UNIVERSITAS INDONESIA PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT A LAPORAN AKHIR MAGANG Amy Ramadhani 1006810353 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA JULI 2012 Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 UNIVERSITAS INDONESIA PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT A LAPORAN AKHIR MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Amy Ramadhani 1006810353 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA JULI 2012 Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Amy Ramadhani NPM : 1006810353 Tanda Tangan : Tanggal : 6 Juli 2012 ii Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Magang ini diajukan oleh: Nama NPM Program Studi Kekhususan Judul Laporan Magang --Indonesia : : : : Amy Ramadhani 1006810353 Ekstensi Akuntansi ------------ --Inggris : Determination of Production Cost under Absorption Costing Method and Variable Costing Method in PT A : Penentuan Biaya Produksi dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing Pada PT A Telah berhasil diselesaikan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI Ketua : Drs. Enan Hasan Sjadili Ak., MBA Pembimbing : Selvy Monalisa S.E., Ak., MBA Anggota Penguji : Edward Tanujaya S.E., M.Sc. Ditetapkan di : Depok Tanggal : 6 Juli 2012 KPS Ekstensi Akuntansi SRI NURHAYATI MM, SAS NIP : 196003171986022001 iii Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penyusunan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik di masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Selvy Monalisa S.E., Ak., MBA selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis dalam penyusunan laporan magang ini. 2. Bapak Drs. Enan Hasan Sjadili Ak., MBA dan Bapak Edward Tanujaya S.E., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah membantu dalam penyempurnaan laporan magang ini. 3. Dosen-dosen FEUI lainnya yang telah banyak berbagi ilmu dan pengalaman. 4. Pak Johannes Mau selaku manager in charge, dan senior-senior di KAP T (Kak Amel, Risa, dan Mbak Ambar) yang telah banyak membimbing selama program magang berlangsung dan membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan selama penulisan. 5. Kepada Mama dan Papa tercinta yang banyak memberikan dukungan, bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa yang sangat berharga kepada penulis selama menuntut ilmu dalam menyelesaikan pendidikan ini. 6. Kak Icha yang sering membagi ilmunya dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Juga kepada adikku Alvin yang telah memberikan motivasi bagi penulis. 7. Sahabat dan teman seperjuangan, Yoyo. Terima kasih karena tidak pernah bosan mendukung, mendampingi, dan menjadi teman diskusi yang baik. 8. Teman-teman yang telah banyak memberi dukungan sejak berkuliah di DIII sampai di sekarang: Anggita, Ay-ay, Tinus, Ayam, Mega, dan Agnes. iv Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 9. Teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta, 6 Juli 2012 Amy Ramadhani v Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya : : : : : : Amy Ramadhani 1006810353 Ekstensi Akuntansi Ekonomi Laporan Magang demi pengenbangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT A beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti NonEkslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Jakarta Pada tanggal: 6 Juli 2012 Yang menyatakan (Amy Ramadhani) vi Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Amy Ramadhani : Ekstensi Akuntasi : Penentuan Biaya Produksi dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing Pada PT A Terdapat dua metode dalam menentukan biaya produksi pada perusahaan manufaktur yaitu absorption costing dan variable costing. Pada metode absorption costing, biaya produksi tetap ikut diperhitungkan sebagai komponen persediaan dan baru dibebankan ketika penjualan terjadi. Pada metode variable costing, biaya produksi tetap tidak diperhitungkan sebagai komponen persediaan dan dibebankan pada periode terjadinya. Perhitungan menurut kedua metode tersebut akan mengakibatkan hasil laba operasi yang berbeda. Laporan Magang ini akan membahas mengenai penentuan biaya produksi dengan kedua metode tersebut pada PT A yang merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi pestisida. Hasil laporan menunjukkan bahwa selain penentuan harga produksi dengan metode absorption costing yang sudah diterapkan oleh PT A, penghitungan biaya produksi dengan metode variable costing juga sebaiknya dilakukan. Hal ini berguna untuk membantu manajemen dalam melakukan perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya produksi tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Kata kunci: Biaya produksi, absorption costing, variable costing, biaya yang diperhitungkan sebagai komponen persediaan, biaya periode vii Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 ABSTRACT Name Study Program Title : Amy Ramadhani : Accounting : Determination of Production Cost under Absorption Costing Method and Variable Costing Method in PT A. There are two methods in determining production cost: absorption costing method and variable costing method. In absorption costing method, all fixed manufacturing costs are included as inventoriable cost and charged when the sale occurs. In variable costing method all fixed manufacturing costs are excluded from inventoriable cost and charged in the incurred period. Both will result in different operating income. This Internship Report will discuss the determination of production cost by the two methods on PT A, a manufacturing company that produces pesticides. This report concludes that beside the determination of production cost with absorption costing method that have been implemented by PT A, determining production costs with variable costing method should also be made. It is useful for management in planning short-term profit, controlling fixed manufacturing costs, and short-term decision-making. Key words: Manufacturing cost, absorption costing, variable costing, inventoriable cost, period cost viii Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Program Magang ............................................................. 1 1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang .................................................. 2 1.4 Latar Belakang Penulisan dan Rumusan Masalah ..................................... 2 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Magang.................................................... 3 2. PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................. 5 2.1 Profil KAP T ............................................................................................ 5 2.2 Profil Perusahaan Klien ............................................................................ 6 2.3 Kegiatan Magang ..................................................................................... 7 2.3.1 Prosedur Audit KAP T atas Akun Persediaan PT A ......................... 7 3. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 9 3.1 Teori Audit ............................................................................................... 9 3.1.1 Definisi Audit .................................................................................. 9 3.1.2 Tujuan Audit .................................................................................. 9 3.1.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Audit .............................................. 10 3.2 Definisi Akuntansi Biaya ........................................................................ 11 3.3 Definisi Biaya......................................................................................... 13 3.4 Penggolongan Biaya ............................................................................... 13 3.5 Siklus Akuntansi Biaya........................................................................... 15 3.6 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi ............................................ 17 3.7 Manfaat dan Kelemahan Variable Costing .............................................. 21 4. PEMBAHASAN .......................................................................................... 24 4.1 Audit terhadap Persediaan PT A ............................................................. 24 4.2 Pengklasifikasian Biaya pada PT A ........................................................ 27 4.2.1 Biaya Produksi .............................................................................. 27 4.2.2 Biaya Non-produksi ...................................................................... 30 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi PT A ............................................... 32 4.4 Laporan Laba Rugi PT A ....................................................................... 34 ix Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 38 5.2 Saran ...................................................................................................... 38 5.2.1 Untuk PT A ................................................................................... 38 5.2.2 Untuk Calon Peserta Magang di KAP ............................................ 39 DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 41 x Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 20X2 ............. 19 Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan Variabel Costing (dalam ribuan Rupiah) ......................................................... 