaian tingkat layanan pada elemen jaringan backbone yang berada dibawah target sepanjang tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.3 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 3 Tabel 1.3 Performansi Elemen Jaringan Backbone Sistem Bulan Tingkat Layanan Hub VSAT Shiron Telkom Februari 99,93% Hub VSAT Shiron Apstar Maret Agustus Maret 99,82% 99,93% 99,77% Hub VSAT iDirect ATLC September Juni 99,93% 99,69% Trunk JKTCYBER-JKTATLC Desember Oktober 99,72% 97,31% Trunk JKTRAVINDO – JKTBRN Oktober 93,72% Upstream internet TELIN Juli 99,7% Sumber: (Laporan Performansi Backbone, 2013) Pada Tabel 1.3 masing-masing hub VSAT lebih dari satu kali dalam setahun tidak mencapai target yang telah ditetapakan, padahal VSAT merupakan elemen jaringan dengan populasi pelanggan terbesar di PT AJN Solusindo. Kondisi tersebut dapat mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Tidak tercapainya tingkat layanan pada elemen jaringan backbone memberikan dampak yang sangat besar bagi performansi layanan jaringan pelanggan. Setiap elemen yang terganggu akan menyebabkan banyak layanan pelanggan juga terganggu. Selain itu, data laporan trouble ticket pada sistem penerimaan dan penanganan gangguan menunjukkan tingkat layanan yang menjadi sasaran kerja direktorat Operation tidak tercapai, masalah ini ditunjukan pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Pencapaian Performansi Sasaran Kinerja Target Waktu Persentase Pencapaian Waktu Persentase rata-rata st 1 level handling 15 menit 100% 53 menit 78% 2nd level handling 15 menit 100% 6 menit 89,43% Mean Time To Repair (MTTR) 4 jam 100% 19.50 jam 53 % Sumber: (Laporan Trouble Ticket Management OSS, 2014) Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 4 1st level handling adalah kegiatan identifikasi yang pertama kali dilakukan ketika terjadi gangguan jaringan. Pada tahap ini kegiatannya mencakup identifikasi contact person, penanganan awal, dan pembuatan tiket gangguan. Target waktu yang ditetapkan perusahaan untuk 1st level handling adalah 15 menit. 2nd level handling adalah kegiatan yang dilakukan jika jaringan masih belum normal kembali setelah 1st level handling. 2nd level handling mencakup identifikasi parameter jaringan pada sistem pengelolaan jaringan, identifikasi data teknis, dan penanganan gangguan yang dilakukan melalui sistem pengelolaan jaringan. Target waktu untuk melakukan 2nd level handling adalah 15 menit. Mean time to repair (MTTR) adalah waktu total penanganan gangguan, terhitung sejak jaringan down sampai penanganan gangguan selesai, dan jaringan dapat digunakan kembali oleh pelanggan. Target yang ditetapkan perusahaan untuk MTTR adalah empat jam. Pencapaian 1st level handling dan MTTR pada Tabel 1.4 tidak mencapai target, pencapaian untuk 1st level handling, 2nd level handling, dan MTTR berada di bawah 100%. Permasalahan performansi juga terlihat pada pencapaian service level untuk layanan-layanan yang diberikan kepada pelanggan. Pencapaian service level AJN selama periode Januari-April 2014 ditunjukan pada Gambar 1.1 Gambar 1.1 Performansi Layanan Jan-April 2014 Sumber: (Performance Management Report April, 2014) Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 5 Pada Gambar 1.1 dapat dilihat hanya managed service yang mencapai target yang telah disepakati dalam service level agreement (SLA) anatara AJN dan Pelanggan. SLA antara AJN dan pelanggan adalah availability jaringan dalam satu bulan harus mencapai minimal 99.95%. Pada bulan Januari, Maret, dan April 2014 performansi managed service 100%. Pencapaian service level pada produk Satellite Solution, Connectivity, dan Internet selalu berada di bawah target SLA setiap bulannya. Tidak tercapainya target performansi layanan adalah permasalahan yang akan diteliti. Penulusuran akar masalah menggunakan diagram tulang ikan (fishbone diagram) untuk melihat hubungan sebab akibat antara masalah dan akar masalah. Tidak tercapainya tingkat layanan adalah masalah yang dihadapi dan akan diteliti yang menjadi kepala ikan. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya tingkat layanan akan dijadikan duri-duri dalam diagram tulang ikan. Penelusuran akar masalah ditunjukan oleh diagram tulang ikan pada Gambar 1.2. Teknologi Kualitas perangkat buruk Proses corrective maintnance Tidak dijalankan dengan benar Perangkat komunikasi yang beragam Performansi Sarana penunjang buruk Lokasi pelanggan jauh NMS terpisah - pisah Fungsi pengelolaan yang Tidak komperhensif Wilayah sulit Dijangkau transportasi Infrastruktur teknologi Informasi tidak mendukung Sistem Pengelolaan Jaringan Proses Wilayah Geografis Tidak ada bisnis proses yang Mengatur preventive maintenace Tidak Tercapainya Performansi Layanan Jumlah sumberdaya manusia kurang mencukupi Kompetensi tidak baik Sumberdaya Manusia Gambar 1.2 Fishbone Diagram Berdasarkan analisis dari diagram fishbone faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya tingkat layanan adalah sebagai berikut: 1.2.1 Teknologi Faktor teknologi yang digunakan oleh AJN untuk melayani kebutuhan pelanggan dapat mempengaruhi tingkat layanan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 6 Tiga hal pada faktor teknologi yang dianggap mempengaruhi tingkat layanan adalah: 1. Kualitas perangkat yang buruk. Data penanganan gangguan bulan januari 2014 menunjukkan gangguan yang disebabkan oleh perangkat mencapai 46.7%. 2. Teknologi Komunikasi yang beragam. Perangkat komunikasi yang beragam membuat interkoneksi jaringan menjadi lebih kompleks. Seiring dengan semakin banyaknya interkoneksi antar perangkat, maka titik penyebab kegagalan jaringan akan semakin banyak. 3. Performansi sarana penunjang buruk. Salah satu sarana penunjang yang paling penting adalah sumber listrik. Performansi sarana penunjang baik untuk perangkat sentral maupun perangkat pelanggan akan langsung mempengaruhi tingkat layanan. Pada bulan Januari 2014 tingkat gangguan pelanggan yang disebabkan oleh gangguan pada sumber listrik mencapai 35.09%. Sepanjang tahun 2013 tercatat ada dua gangguan sentral yang disebabkan oleh gangguan listrik yang mempengaruhi tingkat layanan secara signifikan. Data performansi tahun 2013 gangguan sentral yang disebabkan oleh sarana penunjang kelistrikan dapat dilihat pada Tabel 1.5 Tabel 1.5 Gangguan Karena Kelistrikan Gangguan Waktu Buaran Apstar Shiron ATLC iDirect 1.2.2 Penyebab 3/10/13 11:24 PM Durasi (menit) 103.00 6/11/13 2:28 PM 120.00 Listrik padam HUB ATLC, Genset gagal backup MCB Trip Proses Proses pemeliharaan jaringan secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu proses perbaikan (corrective maintenance) dan proses pemeliharaan (preventive maintenance). Proses bisnis yang mengatur kegiatan corrective dan pereventive dapat mempengaruhi pencapaian tingkat layanan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 7 1.2.3 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri memegang peranan penting dalam pencapaian tingkat layanan. Sumber daya manusia merupakan tulang punggung dari seluruh sistem yang dirancang, metode yang diterapkan dan teknologi yang digunakan (Wibisono, 2012). Mayoritas sumber daya manusia AJN memiliki kompetensi yang baik pada teknologi komunikasi satelit, tapi tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk teknologi terrestrial dan teknologi berbasis IP. Hal ini didasarkan pada hasil competency assessment yang telah dilakukan. 1.2.4 Wilayah Geografis Pelanggan-pelanggan PT AJN Solusindo tersebar di berbagai pelosok nusantara. Dari data pelanggan aktif tahun 2014, secara geografis pelanggan AJN dapat dilihat pada Tabel 1.6 Tabel 1.6 Coverage AJN Area Timur Total Area Timur Barat Total area barat Wilayah Balinusra East Java Kalimantan Area Sulampua Banten Central Java DKI Jakarta Sumbagsel Sumbagteng Sumbagut West Java Jumlah Jaringan 49 15 32 174 270 13 36 77 17 32 45 44 264 Tabel 1.6 menunjukan sebaran jaringan AJN yang membentang dari wilayah timur sampai barat Indonesia. Sebaran terbanyak berada di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan jumlah jaringan 174 atau 30.6% dari keseluruhan populasi. Penanganan gangguan untuk lokasi-lokasi yang jauh di pedalaman dapat menyebabkan tingkat layanan tidak tercapai. Transportasi menuju lokasi yang terbatas ikut memberikan dampak terhadap pencapaian tingkat layanan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 8 1.2.5 Pengelolaan Jaringan Dalam mengelola setiap elemen jaringan PT AJN Solusindo memiliki berbagai sistem pengelolaan jaringan yang berdiri sendiri-sendiri. Daftar sistem pengelolaan jaringan yang dimiliki perusahaan saat ini ditunjukan pada Tabel 1.7 Tabel 1.7 Sistem Pengelolaan Jaringan AJN Sistem Pengelolaan Fungsi Jaringan ProNMS Monitoring performansi jaringan pelanggan VSAT NMS Shiron Monitoring, troubleshooting, dan provisioning elemen jaringan VSAT HUB Shiron CACTI Monitoring utilisasi dan perforansi jaringan backbone lokal dan upstream internet iMonitor Monitoring jaringan VSAT HUB iDirect The Dude Monitoring backbone dan node switching berbasis IP OSS Aplikasi pengelolaan trouble ticket pelanggan Banyaknya sistem pengelolaan jaringan yang tidak terintegrasi menyebabkan pengelolaan jaringan menjadi lebih kompleks. Sistem pengelolaan jaringan yang ada juga masih fokus pada corrective maintenance dibandingkan tindakan pendeteksian dan pencegahan, sehingga menyebabkan performansi jaringan tidak dapat diprediksi. Selain itu, sistem pengelolaan yang ada tidak mampu memberikan informasi tren performansi jaringan dan layanan, sehingga pencegahan terhadap potensi gangguan tidak dapat dilakukan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Perumusan masalah menunjukan bahwa pengelolaan jaringan dapat berkontribusi terhadap tidak tercapainya tingkat layanan. Atas dasar tersebut, yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: Bagaimanakah infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan yang dapat membantu meningkatkan performansi layanan? Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 9 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo, yang dapat membantu meningkatkan performansi layanan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi lingkungan akademik maupun bagi PT AJN Solusindo. Manfaat penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Bagi Akademisi, manfaat yang diperoleh adalah adanya penelitian dan penerapan TOGAF ADM pada perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan pada perusahaan penyedia jasa teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 2) Bagi PT AJN Solusindo, manfaat yang diperoleh adalah tersedianya rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Dengan berbagai keterbatasan maka penelitian ini perlu dibatasi. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada waktu semester pertama tahun 2014. 2. Penelitian dilakukan pada infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan PT di Direktorat Operation PT AJN Solusindo. 3. Kerangka kerja yang digunakan dalam menyusun infrastruktur teknologi informasi didasarkan pada metodologi TOGAF ADM dan Service Oriented Architecture (SOA). 4. Penelitian dilakukan sampai fase Oportunities and Solution dari metodologi TOGAF ADM. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengusulkan rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. Implementasi rancangan infrastruktur TI tidak tercakup dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan tahun 2014. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 BAB 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Infrastruktur teknologi informasi adalah sekumpulan peralatan fisik dan aplikasi perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mengoperasikan seluruh organisasi. Selain itu infrastruktur TI juga merupakan sekumpulan layanan perusahaan yang didanai oleh manajemen dan mencakup kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan teknis (Laudon, 2013). Ekosistem infrastruktur TI terdiri dari tujuh komponen mayor, di antaranya pengelolaan dan penyimpanan data, internet platforms, perangkat keras komputer, sistem operasi, perangkat lunak aplikasi enterprise, jaringan telekomunikasi, konsultan dan sistem integrator. Menurut Robertson & Sribar (2001) tipe-tipe infrastruktur dapat dilihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Tipe-Tipe Infrastruktur TI Sumber: (Robertson&Sribar, 2001) Setiap lapisan infrastruktur memiliki karakteristik tertentu, di antaranya: 1) Pemakaiannya lebih luas dibanding struktur yang didukungnya. 2) Lebih statis dan permanen dibanding struktur yang didukungnya. 3) Seringkali terhubung secara fisik dengan struktur di atasnya. 10 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 11 4) Sering diperhitungkan sebagai servis/layanan pendukung, termasuk sumber daya manusia dan proses yang terlibat dalam mendukung, daripada hanya sebagai struktur fisik. 5) Terpisah dari struktur yang didukungnya dalam hal siklus hidup (perencanaan, pembangunan, penerapan, perubahan, exit). 6) Terpisah dari struktur yang didukungnya dalam hal kepemilikan dan sumber daya manusia yang menjalankannya. Secara umum antara Robertson & Sribar (2001) dan Laudon (2013) memiliki kesamaan dalam mendefinisikan infrastruktur, perbedaannya adalah Laudon (2009) menganggap bahwa konsultan dan sistem integrator merupakan bagian dari komponen infrastruktur. Menurut Laudon (2013) pada masa sekarang, bahkan perusahaan besar pun tidak memiliki staf, keterampilan, biaya, atau pengalaman yang diperlukan untuk menerapkan dan mengelola seluruh infrastruktur TI yang dimiliki. 2.2 The Open Group Architecture Framework (TOGAF) TOGAF adalah sebuah kerangka kerja yang menyediakan metode dan tools untuk membantu dalam penerimaan, produksi, penggunaan, dan pemeliharaan arsitektur enterprise (Open Group, 2011). TOGAF merupakan kerangka kerja arsitektur standar industri yang dapat digunakan secara bebas oleh organisasi mana saja yang ingin mengembangkan arsitektur sistem informasi yang akan digunakan (Zhao, 2010). Terdapat empat domain arsitektur yang secara umum diterima sebagai subset dari arsitektur enterprise secara keseluruhan yang didukung oleh TOGAF, yaitu: 1. Arsitektur bisnis, mendefinisikan strategi bisnis, tata kelola, organisasi, dan proses bisnis kunci. 2. Arsitektur data, menjelaskan struktur data organisasi baik logic maupun fisik dan sumber daya pengelolaan data. 3. Arsitektur Aplikasi, menyediakan blueprint bagi suatu sistem aplikasi untuk digunakan, interaksi, dan hubungannya dengan proses bisnis inti organisasi. 4. Arsitektur teknologi, menjelaskan kemampuan perangkat keras dan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mendukung menjalankan bisnis, Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 12 pengelolaan data dan layanan aplikasi, termasuk infrastruktur TI, middleware, jaringan, komunikasi, pemrosesan, dan standar. 2.3 Architecture Development Method (ADM) ADM adalah metode untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang merupakan inti dari TOGAF (Open Group, 2011). ADM digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang akan memenuhi kebutuhan bisnis dan kebutuhan teknologi informasi yang dibutuhkan oleh organisasi (Zhao, 2010). ADM menggunakan pendekatan langkah demi langkah untuk mengembangkan dan menggunakan arsitektur enterprise. ADM bersifat iteratif, yaitu sebuah proses yang berkesinambungan, bersiklus, dan diulangi sepanjang waktu. Siklus dari ADM dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Siklus Pengembangan Arsitektur TOGAF ADM Sumber: (Open Group, 2011) Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 13 Fase-fase dalam ADM dijelaskan sebagai berikut: 1) Preliminary Phase, menjelaskan persiapan dan aktivitas permulaan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pemenuhan arahan bisnis untuk sebuah arsitektur enterprise yang baru, teramasuk definisi kerangka kerja arsitektur yang bersifat organization-specific dan definisi prinsip-prinsip. 2) Fase A: Architecture Vision menjelaskan fase pengembangan arsitektur, mencakup awal identifikasi para dari siklus pemangku kepentingan, menciptakan visi arsitektur, dan mendapatkan persetujuan. 3) Fase B: Business Architecture menjelaskan pengembangan bisnis arsitektur untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. 4) Fase C: Information System Architecture menjelaskan pengembangan arsitektur sistem informasi untuk proyek arsitektur, termasuk pengembangan arsitektur data dan aplikasi. 5) Fase D: Technology Architecture menjelaskan pengembangan arsitektur teknologi dari sebuah proyek arsitektur. 6) Fase E: Opportunities and Solution melakukan perencanaan awal implementasi dan mengidentifikasi apa yang dibutuhkan untuk merealisasikan solusi bagi arsitektur yang telah didefinisikan pada fase sebelumnya. 7) Fase F: Migration planning membuat serangkaian detail urutan transisi dengan membantu implementasi dan rencana migrasi. 8) Fase G: Implementation Governance menyediakan pandangan arsitektural pada implementasi. 9) Faseh H: Architecture Change Management mengembangkan prosedur untuk mengelola perubahan menuju arsitektur baru. 10) Requirements Management adalah mengelola kebutuhan arsitektur di seluruh proses ADM. 2.4 Pengelolaan Jaringan Pengelolaan jaringan (network management) mengacu pada aktivitas, metode, prosedur, dan peralatan yang digunakan untuk mengoperasikan, administrasi, dan provisioning dari sistem-sistem yang saling berhubungan (Clemm, 2007). Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 14 Menurut Clemm (2007) yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan jaringan adalah: 1. Operation, berhubungan dengan menjaga jaringan aktif dan berjalan secara lancar, di dalamnya melibatkan monitoring dan menyelesaikan masalah secepat mungkin sebelum pengguna terkena dampak. 2. Administration, melibatkan aktivitas untuk menyimpan riwayat dari sumber daya dalam jaringan. 3. Maintenance, fokus pada perbaikan dan upgrade. 4. Provisioning, fokus pada mengkonfigur sumber daya jaringan untuk mendukung sebuah layanan. Eritasari (2002) mengungkapkan bahwa pengelolaan jaringan yang baik harus memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengurangi biaya investasi dan operasional. 2) Mengontrol elemen jaringan. 3) Mengurangi kompleksitas jaringan. 4) Mengurangi waktu gangguan (downtime). 5) Memprediksi performansi jaringan. 6) Menjaga kehandalan jaringan. 7) Meningkatkan keamanan jaringan. 8) Mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan dalam rangka pencarian penyebab terjadinya gangguan (troubleshooting). 9) Melakukan pemonitoran jaringan. 10) Menyediakan pelaporan. Eritasari (2002) juga mengungkapkan bahwa tiga kunci sukses untuk memenuhi kebutuhan optimalisasi jaringan adalah: 1) Kualitas sumber daya manusia. 2) Proses, meliputi serangkaian aturan dan panduan dalam melakukan kegiatan pengelolaan jaringan, meliputi penambahan, dismantle, dan perubahan. 3) Teknologi, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang tergabung dalam sistem pengelolaan jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 15 2.5 Komponen Pengelolaan Jaringan Komponen dasar dari pengelolaan jaringan adalah management support organization, sistem pengelolaan (management system), jaringan pengelolaan (management network), dan peralatan jaringan (network devices) (Clemm, 2007). Gambar 2.3 Komponen Dasar Pengelolaan Jaringan Sumber: (Clemm, 2007) Pada Gambar 2.3 dapat dilihat komponen dasar dan posisi masing-masing komponen dalam pengelolaan jaringan. 2.5.1 Peralatan Jaringan Peralatan jaringan seringkali juga disebut network element (NE). Sebuah NE untuk dapat dikelola harus memiliki management interface yang akan digunakan oleh sistem pengelola untuk berkomunikasi dengan NE. Selama pengelolaan berlangsung, terjadi komunikasi antara sistem pengelola, yang disebut “manager”, dengan bagian dari NE yang akan melayani kebutuhan sistem pengelola yang disebut “agent”. Management interface pada dasarnya terdiri dari tiga bagian: 1. Management interface, mendukung protokol pengelolaan yang menentukan aturan komunikasi antara NE yang diwakili oleh agent dan aplikasi pengelola. Pada bagian ini, sistem pengelola dapat membuka sesi, mengirim permintaan kepada NE, dan menerima respon dari NE. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 16 2. Management Information Base (MIB) yang merupakan penyimpanan data konseptual yang memuat management view dari peralatan yang dikelola. Kegiatan pengelolaan operasi ditujukan pada bagian konseptual ini. 3. Agen inti logic yang menerjemahkan management interface, MIB, dan peralatan aktual. 2.5.2 Sistem Pengelolaan (Management System) Sistem pengelolaan menyediakan penyedia jaringan berbagai peralatan untuk mengelola jaringan. Sistem pengelolaan dapat juga dikatakan sebagai pengguna dari management interface yang ditawarkan oleh peran agent dari sistem yang dikelola. Sistem pengelola bekerja sebagai manager yang mengirimkan permohonan kepada agent, dan menerima response dari agent. Gambar 2.4 Diagram Referensi Manager/Agent Sumber: (Clemm, 2007) Sistem pengelolaan hanya ada untuk keperluan pengelolaan jaringan, jika terjadi gangguan yang menyebabkan sistem pengelolaan jaringan berhenti bekerja, maka jaringan itu sendiri seharusnya tidak boleh terkena dampak. 2.5.3 Jaringan Pengelolaan (Management Network) Pada dasarnya terdapat dua jenis pengelolaan jaringan, yaitu terdistribusi (distributed) dan tersentralisasi (centralized) (Narang & Mittal, 2000). Baik pengelolaan jaringan terdistribusi maupun tersentralisasi, pengelola jaringan dan jaringan membutuhkan interkoneksi, jaringan yang memenuhi kebutuhan ini disebut management network. Management network dan production network yaitu jaringan yang digunakan untuk membawa traffic pelanggan, dapat terpisah atau berada pada jaringan fisik yang sama (Clem, 2007). Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 17 Untuk menghubungkan NE dengan sistem pengelolaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. In band, yaitu menggunakan port/jalur yang sama dengan port traffic lainnya. 2. Out band, yaitu jaringan tersendiri yang khusus digunakan untuk pengelolaan jaringan. Keuntungan dari out band adalah handal, tidak akan mengganggu lalu lintas data, memudahkan perencanaan jaringan, dan aman. Kerugian dari menggunakan out band adalah mahal, karena infrastruktr pengelolaan jaringan berbeda dengan infrastruktur jaringan itu sendiri. 2.5.4 Organisasi Pendukung Pengelolaan (Organization management support) Organization management support memiliki tugas untuk memastikan bahwa jaringan dijalankan secara efektif dan efisien (Clemm, 2007). Tugas utama dari organisasi ini adalah: 1. Monitoring, diagnosa, mengkomunikasikan, merencanakan, dan melakukan perbaikan ketika terjadi kegagalan jaringan. 2. Provisioning layanan baru. 3. Menjaga performansi jaringan. 4. Melakukan upgrade dan merencanakan topologi jaringan, untuk memeastikan jaringan dapat memenuhi kebutuhan masa depan. Menurut Eritasari (2002) untuk mengelola jaringan, diperlukan sebuah enterprise yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Kompatibilitas sistem operasi. 2) Kompatibilitas basis data. 3) Arsitektur jaringan. 4) Mendukung sisetem pengelolaan jaringan yang bersifat vendor-specific. 5) Mendukung protokol pengelolaan jaringan seperti SNMP dan TCP/IP. 6) Sistem peringataan alarm, tanggapan terhadap alarm, dan pelaporan alarm yang dipicu oleh alarm lain. Menurut Eritasari (2002) manajemen jaringan adalah tahapan yang memastikan bagaimana mengelola jaringan agar performansi jaringan dapat dioptimalkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 18 2.6 Fungsi-Fungsi Pengelolaan dan Model Referensi Pengelolaan Jaringan Menurut Clemm (2007) Model referensi dalam pengelolaan jaringan dapat digunakan sebagai panduan dan membantu menyediakan arah dengan cara: 1. Membantu pengecekan kelengkapan sistem pengelolaan atau infrastruktur operation support. 2. Membantu pengkategorian dan pengelompokan fungsi-fungsi yang berbeda, dan mengidentifikasi mana yang terkait dan dimiliki, dan mana yang tidak. 3. Mengidentifikasi skenario dan use case yang harus dikumpulkan, dan mengenali keterkaitan dan interface diantara tugas-tugas yang berbeda. Salah satu model referensi yang ada adalah model referensi yang mengacu pada area fungsional FCAPS. Model FCAPS antaranya fault management, terdiri dari lima area fungsional, di configuration management, accounting management, performance management, dan security management. FCAPS tertuang dalam rekomendasi ITU-T nomor M.3400. Menurut Goyal (2009) Nilai bisnis yang diperoleh perusahaan dari diterapkannya FCAPS adalah: 1. Meningkatkan produktivitas staf TI dan telekomunikasi. 2. Meningkatkan kemampuan untuk mengelola sumber daya remote yang lebih banyak, dengan lebih sedikit, atau tanpa staf di lokasi. 3. Meningkatkan kepuasan pelanggan pengguna layanan. 4. Kemampuan untuk memprediksi, oleh sebab itu dapat mencegah masalah performansi. 5. Pengurangan trouble ticket yang dikembalikan karena adanya kesalahan acuan pada petugas yang menangani masalah yang tidak tepat. 6. Meningkatkan visibilitas pada seluruh sumber daya jaringan. 7. Menemukan sumber daya yang tidak optimal penggunaannya, sehingga dapat dikurangi bahkan dihapuskan, pada akhirnya dapat mengurangi biaya. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 19 8. Menjelaskan sumber daya mana saja yang sudah penggunaannya sudah melebihi kapasitas, dan memodifikasi pengoperasiannya sebelum pengguna mengeluh terkait performansi sumber daya. Rekomendasi TMN M.3400 yang dimuat dalam Goyal (2009) FCAPS dijabarkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Area Fungsional FCAPS Fault Management Fault detection Fault correction Fault isolation Service recovery Alarm handling Alarm filtering Alarm generation Fault correlation Diagnostics Error (fault) logging Error (fault) handling Error (fault) statistics Accounting Management Track service/resource use Cost for services Accounting limit Usage quotas Audits Fraud reporting Combine costs from multiple resources Support for different accounting mode Security Management Selective resource access Access logs Data privacy User access rights checking Security audit trail log Configuration Management Service initialization Service provisioning Auto-discovery Backup and restore Resource shut down Change management Pre-provisioning Inventory/asset management Copy configuration Remote configuration Automated software/fix distribution Job initiation, tracking, and execution Performance Management Utilization and error rates Performance data collection Consistent performance level Performance data analysis Problem reporting Capacity planning Performance report generation Maintaining and examining historical logs Security alarm/event reporting Take care of security breaches and attempts Security-related information Distributions Sumber: (Goyal, 2009) Setiap fungsi pengelolaan memiliki sub fungsi yang lebih detail. Tidak seluruh sub fungsi akan diterapkan dalam mengelola jaringan. Sub fungsi dipilih berdasarkan kebutuhan dan kondisi infrastruktur jaringan yang dikelola oleh suatu organisasi. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 20 2.7 Statistik / Pengukuran Jaringan dievaluasi dengan menggunakan berbagai teknik statistik atau pengukuran. Menurut White (2011) pengukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu network element adalah: 1. Mean time between failures (MTBF), yaitu waktu rata-rata sebuah alat atau sistem akan beroperasi sebelum terjadinya gangguan. 2. Mean time to repair (MTTR), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki gangguan. 3. Availability, yaitu kemungkinan sebuah sistem atau alat akan tersedia selama jangka waktu tertentu. Formula yang digunakan untuk menghitung availability adalah: Komponen yang memiliki availability yang tinggi (mendekati 1.0) bisa dikatakan hampir selalu beroperasi setiap saat. 4. Reliability, menghitung kemungkinan suatu sistem atau komponen akan beroperasi selama waktu transaksi tertentu. 2.8 Penelitian Terdahulu Pada bagian ini akan dijelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. 2.8.1 Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT Telkom Divre 2 Jakarta (Eritasari, 2002) Latar belakang dilakukannya penelitian ini berawal dari adanya berbagai perubahan pada PT Telkom sebagai respon terhadap undang-undang telekomunikasi No. 36 tahun 1999. Perubahan yang terjadi di antaranya: 1. Jenis aplikasi untuk mendukung bisnis semakin banyak. 2. Spesifikasi perangkat keras untuk transaksi pembayaran semakin kompleks sesuai dengan penambahan jumlah dan segmen pelangan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 21 3. Kapasitas yang diperlukan semakin besar. Perubahan-perubahan yang disebutkan tadi menimbulkan masalah yang dihadapi oleh PT Telkom, yaitu: 1. Jaringan yang sering mengalami kelebihan kapasitas, karena data yang mengalir lebih besar dari bandwidth yang ada. Hal ini menyebabkan adanya penurunan performansi. 2. Biaya pengembangan jaringan yang membengkak karena tidak ada perencanaan yang tepat. 3. Adanya kesulitan dalam menambah pengguna baru. 4. Monitoring jaringan kurang baik karena manajemen jaringan tidak dapat memantau adanya collision. Untuk mengatasi masalah tersebut Eritasari (2002) menyusun infrastruktur jaringan komputer dengan menggunakan metodologi Network Development Live Cycle (NDLC). Metodologi ini dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan, perancangan infrastruktur, implementasi, dan diakhiri dengan evaluasi operasional dan pengelolaan jaringan. Evaluasi dilakukan untuk memastikan infrastruktur yang dikembangkan mendukung kebijakan dan strategi perusahaan. Metodologi NDLC dapat dilihat pada Gambar 2.5 Analisis Design Monitoring dan Evaluasi Implementasi Operasi dan Manajemen Gambar 2.5 Metodologi Perancangan Infrastruktur Jaringan Komupter Sumber: (Eritasari, 2002) Proses analisis dimulai dengan identifikasi visi, misi, dan tujuan jangka panjang perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi terhadap kondisi infrastruktur pengelolaan jaringan yang ada. Wawancara dilakukan kepada seluruh stakeholder pengelolaan jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 22 Penelitian yang dilakukan Eritasari (2002) dan penelitian yang akan dilakukan memiliki beberapa persamaan, yaitu studi kasus terhadap sistem pengelolaan jaringan di perusahaan telekomunikasi, metode penelitian kualitatif, dan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik analisis data yang dilakukan. Eritasari (2002) tidak menyebutkan metode analisis data kualitatif pada data tekstual yang didapat dari hasil wawancara. Selain itu, perbedaan lainnya ada pada metodologi perancangan infrastruktur. Eritasari (2002) menggunakan metodologi NDLC, sedangkan dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah TOGAF ADM. Meskipun terdapat perbedaan dalam penggunaan metodologi, penulis melihat masih ada persamaan dalam kedua penelitian ini, yaitu perancangan dimulai dari visi, misi dan tujuan jangka panjang perusahaan, kemudian diturunkan menjadi rancangan infrastruktur TI. 2.8.2 Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang Adaptive, Studi Kasus Kementrian Kominfo (Purwadi, 2014) Purwardi (2014) merancang infrastruktur TI untuk menjawab permasalahan yang disebabkan pengembangan SI/TI antar satuan kerja yang terpisah-pisah. Penelitian yang dilakukan Purwadi (2014) digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh kementrian Kominfo, di antaranya: 1. Pembangunan e-Gov yang terintegrasi dan memiliki interoperabilitas belum maksimal. Hal ini dilakukan untuk mendukung pemerintah melaksanakan instruksi presiden No. 3 tahun 2013 yang menginstruksikan pemerintah untuk segera melakukan proses transformasi menuju pemerintah berbasis e-Gov. 2. Proses pemenuhan kebutuhan dan arah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di lingkungan kementrian Kominfo tidak berkesinambungan dan terkoordinasi. 3. Banyaknya satuan kerja yang mengembangkan aplikasi atau pengadaan infrastruktur TI sehingga belanja TI menjadi tidak efisien karena adanya duplikasi. 4. Banyaknya satuan kerja yang melaksanakan pengembangan tidak berkoordinasi dengan Pusat Data dan Sarana Informatika (PDSI). Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 23 5. Banyaknya instansi pemerintah yang mengembangkan infrastruktur TIK sendiri, hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kominfo nomor 41/PER/MEN.KOMINFO/11//2007 yang menyatakan bahwa semua instansi harus menggunakan shared-services. Kerangka teoritis yang dikembangkan oleh Purwadi (2014) dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.6. Perpres No 24 Tahun 2010 Kedudukan dan Tupoksi Kentrian negara Penyelenggaraan tupoksi kementrian Inpres No. 3 tahun 2003 Peraturan perundangundangan Enterprise architecture framework SOA Penyelenggaraan e-Gov instansi Program kerja TI organisasi Rencana strategis organisasi Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Virtualisasi dan cloud computing technology Rancangan infrastruktur teknologi informasi adaptive bagi organisasi Infrastructure TI adaptive Index PGI Gambar 2.6 Kerangka Teoritis Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Sumber: (Purwadi, 2014) Persamaan penelitian yang dilakukan Purwadi (2014) dan penelitian yang akan dilakukan adalah pengunaan metode penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi terhadap berbagai dokumen dan kondisi organisasi, mengunakan TOGAF ADM untuk merancang arsitektur SI/TI. Selain itu, penelitian yang dilakukan Purwadi (2014) memiliki latar belakang yang sama dengan penelitian ini, yaitu adanya sistem informasi yang terpisah-pisah dan saling berdiri sendiri. 2.8.3 The Use of ADM for SOA Design (Zhao, 2010) Zhao merancang sistem Intelligent Platform of Virtual Travel Agency (IPVTA) dengan mengkombinasikan perancangan sistem berbasis SOA dan kerangka kerja arsitektur enterprise TOGAF ADM. IPVTA dirancang berbasis web service. Prototype sistem IPVTA dapat dilihat pada Gambar 2.7. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 24 Gambar 2.7 Prototype Sistem IPVTA Sumber: (Zhao, 2010) IPVTA dirancang untuk dapat membuat rencana pelayanan untuk pelanggan secara keseluruhan. Tahap pertama adalah membuat rute dan jadwal perjalanan berdasarkan kebutuhan pelanggan yang didapat dari sistem akuisisi kebutuhan (requirement acquisition system). Dalam merancang sistem IPVTA Zhao (2010) melakukan modifikasi terhadap fase-fase ADM. Dalam proyek ini Zhao (2010) memodofikasi ADM menjadi 4 tahap yaitu project analysis, business architecture design, application design, dan technology architecture design. Modifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 ADM Yang Dimodifikasi Sumber: (Zhao, 2010) Detail dari tahap-tahap ADM yang telah dimodifikasi dalam penelitian Zhao (2010) dapat dilihat pada Gambar 2.9 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 25 Gambar 2.9 Detail Tahap Perancangan Sistem IPVTA Sumber: (Zhao, 2010) Pada tahap awal proses ini melakukan analisis terhadap aset yang dimiliki, kemudian menentukan ruang lingkup organisasi yang akan terkena dampak IPVTA, dilanjutkan dengan identifikasi terhadap stakeholders, concern, dan business requirement yang akan dijadikan sebagai data masukan dalam perancangan sistem IPVTA. Penelitian yang dilakukan Zhao (2011) menjelaskan secara detail setiap tahapan yang dilakukan dalam merancang arsitektur teknologi informasi. Hal ini membuat penelitian yang dilakukan Zhao (2011) memberikan banyak informasi yang membantu terlaksananya penelitian yang akan dilakukan. Persamaan antara penelitian yang dilakukan Zhao (2011) dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu merancang sistem berbasis SOA dengan menggungkan kerangka kerja TOGAF ADM. Kritik untuk penelitian ini adalah, Zhao (2011) tidak menjelaskan secara detail apa yang mendasari modifikasi fase-fase ADM. 2.8.4 The OSI Network Management Model - Capcity and Performance Management (Nuangjamnong, 2008) Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong (2008) didasarkan pada pertumbuhan tinggi pada jaringan enterprise, yang membuat kapasitas dan performansi jaringan menjadi hal yang sangat penting, baik bagi bisnis organisasi maupun bagi industri telekomunikasi. Pertumbuhan ini membuat para pengelola jaringan menghadapi tantangan yang semakin besar dalam meningkatkan performansi sistem. