paper title for asian waterqual 2003 - MMT – ITS

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PENGEMBANGAN PROSEDUR UNTUK OPTIMALISASI KUALITAS
SISTEM & LAYANAN JARINGAN TIK DENGAN COBIT4.1 DAN
ITIL.V3
Nia Maulidia1), Siti Rochimah2) dan Achmad Affandi 3)
1)
Bidang Keahlian Telematika (Konsentrasi CIO) Jurusan Teknik Elekto
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2)
Lab Rekayasa Perangkat Lunak, Jurusan Teknik Informatika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3)
Lab Jaringan Telekomunikasi , Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email: 1)[email protected]
ABSTRAK
Masyarakat sekarang telah ada pada era “information based society”. Maka
kemampuan untuk mengakses informasi secara cepat dan akurat menjadi sangat esensial,
khususnya pada lembaga perguruan tinggi, untuk memenuhi kebutuhan informasi, kualitas
layanan jaringan TIK merupakan faktor utama untuk menunjang kebutuhan tersebut, tetapi
tidak menutup kemungkinan munculnya banyak faktor yang menyebabkan tidak stabilnya
sistem, Oleh karena itu diperlukan identifikasi faktor apa sajakah yang mempengaruhi dan
bagaimana solusi untuk mengatasinya. Pada tesis ini dibahas tentang penerapan Pengelolahan
resiko terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan sistem dan layanan jaringan TIK
berdasarkan Best Practice COBIT 4.1 danITIL.V3. Dimana COBIT mengatur tentang
masalah obyektif yang harus dicapai oleh sebuah organisasi dalam memberikan layanan IT,
sedangkan ITIL .V3 lebih fokus pada bagaimana cara pengelolaan IT yang baik untuk
mencapai tujuan bisnis organisasi.
Kata kunci: Layanan Jaringan TIK, Best Practice, Cobit 4.1, ITIL.V3, Tata Kelola TI
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia pada sepuluh
tahun terakhir menunjukkan betapa pentingnya konektivitas internet . Jaringan Internet
merupakan komponen vital bagi komunikasi personal. Jaringan Internet digunakan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional dan administrasi dalam
pencapaian proses bisnis. Teknologi Internet telah menjadi worldwide commercial data
network serta menjadi dasar untuk electronic commerce yang dapat memanage public data
service. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan berkembang pesatnya internet telah
menjadikan seluruh kegiatan operasional lembaga perguruan tinggi dapat diakses dengan
menggunakan internet. Dengan pertimbangan tersebut maka sebuah lembaga perguruan tinggi
harus mempunyai layanan sistem jaringan TIK yang baik dan handal untuk menunjang
kinerja organisasi dalam menjalankan fungsinya. Studi Kasus pada tesis ini dilakukan pada
Institusi A dan Institusi B , dua organisasi ini dipilih karena beberapa alasan antara lain:
1. Keduanya merupakan Organisasi yang sama yaitu keduanya merupakan Perguruan tinggi
yang berfokus pada tugas utamanya dalam menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi,
yaitu melakukan kegiatan belajar-mengajar, pengabdian kepada masyarakat dan
melakukan penelitian.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
2.
InstitusiA merupakan Perguruan Tinggi Negeri Teknik terbesar di Jawa Timur,
dianggap mengimplementasikan sistem TI lebih kompleks penerapannya dalam
mendukung fungsi perguruan tinggi, sedangkan Institusi B yang merupakan sebuah
Universitas swasta milik Kementerian Pertahanan yang akan berubah status menjadi
negeri dan dianggap sudah menerapkan sistem TI untuk mendukung fungsi perguruan
tinggi tetapi belum terlalu kompleks dalam penerapannya.