20 Tabel 3.3 Perbedaan Perlakuan Biaya Produksi Tetap dan Variabel pada Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing ............................ 21 Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 ........ 27 Tabel 4.2 Rincian Biaya Tenaga Kerja Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 . 28 Tabel 4.3 Rincian Biaya Overhead Pabrik PT A Tahun 2011 dan 2010 ............ 29 Tabel 4.4 Rincian Biaya Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 ....................... 31 Tabel 4.5 Rincian Biaya Umum dan Administrasi PT A Tahun 2011 dan 2010 (dalam ribuan Rupiah) ...................................................................... 32 Tabel 4.6 Perbandingan Harga Pokok Produksi PT A Tahun 2011 dan 2010 dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing (dalam ribuan Rupiah) ...................................................................... 33 Tabel 4.7 Penjualan PT A pada Tahun 2011 dan 2010 (dalam unit) .................. 34 Tabel 4.8 Ringkasan Biaya PT A Tahun 2011 dan 2010 (dalam Rupiah) .......... 34 Tabel 4.9 Perbandingan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 2011 dan 2010 dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing (dalam ribuan Rupiah) ...................................................................... 35 Tabel 4.10 Jumlah Produksi dan Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 ............. 37 xi Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Contoh Kombinasi Biaya untuk Produk Pestisida S400 ................. 14 Gambar 3.2 Ilustrasi Proses Produksi ................................................................ 16 xii Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Magang Program magang merupakan kebijakan yang diberikan oleh Program Ekstensi Akuntansi FEUI sebagai tugas akhir. Program magang ini dimaksudkan untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan pengetahuan yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam lingkungan kerja nyata yang bisa diukur secara akademik dan bermanfaat bagi pihak pengguna. Program magang dirancang secara terstruktur, dimana mahasiswa peserta dalam kondisi terbimbing dan terkendali sebagai suatu “laboratorium latihan”. Penulis beranggapan hal ini merupakan sarana pembelajaran yang tepat untuk memulai beradaptasi dengan lingkungan kerja sekaligus mempraktikkan berbagai macam teori dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan, mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah, pembentukan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Melihat besarnya manfaat dari program magang maka penulis memutuskan untuk memilih program magang sebagai mata kuliah penutup dari seluruh mata kuliah yang telah diambil selama berkuliah di program Ekstensi FEUI. Mahasiswa peserta magang diwajibkan untuk membuat laporan akhir magang yang topiknya ditentukan sendiri oleh penulis dengan syarat topik tersebut berhubungan dengan pengalaman yang selama proses magang berlangsung, disertai dengan landasan teori berdasarkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. Dalam penyusunan laporan magang, mahasiswa wajib menaati ketentuan kerahasiaan data dan informasi yang diterapkan oleh perusahaan tempat magang. 1.2 Tujuan Penulisan Setelah menjalankan program magang selama tiga bulan lamanya, penulis membuat karya akhir berupa laporan magang yang juga merupakan salah satu persyaratan kelulusan. Tujuan dari penulisan Laporan Magang ini adalah: 1 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 2 Sebagai syarat wajib dalam program magang; Memberikan informasi mengenai penerapan inventory costing dalam salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia; dan Memberikan gambaran mengenai lingkungan dunia kerja nyata kepada mahasiswa. 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Penulis berkesempatan menjalani pogram magang sebagai asisten auditor yang membantu pelaksanaan posedur-prosedur audit dibawah pengawasan dari senior auditor di Kantor Akuntan Publik BDO Tanubrata Sutanto Fahmi dan Rekan (selanjutnya disebut dengan “KAP T”) yang berlokasi di Prudential Tower, 17th Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 79, Jakarta 12910. Jangka waktu pelaksanaan magang yang dilakukan oleh penulis adalah selama kurang lebih tiga bulan, dimulai pada tanggal 6 Februari 2012 dan berakhir pada tanggal 30 April 2012. Dalam penugasannya, penulis tergabung dalam tim yang diketuai oleh Bpk. Indra Sri Widodo sebagai partner audit, dan berada di bawah pengawasan Bpk. Johannes Mau sebagai manager in charge dan Ibu Amelia Rahmawati sebagai auditor in charge. 1.4 Latar Belakang Penulisan dan Rumusan Masalah Harga pokok produksi adalah biaya yang dikorbankan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pada praktiknya, biaya overhead pabrik sulit untuk ditelusuri dan dialokasikan ke dalam biaya produk sehingga rentan terjadi kesalahan yang berakibat kesalahan dalam penentuan harga jual produk. Dalam menentukan harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu absorption costing dan variable costing. Pada metode absorption costing, biaya produksi tetap ikut diperhitungkan sebagai inventoriable cost dan baru dibebankan ketika penjualan terjadi. Metode variable costing, biaya produksi tetap dikeluarkan dari inventoriable cost dan dibebankan pada periode terjadinya. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan hasil laba operasi yang berbeda pula. Dengan pendekatan ini dapat membantu manajemen untuk melakukan Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 3 perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya produksi tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Dalam laporan ini, penulis membatasi masalah yang diambil yaitu perhitungan biaya produksi pada PT A berdasarkan metode absorption costing dan variable costing serta dampaknya bagi perencanaan dan keputusan yang diambil oleh manajemen. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Magang BAB 1: Pendahuluan Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang program magang, tujuan diselenggarakannya program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, latar belakang penulisan dan rumusan masalah, dan sistematika penulisan laporan magang. BAB 2: Profil Perusahaan Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum KAP T tempat program magang dilaksanakan, PT A sebagai tempat penulis mengadakan audit yang merupakan klien dari KAP T, dan kegiatan penulis yang berhubungan dengan topik laporan magang selama program magang berlangsung. BAB 3: Landasan Teori Bab ini membahas mengenai kerangka teori yang menjadi landasan penulis dalam mengembangkan analisis. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori audit dan landasan teori penentuan harga pokok produksi. BAB 4: Pembahasan dan Analisis Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup pembatasan masalah yang telah dibahas pada Bab 1. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai audit terhadap persediaan dan analisis penentuan harga pokok produksi pada PT A. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 4 BAB 5: Kesimpulan dan Saran Bab terakhir dari laporan ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi laporan magang dan memuat saran yang ditujukan kepada perusahaan klien dan mahasiswa yang akan mengikuti program magang. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Profil KAP T KAP T didirikan oleh Richard B. Tanubrata pada 6 Desember 1979. Pada tahun 1992, KAP T resmi bergabung dengan BDO International. BDO International sendiri merupakan salah satu jaringan kantor akuntan publik di dunia, melayani klien-klien lokal maupun internasional. Berpusat di Inggris, BDO memiliki lebih dari 1.000 KAP anggota di 135 negara di dunia. Semua KAP anggota BDO International adalah badan hukum yang independen dan tunduk pada peraturan dan hukum negara masing-masing. Saat ini BDO Indonesia terdiri atas 14 orang rekan dan lebih dari 250 staf. Fokus KAP T adalah membantu klien untuk menjalani dan meningkatkan bisnis ke arah yang lebih baik dengan didukung oleh staf yang profesional. KAP T berpegang teguh pada “3K”, yaitu Komunitas, Komunikasi, dan Komitmen dalam menjalani tugasnya. Selama tiga puluh tahun berdiri, KAP T beberapa kali berpindah lokasi. KAP T juga membangun dua cabang lainnya yang bertempat di Jakarta dan Bandung. Karena sulitnya koordinasi terhadap cabang-cabang, pada tahun 2009 KAP T seluruhnya dipindahkan ke Prudential Tower Lt. 17, Sudirman, Jakarta Selatan. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi: 1. Assurance Jasa assurance yang dilakukan KAP T antara lain: Audit atas laporan keuangan; Audit tujuan khusus; Laporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan; Jasa assurance lainnya. 2. Non-assurance Jasa non-assurance yang dilakukan KAP T antara lain: Konsultasi perpajakan; 5 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 6 Konsultasi keuangan perusahaan terkait Penawaran saham perdana (initial public offering atau IPO); Konsultasi khusus terkait restrukturisasi dan peninjauan rencana perusahaan; Workshop dan pelatihan. 