RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP METODE DAKWAH AA GYM, M. ARIFIN ILHAM, DAN YUSUF MANSUR DI TV ONE Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) AGUS SANTOSO 1110051000067 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014M/1435H LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persayaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 13 Agustus 2014 Agus Santoso ABSTRAK Agus Santoso, 1110051000067, Dosen Pembimbing: Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One Di era globalisasi saat ini syiar islam sudah dapat dilihat dari media televisi. Stasiun-stasiun TV berlomba-lomba menampilkan ustadz-ustadz yang berkompeten di bidang ilmu agama dengan tujuan mendapatkan rating tertinggi, contohnya TV One yang selalu menyajikan program keagamaan tiap minggu yang pematerinya diisi oleh ustadz-ustadz. Stasiun TV pada zaman sekarang hanya mementingkan dari segi komersil saja, sebaiknya para praktisi media TV harus melihat dari segi kualitas dengan menampilkan ustadz yang kompeten dan mempunyai kapasitas keilmuan yang mumpuni untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang dibawakan. Ustadz-ustadz yang mengisi acara tersebut banyak menggunakan metode-metode dakwah agar dalam penyampaian pesannya efektif dan dapat diterima oleh khalayak ramai. Berdasarkan permasalahan di atas, timbul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur? Metode apa saja yang digunakan ketika berdakwah? Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif, dan konatif diantara tiga ustadz tersebut? Metode yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif, yakni dengan menetapkan 93 sampel dari angkatan 2011-2013 mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai responden dalam penelitian. Responden dituntut untuk menonton dakwah ustadz tersebut sebelum mengisi angket. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan rumus-rumus statistik mulai dari menghitung skor ratarata sampai menghitung chi-squarenya. Teori yang digunakan adalah stimulus respon. Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa, aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience atau penonton. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek (respon). Berdasarkan data yang diperoleh bahwa skor tertinggi terhadap ketiga ustadz yaitu respon afektif dengan skor 4967, kemudian respon kognitif dengan skor 4303, dan terakhir respon konatif dengan skor 4208. Respon tertinggi ustadz Aa Gym yaitu respon kognitif, sedangkan respon tertinggi ustadz M. Arifin Ilham yaitu respon afektif, dan respon tertinggi ustadz Yusuf Mansur yaitu respon afektif. Berdasarkan tabulasi silang dan analisis chi-square bahwa terdapat perbedaan antara respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa berdasarkan skor dari masing-masing metode dakwah ustadz. Selain itu didapatkan juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan skor yang didapat dari mahasiswa antara metode al-hikmah, mauizatil hasanah, mujadalah, bil-lisan, tanya jawab dan bil-qalam. Kata kunci: Respon, metode dakwah, dan ustadz i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada kata yang pantas diucapakn selain kata syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat, rejeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah SAW yang memiliki banyak jasa kepada umat manusia. Kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT merupakan anugerah yang sangat besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik, dan kekuatan mental untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto. M. Ed, MA, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar, M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rachmat Baihaki, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Umi Musyarofah, M.A sebagai Dosen ii Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan skripsi. 3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan terhadap buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini. 6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Samsudin dan Ibunda Riatun. Terima kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis, serta dukungan moril, materil dan do’a dari kakak, Siswanto, M. Rizal M, dan Edi Susanto 7. Siti Suhaeliyah S.Kom.i, Yandri Firmansyah, Ihsan Bahrian, Choerul Imam, Badrussalam, dan Rahmat Edi Susanto yang telah memberikan semangat dan do’a terus menerus untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh teman-teman KPI C angkatan 2010, kelas yang berkesan dan menyimpan banyak kenangan di dalamnya. Berbagai macam kekurangan dalam penulisan penelitian ini, mudahmudahan bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada satu ucapan melainkan ucapan terima kasih penulis kepada suluruh para dosen yang iii telah memberikan ilmunya semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah. Jakarta, 10 Juli 2014 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................... v DAFTAR TABEL....................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 6 D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 7 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan................................................................ 8 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Respon .......................................................... 10 1. Pengertian Respon .............................................................. 10 2. Faktor Terjadinya Respon ................................................... 12 3. Macam-macam Respon ....................................................... 14 B. Ruang Lingkup Dakwah ......................................................... 17 1. Pengertian Dakwah ............................................................. 18 v 2. Subjek Dakwah ................................................................... 