Sistem sudah terimplementasi tetapi prosedur terhadap pengelolaan sistem &
layanan jaringan TIK belum ada, dimana tidak adanya koordinasi yang baik antar tim / unit
lain, semakin banyak dan bermunculan kesalahan-kesalahan apabila berkaitan dengan kondisi
darurat dan otomatis akan menambah beban kerja, dengan tidak adanya dokumentasi
pengelolaan jaringan yang standar, maka informasi yang diperloleh baik antar unit maupun
tim akan berbeda terlebih lagi jika terkait dengan prosedur dan update informasi terkait
pengelolaan jaringan, selain itu, proses pemilihan alternative solusi pengembangan juga masih
mengandalkan pendapat pihak tertentu, tanpa adanya standar yang jelas Pada tesis ini
dibahas bagaimana penerapan pengelolaan sistem & layanan jaringan TIK yang dihadapi,
terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan jaringan untuk meningkatkan performa
Layanan jaringan TIK pada sebuah Perguruan Tinggi .
Kerangka Kerja Tata Kelola TI
Kerangka kerja tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam tata kelola
TI . Peran dan fungsi utama dalam tata kelola TI mencakup dua hal utama, yaitu: pengaturan
(govern) dan pengelolaan (manage). Pengaturan (govern) mencakup hal-hal apa yang
mendasari tata kelola tersebut yang ditentukan melalui pendefinisian strategi dan kontrol
contoh kerangka kerja yang masuk dalam cakupan ini adalah COBIT.
Adapun bagaimana tata kelola tersebut dilaksakan merupakan cakupan dari
pengelolaan (manage) yang ditentukan melalui rencana taktis dan eksekusi. Contoh kerangka
kerja yang termasuk dalam cakupan ini, yaitu: ITIL yang secara utama membahas bagaimana
kontrol yang didefinisikan agar dapat dilaksanakan dengan mendefinisikan mengenai rencana
taktis dan eksekusi. Sementara contoh lain yaitu: kerangka kerja ISO 17799 lebih
menekankan pada penyediaan kontrol dan rencana taktis yang mendukung control tersebut.
Maping COBIT Dengan ITIL.V3
Kerangka kerja (framework) memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam tata
kelola TI . Peran dan fungsi utama dalam tata kelola TI mencakup dua hal utama, yaitu:
pengaturan (govern) dan pengelolaan (manage) Sebagaimana kita ketahui COBIT atau
Control OBjective of Information and related Technology merupakan sebuah pedoman bagi
pengelolaan IT termasuk input, proses, output, serta process control yang terbagi kedalam 4
obyektif dan 34 area kunci. Masing-masing obyektif tersebut adalah: Planing & Organization
(PO), Acquisition & Implementation (AI), Delivery & Support (DS) dan Monitoring.
Sedangkah ITIL merupakan sebuah kerangka pengelolaan layanan IT yang terbagi kedalam
proses dan fungsi (lihat penjelasan tentang apa itu ITIL dalam artikel terpisah). Dua
area/modul dalam ITIL, yaitu Service Support dan Delivery kemudian menjadi CORE dalam
ITIL versi 2, yang kemudian kita kenal dengan IT Service Management.
Maturity Level
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Penentuan tingkat kedewasaan (maturity level) merupakan bagian dari pengujian
kepatutan terhadap aktivitas yang seharusnya ada/dilakukan di tiap proses TI berdasarkan
kerangka kerja COBIT sesuai tingkatan levelnya Teknik pengukuran Maturity Level
menggunakan beberapa statement (pernyataan) dimana setiap pernyataan dapat dinilai tingkat
kepatutannya dengan menggunakan standar nilai, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Standar Penilaian Maturity Level
Complience Level Numeric Values
Agreement With Statement
Not at all
A Little
Quite a lot
Completely
Complience Value
0
0,33
0,66
1
Sumber: Pederiva, 2003
Pihak manajemen akan memperoleh manfaat jika menggunakan maturity model untuk
mengembangkan ke-34 IT processes COBIT, yaitu:
 Dapat menilai performance organisasi yang sebenarnya, yaitu posisi organisasi saat ini.
