laporan pengabdian masyarakat

advertisement
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN
HIV/AIDS
OLEH
Islando R. Tondang,SST
AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB l PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian HIV/AIDS ......................................................................................... 3
2.2 Etiologi................................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ......................................................................................................... 3
2.4 Gejala ................................................................................................................... 4
2.5 Dampak Dari HIV/AIDS ..................................................................................... 5
2.6 Cara Pencegahan HIV/AIDS ............................................................................... 5
2.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 5
2.8 Tata Laksana HIV/AIDS ..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka
Lampiran 1
: Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen
Lampiran 2
: Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan
Lampiran 3
: Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah
Negeri 3 Binjai
Lampiran 4
: Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Lampiran 5
: Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)
Lampiran 6
: SAP Penyuluhan
Lampiran 7
: Print-out Power Point Penyuluhan
Lampiran 8
: Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan
Lampiran 9
: Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 10 : Dokumentasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen
Lampiran 2
: Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan
Lampiran 3
: Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah
Negeri 3 Binjai
Lampiran 4
: Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Lampiran 5
: Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)
Lampiran 6
: SAP Penyuluhan
Lampiran 7
: Print-out Power Point Penyuluhan
Lampiran 8
: Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan
Lampiran 9
: Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 10 : Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari hari ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat,
baik akibat seks bebas maupun akibat penyalahgunaan NAPZA khususnya Napza suntik.
Dengan semakin banyaknya pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),
maka akan semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani
kehidupan sehari-hari dapat lebih baik.
Untuk mengetahui penyakit akibat HIV/AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu
lama sekali. Tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap, HIV/AIDS menyebar dari monyet
ke manusia sekitar tahun 1926-1946. HIV/AIDS merupakan bagian dari kelompok virus yang
disebut Lentivirus yang banyak ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif,
Lentivirus
diketahui
sebagai
virus
monyet
yang
dikenal
dengan
nama
Simianimmunodeficiency Virus (SIV).
Februari 1999, peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti
jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV yang nyaris
sama dengan HIV/AIDS. Simpanse itu berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut pan
troglodyte yang terdapat di Afrika Tengah Barat.
Tahun 1982, para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai Gay Related
Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan
kaum gay. Dari situ mulai jelas bahwa penurunan daya tahan tubuh disebabkan unsur yang
menular, kemungkinan virus yang menyebar melalui darah. GRID juga mempengaruhi wanita
dan pria pengguna narkotika yang heteroseksual.
Dua ilmuan yang menemukan HIV/AIDS berbagi Nobel Kedokteran dengan ilmuan
yang mengaitkan HIV/AIDS dengan kangker rahim. Adapun kedua ilmuan ini masingmasing Barre Sinoussi dan Luc Montagnier. Keduanya dinilai berjasa dengan penelitian
mereka dalam menemukan virus penyebab HIV/AIDS.
Komite Nobel mengatakan penemuan kedua warga perancis itu amat vital dalam
membantu para ilmuan memahami biologi dari virus yang mengancam dunia. Lebih dari 25
juta orang meninggal karena HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan di seluruh dunia tercatat 33 juta
orang yang mengidap virus HIV/AIDS. Temuan Sinoussi dan Montagnier antara lain
mendorong metode diagnose pasien maupun dalam memeriksa darah, yang membatasi
penyebaran wabah HIV/AIDS.
Walau masih belum ditemukan obat untuk HIV/AIDS, dalam beberapa tahun
belakangan penyakit itu tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanya.
Pengobatan saat ini sudah berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV/AIDS sampai
puluhan tahun. Sementara itu Harald Zur Hausen, asal jerman, meraih Nobel Kedokteran
karena jasanya dalam mengaitkan HPV, atau Human Papilloma Virus, dengan kangker
rahim.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penyuluhan ini dilakukan untuk menjelaskan agar para siswa/i SMAN
3 Binjai mengetahui dan memahami tentang HIV/AIDS, dan dapat terhindar dari
infeksi HIV/AIDS.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui bagaimana cara penularan HIV/AIDS
1.2.2.2 Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi HIV/AIDS
1.2.2.3 Untuk mengetahui dan mengaplikasikan dalam kehidupan cara mencegah
