universitas indonesia perancangan infrastruktur teknologi informasi

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
INFORMASI PADA SISTEM PENGELOLAAN JARINGAN:
STUDI KASUS PT AJN SOLUSINDO
KARYA AKHIR
ERWIN SETIAWAN
1206194455
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
JULI 2014
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
INFORMASI PADA SISTEM PENGELOLAAN JARINGAN:
STUDI KASUS PT AJN SOLUSINDO
KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Teknologi Informasi
ERWIN SETIAWAN
1206194455
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
JULI 2014
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
ii
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
iii
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, dan pertolongan Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin penulisan
karya akhir dengan judul “Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Pada
Sistem Pengelolaan Jaringan: Studi Kasus PT AJN Solusindo” dapat diselesaikan.
Karya akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Teknologi Informasi (MTI) di program studi
Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, penulisan karya akhir ini dapat diselesaikan atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terma kasih kepada:
1. Bapak Wahyu Catur Wibowo, Ir., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing
I yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi, sehingga
penulisan karya akhir ini dapat terselesaikan
2. Bapak Gladhi Guardhin S.Kom., M.Kom. selaku dosen pembimbing II
yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing, berdiskusi, dan
berbagi ilmu yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan penulisan
karya akhir ini.
3. Ayahanda Ade Solihin dan Ibunda Marniasih yang selalu memberikan
semangat, kasih saying, dan doa restu tanpa henti kepada penulis.
4. Bapak Yandi Rinaldi selaku Chief Operating Officer (COO) yang telah
berkenan mengijinkan penelitian studi kasus di PT AJN Solusindo, dan
telah memberikan banyak informasi berharga dalam proses penelitian yang
dilakukan.
5. Bapak Dedy Jaka Utama selaku Direktur Operation PT AJN Solusindo
yang telah banyak berbagi ilmu yang dan informasi berharga, dan
mendukung proses penelitian.
6. Bapak Avi Yunawan selaku General Manager Divisi Engineering yang
telah memberikan bantuan dan dukungan penuh pada proses penelitian ini.
iv
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
7. Kakanda Indra Kurniawan, Adinda Erik Romansah dan Nurmala Agustina
yang telah memberikan motivasi tanpa henti kepada penulis.
8. Bapak Hilman Budiman, Hendy Wiratama, Giyarso, Pahala Tua, dan
seluruh tim Direktorat Operation PT AJN Solusindo yang telah banyak
membantu proses pengumpulan data.
9. Ibu Artini Rachman General Manager Divisi Business Development yang
telah bersedia untuk berbagi informasi terkait strategi bisnis perusahaan.
10. Ibu Nila Manager HRD PT AJN Solusindo yang telah banyak membantu
dalam proses pengumpulan data sumber daya manusia.
11. Purwanto, Risnal, Andhika, Nurul Amri, Robby, Dedy, Pak Wiryo, dan
seluruh kawan-kawan MTI angkatan 2012 yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam proses penyelesaikan karya akhir.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah
membantu penulisan karya akhir ini. Penulis berharap semoga penulisan karya
akir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 13 Juni 2014
Erwin Setiawan
Penulis
v
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
vi
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
:
:
:
Erwin Setiawan
Magister Teknologi Informasi
Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Pada
Sistem Pengelolaan Jaringan: Studi Kasus PT AJN
Solusindo
Pengembangan bisnis PT AJN Solusindo membuat teknologi komunikasi yang
digunakan untuk melayanai kebutuhan pelangan menjadi semakin beragam.
Pengelolaan jaringan merupakan salah satu upaya yang dilakukan PT AJN Solusindo
untuk menjaga performansi layanan. Penelitian ini diawali dengan masalah
performansi layanan yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengelolaan
jaringan yang ada dirasa belum cukup untuk membantu menjaga performansi
layanan, karena penggunaan infrastruktur teknologi informasi yang tidak optimal.
Oleh karena itu, perlu dirancang infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan
jaringan yang dapat membantu perusahaan meningkatkan performansi layanan.
Metodologi yang akan digunakan dalam perancangan infrastruktur teknologi
informasi sistem pengelolaan jaringan adalah TOGAF ADM dan Service Oriented
Architecture (SOA). Fungsi pengelolaan jaringan disusun mengikuti referensi fungsi
pengelolaan FCAPS. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui
wawancara dengan para pemangku kepentingan, dan observasi terhadap proses bisnis
dan kondisi infrastruktur teknologi informsi yang sedang berjalan. Penelitian ini
menghasilkan rancangan infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan
jaringan yang memenuhi kebutuhan perusahaan untuk membantu meningkatkan
performansi layanan.
Kata kunci: Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi, TOGAF, SOA,
ADM, FCAPS, Sistem Pengelolaan Jaringan
vii
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
:
:
:
Erwin Setiawan
Magister Teknologi Informasi
The Design of Information Technology Infrastructure
of Network Management System: Case Study at PT
AJN Solusindo
Business development of PT AJN Solusindo makes communication technologies
that are used to serve the needs of the customer, becoming increasingly diverse.
Network management is one of the efforts made by PT AJN Solusindo to
maintain service performance. This study begins with the issue of service
performance that does not meet the target. Existing network management are still
not enough to help maintain the service performance, due to the use of
information technology infrastructure is not optimal. Therefore, the information
technology infrastructure of network management system needs to be designed, so
it supports company to maintain service performance. Methodology that will be
used in the design of information technology infrastructure of network
management system is TOGAF ADM and service oriented architecture (SOA).
The network management functions are arranged to follow the reference model of
FCAPS management functions. Methods of data collection are conducted through
interviews with stakeholders, and observations of business processes and existing
information technology infrastructure. This study provides the information
technology infrastructure of network management systems design that meet the
needs of the company to maintain service performance.
.
Key words: The design of information technology infrastructure, TOGAF, SOA,
ADM, FCAPS, Network Management System.
viii
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. .i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................... 2
1.2.1 Teknologi ............................................................................................. 5
1.2.2 Proses ................................................................................................... 6
1.2.3 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 7
1.2.4 Wilayah Geografis................................................................................ 7
1.2.5 Pengelolaan Jaringan ............................................................................ 8
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) ..................................................... 10
2.2 The Open Group Architecture Framework (TOGAF) .............................. 11
2.3 Architecture Development Method (ADM)............................................... 12
2.4 Pengelolaan Jaringan ................................................................................. 13
2.5 Komponen Pengelolaan Jaringan .............................................................. 15
2.5.1 Peralatan Jaringan .............................................................................. 15
2.5.2 Sistem Pengelolaan (Management System) ........................................ 16
2.5.3 Jaringan Pengelolaan (Management Network) ................................... 16
2.5.4 Organisasi Pendukung Pengelolaan (Organization management
support) .............................................................................................. 17
2.6 Fungsi-Fungsi Pengelolaan dan Model Referensi Pengelolaan Jaringan.. 18
2.7 Statistik / Pengukuran ................................................................................ 20
2.8 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 20
2.8.1 Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT Telkom Divre 2
Jakarta (Eritasari, 2002) ..................................................................... 20
2.8.2 Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang Adaptive,
Studi Kasus Kementrian Kominfo (Purwadi, 2014) .......................... 22
2.8.3 The Use of ADM for SOA Design (Zhao, 2010) ............................... 23
ix
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
2.8.4 The OSI Network Management Model - Capcity and Performance
Management (Nuangjamnong, 2008) ................................................. 25
2.8.5 FCAPS in the Business Services Fabric Model (Goyal, 2009) .......... 27
2.9 Perbandingan Kerangka Kerja Pengembangan Arsitektur Enterprise ...... 28
2.9.1 A Comparison Enterprise Architecture Implementation Methodology
(Rouhani et al., 2013) ......................................................................... 28
2.9.2 “A Comparison of the Top Four Enterprise-Architechture
Methodologies” (Sessions, 2007) ....................................................... 31
2.10 Service Oriented Architecture (SOA) ....................................................... 34
2.11 Arsitektur Enterprise dan SOA ................................................................. 35
2.12 ADM Process (Open Group, 2011) .......................................................... 36
2.12.1 Fase Preliminary ................................................................................ 36
2.12.2 Fase Architecture Vision .................................................................... 36
2.12.3 Fase Business Architecture................................................................. 37
2.12.4 Fase Information System Architecture ............................................... 38
2.12.5 Fase Technology Architecture ............................................................ 39
2.12.6 Fase Opportunities and Solutions ...................................................... 40
2.13 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 40
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 42
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 42
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44
3.2.1 Data Primer ........................................................................................ 44
3.2.2 Data Sekunder .................................................................................... 45
3.3 Metode Analisis Data ................................................................................ 45
3.4 Situasi Sosial dan Sample .......................................................................... 46
3.5 Metode Penarikan Kesimpulan ................................................................. 46
BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 48
4.1 Profil dan Bisnis Perusahaan ..................................................................... 48
4.1.1 Satellite Solution ................................................................................ 48
4.1.2 Connectivity........................................................................................ 49
4.1.3 Internet ............................................................................................... 50
4.1.4 Managed Services .............................................................................. 51
4.1.5 Industry-based & In-Building ICT Solutions ..................................... 51
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................ 52
4.3 Proses Bisnis Perusahaan .......................................................................... 53
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN......................................................... 57
5.1 Persiapan Penelitian .................................................................................. 57
1. Prinsip-prinsip bisnis perusahaan. ............................................................. 57
5.1.1 Wawancara dan Observasi ................................................................. 58
5.2 Fase Preliminary ....................................................................................... 61
5.2.1 Prinsip-prinsip Bisnis ......................................................................... 61
5.2.2 Ruang lingkup Organisasi .................................................................. 62
5.2.3 Kerangka Kerja .................................................................................. 64
5.2.4 Stakeholder, Concern, dan Requirement ............................................ 64
5.2.5 Prinsip-Prinsip Arsitektur................................................................... 66
x
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
5.3 Perancangan Visi Arsitektur ...................................................................... 76
5.4 Fase Business Architecture........................................................................ 78
5.4.1 Diagram Business Footprint............................................................... 79
5.4.2 Diagram Dekomposisi Proses ............................................................ 84
5.4.3 Matriks Interaksi Bisnis ..................................................................... 99
5.4.4 Diagram Layanan / Informasi .......................................................... 100
5.4.5 Peran Rancangan Arsitektur Bisnis Baru ......................................... 101
5.5 Fase Arsitektur Sistem Informasi ............................................................ 102
5.5.1 Arsitektur Aplikasi ........................................................................... 103
5.5.2 Arsitektur Data ................................................................................. 109
5.6 Fase Arsitektur Teknologi ....................................................................... 113
5.6.1 Arsitektur Teknologi Saat Ini ........................................................... 113
5.6.2 Identifikasi Kebutuhan ..................................................................... 119
5.6.3 Usulan Arsitektur Teknologi ............................................................ 120
5.7 Fase Opportunities and Solution ............................................................. 127
5.7.1 Analisis Kesenjangan Aplikasi......................................................... 127
5.7.2 Analisis Kesenjangan Teknologi ...................................................... 127
BAB 6 PENUTUP .............................................................................................. 130
6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 130
6.2 Saran ........................................................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 135
LAMPIRAN 1 ..................................................................................................... 138
LAMPIRAN 2 ..................................................................................................... 141
LAMPIRAN 3 ..................................................................................................... 146
LAMPIRAN 4 ..................................................................................................... 148
LAMPIRAN 5 ..................................................................................................... 149
LAMPIRAN 6 ..................................................................................................... 151
LAMPIRAN 7 ..................................................................................................... 161
LAMPIRAN 8 ..................................................................................................... 163
LAMPIRAN 9 ..................................................................................................... 168
LAMPIRAN 10 ................................................................................................... 172
LAMPIRAN 11 ................................................................................................... 175
LAMPIRAN 12 ................................................................................................... 184
LAMPIRAN 13 ................................................................................................... 186
LAMPIRAN 14 ................................................................................................... 187
xi
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Portofolio Layanan .................................................................................. 1
Tabel 1.2 Elemen Jaringan Komunikasi ................................................................. 2
Tabel 1.3 Performansi Elemen Jaringan Backbone................................................. 3
Tabel 1.4 Pencapaian Performansi .......................................................................... 3
Tabel 1.5 Gangguan Karena Kelistrikan ................................................................. 6
Tabel 1.6 Coverage AJN ......................................................................................... 7
Tabel 1.7 Sistem Pengelolaan Jaringan AJN .......................................................... 8
Tabel 2.1 Area Fungsional FCAPS ....................................................................... 19
Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture .................................................. 29
Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan Gartner 31
Tabel 2.4 Prinsip-Prinsip Redesign Proses bisnis ................................................. 38
Tabel 5.1 Pemetaan Layanan AJN dan Lintasarta ................................................ 59
Tabel 5.2 Prinsip-Prinsip Bisnis Organisasi ......................................................... 62
Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan ....................................................... 63
Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement .............................. 64
Tabel 5.5 Template Penulisan Prinsip-prinsip Arsitektur ..................................... 69
Tabel 5.6 Fungsi Bisnis ......................................................................................... 80
Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis ................................................................... 89
Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis ........................................ 93
Tabel 5.9 Matriks Interaksi Bisnis ........................................................................ 99
Tabel 5.10 Daftar Layanan .................................................................................. 100
Tabel 5.11 Pemetaan Aplikasi / Proses Bisnis Existing ...................................... 103
Tabel 5.12 Analisis Portofolio Aplikasi Existing................................................ 104
Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi ................................................... 105
Tabel 5.14 Usulan Aplikasi ................................................................................. 106
Tabel 5.15 Analisis Portofolio Aplikasi .............................................................. 107
Tabel 5.16 Entitas Data ....................................................................................... 109
Tabel 5.17 Tabel Pemetaan Layanan / Data........................................................ 110
Tabel 5.18 Pemetaan Aplikasi / Data / Layanan ................................................. 112
Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi ...................................................... 119
Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis ..................................................................... 120
Tabel 5.21 Analisis Kesenjangan Aplikasi ......................................................... 127
Tabel 5.22 Analisis Kesenjangan Teknologi ...................................................... 128
xii
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Performansi Layanan Jan-April 2014 ................................................. 4
Gambar 1.2 Fishbone Diagram ............................................................................... 5
Gambar 2.1 Tipe-Tipe Infrastruktur TI ................................................................. 10
Gambar 2.2 Siklus Pengembangan Arsitektur ..................................................... 12
Gambar 2.3 Komponen Dasar Pengelolaan Jaringan. ........................................... 15
Gambar 2.4 Diagram Referensi Manager/Agent. ................................................. 16
Gambar 2.5 Metodologi Perancangan Infrastruktur Jaringan Komupter .............. 21
Gambar 2.6 Kerangka Teoritis Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi
(TI) ................................................................................................... 23
Gambar 2.7 Prototype Sistem IPVTA .................................................................. 24
Gambar 2.8 ADM Yang Dimodifikasi .................................................................. 24
Gambar 2.9 Detail Tahap Perancangan sistem IPVTA ......................................... 25
Gambar 2.10 Proses Pengelolaan Kapasitas dan Performansi Jaringan Yang
Terintegrasi Ke Dalam OSI NMM ................................................ 26
Gambar 2.11 Kerangka Teoritis Penelitian ........................................................... 41
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ....................................................................... 42
Gambar 4.1 Struktur Organisasi AJN Solusindo .................................................. 52
Gambar 4.2 Value chain Aktivitas Perusahaan ..................................................... 53
Gambar 5.1 Value Chain Direktorat Operation .................................................... 63
Gambar 5.2 Visi Arsitektur Pengelolaan Jaringan ................................................ 77
Gambar 5.3 Business Footprint............................................................................. 79
Gambar 5.4 Proses Pengelolaan Jaringan ............................................................. 84
Gambar 5.5 Proses Bisnis Pasang Baru ................................................................ 86
Gambar 5.6 Proses Bisnis Penanganan Gangguan ................................................ 87
Gambar 5.7 Proses Bisnis Pengelolaan Performansi Layanan.............................. 88
Gambar 5.8 Usulan Proses bisnis .......................................................................... 95
Gambar 5.9 Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru ...................................... 96
Gambar 5.10 Diagram Dekomposisi Proses Penanganan Gangguan.................... 97
Gambar 5.11 Usulan Proses Bisnis Pengelolaan Performansi .............................. 98
Gambar 5.12 Diagram Layanan / Informasi ....................................................... 100
Gambar 5.13 Portofolio Aplikasi Saat Ini ........................................................... 104
Gambar 5.14 Usulan Portofolio Aplikasi ............................................................ 108
Gambar 5.15 Diagram Diseminasi Data ............................................................. 111
Gambar 5.16 Topologi Logis Pengelolaan Jaringan ........................................... 115
Gambar 5.17 Topologi Jaringan Lokal Kantor Pusat.......................................... 116
Gambar 5.18 Topologi Jaringan Lokal NOC 1 Jakarta....................................... 117
Gambar 5.19 Topologi NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar ............................... 118
Gambar 5.20 Topologi Infrastruktur Keseluruhan .............................................. 118
Gambar 5.21 Arsitektur Topologi usulan............................................................ 122
Gambar 5.22 Usulan Topologi Kantor Pusat ...................................................... 124
Gambar 5.23 Usulan Topologi Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar................... 124
Gambar 5.24 Topologi Jakarta NOC 1 ............................................................... 125
Gambar 5.25 Topologi Gabungan Usulan .......................................................... 126
xiii
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian. Definisi
masalah dan pertanyaan penelitian kemudian dirumuskan berdasarkan penjelasan
latar belakang tersebut. Selanjutnya pada bagian ini akan dijelaskan tujuan,
manfaat, dan ruang lingkup penelitian.
1.1
Latar Belakang
PT AJN Solusindo adalah perusahaan yang bergerak sebagai penyedia jasa
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Layanan yang menghasilkan
pendapatan terbesar bagi perusahaan adalah layanan komunikasi data berbasis
satelit. Hal ini dapat dilihat dari populasi jaringan satelit yang mencapai 83% dari
keseluruhan jaringan yang digunakan oleh pelanggan.
Pada tahun 2011 PT AJN Solusindo mulai mengembangkan layanan berbasis
teknologi terrestrial, internet protocol (IP), internet, dan teknologi informasi.
Portofolio layanan yang lebih beragam kemudian dikeluarkan oleh AJN untuk
mendukung strategi bisnis. Portofolio layanan AJN saat ini ditunjukan pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Portofolio Layanan
Grup
Satellite Solution
Connectivity
Internet
Industry-Based and In-Building
ICT Solution
Layanan
AJN Link SAT
AJN IPSAT
AJN VSAT Maritime
AJN Support
AJN Leased Line
AJN VPN
AJN Metro Ethernet
AJN Net
AJN SatNet
Value Added Services
Industry-based ICT Solution
In-building/Industry Area or Business Area ICT
Solution
1
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
2
Tabel 1.1 Portofolio Layanan (Lanjutan)
Grup
Layanan
Managed IT Network
Hosting and Data Center
Managed PABX
Unified Communication
Managed Services
Sumber: (Product Knowldege AJN Solusindo, 2014)
Perkembangan berbagai layanan membuat teknologi komunikasi data yang
dioperasikan dan dikelola oleh PT AJN Solusindo menjadi semakin beragam.
Keragaman elemen jaringan komunikasi data yang dikelola oleh PT AJN
Solusindo ditunjukan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Elemen Jaringan Komunikasi
Jenis Elemen Jaringan
HUB VSAT
Router
keSwitch
GPON
Tipe Elemen Jaringan
HUB VSAT Shiron
HUB VSAT iDirect
Cisco
Juniper
Mikrotik
Cisco
Juniper
Fiber Optic
Jumlah
2
1
5
4
5
3
4
2
Elemen jaringan yang dikelola terbagi menjadi empat kelompok besar yaitu HUB
VSAT, router, switch, dan GPON. Setiap kelompok terbagi menjadi lebih dari
stau tipe elemen jaringan. Total jumlah elemen jaringan yang dikelola perusahaan
saat ini adalah 26 elemen jaringan. Setiap elemen jaringan dikelola oleh sistem
pengelolaan jaringan yang terpisah.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan data performansi jaringan tahun 2013, terdapat tingkat layanan
elemen jaringan backbone yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan, yaitu
minimal 99.95% dalam satu bulan. Pencapaian tingkat layanan pada elemen
jaringan backbone yang berada dibawah target sepanjang tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 1.3
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
3
Tabel 1.3 Performansi Elemen Jaringan Backbone
Sistem
Bulan
Tingkat Layanan
Hub VSAT Shiron Telkom
Februari
99,93%
Hub VSAT Shiron Apstar
Maret
Agustus
Maret
99,82%
99,93%
99,77%
Hub VSAT iDirect ATLC
September
Juni
99,93%
99,69%
Trunk JKTCYBER-JKTATLC
Desember
Oktober
99,72%
97,31%
Trunk JKTRAVINDO – JKTBRN
Oktober
93,72%
Upstream internet TELIN
Juli
99,7%
Sumber: (Laporan Performansi Backbone, 2013)
Pada Tabel 1.3 masing-masing hub VSAT lebih dari satu kali dalam setahun tidak
mencapai target yang telah ditetapakan, padahal VSAT merupakan elemen
jaringan dengan populasi pelanggan terbesar di PT AJN Solusindo. Kondisi
tersebut dapat mengancam kelangsungan bisnis perusahaan.
Tidak tercapainya tingkat layanan pada elemen jaringan backbone memberikan
dampak yang sangat besar bagi performansi layanan jaringan pelanggan. Setiap
elemen yang terganggu akan menyebabkan banyak layanan pelanggan juga
terganggu.
Selain itu, data laporan trouble ticket pada sistem penerimaan dan penanganan
gangguan menunjukkan tingkat layanan yang menjadi sasaran kerja direktorat
Operation tidak tercapai, masalah ini ditunjukan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Pencapaian Performansi
Sasaran Kinerja
Target
Waktu
Persentase
Pencapaian
Waktu
Persentase
rata-rata
st
1 level handling
15 menit
100%
53 menit
78%
2nd level handling
15 menit
100%
6 menit
89,43%
Mean Time To Repair (MTTR)
4 jam
100%
19.50 jam
53 %
Sumber: (Laporan Trouble Ticket Management OSS, 2014)
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
4
1st level handling adalah kegiatan identifikasi yang pertama kali dilakukan ketika
terjadi gangguan jaringan. Pada tahap ini kegiatannya mencakup identifikasi
contact person, penanganan awal, dan pembuatan tiket gangguan. Target waktu
yang ditetapkan perusahaan untuk 1st level handling adalah 15 menit.
2nd level handling adalah kegiatan yang dilakukan jika jaringan masih belum
normal kembali setelah 1st level handling. 2nd level handling mencakup
identifikasi parameter jaringan pada sistem pengelolaan jaringan, identifikasi data
teknis, dan penanganan gangguan yang dilakukan melalui sistem pengelolaan
jaringan. Target waktu untuk melakukan 2nd level handling adalah 15 menit.
Mean time to repair (MTTR) adalah waktu total penanganan gangguan, terhitung
sejak jaringan down sampai penanganan gangguan selesai, dan jaringan dapat
digunakan kembali oleh pelanggan. Target yang ditetapkan perusahaan untuk
MTTR adalah empat jam. Pencapaian 1st level handling dan MTTR pada Tabel
1.4 tidak mencapai target, pencapaian untuk 1st level handling, 2nd level handling,
dan MTTR berada di bawah 100%.
Permasalahan performansi juga terlihat pada pencapaian service level untuk
layanan-layanan yang diberikan kepada pelanggan. Pencapaian service level AJN
selama periode Januari-April 2014 ditunjukan pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Performansi Layanan Jan-April 2014
Sumber: (Performance Management Report April, 2014)
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
5
Pada Gambar 1.1 dapat dilihat hanya managed service yang mencapai target yang
telah disepakati dalam service level agreement (SLA) anatara AJN dan Pelanggan.
SLA antara AJN dan pelanggan adalah availability jaringan dalam satu bulan
harus mencapai minimal 99.95%. Pada bulan Januari, Maret, dan April 2014
performansi managed service 100%. Pencapaian service level pada produk
Satellite Solution, Connectivity, dan Internet selalu berada di bawah target SLA
setiap bulannya.
Tidak tercapainya target performansi layanan adalah permasalahan yang akan
diteliti. Penulusuran akar masalah menggunakan diagram tulang ikan (fishbone
diagram) untuk melihat hubungan sebab akibat antara masalah dan akar masalah.
Tidak tercapainya tingkat layanan adalah masalah yang dihadapi dan akan diteliti
yang menjadi kepala ikan. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya tingkat
layanan akan dijadikan duri-duri dalam diagram tulang ikan. Penelusuran akar
masalah ditunjukan oleh diagram tulang ikan pada Gambar 1.2.
Teknologi
Kualitas perangkat buruk
Proses corrective maintnance
Tidak dijalankan dengan benar
Perangkat komunikasi yang beragam
Performansi Sarana penunjang buruk
Lokasi pelanggan jauh
NMS terpisah - pisah
Fungsi pengelolaan yang
Tidak komperhensif
Wilayah sulit
Dijangkau transportasi
Infrastruktur teknologi
Informasi tidak mendukung
Sistem Pengelolaan
Jaringan
Proses
Wilayah
Geografis
Tidak ada bisnis proses yang
Mengatur preventive maintenace
Tidak Tercapainya
Performansi
Layanan
Jumlah sumberdaya manusia
kurang mencukupi
Kompetensi tidak
baik
Sumberdaya
Manusia
Gambar 1.2 Fishbone Diagram
Berdasarkan
analisis
dari
diagram
fishbone
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi tidak tercapainya tingkat layanan adalah sebagai berikut:
1.2.1
Teknologi
Faktor teknologi yang digunakan oleh AJN untuk melayani kebutuhan pelanggan
dapat mempengaruhi tingkat layanan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
6
Tiga hal pada faktor teknologi yang dianggap mempengaruhi tingkat layanan
adalah:
1. Kualitas perangkat yang buruk.
Data penanganan gangguan bulan januari 2014 menunjukkan gangguan yang
disebabkan oleh perangkat mencapai 46.7%.
2. Teknologi Komunikasi yang beragam.
Perangkat komunikasi yang beragam membuat interkoneksi jaringan menjadi
lebih kompleks. Seiring dengan semakin banyaknya interkoneksi antar
perangkat, maka titik penyebab kegagalan jaringan akan semakin banyak.
3. Performansi sarana penunjang buruk.
Salah satu sarana penunjang yang paling penting adalah sumber listrik.
Performansi sarana penunjang baik untuk perangkat sentral maupun perangkat
pelanggan akan langsung mempengaruhi tingkat layanan. Pada bulan Januari
2014 tingkat gangguan pelanggan yang disebabkan oleh gangguan pada
sumber listrik mencapai 35.09%. Sepanjang tahun 2013 tercatat ada dua
gangguan sentral yang disebabkan oleh gangguan listrik yang mempengaruhi
tingkat layanan secara signifikan. Data performansi tahun 2013 gangguan
sentral yang disebabkan oleh sarana penunjang kelistrikan dapat dilihat pada
Tabel 1.5
Tabel 1.5 Gangguan Karena Kelistrikan
Gangguan
Waktu
Buaran Apstar
Shiron
ATLC iDirect
1.2.2
Penyebab
3/10/13 11:24 PM
Durasi
(menit)
103.00
6/11/13 2:28 PM
120.00
Listrik padam HUB ATLC,
Genset gagal backup
MCB Trip
Proses
Proses pemeliharaan jaringan secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu proses
perbaikan (corrective maintenance) dan proses pemeliharaan (preventive
maintenance). Proses bisnis yang mengatur kegiatan corrective dan pereventive
dapat mempengaruhi pencapaian tingkat layanan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
7
1.2.3
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri memegang peranan penting dalam
pencapaian tingkat layanan. Sumber daya manusia merupakan tulang punggung
dari seluruh sistem yang dirancang, metode yang diterapkan dan teknologi yang
digunakan (Wibisono, 2012). Mayoritas sumber daya manusia AJN memiliki
kompetensi yang baik pada teknologi komunikasi satelit, tapi tidak memiliki
kompetensi yang cukup untuk teknologi terrestrial dan teknologi berbasis IP. Hal
ini didasarkan pada hasil competency assessment yang telah dilakukan.
1.2.4
Wilayah Geografis
Pelanggan-pelanggan PT AJN Solusindo tersebar di berbagai pelosok nusantara.
Dari data pelanggan aktif tahun 2014, secara geografis pelanggan AJN dapat
dilihat pada Tabel 1.6
Tabel 1.6 Coverage AJN
Area
Timur
Total Area Timur
Barat
Total area barat
Wilayah
Balinusra
East Java
Kalimantan Area
Sulampua
Banten
Central Java
DKI Jakarta
Sumbagsel
Sumbagteng
Sumbagut
West Java
Jumlah Jaringan
49
15
32
174
270
13
36
77
17
32
45
44
264
Tabel 1.6 menunjukan sebaran jaringan AJN yang membentang dari wilayah
timur sampai barat Indonesia. Sebaran terbanyak berada di wilayah Sulawesi,
Maluku, dan Papua dengan jumlah jaringan 174 atau 30.6% dari keseluruhan
populasi. Penanganan gangguan untuk lokasi-lokasi yang jauh di pedalaman dapat
menyebabkan tingkat layanan tidak tercapai. Transportasi menuju lokasi yang
terbatas ikut memberikan dampak terhadap pencapaian tingkat layanan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
8
1.2.5
Pengelolaan Jaringan
Dalam mengelola setiap elemen jaringan PT AJN Solusindo memiliki berbagai
sistem pengelolaan jaringan yang berdiri sendiri-sendiri. Daftar sistem
pengelolaan jaringan yang dimiliki perusahaan saat ini ditunjukan pada Tabel 1.7
Tabel 1.7 Sistem Pengelolaan Jaringan AJN
Sistem Pengelolaan
Fungsi
Jaringan
ProNMS
Monitoring performansi
jaringan pelanggan
VSAT
NMS Shiron
Monitoring, troubleshooting, dan provisioning
elemen jaringan VSAT HUB Shiron
CACTI
Monitoring utilisasi dan perforansi jaringan
backbone lokal dan upstream internet
iMonitor
Monitoring jaringan VSAT HUB iDirect
The Dude
Monitoring backbone
dan node switching
berbasis IP
OSS
Aplikasi pengelolaan trouble ticket pelanggan
Banyaknya sistem pengelolaan jaringan yang tidak terintegrasi menyebabkan
pengelolaan jaringan menjadi lebih kompleks. Sistem pengelolaan jaringan yang
ada juga masih fokus pada corrective maintenance dibandingkan tindakan
pendeteksian dan pencegahan, sehingga menyebabkan performansi jaringan tidak
dapat diprediksi. Selain itu, sistem pengelolaan yang ada tidak mampu
memberikan informasi tren performansi jaringan dan layanan, sehingga
pencegahan terhadap potensi gangguan tidak dapat dilakukan.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Perumusan masalah menunjukan bahwa pengelolaan jaringan dapat berkontribusi
terhadap tidak tercapainya tingkat layanan. Atas dasar tersebut, yang menjadi
pertanyaan penelitian adalah:
Bagaimanakah infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan yang dapat
membantu meningkatkan performansi layanan?
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
9
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk merancang infrastruktur teknologi informasi sistem
pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo, yang dapat membantu meningkatkan
performansi layanan.
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi lingkungan
akademik maupun bagi PT AJN Solusindo. Manfaat penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Bagi Akademisi, manfaat yang diperoleh adalah adanya penelitian dan
penerapan TOGAF ADM pada perancangan infrastruktur TI sistem
pengelolaan jaringan pada perusahaan penyedia jasa teknologi informasi dan
komunikasi (TIK).
2) Bagi PT AJN Solusindo, manfaat yang diperoleh adalah tersedianya
rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Dengan berbagai keterbatasan maka penelitian ini perlu dibatasi. Ruang lingkup
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada waktu semester pertama tahun 2014.
2. Penelitian dilakukan pada infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan PT di
Direktorat Operation PT AJN Solusindo.
3. Kerangka kerja yang digunakan dalam menyusun infrastruktur teknologi
informasi didasarkan pada metodologi TOGAF ADM dan Service Oriented
Architecture (SOA).
4. Penelitian dilakukan sampai fase Oportunities and Solution dari metodologi
TOGAF ADM. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian ini adalah untuk
mengusulkan rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan.
Implementasi rancangan infrastruktur TI tidak tercakup dalam rencana kerja
dan anggaran perusahaan tahun 2014.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
BAB 2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Infrastruktur Teknologi Informasi (TI)
Infrastruktur teknologi informasi adalah sekumpulan peralatan fisik dan aplikasi
perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mengoperasikan seluruh organisasi.
Selain itu infrastruktur TI juga merupakan sekumpulan layanan perusahaan yang
didanai oleh manajemen dan mencakup kemampuan sumber daya manusia dan
kemampuan teknis (Laudon, 2013). Ekosistem infrastruktur TI terdiri dari tujuh
komponen mayor, di antaranya pengelolaan dan penyimpanan data, internet
platforms, perangkat keras komputer, sistem operasi, perangkat lunak aplikasi
enterprise, jaringan telekomunikasi, konsultan dan sistem integrator.
Menurut Robertson & Sribar (2001) tipe-tipe infrastruktur dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Tipe-Tipe Infrastruktur TI
Sumber: (Robertson&Sribar, 2001)
Setiap lapisan infrastruktur memiliki karakteristik tertentu, di antaranya:
1) Pemakaiannya lebih luas dibanding struktur yang didukungnya.
2) Lebih statis dan permanen dibanding struktur yang didukungnya.
3) Seringkali terhubung secara fisik dengan struktur di atasnya.
10
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
11
4) Sering diperhitungkan sebagai servis/layanan pendukung, termasuk sumber
daya manusia dan proses yang terlibat dalam mendukung, daripada hanya
sebagai struktur fisik.
5) Terpisah dari struktur yang didukungnya dalam hal siklus hidup
(perencanaan, pembangunan, penerapan, perubahan, exit).
6) Terpisah dari struktur yang didukungnya dalam hal kepemilikan dan sumber
daya manusia yang menjalankannya.
Secara umum antara Robertson & Sribar (2001) dan Laudon (2013) memiliki
kesamaan dalam mendefinisikan infrastruktur,
perbedaannya adalah Laudon
(2009) menganggap bahwa konsultan dan sistem integrator merupakan bagian dari
komponen infrastruktur. Menurut Laudon (2013) pada masa sekarang, bahkan
perusahaan besar pun tidak memiliki staf, keterampilan, biaya, atau pengalaman
yang diperlukan untuk menerapkan dan mengelola seluruh infrastruktur TI yang
dimiliki.
2.2
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
TOGAF adalah sebuah kerangka kerja yang menyediakan metode dan tools untuk
membantu dalam penerimaan, produksi, penggunaan, dan pemeliharaan arsitektur
enterprise (Open Group, 2011). TOGAF merupakan kerangka kerja arsitektur
standar industri yang dapat digunakan secara bebas oleh organisasi mana saja
yang ingin mengembangkan arsitektur sistem informasi yang akan digunakan
(Zhao, 2010).
Terdapat empat domain arsitektur yang secara umum diterima sebagai subset dari
arsitektur enterprise secara keseluruhan yang didukung oleh TOGAF, yaitu:
1. Arsitektur bisnis, mendefinisikan strategi bisnis, tata kelola, organisasi, dan
proses bisnis kunci.
2. Arsitektur data, menjelaskan struktur data organisasi baik logic maupun fisik
dan sumber daya pengelolaan data.
3. Arsitektur Aplikasi, menyediakan blueprint bagi suatu sistem aplikasi untuk
digunakan, interaksi, dan hubungannya dengan proses bisnis inti organisasi.
4. Arsitektur teknologi, menjelaskan kemampuan perangkat keras dan
perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mendukung menjalankan bisnis,
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
12
pengelolaan data dan layanan aplikasi, termasuk infrastruktur TI,
middleware, jaringan, komunikasi, pemrosesan, dan standar.
2.3
Architecture Development Method (ADM)
ADM adalah metode untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang
merupakan inti dari TOGAF (Open Group, 2011).
ADM
digunakan untuk
mengembangkan arsitektur enterprise yang akan memenuhi kebutuhan bisnis dan
kebutuhan teknologi informasi yang dibutuhkan oleh organisasi (Zhao, 2010).
ADM menggunakan pendekatan langkah demi langkah untuk mengembangkan
dan menggunakan arsitektur enterprise. ADM bersifat iteratif, yaitu sebuah proses
yang berkesinambungan, bersiklus, dan diulangi sepanjang waktu. Siklus dari
ADM dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Siklus Pengembangan Arsitektur TOGAF ADM
Sumber: (Open Group, 2011)
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
13
Fase-fase dalam ADM dijelaskan sebagai berikut:
1) Preliminary Phase, menjelaskan persiapan dan aktivitas permulaan yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan pemenuhan arahan bisnis untuk sebuah
arsitektur enterprise yang baru, teramasuk definisi kerangka kerja arsitektur
yang bersifat organization-specific dan definisi prinsip-prinsip.
2) Fase
A: Architecture Vision menjelaskan fase
pengembangan
arsitektur,
mencakup
awal
identifikasi
para
dari
siklus
pemangku
kepentingan, menciptakan visi arsitektur, dan mendapatkan persetujuan.
3) Fase B: Business Architecture menjelaskan pengembangan bisnis arsitektur
untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati.
4) Fase C: Information System Architecture menjelaskan pengembangan
arsitektur
sistem
informasi
untuk
proyek
arsitektur,
termasuk
pengembangan arsitektur data dan aplikasi.
5) Fase D: Technology Architecture menjelaskan pengembangan arsitektur
teknologi dari sebuah proyek arsitektur.
6) Fase E: Opportunities and Solution melakukan perencanaan awal
implementasi
dan
mengidentifikasi
apa
yang
dibutuhkan
untuk
merealisasikan solusi bagi arsitektur yang telah didefinisikan pada fase
sebelumnya.
7) Fase F: Migration planning membuat serangkaian detail urutan transisi
dengan membantu implementasi dan rencana migrasi.
8) Fase G: Implementation Governance menyediakan pandangan arsitektural
pada implementasi.
9) Faseh H: Architecture Change Management mengembangkan prosedur
untuk mengelola perubahan menuju arsitektur baru.
10) Requirements Management adalah mengelola kebutuhan arsitektur di
seluruh proses ADM.
2.4
Pengelolaan Jaringan
Pengelolaan jaringan (network management) mengacu pada aktivitas, metode,
prosedur, dan peralatan yang digunakan untuk mengoperasikan, administrasi, dan
provisioning dari sistem-sistem yang saling berhubungan (Clemm, 2007).
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
14
Menurut Clemm (2007) yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan jaringan
adalah:
1. Operation, berhubungan dengan menjaga jaringan aktif dan berjalan secara
lancar, di dalamnya melibatkan monitoring dan menyelesaikan masalah
secepat mungkin sebelum pengguna terkena dampak.
2. Administration, melibatkan aktivitas untuk menyimpan riwayat dari sumber
daya dalam jaringan.
3. Maintenance, fokus pada perbaikan dan upgrade.
4. Provisioning, fokus pada mengkonfigur sumber daya jaringan untuk
mendukung sebuah layanan.
Eritasari (2002) mengungkapkan bahwa pengelolaan jaringan yang baik harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengurangi biaya investasi dan operasional.
2) Mengontrol elemen jaringan.
3) Mengurangi kompleksitas jaringan.
4) Mengurangi waktu gangguan (downtime).
5) Memprediksi performansi jaringan.
6) Menjaga kehandalan jaringan.
7) Meningkatkan keamanan jaringan.
8) Mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan dalam rangka pencarian
penyebab terjadinya gangguan (troubleshooting).
9) Melakukan pemonitoran jaringan.
10) Menyediakan pelaporan.
Eritasari (2002) juga mengungkapkan bahwa tiga kunci sukses untuk memenuhi
kebutuhan optimalisasi jaringan adalah:
1) Kualitas sumber daya manusia.
2) Proses, meliputi serangkaian aturan dan panduan dalam melakukan
kegiatan pengelolaan jaringan, meliputi penambahan, dismantle, dan
perubahan.
3) Teknologi, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang tergabung
dalam sistem pengelolaan jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
15
2.5
Komponen Pengelolaan Jaringan
Komponen dasar dari pengelolaan jaringan adalah management support
organization, sistem pengelolaan (management system), jaringan pengelolaan
(management network), dan peralatan jaringan (network devices) (Clemm, 2007).
Gambar 2.3 Komponen Dasar Pengelolaan Jaringan
Sumber: (Clemm, 2007)
Pada Gambar 2.3 dapat dilihat komponen dasar dan posisi masing-masing
komponen dalam pengelolaan jaringan.
2.5.1
Peralatan Jaringan
Peralatan jaringan seringkali juga disebut network element (NE). Sebuah NE
untuk dapat dikelola harus memiliki management interface yang akan digunakan
oleh sistem pengelola untuk berkomunikasi dengan NE. Selama pengelolaan
berlangsung, terjadi komunikasi antara sistem pengelola, yang disebut “manager”,
dengan bagian dari NE yang akan melayani kebutuhan sistem pengelola yang
disebut “agent”. Management interface pada dasarnya terdiri dari tiga bagian:
1. Management interface, mendukung protokol pengelolaan yang menentukan
aturan komunikasi antara NE yang diwakili oleh agent dan aplikasi pengelola.
