BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada berbagai literatur bisnis dan manajemen dijelaskan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan dan kesejahteraan pemegang saham. Salah satu caranya dengan mencapai pertumbuhan yang tinggi dan menguntungkan,dalam upaya mewujudkannya dibutuhkan keputusan penting terkait jumlah dan komposisi aset lancar dan pembiayaan aset, hal ini sangat penting untuk menjaga likuiditas, kelangsungan hidup, solvabilitas, dan profitabilitas bisnis. Itulah sebabnya manajemen modal kerja dianggap sebagai elemen penting bagi kinerja perusahaan. Pada saat melakukan operasi sehari-hari, beberapa komponen seperti kas, surat berharga, piutang dan manajemen persediaan memainkan peran penting dalam kinerja perusahaan. Efisiensi modal kerja sangat penting bagi perusahaanperusahaan di mana bagian utama dari aset terdiri dari aset lancar (Horne dan Wachowitz, 2004) karena memiliki efek langsung pada profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Beberapa penelitian menyatakan adanya pengaruh mananajemen biaya modal terhadap kinerja perusahaan seperti yang dilakukan oleh Deloof (2003) dengan sampel 1009 perusahaan di Belgia dengan periode data penelitian 1992-1996 dan Nazir dan Azfa (2008) dengan sampel 263 perusahaan di Pakistan dengan periode data penelitian 1998-2003. 1 Weston dan Brigham (1994) menyatakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aset jangka pendek, seperti uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan. Modal kerja perusahaan harus diperiksa karena modal kerja penting bagi setiap perusahaan. Hal ini disebabkan beberapa alasan (Weston dan Brigham, 1994) yaitu tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Sebagian besar waktu dari manajer dikhususkan untuk mengelola modal kerja, aktiva lancar dari perusahaan manufaktur dan jasa perusahaan memiliki cukup sebagian besar dari total aset perusahaan. Manajemen modal kerja adalah tanggung jawab manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus berhati-hati dalam mengelolanya untuk mengawasi sumber modal kerja sehingga dapat digunakan secara efektif di masa depan. Dalam mengelola modal kerjanya, seorang manajer memiliki berbagai alternatif pilihan baik dalam investasi aktiva lancarnya maupun kegiatan pendanaannya. Brigham dan Houston (2010) membagi pengelolaan investasi pada modal kerja menjadi tiga alternatif pilihan tersebut, yaitu: kebijakan modal kerja longgar/konservatif, kebijakan modal kerja ketat/agresif dan kebijakan modal kerja sedang. Kebijakan Modal Kerja Longgar/Konservatif adalah sebuah kebijakan pengelolaan modal kerja dimana seorang manajer akan mempertahankan sejumlah besar kas, surat berharga, persediaan, dan aktiva lancarlainnya dalam neraca. Selain itu perusahaan juga cenderung lebih banyak menggunakan piutang dalam menstimulus penjualan. Ketika perusahaan menggunakan piutang dalam menstimulus penjualan maka periode pengumpulan piutang menjadi semakin 2 lama dan akan timbul risiko adanya piutang tak tertagih. Pada persediaan, perusahaan cenderung memiliki persediaan yang cukup banyak untuk mengurangi risiko kehabisan bahan baku. Untuk menyimpan persediaan maka akan timbul biaya penyimpanan. Hal tersebut akan membuat modal kerja perusahaan semakin besar dan periode cash conversion cycle menjadi semakin panjang karena penjualan kredit akan menunda pemasukan kas dan persedian yang banyak membutuhkan pengeluaran kas yang banyak. Ketika perusahaan memiliki periode cash conversion cycle yang lama dan biaya modal kerja yang banyak maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dananya untuk investasi yang lebih menguntungkan. Modal kerja adalah investasi jangka pendek yang tingkat likuiditasnya sangattinggi, karena sangat likuid maka investasi pada modal kerja memiliki risiko yang sedikit. Sesuai dengan teori risk and return, investasi pada risiko yang sedikit akan menghasilkan return yang sedikit juga. Kebijakan Modal Kerja Ketat/Agresif bertolak belakang dengan kebijakan modal kerja longgar, kebijakan ini memilih untuk menahan seminimal mungkin aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Kebijakan pemberian kredit dalam penjualan pun diminimalisir. Perusahaan lebih menyukai menjual barang produksinya secara tunai untuk menghindari risiko piutang tak tertagih. Dengan penjualan tunai maka perusahaan akan lebih cepat mendapatkan kasnya kembali, sehingga periode cash conversion cycle menjadi lebih cepat dan modal kerja yang dibutuhkan sedikit. Saat menerapkan kebijakan modal kerja yang agresif perusahaan cederung menggunakan zero-inventory. Penyimpaan bahan baku sebisa dipindahkan pada supplier sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya 3 penyimpanan yang banyak. Penggunaan persediaan yang sedikit memiliki dampak pada periode cash conversion cycle yang semakin pendek dan menurunkan biaya modal kerja. Namun risiko yang dapat terjadi adalah ketika supplier secara tibatiba tidak dapat memenuhi pesanan perusahaan, sehingga perusahaan kehabisan bahan baku dan tidak dapat beroperasi secara normal. Ketika perusahaan memiliki periode cash conversion cycle yang pendekdan biaya modal kerja yang sedikit maka perusahaan akan dapat mengalokasikan dananya untuk