2.2 Profil Perusahaan Klien Selama pelaksanaan magang di KAP T, penulis mengaudit dua klien yaitu PT A dan PT AB. PT AB merupakan salah satu entitas anak PT A. PT A berdiri pada April 1969 sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang usaha distribusi pestisida. Selanjutnya, perusahaan ini melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan pabrik pestisida di daerah Cibinong pada April 1994. Pendirian pabrik pestisida inilah yang kemudian menjadi langkah awal PT A untuk tidak lagi bergerak sebagai distributor tetapi sebagai produsen pestisida. PT A sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada penyediaan sarana produk pertanian, mencakup mata rantai pertanian mulai dari pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta penyimpanan hasil pertanian. Tidak hanya menjual produknya, PT A merasa bertanggung jawab terhadap optimalisasi penggunaan produknya. Oleh karenanya, PT A juga memberikan edukasi tentang produk pestisida antara lain berupa teknis produk dan aplikasinya bagi para petani Indonesia dengan cara mengadakan Sekolah Lapang di berbagai tempat di Indonesia, khususnya pulau Jawa-Sumatera-Bali. Hal ini dirasa sangat penting karena petani merupakan ujung tombak mata rantai produksi pangan. Jika petani memiliki kualifikasi yang baik dalam berproduksi maka sejalan dengan program peningkatan ketahanan pangan guna menunjang revitalisasi pertanian. PT A memiliki cabang di kota-kota besar dengan saluran distribusi yang hampir meliputi seluruh daerah di Indonesia. Pola kemitraan bisnis PT A yang profesional, dinamis, dan inovatif telah membawa perusahaan ini pada sistem kemitraan dengan pengusaha-pengusaha mancanegara yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 7 Para peneliti tanaman pangan di Indonesia telah menemukan berbagai varietas padi jenis unggul baru yang menyebabkan perluasan penanaman yang diintegrasi dengan program perlindungan tanaman. Oleh karena itu, PT A ikut andil dengan menghasilkan produk-produk pestisida ramah tanaman. Produk yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam pestisida seperti: Insecticide: bahan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Herbicide: bahan kimia yang disebarkan di lahan pertanian untuk membasmi tanaman pengganggu yang mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman inti. Fungicide: bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur penyakit pada tanaman. PT A juga memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat melalui edukasi dan media informasi yang diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan yang berguna di lapangan pekerjaan. 2.3 Kegiatan Magang Pelaksanaan magang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan dari tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 30 April 2012. Penulis ditempatkan pada tim ISW dan bertugas untuk mengaudit PT A serta salah satu entitas anak yaitu PT AB. Audit PT A dan entitas anak berlangsung di Bogor. 2.3.1 Prosedur Audit KAP T atas Akun Persediaan PT A Pada awal prosedur audit, auditor melaksanakan proses perencanaan, penyusunan desain pendekatan audit, dan pemahaman atas pengendalian internal klien. Tahap berikutnya yang dilakukan adalah menetapkan materiality, dan performance materiality. Materiality adalah jumlah salah saji maksimum dari keseluruhan audit yang masih dapat diterima, sedangkan performance materiality adalah jumlah salah saji maksimum dari suatu akun yang masih dapat diterima. Penentuan materiality dan performance materiality pada PT A adalah sebagai berikut: Materiality = 1% × Penjualan bersih tahun berjalan = 1% × Rp200.161.120.343 = Rp2.001.611.203 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 8 Performance materiality = 50% × Materiality = 50% × Rp2.001.611.203 = Rp1.000.805.602 Prosedur audit yang dilakukan KAP T terkait akun persediaan adalah: a. Mencocokkan nilai persediaan di laporan keuangan klien dengan laporan rincian persediaan dari gudang per 31 Desember 2011. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah kelengkapan (completeness), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), dan penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). b. Memeriksa kelengkapan dokumen terkait dengan transaksi pembelian dan penjualan persediaan. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keterjadian (occurrence), keakuratan (accuracy), dan pemindahbukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). c. Melakukan pengujian pisah batas transaksi. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah pisah batas (cutoff). d. Melakukan perhitungan fisik (stock taking) terhadap persediaan. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keberadaan (existence), pisah batas (cutoff) dan hak dan kewajiban (rights and obligations). e. Melakukan Pengujian persediaan untuk item-item produk tertentu. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah kecocokan rincian (detail tie-in) dan penilaian dan alokasi (valuation and allocation). f. Melakukan prosedur analitis atas perhitungan harga pokok penjualan.Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keakuratan (accuracy) dan detail tie-in. g. Melakukan pengujian Net Realizable Value (NRV) untuk memastikan bahwa nilai persediaan yang tercantum di laporan posisi keuangan klien adalah nilai yang terendah antara NRV atau biaya (lower cost or NRV). Tujuan yang ingin dicapai adalah nilai realisasi (realizable value), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), dan penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teori Audit 3.1.1 Definisi Audit Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) mendefinisikan audit sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi ekonomi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi ekonomi tersebut dengan kriteria. Audit dilakukan untuk menentukan apakah informasi pada laporan keuangan sudah menggambarkan keadaan perusahaan secara wajar atau tidak. Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. 3.1.2 Tujuan Audit 1. Tujuan Audit Terkait Transaksi Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja yang membantu auditor mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai terkait dengan transaksi. Tujuan audit terkait transaksi terdiri dari: a. Keterjadian (occurrence): transaksi yang dicatat benar-benar terjadi. b. Kelengkapan (completeness): semua transaksi yang terjadi sudah dicatat. c. Keakuratan (accuracy): transaksi dicatat dalam jumlah yang benar. d. Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran (posting and summarization): transaksi yang dicatat sudah termasuk dalam buku besar dan telah diikhtisarkan dengan benar. e. Klasifikasi (classification): transaksi telah diklasifikasikan ke dalam akunakun yang tepat. f. Pemilihan waktu (timing): transaksi telah dicatat dalam tanggal yang tepat. 2. Tujuan Audit Terkait Saldo Tujuan audit terkait saldo dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja yang membantu auditor mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai terkait dengan saldo. Tujuan audit terkait saldo akun terdiri dari: 9 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 10 a. Keberadaan (existence): jumlah yang termasuk dalam saldo benar-benar terjadi. b. Kelengkapan (completeness): jumlah yang terjadi sudah termasuk dalam saldo c. Keakuratan (accuracy): jumlah yang termasuk sudah disajikan dengan akurat. d. Klasifikasi (classification): jumlah yang termasuk dalam saldo sudah diklasifikasikan dengan tepat. e. Pisah batas (cutoff): transaksi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang benar. f. Detail tie-in: perincian saldo sesuai dengan jumlah di buku besar. g. Nilai realisasi (realizable value): aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat terealisasi. h. Hak dan kewajiban (rights and obligations): pengakuan suatu saldo akun sebagai hak atau kewajiban. 3.1.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Dalam melakukan audit, auditor melakukan tahapan-tahapan proses audit seperti: 1. Merencanakan dan mendesain pendekatan audit Memahami strategi dan bisnis klien. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian internal. Melakukan prosedur analitis awal. 2. Melaksanakan uji pengendalian (test of control) dan uji substantif atas transaksi (substantive test of transaction) Uji pengendalian yaitu prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dan menilai risiko pengendalian. Uji substantif atas transaksi yaitu pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah keenam tujuan audit untuk setiap transaksi telah tercapai. 3. Melaksanakan prosedur analitis (analytical procedure) dan pengujian terinci atas saldo (test of detail of balance) Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 11 Prosedur analitis adalah penggunaaan perbandingan dan hubungan untuk menilai kewajaran atas saldo akun maupun data lain pada laporan keuangan. Uji terinci atas saldo adalah pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah kesembilan tujuan audit terkait saldo untuk setiap saldo telah terpenuhi. 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan Menelaah kewajiban bersyarat dan komitmen yakni menelaah potensi kewajiban di masa yang akan datang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat dari aktifitas yang telah terjadi. Menelaah peristiwa kemudian (subsequent event), prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian. 3.2 Definisi Akuntansi Biaya Perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku untuk menghasilkan barang jadi memerlukan prosedur serta pencatatan tentang proses produksi yang mengolah bahan-bahan tersebut. Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2011) akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Akuntansi biaya merupakan alat yang penting guna membantu manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan, dan sebagai evaluasi terhadap kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya juga digunakan oleh seorang pimpinan sebagai alat informasi dalam rangka pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategis. Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan laba membantu manajemen untuk: 1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 12 Suatu aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk bekerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas. 3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi. 4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan pelaporan eksternal. 5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang dapat mengubah pendapatan atau biaya. Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2011), tiga fungsi utama dari akuntansi biaya dan manajemen biaya adalah sebagai berikut: 1. Menghitung biaya produk, baik barang maupun jasa, dan objek biaya lainnya. Pada hakikatnya, akuntansi biaya adalah proses untuk menelusuri biaya langsung dan pengalokasian biaya tidak langsung ke dalam suatu produk. Hal ini berguna bagi manajer untuk membuat strategi mengenai penetapan harga, bauran produk, dan keputusan manajemen. 2. Memperoleh informasi yang berguna untuk perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja. Anggaran adalah alat yang biasa digunakan untuk perencanaan dan pengendalian. Anggaran mendorong manajer untuk membuat strategi dan rencana untuk mencapai apa yang sudah dianggarkan, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan strategi dan rencana tersebut ke seluruh organisasi, dan menjadikan anggaran tersebut sebagai tolok ukur evaluasi kinerja. 3. Menganalisis informasi yang relevan untuk membuat keputusan. Ketika manajer harus membuat keputusan mengenai perancangan dan implementasi strategi, manajer harus memperhatikan pendapatan dan biaya. Misalnya ketika manajer harus memutuskan apakah lebih efisien memproduksi Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 13 barang tertentu atau membeli dari pihak eksternal. Akuntansi biaya membantu manajer untuk mengidentifikasi informasi mana yang relevan dan informasi mana yang tidak relevan. 3.3 Definisi Biaya Horngren, Datar, dan Rajan (2011) mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan suatu sumber daya untuk memperoleh tujuan yang spesifik. Dalam artian luas, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan suatu sumber daya ekonomi yang dapat diukur dalam satuan moneter dan telah terjadi atau mempunyai potensi akan terjadi di masa depan bertujuan untuk memperoleh sumber daya yang lain. Biaya merupakan semua pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan unit moneter baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, tidak dapat dihindari, dan digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan. Oleh karena itu biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya (cost) dengan beban (expense). Biaya adalah harga yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memiliki manfaat kini dan di masa yang akan datang, sedangkan beban diartikan sebagai biaya yang sudah expired, atau yang manfaatnya sudah tidak dirasakan lagi. 3.4 Penggolongan Biaya Biaya digolongkan berdasarkan dua hal, yaitu menurut hubungannya dengan objek biaya dan menurut hubungannya dengan volume produksi. Objek biaya merupakan suatu aktivitas yang biayanya diukur. Misalnya dalam sebuah industri pestisida, objek biaya yang diukur adalah produk pestisida itu sendiri. Biaya menurut hubungannya dengan objek biaya dibedakan menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya menurut hubungannya dengan dengan volume produksi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel atau biaya tetap jika dilihat hubungannya dengan aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Pengidentifikasian biaya sebagai biaya variabel atau Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 14 biaya tetap menjadi masukan yang berguna dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dan menjadi informasi yang penting untuk manajemen dalam mengambil keputusan. a. Biaya langsung Biaya langsung merupakan biaya yang berhubungan langsung terhadap objek biaya dan bisa ditelusuri secara efisien. b. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang memiliki hubungan terhadap obyek biaya, namun tidak dapat ditelusuri secara langsung dan efisien. c. Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional sebanding dengan perubahan volume produksi. d. Biaya tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam rentang yang relevan. Gambar 3.1 menunjukkan contoh keempat jenis biaya tersebut untuk produk pestisida S400 yang dihasilkan oleh PT A. Gambar 3.1 Contoh Kombinasi Biaya untuk Produk Pestisida S400 Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011) (telah diolah kembali) Contohnya dalam produk pestisida S400, yang menjadi biaya langsung adalah harga pembelian dimehypo sebagai bahan baku produk tersebut karena Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 15 penelusuran biaya tersebut bisa dilakukan secara efisien, berapa liter dimehypo yang dibutuhkan dalam produksi satu drum S400. Selain itu tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan produksi S400 dari mulai pengukuran bahan kimia, pencampuran, sampai pengemasan juga dikategorikan sebagai biaya langsung karena bisa ditelusuri dengan mudah pada produk S400 tersebut. Yang menjadi biaya tidak langsung dalam produk S400 adalah gaji manajer produksi. Manajer produksi memang berhubungan dengan kegiatan produksi, namun biaya gajinya sulit ditelusuri dalam pakaian jadi tersebut secara efisien sehingga biaya gajinya diklasifikasikan menjadi biaya tidak langsung. Materialitas biaya juga menjadi faktor penentu dalam pengklasifikasian biaya. Semakin biaya tersebut tidak material, maka untuk menelusuri besarnya biaya tersebut ke objek biaya menjadi hal yang tidak efisien. Melanjutkan contoh sebelumnya, pemakaian bahan pembantu misalnya pewarna dalam satu drum S400 bisa saja ditelusuri dengan akurat, namun penelusuran tersebut menjadi tidak efisien karena dalam satu drum S400 bahan pewarna yang digunakan hanya beberapa mililiter dan tidak material. Maka biaya bahan pewarna tersebut diklasifikasikan menjadi biaya tidak langsung. Jika dihubungkan dengan penggolongan biaya menurut hubungannya dengan volume produksi, biaya pembelian dimehypo dan bahan pewarna dikategorikan sebagai biaya variabel karena biaya-biaya tersebut bertambah seiring bertambahnya volume produksi dan sebaliknya. Biaya gaji manajer produksi dan biaya penyusutan dikategorikan sebagai biaya tetap karena biaya tersebut tidak berubah dalam rentang produksi tertentu. 3.5 Siklus Akuntansi Biaya Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 16 Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan, sejak dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut. Gambar 3.2 menunjukkan ilustrasi proses produksi. Gambar 3.2 Ilustrasi Proses Produksi Sumber: Accounting (Warren, Reeve, dan Duchac, 2007) (telah diolah kembali) a. Bahan baku Merupakan semua unsur fisik yang membentuk barang jadi dan dapat ditelusuri secara langsung dan efisien pada barang jadi tersebut. Bahan baku dapat dibedakan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku tidak langsung merupakan bahan baku yang diperlukan dalam penyelesaian suatu produk, namun tidak diklasifikasikan menjadi bahan baku langsung karena bukan unsur utama pembentuk barang jadi. Melanjutkan contoh produk pestisida S400, bahan baku langsungnya adalah dimehypo, sedangkan bahan baku tidak langsungnya adalah bahan pewarna, bahan pencampur, dan drum. Ketika konsumsi bahan baku tidak langsung tersebut sangat minimal dalam suatu produk, maka nilainya dalam produk tersebut menjadi hal yang tidak ekonomis sehingga biasanya bahan baku tidak langsung akan diklasifikasikan langsung ke dalam overhead pabrik. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 17 Kemudahan penelusuran biaya bahan baku menjadi pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. b. Tenaga kerja langsung Merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam konversi bahan baku menjadi barang jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. c. Overhead pabrik Overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak dapat ditelusuri secara langsung dan efisien ke dalam produk. Pada overhead pabrik biasanya termasuk semua biaya manufaktur selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. 3.6 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Terdapat dua metode dalam penentuan Harga Pokok Produksi yaitu absorption costing dan variable costing. Perbedaan yang terdapat dalam kedua metode tersebut terletak pada pengakuan terhadap biaya produksi tetap. Perbedaan kedua metode tersebut akan berdampak terhadap hasil akhir harga pokok produksi dan juga perbedaan dalam penyajian laporan laba rugi. Biaya overhead pabrik tetap merupakan period cost atau biaya yang tidak berubah karena perubahan volume produksi. Perubahan overhead pabrik tetap dikarenakan fungsi waktu, jadi ada atau tidaknya produksi, overhead pabrik tetap akan tetap terjadi. 