Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu
artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya
pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional
dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat.
Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya,
atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan
alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun
“pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia.
Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991: 3)
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah Sains
merupakan terjemahan kata-kata bahasa Inggris yaitu natural science, yang
artinya dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya
ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science pengertiannya dapat disebut sebagai
ilmu tentang alam. Ilmu yang memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini.
Darmojo dalam (Samatowa 2010: 2) mengemukakan IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya. Selain itu Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3) menyatakan bahwa
IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga
menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap,
cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamatinya.
6
7
Dari pemaparan beberapa pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang bersifat
rasional dan empirik, yang berarti IPA adalah ilmu pengetahuan yang dapat di
buktikan kebenarannya dan dapat diperolaeh melalui pengalaman. Pelajaran IPA
tidak hanya di dapat melalui membaca atau mendengarkan, namun pelajaran IPA
berkaitan dengan penemuan sehingga harus dilakukan oleh seseorang. Karena
dengan seseorang melakukan maka akan terjadi proses menemukan.
2.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitanya. Pembelajaran IPA di SD merupakan penguasaan siswa
terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta,prinsip dan
proses penemuan, pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa
dalam bersikap ilmiah. Oleh karena itu IPA untuk anak-anak SD harus
dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep
harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya
(Srini, 2001:1).
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebihg lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
p0engalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar. BSNP (2007: 13)
Dari pemaparan tesebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Pada
prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara
mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat membantu siswa
8
memahami fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses belajar mengajar
IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan.
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan dalam
suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa,
karena IPA merupakan dasar teknologi, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang
tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan
yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hafalan belaka, (4) Mata Pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai
pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. (Usman
Samatowa, 2010: 6)
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,
maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu (1)
Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap, (2) Menanamkan sikap ilmiah, (3) Memberikan ketrampilan
untuk melakukan pengamatan, (4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui
cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, (5) Menggunakan dan
menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Trianto 2012
dalam (Prihantro Laksmi, 1986)
Selanjutnya, tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan KTSP 2006 adalah
sebagai berikut:
(1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) menanamkan rasa ingin
tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi, (3) mengembangkan
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan, (4) ikut serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (5) mengembangkan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan msyarakat, dan (6) menghargai alam
9
dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (Depdiknas,
2006: 27).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan pembelajaran siswa akan
berhasil apabila dalam proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara guru,
siswa dan lingkungan. Karena konsep-kosep IPA yang diberikan di SD secara
umum mempunyai tujuan agar siswa meyakini bahwa bumi dan seluruh isinya
adalh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keyakinan tersebut siswa dapat
menyadari dan ikut serta dalam memelihara, mejaga, dan melestarikan lingkungan
alam. Selain itu tujuan pembelajaran IPA akan berhasil jika prosesnya ditunjang
oleh suasana yang menyenangkan, yaitu suasana yang dapat membangkitkan
motivasi siswa untuk menumbuhkan hrasa ingin tahunya terhadap IPA sehingga
keberhasilan proses kegiatan pembelajaran dapat meningkat secara optimal.
2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata
pelajar IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
(1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) Benda atau materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4)
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI, maka
materi tentang kenampakan permukaan bumimerupakan materi yang dijelaskan di
kelas tiga pada semester dua dengan standar kompetensi yaitu memahami
kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta
hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam, dan
kompetensi dasar adalah mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di
lingkungan sekitar.
10
2.2
Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam
menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran (Isjoni,2012:12)
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Menurut Slavin (2010:100) bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah
teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para
siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang
pro-sosia di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk
memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa. Sunal dan Hans
dalam
Isjoni
(2012:12) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.
Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terdiri
dari kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan
struktur siswa heterogen dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
2.2.2 Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas
terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang
mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Hamdani
(2011:30) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: (1) setiap
anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
(3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga
11
teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (4) guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup
di masyarakat.
Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2012: 21-22), yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk
berhasil.