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 26 Penelitian Nuangjamnong (2008) dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, yaitu down time yang tidak terjadwal, kurangnya pegawai dengan kompentesi yang sesuai, kuranganya tools, teknologi yang kompleks, konsolidasi bisnis, dan pasar yang kompetitif. Metodologi penelitian yang digunakan adalah case study research dengan metode quantitative. Penelitian dilakukan pada jaringan Network Technology Lab National Electronics and Computer Technology Center (NECTEC) di Thailand. Conceptual framerwork dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.10 OSI Reference Model APPLICATION LAYER PRESENTATION LAYER Network Management Application Fault Gather configuration and traffic information Analyze traffic and observe statistics Configuration Trending SESSION LAYER Accountability Performance baselining Performance What-if analysis Security Implement Changes TRANSPORT LAYER NETWORK LAYER Network Management Protocol DATA LINK LAYER Network Management Agent Network Administrators Plan Changes and Evaluate APPLICATION LAYER File server Workstation Gambar 2.10 Proses Pengelolaan Kapasitas dan Performansi Jaringan Yang Terintegrasi Ke Dalam OSI NMM Sumber: (Nuangjamnong, 2008) Penelitian memilih open system interconnection (OSI) network management model (NMM) sebagai solusi untuk mengelola jaringan yang tumbuh dengan cepat. Area fungsional yang digunakan adalah fault management, configuration management, accountability management, performance management, dan security management. Studi kasus yang dilakukan fokus pada local area network (LAN). Kesimpulan dari penelitian ini adalah, OSI NMM secara substansial dapat memenuhi kebutuhan dari sistem pengelolaan jaringan. Penelitian Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 27 merekomendasikan integrasi antara OSI NMM dengan FCAPS dalam rangka memenuhi kebutuhan pemenuhan standar kapasitas dan performansi. Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong (2008) memiliki kesamaan latar belakang dengan penelitian ini, yaitu semakin bertumbuhnya jaringan dan perkembangan keragaman teknologi akibat dari munculnya teknologi-teknologi baru. Persamaan lainnya ada pada metodologi penelitian yang digunakan yaitu case study research, dan menggunakan FCAPS sebagai area fungsional utama dalam mengembangkan sebuah sistem pengelolaan jaringan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah, Nuangjamnong (2008) meggunakan metode kuantitatif, sedangkan penulis menggunakan metode kualitatif. 2.8.5 FCAPS in the Business Services Fabric Model (Goyal, 2009) Goyal sebelumnya memperkenalkan sebuah konsep partisi secara logic dan virtual business service fabric (BSF), yaitu suatu web dari layanan yang saling terhubung, mulai dari layanan yang berorientasi bisnis sampai lebih kepada implementasi layanan dan sumber daya berorientasi TI. Virtual business service fabric (VBSF) membagi setiap BSF menjadi lebih dari satu sub-fabric, yang mungkin akan membentang lintas organisasi, geografis, batasan teknologi, komputasi awan publik dan private, dan data center perusahaan. Komputasi awan saat ini tidak memiliki tingkat manageability dan operability yang baik. Situasi ini menjadi semakin kompleks ketika adanya integrasi antara infrastruktur komputasi awan publik dan private. Manageability dan operability dari bisnis berorientasi pelayanan, termasuk kehandalan, ketersediaan, kegunaan, skalabilitas, performansi, konfigurasi, dan keamanan memiliki banyak tantangan tersendiri. Fokus Goyal (2009) adalah aplikasi dari konsep fault, configuration, accounting, performance, dan security (FCAPS) pada pelayanan di dalam VBSF. Tujuan dari tulisan Goyal (2009) adalah untuk menggabungkan kemampuan pengelolaan FCAPS pada batas minimum ke dalam seluruh layanan pada level komponen, untuk membentuk pengelolaan layanan secara end-to-end. Penelitian ini melakukan eksaminasi setiap kemampuan FCAPS pada konteks BSF, BSF capabilities, dan FCAPS capabilities. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 28 Kesimpulan dari hasil eksaminasi adalah: 1. Secara umum perusahaan telah menerapkan FCAPS pada isu kegagalan dan konfigurasi (fault and configuration). 2. Security/Keamanan telah bergantung pada tools yang lain yang tidak terintegrasi pada model FCAPS secara keseluruhan. 3. Prinsip dasarnya adalah, walaupun ada lima elemen dari FCAPS, satu elemen dapat mempengaruhi kesuksesan dari elemen lainnya. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan FCAPS sebagai fungsi-fungsi pengelolaan yang digunakan dalam rangka menjamin performansi layanan, dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung terhadap kondisi perusahaan. Kelemahannya dari penelitian Ghoyal (2009) adalah, dalam tulisan tidak digambarkan kerangka teoritis yang digunakan, sehingga pemahaman terhadap konstruksi landasan pemikiran tidak mudah untuk dilakukan. 2.9 Perbandingan Kerangka Kerja Pengembangan Arsitektur Enterprise Bagian ini akan menjelaskan dua literatur yang telah melakukan perbandingan terhadap berbagai kerangka kerja pengembangan arsitektur enterprise. Hasil dari bagian ini diharapkan dapat memberikan arahan mengenai kerangka kerja pengembangan arsitektur yang akan digunakan dalam penelitian ini. 2.9.1 A Comparison Enterprise Architecture Implementation Methodology (Rouhani et al., 2013) Enterprise architecture (EA) adalah sebuah struktur yang menyelaraskan bisnis dan TI dalam suatu enterprise. Integrasi antara bisnis dan IT memegang peranan penting bagi sebuah enterprise untuk mencapai keunggulan kompetitif. Saat ini tersedia berbagai metodologi implementasi EA, mengetahui kelemahan dan kekurangan suatu metodologi memegang peranan penting dalam memilih metodologi yang tepat untuk suatu proyek pengembangan EA (Rouhani et al., 2013) Rouhani et al. (2013) membandingkan berbagai metodologi implementasi EA, di antaranya Enterprise Architecture Planning (EAP), TOGAF, The Department of Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 29 Defense Architecture Framework (DODAF), Gartner, dan The Federal Enterprise Architecture (FEA). Perbandingan dilakukan berdasarkan tiga aspek utama, yaitu konsep, pemodelan, dan proses. 1. Konsep (Concept) yang secara umum diarahkan dalam EA adalah definisi EA, keselarasan antara bisnis dan TI, tingkat kepentingan repository, asosiasi dan komunikasi antara artifacts dan strategi metodologi implementasi EA, tata kelola, peran dan proses metodologi implementasi EA yang teridentifikasi. 2. Pemodelan (Modeling) biasanya merupakan bagian utama dari sebuah metodologi implementasi EA. Secara umum sebuah pemodelan biasanya terdiri dari komponen utama seperti notasi, syntax, dan semantic. Dengan memilih pemodelan yang tepat, metodologi implementasi EA dapat mengurangi kompleksitas arsitektur, baik arsitektur saat ini maupun yang diharapkan, dan merancanakan transisi secara efektif. 3. Metodologi (Methodology) implementasi EA menekankan sekumpulan proses dan bagian-bagian yang dilakukan sebagai bagian dari siklus EA. Sebuah metodologi implementasi EA yang berguna sebaiknya mencakup tahapantahapan, pemodelan enterprise, analisis arsitektur saat ini, analisis arsitektur yang diinginkan, mengelola dan menyediakan desain proyek yang detail, menjelaskan perancanaan transisi yang terkendali, dan implementasi. Perbandingan berbagai metodologi implementasi EA dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture EA EAP TOGAF DODAF Gartner FEA Alignment L M M M L Artifacts M H M M M Governance M H M M L Repository M M M M M Strategy H H H M H Kriteria Concepts Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 30 Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture (Lanjutan) EA EAP TOGAF DODAF Gartner FEA Easy to use M L M M M Easy to learn M L M M M Tracebility M H L L M Consistency M H L L M Different views M M M L M Complexity L L L L L Dynamic L L L L L Requirement L H L L L Step by step M M M M M Detailed design M M M M M Implementasi M M M M M Guidelines M H M L H Maintenance L M L L M Continual M H L L L Kriteria Modeling Process Sumber: (Rouhani et.al, 2013) H: High, pertimbangan tinggi, atau penjelasan detail dan jelas. M: Medium, pertimbangan menengah, atau terdapat sedikit penjelasan. L: Low, pertimbangan rendah, atau penjelasan tingkat tinggi. Hasil dari perbandingan yang dilakukan oleh Rouhani et.al (2013) adalah: 1. Dalam concepts hampir semua metodologi implementasi EA mencakup seluruh konsep. Strategy dan artifacts didukung oleh semua metodologi implementasi EA, sebaliknya alignment dan repository tidak digunakan oleh kebanyakan metodologi implementasi EA. 2. Dalam modeling, EAP dan FEA memiliki kondisi yang sama (high grade), TOGAF bervariasi, pada beberapa atribut high grade dan yang lainnya low grade. Lebih lanjut, DODAF dan Gartner berada di urutan terakhir. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 31 3. Dalam process, walaupun struktur langkah demi langkah, desain yang detail, dan implementasi adalah atribut yang paling sering digunakan dalam metodologi implementasi EA, requirement, maintenance, dan continual perlu lebih dipertimbangkan. Kesimpulan dari perbandingan yang dilakukan adalah, tidak ada metodologi implementasi EA yang lengkap. TOGAF memiliki nilai tertinggi pada semua aspek, akan tetapi masih perlu adanya penurunan kompleksitas proses dan modeling. Selain itu, kurangnya pertimbangan pada maintenance, requirements, dan continual process adalah hal-hal yang dapat dicatat untuk dipertimbangkan. 2.9.2 “A Comparison of the Top Four Enterprise-Architechture Methodologies” (Sessions, 2007) Perbandingan yang dilakukan oleh Session (2007) didasarkan pada 12 kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Kriteria penilaian yang diberikan adalah (5) High, (4) middle to high, (3) middle, (2) low to middle, (1) low. Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan Gartner Kriteria Kelengkapan Rating Taksonomi (Taxonomy Zachman TOGAF FEA Gartner 4 2 2 1 1 4 2 3 1 3 4 1 Completeness), kriteria ini mengacu pada sebaik apa kita dapat menggunakan metodologi untuk mengklasifikasikan berbagai macam artefak arsitektur. Kelengkapan proses (Process Completeness), kriteria ini mengacu pada selengkap apa metodologi memberikan panduan melalui tahapan proses untuk menciptakan arsitektur enterprise. Panduan Model Referensi (Reference-model guidance), kriteria ini mengacu pada bagaimana kegunaan metodologi dalam membantu membangun model referensi yang relevan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 32 Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan Gartner (Lanjutan) Kriteria Rating Panduan Praktis (Practice Guidance), kriteria Zachman TOGAF FEA Gartner 1 2 2 4 1 1 3 2 1 2 1 4 1 2 2 3 1 2 4 3 ini mengacu pada sejauh mana metodologi membantu mengasimilasi pola pikir arsitektur enterprise ke dalam pola pikir organisasi, dan mengembangkan budaya yang bernilai dan dipergunakan. Model Kematangan (Maturity Model), kriteria ini mengacu pada seberapa banyak panduan yang diberikan metodologi dalam menilai efektivitas dan organisasi di kematangan dalam organisasi- enterprise dalam menggunakan arsitektur enterprise. Fokus Bisnis (Business Focus), kriteria ini mengacu pada apakah teknologi akan fokus pada menggunakan teknologi untuk mendorong nilai bisnis. Nilai bisnis secara spesifik ditentukan sebagai penurunan pengeluaran dan/atau peningkatan pemasukan. Panduan Tata Kelola (Governance Guidance), kriteria ini mengacu pada sejauh mana pertolongan metodologi dalam memahami dan menciptakan model tata kelola yang efektif untuk arsitektur enterprise. Panduan Pembagian (Partitioning Guidance), kriteria ini metodologi mengacu akan autonomous partition merupakan pada sebaik memandu apa kepada yang efektif, yang pendekatan penting untuk mengelola kompleksitas. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 33 Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan Gartner (Lanjutan) Kriteria Katalog Rating Preskriptif (Prescriptive Zachman TOGAF FEA Gartner 1 2 4 2 2 4 3 1 2 4 2 1 1 3 1 4 Catalog), mengacu pada sebaik apa metodologi memandu dalam menyusun katalog aset arsitektur yang dapat digunakan kembali pada kegiatan di masa yang akan datang Netralitas Vendor (Vendor Neutrality), kriteria ini mengacu pada kecenderungan untuk menjadi perusahaan ketergantungan konsultan tertentu pada dalam mengadopsi metodologi. Nilai yang tinggi pada bagian ini, menunjukan tingkat ketergantungan yang rendah. Ketersediaan Informasi (Information Availability), kriteria ini mengacu pada jumlah dan kualitas informasi bebas atau murah menganai metodologi ini. Time to Value, kriteria ini mengacu pada waktu yang akan digunakan sebelum mulai menggunakannya untuk membangun solusi yang memberikan nilai yang tinggi bagi bisnis. Sumber: (Sessions, 2007) Dari hasil perbandingan tersebut, Sessions (2007) menyatakan bahwa tidak satu pun dari metodologi-metodologi tersebut yang benar-benar lengkap. Setiap metodologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan metodologi bergantung pada kebutuhan organisasi. Sessions (2007) memberikan panduan bagaimana memilih metodologi yang terbaik, panduan tersebut adalah: 1) Menghilangkan kriteria yang tidak penting bagi organisasi. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 34 2) Menambahkan kriteria tambahan yang dirasa penting dan memberikan nilai pada setiap kriteria. 3) Mengubah rating yang dirasa tidak sesuai. Pada tabel perbandingan Sessions (2007) TOGAF memiliki rating tertinggi pada kelengkapan proses, netralitas vendor, dan ketersediaan informasi. Selain itu, TOGAF juga memiliki nilai time to value yang tinggi, sehingga organisasi dapat lebih cepat merancang arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil perbandingan Rouhani et al. (2013) dan Sessions (2007), maka penelitian ini akan menggunakan metodologi TOGAF dalam merancang infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan. 2.10 Service Oriented Architecture (SOA) Open Group (2011) mendefinisikan SOA sebagai sebuah gaya arsitektural yang mendukung service-orientation. Service-orientation adalah jalan berpikir dalam hal layanan dan pengembangan berbasis layanan dan manfaat dari layanan. Layanan adalah representasi logis dari sebuah aktivitas bisnis yang dapat diulangulang yang memiliki manfaat yang telah ditetapkan. SOA dapat menjadi pendukung dalam merancang proses bisnis, akan tetapi tidak ada metode yang matang tentang bagaimana menganalisis dan merancang sistem berbasis SOA pada skala besar. SOA membutuhkan bantuan kerangka kerja yang lebih dikenal, dan sudah ada beberapa contoh adanya implementasi dari kombinasi antara arsitektur enterprise dengan SOA, jadi sangat dimungkinkan menggunakan ADM sebagai kerangka kerja dalam merancang sistem berbasis SOA. (Zhao, 2010). Open Group (2011) menetapkan karakteristik dari suatu layanan sebagai berikut: 1. Berdiri sendiri / mandiri (self-contained). 2. Dapat terbuat dari layanan-layanan lain. 3. Merupakan “black box” terhadap pengguna layanan. SOA didasarkan pada rancangan layanan yang membentuk proses bisnis enterprise. SOA menempatkan requirements yang unik pada infrastruktur, oleh sebab itu direkomendasikan implementasi menggunakan open standard untuk mewujudkan interoperabilitas dan transparansi lokasi. Implementasi SOA bersifat environtment-specific, yaitu dibatasi atau oleh konteks (Open Group, 2011). Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 35 2.11 Arsitektur Enterprise dan SOA Arsitektur enterprise menyediakan kerangka kerja, tools, dan teknik untuk membantu organisasi dalam mengembangkan dan mengelola SOA (Open Group, 2011). Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan arsitektur enterprise di antaranya: 1. Abstraksi yang konsisten dari strategi tingkat tinggi dan deliverables untuk membantu perencanaan dan anlisis. 2. Keterkaitan dari berbagai sudut pandang yang berbeda kedalam sebuah masalah bisnis tunggal, menyediakan model yang konsisten untuk mengatasi berbagai bidang dan pengujian untuk kelengkapan. 3. Identifikasi roadmap yang jelas untuk mencapai keadaan yang diinginkan organisasi di masa depan. 4. Tracebility yang menghubungkan TI dan aset lainnya, terhadap bisnis yang didukungnya. 5. Membantu dalam penilaian dampak, analisis risiko/nilai, dan pengelolaan portofolio. 6. Prinsip-prinsip, batasan, kerangka kerja, pola, dan standar yang teridentifikasi dan terdokumentasi. 7. Kerangka kerja tata kelola dan proses yang memastikan otoritas yang tepat dalam pengambilan keputusan. Arsitektur enterprise menjadi sebuah fondasi untuk menjadikan organisasi berbasis layanan, hal ini disebabkan arsitektur enterprise menghubungkan pemangku kepentingan bersama-sama, memastikan bahwa kebutuhan setiap komunitas pemangku kepentingan dipenuhi, dan kepedulian setiap pemangku kepentingan terhadap konteks yang sesuai (Open Group 2011). Arsitektur enterprise dapat menyediakan konteks dan analisis kemampuan, untuk menunjukan bagaimana SOA dapat dirancang secara efektif untuk mendukung kemampuan bisnis, dan menunjukan mana layanan yang sebaiknya dibangun, digunakan kembali, dan menunjukan bagaimana sebaiknya layanan dirancang. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 36 2.12 ADM Process (Open Group, 2011) Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih rinci tahapan-tahapan yang dilalui mengembangkan arsitektur enterprise sesuai dengan ADM. 2.12.1 Fase Preliminary Fase Preliminary bertujuan utuk menentukan kapabilitas arsitektur yang diharapkan dan membangun kapabilitas arsitektur tersebut (Open Group, 2011). Aspek utama dalam fase ini adalah: 1) Menentukan ruang lingkup dan konteks organisasi. 2) Mendefinisikan kebutuhan untuk kerja arsitektur. 3) Mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur yang akan menginformasikan setiap kerja arsitektur. 4) Mendefinisikan kerangka kerja yang akan digunakan. 5) Mendefinisikan hubungan antar management framework. 6) Mengevaluasi tingkat kematangan arsitektur enterprise. Data yang akan dijadikan masukan dalam fase ini terbagi menjadi: 1. Materi referensi, dalam hal ini TOGAF. 2. Masukan non-architecturel, yaitu prinsip-prinsip bisnis, strategi bisnis, pendorong utama bisnis, kerangka kerja utama yang digunakan, kemampuan arsitektur, kemitraan dan persetujuan kontrak. 3. Masukan architectural, meliputi model organisasional untuk arsitektur enterprise yang digunakan, kerangka kerja existing. Keluaran dari preliminary phase: 1. Ruang lingkup organisasi yang terkena dampak. 2. Pernyataan prinsip-prinsip bisnis, sasaran bisnis, dan pendorong bisnis. 3. Framework arsitektur yang akan digunakan. 4. Katalog prinsip-prinsip arsitektur. 2.12.2 Fase Architecture Vision Fase ini adalah tahap awal dari proses ADM yang mencakup informasi mengenai mendifinisikan ruang lingkup, mengidentifikasi pemangku kepentingan, dan pembuatan visi arsitektur (The Open Group, 2011). Masukan yang digunakan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 37 pada fase ini adalah prinsip-prinsip arsitektur yang telah dibuat pada fase preliminary. Langkah langkah yang dilakukan selama fase ini yaitu: 1. Menyusun proyek arsitektur. 2. Identifikasi stakeholder, concern, dan requirements. 3. Menetapkan dan mengelaborasi sasaran bisnis, pendorong bisnis dan batasanbatasan. 4. Mengevaluasi kemampuan bisnis. 5. Melakukan penilaian terhadap kesiapan untuk melakukan transformasi. 6. Mendefinisikan ruang lingkup. 7. Membangun sebuah visi arsitektur. 8. Mengkonfirmasi dan mengelaborasi prinsip-prinsip arsitektur termasuk prinsip-prinsip bisnis. 9. Mengidentifikasi risiko transformasi dan aktifitas mitigasi. 10. Membuat pernyataan dari kerja arsitektur. Keluaran dari proses ini adalah pemetaan stakeholders dan diagram visi arsitektur. 2.12.3 Fase Business Architecture Fase business architecture ini bertujuan untuk mengembangkan arsitektur bisnis yang ingin dicapai, yang mampu menjelaskan apa yang dibutuhkan enterprise untuk beroperasi, dalam rangka mewujudkan sasaran bisnis. Selanjutnya mengidentifikasi roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara baseline dan arsitektur bisnis yang ingin dicapai. Secara umum arsitektur bisnis menjelaskan strategi produk dan atau layanan, aspek organisasional, fungsional, proses, informasi, dan geografis dari lingkungan bisnis. Pada fase ini penyusunan proses bisnis baru merupakan salah satu bagiannya. Keluaran dari fase ini adalah diagram business footprint, katalog layanan bisnis, fungsi bisnis, dan matriks interaksi bisnis. Dalam mengusulkan proses bisnis baru, strategi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada prinsip-prinsip Business Process Redesign untuk e-business. Prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 38 Tabel 2.4 Prinsip-Prinsip Redesign Proses Bisnis Prinsip-Prinsip Redesign Proses Penjelasan Restruktur dan rekonfigur proses Lose wait Mengurangi waktu tunggu pada rangkaian proses. Orchestrate Menyerahkan tugas pada bagian perusahaan yang terkuat dan tercepat. Mass-Customize Membuat proses lebih fleksibel dari segi waktu dan tempat. Synchronize Melakukan sinkronisasi bagian fisik dan virtual dari proses-proses. Mengubah alur informasi pada proses Digitize and Propagate Menangkap informasi menyimpannya dalam dari bentuk sumbernya, digital dan menyebarkannya. Vitrify Menyediakan visibilitas proses dengan informasi yang lebih update dan lengkap. Sensitize Dilengkapi dengan sensor pemberi peringatan dan memberikan umpan balik untuk memberikan arah tindakan. Merubah pengelolaan pengetahuan pada proses Analyze and synthesize Memperbanyak sintesis dan analisis interaktif. Collect, connect, and create Menumbuhkan pengetahuan pada proses melalui siapa saja yang bekerja dengan proses tersebut. Personalize Menyesuaikan proses dengan preferensi atau kebiasaan dari para partisipan proses tersebut. Sumber: (El Sawi, 2000) 2.12.4 Fase Information System Architecture Fase ini bertujuan untuk mengembangkan arsitektur sistem informasi (data dan aplikasi) yang ingin dicapai. Arsitektur sistem informasi menjelaskan bagaimana sistem informasi enterprise berkontribusi dalam mewujudkan arsitektur bisnis dan visi arsitektur. Selain itu tujuan dari fase ini adalah mengidentifikasi roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara sistem informasi yang ada dengan sistem informasi yang diinginkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 39 Dalam fase arsitektur sistem informasi terdapat beberapa jenis pendekatan, yaitu data-driven approach, kombinasi antara infrastruktur teknologi dan aplikasi bisnis, dan application-driven approach. Pendekatan application-driven melakukan identifikasi terhadap aplikasi-aplikasi kunci sebagai pendorong proses bisnis yang penting terhadap misi organiasi. Fase arsitektur sistem informasi terbagi menjadi arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Arsitektur data bertujuan untuk menyusun target arsitektur data yang ingin dicapai, dan menentukan roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara data yang sudah ada dan data yang dibutuhkan. Arsitektur aplikasi bertujuan untuk menyusun target arsitektur aplikasi yang diperlukan untuk merealisasikan arsitektur bisnis dan visi arsitektur. Selanjutnya mengidentifikasi roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara arsitektur aplikasi yang ada saat ini dan yang diharapkan. Penyusunan arsitektur aplikasi dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap baseline arsitektur aplikasi, kemudian digambarkan dalam portofolio aplikasi. Kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan aplikasi yang mendukung proses bisnis, lalu disusun arsitektur aplikasi yang dibutuhkan yang digambarkan dalam portofolio aplikasi usulan. Penyusunan arsitektur data dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap arsitektur data yang ada saat ini. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan data, dilanjutkan dengan penyusunan arsitektur data yang dibutuhkan. Keluaran dari arsitektur aplikasi adalah matriks aplikasi/proses bisnis, portofolio aplikasi existing, matriks aplikasi/fungsi bisnis, portofolio aplikasi usulan. Keluaran dari arsitektur data adalah katalog data existing, matriks layanan/data, diagram diseminasi data, dan pemetaan layanan/aplikasi/data yang diusulkan. 2.12.5 Fase Technology Architecture Fase arsitektur teknologi bertujuan untuk mengembangkan arsitektur teknologi yang diinginkan untuk merealisasikan aplikasi fisik dan logis, komponen data, dan visi arsitektur. Selain itu fase ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi roadmap Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 40 arsitektur berdasarkan kesenjangan antara arsitektur teknologi yang ada saat ini dan arsitektur teknologi yang diharapkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam fase ini adalah melakukan identifikasi arsitektur teknologi existing, identifikasi masalah pada arsitektur existing, dan menyusun arsitektur teknologi yang diusulkan. Keluaran yang dihasilkan dari fase ini adalah katalog teknologi existing, diagram communication engineering, dan katalog standar teknis. 2.12.6 Fase Opportunities and Solutions Fase ini bertujuan untuk menghasilkan versi lengkap awal dari roadmap arsitektur berdasarkan analisis kesenjangan dan roadmap arsitektur yang telah disusun pada fase arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, dan arsitektur teknologi. Fase ini fokus pada bagai mana menghasilkan suatu arsitektur. Fase opportunities and solutions merupakan langkah awal dari pembuatan rencana implementasi dan migrasi yang akan dibuat secara lengkap pada fase migration plan. Keluaran dari fase ini di antaranya adalah analisis kesenjangan, solusi, dan assessment terhadap ketergantungan. 2.13 Kerangka Teoritis Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwadi (2013) dan Nuangjamnong (2008). Penelitian Purwadi (2013) memiliki fokus dalam menyusun sebuah rancangan infrastruktur untuk mengatasi sistem informasi yang terpisah-pisah dan tidak terkoordinasi. Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong (2008) memberikan gambaran bagaiamana mengimplementasikan model referensi FCAPS pada perancangan sistem pengelolaan jaringan. Setelah mempelajari berbagai literatur dan penelitian terdahulu yang dirasa relevan, kerangka teoritis yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan pada perumusan masalah ditunjukan pada Gambar 2.11 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 41 Prinsip-prinsip bisnis Prinsip-prinsip arsitektur Fungsi-Fungsi Pengelolaan Jaringan Visi Arsitektur TOGAF ADM Rancangan arsitektur pengelolaan jaringan SOA Rancangan Infrastruktur TI Pengelolan Jaringan Stakeholder Requirement Gambar 2.11 Kerangka Teoritis Penelitian Prinsip-prinsip bisnis perusahaan yang berhasil diidentifikasi akan menentukan prinsip-prinsip arsitektur pengelolaan jaringan yang diharapkan. Prinsip-prinsip arsitektur dan fungsi-fungsi pengelolaan jaringan akan menjadi landasan bagi visi arsitektur pengelolaan jaringan. Prinsip-prinsip arsitektur juga akan menjadi dasar pada saat melakukan perancangan arsitektur pengelolaan jaringan. TOGAF ADM, SOA dan stakeholder requirement akan menentukan rancangan arsitektur pengelolaan jaringan perusahaan. Selanjutnya infrastruktur TI pengelolaan jaringan dirancang berdasarkan rancangan arsitektur yang telah ditentukan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 BAB 3 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas desain dan metode penelitian yang digunakan. Desain penelitian dituliskan dalam bentuk diagram alir penelitian. Metode penelitian disusun untuk menjelaskan alur penelitian yang sudah digambarkan mencakup metode pengumpulan dan analisis data. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Langkah-langkah penelitian ditunjukan pada Gambar 3.1. Pengumpulan data awal Perumusan kerangka teoritis Pendefinisan masalah dan pertanyaan penelitian Penyusunan Metodologi Penelitian Pengumpulan data Penarikan Kesimpulan Analisis data Perancangan Infrastruktur TI pengelolaan jaringan Penyusunan prinsipprinsip arsitektur Perancangan arsitektur pengelolaan jaringan Pelaksanaan Tinjauan pustaka Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 1. Pengumpulan data awal. Data awal digunakan untuk keperluan perumusan masalah. Data awal yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung kegiatan pengelolaan jaringan, untuk mengetahui harapan dan fakta yang ada saat ini. Data sekunder dikumpulkan dari dokumen laporan performansi layanan tahun 2013 dan 2014. Proses pengumpulan data ini dituliskan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian. 42 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 43 2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian. Perumusan masalah dilakukan berdasarkan analisis terhadap data awal yang telah dikumpulkan. Perumusan masalah dilakukan dengan melakukan analisis kesenjangan antara data harapan dan kenyataan. Hasil perumusan masalah kemudian digunakan pada diagram fishbone untuk menelusuri akar masalah. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan perumusan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup penelitian. 3. Pelaksanaan tinjauan pustaka. Pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan kemudian menjadi dasar kegiatan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan pada teori-teori dan penelitian sebelumnya yang relevan dan menunjang proses penelitian. Hasil akhir dari tinjauan pustaka ini adalah sebuah kerangka teoritis yang akan mendasari kegiatan penelitian ini. 4. Penyusunan metodologi penelitian. Metodologi penelitian kemudian disusun berdasarkan pertanyaan penelitian dan kerangka teoritis yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metodologi penelitian memperlihatkan tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama proses penelitian dilakukan. 5. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada para stakeholder dan observasi terhadap dokumen dan kondisi perusahaan. Pelaksanaan wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang merupakan pemangku kepentingan dari sistem pengelolaan jaringan. Keluaran dari hasil pengumpulan data adalah fakta, concern, dan kebutuhan stakeholder terhadap sistem pengelolaan jaringan. 6. Analisis Data. Hasil kegiatan wawancara dan observasi kemudian dijadikan masukan pada tahapan ini. Observasi dilakukan untuk melihat proses bisnis dan arsitektur pengelolaan jaringan yang ada saat ini, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui pengelolaan jaringan yang diharapkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 44 Observasi dilakukan terhadap fakta di lapangan, dokumen proses bisnis, dan infrastruktur dan portofolio SI/TI sistem pengelolaan jaringan. 7. Penyusunan prinsip-prinsip arsitektur. Prinsip-prinsip arsitektur adalah landasan yang akan digunakan sepanjang proses perancangan infrastruktur. Prinsip-prinsip arsitektur dibuat berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. 8. Perancangan arsitektur pengelolaan jaringan. Prinsip-prinsip arsitektur dan kebutuhan dari stakeholder akan dijadikan masukan dalam perancangan arsitektur pengelolaan jaringan. Perancangan arsitektur pengelolaan jaringan menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM dan pendekatan service oriented architecture (SOA). Keluaran dari tahapan ini adalah rancangan arsitektur sistem pengelolaan jaringan. 9. Perancangan infrastruktur TI pengelolaan jaringan Rancangan arsitektur yang telah disusun pada tahap sebelumnya menjadi masukan bagi perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. Perancangan infrastruktur TI juga akan mengacu pada kebutuhan pengguna sistem pengelolaan jaringan. 10. Penarikan Kesimpulan dan saran Tahap akhir dari penelitian yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran. 3.2 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, metode pengumpulannya adalah sebagai berikut: 3.2.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara kepada Chief Operation Officer (COO), Direktur Operation, General Manager Divisi Business Development, General Manager Divisi Engineering, General Manager Divisi Operation, dan stakeholder lainnya. Selain itu, pengumpulan data primer juga dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas kegiatan pengelolaan jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 45 3.2.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui observasi terhadap berbagai dokumen perusahaan. Dokumen proses bisnis, dan standard operating procedure digunakan untuk mendapatkan data-data sasaran perusahaan. Sumber data sekunder lainnya adalah laporan performansi direktorat Operation, data pelanggan, dan data cakupan jaringan PT AJN Solusindo. Time horizon dalam penelitian ini adalah cross-sectional yaitu, informasi dikumpulkan dilakukan pada satu waktu tertentu saja. 3.3 Metode Analisis Data Data tekstual yang diperoleh selama periode pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan metode hermeneutika. Hermeneutika fokus pada teks sebagai sumber data penelitian. Teks tersebut bisa berasal dari cerita, wawancara, observasi terhadap partisipan, literatur, surat, atau dokumen lainnya yang relevan terhadap penelitian (Wahyuni, 2012). Hermeneutika memberikan cara untuk memahami data yang disajikan dalam bentuk tekstual. Hermeneutika fokus pada mengartikan teks seperti hasil wawancara oral (Myers & Avison, 2002). Dalam suatu organisasi informasi yang berhasil dikumpulkan seringkali, tidak lengkap, tidak jelas dan pandangan yang kontradiktif mengenai banyak hal. Tujuan dari analisis hermeneutika adalah mencoba untuk memahami keseluruhan, dan hubungan antara orang, organisasi, dan teknologi informasi. Gadamer dalam Myers & Avison (2002) menyatakan, ide dari Hermeneutika adalah dialektika antara pemahaman dari sebuah teks secara menyeluruh dan interpretasi bagian-bagiannya. Rohman (2013) menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan identifikasi terhadap sebuah teks adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan objek yang akan diteliti, objek ditetapkan secara tertulis oleh peneliti. 2) Membaca objek tekstual, membaca merupakan cara untuk mengambil data tekstual. 3) Mengumpulkan ciri-ciri umum. Mengumpulkan data tekstual itu berarti mengambil apa saja yang bisa dijadikan sebagai bahan penelitian. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 46 Pengumpulan dilakukan dengan cara mengambil frase, kalimat, atau paragraf. 4) Membandingkan ciri objek teks satu dengan yang lain. Perbandingan dilakukan untuk mendapatkan identitas yang jelas dari suatu objek. 5) Menetapkan ciri-ciri khusus atas objek teks. 3.4 Situasi Sosial dan Sample Menurut Spardley dalam Sugiono (2012) dalam penelitian kualitatif istilah populasi tidak digunakan, yang digunakan adalah situasi sosial yang terdiri dari tiga bagian, yaitu tempat, orang, dan aktivitas. Situasi sosial yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian menggunakan lingkungan PT AJN Solusindo sebagai tempat melakukan penelitian. 2. Pengelolaan jaringan adalah aktivitas yang akan diteliti. 3. Semua pemangku kepentingan terhadap pengelolaan jaringan adalah orangorang yang akan menjadi obyek penelitian. sampling Teknik yang digunakan adalah nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang/kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2012). Purposive sampling adalah salah satu jenis dari nonprobability sampling yang digunakan pada penelitian ini. Purposive sampling adalah teknik yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Pada purposive sampling partisipan dipilih berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012; Wahyuni, 2011), dalam penelitian ini paritsipan dipilih berdasarkan kepentingannya terhadap sistem pengelolaan jaringan. 3.5 Metode Penarikan Kesimpulan Dalam mengambil kesimpulan penelitian ini menggunakan metode penarikan kesimpulan induktif. Penalaran induktif adalah sebuah proses yang dimulai dengan melakukan observasi terhadap fenomena spesifik dan melahirkan kesimpulan yang bersifat umum (Sekaran, 2010). Penelitian ini berangkat dari tidak tercapainya performansi layanan yang dianggap sebagai masalah. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 47 Permasalahan ini dianggap sebagai hal yang dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai sasaran strategis. Dengan demikian permasalahan tidak tercapainya performansi jaringan merupakan masalah yang berhubungan dengan kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan meningkatkan tingkat performansi layanan, diharapkan kelangsungan bisnis perusahaan dapat terjaga. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 BAB 4 4 PROFIL ORGANISASI Pada bagian ini akan dijelaskan profil perusahaan yang menjadi tempat penelitian dilakukan. Sumber informasi yang digunakan adalah berbagai dokumen perusahaan. 4.1 Profil dan Bisnis Perusahaan PT AJN Solusindo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). AJN berdiri sejak tahun 1996 dan memiliki portofolio produk dan layanan yang luas untuk segmen korporasi dari berbagai bidang usaha. Visi dan misi PT AJN Solusindo adalah sebagai berikut: ï‚· Visi PT AJN Solusindo adalah menjadi salah satu provider solusi jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi yang diperhitungkan di tingkat nasional dan regional. ï‚· Misi yang ditetapkan PT AJN Solusindo untuk mewujudkan visi adalah dengan menyediakan solusi jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan serta menciptakan nilai tambah bagi para stakeholder. PT AJN Solusindo memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 untuk terus menjaga kualitas mutu dan layanan kepada pelanggan. Produk layanan AJN Solusindo mencakup berbagai aspek dalam TIK. Produk yang dimiliki AJN yang tercantum dalam buku Product Knowledge terbagi menjadi lima kelompok produk, yaitu Satellite Solution, Connectivity, Internet, Managed Services, dan Industry Based and In Building ICT Solutions. 4.1.1 Satellite Solution Sebagaimana namanya, produk ini adalah layanan komunikasi data dengan media very small aperture terminal (VSAT). Jangkauan yang ditawarkan mencakup seluruh wilayah Indonesia. Layanan dapat membantu menyediakan konektivitas antar lokasi yang saling berjauhan, terutama untuk lokasi yang sulit dijangkau 48 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 49 media kabel seperti daerah terpencil (rural) maupun lautan (offshore). Layanan Satellite Solution terbagi menjadi tiga jenis produk, yaitu: a) AJN LinkSat, produk ini mulai diluncurkan AJN pada tahun 1997. Produk ini digunakan untuk melayani kebutuhan komunikasi data dedicated dengan konfigurasi point to point. b) AJN IPSat, produk ini memberikan layanan sharing bandwidth dan berbasis IP. Layanan ini dapat digunakan untuk koneksi point to multipoint. c) AJN VSAT Maritime mulai diluncurkan sejak tahun 2009, layanan ini menggunakan autotrack antenna untuk komunikasi pada lokasi bergerak. Salah satu aplikasinya adalah sebagai media komunikasi pada kapal laut. Saat ini layanan VSAT Maritime digunakan untuk interkoneksi jaringan provider GSM terkemuka di kapal-kapal penumpang PELNI dan kapal pengangkut minyak lepas pantai. Produk VSAT Maritime AJN menggunakan dua jenis teknologi yaitu C-band dan KU-band. C-band digunakan untuk melayani kebutuhan komunikasi data yang memerlukan reliability tinggi seperti navigasi kapal dan pelaporan aktivitas di offshore. KU-band digunakan untuk melayani kebutuhan komunikasi data yang tidak memerlukan reliability tinggi seperti voice, video conference, dan internet. d) AJN Support Produk ini menawarkan dukungan layanan pemeliharaan terhadap perangkat keras di lokasi pelanggan. AJN akan menangani pemeliharaan jaringan, peningkatan performansi jaringan, instalasi, dan dismantle. 4.1.2 Connectivity Kelompok jasa Connectivity mulai ditawarkan AJN sejak tahun 2001, awalnya hanya terdiri dari produk AJN Leased Line, kemudian berkembang dan saat ini terdiri dari: a) AJN Leased Line, produk ini melayani kebutuhan komunikasi data point to point dengan media komunikasi terrestrial. Layanan ini diluncurkan untuk kebutuhan komunikasi data yang memerlukan kecepatan, kehandalan, dan bandwidth yang tinggi. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 50 b) AJN Virtual Private Network (VPN). Layanan virtual yang bersifat private baik menggunakan internet maupun jaringan lainnya. AJN VPN sendiri terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya: 1) AJN VPN Dedicated, layanan ini bersifat asimetrik, yaitu bandwidth downstream lebih besar daripada upstream. 2) AJN VPN Security, layanan yang memenuhi kebutuhan akan keamananan data melalui otentikasi (EAP, CHAP, PAP) dan enkripsi. 3) AJN VPN Multiservice, melayani berbagai kebutuhan pelanggan, seperti data, voice, dan video melalui teknogi multi protocol label switch (MPLS) c) AJN Metro Ethernet, memberikan layanan konektifitas berbasis Ethernet layer 1 (physical layer) dan layer 2 (data link layer). Layanan ini dapat memenuhi kebutuhan komunikasi data dengan kehandalan dan kapasitas yang besar namun dengan harga yang terjangkau. Metro Ethernet diutamakan untuk melayani kebutuhan konektivitas korporasi di wilayah perkotaan. AJN Metro Ethernet dapat melayani kebutuhan jaringan dengan konfigurasi point to point dan point to multipoint. 4.1.3 Internet Produk ini melayani kebutuhan akses internet dengan kecepatan dan availability yang terjamin. AJN Solusindo pada tahun 2014 sudah menjadi penyedia jasa internet Tier 2 dengan kapasitas upstream internasional di atas 1 Gbps. Produk intenet AJN terdiri dari tiga jenis, yaitu: a) AJN Net, merupakan layanan konektivitas internet yang memberikan akses internet dengan kecepatan dan tingkat layanan yang tinggi, dan kapasitas yang fleksibel. Layanan ini memiliki spefisikasi teknis menggunakan jaringan terrestrial, dedicated bandwidth, aman, akses internasional dengan rasio 1:1, dan layanan network access point (NAP). b) AJN SatNet, produk ini memadukan jaringan dengan media VSAT untuk akses internet. Layanan ini sangat sesuai untuk konektivitas internet di wilayah-wilayah terpencil seperti rural area maupun lokasi offshore. c) Value Added Service (VAS), memberikan nilai tambah pada jasa internet yang digunakan oleh korporasi. Jasa nilai tambah yang ditawarkan di Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 51 antaranya managed security, proxy server, web design, managed internet gateway, dan security consulting. 4.1.4 Managed Services Layanan ini menawarkan pengelolaan TIK korporasi, sehingga bisa menciptakan efektivitas kerja maupun nilai tambah perusahaan. Dengan menyerahkan pengelolaan TIK kepada AJN Solusindo, pelanggan dapat fokus pada kegiatan bisnis utamanya. Kelompok produk Managed Services terdiri dari: a) Managed IT Network, memberikan nilai tambah dalam pengelolaan jaringan perusahaan. Fungsi pengelolaan yang ditawarkan mencakup desain, implementasi, pemeliharaan LAN/WAN, pemonitoran performansi jaringan, dan keamanan jaringan. b) Hosting & Data Center, produk ini menyediakan layanan penyimpanan dan data center. Layanan hosting mencakup mail hosting dan web hosting baik bagi korporasi maupun individu. Layanan Data Center menyediakan collocation rack yang dapat digunakan untuk menyimpan perangkat server maupun jaringan oleh pelanggan. c) Managed PABX melayani keperluan pengelolaan PABX korporasi, dari mulai instalasi sampai pengelolaan. d) Unified Communication adalah layanan yang mengintegrasikan secara real time beberapa jenis teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti teleconference, SMS Gateway, dan CCTV. 4.1.5 Industry-based & In-Building ICT Solutions Layanan ini ditawarkan dalam rangka memenuhi kebutuhan layanan TIK, untuk berbagai segmen dan kawasan industry. Tujuan diluncurkan layanan ini adalah untuk mendukung pertumbuhan bisnis pelanggan. Layanan ini terdiri dari Industry Based Solution, yaitu layanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang spesifik, meliputi konsultasi, konektivitas antar lokasi, maupun solusi TIK lainnya. Varian kedua dari layanan ini adalah in-Building Solution, yaitu layanan yang dapat memenuhi kebutuhan TIK pada kawasan tertentu maupun high raises building. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 52 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan AJN Solusindo menyusun sebuah struktur organisai untuk menjalankan seluruh kegiatan perusahaan, struktur tersebut dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 4.1 Chief Executive Officer Chief Operating Officer Chief Finance Officer Commercial and Business Development Directorate Operation Directorate Operation Division Engineering Division Commerce Divison Service and Quality Department Planning and Engineering Department Telco Sales Dept. Implementation Department Network Management Services Department Non Telco Sales Dept. Finance Directorate Business Development Division Product & Infrastructure Development Dept. Business Strategy & Marketing Dept. HCM and Compliancy Directorate Business Control Divison Finance Division Corporate Secretary Division Budget Management Dept Tax Management Dep. General Affair Dept. Performance Management Dept Treasury Dept. Procurement Dept. Accounting Dept. Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT AJN Solusindo Sumber: (Dokumen HRD Struktur Organisasi Perusahaan, 2013) Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya AJN Solusindo dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer (CEO) yang membawahi langsung Chief Operation Officer (COO) dan Chief Finance Officer (CFO). CEO bertugas untuk menentukan arah kebijakan dan strategi perusahaan, yang kemudian akan di terjemahkan ke dalam tujuan strategis di setiap direktorat oleh COO dan CFO. Direktorat Finance bertanggung jawab untuk menjalankan semua fungsi yang berkaitan dengan keuangan, baik itu anggaran, accounting, penagihan, dan performansi keuangan perusahaan. Direktorat Commercial and Business Development bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi penjualan, pengembangan bisnis, dan pemasaran. Direktorat Operation bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mengoperasikan seluruh elemen jaringan, dalam rangka menjaga performansi layanan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Direktorat Operation terbagi menjadi dua divisi yaitu Divisi Engineering dan Divisi Operation. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 53 Divisi Engineering bertanggung jawab dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan baik itu sistem jaringan pelanggan maupun sistem jaringan core. Divisi Operation bertanggung jawab melaksanaan pasang baru, penanganan gangguan, pengelolaan performansi layanan, dan dismantle. Direktorat Operation adalah tempat yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. 4.3 Proses Bisnis Perusahaan Proses bisnis AJN Solusindo saat ini terbagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama perusahaan adalah kegiatan pengembangan bisnis, perencanaan dan pengembangan jaringan, implementasi, pengelolaan, dan pemeliharaan jaringan. Aktivitas pendukung di antaranya adalah pengelolaan sarana dan prasarana kerja, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan TI perusahaan, dan pengelolaan keuangan. Aktivitas AJN Solusindo Aktivitas Utama Aktivitas Pendukung dapat dilihat pada diagram value chain yang ditunjukan pada Gambar 4.2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan TI Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kerja Pengelolaan Keuangan Business development Commerce Planning and Engineering Network Management Service and Implementation Quality and Dismantle Management Layanan Layanan TIK TIK yang yang sesuai sesuai dengan dengan kebutuhan kebutuhan pelanggan pelanggan dengan dengan performansi performansi tinggi tinggi Gambar 4.2 Value Chain Aktivitas Perusahaan Penjelasan dari aktivitas perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Business Development Aktivitas ini merupakan tugas dari divisi Business Development. Aktivitas ini mencakup pengembangan infrastruktur dan teknologi TIK yang harus dimiliki perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini maupun masa yang akan datang. Penyusunan strategi bisnis dan kegiatan pemasaran termasuk ke dalam aktivitas ini. Strategi bisnis yang dikembangkan harus mampu membawa perusahaan mencapai tujuan strategis yang sudah ditetapkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 54 2. Planning and Engineering Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Depertemen Planning and Engineerng. Aktivitas ini berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan teknologi baik yang saat ini digunakan, maupun teknologi baru yang akan diadopsi sesuai dengan arahan dari pengembangan bisnis. Dalam kaitannya dengan tekonologi yang sedang digunakan, aktivitas yang dilakukan mencakup riset, evaluasi, pengembangan, pemonitoran terhadap utilisasi kapasitas, dan perencanaan penambahan kapasitas produksi. Dalam kaitannya dengan teknologi baru, aktivitas yang dilakukan mencakup pengekajian, pengujian, dan pemodelan rencana strategis implementasi. Pengujian yang dilakukan mencakup pre-sales trial dan ujicoba penerapan teknologi baru. 3. Network Management Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Departemen Network Management Services. Network management secara garis besar melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pemonitoran performansi layanan dan elemen jaringan. Aktivitas yang berkaitan dengan performansi layanan mencakup pengelolaan problem ticket, pengelolaan penanganan gangguan level 1 dan level 2, pemonitoran ketersediaan sistem (system availability), dan pemonitoran layanan. Aktivitas yang berkaitan dengan performansi elemen jaringan mencakup integrasi elemen jaringan ke sistem pengelolaan jaringan, pengelolaan aplikasi pemonitoran elemen jaringan, pengelolaan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan, pengelolaan keamanan sistem pengelolaan dan elemen jaringan. 4. Service and Quality Management Aktivitas ini merupakan tanggung jawab Departemen Service and Quality Management. Aktivitas ini mencakup pengelolaan layanan dan performansi core, VAS, dan data communication. Aktivitas yang dilakukan dalam menjaga performansi layanan di antaranya corrective maintenance (CM), Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 55 preventive maintenance (PM), evaluasi, dan analisis performansi. Kegiatan CM dan PM dilakukan untuk mencapai perbaikan sistem dan kinerja, dalam rangka meningkatkan performansi layanan. 5. Implementation and Dismantle Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Departemen Implementation. Aktivitas ini mencakup pengelolaan proyek implementasi jaringan baru, yang terdiri dari penentuan ruang lingkup pekerjaan, kualitas implementasi, pengelolaan risiko dan biaya implementasi, serta penjadwalan. Setiap kegiatan proyek implementasi kemudian akan dievaluasi dan hasilnya akan dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas proyek selanjutnya. Verifikasi terhadap implementasi jaringan baru termasuk ke dalam aktivitas ini. Verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah jaringan baru sudah memenuhi standar operasional atau tidak, sebelum diterbitkan berita acara serah terima antara departemen Implementation dan Service and Quality Management. 6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Human Resource Deparment (HRD). Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia mencakup seleksi dan penerimaan karyawan baru, pelatihan, mutasi, dan pemutusan hubungan kerja. Dalam melaksanakan penerimaan, pelatihan, mutasi, dan pemutusan hubungan kerja HCM akan bekerja sama dengan semua divisi terkait. 7. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI) Aktivitas ini bertujuan untuk mengelola infrastruktur TI yang dibutuhkan oleh perusahaan baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Pengelolaan teknologi informasi AJN Solusindo saat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengelolaan TI yang berhubungan dengan back office dan pengelolaan TI yang digunakan untuk sistem pengelolaan jaringan dan layanan pelanggan. Pengelolaan TI untuk keperluan pengelolaan jaringan menjadi tanggung jawab departemen Network Management Services (NMS). Departemen NMS Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 56 melakukan aktivitas pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang diperlukan untuk pengelolaan jaringan. 8. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kerja Pengelolaan sarana dan prasaran kerja merupakan tanggung jawab dari departemen General Affair. Aktivitas ini mencakup pemenuhan dan pengelolaan seluruh keperluan sarana dan prasarana kerja yang dibutuhkan oleh karyawan AJN Solusindo. Sarana dan prasarana kerja yang dimaksud mencakup alat tulis kantor, lokasi, dan peralatan kerja. 9. Pengelolaan Keuangan Aktivitas pengelolaan keuangan perusahaan merupakan tanggung jawab direktorat Finance. Aktivitas pengelolaan keuangan mencakup pengendalian, pemonitoran anggaran dan performansi keuangan, accounting, dan treasury. Direktorat keuangan akan memonitor realisasi anggaran semua divisi setiap bulannya, hasil pemonitoran akan dievaluasi dan menjadi masukan untuk penyusunan rencana kerja anggaran (RKA) perusahaan pada tahun berikutnya. Pencatatan pendapatan, capital expenditure (CAPEX), operational expenditure (OPEX), laba, rugi, dan aktivitas keuangan lainnya termasuk ke dalam aktivitas pengelolaan keuangan. 10. Commerce Commerce adalah aktivitas penjualan layanan PT AJN Solusindo baik kepada para calon pelanggan maupun pelanggan existing. Aktivitas penjualan dibagi berdasarkan segmen industri pelanggan, yaitu Telco dan non Telco. Segmen industri Telco melayani pelanggan-pelangan yang berada pada segmen industri telekomunikasi, sedangkan diluar industri telekomunikasi dilayani oleh Commerce non Telco. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 57 5 BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijelaskan persiapan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan pada setiap tahapan perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan berdasarkan kerangka kerja TOGAF ADM. 5.1 Persiapan Penelitian Data-data awal yang diperlukan untuk menyusun arsitektur enterprise dikumpulkan dan dianalisis pada fase ini. Data-data yang diperlukan di antaranya: 1. Prinsip-prinsip bisnis perusahaan. 2. Fungsi sistem pengelolaan jaringan yang dibutuhkan, didasarkan pada hasil dari identifikasi: a. Fungsi pengelolaan sistem pengelolaan jaringan di perusahaan sejenis. b. Fungsi-fungsi pengelolaan jaringan berdasarkan model referensi yang sudah dipilih. c. Kebutuhan Stakeholder. 3. Kondisi Infrastruktur TI saat ini. Dalam rangka mendapatkan semua informasi tersebut, maka metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap: 1. Chief Operating Officer (COO) yang menentukan arah kebijakan strategis operasional dan pengembangan produk ke depan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai prinsip-prinsip bisnis perusahaan. 2. Direktur Operation yang menentukan dan menjalankan kebijakan taktis dan strategis kegiatan operasional. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan concern dan requirement direktorat Operation. 3. Stakeholder sistem pengelolaan jaringan. 4. Manager Network Operation Support di perusahaan sejenis, untuk mengidentifikasi model referensi sistem pengelolaan jaringan yang digunakan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 58 Observasi dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung terkait dengan infrastruktur TI yang digunakan, proses bisnis, dan kegiatan pengelolaan jaringan yang dilakukan. 5.1.1 Wawancara dan Observasi Wawancara pertama dilakukan untuk menggali prinsip-prinsip bisnis perusahaan. Wawancara pertama dilakukan kepada COO PT AJN Solusindo. Daftar pertanyaan pada wawancara pertama mengacu kepada pertanyaan penelitian yang dilakukan Purwanto (2014) dan Eritasari (2002) dengan beberapa modifikasi, di antaranya: 1. Value proposition apa yang ingin dicapai oleh AJN ke depan? 2. Untuk mencapai value proposition tersebut, apa tujuan strategis yang ingin dicapai perusahaan? 3. Langkah-langkah pengembangan apa yang akan dilakukan untuk mencapai value proposition yang ingin dicapai? 4. Dalam mewujudkan pengembangan-pengembangan yang dilakukan apakah peran yang diharapkan dari direktorat Operation? Wawancara kedua dilakukan pada Direktur Operation dan stakeholder yang teridentifikasi dari hasil observasi pada struktur organisasi dan proses bisnis perusahaan. Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apa sasaran kerja pada departmen/divisi yang bapak pimpin? 2. Apa proses bisnis utama pada departemen/divisi yang bapak pimpin? 3. Apa indikator keberhasilan dari departemen/divisi yang bapak pimpin? 4. Untuk mencapai indikator keberhasilan, fungsi-fungsi apa yang harus ada? 5. Informasi apa yang dibutuhkan oleh departemen/divisi yang bapak pimpin untuk mencapai sasaran kerja? 6. Terkait dengan informasi yang diperlukan, apakah sistem informasi yang ada pada pengelolaan jaringan kita sudah memenuhi kebutuhan informasi tersebut? 7. Dukungan TI seperti apa yang dibutuhkan untuk menjamin fungsi-fungsi pada departemen/divisi berjalan? Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 59 Wawancara dilakukan secara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur bersifat fleksibel, pertanyaan baru dapat dimunculkan selama wawancara sebagai respon terhadap jawaban partisipan (Wahyuni, 2012). Wawancara ketiga dilakukan untuk menggali informasi mengani model referensi yang akan digunakan dalam sistem pengelolaan jaringan. Wawancara dilakukan kepada Network Operation Support Manager PT ABC. Wawancara dilakukan pada periode 12-20 Maret 2014 melalui media komunikasi surat elektronik. PT ABC dipilih karena merupakan perusahaan yang sama-sama bergerak di bidang penyedia jasa TIK. Selain itu, PT ABC juga memiliki portofolio layanan dan arsitektur teknologi jaringan yang memiliki kemiripan dengan AJN. Kemiripan layanan antara AJN dan PT ABC dipetakan pada Tabel 5.1. Informasi layanan PT ABC didapat dari hasil web site corporate PT ABC. Tabel 5.1 Pemetaan Layanan AJN dan PT ABC Layanan PT ABC Layanan AJN PT ABC Leased Line AJN Leased Line PT ABC Metro Ethernet AJN Metro Ethernet PT ABC SCPC VSAT AJN LinkSat PT ABC IP VSAT AJN IPSat PT ABC IPVPN AJN VPN Internet Internet VAS VAS PT ABC Sea Star VSAT Maritime Selain memiliki kemiripan pada layanan, PT ABC juga memiliki kemiripan coverage jaringan, yaitu tersebar di seluruh Indonesia. Pada sistem pengelolaan jaringan PT ABC juga menerapkan sistem pengelolaan jaringan terdistribusi. Network Operation Center (NOC) berada di kantor pusat dan tersebar di beberapa kota besar, hal ini juga hampir serupa dengan NOC yang ada di AJN. PT ABC dan AJN melayani segmen pasar yang sama, yaitu segmen pasar korporasi. Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Manager Network Operation Support PT ABC adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 60 1. Dalam mengelola jaringan, PT ABC menggunakan model referensi FCAPS, model tersebut dipilih karena informasi best practice mudah didapatkan. Selain itu, pendekatan yang ada pada model tersebut lebih mendukung bagi kondisi operasional jaringan yang secara langsung maupun tidak akan berpengaruh kepada pelayananan. 2. Model tersebut digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi perusahaan. Masalah yang dihadapi adalah kondisi jaringan yang tersebar di berbagai area dengan penanggung jawab yang berbeda-beda. Dengan model referensi ini, diharapkan setiap penanggung jawab area dapat fokus dalam mengelola jaringan. 3. Model tersebut mendukung pengelolaan jaringan yang komperhensif, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas jaringan, dan memonitor hasil improvement yang telah dilakukan secara langsung. 4. Proses implementasi dilakukan secara bertahap berdasarkan skala prioritas tingkat kepentingan dan kebutuhan. Urutan proses implementasi adalah sebagai berikut: a. Melakukan identifikasi jaringan untuk mengetahui protokol management yang tepat. b. Implementasi fungsi Fault Management untuk mendeteksi adanya gangguan dan sistem yang akan digunakan untuk mengatasinya. c. Implementasi Performance Management digunakan untuk mengelola performansi jaringan. d. Implementasi Configuration Management dengan fokus utama untuk mengelola konfigurasi elemen jaringan. e. Implementasi Security Management fokus utama adalah pengelolaan otentikasi dan otorisasi akses ke elemen jaringan. f. Implementasi Account Management fokus utama adalah menyimpan informasi log akses ke elemen jaringan. 5. Fungsi fault management dan performance management adalah fungsi-fungsi yang memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan performansi layanan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 61 Fungsi pengelolaan jaringan berdasarkan FCAPS tersebut juga digunakan oleh perusahaan telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia. Hal ini diketahui dari presentasi pengembangan sistem dashboard monitoring jaringan pada tanggal 2 Februari 2014. Dashboard dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip Telecommunication Management Network (TMN) dan menggunakan FCAPS sebagai fungsi pengelolaan. Dashboard ini dikembangkan dalam rangka mengantisipasi terjadinya penurunan performansi layanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder sistem pengelolaan jaringan dan melihat best practice yang sudah diterapkan pada dua perusaahaan telekomunikasi tersebut, maka fungsi-fungsi pengelolaan yang akan diterapkan pada sistem pengelolaan jaringan adalah FCAPS. 5.2 Fase Preliminary Dalam fase ini akan ditetapkan beberapa aspek utama perancangan arsitektur di antaranya: 1. Prinsip-prinsip bisnis. 2. Ruang lingkup organisasi. 3. Kerangka kerja yang akan digunakan. 4. Prinsip-prinsip arsitektur. 5. Stakeholder, concern, dan requirement 5.2.1 Prinsip-prinsip Bisnis Prinsip-prinsip bisnis organisasi yang teridentifikasi dari hasil wawancara dengan COO, Direktur Operation, dan General Manager Business Development sebagai pihak yang melakukan pengembangan bisnis dan pemasaran. Prinsip-prinsip bisnis perusahaan merupakan landasan yang akan digunakan dalam penyusunan prinsip-prinsip arsitektur perancangan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan. Prinsip-prinsip bisnis dapat dilihat pada Tabel 5.2 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 62 Tabel 5.2 Prinsip-Prinsip Bisnis Organisasi Kode Prinsip Prinsip Bisnis PB1 Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta. PB2 Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar dieksekusi. PB3 Mengoptimalkan resource yang dimiliki. PB4 Mengetahui kebutuhan pasar. PB5 Menjaga time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari para pesaing. PB6 Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan, dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan produk. PB7 Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya. PB8 Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan. PB9 Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen pelanggan yang kita layani. PB10 Menjaga performansi layanan perusahaan ke pelanggan. PB11 Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun ketersediannya. PB12 Menjaga tingkat layanan beyond expectation. PB13 AJN harus menjadi sebuah learning organization, dimana setiap informasi disajikan secara transparan kepada unit bisnis yang membutuhkan. PB14 AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan global. PB15 Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing. PB16 Memiliki layanan dengan business model baru di industri. PB17 Memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan pada kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang. PB18 Sistem Informasi dan teknologi informasi merupakan kunci keberhasilan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 18 prinsip-prinsip bisnis perusahaan yang berhasil diidentifikasi. 5.2.2 Ruang lingkup Organisasi Dalam perancangan infrastruktur sistem pengelolaan jaringan, organisasi yang akan menjadi fokus penelitian dan terkena dampak adalah Direktorat Operation. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 63 Berdasarkan hasil observasi terhadap struktur organisasi dan proses bisnis, value Aktivitas Pendukung chain direktorat Operation dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan infrastruktur dan aplikasi TI Sistem pengelolaan jaringan NMS Administration Tingkat Tingkat Performansi Performansi Layanan Layanan beyond beyond expectation expectation Aktivitas Utama Pengelolaan Keuangan Planning and Engineering Service Monitoring and Control Service and Quality Management Implementation and Dismantle Gambar 5.1 Value Chain Direktorat Operation Penjelasan mengenai aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada direktorat Operation sudah dibahas pada Sub-bab 4.3. Berdasarkan struktur organisasi dan hasil observasi terhadap proses bisnis, stakeholders sistem pengelolaan jaringan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu stakeholder internal dan external. Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan Jabatan Chief Operating Jenis Internal Officer (COO) Direktur Keterangan Penentu kebijakan strategis kegiatan operasional dan pengembangan bisnis perusahaan. Internal Penentu arah strategis kegiatan operasional. Internal Penanggung Operation General Manager jawab dan mengarahkan kegiatan Divisi engineering dan network management untuk mencapai Engineering tujuan strategis direktorat Operation. General Manager Internal Divisi Operation Penanggung jawab terhadap implementasi, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan untuk mencapai tujuan strategis direktorat Operation. Manager Service Internal Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kegiatan and Quality corrective maintenance dan preventive maintenance Management terhadap jaringan akses dan core, dalam rangka Department menjaga kualitas layanan. Manager Planning Internal Pemangku kepentingan sistem pengelolaan jaringan dan and Engineering penanggung jawab kegiatan pengelolaan kapasitas, Department pengembangan teknologi dan infrastruktur jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 64 Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan (Lanjutan) Jabatan Manager Jenis Internal Implementation Keterangan Pemangku kepentingan sistem pengelolaan jaringan dan penanggung jawab kegiatan pasang baru jaringan pelanggan. Manager Network Internal Bertanggung jawab terhadap pemonitoran operasional Management jaringan akses dan core, pengelolaan trouble ticket, Services integrasi elemen jaringan dan tools monitoring. Pelanggan External Semua pihak yang menggunakan layanan jaringan AJN Solusindo. Stakeholder internal adalah unit bisnis yang ada di direktorat Operation. Posisi stakeholder dalam organisasi dapat dilihat pada struktur organisasi yang telah dijelaskan pada Bab 4 Gambar 4.1. 5.2.3 Kerangka Kerja Kerangka kerja yang digunakan dalam merancang infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan ini adalah TOGAF. Dasar pemilihan kerangka kerja ini sudah dijelaskan pada Sub-bab 2.8. 5.2.4 Stakeholder, Concern, dan Requirement Stakeholder yang telah diidentifikasi pada Tabel 5.2 kemudian dipetakan pada concern dan requirement yang didapatkan dari hasil analisis data wawancara. Tabel pemetaan stakeholder, concern, dan requirement dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement Stakeholder Concern COO dan Informasi yang Memunculkan informasi yang sesuai dengan Direktur akurat Operation Requirement fakta yang terjadi sebagai dasar pengambilan kuputsan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 65 Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement (Lanjutan) Stakeholder COO Concern dan Akses terhadap Direktur informasi Operation Memunculkan informasi sesuai dengan kebutuhan unit bisnis untuk melaksanakan tugasnya Manager Planning Requirement Keamanan Menjaga informasi strategis dari pengguna yang informasi tidak berhak Kecepatan akses Memberikan data tren penyebab gangguan yang And data Engineering terjadi. Memberikan status kapasitas resource jaringan. Direktur Informasi yang Menampilkan status jaringan terganggu, waktu Operation Real time terjadinya gangguan dan penyebab gangguan. General Manager Menampilkan Operation pelanggan dari waktu ke waktu. General Manager Adanya peringatan jika terjadi penurunan Engineering performansi yang terus menerus. Manager Service Adanya and Quality performansi Pelanggan ditentukan. performansi peringatan di jika bawah tingkat ada layanan penurunan threshold yang Adanya sistem yang mampu menampilkan topologi jaringan aktif secara real time. Adanya sistem yang mampu memonitor seluruh network element. General Manager Otomasi Adanya Operation terhadap gangguan yang terjadi. pencatatan pencatatan penyebab dan solusi General Manager aktivitas Adanya pencatatan waktu dan durasi setiap Engineering gangguan yang terjadi. Pelanggan Adanya sistem yang mencatat progres penanganan gangguan. Adanya sistem yang menyimpan perubahan konfigurasi yang terjadi pada network element. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 66 Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement (Lanjutan) Stakeholder Concern General Manager Otomasi Operation Requirement pencatatan aktivitas Adanya sistem yang mencatat setiap aktivitas pada network element. General Manager Adanya sistem yang menghitung dan Engineering menampilkan SLA secara otomatis. Pelanggan Adanya sistem yang mencatat setiap tahap proses deliver. Adanya pergerakan sistem yang dan mencatat menampilkan ketersediaan aset. General Manager Dokumentasi digital Adanya sistem yang mampu menyimpan Operation dan menampilkan topologi jaringan. General Manager Adanya sistem yang mampu menyimpan Engineering konfigurasi seluruh network element. Adanya pencatatan kesepakatan tingkat availability setiap jaringan. General Manager Keamanan Adanya sistem pengelolaan pengguna Engineering infrastruktur NMS. General Manager Presentasi informasi Adanya Operation menampilkan informasi sesuai dengan General Manager kebutuhan pengguna. Engineering Integrasi data sistem informasi yang Adanya sistem informasi yang mengintegrasikan data-data pengelolaan jaringan yang terpisah-pisah. Hasil analisis terhadap data hasil wawancara yang disajikan pada Tabel 5.4, kita dapat mendapatkan sembilan concern, dan 24 requirement dari seluruh stakeholder sistem pengelolaan jaringan. Detail proses pemetaan dapat dilihat pada Lampiran 9. 5.2.5 Prinsip-Prinsip Arsitektur Prinsip-prinsip arsitektur ini akan menjadi dasar dari perancangan arsitektur dan akan mempengaruhi pengembangan, pemeliharaan, dan penggunakan arsitektur Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 67 enterprise. Prinsip-prinsip arsitektur yang terlalu banyak dapat membatasi fleksibilitas arsitektur, umumnya prinsip-prinsip arsitektur berjumlah antara 10 sampai 20 prinsip (Open Group, 2011). Formulasi prinsip-prinsip arsitektur disusun berdasarkan faktor pendorong (drivers). TOGAF menetapkan prinsipprinsip perusahaan, prinsip-prinsip IT, misi dan rencana perusahaan, strategic initiatives perusahaan, batasan eksternal, sistem dan teknologi yang ada saat ini, dan tren perkembangan komputer sebagai faktor pendorong (Greefhorst, 2011). Berdasarkan Greefhorst (2011) Langkah-langkah menyusun prinsip arsitektur adalah sebagai berikut: 1. Menentukan drivers, dalam hal ini yang menjadi drivers adalah prinsipprinsip bisnis perusahaan yang dituliskan pada tabel 5.2. 