1. Absorption Costing Absorption costing atau sering pula disebut traditional costing adalah penentuan harga pokok produksi yang lazim digunakan dalam laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak eksternal ketika menghitung harga pokok penjualan yang kemudian digunakan untuk menghitung laba kotor. Dalam absorption costing seluruh biaya produksi baik yang tetap maupun variabel dibebankan seluruhnya ke harga pokok produksi berdasarkan tarif yang ditetapkan di awal. Oleh karena itu, jika dalam suatu periode biaya overhead pabrik yang terjadi sesungguhnya berbeda dengan yang sudah ditetapkan di awal, maka akan terjadi overapplied atau underapplied overhead pabrik. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 18 Pada absorption costing, semua biaya overhead, baik yang bersifat tetap maupun variabel, diperhitungkan sebagai harga pokok produksi dan akan melekat pada nilai aset, yaitu di nilai persediaan, sebelum persediaan tersebut terjual. Perlakuan biaya overhead tetap tersebut sebagai aset merupakan penundaan pembebanan. Akan tetapi penundaan pembebanan tersebut tidak bermanfaat karena pada periode berikutnya biaya overhead tetap akan tetap terjadi. Jadi pada absorption costing, total penjualan dikurangi harga pokok penjualan disebut dengan istilah laba bruto. Disebut laba bruto karena laba ini harus dikurangi dulu dengan beban operasional dan beban lainnya untuk menghasilkan laba bersih. 2. Variable Costing Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi alternatif selain absorption costing yang digunakan dalam pelaporan keuangan internal. Dalam metode ini hanya biaya variabel (baik yang langsung maupun yang tidak langsung) yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi, sedangkan biaya overhead tetap dibebankan sebagai biaya periode dan bukan sebagai unsur harga pokok produksi. Dengan demikian, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dibebankan pada saat terjadinya sebagai period cost. Pada variable costing, pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya variabel yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja variabel, dan biaya overhead variabel akan menghasilkan margin kontribusi. Margin kontribusi tersebut dikurangi dengan biaya-biaya tetap, akan menghasilkan laba operasi. Margin kontribusi memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Tabel 3.1 menunjukkan data yang terkait dengan laporan laba rugi perbandingan antara metode absorption costing dan metode variabel costing PT A yang akan diilustrasikan pada Tabel 3.2. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 19 Pada absorption costing, persediaan yang belum terjual pada akhir tahun (persediaan akhir) menjadi pengurang harga pokok penjualan. Dengan kata lain, persediaan akhir masih tercatat pada nilai persediaan yang tercantum dalam aset. Padahal, dalam angka persediaan akhir tersebut terkandung dua unsur nilai yaitu biaya produksi variabel sebesar Rp270.000.000 (Rp90.000 × 3.000 unit) dan biaya produksi tetap sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit). Pengakuan biaya produksi tetap sebesar Rp108.000.000 sebagai persediaan ini dirasa tidak bermanfaat karena biaya ini sudah terjadi dan akan terjadi pula pada periode selanjutnya. Pada variable costing, karena yang menjadi pengurang pendapatan hanyalah biaya yang bersifat variabel, maka persediaan akhir yang dikeluarkan dari harga pokok penjualan adalah senilai biaya produksi variabelnya saja. Semua biaya yang bersifat tetap akan tetap mengurangi margin kontribusi untuk menghasilkan laba operasi. Tabel 3.1 Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 20X2 Total produksi pestisida S400 Persediaan awal Persediaan akhir 12.000 unit 0 unit (3.000 unit) Penjualan 9.000 unit Biaya per unit: Biaya variabel: Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Rp70.000 20.000 Jumlah biaya variabel Rp90.000 Jumlah biaya tetap Biaya tetap per unit (dialokasikan) Biaya dalam jumlah keseluruhan Biaya produksi (untuk 12.000 unit diproduksi): Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Rp432.000.000 36.000 Biaya Variabel Rp840.000.000 240.000.000 0 0 0 Rp432.000.000 Rp1.080.000.000 Rp432.000.000 Overhead pabrik Biaya non-produksi: Biaya pemasaran Biaya Tetap Rp15.000.000 Rp35.000.000 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan Variabel Costing (dalam ribuan Rupiah) A. Absorption costing Penjualan Harga pokok penjualan: Persediaan awal Biaya produksi variabel Biaya produksi tetap Harga pokok tersedia untuk dijual Persediaan akhir Harga pokok penjualan 1.800.000 0 1.080.000 432.000 1.512.000 (378.000) B. Variable costing Penjualan Harga pokok penjualan variabel: Persediaan awal Biaya produksi variabel Harga pokok tersedia untuk dijual Laba kotor Biaya non-produksi variabel Biaya non-produksi tetap 666.000 15.000 35.000 Persediaan akhir Harga pokok penjualan variabel Biaya non-produksi variabel Margin kontribusi Biaya overhead pabrik tetap Biaya non-produksi tetap Laba operasi 616.000 Laba operasi 1.134.000 Biaya produksi yang dibebankan: Harga pokok penjualan 1.134.000 Biaya produksi yang dibebankan: Harga pokok penjualan variabel Biaya overhead pabrik tetap Jumlah 1.800.000 0 1.080.000 1.080.000 (270.000) 810.000 15.000 975.000 432.000 35.000 508.000 810.000 432.000 1.242.000 20 Universitas Indonesia Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011) (telah diolah kembali) Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 21 Dari ilustrasi Laporan Laba Rugi yang disusun berdasarkan variable costing pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa biaya produksi tetap sebesar Rp432.000.000 akan mengurangi margin kontribusi sehingga laba operasi yang disusun berdasarkan variable costing lebih kecil dari laba operasi yang disusun berdasarkan absorption costing. Selisih sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit) ini merupakan biaya produksi tetap pada persediaan akhir yang dibebankan pada periode terjadinya di laporan laba rugi pada metode variable costing, namun dicatat sebagai komponen persediaan akhir di laporan posisi keuangan pada metode absorption costing. Selisih ini ditunjukkan pada Tabel 3.3 yang meringkas perbedaan perlakuan biaya produksi tetap dan variabel pada kedua metode tersebut. Tabel 3.3 Perbedaan Perlakuan Biaya Produksi Tetap dan Variabel pada Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing Biaya produksi variabel: Rp90.000 per S400 yang diproduksi Biaya produksi tetap: Rp432.000.000 per tahun /12.000 unit (Rp36.000 per unit) Absorption Costing Diperhitungkan sebagai komponen persediaan Diperhitungkan sebagai komponen persediaan yang belum terjual sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit) Variable Costing Diperhitungkan sebagai komponen persediaan Dibebankan pada periode terjadinya Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011) 3.7 Manfaat dan Kelemahan Variable Costing 1. Variable costing memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. Membantu dalam pengendalian biaya Dalam metode absorption costing, overhead pabrik diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik tanpa dibedakan mana yang variabel dan mana yang tetap, dan kemudian dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap biaya-biaya tetap tertentu yang dapat dikendalikan. Dalam metode variabel costing, biaya tetap dipisahkan dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi sehingga manajemen memperoleh informasi discretionary fixed cost dan committed fixed cost secara terpisah agar dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Menurut Mulyadi (2010) Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 22 biaya tetap dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed cost adalah biaya yang bersifat tetap karena ditetapkan oleh manajemen. Biaya ini biasanya bersifat tetap dalam jangka waktu pendek, misalnnya biaya iklan yang ditetapkan oleh manajemen sebesar Rp10.000.000 per bulan. Committed fixed cost adalah biaya yang timbul akibat kepemilikan atas aset tetap dan atas organisasi pokok perusahaan. Biaya ini bersifat jangka panjang dan tidak dapat dikurangi. Contohnya adalah biaya penyusutan aset tetap dan gaji karyawan. Dalam metode variabel costing, biaya tetap dipisahkan dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi sehingga manajemen memperoleh informasi discretionary fixed cost dan committed fixed cost secara terpisah agar dapat dikendalikan dalam jangka pendek. b. Membantu pengambilan keputusan jangka pendek Jika terjadi perubahan volume kegiatan produksi, biaya periode menjadi tidak relevan karena tidak berubah sebanding dengan volume kegiatan produksi. Menurut absorption costing, penjualan yang terjadi harus bisa menutupi semua biaya baik yang variabel maupun yang tetap, sedangkan menurut variable costing penjualan sebaiknya bisa menutupi biaya yang berubah dalam jangka pendek. Variable costing membantu manajemen dalam memutuskan penentuan harga jual produk jangka pendek dan penentuan membeli atau memproduksi sendiri. c. Membantu perencanaan laba jangka pendek Manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dan menurut perilakunya terhadap perubahan volume produksi untuk perencanaan laba jangka pendek. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah sehingga yang menjadi pertimbangan bagi manajemen hanya biaya variabel. Laporan laba rugi metode variable costing yang memisahkan Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 23 informasi biaya variabel dan biaya tetap membantu manajemen untuk merencanakan laba jangka pendek. 