2.2.2.1 Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif
menggunakan
tujuan
kelompok
untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan
pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan
hubungan antarpersonal yang saling mendukung, membantu dan peduli.
2.2.2.2 Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas
anggota
kelompok
yang
saling
membantu
dalam
belajar.
Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
2.2.2.3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode skorsing ini, siswa yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
12
2.2.3 Unsur Pembelajaran Model Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus
diterapkan, yaitu : (1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif),
(2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), (3) Face to face
promotive interaction (tatap muka), (4) Interpersonal skill (komunikasi antar
anggota), dan (5) Group processing (pemrosesan kelompok).
2.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah atau fase, yang dapat
dilihat pada tabel 2.1 (Rusman, 2012: 211).
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
1. Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi peserta
didik
2. Menyajikan
informasi
3. Mengorganisasikan
peserta didik ke
dalam kelompokkelompok belajar
4. Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
5. Evaluasi
Tingkah Laku Guru
Guru
menyampaikan
semua
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi peserta
didik belajar
Guru menyajikan informasi kepada peserta
didik dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada peserta didik
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar agar melakukan transisi secara efisien
Guru
membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan
kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
13
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan
kerjasama dalam kelompok.
Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2012: 24), keunggulan yag
diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan yang
positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara
siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada
optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua
faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari
dalam, yaitu: (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di
samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4)
saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi
pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme
guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid
mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah
meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan
14
memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai
tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
2.3
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
2.3.1 Pengertian STAD
Salah satu tipe pada model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievmet Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang dikembangkan untuk
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
dimana siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5
orang, dan setiap kelompok harus heterogen terdiri laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi atau sedang. Selain itu,
anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menuntaskan materi pelajaran. Mereka harus saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis kemudian melakukan
diskusi (Rachmadiarti, 2001).
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan
perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang,
rendah.
Jadi pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menumbuhkan
motivasi belajar dalam diri siswa. Karena dalam proses pembelajarannya yang
menekankan adanya kerjasama antar siswa karena jika para siswa ingin timnya
mendapatkan penghargaan, mereka harus membantu teman satu timnya untuk
mempelajari materi sehingga temannya tersebut dapat memahami pelajaran
dengan baik.
15
Akan tetapi meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling
membantu ketika mengerjakan kuis. Tanggung jawab individual seperti ini
memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena
satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota
tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
2.3.2 Karakteristik STAD
Karakteristik STAD menurut Hamdani (2011: 40) adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana, (2) Tujuan sosial : kerja
kelompok dan kerja sama, (3) Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan
4-5 orang anggota, (4) Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru, (5) Tugas
utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk
menuntaskan materi belajarnya, (6) Penilaian : tes mingguan.
2.3.3 Langkah-Langkah STAD
Langkah–langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah sebagai berikut (Suprijono, 2009 : 133):
2.3.3.1 Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campur menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain)
2.3.3.2 Guru menyajikan pelajaran
2.3.3.3 Guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti
2.3.3.4 Guru memberi kuis /pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
2.3.3.5 Memberi evaluasi
2.3.3.6 Kesimpulan
2.3.4 Komponen Yang Terkandung Dalam STAD
Komponen STAD menurut Slavin (2010:143) adalah sebagai berikut:
2.3.4.1 Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan
atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
16
presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa
hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit
STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benarbenar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian
akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka
menentukan skor tim mereka.
2.3.4.2 Tim
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Fungsi utama dari tim
ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar – benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,
yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim,
dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim
ini akan memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam
pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual
yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa
harga diri, penerimaan terhadap siswa – siswa mainstream.
2.3.4.3 Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi
dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
2.3.4.4 Skor kemajuan individual
Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk
dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan
menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata
17
diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.
Berikut ini pada tabel 2.2 akan disajikan skor kemajuan individual.
Tabel 2.2
Skor Kemajuan Individual
Skor kuis
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10-1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
Poin Kemajuan
5
10
20
30
30
(Slavin, 2010:159)
Selanjutnya pada tabel 2.3 akan disajikan contoh bentuk tabel pengukuran
skor kuis dan poin kemajuan.