Pada bagian ini, sistem pengelola dapat membuka sesi, mengirim permintaan
kepada NE, dan menerima respon dari NE.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
16
2. Management Information Base (MIB) yang merupakan penyimpanan data
konseptual yang memuat management view dari peralatan yang dikelola.
Kegiatan pengelolaan operasi ditujukan pada bagian konseptual ini.
3. Agen inti logic yang menerjemahkan management interface, MIB, dan
peralatan aktual.
2.5.2
Sistem Pengelolaan (Management System)
Sistem pengelolaan menyediakan penyedia jaringan berbagai peralatan untuk
mengelola jaringan. Sistem pengelolaan dapat juga dikatakan sebagai pengguna
dari management interface yang ditawarkan oleh peran agent dari sistem yang
dikelola. Sistem pengelola bekerja sebagai manager yang mengirimkan
permohonan kepada agent, dan menerima response dari agent.
Gambar 2.4 Diagram Referensi Manager/Agent
Sumber: (Clemm, 2007)
Sistem pengelolaan hanya ada untuk keperluan pengelolaan jaringan, jika terjadi
gangguan yang menyebabkan sistem pengelolaan jaringan berhenti bekerja, maka
jaringan itu sendiri seharusnya tidak boleh terkena dampak.
2.5.3
Jaringan Pengelolaan (Management Network)
Pada dasarnya terdapat dua jenis pengelolaan jaringan, yaitu terdistribusi
(distributed) dan tersentralisasi (centralized) (Narang & Mittal, 2000). Baik
pengelolaan jaringan terdistribusi maupun tersentralisasi, pengelola jaringan dan
jaringan membutuhkan interkoneksi, jaringan yang memenuhi kebutuhan ini
disebut management network. Management network dan production network yaitu
jaringan yang digunakan untuk membawa traffic pelanggan, dapat terpisah atau
berada pada jaringan fisik yang sama (Clem, 2007).
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
17
Untuk menghubungkan NE dengan sistem pengelolaan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. In band, yaitu menggunakan port/jalur yang sama dengan port traffic lainnya.
2. Out band, yaitu jaringan tersendiri yang khusus digunakan untuk pengelolaan
jaringan. Keuntungan dari out band adalah handal, tidak akan mengganggu lalu
lintas data, memudahkan perencanaan jaringan, dan aman. Kerugian dari
menggunakan out band adalah mahal, karena infrastruktr pengelolaan jaringan
berbeda dengan infrastruktur jaringan itu sendiri.
2.5.4
Organisasi
Pendukung
Pengelolaan
(Organization
management
support)
Organization management support memiliki tugas untuk memastikan bahwa
jaringan dijalankan secara efektif dan efisien (Clemm, 2007). Tugas utama dari
organisasi ini adalah:
1. Monitoring,
diagnosa,
mengkomunikasikan,
merencanakan,
dan
melakukan perbaikan ketika terjadi kegagalan jaringan.
2. Provisioning layanan baru.
3. Menjaga performansi jaringan.
4. Melakukan upgrade dan merencanakan topologi jaringan, untuk
memeastikan jaringan dapat memenuhi kebutuhan masa depan.
Menurut Eritasari (2002) untuk mengelola jaringan, diperlukan sebuah enterprise
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kompatibilitas sistem operasi.
2) Kompatibilitas basis data.
3) Arsitektur jaringan.
4) Mendukung sisetem pengelolaan jaringan yang bersifat vendor-specific.
5) Mendukung protokol pengelolaan jaringan seperti SNMP dan TCP/IP.
6) Sistem peringataan alarm, tanggapan terhadap alarm, dan pelaporan alarm
yang dipicu oleh alarm lain.
Menurut Eritasari (2002) manajemen jaringan adalah tahapan yang memastikan
bagaimana mengelola jaringan agar performansi jaringan dapat dioptimalkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
18
2.6
Fungsi-Fungsi Pengelolaan dan Model Referensi Pengelolaan Jaringan
Menurut Clemm (2007) Model referensi dalam pengelolaan jaringan dapat
digunakan sebagai panduan dan membantu menyediakan arah dengan cara:
1. Membantu pengecekan kelengkapan sistem pengelolaan atau infrastruktur
operation support.
2. Membantu pengkategorian dan pengelompokan fungsi-fungsi yang
berbeda, dan mengidentifikasi mana yang terkait dan dimiliki, dan mana
yang tidak.
3. Mengidentifikasi skenario dan use case yang harus dikumpulkan, dan
mengenali keterkaitan dan interface diantara tugas-tugas yang berbeda.
Salah satu model referensi yang ada adalah model referensi yang mengacu pada
area fungsional FCAPS. Model FCAPS
antaranya
fault
management,
terdiri dari lima area fungsional, di
configuration
management,
accounting
management, performance management, dan security management. FCAPS
tertuang dalam rekomendasi ITU-T nomor M.3400.
Menurut Goyal (2009) Nilai bisnis yang diperoleh perusahaan dari diterapkannya
FCAPS adalah:
1. Meningkatkan produktivitas staf TI dan telekomunikasi.
2. Meningkatkan kemampuan untuk mengelola sumber daya remote yang
lebih banyak, dengan lebih sedikit, atau tanpa staf di lokasi.
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan pengguna layanan.
4. Kemampuan untuk memprediksi, oleh sebab itu dapat mencegah masalah
performansi.
5. Pengurangan trouble ticket yang dikembalikan karena adanya kesalahan
acuan pada petugas yang menangani masalah yang tidak tepat.
6. Meningkatkan visibilitas pada seluruh sumber daya jaringan.
7. Menemukan sumber daya yang tidak optimal penggunaannya, sehingga
dapat dikurangi bahkan dihapuskan, pada akhirnya dapat mengurangi
biaya.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
19
8. Menjelaskan sumber daya mana saja yang sudah penggunaannya sudah
melebihi
kapasitas,
dan
memodifikasi
pengoperasiannya
sebelum
pengguna mengeluh terkait performansi sumber daya.
Rekomendasi TMN M.3400 yang dimuat dalam Goyal (2009) FCAPS dijabarkan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Area Fungsional FCAPS
Fault Management
Fault detection
Fault correction
Fault isolation
Service recovery
Alarm handling
Alarm filtering
Alarm generation
Fault correlation
Diagnostics
Error (fault) logging
Error (fault) handling
Error (fault) statistics
Accounting Management
Track service/resource use
Cost for services
Accounting limit
Usage quotas
Audits
Fraud reporting
Combine costs from
multiple resources
Support for different
accounting mode
Security Management
Selective resource access
Access logs
Data privacy
User access rights checking
Security audit trail log
Configuration Management
Service initialization
Service provisioning
Auto-discovery
Backup and restore
Resource shut down
Change management
Pre-provisioning
Inventory/asset management
Copy configuration
Remote configuration
Automated software/fix distribution
Job initiation, tracking, and execution
Performance Management
Utilization and error rates
Performance data collection
Consistent performance level
Performance data analysis
Problem reporting
Capacity planning
Performance report
generation
Maintaining and examining
historical logs
Security alarm/event
reporting
Take care of security
breaches and attempts
Security-related information
Distributions
Sumber: (Goyal, 2009)
Setiap fungsi pengelolaan memiliki sub fungsi yang lebih detail. Tidak seluruh
sub fungsi akan diterapkan dalam mengelola jaringan. Sub fungsi dipilih
berdasarkan kebutuhan dan kondisi infrastruktur jaringan yang dikelola oleh suatu
organisasi.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
20
2.7
Statistik / Pengukuran
Jaringan dievaluasi dengan menggunakan berbagai teknik statistik atau
pengukuran. Menurut White (2011) pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi suatu network element adalah:
1.
Mean time between failures (MTBF), yaitu waktu rata-rata sebuah alat atau
sistem akan beroperasi sebelum terjadinya gangguan.
2.
Mean time to repair (MTTR), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
memperbaiki gangguan.
3.
Availability, yaitu kemungkinan sebuah sistem atau alat akan tersedia selama
jangka waktu tertentu. Formula yang digunakan untuk menghitung
availability adalah:
Komponen yang memiliki availability yang tinggi (mendekati 1.0) bisa
dikatakan hampir selalu beroperasi setiap saat.
4.
Reliability, menghitung kemungkinan suatu sistem atau komponen akan
beroperasi selama waktu transaksi tertentu.
2.8
Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini akan dijelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.8.1
Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT Telkom Divre 2
Jakarta (Eritasari, 2002)
Latar belakang dilakukannya penelitian ini berawal dari adanya berbagai
perubahan
pada
PT
Telkom
sebagai
respon
terhadap
undang-undang
telekomunikasi No. 36 tahun 1999. Perubahan yang terjadi di antaranya:
1. Jenis aplikasi untuk mendukung bisnis semakin banyak.
2. Spesifikasi perangkat keras untuk transaksi pembayaran semakin
kompleks sesuai dengan penambahan jumlah dan segmen pelangan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
21
3. Kapasitas yang diperlukan semakin besar.
Perubahan-perubahan yang disebutkan tadi menimbulkan masalah yang dihadapi
oleh PT Telkom, yaitu:
1. Jaringan yang sering mengalami kelebihan kapasitas, karena data yang
mengalir lebih besar dari bandwidth yang ada. Hal ini menyebabkan
adanya penurunan performansi.
2. Biaya pengembangan jaringan yang membengkak karena tidak ada
perencanaan yang tepat.
3. Adanya kesulitan dalam menambah pengguna baru.
4. Monitoring jaringan kurang baik karena manajemen jaringan tidak dapat
memantau adanya collision.
Untuk mengatasi masalah tersebut Eritasari (2002) menyusun infrastruktur
jaringan komputer dengan menggunakan metodologi Network Development Live
Cycle (NDLC). Metodologi ini dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan,
perancangan infrastruktur, implementasi, dan diakhiri dengan evaluasi operasional
dan pengelolaan jaringan. Evaluasi dilakukan untuk memastikan infrastruktur
yang dikembangkan mendukung kebijakan dan strategi perusahaan. Metodologi
NDLC dapat dilihat pada Gambar 2.5
Analisis
Design
Monitoring dan
Evaluasi
Implementasi
Operasi dan
Manajemen
Gambar 2.5 Metodologi Perancangan Infrastruktur Jaringan Komupter
Sumber: (Eritasari, 2002)
Proses analisis dimulai dengan identifikasi visi, misi, dan tujuan jangka panjang
perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan
metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi terhadap kondisi
infrastruktur pengelolaan jaringan yang ada. Wawancara dilakukan kepada
seluruh stakeholder pengelolaan jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
22
Penelitian yang dilakukan Eritasari (2002) dan penelitian yang akan dilakukan
memiliki beberapa persamaan, yaitu studi kasus terhadap sistem pengelolaan
jaringan di perusahaan telekomunikasi, metode penelitian kualitatif, dan metode
pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik analisis data yang dilakukan.
Eritasari (2002) tidak menyebutkan metode analisis data kualitatif pada data
tekstual yang didapat dari hasil wawancara. Selain itu, perbedaan lainnya ada pada
metodologi perancangan infrastruktur. Eritasari (2002) menggunakan metodologi
NDLC, sedangkan dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah
TOGAF ADM. Meskipun terdapat perbedaan dalam penggunaan metodologi,
penulis melihat masih ada persamaan dalam kedua penelitian ini, yaitu
perancangan dimulai dari visi, misi dan tujuan jangka panjang perusahaan,
kemudian diturunkan menjadi rancangan infrastruktur TI.
2.8.2
Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang Adaptive,
Studi Kasus Kementrian Kominfo (Purwadi, 2014)
Purwardi (2014) merancang infrastruktur TI untuk menjawab permasalahan yang
disebabkan pengembangan SI/TI antar satuan kerja yang terpisah-pisah. Penelitian
yang dilakukan Purwadi (2014) digunakan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi oleh kementrian Kominfo, di antaranya:
1. Pembangunan e-Gov yang terintegrasi dan memiliki interoperabilitas belum
maksimal. Hal ini dilakukan untuk mendukung pemerintah melaksanakan
instruksi presiden No. 3 tahun 2013 yang menginstruksikan pemerintah untuk
segera melakukan proses transformasi menuju pemerintah berbasis e-Gov.
2. Proses pemenuhan kebutuhan dan arah pengembangan teknologi informasi
dan
komunikasi
(TIK)
di
lingkungan
kementrian
Kominfo
tidak
berkesinambungan dan terkoordinasi.
3. Banyaknya satuan kerja yang mengembangkan aplikasi atau pengadaan
infrastruktur TI sehingga belanja TI menjadi tidak efisien karena adanya
duplikasi.
4. Banyaknya
satuan
kerja
yang
melaksanakan
pengembangan
tidak
berkoordinasi dengan Pusat Data dan Sarana Informatika (PDSI).
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
23
5. Banyaknya instansi pemerintah yang mengembangkan infrastruktur TIK
sendiri, hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kominfo nomor
41/PER/MEN.KOMINFO/11//2007 yang menyatakan bahwa semua instansi
harus menggunakan shared-services.
Kerangka teoritis yang dikembangkan oleh Purwadi (2014) dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
Perpres No 24 Tahun
2010 Kedudukan dan
Tupoksi Kentrian negara
Penyelenggaraan
tupoksi
kementrian
Inpres No. 3 tahun
2003
Peraturan
perundangundangan
Enterprise
architecture
framework
SOA
Penyelenggaraan
e-Gov instansi
Program kerja TI
organisasi
Rencana strategis
organisasi
Perancangan
Infrastruktur
Teknologi
Informasi
Virtualisasi dan
cloud computing
technology
Rancangan
infrastruktur teknologi
informasi adaptive bagi
organisasi
Infrastructure TI
adaptive
Index PGI
Gambar 2.6 Kerangka Teoritis Perencanaan Infrastruktur Teknologi
Informasi (TI)
Sumber: (Purwadi, 2014)
Persamaan penelitian yang dilakukan Purwadi (2014) dan penelitian yang akan
dilakukan adalah pengunaan metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi terhadap berbagai dokumen
dan kondisi organisasi, mengunakan TOGAF ADM untuk merancang arsitektur
SI/TI. Selain itu, penelitian yang dilakukan Purwadi (2014) memiliki latar
belakang yang sama dengan penelitian ini, yaitu adanya sistem informasi yang
terpisah-pisah dan saling berdiri sendiri.
2.8.3
The Use of ADM for SOA Design (Zhao, 2010)
Zhao merancang sistem Intelligent Platform of Virtual Travel Agency (IPVTA)
dengan mengkombinasikan perancangan sistem berbasis SOA dan kerangka kerja
arsitektur enterprise TOGAF ADM. IPVTA dirancang berbasis web service.
Prototype sistem IPVTA dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
24
Gambar 2.7 Prototype Sistem IPVTA
Sumber: (Zhao, 2010)
IPVTA dirancang untuk dapat membuat rencana pelayanan untuk pelanggan
secara keseluruhan. Tahap pertama adalah membuat rute dan jadwal perjalanan
berdasarkan kebutuhan pelanggan yang didapat dari sistem akuisisi kebutuhan
(requirement acquisition system).
Dalam merancang sistem IPVTA Zhao (2010) melakukan modifikasi terhadap
fase-fase ADM. Dalam proyek ini Zhao (2010) memodofikasi ADM menjadi 4
tahap yaitu project analysis, business architecture design, application design, dan
technology architecture design. Modifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 ADM Yang Dimodifikasi
Sumber: (Zhao, 2010)
Detail dari tahap-tahap ADM yang telah dimodifikasi dalam penelitian Zhao
(2010) dapat dilihat pada Gambar 2.9
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
25
Gambar 2.9 Detail Tahap Perancangan Sistem IPVTA
Sumber: (Zhao, 2010)
Pada tahap awal proses ini melakukan analisis terhadap aset yang dimiliki,
kemudian menentukan ruang lingkup organisasi yang akan terkena dampak
IPVTA, dilanjutkan dengan identifikasi terhadap stakeholders, concern, dan
business requirement yang akan dijadikan sebagai data masukan dalam
perancangan sistem IPVTA.
Penelitian yang dilakukan Zhao (2011) menjelaskan secara detail setiap tahapan
yang dilakukan dalam merancang arsitektur teknologi informasi. Hal ini membuat
penelitian yang dilakukan Zhao (2011) memberikan banyak informasi yang
membantu terlaksananya penelitian yang akan dilakukan.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan Zhao (2011) dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu merancang sistem berbasis SOA dengan menggungkan
kerangka kerja TOGAF ADM. Kritik untuk penelitian ini adalah, Zhao (2011)
tidak menjelaskan secara detail apa yang mendasari modifikasi fase-fase ADM.
2.8.4
The OSI Network Management Model - Capcity and Performance
Management (Nuangjamnong, 2008)
Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong (2008) didasarkan pada pertumbuhan
tinggi pada jaringan enterprise, yang membuat kapasitas dan performansi jaringan
menjadi hal yang sangat penting, baik bagi bisnis organisasi maupun bagi industri
telekomunikasi. Pertumbuhan ini membuat para pengelola jaringan menghadapi
tantangan yang semakin besar dalam meningkatkan performansi sistem.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
26
Penelitian Nuangjamnong (2008) dilakukan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi, yaitu down time yang tidak terjadwal, kurangnya pegawai dengan
kompentesi yang sesuai, kuranganya tools, teknologi yang kompleks, konsolidasi
bisnis, dan pasar yang kompetitif. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
case study research dengan metode quantitative. Penelitian dilakukan pada
jaringan Network Technology Lab National Electronics and Computer
Technology Center (NECTEC) di Thailand. Conceptual framerwork dari
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.10
OSI Reference Model
APPLICATION
LAYER
PRESENTATION
LAYER
Network Management Application
Fault
Gather configuration
and traffic information Analyze traffic
and observe
statistics
Configuration
Trending
SESSION LAYER
Accountability
Performance
baselining
Performance
What-if analysis
Security
Implement Changes
TRANSPORT LAYER
NETWORK LAYER
Network Management Protocol
DATA LINK LAYER
Network Management Agent
Network Administrators
Plan Changes
and Evaluate
APPLICATION
LAYER
File server
Workstation
Gambar 2.10 Proses Pengelolaan Kapasitas dan Performansi Jaringan Yang
Terintegrasi Ke Dalam OSI NMM
Sumber: (Nuangjamnong, 2008)
Penelitian memilih open system interconnection (OSI) network management
model (NMM) sebagai solusi untuk mengelola jaringan yang tumbuh dengan
cepat. Area fungsional yang digunakan adalah fault management, configuration
management, accountability management, performance management, dan security
management. Studi kasus yang dilakukan fokus pada local area network (LAN).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, OSI NMM secara substansial dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
sistem
pengelolaan
jaringan.
Penelitian
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
27
merekomendasikan integrasi antara OSI NMM dengan FCAPS dalam rangka
memenuhi kebutuhan pemenuhan standar kapasitas dan performansi.
Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong (2008) memiliki kesamaan latar
belakang dengan penelitian ini, yaitu semakin bertumbuhnya jaringan dan
perkembangan keragaman teknologi akibat dari munculnya teknologi-teknologi
baru. Persamaan lainnya ada pada metodologi penelitian yang digunakan yaitu
case study research, dan menggunakan FCAPS sebagai area fungsional utama
dalam mengembangkan sebuah sistem pengelolaan jaringan. Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah, Nuangjamnong (2008) meggunakan
metode kuantitatif, sedangkan penulis menggunakan metode kualitatif.
2.8.5
FCAPS in the Business Services Fabric Model (Goyal, 2009)
Goyal sebelumnya memperkenalkan sebuah konsep partisi secara logic dan virtual
business service fabric (BSF), yaitu suatu web dari layanan yang saling
terhubung, mulai dari layanan yang berorientasi bisnis sampai lebih kepada
implementasi layanan dan sumber daya berorientasi TI. Virtual business service
fabric (VBSF) membagi setiap BSF menjadi lebih dari satu sub-fabric, yang
mungkin akan membentang lintas organisasi, geografis, batasan teknologi,
komputasi awan publik dan private, dan data center perusahaan. Komputasi awan
saat ini tidak memiliki tingkat manageability dan operability yang baik. Situasi ini
menjadi semakin kompleks ketika adanya integrasi antara infrastruktur komputasi
awan publik dan private. Manageability dan operability dari bisnis berorientasi
pelayanan,
termasuk
kehandalan,
ketersediaan,
kegunaan,
skalabilitas,
performansi, konfigurasi, dan keamanan memiliki banyak tantangan tersendiri.
Fokus Goyal (2009) adalah aplikasi dari konsep fault, configuration, accounting,
performance, dan security (FCAPS) pada pelayanan di dalam VBSF. Tujuan dari
tulisan Goyal (2009) adalah untuk menggabungkan kemampuan pengelolaan
FCAPS pada batas minimum ke dalam seluruh layanan pada level komponen,
untuk membentuk pengelolaan layanan secara end-to-end. Penelitian ini
melakukan eksaminasi setiap kemampuan FCAPS pada konteks BSF, BSF
capabilities, dan FCAPS capabilities.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
28
Kesimpulan dari hasil eksaminasi adalah:
1. Secara umum perusahaan telah menerapkan FCAPS pada isu kegagalan
dan konfigurasi (fault and configuration).
2. Security/Keamanan telah bergantung pada tools yang lain yang tidak
terintegrasi pada model FCAPS secara keseluruhan.
3. Prinsip dasarnya adalah, walaupun ada lima elemen dari FCAPS, satu
elemen dapat mempengaruhi kesuksesan dari elemen lainnya.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama
menggunakan FCAPS sebagai fungsi-fungsi pengelolaan yang digunakan dalam
rangka menjamin performansi layanan, dan metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi langsung terhadap kondisi perusahaan. Kelemahannya
dari penelitian Ghoyal (2009) adalah, dalam tulisan tidak digambarkan kerangka
teoritis yang digunakan, sehingga pemahaman terhadap konstruksi landasan
pemikiran tidak mudah untuk dilakukan.
2.9
Perbandingan Kerangka Kerja Pengembangan Arsitektur Enterprise
Bagian ini akan menjelaskan dua literatur yang telah melakukan perbandingan
terhadap berbagai kerangka kerja pengembangan arsitektur enterprise. Hasil dari
bagian ini diharapkan dapat memberikan arahan mengenai kerangka kerja
pengembangan arsitektur yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.9.1
A Comparison Enterprise Architecture Implementation Methodology
(Rouhani et al., 2013)
Enterprise architecture (EA) adalah sebuah struktur yang menyelaraskan bisnis
dan TI dalam suatu enterprise. Integrasi antara bisnis dan IT memegang peranan
penting bagi sebuah enterprise untuk mencapai keunggulan kompetitif. Saat ini
tersedia berbagai metodologi implementasi EA, mengetahui kelemahan dan
kekurangan suatu metodologi memegang peranan penting dalam memilih
metodologi yang tepat untuk suatu proyek pengembangan EA (Rouhani et al.,
2013)
Rouhani et al. (2013) membandingkan berbagai metodologi implementasi EA, di
antaranya Enterprise Architecture Planning (EAP), TOGAF, The Department of
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
29
Defense Architecture Framework (DODAF), Gartner, dan The Federal Enterprise
Architecture (FEA).
Perbandingan dilakukan berdasarkan tiga aspek utama, yaitu konsep, pemodelan,
dan proses.
1. Konsep (Concept) yang secara umum diarahkan dalam EA adalah definisi
EA, keselarasan antara bisnis dan TI, tingkat kepentingan repository, asosiasi
dan komunikasi antara artifacts dan strategi metodologi implementasi EA,
tata kelola, peran dan proses metodologi implementasi EA yang
teridentifikasi.
2. Pemodelan (Modeling) biasanya merupakan bagian utama dari sebuah
metodologi implementasi EA. Secara umum sebuah pemodelan biasanya
terdiri dari komponen utama seperti notasi, syntax, dan semantic. Dengan
memilih pemodelan yang tepat, metodologi implementasi EA dapat
mengurangi kompleksitas arsitektur, baik arsitektur saat ini maupun yang
diharapkan, dan merancanakan transisi secara efektif.
3. Metodologi (Methodology) implementasi EA menekankan sekumpulan proses
dan bagian-bagian yang dilakukan sebagai bagian dari siklus EA. Sebuah
metodologi implementasi EA yang berguna sebaiknya mencakup tahapantahapan, pemodelan enterprise, analisis arsitektur saat ini, analisis arsitektur
yang diinginkan, mengelola dan menyediakan desain proyek yang detail,
menjelaskan perancanaan transisi yang terkendali, dan implementasi.
Perbandingan berbagai metodologi implementasi EA dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture
EA
EAP
TOGAF
DODAF
Gartner
FEA
Alignment
L
M
M
M
L
Artifacts
M
H
M
M
M
Governance
M
H
M
M
L
Repository
M
M
M
M
M
Strategy
H
H
H
M
H
Kriteria
Concepts
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
30
Tabel 2.2 Perbandingan Enterprise Architecture (Lanjutan)
EA
EAP
TOGAF
DODAF
Gartner
FEA
Easy to use
M
L
M
M
M
Easy to learn
M
L
M
M
M
Tracebility
M
H
L
L
M
Consistency
M
H
L
L
M
Different views
M
M
M
L
M
Complexity
L
L
L
L
L
Dynamic
L
L
L
L
L
Requirement
L
H
L
L
L
Step by step
M
M
M
M
M
Detailed design
M
M
M
M
M
Implementasi
M
M
M
M
M
Guidelines
M
H
M
L
H
Maintenance
L
M
L
L
M
Continual
M
H
L
L
L
Kriteria
Modeling
Process
Sumber: (Rouhani et.al, 2013)
H: High, pertimbangan tinggi, atau penjelasan detail dan jelas.
M: Medium, pertimbangan menengah, atau terdapat sedikit penjelasan.
L: Low, pertimbangan rendah, atau penjelasan tingkat tinggi.
Hasil dari perbandingan yang dilakukan oleh Rouhani et.al (2013) adalah:
1. Dalam concepts hampir semua metodologi implementasi EA mencakup
seluruh konsep. Strategy dan artifacts didukung oleh semua metodologi
implementasi EA, sebaliknya alignment dan repository tidak digunakan oleh
kebanyakan metodologi implementasi EA.
2. Dalam modeling, EAP dan FEA memiliki kondisi yang sama (high grade),
TOGAF bervariasi, pada beberapa atribut high grade dan yang lainnya low
grade. Lebih lanjut, DODAF dan Gartner berada di urutan terakhir.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
31
3. Dalam process, walaupun struktur langkah demi langkah, desain yang detail,
dan implementasi adalah atribut yang paling sering digunakan dalam
metodologi implementasi EA, requirement, maintenance, dan continual perlu
lebih dipertimbangkan.
Kesimpulan dari perbandingan yang dilakukan adalah, tidak ada metodologi
implementasi EA yang lengkap. TOGAF memiliki nilai tertinggi pada semua
aspek, akan tetapi masih perlu adanya penurunan kompleksitas proses dan
modeling. Selain itu, kurangnya pertimbangan pada maintenance, requirements,
dan continual process adalah hal-hal yang dapat dicatat untuk dipertimbangkan.
2.9.2
“A
Comparison
of
the
Top
Four
Enterprise-Architechture
Methodologies” (Sessions, 2007)
Perbandingan yang dilakukan oleh Session (2007) didasarkan pada 12 kriteria
yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Kriteria penilaian yang diberikan adalah (5)
High, (4) middle to high, (3) middle, (2) low to middle, (1) low.
Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan
Gartner
Kriteria
Kelengkapan
Rating
Taksonomi
(Taxonomy
Zachman
TOGAF
FEA
Gartner
4
2
2
1
1
4
2
3
1
3
4
1
Completeness), kriteria ini mengacu pada sebaik
apa kita dapat menggunakan metodologi untuk
mengklasifikasikan
berbagai
macam
artefak
arsitektur.
Kelengkapan proses (Process Completeness),
kriteria
ini
mengacu
pada
selengkap
apa
metodologi memberikan panduan melalui tahapan
proses untuk menciptakan arsitektur enterprise.
Panduan
Model
Referensi
(Reference-model
guidance), kriteria ini mengacu pada bagaimana
kegunaan
metodologi
dalam
membantu
membangun model referensi yang relevan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
32
Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan
Gartner (Lanjutan)
Kriteria
Rating
Panduan Praktis (Practice Guidance), kriteria
Zachman
TOGAF
FEA
Gartner
1
2
2
4
1
1
3
2
1
2
1
4
1
2
2
3
1
2
4
3
ini mengacu pada sejauh mana metodologi
membantu mengasimilasi pola pikir arsitektur
enterprise ke dalam pola pikir organisasi, dan
mengembangkan budaya yang bernilai dan
dipergunakan.
Model Kematangan (Maturity Model), kriteria
ini mengacu pada seberapa banyak panduan
yang diberikan metodologi dalam menilai
efektivitas
dan
organisasi
di
kematangan
dalam
organisasi-
enterprise
dalam
menggunakan arsitektur enterprise.
Fokus Bisnis (Business Focus), kriteria ini
mengacu pada apakah teknologi akan fokus
pada
menggunakan
teknologi
untuk
mendorong nilai bisnis. Nilai bisnis secara
spesifik
ditentukan
sebagai
penurunan
pengeluaran dan/atau peningkatan pemasukan.
Panduan Tata Kelola (Governance Guidance),
kriteria ini mengacu pada sejauh mana
pertolongan metodologi dalam memahami dan
menciptakan model tata kelola yang efektif
untuk arsitektur enterprise.
Panduan Pembagian (Partitioning Guidance),
kriteria
ini
metodologi
mengacu
akan
autonomous partition
merupakan
pada
sebaik
memandu
apa
kepada
yang efektif, yang
pendekatan
penting
untuk
mengelola kompleksitas.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
33
Tabel 2.3 Perbandingan Kerangka Kerja Zachman, TOGAF, FEA, dan
Gartner (Lanjutan)
Kriteria
Katalog
Rating
Preskriptif
(Prescriptive
Zachman
TOGAF
FEA
Gartner
1
2
4
2
2
4
3
1
2
4
2
1
1
3
1
4
Catalog), mengacu pada sebaik apa
metodologi memandu dalam menyusun
katalog
aset
arsitektur
yang
dapat
digunakan kembali pada kegiatan di masa
yang akan datang
Netralitas Vendor (Vendor Neutrality),
kriteria ini mengacu pada kecenderungan
untuk
menjadi
perusahaan
ketergantungan
konsultan
tertentu
pada
dalam
mengadopsi metodologi. Nilai yang tinggi
pada bagian ini, menunjukan tingkat
ketergantungan yang rendah.
Ketersediaan
Informasi
(Information
Availability), kriteria ini mengacu pada
jumlah dan kualitas informasi bebas atau
murah menganai metodologi ini.
Time to Value, kriteria ini mengacu pada
waktu yang akan digunakan sebelum
mulai
menggunakannya
untuk
membangun solusi yang memberikan nilai
yang tinggi bagi bisnis.
Sumber: (Sessions, 2007)
Dari hasil perbandingan tersebut, Sessions (2007) menyatakan bahwa tidak satu
pun dari metodologi-metodologi tersebut yang benar-benar lengkap. Setiap
metodologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan
metodologi bergantung pada kebutuhan organisasi. Sessions (2007) memberikan
panduan bagaimana memilih metodologi yang terbaik, panduan tersebut adalah:
1) Menghilangkan kriteria yang tidak penting bagi organisasi.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
34
2) Menambahkan kriteria tambahan yang dirasa penting dan memberikan
nilai pada setiap kriteria.
3) Mengubah rating yang dirasa tidak sesuai.
Pada tabel perbandingan Sessions (2007) TOGAF memiliki rating tertinggi pada
kelengkapan proses, netralitas vendor, dan ketersediaan informasi. Selain itu,
TOGAF juga memiliki nilai time to value yang tinggi, sehingga organisasi dapat
lebih cepat merancang arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan.
Dari hasil perbandingan Rouhani et al. (2013) dan Sessions (2007), maka
penelitian ini akan menggunakan metodologi TOGAF dalam merancang
infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan.
2.10 Service Oriented Architecture (SOA)
Open Group (2011) mendefinisikan SOA sebagai sebuah gaya arsitektural yang
mendukung service-orientation. Service-orientation adalah jalan berpikir dalam
hal layanan dan pengembangan berbasis layanan dan manfaat dari layanan.
Layanan adalah representasi logis dari sebuah aktivitas bisnis yang dapat diulangulang yang memiliki manfaat yang telah ditetapkan. SOA dapat menjadi
pendukung dalam merancang proses bisnis, akan tetapi tidak ada metode yang
matang tentang bagaimana menganalisis dan merancang sistem berbasis SOA
pada skala besar. SOA membutuhkan bantuan kerangka kerja yang lebih dikenal,
dan sudah ada beberapa contoh adanya implementasi dari kombinasi antara
arsitektur enterprise dengan SOA, jadi sangat dimungkinkan menggunakan ADM
sebagai kerangka kerja dalam merancang sistem berbasis SOA. (Zhao, 2010).
Open Group (2011) menetapkan karakteristik dari suatu layanan sebagai berikut:
1. Berdiri sendiri / mandiri (self-contained).
2. Dapat terbuat dari layanan-layanan lain.
3. Merupakan “black box” terhadap pengguna layanan.
SOA didasarkan pada rancangan layanan yang membentuk proses bisnis
enterprise. SOA menempatkan requirements yang unik pada infrastruktur, oleh
sebab itu direkomendasikan implementasi menggunakan open standard untuk
mewujudkan interoperabilitas dan transparansi lokasi. Implementasi SOA bersifat
environtment-specific, yaitu dibatasi atau oleh konteks (Open Group, 2011).
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
35
2.11 Arsitektur Enterprise dan SOA
Arsitektur enterprise menyediakan kerangka kerja, tools, dan teknik untuk
membantu organisasi dalam mengembangkan dan mengelola SOA (Open Group,
2011). Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan arsitektur enterprise di
antaranya:
1. Abstraksi yang konsisten dari strategi tingkat tinggi dan deliverables untuk
membantu perencanaan dan anlisis.
2. Keterkaitan dari berbagai sudut pandang yang berbeda kedalam sebuah
masalah bisnis tunggal, menyediakan model yang konsisten untuk
mengatasi berbagai bidang dan pengujian untuk kelengkapan.
3. Identifikasi roadmap yang jelas untuk mencapai keadaan yang diinginkan
organisasi di masa depan.
4. Tracebility yang menghubungkan TI dan aset lainnya, terhadap bisnis
yang didukungnya.
5. Membantu dalam penilaian dampak, analisis risiko/nilai, dan pengelolaan
portofolio.
6. Prinsip-prinsip, batasan, kerangka kerja, pola, dan standar yang
teridentifikasi dan terdokumentasi.
7. Kerangka kerja tata kelola dan proses yang memastikan otoritas yang tepat
dalam pengambilan keputusan.
Arsitektur enterprise menjadi sebuah fondasi untuk menjadikan organisasi
berbasis layanan, hal ini disebabkan arsitektur enterprise menghubungkan
pemangku kepentingan bersama-sama, memastikan bahwa kebutuhan setiap
komunitas pemangku kepentingan dipenuhi, dan kepedulian setiap pemangku
kepentingan terhadap konteks yang sesuai (Open Group 2011).
Arsitektur enterprise dapat menyediakan konteks dan analisis kemampuan,
untuk menunjukan bagaimana SOA dapat dirancang secara efektif untuk
mendukung kemampuan bisnis, dan menunjukan mana layanan yang
sebaiknya dibangun, digunakan kembali, dan menunjukan bagaimana
sebaiknya layanan dirancang.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
36
2.12 ADM Process (Open Group, 2011)
Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih rinci tahapan-tahapan yang dilalui
mengembangkan arsitektur enterprise sesuai dengan ADM.
2.12.1 Fase Preliminary
Fase Preliminary bertujuan utuk menentukan kapabilitas arsitektur yang
diharapkan dan membangun kapabilitas arsitektur tersebut (Open Group, 2011).
Aspek utama dalam fase ini adalah:
1) Menentukan ruang lingkup dan konteks organisasi.
2) Mendefinisikan kebutuhan untuk kerja arsitektur.
3) Mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur yang akan menginformasikan
setiap kerja arsitektur.
4) Mendefinisikan kerangka kerja yang akan digunakan.
5) Mendefinisikan hubungan antar management framework.
6) Mengevaluasi tingkat kematangan arsitektur enterprise.
Data yang akan dijadikan masukan dalam fase ini terbagi menjadi:
1. Materi referensi, dalam hal ini TOGAF.
2. Masukan non-architecturel, yaitu prinsip-prinsip bisnis, strategi bisnis,
pendorong utama bisnis, kerangka kerja utama yang digunakan,
kemampuan arsitektur, kemitraan dan persetujuan kontrak.
3. Masukan architectural, meliputi model organisasional untuk arsitektur
enterprise yang digunakan, kerangka kerja existing.
Keluaran dari preliminary phase:
1. Ruang lingkup organisasi yang terkena dampak.
2. Pernyataan prinsip-prinsip bisnis, sasaran bisnis, dan pendorong bisnis.
3. Framework arsitektur yang akan digunakan.
4. Katalog prinsip-prinsip arsitektur.
2.12.2 Fase Architecture Vision
Fase ini adalah tahap awal dari proses ADM yang mencakup informasi mengenai
mendifinisikan ruang lingkup, mengidentifikasi pemangku kepentingan, dan
pembuatan visi arsitektur (The Open Group, 2011). Masukan yang digunakan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
37
pada fase ini adalah prinsip-prinsip arsitektur yang telah dibuat pada fase
preliminary. Langkah langkah yang dilakukan selama fase ini yaitu:
1. Menyusun proyek arsitektur.
2. Identifikasi stakeholder, concern, dan requirements.
3. Menetapkan dan mengelaborasi sasaran bisnis, pendorong bisnis dan batasanbatasan.
4. Mengevaluasi kemampuan bisnis.
5. Melakukan penilaian terhadap kesiapan untuk melakukan transformasi.
6. Mendefinisikan ruang lingkup.
7. Membangun sebuah visi arsitektur.
8. Mengkonfirmasi dan mengelaborasi prinsip-prinsip arsitektur termasuk
prinsip-prinsip bisnis.
9. Mengidentifikasi risiko transformasi dan aktifitas mitigasi.
10.
Membuat pernyataan dari kerja arsitektur.
Keluaran dari proses ini adalah pemetaan stakeholders dan diagram visi
arsitektur.
2.12.3 Fase Business Architecture
Fase business architecture ini bertujuan untuk mengembangkan arsitektur bisnis
yang ingin dicapai, yang mampu menjelaskan apa yang dibutuhkan enterprise
untuk beroperasi, dalam rangka mewujudkan sasaran bisnis. Selanjutnya
mengidentifikasi roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara baseline dan
arsitektur bisnis yang ingin dicapai.
Secara umum arsitektur bisnis menjelaskan strategi produk dan atau layanan,
aspek organisasional, fungsional, proses, informasi, dan geografis dari lingkungan
bisnis. Pada fase ini penyusunan proses bisnis baru merupakan salah satu
bagiannya. Keluaran dari fase ini adalah diagram business footprint, katalog
layanan bisnis, fungsi bisnis, dan matriks interaksi bisnis.
Dalam mengusulkan proses bisnis baru, strategi yang digunakan dalam penelitian
ini didasarkan pada prinsip-prinsip Business Process Redesign untuk e-business.
Prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
38
Tabel 2.4 Prinsip-Prinsip Redesign Proses Bisnis
Prinsip-Prinsip Redesign Proses
Penjelasan
Restruktur dan rekonfigur proses
Lose wait
Mengurangi waktu tunggu pada rangkaian proses.
Orchestrate
Menyerahkan tugas pada bagian perusahaan yang
terkuat dan tercepat.
Mass-Customize
Membuat proses lebih fleksibel dari segi waktu dan
tempat.
Synchronize
Melakukan sinkronisasi bagian fisik dan virtual
dari proses-proses.
Mengubah alur informasi pada proses
Digitize and Propagate
Menangkap
informasi
menyimpannya
dalam
dari
bentuk
sumbernya,
digital
dan
menyebarkannya.
Vitrify
Menyediakan visibilitas proses dengan informasi
yang lebih update dan lengkap.
Sensitize
Dilengkapi dengan sensor pemberi peringatan dan
memberikan umpan balik untuk memberikan arah
tindakan.
Merubah pengelolaan pengetahuan pada proses
Analyze and synthesize
Memperbanyak sintesis dan analisis interaktif.
Collect, connect, and create
Menumbuhkan pengetahuan pada proses melalui
siapa saja yang bekerja dengan proses tersebut.
Personalize
Menyesuaikan proses dengan preferensi atau
kebiasaan dari para partisipan proses tersebut.
