Menghitung Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing dan Harga Pokok Tradisional Hendra Setiawan, Yayuk Nurjanah dan Yohanes Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor, Indonesia E-Mail: [email protected] Cost Production 161 Submitted: JULI 2013 Accepted: AGUSTUS 2013 ABSTRACT More rapid global competition at this time causes a company to be able to compete with other companies. Therefore, the companies need information and appropriate and accurate production cost calculation method. Thereby, the companies need to improve the way of calculating cost imposition on product in order to yield accurate cost information for management decision making. For the companies producing one type of product, calculation by traditional cost-price is considered as accurate enough, but it is different with the companies which produce more than one type of product that will cause distortion in the calculation of production cost. By using Activity Based Costing method, the cost information obtained will be better because it can describe the activities value of a company for each product yielded. This research was conducted at PT Jeil Fajar Indonesia located in Jalan Mayor Oking Jayaatmaja 88, Cibinong, West Java. PT Jeil Fajar Indonesia is a company that produces Spiral Wound Gasket and Double Jacket Gasket. The company applies the calculation system of production cost based on “machine hours”. This company has been existed long and has undergone fluctuations in its business cycle, so this research is useful as an evaluation of the most important component for the company in determining production cost. The purpose of this study is to evaluate production cost calculation based on traditional cost method and ABC method, then comparing the calculation result of production cost of the two methods on product profit level that will be achieved later, with the result that the management of the company can make decision accurately. The result of this study shows that the calculation of production cost using ABC method is more accurate because of searching cost based on activities and describing the activities of real resources usage. By using ABC method, the management is able to carry out analysis and long term cost production reduction by activities management with the result that the calculation of product profit that will be obtained can be more accurate. In addition, the management can make accurate decision on the continuity of product yielded. Keywords: Production cost, Activity Based costing method, Product profit PENDAHULUAN Sistem perhitungan harga pokok tradisional pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu jenis produk akan mengalami kesulitan dalam menyajikan biaya produksi yang akurat, hal ini terjadi karena pembebanan biaya overhead dilakukan berdasarkan unit produksi dari tiap jenis produk atau biaya overhead yang dikonsumsi diasumsikan berbanding lurus dengan volume produksi sedangkan proporsi sumber daya yang diserap oleh tiap jenis produk berbeda. Kelemahan dari sistem harga pokok tradisional ini mengakibatkan biaya produk terdistorsi, di mana mungkin saja produk yang bervolume rendah membutuhkan pengelolaan dan sumber daya yang lebih banyak dibandingkan produk yang bervolume tinggi, karena memerlukan penanganan yang khusus dan lebih rumit. Dengan demikian perusahaan tidak dapat mengidentifikasi rugi terselubung pada produk. Sebagai respon akuntansi manajemen terhadap kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi bagi perusahaan yang menggunakan teknologi informasi maju, JIAKES Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 1 No. 2, 2013 pg. 161-171 STIE Kesatuan ISSN 2337 – 7852 Cost Production 162 akuntansi manajemen telah melakukan perubahan yang sifatnya mendasar, dan diantaranya adalah akuntansi manajemen berusaha mencerminkan konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk dengan menerapkan Activity Based Costing. Sistem ABC menghasilkan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi distorsi pembebanan biaya overhead yang dilakukan oleh sistem biaya tradisional. Tujuan dari sistem ini adalah membebankan biaya berdasarkan aktivitas dan setiap aktivitas mempunyai basis pembebanan biaya yang berbeda yang disebut “Cost Driver”. Dengan dasar itulah Activity Based Costing (ABC) di kembangkan, yaitu untuk menjawab keterbatasan sistem harga pokok tradisional. Activity Based Costing memungkinkan perusahaan membebankan biaya kepada masing-masing produk secara adil dan perusahaan dapat mengambil keputusan secara efisien. Melalui penerapan Activity Based Costing ini juga dapat meminimalisasikan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk, yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah: (1) bagaimana alokasi biaya produksi yang diterapkan oleh PT. Jeil Fajar Indonesia? (2) bagaimana penerapan perhitungan HPP dengan metode Activity Based Costing dalam kaitannya terhadap laba yang akan di peroleh perusahaan? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui alokasi biaya produksi yang diterapkan oleh PT. Jeil Fajar Indonesia (2) untuk mengetahui penerapan perhitungan HPP dengan metode ABC pada PT. Jeil Fajar Indonesia. TELAAH PUSTAKA Pengertian Biaya Menurut Armanto Witjaksono (2006:6) mendefiniskan biaya sebagai: “Cost is the cash or cash equivalen value sacrificed foor goods and service that are bring a current of future benefit to the organization”. Menurut Hansen dan Mowen (2004:40) dalam Fitriasari dan Kwary, pengertian biaya adalah: “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi”. Menurut Mulyadi (2008:8) biaya adalah “Pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pengertian Biaya Produksi Menurut William K. Carter (2004:40) biaya produksi adalah sebagai berikut: Biaya Produksi didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung merupakan biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik merupakan biaya konversi. Menurut Mulyadi (2001:14) biaya produksi adalah: “Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual ”. Jenis - Jenis Biaya Produksi 1. Biaya bahan baku 2. Biaya tenaga kerja langsung . 3. Biaya overhead pabrik a. Biaya bahan penolong b. Biaya tenaga kerja tidak langsung c. Biaya listrik,air,telepon d. Reparasi dan pemeliharaan pabrik e. Dan lain sebagainya Harga Pokok Produksi Hansen dan Mowen (2000:42) harga pokok produksi adalah : The cost of goods manufactured represents the total cost cost of goods completed during the current period. The only costs assigned to goods completed are the manufacturing costs of direct material, direct labour and overhead. Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2000:61) harga pokok produksi adalah “Harga pokok produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam periode tertentu”. Harga pokok produksi merupakan hasil bagi dari total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam suatu periode produksi. Harga pokok produksi juga merupakan unit pengukuran yang seragam karena dinyatakan untuk setiap satuan output yang dihasilkan oleh perusahaan. Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi Pada umumnya tujuan penetapan harga pokok produksi adalah: 1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan 2. Sebagai dasar dalam menetapkan harga jual 3. Perencanaan dan pengendalian Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu Full Costing dan Variable Vosting. 1. Full costing Menurut LM Samryn (2001:63) Full Costing adalah : metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan. Oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut. 2. Variabel Costing Menurut Mulyadi (2000:18) Metode Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan unsur biaya produksi berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang berperilaku variabel. Perbedaan pokok antara metode Full Costing dan Variabel Costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode Full Costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasarkan tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budget, maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi dalam Variabel Costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagi biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam Variabel Costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang. Prosedur Pengumpulan Harga Pokok Produksi Pada dasarnya ada dua macam sistem memproduksi produk yaitu: 1. Job Costing yaitu sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu. Biasanya digunakan oleh perusahaan yang mempunyai variasi produk dan jasa yang luas. Karena setiap produk atau jasa bisa saja membutuhkan operasi yang berbeda-beda, maka cara terbaik untuk menentukan biaya produk atau jasa adalah mengakumulasikan biaya sesuai dengan pesanan atau Cost Production 163 Cost Production 164 batch. Oleh karena itu, penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan pesanan diperoleh melalui pengumpulan dan pembebanan biaya ke pesanan tertentu atau pesanan pelanggan individual untuk satu atau lebih produk. Biaya per unit setiap produk atau jasa dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit yang diproduksi atau jasa yang dihasilkan. 