investasi yang lebih menguntungkan misalkan, investasi pada jangka panjang. Tingkat likuiditas investasi pada jangka panjang sangatlah rendah, sehingga memunculkan risiko likuiditas pada perusahaan. Namun risikoyang tinggi memberikan harapan return yang tinggi pula. Kebijakan Modal Kerja Sedang yaitu menyeimbangkan antara kebijakan modal kerja longgar dan lancar. Dengan demikian jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tidak terlalu besar maupun terlalu kecil. Perusahaan tidak terlalu sedikit atau pun terlalu banyak dalam biaya modalkerja. Perusahaan sebisa mungkin tetap menggunakan piutang untuk menstimulus penjualan tetapi lamanya periode pengumpulan piutang yang optimal. Perusahaan menyimpan persediaan secukupnya, untuk menghindari terjadinya kehabisanbahan baku. Perusahaan yang menerapkan kebijakan ini memiliki periode cash conversion cycle dan biaya modal kerja yang optimal bagi perusahaan Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja dalam rangka membuat rencana yang lebih baik untuk periode mendatang. Setiap organisasi membutuhkan modal kerja pada jumlah tertentu, karna kas adalah 4 darah kehidupan bisnis. Namun, tidak semua perusahaan membutuhkan modal kerja yang besar. Modal kerja terlalu banyak akan menyebabkan perusahaan memiliki dana menganggur yang sebenarnya bisa digunakan untuk kegiatan lain. Di sisi lain, jika modal kerja terlalu rendah maka perusahaan tidak akan mampu melaksanakan dengan baik kegiatan operasionalnya. Perusahaan pada tiap-tiap sektor industri memiliki kebijakan modal kerjanya masing-masing sesuai dengan kriteria dan nature bisnis yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Winraub dan Visscher (1998) menemukan bukti bahwa pada 10 industri berbeda dimana tiap indutri memiliki kebijakan modal kerja yang secara signifikan berbeda satu sama lain dan tetap stabil selama 10 tahun. Berdasarkan penjabaran di atas maka penelitian ini diberi judul Perbandingan Kebijakan Manajemen Modal Kerja pada Kelompok Industri Indonesia. 1.2.Rumusan Masalah Dalam pengembangan perusahaan, memerlukan kegiatan operasional yang besar dan investasi tinggi. Hal ini menjadikan manajemen modal kerja sebagai tantangan dan masalah yang penting. Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu bahwa pengelolaan modal kerja yang optimal akan meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga pengelolaan modal kerja penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Oleh karena itu penulis ingin menginvestigasi seberapa signifikan perbedaan kebijakan modal kerja antar 5 kelompok industri yang ada di Indonesia, tendensi agresivitas kebijakan investasi diikuti oleh agresivitas kebijakan pendanaan serta stabilitasnya. 1.3.Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu : 1. Apakah ada perbedaan kebijakan modal kerja yang muncul antar kelompok industri di Indonesia? 2. Apakah ada korelasi antara agresivitas kebijakan investasi dengan agresivitas kebijakan pendanaan? 3. Apakah agresivitas kebijakan modal kerjastabil pada berbagai kelompok industri di Indonesia? 1.4.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untukadalah : 1. Menguji signifikansi perbedaan kebijakan modal kerja yang muncul antar kelompok industri di Indonesia 2. Menguji apakah ada korelasi antara agresivitas kebijakan investasi dengan agresivitas kebijakan pendanaan 3. Menguji tingkat stabilitas agresivitas kebijakan modal kerja pada kelompok industri di Indonesia 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 6 1. Bagi Manajer Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi manajerkeuangan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen modal kerja pada berbagai jenis industri,sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen modal kerja. 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untukmembuat keputusan penting mengenai kegiatan investasi, dan juga mampumensinkronisasi dengan kegiatan jangka pendek perusahaan. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan, serta literature untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai manajemenmodal kerja pada berbagai jenis industri. 1.6. Ruang lingkup & Batasan Penelitian Penulisan pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia yang sudah terdaftar paling tidak selama 10 tahun 2. Perusahaan yang memiliki data keuangan yang lengkap selama periode yang dibutuhkan 1.7. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam tesis ini dibagi menjadi 5 bab, meliputi : 7 Bab I: Pendahuluan, bab ini akan membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II: Landasan Teori, pembahasan mengenai landasan teori lengkap danbisa memberi gambaran umum topik yang akan dibahas serta pembahasan mengenai pengembangan hipotesis. Bab III: Metoda Penelitian, metoda penelitian yang akan digunakan, antara lain: data, variabel dan pengukurannya, serta pengujian untuk menguji hipotesis. Bab IV: Hasil dan Pembahasan, penelitian bab ini akan membahas mengenai analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis yang didukung oleh bab-bab sebelumnya. Bab V: Kesimpulan dan Saran, bab ini akan membahas mengenai kesimpulan atas analisis yang telah dilakukan penulis pada bab IV serta saran - saran untuk penelitian selanjutnya 8