Sumber: (El Sawi, 2000)
2.12.4 Fase Information System Architecture
Fase ini bertujuan untuk mengembangkan arsitektur sistem informasi (data dan
aplikasi) yang ingin dicapai. Arsitektur sistem informasi menjelaskan bagaimana
sistem informasi enterprise berkontribusi dalam mewujudkan arsitektur bisnis dan
visi arsitektur. Selain itu tujuan dari fase ini adalah mengidentifikasi roadmap
arsitektur berdasarkan kesenjangan antara sistem informasi yang ada dengan
sistem informasi yang diinginkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
39
Dalam fase arsitektur sistem informasi terdapat beberapa jenis pendekatan, yaitu
data-driven approach, kombinasi antara infrastruktur teknologi dan aplikasi
bisnis,
dan
application-driven
approach.
Pendekatan
application-driven
melakukan identifikasi terhadap aplikasi-aplikasi kunci sebagai pendorong proses
bisnis yang penting terhadap misi organiasi.
Fase arsitektur sistem informasi terbagi menjadi arsitektur data dan arsitektur
aplikasi. Arsitektur data bertujuan untuk menyusun target arsitektur data yang
ingin dicapai, dan menentukan roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan
antara data yang sudah ada dan data yang dibutuhkan.
Arsitektur aplikasi bertujuan untuk menyusun target arsitektur aplikasi yang
diperlukan untuk merealisasikan arsitektur bisnis dan visi arsitektur. Selanjutnya
mengidentifikasi roadmap arsitektur berdasarkan kesenjangan antara arsitektur
aplikasi yang ada saat ini dan yang diharapkan.
Penyusunan arsitektur aplikasi dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap
baseline arsitektur aplikasi, kemudian digambarkan dalam portofolio aplikasi.
Kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan aplikasi yang mendukung proses
bisnis, lalu disusun arsitektur aplikasi yang dibutuhkan yang digambarkan dalam
portofolio aplikasi usulan.
Penyusunan arsitektur data dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap
arsitektur data yang ada saat ini. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap
kebutuhan data, dilanjutkan dengan penyusunan arsitektur data yang dibutuhkan.
Keluaran dari arsitektur aplikasi adalah matriks aplikasi/proses bisnis, portofolio
aplikasi existing, matriks aplikasi/fungsi bisnis, portofolio aplikasi usulan.
Keluaran dari arsitektur data adalah katalog data existing, matriks layanan/data,
diagram diseminasi data, dan pemetaan layanan/aplikasi/data yang diusulkan.
2.12.5 Fase Technology Architecture
Fase arsitektur teknologi bertujuan untuk mengembangkan arsitektur teknologi
yang diinginkan untuk merealisasikan aplikasi fisik dan logis, komponen data, dan
visi arsitektur. Selain itu fase ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi roadmap
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
40
arsitektur berdasarkan kesenjangan antara arsitektur teknologi yang ada saat ini
dan arsitektur teknologi yang diharapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam fase ini adalah melakukan identifikasi
arsitektur teknologi existing, identifikasi masalah pada arsitektur existing, dan
menyusun arsitektur teknologi yang diusulkan. Keluaran yang dihasilkan dari fase
ini adalah katalog teknologi existing, diagram communication engineering, dan
katalog standar teknis.
2.12.6 Fase Opportunities and Solutions
Fase ini bertujuan untuk menghasilkan versi lengkap awal dari roadmap arsitektur
berdasarkan analisis kesenjangan dan roadmap arsitektur yang telah disusun pada
fase arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, dan arsitektur teknologi. Fase ini
fokus pada bagai mana menghasilkan suatu arsitektur.
Fase opportunities and solutions merupakan langkah awal dari pembuatan rencana
implementasi dan migrasi yang akan dibuat secara lengkap pada fase migration
plan. Keluaran dari fase ini di antaranya adalah analisis kesenjangan, solusi, dan
assessment terhadap ketergantungan.
2.13 Kerangka Teoritis
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki
kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwadi (2013) dan
Nuangjamnong (2008). Penelitian Purwadi (2013) memiliki fokus dalam
menyusun sebuah rancangan infrastruktur untuk mengatasi sistem informasi yang
terpisah-pisah dan tidak terkoordinasi. Penelitian yang dilakukan Nuangjamnong
(2008) memberikan gambaran bagaiamana mengimplementasikan model referensi
FCAPS pada perancangan sistem pengelolaan jaringan.
Setelah mempelajari berbagai literatur dan penelitian terdahulu yang dirasa
relevan, kerangka teoritis yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah diungkapkan pada perumusan masalah ditunjukan pada
Gambar 2.11
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
41
Prinsip-prinsip
bisnis
Prinsip-prinsip
arsitektur
Fungsi-Fungsi
Pengelolaan
Jaringan
Visi
Arsitektur
TOGAF ADM
Rancangan arsitektur
pengelolaan jaringan
SOA
Rancangan Infrastruktur
TI Pengelolan Jaringan
Stakeholder
Requirement
Gambar 2.11 Kerangka Teoritis Penelitian
Prinsip-prinsip bisnis perusahaan yang berhasil diidentifikasi akan menentukan
prinsip-prinsip arsitektur pengelolaan jaringan yang diharapkan. Prinsip-prinsip
arsitektur dan fungsi-fungsi pengelolaan jaringan akan menjadi landasan bagi visi
arsitektur pengelolaan jaringan. Prinsip-prinsip arsitektur juga akan menjadi dasar
pada saat melakukan perancangan arsitektur pengelolaan jaringan.
TOGAF ADM, SOA dan stakeholder requirement akan menentukan rancangan
arsitektur pengelolaan jaringan perusahaan. Selanjutnya infrastruktur TI
pengelolaan jaringan dirancang berdasarkan rancangan arsitektur yang telah
ditentukan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
BAB 3
3
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas desain dan metode penelitian yang digunakan. Desain
penelitian dituliskan dalam bentuk diagram alir penelitian. Metode penelitian
disusun untuk menjelaskan alur penelitian yang sudah digambarkan mencakup
metode pengumpulan dan analisis data.
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Langkah-langkah penelitian
ditunjukan pada Gambar 3.1.
Pengumpulan data
awal
Perumusan
kerangka teoritis
Pendefinisan
masalah dan
pertanyaan
penelitian
Penyusunan
Metodologi
Penelitian
Pengumpulan data
Penarikan
Kesimpulan
Analisis data
Perancangan
Infrastruktur TI
pengelolaan
jaringan
Penyusunan prinsipprinsip arsitektur
Perancangan
arsitektur
pengelolaan
jaringan
Pelaksanaan
Tinjauan pustaka
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
1. Pengumpulan data awal.
Data awal digunakan untuk keperluan perumusan masalah. Data awal yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui observasi langsung kegiatan pengelolaan jaringan, untuk mengetahui
harapan dan fakta yang ada saat ini.
Data sekunder dikumpulkan dari dokumen laporan performansi layanan
tahun 2013 dan 2014. Proses pengumpulan data ini dituliskan sebagai latar
belakang dilakukannya penelitian.
42
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
43
2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan analisis terhadap data awal yang
telah dikumpulkan. Perumusan masalah dilakukan dengan melakukan analisis
kesenjangan antara data harapan dan kenyataan. Hasil perumusan masalah
kemudian digunakan pada diagram fishbone untuk menelusuri akar masalah.
Proses ini kemudian dilanjutkan dengan perumusan pertanyaan penelitian,
tujuan, manfaat, dan ruang lingkup penelitian.
3. Pelaksanaan tinjauan pustaka.
Pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan kemudian menjadi dasar
kegiatan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan pada teori-teori dan
penelitian sebelumnya yang relevan dan menunjang proses penelitian. Hasil
akhir dari tinjauan pustaka ini adalah sebuah kerangka teoritis yang akan
mendasari kegiatan penelitian ini.
4. Penyusunan metodologi penelitian.
Metodologi penelitian kemudian disusun berdasarkan pertanyaan penelitian
dan kerangka teoritis yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metodologi penelitian
memperlihatkan tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama proses
penelitian dilakukan.
5. Pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada para
stakeholder dan observasi terhadap dokumen dan kondisi perusahaan.
Pelaksanaan wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang merupakan
pemangku kepentingan dari sistem pengelolaan jaringan. Keluaran dari hasil
pengumpulan data adalah fakta, concern, dan kebutuhan stakeholder terhadap
sistem pengelolaan jaringan.
6. Analisis Data.
Hasil kegiatan wawancara dan observasi kemudian dijadikan masukan pada
tahapan ini. Observasi dilakukan untuk melihat proses bisnis dan arsitektur
pengelolaan jaringan yang ada saat ini, sedangkan wawancara dilakukan
untuk mengetahui pengelolaan jaringan yang diharapkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
44
Observasi dilakukan terhadap fakta di lapangan, dokumen proses bisnis, dan
infrastruktur dan portofolio SI/TI sistem pengelolaan jaringan.
7. Penyusunan prinsip-prinsip arsitektur.
Prinsip-prinsip arsitektur adalah landasan yang akan digunakan sepanjang
proses
perancangan
infrastruktur.
Prinsip-prinsip
arsitektur
dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang telah ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
8. Perancangan arsitektur pengelolaan jaringan.
Prinsip-prinsip arsitektur dan kebutuhan dari stakeholder akan dijadikan
masukan dalam perancangan arsitektur pengelolaan jaringan. Perancangan
arsitektur pengelolaan jaringan menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM
dan pendekatan service oriented architecture (SOA). Keluaran dari tahapan
ini adalah rancangan arsitektur sistem pengelolaan jaringan.
9. Perancangan infrastruktur TI pengelolaan jaringan
Rancangan arsitektur yang telah disusun pada tahap sebelumnya menjadi
masukan bagi perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan.
Perancangan infrastruktur TI juga akan mengacu pada kebutuhan pengguna
sistem pengelolaan jaringan.
10. Penarikan Kesimpulan dan saran
Tahap akhir dari penelitian yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan
saran.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Penelitian
ini
menggunakan
data
primer
dan
data
sekunder,
metode
pengumpulannya adalah sebagai berikut:
3.2.1
Data Primer
Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara kepada Chief Operation
Officer (COO), Direktur Operation, General Manager Divisi Business
Development, General Manager Divisi Engineering, General Manager Divisi
Operation, dan stakeholder lainnya. Selain itu, pengumpulan data primer juga
dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas kegiatan pengelolaan jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
45
3.2.2
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui observasi terhadap berbagai dokumen
perusahaan. Dokumen proses bisnis, dan standard operating procedure digunakan
untuk mendapatkan data-data sasaran perusahaan. Sumber data sekunder lainnya
adalah laporan performansi direktorat Operation, data pelanggan, dan data
cakupan jaringan PT AJN Solusindo. Time horizon dalam penelitian ini adalah
cross-sectional yaitu, informasi dikumpulkan dilakukan pada satu waktu tertentu
saja.
3.3
Metode Analisis Data
Data tekstual yang diperoleh selama periode pengumpulan data dianalisis dengan
menggunakan metode hermeneutika. Hermeneutika fokus pada teks sebagai
sumber data penelitian. Teks tersebut bisa berasal dari cerita, wawancara,
observasi terhadap partisipan, literatur, surat, atau dokumen lainnya yang relevan
terhadap penelitian (Wahyuni, 2012). Hermeneutika memberikan cara untuk
memahami data yang disajikan dalam bentuk tekstual. Hermeneutika fokus pada
mengartikan teks seperti hasil wawancara oral (Myers & Avison, 2002).
Dalam suatu organisasi informasi yang berhasil dikumpulkan seringkali, tidak
lengkap, tidak jelas dan pandangan yang kontradiktif mengenai banyak hal.
Tujuan dari analisis
hermeneutika adalah mencoba untuk memahami
keseluruhan, dan hubungan antara orang, organisasi, dan teknologi informasi.
Gadamer dalam Myers & Avison (2002) menyatakan, ide dari Hermeneutika
adalah dialektika antara pemahaman dari sebuah teks secara menyeluruh dan
interpretasi bagian-bagiannya.
Rohman (2013) menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan identifikasi
terhadap sebuah teks adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan objek yang akan diteliti, objek ditetapkan secara tertulis oleh
peneliti.
2) Membaca objek tekstual, membaca merupakan cara untuk mengambil data
tekstual.
3) Mengumpulkan ciri-ciri umum. Mengumpulkan data tekstual itu berarti
mengambil apa saja yang bisa dijadikan sebagai bahan penelitian.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
46
Pengumpulan dilakukan dengan cara mengambil frase, kalimat, atau
paragraf.
4) Membandingkan ciri objek teks satu dengan yang lain. Perbandingan
dilakukan untuk mendapatkan identitas yang jelas dari suatu objek.
5) Menetapkan ciri-ciri khusus atas objek teks.
3.4
Situasi Sosial dan Sample
Menurut Spardley dalam Sugiono (2012) dalam penelitian kualitatif istilah
populasi tidak digunakan, yang digunakan adalah situasi sosial yang terdiri dari
tiga bagian, yaitu tempat, orang, dan aktivitas. Situasi sosial yang akan menjadi
obyek dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian menggunakan lingkungan PT AJN Solusindo sebagai tempat
melakukan penelitian.
2. Pengelolaan jaringan adalah aktivitas yang akan diteliti.
3. Semua pemangku kepentingan terhadap pengelolaan jaringan adalah orangorang yang akan menjadi obyek penelitian.
sampling
Teknik
yang
digunakan
adalah
nonprobability
sampling.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi
peluang/kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sample (Sugiyono, 2012). Purposive sampling adalah salah satu jenis
dari nonprobability sampling yang digunakan pada penelitian ini. Purposive
sampling adalah teknik yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Pada
purposive
sampling
partisipan
dipilih
berdasarkan
kriteria
atau
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012; Wahyuni, 2011), dalam penelitian ini
paritsipan dipilih berdasarkan kepentingannya terhadap sistem pengelolaan
jaringan.
3.5
Metode Penarikan Kesimpulan
Dalam mengambil kesimpulan penelitian ini menggunakan metode penarikan
kesimpulan induktif. Penalaran induktif adalah sebuah proses yang dimulai
dengan melakukan observasi terhadap fenomena spesifik dan melahirkan
kesimpulan yang bersifat umum (Sekaran, 2010). Penelitian ini berangkat dari
tidak tercapainya performansi layanan yang dianggap sebagai masalah.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
47
Permasalahan ini dianggap sebagai hal yang dapat menyebabkan perusahaan tidak
dapat mencapai sasaran strategis. Dengan demikian permasalahan tidak
tercapainya performansi jaringan merupakan masalah yang berhubungan dengan
kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan meningkatkan tingkat performansi
layanan, diharapkan kelangsungan bisnis perusahaan dapat terjaga.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
BAB 4
4
PROFIL ORGANISASI
Pada bagian ini akan dijelaskan profil perusahaan yang menjadi tempat penelitian
dilakukan. Sumber informasi yang digunakan adalah berbagai dokumen
perusahaan.
4.1
Profil dan Bisnis Perusahaan
PT AJN Solusindo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). AJN berdiri sejak tahun 1996 dan memiliki
portofolio produk dan layanan yang luas untuk segmen korporasi dari berbagai
bidang usaha.
Visi dan misi PT AJN Solusindo adalah sebagai berikut:
ï‚· Visi PT AJN Solusindo adalah menjadi salah satu provider solusi jaringan
telekomunikasi dan teknologi informasi yang diperhitungkan di tingkat
nasional dan regional.
ï‚· Misi yang ditetapkan PT AJN Solusindo untuk mewujudkan visi adalah
dengan menyediakan solusi jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi
yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan serta menciptakan nilai tambah bagi
para stakeholder.
PT AJN Solusindo memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 untuk terus menjaga
kualitas mutu dan layanan kepada pelanggan.
Produk layanan AJN Solusindo mencakup berbagai aspek dalam TIK. Produk
yang dimiliki AJN yang tercantum dalam buku Product Knowledge
terbagi
menjadi lima kelompok produk, yaitu Satellite Solution, Connectivity, Internet,
Managed Services, dan Industry Based and In Building ICT Solutions.
4.1.1
Satellite Solution
Sebagaimana namanya, produk ini adalah layanan komunikasi data dengan media
very small aperture terminal (VSAT). Jangkauan yang ditawarkan mencakup
seluruh wilayah Indonesia. Layanan dapat membantu menyediakan konektivitas
antar lokasi yang saling berjauhan, terutama untuk lokasi yang sulit dijangkau
48
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
49
media kabel seperti daerah terpencil (rural) maupun lautan (offshore). Layanan
Satellite Solution terbagi menjadi tiga jenis produk, yaitu:
a) AJN LinkSat, produk ini mulai diluncurkan AJN pada tahun 1997. Produk ini
digunakan untuk melayani kebutuhan komunikasi data dedicated dengan
konfigurasi point to point.
b) AJN IPSat, produk ini memberikan layanan sharing bandwidth dan berbasis
IP. Layanan ini dapat digunakan untuk koneksi point to multipoint.
c) AJN VSAT Maritime mulai diluncurkan sejak tahun 2009, layanan ini
menggunakan autotrack antenna untuk komunikasi pada lokasi bergerak.
Salah satu aplikasinya adalah sebagai media komunikasi pada kapal laut. Saat
ini layanan VSAT Maritime digunakan untuk interkoneksi jaringan provider
GSM terkemuka di kapal-kapal penumpang PELNI dan kapal pengangkut
minyak lepas pantai. Produk VSAT Maritime AJN menggunakan dua jenis
teknologi yaitu C-band dan KU-band. C-band digunakan untuk melayani
kebutuhan komunikasi data yang memerlukan reliability tinggi seperti
navigasi kapal dan pelaporan aktivitas di offshore. KU-band digunakan untuk
melayani kebutuhan komunikasi data yang tidak memerlukan reliability
tinggi seperti voice, video conference, dan internet.
d) AJN Support
Produk ini menawarkan dukungan layanan pemeliharaan terhadap perangkat
keras di lokasi pelanggan. AJN akan menangani pemeliharaan jaringan,
peningkatan performansi jaringan, instalasi, dan dismantle.
4.1.2
Connectivity
Kelompok jasa Connectivity mulai ditawarkan AJN sejak tahun 2001, awalnya
hanya terdiri dari produk AJN Leased Line, kemudian berkembang dan saat ini
terdiri dari:
a) AJN Leased Line, produk ini melayani kebutuhan komunikasi data point to
point dengan media komunikasi terrestrial. Layanan ini diluncurkan untuk
kebutuhan komunikasi data yang memerlukan kecepatan, kehandalan, dan
bandwidth yang tinggi.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
50
b) AJN Virtual Private Network (VPN). Layanan virtual yang bersifat private
baik menggunakan internet maupun jaringan lainnya. AJN VPN sendiri
terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya:
1) AJN VPN Dedicated, layanan ini bersifat asimetrik, yaitu bandwidth
downstream lebih besar daripada upstream.
2) AJN VPN Security, layanan yang memenuhi kebutuhan akan
keamananan data melalui otentikasi (EAP, CHAP, PAP) dan enkripsi.
3) AJN VPN Multiservice, melayani berbagai kebutuhan pelanggan,
seperti data, voice, dan video melalui teknogi multi protocol label
switch (MPLS)
c) AJN Metro Ethernet, memberikan layanan konektifitas berbasis Ethernet
layer 1 (physical layer) dan layer 2 (data link layer). Layanan ini dapat
memenuhi kebutuhan komunikasi data dengan kehandalan dan kapasitas yang
besar namun dengan harga yang terjangkau. Metro Ethernet diutamakan
untuk melayani kebutuhan konektivitas korporasi di wilayah perkotaan. AJN
Metro Ethernet dapat melayani kebutuhan jaringan dengan konfigurasi point
to point dan point to multipoint.
4.1.3
Internet
Produk ini melayani kebutuhan akses internet dengan kecepatan dan availability
yang terjamin. AJN Solusindo pada tahun 2014 sudah menjadi penyedia jasa
internet Tier 2 dengan kapasitas upstream internasional di atas 1 Gbps. Produk
intenet AJN terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a) AJN Net, merupakan layanan konektivitas internet yang memberikan akses
internet dengan kecepatan dan tingkat layanan yang tinggi, dan kapasitas
yang fleksibel. Layanan ini memiliki spefisikasi teknis menggunakan jaringan
terrestrial, dedicated bandwidth, aman, akses internasional dengan rasio 1:1,
dan layanan network access point (NAP).
b) AJN SatNet, produk ini memadukan jaringan dengan media VSAT untuk
akses internet. Layanan ini sangat sesuai untuk konektivitas internet di
wilayah-wilayah terpencil seperti rural area maupun lokasi offshore.
c) Value Added Service (VAS), memberikan nilai tambah pada jasa internet
yang digunakan oleh korporasi. Jasa nilai tambah yang ditawarkan di
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
51
antaranya managed security, proxy server, web design, managed internet
gateway, dan security consulting.
4.1.4
Managed Services
Layanan ini menawarkan pengelolaan TIK korporasi, sehingga bisa menciptakan
efektivitas kerja maupun nilai tambah perusahaan. Dengan menyerahkan
pengelolaan TIK kepada AJN Solusindo, pelanggan dapat fokus pada kegiatan
bisnis utamanya. Kelompok produk Managed Services terdiri dari:
a) Managed IT Network, memberikan nilai tambah dalam pengelolaan jaringan
perusahaan. Fungsi pengelolaan yang ditawarkan mencakup desain,
implementasi, pemeliharaan LAN/WAN, pemonitoran performansi jaringan,
dan keamanan jaringan.
b) Hosting & Data Center, produk ini menyediakan layanan penyimpanan dan
data center. Layanan hosting mencakup mail hosting dan web hosting baik
bagi korporasi maupun individu. Layanan Data Center menyediakan
collocation rack yang dapat digunakan untuk menyimpan perangkat server
maupun jaringan oleh pelanggan.
c) Managed PABX melayani keperluan pengelolaan PABX korporasi, dari
mulai instalasi sampai pengelolaan.
d) Unified Communication adalah layanan yang mengintegrasikan secara real
time beberapa jenis teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti
teleconference, SMS Gateway, dan CCTV.
4.1.5
Industry-based & In-Building ICT Solutions
Layanan ini ditawarkan dalam rangka memenuhi kebutuhan layanan TIK, untuk
berbagai segmen dan kawasan industry. Tujuan diluncurkan layanan ini adalah
untuk mendukung pertumbuhan bisnis pelanggan. Layanan ini terdiri dari Industry
Based Solution, yaitu layanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang
spesifik, meliputi konsultasi, konektivitas antar lokasi, maupun solusi TIK
lainnya. Varian kedua dari layanan ini adalah in-Building Solution, yaitu layanan
yang dapat memenuhi kebutuhan TIK pada kawasan tertentu maupun high raises
building.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
52
4.2
Struktur Organisasi Perusahaan
AJN Solusindo menyusun sebuah struktur organisai untuk menjalankan seluruh
kegiatan perusahaan, struktur tersebut dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 4.1
Chief
Executive
Officer
Chief
Operating
Officer
Chief
Finance
Officer
Commercial and
Business
Development
Directorate
Operation
Directorate
Operation
Division
Engineering
Division
Commerce
Divison
Service and
Quality
Department
Planning and
Engineering
Department
Telco Sales
Dept.
Implementation
Department
Network
Management
Services
Department
Non Telco
Sales Dept.
Finance
Directorate
Business
Development
Division
Product &
Infrastructure
Development
Dept.
Business Strategy
& Marketing Dept.
HCM and
Compliancy
Directorate
Business
Control
Divison
Finance
Division
Corporate
Secretary
Division
Budget
Management
Dept
Tax
Management
Dep.
General Affair
Dept.
Performance
Management
Dept
Treasury
Dept.
Procurement
Dept.
Accounting
Dept.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT AJN Solusindo
Sumber: (Dokumen HRD Struktur Organisasi Perusahaan, 2013)
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya AJN Solusindo dipimpin oleh seorang
Chief Executive Officer (CEO) yang membawahi langsung Chief Operation
Officer (COO) dan Chief Finance Officer (CFO). CEO bertugas untuk
menentukan arah kebijakan dan strategi perusahaan, yang kemudian akan di
terjemahkan ke dalam tujuan strategis di setiap direktorat oleh COO dan CFO.
Direktorat Finance bertanggung jawab untuk menjalankan semua fungsi yang
berkaitan dengan keuangan, baik itu anggaran, accounting, penagihan, dan
performansi keuangan perusahaan. Direktorat Commercial and Business
Development
bertanggung
jawab
untuk
menjalankan
fungsi
penjualan,
pengembangan bisnis, dan pemasaran.
Direktorat
Operation
bertanggung
jawab
dalam
mengembangkan
dan
mengoperasikan seluruh elemen jaringan, dalam rangka menjaga performansi
layanan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Direktorat Operation terbagi
menjadi dua divisi yaitu Divisi Engineering dan Divisi Operation.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
53
Divisi Engineering bertanggung jawab dalam perencanaan, pengembangan dan
pengelolaan sistem jaringan baik itu sistem jaringan pelanggan maupun sistem
jaringan core. Divisi Operation bertanggung jawab melaksanaan pasang baru,
penanganan gangguan, pengelolaan performansi layanan, dan dismantle.
Direktorat Operation adalah tempat yang menjadi fokus utama dalam penelitian
ini.
4.3
Proses Bisnis Perusahaan
Proses bisnis AJN Solusindo saat ini terbagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas
utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama perusahaan adalah kegiatan
pengembangan bisnis, perencanaan dan pengembangan jaringan, implementasi,
pengelolaan, dan pemeliharaan jaringan. Aktivitas pendukung di antaranya adalah
pengelolaan sarana dan prasarana kerja, pengelolaan sumber daya manusia,
pengelolaan TI perusahaan, dan pengelolaan keuangan. Aktivitas AJN Solusindo
Aktivitas Utama
Aktivitas Pendukung
dapat dilihat pada diagram value chain yang ditunjukan pada Gambar 4.2.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan TI
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kerja
Pengelolaan Keuangan
Business
development
Commerce
Planning and
Engineering
Network
Management
Service and
Implementation
Quality
and Dismantle
Management
Layanan
Layanan TIK
TIK
yang
yang sesuai
sesuai
dengan
dengan
kebutuhan
kebutuhan
pelanggan
pelanggan
dengan
dengan
performansi
performansi
tinggi
tinggi
Gambar 4.2 Value Chain Aktivitas Perusahaan
Penjelasan dari aktivitas perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Business Development
Aktivitas ini merupakan tugas dari divisi Business Development. Aktivitas ini
mencakup pengembangan infrastruktur dan teknologi TIK yang harus
dimiliki perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini maupun
masa yang akan datang. Penyusunan strategi bisnis dan kegiatan pemasaran
termasuk ke dalam aktivitas ini. Strategi bisnis yang dikembangkan harus
mampu membawa perusahaan mencapai tujuan strategis yang sudah
ditetapkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
54
2. Planning and Engineering
Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Depertemen Planning and
Engineerng. Aktivitas ini berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan
teknologi baik yang saat ini digunakan, maupun teknologi baru yang akan
diadopsi sesuai dengan arahan dari pengembangan bisnis.
Dalam kaitannya dengan tekonologi yang sedang digunakan, aktivitas yang
dilakukan mencakup riset, evaluasi, pengembangan, pemonitoran terhadap
utilisasi kapasitas, dan perencanaan penambahan kapasitas produksi.
Dalam kaitannya dengan teknologi baru, aktivitas yang dilakukan mencakup
pengekajian, pengujian, dan pemodelan rencana strategis implementasi.
Pengujian yang dilakukan mencakup pre-sales trial dan ujicoba penerapan
teknologi baru.
3. Network Management
Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Departemen Network
Management Services. Network management secara garis besar melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan pemonitoran performansi layanan dan elemen
jaringan. Aktivitas yang berkaitan dengan performansi layanan mencakup
pengelolaan problem ticket, pengelolaan penanganan gangguan level 1 dan
level 2, pemonitoran ketersediaan sistem (system availability), dan
pemonitoran layanan.
Aktivitas yang berkaitan dengan performansi elemen jaringan mencakup
integrasi elemen jaringan ke sistem pengelolaan jaringan, pengelolaan
aplikasi pemonitoran elemen jaringan, pengelolaan infrastruktur teknologi
informasi sistem pengelolaan jaringan, pengelolaan keamanan sistem
pengelolaan dan elemen jaringan.
4. Service and Quality Management
Aktivitas ini merupakan tanggung jawab Departemen Service and Quality
Management. Aktivitas ini mencakup pengelolaan layanan dan performansi
core, VAS, dan data communication. Aktivitas yang dilakukan dalam
menjaga performansi layanan di antaranya corrective maintenance (CM),
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
55
preventive maintenance (PM), evaluasi, dan analisis performansi. Kegiatan
CM dan PM dilakukan untuk mencapai perbaikan sistem dan kinerja, dalam
rangka meningkatkan performansi layanan.
5. Implementation and Dismantle
Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Departemen Implementation.
Aktivitas ini mencakup pengelolaan proyek implementasi jaringan baru, yang
terdiri dari penentuan ruang lingkup pekerjaan, kualitas implementasi,
pengelolaan risiko dan biaya implementasi, serta penjadwalan. Setiap
kegiatan proyek implementasi kemudian akan dievaluasi dan hasilnya akan
dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas proyek selanjutnya.
Verifikasi terhadap implementasi jaringan baru termasuk ke dalam aktivitas
ini. Verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah jaringan baru sudah
memenuhi standar operasional atau tidak, sebelum diterbitkan berita acara
serah terima antara departemen Implementation dan Service and Quality
Management.
6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Aktivitas ini merupakan tanggung jawab dari Human Resource Deparment
(HRD). Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia mencakup seleksi dan
penerimaan karyawan baru, pelatihan, mutasi, dan pemutusan hubungan
kerja. Dalam melaksanakan penerimaan, pelatihan, mutasi, dan pemutusan
hubungan kerja HCM akan bekerja sama dengan semua divisi terkait.
7. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI)
Aktivitas ini bertujuan untuk mengelola infrastruktur TI yang dibutuhkan oleh
perusahaan baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Pengelolaan
teknologi informasi AJN Solusindo saat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
pengelolaan TI yang berhubungan dengan back office dan pengelolaan TI
yang digunakan untuk sistem pengelolaan jaringan dan layanan pelanggan.
Pengelolaan TI untuk keperluan pengelolaan jaringan menjadi tanggung
jawab departemen Network Management Services (NMS). Departemen NMS
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
56
melakukan aktivitas pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang
diperlukan untuk pengelolaan jaringan.
8. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kerja
Pengelolaan sarana dan prasaran kerja merupakan tanggung jawab dari
departemen General Affair. Aktivitas ini mencakup pemenuhan dan
pengelolaan seluruh keperluan sarana dan prasarana kerja yang dibutuhkan
oleh karyawan AJN Solusindo. Sarana dan prasarana kerja yang dimaksud
mencakup alat tulis kantor, lokasi, dan peralatan kerja.
9. Pengelolaan Keuangan
Aktivitas pengelolaan keuangan perusahaan merupakan tanggung jawab
direktorat Finance. Aktivitas pengelolaan keuangan mencakup pengendalian,
pemonitoran anggaran dan performansi keuangan, accounting, dan treasury.
Direktorat keuangan akan memonitor realisasi anggaran semua divisi setiap
bulannya, hasil pemonitoran akan dievaluasi dan menjadi masukan untuk
penyusunan rencana kerja anggaran (RKA) perusahaan pada tahun
berikutnya.
Pencatatan
pendapatan,
capital
expenditure
(CAPEX),
operational expenditure (OPEX), laba, rugi, dan aktivitas keuangan lainnya
termasuk ke dalam aktivitas pengelolaan keuangan.
10.
Commerce
Commerce adalah aktivitas penjualan layanan PT AJN Solusindo baik kepada
para calon pelanggan maupun pelanggan existing. Aktivitas penjualan dibagi
berdasarkan segmen industri pelanggan, yaitu Telco dan non Telco. Segmen
industri Telco melayani pelanggan-pelangan yang berada pada segmen
industri telekomunikasi, sedangkan diluar industri telekomunikasi dilayani
oleh Commerce non Telco.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
57
5 BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan persiapan penelitian, pengumpulan data, dan
analisis data yang digunakan pada setiap tahapan perancangan infrastruktur TI
sistem pengelolaan jaringan berdasarkan kerangka kerja TOGAF ADM.
5.1
Persiapan Penelitian
Data-data awal yang diperlukan untuk menyusun arsitektur enterprise
dikumpulkan dan dianalisis pada fase ini. Data-data yang diperlukan di antaranya:
1. Prinsip-prinsip bisnis perusahaan.
2. Fungsi sistem pengelolaan jaringan yang dibutuhkan, didasarkan pada hasil
dari identifikasi:
a. Fungsi pengelolaan sistem pengelolaan jaringan di perusahaan sejenis.
b. Fungsi-fungsi pengelolaan jaringan berdasarkan model referensi yang
sudah dipilih.
c. Kebutuhan Stakeholder.
3. Kondisi Infrastruktur TI saat ini.
Dalam rangka mendapatkan semua informasi tersebut, maka metode pengumpulan
data yang dilakukan adalah wawancara, dan observasi.
Wawancara dilakukan terhadap:
1. Chief Operating Officer (COO) yang menentukan arah kebijakan strategis
operasional dan pengembangan produk ke depan. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai prinsip-prinsip bisnis perusahaan.
2. Direktur Operation yang menentukan dan menjalankan kebijakan taktis dan
strategis kegiatan operasional. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
concern dan requirement direktorat Operation.
3. Stakeholder sistem pengelolaan jaringan.
4. Manager Network Operation Support di perusahaan sejenis, untuk
mengidentifikasi model referensi sistem pengelolaan jaringan yang
digunakan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
58
Observasi dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung terkait dengan
infrastruktur TI yang digunakan, proses bisnis, dan kegiatan pengelolaan jaringan
yang dilakukan.
5.1.1
Wawancara dan Observasi
Wawancara pertama dilakukan untuk menggali prinsip-prinsip bisnis perusahaan.
Wawancara pertama dilakukan kepada COO PT AJN Solusindo. Daftar
pertanyaan pada wawancara pertama mengacu kepada pertanyaan penelitian yang
dilakukan Purwanto (2014) dan Eritasari (2002) dengan beberapa modifikasi, di
antaranya:
1. Value proposition apa yang ingin dicapai oleh AJN ke depan?
2. Untuk mencapai value proposition tersebut, apa tujuan strategis yang ingin
dicapai perusahaan?
3. Langkah-langkah pengembangan apa yang akan dilakukan untuk mencapai
value proposition yang ingin dicapai?
4. Dalam mewujudkan pengembangan-pengembangan yang dilakukan
apakah peran yang diharapkan dari direktorat Operation?
Wawancara kedua dilakukan pada Direktur Operation dan stakeholder yang
teridentifikasi dari hasil observasi pada struktur organisasi dan proses bisnis
perusahaan. Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa sasaran kerja pada departmen/divisi yang bapak pimpin?
2. Apa proses bisnis utama pada departemen/divisi yang bapak pimpin?
3. Apa indikator keberhasilan dari departemen/divisi yang bapak pimpin?
4. Untuk mencapai indikator keberhasilan, fungsi-fungsi apa yang harus ada?
5. Informasi apa yang dibutuhkan oleh departemen/divisi yang bapak pimpin
untuk mencapai sasaran kerja?
6. Terkait dengan informasi yang diperlukan, apakah sistem informasi yang
ada pada pengelolaan jaringan kita sudah memenuhi kebutuhan informasi
tersebut?
7. Dukungan TI seperti apa yang dibutuhkan untuk menjamin fungsi-fungsi
pada departemen/divisi berjalan?
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
59
Wawancara dilakukan secara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur
bersifat fleksibel, pertanyaan baru dapat dimunculkan selama wawancara sebagai
respon terhadap jawaban partisipan (Wahyuni, 2012).
Wawancara ketiga dilakukan untuk menggali informasi mengani model referensi
yang akan digunakan dalam sistem pengelolaan jaringan. Wawancara dilakukan
kepada Network Operation Support Manager PT ABC. Wawancara dilakukan
pada periode 12-20 Maret 2014 melalui media komunikasi surat elektronik.
PT ABC dipilih karena merupakan perusahaan yang sama-sama bergerak di
bidang penyedia jasa TIK. Selain itu, PT ABC juga memiliki portofolio layanan
dan arsitektur teknologi jaringan yang memiliki kemiripan dengan AJN.
Kemiripan layanan antara AJN dan PT ABC dipetakan pada Tabel 5.1. Informasi
layanan PT ABC didapat dari hasil web site corporate PT ABC.
Tabel 5.1 Pemetaan Layanan AJN dan PT ABC
Layanan PT ABC
Layanan AJN
PT ABC Leased Line
AJN Leased Line
PT ABC Metro Ethernet
AJN Metro Ethernet
PT ABC SCPC VSAT
AJN LinkSat
PT ABC IP VSAT
AJN IPSat
PT ABC IPVPN
AJN VPN
Internet
Internet
VAS
VAS
PT ABC Sea Star
VSAT Maritime
Selain memiliki kemiripan pada layanan, PT ABC juga memiliki kemiripan
coverage jaringan, yaitu tersebar di seluruh Indonesia. Pada sistem pengelolaan
jaringan PT ABC juga menerapkan sistem pengelolaan jaringan terdistribusi.
Network Operation Center (NOC) berada di kantor pusat dan tersebar di beberapa
kota besar, hal ini juga hampir serupa dengan NOC yang ada di AJN. PT ABC
dan AJN melayani segmen pasar yang sama, yaitu segmen pasar korporasi.
Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Manager Network Operation
Support PT ABC adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
60
1. Dalam mengelola jaringan, PT ABC menggunakan model referensi FCAPS,
model tersebut dipilih karena informasi best practice mudah didapatkan.
Selain itu, pendekatan yang ada pada model tersebut lebih mendukung bagi
kondisi operasional jaringan yang secara langsung maupun tidak akan
berpengaruh kepada pelayananan.
2. Model tersebut digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
perusahaan. Masalah yang dihadapi adalah kondisi jaringan yang tersebar di
berbagai area dengan penanggung jawab yang berbeda-beda. Dengan model
referensi ini, diharapkan setiap penanggung jawab area dapat fokus dalam
mengelola jaringan.
3. Model tersebut mendukung pengelolaan jaringan yang komperhensif,
sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas
jaringan, dan memonitor hasil improvement yang telah dilakukan secara
langsung.
4. Proses implementasi dilakukan secara bertahap berdasarkan skala prioritas
tingkat kepentingan dan kebutuhan. Urutan proses implementasi adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi jaringan untuk mengetahui protokol management
yang tepat.
b. Implementasi fungsi Fault Management untuk mendeteksi adanya
gangguan dan sistem yang akan digunakan untuk mengatasinya.
c. Implementasi Performance Management digunakan untuk mengelola
performansi jaringan.
d. Implementasi Configuration Management dengan fokus utama untuk
mengelola konfigurasi elemen jaringan.
e. Implementasi Security Management fokus utama adalah pengelolaan
otentikasi dan otorisasi akses ke elemen jaringan.
f. Implementasi Account Management fokus utama adalah menyimpan
informasi log akses ke elemen jaringan.
5. Fungsi fault management dan performance management adalah fungsi-fungsi
yang memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan performansi layanan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
61
Fungsi pengelolaan jaringan berdasarkan FCAPS tersebut juga digunakan oleh
perusahaan telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia. Hal ini diketahui dari
presentasi pengembangan sistem dashboard monitoring jaringan pada tanggal 2
Februari
2014.
Dashboard
dikembangkan
berdasarkan
prinsip-prinsip
Telecommunication Management Network (TMN) dan menggunakan FCAPS
sebagai fungsi pengelolaan. Dashboard ini dikembangkan dalam rangka
mengantisipasi terjadinya penurunan performansi layanan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder sistem pengelolaan jaringan dan
melihat best practice yang sudah diterapkan pada dua perusaahaan telekomunikasi
tersebut, maka fungsi-fungsi pengelolaan yang akan diterapkan pada sistem
pengelolaan jaringan adalah FCAPS.
5.2
Fase Preliminary
Dalam fase ini akan ditetapkan beberapa aspek utama perancangan arsitektur di
antaranya:
1. Prinsip-prinsip bisnis.
2. Ruang lingkup organisasi.
3. Kerangka kerja yang akan digunakan.
4. Prinsip-prinsip arsitektur.
5. Stakeholder, concern, dan requirement
5.2.1
Prinsip-prinsip Bisnis
Prinsip-prinsip bisnis organisasi yang teridentifikasi dari hasil wawancara dengan
COO, Direktur Operation, dan General Manager Business Development sebagai
pihak yang melakukan pengembangan bisnis dan pemasaran.
Prinsip-prinsip bisnis perusahaan merupakan landasan yang akan digunakan
dalam penyusunan prinsip-prinsip arsitektur perancangan infrastruktur teknologi
informasi sistem pengelolaan jaringan. Prinsip-prinsip bisnis dapat dilihat pada
Tabel 5.2
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
62
Tabel 5.2 Prinsip-Prinsip Bisnis Organisasi
Kode
Prinsip
Prinsip Bisnis
PB1
Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta.
PB2
Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar
dieksekusi.
PB3
Mengoptimalkan resource yang dimiliki.
PB4
Mengetahui kebutuhan pasar.
PB5
Menjaga time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari
para pesaing.
PB6
Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan,
dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan
produk.
PB7
Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya.
PB8
Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan
pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan.
PB9
Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen pelanggan
yang kita layani.