No.
Tabel 2.3
Perhitungan Skor Kuis
Nama Siswa
Skor Awal
Skor Kuis
Poin
Kemajuan
1.
2.
3.
4.
5.
(Slavin, 2010:162)
Berikut ini pada tabel 2.4 adalah contoh format tabel rangkuman poin
masing-masing tim, tabel ini digunakan untuk mengetahui penghargaan yang
didapat oleh masing-masing tim.
Tabel 2.4
Rangkuman Tim
Nama Tim:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Anggota Tim
Poin Kemajuan
Total Skor tim
Rata-rata tim
Penghargaan tim
(Slavin, 2010:163)
18
2.3.4.5 Penghargaan tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata – rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat
juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan STAD
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai
berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok, (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat
untuk berhasil bersama, (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok, dan (4) Interaksi antar siswa seiring
dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut: (1) Membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum, (2)
Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembagian kelompok sehingga pada
umumnya
guru tidak
mau menggunakan
pembelajaran kooperatif, (3)
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif, dan (4) Menuntut sifat tertentu dari siswa,
misalnya sifat suka bekerja sama.
Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih
dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi
dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang
kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu
yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.
Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun
hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan
kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan
19
pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja
sama dalam belajar secara kooperatif. (Fajar Wijayanti, 2012: internet)
2.4
Bahan Ajar
2.4.1 Pengertian Bahan Ajar
Sebenarnya bahan ajar dan sumber belajar merupakan hal yang berbeda,
namun karena kurang jeli untuk mengamati substansi dari masing-masing makna
tersebut maka ketika praktik di lapangan kita sering menggunakan dua istilah
tersebut secara bersamaan.
Untuk memahami maksud bahan ajar, kita dapat menelusuri pandangan
dari beberapa ahli tentang pengertian istilah bahan ajar. Menurut National Centre
for Competency Based Training, 2007; dalam Andi Prastowo, 2011: 16 bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.
Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar. Dari sumber lain dalam website dikmenjur.net, diperoleh
pengertian yang lebih aplikatif bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan
seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. (Andi Prastowo, 2011:16-17)
Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut,
dapat kita pahami bahawa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi,
alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan
tujuan perencanaan
dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau
maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagaianya.
20
2.4.2 Macam–Macam Bahan Ajar
Bahan ajar yang beredar dalam dunia pendidikan sangat beragam.
Berikut ini adalah pengelompokan macam bahan ajar dari beberpap klasifikasi.
(Andi Prastowo, 2011:40-43)
2.4.2.1 Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu
bahan cetak, bahan ajar dengan bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar
interaktif.
a. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,
yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian
informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leafet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.
b. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan
sinyal radio secara langsung, yang dapat diamainkan atau didengar oleh
seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yan
gmemungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak
secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua
atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh
penggunanya dimanipulasiatau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu
perintah dann/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact
disk interaktif.
2.4.2.2 Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya
Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu
(1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan, (2) bahan ajar yang diproyeksikan, (3)
bahan ajar audio. (4) bahan ajar video, dan (5) bahan ajar (media) komputer
2.4.2.3 Bahan Ajar Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1)
bahan ajar yang berbasis cetak, (2) bahan ajar berbasiskan teknologi, (3) bahan
21
ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, dan (4) bahan ajar yang
dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia.
2.5
Bahan Ajar Handout
2.5.1
Pengertian Handout
Echols dab Shadily dalam Andi Prastowo 2011: 78 mengartikan bahwa
handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara itu, Mohammad
dalam Andi Prastowo 2011 : 79 memaknai handout sebagai selembar (atau
beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada
peserta didik. Dengan kata lain, apabila pendidik membuat ringkasan suatu topik,
makalah suatu topik, lembar kerja siswa, dan diberikan kepada peserta didik
secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan lembar kerja siswa,
misalnya), maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam
kategori handout.