2. Process Costing yaitu sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar produk yang hampir identik. Perusahaan yang secara terus-menerus memproduksi satu atau beberapa produk atau jasa yang homogen menggunakan Process Costing. Biaya produk atau jasa per unit dihitung dengan cara mengakumulasikan biaya proses dan membagi biaya proses total selama periode tertentu dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan selama periode tersebut. Perhitungan Biaya Berdasarkan Harga Pokok Tradisional Sistem akuntansi biaya tradisional menurut Horngen, Foster, Datar (2000:3) adalah: “Cost accounting provide information for both management accounting and financial accounting. It measure and report financial and non financial information that relates to the cost acquiring or consuming resources by an organization”. Sistem akuntansi biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya. Oleh karena itu, sistem akuntansi biaya ini membuat produk individual menjadi fokus sistem biaya. Sistem akuntansi biaya tradisional ini cukup akurat dalam melaporkan biaya produk jika kegiatan atau aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan volume produksi. Sistem akuntansi biaya tradisional memakai sistem pembebanan dua tahap untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung ke produk. Pada sistem ini, biaya mulamula dibebankan ke pusat-pusat biaya (cost pool) dan biaya-biaya yang terjadi diakumulasikan, kemudian pada tahap kedua biaya yang terakumulasi dalam pusat biaya dialokasikan pada produk dengan menggunakan unit based driver seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit produk dan pengukuran volume lainnya. Sistem biaya ini dapat mengukur secara akurat faktor-faktor produksi yang dikonsumsi secara langsung proporsional dengan jumlah unit yang dihasilkan. Tetapi banyak faktor produksi untuk kegiatan atau aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan jumlah unit yang diproduksi. Hal ini mengakibatkan sistem biaya ini tidak tepat dalam mengalokasikan biaya kegiatan tersebut pada produk akhir. Dengan menggunakan dasar alokasi yang proporsional dengan volume produksi, sistem biaya ini belum mampu menggambarkan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk yang tidak terpengaruh oleh volume produksi sehingga belum mampu menghasilkan informasi biaya yang akurat. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Kelebihan sistem akuntansi biaya tradisional: 1. Mudah diterapkan 2. Mudah di audit Kekurangan sistem akuntansi biaya tradisional: 1. Secara potensial mendistorsi biaya produk Alasan yang menyebabkan distorsi biaya adalah: Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual. Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produk senantiasa meningkat. Pada saat prosentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun semakin besar. Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional berorientasi fungsional Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti gaji dan kemudian berdasarkan fungsi seperti perekayasaan dalam item lini. Orientasi fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang biasa digunakan dalam perusahaan manufaktur. Pemicu Biaya (Cost Driver) Cost driver adalah penyebab terjadinya aktivitas sedangkan biaya adalah dampaknya. Bila dibandingkan dengan sistem tradisional, sistem ABC akan menghasilkan biaya konsumsi sumber daya yang digunakan untuk memproduksi dan di bedakan menurut jenis aktivitasnya. Jadi walaupun sistem ABC ini lebih kompleks dalam perhitungannya tetapi karena adanya pembagian aktivitas mengakibatkan sistem ABC menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang akurat. Aktivitas dalam sistem ABC dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Product Driven Activity yaitu aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan merancang serta memproduksi suatu produk. 2. Customer Driven Activity yaitu aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan penawaran, pelayanan, serta dukungan terhadap pelanggan serta pasar perusahaan. Penerapan serta pemahaman pemicu biaya yang tidak tepat dapat mengakibatkan kegagalan penerapan sistem ABC. Kesuksesan penerapan sistem ABC dalam perhitungan biaya produk banyak ditentukan oleh penerapan dan pemahaman pemicu biaya yang tepat. Jumlah Pemicu yang Dibutuhkan Tingkat keakuratan adalah salah satu kelebihan sistem ABC dibanding dengan sistem tradisional. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan aktivitas serta cost driver adalah tujuan diimplementasikannya sistem ABC, tingkat akurasi yang diinginkan dan tersedianya data. Jumlah minimum cost driver yang dibutuhkan sistem ABC tergantung pada tingkat keakuratan yang diinginkan dari kompleksitas produk mix. Semakin tinggi tingkat akurasi yang diinginkan atau semakin kompleks produk mix, maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. Kompleksitas produk mix digunakan pula untuk menentukan apakah biaya beberapa aktivitas dapat digabungkan dan dialokasikan dengan satu pemicu biaya menghasilkan tingkat distorsi yang dapat diterima. Terdapat tiga hal penting yang harus dipertimbangkan apabila manajer memutuskan untuk menggunakan satu cost driver untuk beberapa aktivitas yaitu diversifikasi produk, diversifikasi volume produk dan biaya relative dan aktivitas yang digabung. Perhitungan Biaya berdasarkan Activity Based Costing (ABC) Menurut Hongren, Foster, dan Datar (2003:939) mendefinisikan ABC sebagai berikut: An approach to accounting that focuses on an activities asa the fundamental cost object of this activities as the basis for assigning cost to other cost objects such us products, service or customer. Menurut Edison A. Luthfi (2004:46): ”Acitivty Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas atau kegiatan”. Mengacu pada definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sistem ABC adalah sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berhubungan dengan volume atau dapat diartikan sebagai penentuan harga pokok berdasarkan kegiatan atau aktivitas. Sistem ABC mengolongkan aktivitas ke dalam 4 kelompok sebagai berikut: 1. Aktivitas berlevel unit 2. Aktivitas berlevel batch 3. Aktivitas berlevel produk. 4. Aktivitas berlevel fasilitas Sistem ABC mengklasifikasikan tingkatan biaya sebagai berikut : 1. Biaya tingkat unit Cost Production 165 Cost Production 166 2. Biaya tingkat batch 3. Biaya tingkat produk. 4. Biaya tingkat fasilitas Tujuan Activity Based Costing (ABC) Persaingan global yang tajam, yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini memaksa pihak manajemen perusahaan untuk mengantisipasi keadaan ini, salah satunya adalah dibutuhkannya informasi biaya yang akurat sebagai dasar dalam pembuatan keputusan. Karena dirasakan sistem biaya tradisional kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan tersebut terlebih apabila melibatkan biaya produksi tidak langsung yang cukup besar dan keanekaragaman produk, misalnya pihak manajemen tidak mengetahui secara pasti berapa banyak konsumsi sumber daya sesungguhnya oleh suatu produk. Tentu saja hal ini mengakibatkan pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh manajemen sehubungan dengan strategi yang diterapkan. Dibandingkan dengan sistem biaya tradisional, sistem ABC dapat digunakan untuk berbagai keputusan yang akurat seperti: 1. Penetapan harga 2. Mengatur hubungan dengan pelanggan 3. Aktivitas peningkatan proses Dengan sistem ABC, biaya-biaya setiap aktivitas pada proses produksi dapat diidentifikasi, sehingga manajemen dapat menentukan dengan tepat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Tahap-Tahap Activity Based Costing (ABC) Ada 2 tahap dalam prosedur perhitungan overhead pabrik dengan sistem ABC: 1. Proses pembebanan biaya sumber daya, yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke cost pool aktivitas atau kelompok aktivitas yang disebut pusat aktivitas (activity center) dengan menggunakan drive sumber daya (resources driver) yang tepat. 2. Proses pembebanan biaya, dimana biaya aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas (activity driver) yang tepat. Driver aktivitas mengukur berapa banyaknya aktivitas yang digunakan oleh objek biaya. Sistem ABC berbeda dengan sistem tradisional dalam dua hal: pertama, cost pool didefinisikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen. Kedua, cost driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya adalah driver aktivitas (activity driver) yang mendasarkan pada hubungan sebab akibat. Pendekatan tradisional menggunakan driver tunggal yang mendasarkan pada volume yang sering kali tidak melihat hubungan antara biaya sumber daya dengan objek biaya. Modifikasi ini menyebabkan prosedur dua tahap pada sistem ABC melaporkan biaya aktivitas yang lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional, karena sistem tersebut mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas yang berbeda-beda di setiap perusahaan. Sistem tersebut juga membebankan biaya aktivitas ke objek biaya output dengan menggunakan ukuran yang dapat menunjukkan permintaan produk atau jasa terhadap aktivitas tersebut. Manfaat dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) Dengan dikembangkannya sistem ABC diharapkan sistem ABC mampu mengisi kekurangan pada sistem yang telah ada. Kelebihan dari sistem ABC ini jika dibandingkan dengan sistem tradisional adalah sebagai berikut: 1. Sistem ABC mengidentifikasikan biaya produksi tidak langsung dengan kegiatan yang menimbulkan biaya, sehingga aktivitas dan biaya produksi tidak langsung lebih dapat di pahami. 