PB10
Menjaga performansi layanan perusahaan ke pelanggan.
PB11
Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun
ketersediannya.
PB12
Menjaga tingkat layanan beyond expectation.
PB13
AJN harus menjadi sebuah learning organization, dimana setiap informasi
disajikan secara transparan kepada unit bisnis yang membutuhkan.
PB14
AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan
global.
PB15
Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing.
PB16
Memiliki layanan dengan business model baru di industri.
PB17
Memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan pada
kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang.
PB18
Sistem Informasi dan teknologi informasi merupakan kunci keberhasilan
perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 18 prinsip-prinsip bisnis perusahaan yang
berhasil diidentifikasi.
5.2.2
Ruang lingkup Organisasi
Dalam perancangan infrastruktur sistem pengelolaan jaringan, organisasi yang
akan menjadi fokus penelitian dan terkena dampak adalah Direktorat Operation.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
63
Berdasarkan hasil observasi terhadap struktur organisasi dan proses bisnis, value
Aktivitas Pendukung
chain direktorat Operation dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan infrastruktur dan aplikasi TI Sistem pengelolaan jaringan
NMS Administration
Tingkat
Tingkat
Performansi
Performansi
Layanan
Layanan
beyond
beyond
expectation
expectation
Aktivitas Utama
Pengelolaan Keuangan
Planning and
Engineering
Service
Monitoring and
Control
Service and
Quality
Management
Implementation and
Dismantle
Gambar 5.1 Value Chain Direktorat Operation
Penjelasan mengenai aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada direktorat
Operation sudah dibahas pada Sub-bab 4.3. Berdasarkan struktur organisasi dan
hasil observasi terhadap proses bisnis, stakeholders sistem pengelolaan jaringan
secara umum terbagi menjadi dua, yaitu stakeholder internal dan external.
Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan
Jabatan
Chief Operating
Jenis
Internal
Officer (COO)
Direktur
Keterangan
Penentu kebijakan strategis kegiatan operasional dan
pengembangan bisnis perusahaan.
Internal
Penentu arah strategis kegiatan operasional.
Internal
Penanggung
Operation
General Manager
jawab
dan
mengarahkan
kegiatan
Divisi
engineering dan network management untuk mencapai
Engineering
tujuan strategis direktorat Operation.
General Manager
Internal
Divisi Operation
Penanggung
jawab
terhadap
implementasi,
pemeliharaan, dan perbaikan jaringan untuk mencapai
tujuan strategis direktorat Operation.
Manager Service
Internal
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kegiatan
and Quality
corrective maintenance dan preventive maintenance
Management
terhadap jaringan akses dan core, dalam rangka
Department
menjaga kualitas layanan.
Manager Planning Internal
Pemangku kepentingan sistem pengelolaan jaringan dan
and Engineering
penanggung jawab kegiatan pengelolaan kapasitas,
Department
pengembangan teknologi dan infrastruktur jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
64
Tabel 5.3 Stakeholders Pengelolaan Jaringan (Lanjutan)
Jabatan
Manager
Jenis
Internal
Implementation
Keterangan
Pemangku kepentingan sistem pengelolaan jaringan dan
penanggung jawab kegiatan pasang baru jaringan
pelanggan.
Manager Network
Internal
Bertanggung jawab terhadap pemonitoran operasional
Management
jaringan akses dan core, pengelolaan trouble ticket,
Services
integrasi elemen jaringan dan tools monitoring.
Pelanggan
External Semua pihak yang menggunakan layanan jaringan AJN
Solusindo.
Stakeholder internal adalah unit bisnis yang ada di direktorat Operation. Posisi
stakeholder dalam organisasi dapat dilihat pada struktur organisasi yang telah
dijelaskan pada Bab 4 Gambar 4.1.
5.2.3
Kerangka Kerja
Kerangka kerja yang digunakan dalam merancang infrastruktur teknologi
informasi sistem pengelolaan jaringan ini adalah TOGAF. Dasar pemilihan
kerangka kerja ini sudah dijelaskan pada Sub-bab 2.8.
5.2.4
Stakeholder, Concern, dan Requirement
Stakeholder yang telah diidentifikasi pada Tabel 5.2 kemudian dipetakan pada
concern dan requirement yang didapatkan dari hasil analisis data wawancara.
Tabel pemetaan stakeholder, concern, dan requirement dapat dilihat pada Tabel
5.4.
Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement
Stakeholder
Concern
COO dan
Informasi yang Memunculkan informasi yang sesuai dengan
Direktur
akurat
Operation
Requirement
fakta yang terjadi sebagai dasar pengambilan
kuputsan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
65
Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement (Lanjutan)
Stakeholder
COO
Concern
dan Akses terhadap
Direktur
informasi
Operation
Memunculkan
informasi
sesuai
dengan
kebutuhan unit bisnis untuk melaksanakan
tugasnya
Manager
Planning
Requirement
Keamanan
Menjaga informasi strategis dari pengguna yang
informasi
tidak berhak
Kecepatan akses
Memberikan data tren penyebab gangguan yang
And data
Engineering
terjadi.
Memberikan status kapasitas resource jaringan.
Direktur
Informasi yang Menampilkan status jaringan terganggu, waktu
Operation
Real time
terjadinya gangguan dan penyebab gangguan.
General Manager
Menampilkan
Operation
pelanggan dari waktu ke waktu.
General Manager
Adanya peringatan jika terjadi penurunan
Engineering
performansi yang terus menerus.
Manager Service
Adanya
and Quality
performansi
Pelanggan
ditentukan.
performansi
peringatan
di
jika
bawah
tingkat
ada
layanan
penurunan
threshold
yang
Adanya sistem yang mampu menampilkan
topologi jaringan aktif secara real time.
Adanya sistem yang mampu memonitor seluruh
network element.
General Manager Otomasi
Adanya
Operation
terhadap gangguan yang terjadi.
pencatatan
pencatatan
penyebab
dan
solusi
General Manager aktivitas
Adanya pencatatan waktu dan durasi setiap
Engineering
gangguan yang terjadi.
Pelanggan
Adanya
sistem
yang
mencatat
progres
penanganan gangguan.
Adanya sistem yang menyimpan perubahan
konfigurasi yang terjadi pada network element.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
66
Tabel 5.4 Pemetaan Stakeholder, Concern, dan Requirement (Lanjutan)
Stakeholder
Concern
General Manager Otomasi
Operation
Requirement
pencatatan
aktivitas
Adanya sistem yang mencatat setiap
aktivitas pada network element.
General Manager
Adanya sistem yang menghitung dan
Engineering
menampilkan SLA secara otomatis.
Pelanggan
Adanya sistem yang mencatat setiap
tahap proses deliver.
Adanya
pergerakan
sistem
yang
dan
mencatat
menampilkan
ketersediaan aset.
General Manager Dokumentasi digital
Adanya sistem yang mampu menyimpan
Operation
dan menampilkan topologi jaringan.
General Manager
Adanya sistem yang mampu menyimpan
Engineering
konfigurasi seluruh network element.
Adanya pencatatan kesepakatan tingkat
availability setiap jaringan.
General Manager Keamanan
Adanya sistem pengelolaan pengguna
Engineering
infrastruktur NMS.
General Manager Presentasi informasi
Adanya
Operation
menampilkan informasi sesuai dengan
General Manager
kebutuhan pengguna.
Engineering
Integrasi data
sistem
informasi
yang
Adanya sistem informasi yang
mengintegrasikan data-data pengelolaan
jaringan yang terpisah-pisah.
Hasil analisis terhadap data hasil wawancara yang disajikan pada Tabel 5.4, kita
dapat mendapatkan sembilan concern, dan 24 requirement dari seluruh
stakeholder sistem pengelolaan jaringan. Detail proses pemetaan dapat dilihat
pada Lampiran 9.
5.2.5
Prinsip-Prinsip Arsitektur
Prinsip-prinsip arsitektur ini akan menjadi dasar dari perancangan arsitektur dan
akan mempengaruhi pengembangan, pemeliharaan, dan penggunakan arsitektur
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
67
enterprise. Prinsip-prinsip arsitektur yang terlalu banyak dapat membatasi
fleksibilitas arsitektur, umumnya prinsip-prinsip arsitektur berjumlah antara 10
sampai 20 prinsip (Open Group, 2011). Formulasi prinsip-prinsip arsitektur
disusun berdasarkan faktor pendorong (drivers). TOGAF menetapkan prinsipprinsip perusahaan, prinsip-prinsip IT, misi dan rencana perusahaan, strategic
initiatives perusahaan, batasan eksternal, sistem dan teknologi yang ada saat ini,
dan tren perkembangan komputer sebagai faktor pendorong (Greefhorst, 2011).
Berdasarkan Greefhorst (2011) Langkah-langkah menyusun prinsip arsitektur
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan drivers, dalam hal ini yang menjadi drivers adalah prinsipprinsip bisnis perusahaan yang dituliskan pada tabel 5.2.
2. Menetapkan prinsip-prinsip, drivers yang ada kemudian dipilih untuk
dijadikan sebagai dasar penyusunan prinsip-prinsip arsitektur. Prinsipprinsip bisnis yang dipilih untuk mendasari penyusunan prinsip-prinsip
arsitektur adalah PB18, PB17, PB1, PB13, dan PB3.
a) PB18, memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan
pada kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang. Prinsip ini
mendasari prinsip-prinsip arsitektur yang akan dibagun, arsitektur
yang dibangun harus mendukung tujuan strategis, dikelola oleh satuan
kerja yang mengerti kebutuhan bisnis, dan penggunaannya tidak
mengganggu fokus unit bisnis untuk menjalankan kegiatan bisnis
utama. Pengembangan teknologi informasi akan berdasarkan pada
kebutuhan bisnis, tidak berdasarkan pada faktor-faktor lain yang tidak
ada kaitannya dengan kebutuhan pengguna.
Prinsip arsitektur yang dapat mewujudkan prinsip bisnis PB18 di
antaranya mendukung tujuan strategis organisasi, pengelolaan TI
sistem pengelolaan jaringan, didasarkan pada kebutuhan, dan mudah
digunakan.
b) PB1, setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis
fakta-fakta. Efektivitas inisiatif yang dilakukan akan berdasar pada
kualitas informasi. Hal ini mendasari arsitektur yang akan dibangun
harus dapat menghasilkan informasi yang akurat. Informasi yang
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
68
akurat akan dapat dihasilkan jika data-data yang dihasilkan oleh
arsitektur enterprise juga akurat.
Prinsip PB1 mendasari prinsip arsitektur
yang dapat menjamin
akurasi data dan konsistensi data.
c) PB13, AJN harus menjadi sebuah learning organization, dimana
setiap informasi disajikan secara transparan kepada unit bisnis yang
membutuhkan. Hal ini dapat terwujud dengan adanya arsitektur yang
memungkinkan terjadinya berbagi data. Selain itu, adanya konsep
berbagi data tidak dapat dilepaskan dari keamanan data. Data
perusahaan yang sensitif tidak boleh jatuh ke tangan yang salah.
Konsep berbagi data akan tarik menarik dengan keamanan data,
sistem
yang
aman
akan
mengurangi
fleksibilitas.
Learning
organization juga dapat terwujud jika sistem yang dikembangkan
dapat dengan mudah digunakan. Pengguna akan lebih termotivasi
untuk menggunakan sistem. Adanya tarik menarik antara keamanan
dan berbagi data, harus tetap memperhatikan aspek kemudahan.
Prinsip PB13 dapat diwujudkan oleh prinsip-prinsp arsitektur yang
menjamin adanya berbagi data, keamanan data, dan kemudahan untuk
digunakan.
d) PB3, mengoptimalkan resource yang dimiliki. Pengembangan
arsitektur teknologi informasi harus dapat mengoptimalkan sistem
yang sudah ada. Hal ini menyebabkan pemilihan teknologi harus
mempertimbangkan aspek interoperabilitas dengan teknologi yang
sudah ada di perusahaan. Untuk menjamin fleksibilitas dari pemilihan
teknologi, maka teknologi yang dipilih harus lah independen terhadap
platform teknologi tertentu. Hal ini dapat membantu mengatasi
keterbatasan interoperabilitas dalam mengambangkan sistem.
Prinsi p arsitektur yang menjamin interoperabilitas sistem existing dan
sistem baru dapat membantu perusahaanmewujudkan prinsip bisnis
PB3.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
69
3. Menspesifikasikan prinsip-prinsip, kandidat prinsip-prinsip arsitektur
kemudian dijelaskan secara detail, termasuk alasan dan implikasi.
Berdasarkan kandidat prinsip-prinsip bisnis.
4. Mengklasifikasikan prinsip-prinsip arsitektur ke dalam empat dimensi.
Berdasarkan Open Group (2011), prinsip-prinsip arsitektur terbagi ke
dalam prinsip bisnis, prinsip data, prinsip aplikasi, dan prinsip teknologi.
Template yang direkomendasikan oleh Open Group (2011) dalam menuliskan
prinsip-prinsip arsitektur dapat dilihat pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Template Penulisan Prinsip-prinsip Arsitektur
Nama (nama)
Merepresentasikan esensi dari aturan dan mudah diingat.
Platform teknologi spesifik sebaiknya tidak disebutkan pada
nama atau pernyataan prinsip. Hindari penggunaan kata-kata
yang ambigu pada nama dan pernyataan
Statement
Menjelaskan aturan-aturan fundamental yang jelas, ringkas,
(pernyataan)
dan tidak ambigu.
Rationale (alasan)
Bagian ini menjelaskan keuntungan yang didapat bisnis dengan
menerapkan prinsip.
Implication
Bagian ini menekankan requirements, baik bagi bisnis dan TI
(implikasi)
dalam melaksanakan prinsip dalam hal sumber daya, biaya,
dan aktivitas. Dampak terhadap bisnis dan konsekuensi dari
menerapkan prinsip harus dinyatakan dengan jelas.
Prinsip-prinsip arsitektur yang telah disusun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip Bisnis
Prinsip 1
Nama
Mendukung Tujuan Strategis Organisasi.
Pernyataan
Sistem pengelolaan jaringan harus mampu mendukung tujuan
strategis Direktorat Operation.
Alasan
Direktorat Operation berperan penting dalam menjaga kualitas
jaringan. Pengelolaan informasi terkait kualitas jaringan akan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
70
menentukan strategi peningkatan kualitas jaringan, layanan, dan
arah perkembangan perusahaan.
Implikasi
1) Pengelolaan informasi pada sistem pengelolaan jaringan harus
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas layanan.
2) Pengelolaan informasi pada sistem pengelolaan jaringan harus
memberikan informasi strategis yang dibutuhkan agar
perusahaan dapat menentukan arah kebijakan dengan
landasan informasi yang kuat.
Prinsip 2
Nama
Pengelolaan TI Sistem Pengelolaan Jaringan.
Pernyataan
Pengelolaan teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan
dikembangkan dan dioperasikan oleh direktorat Operation untuk
memenuhi kebutuhan stakeholders.
Alasan
Pengelolaan TI untuk sistem pengelolaan jaringan membutuhkan
pengetahuan yang erat kaitannya dengan jaringan dan kegiatan
operasional. Pengelolaan TI untuk sistem pengelolaan jaringan
harus terpisah dari pengelolaan TI untuk kebutuhan back office,
hal ini ditujukan agar jika terjadi gangguan pada sistem TI back
office tidak akan mengganggu performansi layanan.
Implikasi:
1) Direktorat Operation harus memiliki kompetensi berbasis
sistem informasi.
2) Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi
sistem pengelolaan jaringan harus memperhatikan fungsifungsi pengelolaan jaringan yang sudah ditentukan.
3) Merancang model data, aplikasi, dan teknologi untuk
mendukung kegiatan operasional jaringan.
2. Prinsip Data
Prinsip 3
Nama
Akurasi Data
Pernyataan
Data adalah basis pengambilan keputusan, oleh karena itu
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
71
agar keputusan yang diambil tepat, maka data yang digunakan
harus akurat.
Alasan
Data akan diolah menjadi informasi yang akan menjadi dasar
pengambilan keputusan. Data yang tidak akurat akan
menghasilkan
informasi
yang
tidak
akurat,
hal
ini
menyebabkan pengambilan keputusan menjadi tidak tepat.
Implikasi
1) Perlu adanya mekanisme agar data terkait aktivitasaktivitas di lapangan segera disimpan. Hal ini diperlukan
agar tidak ada aktivitas yang luput dari pencatatan.
2) Perlu adanya sistem masukan data yang dapat diakses oleh
stakeholders setiap saat.
3) Perlu adanya sistem pengelolaan data yang dilengkapi
dengan kemampuan untuk mencegah kesalahan dalam
pemasukan data.
Prinsip 4
Nama
Berbagi Data
Pernyataan
Data dapat diakses oleh pengguna untuk menyelesaikan tugas
nya. Data akan disimpan dalam satu sumber dan digunakan
secara bersama-sama oleh seluruh unit dalam perusahaan.
Alasan
Data yang disimpan dalam satu sumber akan membuat biaya
pengelolaan data menjadi lebih efisien. Sumber data yang
sama akan menyebabkan semua unit menggunakan data yang
sama sehingga sinergi antar unit bisnis lebih efektif.
Pengambilan keputusan yang melibatkan lebih dari satu unit
bisnis menjadi lebih akurat, karena tidak ada perbedaan
informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Implikasi
1) Perlu adanya kebijakan, prosedur, dan standar tata kelola
pengelolaan dan akses data baik untuk kebutuhan jangka
pendek maupun jangka panjang.
2) Perlu adanya pembuatan standar model data, elemen data,
dan metadata lainnya dan mengembangkan sistem
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
72
penyimpanan metadata tersebut agar dapat diakses oleh
setiap unit yang berhak.
3) Prinsip berbagi data akan tarik menarik dengan keamanan
data, tanpa adanya prosedur keamanan yang baik, data
rahasia yang dibagi akan mungkin disalah gunakan.
4) Perlu dibangun budaya yang peduli terhadap pentingnya
nilai data.
5) Perlu adanya investasi yang digunakan untuk melakukan
migrasi data dari sistem legacy ke sistem berbagi data.
6) Untuk kebutuhan jangka panjang, perlu dibangun dan
didorong kebijakan akses data dan panduan yang akan
digunakan ketika mengembangkan aplikasi baru. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa data pada aplikasi
baru tetap dapat diakses oleh shared environment dan data
yang ada pada shared environment dapat terus digunakan
oleh aplikasi-aplikasi baru.
Prinsip 5
Nama
Keamanan Data
Pernyataan
Data harus dijaga dari penggunaan yang tidak berhak. Data
juga harus dijamin tidak dimanipulasi oleh pihak-pihak yang
tidak
bertanggung
jawab
yang
dapat
mengancam
kelangsungan bisnis perusahaan.
Alasan
Data adalah sumber informasi yang akan digunakan untuk
menentukan arah dan strategi perusahaan. Data yang bersifat
rahasia harus dijaga agar tidak tersebar sampai ke tangan
pesaing,
sehingga
mengancam
kelangsungan
bisnis
perusahaan.
Penyebarluasan informasi melalui suatu mekanisme harus
seimbang dengan kebutuhan untuk menjaga ketersediaan
informasi yang bersifat rahasia dan sensitif.
Implikasi
1) Adanya sentralisasi penyimpanan data baik yang bersifat
rahasia maupun tidak, akan menciptakan sebuat target
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
73
besar, oleh sebab itu perlu adanya peninjauaan dan
prosedur de-klasifikasi untuk memelihara kontrol yang
tepat.
2) Dalam rangka menyediakan akses yang cukup terhadap
informasi yang bersifat terbuka, di saat yang sama harus
memelihara informasi yang aman, kebutuhan akan
keamanan harus diidentifikasi dan dikembangkan pada
level data.
3) Perlu adanya kebijakan penentuan klasifikasi informasi.
4) Perlu
adanya
kebijakan
priviledge
akses
terhadap
informasi, seperti, read only, read dan write atau tidak
dapat dilihat sama sekali.
Prinsip 6
Nama
Konsistensi Data
Pernyataan
Data harus didefinisikan secara konsisten di seluruh
perusahaan, definisi harus dapat dipahami dan dapat
disebarkan ke seluruh pengguna.
Alasan
Data yang akan digunakan dalam pengembangan aplikasi
harus memiliki definisi yang sama di seluruh kantor pusat
untuk menjamin terlaksananya berbagi data. Vocabulary yang
sama akan memfasilitasi komunikasi dan membuat dialog
menjadi lebih efektif, hal ini diperlukan untuk menjadikan
interface antar sistem dan pertukaran data.
Implikasi
1) Perusahaan harus membuat vocabulary dasar yang umum
untuk kebutuhan bisnis. Definisi akan digunakan secara
seragam di seluruh perusahaan.
2) Kapanpun definisi baru diperlukan maka upaya untuk
menentukan
definisi
akan
dikoordinasikan
dan
direkonsiliasikan dengan glossary korporat.
3) Inisiatif standarisasi berbagai data perlu dikoordinasikan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
74
4) Perlu
ditetapkan
penanggung
jawab
fungsi
data
administrator.
3. Prinsip Aplikasi
Prinsip 7
Nama
Mudah untuk digunakan
Pernyataan Aplikasi mudah untuk digunakan dan tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk mempelajarinya, hal ini membuat pegawai baru
dapat dengan cepat berkontribusi. Kemudahan penggunaan juga
dapat membuat karyawan lebih fokus terhadap tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Alasan
Aplikasi yang sulit untuk digunakan dapat membuat karyawan
membutuhkan effort lebih untuk melaksanakan pekerjaan. Hal
ini membuat karyawan menjadi tidak maksimal dalam bekerja.
Dengan aplikasi yang sulit digunakan akan membutuhkan masa
belajar yang lebih lama, hal ini membuat produktivitas menjadi
terhambat. Sistem yang mudah digunakan akan membuat
kesalahan dalam penggunaan lebih rendah.
Implikasi
1) Pengembangan aplikasi perlu melibatkan pengguna.
2) Pengembangan aplikasi harus dapat membantu pengguna
secara cepat dan tepat menyelesaikan pekerjaan.
Prinsip 8
Nama
Independen terhadap teknologi
Pernyataan Aplikasi harus berjalan pada berbagai platform teknologi.
Aplikasi tidak bergantung pada pilihan teknologi khusus.
Alasan
Aplikasi yang independen terhadap platform teknologi tertentu
akan membuat pengembangan, upgrade, dan operasional dengan
efektif dan efisien.
Aplikasi tidak bergantung pada sistem operasi atau perangkat
keras tertentu.
Implikasi
1) Prinsip ini membutuhkan standarisasi
yang mendukung
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
75
aspek portabilitas dalam pengembangan aplikasi.
2) Perlu dikembangkan sub sistem yang dapat menjadi antar
muka bagi aplikasi legacy agar dapat berfungsi dengan
aplikasi dan operating environment yang dikembangkan di
bawah arsitektur enterprise.
3) Perlu dikembangkan suatu middleware untuk memisahkan
aplikasi dari solusi perangkat lunak yang bersifat khusus
4. Prinsip Teknologi
Prinsip 9
Nama
Interoperabilitas
Pernyataan
Perangkat keras dan perangkat lunak yang dipilih harus sesuai
dengan standar yang menjamin interoperabilitas bagi data,
aplikasi, dan teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak
yang dipilih juga harus mendukung interoperatbilitas antara
infrastruktur
TI
sistem
pengelolaan
jaringan
dengan
infrastruktur komunikasi data yang dimiliki perusahaan.
Alasan
Standarisasi akan menciptakan konsistensi yang dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengelola sistem dan
kepuasan pengguna. Interoperabilitas perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan dengan infrastruktur jaringan
komunikasi data akan membuat pengelolaan jaringan menjadi
lebih
efektif
dan
efisien
dalam
menciptakan
sistem
pengelolaan jaringan yang dapat meningkatkan kualitas dan
performansi jaringan.
Implikasi
1) Standar-standar interoperabilitas dan standar industri
akan diikuti, kecuali jika terdapat kebutuhan bisnis yang
menyebabkan solusi non-standard digunakan.
2) Perlu diciptakan sebuah proses bisnis untuk membuat,
melakukan peninjauan, dan merevisi standar secara
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
76
berkala dan menjamin pengecualian.
3) Infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan existing
harus diidentifikasi dan didokumentasikan.
Prinsip 10
Name
Berdasar Pada Kebutuhan
Pernyataan
Pengadaan teknologi informasi untuk sistem pengelolaan
jaringan harus didasarkan pada kebutuhan bisnis.
Alasan
Prinsip ini akan mendorong pengembangan dan perubahan
pada infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan berdasar
pada kebutuhan, bukan sebaliknya, yaitu sistem pengelolaan
yang berubah karena adanya perubahan pada infrastruktur TI
sistem pengelolaan jaringan.
Implikasi
1) Pengembangan dan perubahan infrastruktur TI sistem
pengelolaan jaringan hanya akan dilakukan jika ada
kebutuhan bisnis yang jelas.
2) Prosedur pengembangan dan permohonan perubahan
infrastruktur TI perlu dibuat dan diimplementasikan.
3) Proses permohonan perubahan perlu dipastikan agar tidak
mengurangi
kecepatan perubahan dalam
memenuhi
kebutuhan bisnis. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk
menjaga agar pengembangan dan perubahan infrastruktur
TI sistem pengelolaan jaringan lebih fokus pada
kebutuhan bisnis.
5.3
Perancangan Visi Arsitektur
Bagian ini akan menjelaskan visi arsitektur yang dirancang untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Visi arsitektur dirancang berdasarkan kebutuhan
yang didapatkan dari hasil wawancara dengan para stakeholder. Fungsi-fungsi
pengelolaan jaringan yang dapat meningkatkan performansi digambarkan dalam
visi arsitektur pengelolaan jaringan yang ingin dibangun. Visi arsitektur
ditunjukan pada Gambar 5.2.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
77
Implementation
Dept.
Perencanaan layanan
Perangkat terpasang
Security
Management
Konfigurasi dan parameter
jaringan
Trend pemakaian
kapasitas
Pengguna
Log sistem infrastruktur
Configuration
Inventory
Utilized
resource
Planning and Engineering
Dept.
NMS Dept
Parameter kualitas
Tren performansi
Network element
Alarm jaringan
Performance
Management
Fault correction report
Fault Management
Perubahan konfigurasi
Performansi Operasional
Tindakan pemeliharaan
Dan perbaikan
Tren performansi layanan
COO
Tiket
Status penanganan
Tekonologi terpilih
Service and Quality
Management Dept.
Gambar 5.2 Visi Arsitektur Pengelolaan Jaringan
Visi arsitektur yang diusulkan melibatkan lima fungsi pengelolaan jaringan, yaitu
fault
management,
performance
management,
accounting
management,
configuration management dan security management. Lima fungsi pengelolaan
tersebut didapatkan dari data hasil wawancara dengan para stakeholder. Pada
accounting management, visi yang diharapkan adalah adanya sistem informasi
utilized resource, yaitu utilisasi pemakaian sumber daya, mulai dari sumber daya
kapasitas jaringan sampai sumber daya perangkat produksi. Informasi ini akan
digunakan oleh departemen Planning and Engineering dalam mengelola
kapasitas. Selain itu, informasi tren performansi network element juga dihasilkan,
untuk digunakan oleh departemen Planning and Engineering dalam melakukan
perencanaan dan pengembangan jaringan kedepan.
Departemen Implementation akan mendapatkan informasi perencanaan layanan
terkait proses pasang baru yang akan dilakukan. Setelah proses pasang baru
selesai, tim Implementation akan menyimpan informasi perangkat terpasang,
konfigurasi, dan parameter jaringan pada configuration inventory. Parameter
jaringan terpasang akan digunakan sebagai parameter awal dalam pengelolaan
fault, jika terjadi penurunan parameter jaringan maka notifikasi alarm jaringan
akan dikirimkan ke tim NMS. Penurunan parameter ini akan ditindaklanjuti oleh
departemen Service and Quality Management. Seluruh informasi terkait aktivitas
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
78
pemeliharaan dan perbaikan akan disimpan, jika dalam proses pemeliharaan dan
perbaikan terjadi perubahan konfigurasi maka configuration inventory akan
diperbarui. Hal ini dilakukan untuk memastikan sistem menyimpan informasi
konfigurasi jaringan terbaru.
Informasi terkait pemeliharaan dan perbaikan terhadap fault yang terjadi akan
dikirimkan ke performance management. Informasi ini akan dianalisis untuk
mengasilkan tren performasi layanan, tren performansi network element, dan
pelaporan performansi operasional secara keseluruhan. Informasi tren performansi
layanan akan digunakan oleh departemen Service and Quality Management untuk
melakukan improvement. Informasi tren performansi network element akan
digunakan oleh departemen Planning and Engineering untuk melakukan
perencanaan dan pengembangan teknologi jaringan dalam rangka melakukan
peningkatan kualitas layanan.
Berdasarkan visi arsitektur yang telah disusun, maka performansi layanan dapat
ditingkatkan dengan menerapkan:
1) Fault management untuk mengurangi downtime, mengurangi waktu
pengecekan gangguan, dan menyediakan pelaporan penanganan gangguan.
2) Configuration management untuk mengontrol parameter network element dan
membantu dalam melakukan pemonitoran jaringan.
3) Performance management dapat membuat perusahaan dapat memprediksi
performansi layanan. Hal ini menyebabkan tindakan preventive maintenance
dapat segera dilakukan sebelum terjadi gangguan.
4) Security management membuat jaringan menjadi lebih aman, sehingga
terhindar dari ancaman yang dapat mengganggu performansi layanan.
5) Utilized resource dapat digunakan untuk melaporkan tren pemakaian
kapasitas, hal ini akan mencegah terjadinya gangguan yang disebabkan
karena jaringan yang over load.
5.4
Fase Business Architecture
Pada tahap ini akan dirancang arsitektur bisnis berdasarkan kebutuhan yang
didapat dari hasil wawancara dan observasi, yang dilakukan terhadap fungsifungsi yang ada di direktorat Operation dalam menerapkan pengelolaan jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
79
Keluaran dari fase ini adalah diagram business footprint, diagram dekomposisi
proses, dan matriks interaksi bisnis.
5.4.1
Diagram Business Footprint
Diagram business footprint menunjukan hubungan antara sasaran bisnis, unit-unit
dalam organisasi, fungsi-fungsi bisnis, dan pemetaan hubungan fungsi-fungsi
bisnis tersebut. Diagram business footprint untuk sistem pengelolaan jaringan
dapat dilihat pada Gambar 5.3
COO
Goal
Memberikan Pelayanan beyond
expectation
Operation
Directorate
Goal
Meningkatkan availability dan
performansi jaringan
Proses Perencanaan
dan optimalisasi
jaringan
Planning and
Engineering
Fungsi CM:
Service Planning
and Engineering
Implementation
Dept.
Service and
Quality
Management
Fungsi AM:
Usage
Management
Fungsi
CM: Provisioning
Fungsi
FM : Testing
Proses
implementasi
Fungsi
CM - Installation
NMS Dept
Fungsi CM:
Network Planning
and Engineering
Proses
Pengelolaan
jaringan
Proses pengelolaan
layanan dan
kualitas
Fungsi
FM Fault detection
and localization
Fungsi
FM : Fault
Correction
Fungsi
FM Trouble
Administration
Fungsi
PM Performance
analyisis
Fungsi
FM Alarm
Surveilance
Fungsi
Security
Management
Fungsi
PM Performance
monitoring
Gambar 5.3 Business Footprint
Fungsi bisnis yang ada pada business footprint dirancang berdasarkan fungsifungsi pengelolaan FCAPS. Pengelolaan
jaringan dilakukan sejak proses
perencanaan, pasang baru, sampai proses pemeliharaan dan perbaikan. Penjelasan
diagram business footprint tersebut ditunjukan pada Tabel 5.6.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
80
Tabel 5.6 Fungsi Bisnis
Departmen
Fungsi
Planning and
Engineering
Service
Planning
Penjelasan Fungsi
Perencanaan dalam membangun layanan untuk
pelanggan.
Perencanaan
meliputi
identifikasi
kebutuhan pelanggan dan identifikasi perangkat
dan fitur yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Network
Planning and
Engineering
Network planning and Engineering menjalankan
fungsi
yang
berhubungan
dengan
kebutuhan
peningkatan kapasitas dan pengenalan teknologi
baru.
Perencanaan
melibatkan
evaluasi
dari
berbagai alternatif, dan setiap alternatif yang
terpilih harus dimasukan ke dalam database yang
akan membantu fungsi provisioning.
Usage
Management
Fungsi ini akan mengelola penggunaan sumber
daya, informasi yang dihasilkan akan digunakan
untuk menentukan langkah yang akan dilakukan
untuk mengelola kapasitas.
Implementation
Installation
Installation adalah tahap selanjutnya setelah proses
perencanaan
layanan
mencakup
penjadwalan
perangkat
lunak
dan
dilakukan.
instalasi,
perangkat
Fungsi
ini
pengelolaan
keras
yang
diperlukan, pemonitoran proses instalasi, dan
pelaporan proses dan kualitas instalasi.
Provisioning
Provisioning adalah kegiatan untuk mengaktifkan
perangkat keras maupun perangkat lunak sampai
layanan siap digunakan. Status perangkat (inservice, out of service, standby, reserved) dan
pemilihan parameter dikontrol melalui fungsi
provisioning.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
81
Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan)
Departmen
Fungsi
Penjelasan Fungsi
Implementation
Testing
Fungsi ini dilakukan untuk memastikan bahwa
layanan sesuai dengan standar operasional, dan
siap digunakan oleh pelanggan. Setiap testing
yang dilakukan akan dilaporkan kepada pihak
terkait.
Delivery
Management
Fungsi ini dilakukan untuk memastikan bahwa
proses implementasi mencapai target waktu.
Selain itu, fungsi ini juga memastikan semua
aktivitas
implementasi
dilakukan
sesuai
prosedur yang ditetapkan, setiap aktivitas
pasang
baru
permohonan
harus
pasang
tercatat,
baru
mulai
masuk,
dari
sampai
jaringan siap operasional.
Network
Managemnt
Services (NMS)
Fault Detection
and Localization
Fungsi
ini
berkaitan
monitoring
jaringan
erat
yang
dengan
tugas
dilakukan
oleh
departemen NMS. Pendeteksian setiap alarm
yang terjadi pada jaringan, baik jaringan
pelanggan mupun core dilakukan oleh fungsi
ini. Setelah alarm terdeteksi, maka selanjutnya
adalah mencari potensi akar masalah melalui
fungsi
fault
localization.
Informasi
fault
detection and localization akan dilanjutkan ke
fungsi fault correction untuk diatasi.
Trouble
Administration
Trouble
administration
adalah
fungsi
pengelolaan trouble ticket yang dihasilkan dari
laporan pelanggan dan sistem proactive failure
detection. Fungsi ini membantu fungsi fault
correction dalam rangka melakukan investigasi
dan perbaikan
layanan terganggu.
Fungsi
trouble administration akan mencatat seluruh
proses penanganan gangguan yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
82
Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan)
Departmen
Fungsi
Network Managemnt Trouble
Services (NMS)
Administration
Penjelasan Fungsi
Fungsi ini juga menyediakan akses terhadap
informasi perubahan status dan progress
perbaikan yang dilakukan.
Pelaporan terhadap setiap fault yang sudah
selesai ditangani dikelola oleh fungsi ini.
Fungsi Alarm
Surveillance
Pengelolaan
jaringan
harus
memiliki
kemampuan untuk melakukan pemonitoran
setiap alarm yang terjadi pada network
element secara real time. Alarm yang terjadi
didefinisikan nature dan severity-nya.
Informasi alarm kemudian dilaporkan pada
saat kejadian, dan kemudian disimpan untuk
kebutuhan analisis di masa yang akan
datang.
Fungsi Security
Management
Fungsi ini terdiri dari otentikasi, access
control, kerahasiaan data, integritas data, dan
non-repudiation, yang akan dimanfaatkan
pihak
internal
dan
eksternal
ketika
berinteraksi dengan sistem.
Service and Quality Fault Correction
Management
Fault correction fokus pada perbaikan dari
setiap fault dan kontrol terhadap prosedur
yang menggunakan sumber daya redundant
untuk mengganti perangkat atau fasilitas
yang rusak.
Fungsi ini mencakup pengelolaan terhadap
proses perbaikan, termasuk pengelolaan
sumber daya yang digunakan,
MTTR,
penjadwalan perbaikan, restorasi otomatis,
redundancy,
dan
pelaporan
kegiatan
perbaikan yang telah dilakukan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
83
Tabel 5.6 Fungsi Bisnis (Lanjutan)
Departmen
Fungsi
Service and Quality Performance
Management
Monitoring
Penjelasan Fungsi
Performance monitoring mencakup kegiatan
pengumpulan
data
performansi
yang
dilakukan secara terus menerus.
Tujuan dari performance monitoring adalah
untuk mengukur kualitas secara keseluruhan
melalui pemonitoran terhadap parameter
untuk mendeteksi adanya degradasi. Selain
itu,
fungsi
ini
juga
bertujuan
untuk
mendeteksi pola karakteristik penurunan
kualitas sebelum kualitas jatuh di bawah
nilai yang diperbolehkan (threshold level).
Fungsi
ini
mencakup
pemonitoran
performansi, keterkaitan antar event, event
filtering, agregasi data dan informasi tren,
pengumpulan data untuk circuit tertentu,
analisis tren performansi network element,
peringatan penurunan performansi di bawah
threshold, dan pelaporan data performansi.
Performance
analysis
Semua data performansi yang didapat dari
fault correction dan performance monitoring
dianalisis
untuk
mengevaluasi
tingkat
performansi setiap network entity.
Performance
analysis
menghasilkan
rekomendasi untuk perbaikan, karakteristik
layanan pelanggan, karakteristik performansi
network
element,
karaktersitik
traffic,
karaktersitik pertumbuhan kapasitas, dan
prediksi pertumbuhan traffic.
Pada tabel 5.6 kita dapat melihat rancangan business footprint yang menjelaskan
pemetaan unit bisnis dan fungsi bisnis yang dijalankan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
84
5.4.2
Diagram Dekomposisi Proses
Pada diagram dekomposisi proses akan dijelaskan proses bisnis yang ada saat ini,
identifikasi masalah pada proses bisnis awal, dan proses bisnis yang diusulkan.
5.4.2.1 Proses bisnis Awal
Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap proses bisnis pengelolaan
jaringan yang sudah ada saat ini. Pengelolaan jaringan dimulai dari perencanaan
layanan, pasang baru, pemonitoran, pemeliharaan dan perbaikan, dan perencanaan
dan pengembangan jaringan. Gambar proses bisnis pengelolaan jaringan dapat
dilihat pada Gambar 5.4
Gambar 5.4 Proses Pengelolaan Jaringan
Penjelasan diagram di atas adalah sebagai berikut
1) Departemen Planning and Engineering akan melakukan perencanaan
layanan setelah kebutuhan pelanggan disampaikan oleh tim Commerce
melalui form pasang baru.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
85
2) Selanjutnya, pasang baru akan dilakukan oleh departemen Implementation
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
3) Proses pemonitoran terhadap jaringan kemudian dilakukan departemen
Network Management Service, setelah dokumen Network Activation Form
(NAF) diserahkan oleh departmen Implementation.
4) Departemen NMS akan meneruskan informasi fault yang terdeteksi pada
kegiatan
pemonitoran
kepada
departemen
Service
and
Quality
Management untuk diperbaiki.
5) Departemen Service and Quality Management akan melakukan perbaikan
sesuai dengan hasil identifikasi fault yang dilakukan oleh departemen
NMS.
6) Seluruh informasi terkait event log dan trouble ticket log setiap akhir bulan
akan dikumpulkan oleh departemen NMS dan kemudian diserahkan
kepada departemen Service and Quality Management untuk dianilisis.
Informasi yang dihasilkan dari analisis performansi kemudian diserahkan
kepada departemen Planning and Engineering. Informasi tersebut akan
menjadi dasar untuk dilakukannya perencanaan dan pengembangan
jaringan AJN ke depan.
5.4.2.2 Dekomposisi Proses bisnis Awal
Pada bagian ini akan dijelaskan dekomposisi proses bisnis awal pada proses
pasang baru, pemeliharaan dan perbaikan, dan pengelolaan kualitas layanan.
5. Pasang Baru
Proses pasang baru diawali dengan kegiatan survey, untuk melihat apakah lokasi
pelanggan berada di dalam coverage jaringan PT AJN Solusindo atau tidak. Jika
jaringan berada dalam coverage, maka proses dilanjutkan dengan instalasi
perangkat AJN. Instalasi jaringan pihak-3 dilakukan apabila lokasi pelanggan
tidak berada di dalam coverage jaringan AJN.
Provisioning dilakukan oleh departemen Network Management Services untuk
mengaktifkan layanan-layanan logic pada jaringan AJN sampai layanan siap
digunakan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
86
Setelah instalasi dan provisioning selesai, selanjutnya dilakukan pengujian,
tujuannya untuk melihat apakah kualitas jaringan yang terpasang sudah memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan atau tidak. Tahap akhir dari proses pasang baru
ini adalah integrasi antara jaringan AJN dengan jaringan lokal atau perangkat
pelanggan.