19 3. Objek Dakwah .................................................................... 20 4. Materi dan Media Dakwah .................................................. 20 5. Tujuan Dakwah .................................................................. 21 6. Metode Dakwah.................................................................. 22 C. Macam-macam Metode Dakwah............................................. 23 D. Ruang Lingkup Televisi ......................................................... 29 1. Pengertian Televisi ............................................................. 29 2. Televisi Sebagai Media Dakwah ......................................... 30 E.Teori Efek Media .................................................................... 33 1. Teori Kultivasi .................................................................... 33 2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi .......................................... 35 3. Teori Spiral Keheningan ..................................................... 36 4. Teori Ekologi Media ........................................................... 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 38 B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 38 C. Populasi dan Sampel ............................................................... 39 D. Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 40 E. Variabel Penelitian .................................................................. 41 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 42 G. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 44 H. Instrumen Penelitian ............................................................... 45 vi I. Uji Validitas............................................................................. 45 J. Uji Reliabilitas ......................................................................... 46 K. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 47 L. Teknik Analisis Data............................................................... 47 M. Sumber Data .......................................................................... 49 N. Teknik Penulisan .................................................................... 50 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umun Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi . 51 1. Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi................................................................................51 2. Visi dan Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi ........ 52 3. Profil Jurusan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi ....... 53 B. Profil Ustadz ........................................................................... 56 1. Ustadz Aa Gym .................................................................. 56 2. Ustadz M. Arifin Ilham ....................................................... 58 3. Ustadz Yusuf Mansur ......................................................... 63 C. Profil TV One ......................................................................... 65 1. Kebijakan Mutu .................................................................. 65 2. Visi dan Misi ...................................................................... 66 D. Acara Keagamaan di TV One ................................................. 66 1. Damai Indonesiaku ............................................................. 66 2. Tabligh Akbar..................................................................... 67 vii BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Perhitungan ................................................................... 68 1. Ustadz Aa Gym .................................................................. 69 2. Ustadz M. Arifin Ilham ....................................................... 73 3. Ustadz Yusuf Mansur ......................................................... 78 B. Analisis Chi-Square dalam Mengetahui Hipotesis dan Keputusan dari Hasil Penelitian .............................................. 83 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 88 B. Saran-saran ............................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Populasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Angkatan 2011-2013 ................................................................... 35 Tabel 2. Data Alokasi Proporsional Jurusan disetiap Angkatan ......................... 37 Tabel 3. Skala Likert .......................................................................................... 43 Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym .......... 63 Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 64 Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 65 Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym . 65 Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym ............................................... 66 Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ......................................................................................... ......67 Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ................................................................................................68 Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham .. ............................................................................................... 69 Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ...................................................................................... 70 Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham....................................... 70 Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ................................................................................................72 Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ....................................................................................... .........73 Tabel 16. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ...................................................................................... ..........74 Tabel 17. Perbandingan Respon Mahasiswa ....................................................... 75 Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur .................................... 75 ix Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Kognitif, Afektif, Dan Konatif Berdasarkan Skor Ustadz ........................................................ 77 Tabel 20. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor Ustadz.................................... 78 Tabel 21. Perbandingan Antara Metode Dakwah Berdasarkan Skor dari Ketiga Ustadz .................................................................................... 79 Tabel 22. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor dari Ketiga Ustadz ................. 80 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Teori Stimulus Respon (S-O-R) ........................................................ 13 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan. Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang sesuai dengan ajaran Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.1 Berdasarkan hal tersebut, setiap muslim mempunyai hak dan kewajiban menegakkan agama Allah dan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar serta mengajak manusia ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT Surat An-Nahl : 125 Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk”. Pada hakekatnya dakwah merupakan bagian dalam kehidupan umat beragama, karena itu dakwah sangat penting dalam Islam, kegiatannya menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi bukti adanya 1 M.Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67 1 2 hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi agama dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh junjungan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. 2 Dakwah dapat dikatakan berhasil apabila dakwah yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan, maka dari itu seorang da’i harus menyampaikan pesan dakwahnya secara baik, efektif, dan menarik. Metode dakwah adalah proses penyampaian atau cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga merupakan cara dakwah seorang da’i kepada mad’unya dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Maka dari itu dakwah harus dikemas dengan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan. Keberhasilan dakwah itu tidak hanya ditentukan oleh seorang ulama (da’i), namun juga kesiapan audiens (mad’u) dalam menerima pesan-pesan dakwah. Seorang ulama dikatakan berhasil bukan dilihat dari daya tarik da’i dalam menyampaikan dakwahnya, lebih dari itu adanya perubahan sikap dan perilaku mad’u dalam menerapkan pesan yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah disampaikan bisa melalui bermacam-macam media, ini juga yang dilakukan banyak ustadz dengan menggunakan media massa televisi untuk menyiarkan dakwah. Dengan media ini ustadz bisa menyampaikan pesan dakwahnya walau khalayaknya jauh dan tidak ada ditempat. 2 Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam (Jakarta: PT Bumi restu, 1985), h. 4 3 Penggunaan teknologi komunikasi oleh seorang ustadz semata-mata hanya untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Salah satu alat komunikasi media massa adalah “televisi”, dengan media ini masyarakat dapat berinterkasi, mendapatkan hiburan, dan pendidikan. Selain itu ada juga teknologi komunikasi massa yang lain seperti radio, internet dll. Kecanggihan teknologi komunikasi saat ini dimanfaatkan oleh ustadzustadz, sekarang berdakwah tidak hanya di majlis ta’lim akan tetatpi, juga dengan memanfaatkan media seperti, media cetak (majalah, buletin,) dan media elektronik (televisi, radio dll). Dakwah sekarang banyak dilakukan melalui media massa seperti televisi. Hal ini dilakukan oleh Ustadz-ustadz (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur), mereka menggunakan bermacam-macam metode dalam penyampaiannya agar khalayak dapat menangkap intisari dari pesan dakwah yang disampaikan. Ketiga ustadz (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) ini memiliki karakteristik atau ciri khas yang selalu diingat oleh jamaahnya. Aa Gym memiliki ciri khas dari segi isi ceramahnya yang bertemakan dengan masalah-masalah rumah tangga, dengan tema tersebut Aa Gym digemari Ibuibu, M. Arifin Ilham dikenal dengan ajakan dzikir bersama jamaah, dan Yusuf Mansur dikenal dengan ajakan amalan sedekahnya. Media massa televisi memang memiliki kelebihan dibanding media massa lainnya. Karena sifatnya yang dapat mengirim pesan dengan cepat mengudara. Televisi juga bisa menjadi alat berdakwah dengan mengirimkan pesan-pesan dakwah yang sifatnya mengajak kebaikan. Akhir-akhir ini 4 televisi mempunyai kedudukan yang vital dan banyak diminati masyarakat, bukan hanya di negara Indonesia saja tapi juga negara-negara maju termasuk didalamnya Amerika Serikat. 3 Di era globalisasi saat ini media televisi menjadi tren bagi ustadz-ustadz untuk menyampaikan pesan dakwah dibarengi dengan metodenya. Ada ustadz yang menyisipkan humor didalam dakwahnya, ada juga menggunakan pantun-pantun dan sholawat, ini adalah sedikit cara agar khalayak tidak bosan mendengarkan syiarnya, di samping itu yang wajib dan penting ialah inti dari pesan dakwah yang disampaikan berhasil atau tidak. Dari fenomena metode dakwah ustadz yang terdapat di televisi khususnya Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, maka penulis ingin meneliti respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap metode dakwahnya. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dijadikan subjek karena merupakan akademisi dalam dunia dakwah, selain itu mahasiswa juga mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, dan tentunya mempunyai daya kritis terhadap suatu terhadap fenomena-fenomena yang ada, dan juga mempunyai sikap. Ini menjadi penting untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon mahasiswa baik respon secara kognitif, afektif, dan konatif. Merujuk pada latar belakang diatas maka penulis ingin mengangkat judul skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu 3 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (Bandung: Mizan 1992), h. 68 5 Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan sesuai dengan studi yang akan dikaji, maka untuk mempermudah penyusunan skripsi ini penulis membatasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya tahun akademik 2010/2011 sampai tahun akademik 2012/2013. Sedangkan respon mahasiswa yaitu tanggapan, reaksi dan jawaban dari metode dakwah ustadz yang meliputi respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif. Kemudian ustadz yang diteliti hanya tiga orang (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) khususnya yang berdakwah melalui stasiun TV One. 2. Rumusan Masalah Agar dalam pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu membuat rumusan masalah, yang tersusun dalam kerangka pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa angkatan 20112013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One? b. Metode apa saja yang digunakan ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) dalam berdakwah? 6 c. Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa angkatan 2011-2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Untuk mengetahui metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang digunakan saat berdakwah. c. Untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswa angkatan 2011-2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur). 2. Manfaat Penelitian a. Segi akademis Melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan komunikasi, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pengembangan komunikasi yang aktual serta dapat menambah wawasan bagi penulis dan khususnya para pembaca. 7 b. Segi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah wawasan islam bagi mahasiswa, dan elemen masyarakat luas serta para praktisi dakwah bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam mengembangkan tugas dakwah agar tercapai kemaslahatan orang banyak. D. Hipotesis Penelitian a. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur dengan respon kognitif, afektif, dan konatif) mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi . b. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) dengan metode dakwah yang digunakan dalam berdakwah. E. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Dakwah dan komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat banyak keseragaman dalam teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian respon. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, yaitu: 1. Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot, yang ditulis oleh Angga Gurnita mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Meneliti tentang respon dan menggunakan metode kuantitatif. 8 2. Metode Dakwah K.H. Kozim Nurzeha, yang ditulis Muhammad Maulana mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008, meneliti tentang metode dakwah yang digunakan K.H. Kozim Nurzeha, dan menggunakan metode kualitatif. 3. Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada Jamaah Majlis Ta’lim Nurul Mustofa di Jaakarta Selatan, yang ditulis Sopyan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009, meneliti tentang metode dakwah yang Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, dan menggunakan metode kualitatif. Adapun perbedaan penulisan skripsi dengan diatas yaitu penulis meneliti tiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang akan diteliti kemudian akan dicari metode dakwah yang digunakan saat berdakwah. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini, penulis akan membahas lima bab, yang masingmasing Bab terdiri dari beberapa Sub Bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN. Membahas Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS. Ruang lingkup respon, ruang lingkup dakwah, macam-macam metode dakwah, ruang lingkup televisi, dan teori efek media. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Terdiri dari pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, hasi uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan teknik penulisan BAB IV GAMBARAN UMUM. Menjelaskan tentang sejarah singkat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Profil Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, sejarah singkat TV One, Acara keagamaan di TV One BAB V TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Terdiri dari respon kognitif, respon afektif, respon konatif terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur BAB VI PENUTUP. Tentang kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian terakhir ini, peneliti akan membaginya pada kesimpulan dari peneliti dan hasil penelitian serta saran-saran untuk berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Respon 1. Pengertian Respon Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada, bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung ada pula yang bersifat terkendali. 1 Menurut Poerwadinata respon dapat diartikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban. 2 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi. 3 Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbukan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Respon secara umum atau tanggapan 1 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964 2 Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta:UT, 1997), h. 43 3 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982) cet ke-2, h. 50 10 11 dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, lalu respon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Respon kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak. b. Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. c. Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.4 Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat dilihat dari dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang. Ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali. 4 1991), h. 128 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 12 Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad’u (objek dakwah). Dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i dengan metode ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad’u. Reaksi yang terjadi pada mad’u ini disebut respon. Respon dapat bersifat positif dan bersifat negatif. 2. Faktor Terbentuknya Respon Secara umum respon terjadi karena adanya stimulus, yaitu berupa suasana kejiwaan lingkungan volume rohaniah dan keadaan fungsi jasmaniah, serta sekitar s eseorang. Umpan balik sebagai respon mempunyai yang tidak terbatas dan lewat saluran pada komunikasi interpersonal, tidak demikian pada pada komunikasi massa, umpan balik sebagai respon boleh dikatakan hanyalah zero f e edback, dari sini jelas bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang satu arah, tetapi berbeda dengan komunikasi interpersonal p engaruh umpan balik peneguhan ini tidak terjadi pada situasi komunikasi tertentu secara serentak. Dalam sistem komunikasi interpersonal sikap berfungsi sebagai suvermekanisme, sedangkan dalam sistem komunikasi massa dengan menggunakan model terpadu efek media dari De Fleur dan Ball-Rockeach (1975), suvermekanisme terjadi karena kendala ekonomi, nilai, teknologi, dan organisasi yang terdapat dalam sistem media. Dalam komunikasi interpersonal orang menerima stimulus lewat seluruh alat inderanya, ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa. Sedangkan dalam komunikasi massa stimulus alat indera bergantung pada jenis media 13 massa.5 Tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya, hal yang demikian perlu diketahui supaya setiap individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga tergantung pada keadaan individu itu sendiri, dengan kata lain stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua aktor, yaitu: a. Faktor internal: faktor yang terdapat dalam individu manusia itu sendiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Namun apabila tergantung salah satu unsur saja maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling), 5 Ibid, h. 193 14 akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, ikiran, motivasi dan sebagainya. b. Faktor eksternal: faktor yang ada pada lingkungan (faktor psikis), faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.6 3. Macam-macam Respon Dalam ilmu komunikasi tentunya kita sudah mengenal adanya teori S-OR, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-OrganismRespon yang pada bagian sebelumnya telah dibahas antara sikap dan prilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon. Mengenai ruang lingkup respon yang menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut: Organisme: Stimulus Perhatian Pengertian penerimaan Response (Perubahan Sikap) Gambar 1. Teori Stimulus Organism Response (S-O-R) 6 Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6 15 Gambar di atas tadi menunjukan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima dan tentunya dapat juga ditolak, komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh perhatian setelah itu pengertian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengolah inilah yang pada akhirnya melanjutkan ke proses berikutnya yang kemudian melahirkan respon.7 Dalam pembahasan teori, respon tidak lepas dari proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dimana komunikasi itu sendiri menampakkan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan. Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus yang mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini pada teori belajar yang memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu rangkaian Stimulus-Respon (S-R). Setiap orang dapat memodifikasikan stimulus yang mereka terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang diterimanya). Perilaku manusia pertama-tama dilukiskan sebagai sesuatu yang sederhana ini segera dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan pada organisme (O), perilaku manusia dari notasi itu di tulis dalam S-O-R. Ketika ilmuan menjelaskan bahwa organisme sangat 7 aktif Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255 sebagai 16 penangkap stimulus yang dalam hal ini (O) menunjukkan adanya pemprosesan mental penyaringan konsep yang terjadi dalam organisme manusia.8 Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan sikap adalah aspek ”how” bukan ”what” atau ”why”. Dalam hal ini How Change The Attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 9 Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus, S), komunikan (Organism, O), dan efek (Respon, R). Dalam 8 9 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi, 2002), h. 13 Onong, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 254-256 17 bentuk eksperimen, penelitian dengan model ini dilakukan Holand, model ini juga sering disebut d engan ”Bullet Theory” (teori peluru), karena komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi, bila kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar. Komunikasi dapat diarahkan dengan kehendak kita, karena behaviorisme amat mempengaruhi model ini, efleur menyebutnya sebagai “The Mechanistic” S-R Theory”10 Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa, aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience penonton atau pendengar). Prinsip-prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience, elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek (respon). Menurut Alisuf Sabri, dari segi bentuknya tanggapan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Tanggapan kenangan, yaitu sekedar reproduksi dari pada pengamatanpengamatan di masa lampau. b. Tanggapan khayal, yaitu seolah-olah hasil baru, tetapi meskipun 10 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 62 18 demikian sebenarnya tanggapan khayal itu tidak sepenuhnya baru sifatnya. Tanggapan khayal dibentuk dengan menggunakan kesan atau pengalaman lama, hanya saja telah disusun oleh daya khayalnya sebagai sesuatu yang baru keadaan atau bentuknya. 