 Dapat mengetahui status organisasi saat ini, dengan melakukan perbandingan.
 Dapat meningkatkan target organisasi, dengan memetakan posisi yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
Gambar 1 Presentsasi Maturity Model dengan COBIT 4.1
Maturity model telah ditentukan untuk 34 IT proses dalam COBIT 4.1 dan juga disediakan
pengukuran tambahan dari skala 0-(non-existent) hingga skala 5 (optimised). Pengembangan
berdasarkan penjelasan maturity model secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
QOS (Quality of Services Pada Jaringan)
Quality of Service, sebagaimana dijelaskan dalam rekomendasi CCITT E.800
adalah: “Efek kolektif dari kinerja layanan yang menentukan derajat kepuasan seorang
pengguna terhadap suatu layanan”. Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat
karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan
kualitas tertentu, masalah penyediaaan jaminan QoS yang efektif di jaringan global
kecepatan tinggi menjadi hal yang sangat penting (fatoni, 2010). Jaringan QoS di dalam
domain-domain jaringan harus dapat ditangani dan dijaga dengan baik, ehingga
manajemen QoS mutlak diperlukan. Termasuk di dalamnya manajemen QoS yang
mencakup fungsi pemantauan jaminan QoS baik untuk jaminan QoS end-to-end, maupun
distribusi jaminan QoS di jaringan. Jaminan QoS bertujuan untuk menyediakan QoS yang
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
berbeda-beda untuk beragam kebutuhan akan layanan di dalam jaringan IP, sebagai
contoh untuk menyediakan pita lebar yang khusus, menurunkan hilangnya paket-paket,
menurunkan waktu tunda dan variasi waktu tunda di dalam proses transmisinya.
Ada lima parameter yang dapat digunakan untuk menguji kualitas layanan atau QoS
jaringan (fatoni, 2008) yaitu, besarnya bandwidth internet, tingkat throughtput, rendahnya
tingkat delay, rendahnya variasi jitter dan rendahnya packet loss.
 Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat dilewati trafik
paket data dalam jumlah tertentu.
 Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam
bps. Troughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati
pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
 Packet Loss, merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang
menunjukkan jumlah total paket yang hilang.
 Delay (latency), adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke
tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses
yang lama.
METODE
Secara Garis Besar, tahapan metodologi penelitian dalam penyusunan tesis ini adalah seperti
yang ditunjukan oleh gambar di bawah ini:
Gambar 2 Blok Diagram Metodologi Penelitian
Pengolahan Data dan Analisa
Pada Tahap pengolahan dan Analisa data, Pertama didefinisikan terlebih dahulu
Tujuan Bisnis Dari organisasi tersebut dilanjutkan dengan identifikasi tujuan IT apa saja yang
harus dilakukan, yang sudah dipetakan oleh COBIT 4.1 dan tahap selanjutnya adalah
penentuan proses IT apa saja yang harus dijalankan dengan penggunaan beberapa domain
pada COBIT 4.1 (Sarno, Riyananto 2009b) setelah itu dibuat kuisioner berdasarkan proses IT
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
yang digunakan. Dari hasil pengisian kuisioner dapat dihitung nilai maturity level atau
kondisi eksisting kepatuhan pada proses IT.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan metode wawancara, kuisioner serta pengamatan terhadap dokumen terkait tentang
penerapan teknologi informasi yang dilakukan oleh organisasi, wawancara dan kuisioner
diperoleh dari beberapa responden yang dianggap terkait atau berhubungan dengan atau
yang dianggap memahami tata kelola IT pada kedua organisasi tersebut sesuai dengan
yang mewakili tabel RACI (Responsible, Accountable, Consulted and Informed). Data
sekunder yang digunakan sebagai pelengkap analisis berupa dokumen perencanaan,
laporan-laporan, dan pengukuran terhadap kualitas layanan jaringan TIK dengan melakukan
pengukuran nilai delay dan pengukuran Bandwith dari Core Layer sampai pada Acess Layer
pada beberapa titik.
