BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu

advertisement
BAB V
KESIMPULAN
Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik
di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan
pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan fihak-fihak yang bertentangan dengan
pemerintah melalui fatwa-fatwa yang dibuat berdasarkan atas dalil-dalil Islam.
Fatwa-fatwa berfungsi untuk mempengaruhi atau mendominasi opini masyarakat
untuk mendukung sikap pemerintah serta menyingkirkan suara-suara oposisi.
Peran ulama yang sedemikian besarnya dalam politik di Kerajaan Saudi
telah terjadi sejak abad 18 dimulai dari kesepakatan antara Syekh Muhammad
ibnu Abdul Wahhab dan Muhammad ibnu Saud. Kedua fihak tersebut berjanji
akan saling mendukung dalam aktifitasnya. Ibnu Saud mendukung Abdul Wahhab
untuk menjaga dan menyebarkan faham keagamaannya sementara, Abdul Wahhab
mendukung aktifitas politik dan militer untuk memperluas wilayah kerajaan Ibnu
Saud. Dua kekuatan ini telah berhasil menguasai Jazirah Arab dan membentuk
negara merdeka tahun 1932 dengan nama Kerajaan Arab Saudi.
Masa modernisasi pemerintahan Kerajaan Saudi dengan dibentuknya
berbagai departemen menyebabkan terpinggirnya peran para ulama dalam proses
pengambilan kebijakan politik di Kerajaan Saudi. Peran ulama digantikan oleh
para professional yang bekerja di departemen-departemen tersebut seperti urusan
ekonomi, politik luar negeri, industri, keuangan dsb. Saat ini, ulama hanya
bertanggung jawab atas beberapa departemen saja diantaranya pendidikan,
99
pengadilan, urusan haji dan urusan-urusan keagamaan.
Meskipun demikian,
peran tradisional ulama sebagai pendukung kebijakan pemerintah dan pengendali
opini publik tetap terjaga. Hal itu bisa dilihat dari banyak peristiwa penting yang
pernah terjadi di internal masyarakat Saudi seperti, pemberontakan kelompok aljam`a al-Salafiyyah al-Muhtasib yang direspon oleh sikap repressif pemerintah
Saudi setelah mendapat legalitas dari fatwa ulama. Begitu juga kritik dari banyak
ulama dan professional awal tahun 90an kepada pemerintah, dewan ulama senior
dan Mufti Saudi direspon dengan tindakan represif oleh pemerintah juga melalui
dukungan ulama senior atau mufti. Melalui fatwa, Ulama juga mendukung sikap
Pemerintah Saudi untuk mengizinkan Militer Amerika Serikat untuk membuat
pangkalan militer di Saudi pada perang teluk tahun 1990.
Peran tradisional ulama juga terlihat nyata dalam isu-isu kontemporer
yang terjadi di kerajaan Saudi. seperti dalam isu kontraterrorisme atau perang
melawan teror dan isu revolusi Dunia Arab.
Sebelum isu terorisme mulai teropini secara meluas pasca peristiwa 9/11,
peristiwa teror telah pernah terjadi di internal Saudi dan telah mendapat tanggapan
dari para ulama dan mufti Saudi. Para teroris tersebut dilabeli sebagai kelompok
Khawarij, kelompok pemberontak dari penguasa yang sah dan kelompok pendosa
yang melanggar aturan Islam. Fatwa dewan ulama senior pertama kali keluar
tahun 2003 yang mempertegas sikap ulama Saudi terhadap terorisme dan
memberikan jalan bagi pemerintah untuk menindas tegas para pelaku teror
tersebut. Kemudian fatwa keluar lagi pada tahun 2010 yang merespon mengenai
hukum memberikan bantuan terhadap kelompok-kelompok teroris.
100
Fatwa-fatwa tersebut disebarluaskan melalui media-media, khutbahkhutbah di masjid, sekolah-sekolah dan ruang-ruang publik lainnya. Hasilnya,
pemerintah bisa melakukan tindakan apa saja untuk memberantas kelompokkelompok atau individu-individu yang dianggap memiliki keterkaitan atau paham
radikal atau ekstrim. Begitupun juga, fatwa-fatwa tersebut memberikan efek
terkucilnya isu-isu yang dibawa oleh para militan dan orang-orang yang simpati
pada mereka. Bahkan, kalangan pengeritik kebijakan kontraterror pemerintah pun
bisa dengan mudahnya dijebloskan ke penjara dengan tuduhan pendukung teroris
dari pemerintah. Fatwa itu juga mempermudah kerjasama kontraterorisme
pemerintah secara internasional.
Pada peristiwa revolusi Dunia Arab yang berawal pada awal tahun 2011.