2.5.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Handout
2.5.2.1 Fungsi Handout
Menurut Sreffen dan Peter Ballstaedr dalam Andi Prastowo 2011, fungsi
handout antara lain: (1) membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, (2)
sebagai pendamping penjelasan pendidik, (3) sebagai bahan rujukan peserta didik,
(4) memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, (5) mengingat pokok-pokok
materi yang diajarkan. (6) memberi umpan balik, dan (7) menilai hasil belajar.
2.5.2.2 Tujuan Pembuatan Handout
Pembuatan
handout
memiliki
beberapa
tujuan,
yaitu
(1)
untuk
memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran
sebagai pegangan bagi peserta didik, (2) untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik, dan (3) untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik.
2.5.2.3 Keguanaan Handout
Penyusunan handout dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa
manfaat, di antaranya memudahkan peserta didik saat mengikuti proses
pembelajaran, serta melengkapi kekurangan materi, baik materi yang diberikan
dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan oleh pendidik.
22
2.5.3 Ciri–Ciri Handout
Sadjati, dalam Pengembangan Bahan Ajar (2003) mengungkapkan
beberapa ciri khas dari bahan ajar ini, yaitu :
a. Merupakan bahan ajar cetak yang dapat memberikan informasi kepada siswa
b. Pada umumnya, handout berhubungan dengan materi yang diajarkan pendidik.
c. Pada umumnya, handout terdiri atas catatan (baik lengkap maupun
kerangkanya saja), tabel, diagram, peta, dan materi-materi tambahan lainnya.
2.5.4 Jenis–Jenis Handout
Berdasarkan keterpaduan dengan buku utama, handout dikelompokkan
mejadi dua jenis, yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku dan handout
yang menjadi bagian tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk
materi tertentu. Sementara itu, berdasarkan karakteristik mata pelajaran, handout
dibedakan menjadi dua macam, yaitu handout mata pelajaran praktik dan
nonpraktik. Karakteristik dua jenis mata pelajaran itu ternyata berimplikasi
terhadap susunan dari handout yang tidak sama. (Andi Prastowo:2011)
2.5.4.1 Handout Mata Pelajaran Praktik
Susunan handout memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam materi pokok kegiatan praktik, terdiri atas langkah-langkah kegiatan
atau prosesnyang harus dilakukan oleh peserta didik.
b. Pengalaman dan keterampilan peserta didik sangat diharapkan dalam
penggunaan alat atau instrumen praktik (harus mutlak benar). Salah dalam
merangkai atau menggunakan akan berakibat fatal, kerusakan, atau bahkan
kecelakaan.
c. Perlu bahkan sering dilakukan pre-test terlebih dulu sebelum peserta didik
memasuki ruangan laboratorium atau bengkel, untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik telah siap dengan semua yang akan dilakukan dalm praktik
tersebut.
d. Penggunaan alat evaluasi sangat diperlukan untuk umpan balik dan melihat
tingkat ketercapaian tujuan.
e. Keselamatan kerja perlu dibudidayakan.
23
f. Format identitasnya sama dengan penjelasan sebelumnya, sedangkan isi
handout disesuaikan dengan kekhususan materinya.
2.5.4.2 Handout Mata Pelajaran Nonpraktik
Handout mata pelajaran nonpraktik mengacu pada SAP (Satuan Acara
Pembelajaran), format handout 1) bebas (slide, tranparansi, paper based)
berbentuk narasi kalimat singkat atau skema/flowchart dan gambar, tidak perlu
memakai header maupun footer untuk setiap slide, cukup halaman pertama saja
yang menggunakan. Yang terakhir konten (isi) handout terdiri atar overview
materi dan rincian materi.
2.5.5 Langkah–Langkah Penyusunan Handout
Selaras dengan penjelasan sebelumnya bahwa handout dibuat atas dasar
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik, maka penyusunan
handout
harus
diturunkan
dari
kurikulum.