2. Variable costing memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a. Jarang suatu biaya bersifat benar-benar variabel atau benar-benar tetap sehingga metode variable costing sulit diterapkan. Hal ini disebabkan karena dalam menentukan suatu biaya bersifat variabel, biaya tersebut harus memenuhi kriteria berikut: Harga barang dan jasa tidak berubah Metode dan prosedur akuntansi tidak berubah Tingkat efisiensi produksi perusahaan tidak berubah Pada kenyataannya, harga barang dan jasa sulit untuk tidak berubah. Jika harga bahan baku suatu perusahaan mengalami kenaikan karena inflasi, berarti harga bahan baku berubah bukan hanya dipengaruhi oleh volume produksi. b. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi ”matching cost against revenue” sehingga walaupun manajemen menerapkan metode variable costing untuk keperluan internal, manajemen tetap harus membuat laporan laba rugi metode absorption costing untuk keperluan eksternal. c. Dalam metode variable costing, laba ditentukan oleh volume penjualan sehingga untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, perusahaan akan menyajikan kerugian yang ekstrim pada suatu periode dan laba yang sangat tinggi pada periode yang lain. d. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam persediaan sehingga nilai persediaan menjadi lebih rendah. Hal ini akan menyebabkan nilai modal kerja perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya sehingga analisis keuangan perusahaan menjadi tidak relevan. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Audit terhadap Persediaan PT A Prosedur audit yang dilakukan terkait dengan akun persediaan PT A adalah sebagai berikut: 1. Pencocokan nilai persediaan di laporan keuangan klien dengan laporan rincian persediaan klien per 31 Desember 2011 Pada tahap ini auditor meminta data rincian persediaan yang terdapat di gudang per tanggal 31 Desember 2011, menjumlahkan setiap item persediaan, dan mencocokkan angka totalnya ke laporan keuangan klien. Jika terdapat selisih, auditor melakukan investigasi terhadap perbedaan tersebut dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan. Ketika mengaudit PT A, tim audit tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara laporan keuangan klien dengan laporan rincian persediaan dari gudang sehingga tidak ada jurnal penyesuaian yang dibuat. 2. Kelengkapan dokumen pendukung terkait transaksi pembelian dan penjualan persediaan Auditor meminta data pembelian dan penjualan persediaan selama tahun 2011 lalu memilih beberapa transaksi yang jumlahnya paling besar untuk diperiksa lebih lanjut. Tim audit memutuskan bahwa transaksi-transaksi yang dipilih tersebut jumlahnya paling tidak 80% dari jumlah keseluruhan pembelian atau penjualan. Untuk transaksi pembelian, dokumen yang harus diperiksa adalah purchase order klien, faktur pembelian, dan bukti penerimaan barang. Sedangkan untuk transaksi penjualan, dokumen yang harus diperiksa adalah faktur penjualan, faktur PPN, bukti pengiriman barang yang sudah ditandatangani oleh pelanggan klien, dan purchase order dari pelanggan klien. 3. Pengujian pisah batas transaksi pembelian dan penjualan persediaan Auditor meminta data pembelian dan penjualan lima hari sebelum dan lima hari setelah tanggal neraca, kemudian memeriksa kelengkapan dokumen pada 24 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 25 tanggal tersebut sebagaimana telah dijelaskan pada Poin 2. Auditor memeriksa syarat pengiriman barangnya apakah FOB shipping point atau FOB destination. Tujuan prosedur audit ini adalah memastikan bahwa transaksitransaksi tersebut dicatat pada periode yang tepat sesuai dengan syarat pengirimannya. Karena tidak ditemukan kesalahan periode pencatatan persediaan, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan. 4. Perhitungan fisik (stock taking) terhadap persediaan Auditor meminta rincian persediaan dari bagian gudang pada tanggal stock taking dan laporan mutasi persedian selama rentang waktu antara tanggal stock taking dan tanggal laporan keuangan. Perhitungan fisik dilakukan terhadap beberapa item persediaan yang dipilih oleh auditor berdasarkan jumlah transaksi yang paling besar. Stock taking pada PT A dilakukan pada tanggal 5 Januari 2012 sehingga untuk mendapatkan saldo 31 Desember 2011, perhitungannya adalah sebagai berikut: Saldo persediaan 31/12/2011 = Saldo persediaan 05/01/2012 - Transaksi barang masuk 31/12/201105/01/2012 + Transaksi barang keluar 31/12/201105/01/2012 Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan. 5. Pengujian persediaan untuk item-item produk tertentu Auditor meminta laporan mutasi persediaan selama tahun buku dari gudang lalu memilih beberapa item persediaan yang nilai transaksinya paling besar berdasarkan kuantitas dan nilainya paling mahal berdasarkan harga. Tim audit menguji akurasi data klien dengan melakukan perhitungan ulang untuk mendapatkan angka persediaan akhir. Rumus yang digunakan adalah persediaan awal ditambah mutasi barang masuk dan dikurang mutasi barang keluar. Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 26 6. Prosedur analitis atas perhitungan harga pokok penjualan Auditor meminta klien untuk memberikan detail perhitungan harga pokok penjualan. Selanjutnya auditor menghitung ulang harga pokok penjualan berdasarkan pada data-data yang diperoleh dari klien menggunakan rumus berikut: Bahan baku langsung: Persediaan awal Pembelian Bahan baku langsung tersedia untuk digunakan Persediaan akhir Bahan baku langsung digunakan Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Biaya produksi tahun 2011 Work in process 1 Januari 2011 Biaya produksi diperhitungkan Work in process 31 Desember 2011 Harga pokok produksi 2011 xxx xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx Setelah saldo harga pokok produksi didapat, auditor membandingkannya dengan saldo harga pokok produksi di laporan laba rugi klien. Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka jurnal penyesuaian tidak dibutuhkan. 7. Pengujian Net Realizable Value (NRV) Persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan rata-rata tertimbang (weighted average method). Penyisihan persediaan usang dibentuk untuk menyesuaikan nilai tercatat menjadi nilai realisasi bersih (net realizable value). Cara perhitungan NRV adalah sebagai berikut: Persediaan Bahan baku Work-in-process (WIP) Barang jadi Perhitungan NRV Sebesar replacement cost Harga jual barang jadi – cost to complete – cost to sale Harga jual – cost to sale Pengujian NRV dilakukan dengan cara membandingkan angka yang lebih rendah antara NRV dengan cost-nya. Auditor memastikan bahwa nilai Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 27 persediaan yang tercantum dalam laporan keuangan klien adalah nilai yang terendah sehingga tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Secara keseluruhan hasil audit tidak menemukan kesalahan yang material. Namun terkadang pihak PT A lambat dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh auditor sehingga bukti audit yang didapat auditor kurang dan waktu pelaksanaan audit menjadi tidak efisien. 4.2 Pengklasifikasian Biaya pada PT A 4.2.1 Biaya Produksi Biaya produksi terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. a. Bahan baku langsung Dalam memproduksi pestisida, bahan baku yang digunakan oleh PT A antara lain flubendiamide, dimehypo, niclosamide, glyphosate, dan sebagainya. Bahan baku ini bersifat variabel, yaitu jumlahnya bertambah atau berkurang sebanding dengan penambahan atau pengurangan produksi yang dilakukan oleh PT A. Tabel 4.1 menunjukkan perhitungan pemakaian bahan baku langsung PT A pada tahun 2011 dan 2010. Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 Bahan Baku Persediaan awal Pembelian Bahan baku langsung tersedia untuk digunakan Persediaan akhir Pemakaian Jumlah produksi Tarif biaya bahan baku langsung per unit 2011 Rp12.883.599.000 95.526.706.000 Rp108.410.305.000 (14.309.555.000) Rp 94.100.750.000 2010 Rp 8.894.783.000 94.449.214.000 Rp103.343.997.000 (12.883.599.000) Rp90.460.398.000 9.908.994 unit 10.817.509 unit Rp9.496,50 Rp8.362,41 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 28 b. Tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi. Tabel 4.2 merupakan perincian biaya tenaga kerja langsung PT A tahun 2011 dan 2010. Sama seperti bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung juga bersifat variabel, yaitu jumlahnya bertambah atau berkurang sebanding dengan penambahan atau pengurangan produksi yang dilakukan oleh PT A. Tabel 4.2 Rincian Biaya Tenaga Kerja Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 Biaya gaji dan upah – produksi THR dan gratifikasi – produksi Biaya transportasi dan uang makan - produksi Biaya pengobatan – produksi Jamsostek – produksi Tunjangan lain – produksi Jumlah Jumlah produksi Tarif biaya tenaga kerja langsung per unit 2011 Rp2.452.541.000 309.824.000 162.849.000 202.281.000 73.433.000 4.104.000 Rp3.205.032.000 2010 Rp2.096.521.000 284.747.000 165.780.000 109.680.000 64.469.000 2.859.000 Rp2.724.056.000 9.908.994 unit 10.817.509 unit Rp323,45 Rp251,82 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) c. Overhead pabrik Biaya overhead pabrik juga merupakan biaya terkait dengan kegiatan produksi namun tidak secara langsung melekat pada produk sehingga tidak dapat diidentifikasi secara efisien ke dalam produk. Dengan kata lain overhead pabrik merupakan semua biaya produksi di luar bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dalam biaya ini diasumsikan terdapat biaya yang bersifat tetap maupun variabel. Tabel 4.3 merupakan rincian biaya overhead pabrik PT A tahun 2011 dan 2010. Biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp359.568.000 untuk produksi sebanyak 9.908.994 unit pada tahun 2011 dan Rp284.842.000 untuk produksi sebanyak 10.817.509 unit pada tahun 2010. Dengan demikian, maka tarif biaya overhead pabrik variabel per unit adalah Rp36,29 pada tahun 2011 dan Rp26,33 pada tahun 2010. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 Tabel 4.3 Rincian Biaya Overhead Pabrik PT A Tahun 2011 dan 2010 Persentase Tetap Variabel 60 40 80 20 35 65 30 70 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 40 60 100 0 100 0 100 0 100 0 Biaya Tetap (Rp 000) 2011 2010 59.894 75.352 917.126 750.491 27.847 13.525 13.635 8.269 8.883 92.330 768.509 645.676 530.323 266.624 160.673 185.462 71.220 9.948 6.266 3.240 270 270 360 22.000 385.681 828.282 135.851 39.961 130.211 28.488 35.113 0 4.551 1.714 4.750 7.060 462.753 460.346 973.860 1.211.118 279.945 237.026 4.977.721 4.887.182 Biaya Variabel (Rp 000) 2011 2010 39.930 50.234 229.282 187.623 51.715 25.119 31.814 19.295 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.827 2.571 0 0 0 0 0 0 0 0 359.568 284.842 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) 29 Universitas Indonesia Biaya ATK dan benda-benda pos Biaya utilitas Biaya perjalanan dinas Biaya perizinan Biaya perbaikan kendaraan Biaya perbaikan gedung Biaya perbaikan mesin Biaya perbaikan inventaris Biaya asuransi gedung Biaya asuransi kendaraan Biaya asuransi kecelakaan Biaya tenaga ahli Biaya peralatan laboratorium Biaya keselamatan kerja Biaya IPAL dan AMDAL Biaya pengembangan SDM Biaya jamuan Biaya sumbangan Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan mesin Biaya penyusutan inventaris Jumlah Jumlah (Rp 000) 2011 2010 99.824 125.586 1.146.408 938.114 79.562 38.644 45.449 27.564 8.883 92.330 768.509 645.676 530.323 266.624 160.673 185.462 71.220 9.948 6.266 3.240 270 270 360 22.000 385.681 828.282 135.851 39.961 130.211 28.488 35.113 0 11.378 4.285 4.750 7.060 462.753 460.346 973.860 1.211.118 279.945 237.026 5.337.289 5.172.024 Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 30 4.2.2 Biaya Non-produksi Yang termasuk dalam biaya non-produksi pada PT A adalah biaya-biaya yang tidak terkait dengan kegiatan produksi perusahaan. Biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya penjualan dan biaya umum dan administratif. 1. Biaya Penjualan Biaya penjualan adalah biaya yang dibayarkan oleh PT A untuk menjual produknya. Dalam kelompok biaya ini terdapat beberapa akun biaya yang bersifat variabel yaitu biaya insentif dan biaya jamuan dan representasi. Biaya insentif merupakan biaya komisi yang dibayarkan kepada pihak yang membantu terealisasinya penjualan (pihak perantara). Biaya insentif diasumsikan seluruhnya bersifat variabel. Biaya jamuan dan representasi merupakan biaya yang dibayarkan ketika perusahaan menjamu pihak eksternal (misalnya pelanggan) terkait dengan penjualan produknya. Berdasarkan wawancara dengan klien, Penulis berasumsi sebanyak 60% dari biaya ini bersifat variabel. Tabel 4.4 menunjukkan perincian biaya penjualan PT A pada tahun 2011 dan 2010. Biaya penjualan variabel sebesar Rp3.635.101.444 adalah untuk penjualan sebanyak 12.128.111 unit tahun 2011 dan Rp887.532.240 untuk penjualan sebanyak 10.774.536 unit tahun 2010. Tarif biaya overhead pabrik variabel per unit adalah Rp299,73 per unit tahun 2011 dan Rp82,37 per unit tahun 2010. 2. Biaya Umum dan Administrasi Biaya umum dan administrasi adalah biaya yang dibayarkan oleh PT A untuk kegiatan yang tidak terkait dengan produksi dan penjualan. Dalam kelompok biaya ini, diasumsikan seluruhnya bersifat tetap. Tabel 4.5 menunjukkan perincian biaya umum dan administrasi PT A pada tahun 2011 dan 2010. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 Tabel 4.4 Rincian Biaya Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 Promosi dan iklan Penyuluhan dan pertemuan petani Pengangkutan Insentif penjualan Perjalanan dinas Penelitian dan pengembangan Sampel Jamuan dan representasi Sarana dan prasarana penyuluhan Asuransi persediaan Potongan penjualan Jumlah Jumlah (Rp 000) 2011 2010 7.449.355 2.054.822 4.501.594 5.474.632 4.128.546 4.685.418 3.490.430 750.247 2.336.931 2.018.239 865.037 1.336.881 845.689 614.640 241.119 228.809 296.021 3.140.019 33.693 35.395 0 35.725 24.188.415 20.374.827 Persentase Tetap Variabel 100 0 100 0 100 0 0 100 100 0 100 0 100 0 40 60 100 0 100 0 100 0 Biaya Tetap (Rp 000) 2011 2010 7.449.355 2.054.822 4.501.594 5.474.632 4.128.546 4.685.418 0 0 2.336.931 2.018.239 865.037 1.336.881 845.689 614.640 96.448 91.524 296.021 3.140.019 33.693 35.395 0 35.725 20.553.314 19.487.295 Biaya Variabel (Rp 000) 2011 2010 0 0 0 0 0 0 3.490.430 750.247 0 0 0 0 0 0 144.671 137.285 0 0 0 0 0 0 3.635.101 887.532 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) 31 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 32 Tabel 4.5 Rincian Biaya Umum dan Administrasi PT A Tahun 2011 dan 2010 (dalam ribuan Rupiah) Gaji, bonus, dan gratifikasi Beban profesional Kesejahteraan dan tunjangan lain Penyusutan aset tetap Perbaikan dan pemeliharaan Pos dan telekomunikasi Beban penyisihan imbalan pasca kerja Perjalanan dinas Perijinan dan iuran Sewa Perlengkapan kantor Jamsostek Listrik, air, dan gas Pengembangan SDM Beban kendaraan Amortisasi aset tidak berwujud Jamuan dan representasi Asuransi Keselamatan kerja Administrasi bank Lain-lain Jumlah 2011 21.223.746 2.190.342 2.151.064 1.252.113 2.922.503 1.468.485 1.369.899 1.741.862 451.758 2.177.738 457.377 501.279 372.579 644.651 276.427 106.886 341.508 313.542 7.538 88.761 332.875 40.392.933 2010 15.690.081 2.486.003 2.218.158 1.443.409 1.232.250 1.175.375 1.151.012 1.023.221 515.858 476.308 395.616 388.232 348.106 307.024 235.113 230.897 222.082 184.475 143.630 102.666 212.536 30.182.052 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi PT A Pada awal tahun 2010, PT A tidak memiliki saldo work-in-process (WIP) sedangkan pada akhir tahun saldo WIP sebesar Rp20.056.000. Saldo ini merupakan biaya produksi yang telah dikeluarkan pada tahun berjalan namun proses produksinya belum selesai hingga akhir tahun. Saldo akhir WIP 2010 akan terbawa menjadi saldo awal tahun 2011. Pada akhir tahun 2011, PT A mencatat saldo WIP sebesar Rp215.990.000. Kedua jumlah WIP tersebut merupakan jumlah penuh biaya yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Pada perhitungan harga pokok produksi variabel, WIP awal dan akhir yang diperhitungkan hanya yang bersifat variabel saja. Dari WIP akhir tahun 2010, sebesar Rp19.083.000 merupakan biaya variabel. Saldo ini terbawa menjadi WIP awal tahun 2011. Pada akhir tahun 2011, dari WIP yang dicatat oleh PT A, sebesar Rp205.516.000 adalah biaya variabel. Perbandingan harga pokok produksi kedua metode ditunjukan pada Tabel 4.6. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 Tabel 4.6 Perbandingan Harga Pokok Produksi PT A Tahun 2011 dan 2010 dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing (dalam ribuan Rupiah) 2011 a. Absorption costing Bahan baku langsung: Persediaan awal Pembelian Tersedia untuk digunakan Persediaan akhir Bahan baku langsung digunakan Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Biaya produksi tahun 2011 Work-in-process awal Biaya produksi diperhitungkan Work-in-process akhir Harga pokok produksi 12.883.599 95.526.706 108.410.305 (14.309.555) 94.100.750 3.205.032 5.337.291 102.643.073 20.056 102.663.129 (215.990) 102.447.139 2010 8.894.783 94.449.214 103.343.997 (12.883.599) 90.460.398 2.724.056 5.172.025 98.356.479 0 98.356.479 (20.056) 98.336.423 2011 b. Variable costing Bahan baku langsung: Persediaan awal Pembelian Tersedia untuk digunakan Persediaan akhir Bahan baku langsung digunakan Tenaga kerja langsung Overhead pabrik variabel Harga pokok produksi variabel Work-in-process awal Biaya produksi diperhitungkan Work-in-process akhir Harga pokok produksi variabel 12.883.599 95.526.706 108.410.305 (14.309.555) 94.100.750 3.205.032 359.568 97.665.350 19.083 97.684.433 (205.516) 97.478.917 2010 8.894.783 94.449.214 103.343.997 (12.883.599) 90.460.398 2.724.056 284.842 93.469.296 0 93.469.296 (19.083) 93.450.213 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) 33 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 34 4.4 Laporan Laba Rugi PT A Tabel 4.7 menunjukkan data unit penjualan PT A pada tahun 2011 dan 2010. Tabel 4.7 Penjualan PT A pada Tahun 2011 dan 2010 (dalam unit) Barang Jadi 2011 3.276.895 1.224.217 9.908.994 14.410.106 (2.281.995) 12.128.111 Persediaan awal Pembelian barang jadi dari pihak luar Produksi sendiri Barang jadi tersedia untuk dijual Persediaan akhir Penjualan 2010 2.411.622 522.300 10.817.509 13.751.431 (3.276.895) 10.474.536 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) Dari data-data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh ringkasan klasifikasi biaya seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.8. Tabel 4.9 menunjukkan perbandingan laporan laba rugi PT A tahun 2011 dan 2010 dengan kedua metode. Tabel 4.8 Ringkasan Biaya PT A Tahun 2011 dan 2010 (dalam Rupiah) 2011 Biaya