Ulama terlihat memiliki peran besar baik secara domestik maupun internasional
untuk mendukung pemerintah dalam menjaga stabilitas politik dalam negeri dan
mengucilkan para oposisi. Dalam lingkup domestik, dewan ulama senior dan
mufti, Syekh Abdul Aziz selama tuntutan demonstrasi berlangsung sejak tahun
2011 telah mengeluarkan fatwa takfir bagi fihak-fihak yang menyerukan
perubahan di Saudi. Fatwa tersebut mengecam dan mengancam para oposisi
sebagai pendurhaka atau pendosa yang berhak dihukum. Fatwa ini disebarkan
melalui media-media dan ceramah-ceramah para ulama. Fatwa ini hasilnya cukup
efektif dalam meredam kampanye demonstrasi di Kerajaan Saudi. Serta menjadi
legalitas bagi pemerintah untuk menangkapi atau mengeksekusi para demonstran
atau oposisi.
101
Dalam lingkup internasional, secara umum ulama dan mufti menentang
segala tindakan pembangkangan masyarakat terhadap pemerintah baik yang
terjadi di Tunisia, Mesir, Bahrain, Yaman. Kecuali di Libya atau Suriah yang
para ulama mendukung sikap pemerintah Saudi dalam mendukung para oposisi di
kedua negara tersebut untuk menumbangkan rezim yang berkuasa, Muammar
Khadafi di Libya dan Bashar Assad di Suriah. Kedua rezim tersebut sudah
dianggap menyimpang dari Islam. Namun, khusus Suriah, menyikapi ajakanajakan di internal Saudi untuk ikut berjihad membantu para pejuang Suriah, ulama
senior dan mufti mengecam orang-orang yang ingin ikut berjuang. Sementara
tokoh-tokoh atau ulama non-pemerintah yang memiliki inisiatif sendiri untuk
membantu para pejuang Suriah tanpa melalui pemerintah dilarang dan
diintimidasi.
Dari dua kasus kontemporer yang terjadi di Saudi tersebut, Arab Spring
dan kontraterorisme, terlihat perang ulama yang besar dalam mendukung
pemerintah dan menguasai atau menstabilkan opini publik. Ulama membuat fatwa
yang berfungsi takfir, penyesatan bagi fihak yang oposisi bagi pemerintah dan
bagi para teroris. Fatwa tersebut hasilnya menjadi kekuatan pemerintah untuk
menghalalkan segala cara untuk melakukan tindakan keras, hard power bagi
pihak-pihak yang telah dilabeli negatif.
Peran yang besar dewan ulama senior dan mufti dan Arab Saudi tidak
berarti semua ulama di Arab Saudi setuju dengan para ulama di dewan ulama
senior. Banyak juga ulama yang menentang segala fatwa yang dibuat mufti atau
dewan ulama senior meskipun dampaknya bagi para ulama penentang tersebut
102
adalah mereka harus dipenjara atau diasingkan atau dibatasi aktifitas mereka.
Beberapa peristiwa penting di Saudi memperlihatkan munculnya ulama-ulama
oposisi seperti tahun 1979, kelompok Juhayman al-Utaybi dan Abdullah alQahtani yang menginginkan reformasi pemerintahan Saudi menjadi lebih islami
dengan melakukan penyanderaan terhadap Masjidil Haram di Makkah. Kelompok
ini berhasil ditumpas dan kedua pemimpinnya ditembak mati oleh militer
pemerintah Saudi setelah mendapatkan fatwa dari ulama senior Saudi. Kemudian
tahun 1990-an muncul petisi dari ratusan ulama kepada pemerintah dan dewan
ulama senior yang juga tujuannya untuk melakukan reformasi terhadap
pemerintah Saudi supaya lebih Islami, diantara tokohnya adalah, Dr. Salman alAwdah, Dr. Safar Hawali, dan Dr. `Aidh al-Qarni. Ketiga tokoh diatas ditangkap
dan dipenjarakan oleh pemerintah Saudi.
Dalam kebijakan kontraterorisme pemerintah Saudi, meskipun para ulama
di dewan ulama senior dan mufti telah mengutuk dan membuat fatwa takfir
terhadap para pelaku teror tapi, banyak juga ulama-ulama di Saudi yang
mengkritisi kebijakan pemerintah terkait kontraterorisme tersebut diantaranya
misalnya, Dr. Sa`id al- Zu`air, Syekh Ali al-Khudhair, Syekh Ahmed al-Khalidi
dan Syekh Nasser al-Fahad. Untuk membungkam sikap mereka, pemerintah
menahan dan menangkap mereka. Dalam kasus, revolusi dunia arab juga sama,
fatwa dan kecaman-kecaman ulama senior dan mufti tidak diterima dan disepakati
secara penuh oleh ulama-ulama non-pemerintah di Kerajaan Saudi. Dr. Salman alAwdah, Syekh Sulaiman al-Duwaish dan Dr. Yusuf al-Ahmad adalah beberapa
103
diantara para ulama yang mengkritisi kerajaan Saudi dan tidak sepaham dengan
fatwa di dewan ulama senior mengenai kecaman terhadap para demonstran.
104
Download