2. Sistem ABC dapat mengurangi biaya perusahaan dan mengidentifikasikan value added activities dan non value added activities. 3. Sistem ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan stategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk dan segmen pasar. Manfaat sistem ABC antara lain: 1. Memperbaiki mutu dalam mengambil keputusan oleh manajemen. 2. Sistem ABC membantu manajer dalam mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai. 3. Sistem ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena di picu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik. Kendala menggunakan sistem ABC antara lain: 1. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik, sehingga prosentase penolakan terhadap sistem cukup besar. 2. Sistem ABC membutuhkan banyak waktu dan biaya untuk dapat dikembangkan dan dilaksanakan dengan sukses. 3. Sulitnya mendapat data yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem ABC. 4. Sistem ABC melaporkan biaya dengan cara pembebanan untuk satu periode penuh. Perhitungan Activity Based Manajemen (ABM) Menurut Hongren, Foster dan Datar (2000,15) Activity Based Manajemen adalah “ABM describe management decision that use activity based costing information to satisfy customer and improve profitability”. Dengan menggunakan ABM, manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meningkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai pelanggan, produk dan aktivitas. ABM dapat memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci keberhasilan perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Cooper dan Kaplan mengelompokan penerapan ABM yaitu: 1. ABM operasional, meningkatkan efisiensi operasi dan tingkat penggunaan asset serta menurunkan biaya. Fokusnya adalah melakukan sesuatu dengan benar dan melakukan aktivitas dengan lebih efisien. 2. ABM strategis, berusaha meningkatkan permintaan akan aktivitas dan profitabilitas pada efisiensi aktivitas saat ini atau efisiensi aktivitas yang telah ditingkatkan. ABM strategis berfokus pada pemilihan aktivitas yang tepat untuk operasi. Dengan menggunakan ABM strategis, perusahaan meningkatkan profitabilitas melalui pengurangan aktivitas yang tidak menguntungkan, penghilangan aktivitas yang tidak penting, dan pemilihan pelanggan yang paling menguntungkan. ABM menggunakan analisis penggerak biaya, analisis aktivitas, dan pengukuran kinerja untuk memperbaiki operasi: 1. Analisis penggerak biaya, mempelajari, menghitung, dan menjelaskan dampak dari penggerak biaya terhadap biaya suatu aktivitas. Tujuannya adalah untuk mencari akar penyebab timbulnya biaya aktivitas. 2. Analisis aktivitas, perusahaan melakukan suatu aktivitas karena aktivitas tersebut diperlukan untuk memenuhi spesifikasi produk, jasa atau memuaskan permintaan pelanggan, diperlukan untuk menjaga kelangsungan organisasi, dan dinilai menguntungkan bagi perusahaan. Aktivitas dibagi menjadi dua, yaitu: Aktivitas bernilai tambah tinggi adalah aktivitas yang perlu atau harus dilakukan untuk memenuhi permintaan atau harapan pelanggan, meningkatkan pembelian bahan baku atau komponen produk, jika aktivitas tersebut ditambahkan pelanggan akan membayar lebih banyak untuk produk atau jasa tersebut,merupakan langkah penting dan tidak dapat dihilangkan dalam proses bisnis dan dilakukan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah kualitas. Aktivitas bernilai tambah rendah merupakan aktivitas menghabiskan waktu, sumber daya atau tempat, tetapi menambah sedikit atau tidak memberikan Cost Production 167 Cost Production 168 kontribusi memuaskan kebutuhan pelanggan, jika dihapuskan kepuasan atau nilai pelanggan berkurang sedikit atau tidak berubah. Pengurangan atau penghilangan aktivitas bernilai tambah rendah mengurangi biaya dan menambah keuntungan. 