Adapun
langkah-langkah
penyusunannya adalah sebagai berikut
a. Melakukan analisis kurikulum.
b. Menentukan judul handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi
pokok yang akan dicapai.
c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi
terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
d. Menulis Handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan
kemungkinan kekurangan-kekurangan.
f. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih handout adalah :
a. Substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau
materi pokok yang harus dikuasai peserta didik.
b. Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang defenisi, klasifikasi,
prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya.
c. Padat pengetahuan.
d. Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
24
e. Kalimat yang disajikan singkat dan jelas.
f. Dapat diambil dari buku atau internet.
Dalam penyusunan handout harus singkat dan jelas. Menurut Aziz
dalam Andi Prastowo 2011, persyaratan suatu handout yaitu :
a. Handout memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan,
definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya.
b. Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram.
c. Penyajian informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa.
2.5.6 Bentuk Handout
Bentuk handout dapat bervariasi. Menurut Nurtain dalam Andi
Prastowo 2011 bentuk handout ada 3 yaitu :
2.5.6.1 Bentuk catatan
Handout yang menyajikan konsep-konsep. Prinsip, gagasan pokok tentang
suatu topik yang akan dibahas.
2.5.6.2 Bentuk diagram
Handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis
secara lengkap maupun yang belum lengkap.
2.5.6.3 Bentuk catatan dan diagram
Handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
2.5.7 Bagian–Bagian Handout
2.5.7.1 Bagian Pendahuluan
Merupakan pembukaan (set induction) yang berfungsi memberikan
pemahaman awal dan gambaran umum mengenai topik/tema dari bahan ajar yang
akan diuraikan. Biasanya berisi hal-hal berikut:
a. Uraian singkat atau prolog mengenai topik/tema yang bersangkutan.
b. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari bahan ajar.
c. Kegunaan atau pentingnya mempelajari topik/tema bahan ajar.
d. Urutan pembahasan dari topik/tema bahan ajar yang disusun secara logis.
e. Petunjuk belajar yang berisi mengenai panduan teknis mempelajari bahan ajar
agar dipahami, dikuasai dan dipraktikan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
25
2.5.7.2 Bagian Teks atau Isi Handout
a. Berisi uraian tentang bahan pelajaran.
b. Bentuk uraian : garis-garis besar, agak rinci, sangat rinci.
c. Sistematika uraian : sesuai dengan kurikulum, relatif sesuia kurikulum, tidak
mengikuti kurikulum.
2.5.7.3 Bagian Pelengkap
a. Ilustrasi dan contoh
Digunakan untuk memantapkan pemahaman peserta didik terhadap isi topik
atau tema bahan ajar. Ilustrasi dan contoh bisa berupa gambar komikus/kartun,
bagan, foto, objek, grafik, diagram, dan bentuk lainnya.
b. Tugas dan Latihan
c. Merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh peserta
didik dengan maksud untuk memantapkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dituntut oleh tujuan pembelajaran. Bentuk tugas dan latihan tersebut
bisa berupa kegiatan observasi/pengamatan, eksperimentasi sederhana, diskusi
atau pemecahan masalah, merangkum atau membuat ikhtisar, dan bentukbentuk lainnya.
d. Daftar rujukan
2.5.8 Kelebihan dan Kelemahan Handout
2.5.8.1 Kelebihan penggunaan handout
Keuntungan penggunaan media handout menurut Davies dalam Andi
Prastowo 2011 adalah sebagai berikut :
a. Dapat menghemat waktu.
b. Dapat menggantikan catatan siswa.
c. Memelihara kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru.
d. Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik
e. Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru
Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media handout dalam
kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah dapat merangsang rasa ingin tahu
dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar serta memelihara kekonsistenan penyampaian materi pelajaran dikelas
26
oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran. Selain itu keuntungan
menggunakan media handout dalam proses mengajar antara lain :
a. Untuk memperkenalkan informasi atau teknologi baru.
b. Untuk dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa.
c. Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi.
d. Untuk dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan.