Jumlah Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead pabrik 94.100.750.000 3.205.032.000 5.337.290.793 Jumlah biaya produksi Penjualan Umum dan administrasi 102.643.072.793 24.188.414.843 40.392.933.135 Klasifikasi Biaya Tetap BiayaVariabel 0 94.100.750.000 0 3.205.032.000 4.977.722.993 359.567.800 Variabel per Unit 9.496,50 323,45 36,29 97.665.349.800 3.635.101.444 0 9.856,23a 299,73b 0 Klasifikasi Biaya Tetap BiayaVariabel 0 90.460.398.000 0 2.724.056.000 4.887.183.028 284.842.000 4.887.183.028 93.469.296.000 19.487.296.694 887.532.240 30.182.053.027 0 Variabel per Unit 8.362,41 251,82 26,33 8,640,56a 82,37b 0 4.977.722.993 20.553.313.399 40.392.933.135 2010 Biaya Jumlah Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Jumlah biaya produksi Penjualan Umum dan administrasi 90.460.398.000 2.724.056.000 5.172.025.028 98.356.479.028 20.374.828.934 30.182.053.027 Keterangan: a dibagi unit diproduksi b dibagi unit dijual Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 Tabel 4.9 Perbandingan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 2011 dan 2010 dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing (dalam ribuan Rupiah) 2011 a. Absorption costing Penjualan Harga pokok penjualan: Persediaan barang jadi awal Pembelian Harga pokok produksi Harga pokok tersedia untuk dijual Persediaan barang jadi akhir Harga pokok penjualan 2010 200.161.120 159.204.435 29.974.646 12.662.953 102.447.139 144.904.738 (23.638.220) 121.266.518 22.239.081 4.816.462 98.336.423 125.391.966 (29.974.646) 95.597.320 Laba kotor Biaya usaha 78.894.602 63.607.115 Beban penjualan Beban umum dan administrasi Laba operasi 24.188.415 40.392.933 14.313.254 20.374.829 30.182.053 13.050.233 2011 b. Variable costing Penjualan Harga pokok penjualan: Persediaan barang jadi awal (variabel) Pembelian Harga pokok produksi variabel Harga pokok tersedia untuk dijual Persediaan barang jadi akhir Harga pokok penjualan variabel Biaya penjualan variabel Margin kontribusi Biaya tetap Biaya produksi tetap Biaya penjualan tetap Beban umum dan administrasi tetap Laba operasi 2010 200.161.120 159.204.435 28.314.196 12.662.953 97.478.917 138.456.066 (22.491.874) 115.964.192 3.635.101 80.561.827 21.295.944 4.816.462 93.450.213 119.562.619 (28.314.196) 91.248.423 887.532 67.068.480 4.977.723 20.553.313 40.392.933 14.637.858 4.887.183 19.487.297 30.182.053 12.511.947 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali) 35 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 36 Pada metode variable costing, persediaan awal dan persediaan akhir yang dicatat hanya sebesar biaya produksi variabelnya saja yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel: Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead pabrik variabel Biaya variabel per unit Unit persediaan akhir Jumlah persediaan akhir 2011 Rp9.496,50 323,45 36,29 Rp9.856,23 2.281.995 unit Rp22.491.873.536 2010 Rp8.362,41 251,82 26,33 Rp8.640,56 3.276.895 unit Rp28.314.195.876 2009 Rp7.856,68 267,60 30,02 Rp8.154,30 2.611.622 unit Rp21.295.943.620 Selisih laba operasi kedua metode tersebut sebesar (Rp324.603.528) pada tahun 2011 dan Rp538.285.852 pada tahun 2010, berasal dari selisih overhead pabrik tetap pada persediaan akhir dan awal, ditambah dengan selisih overhead pabrik tetap pada WIP akhir dan awal. Laba operasi - absorption costing Laba operasi - variable costing Overhead pabrik tetap pada persediaan akhir Overhead pabrik tetap pada persediaan awal 2011 (Rp 000) 14.313.254 (14.637.858) (324.604) (a) 2010 (Rp 000) 13.050.233 (12.511.947) 538.286 (a) 1.146.346 (1.480.450) (334.104) (b) 1.480.450 (943.137) 537.313 (b) 10.474 (973) 9.501 (c) 973 0 973 Overhead pabrik tetap pada WIP akhir Overhead pabrik tetap pada WIP awal (c) Secara sederhana selisih laba operasi pada kedua metode dapat dijelaskan dengan rumus berikut: 2011 2010 (a) (324.604) 538.286 = = = (b) (334.104) 537.313 + + + (c) 9.501 973 Ringkasan jumlah unit yang diproduksi dan terjual selama tahun 20102011 ditunjukkan oleh Tabel 4.10. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 37 Tabel 4.10 Jumlah Produksi dan Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 Jumlah produksi Jumlah penjualan 2011 9.908.994 unit 12.128.111 unit 2010 10.817.509 unit 10.774.536 unit Dengan demikian, dibandingkan dengan metode absorption costing, penggunaan metode variable costing akan menyebabkan laba operasi PT A menjadi lebih rendah di tahun 2010 karena jumlah persediaan yang diproduksi lebih tinggi daripada yang terjual. Kinerja bagian produksi tidak diimbangi dengan kinerja bagian penjualan sehingga biaya produksi akan dibebankan ke tahun dan menurunkan laba. Sebaliknya pada tahun 2011, laba operasi PT A lebih tinggi karena jumlah persediaan yang diproduksi lebih sedikit daripada yang terjual. PSAK tidak menyebutkan metode mana yang harus digunakan dalam menentukan berapa nilai persediaan perusahaan pada suatu periode. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan bahwa beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses ini disebut dengan pengaitan biaya dengan pendapatan (matching costs with revenues). Dengan demikian untuk laporan keuangan eksternal, absorption costing lebih sesuai dengan prinsip akuntansi “matching cost against revenue” karena persediaan baru diakui sebagai beban ketika penghasilan diperoleh dari penjualan persediaan tersebut. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil audit yang dilakukan, saldo harga pokok produksi telah disajikan dengan wajar di laporan keuangan PT A tahun 2011. 2. Ketika jumlah produksi lebih besar daripada jumlah barang yang terjual, maka laba operasi yang dihitung menggunakan metode variable costing akan lebih kecil daripada yang dihitung dengan metode absorption costing. Pada variable costing seluruh biaya tetap produksi akan dibebankan pada periode terjadinya sehingga menurunkan laba operasi. Sedangkan pada metode absorption costing, sebagian dari biaya tetap ini akan “tersembunyi” dalam persediaan akhir di laporan posisi keuangan. Sebaliknya, ketika jumlah produksi lebih kecil daripada jumlah barang yang terjual, maka laba operasi yang dihitung menggunakan metode variable costing akan lebih tinggi daripada yang dihitung dengan metode absorption costing. Hal ini disebabkan karena biaya tetap produksi dari barang yang terjual tahun ini sudah dibebankan seluruhnya di tahun sebelumnya. 5.2 Saran 5.2.1 Untuk PT A 1. Agar pelaksanaan audit akhir tahun menjadi lebih singkat sebaiknya pihak PT A lebih kooperatif dalam menyediakan data yang dibutuhkan oleh auditor untuk menunjang pekerjaan audit. 2. Sebaiknya PT A mengadakan audit interim agar pekerjaan audit tahunan tidak menumpuk di akhir tahun. Selama audit interim, tim audit dapat berfokus pada pengendalian internal dan memeriksa akun-akun yang jumlahnya material seperti penjualan dan harga pokok penjualan. 38 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 39 5.2.2 Untuk Calon Peserta Magang di KAP Berdasarkan pengalaman Penulis, berikut ini beberapa saran yang dapat dilakukan oleh calon peserta magang di Kantor Akuntan Publik: 1. Pra-Magang Sebelum kegiatan magang dimulai, mahasiswa sebaiknya mempelajari kembali teori audit yang pernah dipelajari. Hal ini akan sangat berguna ketika mahasiswa terjun langsung dalam proses audit. 2. Selama Magang a. Peserta magang sebaiknya tidak terlalu berharap akan selalu dibimbing oleh para senior di KAP dalam menjalani audit karena terbatasnya waktu staf KAP untuk membimbing mahasiswa magang. b. Peserta magang harus mempersiapkan diri secara fisik maupun nonfisik untuk ditempatkan fieldwork di tempat jauh dan jam kerja yang melebihi normal terlebih lagi jika program magang dilakukan pada peak season. c. Peserta magang perlu menjaga perilaku dan sikap di lingkungan kantor magang dan kantor klien, disiplin dalam kehadiran, selalu bersedia untuk menerima tugas dari senior. d. Peserta magang sudah menetapkan topik apa yang akan dibahas di Laporan Magang agar mempermudah proses pengumpulan sumber penulisan dan dokumen pendukung sebagai referensi. e. Peserta magang aktif bertanya ke sekretariat Program Ekstensi mengenai dosen pembimbing dan berusaha untuk bertemu paling tidak satu kali di awal untuk membahas topik Laporan Magang. 3. Pasca-Magang a. Peserta magang harus memahami format penulisan tugas akhir sesuai Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia dan mampu menulis laporan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. b. Peserta magang harus pandai mengelola waktu penyelesaian Laporan Magang agar dapat dikumpulkan tepat pada waktunya. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 40 c. Peserta magang berlatih membuat slide presentasi yang baik dan melakukan presentasi laporan agar menjadi lebih percaya diri pada saat ujian laporan magang. Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012 DAFTAR REFERENSI Elder, R.J., Beasley, M.S., Arens, A.A., Jusuf, A.A. (2009). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach (12th ed.). Singapore: Prentice Hall. Horngren, C.T., Datar, S.M., Rajan, M. (2011). Cost Accounting: A Managerial Emphasis (14th ed.). Singapore: Prentice Hall. Mulyadi. (2010). Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta: UPP-STIM YKPN. Warren, C.S., Reeve, J.M., Duchac, J.E. (2008). Accounting (23rd ed.). SouthWestern/Cengage. 41 Universitas Indonesia Penentuan biaya..., Amy Ramadhani, FE UI, 2012