3. Pengukuran kinerja, mengidentifikasikan pekerjaan yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai oleh aktivitas, proses atau unit organisasi. Ukuran kinerja meliputi ukuran keuangan dan non keuangan. Contoh dari ukuran kinerja keuangan meliputi biaya per unit output, tingkat pengembalian atas penjualan dan biaya dari aktivitas setiap departemen yang memberikan nilai tambah tinggi dan rendah. Ukuran kinerja non keuangan mengevaluasi karakteristik operasional dari proses produksi dan mengukur atau menerima masukan dari pelanggan atau pegawai. Contohnya adalah jumlah keluhan pelanggan, kepuasan pelanggan jumlah unit output, waktu siklus dan tingkat pengiriman yang tepat waktu. Evaluasi Penerapan Perhitungan HPP dengan Metode ABC dan Harga Pokok Tradisional Sistem ABC memusatkan pada aktivitas individu sebagai dasar objek biaya. Sistem ABC menghitung biaya aktivitas individu dan pengumpulan biaya sebagai objek biaya, seperti produk dan pelayanan dalam batas aktivitas yang dijalankan untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Sistem ABC membebankan biaya produk atau pelanggan berdasarkan sumber daya yang dikonsumsi dengan mengidentifikasikan biaya-biaya kepada setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Berdasarkan sistem ini harga pokok dapat dihitung dengan tepat karena pembebanan biaya ditelusuri berdasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. Sedangkan pada sistem harga pokok tradisional produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya. Biaya-biaya diklasifikasikan atas dasar biaya langsung dan biaya tidak langsung dengan menggunakan ukuran produksi, seperti jam buruh langsung, jam mesin, dan biaya material sebagai dasar pengalokasian biaya produksi tidak langsung ke produk. Diasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan volume produksi, sedangkan tidak semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dikonsumsi secara proporsional pada perusahaan dengan keanekaragaman produk, sehingga penggunaan metode harga pokok tradisional dalam perhitungan harga pokok produksi tidak dapat menghitung harga pokok produk dengan tepat, karena tidak semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian akumulasi biaya yang terjadi dari aktivitas produksi tidak dapat dibebankan secara merata pada hasil produk. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada PT. Jeil Fajar Indonesia yang berlokasi di Jl. Mayor Oking Jayaatmaja 88, Cibinong, Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah (1) Metode deskriptif analitis dan (2) Studi komparatif. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: data primer dan data sekunder. Adapun prosedur pengumpulan data meliputi: (1) penelitian lapangan dengan wawancara, observasi dan (2) penelitian kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu mengumpulkan data secara teoritis, yang meliputi: 1. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas. 2. Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas. 3. Menentukan Cost driver. 4. Menentukan tarif. 5. Membebankan biaya ke produk. Cost Production Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Indikator variabel Sub indikator Skala Pengukuran Rasio Metode harga Perhitungan HPP pokok dengan metode harga tradisional dan pokok tradisional ABC Perhitungan HPP dengan metode ABC Biaya produksi Harga pokok produksi Identifikasi aktivitas Hitung biaya aktivitas Kelompokan biaya dalam cost pool Bebankan biaya produk berdasarkan : unit level, batch level, product level, fasilitas level Harga pokok produksi Rasio Laba Perusahaan Laporan harga jual produk Rasio Perhitungan HPP dengan metode harga pokok tradisional dan metode ABC 169 Kerangka Pemikiran Konseptual Aktivitas perusahaan Proses produksi Laporan biaya produksi Metode HPP Activity Based Costing Harga Pokok Tradisional Analisis Harga Pokok Produk Laba Perusahaan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Konseptual HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Penerapan Perhitungan HPP dengan metode Harga Pokok Tradisional dan metode Activity Based Costing dalam kaitannya terhadap Laba yang akan diperoleh Perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen dalam memprediksi kesempatan yang akan datang dengan meminimalkan biaya produksi, sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam memproyeksikan laba perusahaan harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi pembentukan laba yaitu volume produk, harga jual produk dan biaya. Untuk menghindari ketidakakurasian biaya yang ditimbulkan oleh metode harga Cost Production 170 pokok tradisional, dapat digunakan metode biaya yang berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing). PT. Jeil Fajar Indonesia melakukan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok tradisional yaitu berdasarkan persentase dari nilai bahan yang digunakan dimana produk Gasket dan Insulating yang dihasilkan dengan berbagai macam model, disain dan keunikan. Adanya