11 Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat respon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Respon Positif: adalah respon yang mendorong komunikatif berikutnya. b. Respon Negatif: adalah respon yang menghambat prilaku komunikatif.12 B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Menurut bahasa, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu دعyang artinya memanggil (to call) mengajak (to summon) atau menyeru (to propose). Secara terminologi kata dakwah mengandung arti merangkul atau mengajak manusia dengan cara yang bijaksana untuk menuju jalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT agar mendapatkan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, keselamatan dan kebahagian di dunia dan di akhirat.13 Menurut Dr.Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan 11 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan (Jakarata: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 60 12 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 191 13 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1 19 sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.14 Kesimpulannya bahwa menjalankan nilai-nilai agama dakwah adalah sebuah ajakan untuk sesuai dengan hukum syari’at yang diajarkan oleh kanjeng nabi Muhammad SAW, dimana beban ini tidak hanya dipikul oleh para da’i tetapi tanggung jawab ajakan ini berlaku untuk seluruh muslim. Tentunya dakwah yang dilakukan tidak ada sifat memaksa atau dengan cacar kekerasan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-quran untuk mengunakan kata-kata yang baik, dan sebagai manusia tugas dakwah hanya sebatas untuk ajakan bukan memaksakan agar ajakan itu dapat diterima masuk dihati mad’u (audiens). 2. Subjek Dakwah Da’i merupakan isim fa’il dari kata da’a ( )دﻋﺎyang berarti seseorang yang mengajak manusia kepada agamanya atau madzabnya.15 Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau organisasi. Jadi da’i adalah orang yang menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada seluruh umat Islam agar tidak tersesat di dunia ini. 14 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194 15 Louis Ma’luf, Munjid Fil Logoh Wa A’lam (Bairut: Darul Fikr, 1986), h. 216 20 3. Objek Dakwah Mad’u (sasaran dakwah) yaitu audiens atau orang-orang yang diseru dan diajak untuk mengikuti ajaran agama Islam sebagai penerima dakwah. 4. Materi dan Media Dakwah Materi dan media dakwah hal yang tidak kalah pentig dan harus di perhatikan dalam berdakwah yaitu materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi adalah isi dakwah yang akan disampaikan da’i kepada mad’u mengenai berbagai hukum Islam, sejarah dan lain sebagainya. Materi yang akan diberikan oleh da’i akan memperlihatkan keilmuan yang dimilikinya. Materi yang diberikan juga harus disesuaikan dengan keadaan mad’u. Hal terpenting dalam pemberi materi (pesan dakwah) ialah tidak boleh menyimpang dari AlQur’an dan Hadits. Selain materi media juga memiliki peranan penting dalam proses dakwah. Media dapat diartikam juga sebagai perantara. Maka segala alat bantu (perantara) yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u itulah yang disebut dengan media dakwah. Saat ini dakwah semakin berkembang, dakwah tidak hanya dari mimbar tetapi telah mampu mengikuti perkembangan zaman. Kini dakwah dilakukan di berbagai media, tidak hanya pada media cetak, dakwah juga dilakukan di media-media elektronik bahkan di dunia maya (internet). Oleh karena itu, seorang dai harus mampu memanfaatkan berbagai hal yang dapat mendukung proses dakwah termasuk media-media yang tersedia kini. 21 5. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penyampaian dakwah tujuan dakwah dirumuskan kepada suatu tindakandalam pelaksanaan dakwah. Hakekat dari tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama agar menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran islam dan mau mengamalkan ajaran Islam.16 Tujuan utama dakwah menurut Abdul Rosyad Saleh adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah Untuk mencapai tujuan inilah maka rencana dan tindakan dakwah harus ditunjukan dan diarahkan.17 Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah yaitu memberikan pemaham dan penjelasan pesan-pesan dakwah dengan dalil-dalilnya baik secara tafshli maupun ijmali berserta dalildalil aqli dan naqlinya sehingga mad’u benar-benar menangkap, memahami, dan mengerti pesan-pesan agama yang disampaikan oleh da’i, kemudian mad’u dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan seharihari. Setelah mendapat pengetahuan dari unsur-unsur yang telah dipaparkan di atas, untuk lebih efektif seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya, perlu untuk mengetahui metode-metode yang digunakan agar 16 Nurul Baddruttamamam, Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher (Jakarta: Grafindo, 17 Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 35 1986), h. 21 22 pesan-pesan dakwah yang di kirim kepada mad’u