BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991: 3) Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah Sains merupakan terjemahan kata-kata bahasa Inggris yaitu natural science, yang artinya dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Darmojo dalam (Samatowa 2010: 2) mengemukakan IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3) menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. 6 7 Dari pemaparan beberapa pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan empirik, yang berarti IPA adalah ilmu pengetahuan yang dapat di buktikan kebenarannya dan dapat diperolaeh melalui pengalaman. Pelajaran IPA tidak hanya di dapat melalui membaca atau mendengarkan, namun pelajaran IPA berkaitan dengan penemuan sehingga harus dilakukan oleh seseorang. Karena dengan seseorang melakukan maka akan terjadi proses menemukan. 2.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Pembelajaran IPA di SD merupakan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta,prinsip dan proses penemuan, pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Oleh karena itu IPA untuk anak-anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Srini, 2001:1). Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebihg lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian p0engalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BSNP (2007: 13) Dari pemaparan tesebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat membantu siswa 8 memahami fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. 2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena IPA merupakan dasar teknologi, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, (4) Mata Pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. (Usman Samatowa, 2010: 6) Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu (1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, (2) Menanamkan sikap ilmiah, (3) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan, (4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, (5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Trianto 2012 dalam (Prihantro Laksmi, 1986) Selanjutnya, tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan KTSP 2006 adalah sebagai berikut: (1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi, (3) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (4) ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (5) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan msyarakat, dan (6) menghargai alam 9 dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (Depdiknas, 2006: 27). Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan pembelajaran siswa akan berhasil apabila dalam proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara guru, siswa dan lingkungan. Karena konsep-kosep IPA yang diberikan di SD secara umum mempunyai tujuan agar siswa meyakini bahwa bumi dan seluruh isinya adalh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keyakinan tersebut siswa dapat menyadari dan ikut serta dalam memelihara, mejaga, dan melestarikan lingkungan alam. Selain itu tujuan pembelajaran IPA akan berhasil jika prosesnya ditunjang oleh suasana yang menyenangkan, yaitu suasana yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk menumbuhkan hrasa ingin tahunya terhadap IPA sehingga keberhasilan proses kegiatan pembelajaran dapat meningkat secara optimal. 2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajar IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI, maka materi tentang kenampakan permukaan bumimerupakan materi yang dijelaskan di kelas tiga pada semester dua dengan standar kompetensi yaitu memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam, dan kompetensi dasar adalah mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. 10 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran (Isjoni,2012:12) Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7). Menurut Slavin (2010:100) bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosia di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa. Sunal dan Hans dalam Isjoni (2012:12) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur siswa heterogen dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 2.2.2 Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Hamdani (2011:30) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: (1) setiap anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga 11 teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (4) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2012: 21-22), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 2.2.2.1 Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, membantu dan peduli. 2.2.2.2 Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 2.2.2.3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini, siswa yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 12 2.2.3 Unsur Pembelajaran Model Kooperatif Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus diterapkan, yaitu : (1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif), (2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), (3) Face to face promotive interaction (tatap muka), (4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan (5) Group processing (pemrosesan kelompok). 2.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif Model pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah atau fase, yang dapat dilihat pada tabel 2.1 (Rusman, 2012: 211). Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik 2. Menyajikan informasi 3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompokkelompok belajar 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar 5. Evaluasi Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Memberikan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan 13 pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok. Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2012: 24), keunggulan yag diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan 14 memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 2.3.1 Pengertian STAD Salah satu tipe pada model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievmet Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dimana siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen terdiri laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi atau sedang. Selain itu, anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran. Mereka harus saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis kemudian melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001). STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Jadi pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Karena dalam proses pembelajarannya yang menekankan adanya kerjasama antar siswa karena jika para siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materi sehingga temannya tersebut dapat memahami pelajaran dengan baik. 15 Akan tetapi meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu ketika mengerjakan kuis. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. 2.3.2 Karakteristik STAD Karakteristik STAD menurut Hamdani (2011: 40) adalah sebagai berikut: (1) Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana, (2) Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama, (3) Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota, (4) Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru, (5) Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya, (6) Penilaian : tes mingguan. 2.3.3 Langkah-Langkah STAD Langkah–langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut (Suprijono, 2009 : 133): 2.3.3.1 Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campur menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain) 2.3.3.2 Guru menyajikan pelajaran 2.3.3.3 Guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 2.3.3.4 Guru memberi kuis /pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 2.3.3.5 Memberi evaluasi 2.3.3.6 Kesimpulan 2.3.4 Komponen Yang Terkandung Dalam STAD Komponen STAD menurut Slavin (2010:143) adalah sebagai berikut: 2.3.4.1 Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan 16 presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benarbenar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2.3.4.2 Tim Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar – benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini akan memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa – siswa mainstream. 2.3.4.3 Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 2.3.4.4 Skor kemajuan individual Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata 17 diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim. Berikut ini pada tabel 2.2 akan disajikan skor kemajuan individual. Tabel 2.2 Skor Kemajuan Individual Skor kuis Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10-1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) Poin Kemajuan 5 10 20 30 30 (Slavin, 2010:159) Selanjutnya pada tabel 2.3 akan disajikan contoh bentuk tabel pengukuran skor kuis dan poin kemajuan. No. Tabel 2.3 Perhitungan Skor Kuis Nama Siswa Skor Awal Skor Kuis Poin Kemajuan 1. 2. 3. 4. 5. (Slavin, 2010:162) Berikut ini pada tabel 2.4 adalah contoh format tabel rangkuman poin masing-masing tim, tabel ini digunakan untuk mengetahui penghargaan yang didapat oleh masing-masing tim. Tabel 2.4 Rangkuman Tim Nama Tim: No. 1. 2. 3. 4. 5. Anggota Tim Poin Kemajuan Total Skor tim Rata-rata tim Penghargaan tim (Slavin, 2010:163) 18 2.3.4.5 Penghargaan tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata – rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. 2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan STAD Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut: (1) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum, (2) Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembagian kelompok sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif, (3) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif, dan (4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan 19 pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif. (Fajar Wijayanti, 2012: internet) 2.4 Bahan Ajar 2.4.1 Pengertian Bahan Ajar Sebenarnya bahan ajar dan sumber belajar merupakan hal yang berbeda, namun karena kurang jeli untuk mengamati substansi dari masing-masing makna tersebut maka ketika praktik di lapangan kita sering menggunakan dua istilah tersebut secara bersamaan. Untuk memahami maksud bahan ajar, kita dapat menelusuri pandangan dari beberapa ahli tentang pengertian istilah bahan ajar. Menurut National Centre for Competency Based Training, 2007; dalam Andi Prastowo, 2011: 16 bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Dari sumber lain dalam website dikmenjur.net, diperoleh pengertian yang lebih aplikatif bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. (Andi Prastowo, 2011:16-17) Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat kita pahami bahawa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagaianya. 20 2.4.2 Macam–Macam Bahan Ajar Bahan ajar yang beredar dalam dunia pendidikan sangat beragam. Berikut ini adalah pengelompokan macam bahan ajar dari beberpap klasifikasi. (Andi Prastowo, 2011:40-43) 2.4.2.1 Bahan Ajar Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengan bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. a. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leafet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. b. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat diamainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yan gmemungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film. d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasiatau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dann/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interaktif. 2.4.2.2 Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan, (2) bahan ajar yang diproyeksikan, (3) bahan ajar audio. (4) bahan ajar video, dan (5) bahan ajar (media) komputer 2.4.2.3 Bahan Ajar Menurut Sifatnya Menurut sifatnya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) bahan ajar yang berbasis cetak, (2) bahan ajar berbasiskan teknologi, (3) bahan 21 ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, dan (4) bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia. 2.5 Bahan Ajar Handout 2.5.1 Pengertian Handout Echols dab Shadily dalam Andi Prastowo 2011: 78 mengartikan bahwa handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara itu, Mohammad dalam Andi Prastowo 2011 : 79 memaknai handout sebagai selembar (atau beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada peserta didik. Dengan kata lain, apabila pendidik membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan lembar kerja siswa, misalnya), maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori handout. 2.5.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Handout 2.5.2.1 Fungsi Handout Menurut Sreffen dan Peter Ballstaedr dalam Andi Prastowo 2011, fungsi handout antara lain: (1) membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, (2) sebagai pendamping penjelasan pendidik, (3) sebagai bahan rujukan peserta didik, (4) memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, (5) mengingat pokok-pokok materi yang diajarkan. (6) memberi umpan balik, dan (7) menilai hasil belajar. 2.5.2.2 Tujuan Pembuatan Handout Pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu (1) untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik, (2) untuk memperkaya pengetahuan peserta didik, dan (3) untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik. 2.5.2.3 Keguanaan Handout Penyusunan handout dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa manfaat, di antaranya memudahkan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran, serta melengkapi kekurangan materi, baik materi yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan oleh pendidik. 22 2.5.3 Ciri–Ciri Handout Sadjati, dalam Pengembangan Bahan Ajar (2003) mengungkapkan beberapa ciri khas dari bahan ajar ini, yaitu : a. Merupakan bahan ajar cetak yang dapat memberikan informasi kepada siswa b. Pada umumnya, handout berhubungan dengan materi yang diajarkan pendidik. c. Pada umumnya, handout terdiri atas catatan (baik lengkap maupun kerangkanya saja), tabel, diagram, peta, dan materi-materi tambahan lainnya. 2.5.4 Jenis–Jenis Handout Berdasarkan keterpaduan dengan buku utama, handout dikelompokkan mejadi dua jenis, yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku dan handout yang menjadi bagian tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Sementara itu, berdasarkan karakteristik mata pelajaran, handout dibedakan menjadi dua macam, yaitu handout mata pelajaran praktik dan nonpraktik. Karakteristik dua jenis mata pelajaran itu ternyata berimplikasi terhadap susunan dari handout yang tidak sama. (Andi Prastowo:2011) 2.5.4.1 Handout Mata Pelajaran Praktik Susunan handout memiliki ketentuan sebagai berikut : a. Dalam materi pokok kegiatan praktik, terdiri atas langkah-langkah kegiatan atau prosesnyang harus dilakukan oleh peserta didik. b. Pengalaman dan keterampilan peserta didik sangat diharapkan dalam penggunaan alat atau instrumen praktik (harus mutlak benar). Salah dalam merangkai atau menggunakan akan berakibat fatal, kerusakan, atau bahkan kecelakaan. c. Perlu bahkan sering dilakukan pre-test terlebih dulu sebelum peserta didik memasuki ruangan laboratorium atau bengkel, untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah siap dengan semua yang akan dilakukan dalm praktik tersebut. d. Penggunaan alat evaluasi sangat diperlukan untuk umpan balik dan melihat tingkat ketercapaian tujuan. e. Keselamatan kerja perlu dibudidayakan. 23 f. Format identitasnya sama dengan penjelasan sebelumnya, sedangkan isi handout disesuaikan dengan kekhususan materinya. 2.5.4.2 Handout Mata Pelajaran Nonpraktik Handout mata pelajaran nonpraktik mengacu pada SAP (Satuan Acara Pembelajaran), format handout 1) bebas (slide, tranparansi, paper based) berbentuk narasi kalimat singkat atau skema/flowchart dan gambar, tidak perlu memakai header maupun footer untuk setiap slide, cukup halaman pertama saja yang menggunakan. Yang terakhir konten (isi) handout terdiri atar overview materi dan rincian materi. 2.5.5 Langkah–Langkah Penyusunan Handout Selaras dengan penjelasan sebelumnya bahwa handout dibuat atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik, maka penyusunan handout harus diturunkan dari kurikulum. Adapun langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut a. Melakukan analisis kurikulum. b. Menentukan judul handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai. c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya. d. Menulis Handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas. e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan. f. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih handout adalah : a. Substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai peserta didik. b. Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang defenisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya. c. Padat pengetahuan. d. Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan. 24 e. Kalimat yang disajikan singkat dan jelas. f. Dapat diambil dari buku atau internet. Dalam penyusunan handout harus singkat dan jelas. Menurut Aziz dalam Andi Prastowo 2011, persyaratan suatu handout yaitu : a. Handout memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan, definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya. b. Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram. c. Penyajian informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa. 2.5.6 Bentuk Handout Bentuk handout dapat bervariasi. Menurut Nurtain dalam Andi Prastowo 2011 bentuk handout ada 3 yaitu : 2.5.6.1 Bentuk catatan Handout yang menyajikan konsep-konsep. Prinsip, gagasan pokok tentang suatu topik yang akan dibahas. 2.5.6.2 Bentuk diagram Handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap. 2.5.6.3 Bentuk catatan dan diagram Handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua. 2.5.7 Bagian–Bagian Handout 2.5.7.1 Bagian Pendahuluan Merupakan pembukaan (set induction) yang berfungsi memberikan pemahaman awal dan gambaran umum mengenai topik/tema dari bahan ajar yang akan diuraikan. Biasanya berisi hal-hal berikut: a. Uraian singkat atau prolog mengenai topik/tema yang bersangkutan. b. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari bahan ajar. c. Kegunaan atau pentingnya mempelajari topik/tema bahan ajar. d. Urutan pembahasan dari topik/tema bahan ajar yang disusun secara logis. e. Petunjuk belajar yang berisi mengenai panduan teknis mempelajari bahan ajar agar dipahami, dikuasai dan dipraktikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. 25 2.5.7.2 Bagian Teks atau Isi Handout a. Berisi uraian tentang bahan pelajaran. b. Bentuk uraian : garis-garis besar, agak rinci, sangat rinci. c. Sistematika uraian : sesuai dengan kurikulum, relatif sesuia kurikulum, tidak mengikuti kurikulum. 2.5.7.3 Bagian Pelengkap a. Ilustrasi dan contoh Digunakan untuk memantapkan pemahaman peserta didik terhadap isi topik atau tema bahan ajar. Ilustrasi dan contoh bisa berupa gambar komikus/kartun, bagan, foto, objek, grafik, diagram, dan bentuk lainnya. b. Tugas dan Latihan c. Merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh peserta didik dengan maksud untuk memantapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dituntut oleh tujuan pembelajaran. Bentuk tugas dan latihan tersebut bisa berupa kegiatan observasi/pengamatan, eksperimentasi sederhana, diskusi atau pemecahan masalah, merangkum atau membuat ikhtisar, dan bentukbentuk lainnya. d. Daftar rujukan 2.5.8 Kelebihan dan Kelemahan Handout 2.5.8.1 Kelebihan penggunaan handout Keuntungan penggunaan media handout menurut Davies dalam Andi Prastowo 2011 adalah sebagai berikut : a. Dapat menghemat waktu. b. Dapat menggantikan catatan siswa. c. Memelihara kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru. d. Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik e. Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media handout dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta memelihara kekonsistenan penyampaian materi pelajaran dikelas 26 oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran. Selain itu keuntungan menggunakan media handout dalam proses mengajar antara lain : a. Untuk memperkenalkan informasi atau teknologi baru. b. Untuk dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa. c. Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi. d. Untuk dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan. 2.5.8.2 Kelemahan penggunaan handout Kelemahan handout sebagai bahan ajar cetak (Arsyad, 2000 : 38-39) adalah : a. Sulit menampilkan gerak dan suara dalam halaman media cetak. b. Proses pencetakan memakan waktu lama. c. Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikan rupa. d. Cepat rusak dan hilang. e. Umumnya keberhasilannya hanya ditingkat kognitif. 2.6 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 2.6.1 Pengertian Hasil Belajar Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu. Bloom (Sudjana, 2005: 22-23) mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor naturalisasi. meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan 27 Menurut Purwanto (2008:38), hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1987:45). Dari pengertian beberapa ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. 2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010): 2.6.2.1 Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa. Faktorn intern terbagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor fsikologis, dan faktor kelelahan. a. Faktor Jasmaniah, sseperti kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor Psikologis, berupa intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c. Faktor Kelelahan, ada dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2.6.2.2 Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 28 a. Faktor Keluarga Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor Sekolah Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, gedung sekolah, dan metode mengajar guru. c. Faktor Masyarakat Kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2.6.3 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru pada mata pembelajaran IPA. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan (Izzatin Kamala, 2008). 2.7 Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Bahan Ajar Handout Hasil belajar IPA kelas 5 SD Negeri Lodoyong 03 Ambarawa masih belum optimal. Hal ini disebabkan karena pembelajaran IPA di kelas tersebut kurang berkualitas. Pembelajaran menggunakan metode ceramah. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Para pendidik masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru lebih cenderung menguasai kelas. Guru mengajar dengan berceramah dan mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafalkan. Selain dari faktor pendidik, faktor lain adalah sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, tidak mau mengungkapkan ide-ide 29 ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan yang diberikan. Tidak jarang siswa kurang mampu mempelajari sebab dianggap sulit. Dengan keadaan yang demikian guru harus merubah kebiasaan mengajar di kelas. Oleh karena itu penulis berinisiatif menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan bahan ajar handout. Diharapkan dengan model pembelajran ini hasil belajar siswa akan meningkat. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan bahan ajar handout adalah sebagai berikut: 2.7.1 Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Anggota kelompok harus heterogen dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, dan lainlain. 2.7.2 Guru menyajikan pembelajaran dengan bahan ajar handout. 2.7.3 Guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan dalam kelompok, tetapi setiap anggota harus memiliki hasil kerjanya masing-masing. Anggota yang sudah mengerti dapat membantu anggota yang belum mengerti agar semua anggota kelompok mengerti. 2.7.4 Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Kuis ini dikerjakan secara individu, tidak boleh saling membantu. 2.7.5 Evaluasi. 2.7.6 Kesimpulan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model dimana siswa dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk bekerjasama dengan teman-teman lainnya, karena dalam pembelajaran ini, siswa didorong untuk bagaimana memecahkan sebuah masalah bersama-sama dengan kelompoknya. Selain itu, siswa secara individu dapat terbentuk menjadi siswa yang aktif dan mencintai belajar, karena sebagai individu, siswa juga dipercayakan untuk ikut berkontribusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok. Semboyan yang terkenal dalam pembelajaran model Kooperatif Tipe STAD (student teams achievement division) adalah kesuksesan seseorang adalah kesuksesan kelompok, dan kesuksesan kelompok adalah kesuksesan orang per orang di dalam kelompok tersebut. 30 Melalui Handout, siswa akan lebih mudah untuk memahami materi dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan Handout, siswa akan lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran dan materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah oleh siswa dan dapat melatih kemandirian siswa dalam belajar. Melalui model kooperatif tipe STAD berbantuan Handout, selain siswa aktif dalam kelompoknya di dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan guru menjadi lebih mudah diterima oleh siswa, karena siswa akan termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan belajar mandiri dalam memahami materi pelajaran. Dengan begitu, akan perpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat. Pada akhirnya dapat diduga pemahaman IPA siswa kelas 5 meningkat, sebab guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan Handout yang lebih menarik. Peneliti berpendapat bahwa pemberian suasana baru dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan Handout dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari pelajaran IPA. 2.8 Kajian Relevan Berdasarkan hasil penelitian Seno tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan prestasi belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik 31 menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100. Berdasarkan penelitian Dewi Anggraini tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Sudent Team Achievement Division) terbukti efektif terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian dari hasil uji t yang menunjukkan signifikansi 0,016 < 0,05 yang artinya bahwa penggunaaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) efektif terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru harus mampu mengembangkan model pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga dapat membuat siswa merasa senang dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement), karena model pembelajaran ini sangat menarik bagi siswa. Berdasarkan penelitian Rahardika tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Perpaduan Bahan Ajar (Handout) Dengan Menggunakan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Malang.” Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelas X-6 dengan siswa kelas X-7 setelah diberikan perlakukan dengan menggunakan bahan ajar handout dipadukan dengan model Role Playing dengan materi bank dan lembaga keuangan bukan bank. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan siswa kelas X-6 yang diajar dengan menggunakan bahan ajar handout dan model Role Playing pada materi Bank dan Lemmbaga Keuangan Bukan Bank. Di mana penggunaan bahan ajar handout dengan model Role Playing di SMA Negeri 1 Malang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X-6 pada 32 mata perlajaran ekonomi dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah dengan menggunakan bahan ajar LKS. 2.9 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut: Pembelajaran Menggunakan Metode Konvensional Guru kurang memaksimalkan kegiatan siswa di kelas Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM ≤ 65 Siswa tidak dapat menemukan gagasan sendiri dari materi yang diajarkan Diterapkan model pembelajaran STAD dalam pelajaran IPA berbantuan handout a. b. c. d. Kelebihan model pembelajaran STAD: Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. Menerapkan bimbingan oleh teman. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna Hasil belajar IPA siswa tinngi di atas KKM ≥ 65 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Siswa lebih aktif dalam pembelajaran 33 2.10 Hipotesis Penelitian atau Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Penggunaan Achievement model Divisions pembelajaran (STAD) kooperatif berbantuan bahan tipe ajar Student handout Teams dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013.