Pembuatan dokumen prosedur untuk optimalisasi kualitas dan sistem layanan pada
jaringan TIK didasarkan pada best practice COBIT 4.1 dan ITIL.V3, hal ini didapat setelah
mengetahui tingkat maturity level (level kematangan) terhadap kepatuhan pengelolahan pada
tiap IT Proses.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Tingkat Kemapanan pada Institut A
Dari proses pengukuran yang dilakukan, didapatkan hasil tingkat pengukuran
kemapanan pengelolaan sistm & layanan jaringan berbasis pada tingkat kemapanan COBIT
4.1. Hasil tersebut tampak seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pengukuran Tingkat Kemapanan Pada Institusi A
No
1
Control IT Process
Nilai
PO6. Mengkomunikasikan tujuan dan
3.8
arahan manajemen
2
PO8. Mengelola kualitas
3.7
3
AI4.Memungkinkan
Operasional
3.0
Penggunaan
4
AI6. mengolah perubahan
2.9
5
AI7. Instalasi dan akreditasi solusi beserta
3.8
perubahannya
6
DS2. Mengelola layanan Pihak Ke tiga
3.7
7
DS3. Mengelola Kinerja Dan Kapasitas
3.9
8
DS4. Memastikan Layanan yg berelanjutan
3.2
9
DS8. Mengelola Service desk dan Insiden
3.8
10 DS10. Mengelola permasalahan
3.3
11 DS12 Mengelola Lingkugan Fisik
3.3
12 DS13. Mengelola Operasi
3.6
Rata-rata Maturity pada IT Proses
3.5
Level Kematangan
Manage and Measurable
Manage and Measurable
Defined Process
Defined Process
Manage and Measurable
Manage and Measurable
Manage and Measurable
Defined Process
Manage and Measurable
Defined Process
Defined Process
Manage and Measurable
Diagram yang menggambarkan nilai hasil dari seluruh proses TI dengan jaring labalaba, berdasarkan hasil maturity level dan target yang telah ditetapkan pada tujuan bisnis dan
tujuan TI. Hasil penghitungan tingkat ditunjukkan pada Gambar 3.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Gambar 3 Grafik Hasil Pengukuran Tingkat Kemapanan pada Institusi A
Hasil Pengukuran Tingkat Kemapanan pada Institusi B
Dari proses pengukuran yang dilakukan, didapatkan hasil tingkat pengukuran
kemapanan pengelolaan sistm & layanan jaringan berbasis pada tingkat kemapanan COBIT
4.1. Hasil tersebut tampak seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Pengukuran Tingkat Kemapanan Pada Institusi B
No
1
Control IT Process
PO6. Mengkomunikasikan tujuan dan
arahan manajemen
2
PO8. Mengelola kualitas
3
AI4.Memungkinkan
Operasional
Penggunaan
4
AI6. mengolah perubahan
5
AI7. Instalasi dan akreditasi solusi
beserta perubahannya
6
DS2. Mengelola layanan Pihak Ke tiga
7
DS3. Mengelola Kinerja Dan Kapasitas
8
DS4.