perbedaan dari setiap jenis produk yang dihasilkan memerlukan perlakuan atau kekhasan tersendiri, sehingga masing-masing produk menggunakan aktivitas yang berbeda sehingga sumber daya yang digunakan berbeda pula. Tabel 2 Perolehan Laba atas Masing-masing Produk Produk Metode Harga pokok Tradisional Metode Activity Based Costing SWG 222.441,72/ unit 223.598,57/ unit DJG 220.368,41/ unit 183.499,35/ unit Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat laba produk SWG lebih tinggi bila menggunakan metode Activity Based Costing bila dibandingkan dengan menggunakan metode harga pokok tradisional, sedangkan tingkat laba untuk produk DJG lebih tinggi bila menggunakan metode harga pokok tradisional dibandingkan dengan metode Activity Based Costing. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Alokasi biaya produksi yang diterapkan oleh PT. Jeil Fajar Indonesia adalah sistem harga pokok tradisional dimana dalam pengalokasian biaya overhead hanya menggunakan satu pemicu biaya yaitu jam mesin. Sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh PT. Jeil Fajar Indonesia, menghasilkan informasi yang terdistorsi, khususnya dalam pengalokasian biaya overhead sehingga dapat menyesatkan manajemen dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya biaya overhead yang terdistorsi dalam pengalokasiannya maka menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam perhitungan harga pokok produk. Hal ini terlihat adanya kelebihan dan kerendahan untuk harga pokok produk. 2. Penerapan perhitungan harga pokok produk dengan metode ABC mencerminkan alokasi biaya yang lebih akurat. Perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode Activity Based Costing mengungkapkan bahwa metode harga pokok tradisional kelebihan mengkalkulasi biaya untuk jenis produk SWG sebesar 3,87% dan kerendahan mengkalkulasi biaya untuk jenis produk DJG sebesar 7,54 %. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian di lapangan antara lain: 1. PT. Jeil Fajar Indonesia dalam melakukan perhitungan harga pokok produk menggunakan metode ABC karena lebih akurat dalam menghitung harga pokok produksi sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan yang tepat bagi perusahaan. 2. Dalam menerapkan metode ABC, perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dan memberikan pelatihan serta arahan secara khusus demi terlaksananya tujuan perusahaan. 3. Sebaiknya PT. Jeil Fajar Indonesian dalam melakukan perhitungan biaya produksi menggunakan metode Activity Based Costing. DAFTAR PUSTAKA Barfield, Jesse. T, Cecily A.Raiborn, Michael R.Kinney, Cost Accounting Traditions and Innovations. United States of America : Thomson Learning, 2001. Blocher, Edward. J, Kung H. Chen,Gary Cokins, dan Thomas w.lin. 2007. Manajemen Biaya. Edisi 3. Salemba empat, Jakarta. Blocher, Edward J, Kung H. Chen, Gary Cokins, Thomas w Lin. 2005. Cost Manajemen. Prentice Fall International Ltd. Carter, William. K, Milton F. Usry, Cost Accounting, 13th edition. Singapore : Thomson Learning, 2002. Cooper, Robin dan Robert S. Kaplan. 2001. The Design of Cost Management System Text, Cases and Reading, Prentice Hall. New jersey Edmons, Thomas P, Cindy D. Edmons, Bor Yi Tsay, Philip R. Olds. 2006. Fundamental Managerial Accounting Concept. McGraw Hill International Edition. Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer Peter C. 2006. Managerial Accounting. Leven Th Edition. Lklc Graw H 111 International Edition. Geigher Josep dan Dan Swenson. ABC dan Strategic Manajemen : Effects on Emerging and realized Strategies, Corporate Controller Journal. Nov/Des 2000, Vol 12, Number 1, Ria Group, Boston. Hansen, Don R and Marryane M Mowen, 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Hansen and Mowen. 2001. Manajemen Biaya (Buku 2):Akuntansi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. Harnanto, 2001. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produksi. Edisi 4. BPEF Yogyakarta. Mahfud Solihin. 2005. Akuntansi manajemen. BPFE UGM, Yogyakarta. Mulyadi.2003. Activity Based Costing. Edisi 6. UPP-AMP YKPN, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi, Supriono R.A. 2008. Akuntansi Biaya, Modul 1-9. Edisi 1. Universitas Terbuka. Jakarta. Sadeli Lili, M, Bedjo Siswanto, 2004, Akuntansi manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sulastriningsih, Zulkifli. 2006. Akuntansi Biaya. UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Supriono, R.A. 2000. Manajemen Biaya . Edisi 1. BPEF Yogyakarta. Witjaksono Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi 1. Graha Ilmu, Yogyakarta. Cost Production 171