Gambar 5.5 Proses Bisnis Pasang Baru
Pada proses pasang baru, dokumen berita acara akan dikeluarkan di setiap akhir
dari setiap sub proses. Berita acara ini akan digunakan sebagai dokumentasi dari
setiap sub proses yang dilakukan. Berita acara yang diterbitkan di antaranya
Berita Acara Survey, Berita Acara Layak Operasional yang akan diberikan oleh
departemen implementasi ke departemen Service and Quality Management, dan
Network
Activation
Form
(NAF)
yang
diserahkan
oleh
departemen
Implementation ke Depertemen NMS.
6. Pemeliharaan dan Perbaikan
Proses bisnis yang dianalisis selanjutnya adalah kegiatan operasional yang
meliputi proses bisnis penanganan gangguan dan pemonitoran performansi
layanan. Proses penanganan gangguan melibatkan dua departemen, yaitu
departemen NMS dan departemen Service and Quality Management. Proses
penanganan gangguaan dapat dilihat pada Gambar 5.6
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
87
Gambar 5.6 Proses Bisnis Penanganan Gangguan
Penjelasan dari proses bisnis penanganan gangguan adalah sebagai berikut:
1) Pelanggan pertama kali akan melaporkan terjadinya gangguan kepada
NOC di departemen NMS.
2) NOC menerima gangguan dan langsung membuat tiket aduan, tiket aduan
disimpan di database sistem OSS.
3) Setelah tiket dibuat status tiket adalah 1st level, tim NOC akan melakukan
1st level handling, jika gangguan selesai, maka NOC akan melakukan
closing tiket dan mengirimkan notifikasi kepada pelanggan bahwa
gangguant telah selesai ditangani. Closing tiket yang dilakukan
memasukan data penyebab gangguan dan solusi yang dilakukan. Apabila
1st level handling tidak menyelesaikan masalah, maka penanganan
ganguan dilanjutkan dengan 2nd level handling.
4) Status tiket pada titik proses ini adalah 2nd level. 2nd level handling adalah
penanganan gangguan dengan melakukan pengecekan konfigurasi dan
parameter logic jaringan pada Network Management System (NMS). NOC
akan melakukan closing tiket jika gangguan berhasil ditangani pada tahap
ini, jika tidak gangguan akan diteruskan ke tim Service and Quality untuk
ditindak lanjuti.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
88
5) Pada proses ini status tiket berubah menjadi penanganan segmen atau
penanganan aplikasi. Penanganan gangguan akan dilanjutkan oleh tim
Service and Quality Management. Apabila dalam waktu satu jam
gangguan tidak selesai, maka petugas akan melakukan update status
penanganan dan melakukan eskalasi ke Senior Engineer.
6) Selanjutnya, setelah tim Service and Quality Management menyelesaikan
penanganan gangguan, maka tiket akan kembali dikirimkan ke NOC untuk
diverifikasi.
7) Pada titik proses ini status tiket menjadi 2nd level. NOC akan melakukan
pengecekan konfigurasi dan parameter jaringan pada NMS, dan jika status
jaringan sudah normal kembali, NOC akan melakukan closing tiket, jika
tidak gangguan akan dikembalikan ke tim Service and Quality.
7.
Pengelolaan Kualitas Layanan
Proses bisnis yang dianalisis selanjutnya adalah pengelolaan performansi layanan,
proses bisnis dapat dilihat pada Gambar 5.7
Gambar 5.7 Proses Bisnis Pengelolaan Performansi Layanan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
89
Proses bisnis ini menjadi tanggung jawab dari departemen Service and Quality
Management dan Network Management Services.
Penjelasan dari proses pengelolaan layanan adalah sebagai berikut:
1) Departmen NMS akan melakukan rekapitulasi data:
a. Event log yaitu data gangguan yang langsung diperoleh dari
perangkat jaringan telekomunikasi.
b. Trouble ticket log, yaitu data tiket penanganan gangguan.
2) Departemen NMS akan mengirimkan data-data yang sudah didapat ke
departemen Service and Quality Management.
3) Data event log dan trouble ticket log akan dianalisis oleh departemen
Service and Quality Management untuk menentukan pencapaian tingkat
layanan dan tren performansi network element. Laporan performansi akan
dikirimkan ke departemen Planning and Engineering dan Direktur.
4) Departemen Planning and Engineering akan menerima data laporan
performansi network element, dari data tersebut, akan ditentukan
perencanaan dan pengembangan jaringan kedepan.
5.4.2.3 Identifikasi Masalah Pada Proses bisnis
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dan observasi terhadap proses bisnis
organisasi, maka permasalahan yang teridentifikasi pada proses bisnis existing
dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis
Proses
Pasang Baru
Aktivitas
Survey
Instalasi
Integrasi
Masalah
Aktivitas
proses
pasang
baru
tidak
diketahui.
Pencatatan proses pasang baru dilakukan
manual oleh masing-masing petugas, hal
ini membuat informasi aktivitas proses sulit
diketahui.
Instalasi
Pengunaan
aset
dan
kapasitas
tidak
termonitor secara cepat.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
90
Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan)
Proses
Aktivitas
Pasang Baru
Instalasi
Masalah
Data-data terkait proses instalasi disimpan
dalam bentuk dokumen, hal ini menyebabkan
pemonitoran terhadap kapasitas dan perangkat
terpasang tidak dapat dilakukan secara real
time.
Aktivasi
Tidak semua network element termonitor dari
NMS.
Parameter jaringan terpasang ditulis dalam
dokumen hardcopy Network Activation Form
(NAF).
Dokumen
diselesaikan
NAF
menyebabkan
yang
lama
jaringan
tidak
dimasukan ke sistem ProNMS.
Integrasi
Penurunan
kualitas
dan
perubahan
konfigurasi dari kondisi awal (baseline) tidak
dapat dimonitor dari waktu ke waktu
Konfigurasi dan parameter jaringan terpasang
ditulis
dalam
dokumen
BA
Layak
Operasional. Parameter awal yang tercantum
pada BA Layak Operasional tidak disimpan
dalam sebuah sistem yang bisa diakses kapan
saja, hal ini menyebabkan performansi tidak
dapati dimonitor dari waktu ke waktu.
Konfigurasi jaringan memperlihatkan topologi
jaringan dan perangkat yang terpasang di
lokasi pelanggan.
Pemeliharaan
Perbaikan
dan
Membuat tiket
Penanganan gangguan tidak responsif
Tiket
dibuat
berdasarkan
aduan
dari
pelanggan, hal ini membuat tim Operation
tidak dapat melakukan penanganan secara
proaktif.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
91
Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan)
Proses
Pemeliharaan
Aktivitas
dan
Perbaikan
Menangani
gangguan
Masalah
Penyelesaian waktu gangguan lama.
Penanganan gangguan dilakukan setelah
tim NOC melakukan pembuatan tiket dan
identifikasi parameter
jaringan setelah
aduan diterima. Hal ini membuat proses
penanganan
gangguan
menjadi
lama,
karena ada durasi antara gangguan yang
dirasakan pelanggan dengan penanganan
yang dilakukan. Identifikasi parameter,
data teknis, dan pecatatan tiket dilakukan
oleh
sistem
yang
berbeda-beda
dan
memiliki database sendiri-sendiri.
Data teknis pelanggan terganggu disimpan
dalam database data potensi. Inkonsistensi
data antara data OSS, ProNMS, dan Data
Potensi dapat memperlambat penanganan
gangguan.
Melakukan closing Pelanggan
gangguan
tidak
mengetahui
status
penanganan gangguan secara cepat.
Pelanggan tidak mengetahui secara real
time mengenai status penanganan gangguan
yang
dilakukan.
Pelanggan
baru
mengetahuinya setelah gangguan selesai
diperbaiki.
Pengelolaan kualitas
Melakukan analisis Analisis performansi layanan berjalan
layanan
Performansi
lambat
Data masih masih harus diunduh dan
diolah secara manual sebelum data siap
digunakan oleh departemen Service and
Quality Management.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
92
Tabel 5.7 Identifikasi Masalah Bisnis (Lanjutan)
Proses
Aktivitas
Masalah
Pengelolaan
Melakukan analisis Analisis performansi dilakukan secara
performansi layanan
Performansi
manual dengan melakukan rekonsiliasi data
event log dan data trouble ticket log.
Inkonsistensi
struktur
data
membuat
rekonsiliasi tidak bisa dilakukan secara
cepat.
Laporan performansi disampaikan kepada
Direktur
setelah
analisis
performansi
selesai dilakukan. Karena proses yang
dilakukan bersifat batch dan manual,
perusahaan
tidak
dapat
melakukan
antisipasi lebih awal untuk memperbaiki
performansi layanan.
Perancangan dan
Perancangan dan pengembangan teknologi
pengembangan
baru terlambat.
jaringan
Perancangan dan pengembangan dilakukan
setelah
laporan
performansi
selesai
dilakukan. Masalah yang muncul adalah,
perencanaan dan pengembangan menjadi
lambat dalam mengantisipasi performansi
network element yang rendah. Dampak
sudah dirasakan oleh pelanggan sebelum
perbaikan dilakukan.
Padata Tabel 5.7 masalah pada proses bisnis yang teridintifikasi terdapat pada
pengelolaan jaringan. Tabel 5.7 juga memperlihatkan masalah yang dihadapi
untuk setiap aktivitas.
5.4.2.4 Strategi Business Process Redesign
Berdasarkan masalah yang identifikasi solusi untuk perbaikan proses bisnis
ditunjukan pada Tabel 5.8
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
93
Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis
Masalah
Tolak Ukur
Aktivitas
proses
Sasaran Perbaikan
pasang Waktu antara proses Penyediaan
baru tidak diketahui
informasi aktivitas
yang
dilakukan proses pasang baru. (Vitrify)
dengan
informasi
status pasang baru
diketahui stakeholder
Pengunaan
asset
dan Jumlah sumber daya Menyimpan
dokumentasi
ke
kapasitas tidak termonitor yang digunakan pada dalam database yang dapat diakses
secara cepat.
proses pasang baru
oleh semua stakeholder. (Digitize
and Propagate)
Tidak
semua
network Jumlah
network
element tidak termonitor element
dari NMS.
Penyediaan
proses
yang memudahkan
termonitor oleh NMS
informasi
yang
penyimpanan
network
element.
(Digitize and Propagate)
Penurunan
kualitas dan Kesenjangan
antara Penyediaan
perubahan konfigurasi dari parameter
kondisi
awal
(baseline)
waktu ke waktu
tentang
awal kofigurasi dan parameter awal yang
dengan
kondisi dapat
tidak dapat dimonitor dari parameter
informasi
diakses
secara
cepat.
jaringan (Digitize and Propagate).
pada saat dimonitor
Penyediaan
sistem
yang
memberikan
peringatan
ketika
terjadi penurunan performansi.
(Sensitize).
Penanganan
tidak proaktif
gangguan Waktu
dari
gangguan
sampai
sejak Penyederhanaan proses pembuatan
terjadi trouble ticket (Loose wait)
keluhan
pelangan ditangani
Trouble ticket langsung dibuat
secara otomatis ketika terjadi fault
pada jaringan.
Pengananan
gangguan
langsung
dilakukan
bisa
tanpa
menunggu keluhan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
94
Tabel 5.8 Identifikasi Sasaran Perbaikan Proses bisnis (Lanjutan)
Masalah
Penyelesaian
waktu
Tolak Ukur
Sasaran Perbaikan
Mean time to repair
Minimasi pengecekan data yang
gangguan lama.
Pelanggan
dilakukan secara manual.
tidak Waktu
mengetahui
antara Penyediaan informasi penanganan
status progress penanganan gangguan dapat dilihat pelanggan
penanganan
gangguan dilakukan
secara cepat.
dan setiap saat.
informasi
status
(Vitrify)
penanganan
diketahui pelanggan.
Analisis
performansi Waktu antara tanggal Penyediaan proses yang mampu
layanan berjalan lambat
Perancangan
terakhir
dan berjalan
pengembangan
baru terlambat.
bulan menghitung dan menampilkan SLA
sampai secara otomatis dan cepat.
teknologi informasi pencapaian
(Analyze and synthesize)
SLA diketahui.
5.4.2.5 Proses Bisnis Yang Diusulkan
Berdasarkan strategi perbaikan proses bisnis yang sudah dipilih, maka langkah
selanjutnya adalah merancang proses bisnis usulan. Gambar 5.8 menunjukan
proses bisnis yang diusulkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
95
Gambar 5.8 Usulan Proses bisnis
Penjelasan diagram di atas adalah sebagai berikut
1) Departemen Planning and Engineering akan melakukan perencanaan
layanan setelah kebutuhan pelanggan yang dimasukan ke dalam sistem
Delivery Management.
2) Selanjutnya, pasang baru akan dilakukan oleh departemen Implementation
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang
dilakukan selama pasang baru, akan dimasukan ke dalam sistem Delivery
Management. Setelah pasang baru selesai dilakukan, konfigurasi dan
parameter jaringan akan disimpan ke dalam technical configuration
inventory.
3) Setiap jaringan yang sudah melalui proses pasang baru, dapat dimonitor
secara langsung oleh tim NMS.
4) Departemen NMS akan meneruskan informasi fault yang terdeteksi pada
kegiatan pemonitoran departemen Service and Quality Management untuk
diperbaiki.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
96
5) Departemen Service and Quality Management akan melakukan perbaikan
sesuai dengan hasil identifikasi fault yang dilakukan oleh departemen
NMS.
6) Pencatatan pemeliharaan dan perbaikan akan dilakukan secara langsung
setelah aktivitas dilakukan. Informasi terkait aktivitas pemeliharaan dan
perbaikan akan langsung diolah untuk melihat performansi layanan dari
waktu ke waktu.
1) Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru
Proses bisnis pasang baru yang diusulkan lebih menekankan pada penyediaan
sistem informasi Delivery Management dan Technical Configuration Inventory.
Diagram dekomposisi proses pasang baru yang dusulkan dapat dilihat pada
Gambar 5.9
Gambar 5.9 Diagram Dekomposisi Proses Pasang Baru
Seperti yang dapat kita lihat pada diagram dekomposisi proses pasang baru di
atas, setiap aktivitas pada kegiatan pasang baru akan dicatat dan disimpan dalam
sebuah database. Hal ini membuat status proses pasang baru dapat dimonitor
secara real time.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
97
Technical Configuration Inventory digunakan untuk
menyimpan informasi
konfigurasi jaringan end to end dan parameter jaringan. Konfigurasi dan
parameter jaringan akan digunakan sebagai baseline ketika jaringan sudah
beroperasi.
2) Diagram Dekomposisi Penanganan gangguan
Proses bisnis penanganan gangguan disusun berdasarkan solusi yang sudah
disusun sebelumnya. Diagram dekomposisi proses dapat dilihat pada Gambar
5.10.
Gambar 5.10 Diagram Dekomposisi Proses Penanganan Gangguan
Pada proses bisnis penanganan gangguan yang diusulkan, perubahan terbesar ada
pada aktivitas pembuatan trouble ticket, identifikasi jaringan terganggu , dan
mengirimkan notifikasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan secara otomatis
oleh sistem informasi. Hal ini membuat proses penanganan gangguan bersifat
proaktif dan lebih cepat.
Usulan redesign pada proses bisnis pengelolaan performansi selanjutnya akan
ditunjukan oleh gambar 5.11
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
98
Gambar 5.11 Usulan Proses Bisnis Pengelolaan Performansi
Data pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan oleh departemen Service and
Quality Management akan disimpan dalam database NewProNMS. Data ini
kemudian akan direkap, baik dampak pada layanan maupun penyebab dan solusi.
Operation Dashboard akan secara real time melakukan analisis dan menampilkan
tren performansi layanan dan network element.
Tren performansi layanan akan dimonitor oleh tim Service and Quality
Management dari waktu ke waktu, sehingga jika terjadi penurunan performansi
layanan, antisipasi dapat segera dilakukan sebelum jaringan terganggu. Hal ini
akan membuat layanan menjadi lebih handal.
Tren performansi network element dapat dilihat dari seberapa sering network
element tersebut menjadi penyebab gangguan. Analisis tren ini dilakukan secara
real time oleh sistem. Tren performansi elemen jaringan akan ditampilkan secara
online melalui Operation Dashboard. Tim Planning and Engineering akan dapat
melihat performnsi elemen jaringan dari waktu ke waktu. Tren performansi
elemen jaringan ini ajan dijadikan landasan oleh tim Planning and Engineering
untuk melakukan perencanaan dan pengembangan jaringan AJN ke depan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
99
5.4.3
Matriks Interaksi Bisnis
Matriks interaksi bisnis menggambarkan hubungan interaksi antar organisasi dan
fungsi-fungsi bisnis dalam pengelolaan jaringan. Matriks interaksi bisnis dapat
dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Matriks Interaksi Bisnis
Menyediakan Layanan Bisnis
Menggunakan
Layanan Bisnis
Planning and
Engineering
Implementation
NMS
Service and
Quality
Pelaporan
sumber daya
terpakai
ï‚· Pelaporan
tren
performansi
network
element
ï‚· Pelaporan
tren
performansi
layanan
NMS
Pelaporan
parameter
jaringan
Pelaporan hasil
pemeliharaan
dan perbaikan
Service and
Quality
Pelaporan
kualitas pasang
baru
Planning and
Engineering
Implementation
Penyusunan
perencanaan
layanan
ï‚· Pemonitoran
jaringan
ï‚· Pelaporan
Hasil
lokalisasi
fault
Pada Tabel 5.9 kita dapat melihat hubungan antara unit bisnis penyedia, unit
bisnis pengguna, dan Layanan. Layanan yang berhasil teridentifikasi dari matriks
interaksi bisnis dapat dilihat pada Tabel 5.10
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
100
Tabel 5.10 Daftar Layanan
Kode Layanan
Nama Layanan
SVC1
Penyusuan perencanaan layanan.
SVC2
Pelaporan sumber daya terpakai.
SVC3
Pelaporan kualitas pasang baru.
SVC4
Pemonitoran Jaringan.
SVC5
Penyampaian Hasil lokalisasi fault.
SVC6
Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan.
SVC7
Pelaporan tren performansi network element.
SVC8
Pelaporan tren performansi layanan.
5.4.4
Diagram Layanan / Informasi
Diagram layanan / informasi menggambarkan informasi yang dibutuhkan untuk
mendukung satu atau lebih layanan. Diagram ini juga menunjukan representasi
awal dari informasi yang muncul pada arsitektur, yang akan menjadi dasar untuk
melakukan elaborasi pada penyusunan arsitektur data. Diagram layanan /
informasi dapat dilihat pada Gambar 5.12.
ï‚·
ï‚·
Informasi kapasitas
jaringan
Informasi stock
perangkat
Penyusunan
perencanaan layanan
Instalasi dan
provisioning
Pelaporan sumberdaya
terpakai
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Hasil testing
Instalasi fisik
Parameter
jaringan
terpasang
Pelaporan kulitas
pasang baru
Tingkat kerusakan
network element
Pelaporan tren
performansi network
element
Pelaporan tren
performansi layanan
Availability jaringan
pelangan
Pelaporan hasil
pemeliharaan dan
perbaikan
Tindakan perbaikan
dan pemeliharaan
Paramater setelah
perbaikan
Penyampaian hasil
lokaslisasi fault
Pemonitoran jaringan
ï‚·
Pelanggan
terganggu
ï‚·
Alarm yang
terdeteksi
ï‚·
Tindakan 1st level
dan 2nd level
Parameter kualitas
jaringan acuan
Parameter jaringan
real time
Gambar 5.12 Diagram Layanan / Informasi
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
101
Diagram layanan / informasi tersebut menunjukan interkasi antar layanan dan
informasi yang diperlukan. Simbol elips menggambarkan proses, dan kotak biru
menggambarkan informasi yang dibutuhkan.
5.4.5
Peran Rancangan Arsitektur Bisnis Baru
Pada Tabel 5.6 kita dapat melihat rancangan business footprint yang dapat
membantu meningkatkan performansi layanan. Peran setiap fungsi dalam
meningkatkan performansi layanan dijelaskan sebagai berikut:
a) Fungsi Configuration Management (CM): Service Planning, Network
Planning And Engineering, Installation, Provisioning dapat membantu
melakukan kontrol terhadap jaringan, menjaga kehandalan jaringan, dan
menyediakan pelaporan proses implementasi.
b) Fungsi Accounting Management (AM): Usage Management dapat
membantu pelaporan tren pemakaian kapasitas, hal ini membuat utilisasi
jaringan dapat diprediksi, sehingga gangguan yang disebabkan karena over
load dapat dihindari.
c) Fungsi Fault
Management (FM):
Fault Detection And Localization,
Trouble Administration, Alarm Surveillance, Fault Correction dapat
meningkatkan performansi layanan dengan cara mengurangi downtime,
mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan gangguan, menjaga
kehandalan jaringan, dan membantu pelaporan tren penyebab dan solusi
penanganan gangguan.
d) Fungsi Security Management (SM) dapat meningkatkan performansi
layanan dengan cara meningkatkan keamanan jaringan.
e) Fungsi Performance Management (PM) Performance Monitoring, dan
Performance Analysis data meningkatkan performansi layanan dengan cara
mengetahui dan memprediksi performansi jaringan, sehingga dengan
mengetahui lebih dini, penurunan performansi dapat segera diperbaiki
sebelum jaringan terganggu.
Peran strategi redesign proses bisnis pada peningkatan performansi layanan
adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
102
a) Penyediaan informasi aktivitas proses pasang baru (Vitrify), meningkatkan
kemampuan sistem pengelolaan jaringan dalam menyediakan pelaporan
kegiatan implementasi yang cepat dan akurat.
b) Menyimpan dokumentasi sumber daya yang digunakan ke dalam database
yang dapat diakses oleh semua stakeholder (digitize and propagate), akan
mampu memprediksi tren penggunakan kapasitas dan utilisasi jaringan. Hal
ini dapat mencegah gangguan yang disebabkan oleh traffic over load.
c) Penyediaan proses yang memudahkan penyimpanan informasi network
element (digitize and propagate) dapat membuat perusahaan untuk
mengontrol semua network element yang terpasang.
d) Penyediaan informasi tentang kofigurasi dan parameter awal yang dapat
diakses secara cepat (digitize and propagate), membuat proses pemonitoran
performansi lebih efektif. Setiap penurunan parameter jaringan dapat
diketahui.
e) Penyediaan sistem yang memberikan peringatan ketika terjadi penurunan
performansi (sensitize). Sistem ini dapat melakukan prediksi performansi
jaringan.
f) Penyederhanaan proses pembuatan trouble ticket (loose wait) membuat
gangguan lebih diketahui lebih cepat, sehingga perbaikan dapat segera
dilakukan. Hal ini dapat mengurangi waktu downtime yang dirasakan
pelanggan.
g) Penyediaan informasi penanganan gangguan dapat dilihat pelanggan setiap
saat (vitrify) membuat mekanisme pelaporan penangan gangguan menjadi
lebih cepat.
h) Penyediaan proses yang mampu menghitung dan menampilkan SLA secara
otomatis dan cepat (analyze and synthesize) membuat perusahaan mampu
memprediksi pencapaian availability, sehingga tindakan antisipasi dapat
segera dilakukan.
5.5
Fase Arsitektur Sistem Informasi
Fase arsitektur sistem informasi terbagi menjadi dua, yaitu arsitektur aplikasi dan
arsitektur data.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
103
5.5.1
Arsitektur Aplikasi
Perancangan arsitektur aplikasi dimulai dengan melakukan analisis terhadap
arsitektur apalikasi yang ada saat ini, kemudian dilanjutkan dengan perancangan
arsitektur aplikasi yang dibutuhkan. Perancangan aplikasi yang dibutuhkan
diawali dengan pemetaan proses bisnis terhadap layanan, model interaksi layanan,
dan identifikasi aplikasi yang dibutuhkan.
a) Arsitektur Aplikasi Saat Ini
Perancangan arsitektur diawali dengan analisis terhadap aplikasi yang ada saat ini.
Informasi terkait aplikasi didapatkan melalui observasi. Pemetaan aplikasi dan
proses bisnis ditunjukan pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Pemetaan Aplikasi / Proses Bisnis Existing
Aplikasi
ProNMS
Fungsionalitas
Monitoring
performansi
Proses Bisnis
jaringan
Pemonitoran Jaringan
dan
Pemonitoran Jaringan
pelanggan VSAT
NMS Shiron
Monitoring,
provisioning
troubleshooting,
elemen
jaringan
VSAT
HUB Shiron
CACTI
Monitoring utilisasi jaringan backbone
Perancanaan dan
local dan upstream internet
pengembangan jaringan
iMonitor
Monitoring jaringan VSAT HUB iDirect
Pemonitoran jaringan
The Dude
Monitoring backbone dan node switching
Pemonitoran jaringan
berbasis IP
OSS
Aplikasi pencatatan trouble ticket
Pemeliharaan dan
perbaikan jaringan
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proses pemonitoran jaringan menggunakan
beberapa aplikasi, hal ini membuat proses pemonitoran menjadi kompleks.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
104
Proses perencanaan dan pengembangan jaringan menggunakan CACTI sebagai
aplikasi untuk memonitor utilisasi jaringan backbone. Untuk pencatatan aktivitas
perbakaikan jaringan terganggu aplikasi yang digunakan adalah Operational
Support System (OSS).
Aplikasi-aplikasi tersebut dipetakan ke dalam matriks Mc Farlan’s grid (Ward and
Peppard, 2002), dasar kategorisasi dari setiap aplikasi didasarkan pada jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil
analisis terhadap aplikasi existing dapat dilihat pada Tabel 5.12
Tabel 5.12 Analisis Portofolio Aplikasi Existing
Pertanyaan
The
DUDE
NMS
iMonitor ProNMS
Shiron
Ya
Ya
OSS
CACTI
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Ya
Ya
Pertanyaan 5
Ya
Pertanyaan 6.
Ya
Pertanyaan 7
Ya
Ya
Daftar Pertanyaan 1 sampai dengan Pertanyaan 7 dapat dilihat pada Lampira 12.
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada Tabel 5.12 maka portofolio
aplikasi existing dapat dilihat pada Gambar 5.13.
STRATEGIC
HIGH POTENTIAL
ProNMS
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
iMonitor
The DUDE
CACTI
NMS Shiron
KEY OPERATIONAL
OSS
SUPPORT
Gambar 5.13 Portofolio Aplikasi existing
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
105
Aplikasi iMonitor, TheDude, CACTI, dan NMS Shiron berada pada kuadran Key
Operational karena aplikasi-aplikasi tersebut berfungsi untuk memonitor status
jaringan. Status jaringan yang tidak termonitor, akan membawa risiko bisnis pada
kegiatan operasional. Aplikasi OSS ditempatkan pada kuadran support hal ini
karena OSS adalah aplikasi otomasi pencatatan trouble ticket gangguan.
Kegagalan sistem OSS tidak akan mebawa risiko bisnis bagi perusahaan. ProNMS
memiliki kemampuan untuk menampilkan fault secara real time. Saat ini
kemampuan tersebut memberikan kemudahaan bagi kegiatan operasional untuk
memonitor status jaringan. Keterbatasan fitur ProNMS belum mampu
memberikan keuntungan kompetitif bagi bisnis perusahaan, hal ini membuat
aplikasi ProNMS ditempatkan pada kuadran high potential.
b) Identifikasi Kebutuhan Aplikasi
Identifikasi kebutuhan aplikasi didasarkan pada kebutuhan informasi untuk
menjamin terlaksananya fungsi bisnis yang telah ditetapkan. Identifikasi
dilakukan dengan cara memetakan fungsi bisnis yang diusulkan pada diagram
business footprint dengan aplikasi yang ada saat ini. Tujuan dibuatnya matriks ini
adalah untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi yang ada dengan fungsi
bisnis yang diusulkan. Pemetaan aplikasi dan fungsi bisnis adalah langkah penting
yang harus dilakukan, untuk melihat adanya aplikasi yang perlu dikembangkan
dalam rangka membantu terlaksananya fungsi bisnis. Pemetaan fungsi bisnis dan
aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi
Aplikasi
Fungsi bisnis
iMonitor
TheDude
NMS
OSS
ProNMS CACTI
Shiron
Service planning and
X
engineering
Network planning and
X
engineering
Capacity Management
ï‚· Backbone
X
ï‚· Production Stock
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
106
Tabel 5.13 Pemetaan Fungsi Bisnis / Aplikasi (Lanjutan)
Aplikasi
iMonitor
TheDude
Fungsi bisnis
NMS
ProNMS CACTI
-
-
X
X
Shiron
Delivery Management
-
Installation
X
X
Testing
X
X
Provisioning
X
X
Fault
OSS
detection
-
and X
-
X
X
-
localization
Trouble administration
Alarm surveillance
X
-
-
-
-
-
-
Fault correction
X
X
X
X
X
Performance analysis
-
-
-
-
-
-
Performance
-
-
-
-
-
-
Security Management
monitoring
Pada Tabel pemetaan aplikasi / fungsi bisnis dapat dilihat ada lima fungsi bisnis
yang tidak memiliki aplikasi pendukung. Fungsi-fungsi bisnis tersebut yaitu
Capacity Management untuk perangkat produksi, Delivery Management, Alarm
Surveillance, Performance Analysis, dan Performance Monitoring.
c)
Usulan Arsitektur Aplikasi
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan aplikasi, diperlukan aplikasi-aplikasi
baru yang dapat mendukung fungsi bisnis, aplikasi yang diusulkan untuk
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 5.14
Tabel 5.14 Usulan Aplikasi
Usulan Aplikasi
Logistic
Fungsionalitas
Menyediakan informasi perangkat terpasang.
Menyediakan informasi perangkat stock di gudang.
Menyediakan informasi kekurangan stock perangkat produksi.
Menyediakan informasi Bill of Material.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
107
Tabel 5.14 Usulan Aplikasi (Lanjutan)
Usulan Aplikasi
Fungsionalitas
Delivery
Mencatat seluruh aktivitas proses produksi.
Management
Menyediakan informasi pencapaian pasang baru.
Menyediakan informasi konfigurasi dan parameter jaringan
terpasang.
NewProNMS
Menyediakan informasi status jaringan secara real time.
Menyediakan informasi waktu jaringan terganggu.
Menyediakan informasi penyebab gangguan.
Menyediakan informasi aktivitas perbaikan.
Operation
Dashboard
Menampilkan availability jaringan secara real time.
Menampilkan tren performansi network element dari waktu ke
waktu.
Menampilkan tren performansi layanan dari waktu ke waktu.
Memberikan notifikasi kepada para stakeholder jika terjadi
penurunan performansi.
Pada Tabel 5.14 dapat dilihat usulan aplikasi baru yang perlu dikembangkan
adalah aplikasi Logistic, Delivery Management, dan Operation Dashboard.
Setelah arsitektur aplikasi usulan diidentifikasi, selanjutnya aplikasi-aplikasi
dipetakan pada portofolio aplikasi Mc Farlan’s grid. Analisis kategorisasi aplikasi
dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15 Analisis Portofolio Aplikasi
Pertanyaan
OD
Pertanyaan 1
Ya
Pertanyaan 2
Ya
NS
L
iM
PN
DM
CCT
Ya
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Pertanyaan 6.
Pertanyaan 7
Ya
Ya
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
108
Pada Tabel 5.15 dapat dilihat analisis terhadap aplikasi-aplikasi usulan, yaitu
Operation Dashboard (OD), NMS Shiron (NS), Logistic (L), iMonitor (iM),
ProNMS (PN), Delivery Management (DM), dan CACTI (CCT).
Aplikasi-
aplikasi yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi bisnis kemudian dipetakan ke
dalam portofolio aplikasi. Usulan portofolio aplikasi dapat dilihat pada Gambar
5.14
STRATEGIC
HIGH POTENTIAL
Operation Dashboard**
NewProNMS*
ï‚·
ï‚·
ï‚·
iMonitor
CACTI
NMS Shiron
KEY OPERATIONAL
ï‚· Delivery
Management**
ï‚· Logistic*
SUPPORT
Gambar 5.14 Usulan Portofolio Aplikasi
Pada portofolio aplikasi di atas Operation Dashboard diletakan pada kuadran
strategic, karena aplikasi ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif dan mencapai sasaran bisnis. Operation Dashboard akan
memperlihatkan tren performansi dari waktu ke waktu, sehingga ketika terjadi
penurunan performansi yang terus menerus, kegiatan preventive maintenance
dapat dilakukan sebelum layanan pelanggan terganggu. Selain itu, Operation
Dashboard akan dapat diakses langsung oleh pelanggan, hal ini dapat
meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan sehingga dapat meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan.
Aplikasi NewProNMS merupakan aplikasi yang memiliki fitur gabungan antara
OSS dan ProNMS yang ada saat ini. Aplikasi ini akan membuat penanganan
gangguan menjadi lebih cepat, sehingga membantu perusahaan untuk mencapai
sasaran bisnis. Dengan penanganan gangguan yang cepat, tujuan perusahaan
untuk memberikan pelayananan beyond expectation dapat tercapai. Aplikasi The
Dude diusulkan untuk dihilangkan dan fungsionalitasnya diambil alih oleh
NewProNMS.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
109
Aplikasi Delivery Management dan Logistic merupakan otomasi pencatatan
proses pasang baru dan pencatatan aset produksi. Kedua aplikasi tersebut dapat
meningkatkan efisiensi perusahaan dalam menjalankan proses bisnis. Kegagalan
pada aplikasi Delivery Management dan Logistic tidak akan menganggu proses
bisnis utama secara langsung, oleh sebab itu kedua aplikasi tersebut masuk ke
dalam kuadran support.
Aplikasi iMonitor, NMS Shiron, dan CACTI merupakan aplikasi untuk kegiatan
operasional sehari-hari. Kegagalan sistem dapat menggangu kegiatan operasional
perusahaan, oleh karena itu aplikasi-aplikasi tersebut masuk ke dalam kuadran key
operational.
5.5.2
Arsitektur Data
Pada bagian ini akan dijelaskan analisis terhadap data yang ada, identifikasi
kebutuhan, dan arsitektur data yang diusulkan.
1) Anilisis Data Existing
Analisis terhadap arsitektur data existing dimulai dengan mengidentifikasi entitas
data. Identifikasi dilakukan terhadap seluruh data yang digunakan untuk
pengelolaan jaringan. Hasil identifikasi kemudian dituangkan ke dalam katalog
entitas data yang dapat dilihat pada Tabel 5.16
Tabel 5.16 Entitas Data Existing
Aplikasi
Entitas Data
ï‚· Data tiket gangguan
OSS
ï‚· Data pelanggan versi OSS
Pro NMS
ï‚· Data status jaringan
ï‚· Data parameter jaringan
ï‚· Data Pelanggan versi ProNMS
ï‚· Data jaringan terganggu
NMS Shiron
Data jaringan shiron
iMonitor
Data jaringan iDirect
CACTI
Data kapasitas backbone
TheDude
Data status backbone berbasis IP
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
110
Jika dilihat pada tabel entitas data, terjadi duplikasi data pada aplikasi OSS dan
ProNMS. Duplikasi terjadi pada data pelanggan dan data tiket gangguan pada
OSS dan data jaringan terganggu pada ProNMS.
2) Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan terhadap data didapat dengan cara memetakan layanan dan
aplikasi yang diusulkan terhadap data yang dibutuhkan, baik yang sudah ada
maupun yang belum ada.
Tabel 5.17 Tabel Pemetaan Layanan / Data
Layanan
Penyusunan perencanaan layanan
Pelaporan sumber daya terpakai
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Pelaporan kualitas pasang baru
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Pelaporan tren performansi network element
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Pelaporan tren performansi layanan
ï‚·
Pemonitoran jaringan
Penyampaian hasil lokalisasi fault
Pelaporan hasil pemeliharaan dan perbaikan
ï‚·
ï‚·
Data
Data Utilisasi Jaringan
Data Backbone
Data Perangkat
Data Pelanggan
Data Perangkat
Terpasang
Data Teknis Jaringan
Data Pelanggan
Data Teknis Jaringan
Data Perangkat
Terpasang
Data Parameter Jaringan
Data Pelanggan
Data Parameter Jaringan
Data Gangguan
Data Pengecekan
Data Pelanggan
Data Teknis Jaringan
Data Pelanggan
Data Perbaikan Jaringan
Data Parameter Jaringan
Data Teknis Jaringan
Data Gangguan
Data availability jaringan
pelanggan
Data availability Layanan
Data Backbone
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
111
Kebutuhan data yang sudah teridentifikasi kemudian digambarkan ke diagram
diseminasi data dengan tujuan untuk melihat hubungan antara layanan, aplikasi,
dan data yang digunakan. Diagram diseminasi data dapat dilihat pada Gambar
5.15.
CACTI
Penyusunan
Perencanaan
Layanan
Perangkat
Data Utilitas Jaringan
Backbone
Logistic
Stok Perangkat
Perangkat Terpasang
Pelaporan Kualitas
Pasang Baru
Pelaporan
Sumberdaya
Terpakai
Perangkat
Delivery Management
Pelanggan
Perangkat Terpasang
Teknis Jaringan
Parameter Jaringan
Pemonitoran
Jaringan
Pelaporan hasil
Pemeliharaan dan
perbaikan
NewProNMS
Pelanggan
Penyampaian
Lokalisasi fault
Parameter Jaringan
Teknis Jaringan
Pengecekan
Objek Terganggu
Pelaporan tren
performansi NE
Pelaporan Tren
Performansi
Layanan
Gangguan
Operation Dashboard
Availability Jaringan
Availability Layanan
Pelanggan
Backbone
Gambar 5.15 Diagram Diseminasi Data
Pada Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa satu entitas data dapat digunakan oleh
lebih dari satu aplikasi dan layanan. Anak panah berwarna biru menggambarkan
aliran data, artinya data dibaca oleh layanan. Sedangkan anak panah berwarna
jingga menggambarkan penulisan data yang dilakukan oleh layanan. Pemetaan
layanan, data, dan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.18
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
112
Tabel 5.18 Pemetaan Aplikasi / Data / Layanan
Layanan
Data
Aplikasi
Penyusunan
Data Utilisasi Jaringan
ï‚· CACTI
perencanaan
Data Backbone
ï‚· Logistic
layanan
Data Perangkat
ï‚· Delivery Management
Pelaporan
Data Pelanggan
ï‚· Delivery Management
sumber daya
Data Perangkat Terpasang
ï‚· Logistic
terpakai
Data Teknis Jaringan
Pelaporan
Data Pelanggan
ï‚· Delivery Management
kualitas pasang
Data Teknis Jaringan
ï‚· New ProNMS
baru
Data Perangkat Terpasang
Data Parameter Jaringan
Pemonitoran
Data Pelanggan
jaringan
Data Parameter Jaringan
Penyampaian
Data Gangguan
hasil lokalisasi
Data Pengecekan
fault
Data Pelanggan
NewProNMS
NewProNMS
Data Teknis Jaringan
Pelaporan hasil
Data Pelanggan
ï‚· Delivery Management
pemeliharaan
Data Perbaikan Jaringan
ï‚· NewProNMS
dan perbaikan
Data Parameter Jaringan
Data Teknis Jaringan
Pelaporan tren
Data Gangguan
ï‚· NewProNMS
performansi
Data Availability Jaringan
ï‚· Operation Dashboard
network element
Data Backbone
Pelaporan tren
Data Pelanggan
ï‚· NewProNMS
performansi
Data Availability Layanan
ï‚· Operation Dashboard
layanan
Data Gangguan
ï‚· CACTI
Pada tabel pemetaan layanan, aplikasi, dan data dapat dilihat bahwa sebuah entitas
data memungkinkan untuk digunakan oleh lebih dari satu layanan dan aplikasi.
Single source of data dapat membantu akurasi dan konsistensi data.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
113
Perancangan arsitektur data dan aplikasi yang telah dilakukan dapat meningkatkan
kualitas pengelolaan jaringan. Arsitektur aplikasi dan data yang telah dirancang
dapat meningkatkan kualitas performansi layanan dengan cara:
1. Meningkatkan kualitas pemonitoran jaringan.
2. Memprediksi performansi jaringan.
3. Mengurangi waktu dalam melakukan pengecekan dalam rangka mencari
penyebab terjadinya gangguan
4. Menyediakan pelaporan yang cepat dan akurat.
5. Mengontrol elemen jaringan.
5.6
Fase Arsitektur Teknologi
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai arsitektur teknologi infrastruktur TI
sistem pengelolaan jaringan yang sudah ada, identifikasi kebutuhan arsitektur
teknologi, dan arsitektur teknologi yang diusulkan. Teknologi yang dimaksud
meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan.
5.6.1
Arsitektur Teknologi Saat Ini
Analisis terhadap arsitektur teknologi dimulai dari penjelasan mengenai
infrastruktur teknologi informasi pengelolaan jaringan saat ini. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, maka infrastruktur teknologi pengelolaan jaringan
dijelaskan sebagai berikut
1. Data Center
Data center PT AJN Solusindo digunakan untuk menyimpan perangkat jaringan
telekomunikasi dan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan. Sumber daya
listrik yang digunakan berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Uninteruptable Power Supply (UPS) dan generator set digunakan sebagai
cadangan sumber daya listrik jika terjadi gangguan pada PLN. UPS yang
terpasang dapat men-supply selama 6 jam tanpa pasokan listrik.