Memastikan
Layanan
yg
berelanjutan
9
DS8. Mengelola Service desk dan
Insiden
10 DS10. Mengelola permasalahan
11 DS12 Mengelola Lingkugan Fisik
12 DS13. Mengelola Operasi
Rata-rata Maturity pada IT Proses
Nilai
2.8
Level Kematangan
Defined Process
2.5
1.6
Defined Process
Repeatable But Intuitive
2.4
2.4
Repeatable But Intuitive
Repeatable But Intuitive
3.2
2.0
2.1
Defined Process
Repeatable But Intuitive
Repeatable But Intuitive
1.6
Repeatable But Intuitive
2.7
3.0
3.3
2.21
Defined Process
Defined Process
Defined Process
Diagram yang menggambarkan nilai hasil dari seluruh proses TI dengan jaring labalaba, berdasarkan hasil maturity level dan target yang telah ditetapkan pada tujuan bisnis dan
tujuan TI. hasil penghitungan tingkat.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Gambar 4 Grafik Hasil Pengukuran Tingkat Kemapanan pada Institusi B
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penerapan sistem dan layanan jaringan pada Institusi A mencapai tingkat kemapanan
level 3.5 (Managed and Measurable). Level tersebut menjelaskan bahwa organisasi telah
mempunyai standarisasi prosedur dan dikomunikasikan serta standar tersebut harus diikuti
oleh semua staf pada organisasi tetapi terkadang terjadi penyimpangan yang tidak terdeteksi,
maka dari itu perlu pengawasan dan peningkatan secara konstan pada tiap proses TI yang
dijalankan Peningkatan tingkat kemapanan sistem dan layanan harus dilakukan dengan cara
bertahap dan teratur. Penetapan skala prioritas dapat dilakukan berdasarkan perolehan nilainilai yang masih dibawah rata-rata level 3. Level 4-5 dapat dijadikan target peningkatan
kemapanan. Dengan mengambil nilai-nilai rendah sebagai prioritas dan level selanjutnya
sebagai target, maka peningkatan tingkat kemapanan dapat dilakukan secara bertahap dan
teratur.
Sedangkan pada Unstitusi kemapanan level 2 (Repeatable but Intuitive). Level tersebut
menjelaskan bahwa organisasi sudah memiliki proses yang dikembangkan kedalam tahap
dimana prosedur serupa diikuti oleh pihak-pihak yang berbeda untuk pekerjaan yang sama.
Hasil pengukuran tingkat kemapanan yang berada di level 2 menunjukkan bahwa kemapanan
penerapan terhadap proses yang mendukung sistem layanan jaringan TIK masih rendah.
Kondisi tersebut dapat didefinisikan bahwa dalam organisasi tidak terdapat pelatihan formal
atau pengkomunikasian prosedur standard dan tanggung jawab diserahkan kepada individu.
Selain itu juga terdapat kepercayaan yang tinggi terhadap pengetahuan individu sehingga
kemungkinan terjadi trouble sangat besar, jika tiba – tiba pelaksana teknis tidak bekerja lagi
pada organisasi tersebut. Peningkatan tingkat kemapanan sistem dan layanan harus dilakukan
dengan cara bertahap dan teratur. Penetapan skala prioritas dapat dilakukan berdasarkan
perolehan nilai-nilai yang masih dibawah rata-rata level 2. Level 3 dapat dijadikan target
peningkatan kemapanan. Dengan mengambil nilai-nilai rendah sebagai prioritas dan level
selanjutnya sebagai target, maka peningkatan tingkat kemapanan dapat dilakukan secara
bertahap dan teratur.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
SARAN
1.
Untuk Optimalisasi Sistem dan layanan pada Institut A dari dua belas IT proses yang
digunakan untuk menjalankan tujuan bisnisnya yang paling rendah adalah IT Proses A17
(Instalasi dan Akreditasi Solusi beserta Perubahannya) dan AI6 (Mengolah Perubahan)
mendapatkan level nilai terendah dan dapat dijadikan sebagai prioritas utama Level 4
(manage and Measurable) dan level 5 (Optimized) merupakan level terdekat yang dapat
dijadikan target peningkatan kemapanan. Kondisi yang menjadi target adalah organisasi
telah memiliki proses entuk mengevaluasi dan mengukur setiap prosedur dan kebijakan
yang dijalankan sehingga dapat diketahui / dipilih proses terbaik dalam menjalankan
sebuah kebijakan.