dapat tepat sasaran artinya materi yang disampaikan sesuai dengan kadar kemampuan mad’u. 6. Metode Dakwah Pengertian tentang metode dakwah telah banyak diungkap oleh para ahli. Sebagaimana yang telah banyak di sampaikan oleh para ahli, berikut beberapa pendapat tentang metode dakwah, sebagai berikut : a. metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.18 b. Syamsul Munir Amin dalam buku yang berjudul Ilmu Dakwah, metode dakwah adalah cara dalam menyampaikan dakwah yang di sampaikan oleh da’i atau da’iyyah kepada mad’u yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah diterima.19 Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa metode dakwah adalah sebagai sebuah cara di dalam seorang da’i menyampaikan pesan-pesan agama kepada mad’u. Sehingga dengan adanya metode da’i dapat menentukan materi dan menyesuaikannya dengan kadar kemampuan mad’u untuk menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Maka perlu untuk mengetahui tentang metode-metode yang digunakan dalam dakwah. 18 19 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 43 Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 149 23 C. Macam-macam Metode Dakwah Allah memberikan perintah dakwah dan Allah juga memberikan cara dalam mengajak orang yang belum mau kembali pada jalan Allah. berdasarkan ayat dan tafsir tersebut ada tiga cara yaitu metode dakwah bil hikmah, metode mauizah hasanah dan metode dakwah mujadalah. Untuk lebih mengerti tentang metode tersebut, berikut penjelasan dari ketiga metode dakwah tersebut. a. Metode Dakwah Al-Hikmah (Kebijaksanaan) Said bin Wakif Al-Qahthani memberikan perincian tentang pengertian hikmah, yang dituangkannya dalam kitab Al-Hikmah wa Fid Da’wah Ilallah Ta’ala, antara lain: Al-Hikmah menurut bahasa (lughawi) berarti, adil, ilmu, sabar, kenabian, Alqur’an, dan injil. Ia juga berarti memperbaiki (membuat sesuatu menjadi baik dan sesuai), dan terhindar dari kerusakan, juga diartikan sebagai ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama pula, atau berarti al-haq (kebenaran) yang didapat melalui ilmu dan akal, serta pengetahuan atau ma’rifat. Al-Hikmah menurut Istilah terjadi perbedaan penafsiran di antara para ulama, antara lain: 1. Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan. 2. Mengetahui yang benar dan mengamalkannya, jadi terhadap unsur ilmu dan amal di antaranya. 3. Wara’ dalam agama Allah. 4. Meletakkan sesuatu pada tempatnya. 24 5. Menjawab dengan tegas dan tepat segala permasalahan yang diajukan kepadanya.20 Hikmah dalam bahasa arab berarti kebijaksanaan, pandai, adil lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan, keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian bijaksana. Yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan.21 Perkataan hikmah (kebijaksanaan) itu bukan saja ucapan mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta peletakan sesuatu pada tempatnya. Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyejukkan kalbunya. Dengan demikian, maka dakwah bil-hikmah ini bisa diartikan sebagai kemampuan seorang da’i dalam melaksanakan tugas dakwahnya, yang menyajikannya dengan berbagai strategi dan pendekatan jitu, efektif, 20 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), h.. 240-241 21 Hamka, Tafsir Al-azhar (Jakarta : Pustaka PanjiMas, 1983), h. 321 25 dan efesien karena keluasan pengetahuan dan banyaknya pengalaman tentang dakwah. Mengetahui benar tentang waktu, tempat, dan keadaan manusia sehingga ia dapat memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi dakwahnya serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya masing-masing.22 b. Metode Dakwah Mau’izhatil Hasanah (nasehat yang baik) Menurut bahasa Al-Mau’idzatil Hasnah merupakan gabungan kata dari Mau’idzah dan Hasnah. Berdasarkan tinjauan bahasa kata “Mau’idzah” berasal dari bahasa arab yaitu wa’adza – ya’idzu – idzatan yang mempunyai makna nasihat dan peringatan, sedangkan kata hasna berasal dari hasuna – yahsunu – husnan yang berarti kebaikan.23 Mauizah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dari penjelasan di atas, bahwa metode mauizah hasanah ini merupakan sebuah nasehat yang mempunyai sentuhan kedalam hati mad’u, sehingga dengan nasehat tersebut mad’u dapat menjadi termotisivasi untuk menjalan ketaatnya. c. Metode Dakwah Mujadalah Menurut bahasa, mujadalah berasal dari asal kata jaadalah- mujaadalatan-jidaalan yang artinya berbantah, berdebat, mereka bertukar 22 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, hal.241 23 Ibid, h. 134 26 pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.24 Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, alMujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dan lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, dan mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. Apabila ada suatu perbantahan antara da’i dan mad„u, yang disebut polemik, maka dapat diluruskan dengan bantahan yang bersumber dari AlQur’an dan As-Sunnah dengan penyampaian yang baik. Sehingga mad’u tersebut dapat menerimanya. Tujuan berdebat bukan untuk bertengkar dan menyakiti hati lawan, tapi untuk meluruskan aqidah yang melenceng dari aturan-aturan agama. Setelah mengetahui metode dakwah yang terkandung dalam surat an Nahl ayat 125, imam Nawawi menjelaskan di dalam kitabnya tentang tiga golongan manusia yang menjadi sasaran dari tiga metode dakwah tersebut, yaitu : 24 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hal.89 27 a. Asshabul uqul yaitu orang-orang yang mencari sebuah pengetahuan disertai dengan bukti-bukti tentang pengetahuan tersebut, golongan ini bisa disebut kaum intelek. Yang mereka harus dipanggil dengan kata-kata hikmah yakni dengan menggunakan argumentasi yang dapat diterima akal. b. Asshabul nazhri assaliim yaitu orang-orang yang belum mencapai tingkat kesempurnan