penyakit HIV/AIDS
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Sebagai bahan informasi kepada siswa/i SMAN 3 Binjai tentang HIV/AIDS
1.3.2 Untuk memenuhi tugas dosen dalam Tridarma Perguruan Tinggi terutama tugas
terhadap pengabdian masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Orang yang
terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan penyakit lain karena sistem kekebalan
tubuhnya menurun terus secara drastis.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome. Penyakit ini adalah
kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang
terinfeksi virus HIV.
Orang yang telah mengidap virus HIV/AIDS akan menjadi pembawa dan penular
HIV/AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. HIV/AIDS juga
dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang
bisa mencegah virus HIV/AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus HIV/AIDS akan merasakan
tekanan mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan
mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya
biaya pengobatan. Bahaya HIV/AIDS yang lain adalah menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
2.2 Etiologi
Di AS dan Eropa Barat, kelompok yang menghadapi risiko terbesar untuk menderita
HIV/AIDS adalah laki-laki homoseksual dan biseksual, mereka yang pernah menyalah
gunakan obat secara intravena (mungkin tertular melalui jarum suntik, semprit, dan lain-lain
yang tercemar) dan para penerima transfusi darah atau produk darah yang sudah terinfeksi.
Di Afrika, kelompok risikonya berbeda yaitu mayoritas kasusnya tampak pada laki-laki atau
wanita yang heterosexual dan bukan penyalah guna obat secara IV ataupun penerima transfusi
darah atau produk darah. Baik untuk deteksi kekebalan akibat virus maupun untuk virusnya
sendiri tidak ada terapi yang efektif. Banyak manifestasi HIV/AIDS yang dapat diobati,
namun penyakit ini cenderung untuk kambuh kembali.
Mengapa pada sebagian pasien infeksi HIV/AIDS terjadi penyakit sementara sebagian
lagi tidak, sampai saat ini belum diketahui. Orang yang terinfeksi tapi tidak sakit mungkin
mempunyai masa hidup yang normal, sedangkan angka mortalitas mereka yang menderita
HIV/AIDS ±50% dalam waktu 1 bulan setelah dibuat diagnosis “five year survival rate” pada
pasien HIV/AIDS mendekati nilai nol.
2.3 Patofisiologi
Virus HIV/AIDS dapat ditularkan baik dari orang yang terinfeksi tapi tanpa gejala
maupun dari pasien-pasien HIV/AIDS. Penularan/transmisi HIV/AIDS terjadi lewat
hubungan sex dengan orang yang terinfeksi, tranfusi darah atau produk darah yang terinfeksin
infeksi dengan jarum suntik yang tercemar virus atau inseminasi artifisial dengan semen yang
terinfeksi. Juga penularan ini dapat terjadi pada masa perinatal pada ibu yang terinfeksi pada
bayinya yang lahir dan dapat pula melalui transplantasi organ atau jaringan yang terinfeksi.
Satu kasus HIV/AIDS pada bayi terjadi lewat ASI yang terinfeksi. Sampai sejauh ini belum di
ketahui apakah transmisi perinatal terjadi lewat plasenta atau pada saat atau segera sesudah
kelahiran.
Penelitian luas terhadap anggota keluarga yang hidup bersama pasien HIV/AIDS
memperlihatkan bahwa anggota yang bukan pasangan sex penderita dan sehari-hari
berhubungan erat dengan penderita tidak mendapat penyakit tersebut. Demikian pula,
penelitian terhadap para pekerja medis dan petugas kesehatan menunjukkan bahwa mereka
yang merawat pasien-pasien terinfeksi HIV/AIDS tidak menghadapi peningkatan risiko
infeksi. Hanya ada satu kasus infeksi pada petugas kesehatan yaitu lewat tusukan jarum suntik
yang tidak disengaja dimana jarum tersebut sebelumnya dipakai untuk menyuntik pasien
HIV/AIDS. Penularan virus jelas tidak terjadi lewat kontak tak langsung non-seksual dengan
pasien yang terinfeksi.
2.4 Gejala
Gejala HIV/AIDS beraneka ragam dan tergantung pada manifestasi khusus penyakit
tersebut. Sebagai contoh, pasien HIV/AIDS dengan infeksi paru dapat mengalami demam dan
keluar keringat malam sementara pasien tumor kulit akan menderita lesi kulit. Gejala non
spesifik pada pasien HIV/AIDS mencakup rasa letih yang mencolok, pembengkakan kelenjar
leher, ketiak serta lipat paha, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya dan diare yang
berlarut-larut. Karena gejala-gejala yang belakangan ini dapat dijumpai pada banyak kondisi
lainnya, maka hanya kalau kondisi ini sudah disingkirkan dan gejala tersebut tetap ada,
barulah diagnosis HIV/AIDS di pertimbangkan, khususnya pada orang-orang yang bukan
termasuk kelompok risiko tinggi .
2.5 Dampak dari HIV/AIDS
1. Tidak Ada Obat
HIV/AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV/AIDS
yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh
manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuhnya sehingga mudah
terjangkit dan meninggal karena penyakit infeksi, kanker lainnya. Dan sampai saat ini
belum ditemukan vaksin pencegahnya atau obat untuk penyembuhannya.
2. Kematian
Menurut perhitungan WHO (1992) tidak kurang dari 3 orang di seluruh dunia terkena
infeksi virus HIV/AIDS setiap menitnya. Dan yang mengerikan adalah jumlah penderita
70% adalah kalangan pemuda dan usia produktif.
3. Serangan bagi Anak Muda
resiko tinggi terjangkitnya penyakit bahaya ini adalah homoseksual, heteroseksual,