Pada aspek keamanan fisik, data center dilengkapi kunci elektronik dengan sensor
biometric sidik jari dan pass code. Selain itu, untuk mengawasi akses masuk dan
keluar dan aktivitas yang dilakukan, data center juga dilengkapi oleh sistem
Closed-circuit television (CCTV) yang bekerja selama 24 jam dalam sehari.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
114
2. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan terdiri dari server dan komputer desktop
b. Server
Server yang digunakan untuk pengelolaan jaringan saat ini terdiri dari
sebuah blade server HP BladeSystem c7000 Enclosure dan HP DL160
Gen6. Kedua server tersebut tersimpan di dua lokasi terpisah. HP
BladeSystem digunakan sebagai server utama, sedangkan server HP DL160
digunakan sebagai server cadangan.
c. Komputer Pengguna
Pengguna sistem pengelola jaringan menggunakan dua jenis komputer, yaitu
komputer desktop dan laptop. Komputer desktop yang digunakan berjumlah
24 unit, sementara laptop yang digunakan untuk mengakses sistem
pengelolaan jaringan berjumlah enam unit.
3. Perangkat Lunak
Sistem operasi berbasis Microsoft Windows digunakan pada komputer desktop
sedangkan sistem operasi berbasis Linux digunakan pada server pengelolaan
jaringan. Database yang digunakan pada pengelolaan jaringan adalah Postgre
SQL.
4. Jaringan
Jaringan sistem pengelolaan jaringan terbagi menjadi local area network (LAN)
dan
wide
area network
(WAN).
LAN
dan WAN digunakan untuk
menghubungkan server pengelolaan jaringan komputer pengguna dan network
element. Perangkat jaringan yang digunakan adalah manageable switch,
unmanaged switch, wifi, router, dan jaringan satelit.
Pengelolaan network element dilakukan melalui jaringan in band dan out band.
Pada pegelolaan jaringan dengan konfigurasi in band, paket dari server
pengelolaan jaringan melalui jaringan yang sama dengan traffic pelanggan,
sedangkan out band menggunakan jaringan yang berbeda dengan traffic
pelanggan. Konfigirasi out band digunakan untuk mengelola jaringan VSAT point
to point, sedangkan konfigurasi in band digunakan untuk mengelola jaringan
berbasis IP, baik jaringan satelit maupun terrestrial.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
115
Server pengelolaan jaringan diakses oleh pengguna yang berada di empat lokasi,
yaitu NOC Makassar, NOC Jakarta 1, NOC Jakarta 2 dan kantor pusat. Topologi
logis pengelolaan jaringan digambarkan untuk melihat posisi sistem pengelolaan
jaringan, pengguna, dan network element. Topologi logis dapat dilihat pada
Gambar 5.16.
Pengguna
NOC Jakarta 2
NOC Jakarta 1
Engineer HQ
NOC Makassar
Media Komunikasi Data
Internet
L3VPN
Pihak-3
AJN NET
GW
GW
GW Router
LAN
Server Pengelolaan Jaringan
OSS
Pro NMS Main ProNMS Backup
iMonitor
NMS Shiron
The Dude Server
IP Based
VSAT 3
VSAT 2
CACTI
Metro Ethernet
VSAT 1
Network Eelement
Gambar 5.16 Topologi Logis Pengelolaan Jaringan
Pada topologi logis yang ditunjukan gambar 5.16, kita dapat melihat terdapat
empat bagian pada pengelolaan jaringan, yaitu pengguna, jaringan, server, dan
network element. Jakarta NOC 1 menggunakan jaringan lokal untuk mengakses
seluruh server pengelolaan jaringan. NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar media
komunikasi yang digunakan untuk mengakses server pengelolaan jaringan adalah
jaringan layer 3 virtual private network (L3VPN) milik pihak ketiga. Engineer di
kantor pusat menggunakan jaringan internet untuk mengakses server pengelolaan
jaringan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
116
Selanjutnya topologi infrastruktur akan digambarkan lebih detail pada
communication engineering diagram.
INTERNET
Fiber Optic Cable
UTP Cable
DATA CENTER
KANTOR PUSAT
WIFI Switch
VLAN 36
Switch Distribusi
Mode Trunk
Mode Trunk
Router GW
117.103.x.x /29
OLT Gpon
RUANG KERJA OPERASIONAL
LT. 2
ONU 1
Gpon
Splitter
ONU 2
WIFI
Access Point
Blok IP : 10.121.2.0/24
Gambar 5.17 Topologi Jaringan Lokal Kantor Pusat
Topologi jaringan pada kantor pusat menggunakan GPON sebagai media jaringan
antar lantai. Sebuha splitter ditempatkan di tiap lantai sebagai multiplexer yang
akan membawa data dari semua pengguna ke aggregator OLT GPON, kemudian
diteruskan ke router gateway. Splitter yang digunakan untuk ruang kerja
operasional memiliki rasio 1:12, artinya satu link aggregate akan dibagi menjadi
12 akses ONU. Setiap ONU memiliki 4 port Gigabit Ethernet yang dapat
digunakan oleh pengguna, artinya kapasitas total untuk ruang kerja operasional
adalah 48 pengguna. Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pada sistem
GPON, ruang kerja juga dilengkapi oleh jaringan WIFI.
Topologi untuk network operation center (NOC) Jakarta 1 ditunjukan oleh
gambar 5.18.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
117
MONITORING ROOM
NOC 1
NOC 2
`
`
NOC 3
NOC 4
`
NOC 5
`
NOC 6
`
`
NOC 7
NOC 8
`
`
DATA CENTER
Router gateway NMS
117.103.x.x/28
Unmanaged
Switch
Router Gateway
117.103.x.x/28
VPN
NETWORK
Core Switch
CACTI
iMonitor
Pro NMS
117.103.x.x
OSS
192.168.30.12
117.103.x.x
Switch
Distribusi
VSAT HUB 1
Gambar 5.18 Topologi Jaringan Lokal NOC 1 Jakarta
NOC Jakarta 1 adalah tim pemonitoran jaringan utama. Jumlah komputer desktop
yang digunakan untuk melakukan pemonitoran ada delapan. Setiap komputer
terhubung ke jaringan dengan menggunakan kabel UTP dengan port Gigabit
Ethernet. Server ProNMS main, iMonitor, CACTI dan OSS berada satu lokasi
dengan NOC Jakarta 1, sedangkan ProNMS backup berada di lokasi Jakarta PoP
1. Kedua server tersebut memiliki dua alamat IP, yaitu alamat IP private yang
digunakan untuk kebutuhan akses dari jaringan lokal, dan alamat IP public untuk
kebutuhan akses dari internet. Aplikasi dan database berada dalam satu server
yang sama, baik itu ProNMS maupun OSS.
NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar saat ini masing-masing hanya dilengkapi oleh
sebuah komputer desktop dan akses internet. Kedua NOC tersebut berada di
lokasi pelanggan. Jaringan VPN pihak ketiga digunakan untuk menghubungkan
NOC dan network element, yang berada pada kedua lokasi tersebut ke sistem
pengelolaan jaringan di NOC Jakarta 1. Topologi untuk NOC Jakarta 2 dan
Makassar dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
118
L3VPN
Pihak-3
172.12.x.x/30
172.12.x.x/30
NOC Makassar
NOC Jakarta 2
`
ASN Baynetwork
ASN Baynetwork
HUB
`
HUB
10.146.250.0
10.146.250.0
Network element
Network element
Gambar 5.19 Topologi NOC Jakarta 2 dan NOC Makassar
Setelah melihat topologi infrastruktur pengelolaan di setiap lokasi, selanjutnya
topologi infrastruktur keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.20.
NOC Jakarta 1
NOC 1
NOC 3
NOC 2
`
`
NOC 4 NOC 5
`
`
NOC 6
`
NOC 7
`
NOC 8
`
`
Unmanaged
Switch
Router gateway NMS
117.103.x.x/28
Link Pihak-3
Router Gateway
117.103.x.x/28
UTP Cable
Fiber Optic
Core Switch
CACTI
iMonitor
Pro NMS
117.103.x.x
OSS
192.168.30.12
117.103.x.x
Logical Link
Switch
Distribusi
VSAT HUB 1
Switch
Distribusi
NOC Jakarta 2
IP BASED
NETWORK
`
L3VPN
Pihak-3
Internet
Pro NMS Backup
117.103.x.x
Network element
Kantor Pusat
NOC Makassar
Router GW
117.103.x.x /29
`
Gpon
Splitter
Network element
Network element
POP VSAT 3
Wifi
Network element
POP VSAT 2
Blok IP : 10.121.2.0/24
Gambar 5.20 Topologi Infrastruktur Keseluruhan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
119
Topologi infrastruktur TI gabungan ditunjukan oleh Gambar 5.19. NOC yang
dimiliki AJN bersifat terdistribusi di tiga lokasi yaitu kantor pusat, Jakarta NOC1,
dan Jakarta NOC 3 dengan konfigurasi tail link untuk setiap lokasi.
5.6.2
Identifikasi Kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi pada infrastruktur teknologi yang ada saat ini,
masalah infrastruktur teknologi yang teridentifikasi dijelaskan pada tabel 5.19.
Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi
ID
Penjelasan
Masalah
MS1
Sistem keamanan untuk melindungi server terhadap serangan dari luar tidak
tersedia, hal ini menyebabkan server rentan terhadap ancaman.
MS2
Semua server diletakan di satu lokasi yaitu data center Jakarta NOC 1, jika
terjadi gangguan yang menyebabkan data center Jakarta NOC 1 tidak
beroperasi, maka semua server pengelolaan jarigan tidak dapat diakses.
MS3
Jaringan pengelolaan untuk VSAT Hub Jakarta PoP VSAT 2 dan PoP VSAT
3 menggunakan konfigurasi in band dan bersifat tail link, hal ini
menyebabkan NOC tidak dapat mengetahui secara cepat penyebab gangguan
jika kedua PoP tersebut tidak dapat diakses.
MS4
NOC Jakarta 2, NOC Makassar, dan Kantor pusat bersifat tail link, sehingga
jika terjadi gangguan pada jaringan WAN, proses pengelolaan pada lokasilokasi tersebut menjadi terganggu.
MS5
Server ProNMS main dan Pro NMS backup memiliki database masingmasing, akan tetapi tidak ada mekanisme sinkronisasi data dan aplikasi.
Perubahan yang terjadi di ProNMS main tidak secara otomatis diterapkan
pada ProNMS backup, hal ini menyebabkan content dari kedua server
tersebut menjadi tidak konsisten.
MS6
Masih ada komputer pengguna yang menggunakan sistem operasi Windows
XP.
MS7
CACTI dan iMonitor tidak memiliki server backup, sehinga jika terjadi
gangguan pada server proses pengelolaan jaringan menjadi terganggu.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
120
Tabel 5.19 Masalah Infrastruktur Teknologi (Lanjutan)
ID
Penjelasan
Masalah
MS8
Tidak
ada
standar
teknis
yang
digunakan
sebagai
dasar
dalam
mengembangkan infrastruktur teknoloi pengelolaan jaringan.
MS9
Hub masih digunakan di NOC Makassar dan Jakarta NOC 2.
5.6.3
Usulan Arsitektur Teknologi
Pada bagian ini akan dijelaskan usulan arsitektur teknologi berdasarkan
identifikasi kebutuhan pada bagian sebelumnya. Kegiatan perancangan arsitektur
teknologi meliputi penyusunan katalog standar teknis, perancangan topologi
infrastruktur TI, dan pemetaan layanan dan teknologi.
1.
Katalog Standar Teknis
Katalog standar teknis merupakan standar teknologi yang akan digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi pengelolaan jaringan. Penyusunan katalog
standar teknis didasarkan pada prinsip arsitektur yang telah ditetapkan. Katalog
standar teknis dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis
Solusi
Kebutuhan
Komputer
PC
Desktop
Pengguna
dengan
Alasan Pemilihan
/
sistem
laptop Mayoritas pengguna sudah terbiasa
operasi
berbasis Windows
menggunakan
sistem
operasi
Windows. Pemilihan sistem operasi
ini didasarkan pada prinsip mudah
untuk digunakan.
Server
Server aplikasi dengan
Ubuntu dipilih karena merupakan
sistem operasi Ubuntu
sistem operasi open source. Selain
itu server yang telah ada sudah
menggunakan
sistem
operasi
Ubuntu, hal ini sesuai dengan prinsip
mudah
untuk
digunakan
dan
interoperabilitas.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
121
Tabel 5.20 Katalog Standar Teknis (Lanjutan)
Solusi
Kebutuhan
Jaringan Lokal
Jaringan
Alasan Pemilihan
lokal
berbasis Ethernet
Ethernet adalah teknologi yang umum
digunakan. Ethernet dipilih selain karena
pengguna yang sudah terbiasa, perangkat
yang mendukung juga tersedia banyak di
pasaran. Hal ini sesuai dengan prinsip
interoperabilitas.
Data base
PostgreSQL
PostgreSQL adalah
data base open
source. postgreSQL merupakan platform
terbuka dan tidak bergantung pada merek
tertentu hal ini sesuai dengan prinsip
independen terhadap platform teknologi.
Web Server
Apache dan PHP
Apache dan PHP merupakan teknologi
open source dengan komunitas pengguna
yang
banyak.
Apache
merupakan
platform yang tidak bergantung pada
brand atau produsen tertentu, hal ini
sesusi
dengan
proses
independen
teknologi
Pengembangan
Bahasa
aplikasi
Pemrograman
dan Java
Aplikasi yang dikembangkan berbasis
PHP Web. PHP tidak bergantung pada brand
tertentu, hal ini sesuai dengan prinsip
kebebasan teknologi.
Java dipilih karena bahasa pemograman
ini sudah diimplementasikan sebelumnya,
sehingga
sesuai
dengan
prinsip
interoperabilitas.
Network
SNMP
SNMP dipilih karena semua network
Management
element yang digunakan AJN saat ini
Protocol
sudah mendukung protokol tersebut. Hal
ini
sesuai
dengan
prinsip
interoperabilitas.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
122
2. Topologi infrastruktur TI
Topologi infrastruktur TI disusun berdasarkan identifikasi kebutuhan pada
arsitektur teknologi yang ada saat ini. Selain itu, topologi infrastruktur juga
dirancang berdasarkan kebutuhan aplikasi dan masalah infrastruktur yang telah
diidentifikasi sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, arsitektur teknologi yang dirancang
didasarkan pada service oriented architecture (SOA). Berdasarkan Josuttis
(2007) SOA bertujuan untuk menciptakan interoperabilitas yang tinggi sehingga
aplikasi-aplikasi yang digunakan dapat berkomunikasi dengan mudah.
Implementasi SOA diterapkan dengan menggunakan middleware. Middleware
dipilih karena ukuran infrastruktur pengelolaan jaringan yang masih kecil.
Arsitektur teknologi yang diusulkan berdasarkan konsep SOA dapat dilihat pada
Gambar 5.21.
Pengguna
NOC Jakarta 2
NOC Jakarta 1
Engineer HQ
NOC Makassar
Server Pengelolaan Jaringan
Middleware
Operation
Dashboard
New ProNMS New ProNMS
Delivery
Main
Backup
Management
Logistic
iMonitor NMS Shiron
CACTI
Network Eelement
IP Based
VSAT 3
VSAT 2
VSAT 1
Metro Ethernet
Gambar 5.21 Arsitektur Topologi Usulan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
123
Berdasarkan gambar 5.20 middleware akan melayani kebutuhan data performansi
layanan, performansi jaringan, dan kapasitas untuk server data mining. Server
data mining secara periodik akan mengambil dari sistem delivery management,
NewProNMS, dan Logistic. Operation dashboard akan mengambil data dari
server data mining, hal ini membuat proses pengambilan data tidak akan
mengganggu sistem lainnya.
Middleware diharapkan memiliki layanan untuk dapat:
1) Melayani permintaan data performansi jaringan secara real time.
2) Melayani permintaan data kapasitas produksi secara real time.
3) Melayani permintaan data performansi layanan secara real time.
Middleware akan bertindak sebagai web service yang akan diakses oleh aplikasi
Operation Dashboard, NewProNMS, Logistic, dan Delivery Management. Tujuan
utama dari digunakannya middleware adalah untuk membuat arsitektur lebih
mudah dikembangkan jika terdapat penambahan atau pengurangan teknologi. Hal
ini dilakukan dengan cara menjadikan beberapa fungsi yang memiliki kesamaan
dalam menampilkan tren performansi jaringan, performansi layanan, dan
kapasitas menjadi shared services.
Selanjutnya, untuk mengatasi masalah pada infrastruktur awal yang diidentifikasi
maka diusulkan perbaikan pada topologi jaringan. Usulan topologi jaringan untuk
kantor pusat tidak jauh berbeda dengan topologi awal. Pada topologi usulan, ada
penambahan jaringan backup dengan menggunakan jaringan L3VPN pihak ketiga.
Penyedia jasa jaringan L3VPN yang digunakan harus berbeda dengan penyedia
jasa internet saat ini, hal ini akan membuat ketersediaan jaringan menjadi lebih
tinggi. Penambahan jaringan backup pada kantor pusat menjawab masalah MS4.
Usulan topologi kantor pusat dapat dilihat pada Gambar 5.22.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
124
INTERNET
L3VPN Pihak-3
Fiber Optic Cable
UTP Cable
DATA CENTER
KANTOR PUSAT
WIFI Switch
VLAN 36
Switch Distribusi
Mode Trunk
Mode Trunk
Router GW
117.103.x.x /29
OLT Gpon
RUANG KERJA OPERASIONAL
LT. 2
Gpon
Splitter
ONU 1
ONU 2
WIFI
Access Point
Blok IP : 10.121.2.0/24
Gambar 5.22 Usulan Topologi Kantor Pusat
Perubahan yang diusulkan pada Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar adalah
penggantian perangkat Hub dengan unmanaged switch. Hub diganti karena
sifatnya yang half duplex dan semua port berada dalam single collision domain,
kondisi ini dapat menyebabkan komunikasi menjadi lambat. Perubahan lainnya
adalah penambahan jaringan backup untuk meningkatkan availability sistem
pengelolaan. Penggantian hub oleh unmanaged switch dilakukan untuk mengatasi
masalah MS9, sedangkan pemasangan jaringan backup dilakukan untuk
menjawab masalah MS4. Usulan untuk jaringan Jakarta NOC 2 dan NOC
Makassar, usulan topologi dapat dilihat pada Gambar 5.23.
L3VPN
Pihak-3
172.12.x.x/30
Jaringan backup
172.12.x.x/30
NOC Makassar
NOC Jakarta 2
`
ASN Baynetwork
ASN Baynetwork
`
10.146.250.0
10.146.250.0
Network element
Network element
Gambar 5.23 Usulan Topologi Jakarta NOC 2 dan NOC Makassar
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
125
Selanjutnya adalah usulan pemasangan firewall di data center Jakarta NOC 1. Hal
ini akan menjaga server dari serangan yang dapat menggangu kelangsungan
bisnis. Topologi usulan untuk lokasi Jakarta NOC 1 dapat dilihat pada Gambar
5.24.
MONITORING ROOM
NOC 1
NOC 2
`
`
NOC 3
`
NOC 4
NOC 5
`
NOC 6
`
NOC 7
NOC 8
`
`
`
DATA CENTER
Router gateway NMS
117.103.x.x/28
Unmanaged
Switch
Router Gateway
117.103.x.x/28
VPN
NETWORK
Core Switch
CACTI
iMonitor
DM
NewProNMS
Dashboard
Switch
Distribusi
VSAT HUB 1
Gambar 5.24 Topologi Jakarta NOC 1
Pada Gambar 5.24 dapat dilihat bahwa semua server dilindungi oleh sebuah
firewall. Firewall akan melindungi semua server dengan menerapkan intrusion
prevention system (IPS) dan intrusion detection system (IDS). Pemasangan
firewall dilakukan untuk mengatasi masalah MS1.
Topologi gabungan yang diusulkan digambarkan dengan diagam communication
engineering yang ditunjukan oleh gambar 5.25
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
126
Link Pihak-3
NOC Jakarta 1
UTP Cable
NOC 1
NOC 3
NOC 2
`
`
NOC 4 NOC 5
NOC 6
NOC 7
Fiber Optic
NOC 8
Logical Link
`
`
`
`
`
`
Backup Link
Unmanaged
Switch
Router Gateway
117.103.x.x/28
JAKART POP 4
Core Switch
Server Farm
Switch
Distribusi
Switch
Distribusi
VSAT HUB 1
NOC Jakarta 2
IP BASED
NETWORK
L3VPN
`
Backup
Internet
Backup Server Farm
Network element
Kantor Pusat
NOC Makassar
Router GW
117.103.x.x /29
`
Gpon
Splitter
Network element
POP VSAT 3
Wifi
Network element
POP VSAT 2
Blok IP : 10.121.2.0/24
Gambar 5.25 Topologi Gabungan Usulan
Pada topologi gabungan dapat dilihat adanya penambahan jaringan backup pada
PoP VSAT 2, PoP VSAT 3 dan kantor pusat. Penambahan jaringan backup
dilakukan sebagai antisipasi jika terjadi pada jaringan utama, dan merupakan
perbaikan untuk mengatasi masalah MS3 dan MS4.
Usulan selanjutnya adalah penambahan server backup yang ditempatkan di
Jakarta PoP 4. Usulan ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan
pada data center utama di Jakarta NOC 1.
Jakarta PoP 4 dipilih karena PoP tersebut memiliki fasilitas terbaik dibanding PoP
lainnya. Penambahan server backup ini dilakukan untuk menjawab masalah MS2
dan MS7.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
127
Seluruh usulan arsitektur teknologi dapat meningkatkan kualitas pengelolaan
jaringan sehingga memiliki kemempuan untuk meningkatkan performansi layanan
dengan cara:
1. Menjaga keamanan jaringan dengan melakukan penambahan firewall.
2. Meningkatkan kehandalan sistem pemonitoran dan pengontrolan jaringan
dengan pemasangan jaringan dan server backup.
5.7
Fase Opportunities and Solution
Setelah mendapatkan arstitektur rancangan infrastruktur TI pengelolaan jaringan
yang dibutuhkan, selanjutnya akan dilakukan analisis kesenjangan antara kondisi
infrastruktur yang ada dan infrastruktur yang diusulkan. Analisis dilakukan untuk
menentukan mana saja yang akan ditambah (add), dihapuskan (erase), diganti
(replace), dipertahankan (retain), dan ditingkatkan (upgrade)
5.7.1
Analisis Kesenjangan Aplikasi
Pada bagian ini akan dilakukan analisis kesenjangan antara aplikasi yang ada saat
ini dengan aplikasi yang diusulkan bagi pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo.
Analisis kesenjangan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.21
Tabel 5.21 Analisis Kesenjangan Aplikasi
ANALISIS
GAP
iMonitor
erase
CACTI
Retain
NMS Shiron
Retain
OSS
Erase
ProNMS
5.7.2
OSS
Retain
The Dude
Tidak ada
NMS Shiron
CACTI
Operation
Dashboard
ProNMS
Logistic
Delivery
Management
The Dude
iMonitor
Aplikasi Saat
Ini
Aplikasi Dibutuhkan
upgrade
Add
Add
Add
Analisis Kesenjangan Teknologi
Pada bagian ini akan dilakukan analisis kesenjangan infrastruktur teknologi yang
ada saat ini dan infrastruktur teknologi yang dibutuhkan. Analisis kesenjangan
infrastruktur teknologi dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
128
Tabel 5.22 Analisis Kesenjangan Teknologi
ANALISIS GAP
Firewall
Backup Link
Data
Server
Base
PC
Unmanaged
Switch
LAN
Server
Backup
Server Aplikasi
WLAN
Saat
Server
Aplikasi
Teknologi
ini
Teknologi Dibutuhkan
add
add
add
add
Upgrade
LAN
Retain
WLAN
Retain
HUB
Replace
PC
Retain
Tidak ada
Berdasarkan tabel analisis kesenjangan tersebut terdapat penambahan baru berupa
server backup, server data base, firewall, dan backup link. Selain itu ada satu
perangkat yang digantikan yaitu hub. Penjelasan dari masing-masing hasil analisis
kesenjangan adalah sebagai berikut:
1) Hub
Hub adalah perangkat yang akan digantikan oleh unmanaged switch.
Unmanaged Switch dipilih karena pada lokasi yang masih menggunakan
hub saat ini tidak diperlukan adanya segmentasi broadcast domain dalam
bentuk VLAN. Selain itu, unmanaged switch yang dipilih sudah memiliki
fitur satu port satu collision domain. Pertimbangan tersebut membuat
umanaged switch adalah solusi paling optimal.
2) Server Database
Pada kondisi awal aplikasi dan database berada pada satu server, hal ini
menyebabkan adanya single point of failure, jika terjadi kerusakan pada
server maka aplikasi dan database akan terganggu. Pemisahan server
aplikasi dan server database dilakukan agar ketika terjadi kerusakan pada
aplikasi, perbaikan yang dilakukan tidak menyebabkan data terganggu.
3) Server Backup
Server backup diadakan untuk menjamin kelangsungan bisnis jika terjadi
gangguan pada lokasi tempat server utama disimpan. Konfigurasi yang
dibutuhkan adalah untuk masing-masing server backup adalah:
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
129
ï‚· Hot backup, jika aplikasi yang disimpan adalah aplikasi yang berada
pada kuadran strategic dan key operational.
ï‚· Cold Backup untuk aplikasi yang berada pada kuadran support.
4) Backup Link
Backup link diperlukan untuk menjamin availability sistem pengelolaan
jaringan. Kelangsungan bisnis tidak akan terganggu jika terjadi gangguan
pada link utama. Backup link yang disediakan disewa dari penyedia jaringan
yang berbeda dengan link utama, hal ini dilakukan agar faktor penyedia
jaringan tidak menjadi single point of failure.
5) Server Aplikasi
Server aplikasi yang ada saat ini tidak tidak memiliki hardisk backup,
sehingga rentan terhadap gangguan. Konfigurasi Raid 1 (mirroring) dipilih
agar ketika terjadi kerusakan pada salah satu harddisk, harddisk backup
akan mengambil alih secara cepat.
6) Firewall
Aplikasi-aplikasi yang bersifat strategis perlu dilindungi dari berbagai
ancaman keamanan. Oleh karena itu perlu ditambahkan perangkat
keamanan berupa firewall yang mampu melakukan pendeteksian dan
pencegahan terhadap ancaman, sehingga risiko yang dihadapi karena adanya
ancaman keamanan dapat dikurangi.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
BAB 6
6
PENUTUP
Pada bagian ini akan disampaikan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
yang telah dilakukan.
Saran-saran juga disampaikan penulis terkait dengan
penelitian yang telah dilakukan.
6.1
Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang infrastruktur TI sistem
pengelolaan jaringan PT AJN Solusindo yang dapat membantu meningkatkan
performansi layanan. Setelah melakukan penelitian, penulis telah menghasilkan
rancangan infrastruktur TI sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Rancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan ini dapat meningkatkan
performansi layanan karena dapat:
1) Mengontrol elemen jaringan.
2) Mengurangi waktu gangguan (downtime).
3) Memprediksi performansi jaringan.
4) Meningkatkan keamanan jaringan.
5) Mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan dalam rangka pencarian
penyebab terjadinya gangguan (troubleshooting).
6) Melakukan pemonitoran jaringan.
7) Menyediakan pelaporan secara cepat dan akurat.
Perancangan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan secara lebih detail dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pada
tahap
preliminary
ditetapkan
configuration
management,
management,
dan
security
FCAPS
accounting
(fault
management,
management,
performance
management)
sebagai
fungsi-fungsi
pengelolaan jaringan yang akan digunakan. Pada tahap ini juga berhasil
disusun 10 prinsip-prinsip arsitektur yang akan mendasari tahapan
perancangan
arsitektur
selanjutnya.
Stakeholder,
concern,
dan
requirements juga berhasil diidentifikasi pada tahapan ini.
130
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
131
2) Pada tahap visi arsitektur fungsi-fungsi pengelolan jaringan FCAPS,
concern, dan requirements menjadi dasar dari penyusunan visi arsitektur
sistem pengelolaan jaringan. Visi arstektur disusun sebagai arah dalam
pengembangan sistem pengelelolaan jaringan yang dapat mengakomodir
kebutuhan enam stakeholder. Keenam stakeholder tersebut adalah COO,
Direktur Operation, tim Planning and Engineering, tim Service and
Quality Management, tim Implementation, dan tim Network Management
Services. Visi arsitektur digambarkan dalam sebuah rich picture pada
Gambar 5.1. Visi arsitektur yang dirancang dapat meningkatkan
performansi layanan dengan menerapkan:
a) Fault management untuk mengurangi downtime, dan mengurangi
waktu pengecekan gangguan.
b) Configuration management untuk mengontrol parameter network
element dan membantu dalam melakukan pemonitoran jaringan.
c) Performance
management
dapat
membuat
perusahaan
dapat
memprediksi performansi layanan. Hal ini menyebabkan tindakan
preventive maintenance dapat segera dilakukan sebelum terjadi
gangguan.
d) Security management membuat jaringan menjadi lebih aman, sehingga
terhindar dari ancaman yang dapat mengganggu performansi.
e) Utilized resource dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas, hal
ini akan mencegah terjadinya gangguan yang disebabkan karena
jaringan yang over load.
3) Pada tahap arsitektur bisnis berhasil disusun sebuah business footprint
yang menggambarkan sasaran bisnis, unit-unit dalam organisasi, dan
fungsi-fungsi bisnis. Fungsi bisnis disusun berdasarkan fungsi-fungsi
pengelolaan jaringan FCAPS.
Pada tahap ini disampaikan usulan perbaikan bagi proses bisnis yang
didasarkan pada kesenjangan antara proses bisnis yang diharapkan dan
proses bisnis yang sedang berjalan. Prinsip-prinsip redesign proses bisnis
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
132
yang digunakan adalah vitrify, digitize and propagate, loose wait, dan
analyze and synthesize.
Fungsi bisnis yang diusulkan pada business footprint dapat meningkatkan
kualitas pengelolaan jaringan, sehingga mampu membantu meningkatkan
performansi layanan dengan cara:
ï‚·
Membantu melakukan kontrol terhadap jaringan, menjaga kehandalan
jaringan, menyediakan pelaporan proses implementasi.
ï‚·
Membuat utilisasi jaringan dapat diprediksi, sehingga gangguan yang
disebabkan karena over load dapat dicegah.
ï‚·
Meningkatkan performansi layanan dengan cara mengurangi downtime
dan mengurangi waktu untuk melakukan pengecekan gangguan.
ï‚·
Meningkatkan performansi
layanan dengan cara
meningkatkan
keamanan jaringan.
ï‚·
Meningkatkan performansi layanan dengan cara mengetahui dan
memprediksi performansi jaringan, sehingga dengan mengetahui lebih
dini, penurunan performansi dapat segera diperbaiki sebelum jaringan
terganggu.
ï‚·
Meningkatkan akurasi dan kecepatan akses data, sehingga dapat
membantu proses pelaporan.
4) Pada tahap arsitektur sistem informasi berhasil diidentifikasi portofolio
aplikasi usulan untuk memenuhi kebutuhan sistem pengelolaan jaringan.
Portofolio aplikasi usulan didasarkan pada hasil analisis kesenjangan
terhadap aplikasi yang dibutuhkan dan aplikasi yang sudah ada saat ini.
Pada tahap ini ada 3 aplikasi yang diusulkan untuk dipertahankan, yaitu
iMonitor, CACTI, dan NMS Shiron. Selain itu, pada tahap ini juga
diusulkan untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi ProNMS yang
mencakup fungsionalitas OSS dan The Dude. Selanjutnya pada tahap ini
ada 2 aplikasi yang dihapus yaitu OSS dan The Dude, dan 3 aplikasi baru
yang harus dikembangkan, yaitu aplikasi Logistic, Delivery Management,
dan Opration Dashboard.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
133
Aplikasi Logistic dan Delivery Management akan dapat membantu
meningkatkan
performansi
layanan
dengan
cara
memprediksi
pertumbuhan kapasitas, hal ini membuat gangguan karena over load dapat
dicegah. NewProNMS dapat membantu meningkatkan performansi
layanan dengan cara meningkatkan kecepatan penanganan gangguan. Hal
ini menyebabkan proses pengecekan masalah lebih cepat dan waktu
downtime bisa dikurangi. Operation Dashboard dapat membantu proses
pemonitoran layanan menjadi lebih proaktif. Kemampuan memprediksi
performansi membuat antisipasi terhadap performansi yang turun dapat
segera dilakukan.
5) Pada tahap arsitektur teknologi berhasil disusun arsitektur teknologi baru
untuk memenuhi kebutuhan sistem pengelolaan jaringan yang diharapkan.
Perancangan arsitektur teknologi baru didasarkan pada hasil analisis
terhadap kesenjangan antara arsitektur teknologi yang diharapkan dan
arsitektur teknologi yang sudah ada saat ini. Pada tahap ini berhasil
disusun katalog standar teknis yang akan mendasari pengembangan
infrastruktur teknologi informasi sistem pengelolaan jaringan. Selain itu
pada tahap ini juga disusun topologi logis dan fisik dari topologi
infrastruktur teknologi sistem pengelolaan jaringan bagi seluruh pengguna
di berbagai lokasi kerja.
Arsitektur teknologi yang diusulkan dapat meningkatkan performansi
layanan dengan cara meningkatkan kehandalan sistem pemonitoran dan
pengontrolan elemen jaringan, dan meningkatkan keamanan jaringan.
6.2
Saran
Penelitian ini memberikan saran bagi PT AJN Solusindo yang merupakan tempat
studi kasus penelitian dan saran bagi penelitian sejenis.
1. Saran bagi PT AJN Solusindo
a) Mengimplementasikan infrastruktur TI sistem pengelolaan jaringan yang
sudah dirancang. Hal ini perlu dilakukan untuk agar sistem pengelolaan
jaringan dapat membantu meningkatkan performansi layanan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
134
b) Membentuk satuan kerja khusus yang melibatkan seluruh stakeholder,
yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengimplementasikan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar proses
implementasi dapat dilakukan lebih fokus dan menumbuhkan rasa
memiliki terhadap sistem yang dibangun.
2. Saran bagi penelitian sejenis
a) Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sampai fase terakhir dari
ADM Process.
b) Melakukan penelitian perancangan infrastruktur TI yang berhubungan
dengan perancangan sistem pengelolaan jaringan dengan menggunakan
kerangka kerja arsitektur lain. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembanding
terhadap hasil rancangan yang sudah dibuat.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Clemm, A. (2007). Network Management Fundamental. Indianapolis: Cisco Press
El Sawi, Omar, A. Redisigning Enterprise Process For E-Business. Southern
California: McGraw-Hill
Eritasari, Indah. (2002). Perencanaan Infrastruktur Jaringan Komputer PT
Telkom Divre 2. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer, Magister
Teknologi Informasi
Goyal, P. (2009). FCAPS in the Business Services Fabric Model. Infrastructures
for Collaborative Enterprises.
Greefhorst, D., & Proper, H.A. (2011). A Practical Approach to the Formulation
and Use of A Architecture Principles. 2011 15th IEEE International Enterprise
Distributed Object Computing Conference Workshops, (pp. 330-339).
Josuttis, N. M. (2007). SOA in Practice : The Art of Distributed System Design.
O'Reilly Media, Inc.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2013). Management Information System, 12th
Edition. London: Pearson.
M.3400 TMN Management Function (2000). International Telecommunications
Union.
Myers, M. D., & Avison, D. (2002). Qualitative Research in Information System.
London: SAGE Publications.
Narang & Mittal, N., & Mittal, R. (2000). Network Management For Next
Generation Networks. Cochin.
Nuangjamnong, C., & Maj, P. S., & Veal, D. (2008). The OSI Network Management
Model – Capacity And Performance Management. International Conference on
Management Of Innovation and Technology, (pp. 1266 - 1270).
135
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
136
PT ABC. (2014). Introduction to Data Communications. Diakses pada 4 Juni
2014. http://www.abc.net/en-us/productsandservices/internet.aspx.
PT ABC. (2014). Introduction to Lintasarta Internet. Diakses pada 4 Juni 2014.
http://www.abc.net/en-us/productsandservices/datacommunications.aspx.
PT ABC. (2014). Introduction to Value Added Services (VAS). Diakses pada 4
Juni 2014. http://www.abc.net/en-us/productsandservices/valueaddedservice.aspx.
PT AJN Solusindo. (2014). Annual Report 2013. Jakarta:Direktorat Operation.
PT AJN Solusindo. (2014). Laporan Trouble Ticket Management OSS 2013.
Jakarta:Direktorat Operation.
PT AJN Solusindo. (2013). Struktur Organisasi Perusahaan. Jakarta: HRD.
Purwadi, Hari. (2014). Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Yang
Adaptive, Studi Kasus Kementrian Kominfo. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu
Komputer, Magister Teknologi Informasi.
Purwanto. (2014). Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) Untuk
Layanan Pemonitoran Stok Barang. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu
Komputer, Magister Teknologi Informasi.
Robertson, B., & Sribar, V. (2001). The Adaptive Enterprise. Hillsboro: Intel
Press.
Rohman, S. (2013) Hermeneutik Panduan Ke Arah Desain Penelitian Dan Analisis.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Rouhani, D. B., & Mahrin, N.M., & Nikpay, F., & Nikfard, P. (2013). A Comparison
Enterprise Architecture Implementation Methodologies. International Conference on
Informatics and Crative Multimedia.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Method for Business, 5th Edition.
United Kingdom: Wiley.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
137
Sessions, R. (2007). A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture
Methodologies. ObjectWatch, Inc.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Jogjakarta:
Alfabeta.
The Open Group. (2011). TOGAF Version 9.1. The Open Group.
Wahyuni, S. (2012). Qualitative Research Method : Theory and Practice. Jakarta:
Salemba Empat.
Ward, J., & Peppard, J. (2002), Strategic Planning for Information System,3rd
edition, West Sussex – England :Jhon Wiley & Sons, Ltd.
White, M. C. (2011). Data Communication and Computer Networks A User’s
Business Approach, 6th Edition. Boston-Massachusetts: Course Technology.
Wibisono, Dermawan. (2012). How To Create A World Class Company. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Zhao, L., & Yao, K. (2010). The Use of ADM for SOA Design. International
Conference on Educational and Information Technology, (pp. 302 - 306).
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 1
Transkrip Wawancara Awal
Media: Surat Elektronik
P: Penulis
N: Nara Sumber – Manager Network Operation Support PT. ABC
Waktu : 12-20 Maret 2014
P: Reference model apa yang digunakan dalam sistem pengelolaan jaringan di
perusahaan tempat bapak bekerja?, mohon penjelasan kenapa model
tersebut dipilih.
N: Referensi yang dijadikan acuan adalah FCAPS, dengan fokus utama lebih
kearah pengelolaan jaringan (sisi network operations-nya, bukan ke arah
bisnis).
Menggunakan
FCAPS
karena
pendekatannya
lebih
kearah
kondisi/operasional network/sudut pandang network yang secara langsung
maupun tidak langsung akan berdampak ke pelanggan, selain itu krn best
practice-nya sudah cukup banyak.
P: Masalah apa yang ingin dipecahkan dengan reference model tersebut?
N: Masalah yang ingin dipecahkan dengan model tersebut adalah penerapan
pembagian area dalam jaringan sehingga masing-masing area bisa fokus
pada permasalahan, kekurangan, kebutuhan dan improvement-nya.
Misalnya adalah terkait dengan Fault Management, maka diharapkan area
ini bisa fokus pada identifikasi permasalahan di jaringan, proses dan
prosedur trouble handling, alert system dan improvement dalam bentuk
evaluasi
dan
peningkatan
kualitas
jaringan
dimasa
mendatang.
Area Configuration Management fokus pada permasalahan pengelolaan
konfigurasi , audit , standarisasi, dan improvement disisi node dan topologi
jaringan.
Area
Accounting
Management
lebih
fokus
pada
memecahkan
permasalahan utilisasi per user dan tracing network, tetapi tidak digunakan
untuk memecahkan permasalahan mengenai billing.
138
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
139
Area Performance Management digunakan untuk kebutuhan akan
monitoring kapasitas dari jaringan dan menjaga SLA layanan ke pelanggan
dalam kaitannya dengan parameter-parameter yang ada di jaringan,
Performance management ini diimplementasikan dalam tools monitoring
jaringan.
Area Security Management, digunakan untuk memastikan bahwa jaringan
aman terhadap akses yang tidak berhak, pembagian hak akses sesuai
kebutuhan dan level aksesnya serta memungkinkan untuk audit terhadap
akses ke jaringan oleh user.
P: Selain memecahkan masalah yang ada, apa lagi yang diharapkan dalam
mengimplementasikan reference model tersebut?
N: Reference model juga diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap
kondisi network secara keseluruhan dalam bentuk yang terukur,
memudahkan pengelolaan network untuk menghindarkan celah yang belum
termonitor, memberikan acuan untuk peningkatan kualitas dalam jaringan
serta sebagai feedback yang langsung dari upaya improvement yang sudah
dilakukan.
P: Bagaimana proses implementasi yang dilakukan, sampai reference model
tersebut diimplementasikan dengan lengkap?