2. Menetapkan prinsip-prinsip, drivers yang ada kemudian dipilih untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan prinsip-prinsip arsitektur. Prinsipprinsip bisnis yang dipilih untuk mendasari penyusunan prinsip-prinsip arsitektur adalah PB18, PB17, PB1, PB13, dan PB3. a) PB18, memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan pada kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang. Prinsip ini mendasari prinsip-prinsip arsitektur yang akan dibagun, arsitektur yang dibangun harus mendukung tujuan strategis, dikelola oleh satuan kerja yang mengerti kebutuhan bisnis, dan penggunaannya tidak mengganggu fokus unit bisnis untuk menjalankan kegiatan bisnis utama. Pengembangan teknologi informasi akan berdasarkan pada kebutuhan bisnis, tidak berdasarkan pada faktor-faktor lain yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan pengguna. Prinsip arsitektur yang dapat mewujudkan prinsip bisnis PB18 di antaranya mendukung tujuan strategis organisasi, pengelolaan TI sistem pengelolaan jaringan, didasarkan pada kebutuhan, dan mudah digunakan. b) PB1, setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis fakta-fakta. Efektivitas inisiatif yang dilakukan akan berdasar pada kualitas informasi. Hal ini mendasari arsitektur yang akan dibangun harus dapat menghasilkan informasi yang akurat. Informasi yang Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 68 akurat akan dapat dihasilkan jika data-data yang dihasilkan oleh arsitektur enterprise juga akurat. Prinsip PB1 mendasari prinsip arsitektur yang dapat menjamin akurasi data dan konsistensi data. c) PB13, AJN harus menjadi sebuah learning organization, dimana setiap informasi disajikan secara transparan kepada unit bisnis yang membutuhkan. Hal ini dapat terwujud dengan adanya arsitektur yang memungkinkan terjadinya berbagi data. Selain itu, adanya konsep berbagi data tidak dapat dilepaskan dari keamanan data. Data perusahaan yang sensitif tidak boleh jatuh ke tangan yang salah. Konsep berbagi data akan tarik menarik dengan keamanan data, sistem yang aman akan mengurangi fleksibilitas. Learning organization juga dapat terwujud jika sistem yang dikembangkan dapat dengan mudah digunakan. Pengguna akan lebih termotivasi untuk menggunakan sistem. Adanya tarik menarik antara keamanan dan berbagi data, harus tetap memperhatikan aspek kemudahan. Prinsip PB13 dapat diwujudkan oleh prinsip-prinsp arsitektur yang menjamin adanya berbagi data, keamanan data, dan kemudahan untuk digunakan. d) PB3, mengoptimalkan resource yang dimiliki. Pengembangan arsitektur teknologi informasi harus dapat mengoptimalkan sistem yang sudah ada. Hal ini menyebabkan pemilihan teknologi harus mempertimbangkan aspek interoperabilitas dengan teknologi yang sudah ada di perusahaan. Untuk menjamin fleksibilitas dari pemilihan teknologi, maka teknologi yang dipilih harus lah independen terhadap platform teknologi tertentu. Hal ini dapat membantu mengatasi keterbatasan interoperabilitas dalam mengambangkan sistem. Prinsi p arsitektur yang menjamin interoperabilitas sistem existing dan sistem baru dapat membantu perusahaanmewujudkan prinsip bisnis PB3. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 69 3. Menspesifikasikan prinsip-prinsip, kandidat prinsip-prinsip arsitektur kemudian dijelaskan secara detail, termasuk alasan dan implikasi. Berdasarkan kandidat prinsip-prinsip bisnis. 4. Mengklasifikasikan prinsip-prinsip arsitektur ke dalam empat dimensi. Berdasarkan Open Group (2011), prinsip-prinsip arsitektur terbagi ke dalam prinsip bisnis, prinsip data, prinsip aplikasi, dan prinsip teknologi. Template yang direkomendasikan oleh Open Group (2011) dalam menuliskan prinsip-prinsip arsitektur dapat dilihat pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Template Penulisan Prinsip-prinsip Arsitektur Nama (nama) Merepresentasikan esensi dari aturan dan mudah diingat. Platform teknologi spesifik sebaiknya tidak disebutkan pada nama atau pernyataan prinsip. Hindari penggunaan kata-kata yang ambigu pada nama dan pernyataan Statement Menjelaskan aturan-aturan fundamental yang jelas, ringkas, (pernyataan) dan tidak ambigu. Rationale (alasan) Bagian ini menjelaskan keuntungan yang didapat bisnis dengan menerapkan prinsip. Implication Bagian ini menekankan requirements, baik bagi bisnis dan TI (implikasi) dalam melaksanakan prinsip dalam hal sumber daya, biaya, dan aktivitas. Dampak terhadap bisnis dan konsekuensi dari menerapkan prinsip harus dinyatakan dengan jelas. Prinsip-prinsip arsitektur yang telah disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Bisnis Prinsip 1 Nama Mendukung Tujuan Strategis Organisasi. Pernyataan Sistem pengelolaan jaringan harus mampu mendukung tujuan strategis Direktorat Operation. Alasan Direktorat Operation berperan penting dalam menjaga kualitas jaringan. Pengelolaan informasi terkait kualitas jaringan akan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 70 menentukan strategi peningkatan kualitas jaringan, layanan, dan arah perkembangan perusahaan. Implikasi 1) Pengelolaan informasi pada sistem pengelolaan jaringan harus dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan. 2) Pengelolaan informasi pada sistem pengelolaan jaringan harus memberikan informasi strategis yang dibutuhkan agar perusahaan dapat menentukan arah kebijakan dengan landasan informasi yang kuat. Prinsip 2 Nama Pengelolaan TI Sistem Pengelolaan Jaringan. Pernyataan Pengelolaan teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan dikembangkan dan dioperasikan oleh direktorat Operation untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Alasan Pengelolaan TI untuk sistem pengelolaan jaringan membutuhkan pengetahuan yang erat kaitannya dengan jaringan dan kegiatan operasional. Pengelolaan TI untuk sistem pengelolaan jaringan harus terpisah dari pengelolaan TI untuk kebutuhan back office, hal ini ditujukan agar jika terjadi gangguan pada sistem TI back office tidak akan mengganggu performansi layanan. Implikasi: 1) Direktorat Operation harus memiliki kompetensi berbasis sistem informasi. 2) Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan harus memperhatikan fungsifungsi pengelolaan jaringan yang sudah ditentukan. 3) Merancang model data, aplikasi, dan teknologi untuk mendukung kegiatan operasional jaringan. 2. Prinsip Data Prinsip 3 Nama Akurasi Data Pernyataan Data adalah basis pengambilan keputusan, oleh karena itu Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 71 agar keputusan yang diambil tepat, maka data yang digunakan harus akurat. Alasan Data akan diolah menjadi informasi yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan. Data yang tidak akurat akan menghasilkan informasi yang tidak akurat, hal ini menyebabkan pengambilan keputusan menjadi tidak tepat. Implikasi 1) Perlu adanya mekanisme agar data terkait aktivitasaktivitas di lapangan segera disimpan. Hal ini diperlukan agar tidak ada aktivitas yang luput dari pencatatan. 2) Perlu adanya sistem masukan data yang dapat diakses oleh stakeholders setiap saat. 3) Perlu adanya sistem pengelolaan data yang dilengkapi dengan kemampuan untuk mencegah kesalahan dalam pemasukan data. Prinsip 4 Nama Berbagi Data Pernyataan Data dapat diakses oleh pengguna untuk menyelesaikan tugas nya. Data akan disimpan dalam satu sumber dan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh unit dalam perusahaan. Alasan Data yang disimpan dalam satu sumber akan membuat biaya pengelolaan data menjadi lebih efisien. Sumber data yang sama akan menyebabkan semua unit menggunakan data yang sama sehingga sinergi antar unit bisnis lebih efektif. Pengambilan keputusan yang melibatkan lebih dari satu unit bisnis menjadi lebih akurat, karena tidak ada perbedaan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Implikasi 1) Perlu adanya kebijakan, prosedur, dan standar tata kelola pengelolaan dan akses data baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. 2) Perlu adanya pembuatan standar model data, elemen data, dan metadata lainnya dan mengembangkan sistem Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 72 penyimpanan metadata tersebut agar dapat diakses oleh setiap unit yang berhak. 3) Prinsip berbagi data akan tarik menarik dengan keamanan data, tanpa adanya prosedur keamanan yang baik, data rahasia yang dibagi akan mungkin disalah gunakan. 4) Perlu dibangun budaya yang peduli terhadap pentingnya nilai data. 5) Perlu adanya investasi yang digunakan untuk melakukan migrasi data dari sistem legacy ke sistem berbagi data. 6) Untuk kebutuhan jangka panjang, perlu dibangun dan didorong kebijakan akses data dan panduan yang akan digunakan ketika mengembangkan aplikasi baru. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa data pada aplikasi baru tetap dapat diakses oleh shared environment dan data yang ada pada shared environment dapat terus digunakan oleh aplikasi-aplikasi baru. Prinsip 5 Nama Keamanan Data Pernyataan Data harus dijaga dari penggunaan yang tidak berhak. Data juga harus dijamin tidak dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang dapat mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Alasan Data adalah sumber informasi yang akan digunakan untuk menentukan arah dan strategi perusahaan. Data yang bersifat rahasia harus dijaga agar tidak tersebar sampai ke tangan pesaing, sehingga mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Penyebarluasan informasi melalui suatu mekanisme harus seimbang dengan kebutuhan untuk menjaga ketersediaan informasi yang bersifat rahasia dan sensitif. Implikasi 1) Adanya sentralisasi penyimpanan data baik yang bersifat rahasia maupun tidak, akan menciptakan sebuat target Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 73 besar, oleh sebab itu perlu adanya peninjauaan dan prosedur de-klasifikasi untuk memelihara kontrol yang tepat. 2) Dalam rangka menyediakan akses yang cukup terhadap informasi yang bersifat terbuka, di saat yang sama harus memelihara informasi yang aman, kebutuhan akan keamanan harus diidentifikasi dan dikembangkan pada level data. 3) Perlu adanya kebijakan penentuan klasifikasi informasi. 4) Perlu adanya kebijakan priviledge akses terhadap informasi, seperti, read only, read dan write atau tidak dapat dilihat sama sekali. Prinsip 6 Nama Konsistensi Data Pernyataan Data harus didefinisikan secara konsisten di seluruh perusahaan, definisi harus dapat dipahami dan dapat disebarkan ke seluruh pengguna. Alasan Data yang akan digunakan dalam pengembangan aplikasi harus memiliki definisi yang sama di seluruh kantor pusat untuk menjamin terlaksananya berbagi data. Vocabulary yang sama akan memfasilitasi komunikasi dan membuat dialog menjadi lebih efektif, hal ini diperlukan untuk menjadikan interface antar sistem dan pertukaran data. Implikasi 1) Perusahaan harus membuat vocabulary dasar yang umum untuk kebutuhan bisnis. Definisi akan digunakan secara seragam di seluruh perusahaan. 2) Kapanpun definisi baru diperlukan maka upaya untuk menentukan definisi akan dikoordinasikan dan direkonsiliasikan dengan glossary korporat. 3) Inisiatif standarisasi berbagai data perlu dikoordinasikan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 74 4) Perlu ditetapkan penanggung jawab fungsi data administrator. 3. Prinsip Aplikasi Prinsip 7 Nama Mudah untuk digunakan Pernyataan Aplikasi mudah untuk digunakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya, hal ini membuat pegawai baru dapat dengan cepat berkontribusi. Kemudahan penggunaan juga dapat membuat karyawan lebih fokus terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Alasan Aplikasi yang sulit untuk digunakan dapat membuat karyawan membutuhkan effort lebih untuk melaksanakan pekerjaan. Hal ini membuat karyawan menjadi tidak maksimal dalam bekerja. Dengan aplikasi yang sulit digunakan akan membutuhkan masa belajar yang lebih lama, hal ini membuat produktivitas menjadi terhambat. Sistem yang mudah digunakan akan membuat kesalahan dalam penggunaan lebih rendah. Implikasi 1) Pengembangan aplikasi perlu melibatkan pengguna. 2) Pengembangan aplikasi harus dapat membantu pengguna secara cepat dan tepat menyelesaikan pekerjaan. Prinsip 8 Nama Independen terhadap teknologi Pernyataan Aplikasi harus berjalan pada berbagai platform teknologi. Aplikasi tidak bergantung pada pilihan teknologi khusus. Alasan Aplikasi yang independen terhadap platform teknologi tertentu akan membuat pengembangan, upgrade, dan operasional dengan efektif dan efisien. Aplikasi tidak bergantung pada sistem operasi atau perangkat keras tertentu. Implikasi 1) Prinsip ini membutuhkan standarisasi yang mendukung Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 75 aspek portabilitas dalam pengembangan aplikasi. 2) Perlu dikembangkan sub sistem yang dapat menjadi antar muka bagi aplikasi legacy agar dapat berfungsi dengan aplikasi dan operating environment yang dikembangkan di bawah arsitektur enterprise. 3) Perlu dikembangkan suatu middleware untuk memisahkan aplikasi dari solusi perangkat lunak yang bersifat khusus 4. Prinsip Teknologi Prinsip 9 Nama Interoperabilitas Pernyataan Perangkat keras dan perangkat lunak yang dipilih harus sesuai dengan standar yang menjamin interoperabilitas bagi data, aplikasi, dan teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak yang dipilih juga harus mendukung interoperatbilitas antara infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan dengan infrastruktur komunikasi data yang dimiliki perusahaan. Alasan Standarisasi akan menciptakan konsistensi yang dapat meningkatkan kemampuan untuk mengelola sistem dan kepuasan pengguna. Interoperabilitas perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dengan infrastruktur jaringan komunikasi data akan membuat pengelolaan jaringan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menciptakan sistem pengelolaan jaringan yang dapat meningkatkan kualitas dan performansi jaringan. Implikasi 1) Standar-standar interoperabilitas dan standar industri akan diikuti, kecuali jika terdapat kebutuhan bisnis yang menyebabkan solusi non-standard digunakan. 2) Perlu diciptakan sebuah proses bisnis untuk membuat, melakukan peninjauan, dan merevisi standar secara Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 76 berkala dan menjamin pengecualian. 3) Infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan existing harus diidentifikasi dan didokumentasikan. Prinsip 10 Name Berdasar Pada Kebutuhan Pernyataan Pengadaan teknologi informasi untuk sistem pengelolaan jaringan harus didasarkan pada kebutuhan bisnis. Alasan Prinsip ini akan mendorong pengembangan dan perubahan pada infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan berdasar pada kebutuhan, bukan sebaliknya, yaitu sistem pengelolaan yang berubah karena adanya perubahan pada infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. Implikasi 1) Pengembangan dan perubahan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan hanya akan dilakukan jika ada kebutuhan bisnis yang jelas. 2) Prosedur pengembangan dan permohonan perubahan infrastruktur TI perlu dibuat dan diimplementasikan. 3) Proses permohonan perubahan perlu dipastikan agar tidak mengurangi kecepatan perubahan dalam memenuhi kebutuhan bisnis. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjaga agar pengembangan dan perubahan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan lebih fokus pada kebutuhan bisnis. 5.3 Perancangan Visi Arsitektur Bagian ini akan menjelaskan visi arsitektur yang dirancang untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Visi arsitektur dirancang berdasarkan kebutuhan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan para stakeholder. Fungsi-fungsi pengelolaan jaringan yang dapat meningkatkan performansi digambarkan dalam visi arsitektur pengelolaan jaringan yang ingin dibangun. Visi arsitektur ditunjukan pada Gambar 5.2. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 77 Implementation Dept. Perencanaan layanan Perangkat terpasang Security Management Konfigurasi dan parameter jaringan Trend pemakaian kapasitas Pengguna Log sistem infrastruktur Configuration Inventory Utilized resource Planning and Engineering Dept. NMS Dept Parameter kualitas Tren performansi Network element Alarm jaringan Performance Management Fault correction report Fault Management Perubahan konfigurasi Performansi Operasional Tindakan pemeliharaan Dan perbaikan Tren performansi layanan COO Tiket Status penanganan Tekonologi terpilih Service and Quality Management Dept. Gambar 5.2 Visi Arsitektur Pengelolaan Jaringan Visi arsitektur yang diusulkan melibatkan lima fungsi pengelolaan jaringan, yaitu fault management, performance management, accounting management, configuration management dan security management. Lima fungsi pengelolaan tersebut didapatkan dari data hasil wawancara dengan para stakeholder. Pada accounting management, visi yang diharapkan adalah adanya sistem informasi utilized resource, yaitu utilisasi pemakaian sumber daya, mulai dari sumber daya kapasitas jaringan sampai sumber daya perangkat produksi. Informasi ini akan digunakan oleh departemen Planning and Engineering dalam mengelola kapasitas. Selain itu, informasi tren performansi network element juga dihasilkan, untuk digunakan oleh departemen Planning and Engineering dalam melakukan perencanaan dan pengembangan jaringan kedepan. Departemen Implementation akan mendapatkan informasi perencanaan layanan terkait proses pasang baru yang akan dilakukan. Setelah proses pasang baru selesai, tim Implementation akan menyimpan informasi perangkat terpasang, konfigurasi, dan parameter jaringan pada configuration inventory. Parameter jaringan terpasang akan digunakan sebagai parameter awal dalam pengelolaan fault, jika terjadi penurunan parameter jaringan maka notifikasi alarm jaringan akan dikirimkan ke tim NMS. Penurunan parameter ini akan ditindaklanjuti oleh departemen Service and Quality Management. Seluruh informasi terkait aktivitas Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 78 pemeliharaan dan perbaikan akan disimpan, jika dalam proses pemeliharaan dan perbaikan terjadi perubahan konfigurasi maka configuration inventory akan diperbarui. Hal ini dilakukan untuk memastikan sistem menyimpan informasi konfigurasi jaringan terbaru. Informasi terkait pemeliharaan dan perbaikan terhadap fault yang terjadi akan dikirimkan ke performance management. Informasi ini akan dianalisis untuk mengasilkan tren performasi layanan, tren performansi network element, dan pelaporan performansi operasional secara keseluruhan. Informasi tren performansi layanan akan digunakan oleh departemen Service and Quality Management untuk melakukan improvement. Informasi tren performansi network element akan digunakan oleh departemen Planning and Engineering untuk melakukan perencanaan dan pengembangan teknologi jaringan dalam rangka melakukan peningkatan kualitas layanan. Berdasarkan visi arsitektur yang telah disusun, maka performansi layanan dapat ditingkatkan dengan menerapkan: 1) Fault management untuk mengurangi downtime, mengurangi waktu pengecekan gangguan, dan menyediakan pelaporan penanganan gangguan. 2) Configuration management untuk mengontrol parameter network element dan membantu dalam melakukan pemonitoran jaringan. 3) Performance management dapat membuat perusahaan dapat memprediksi performansi layanan. Hal ini menyebabkan tindakan preventive maintenance dapat segera dilakukan sebelum terjadi gangguan. 4) Security management membuat jaringan menjadi lebih aman, sehingga terhindar dari ancaman yang dapat mengganggu performansi layanan. 5) Utilized resource dapat digunakan untuk melaporkan tren pemakaian kapasitas, hal ini akan mencegah terjadinya gangguan yang disebabkan karena jaringan yang over load. 5.4 Fase Business Architecture Pada tahap ini akan dirancang arsitektur bisnis berdasarkan kebutuhan yang didapat dari hasil wawancara dan observasi, yang dilakukan terhadap fungsifungsi yang ada di direktorat Operation dalam menerapkan pengelolaan jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 79 Keluaran dari fase ini adalah diagram business footprint, diagram dekomposisi proses, dan matriks interaksi bisnis. 5.4.1 Diagram Business Footprint Diagram business footprint menunjukan hubungan antara sasaran bisnis, unit-unit dalam organisasi, fungsi-fungsi bisnis, dan pemetaan hubungan fungsi-fungsi bisnis tersebut. Diagram business footprint untuk sistem pengelolaan jaringan dapat dilihat pada Gambar 5.3 COO Goal Memberikan Pelayanan beyond expectation Operation Directorate Goal Meningkatkan availability dan performansi jaringan Proses Perencanaan dan optimalisasi jaringan Planning and Engineering Fungsi CM: Service Planning and Engineering Implementation Dept. Service and Quality Management Fungsi AM: Usage Management Fungsi CM: Provisioning Fungsi FM : Testing Proses implementasi Fungsi CM - Installation NMS Dept Fungsi CM: Network Planning and Engineering Proses Pengelolaan jaringan Proses pengelolaan layanan dan kualitas Fungsi FM Fault detection and localization Fungsi FM : Fault Correction Fungsi FM Trouble Administration Fungsi PM Performance analyisis Fungsi FM Alarm Surveilance Fungsi Security Management Fungsi PM Performance monitoring Gambar 5.3 Business Footprint Fungsi bisnis yang ada pada business footprint dirancang berdasarkan fungsifungsi pengelolaan FCAPS. Pengelolaan jaringan dilakukan sejak proses perencanaan, pasang baru, sampai proses pemeliharaan dan perbaikan. Penjelasan diagram business footprint tersebut ditunjukan pada Tabel 5.6. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 80 Tabel 5.6 Fungsi Bisnis Departmen Fungsi Planning and Engineering Service Planning Penjelasan Fungsi Perencanaan dalam membangun layanan untuk pelanggan. Perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan pelanggan dan identifikasi perangkat dan fitur yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Network Planning and Engineering Network planning and Engineering menjalankan fungsi yang berhubungan dengan kebutuhan peningkatan kapasitas dan pengenalan teknologi baru. Perencanaan melibatkan evaluasi dari berbagai alternatif, dan setiap alternatif yang terpilih harus dimasukan ke dalam database yang akan membantu fungsi provisioning. Usage Management Fungsi ini akan mengelola penggunaan sumber daya, informasi yang dihasilkan akan digunakan untuk menentukan langkah yang akan dilakukan untuk mengelola kapasitas. Implementation Installation Installation adalah tahap selanjutnya setelah proses perencanaan layanan mencakup penjadwalan perangkat lunak dan dilakukan. instalasi, perangkat Fungsi ini pengelolaan keras yang diperlukan, pemonitoran proses instalasi, dan pelaporan proses dan kualitas instalasi. Provisioning Provisioning adalah kegiatan untuk mengaktifkan perangkat keras maupun perangkat lunak sampai layanan siap digunakan. Status perangkat (inservice, out of service, standby, reserved) dan pemilihan parameter dikontrol melalui fungsi provisioning. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 81 Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan) Departmen Fungsi Penjelasan Fungsi Implementation Testing Fungsi ini dilakukan untuk memastikan bahwa layanan sesuai dengan standar operasional, dan siap digunakan oleh pelanggan. Setiap testing yang dilakukan akan dilaporkan kepada pihak terkait. Delivery Management Fungsi ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses implementasi mencapai target waktu. Selain itu, fungsi ini juga memastikan semua aktivitas implementasi dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan, setiap aktivitas pasang baru permohonan harus pasang tercatat, baru mulai masuk, dari sampai jaringan siap operasional. Network Managemnt Services (NMS) Fault Detection and Localization Fungsi ini berkaitan monitoring jaringan erat yang dengan tugas dilakukan oleh departemen NMS. Pendeteksian setiap alarm yang terjadi pada jaringan, baik jaringan pelanggan mupun core dilakukan oleh fungsi ini. Setelah alarm terdeteksi, maka selanjutnya adalah mencari potensi akar masalah melalui fungsi fault localization. Informasi fault detection and localization akan dilanjutkan ke fungsi fault correction untuk diatasi. Trouble Administration Trouble administration adalah fungsi pengelolaan trouble ticket yang dihasilkan dari laporan pelanggan dan sistem proactive failure detection. Fungsi ini membantu fungsi fault correction dalam rangka melakukan investigasi dan perbaikan layanan terganggu. Fungsi trouble administration akan mencatat seluruh proses penanganan gangguan yang dilakukan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 82 Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan) Departmen Fungsi Network Managemnt Trouble Services (NMS) Administration Penjelasan Fungsi Fungsi ini juga menyediakan akses terhadap informasi perubahan status dan progress perbaikan yang dilakukan. Pelaporan terhadap setiap fault yang sudah selesai ditangani dikelola oleh fungsi ini. Fungsi Alarm Surveillance Pengelolaan jaringan harus memiliki kemampuan untuk melakukan pemonitoran setiap alarm yang terjadi pada network element secara real time. Alarm yang terjadi didefinisikan nature dan severity-nya. Informasi alarm kemudian dilaporkan pada saat kejadian, dan kemudian disimpan untuk kebutuhan analisis di masa yang akan datang. Fungsi Security Management Fungsi ini terdiri dari otentikasi, access control, kerahasiaan data, integritas data, dan non-repudiation, yang akan dimanfaatkan pihak internal dan eksternal ketika berinteraksi dengan sistem. Service and Quality Fault Correction Management Fault correction fokus pada perbaikan dari setiap fault dan kontrol terhadap prosedur yang menggunakan sumber daya redundant untuk mengganti perangkat atau fasilitas yang rusak. Fungsi ini mencakup pengelolaan terhadap proses perbaikan, termasuk pengelolaan sumber daya yang digunakan, MTTR, penjadwalan perbaikan, restorasi otomatis, redundancy, dan pelaporan kegiatan perbaikan yang telah dilakukan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 83 Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan) Departmen Fungsi Service and Quality Performance Management Monitoring Penjelasan Fungsi Performance monitoring mencakup kegiatan pengumpulan data performansi yang dilakukan secara terus menerus. Tujuan dari performance monitoring adalah untuk mengukur kualitas secara keseluruhan melalui pemonitoran terhadap parameter untuk mendeteksi adanya degradasi. Selain itu, fungsi ini juga bertujuan untuk mendeteksi pola karakteristik penurunan kualitas sebelum kualitas jatuh di bawah nilai yang diperbolehkan (threshold level). Fungsi ini mencakup pemonitoran performansi, keterkaitan antar event, event filtering, agregasi data dan informasi tren, pengumpulan data untuk circuit tertentu, analisis tren performansi network element, peringatan penurunan performansi di bawah threshold, dan pelaporan data performansi. Performance analysis Semua data performansi yang didapat dari fault correction dan performance monitoring dianalisis untuk mengevaluasi tingkat performansi setiap network entity. Performance analysis menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan, karakteristik layanan pelanggan, karakteristik performansi network element, karaktersitik traffic, karaktersitik pertumbuhan kapasitas, dan prediksi pertumbuhan traffic. Pada tabel 5.6 kita dapat melihat rancangan business footprint yang menjelaskan pemetaan unit bisnis dan fungsi bisnis yang dijalankan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 84 5.4.2 Diagram Dekomposisi Proses Pada diagram dekomposisi proses akan dijelaskan proses bisnis yang ada saat ini, identifikasi masalah pada proses bisnis awal, dan proses bisnis yang diusulkan. 5.4.2.1 Proses bisnis Awal Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap proses bisnis pengelolaan jaringan yang sudah ada saat ini. Pengelolaan jaringan dimulai dari perencanaan layanan, pasang baru, pemonitoran, pemeliharaan dan perbaikan, dan perencanaan dan pengembangan jaringan. Gambar proses bisnis pengelolaan jaringan dapat dilihat pada Gambar 5.4 Gambar 5.4 Proses Pengelolaan Jaringan Penjelasan diagram di atas adalah sebagai berikut 1) Departemen Planning and Engineering akan melakukan perencanaan layanan setelah kebutuhan pelanggan disampaikan oleh tim Commerce melalui form pasang baru. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 85 2) Selanjutnya, pasang baru akan dilakukan oleh departemen Implementation sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. 3) Proses pemonitoran terhadap jaringan kemudian dilakukan departemen Network Management Service, setelah dokumen Network Activation Form (NAF) diserahkan oleh departmen Implementation. 4) Departemen NMS akan meneruskan informasi fault yang terdeteksi pada kegiatan pemonitoran kepada departemen Service and Quality Management untuk diperbaiki. 5) Departemen Service and Quality Management akan melakukan perbaikan sesuai dengan hasil identifikasi fault yang dilakukan oleh departemen NMS. 6) Seluruh informasi terkait event log dan trouble ticket log setiap akhir bulan akan dikumpulkan oleh departemen NMS dan kemudian diserahkan kepada departemen Service and Quality Management untuk dianilisis. Informasi yang dihasilkan dari analisis performansi kemudian diserahkan kepada departemen Planning and Engineering. Informasi tersebut akan menjadi dasar untuk dilakukannya perencanaan dan pengembangan jaringan AJN ke depan. 5.4.2.2 Dekomposisi Proses bisnis Awal Pada bagian ini akan dijelaskan dekomposisi proses bisnis awal pada proses pasang baru, pemeliharaan dan perbaikan, dan pengelolaan kualitas layanan. 5. Pasang Baru Proses pasang baru diawali dengan kegiatan survey, untuk melihat apakah lokasi pelanggan berada di dalam coverage jaringan PT AJN Solusindo atau tidak. Jika jaringan berada dalam coverage, maka proses dilanjutkan dengan instalasi perangkat AJN. Instalasi jaringan pihak-3 dilakukan apabila lokasi pelanggan tidak berada di dalam coverage jaringan AJN. Provisioning dilakukan oleh departemen Network Management Services untuk mengaktifkan layanan-layanan logic pada jaringan AJN sampai layanan siap digunakan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 86 Setelah instalasi dan provisioning selesai, selanjutnya dilakukan pengujian, tujuannya untuk melihat apakah kualitas jaringan yang terpasang sudah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan atau tidak. Tahap akhir dari proses pasang baru ini adalah integrasi antara jaringan AJN dengan jaringan lokal atau perangkat pelanggan. Gambar 5.5 Proses Bisnis Pasang Baru Pada proses pasang baru, dokumen berita acara akan dikeluarkan di setiap akhir dari setiap sub proses. Berita acara ini akan digunakan sebagai dokumentasi dari setiap sub proses yang dilakukan. Berita acara yang diterbitkan di antaranya Berita Acara Survey, Berita Acara Layak Operasional yang akan diberikan oleh departemen implementasi ke departemen Service and Quality Management, dan Network Activation Form (NAF) yang diserahkan oleh departemen Implementation ke Depertemen NMS. 6. Pemeliharaan dan Perbaikan Proses bisnis yang dianalisis selanjutnya adalah kegiatan operasional yang meliputi proses bisnis penanganan gangguan dan pemonitoran performansi layanan. Proses penanganan gangguan melibatkan dua departemen, yaitu departemen NMS dan departemen Service and Quality Management. Proses penanganan gangguaan dapat dilihat pada Gambar 5.6 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 87 Gambar 5.6 Proses Bisnis Penanganan Gangguan Penjelasan dari proses bisnis penanganan gangguan adalah sebagai berikut: 1) Pelanggan pertama kali akan melaporkan terjadinya gangguan kepada NOC di departemen NMS. 2) NOC menerima gangguan dan langsung membuat tiket aduan, tiket aduan disimpan di database sistem OSS. 3) Setelah tiket dibuat status tiket adalah 1st level, tim NOC akan melakukan 1st level handling, jika gangguan selesai, maka NOC akan melakukan closing tiket dan mengirimkan notifikasi kepada pelanggan bahwa gangguant telah selesai ditangani. Closing tiket yang dilakukan memasukan data penyebab gangguan dan solusi yang dilakukan. Apabila 1st level handling tidak menyelesaikan masalah, maka penanganan ganguan dilanjutkan dengan 2nd level handling. 4) Status tiket pada titik proses ini adalah 2nd level. 2nd level handling adalah penanganan gangguan dengan melakukan pengecekan konfigurasi dan parameter logic jaringan pada Network Management System (NMS). NOC akan melakukan closing tiket jika gangguan berhasil ditangani pada tahap ini, jika tidak gangguan akan diteruskan ke tim Service and Quality untuk ditindak lanjuti. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 88 5) Pada proses ini status tiket berubah menjadi penanganan segmen atau penanganan aplikasi. Penanganan gangguan akan dilanjutkan oleh tim Service and Quality Management. Apabila dalam waktu satu jam gangguan tidak selesai, maka petugas akan melakukan update status penanganan dan melakukan eskalasi ke Senior Engineer. 6) Selanjutnya, setelah tim Service and Quality Management menyelesaikan penanganan gangguan, maka tiket akan kembali dikirimkan ke NOC untuk diverifikasi. 7) Pada titik proses ini status tiket menjadi 2nd level. NOC akan melakukan pengecekan konfigurasi dan parameter jaringan pada NMS, dan jika status jaringan sudah normal kembali, NOC akan melakukan closing tiket, jika tidak gangguan akan dikembalikan ke tim Service and Quality. 7. Pengelolaan Kualitas Layanan Proses bisnis yang dianalisis selanjutnya adalah pengelolaan performansi layanan, proses bisnis dapat dilihat pada Gambar 5.7 Gambar 5.7 Proses Bisnis Pengelolaan Performansi Layanan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 89 Proses bisnis ini menjadi tanggung jawab dari departemen Service and Quality Management dan Network Management Services. Penjelasan dari proses pengelolaan layanan adalah sebagai berikut: 1) Departmen NMS akan melakukan rekapitulasi data: a. Event log yaitu data gangguan yang langsung diperoleh dari perangkat jaringan telekomunikasi. b. Trouble ticket log, yaitu data tiket penanganan gangguan. 2) Departemen NMS akan mengirimkan data-data yang sudah didapat ke departemen Service and Quality Management. 3) Data event log dan trouble ticket log akan dianalisis oleh departemen Service and Quality Management untuk menentukan pencapaian tingkat layanan dan tren performansi network element. Laporan performansi akan dikirimkan ke departemen Planning and Engineering dan Direktur. 4) Departemen Planning and Engineering akan menerima data laporan performansi network element, dari data tersebut, akan ditentukan perencanaan dan pengembangan jaringan kedepan. 5.4.2.3 Identifikasi Masalah Pada Proses bisnis Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dan observasi terhadap proses bisnis organisasi, maka permasalahan yang teridentifikasi pada proses bisnis existing dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis Proses Pasang Baru Aktivitas Survey Instalasi Integrasi Masalah Aktivitas proses pasang baru tidak diketahui. Pencatatan proses pasang baru dilakukan manual oleh masing-masing petugas, hal ini membuat informasi aktivitas proses sulit diketahui. Instalasi Pengunaan aset dan kapasitas tidak termonitor secara cepat. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 90 Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan) Proses Aktivitas Pasang Baru Instalasi Masalah Data-data terkait proses instalasi disimpan dalam bentuk dokumen, hal ini menyebabkan pemonitoran terhadap kapasitas dan perangkat terpasang tidak dapat dilakukan secara real time. Aktivasi Tidak semua network element termonitor dari NMS. Parameter jaringan terpasang ditulis dalam dokumen hardcopy Network Activation Form (NAF). Dokumen diselesaikan NAF menyebabkan yang lama jaringan tidak dimasukan ke sistem ProNMS. Integrasi Penurunan kualitas dan perubahan konfigurasi dari kondisi awal (baseline) tidak dapat dimonitor dari waktu ke waktu Konfigurasi dan parameter jaringan terpasang ditulis dalam dokumen BA Layak Operasional. Parameter awal yang tercantum pada BA Layak Operasional tidak disimpan dalam sebuah sistem yang bisa diakses kapan saja, hal ini menyebabkan performansi tidak dapati dimonitor dari waktu ke waktu. Konfigurasi jaringan memperlihatkan topologi jaringan dan perangkat yang terpasang di lokasi pelanggan. Pemeliharaan Perbaikan dan Membuat tiket Penanganan gangguan tidak responsif Tiket dibuat berdasarkan aduan dari pelanggan, hal ini membuat tim Operation tidak dapat melakukan penanganan secara proaktif. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 91 Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan) Proses Pemeliharaan Aktivitas dan Perbaikan Menangani gangguan Masalah Penyelesaian waktu gangguan lama. Penanganan gangguan dilakukan setelah tim NOC melakukan pembuatan tiket dan identifikasi parameter jaringan setelah aduan diterima. Hal ini membuat proses penanganan gangguan menjadi lama, karena ada durasi antara gangguan yang dirasakan pelanggan dengan penanganan yang dilakukan. Identifikasi parameter, data teknis, dan pecatatan tiket dilakukan oleh sistem yang berbeda-beda dan memiliki database sendiri-sendiri. Data teknis pelanggan terganggu disimpan dalam database data potensi. Inkonsistensi data antara data OSS, ProNMS, dan Data Potensi dapat memperlambat penanganan gangguan. Melakukan closing Pelanggan gangguan tidak mengetahui status penanganan gangguan secara cepat. Pelanggan tidak mengetahui secara real time mengenai status penanganan gangguan yang dilakukan. Pelanggan baru mengetahuinya setelah gangguan selesai diperbaiki. Pengelolaan kualitas Melakukan analisis Analisis performansi layanan berjalan layanan Performansi lambat Data masih masih harus diunduh dan diolah secara manual sebelum data siap digunakan oleh departemen Service and Quality Management. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 92 Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan) Proses Aktivitas Masalah Pengelolaan Melakukan analisis Analisis performansi dilakukan secara performansi layanan Performansi manual dengan melakukan rekonsiliasi data event log dan data trouble ticket log. Inkonsistensi struktur data membuat rekonsiliasi tidak bisa dilakukan secara cepat. Laporan performansi disampaikan kepada Direktur setelah analisis performansi selesai dilakukan. Karena proses yang dilakukan bersifat batch dan manual, perusahaan tidak dapat melakukan antisipasi lebih awal untuk memperbaiki performansi layanan. Perancangan dan Perancangan dan pengembangan teknologi pengembangan baru terlambat. jaringan Perancangan dan pengembangan dilakukan setelah laporan performansi selesai dilakukan. Masalah yang muncul adalah, perencanaan dan pengembangan menjadi lambat dalam mengantisipasi performansi network element yang rendah. Dampak sudah dirasakan oleh pelanggan sebelum perbaikan dilakukan. Padata Tabel 5.7 masalah pada proses bisnis yang teridintifikasi terdapat pada pengelolaan jaringan. Tabel 5.7 juga memperlihatkan masalah yang dihadapi untuk setiap aktivitas. 5.4.2.4 Strategi Business Process Redesign Berdasarkan masalah yang identifikasi solusi untuk perbaikan proses bisnis ditunjukan pada Tabel 5.8 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 93 Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis Masalah Tolak Ukur Aktivitas proses Sasaran Perbaikan pasang Waktu antara proses Penyediaan baru tidak diketahui informasi aktivitas yang dilakukan proses pasang baru. (Vitrify) dengan informasi status pasang baru diketahui stakeholder Pengunaan asset dan Jumlah sumber daya Menyimpan dokumentasi ke kapasitas tidak termonitor yang digunakan pada dalam database yang dapat diakses secara cepat. proses pasang baru oleh semua stakeholder. (Digitize and Propagate) Tidak semua network Jumlah network element tidak termonitor element dari NMS. Penyediaan proses yang memudahkan termonitor oleh NMS informasi yang penyimpanan network element. (Digitize and Propagate) Penurunan kualitas dan Kesenjangan antara Penyediaan perubahan konfigurasi dari parameter kondisi awal (baseline) waktu ke waktu tentang awal kofigurasi dan parameter awal yang dengan kondisi dapat tidak dapat dimonitor dari parameter informasi diakses secara cepat. jaringan (Digitize and Propagate). pada saat dimonitor Penyediaan sistem yang memberikan peringatan ketika terjadi penurunan performansi. (Sensitize). Penanganan tidak proaktif gangguan Waktu dari gangguan sampai sejak Penyederhanaan proses pembuatan terjadi trouble ticket (Loose wait) keluhan pelangan ditangani Trouble ticket langsung dibuat secara otomatis ketika terjadi fault pada jaringan. Pengananan gangguan langsung dilakukan bisa tanpa menunggu keluhan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 94 Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis (Lanjutan) Masalah Penyelesaian waktu Tolak Ukur Sasaran Perbaikan Mean time to repair Minimasi pengecekan data yang gangguan lama. Pelanggan dilakukan secara manual. tidak Waktu mengetahui antara Penyediaan informasi penanganan status progress penanganan gangguan dapat dilihat pelanggan penanganan gangguan dilakukan secara cepat. dan setiap saat. informasi status (Vitrify) penanganan diketahui pelanggan. Analisis performansi Waktu antara tanggal Penyediaan proses yang mampu layanan berjalan lambat Perancangan terakhir dan berjalan pengembangan baru terlambat. bulan menghitung dan menampilkan SLA sampai secara otomatis dan cepat. teknologi informasi pencapaian (Analyze and synthesize) SLA diketahui. 5.4.2.5 Proses Bisnis Yang Diusulkan Berdasarkan strategi perbaikan proses bisnis yang sudah dipilih, maka langkah selanjutnya adalah merancang proses bisnis usulan. Gambar 5.8 menunjukan proses bisnis yang diusulkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 95 Gambar 5.8 Usulan Proses bisnis Penjelasan diagram di atas adalah sebagai berikut 1) Departemen Planning and Engineering akan melakukan perencanaan layanan setelah kebutuhan pelanggan yang dimasukan ke dalam sistem Delivery Management. 2) Selanjutnya, pasang baru akan dilakukan oleh departemen Implementation sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilakukan selama pasang baru, akan dimasukan ke dalam sistem Delivery Management. Setelah pasang baru selesai dilakukan, konfigurasi dan parameter jaringan akan disimpan ke dalam technical configuration inventory. 3) Setiap jaringan yang sudah melalui proses pasang baru, dapat dimonitor secara langsung oleh tim NMS. 4) Departemen NMS akan meneruskan informasi fault yang terdeteksi pada kegiatan pemonitoran departemen Service and Quality Management untuk diperbaiki. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 96 5) Departemen Service and Quality Management akan melakukan perbaikan sesuai dengan hasil identifikasi fault yang dilakukan oleh departemen NMS. 6) Pencatatan pemeliharaan dan perbaikan akan dilakukan secara langsung setelah aktivitas dilakukan. Informasi terkait aktivitas pemeliharaan dan perbaikan akan langsung diolah untuk melihat performansi layanan dari waktu ke waktu. 1) Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru Proses bisnis pasang baru yang diusulkan lebih menekankan pada penyediaan sistem informasi Delivery Management dan Technical Configuration Inventory. Diagram dekomposisi proses pasang baru yang dusulkan dapat dilihat pada Gambar 5.9 Gambar 5.9 Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru Seperti yang dapat kita lihat pada diagram dekomposisi proses pasang baru di atas, setiap aktivitas pada kegiatan pasang baru akan dicatat dan disimpan dalam sebuah database. Hal ini membuat status proses pasang baru dapat dimonitor secara real time. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 97 Technical Configuration Inventory digunakan untuk menyimpan informasi konfigurasi jaringan end to end dan parameter jaringan. Konfigurasi dan parameter jaringan akan digunakan sebagai baseline ketika jaringan sudah beroperasi. 2) Diagram Dekomposisi Penanganan gangguan Proses bisnis penanganan gangguan disusun berdasarkan solusi yang sudah disusun sebelumnya. Diagram dekomposisi proses dapat dilihat pada Gambar 5.10. Gambar 5.10 Diagram Dekomposisi Proses Penanganan Gangguan Pada proses bisnis penanganan gangguan yang diusulkan, perubahan terbesar ada pada aktivitas pembuatan trouble ticket, identifikasi jaringan terganggu , dan mengirimkan notifikasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan secara otomatis oleh sistem informasi. Hal ini membuat proses penanganan gangguan bersifat proaktif dan lebih cepat. Usulan redesign pada proses bisnis pengelolaan performansi selanjutnya akan ditunjukan oleh gambar 5.11 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 98 Gambar 5.11 Usulan Proses Bisnis Pengelolaan Performansi Data pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan oleh departemen Service and Quality Management akan disimpan dalam database NewProNMS. Data ini kemudian akan direkap, baik dampak pada layanan maupun penyebab dan solusi. Operation Dashboard akan secara real time melakukan analisis dan menampilkan tren performansi layanan dan network element. Tren performansi layanan akan dimonitor oleh tim Service and Quality Management dari waktu ke waktu, sehingga jika terjadi penurunan performansi layanan, antisipasi dapat segera dilakukan sebelum jaringan terganggu. Hal ini akan membuat layanan menjadi lebih handal. Tren performansi network element dapat dilihat dari seberapa sering network element tersebut menjadi penyebab gangguan. Analisis tren ini dilakukan secara real time oleh sistem. Tren performansi elemen jaringan akan ditampilkan secara online melalui Operation Dashboard. Tim Planning and Engineering akan dapat melihat performnsi elemen jaringan dari waktu ke waktu. Tren performansi elemen jaringan ini ajan dijadikan landasan oleh tim Planning and Engineering untuk melakukan perencanaan dan pengembangan jaringan AJN ke depan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 99 5.4.3 Matriks Interaksi Bisnis Matriks interaksi bisnis menggambarkan hubungan interaksi antar organisasi dan fungsi-fungsi bisnis dalam pengelolaan jaringan. Matriks interaksi bisnis dapat dilihat pada Tabel 5.9 Tabel 5.9 Matriks Interaksi Bisnis Menyediakan Layanan Bisnis Menggunakan Layanan Bisnis Planning and Engineering Implementation NMS Service and Quality Pelaporan sumber daya terpakai ï‚· Pelaporan tren performansi network element ï‚· Pelaporan tren performansi layanan NMS Pelaporan parameter jaringan Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan Service and Quality Pelaporan kualitas pasang baru Planning and Engineering Implementation Penyusunan perencanaan layanan ï‚· Pemonitoran jaringan ï‚· Pelaporan Hasil lokalisasi fault Pada Tabel 5.9 kita dapat melihat hubungan antara unit bisnis penyedia, unit bisnis pengguna, dan Layanan. Layanan yang berhasil teridentifikasi dari matriks interaksi bisnis dapat dilihat pada Tabel 5.10 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 100 Tabel 5.10 Daftar Layanan Kode Layanan Nama Layanan SVC1 Penyusuan perencanaan layanan. SVC2 Pelaporan sumber daya terpakai. SVC3 Pelaporan kualitas pasang baru. SVC4 Pemonitoran Jaringan. SVC5 Penyampaian Hasil lokalisasi fault. SVC6 Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan. SVC7 Pelaporan tren performansi network element. SVC8 Pelaporan tren performansi layanan. 5.4.4 Diagram Layanan / Informasi Diagram layanan / informasi menggambarkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung satu atau lebih layanan. Diagram ini juga menunjukan representasi awal dari informasi yang muncul pada arsitektur, yang akan menjadi dasar untuk melakukan elaborasi pada penyusunan arsitektur data. Diagram layanan / informasi dapat dilihat pada Gambar 5.12. ï‚· ï‚· Informasi kapasitas jaringan Informasi stock perangkat Penyusunan perencanaan layanan Instalasi dan provisioning Pelaporan sumberdaya terpakai ï‚· ï‚· ï‚· Hasil testing Instalasi fisik Parameter jaringan terpasang Pelaporan kulitas pasang baru Tingkat kerusakan network element Pelaporan tren performansi network element Pelaporan tren performansi layanan Availability jaringan pelangan Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan Tindakan perbaikan dan pemeliharaan Paramater setelah perbaikan Penyampaian hasil lokaslisasi fault Pemonitoran jaringan ï‚· Pelanggan terganggu ï‚· Alarm yang terdeteksi ï‚· Tindakan 1st level dan 2nd level Parameter kualitas jaringan acuan Parameter jaringan real time Gambar 5.12 Diagram Layanan / Informasi Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 101 Diagram layanan / informasi tersebut menunjukan interkasi antar layanan dan informasi yang diperlukan. Simbol elips menggambarkan proses, dan kotak biru menggambarkan informasi yang dibutuhkan. 5.4.5 Peran Rancangan Arsitektur Bisnis Baru Pada Tabel 5.6 kita dapat melihat rancangan business footprint yang dapat membantu meningkatkan performansi layanan. Peran setiap fungsi dalam meningkatkan performansi layanan dijelaskan sebagai berikut: a) Fungsi Configuration Management (CM): Service Planning, Network Planning And Engineering, Installation, Provisioning dapat membantu melakukan kontrol terhadap jaringan, menjaga kehandalan jaringan, dan menyediakan pelaporan proses implementasi. b) Fungsi Accounting Management (AM): Usage Management dapat membantu pelaporan tren pemakaian kapasitas, hal ini membuat utilisasi jaringan dapat diprediksi, sehingga gangguan yang disebabkan karena over load dapat dihindari. c) Fungsi Fault Management (FM): Fault Detection And Localization, Trouble Administration, Alarm Surveillance, Fault Correction dapat meningkatkan performansi layanan dengan cara mengurangi downtime, mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan gangguan, menjaga kehandalan jaringan, dan membantu pelaporan tren penyebab dan solusi penanganan gangguan. d) Fungsi Security Management (SM) dapat meningkatkan performansi layanan dengan cara meningkatkan keamanan jaringan. e) Fungsi Performance Management (PM) Performance Monitoring, dan Performance Analysis data meningkatkan performansi layanan dengan cara mengetahui dan memprediksi performansi jaringan, sehingga dengan mengetahui lebih dini, penurunan performansi dapat segera diperbaiki sebelum jaringan terganggu. Peran strategi redesign proses bisnis pada peningkatan performansi layanan adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 102 a) Penyediaan informasi aktivitas proses pasang baru (Vitrify), meningkatkan kemampuan sistem pengelolaan jaringan dalam menyediakan pelaporan kegiatan implementasi yang cepat dan akurat. b) Menyimpan dokumentasi sumber daya yang digunakan ke dalam database yang dapat diakses oleh semua stakeholder (digitize and propagate), akan mampu memprediksi tren penggunakan kapasitas dan utilisasi jaringan. Hal ini dapat mencegah gangguan yang disebabkan oleh traffic over load. c) Penyediaan proses yang memudahkan penyimpanan informasi network element (digitize and propagate) dapat membuat perusahaan untuk mengontrol semua network element yang terpasang. d) Penyediaan informasi tentang kofigurasi dan parameter awal yang dapat diakses secara cepat (digitize and propagate), membuat proses pemonitoran performansi lebih efektif. Setiap penurunan parameter jaringan dapat diketahui. e) Penyediaan sistem yang memberikan peringatan ketika terjadi penurunan performansi (sensitize). Sistem ini dapat melakukan prediksi performansi jaringan. f) Penyederhanaan proses pembuatan trouble ticket (loose wait) membuat gangguan lebih diketahui lebih cepat, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan. Hal ini dapat mengurangi waktu downtime yang dirasakan pelanggan. g) Penyediaan informasi penanganan gangguan dapat dilihat pelanggan setiap saat (vitrify) membuat mekanisme pelaporan penangan gangguan menjadi lebih cepat. h) Penyediaan proses yang mampu menghitung dan menampilkan SLA secara otomatis dan cepat (analyze and synthesize) membuat perusahaan mampu memprediksi pencapaian availability, sehingga tindakan antisipasi dapat segera dilakukan. 5.5 Fase Arsitektur Sistem Informasi Fase arsitektur sistem informasi terbagi menjadi dua, yaitu arsitektur aplikasi dan arsitektur data. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 103 5.5.1 Arsitektur Aplikasi Perancangan arsitektur aplikasi dimulai dengan melakukan analisis terhadap arsitektur apalikasi yang ada saat ini, kemudian dilanjutkan dengan perancangan arsitektur aplikasi yang dibutuhkan. Perancangan aplikasi yang dibutuhkan diawali dengan pemetaan proses bisnis terhadap layanan, model interaksi layanan, dan identifikasi aplikasi yang dibutuhkan. a) Arsitektur Aplikasi Saat Ini Perancangan arsitektur diawali dengan analisis terhadap aplikasi yang ada saat ini. Informasi terkait aplikasi didapatkan melalui observasi. Pemetaan aplikasi dan proses bisnis ditunjukan pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Pemetaan Aplikasi / Proses Bisnis Existing Aplikasi ProNMS Fungsionalitas Monitoring performansi Proses Bisnis jaringan Pemonitoran Jaringan dan Pemonitoran Jaringan pelanggan VSAT NMS Shiron Monitoring, provisioning troubleshooting, elemen jaringan VSAT HUB Shiron CACTI Monitoring utilisasi jaringan backbone Perancanaan dan local dan upstream internet pengembangan jaringan iMonitor Monitoring jaringan VSAT HUB iDirect Pemonitoran jaringan The Dude Monitoring backbone dan node switching Pemonitoran jaringan berbasis IP OSS Aplikasi pencatatan trouble ticket Pemeliharaan dan perbaikan jaringan Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proses pemonitoran jaringan menggunakan beberapa aplikasi, hal ini membuat proses pemonitoran menjadi kompleks. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 104 Proses perencanaan dan pengembangan jaringan menggunakan CACTI sebagai aplikasi untuk memonitor utilisasi jaringan backbone. Untuk pencatatan aktivitas perbakaikan jaringan terganggu aplikasi yang digunakan adalah Operational Support System (OSS). Aplikasi-aplikasi tersebut dipetakan ke dalam matriks Mc Farlan’s grid (Ward and Peppard, 2002), dasar kategorisasi dari setiap aplikasi didasarkan pada jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil analisis terhadap aplikasi existing dapat dilihat pada Tabel 5.12 Tabel 5.12 Analisis Portofolio Aplikasi Existing Pertanyaan The DUDE NMS iMonitor ProNMS Shiron Ya Ya OSS CACTI Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Ya Ya Pertanyaan 5 Ya Pertanyaan 6. Ya Pertanyaan 7 Ya Ya Daftar Pertanyaan 1 sampai dengan Pertanyaan 7 dapat dilihat pada Lampira 12. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada Tabel 5.12 maka portofolio aplikasi existing dapat dilihat pada Gambar 5.13. STRATEGIC HIGH POTENTIAL ProNMS ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· iMonitor The DUDE CACTI NMS Shiron KEY OPERATIONAL OSS SUPPORT Gambar 5.13 Portofolio Aplikasi existing Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 105 Aplikasi iMonitor, TheDude, CACTI, dan NMS Shiron berada pada kuadran Key Operational karena aplikasi-aplikasi tersebut berfungsi untuk memonitor status jaringan. Status jaringan yang tidak termonitor, akan membawa risiko bisnis pada kegiatan operasional. Aplikasi OSS ditempatkan pada kuadran support hal ini karena OSS adalah aplikasi otomasi pencatatan trouble ticket gangguan. Kegagalan sistem OSS tidak akan mebawa risiko bisnis bagi perusahaan. ProNMS memiliki kemampuan untuk menampilkan fault secara real time. Saat ini kemampuan tersebut memberikan kemudahaan bagi kegiatan operasional untuk memonitor status jaringan. Keterbatasan fitur ProNMS belum mampu memberikan keuntungan kompetitif bagi bisnis perusahaan, hal ini membuat aplikasi ProNMS ditempatkan pada kuadran high potential. b) Identifikasi Kebutuhan Aplikasi Identifikasi kebutuhan aplikasi didasarkan pada kebutuhan informasi untuk menjamin terlaksananya fungsi bisnis yang telah ditetapkan. Identifikasi dilakukan dengan cara memetakan fungsi bisnis yang diusulkan pada diagram business footprint dengan aplikasi yang ada saat ini. Tujuan dibuatnya matriks ini adalah untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi yang ada dengan fungsi bisnis yang diusulkan. Pemetaan aplikasi dan fungsi bisnis adalah langkah penting yang harus dilakukan, untuk melihat adanya aplikasi yang perlu dikembangkan dalam rangka membantu terlaksananya fungsi bisnis. Pemetaan fungsi bisnis dan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi Aplikasi Fungsi bisnis iMonitor TheDude NMS OSS ProNMS CACTI Shiron Service planning and X engineering Network planning and X engineering Capacity Management ï‚· Backbone X ï‚· Production Stock Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 106 Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi (Lanjutan) Aplikasi iMonitor TheDude Fungsi bisnis NMS ProNMS CACTI - - X X Shiron Delivery Management - Installation X X Testing X X Provisioning X X Fault OSS detection - and X - X X - localization Trouble administration Alarm surveillance X - - - - - - Fault correction X X X X X Performance analysis - - - - - - Performance - - - - - - Security Management monitoring Pada Tabel pemetaan aplikasi / fungsi bisnis dapat dilihat ada lima fungsi bisnis yang tidak memiliki aplikasi pendukung. Fungsi-fungsi bisnis tersebut yaitu Capacity Management untuk perangkat produksi, Delivery Management, Alarm Surveillance, Performance Analysis, dan Performance Monitoring. c) Usulan Arsitektur Aplikasi Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan aplikasi, diperlukan aplikasi-aplikasi baru yang dapat mendukung fungsi bisnis, aplikasi yang diusulkan untuk dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 5.14 Tabel 5.14 Usulan Aplikasi Usulan Aplikasi Logistic Fungsionalitas Menyediakan informasi perangkat terpasang. Menyediakan informasi perangkat stock di gudang. Menyediakan informasi kekurangan stock perangkat produksi. Menyediakan informasi Bill of Material. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 107 Tabel 5.14 Usulan Aplikasi (Lanjutan) Usulan Aplikasi Fungsionalitas Delivery Mencatat seluruh aktivitas proses produksi. Management Menyediakan informasi pencapaian pasang baru. Menyediakan informasi konfigurasi dan parameter jaringan terpasang. NewProNMS Menyediakan informasi status jaringan secara real time. Menyediakan informasi waktu jaringan terganggu. Menyediakan informasi penyebab gangguan. Menyediakan informasi aktivitas perbaikan. Operation Dashboard Menampilkan availability jaringan secara real time. Menampilkan tren performansi network element dari waktu ke waktu. Menampilkan tren performansi layanan dari waktu ke waktu. Memberikan notifikasi kepada para stakeholder jika terjadi penurunan performansi. Pada Tabel 5.14 dapat dilihat usulan aplikasi baru yang perlu dikembangkan adalah aplikasi Logistic, Delivery Management, dan Operation Dashboard. Setelah arsitektur aplikasi usulan diidentifikasi, selanjutnya aplikasi-aplikasi dipetakan pada portofolio aplikasi Mc Farlan’s grid. Analisis kategorisasi aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Analisis Portofolio Aplikasi Pertanyaan OD Pertanyaan 1 Ya Pertanyaan 2 Ya NS L iM PN DM CCT Ya Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Pertanyaan 6. Pertanyaan 7 Ya Ya Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 108 Pada Tabel 5.15 dapat dilihat analisis terhadap aplikasi-aplikasi usulan, yaitu Operation Dashboard (OD), NMS Shiron (NS), Logistic (L), iMonitor (iM), ProNMS (PN), Delivery Management (DM), dan CACTI (CCT). Aplikasi- aplikasi yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi bisnis kemudian dipetakan ke dalam portofolio aplikasi. Usulan portofolio aplikasi dapat dilihat pada Gambar 5.14 STRATEGIC HIGH POTENTIAL Operation Dashboard** NewProNMS* ï‚· ï‚· ï‚· iMonitor CACTI NMS Shiron KEY OPERATIONAL ï‚· Delivery Management** ï‚· Logistic* SUPPORT Gambar 5.14 Usulan Portofolio Aplikasi Pada portofolio aplikasi di atas Operation Dashboard diletakan pada kuadran strategic, karena aplikasi ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dan mencapai sasaran bisnis. Operation Dashboard akan memperlihatkan tren performansi dari waktu ke waktu, sehingga ketika terjadi penurunan performansi yang terus menerus, kegiatan preventive maintenance dapat dilakukan sebelum layanan pelanggan terganggu. Selain itu, Operation Dashboard akan dapat diakses langsung oleh pelanggan, hal ini dapat meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Aplikasi NewProNMS merupakan aplikasi yang memiliki fitur gabungan antara OSS dan ProNMS yang ada saat ini. Aplikasi ini akan membuat penanganan gangguan menjadi lebih cepat, sehingga membantu perusahaan untuk mencapai sasaran bisnis. Dengan penanganan gangguan yang cepat, tujuan perusahaan untuk memberikan pelayananan beyond expectation dapat tercapai. Aplikasi The Dude diusulkan untuk dihilangkan dan fungsionalitasnya diambil alih oleh NewProNMS. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 109 Aplikasi Delivery Management dan Logistic merupakan otomasi pencatatan proses pasang baru dan pencatatan aset produksi. Kedua aplikasi tersebut dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dalam menjalankan proses bisnis. Kegagalan pada aplikasi Delivery Management dan Logistic tidak akan menganggu proses bisnis utama secara langsung, oleh sebab itu kedua aplikasi tersebut masuk ke dalam kuadran support. Aplikasi iMonitor, NMS Shiron, dan CACTI merupakan aplikasi untuk kegiatan operasional sehari-hari. Kegagalan sistem dapat menggangu kegiatan operasional perusahaan, oleh karena itu aplikasi-aplikasi tersebut masuk ke dalam kuadran key operational. 5.5.2 Arsitektur Data Pada bagian ini akan dijelaskan analisis terhadap data yang ada, identifikasi kebutuhan, dan arsitektur data yang diusulkan. 1) Anilisis Data Existing Analisis terhadap arsitektur data existing dimulai dengan mengidentifikasi entitas data. Identifikasi dilakukan terhadap seluruh data yang digunakan untuk pengelolaan jaringan. Hasil identifikasi kemudian dituangkan ke dalam katalog entitas data yang dapat dilihat pada Tabel 5.16 Tabel 5.16 Entitas Data Existing Aplikasi Entitas Data ï‚· Data tiket gangguan OSS ï‚· Data pelanggan versi OSS Pro NMS ï‚· Data status jaringan ï‚· Data parameter jaringan ï‚· Data Pelanggan versi ProNMS ï‚· Data jaringan terganggu NMS Shiron Data jaringan shiron iMonitor Data jaringan iDirect CACTI Data kapasitas backbone TheDude Data status backbone berbasis IP Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 110 Jika dilihat pada tabel entitas data, terjadi duplikasi data pada aplikasi OSS dan ProNMS. Duplikasi terjadi pada data pelanggan dan data tiket gangguan pada OSS dan data jaringan terganggu pada ProNMS. 2) Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan terhadap data didapat dengan cara memetakan layanan dan aplikasi yang diusulkan terhadap data yang dibutuhkan, baik yang sudah ada maupun yang belum ada. Tabel 5.17 Tabel Pemetaan Layanan / Data Layanan Penyusunan perencanaan layanan Pelaporan sumber daya terpakai ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· Pelaporan kualitas pasang baru ï‚· ï‚· ï‚· Pelaporan tren performansi network element ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· Pelaporan tren performansi layanan ï‚· Pemonitoran jaringan Penyampaian hasil lokalisasi fault Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan ï‚· ï‚· Data Data Utilisasi Jaringan Data Backbone Data Perangkat Data Pelanggan Data Perangkat Terpasang Data Teknis Jaringan Data Pelanggan Data Teknis Jaringan Data Perangkat Terpasang Data Parameter Jaringan Data Pelanggan Data Parameter Jaringan Data Gangguan Data Pengecekan Data Pelanggan Data Teknis Jaringan Data Pelanggan Data Perbaikan Jaringan Data Parameter Jaringan Data Teknis Jaringan Data Gangguan Data availability jaringan pelanggan Data availability Layanan Data Backbone Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 111 Kebutuhan data yang sudah teridentifikasi kemudian digambarkan ke diagram diseminasi data dengan tujuan untuk melihat hubungan antara layanan, aplikasi, dan data yang digunakan. Diagram diseminasi data dapat dilihat pada Gambar 5.15. CACTI Penyusunan Perencanaan Layanan Perangkat Data Utilitas Jaringan Backbone Logistic Stok Perangkat Perangkat Terpasang Pelaporan Kualitas Pasang Baru Pelaporan Sumberdaya Terpakai Perangkat Delivery Management Pelanggan Perangkat Terpasang Teknis Jaringan Parameter Jaringan Pemonitoran Jaringan Pelaporan hasil Pemeliharaan dan perbaikan NewProNMS Pelanggan Penyampaian Lokalisasi fault Parameter Jaringan Teknis Jaringan Pengecekan Objek Terganggu Pelaporan tren performansi NE Pelaporan Tren Performansi Layanan Gangguan Operation Dashboard Availability Jaringan Availability Layanan Pelanggan Backbone Gambar 5.15 Diagram Diseminasi Data Pada Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa satu entitas data dapat digunakan oleh lebih dari satu aplikasi dan layanan. Anak panah berwarna biru menggambarkan aliran data, artinya data dibaca oleh layanan. Sedangkan anak panah berwarna jingga menggambarkan penulisan data yang dilakukan oleh layanan. Pemetaan layanan, data, dan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.18 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 112 Tabel 5.18 Pemetaan Aplikasi / Data / Layanan Layanan Data Aplikasi Penyusunan Data Utilisasi Jaringan ï‚· CACTI perencanaan Data Backbone ï‚· Logistic layanan Data Perangkat ï‚· Delivery Management Pelaporan Data Pelanggan ï‚· Delivery Management sumber daya Data Perangkat Terpasang ï‚· Logistic terpakai Data Teknis Jaringan Pelaporan Data Pelanggan ï‚· Delivery Management kualitas pasang Data Teknis Jaringan ï‚· New ProNMS baru Data Perangkat Terpasang Data Parameter Jaringan Pemonitoran Data Pelanggan jaringan Data Parameter Jaringan Penyampaian Data Gangguan hasil lokalisasi Data Pengecekan fault Data Pelanggan NewProNMS NewProNMS Data Teknis Jaringan Pelaporan hasil Data Pelanggan ï‚· Delivery Management pemeliharaan Data Perbaikan Jaringan ï‚· NewProNMS dan perbaikan Data Parameter Jaringan Data Teknis Jaringan Pelaporan tren Data Gangguan ï‚· NewProNMS performansi Data Availability Jaringan ï‚· Operation Dashboard network element Data Backbone Pelaporan tren Data Pelanggan ï‚· NewProNMS performansi Data Availability Layanan ï‚· Operation Dashboard layanan Data Gangguan ï‚· CACTI Pada tabel pemetaan layanan, aplikasi, dan data dapat dilihat bahwa sebuah entitas data memungkinkan untuk digunakan oleh lebih dari satu layanan dan aplikasi. Single source of data dapat membantu akurasi dan konsistensi data. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 113 Perancangan arsitektur data dan aplikasi yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan jaringan. Arsitektur aplikasi dan data yang telah dirancang dapat meningkatkan kualitas performansi layanan dengan cara: 1. Meningkatkan kualitas pemonitoran jaringan. 2. Memprediksi performansi jaringan. 3. Mengurangi waktu dalam melakukan pengecekan dalam rangka mencari penyebab terjadinya gangguan 4. Menyediakan pelaporan yang cepat dan akurat. 5. Mengontrol elemen jaringan. 5.6 Fase Arsitektur Teknologi Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai arsitektur teknologi infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan yang sudah ada, identifikasi kebutuhan arsitektur teknologi, dan arsitektur teknologi yang diusulkan. Teknologi yang dimaksud meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan. 5.6.1 Arsitektur Teknologi Saat Ini Analisis terhadap arsitektur teknologi dimulai dari penjelasan mengenai infrastruktur teknologi informasi pengelolaan jaringan saat ini. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, maka infrastruktur teknologi pengelolaan jaringan dijelaskan sebagai berikut 1. Data Center Data center PT AJN Solusindo digunakan untuk menyimpan perangkat jaringan telekomunikasi dan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. Sumber daya listrik yang digunakan berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Uninteruptable Power Supply (UPS) dan generator set digunakan sebagai cadangan sumber daya listrik jika terjadi gangguan pada PLN. UPS yang terpasang dapat men-supply selama 6 jam tanpa pasokan listrik. Pada aspek keamanan fisik, data center dilengkapi kunci elektronik dengan sensor biometric sidik jari dan pass code. Selain itu, untuk mengawasi akses masuk dan keluar dan aktivitas yang dilakukan, data center juga dilengkapi oleh sistem Closed-circuit television (CCTV) yang bekerja selama 24 jam dalam sehari. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 114 2. Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan terdiri dari server dan komputer desktop b. Server Server yang digunakan untuk pengelolaan jaringan saat ini terdiri dari sebuah blade server HP BladeSystem c7000 Enclosure dan HP DL160 Gen6. Kedua server tersebut tersimpan di dua lokasi terpisah. HP BladeSystem digunakan sebagai server utama, sedangkan server HP DL160 digunakan sebagai server cadangan. c. Komputer Pengguna Pengguna sistem pengelola jaringan menggunakan dua jenis komputer, yaitu komputer desktop dan laptop. Komputer desktop yang digunakan berjumlah 24 unit, sementara laptop yang digunakan untuk mengakses sistem pengelolaan jaringan berjumlah enam unit. 3. Perangkat Lunak Sistem operasi berbasis Microsoft Windows digunakan pada komputer desktop sedangkan sistem operasi berbasis Linux digunakan pada server pengelolaan jaringan. Database yang digunakan pada pengelolaan jaringan adalah Postgre SQL. 4. Jaringan Jaringan sistem pengelolaan jaringan terbagi menjadi local area network (LAN) dan wide area network (WAN). LAN dan WAN digunakan untuk menghubungkan server pengelolaan jaringan komputer pengguna dan network element. Perangkat jaringan yang digunakan adalah manageable switch, unmanaged switch, wifi, router, dan jaringan satelit. Pengelolaan network element dilakukan melalui jaringan in band dan out band. Pada pegelolaan jaringan dengan konfigurasi in band, paket dari server pengelolaan jaringan melalui jaringan yang sama dengan traffic pelanggan, sedangkan out band menggunakan jaringan yang berbeda dengan traffic pelanggan. Konfigirasi out band digunakan untuk mengelola jaringan VSAT point to point, sedangkan konfigurasi in band digunakan untuk mengelola jaringan berbasis IP, baik jaringan satelit maupun terrestrial. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 115 Server pengelolaan jaringan diakses oleh pengguna yang berada di empat lokasi, yaitu NOC Makassar, NOC Jakarta 1, NOC Jakarta 2 dan kantor pusat. Topologi logis pengelolaan jaringan digambarkan untuk melihat posisi sistem pengelolaan jaringan, pengguna, dan network element. Topologi logis dapat dilihat pada Gambar 5.16. Pengguna NOC Jakarta 2 NOC Jakarta 1 Engineer HQ NOC Makassar Media Komunikasi Data Internet L3VPN Pihak-3 AJN NET GW GW GW Router LAN Server Pengelolaan Jaringan OSS Pro NMS Main ProNMS Backup iMonitor NMS Shiron The Dude Server IP Based VSAT 3 VSAT 2 CACTI Metro Ethernet VSAT 1 Network Eelement Gambar 5.16 Topologi Logis Pengelolaan Jaringan Pada topologi logis yang ditunjukan gambar 5.16, kita dapat melihat terdapat empat bagian pada pengelolaan jaringan, yaitu pengguna, jaringan, server, dan network element. Jakarta NOC 1 menggunakan jaringan lokal untuk mengakses seluruh server pengelolaan jaringan. NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar media komunikasi yang digunakan untuk mengakses server pengelolaan jaringan adalah jaringan layer 3 virtual private network (L3VPN) milik pihak ketiga. Engineer di kantor pusat menggunakan jaringan internet untuk mengakses server pengelolaan jaringan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 116 Selanjutnya topologi infrastruktur akan digambarkan lebih detail pada communication engineering diagram. INTERNET Fiber Optic Cable UTP Cable DATA CENTER KANTOR PUSAT WIFI Switch VLAN 36 Switch Distribusi Mode Trunk Mode Trunk Router GW 117.103.x.x /29 OLT Gpon RUANG KERJA OPERASIONAL LT. 2 ONU 1 Gpon Splitter ONU 2 WIFI Access Point Blok IP : 10.121.2.0/24 Gambar 5.17 Topologi Jaringan Lokal Kantor Pusat Topologi jaringan pada kantor pusat menggunakan GPON sebagai media jaringan antar lantai. Sebuha splitter ditempatkan di tiap lantai sebagai multiplexer yang akan membawa data dari semua pengguna ke aggregator OLT GPON, kemudian diteruskan ke router gateway. Splitter yang digunakan untuk ruang kerja operasional memiliki rasio 1:12, artinya satu link aggregate akan dibagi menjadi 12 akses ONU. Setiap ONU memiliki 4 port Gigabit Ethernet yang dapat digunakan oleh pengguna, artinya kapasitas total untuk ruang kerja operasional adalah 48 pengguna. Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pada sistem GPON, ruang kerja juga dilengkapi oleh jaringan WIFI. Topologi untuk network operation center (NOC) Jakarta 1 ditunjukan oleh gambar 5.18. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 117 MONITORING ROOM NOC 1 NOC 2 ` ` NOC 3 NOC 4 ` NOC 5 ` NOC 6 ` ` NOC 7 NOC 8 ` ` DATA CENTER Router gateway NMS 117.103.x.x/28 Unmanaged Switch Router Gateway 117.103.x.x/28 VPN NETWORK Core Switch CACTI iMonitor Pro NMS 117.103.x.x OSS 192.168.30.12 117.103.x.x Switch Distribusi VSAT HUB 1 Gambar 5.18 Topologi Jaringan Lokal NOC 1 Jakarta NOC Jakarta 1 adalah tim pemonitoran jaringan utama. Jumlah komputer desktop yang digunakan untuk melakukan pemonitoran ada delapan. Setiap komputer terhubung ke jaringan dengan menggunakan kabel UTP dengan port Gigabit Ethernet. Server ProNMS main, iMonitor, CACTI dan OSS berada satu lokasi dengan NOC Jakarta 1, sedangkan ProNMS backup berada di lokasi Jakarta PoP 1. Kedua server tersebut memiliki dua alamat IP, yaitu alamat IP private yang digunakan untuk kebutuhan akses dari jaringan lokal, dan alamat IP public untuk kebutuhan akses dari internet. Aplikasi dan database berada dalam satu server yang sama, baik itu ProNMS maupun OSS. NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar saat ini masing-masing hanya dilengkapi oleh sebuah komputer desktop dan akses internet. Kedua NOC tersebut berada di lokasi pelanggan. Jaringan VPN pihak ketiga digunakan untuk menghubungkan NOC dan network element, yang berada pada kedua lokasi tersebut ke sistem pengelolaan jaringan di NOC Jakarta 1. Topologi untuk NOC Jakarta 2 dan Makassar dapat dilihat pada Gambar 5.19. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 118 L3VPN Pihak-3 172.12.x.x/30 172.12.x.x/30 NOC Makassar NOC Jakarta 2 ` ASN Baynetwork ASN Baynetwork HUB ` HUB 10.146.250.0 10.146.250.0 Network element Network element Gambar 5.19 Topologi NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar Setelah melihat topologi infrastruktur pengelolaan di setiap lokasi, selanjutnya topologi infrastruktur keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.20. NOC Jakarta 1 NOC 1 NOC 3 NOC 2 ` ` NOC 4 NOC 5 ` ` NOC 6 ` NOC 7 ` NOC 8 ` ` Unmanaged Switch Router gateway NMS 117.103.x.x/28 Link Pihak-3 Router Gateway 117.103.x.x/28 UTP Cable Fiber Optic Core Switch CACTI iMonitor Pro NMS 117.103.x.x OSS 192.168.30.12 117.103.x.x Logical Link Switch Distribusi VSAT HUB 1 Switch Distribusi NOC Jakarta 2 IP BASED NETWORK ` L3VPN Pihak-3 Internet Pro NMS Backup 117.103.x.x Network element Kantor Pusat NOC Makassar Router GW 117.103.x.x /29 ` Gpon Splitter Network element Network element POP VSAT 3 Wifi Network element POP VSAT 2 Blok IP : 10.121.2.0/24 Gambar 5.20 Topologi Infrastruktur Keseluruhan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 119 Topologi infrastruktur TI gabungan ditunjukan oleh Gambar 5.19. NOC yang dimiliki AJN bersifat terdistribusi di tiga lokasi yaitu kantor pusat, Jakarta NOC1, dan Jakarta NOC 3 dengan konfigurasi tail link untuk setiap lokasi. 5.6.2 Identifikasi Kebutuhan Berdasarkan hasil observasi pada infrastruktur teknologi yang ada saat ini, masalah infrastruktur teknologi yang teridentifikasi dijelaskan pada tabel 5.19. Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi ID Penjelasan Masalah MS1 Sistem keamanan untuk melindungi server terhadap serangan dari luar tidak tersedia, hal ini menyebabkan server rentan terhadap ancaman. MS2 Semua server diletakan di satu lokasi yaitu data center Jakarta NOC 1, jika terjadi gangguan yang menyebabkan data center Jakarta NOC 1 tidak beroperasi, maka semua server pengelolaan jarigan tidak dapat diakses. MS3 Jaringan pengelolaan untuk VSAT Hub Jakarta PoP VSAT 2 dan PoP VSAT 3 menggunakan konfigurasi in band dan bersifat tail link, hal ini menyebabkan NOC tidak dapat mengetahui secara cepat penyebab gangguan jika kedua PoP tersebut tidak dapat diakses. MS4 NOC Jakarta 2, NOC Makassar, dan Kantor pusat bersifat tail link, sehingga jika terjadi gangguan pada jaringan WAN, proses pengelolaan pada lokasilokasi tersebut menjadi terganggu. MS5 Server ProNMS main dan Pro NMS backup memiliki database masingmasing, akan tetapi tidak ada mekanisme sinkronisasi data dan aplikasi. Perubahan yang terjadi di ProNMS main tidak secara otomatis diterapkan pada ProNMS backup, hal ini menyebabkan content dari kedua server tersebut menjadi tidak konsisten. MS6 Masih ada komputer pengguna yang menggunakan sistem operasi Windows XP. MS7 CACTI dan iMonitor tidak memiliki server backup, sehinga jika terjadi gangguan pada server proses pengelolaan jaringan menjadi terganggu. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 120 Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi (Lanjutan) ID Penjelasan Masalah MS8 Tidak ada standar teknis yang digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan infrastruktur teknoloi pengelolaan jaringan. MS9 Hub masih digunakan di NOC Makassar dan Jakarta NOC 2. 5.6.3 Usulan Arsitektur Teknologi Pada bagian ini akan dijelaskan usulan arsitektur teknologi berdasarkan identifikasi kebutuhan pada bagian sebelumnya. Kegiatan perancangan arsitektur teknologi meliputi penyusunan katalog standar teknis, perancangan topologi infrastruktur TI, dan pemetaan layanan dan teknologi. 1. Katalog Standar Teknis Katalog standar teknis merupakan standar teknologi yang akan digunakan dalam mengembangkan sistem informasi pengelolaan jaringan. Penyusunan katalog standar teknis didasarkan pada prinsip arsitektur yang telah ditetapkan. Katalog standar teknis dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis Solusi Kebutuhan Komputer PC Desktop Pengguna dengan Alasan Pemilihan / sistem laptop Mayoritas pengguna sudah terbiasa operasi berbasis Windows menggunakan sistem operasi Windows. Pemilihan sistem operasi ini didasarkan pada prinsip mudah untuk digunakan. Server Server aplikasi dengan Ubuntu dipilih karena merupakan sistem operasi Ubuntu sistem operasi open source. Selain itu server yang telah ada sudah menggunakan sistem operasi Ubuntu, hal ini sesuai dengan prinsip mudah untuk digunakan dan interoperabilitas. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 121 Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis (Lanjutan) Solusi Kebutuhan Jaringan Lokal Jaringan Alasan Pemilihan lokal berbasis Ethernet Ethernet adalah teknologi yang umum digunakan. Ethernet dipilih selain karena pengguna yang sudah terbiasa, perangkat yang mendukung juga tersedia banyak di pasaran. Hal ini sesuai dengan prinsip interoperabilitas. Data base PostgreSQL PostgreSQL adalah data base open source. postgreSQL merupakan platform terbuka dan tidak bergantung pada merek tertentu hal ini sesuai dengan prinsip independen terhadap platform teknologi. Web Server Apache dan PHP Apache dan PHP merupakan teknologi open source dengan komunitas pengguna yang banyak. Apache merupakan platform yang tidak bergantung pada brand atau produsen tertentu, hal ini sesusi dengan proses independen teknologi Pengembangan Bahasa aplikasi Pemrograman dan Java Aplikasi yang dikembangkan berbasis PHP Web. PHP tidak bergantung pada brand tertentu, hal ini sesuai dengan prinsip kebebasan teknologi. Java dipilih karena bahasa pemograman ini sudah diimplementasikan sebelumnya, sehingga sesuai dengan prinsip interoperabilitas. Network SNMP SNMP dipilih karena semua network Management element yang digunakan AJN saat ini Protocol sudah mendukung protokol tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip interoperabilitas. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 122 2. Topologi infrastruktur TI Topologi infrastruktur TI disusun berdasarkan identifikasi kebutuhan pada arsitektur teknologi yang ada saat ini. Selain itu, topologi infrastruktur juga dirancang berdasarkan kebutuhan aplikasi dan masalah infrastruktur yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, arsitektur teknologi yang dirancang didasarkan pada service oriented architecture (SOA). Berdasarkan Josuttis (2007) SOA bertujuan untuk menciptakan interoperabilitas yang tinggi sehingga aplikasi-aplikasi yang digunakan dapat berkomunikasi dengan mudah. Implementasi SOA diterapkan dengan menggunakan middleware. Middleware dipilih karena ukuran infrastruktur pengelolaan jaringan yang masih kecil. Arsitektur teknologi yang diusulkan berdasarkan konsep SOA dapat dilihat pada Gambar 5.21. Pengguna NOC Jakarta 2 NOC Jakarta 1 Engineer HQ NOC Makassar Server Pengelolaan Jaringan Middleware Operation Dashboard New ProNMS New ProNMS Delivery Main Backup Management Logistic iMonitor NMS Shiron CACTI Network Eelement IP Based VSAT 3 VSAT 2 VSAT 1 Metro Ethernet Gambar 5.21 Arsitektur Topologi Usulan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 123 Berdasarkan gambar 5.20 middleware akan melayani kebutuhan data performansi layanan, performansi jaringan, dan kapasitas untuk server data mining. Server data mining secara periodik akan mengambil dari sistem delivery management, NewProNMS, dan Logistic. Operation dashboard akan mengambil data dari server data mining, hal ini membuat proses pengambilan data tidak akan mengganggu sistem lainnya. Middleware diharapkan memiliki layanan untuk dapat: 1) Melayani permintaan data performansi jaringan secara real time. 2) Melayani permintaan data kapasitas produksi secara real time. 3) Melayani permintaan data performansi layanan secara real time. Middleware akan bertindak sebagai web service yang akan diakses oleh aplikasi Operation Dashboard, NewProNMS, Logistic, dan Delivery Management. Tujuan utama dari digunakannya middleware adalah untuk membuat arsitektur lebih mudah dikembangkan jika terdapat penambahan atau pengurangan teknologi. Hal ini dilakukan dengan cara menjadikan beberapa fungsi yang memiliki kesamaan dalam menampilkan tren performansi jaringan, performansi layanan, dan kapasitas menjadi shared services. Selanjutnya, untuk mengatasi masalah pada infrastruktur awal yang diidentifikasi maka diusulkan perbaikan pada topologi jaringan. Usulan topologi jaringan untuk kantor pusat tidak jauh berbeda dengan topologi awal. Pada topologi usulan, ada penambahan jaringan backup dengan menggunakan jaringan L3VPN pihak ketiga. Penyedia jasa jaringan L3VPN yang digunakan harus berbeda dengan penyedia jasa internet saat ini, hal ini akan membuat ketersediaan jaringan menjadi lebih tinggi. Penambahan jaringan backup pada kantor pusat menjawab masalah MS4. Usulan topologi kantor pusat dapat dilihat pada Gambar 5.22. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 124 INTERNET L3VPN Pihak-3 Fiber Optic Cable UTP Cable DATA CENTER KANTOR PUSAT WIFI Switch VLAN 36 Switch Distribusi Mode Trunk Mode Trunk Router GW 117.103.x.x /29 OLT Gpon RUANG KERJA OPERASIONAL LT. 2 Gpon Splitter ONU 1 ONU 2 WIFI Access Point Blok IP : 10.121.2.0/24 Gambar 5.22 Usulan Topologi Kantor Pusat Perubahan yang diusulkan pada Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar adalah penggantian perangkat Hub dengan unmanaged switch. Hub diganti karena sifatnya yang half duplex dan semua port berada dalam single collision domain, kondisi ini dapat menyebabkan komunikasi menjadi lambat. Perubahan lainnya adalah penambahan jaringan backup untuk meningkatkan availability sistem pengelolaan. Penggantian hub oleh unmanaged switch dilakukan untuk mengatasi masalah MS9, sedangkan pemasangan jaringan backup dilakukan untuk menjawab masalah MS4. Usulan untuk jaringan Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar, usulan topologi dapat dilihat pada Gambar 5.23. L3VPN Pihak-3 172.12.x.x/30 Jaringan backup 172.12.x.x/30 NOC Makassar NOC Jakarta 2 ` ASN Baynetwork ASN Baynetwork ` 10.146.250.0 10.146.250.0 Network element Network element Gambar 5.23 Usulan Topologi Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 125 Selanjutnya adalah usulan pemasangan firewall di data center Jakarta NOC 1. Hal ini akan menjaga server dari serangan yang dapat menggangu kelangsungan bisnis. Topologi usulan untuk lokasi Jakarta NOC 1 dapat dilihat pada Gambar 5.24. MONITORING ROOM NOC 1 NOC 2 ` ` NOC 3 ` NOC 4 NOC 5 ` NOC 6 ` NOC 7 NOC 8 ` ` ` DATA CENTER Router gateway NMS 117.103.x.x/28 Unmanaged Switch Router Gateway 117.103.x.x/28 VPN NETWORK Core Switch CACTI iMonitor DM NewProNMS Dashboard Switch Distribusi VSAT HUB 1 Gambar 5.24 Topologi Jakarta NOC 1 Pada Gambar 5.24 dapat dilihat bahwa semua server dilindungi oleh sebuah firewall. Firewall akan melindungi semua server dengan menerapkan intrusion prevention system (IPS) dan intrusion detection system (IDS). Pemasangan firewall dilakukan untuk mengatasi masalah MS1. Topologi gabungan yang diusulkan digambarkan dengan diagam communication engineering yang ditunjukan oleh gambar 5.25 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 126 Link Pihak-3 NOC Jakarta 1 UTP Cable NOC 1 NOC 3 NOC 2 ` ` NOC 4 NOC 5 NOC 6 NOC 7 Fiber Optic NOC 8 Logical Link ` ` ` ` ` ` Backup Link Unmanaged Switch Router Gateway 117.103.x.x/28 JAKART POP 4 Core Switch Server Farm Switch Distribusi Switch Distribusi VSAT HUB 1 NOC Jakarta 2 IP BASED NETWORK L3VPN ` Backup Internet Backup Server Farm Network element Kantor Pusat NOC Makassar Router GW 117.103.x.x /29 ` Gpon Splitter Network element POP VSAT 3 Wifi Network element POP VSAT 2 Blok IP : 10.121.2.0/24 Gambar 5.25 Topologi Gabungan Usulan Pada topologi gabungan dapat dilihat adanya penambahan jaringan backup pada PoP VSAT 2, PoP VSAT 3 dan kantor pusat. Penambahan jaringan backup dilakukan sebagai antisipasi jika terjadi pada jaringan utama, dan merupakan perbaikan untuk mengatasi masalah MS3 dan MS4. Usulan selanjutnya adalah penambahan server backup yang ditempatkan di Jakarta PoP 4. Usulan ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan pada data center utama di Jakarta NOC 1. Jakarta PoP 4 dipilih karena PoP tersebut memiliki fasilitas terbaik dibanding PoP lainnya. Penambahan server backup ini dilakukan untuk menjawab masalah MS2 dan MS7. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 127 Seluruh usulan arsitektur teknologi dapat meningkatkan kualitas pengelolaan jaringan sehingga memiliki kemempuan untuk meningkatkan performansi layanan dengan cara: 1. Menjaga keamanan jaringan dengan melakukan penambahan firewall. 2. Meningkatkan kehandalan sistem pemonitoran dan pengontrolan jaringan dengan pemasangan jaringan dan server backup. 5.7 Fase Opportunities and Solution Setelah mendapatkan arstitektur rancangan infrastruktur TI pengelolaan jaringan yang dibutuhkan, selanjutnya akan dilakukan analisis kesenjangan antara kondisi infrastruktur yang ada dan infrastruktur yang diusulkan. Analisis dilakukan untuk menentukan mana saja yang akan ditambah (add), dihapuskan (erase), diganti (replace), dipertahankan (retain), dan ditingkatkan (upgrade) 5.7.1 Analisis Kesenjangan Aplikasi Pada bagian ini akan dilakukan analisis kesenjangan antara aplikasi yang ada saat ini dengan aplikasi yang diusulkan bagi pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo. Analisis kesenjangan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.21 Tabel 5.21 Analisis Kesenjangan Aplikasi ANALISIS GAP iMonitor erase CACTI Retain NMS Shiron Retain OSS Erase ProNMS 5.7.2 OSS Retain The Dude Tidak ada NMS Shiron CACTI Operation Dashboard ProNMS Logistic Delivery Management The Dude iMonitor Aplikasi Saat Ini Aplikasi Dibutuhkan upgrade Add Add Add Analisis Kesenjangan Teknologi Pada bagian ini akan dilakukan analisis kesenjangan infrastruktur teknologi yang ada saat ini dan infrastruktur teknologi yang dibutuhkan. Analisis kesenjangan infrastruktur teknologi dapat dilihat pada Tabel 5.22. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 128 Tabel 5.22 Analisis Kesenjangan Teknologi ANALISIS GAP Firewall Backup Link Data Server Base PC Unmanaged Switch LAN Server Backup Server Aplikasi WLAN Saat Server Aplikasi Teknologi ini Teknologi Dibutuhkan add add add add Upgrade LAN Retain WLAN Retain HUB Replace PC Retain Tidak ada Berdasarkan tabel analisis kesenjangan tersebut terdapat penambahan baru berupa server backup, server data base, firewall, dan backup link. Selain itu ada satu perangkat yang digantikan yaitu hub. Penjelasan dari masing-masing hasil analisis kesenjangan adalah sebagai berikut: 1) Hub Hub adalah perangkat yang akan digantikan oleh unmanaged switch. Unmanaged Switch dipilih karena pada lokasi yang masih menggunakan hub saat ini tidak diperlukan adanya segmentasi broadcast domain dalam bentuk VLAN. Selain itu, unmanaged switch yang dipilih sudah memiliki fitur satu port satu collision domain. Pertimbangan tersebut membuat umanaged switch adalah solusi paling optimal. 2) Server Database Pada kondisi awal aplikasi dan database berada pada satu server, hal ini menyebabkan adanya single point of failure, jika terjadi kerusakan pada server maka aplikasi dan database akan terganggu. Pemisahan server aplikasi dan server database dilakukan agar ketika terjadi kerusakan pada aplikasi, perbaikan yang dilakukan tidak menyebabkan data terganggu. 3) Server Backup Server backup diadakan untuk menjamin kelangsungan bisnis jika terjadi gangguan pada lokasi tempat server utama disimpan. Konfigurasi yang dibutuhkan adalah untuk masing-masing server backup adalah: Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 129 ï‚· Hot backup, jika aplikasi yang disimpan adalah aplikasi yang berada pada kuadran strategic dan key operational. ï‚· Cold Backup untuk aplikasi yang berada pada kuadran support. 4) Backup Link Backup link diperlukan untuk menjamin availability sistem pengelolaan jaringan. Kelangsungan bisnis tidak akan terganggu jika terjadi gangguan pada link utama. Backup link yang disediakan disewa dari penyedia jaringan yang berbeda dengan link utama, hal ini dilakukan agar faktor penyedia jaringan tidak menjadi single point of failure. 5) Server Aplikasi Server aplikasi yang ada saat ini tidak tidak memiliki hardisk backup, sehingga rentan terhadap gangguan. Konfigurasi Raid 1 (mirroring) dipilih agar ketika terjadi kerusakan pada salah satu harddisk, harddisk backup akan mengambil alih secara cepat. 6) Firewall Aplikasi-aplikasi yang bersifat strategis perlu dilindungi dari berbagai ancaman keamanan. Oleh karena itu perlu ditambahkan perangkat keamanan berupa firewall yang mampu melakukan pendeteksian dan pencegahan terhadap ancaman, sehingga risiko yang dihadapi karena adanya ancaman keamanan dapat dikurangi. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 BAB 6 6 PENUTUP Pada bagian ini akan disampaikan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran-saran juga disampaikan penulis terkait dengan penelitian yang telah dilakukan. 6.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo yang dapat membantu meningkatkan performansi layanan. Setelah melakukan penelitian, penulis telah menghasilkan rancangan infrastruktur TI sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan ini dapat meningkatkan performansi layanan karena dapat: 1) Mengontrol elemen jaringan. 2) Mengurangi waktu gangguan (downtime). 3) Memprediksi performansi jaringan. 4) Meningkatkan keamanan jaringan. 5) Mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan dalam rangka pencarian penyebab terjadinya gangguan (troubleshooting). 6) Melakukan pemonitoran jaringan. 7) Menyediakan pelaporan secara cepat dan akurat. Perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pada tahap preliminary ditetapkan configuration management, management, dan security FCAPS accounting (fault management, management, performance management) sebagai fungsi-fungsi pengelolaan jaringan yang akan digunakan. Pada tahap ini juga berhasil disusun 10 prinsip-prinsip arsitektur yang akan mendasari tahapan perancangan arsitektur selanjutnya. Stakeholder, concern, dan requirements juga berhasil diidentifikasi pada tahapan ini. 130 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 131 2) Pada tahap visi arsitektur fungsi-fungsi pengelolan jaringan FCAPS, concern, dan requirements menjadi dasar dari penyusunan visi arsitektur sistem pengelolaan jaringan. Visi arstektur disusun sebagai arah dalam pengembangan sistem pengelelolaan jaringan yang dapat mengakomodir kebutuhan enam stakeholder. Keenam stakeholder tersebut adalah COO, Direktur Operation, tim Planning and Engineering, tim Service and Quality Management, tim Implementation, dan tim Network Management Services. Visi arsitektur digambarkan dalam sebuah rich picture pada Gambar 5.1. Visi arsitektur yang dirancang dapat meningkatkan performansi layanan dengan menerapkan: a) Fault management untuk mengurangi downtime, dan mengurangi waktu pengecekan gangguan. b) Configuration management untuk mengontrol parameter network element dan membantu dalam melakukan pemonitoran jaringan. c) Performance management dapat membuat perusahaan dapat memprediksi performansi layanan. Hal ini menyebabkan tindakan preventive maintenance dapat segera dilakukan sebelum terjadi gangguan. d) Security management membuat jaringan menjadi lebih aman, sehingga terhindar dari ancaman yang dapat mengganggu performansi. e) Utilized resource dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas, hal ini akan mencegah terjadinya gangguan yang disebabkan karena jaringan yang over load. 3) Pada tahap arsitektur bisnis berhasil disusun sebuah business footprint yang menggambarkan sasaran bisnis, unit-unit dalam organisasi, dan fungsi-fungsi bisnis. Fungsi bisnis disusun berdasarkan fungsi-fungsi pengelolaan jaringan FCAPS. Pada tahap ini disampaikan usulan perbaikan bagi proses bisnis yang didasarkan pada kesenjangan antara proses bisnis yang diharapkan dan proses bisnis yang sedang berjalan. Prinsip-prinsip redesign proses bisnis Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 132 yang digunakan adalah vitrify, digitize and propagate, loose wait, dan analyze and synthesize. Fungsi bisnis yang diusulkan pada business footprint dapat meningkatkan kualitas pengelolaan jaringan, sehingga mampu membantu meningkatkan performansi layanan dengan cara: ï‚· Membantu melakukan kontrol terhadap jaringan, menjaga kehandalan jaringan, menyediakan pelaporan proses implementasi. ï‚· Membuat utilisasi jaringan dapat diprediksi, sehingga gangguan yang disebabkan karena over load dapat dicegah. ï‚· Meningkatkan performansi layanan dengan cara mengurangi downtime dan mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan gangguan. ï‚· Meningkatkan performansi layanan dengan cara meningkatkan keamanan jaringan. ï‚· Meningkatkan performansi layanan dengan cara mengetahui dan memprediksi performansi jaringan, sehingga dengan mengetahui lebih dini, penurunan performansi dapat segera diperbaiki sebelum jaringan terganggu. ï‚· Meningkatkan akurasi dan kecepatan akses data, sehingga dapat membantu proses pelaporan. 4) Pada tahap arsitektur sistem informasi berhasil diidentifikasi portofolio aplikasi usulan untuk memenuhi kebutuhan sistem pengelolaan jaringan. Portofolio aplikasi usulan didasarkan pada hasil analisis kesenjangan terhadap aplikasi yang dibutuhkan dan aplikasi yang sudah ada saat ini. Pada tahap ini ada 3 aplikasi yang diusulkan untuk dipertahankan, yaitu iMonitor, CACTI, dan NMS Shiron. Selain itu, pada tahap ini juga diusulkan untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi ProNMS yang mencakup fungsionalitas OSS dan The Dude. Selanjutnya pada tahap ini ada 2 aplikasi yang dihapus yaitu OSS dan The Dude, dan 3 aplikasi baru yang harus dikembangkan, yaitu aplikasi Logistic, Delivery Management, dan Opration Dashboard. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 133 Aplikasi Logistic dan Delivery Management akan dapat membantu meningkatkan performansi layanan dengan cara memprediksi pertumbuhan kapasitas, hal ini membuat gangguan karena over load dapat dicegah. NewProNMS dapat membantu meningkatkan performansi layanan dengan cara meningkatkan kecepatan penanganan gangguan. Hal ini menyebabkan proses pengecekan masalah lebih cepat dan waktu downtime bisa dikurangi. Operation Dashboard dapat membantu proses pemonitoran layanan menjadi lebih proaktif. Kemampuan memprediksi performansi membuat antisipasi terhadap performansi yang turun dapat segera dilakukan. 5) Pada tahap arsitektur teknologi berhasil disusun arsitektur teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan sistem pengelolaan jaringan yang diharapkan. Perancangan arsitektur teknologi baru didasarkan pada hasil analisis terhadap kesenjangan antara arsitektur teknologi yang diharapkan dan arsitektur teknologi yang sudah ada saat ini. Pada tahap ini berhasil disusun katalog standar teknis yang akan mendasari pengembangan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan. Selain itu pada tahap ini juga disusun topologi logis dan fisik dari topologi infrastruktur teknologi sistem pengelolaan jaringan bagi seluruh pengguna di berbagai lokasi kerja. Arsitektur teknologi yang diusulkan dapat meningkatkan performansi layanan dengan cara meningkatkan kehandalan sistem pemonitoran dan pengontrolan elemen jaringan, dan meningkatkan keamanan jaringan. 6.2 Saran Penelitian ini memberikan saran bagi PT AJN Solusindo yang merupakan tempat studi kasus penelitian dan saran bagi penelitian sejenis. 1. Saran bagi PT AJN Solusindo a) Mengimplementasikan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan yang sudah dirancang. Hal ini perlu dilakukan untuk agar sistem pengelolaan jaringan dapat membantu meningkatkan performansi layanan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 134 b) Membentuk satuan kerja khusus yang melibatkan seluruh stakeholder, yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengimplementasikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar proses implementasi dapat dilakukan lebih fokus dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sistem yang dibangun. 2. Saran bagi penelitian sejenis a) Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sampai fase terakhir dari ADM Process. b) Melakukan penelitian perancangan infrastruktur TI yang berhubungan dengan perancangan sistem pengelolaan jaringan dengan menggunakan kerangka kerja arsitektur lain. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembanding terhadap hasil rancangan yang sudah dibuat. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Clemm, A. (2007). Network Management Fundamental. Indianapolis: Cisco Press El Sawi, Omar, A. Redisigning Enterprise Process For E-Business. Southern California: McGraw-Hill Eritasari, Indah. (2002). Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT Telkom Divre 2. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer, Magister Teknologi Informasi Goyal, P. (2009). FCAPS in the Business Services Fabric Model. Infrastructures for Collaborative Enterprises. Greefhorst, D., & Proper, H.A. (2011). A Practical Approach to the Formulation and Use of A Architecture Principles. 2011 15th IEEE International Enterprise Distributed Object Computing Conference Workshops, (pp. 330-339). Josuttis, N. M. (2007). SOA in Practice : The Art of Distributed System Design. O'Reilly Media, Inc. Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2013). Management Information System, 12th Edition. London: Pearson. M.3400 TMN Management Function (2000). International Telecommunications Union. Myers, M. D., & Avison, D. (2002). Qualitative Research in Information System. London: SAGE Publications. Narang & Mittal, N., & Mittal, R. (2000). Network Management For Next Generation Networks. Cochin. Nuangjamnong, C., & Maj, P. S., & Veal, D. (2008). The OSI Network Management Model – Capacity And Performance Management. International Conference on Management Of Innovation and Technology, (pp. 1266 - 1270). 135 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 136 PT ABC. (2014). Introduction to Data Communications. Diakses pada 4 Juni 2014. http://www.abc.net/en-us/productsandservices/internet.aspx. PT ABC. (2014). Introduction to Lintasarta Internet. Diakses pada 4 Juni 2014. http://www.abc.net/en-us/productsandservices/datacommunications.aspx. PT ABC. (2014). Introduction to Value Added Services (VAS). Diakses pada 4 Juni 2014. http://www.abc.net/en-us/productsandservices/valueaddedservice.aspx. PT AJN Solusindo. (2014). Annual Report 2013. Jakarta:Direktorat Operation. PT AJN Solusindo. (2014). Laporan Trouble Ticket Management OSS 2013. Jakarta:Direktorat Operation. PT AJN Solusindo. (2013). Struktur Organisasi Perusahaan. Jakarta: HRD. Purwadi, Hari. (2014). Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang Adaptive, Studi Kasus Kementrian Kominfo. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer, Magister Teknologi Informasi. Purwanto. (2014). Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Untuk Layanan Pemonitoran Stok Barang. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer, Magister Teknologi Informasi. Robertson, B., & Sribar, V. (2001). The Adaptive Enterprise. Hillsboro: Intel Press. Rohman, S. (2013) Hermeneutik Panduan Ke Arah Desain Penelitian Dan Analisis. Yogyakarta:Graha Ilmu. Rouhani, D. B., & Mahrin, N.M., & Nikpay, F., & Nikfard, P. (2013). A Comparison Enterprise Architecture Implementation Methodologies. International Conference on Informatics and Crative Multimedia. Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Method for Business, 5th Edition. United Kingdom: Wiley. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 137 Sessions, R. (2007). A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies. ObjectWatch, Inc. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Jogjakarta: Alfabeta. The Open Group. (2011). TOGAF Version 9.1. The Open Group. Wahyuni, S. (2012). Qualitative Research Method : Theory and Practice. Jakarta: Salemba Empat. Ward, J., & Peppard, J. (2002), Strategic Planning for Information System,3rd edition, West Sussex – England :Jhon Wiley & Sons, Ltd. White, M. C. (2011). Data Communication and Computer Networks A User’s Business Approach, 6th Edition. Boston-Massachusetts: Course Technology. Wibisono, Dermawan. (2012). How To Create A World Class Company. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zhao, L., & Yao, K. (2010). The Use of ADM for SOA Design. International Conference on Educational and Information Technology, (pp. 302 - 306). Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 1 Transkrip Wawancara Awal Media: Surat Elektronik P: Penulis N: Nara Sumber – Manager Network Operation Support PT. ABC Waktu : 12-20 Maret 2014 P: Reference model apa yang digunakan dalam sistem pengelolaan jaringan di perusahaan tempat bapak bekerja?, mohon penjelasan kenapa model tersebut dipilih. N: Referensi yang dijadikan acuan adalah FCAPS, dengan fokus utama lebih kearah pengelolaan jaringan (sisi network operations-nya, bukan ke arah bisnis). Menggunakan FCAPS karena pendekatannya lebih kearah kondisi/operasional network/sudut pandang network yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak ke pelanggan, selain itu krn best practice-nya sudah cukup banyak. P: Masalah apa yang ingin dipecahkan dengan reference model tersebut? N: Masalah yang ingin dipecahkan dengan model tersebut adalah penerapan pembagian area dalam jaringan sehingga masing-masing area bisa fokus pada permasalahan, kekurangan, kebutuhan dan improvement-nya. Misalnya adalah terkait dengan Fault Management, maka diharapkan area ini bisa fokus pada identifikasi permasalahan di jaringan, proses dan prosedur trouble handling, alert system dan improvement dalam bentuk evaluasi dan peningkatan kualitas jaringan dimasa mendatang. Area Configuration Management fokus pada permasalahan pengelolaan konfigurasi , audit , standarisasi, dan improvement disisi node dan topologi jaringan. Area Accounting Management lebih fokus pada memecahkan permasalahan utilisasi per user dan tracing network, tetapi tidak digunakan untuk memecahkan permasalahan mengenai billing. 138 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 139 Area Performance Management digunakan untuk kebutuhan akan monitoring kapasitas dari jaringan dan menjaga SLA layanan ke pelanggan dalam kaitannya dengan parameter-parameter yang ada di jaringan, Performance management ini diimplementasikan dalam tools monitoring jaringan. Area Security Management, digunakan untuk memastikan bahwa jaringan aman terhadap akses yang tidak berhak, pembagian hak akses sesuai kebutuhan dan level aksesnya serta memungkinkan untuk audit terhadap akses ke jaringan oleh user. P: Selain memecahkan masalah yang ada, apa lagi yang diharapkan dalam mengimplementasikan reference model tersebut? N: Reference model juga diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap kondisi network secara keseluruhan dalam bentuk yang terukur, memudahkan pengelolaan network untuk menghindarkan celah yang belum termonitor, memberikan acuan untuk peningkatan kualitas dalam jaringan serta sebagai feedback yang langsung dari upaya improvement yang sudah dilakukan. P: Bagaimana proses implementasi yang dilakukan, sampai reference model tersebut diimplementasikan dengan lengkap? N: Impementasi dilakukan bertahap berdasarkan tingkat kepentingannya dan fokus pada aspek atau goal tertentu dari masing-masing area, dan dari model yang ada diterjemahkan ke dalam sistem yang bisa terus menerus memberikan gambaran mengenai jaringan per Area management-nya, Berdasarkan tingkat kepentingan dan level kebutuhannya, implementasi sistem dilakukan dalam tahapan sebagai berikut: a) Melakukan identifikasi jaringan untuk mengetahui protocol management apa yang cocok untuk diterapkan. b) Penerapan fault management dalam bentuk tools dan sistem untuk mengetahui fault di jaringan dan sistem yang akan meng-handle troubleshooting-nya. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 140 c) Implementasi Performance Management, sebagai tools untuk memonitor kondisi network secara keseluruhan dan mengetahui jika ada penurunan performansi. d) Implementasi Configuration management dengan fokus utama untuk menyimpan konfigurasi di jaringan, e) Implementasi security management untuk memastikan otorisasi dan authentikasi akses ke jaringan. f) Implementasi Accounting Management sebagai log terhadap lalu lintas dan event di jaringan. P: Pada jawaban point 4 urutan implementasi dikatakan "Berdasarkan tingkat kepentingan dan level kebutuhannya", apaka ini berarti ini urutan berdasarkan prioritas? N: Betul urutannya berdasarkan prioritas mana yang harus didulukan karena lebih penting. P: Pada jawaban point 3: memberikan acuan untuk peningkatan kualitas dalam jaringan, dari FCAPS, fungsi mana yang paling signifikan meningkatkan kualitas jaringan? N: Fungsi Fault dan Performance management, karena terkait langsung dengan jaringan dan customer, sehingga dengan memperhatikan area tersebut maka kualitas jaringan dan layanan bisa lebih mudah diukur dan ditingkatkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 2 Transkrip Wawancara Media: Tatap muka P: Penulis N: Nara Sumber N: Chief Executive Officer (COO) – Yandi Rinaldi Waktu : 14 April 2014 P Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Interview ini dalam rangka penyusunan karya akhir S2 saya. Penelitian yang dilakukan adalah untuk menyusun sebuah arsitektur pengelolaan jaringan dengan metodologi yang ilmiah. Interview dilakukan diawali dari dari Top Management dengan tujuan agar arsitektur yang dikembangkan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan. Pertanyaan pertama adalah apa value proposition yang ingin dicapai AJN dan apa tujuan strategis yang ingin dicapai dalam tiga sampai lima tahun ke depan? N Kalau visi, misi, dan tujuan strategis organisasi pada dasarnya sama dengan apa yang tertulis pada dokumen strategic plan perusahaan, kamu bisa cek dokumen itu. Strategi kita pada prinsipnya sama dengan perusahaan Telco pada umumnya, kita tidak perlu reinventing the wheel, yang terpenting adalah, kami ingin agar setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis fakta-fakta bukan berangkat dari persepsi masing-masing pihak [PB1], itu yang pertama. Kemudian yang kedua adalah eksekusi yang tepat [PB2]. Kita ingin setiap strategi yang dicanangkan benar-benar dieksekusi, bukan hanya sekedar tentukan visi, menyusun misi, kemudian menetapkan strategi, lalu berakhir sebagai dokumen saja. Yang ketiga adalah, kita harus mengoptimalkan resource kita miliki 141 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 142 [PB3]. Untuk memberikan layanan, kita tidak harus mengadakan semuanya sendiri, kita optimalkan yang kita miliki, lalu kita jalin strategic partnership dengan piha-pihak yang memiliki kompentesi di bidang yang tidak kita miliki. P Seperti yang Bapak sampaikan bahwa perusahaan ini harus bergerak berdasarkan fakta, artinya kita harus memiliki data yang mencerminkan fakta secara akurat Pak? N Tentu saja, karena itu yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan. P Wrong data, wrong information, wrong strategy ya Pak? N Tepat sekali P Apa yang menjadi faktor pendorong utama ter-realisasinya tujuan strategis tersebut? N Faktor pendorong utama terwujudnya strategi bisnis yang pertama adalah pengenalan market. Kita harus tahu apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh pasar [PB4], kemudian kita siapkan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pendekatannya adalah membantu pelanggan mengenali apa yang sebetulnya mereka butuhkan, lalu kita berikan solusi yang paling optimal. AJN kedepan harus mampu melayani pelanggan yang ingin berkonsultasi untuk mengenali apa yang mereka butuhkan. Yang kedua adalah time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari para pesaing [PB5]. Contoh yang sudah kita lakukan dengan baik adalah layanan VSAT Maritime, pesaing kita baru tahun ini meluncurkan layanan serupa, sedangkan kita sudah sejak beberapa tahun lalu. Yang ketiga adalah menjalin kemitraan dengan pabrikan teknologi. Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan [PB6] lalu memberikan masukan kepada pabrikan teknologi baik itu terkait kualitas maupun fitur. Contoh terbaik yang pernah kita lakukan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 143 adalah ujicoba VSAT KU-band di Bogor. Informasi mengenai hasil ujicoba perangkat VSAT di daerah dengan perubahan cuaca yang begitu ekstrim memberikan masukan berharga vendor teknologi untuk dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan kondisi geografis daerah tropis seperti Indonesia. Selanjutnya adalah planning. Setiap hal yang sifatnya strategis harus direncanakan dengan baik. Kita membutuhkan data yang akurat, tapi tentu saja juga dituntut memiliki kemampuan untuk menggunakan data[CON1] tersebut untuk menentukan strategi. Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan[PB7]. Terakhir dan yang terpenting adalah faktor product development dan lifecycle management. Dua hal ini akan menentukan layanan yang akan diberikan kepada pelanggan di masa yang akan datang. Kedua hal ini akan menentukan bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan strategis. Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen pelanggan yang kita layani[PB8]. Karena pelanggan yang kita layani adalah segment indstri, maka layanan kita, mulai dari produk sampai teknologi yang kita gunakan harus bertaraf industri, bukan setingkat home appliances. P1 Untuk mencapai sasaran strategis perusahaan, apa yang diharapkan oleh perusahaan dari direktorat Operation? N2 Direktorat Operation adalah engine dari perusahaan ini, diharapkan dapat menjaga performansi dari services kita ke pelanggan [PB9] dan menjawab seluruh tantangan dalam menjaga performansi layanan. Harapan selanjutnya adalah direktorat Operation dapat menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun ketersediannya [PB10]. Direktorat Operation juga diharapkan dapat menjaga tingkat layanan Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 144 beyond expectation [PB11]. Menjaga performance sesuai dengan SLA itu penting, tapi yang diharapkan oleh perusahaan adalah beyond expectation, dengan demikian AJN akan menjadi perusahaan yang terpercaya. Target dari semua itu adalah loyalitas pelanggan. Untuk mencapai performansi yang beyond expectation itu sendiri, kita serahkan kepada direktorat Operation untuk memikirkan strategi yang tepat. P Apa faktor yang menjadi kunci untk mencapai sasaran strategis? N Sebenarnya ada tiga hal yang ingin kita capai ini sudah dicanangkan ketika AJN mulai bertransformas, yaitu innovation culture, financial discipline, dan global reach. AJN harus menjadi sebuah learning organization [PB12]. AJN harus selalu belajar dari pengalaman dan melakukan inovasi untuk melakukan improvement produk dan layanan. AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan global [PB13]. Untuk mencapai target global reach kita sudah memiliki PoP di Singapura. PoP ini akan menjadi pintu provider global untuk memiliki interkoneksi ke Indonesia. P Berkaitan dengan learning organization, bapak menyatakan bahwa kita harus belajar dari pengalaman, ini berarti masih berkaitan dengan statement Bapak yang pertama, bahwa kita harus bertindak berdasarkan fakta bukan persepsi. Kita berarti perlu informasi yang akurat [CON1] yang menggambarkan apa yang terjadi sehingga inovasi dilakukan berdasarkan informasi tersebut. N Ya, betul. Informasi yang akurat itu penting, karena sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Selaini itu, saya berharap AJN menjadi perusahaan yang transparan[CON2], artinya tidak ada informasi yang disembunyikan terkait perusahaan ini, tapi tidak juga kita buka informasi secara bebas. Setiap unit di AJN dapat mengakses informasi Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 145 apa saja mengenai perkembangan perusahaan, akan tetapi dengan batasan tertentu sesuai dengen kebutuhan [REQ1]. Informasi yang sifatnya strategis, seperti strategi bisnis, itu perlu dijaga, jangan sampai jatuh ke tangan yang tidak berhak[REQ2], apalagi sampai diketahui pesaing. P Intinya adalah keamanan inforamsi ya Pak ? N Ya betul, jadi informasi yang kita perlukan itu selain cepat, akurat juga harus dijaga[CON3], apalagi kalau sampai jatuh ke tangan pesaing. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 3 Transkrip Wawancara Media: Tatap muka P: Penulis N: Nara Sumber –Hendy Wiratama ST – Manager Planning and Engineering Waktu : 11 April 2014 P: Apa yang menjadi tujuan strategis dari Departemen Planning and Engineering? N: Tujuannya adalah untuk melakukan optimalisasi dan efisiensi terhadap jaringan yang ada, baik topologi maupun teknologi. Kita juga melakukan evaluasi terhadap network existing kemudian melakukan evaluasi terhadap teknologi yang ada di pasaran, dari informasi tersebut kita melakukan analisis untuk dapat menghasilkan solusi yang sama dengan teknologi yang ada di pasaran dengan tujuan agar solusi yang ada menjadi lebih optimal dan efisien. P: Apa yang menjadi indikator utama keberhasilan departemen Planning and Engineering? N: Indikator keberhasilan kami yang pertama adalah maksimal kapasitas jaringan 80% [REQ3] dan peningkatan performansi dan kehandalan jaringan. P: Untuk mencapai indikator keberhasilan, informasi apa yang diperlukan dari jaringan yang live saat ini? N: Informasi yang dibutuhkan terutama mengenai trouble yang ada, kemudian penyebabnya apa [REQ4] lalu dilakukan analisis mana teknologi yang paling sering menyebabkan layanan terganggu. Berangkat dari informasi tersebut, lalu kita lihat teknologi yang ada di pasaran, mana yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Terkait dengan optimalisasi jaringan existing, kita juga membutuhkan informasi utilisasi jaringan [REQ5], sehingga kita bisa mengetahui mana 146 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 147 yang harus dikembangkan. Tim Planning and Engineering pada intinya melakukan pengembangan teknologi baru untuk memberikan solusi yang lebih baik terhadap layanan yang ada, dan juga melakukan pengembangan terhadap teknologi yang dimiliki untuk menjaga ketersediaan jaringan. P: Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan data-data apa yang dibutuhkan oleh tim Planning and Engineering? N: Data yang diperlukan terutama adalah data performansi jaringan, yang kedua adalah utilisasi jaringan, yang ketiga adalah data-data penyebab gangguan. P: Apa yang diharapkan dari sistem pengelolaan jaringan, terkait dengan pemenuhan kebutuhan data? N: Ketepatan analisa yang bergantung pada kelengkapan dan kecepatan pengumpulan data [CON4], terutama data-data terkait penyebab gangguan, itu harus secara cepat didapatkan, agar PE dapat secara cepat mencari solusinya[REQ6]. P: Apakah kebutuhan-kebutuhan tersebut sudah terpenuhi oleh sistem yang ada saat ini? N: Belum, masih ada beberapa yang kurang, terutama penyebab terjadinya gangguan, kurang tepat untuk digunakan dalam analisa, selain itu kurang cepat. Data membutuhkan waktu yang lama untuk dikumpulkan dan dianalisis sampai kita mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 4 Transkrip Wawancara Media: Surat Elektronik P: Penulis N: Nara Sumber – Artini Rachman – General Manager Business Development Division Waktu : 16 April 2014 P Value proposition apa yang ingin dicapai oleh AJN ke depan? N Value proposition yang ingin dicapai ke depannya adalah di Product Differentiation [PB14] dimana setiap produk memiliki layanan nilai tambah bagi pelanggan, yaitu tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar pelanggan terkait konektivitas jaringan, namun juga bisa memiliki potensi sebagai revenue generator. P Untuk mencapai value proposition yang ingin dicapai, apa tujuan strategis yang ingin dicapai perusahaan dalam kurun waktu 3-5 tahun kedepan? N Business objective AJN dalam 3- 5 tahun ke depan adalah untuk senantiasa memiliki layanan dengan business model baru di industrinya. P Apa strategic initiative untuk mencapai tujuan strategis? N Melakukan pemilihan teknologi yang memiliki keunggulan bersaing[PB15] ( dalam hal ini adalah low-cost leaderships ) dan kerjasama strategis dengan para penyedia jasa sejenis maupun yang tidak sejenis namun memiliki keahlian di bidangnya atau memiliki reputasi atau pengalaman yang baik di industri. 148 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 5 Transkrip Wawancara Media: Tatap Muka P: Penulis N: Nara Sumber – Giyarso – Manager Service and Quality Management Waktu: 1 April 2014 P Jika dilihat dari job description berdasarkan keputusan direksi 2014, tugas utama dari departmen Servive and Quality Management adalah menjaga kualitas layanan dan perfomansi jaringan, apa yang menjadi indikator keberhasilan? N Jika dilihat dari job description, tugas departmen Service and Quality Management pada intinya adalah menjaga tingkat layanan dan performansi jaringan. Tugas dari Service and Quality Management penanganan gangguan targetnya adalah mencapai target SLA dan MTTR. P Untuk mencapai target sasaran kerja, informasi apa yang diperlukan dari jaringan yang live saat ini? N Yang pertama adalah informasi status jaringan, kapan jaringan itu on kapan jaringan itu off [REQ7], berapa lama durasinya. Informasi ini kita inginkan real time [CON5], tidak menunggu pelanggan complain terlebih dahulu. Durasi fault harus tersimpan karena [REQ7] setiap saat kita akan membutuhkan itu, baik untuk perhitungan SLA maupun untuk kebutuhan jika tiba-tiba pelanggan menanyakan status gangguan baik yang sudah terjadi maupun yang sedang terjadi. Yang kedua, selama ini kita menghitung manual availability setiap jaringan, dan itu membutuhkan waktu yang lama. Kedepan informasi performansi jaringan harus dapat diketahui kapan pun kita mau [REQ8], jadi kita bisa memonitor setiap saat informasi performansi ini. Dengan informasi performansi ini kita dapat melihat, mana jaringan yang performansi nya menurun dari waktu ke waktu, sehingga kegiatan preventive bisa kita lakukan. Penurunan performansi yang terjadi secara terus menerus harus secara real time kita ketahui, kalau bisa system kita 149 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 150 mengirimkan notifikasi jika ada penurunan yang terus menerus [REQ9] tadi. Jadi ada semacam early warning kepada tim Service and Quality Management [REQ11] untuk kita tindak lanjuti. Selain performansi yang menurun secara terus menerus, kita juga memerlukan. informasi penurunan performansi yang tiba-tiba, menyebabkan performansi berada di bawah tresh hold yang kita tentukan [REQ12] Yang ketiga, kita ingin mengetahui akar masalah dari semua gangguan yang pernah terjadi [REQ13]. Setiap gangguan pasti ada penyebabnya, kita harus tahu apa penyebab terbanyak yang selalu muncul, berapa persentase kemunculannya jika dibandingkan dengan gangguan secara keseluruhan. Dengan diketahuinya akar masalah yang terbanyak, kita dapat menentukan langkah perbaikan terhadap objek yang selalu menjadi penyebab gangguan, pada akhirnya gangguan bisa dikurangi. Kita juga bisa menentukan prioritas, mana yang harus didahulukan dan mana yang tidak. P: Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan data-data apa yang dibutuhkan oleh tim Service and Quality Management? N: Data yang dibutuhkan tentunye event log, data gangguan , penyebab dan solusi, dan data teknis. P: Apa yang diharapkan dari sistem pengelolaan jaringan, terkait dengan pemenuhan kebutuhan data? N: Yang paling penting adalah data bisa didapatkan secara real time [CON6], dan tentu saja akurat[CON7]. Kita tidak perlu mengolah lagi secara manual [CON8] karena itu memakan waktu yang tidak sebentar. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 6 Transkrip Wawancara Media: Tatap Muka P: Penulis N: Nara Sumber – Avi Yunawan – General Manager Divisi Engineering Waktu: 02 Mei 2014 P Interview ini tujuanya untuk mengetahui yang pertama sasaran strategis divisi Engineering, yang kedua fungsi-fungsi network management yang diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan availability, hal ini dilihat dari laporan kemarin, yang bermasalah adalah availability, yang kita cari bukanlah menyelesaikan masalah secara satu persatu, tetapi secara over all. Kita mulai dari proses bisnis utama divisi Engineering, mohon dijelaskan! N Kalau Engineering, pada prsipnya ada dua fungsi utama, yang pertama adalah network management services dan yang kedua adalah Planning and Engineering. Untuk NMS yang utamanya cuma satu, yaitu memastikan bahwa seluruh network element termonitor [FUNC1] dan ter-manage dengan baik, artinya fungsi pencatatannya harus jelas. Yang kedua sebetulnya ini adalah fungsi tambahan tapi penting sekali, yaitu di fungsi di monitoring tadi ada fungsi pencatatan, network element terganggu dan customer yang terganggu [FUNC2], nah ini fungsi utamanya NOC sebetulnya. Untuk Planning and Engineering, ada dua fungsi utama, yang pertama adalah capacity management, yg ensure bahwa kapasitas produksi itu semuanya terpenuhi[FUNC3], baik dari mulai transponder, kapasitas backbone jaringan, ketersediaan perangkat, meskipun nanti pengelolaan ketersediaan perangkat dilakukan oleh unit lain yaitu procurement logistic. Planing and Engineering output nya dari capacity management adalah report utilisasi dan usulan untuk pemenuhan kebutuhan kapasitas jadi kita sebatas melakukan evaluasi dan mengusulkan, nanti yang akan mengeksekusi di Business Development. 151 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 152 Fungsi kedua, adalah enhancement, jadi network existing atau customer existing harus selalu kita pantau [FUNC4], apakah availability-nya, atau service level-nya, dua hal itu yang mendasari Planning and Engineering untuk melakukan research and development untuk mengembangkan sesuatu yang baru atau menyempurnakan yang sudah ada, tujuannya meningkatkan SLA dan availability [FUNC5]. P Dari ada empat proses bisnis utama tadi, apa indikator keberhasilan dari divisi Engineering? N Karena ada dua fungsi utama, maka Engineering itu salah satu indikator keberhasilannya adalah kalau seluruh network element sudah berhasil termonitor Yang kedua NMS bisa menyajikan data untuk melakukan evaluasi, dalam hal ini kita membutuhkan dashboard, output-nya adalah bagai mana Engineering dapat menyajikan data untuk diolah, baik diolah dari sisi management strategic atau dari sisi strategi operasional [REQ14], karena ketika kita tahu, misalkan si remote ini sering bermasalah, waktunya lama, lalu kita bisa menentukan langkah apa setelah itu. Jadi kalau kita sudah bisa memonitor seluruh network element [REQ15], dan kita sudah bisa menyajikan data dalam bentuk report, data ini tidak terlalu mentah tapi sudah dapat dibaca [CON9]. Planning and Engineering indikator keberhasilannya adalah kalau kapasitas itu tidak pernah running out, jadi kita akan selalu me-maintain kapasitas, kalau dilihat dari rule nya itu 80%, jadi ketika kapasitas mendekati 80% kita harus segera melakukan action untuk upgrade. Sementara itu, di Planning and Engineering memang sedikit abstrak, tidak se-exact yang lain, tapi bottom line nya ada, yaitu meningkatkan kualitas existing, atau peningkatan service level dan availability dari network baik dari kacamata customer, backbone, maupun operasional, jadi memudahkan operasional juga merupakan tugas Engineering. P Untuk mencapai indikator keberhasilan tadi, kira-kira fungsi apa pada sistem Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 153 pengelolaan jaringan yang perlu ada untuk mencapai sasaran strategis di Divisi Enegineering itu sendiri? N Yang kita canangkan method nya adalah secara garis besar kita mencanangkan salah satu metode yang akan digunakan adalah FCAPS. Kita harus mengenali fault, configuration, accounting, performance, dan security. Dari lima unsur tadi, fault, kita sudah membuat aplikasi untuk memudahkan tim mengenali, mulai dari kita mencatat faultnya, kapan terjadinya, berapa durasinya, siapa saja yang terganggu[REQ16]. Kita juga merancang sistem yang akan mencatat kenapa itu terganggu, jadi kalau sudah ada fault nya kenapa, action yang sudah dilakukan apa saja, dan akhirnya disimpulkan gangguannya karena apa, solusi nya apa [REQ17], kemudian tindak lanjutnya apa. Kita merancang bagai mana fault itu dikenali dan diolah. Configuration tantangan juga, bahwa sekarang memang, configuration itu sudah ada, tapi masih tersebar di beberapa unit . Sebetulnya beberapa waktu kemarin, Jais sudah membuat satu tempat penampungan untuk semua konfigurasi [REQ18]. Itu mungkin akan jadi cikal bakal nanti kita akan mengembangkan sistem yang akan mendukung pencatatan terhadap konfigurasi [REQ19]. Accounting kita rasa saat ini sudah saat nya kita sudah menerapkan sistem accounting. Saat ini kita belum lakukan tapi kita kita akan kesana. Beberapa staff kita sudah tugaskan untuk mengembangkan sistem accounting di antaranya Tacacs. Nanti kita akan buatkan data base untuk user. Data base itu terintegrasi [CON10] antara di sistem accounting, network, dan employee policy. Kita sudah punya active DC dan Tacacs, nah saya harapkan itu nanti terintegrasi membentuk sebuah sistem single sign on [REQ21], tinggal nanti priviledge nya yang kita batasi. Contoh, si A bisa akses ke network dengan priviledge sesuatu, si B bisa akses sebagai administrator. Itu mungkin cita-cita besarnya yang ingin kita bangun di AJN. Saya rasa itu penting supaya jelas accountability nya, ketika terjadi sesuatu baik itu fault maupun perubahan terhadap network semuanya terekam dengan baik [REQ21]. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 154 Performance, memang target utama dari Direktorat Operation, pada umumnya adalah performance management. Jadi, kita harus selalu mengelola terhadap apa yang sudah kita catat, kita kenali, kita tahu misalkan performance pelanggan A sedang turun, lalu apa selanjutnya. Penting kita untuk tahu bahwa pelanggan itu sedang jeblok [REQ22], tapi yang lebih penting kita tahu what next? jadi di performance management kita mengelola bagai mana supaya performance itu ada di titik yang sudah kita targetkan. Itu inti dari performance. Caranya bisa macam-macam, nanti salah satunya tugasnya Engineering juga melakukan monitoring, kalau ada sesuatu yang diindikasikan ini sudah menyimpang dari kewajaran [FUNC6] harus segera ditindak lanjuti. Solusi yang akan diterapkan apakah solusi jangka pendek, mungkin kalau solusi jangka pendek akan kita serahkan ke Operasi, tapi di Engineering kita memberikan solusi jangka panjang. Day to day operation itu adanya di divisi Operasi, akan tetapi untuk solusi yang mungkin membawa dampak nasional terhadap perusahaan, baik itu customer satisfaction maupun revenue loss, itu adalah kewajiban divisi Engineering. Yang terakhir security [FUNC7], security menjadi aspek yang paling penting dari semuanya. Bahwa network kita itu mesti secure, rencananya kita akan menerapkan sistem monitoring, seperti syslog, sehingga kita tahu siapa melakukan apa [REQ23], sebelum itu kita juga harus menentukan priviledge, siapa saja yang berhak. Kita sudah menunjuk administrator , dia yang akan mengatur, jadi tidak ada lagi abusement terhadap power, mau dia GM, direktur, selama tidak melakukan sesuai prosedur, dia tidak akan mendapatkan hak akses atau priviledge. Satu masukan untuk teman-teman, bahwa nanti password itu akan dijaga, lalu ditempatkan disebuah tempat yang aman. Ketika terjadi force majeur, atau ketika kita memerlukan adanya mitigation plan nanti itu akan digunakan. Wawancara terhenti karena terpotong waktu shalat. Wawancara kemudian dilanjutkan setelah sholat. P Baik kita lanjutkan interview yang sempat tertunda ibadah sholat magrib. Tadi sudah disebutkan ada lima fungsi pengelolaan, yaitu fault management, Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 155 configuration management, accounting management, performance management, dan security management. Informasi apa yang diperlukan untuk menjamin kelancaran lima fungsi tersebut ? N Untuk fault, informasi yang sangat dibutuhkan pastinya informasi mengenai downtime [REQ24], jadi kapan suatu network element itu down. Perlu dipastikan bahwa itu bukanlah false alarm [REQ25]. Yang perlu dipastikan lagi adalah, bahwa data yang disajikan itu terstruktur dan continue. Harus dipastikan bahwa data itu benar [CON11], dan memudahkan untuk diolah, itu penting untuk informasi mengenai fault. Accounting, itu sebenernya sangat related dengan security, informasi yg dibutuhkan tentunya user-nya siapa, hak aksesnya apa [REQ26]. Untuk configuration, informasi yang dibutuhkan yang pertama adalah topologi jaringan [REQ26], itu harus ada untuk setiap network entitas, baik itu di sisi customer maupun di backbone. Yang kedua konfigurasi untuk setting, bisa setting perangkat, setting routing [REQ27], dan lain –lainnya, semua itu harus terdokumentasi dengan baik [CON12], karena tidak menuntut kemungkinan ketika terjadi fault dan kita tidak punya informasi terkait backup konfigurasi, pasti akan menyulitkan. Kita tidak tahu siapa saja dulu penggunanya. Performance ,informasi yang dibutuhkan sebetulnya informasi yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada layanan pelanggan[REQ28], selain informasi performance itu sendiri. Tadi kita sudah tau apa yang harus dimonitor, lalu bagaimana monitoringnya, sehingga performance dari kaca mata kita sudah kelihatan. Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah informasi pembanding, jadi yang diukur oleh mesin itu tidak bisa kita terima mentahmentah, kita mememerlukan informasi pembanding untuk memvalidasi keakuratannya [REQ29]. Misalkan, fault itu disebabkan oleh siapa, apakah fault itu disebabkan oleh sistem AJN, atau fault itu disebabkan oleh sistem customer. Kita fault disebabkan oleh sistem pelanggan, harus ada informasi yang memvalidasi, apakah itu informasi yang didapatkan langsung dari pelanggan, maupun informasi yang didapatkan dari event log perangkat, misalkan ada alarm loss power, karena adanya gangguan pada listrik yang menjadi tanggung jawab customer. Gangguan yang disebabkan oleh sistem pelanggan, kalau itu disepakati harus di keluarkan dari list gangguan, maka itu tidak dihitung sebagai faktor yang mengurangi performansi. Sesuatu yang kita sepakati harus djaga. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 156 Dalam performance juga harus ada informasi tentang kesepakatan ini. Jadi, di awal ketika kita deliver service, harus diperjelas scope tanggung jawab masingmasing antara AJN dan customer, kesepakatan ini harus diinformasikan ketika kita menghitung performance. Selain dari itu, yang penting adalah informasi jaminan SLA aatau target SLA berapa, agar kita tahu apa yang kita capai ini mencapai target atau tidak [REQ30]. Walaupun kita bisa mengeluarkan data performansi, tapi kita tidak tahu targetnya, kita menjadi tidak tahu juga, apakah ini baik atau buruk. Untuk aspek-aspek Security, kalau berbicara mengenai security, pasti kita melibatkan dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Untuk pihak internal yang diperlukan adalah informasi siapa usernya, apa priviledge yang dimiliki, kompetensi [REQ31]. Jangan sampai, kompetensi orang yang tidak mumpuni, diberi priviladge akses yang tinggi, ini berbahaya bagi security. Dari sisi eksternal, informasi yang dibutukan adalah informasi berkaitan dengan threat dari internet, seperti virus, trojan dan semacamnya, atau hacker. Kita harus membatasi network kita dari ancaman eksternal. Banyak hal yang bisa diterapkan, misalkan adanya policy yang menyatakan bahwa network kita hanya bisa diakses oleh keluarga besar AJN melalui VPN Tunneling, atau bisa jadi kita allow IP address tertentu, atau port tertentu yang kita buka. Untuk sistem informasi kita sendiri, sejauh mana peranan teknologi informasi yang ada sekarang ini, dalam menyediakan informasi yang kita perlukan, apakah di sini TI memiliki peranan penting atau tidak? TI sangat berperan penting. Dalam upaya pengelolaan tadi, informasi-informasi tadi sebaiknya di IT-kan [CON13]. Semua diarahkan ke sana, karena misalkan, konfigurasi kalau tidak di dokumentasikan secara digital, bayangkan seberapa hebat kita akan menangani file management. IT dengan file management digital, akan lebih efisien, pencarian data menjadi lebih cepat, lebih mudah, lebih akurat. Fungsi-fungsi seperti Tacacs, itu adalah fungsi-fungsi yang harus ter IT-kan, tidak mungkin kita simpan password di hard copy, dan tidak pernah di update. Dengan Tacacs tadi, kita kan bisa update password setiap tiga bulan, enam bulan, bergantung pada policy nya. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 157 P Jadi implementasi dari policy menjadi lebih mudah dengan adanya TI? N Betul, yang penting policy kita tetapkan kemudian TI menjembatani bagaimana mengimplementasikan policy tadi agar konsisten dijalankan. P Terkait dengan informasi yang dibutuhkan, apakah sistem informasi pada sistem pengelolaan jaringan kita sudah dapat memberikan informasi dengan kualitas yang diharapkan? N Sudah, tapi mungkin belum 100%. Yang belum itu masalah akurasi, untuk akurasi perlu alat bantu, dan TI adalah solusinya, jadi TI harus dapat memastikan informasi itu datang dengan seakurat mungkin, dalam waktu yang cepat [CON13]. Jadi kalau kita menanyakan, saat ini SLA berapa sih? performance untuk VSAT bagaimana? nah kita harus bisa dengan akurat memberikan jawaban yang cepat, itu yang paling penting. Selain akurasi yang tidak kalah pentingnya adalah masalah penyajian informasi[CON14]. Informasi itu, seakurat apapun, kalau penyajiannya tidak tepat, atau tidak sesuai dengan siapa audiensnya dapat menyebabkan miss information. Contoh untuk C level atau BoD, ketika kita memberikan informasi yang sangat detail mengenai sebuah network element itu kurang tepat, karena mereka tidak dapat mengambil keputusan apa-apa dari informasi itu. Yang dibutuhkan C level misalkan sebetulnya summary over all, misalkan sekarang berapa sih SLA nya, nah SLA itu kan dibangun dari elemen-elemen kecil memang, seperti informasi fault, network element sehingga nanti dikumpulkan menjadi satu kesimpulan, dan menginformasikan SLA yang dicapai. Penyajian informasi untuk level engineer dan analis itu beda lagi, memang ada informasi global seperti SLA, misal mereka mendapat informasi mengenai SLA, tapi engineer dan analis tadi membutuhkan informasi yang lebih detail apa yang sih yang ada dibalik informasi SLA tadi. Jadi selain tadi akurasi data, yang penting juga adalah kemampuan kita untuk meyajikan informasi, itu yang saat ini belum terpenuhi, karena tidak semua orang mampu melakukan penyajian informasi sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang disajikan tidak salah, hanya karena penyajiannya yang tidak tepat, sehingga relevansi seolah-olah tidak ada. P Untuk informasi SLA tadi, apakah saat ini bisa didapatkan secara real time, seperti kebutuhan tadi? Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 158 N Untuk saat ini masih semi manual sih, kita sudah ada data mentahnya yang didapatkan secara real time, namun kita masih harus melakukan pengolahan secara manual dalam rangka menyajikan data tadi supaya ter-capture sebagai laporan SLA, itu PR besar yang harus kita kerjakan. Kita harapkan penyajian SLA ini sudah ada di aplikasi IT [REQ32], karena tanpa aplikasi dan bantuan dar TI, dengan jumlah network entitas kita yang cukup besar, maka tidak akan mudah dikerjakan secara manual. P Artinya ada aplikasi yang mampu mengolah data dan langsung menampilkan informasi sesuai dengan format yang dibutuhkan? N Iya betul, jadi paling tidak ketika kita baca aplikasi tersebut, kita bisa langsung tahu potret kita, misalkan customer A atau service A itu kondisi real nya saat ini bisa langsung diketahui, SLA sedang jatuh dari hari ke hari, SLA yang naik turun, itu bisa langsung kelihatan, itu akan membantu baik untuk operation maupun management untuk mengambil keputusan terhadap bisnis yang dijalankan. P Tadi sudah disebutkan beberapa, tapi mohon disebutkan secara lebih spesifik, dukungan TI seperti apa agar fungsi-fungsi pengelolaan tadi bisa berjalan lancar ? N Yang pertama adalah aplikasi yang mampu menampilkan real time network topology [REQ33]. Itu aplikasi yang sangat krusial, jadi divisualisasikan dalam peta geografis, jaringan mana yang saat ini yang sedang terganggu, dan mana yang normal. Ini penting supaya kita tahu bahwa network yang kita maintain itu berapa persen yang terganggu saat ini, itu salah satu target utama dalam sistem pengelolaan jaringan. Yang kedua, tentu saja aplikasi yang berhubungan dengan perhitungan SLA, baik network entitas maupun service customer. Kita harus mampu menghitung SLA secara real time, berapa SLA ter-update saat ini, termasuk SLA back date REQ34], misalkan berapa SLA bulan lau, SLA tiga bulan lalu, satu tahun sebelumnya. Sistem harus bisa menampilkan history SLA. Kita juga harus punya aplikasi yang berhubungan dengan pencatatan action terkait dengan fault yang terjadi [REQ35]. Kita harus tahu siapa melakukan apa, targetnya berapa lama, kita bisa menyimpulkan mana yang bermasalah, apakah unit kerja tertentu yang menyebabkan penanganan fault menjadi lama, atau Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 159 tingkat kerumitan masalahnya, nah dua masalah ini obatnya beda-beda. Untuk tingkat kerumitan berarti ada masalah kompetensi, kalau masalah ada di unit tertentu berarti proses bisnis harus kita perbaiki. P Kalau dilihat dari fungsi implementasi, Service and Quality, Planning and Engineering? N Kalau dari skala perusahaan, aplikasi delivery sistem juga harus ada. Dimulai dari pencatatan pipe line, calon pelanggan mana yang sedang kita prospek, packaging nya bagaimana, mana yang sudah close deal, mana yang masih jauh. Setelah deal kita, maka harus ada aplikasi yang mencatat delivery system [REQ36], dari order customer, lalu bagaimana order itu di deliver. Aplikasi itu harus berbasiskan titik proses, tidak hanya aplikasi nya saja, tapi aplikasi ini harus mampu menunjukan saat ini sedang ada di titik proses mana. Titik proses itu mula dari sales, planning, implementasi, sampai nanti diserah terimakan ke operasional. Setelah beroperasi, kita harus memiliki aplikasi yang mampu mencatat kegiatan-kegiatan after sales. Setelah jaringan kita deliver, apa yang terjadi pada jaringan harus bisa dicatat, terutama yang berhubungan yang fault. Selain itu juga ada aplikasi yang mendukung, logistic system untuk distribusi keluar masuk barang, pencatatan asset juga harus ada [REQ37]. Untuk yang khusus di Engineering kita perlu aplikasi SLA, pencatataan aduan, user management, satu hal untuk capacity management juga harus ada aplikasi yg mencatat dan mengelola mengenai kapasitas [REQ38], itu hal yang sangat penting. Jadi itu aplikasi-aplikasi yang mungkin kita butuhkan untuk divisi Engineering pada khususnya dan perusahaan pada umumnya. P Sedikit konfirmasi, apa kontribusi apliaksi logistic system untuk peningkatan availability? N Kalau kita memiliki sitem procurement yang baik, ketika terjadi aduan, ada fault, dan ada sesuatu yang rusak, kalau sudah ada spare existing, maka perlu ada sistem yang secara transparan menginformasikan keberadaan spare tersebut [REQ39]. Ketika spare tidak ada, berarti harus ada pembelian, procurement sistemnya Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 160 harus secara transparan terkait pencatatan dan approval pembelian, ini harus ada informasi ini, kalau tidak ada, yang terjadi adalah status pembelian yang tidak diketahui sampai dimana, dan proses ini akan menghambat, ini akan menyebabkan pengadaan lebih lama dan berdampak pada SLA. P Baik pak, sepertinya sudah cukup, terima kasih atas waktunya N Baik. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 7 Transkrip Wawancara Media: Tatap Muka P: Penulis N: Nara Sumber – Abi – Asistant Manager Angkasa Pura I Waktu: 03 Mei 2014 P Pelayanan seperti apa yang diharapkan oleh Angkasa Pura? N Kalau kita ngomong pelayanan, yang pertama adalah 24/7, baik engineer mapun NOC nya, terpenuhinya SLA yang saya tahu SLA itu common di 99.5%, kalau dihitung per hari nya dia boleh down hanya dalam waktu di bawah 5 menit kalau tidak salah, kalau ada penggantian perangkat due to hardware failure, service itu kan counting ya, jadi kita harus bisa melihat secara terus menerus kalau ada down [REQ40], dan sebisa mungkin pembayaran restitusi itu dihindari. Ketersediaan backup link, baik jaringan last mile maupun backbone, minimal ada satu backup link. P Siklus service itu dimulai dari Pasang baru, operation, lalu terakhir dismantle, yang ingin saya fokus di PSB dan operation, apa yang diharapkan dari angkasa pura terkait dengan proses pasang baru oleh network provider? N Pertama untuk semua pelayanan harus punya resource, kalau ada resource proses bisa cepat, petugas juga harus tahu medan, dia harus tau kondisi kita di lokasi seperti apa, provider harus tahu lapangan, apalagi kalau berkaitan dengan PSB yang krusial, ketika harus bisa meng-cover operasional sebelumnya, yang kita namakan shadow, selama ini yang saya handle pasti ada shadow, kalaupun nanti ada pasang baru ada klausul shadow. Kualitas pasang baru harus lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi kualitas, kecepatan. Pada saat pasang baru ada kemungkinan juga hardware failure, bisa karena masalah shipping, nah ketersediaan backup juga jadi faktor penentu, transparansi informasi juga penting, karena kita memberikan kepercayaan kepada provider untuk mengkonfigur network kita, otomatis transparasi konfigurasi harus kita dapat, dari IP, bandwidth yang sesuai dengan pesanan. P Kalau dari penanganan gangguan pak, yang diharapkan penanganan gangguan seperti apa? 161 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 162 N Pertama kita ingin per-hari ini idealnya di masing-masing lokasi ada engineer yang khusus ditempatkan di sana, layanan 24/7 NOC. Yang perlu digarisbawahi, tanpa bermaksud membandingkan dengan perusahaan lain, saya pernah mengalami kita menghubungi NOC kapan, ditangani kapan,dan itu kalau kita berbicara bisnis, maka sudah hilang kesempatan. Gerbang operasional itu NOC 24/7 harus ada terus, dan ketika engineer dibutuhkan, maka secepat mungkin agar datang ke lokasi, karena sebetulnya itu menjadi catatan kita. Kalau pelayanan NOC cepat, dan engineer yang menangani juga cepat, kenapa tidak kita tambah saja itu juga bagus kan untuk perusahaan itu. Pada saat kita infokan ada trouble, langsung bisa tracing masalahnya di mana. P Jadi informasi permasalahan ini juga penting ya Pak? N Betul karena sebetulnya begini, tidak semua client itu mengerti, contoh nya saya, saya mungkin tidak mengerti konfigurasi yang ada di sini tapi yang saya tahu ketika terjadi ada problem, yang saya inginkan adalah penangnan yang cepat, sehingga masalah cepat selesai. Hal ini menurut saya common. P Jika service provider membuka akses informasi kepada para pelanggan terkait dengan layanan yang diberikan, maka informasi apa yang diharapkan bisa didapat oleh Angkasa Pura? N Kita berbica benefit atas kerjasama, kita harapkan bisa melihat performansi jaringan atau infrastruktur yang kita sewa [REQ41]. Aplikasinya bisa apa saja terserah, tapi manakala user mengatakan ada koneksi yang down maka pada saat itu juga saya bisa melihat [REQ42], betul ada jaringan yang down. Kemudian kita bisa tau down nya berapa lama [REQ43], kalau ingin lebih detail lagi, kita bisa tau penyebab down nya karena apa [REQ44], apakah karena ada konfigurasi yang salah, ada IP bentrok. Yang kedua, kalau ada semacam potensi bisnis yang kita bisa gunakan dari jaringan yang kita sewakan. Provider bisa memberikan advice untuk memanfaatkan business opportunity dari jasa yang disewa. Kita punya keuntungan selain dari service yang oke, kita sebagai tenan juga punya hak untuk menggunakan yang kita sewa untuk kegiatan bisnis lain. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 8 Transkrip Wawancara Media: Tatap Muka P: Penulis N: Nara Sumber – Hilman Budiman – General Manager Divisi Operation Waktu: 02 Mei 2014 P Interview ini dilakukan untuk mengetahui sasaran kerja divisi Operation, fungsifungsi utama di divisi Operasi untuk meningkatkan availability. Berdasarkan masalah yang kita hadapi yaitu tidak tercapainya availability. Tujuan dari interview ini pada akhirnya adalah untuk menentukan sistem pengelolaan jaringan yang menyeluruh, dari mulai implementation sampai operasional. Pertanyaan pertama, mohon dijelaskan proses bisnis utama di divisi operation saat ini. N Proses bisnis di divisi operasi adalah pada awalnya proses implementasi [FUNC8], mulai mengerjakan dari pasang baru, dismantle, relokasi, upgrade, dan downgrade bandwidth, setelah selesai pekerjaan implementasi, hasil pekerjaan akan diserahkan ke departemen Service and Quality untuk day to day operasional [FUNC9]. P Dilihat dari proses bisnis tadi, apa yang menjadi indikator keberhasilan dari divisi operasi? N Tentunya SLA yang ditargetkan oleh customer adalah target utama kita, jika target tercapai berarti availability bagus, tapi itu terkait dari awal implementasi, jika implementasi tidak baik maka availability akan terpengeruh. P Jadi availability itu juga ditentukan sejak proses pasang baru? N Ya betul. P Untuk mencapai indikator keberhasilan itu, apa fungsi yang dijalankan oleh tim Implementation dan Service and Quality untuk menjamin target availability tercapai? N Untuk implementasi, seperti yang sudah saya sampaikan, kunci awal ada di department Implementasi. Implementasi ini selain mencapai target on air, juga harus memperhatikan kualitas instalasi [FUNC10], jika kualitas bagus dan 163 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 164 memenuhi standar yang ditetapkan. Dari divisi Operasi sendiri, kita tidak mengutamakan seperti memadamkan api, tetapi lebih kea rah mencegah terjadinya kebakaran. Hal ini bisa dibantu dengan fungsi-fungsi teman-teman di Divisi Engineering. P Bagaimana dengan kegiatan corrective maintenance? N Dari corrective maintenance kita harus maintain pencapaian MTTR, MTTR harus sesuai dengan kesepakatan kita dengan pelanggan, yaitu 4 jam. Caranya adalah dengan bekerja sama dengan mitra-mitra yang ada di lokasi, karena tidak mungkin kita bisa menangani semuanya sendiri, didukung juga dengan adanya spare part. P Tadi disebutkan, pada proses implementasi harus memperhatikan kualitas, sehingga menjaga availability, dari Service and Quality melakukan PM dan CM. informasi apa yang dibutuhkan untuk kedua fungsi ini, agar berjalan efektif menjaga availability? N Dari implementasi, adalah apakah yang dipasang itu sesuai dengan yang direncanakan, konfigurasi perangkat terpasang sesuai standar, parameter sesuai dengan yang disyaratkan, adanya proses testing [FUNC11], dan berita acara yang dilengkapi dengan dokumentasi yang akan dijadikan sebagai acuan di teman-teman operasi ketika terjadi gangguan, selain itu dokumentasi tersebut akan dijadikan sebagai acuan di NMS, jadi ketika di NMS terjadi penurunan parameter dari semula, maka tim operasi akan dapat segera melakukan kegiatan PM. P Jadi ketika ada penurunan performansi, sebelum terjadi gangguan, bisa langsung diperbaiki? N Ya betul, tepatnya upaya preventive. P Bagai mana dengan Service and Quality, informasi apa yang dibtuhkan oleh tim yang akan membantu menjamin availability tetap baik? N Pertama symptom gangguan itu harus jelas [REQ44] sehingga teman-teman di Service and Quality analisanya tepat, penanganan juga tepat, spare part apa yang harus dibawa. Day to day monitoring performansi [FUNC12] harus dilakukan, supaya trend penurunan bisa terdeteksi, penyebabnya juga harus bisa dideteksi [REQ45], apakah karena power, atau karena yang lain, secara real Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 165 time [CON15] dapat terlihat. Perangkat-perangkat yang sudah terpasang juga ada dokumentasinya [REQ46], sehingga kita bisa menentukan berapa persen perangkat yang spare yang harus disediakan di lokasi-lokasi tersebut. Sehingga spare itu selalu tersedia sehingga penanganan bisa dilakukan secara cepat. Satu hal lagi yang paling penting, konfigurasi awal yang terpasang itu harus ada [REQ47], dan seiring waktu jika ada perubahan, baik itu upgrade atau downgrade, informasinya harus tercatat [CON16], sehingga pada saat ada gangguan yang terjadi jika dokumentasi tidak ada, ini akan memperlambat proses penanganan, karena kita harus mencari-cari data dulu. P Dari informasi-informasi yang disebutkan tadi, apakah teknologi informasi di sistem pengelolaan jaringan kita sudah mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan? Yang ada saat ini, sebetulnya data sudah ada, tapi sistemnya belum mengarah ke sana, boleh dibilang hanya 50%, belum bisa kita melakukan monitoring itu secara real time dan cepat [CON17], kita masih harus melakukan proses manual, akhirnya kita mengambil keputusan yang salah. Data yang tidak akurat, analisa yang salah, akibatnya MTTR tidak terkejar. Harapan saya sitem segera dibuat, contohnya database history awal tadi, parameter awal itu sangat berperan dalam penanganan gangguan. Dengan data-data yang masih terpisah, saya berharap ada integrasi data [CON18], sehingga bisa dibuatkan sebuah sistem penanganan gangguan yang menyeluruh, dan bisa diakses oleh teman-teman di Operasi. P Terkait dengan sistem informasi existing, apa harapan terhadap kualitas informasi yang dihasilkan? N Saat ini informasi yang ditampilkan masih belum akurat, karena lebih sering informasi gejala awal gangguan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. SLA yang kita miliki juga belum tentu update, artinya tidak real time. Sebagai contoh kita bisa menghitung SLA pagi, tapi setelah siang, bisa jadi nilai SLA sudah bukan itu, bisa saja sudah turun. P Masalahnya adalah informasi SLA itu saat ini tidak real time. N Ya betul, tidak real time. Kemudian masalah presentasi informasi [CON19], belum sesuai, terutama untuk engineer kita. Informasi untuk gangguan sebagai contoh, saat ini hanya ada keterangan up dan down saja, tanpa ada informasi Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 166 penyebab gangguan itu apa. Para engineer cukup kesulitan membaca informasi, kemudian untuk management, tentunya diharapkan presentasi informasi yang tidak terlalu teknis, sifatnya global tapi mengenai sasaran, informasi seperti ini belum ada, semacam dashboard [REQ48] belum ada dan management belum bisa membaca informasi yang ada saat ini. P Tadi sudah sempat disebutkan beberapa, mohon agar dapat disebutkan secara lebih rinci, terkait dengan fungsi-fungsi apa yang diharapkan pada teknologi informasi kita yang dibutuhakn untuk menjamin divisi Operation mampu mencapai sasaran kerja? N Yang pertama saya berharap kita dapat mendeteksi secara real time jika terdapat gangguan [REQ49], dan juga kita bisa menampilkan berapa lama gangguan itu terjadi [REQ50], baik yang masih gangguan maupun yang sudah selesai ditangani. Sistem informasi yang ada bisa menghitung secara otomatis dalam bentuk persentase pencapaian SLA kita [REQ51]. Pada saat ada fault tadi bisa memperlihatkan informasi penyebab awal, apakah gangguan itu disebabkan karena ODU, power atau penyebab lainnya. Kemudian sistem informasi dapat memberikan informasi secarea real time parameter network element yang terpasang [REQ52]. Sistem juga harus bisa mencatat setiap ada perubahan [REQ53]., baik itu upgrade, downgrade, relokasi, termasuk penggantian perangkat. Data perangkat akan menjadi masukan bagi rekan-rekan di logistik, data itu bisa dimonitor. Sistem juga harus dapat memberikan informasi kepada bagian terkait jika terjadi penurunan performansi yang turun secara terus menerus [REQ54]. Ini bisa dijadikan informasi untuk review, ternyata di lokasi A terjadi penurunan informasi dalam setahun atau setelah setahun ternyata bisa terjadi empat kali gangguan di lokasi tersebut, dari situ kita bisa menentukan kenapa, apakah itu perangkatnya, lokasinya, apakah itu cuacanya tidak bagus, kontur tanahnya seperti apa, itu ada history nya. Juga bisa memberikan alert kepada tim Service and Quality jika ada penurunan performansi, fault, secara real time[REQ55], sehingga dimanapun , kapan pun kita bisa selalu memonitor performansi. Itu semua di Service and Quality, kalau di implementasi juga punya peranan penting. Setiap perangkat yang terpasang, sistem harus bisa mencatat perangkat Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 167 apa saja yang terpasang [REQ56], sampai serial numbernya, karena itu akan menjadi catatan bagi teman-teman logistik. Barang keluar dari temen logistik A ternyata yang terpasang B karena tertukar di perjalanan. Saya harapkan sistem bisa mencata semua aktivitas pada proses implementasi [REQ57], sehingga kita bisa tahu progress penyelesaian pekerjaan, jadi ini nanti bisa jadi tolak ukur untuk management , apakah ini on target atau tidak. Sistem bisa menyimpan history awal, seperti konfigurasi, parameter , supaya bisa dijadikan tolak ukur [REQ58]., bahwa site ini sudah memenuhi standar pemasangan. Harapan saya dengan teknologi informasi kita bisa mendapatkan informasi secara cepat, akurat, real time, sehingga penanganan gangguan atau pemasangan bisa lebih cepat, MTTR tercapai, analisa menjadi tepat dan kuat. P Baik Pak Hilman, terima kasih atas waktunya N Ok Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 9 Transkrip Wawancara Media: Tatap Muka P: Penulis N: Nara Sumber – Dedy Jaka Utama – Direktur Operation Waktu: 30 Mei 2014 P Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sistem pengelolaan jaringan yang diharapkan yang mampu membantu strategi bisnis perusahaan. Dari hasil wawancara dengan Pak Yandi (COO), ketika ditanya apa yang diharapkan dari direktorat Operation, jawabannya adalah Direktorat Operation harus mampu memberikan pelayanan yang beyond expectation, nah untuk mewujudkan itu, Direktorat Operation silakan mencari jalannya sendiri, untuk mengetahui jalannya itu, ada beberapa pertanyaan yang telah saya siapkan. Pertanyaan pertama adalah apa yang menjadi sasaran kerja dari direktorat Operation? N Operasional itu, di dalam suatu badan usaha apapun adalah bagian yang boleh dibilang salah satu urat nadi perusahaan. Operasional adalah salah satu kunci utama keberhasilan perusahaan. Sasaran kerja yang terbaik sebenarnya simple. Kita bicara di bidang telekomunikasi, berarti bisa kita lihat, bisa kita ukur[REQ60], bisa kita optimalkan dan efektifkan. Apa yang bisa kita lihat, kita punya infrastruktur, kita punya service yang kita berikan ke pelanggan, nah semua itu kita bisa melihat, dalam konteks apapun, baik itu dari sisi availability, reliability, performance dan segala macam. Dengan kita bisa melihat, berarti kita akan bisa mengukur, apakah itu sesuai dengan standar yang kita inginkan. Standar yang diinginkan itu seperti apa? banyak, ada literatur yang bisa dipakai, itu adalah common practice yang biasa dipakai oleh perusahaan-perusahaan telco dan IT di seluruh dunia, atau itu juga bisa merupakan request dari customer, tapi request dari customer juga biasanya dia akan me-refer dari standar yang ada. Kalau seandainya kita sudah bisa melihat, kita bisa mengukur, berarti kita bisa mengoptimalkan dan mengefektifkan pekerjaan yang ada[PB22]. Efektivitas sangat perlu, karena namanya operasional itu butuh biaya. Jadi sasaran kita intinya kita harus meet dengan customer expectation, jadi apa yang customer 168 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 169 inginkan, itulah yang akan kita provide dan kita garansi [PB17]. P Meet customer expectation Dalam hal ini tercermin dalam SLA? N Ya, bisa itu dalam service level agreement, atau trehshold standar yg diinginkan P Melihat, mengukur, optimize, dan meningkatkan efektivitas, nah untuk mencapai itu strategic initiative apa yang dilakukan oleh direktorat Operation untuk mencapai sasaran kerja yang sdh ditetapkan? N Jadi kalau kita bicara the way, ada istilah yang namanya, strategic competitiveness, itu secara teoritis ada. Kita ambil filosofi itu, kalau kita bicara mengenai competitiveness berarti kita harus melihat di dalamnya sendiri, yang disebut internal faktor, lalu kita bisa melihat ke luar, yang disebut external faktor. Kalau kita bicara internal faktor itu banyak, mulai dari visi dan misi perusahaan, kemudian kita punya business plan dan strategic plan, kita punya HR seperti apa, kemudian kita punya sales and marketing, operasional, termasuk juga financial. Kalau external faktor banyak juga, kita harus melihat perkembangan bisnis, roadmap gimana, competitor siapa saja, value dari masing2 produk, dan segala macam. Bagaimana kita harus membenahi, kita harus membenahi dari sisi internal dulu, internal menjadi hal yang sangat penting karena kita harus mempersiapkan diri untuk bisa fight di luar. Yang paling sulit dari sisi organisasional, karena ada manusia di dalamnya. AJN membuat struktur organisasi yang sangat simple, karena kita tidak mau orang-orang yang ada di dalamnya itu dibatasi kreativitasnya dan kapabilitasnya, sehingga mereka menjadi comfort di tempatnya masing2. Penyakit yang ada di perusahaan besar itu karena ada comfort zone. P Jika dilihat dari konteks bagaimana AJN mengelola jaringan saat ini, dari sudut pandang direktur operasi, apa yang penting untuk dilakukan supaya availability tercapai sesuai dengan customer expectation? N Kembali ke penjalasan pertama, kita harus bisa lihat dulu. Kita punya service yg kita deliver ke customer, kita harus melihat dulu service yang kita deliver itu. Makannya kita buat banyak program, untuk melihat seperti apa sih yang kita berikan itu. Bidang Telco dan IT dengan tren yang real time [CON20] berarti kita punya service yang kita deliver itu, sebaiknya kita bisa monitor secara langsung. Sehingga kita bisa tau apakah service itu meet expektasi kita dan customer atau dia under expectation[REQ61]. Setela kita lihat, kita bisa tau mana yang perform, mana yang tidak, dari situ kita Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 170 bisa analisis untuk melakukan improvement, sehingga dengan service yang kita deliver itu membuat mereka menjadi happy, dalam bahasa Telco dan IT itu disebut customer experience. Kita mencoba in line dengan kebutuhan pelanggan [PB18], kebutuhan apapun, varian produk, service, kehandalan produk dan kehandalan sevice. P Untuk mengeksekusi strategi yang sudah ditetapkan, kita perlu sebuah proses bisnis. Proses bisnis utama dari Direktorat Operation itu apa saja ? N Awalnya kita harus kenali dulu operasi itu seperti apa, baik itu orangnya, infrastrukturnya, maupun supporting facilities yang lainnya. Dari kita mengenali kita bisa mengetahui kebutuhan. Kita harus identify proses-proses apa yang dibutuhkan, setelah itu kita analisis kebutuhan setiap proses situ apa saja. P Apakah proses itu sudah kita identifikasi? N Kita sudah membangun suatu sistem untuk bisnis proses, dimana milestone-nya adalah semua aktivitas yang dilakukan di setiap proses bisnis, semua ada recording-nya[REQ62]. Kita harus mengembangkan suatu sistem, agar tidak ada dependensi terhadap personil, anda bisa bayangkan jika ada satu proses yang sangat penting dan haya diketahui oleh satu orang saja, tiba-tiba dia resign, pasti akan menjadi sangat sulit bagi kita untuk melanjutkan proses itu karena ada missing information, ini tidak boleh terjadi. P Jika bicara tentang pengelolaan jaringan, kita menggunakan support dari sistem informasi, dari sudut pandang direktur operasi, apakah sistem informasi itu memberikan keuntungan? N Berdasarkan pengalaman dan apa saja yang saya pelajari selama lebih dari 18 tahun saya bekerja di bidang telco, sistem informasi itu sangat powerfull, satu keuntungannya adalah real time basis. Kita bisa tahu kejadian hari ini, jam ini, even itu menit ini atau detik ini. Dalam konteks manajemen, manajemen perlu tahu itu. Sulit bagi satu perusahan jika dia tidak bisa mengukur kemampuann perusahaannya itus endiri. Sistem informasi, teknologi informasi adalah key success dari satu perusahaan [PB19]. Siapa yang paling cepat mebaca, paling cepat menganalisis, maka dialah yang paling cepat mengambil keputusan. Seabaliknya, apabila dia tidak bisa melihat, tidak bisa menganalisis, maka bisa jadi keputusannya akan salah. Sehingga, kalau kita bicara persaingan, anda pasti bisa membedakan, yg cepat yang mana, pasti yang real time donk, karena dia lebih cepat membaca, menganalisas, dan memutuskan. Dalam konteks persaingan seperti saat ini, kecepatan itulah yang dibutuhkan. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 171 P Pendekatan apa yg digunakan dalam mengembangkan SI TI? N Common practice nya sih simple, market adalah trigger, jadi perkembangan bisnis dan market analisis adalah trigger ke arah mana kita akan berjalan. Saat ini pasti banyak teknologi, tipe, dan segalam macamnya. Orang tidak mengerti, asal caplok saja teknologi yang dianggap bagus, tapi unfortunately itu tidak in line dengan kebutuhannya dia, mungkin terlalu wah untuk perusahaan dengan ukuran tertentu, tapi ada juga perusahaan yang sangat besar tapi memilih teknologi yang sangat kecil bagi dia, sehinga dia tidak menemukan yg bisa memenuhi kebutuhannya. AJN punya pengalaman di bidang telco dan IT, kita tahu persis mana yang kita butuhkan mana yang tidak. Bukan berarti semua yang beredar itu semua bagus, kita harus tetap memilih mana yang powerfull tapi cost effective an sesuai dengan kebutuhan [PB20]. Yang kita juga jaga adalah fleksibilitas, kita harus bisa memilih teknologi yang memenuhi kebutuhan saat ini, tapi jiga dia bisa memenuhi kebutuhan ke depannya [PB21]. P Sistem pengelolaan jaringan yang diharapkan yang kita miliki itu seperti apa? N kecepatan dan akurasi, itu saja sih, siapa yang paling cepat melihat, dia bisa menganalisis, dan dia paling cepet untuk mengambil keputusan. Walaupun keputusannya salah kita bisa cepat berubah. Kecepatan dan akurasi itu sangat penting. Sensistifitas pelanggan sudah sangat tinggi, mereka sudah melek teknologi, mereka ingin performa yang terbaik. Kata kuncinya hanya, operasional itu harus cepat dan akurat[CON20]. Implementasi cepat dan akurat, penanganan gangguan cepat dan akurat, customer service cepat dan akurat. P Baik pak cukup untuk saat ini, jika masih ada pertanyaan saya akan hubungi Bapak kembali. N Sip sip. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 172 LAMPIRAN 10 Analisis Transkrip Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan COO, Direktur Operation dan General Manager Business Development prinsip-prinsip bisnis yang berhasil teridentifikasi adalah sebagai berikut: Kode Prinsip Bisnis Prinsip PB1 Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta. PB2 Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar dieksekusi. PB3 Mengoptimalkan resource kita miliki. PB4 Kita harus tahu apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh pasar. PB5 Yang kedua adalah time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari para pesaing. PB6 Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan, dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan produk. PB7 Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya PB8 Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan. PB9 Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen pelanggan yang kita layani. PB10 Menjaga performansi dari services kita ke pelanggan. PB11 Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun ketersediannya. PB12 Menjaga tingkat layanan beyond expectation. PB13 AJN harus menjadi sebuah learning organization. PB14 AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan global. PB15 Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing. PB16 Memiliki layanan dengan business model baru di industrinya. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 173 PB17 Jadi sasaran kita intinya kita harus meet dengan customer expectation, jadi apa yang customer inginkan, itulah yang akan kita provide dan kita garansi. PB18 Kita mencoba in line dengan kebutuhan pelanggan. PB19 Sistem informasi, teknologi informasi adalah key success dari satu perusahaan. PB20 Kita harus tetap memilih mana yang powerfull tapi cost effective dan sesuai dengan kebutuhan. PB21 Memilih teknologi yang memenuhi kebutuhan saat ini, tapi juga dia bisa memenuhi kebutuhan ke depan. PB22 Kalau seandainya kita sudah bisa melihat, kita bisa mengukur, berarti kita bisa mengoptimalkan dan mengefektifkan pekerjaan yang ada Analisis Prinsip Bisnis Tahap 2 Kode Prinsip Prinsip Bisnis PB1, PB22 Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta/ PB2 Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar dieksekusi/ PB3 Mengoptimalkan resource yang dimiliki. PB4 Mengetahui kebutuhan pasar. PB5 Menjaga time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari para pesaing. PB6 Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan, dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan produk/ PB7 Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya/ PB8 Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan. PB9, PB17, PB18 Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen pelanggan yang kita layani. PB10 Menjaga performansi dari services kita ke pelanggan. PB11 Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun ketersediannya. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 174 PB12 Menjaga tingkat layanan beyond expectation. PB13 AJN harus menjadi sebuah learning organization. PB14 AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan global. PB15 Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing. PB16 Memiliki layanan dengan business model baru di industry. PB20,21 Memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan pada kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 11 Hasil identifikasi dan Pemetaan Stakeholder, concern (CON), dan requirement (REQ) Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder maka pemetaaan stake holder, concern, dan requirement dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Stakeholder Concern Requirement COO Kita berarti perlu informasi yang akurat [CON1] Informasi yang akurat itu penting sebagai dasar pengambilan keputusan [REQ1] AJN menjadi perusahaan yang transparan[CON2] Setiap unit di AJN dapat mengakses informasi apa saja mengenai perkembangan perusahaan, akan tetapi dengan batasan tertentu sesuai dengen kebutuhan [REQ2]. jadi informasi yang kita perlukan itu selain cepat, akurat juga harus dijaga[CON3], Informasi yang sifatnya strategis, seperti strategi bisnis, itu perlu dijaga, jangan sampai jatuh ke tangan yang tidak berhak [REQ3], Manager Departemen Planning and Engineering Kita juga membutuhkan informasi utilisasi jaringan [REQ4] Informasi yang dibutuhkan terutama mengenai trouble yang ada, kemudian penyebabnya apa [REQ5] Data-data terkait penyebab gangguan, itu harus secara cepat didapatkan, agar PE dapat secara cepat mencari solusinya [REQ6]. Manager Departemen Service and Quality Informasi ini kita inginkan real time [CON5] Yang pertama adalah informasi status jaringan, kapan jaringan itu on kapan jaringan itu off [REQ7], Kita tidak perlu mengolah lagi secara manual [CON8] Kedepan informasi performansi jaringan harus dapat diketahui kapan pun kita mau [REQ8] Kalau bisa system kita mengirimkan notifikasi jika ada penurunan yang 175 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 176 Stakeholder Concern Requirement terus menerus [REQ9] Ada semacam early warning kepada tim Service and Quality Management [REQ11] Data bisa didapatkan secara real time [CON6] Informasi yang penurunan tiba-tiba performansi menyebabkan performansi berada di bawah tresh hold yang kita tentukan [REQ12] kita ingin mengetahui akar masalah dari semua gangguan yang pernah terjadi [REQ13] General Manager Divisi Engineering Data ini tidak terlalu mentah tapi sudah dapat dibaca [CON9]. Kita membutuhkan dashboard, outputnya adalah bagai mana engineering dapat menyajikan data untuk diolah, baik diolah dari sisi management strategic atau dari sisi strategi operasional [REQ14], Kita bisa memonitor seluruh network elemet [REQ15], TI harus dapat memastikan informasi itu datang dengan seakurat mungkin, dalam waktu yang cepat [CON13]. Kita mencatat fault-nya, kapan terjadinya, berapa durasinya, siapa saja yang terganggu[REQ16]. Action yang sudah dilakukan apa saja, dan akhirnya disimpulkan gangguannya karena apa, solusi nya apa [REQ17] Data base itu terintegrasi [CON10] Satu tempat penampungan untuk semua konfigurasi [REQ18] Mengembangkan sistem yang akan mendukung pencatatan terhadap konfigurasi [REQ19]. Saya harapkan itu nanti terintegrasi membentuk sebuah sistem single sign on [REQ21] Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 177 Stakeholder Concern Requirement Data yang disajikan itu terstruktur dan continue Fault maupun perubahan terhadap network semuanya terekam dengan baik [REQ21]. Penting kita untuk tahu bahwa pelanggan itu sedang jeblok [REQ22] Menerapkan sistem monitoring, seperti syslog, sehingga kita tahu siapa melakukan apa [REQ23] Perlu dipastikan bahwa itu bukanlah false alarm [REQ25] Untuk fault, informasi yang sangat dibutuhkan pastinya informasi mengenai downtime [REQ24] Kemanan data Informasi yg dibutuhkan tentunya user-nya siapa, hak aksesnya apa [REQ26]. harus terdokumentasi dengan baik [CON12] Informasi yang dibutuhkan yang pertama adalah topologi jaringan [REQ26], Akurasi dan kecepatan data Konfigurasi untuk setting, bisa setting perangkat, setting routing [REQ27], Informasi-informasi tadi sebaiknya di IT-kan [CON13] Yang dibutuhkan sebetulnya informasi yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada layanan pelanggan[REQ28], Otomasi penghitungan SLA Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah informasi pembanding, jadi yang diukur oleh mesin itu tidak bisa kita terima mentah-mentah, kita mememerlukan informasi pembanding untuk memvalidasi keakuratannya [REQ29] Selain dari itu, yang penting adalah informasi jaminan SLA aatau target SLA berapa, agar kita tahu apa yang kita capai ini mencapai target atau tidak [REQ30]. Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 178 Stakeholder Concern Requirement Informasi siapa usernya, apa priviledge yang dimiliki, kompetensi [REQ31]. Kita harapkan penyajian SLA ini sudah ada di aplikasi IT [REQ32] yang tidak kalah pentingnya adalah masalah penyajian informasi[CON14]. Aplikasi yang mampu menampilkan real time network topology [REQ33]. Kita harus mampu menghitung SLA secara real time, berapa SLA terupdate saat ini, termasuk SLA back date REQ34] Kita juga harus punya aplikasi yang berhubungan dengan pencatatan action terkait dengan fault yang terjadi [REQ35]. Harus ada aplikasi yang mencatat delivery sistem [REQ36] Selain itu juga ada aplikasi yang mendukung, logistic system untuk distribusi keluar masuk barang, pencatatan aset juga harus ada [REQ37]. Harus ada aplikasi yg mencatat dan mengelola mengenai kapasitas [REQ38] Perlu ada sistem yang secara transparan menginformasikan keberadaan spare tersebut [REQ39]. Pelanggan Transparansi informasi Kita harus bisa melihat secara terus menerus kalau ada down [REQ40] integrasi data [CON18], Kita harapkan bisa melihat performansi jaringan atau infrastruktur yang kita sewa [REQ41]. Manakala user mengatakan ada koneksi yang down maka pada saat itu Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 179 Stakeholder Concern Requirement juga saya bisa melihat [REQ42], Kita bisa tau down nya berapa lama [REQ43], Kalau ingin lebih detail lagi, kita bisa tau penyebab down nya karena apa [REQ44] General Manager Divisi Operation informasi nya harus tercatat [CON16] Pertama symptom gangguan itu harus jelas [REQ45] sehingga teman-teman di Service and Quality analisanya tepat secara real time dan cepat [CON17], Penyebabnya juga harus bisa dideteksi [REQ46], Perangkat-perangkat yang sudah terpasang juga ada dokumentasinya [REQ47], Konfigurasi awal yang terpasang itu harus ada [REQ48], Presentasi informasi [CON19], Presentasi informasi yang tidak terlalu teknis, sifatnya global tapi mengenai sasaran, informasi seperti ini belum ada, semacam dashboard [REQ49] Monitoring itu secara real time dan cepat Dapat mendeteksi secara real time jika terdapat gangguan [REQ50] Bisa menampilkan berapa lama gangguan itu terjadi [REQ51], Bisa menghitung secara otomatis dalam bentuk persentase pencapaian SLA kita [REQ52] Informasi secarea real time parameter network element yang terpasang [REQ53]. Akurasi data Sistem juga harus bisa mencatat setiap ada perubahan [REQ54], Sistem juga harus dapat memberikan informasi kepada bagian terkait jika terjadi penurunan performansi yang Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 180 Stakeholder Concern Requirement turun secara terus menerus [REQ55]. Integrasi data Memberikan alert kepada tim service quality jika ada penurunan performansi, fault, secara real time[REQ56]. Presentasi informasi Sistem harus bisa mencatat perangkat apa saja yang terpasang [REQ57] Mencatat semua aktivitas pada proses implementasi [REQ58]. Direktur Operation Otomasi Sistem bisa menyimpan history awal, seperti konfigurasi, parameter , supaya bisa dijadikan tolak ukur [REQ59]. Kata kuncinya hanya, operasional itu harus cepat dan akurat[CON20] Kita bicara di bidang telekomunikasi, berarti bisa kita lihat, bisa kita ukur[REQ60], Service yang kita deliver itu, sebaiknya kita bisa monitor secara langsung. Sehingga kita bisa tau apakah service itu meet expektasi kita dan customer atau dia under expectation[REQ61] Semua aktivitas yang dilakukan di setiap proses bisnis, semua ada recordingnya[REQ62]. Hasil analisis wawancara tahap 2 Stakeholder Concern Requirement REQ COO Informasi yang akurat Memunculkan informasi yang sesuai dengan fakta yang terjadi sebagai dasar pengambilan kuputsan 1 Akses terhadap informasi Memunculkan informasi sesuai dengan kebutuhan unit bisnis untuk melaksanakan tugasnya 2 Keamanan Menjaga informasi strategis 3 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 181 Stakeholder Manager Planning And Engineering General Manager Operation General Manager Engineering Concern Requirement informasi dari pengguna yang tidak berhak Kecepatan akses data Memberikan data tren penyebab gangguan yang terjadi. 4,6 Memberikan status kapasitas resource jaringan. 5,38,39 Menampilkan status jaringan terganggu, waktu terjadinya gangguan dan penyebab gangguan. 7, 24, 40, 42, 49, 50,43,44,5,1 Menampilkan performansi tingkat layanan pelanggan dari waktu ke waktu. 22, 28, 32, 34, 41, 54 Adanya peringatan jika terjadi penurunan performansi yang terus menerus. 9,56 Adanya peringatan jika ada penurunan performansi di bawah threshold yang ditentukan 10,11,12,55 Informasi yang Real time Manager Service and Quality REQ Customer Adanya sistem yang mampu menampilkan topology jaringan aktif secara real time General Manager Operation General Manager Engineering Pelanggan Otomasi pencatatan aktivitas Adanya sistem yang mampu memonitor seluruh network element 15,61 Adanya pencatatan penyebab dan solusi terhadap gangguan yang terjadi. 13, 29 Adanya pencatatan waktu dan durasi setiap gangguan yang terjadi. 14 Adanya sistem yang mencatat progress 16,17,62 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 182 Stakeholder Concern Requirement REQ penanganan gangguan. General Manager Operation Dokumentasi digital General Manager Engineering Adanya sistem yang menyimpan perubahan konfigurasi yang terjadi pada network element. 21,54,62 Adanya sistem yang mencatat setiap aktivitas pada network element. 23,62 Adanya sistem yang menghitung dan menampilkan SLA secara otomatis 32,34,52,8 Adanya sistem yang mencatat setiap tahap proses delivery 36,58 Adanya sistem yang mencatat pergerakan dan menampilkan ketersediaan aset 37,38 Adanya sistem yang mampu menyimpan dan menampilkan topologi jaringan. 26 Adanya sistem yang mampu menyimpan konfigurasi seluruh network element. 19,27,26,48,47,53,57 ,59 Adanya pencatatan kesepakatan tingkat availability setiap jaringan 30 General Manager Engineering Keamanan Adanya sistem pengelolaan pengguna infrastruktur NMS 31 General Manager Operation Presentasi informasi Adanya sistem informasi yang menampilkan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna 49 Integrasi data Adanya sistem informasi yang mengintegrasikan data- 18 General Manager Engineering General Manager Operation Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 183 Stakeholder Concern General Manager Engineering Requirement REQ data pengelolaan jaringan yang terpisah-pisah Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 12 Mengklasifikasikan aplikasi yang ada saat ini pada portofolio didasarkan hasil interpretasi terhadap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: Apabila aplikasi berhasil memberikan manfaat, maka akan (Ya/Tidak): 1) Memberikan keunggulan kompetitif bagi oganisasi. 2) Membantu pencapaian sasaran bisnis dan / atau ciritical success factor. 3) Mengatasi kelemahan bisnis dalam kaitanya dengan pesaing. 4) Menghindari risiko bisnis yang sudah dikenali menjadi masalah besar dalam waktu dekat. 5) Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya jangka panjang 6) Membantu organisasi untuk memenuhi kebutuhan peraturan/kebijakan. 7) Menghasilka keuntungan yang belum diketahui tapi memungkinkan untuk mencapai pertanyaan point 1 dan 2. Interpretasi: High potential Strategic Pertanyaan 1 Ya (i) Pertanyaan 2 Ya (i) Key operational Pertanyaan 3 Ya Pertanyaan 4 Ya Pertanyaan 5 Ya Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Support Ya (i) Ya(ii) Ya Pertanyaan tambahan: (i) Apabila salah satu berlaku maka pertanyaan selanjutnya adalah “apakah keuntungan bisnis yang diperoleh jelas, dan bagaimana keuntungan tersebut dapat diperoleh?” jika jawaban Ya, maka Ya/Tidak hasilnya adalah Strategic jika tidak maka itu High Potential. (ii) Untuk mengklarifikasi, pertanyaan berikut harus diajukan “akankah kegagalan untuk comply akan membawa risiko bisnis?” jika Ya, maka itu adalah Key Operational, jika tidak Ya/Tidak maka itu Support 184 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 185 Pertanyaan-pertanyaan tersebut didasarkan pada teknik mengklasifikasikan aplikasi pada portofolio (Ward and Peppard, 2002). Mengklasifikasikan aplikasi existing: Pertanyaan The DUDE NMS iMonitor ProNMS Shiron Ya Ya OSS CACTI Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Ya Ya Pertanyaan 5 Ya Pertanyaan 6. Ya Pertanyaan 7 Ya Ya Mengklasifikasikan aplikasi yang diusulkan: Apabila aplikasi berhasil memberikan manfaat, maka akan (Ya/Tidak): Pertanyaan OD Pertanyaan 1 Ya Pertanyaan 2 Ya NS L iM PN DM CCT Ya Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Pertanyaan 6. Pertanyaan 7 Ya Ya Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 13 Lampiran 12 berisi hasil observasi yang dilakukan di data center AJN . CCTV Data center Kunci Sidik jari UPS Data Center Generator Set 186 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014 LAMPIRAN 14 Identifikasi Fungsi bisnis dari hasil wawancara dengan General Manager Operasional dan General Manager Engineering. Fungsi Bisnis Fungsi Pengelolaan Memastikan bahwa seluruh network element Performance Monitoring termonitor [FUNC1]. Fungsi pencatatan, network element terganggu Trouble Administration dan customer yang terganggu [FUNC2]. Capacity management, yg ensure bahwa Usage Management kapasitas produksi itu semuanya terpenuhi[FUNC3]. Fungsi kedua, adalah enhancement, jadi Network Planning and Service Planning network existing atau customer existing harus selalu kita pantau [FUNC4]. Mengembangkan sesuatu yang baru atau Network Planning menyempurnakan yang sudah ada, tujuannya meningkatkan SLA dan availability [FUNC5]. Engineering juga melakukan monitoring, Fault Detection kalau ada sesuatu yang diindikasikan ini sudah menyimpang dari kewajaran [FUNC6]. Yang terakhir security [FUNC7]. Security Management Proses implementasi [FUNC8]. Proses Implementasi Service and Quality untuk day to day Fault Correction operasional [FUNC9]. Harus memperhatikan kualitas instalasi Installation [FUNC10]. Proses testing [FUNC11]. Day to day monitoring Testing performansi Performance Monitoring [FUNC12]. 187 Universitas Indonesia Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014