promiskuitas, penggunaan jarum suntik pecandu narkotik dan free sex serta orang-orang
yang mengabaikan nilai-nilai moral, etik, dan agama (khususnya para remaja/generasi
muda usia 13-25 tahun).
4. Tidak Bermoral
Pola dan gaya hidup barat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan perubahan-perubahan nilai kehidupan
yang cenderung mengabaikan nilai-nilai moral, etik, dan agama, termasuk nilai-nilai
hubungan seksual antar individu.
5. Seks Bebas
Permasalahan lain yang berdampak sangat tinggi bagi penularan virus HIV/AIDS adalah
remaja yang meninggalkan rumah/minggat menjadi anak jalanan, dan tuna susila yang
melakukan seksual aktif dan pecandu narkoba secara bebas dan tidak terjaga
kebersihan/kesehatannya.
2.6 Cara Pencegahan HIV/AIDS
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Tidak berganti – ganti pasangan .
3. Selalu menggunakan alat suntik atau alat tusuk lain yang steril.
4. Bagi wanita pengidap sebaiknya tidak hamil
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus struktural.
Hasil positif palsu dan negativ palsu jarang terjadi.
2. Untuk transmisi vertikal (antibody HIV positif) dan serokonversi (antibody HIV negativ),
serologi tidak berguna dan RNA HIV/AIDS harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada
amflikasi asam nukleat.
3. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4 diperiksa secara
teratur (setiap 8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum pengobatan menentukan kecepatan
penurunan CD4, dan pemeriksaan pasca pengobatan (didefinisikan sebagai VL <50
kopi/mL). menghitung CD4 menetukan kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4
>200 sel/mm3menggambarkan risiko yang terbatas. Adapun pemeriksaan penunjang dasar
yang diindikasikan adalah sebagai berikut :
Semua pasien
CD4 <200 sel/mm3
Antigen permukaan HBV*
Rontgen toraks
Antibody inti HBV+
RNA HCV
Antibody HCV
Antigen kriptokukus
Antibody IgG HAV
OCP tinja
Antibody Toxoplasma
Antibody IgG sitomegalovirus
CD4 <100 sel/mm3
Serologi Treponema
PCR sitomegalovirus
Rontgen toraks
Funduskopi dilatasi
Skrining GUM
EKG
Sitologi serviks (wanita)
Kultur darah mikrobakterium
4. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Merupakan metode
yang digunakan menegakkan diagnosis HIV/AIDS dengan
sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 98,1-100 % biasanya tes ini memberikan hasil
positif 2-3 bulan setelah infeksi.
2.8 Tata Laksana HIV/AIDS
Belum ada penyembuhan HIV/AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpancarnya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu:
1.
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus di pertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2.
Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
HIV/AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
HIV/AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3.
Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang diakibatkan
karena infeksi virus HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS dikatakan sangat berbahaya dikarenakan
penyakit ini dapat diderita oleh siapapun dan dapat ditularkan dengan mudah melalui
kebiasaan buruk dari manusia. Selain itu, sampai saat ini obatnya pun belum ada. Bahkan
penyakit yang sangat mematikan ini berkembang sangat cepat di dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan, di negara kita terjadi
peningkatan kasus penderita HIV/AIDS setiap tahun secara signifikan.
3.2 Saran
Diharapkan peserta penyuluhan (siswa/i) dapat memahami
tentang penyakit
HIV/AIDS, karena penyakit ini sungguh berbahaya. Sebaiknya jangan melakukan hubungan
seks jika anda belum menikah. Jangan juga sering-sering berganti pasangan karena itu
meningkat risiko terkena HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Depkes (2003). Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan ODHA.Jakarta:
Dirjen P2M Depkes RI, hal 80-177
http//:www.google.com/hiv-aids
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT, Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Stewart GJ. 1997, Mananging HIV. Sydney: MJA Published, hal 17-21, 42-44.
Widyastuti, yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I.
II.
Identifikasi Masalah
Pokok bahasan
: Penyakit HIV/AIDS
Sub pokok bahasan
: Cara Penularan dan Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
Sasaran
: Siswa/I SMA
Waktu
: 30 menit
Hari/Tanggal
: Sabtu, 14 Maret 2015
Tempat
: SMAN 3 Binjai
Pembicara
: Islando R. Tondang, SST
Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan Siswa/i
dapat
memahami Penyakit HIV/AIDS.
III.
Tujuan Intruksional Khusus
1. Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Siswa/i mampu menjelaskan
pengertian HIV/AIDS dengan benar
2. Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Siswa/i mampu menyebutkan
gejala HIV/AIDS dengan benar
3. Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Siswa/i mampu menyebutkan
cara-cara penularan HIV/AIDS dengan benar
4. Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Siswa/i mampu menjelaskan
cara pencegahan HIV/AIDS dengan benar
IV.
Materi
Terlampir
V.
Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI.
Media penyuluhan
1. Leaflet, Infocus
VII.
Proses Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan
Kegiatan
Waktu
Penyuluh
1.
2.
Pembukaan 5 menit 
Penyajian
Sasaran
Memberi salam