N: Impementasi dilakukan bertahap berdasarkan tingkat kepentingannya dan
fokus pada aspek atau goal tertentu dari masing-masing area, dan dari
model yang ada diterjemahkan ke dalam sistem yang bisa terus menerus
memberikan gambaran mengenai jaringan per Area management-nya,
Berdasarkan tingkat kepentingan dan level kebutuhannya, implementasi
sistem dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
a) Melakukan
identifikasi
jaringan
untuk
mengetahui
protocol
management apa yang cocok untuk diterapkan.
b) Penerapan fault management dalam bentuk tools dan sistem untuk
mengetahui fault di jaringan dan sistem yang akan meng-handle
troubleshooting-nya.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
140
c) Implementasi
Performance
Management,
sebagai
tools
untuk
memonitor kondisi network secara keseluruhan dan mengetahui jika ada
penurunan performansi.
d) Implementasi Configuration management dengan fokus utama untuk
menyimpan konfigurasi di jaringan,
e) Implementasi security management untuk memastikan otorisasi dan
authentikasi akses ke jaringan.
f) Implementasi Accounting Management sebagai log terhadap lalu lintas
dan event di jaringan.
P: Pada jawaban point 4 urutan implementasi dikatakan "Berdasarkan tingkat
kepentingan dan level kebutuhannya", apaka ini berarti ini urutan
berdasarkan prioritas?
N: Betul urutannya berdasarkan prioritas mana yang harus didulukan karena
lebih penting.
P: Pada jawaban point 3: memberikan acuan untuk peningkatan kualitas
dalam jaringan, dari FCAPS, fungsi mana yang paling signifikan
meningkatkan kualitas jaringan?
N: Fungsi Fault dan Performance management, karena terkait langsung
dengan jaringan dan customer, sehingga dengan memperhatikan area
tersebut maka kualitas jaringan dan layanan bisa lebih mudah diukur dan
ditingkatkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 2
Transkrip Wawancara
Media: Tatap muka
P: Penulis
N: Nara Sumber
N: Chief Executive Officer (COO) – Yandi Rinaldi
Waktu : 14 April 2014
P Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Interview ini dalam
rangka penyusunan karya akhir S2 saya. Penelitian yang dilakukan
adalah untuk menyusun sebuah arsitektur pengelolaan jaringan dengan
metodologi yang ilmiah.
Interview dilakukan diawali dari dari Top Management dengan tujuan
agar arsitektur yang dikembangkan benar-benar dapat memenuhi
kebutuhan bisnis perusahaan.
Pertanyaan pertama adalah apa value proposition yang ingin dicapai
AJN dan apa tujuan strategis yang ingin dicapai dalam tiga sampai lima
tahun ke depan?
N Kalau visi, misi, dan tujuan strategis organisasi pada dasarnya sama
dengan apa yang tertulis pada dokumen strategic plan perusahaan,
kamu bisa cek dokumen itu.
Strategi kita pada prinsipnya sama dengan perusahaan Telco pada
umumnya, kita tidak perlu reinventing the wheel, yang terpenting
adalah, kami ingin agar setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu
berangkat dari analisis fakta-fakta bukan berangkat dari persepsi
masing-masing pihak [PB1], itu yang pertama. Kemudian yang kedua
adalah eksekusi yang tepat [PB2]. Kita ingin setiap strategi yang
dicanangkan benar-benar dieksekusi, bukan hanya sekedar tentukan visi,
menyusun misi, kemudian menetapkan strategi, lalu berakhir sebagai
dokumen saja.
Yang ketiga adalah, kita harus mengoptimalkan resource kita miliki
141
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
142
[PB3]. Untuk memberikan layanan, kita tidak harus mengadakan
semuanya sendiri, kita optimalkan yang kita miliki, lalu kita jalin
strategic partnership dengan piha-pihak yang memiliki kompentesi di
bidang yang tidak kita miliki.
P Seperti yang Bapak sampaikan bahwa perusahaan ini harus bergerak
berdasarkan fakta, artinya kita harus memiliki data yang mencerminkan
fakta secara akurat Pak?
N Tentu saja, karena itu yang akan dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
P Wrong data, wrong information, wrong strategy ya Pak?
N Tepat sekali
P Apa yang menjadi faktor pendorong utama ter-realisasinya tujuan
strategis tersebut?
N Faktor pendorong utama terwujudnya strategi bisnis yang pertama
adalah pengenalan market. Kita harus tahu apa yang sebetulnya
dibutuhkan oleh pasar [PB4], kemudian kita siapkan layanan yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Pendekatannya adalah membantu
pelanggan mengenali apa yang sebetulnya mereka butuhkan, lalu kita
berikan solusi yang paling optimal. AJN kedepan harus mampu
melayani pelanggan yang ingin berkonsultasi untuk mengenali apa yang
mereka butuhkan.
Yang kedua adalah time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih
maju dari para pesaing [PB5]. Contoh yang sudah kita lakukan dengan
baik adalah layanan VSAT Maritime, pesaing kita baru tahun ini
meluncurkan layanan serupa, sedangkan kita sudah sejak beberapa
tahun lalu.
Yang ketiga adalah menjalin kemitraan dengan pabrikan teknologi. Kita
harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan
[PB6] lalu memberikan masukan kepada pabrikan teknologi baik itu
terkait kualitas maupun fitur. Contoh terbaik yang pernah kita lakukan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
143
adalah ujicoba VSAT KU-band di Bogor. Informasi mengenai hasil
ujicoba perangkat VSAT di daerah dengan perubahan cuaca yang begitu
ekstrim memberikan masukan berharga vendor teknologi untuk dapat
mengembangkan produk yang sesuai dengan kondisi geografis daerah
tropis seperti Indonesia.
Selanjutnya adalah planning. Setiap hal yang sifatnya strategis harus
direncanakan dengan baik. Kita membutuhkan data yang akurat, tapi
tentu saja juga dituntut memiliki kemampuan untuk menggunakan
data[CON1] tersebut untuk menentukan strategi. Dalam merencanakan
sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan pelaksanaan yang sesuai
dengan metodologi yang sudah ditetapkan[PB7].
Terakhir dan yang terpenting adalah faktor product development dan
lifecycle management. Dua hal ini akan menentukan layanan yang akan
diberikan kepada pelanggan di masa yang akan datang. Kedua hal ini
akan menentukan bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan
strategis. Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan
segmen pelanggan yang kita layani[PB8]. Karena pelanggan yang kita
layani adalah segment indstri, maka layanan kita, mulai dari produk
sampai teknologi yang kita gunakan harus bertaraf industri, bukan
setingkat home appliances.
P1 Untuk mencapai sasaran strategis perusahaan, apa yang diharapkan oleh
perusahaan dari direktorat Operation?
N2 Direktorat Operation adalah engine dari perusahaan ini, diharapkan
dapat menjaga performansi dari services kita ke pelanggan [PB9] dan
menjawab seluruh tantangan dalam menjaga performansi layanan.
Harapan selanjutnya adalah direktorat Operation dapat menjaga
instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun ketersediannya
[PB10].
Direktorat Operation juga diharapkan dapat menjaga tingkat layanan
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
144
beyond expectation [PB11]. Menjaga performance sesuai dengan SLA
itu penting, tapi yang diharapkan oleh perusahaan adalah beyond
expectation, dengan demikian AJN akan menjadi perusahaan yang
terpercaya. Target dari semua itu adalah loyalitas pelanggan. Untuk
mencapai performansi yang beyond expectation itu sendiri, kita
serahkan kepada direktorat Operation untuk memikirkan strategi yang
tepat.
P Apa faktor yang menjadi kunci untk mencapai sasaran strategis?
N Sebenarnya ada tiga hal yang ingin kita capai ini sudah dicanangkan
ketika AJN mulai bertransformas, yaitu innovation culture, financial
discipline, dan global reach.
AJN harus menjadi sebuah learning organization [PB12]. AJN harus
selalu belajar dari pengalaman dan melakukan inovasi untuk melakukan
improvement produk dan layanan.
AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki
jangkauan global [PB13]. Untuk mencapai target global reach kita
sudah memiliki PoP di Singapura. PoP ini akan menjadi pintu provider
global untuk memiliki interkoneksi ke Indonesia.
P Berkaitan dengan learning organization, bapak menyatakan bahwa kita
harus belajar dari pengalaman, ini berarti masih berkaitan dengan
statement Bapak yang pertama, bahwa kita harus bertindak berdasarkan
fakta bukan persepsi.
Kita berarti perlu informasi yang akurat [CON1] yang menggambarkan
apa yang terjadi sehingga inovasi dilakukan berdasarkan informasi
tersebut.
N Ya, betul. Informasi yang akurat itu penting, karena sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Selaini itu, saya berharap AJN menjadi
perusahaan yang transparan[CON2], artinya tidak ada informasi yang
disembunyikan terkait perusahaan ini, tapi tidak juga kita buka
informasi secara bebas. Setiap unit di AJN dapat mengakses informasi
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
145
apa saja mengenai perkembangan perusahaan, akan tetapi dengan
batasan tertentu sesuai dengen kebutuhan [REQ1]. Informasi yang
sifatnya strategis, seperti strategi bisnis, itu perlu dijaga, jangan sampai
jatuh ke tangan yang tidak berhak[REQ2], apalagi sampai diketahui
pesaing.
P Intinya adalah keamanan inforamsi ya Pak ?
N Ya betul, jadi informasi yang kita perlukan itu selain cepat, akurat juga
harus dijaga[CON3], apalagi kalau sampai jatuh ke tangan pesaing.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 3
Transkrip Wawancara
Media: Tatap muka
P: Penulis
N: Nara Sumber –Hendy Wiratama ST – Manager Planning and Engineering
Waktu : 11 April 2014
P: Apa yang menjadi tujuan strategis dari Departemen Planning and
Engineering?
N: Tujuannya adalah untuk melakukan optimalisasi dan efisiensi terhadap
jaringan yang ada, baik topologi maupun teknologi. Kita juga melakukan
evaluasi terhadap network existing kemudian melakukan evaluasi terhadap
teknologi yang ada di pasaran, dari informasi tersebut kita melakukan
analisis untuk dapat menghasilkan solusi yang sama dengan teknologi
yang ada di pasaran dengan tujuan agar solusi yang ada menjadi lebih
optimal dan efisien.
P: Apa yang menjadi indikator utama keberhasilan departemen Planning and
Engineering?
N: Indikator keberhasilan kami yang pertama adalah maksimal kapasitas
jaringan 80% [REQ3] dan peningkatan performansi dan kehandalan
jaringan.
P: Untuk mencapai indikator keberhasilan, informasi apa yang diperlukan
dari jaringan yang live saat ini?
N: Informasi yang dibutuhkan terutama mengenai trouble yang ada,
kemudian penyebabnya apa [REQ4] lalu dilakukan analisis mana
teknologi yang paling sering menyebabkan layanan terganggu. Berangkat
dari informasi tersebut, lalu kita lihat teknologi yang ada di pasaran, mana
yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Terkait dengan optimalisasi jaringan existing, kita juga membutuhkan
informasi utilisasi jaringan [REQ5], sehingga kita bisa mengetahui mana
146
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
147
yang harus dikembangkan.
Tim Planning and Engineering pada intinya melakukan pengembangan
teknologi baru untuk memberikan solusi yang lebih baik terhadap layanan
yang ada, dan juga melakukan pengembangan terhadap teknologi yang
dimiliki untuk menjaga ketersediaan jaringan.
P: Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan data-data apa yang
dibutuhkan oleh tim Planning and Engineering?
N: Data yang diperlukan terutama adalah data performansi jaringan, yang
kedua adalah utilisasi jaringan, yang ketiga adalah data-data penyebab
gangguan.
P: Apa yang diharapkan dari sistem pengelolaan jaringan, terkait dengan
pemenuhan kebutuhan data?
N: Ketepatan analisa yang bergantung pada kelengkapan dan kecepatan
pengumpulan data [CON4], terutama data-data terkait penyebab gangguan,
itu harus secara cepat didapatkan, agar PE dapat secara cepat mencari
solusinya[REQ6].
P: Apakah kebutuhan-kebutuhan tersebut sudah terpenuhi oleh sistem yang
ada saat ini?
N: Belum, masih ada beberapa yang kurang, terutama penyebab terjadinya
gangguan, kurang tepat untuk digunakan dalam analisa, selain itu kurang
cepat. Data membutuhkan waktu yang lama untuk dikumpulkan dan
dianalisis sampai kita mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 4
Transkrip Wawancara
Media: Surat Elektronik
P: Penulis
N: Nara Sumber – Artini Rachman – General Manager Business Development
Division
Waktu : 16 April 2014
P Value proposition apa yang ingin dicapai oleh AJN ke depan?
N Value proposition yang ingin dicapai ke depannya adalah di Product
Differentiation [PB14] dimana setiap produk memiliki layanan nilai tambah
bagi pelanggan, yaitu tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar pelanggan
terkait konektivitas jaringan, namun juga bisa memiliki potensi sebagai
revenue generator.
P Untuk mencapai value proposition yang ingin dicapai, apa tujuan strategis
yang ingin dicapai perusahaan dalam kurun waktu 3-5 tahun kedepan?
N Business objective AJN dalam 3- 5 tahun ke depan adalah untuk senantiasa
memiliki layanan dengan business model baru di industrinya.
P Apa strategic initiative untuk mencapai tujuan strategis?
N Melakukan pemilihan teknologi yang memiliki keunggulan bersaing[PB15]
( dalam hal ini adalah low-cost leaderships ) dan kerjasama strategis dengan
para penyedia jasa sejenis maupun yang tidak sejenis namun memiliki
keahlian di bidangnya atau memiliki reputasi atau pengalaman yang baik di
industri.
148
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 5
Transkrip Wawancara
Media: Tatap Muka
P: Penulis
N: Nara Sumber – Giyarso – Manager Service and Quality Management
Waktu: 1 April 2014
P Jika dilihat dari job description berdasarkan keputusan direksi 2014,
tugas utama dari departmen Servive and Quality Management adalah
menjaga kualitas layanan dan perfomansi jaringan, apa yang menjadi
indikator keberhasilan?
N Jika dilihat dari job description, tugas departmen Service and Quality
Management pada intinya adalah menjaga tingkat layanan dan
performansi jaringan. Tugas dari Service and Quality Management
penanganan gangguan targetnya adalah mencapai target SLA dan MTTR.
P Untuk mencapai target sasaran kerja, informasi apa yang diperlukan dari
jaringan yang live saat ini?
N Yang pertama adalah informasi status jaringan, kapan jaringan itu on
kapan jaringan itu off [REQ7], berapa lama durasinya. Informasi ini kita
inginkan real time [CON5], tidak menunggu pelanggan complain terlebih
dahulu. Durasi fault harus tersimpan karena [REQ7] setiap saat kita akan
membutuhkan itu, baik untuk perhitungan SLA maupun untuk kebutuhan
jika tiba-tiba pelanggan menanyakan status gangguan baik yang sudah
terjadi maupun yang sedang terjadi.
Yang kedua, selama ini kita menghitung manual availability setiap
jaringan, dan itu membutuhkan waktu yang lama. Kedepan informasi
performansi jaringan harus dapat diketahui kapan pun kita mau [REQ8],
jadi kita bisa memonitor setiap saat informasi performansi ini. Dengan
informasi performansi ini kita dapat melihat, mana jaringan yang
performansi nya menurun dari waktu ke waktu, sehingga kegiatan
preventive bisa kita lakukan. Penurunan performansi yang terjadi secara
terus menerus harus secara real time kita ketahui, kalau bisa system kita
149
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
150
mengirimkan notifikasi jika ada penurunan yang terus menerus [REQ9]
tadi. Jadi ada semacam early warning kepada tim Service and Quality
Management [REQ11] untuk kita tindak lanjuti. Selain performansi yang
menurun secara terus menerus, kita juga memerlukan. informasi
penurunan performansi yang tiba-tiba, menyebabkan performansi berada
di bawah tresh hold yang kita tentukan [REQ12]
Yang ketiga, kita ingin mengetahui akar masalah dari semua gangguan
yang pernah terjadi [REQ13]. Setiap gangguan pasti ada penyebabnya,
kita harus tahu apa penyebab terbanyak yang selalu muncul, berapa
persentase kemunculannya jika dibandingkan dengan gangguan secara
keseluruhan. Dengan diketahuinya akar masalah yang terbanyak, kita
dapat menentukan langkah perbaikan terhadap objek yang selalu menjadi
penyebab gangguan, pada akhirnya gangguan bisa dikurangi. Kita juga
bisa menentukan prioritas, mana yang harus didahulukan dan mana yang
tidak.
P: Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan data-data apa yang
dibutuhkan oleh tim Service and Quality Management?
N: Data yang dibutuhkan tentunye event log, data gangguan , penyebab dan
solusi, dan data teknis.
P: Apa yang diharapkan dari sistem pengelolaan jaringan, terkait dengan
pemenuhan kebutuhan data?
N: Yang paling penting adalah data bisa didapatkan secara real time
[CON6], dan tentu saja akurat[CON7]. Kita tidak perlu mengolah lagi
secara manual [CON8] karena itu memakan waktu yang tidak sebentar.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 6
Transkrip Wawancara
Media: Tatap Muka
P: Penulis
N: Nara Sumber – Avi Yunawan – General Manager Divisi Engineering
Waktu: 02 Mei 2014
P
Interview ini tujuanya untuk mengetahui yang pertama sasaran strategis
divisi Engineering, yang kedua fungsi-fungsi network management yang
diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan availability, hal ini dilihat
dari laporan kemarin, yang bermasalah adalah availability, yang kita cari
bukanlah menyelesaikan masalah secara satu persatu, tetapi secara over all.
Kita mulai dari proses bisnis utama divisi Engineering, mohon dijelaskan!
N
Kalau Engineering, pada prsipnya ada dua fungsi utama, yang pertama
adalah network management services dan yang kedua adalah Planning and
Engineering. Untuk NMS yang utamanya cuma satu, yaitu memastikan
bahwa seluruh network element termonitor [FUNC1] dan ter-manage dengan
baik, artinya fungsi pencatatannya harus jelas.
Yang kedua sebetulnya ini adalah fungsi tambahan tapi penting sekali, yaitu
di fungsi di monitoring tadi ada fungsi pencatatan, network element
terganggu dan customer yang terganggu [FUNC2], nah ini fungsi utamanya
NOC sebetulnya.
Untuk Planning and Engineering, ada dua fungsi utama, yang pertama
adalah capacity management, yg ensure bahwa kapasitas produksi itu
semuanya terpenuhi[FUNC3], baik dari mulai transponder, kapasitas
backbone jaringan, ketersediaan perangkat, meskipun nanti pengelolaan
ketersediaan perangkat dilakukan oleh unit lain yaitu procurement logistic.
Planing and Engineering output nya dari capacity management adalah
report utilisasi dan usulan untuk pemenuhan kebutuhan kapasitas jadi kita
sebatas
melakukan
evaluasi
dan
mengusulkan,
nanti
yang
akan
mengeksekusi di Business Development.
151
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
152
Fungsi kedua, adalah enhancement, jadi network existing atau customer
existing harus selalu kita pantau [FUNC4], apakah availability-nya, atau
service level-nya, dua hal itu yang mendasari Planning and Engineering
untuk melakukan research and development untuk mengembangkan sesuatu
yang baru atau menyempurnakan yang sudah ada, tujuannya meningkatkan
SLA dan availability [FUNC5].
P
Dari ada empat proses bisnis utama tadi, apa indikator keberhasilan dari
divisi Engineering?
N
Karena ada dua fungsi utama, maka Engineering itu salah satu indikator
keberhasilannya adalah kalau seluruh network element sudah berhasil
termonitor
Yang kedua NMS bisa menyajikan data untuk melakukan evaluasi, dalam
hal ini kita membutuhkan dashboard, output-nya adalah bagai mana
Engineering dapat menyajikan data untuk diolah, baik diolah dari sisi
management strategic atau dari sisi strategi operasional [REQ14], karena
ketika kita tahu, misalkan si remote ini sering bermasalah, waktunya lama,
lalu kita bisa menentukan langkah apa setelah itu.
Jadi kalau kita sudah bisa memonitor seluruh network element [REQ15], dan
kita sudah bisa menyajikan data dalam bentuk report, data ini tidak terlalu
mentah tapi sudah dapat dibaca [CON9].
Planning and Engineering indikator keberhasilannya adalah kalau kapasitas
itu tidak pernah running out, jadi kita akan selalu me-maintain kapasitas,
kalau dilihat dari rule nya itu 80%, jadi ketika kapasitas mendekati 80%
kita harus segera melakukan action untuk upgrade.
Sementara itu, di Planning and Engineering memang sedikit abstrak, tidak
se-exact yang lain, tapi bottom line nya ada, yaitu meningkatkan kualitas
existing, atau peningkatan service level dan availability dari network baik
dari kacamata customer, backbone, maupun operasional, jadi memudahkan
operasional juga merupakan tugas Engineering.
P
Untuk mencapai indikator keberhasilan tadi, kira-kira fungsi apa pada sistem
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
153
pengelolaan jaringan yang perlu ada untuk mencapai sasaran strategis di
Divisi Enegineering itu sendiri?
N
Yang kita canangkan method nya adalah secara garis besar kita
mencanangkan salah satu metode yang akan digunakan adalah FCAPS. Kita
harus mengenali fault, configuration, accounting, performance, dan security.
Dari lima unsur tadi, fault, kita sudah membuat aplikasi untuk memudahkan
tim mengenali, mulai dari kita mencatat faultnya, kapan terjadinya, berapa
durasinya, siapa saja yang terganggu[REQ16]. Kita juga merancang sistem
yang akan mencatat kenapa itu terganggu, jadi kalau sudah ada fault nya
kenapa, action yang sudah dilakukan apa saja, dan akhirnya disimpulkan
gangguannya karena apa, solusi nya apa [REQ17], kemudian tindak
lanjutnya apa. Kita merancang bagai mana fault itu dikenali dan diolah.
Configuration tantangan juga, bahwa sekarang memang, configuration itu
sudah ada, tapi masih tersebar di beberapa unit . Sebetulnya beberapa waktu
kemarin, Jais sudah membuat satu tempat penampungan untuk semua
konfigurasi [REQ18]. Itu mungkin akan jadi cikal bakal nanti kita akan
mengembangkan sistem yang akan mendukung pencatatan terhadap
konfigurasi [REQ19].
Accounting kita rasa saat ini sudah saat nya kita sudah menerapkan sistem
accounting. Saat ini kita belum lakukan tapi kita kita akan kesana. Beberapa
staff kita sudah tugaskan untuk mengembangkan sistem accounting di
antaranya Tacacs. Nanti kita akan buatkan data base untuk user. Data base
itu terintegrasi [CON10]
antara di sistem accounting, network, dan
employee policy. Kita sudah punya active DC dan Tacacs, nah saya harapkan
itu nanti terintegrasi membentuk sebuah sistem single sign on [REQ21],
tinggal nanti priviledge nya yang kita batasi. Contoh, si A bisa akses ke
network dengan priviledge sesuatu, si B bisa akses sebagai administrator. Itu
mungkin cita-cita besarnya yang ingin kita bangun di AJN. Saya rasa itu
penting supaya jelas accountability nya, ketika terjadi sesuatu baik itu fault
maupun perubahan terhadap network semuanya terekam dengan baik
[REQ21].
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
154
Performance, memang target utama dari Direktorat Operation, pada
umumnya adalah performance management. Jadi, kita harus selalu
mengelola terhadap apa yang sudah kita catat, kita kenali, kita tahu misalkan
performance pelanggan A sedang turun, lalu apa selanjutnya. Penting kita
untuk tahu bahwa pelanggan itu sedang jeblok [REQ22], tapi yang lebih
penting kita tahu what next? jadi di performance management kita
mengelola bagai mana supaya performance itu ada di titik yang sudah kita
targetkan. Itu inti dari performance. Caranya bisa macam-macam, nanti
salah satunya tugasnya Engineering juga melakukan monitoring, kalau ada
sesuatu yang diindikasikan ini sudah menyimpang dari kewajaran [FUNC6]
harus segera ditindak lanjuti. Solusi yang akan diterapkan apakah solusi
jangka pendek, mungkin kalau solusi jangka pendek akan kita serahkan ke
Operasi, tapi di Engineering kita memberikan solusi jangka panjang. Day to
day operation itu adanya di divisi Operasi, akan tetapi untuk solusi yang
mungkin membawa dampak nasional terhadap perusahaan, baik itu customer
satisfaction maupun revenue loss, itu adalah kewajiban divisi Engineering.
Yang terakhir security [FUNC7], security menjadi aspek yang paling
penting dari semuanya. Bahwa network kita itu mesti secure, rencananya
kita akan menerapkan sistem monitoring, seperti syslog, sehingga kita tahu
siapa melakukan apa [REQ23], sebelum itu kita juga harus menentukan
priviledge, siapa saja yang berhak. Kita sudah menunjuk administrator , dia
yang akan mengatur, jadi tidak ada lagi abusement terhadap power, mau dia
GM, direktur, selama tidak melakukan sesuai prosedur, dia tidak akan
mendapatkan hak akses atau priviledge. Satu masukan untuk teman-teman,
bahwa nanti password itu akan dijaga, lalu ditempatkan disebuah tempat
yang aman. Ketika terjadi force majeur, atau ketika kita memerlukan adanya
mitigation plan nanti itu akan digunakan.
Wawancara terhenti karena terpotong waktu shalat. Wawancara kemudian
dilanjutkan setelah sholat.
P Baik kita lanjutkan interview yang sempat tertunda ibadah sholat magrib.
Tadi sudah disebutkan ada lima fungsi pengelolaan, yaitu fault management,
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
155
configuration management, accounting management, performance management,
dan security management. Informasi apa yang diperlukan untuk menjamin
kelancaran lima fungsi tersebut ?
N Untuk fault, informasi yang sangat dibutuhkan pastinya informasi mengenai
downtime [REQ24], jadi kapan suatu network element itu down. Perlu dipastikan
bahwa itu bukanlah false alarm [REQ25]. Yang perlu dipastikan lagi adalah,
bahwa data yang disajikan itu terstruktur dan continue. Harus dipastikan bahwa
data itu benar [CON11], dan memudahkan untuk diolah, itu penting untuk
informasi mengenai fault.
Accounting, itu sebenernya sangat related dengan security, informasi yg
dibutuhkan tentunya user-nya siapa, hak aksesnya apa [REQ26].
Untuk configuration, informasi yang dibutuhkan yang pertama adalah topologi
jaringan [REQ26], itu harus ada untuk setiap network entitas, baik itu di sisi
customer maupun di backbone. Yang kedua konfigurasi untuk setting, bisa
setting perangkat, setting routing [REQ27], dan lain –lainnya, semua itu harus
terdokumentasi dengan baik [CON12], karena tidak menuntut kemungkinan
ketika terjadi fault dan kita tidak punya informasi terkait backup konfigurasi,
pasti akan menyulitkan. Kita tidak tahu siapa saja dulu penggunanya.
Performance ,informasi yang dibutuhkan sebetulnya informasi yang berkaitan
dengan apa yang terjadi pada layanan pelanggan[REQ28], selain informasi
performance itu sendiri. Tadi kita sudah tau apa yang harus dimonitor, lalu
bagaimana monitoringnya, sehingga performance dari kaca mata kita sudah
kelihatan. Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah informasi
pembanding, jadi yang diukur oleh mesin itu tidak bisa kita terima mentahmentah, kita mememerlukan informasi pembanding untuk memvalidasi
keakuratannya [REQ29]. Misalkan, fault itu disebabkan oleh siapa, apakah fault
itu disebabkan oleh sistem AJN, atau fault itu disebabkan oleh sistem customer.
Kita fault disebabkan oleh sistem pelanggan, harus ada informasi yang
memvalidasi, apakah itu informasi yang didapatkan langsung dari pelanggan,
maupun informasi yang didapatkan dari event log perangkat, misalkan ada alarm
loss power, karena adanya gangguan pada listrik yang menjadi tanggung jawab
customer. Gangguan yang disebabkan oleh sistem pelanggan, kalau itu
disepakati harus di keluarkan dari list gangguan, maka itu tidak dihitung sebagai
faktor yang mengurangi performansi. Sesuatu yang kita sepakati harus djaga.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
156
Dalam performance juga harus ada informasi tentang kesepakatan ini. Jadi, di
awal ketika kita deliver service, harus diperjelas scope tanggung jawab masingmasing antara AJN dan customer, kesepakatan ini harus diinformasikan ketika
kita menghitung performance. Selain dari itu, yang penting adalah informasi
jaminan SLA aatau target SLA berapa, agar kita tahu apa yang kita capai ini
mencapai target atau tidak [REQ30]. Walaupun kita bisa mengeluarkan data
performansi, tapi kita tidak tahu targetnya, kita menjadi tidak tahu juga, apakah
ini baik atau buruk.
Untuk aspek-aspek Security, kalau berbicara mengenai security, pasti kita
melibatkan dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Untuk pihak internal yang
diperlukan adalah informasi siapa usernya, apa priviledge yang dimiliki,
kompetensi [REQ31]. Jangan sampai, kompetensi orang yang tidak mumpuni,
diberi priviladge akses yang tinggi, ini berbahaya bagi security. Dari sisi
eksternal, informasi yang dibutukan adalah informasi berkaitan dengan threat
dari internet, seperti virus, trojan dan semacamnya, atau hacker. Kita harus
membatasi network kita dari ancaman eksternal. Banyak hal yang bisa
diterapkan, misalkan adanya policy yang menyatakan bahwa network kita hanya
bisa diakses oleh keluarga besar AJN melalui VPN Tunneling, atau bisa jadi kita
allow IP address tertentu, atau port tertentu yang kita buka.
Untuk sistem informasi kita sendiri, sejauh mana peranan teknologi informasi
yang ada sekarang ini, dalam menyediakan informasi yang kita perlukan, apakah
di sini TI memiliki peranan penting atau tidak?
TI sangat berperan penting. Dalam upaya pengelolaan tadi, informasi-informasi
tadi sebaiknya di IT-kan [CON13]. Semua diarahkan ke sana, karena misalkan,
konfigurasi kalau tidak di dokumentasikan secara digital, bayangkan seberapa
hebat kita akan menangani file management. IT dengan file management digital,
akan lebih efisien, pencarian data menjadi lebih cepat, lebih mudah, lebih
akurat.
Fungsi-fungsi seperti Tacacs, itu adalah fungsi-fungsi yang harus ter IT-kan,
tidak mungkin kita simpan password di hard copy, dan tidak pernah di update.
Dengan Tacacs tadi, kita kan bisa update password setiap tiga bulan, enam
bulan, bergantung pada policy nya.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
157
P Jadi implementasi dari policy menjadi lebih mudah dengan adanya TI?
N Betul, yang penting policy kita tetapkan kemudian TI menjembatani bagaimana
mengimplementasikan policy tadi agar konsisten dijalankan.
P Terkait dengan informasi yang dibutuhkan, apakah sistem informasi pada sistem
pengelolaan jaringan kita sudah dapat memberikan informasi dengan kualitas
yang diharapkan?
N Sudah, tapi mungkin belum 100%. Yang belum itu masalah akurasi, untuk
akurasi perlu alat bantu, dan TI adalah solusinya, jadi TI harus dapat
memastikan informasi itu datang dengan seakurat mungkin, dalam waktu yang
cepat [CON13]. Jadi kalau kita menanyakan, saat ini SLA berapa sih?
performance untuk VSAT bagaimana? nah kita harus bisa dengan akurat
memberikan jawaban yang cepat, itu yang paling penting.
Selain akurasi yang tidak kalah pentingnya adalah masalah penyajian
informasi[CON14]. Informasi itu, seakurat apapun, kalau penyajiannya tidak
tepat, atau tidak sesuai dengan siapa audiensnya
dapat menyebabkan miss
information. Contoh untuk C level atau BoD, ketika kita memberikan informasi
yang sangat detail mengenai sebuah network element itu kurang tepat, karena
mereka tidak dapat mengambil keputusan apa-apa dari informasi itu. Yang
dibutuhkan C level misalkan sebetulnya summary over all, misalkan sekarang
berapa sih SLA nya, nah SLA itu kan dibangun dari elemen-elemen kecil
memang, seperti informasi fault, network element sehingga nanti dikumpulkan
menjadi satu kesimpulan, dan menginformasikan SLA yang dicapai. Penyajian
informasi untuk level engineer dan analis itu beda lagi, memang ada informasi
global seperti SLA, misal mereka mendapat informasi mengenai SLA, tapi
engineer dan analis tadi membutuhkan informasi yang lebih detail apa yang sih
yang ada dibalik informasi SLA tadi.
Jadi selain tadi akurasi data, yang penting juga adalah kemampuan kita untuk
meyajikan informasi, itu yang saat ini belum terpenuhi, karena tidak semua
orang mampu melakukan penyajian informasi sesuai dengan kebutuhan.
Informasi yang disajikan tidak salah, hanya karena penyajiannya yang tidak
tepat, sehingga relevansi seolah-olah tidak ada.
P Untuk informasi SLA tadi, apakah saat ini bisa didapatkan secara real time,
seperti kebutuhan tadi?
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
158
N Untuk saat ini masih semi manual sih, kita sudah ada data mentahnya yang
didapatkan secara real time, namun kita masih harus melakukan pengolahan
secara manual dalam rangka menyajikan data tadi supaya ter-capture sebagai
laporan SLA, itu PR besar yang harus kita kerjakan. Kita harapkan penyajian
SLA ini sudah ada di aplikasi IT [REQ32], karena tanpa aplikasi dan bantuan
dar TI, dengan jumlah network entitas kita yang cukup besar, maka tidak akan
mudah dikerjakan secara manual.
P Artinya ada aplikasi yang mampu mengolah data dan langsung menampilkan
informasi sesuai dengan format yang dibutuhkan?
N Iya betul, jadi paling tidak ketika kita baca aplikasi tersebut, kita bisa langsung
tahu potret kita, misalkan customer A atau service A itu kondisi real nya saat ini
bisa langsung diketahui, SLA sedang jatuh dari hari ke hari, SLA yang naik
turun, itu bisa langsung kelihatan, itu akan membantu baik untuk operation
maupun management untuk mengambil keputusan terhadap bisnis yang
dijalankan.
P Tadi sudah disebutkan beberapa, tapi mohon disebutkan secara lebih spesifik,
dukungan TI seperti apa agar fungsi-fungsi pengelolaan tadi bisa berjalan lancar
?
N Yang pertama adalah aplikasi yang mampu menampilkan real time network
topology [REQ33]. Itu aplikasi yang sangat krusial, jadi divisualisasikan dalam
peta geografis, jaringan mana yang saat ini yang sedang terganggu, dan mana
yang normal. Ini penting supaya kita tahu bahwa network yang kita maintain itu
berapa persen yang terganggu saat ini, itu salah satu target utama dalam sistem
pengelolaan jaringan.
Yang kedua, tentu saja aplikasi yang berhubungan dengan perhitungan SLA,
baik network entitas maupun service customer. Kita harus mampu menghitung
SLA secara real time, berapa SLA ter-update saat ini, termasuk SLA back date
REQ34], misalkan berapa SLA bulan lau, SLA tiga bulan lalu, satu tahun
sebelumnya. Sistem harus bisa menampilkan history SLA.
Kita juga harus punya aplikasi yang berhubungan dengan pencatatan action
terkait dengan fault yang terjadi [REQ35]. Kita harus tahu siapa melakukan apa,
targetnya berapa lama, kita bisa menyimpulkan mana yang bermasalah, apakah
unit kerja tertentu yang menyebabkan penanganan fault menjadi lama, atau
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
159
tingkat kerumitan masalahnya, nah dua masalah ini obatnya beda-beda. Untuk
tingkat kerumitan berarti ada masalah kompetensi, kalau masalah ada di unit
tertentu berarti proses bisnis harus kita perbaiki.
P Kalau dilihat dari fungsi implementasi, Service and Quality, Planning and
Engineering?
N Kalau dari skala perusahaan, aplikasi delivery sistem juga harus ada. Dimulai
dari pencatatan pipe line, calon pelanggan mana yang sedang kita prospek,
packaging nya bagaimana, mana yang sudah close deal, mana yang masih jauh.
Setelah deal kita, maka harus ada aplikasi yang mencatat delivery system
[REQ36], dari order customer, lalu bagaimana order itu di deliver. Aplikasi itu
harus berbasiskan titik proses, tidak hanya aplikasi nya saja, tapi aplikasi ini
harus mampu menunjukan saat ini sedang ada di titik proses mana.
Titik proses itu mula dari sales, planning, implementasi, sampai nanti diserah
terimakan ke operasional. Setelah beroperasi, kita harus memiliki aplikasi yang
mampu mencatat kegiatan-kegiatan after sales. Setelah jaringan kita deliver,
apa yang terjadi pada jaringan harus bisa dicatat, terutama yang berhubungan
yang fault.
Selain itu juga ada aplikasi yang mendukung, logistic system untuk distribusi
keluar masuk barang, pencatatan asset juga harus ada [REQ37]. Untuk yang
khusus di Engineering kita perlu aplikasi SLA, pencatataan aduan, user
management, satu hal untuk capacity management juga harus ada aplikasi yg
mencatat dan mengelola mengenai kapasitas [REQ38], itu hal yang sangat
penting. Jadi itu aplikasi-aplikasi yang mungkin kita butuhkan untuk divisi
Engineering pada khususnya dan perusahaan pada umumnya.
P Sedikit konfirmasi, apa kontribusi apliaksi logistic system untuk peningkatan
availability?
N Kalau kita memiliki sitem procurement yang baik, ketika terjadi aduan, ada
fault, dan ada sesuatu yang rusak, kalau sudah ada spare existing, maka perlu
ada sistem yang secara transparan menginformasikan keberadaan spare tersebut
[REQ39].
Ketika spare tidak ada, berarti harus ada pembelian, procurement sistemnya
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
160
harus secara transparan terkait pencatatan dan approval pembelian, ini harus ada
informasi ini, kalau tidak ada, yang terjadi adalah status pembelian yang tidak
diketahui sampai dimana, dan proses ini akan menghambat, ini akan
menyebabkan pengadaan lebih lama dan berdampak pada SLA.
P Baik pak, sepertinya sudah cukup, terima kasih atas waktunya
N Baik.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 7
Transkrip Wawancara
Media: Tatap Muka
P: Penulis
N: Nara Sumber – Abi – Asistant Manager Angkasa Pura I
Waktu: 03 Mei 2014
P Pelayanan seperti apa yang diharapkan oleh Angkasa Pura?
N Kalau kita ngomong pelayanan, yang pertama adalah 24/7, baik engineer mapun
NOC nya, terpenuhinya SLA yang saya tahu SLA itu common di 99.5%, kalau
dihitung per hari nya dia boleh down hanya dalam waktu di bawah 5 menit kalau
tidak salah, kalau ada penggantian perangkat due to hardware failure, service itu
kan counting ya, jadi kita harus bisa melihat secara terus menerus kalau ada down
[REQ40], dan sebisa mungkin pembayaran restitusi itu dihindari. Ketersediaan
backup link, baik jaringan last mile maupun backbone, minimal ada satu backup
link.
P Siklus service itu dimulai dari Pasang baru, operation, lalu terakhir dismantle, yang
ingin saya fokus di PSB dan operation, apa yang diharapkan dari angkasa pura
terkait dengan proses pasang baru oleh network provider?
N Pertama untuk semua pelayanan harus punya resource, kalau ada resource proses
bisa cepat, petugas juga harus tahu medan, dia harus tau kondisi kita di lokasi
seperti apa, provider harus tahu lapangan, apalagi kalau berkaitan dengan PSB yang
krusial, ketika harus bisa meng-cover operasional sebelumnya, yang kita namakan
shadow, selama ini yang saya handle pasti ada shadow, kalaupun nanti ada pasang
baru ada klausul shadow. Kualitas pasang baru harus lebih baik dari sebelumnya,
baik dari segi kualitas, kecepatan. Pada saat pasang baru ada kemungkinan juga
hardware failure, bisa karena masalah shipping, nah ketersediaan backup juga jadi
faktor penentu, transparansi informasi juga penting, karena kita memberikan
kepercayaan kepada provider untuk mengkonfigur network kita, otomatis
transparasi konfigurasi harus kita dapat, dari IP, bandwidth yang sesuai dengan
pesanan.
P Kalau dari penanganan gangguan pak, yang diharapkan penanganan gangguan
seperti apa?
161
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
162
N Pertama kita ingin per-hari ini idealnya di masing-masing lokasi ada engineer yang
khusus ditempatkan di sana, layanan 24/7 NOC. Yang perlu digarisbawahi, tanpa
bermaksud membandingkan dengan perusahaan lain, saya pernah mengalami kita
menghubungi NOC kapan, ditangani kapan,dan itu kalau kita berbicara bisnis,
maka sudah hilang kesempatan. Gerbang operasional itu NOC 24/7 harus ada terus,
dan ketika engineer dibutuhkan, maka secepat mungkin agar datang ke lokasi,
karena sebetulnya itu menjadi catatan kita. Kalau pelayanan NOC cepat, dan
engineer yang menangani juga cepat, kenapa tidak kita tambah saja itu juga bagus
kan untuk perusahaan itu. Pada saat kita infokan ada trouble, langsung bisa tracing
masalahnya di mana.