2 . Untuk Optimalisasi Sistem dan layanan pada Universitas B dari dua belas IT proses yang
digunakan untuk menjalankan tujuan bisnisnya yang berada di level 2 repeatable but
intuitive adalah IT Proses A14 (Memungkinkan Operasional Penggunaan) A16
(Mengelolah Perubahan) AI7 (Instalasi dan akreditasi solusi beserta perubahannya) DS3
(Mengelola Kinerja dan Kapasitas) DS4 (memastikan layanan yang berkelanjutan ) DS8
(Mengelola Service Desk dan Insiden) hal yang pertama harus dilakukan oleh organisasi
segera mendeskripasikan Visi dan Misi organisasi agar investasi IT yang dilakukan
sesuai dengan tujuan bisnisnya selanjutnya adalah membentuk tim khusus yang
menangani tentang permasalahan terhadap layanan, dideskripsikan dengan jelas tugas
pokok dan fungsinya serta di lakukan pemberitahuan pada pihak pengguna jika terjadi
troble apa yang harus dilakukan. Kemudian baru diidentifkasi perbaikan tehadap
pengelolahan kinerja dan kapasitas
3. Untuk memperkuat pengetahuan kondisi eksisting terhadap nilai QOS jaringan dapat
ditambah parameternya, tidak hanya melakukan pecobaan pengukuan pada nilai Delay di
sebuah jaringan dan pengukuran Bandwith, misalnya dengan mengamati trafik jaringan
pada jam – jam tertentu, sehingga dapat dilakukan pembatasan pembukaan situs website
tertentu, atau manajemen BW dengan pembagian alokasi kapasitas jaringan pada tiap –
tiap jurusan.
4. Peningkatan tingkat kemapanan tidak terlepas dari 6 atribut kematangan COBIT 4.1,
yaitu Awareness and Communication (AC), Policies, Standards and Procedures (PSP),
Tools and Automation (TA), Skill and
Expertise (SE), Responsibilities and
Accountabilities (RA), dan Goal etting and Measurement (GSM)
5. Organisasi perlu menggunaan alat manajemen TI yang lain diperlukan agar implementasi
lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fatoni (2008), “Analisis Kualitas Layanan Jaringan Intranet (Sudi Kasus Universitas Bina
Darma )”, Bina Darma, Palembang.
Indrajit, Richardus Eko (2004), Kajian Strategis Analisa Cost-Benefit Investasi Teknologi
Informasi”.
IT Service Management (2007), An Introductory Overview of ITIL V3”, USA Office of
Government Commerce.
IT Governance Institute (2008), “ Mapping of ITIL v3 With COBIT 4.1”, IT Governance.
Pederiva Andrea (2003) “The COBIT Maturity Model in a Vendor Evaluation Case”,
Information Systems Audit and Control Association.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Priotomo, R Okky Ganinda (2010), “Pembuatan Prosedur Penanganan Insiden Infrastruktur
Jaringan dengan COBIT 4.1 dan ITIL.V3 pada Bidang Pengelolahan Infrastruktur
Teknologi Komunikasi Komunikasi Diskominfo Jatim”, ITS-Surabaya.
Sarno, Riyananto (2009a) , “Audit Sistem dan Teknologi Informasi”, ITS PRESS.
Sarno, Riyananto (2009b) ,“Strategi Sukses Bisnis dengan Teknologi Informasi”, ITS PRESS
Sasongko, Nanang (2009), “Pengukuran Kinerja Teknologi Informasi Menggunakan COBIT
4.1, Ping Test, dan CAAT pada PT. Bank X di Bandung”, UNJANI-Bandung.
Silitonga, Tumpal Paradongan (2010), “Sistem Manajemen Insiden Pada
Program
Manajemen Helpdesk dan Dukungan TI berdasarkan Framework ITIL (Studi Kasus
BPK RI) “, ITS-Surabaya.
Wiliam Stalings (2007), “Data and Computer Comunication”, Eigth Edition.
Yohanes, Frangky nangoi (2009), “Perancangan Tata Kelola Teknologi Informasi dengan
framework COBIT Pada Infrastruktur dan keamanan Jaringan di Universitas X”, ITSSurabaya.
ISBN : 978-602-97491-6-8
C-11-9
Download