Menjawab salam

Memperkenalkan diri

Mendengarakan

Menjelaskan tujuan
15 menit
Menjelaskan tentang :
Menyimak
1. Pengertian HIV/AIDS
Mendengarkan
2. Gejala-gejala HIV/AIDS
Mencatat bila perlu
3. Cara penularan HIV/AIDS
Bertanya tentang hal-hal
4. Cara pencegahan HIV/AIDS
yang belum jelas
5. Dampak HIV/AIDS
6. Cara pengendalian seseorang
yang terkena HIV/AIDS
3.
I.
Penutup
10 menit
Tanya jawab

Bertanya

Menyimpulkan

Menjawab pertanyaan

Memberi salam

Menjawab salam

Evaluasi
Sumber
Adisasmito, wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Depkes
(2003). Pedoman
ODHA.Jakarta:
Nasional
Perawatan,
Dukungan
dan
Pengobatan
Dirjen P2M Depkes RI, hal 80-177
http//:www.google.com/hiv-aids
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo,sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T.Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Stewart GJ. 1997, Mananging HIV. Sydney: MJA Published, hal 17-21, 42-44.
Widyastuti, yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
II.
III.
Evaluasi
1. Cara
: Lisan
2. Jenis pertanyaan
: Pertanyaan terbuka
Lampiran
1. Materi Lengkap
2. Daftar Hadir Peserta
Download