P Jadi informasi permasalahan ini juga penting ya Pak?
N Betul karena sebetulnya begini, tidak semua client itu mengerti, contoh nya saya,
saya mungkin tidak mengerti konfigurasi yang ada di sini tapi yang saya tahu ketika
terjadi ada problem, yang saya inginkan adalah penangnan yang cepat, sehingga
masalah cepat selesai. Hal ini menurut saya common.
P Jika service provider membuka akses informasi kepada para pelanggan terkait
dengan layanan yang diberikan, maka informasi apa yang diharapkan bisa didapat
oleh Angkasa Pura?
N Kita berbica benefit atas kerjasama, kita harapkan bisa melihat performansi jaringan
atau infrastruktur yang kita sewa [REQ41]. Aplikasinya bisa apa saja terserah, tapi
manakala user mengatakan ada koneksi yang down maka pada saat itu juga saya
bisa melihat [REQ42], betul ada jaringan yang down. Kemudian kita bisa tau down
nya berapa lama [REQ43], kalau ingin lebih detail lagi, kita bisa tau penyebab
down nya karena apa [REQ44], apakah karena ada konfigurasi yang salah, ada IP
bentrok.
Yang kedua, kalau ada semacam potensi bisnis yang kita bisa gunakan dari jaringan
yang kita sewakan. Provider bisa memberikan advice untuk memanfaatkan
business opportunity dari jasa yang disewa. Kita punya keuntungan selain dari
service yang oke, kita sebagai tenan juga punya hak untuk menggunakan yang kita
sewa untuk kegiatan bisnis lain.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 8
Transkrip Wawancara
Media: Tatap Muka
P: Penulis
N: Nara Sumber – Hilman Budiman – General Manager Divisi Operation
Waktu: 02 Mei 2014
P Interview ini dilakukan untuk mengetahui sasaran kerja divisi Operation, fungsifungsi utama di divisi Operasi untuk meningkatkan availability. Berdasarkan
masalah yang kita hadapi yaitu tidak tercapainya availability. Tujuan dari
interview ini pada akhirnya adalah untuk menentukan sistem pengelolaan
jaringan yang menyeluruh, dari mulai implementation sampai operasional.
Pertanyaan pertama, mohon dijelaskan proses bisnis utama di divisi operation
saat ini.
N Proses bisnis di divisi operasi adalah pada awalnya proses implementasi
[FUNC8], mulai mengerjakan dari pasang baru, dismantle, relokasi, upgrade,
dan downgrade bandwidth, setelah selesai pekerjaan implementasi, hasil
pekerjaan akan diserahkan ke departemen Service and Quality untuk day to day
operasional [FUNC9].
P Dilihat dari proses bisnis tadi, apa yang menjadi indikator keberhasilan dari
divisi operasi?
N Tentunya SLA yang ditargetkan oleh customer adalah target utama kita, jika
target tercapai berarti availability bagus, tapi itu terkait dari awal implementasi,
jika implementasi tidak baik maka availability akan terpengeruh.
P Jadi availability itu juga ditentukan sejak proses pasang baru?
N Ya betul.
P Untuk mencapai indikator keberhasilan itu, apa fungsi yang dijalankan oleh tim
Implementation dan Service and Quality untuk menjamin target availability
tercapai?
N Untuk implementasi, seperti yang sudah saya sampaikan, kunci awal ada di
department Implementasi. Implementasi ini selain mencapai target on air, juga
harus memperhatikan kualitas instalasi [FUNC10], jika kualitas bagus dan
163
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
164
memenuhi standar yang ditetapkan.
Dari divisi Operasi sendiri, kita tidak mengutamakan seperti memadamkan api,
tetapi lebih kea rah mencegah terjadinya kebakaran. Hal ini bisa dibantu dengan
fungsi-fungsi teman-teman di Divisi Engineering.
P Bagaimana dengan kegiatan corrective maintenance?
N Dari corrective maintenance kita harus maintain pencapaian MTTR, MTTR
harus sesuai dengan kesepakatan kita dengan pelanggan, yaitu 4 jam. Caranya
adalah dengan bekerja sama dengan mitra-mitra yang ada di lokasi, karena tidak
mungkin kita bisa menangani semuanya sendiri, didukung juga dengan adanya
spare part.
P Tadi disebutkan, pada proses implementasi harus memperhatikan kualitas,
sehingga menjaga availability, dari Service and Quality melakukan PM dan CM.
informasi apa yang dibutuhkan untuk kedua fungsi ini, agar berjalan efektif
menjaga availability?
N Dari implementasi, adalah apakah yang dipasang itu sesuai dengan yang
direncanakan, konfigurasi perangkat terpasang sesuai standar, parameter sesuai
dengan yang disyaratkan, adanya proses testing [FUNC11], dan berita acara
yang dilengkapi dengan dokumentasi yang akan dijadikan sebagai acuan di
teman-teman operasi ketika terjadi gangguan, selain itu dokumentasi tersebut
akan dijadikan sebagai acuan di NMS, jadi ketika di NMS terjadi penurunan
parameter dari semula, maka tim operasi akan dapat segera melakukan kegiatan
PM.
P Jadi ketika ada penurunan performansi, sebelum terjadi gangguan, bisa langsung
diperbaiki?
N Ya betul, tepatnya upaya preventive.
P Bagai mana dengan Service and Quality, informasi apa yang dibtuhkan oleh tim
yang akan membantu menjamin availability tetap baik?
N Pertama symptom gangguan itu harus jelas [REQ44] sehingga teman-teman di
Service and Quality analisanya tepat, penanganan juga tepat, spare part apa
yang harus dibawa. Day to day monitoring performansi [FUNC12] harus
dilakukan, supaya trend penurunan bisa terdeteksi, penyebabnya juga harus bisa
dideteksi [REQ45], apakah karena power, atau karena yang lain, secara real
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
165
time [CON15] dapat terlihat. Perangkat-perangkat yang sudah terpasang juga
ada dokumentasinya [REQ46], sehingga kita bisa menentukan berapa persen
perangkat yang spare yang harus disediakan di lokasi-lokasi tersebut. Sehingga
spare itu selalu tersedia sehingga penanganan bisa dilakukan secara cepat. Satu
hal lagi yang paling penting, konfigurasi awal yang terpasang itu harus ada
[REQ47], dan seiring waktu jika ada perubahan, baik itu upgrade atau
downgrade, informasinya harus tercatat [CON16], sehingga pada saat ada
gangguan yang terjadi jika dokumentasi tidak ada, ini akan memperlambat
proses penanganan, karena kita harus mencari-cari data dulu.
P Dari informasi-informasi yang disebutkan tadi, apakah teknologi informasi di
sistem pengelolaan jaringan kita sudah mampu menyediakan informasi yang
dibutuhkan?
Yang ada saat ini, sebetulnya data sudah ada, tapi sistemnya belum mengarah ke
sana, boleh dibilang hanya 50%, belum bisa kita melakukan monitoring itu
secara real time dan cepat [CON17], kita masih harus melakukan proses manual,
akhirnya kita mengambil keputusan yang salah. Data yang tidak akurat, analisa
yang salah, akibatnya MTTR tidak terkejar. Harapan saya sitem segera dibuat,
contohnya database history awal tadi, parameter awal itu sangat berperan dalam
penanganan gangguan.
Dengan data-data yang masih terpisah, saya berharap ada integrasi data
[CON18], sehingga bisa dibuatkan sebuah sistem penanganan gangguan yang
menyeluruh, dan bisa diakses oleh teman-teman di Operasi.
P Terkait dengan sistem informasi existing, apa harapan terhadap kualitas
informasi yang dihasilkan?
N Saat ini informasi yang ditampilkan masih belum akurat, karena lebih sering
informasi gejala awal gangguan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. SLA
yang kita miliki juga belum tentu update, artinya tidak real time. Sebagai contoh
kita bisa menghitung SLA pagi, tapi setelah siang, bisa jadi nilai SLA sudah
bukan itu, bisa saja sudah turun.
P Masalahnya adalah informasi SLA itu saat ini tidak real time.
N Ya betul, tidak real time. Kemudian masalah presentasi informasi [CON19],
belum sesuai, terutama untuk engineer kita. Informasi untuk gangguan sebagai
contoh, saat ini hanya ada keterangan up dan down saja, tanpa ada informasi
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
166
penyebab gangguan itu apa. Para engineer cukup kesulitan membaca informasi,
kemudian untuk management, tentunya diharapkan presentasi informasi yang
tidak terlalu teknis, sifatnya global tapi mengenai sasaran, informasi seperti ini
belum ada, semacam dashboard [REQ48] belum ada dan management belum
bisa membaca informasi yang ada saat ini.
P Tadi sudah sempat disebutkan beberapa, mohon agar dapat disebutkan secara
lebih rinci, terkait dengan fungsi-fungsi apa yang diharapkan pada teknologi
informasi kita yang dibutuhakn untuk menjamin divisi Operation mampu
mencapai sasaran kerja?
N Yang pertama saya berharap kita dapat mendeteksi secara real time jika terdapat
gangguan [REQ49], dan juga kita bisa menampilkan berapa lama gangguan itu
terjadi [REQ50], baik
yang masih gangguan maupun yang sudah selesai
ditangani.
Sistem informasi yang ada bisa menghitung secara otomatis dalam bentuk
persentase
pencapaian SLA kita [REQ51]. Pada saat ada fault tadi bisa
memperlihatkan informasi penyebab awal, apakah gangguan itu disebabkan
karena ODU, power atau penyebab lainnya.
Kemudian sistem informasi dapat memberikan informasi secarea real time
parameter network element yang terpasang [REQ52].
Sistem juga harus bisa mencatat setiap ada perubahan [REQ53]., baik itu
upgrade, downgrade, relokasi, termasuk penggantian perangkat. Data perangkat
akan menjadi masukan bagi rekan-rekan di logistik, data itu bisa dimonitor.
Sistem juga harus dapat memberikan informasi kepada bagian terkait jika terjadi
penurunan performansi yang turun secara terus menerus [REQ54]. Ini bisa
dijadikan informasi untuk review, ternyata di lokasi A terjadi penurunan
informasi dalam setahun atau setelah setahun ternyata bisa terjadi empat kali
gangguan di lokasi tersebut, dari situ kita bisa menentukan kenapa, apakah itu
perangkatnya, lokasinya, apakah itu cuacanya tidak bagus, kontur tanahnya
seperti apa, itu ada history nya. Juga bisa memberikan alert kepada tim Service
and Quality jika ada penurunan performansi, fault, secara real time[REQ55],
sehingga dimanapun , kapan pun kita bisa selalu memonitor performansi.
Itu semua di Service and Quality, kalau di implementasi juga punya peranan
penting. Setiap perangkat yang terpasang, sistem harus bisa mencatat perangkat
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
167
apa saja yang terpasang [REQ56], sampai serial numbernya, karena itu akan
menjadi catatan bagi teman-teman logistik. Barang keluar dari temen logistik A
ternyata yang terpasang B karena tertukar di perjalanan.
Saya harapkan sistem bisa mencata semua aktivitas pada proses implementasi
[REQ57], sehingga kita bisa tahu progress penyelesaian pekerjaan, jadi ini nanti
bisa jadi tolak ukur untuk management , apakah ini on target atau tidak.
Sistem bisa menyimpan history awal, seperti konfigurasi, parameter , supaya
bisa dijadikan tolak ukur [REQ58]., bahwa site ini sudah memenuhi standar
pemasangan.
Harapan saya dengan teknologi informasi kita bisa mendapatkan informasi
secara cepat, akurat, real time, sehingga penanganan gangguan atau pemasangan
bisa lebih cepat, MTTR tercapai, analisa menjadi tepat dan kuat.
P Baik Pak Hilman, terima kasih atas waktunya
N Ok
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 9
Transkrip Wawancara
Media: Tatap Muka
P: Penulis
N: Nara Sumber – Dedy Jaka Utama – Direktur Operation
Waktu: 30 Mei 2014
P Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sistem pengelolaan jaringan yang
diharapkan yang mampu membantu strategi bisnis perusahaan. Dari hasil
wawancara dengan Pak Yandi (COO), ketika ditanya apa yang diharapkan dari
direktorat Operation, jawabannya adalah Direktorat Operation harus mampu
memberikan pelayanan yang beyond expectation, nah untuk mewujudkan itu,
Direktorat Operation silakan mencari jalannya sendiri, untuk mengetahui jalannya
itu, ada beberapa pertanyaan yang telah saya siapkan.
Pertanyaan pertama adalah apa yang menjadi sasaran kerja dari direktorat
Operation?
N Operasional itu, di dalam suatu badan usaha apapun adalah bagian yang boleh
dibilang salah satu urat nadi perusahaan. Operasional adalah salah satu kunci
utama keberhasilan perusahaan. Sasaran kerja yang terbaik sebenarnya simple.
Kita bicara di bidang telekomunikasi, berarti bisa kita lihat, bisa kita
ukur[REQ60], bisa kita optimalkan dan efektifkan.
Apa yang bisa kita lihat, kita punya infrastruktur, kita punya service yang kita
berikan ke pelanggan, nah semua itu kita bisa melihat, dalam konteks apapun,
baik itu dari sisi availability, reliability, performance dan segala macam.
Dengan kita bisa melihat, berarti kita akan bisa mengukur, apakah itu sesuai
dengan standar yang kita inginkan. Standar yang diinginkan itu seperti apa?
banyak, ada literatur yang bisa dipakai, itu adalah common practice yang biasa
dipakai oleh perusahaan-perusahaan telco dan IT di seluruh dunia, atau itu juga
bisa merupakan request dari customer, tapi request dari customer juga biasanya
dia akan me-refer dari standar yang ada.
Kalau seandainya kita sudah bisa melihat, kita bisa mengukur, berarti kita bisa
mengoptimalkan dan mengefektifkan pekerjaan yang ada[PB22]. Efektivitas
sangat perlu, karena namanya operasional itu butuh biaya. Jadi sasaran kita
intinya kita harus meet dengan customer expectation, jadi apa yang customer
168
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
169
inginkan, itulah yang akan kita provide dan kita garansi [PB17].
P Meet customer expectation Dalam hal ini tercermin dalam SLA?
N Ya, bisa itu dalam service level agreement, atau trehshold standar yg diinginkan
P Melihat, mengukur, optimize, dan meningkatkan efektivitas, nah untuk mencapai
itu strategic initiative apa yang dilakukan oleh direktorat Operation untuk
mencapai sasaran kerja yang sdh ditetapkan?
N Jadi kalau kita bicara the way, ada istilah yang namanya, strategic
competitiveness, itu secara teoritis ada. Kita ambil filosofi itu, kalau kita bicara
mengenai competitiveness berarti kita harus melihat di dalamnya sendiri, yang
disebut internal faktor, lalu kita bisa melihat ke luar, yang disebut external faktor.
Kalau kita bicara internal faktor itu banyak, mulai dari visi dan misi perusahaan,
kemudian kita punya business plan dan strategic plan, kita punya HR seperti apa,
kemudian kita punya sales and marketing, operasional, termasuk juga financial.
Kalau external faktor banyak juga, kita harus melihat perkembangan bisnis,
roadmap gimana, competitor siapa saja, value dari masing2 produk, dan segala
macam.
Bagaimana kita harus membenahi, kita harus membenahi dari sisi internal dulu,
internal menjadi hal yang sangat penting karena kita harus mempersiapkan diri
untuk bisa fight di luar. Yang paling sulit dari sisi organisasional, karena ada
manusia di dalamnya. AJN membuat struktur organisasi yang sangat simple,
karena kita tidak mau orang-orang yang ada di dalamnya itu dibatasi
kreativitasnya dan kapabilitasnya, sehingga mereka menjadi comfort di tempatnya
masing2. Penyakit yang ada di perusahaan besar itu karena ada comfort zone.
P Jika dilihat dari konteks bagaimana AJN mengelola jaringan saat ini, dari sudut
pandang direktur operasi, apa yang penting untuk dilakukan supaya availability
tercapai sesuai dengan customer expectation?
N Kembali ke penjalasan pertama, kita harus bisa lihat dulu. Kita punya service yg
kita deliver ke customer, kita harus melihat dulu service yang kita deliver itu.
Makannya kita buat banyak program, untuk melihat seperti apa sih yang kita
berikan itu. Bidang Telco dan IT dengan tren yang real time [CON20] berarti kita
punya service yang kita deliver itu, sebaiknya kita bisa monitor secara langsung.
Sehingga kita bisa tau apakah service itu meet expektasi kita dan customer atau
dia under expectation[REQ61].
Setela kita lihat, kita bisa tau mana yang perform, mana yang tidak, dari situ kita
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
170
bisa analisis untuk melakukan improvement, sehingga dengan service yang kita
deliver itu membuat mereka menjadi happy, dalam bahasa Telco dan IT itu
disebut customer experience. Kita mencoba in line dengan kebutuhan pelanggan
[PB18], kebutuhan apapun, varian produk, service, kehandalan produk dan
kehandalan sevice.
P Untuk mengeksekusi strategi yang sudah ditetapkan, kita perlu sebuah proses
bisnis. Proses bisnis utama dari Direktorat Operation itu apa saja ?
N Awalnya kita harus kenali dulu operasi itu seperti apa, baik itu orangnya,
infrastrukturnya, maupun supporting facilities yang lainnya. Dari kita mengenali
kita bisa mengetahui kebutuhan. Kita harus identify proses-proses apa yang
dibutuhkan, setelah itu kita analisis kebutuhan setiap proses situ apa saja.
P Apakah proses itu sudah kita identifikasi?
N Kita sudah membangun suatu sistem untuk bisnis proses, dimana milestone-nya
adalah semua aktivitas yang dilakukan di setiap proses bisnis, semua ada
recording-nya[REQ62]. Kita harus mengembangkan suatu sistem, agar tidak ada
dependensi terhadap personil, anda bisa bayangkan jika ada satu proses yang
sangat penting dan haya diketahui oleh satu orang saja, tiba-tiba dia resign, pasti
akan menjadi sangat sulit bagi kita untuk melanjutkan proses itu karena ada
missing information, ini tidak boleh terjadi.
P Jika bicara tentang pengelolaan jaringan, kita menggunakan support dari sistem
informasi, dari sudut pandang direktur operasi, apakah sistem informasi itu
memberikan keuntungan?
N Berdasarkan pengalaman dan apa saja yang saya pelajari selama lebih dari 18
tahun saya bekerja di bidang telco, sistem informasi itu sangat powerfull, satu
keuntungannya adalah real time basis. Kita bisa tahu kejadian hari ini, jam ini,
even itu menit ini atau detik ini. Dalam konteks manajemen, manajemen perlu
tahu itu. Sulit bagi satu perusahan jika dia tidak bisa mengukur kemampuann
perusahaannya itus endiri. Sistem informasi, teknologi informasi adalah key
success dari satu perusahaan [PB19]. Siapa yang paling cepat mebaca, paling
cepat menganalisis, maka dialah yang paling cepat mengambil keputusan.
Seabaliknya, apabila dia tidak bisa melihat, tidak bisa menganalisis, maka bisa
jadi keputusannya akan salah. Sehingga, kalau kita bicara persaingan, anda pasti
bisa membedakan, yg cepat yang mana, pasti yang real time donk, karena dia
lebih cepat membaca, menganalisas, dan memutuskan. Dalam konteks persaingan
seperti saat ini, kecepatan itulah yang dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
171
P Pendekatan apa yg digunakan dalam mengembangkan SI TI?
N Common practice nya sih simple, market adalah trigger, jadi perkembangan bisnis
dan market analisis adalah trigger ke arah mana kita akan berjalan. Saat ini pasti
banyak teknologi, tipe, dan segalam macamnya. Orang tidak mengerti, asal caplok
saja teknologi yang dianggap bagus, tapi unfortunately itu tidak in line dengan
kebutuhannya dia, mungkin terlalu wah untuk perusahaan dengan ukuran tertentu,
tapi ada juga perusahaan yang sangat besar tapi memilih teknologi yang sangat
kecil bagi dia, sehinga dia tidak menemukan yg bisa memenuhi kebutuhannya.
AJN punya pengalaman di bidang telco dan IT, kita tahu persis mana yang kita
butuhkan mana yang tidak. Bukan berarti semua yang beredar itu semua bagus,
kita harus tetap memilih mana yang powerfull tapi cost effective an sesuai dengan
kebutuhan [PB20]. Yang kita juga jaga adalah fleksibilitas, kita harus bisa
memilih teknologi yang memenuhi kebutuhan saat ini, tapi jiga dia bisa
memenuhi kebutuhan ke depannya [PB21].
P Sistem pengelolaan jaringan yang diharapkan yang kita miliki itu seperti apa?
N kecepatan dan akurasi, itu saja sih, siapa yang paling cepat melihat, dia bisa
menganalisis, dan dia paling cepet untuk mengambil keputusan. Walaupun
keputusannya salah kita bisa cepat berubah. Kecepatan dan akurasi itu sangat
penting. Sensistifitas pelanggan sudah sangat tinggi, mereka sudah melek
teknologi, mereka ingin performa yang terbaik. Kata kuncinya hanya, operasional
itu harus cepat dan akurat[CON20]. Implementasi cepat dan akurat, penanganan
gangguan cepat dan akurat, customer service cepat dan akurat.
P Baik pak cukup untuk saat ini, jika masih ada pertanyaan saya akan hubungi
Bapak kembali.
N Sip sip.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
172
LAMPIRAN 10
Analisis Transkrip Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan COO, Direktur Operation dan General
Manager Business Development prinsip-prinsip bisnis yang berhasil teridentifikasi
adalah sebagai berikut:
Kode
Prinsip Bisnis
Prinsip
PB1
Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta.
PB2
Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar
dieksekusi.
PB3
Mengoptimalkan resource kita miliki.
PB4
Kita harus tahu apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh pasar.
PB5
Yang kedua adalah time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih
maju dari para pesaing.
PB6
Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan,
dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan
produk.
PB7
Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya
PB8
Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan
pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan.
PB9
Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen
pelanggan yang kita layani.
PB10
Menjaga performansi dari services kita ke pelanggan.
PB11
Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun
ketersediannya.
PB12
Menjaga tingkat layanan beyond expectation.
PB13
AJN harus menjadi sebuah learning organization.
PB14
AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan
global.
PB15
Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing.
PB16
Memiliki layanan dengan business model baru di industrinya.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
173
PB17
Jadi sasaran kita intinya kita harus meet dengan customer expectation, jadi
apa yang customer inginkan, itulah yang akan kita provide dan kita
garansi.
PB18
Kita mencoba in line dengan kebutuhan pelanggan.
PB19
Sistem informasi, teknologi informasi adalah key success dari satu
perusahaan.
PB20
Kita harus tetap memilih mana yang powerfull tapi cost effective dan sesuai
dengan kebutuhan.
PB21
Memilih teknologi yang memenuhi kebutuhan saat ini, tapi juga dia bisa
memenuhi kebutuhan ke depan.
PB22
Kalau seandainya kita sudah bisa melihat, kita bisa mengukur, berarti kita
bisa mengoptimalkan dan mengefektifkan pekerjaan yang ada
Analisis Prinsip Bisnis Tahap 2
Kode
Prinsip
Prinsip Bisnis
PB1, PB22
Setiap inisiatif yang dilakukan AJN selalu berangkat dari analisis faktafakta/
PB2
Eksekusi yang tepat, setiap strategi yang dicanangkan benar-benar
dieksekusi/
PB3
Mengoptimalkan resource yang dimiliki.
PB4
Mengetahui kebutuhan pasar.
PB5
Menjaga time to market, kita harus seantiasa selangkah lebih maju dari
para pesaing.
PB6
Kita harus mampu mengetahui karakteristik teknologi yang kita gunakan,
dan memberikan masukan kepada vendor untuk melakukan pengembangan
produk/
PB7
Menjalin strategic partnership dengan perusahaan yang ahli di bidangnya/
PB8
Dalam merencanakan sesuatu, metodologinya harus jelas dan tahapan
pelaksanaan yang sesuai dengan metodologi yang sudah ditetapkan.
PB9, PB17,
PB18
Pengembangan produk harus fokus pada kebutuhan dan segmen
pelanggan yang kita layani.
PB10
Menjaga performansi dari services kita ke pelanggan.
PB11
Menjaga instrumen alat produksi kita baik kualitas maupun
ketersediannya.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
174
PB12
Menjaga tingkat layanan beyond expectation.
PB13
AJN harus menjadi sebuah learning organization.
PB14
AJN juga berkeinginan untuk menjadi provider yang memiliki jangkauan
global.
PB15
Memilih teknologi yang memiliki keunggulan bersaing.
PB16
Memiliki layanan dengan business model baru di industry.
PB20,21
Memilih teknologi informasi pengelolaan jaringan didasarkan pada
kebutuhan bisnis saat ini dan masa yang akan datang.
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 11
Hasil identifikasi dan Pemetaan Stakeholder, concern (CON), dan
requirement (REQ)
Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder maka pemetaaan stake holder,
concern, dan requirement dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Stakeholder
Concern
Requirement
COO
Kita berarti perlu
informasi yang akurat
[CON1]
Informasi yang akurat itu penting
sebagai dasar pengambilan keputusan
[REQ1]
AJN menjadi perusahaan
yang transparan[CON2]
Setiap unit di AJN dapat mengakses
informasi apa saja mengenai
perkembangan perusahaan, akan tetapi
dengan batasan tertentu sesuai dengen
kebutuhan [REQ2].
jadi informasi yang kita
perlukan itu selain cepat,
akurat juga harus
dijaga[CON3],
Informasi yang sifatnya strategis,
seperti strategi bisnis, itu perlu dijaga,
jangan sampai jatuh ke tangan yang
tidak berhak [REQ3],
Manager
Departemen
Planning and
Engineering
Kita juga membutuhkan informasi
utilisasi jaringan [REQ4]
Informasi yang dibutuhkan terutama
mengenai trouble yang ada, kemudian
penyebabnya apa [REQ5]
Data-data terkait penyebab gangguan,
itu harus secara cepat didapatkan, agar
PE dapat secara cepat mencari
solusinya [REQ6].
Manager
Departemen
Service and
Quality
Informasi ini kita
inginkan real time
[CON5]
Yang pertama adalah informasi status
jaringan, kapan jaringan itu on kapan
jaringan itu off [REQ7],
Kita tidak perlu mengolah
lagi secara manual
[CON8]
Kedepan informasi performansi
jaringan harus dapat diketahui kapan
pun kita mau [REQ8]
Kalau bisa system kita mengirimkan
notifikasi jika ada penurunan yang
175
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
176
Stakeholder
Concern
Requirement
terus menerus [REQ9]
Ada semacam early warning kepada
tim Service and Quality Management
[REQ11]
Data bisa didapatkan
secara real time [CON6]
Informasi
yang
penurunan
tiba-tiba
performansi
menyebabkan
performansi berada di bawah tresh
hold yang kita tentukan [REQ12]
kita ingin mengetahui akar masalah
dari semua gangguan yang pernah
terjadi [REQ13]
General Manager
Divisi Engineering
Data ini tidak terlalu
mentah tapi sudah dapat
dibaca [CON9].
Kita membutuhkan dashboard,
outputnya adalah bagai mana
engineering dapat menyajikan data
untuk diolah, baik diolah dari sisi
management strategic atau dari sisi
strategi operasional [REQ14],
Kita bisa memonitor seluruh network
elemet [REQ15],
TI harus dapat
memastikan informasi itu
datang dengan seakurat
mungkin, dalam waktu
yang cepat [CON13].
Kita mencatat fault-nya, kapan
terjadinya, berapa durasinya, siapa
saja yang terganggu[REQ16].
Action yang sudah dilakukan apa saja,
dan akhirnya disimpulkan
gangguannya karena apa, solusi nya
apa [REQ17]
Data base itu terintegrasi
[CON10]
Satu tempat penampungan untuk
semua konfigurasi [REQ18]
Mengembangkan sistem yang akan
mendukung pencatatan terhadap
konfigurasi [REQ19].
Saya harapkan itu nanti terintegrasi
membentuk sebuah sistem single sign
on [REQ21]
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
177
Stakeholder
Concern
Requirement
Data yang disajikan itu
terstruktur dan continue
Fault maupun perubahan terhadap
network semuanya terekam dengan
baik [REQ21].
Penting kita untuk tahu bahwa
pelanggan itu sedang jeblok [REQ22]
Menerapkan sistem monitoring,
seperti syslog, sehingga kita tahu siapa
melakukan apa [REQ23]
Perlu dipastikan bahwa itu bukanlah
false alarm [REQ25]
Untuk fault, informasi yang sangat
dibutuhkan pastinya informasi
mengenai downtime [REQ24]
Kemanan data
Informasi yg dibutuhkan tentunya
user-nya siapa, hak aksesnya apa
[REQ26].
harus terdokumentasi
dengan baik [CON12]
Informasi yang dibutuhkan yang
pertama adalah topologi jaringan
[REQ26],
Akurasi dan kecepatan
data
Konfigurasi untuk setting, bisa setting
perangkat, setting routing [REQ27],
Informasi-informasi tadi
sebaiknya di IT-kan
[CON13]
Yang dibutuhkan sebetulnya informasi
yang berkaitan dengan apa yang
terjadi pada layanan
pelanggan[REQ28],
Otomasi penghitungan
SLA
Akan tetapi yang tidak kalah
pentingnya adalah informasi
pembanding, jadi yang diukur oleh
mesin itu tidak bisa kita terima
mentah-mentah, kita mememerlukan
informasi pembanding untuk
memvalidasi keakuratannya [REQ29]
Selain dari itu, yang penting adalah
informasi jaminan SLA aatau target
SLA berapa, agar kita tahu apa yang
kita capai ini mencapai target atau
tidak [REQ30].
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
178
Stakeholder
Concern
Requirement
Informasi siapa usernya, apa
priviledge yang dimiliki, kompetensi
[REQ31].
Kita harapkan penyajian SLA ini
sudah ada di aplikasi IT [REQ32]
yang tidak kalah
pentingnya adalah
masalah penyajian
informasi[CON14].
Aplikasi yang mampu menampilkan
real time network topology [REQ33].
Kita harus mampu menghitung SLA
secara real time, berapa SLA terupdate saat ini, termasuk SLA back
date REQ34]
Kita juga harus punya aplikasi yang
berhubungan dengan pencatatan
action terkait dengan fault yang terjadi
[REQ35].
Harus ada aplikasi yang mencatat
delivery sistem [REQ36]
Selain itu juga ada aplikasi yang
mendukung, logistic system untuk
distribusi keluar masuk barang,
pencatatan aset juga harus ada
[REQ37].
Harus ada aplikasi yg mencatat dan
mengelola mengenai kapasitas
[REQ38]
Perlu ada sistem yang secara
transparan menginformasikan
keberadaan spare tersebut [REQ39].
Pelanggan
Transparansi informasi
Kita harus bisa melihat secara terus
menerus kalau ada down [REQ40]
integrasi data [CON18],
Kita harapkan bisa melihat
performansi jaringan atau infrastruktur
yang kita sewa [REQ41].
Manakala user mengatakan ada
koneksi yang down maka pada saat itu
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
179
Stakeholder
Concern
Requirement
juga saya bisa melihat [REQ42],
Kita bisa tau down nya berapa lama
[REQ43],
Kalau ingin lebih detail lagi, kita bisa
tau penyebab down nya karena apa
[REQ44]
General Manager
Divisi Operation
informasi nya harus
tercatat [CON16]
Pertama symptom gangguan itu harus
jelas [REQ45] sehingga teman-teman
di Service and Quality analisanya
tepat
secara real time dan cepat
[CON17],
Penyebabnya juga harus bisa dideteksi
[REQ46],
Perangkat-perangkat yang sudah
terpasang juga ada dokumentasinya
[REQ47],
Konfigurasi awal yang terpasang itu
harus ada [REQ48],
Presentasi informasi
[CON19],
Presentasi informasi yang tidak terlalu
teknis, sifatnya global tapi mengenai
sasaran, informasi seperti ini belum
ada, semacam dashboard [REQ49]
Monitoring itu secara real
time dan cepat
Dapat mendeteksi secara real time jika
terdapat gangguan [REQ50]
Bisa menampilkan berapa lama
gangguan itu terjadi [REQ51],
Bisa menghitung secara otomatis
dalam bentuk persentase pencapaian
SLA kita [REQ52]
Informasi secarea real time parameter
network
element
yang
terpasang
[REQ53].
Akurasi data
Sistem juga harus bisa mencatat setiap
ada perubahan [REQ54],
Sistem juga harus dapat memberikan
informasi kepada bagian terkait jika
terjadi penurunan performansi yang
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
180
Stakeholder
Concern
Requirement
turun secara terus menerus [REQ55].
Integrasi data
Memberikan alert kepada tim service
quality jika ada penurunan
performansi, fault, secara real
time[REQ56].
Presentasi informasi
Sistem harus bisa mencatat perangkat
apa saja yang terpasang [REQ57]
Mencatat semua aktivitas pada proses
implementasi [REQ58].
Direktur Operation
Otomasi
Sistem bisa menyimpan history awal,
seperti konfigurasi, parameter , supaya
bisa dijadikan tolak ukur [REQ59].
Kata kuncinya hanya,
operasional itu harus
cepat dan akurat[CON20]
Kita bicara di bidang telekomunikasi,
berarti bisa kita lihat, bisa kita
ukur[REQ60],
Service yang kita deliver itu,
sebaiknya kita bisa monitor secara
langsung. Sehingga kita bisa tau
apakah service itu meet expektasi kita
dan customer atau dia under
expectation[REQ61]
Semua aktivitas yang dilakukan di
setiap proses bisnis, semua ada
recordingnya[REQ62].
Hasil analisis wawancara tahap 2
Stakeholder
Concern
Requirement
REQ
COO
Informasi
yang akurat
Memunculkan informasi
yang sesuai dengan fakta
yang terjadi sebagai dasar
pengambilan kuputsan
1
Akses
terhadap
informasi
Memunculkan informasi
sesuai dengan kebutuhan unit
bisnis untuk melaksanakan
tugasnya
2
Keamanan
Menjaga informasi strategis
3
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
181
Stakeholder
Manager
Planning And
Engineering
General Manager
Operation
General Manager
Engineering
Concern
Requirement
informasi
dari pengguna yang tidak
berhak
Kecepatan
akses data
Memberikan data tren
penyebab gangguan yang
terjadi.
4,6
Memberikan status kapasitas
resource jaringan.
5,38,39
Menampilkan status jaringan
terganggu, waktu terjadinya
gangguan dan penyebab
gangguan.
7, 24, 40, 42, 49,
50,43,44,5,1
Menampilkan performansi
tingkat layanan pelanggan
dari waktu ke waktu.
22, 28, 32, 34, 41, 54
Adanya peringatan jika
terjadi penurunan
performansi yang terus
menerus.
9,56
Adanya peringatan jika ada
penurunan performansi di
bawah threshold yang
ditentukan
10,11,12,55
Informasi
yang Real
time
Manager Service
and Quality
REQ
Customer
Adanya sistem yang mampu
menampilkan topology
jaringan aktif secara real
time
General Manager
Operation
General Manager
Engineering
Pelanggan
Otomasi
pencatatan
aktivitas
Adanya sistem yang mampu
memonitor seluruh network
element
15,61
Adanya pencatatan penyebab
dan solusi terhadap gangguan
yang terjadi.
13, 29
Adanya pencatatan waktu
dan durasi setiap gangguan
yang terjadi.
14
Adanya sistem yang
mencatat progress
16,17,62
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
182
Stakeholder
Concern
Requirement
REQ
penanganan gangguan.
General Manager
Operation
Dokumentasi
digital
General Manager
Engineering
Adanya sistem yang
menyimpan perubahan
konfigurasi yang terjadi pada
network element.
21,54,62
Adanya sistem yang
mencatat setiap aktivitas
pada network element.
23,62
Adanya sistem yang
menghitung dan
menampilkan SLA secara
otomatis
32,34,52,8
Adanya sistem yang
mencatat setiap tahap proses
delivery
36,58
Adanya sistem yang
mencatat pergerakan dan
menampilkan ketersediaan
aset
37,38
Adanya sistem yang mampu
menyimpan dan
menampilkan topologi
jaringan.
26
Adanya sistem yang mampu
menyimpan konfigurasi
seluruh network element.
19,27,26,48,47,53,57
,59
Adanya pencatatan
kesepakatan tingkat
availability setiap jaringan
30
General Manager
Engineering
Keamanan
Adanya sistem pengelolaan
pengguna infrastruktur NMS
31
General Manager
Operation
Presentasi
informasi
Adanya sistem informasi
yang menampilkan informasi
sesuai dengan kebutuhan
pengguna
49
Integrasi data
Adanya sistem informasi
yang mengintegrasikan data-
18
General Manager
Engineering
General Manager
Operation
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
183
Stakeholder
Concern
General Manager
Engineering
Requirement
REQ
data pengelolaan jaringan
yang terpisah-pisah
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 12
Mengklasifikasikan aplikasi yang ada saat ini pada portofolio didasarkan hasil
interpretasi terhadap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Apabila aplikasi berhasil memberikan manfaat, maka akan (Ya/Tidak):
1) Memberikan keunggulan kompetitif bagi oganisasi.
2) Membantu pencapaian sasaran bisnis dan / atau ciritical success factor.
3) Mengatasi kelemahan bisnis dalam kaitanya dengan pesaing.
4) Menghindari risiko bisnis yang sudah dikenali menjadi masalah besar
dalam waktu dekat.
5) Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya jangka panjang
6) Membantu organisasi untuk memenuhi kebutuhan peraturan/kebijakan.
7) Menghasilka keuntungan yang belum diketahui tapi memungkinkan untuk
mencapai pertanyaan point 1 dan 2.
Interpretasi:
High potential
Strategic
Pertanyaan 1
Ya (i)
Pertanyaan 2
Ya (i)
Key operational
Pertanyaan 3
Ya
Pertanyaan 4
Ya
Pertanyaan 5
Ya
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Support
Ya (i)
Ya(ii)
Ya
Pertanyaan tambahan:
(i)
Apabila salah satu berlaku maka pertanyaan selanjutnya adalah
“apakah keuntungan bisnis yang diperoleh jelas, dan bagaimana
keuntungan tersebut dapat diperoleh?” jika jawaban Ya, maka
Ya/Tidak
hasilnya adalah Strategic jika tidak maka itu High Potential.
(ii)
Untuk mengklarifikasi, pertanyaan berikut harus diajukan
“akankah kegagalan untuk comply akan membawa risiko
bisnis?” jika Ya, maka itu adalah Key Operational, jika tidak
Ya/Tidak
maka itu Support
184
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
185
Pertanyaan-pertanyaan tersebut didasarkan pada teknik mengklasifikasikan
aplikasi pada portofolio (Ward and Peppard, 2002).
Mengklasifikasikan aplikasi existing:
Pertanyaan
The
DUDE
NMS
iMonitor ProNMS
Shiron
Ya
Ya
OSS
CACTI
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Ya
Ya
Pertanyaan 5
Ya
Pertanyaan 6.
Ya
Pertanyaan 7
Ya
Ya
Mengklasifikasikan aplikasi yang diusulkan:
Apabila aplikasi berhasil memberikan manfaat, maka akan (Ya/Tidak):
Pertanyaan
OD
Pertanyaan 1
Ya
Pertanyaan 2
Ya
NS
L
iM
PN
DM
CCT
Ya
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Pertanyaan 6.
Pertanyaan 7
Ya
Ya
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 13
Lampiran 12 berisi hasil observasi yang dilakukan di data center AJN .
CCTV Data center
Kunci Sidik jari
UPS Data Center
Generator Set
186
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
LAMPIRAN 14
Identifikasi Fungsi bisnis dari hasil wawancara dengan General Manager
Operasional dan General Manager Engineering.
Fungsi Bisnis
Fungsi Pengelolaan
Memastikan bahwa seluruh network element Performance Monitoring
termonitor [FUNC1].
Fungsi pencatatan, network element terganggu Trouble Administration
dan customer yang terganggu [FUNC2].
Capacity management, yg ensure bahwa Usage Management
kapasitas
produksi
itu
semuanya
terpenuhi[FUNC3].
Fungsi kedua, adalah enhancement, jadi Network Planning and Service Planning
network existing atau customer existing harus
selalu kita pantau [FUNC4].
Mengembangkan sesuatu yang baru atau Network Planning
menyempurnakan yang sudah ada, tujuannya
meningkatkan SLA dan availability [FUNC5].
Engineering
juga
melakukan
monitoring, Fault Detection
kalau ada sesuatu yang diindikasikan ini sudah
menyimpang dari kewajaran [FUNC6].
Yang terakhir security [FUNC7].
Security Management
Proses implementasi [FUNC8].
Proses Implementasi
Service and Quality untuk day to day Fault Correction
operasional [FUNC9].
Harus
memperhatikan
kualitas
instalasi Installation
[FUNC10].
Proses testing [FUNC11].
Day
to
day
monitoring
Testing
performansi Performance Monitoring
[FUNC12].
187
Universitas Indonesia
Perancangan infrastruktur…, Erwin Setiawan, FASILKOM UI, 2014
Download
Study collections