2.5.8.2 Kelemahan penggunaan handout
Kelemahan handout sebagai bahan ajar cetak (Arsyad, 2000 : 38-39)
adalah :
a. Sulit menampilkan gerak dan suara dalam halaman media cetak.
b. Proses pencetakan memakan waktu lama.
c. Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikan rupa.
d. Cepat rusak dan hilang.
e. Umumnya keberhasilannya hanya ditingkat kognitif.
2.6
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
2.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah
proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.
Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar
usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau
produk dari pengajaran itu.
Bloom (Sudjana, 2005: 22-23) mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil
perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi,
digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi
disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan,
perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah
psikomotor
naturalisasi.
meliputi
peniruan,
penggunaan,
ketelitian,
koordinasi,
dan
27
Menurut Purwanto (2008:38), hasil belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan
dalam perilakunya. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni:
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan.
Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan
kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu :
kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1987:45).
Dari pengertian beberapa ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh
siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar diukur
untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar harus
sesuai dengan tujuan pendidikan.
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010):
2.6.2.1 Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
berasal dari dalam diri siswa. Faktorn intern terbagi menjadi tiga, yaitu faktor
jasmaniah, faktor fsikologis, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah, sseperti kesehatan dan cacat tubuh
b. Faktor Psikologis, berupa intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan, ada dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.
2.6.2.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
28
a. Faktor Keluarga
Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga,
dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, gedung sekolah, dan metode mengajar guru.
c. Faktor Masyarakat
Kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
2.6.3 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan belajar
mengajar dalam bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil
belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru pada mata pembelajaran
IPA. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan
didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus disempurnakan (Izzatin Kamala, 2008).
2.7
Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Bahan Ajar
Handout
Hasil belajar IPA kelas 5 SD Negeri Lodoyong 03 Ambarawa masih belum
optimal. Hal ini disebabkan karena pembelajaran IPA di kelas tersebut kurang
berkualitas. Pembelajaran menggunakan metode ceramah. Selain itu pada
umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan kemampuan berpikir
siswa. Para pendidik masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru lebih
cenderung
menguasai
kelas.
Guru
mengajar
dengan
berceramah
dan
mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafalkan. Selain
dari faktor pendidik, faktor lain adalah sebagian besar siswa kurang antusias
menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, tidak mau
mengungkapkan ide-ide
29
ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan yang diberikan. Tidak jarang siswa
kurang mampu mempelajari sebab dianggap sulit.
Dengan keadaan yang demikian guru harus merubah kebiasaan mengajar di
kelas. Oleh karena itu penulis berinisiatif menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbantuan bahan ajar handout. Diharapkan dengan model
pembelajran ini hasil belajar siswa akan meningkat.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan bahan ajar
handout adalah sebagai berikut:
2.7.1 Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Anggota
kelompok harus heterogen dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, dan lainlain.
2.7.2 Guru menyajikan pembelajaran dengan bahan ajar handout.
2.7.3 Guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan dalam kelompok, tetapi
setiap anggota harus memiliki hasil kerjanya masing-masing. Anggota yang
sudah mengerti dapat membantu anggota yang belum mengerti agar semua
anggota kelompok mengerti.
2.7.4 Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Kuis ini
dikerjakan secara individu, tidak boleh saling membantu.
2.7.5 Evaluasi.
2.7.6 Kesimpulan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model dimana siswa
dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk bekerjasama dengan teman-teman
lainnya, karena dalam pembelajaran ini, siswa didorong untuk bagaimana
memecahkan sebuah masalah bersama-sama dengan kelompoknya. Selain itu,
siswa secara individu dapat terbentuk menjadi siswa yang aktif dan mencintai
belajar, karena sebagai individu, siswa juga dipercayakan untuk ikut berkontribusi
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok. Semboyan yang
terkenal dalam pembelajaran model Kooperatif Tipe STAD (student teams
achievement division) adalah kesuksesan seseorang adalah kesuksesan kelompok,
dan kesuksesan kelompok adalah kesuksesan orang per orang di dalam kelompok
tersebut.
30
Melalui Handout, siswa akan lebih mudah untuk memahami materi dan
termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan Handout, siswa akan
lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran dan materi pelajaran yang disampaikan
dapat diserap dengan mudah oleh siswa dan dapat melatih kemandirian siswa
dalam belajar.
Melalui model kooperatif tipe STAD berbantuan Handout, selain siswa aktif
dalam kelompoknya di dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan guru
menjadi lebih mudah diterima oleh siswa, karena siswa akan termotivasi dalam
mengikuti pelajaran dan belajar mandiri dalam memahami materi pelajaran.
Dengan begitu, akan perpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang
meningkat.
Pada akhirnya dapat diduga pemahaman IPA siswa kelas 5 meningkat,
sebab guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbantuan Handout yang lebih menarik. Peneliti berpendapat bahwa
pemberian suasana baru dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbantuan Handout dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari
pelajaran IPA.
2.8
Kajian Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Seno tahun 2012 dalam skripsinya yang
berjudul “Upaya Peningkatan prestasi belajar IPA Melalui Model Pembelajaran
STAD Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten
Pati Pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa
peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD.
Hal ini terlihat pada rata-rata kelas pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada
siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau
39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga
terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan belajar, pada
kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada siklus II 80%. Skor minimal pada
kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik
31
menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik
menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.
Berdasarkan penelitian Dewi Anggraini tahun 2012 dalam skripsinya yang
berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dalam meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01
Salatiga
Semester
II
Tahun
Pelajaran
2011/2012”
menyatakan
bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Sudent Team Achievement Division)
terbukti efektif terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01
Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hal itu dapat dibuktikan
berdasarkan hasil penelitian dari hasil uji t yang menunjukkan signifikansi 0,016 <
0,05 yang artinya bahwa penggunaaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) efektif terhadap hasil belajar IPA kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru harus mampu mengembangkan model
pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga dapat membuat siswa merasa
senang dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement), karena model pembelajaran ini sangat menarik bagi siswa.
Berdasarkan penelitian Rahardika tahun 2011 dalam skripsinya yang
berjudul “Efektivitas Perpaduan Bahan Ajar (Handout) Dengan Menggunakan
Model Role Playing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Malang.” Hasil penelitian
menunjukkan terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelas
X-6 dengan siswa kelas X-7 setelah diberikan perlakukan dengan menggunakan
bahan ajar handout dipadukan dengan model Role Playing dengan materi bank
dan lembaga keuangan bukan bank. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan siswa
kelas X-6 yang diajar dengan menggunakan bahan ajar handout dan model Role
Playing pada materi Bank dan Lemmbaga Keuangan Bukan Bank. Di mana
penggunaan bahan ajar handout dengan model Role Playing di SMA Negeri 1
Malang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X-6 pada
32
mata perlajaran ekonomi dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah
dengan menggunakan bahan ajar LKS.
2.9
Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Pembelajaran Menggunakan Metode
Konvensional
Guru kurang
memaksimalkan
kegiatan siswa di
kelas
Hasil belajar IPA
siswa rendah di
bawah KKM ≤ 65
Siswa tidak dapat
menemukan gagasan
sendiri dari materi
yang diajarkan
Diterapkan model pembelajaran
STAD dalam pelajaran IPA
berbantuan handout
a.
b.
c.
d.
Kelebihan model pembelajaran STAD:
Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan
kerjasama kelompok.
Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal
dari ras yang berbeda.
Menerapkan bimbingan oleh teman.
Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.
Kegiatan
pembelajaran lebih
bermakna
Hasil belajar IPA
siswa tinngi di atas
KKM ≥ 65
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Siswa lebih aktif
dalam pembelajaran
33
2.10 Hipotesis Penelitian atau Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Penggunaan
Achievement
model
Divisions
pembelajaran
(STAD)
kooperatif
berbantuan
bahan
tipe
ajar
Student
handout
Teams
dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Lodoyong 03
Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012 /
2013.
Download