pemikiran dan juga tidak berada pada tingkat pengetahuan dan pemikiran yang rendah. Golongan yang kedua ini tidak dapat diberikan pemahaman dengan menggunakan metode hikmah dan juga tidak dapat diberikan metode dakwah dengan mauizhah hasanah, akan tetapi golongan ini lebih tepat menggunakan metode mujadalah. c. Orang-orang yang belum mencari suatu pengetahuan dan juga belum dapat menguasi pertentangan. Yaitu orang awam yang bisa dikatakan tingkat pengetahuannya masih rendah serta belum dapat berpikir kritis. Golongan ini masuk kedalam metode mau’izha hasanah. Setelah mengetahui tentang metode-metode yang digunakan pada aktivitas dakwah, kemudian pada penerapannya dakwah tersebut dikelompokan kedalam tiga bentuk dakwah, diantaranya yaitu: a. Dakwah bi al-lisan Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian sebuah dakwah melalui lisan 28 (ucapan) dengan berceramah atau berkomunikasi secara langsung antara da’i dan mad’u. 25 Syamsul Munir di dalam bukunya berjudul Ilmu Dakwah, menyatakan bahwa dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilakukan dengan menggunakan lisan, seperti dengan ceramah, khutbah, diskusi, dan lain-lain. Dalam bilangan jumlah, dakwah dengan lisan ini sudah banyak dilakukan para da’i di tengah-tengah masyarakat.26 Dari penjelasan diatas, metode dakwah bi al-lisan ini sebuah penyampaian dakwah dengan menggunakan lisan, seperti yang kita ketahui dan sering di saksikan melalui media elektronik seperti televisi atau radio para da’i atau mubaligh menyampaikan pesan-pesan dakwahnya melalui berceramah, khutbah jum’at, memberikan nasehat keagama melalui cerita, dan lain-lain. b. Dakwah bi al-Hal Bentuk dakwah yang kedua ini, merupakan aktivitas dakwah yang di sampaikan dengan mealui tindakan yang nyata disesuaikan dengan kebutuhan mad’u. Seperti dakwah dengan membangun rumah sakit untuk kebutuhan masyarakat sekitar yang membutuhkannya.27 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah bil hal ini, di terapkan langsung pada kondisi masyarakat yang kurang mampu. Dengan ada penerapan langsung ini, diharapkan hati masyarakat dapat tersentuh dan mau untuk menerima dakwah Islam. 25 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 42 26 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 27 Ibid, h. 176 29 Intinya dakwah bi hal ini, penyampain pesan dakwah kepada mad’u melalui praktek, agar dengan adanya praktek langsung hati mad’u dapat tertarik untuk menerima dakwah Islam. c. Dakwah bi al Qolam Dakwah bil al qolam adalah dakwah yang disampaikan melalui bentuk tulisan dengan menerbitkan buku-buku, kitab- kitab, internet yang mengandung dakwah penting dan efektif, serta tidak membutuhkan waktu khusus.28 D. Ruang Lingkup Televisi 1. Pengertian Televisi Televisi dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) ialah sistem penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. 29 Kata televisi asal dari dua suku kata, yakni tele dalam bahasa yunani yang berarti “jarak” dan kata visi dalam bahasa lain yang berarti citra atau gambar. Jadi televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh. Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar28 29 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 DEPDIKBUD (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028 30 gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayyak. 2. Televisi Sebagai Media Dakwah Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung lagi. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesanpesan dakwah islam. Aktivitas dakwah islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih menggunkan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah islam lebih mengena sasaran. Kata media berasal dari bahasa latin “median” yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara30 Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima 30 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 113 31 dakwimalah. 31 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar. Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktifitas dakwah daat mencapai sasaran yang lebih optimal.32 Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara terus-menerus dan berkualitas, mulai dari kultum, talkshow hingga sinetron. Kini program keagamaan di televisi di indonesia tidak hanya hadir pada bulan Ramadhan saja. Jadi dengan banyaknya acara keagamaan yang berbentuk syiar kepada khalayak di televisi, maka jelaslah televisi merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan islam, mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat. Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas dakwahnya sendiri secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Denis (1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama, Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik degan apa saja yang bercorak islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh dari pengajianpengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini biasa disebut the true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategoro santri, hal ini 31 32 h. 163 Ibid, h. 114 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 32 meminam istilah clifford geeterz. Bagi mereka, dakwah di televisi dapat memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di televisi juga bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan keluarga atau kawan sejawat.33 Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh informasi dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari komunitas itu. Merujuk kategori geeterz, kelompok pemirsa ini termasuk yang dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan rukun Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai Islam. Urusan diluar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut mereka tidak haruas bercorak islam, setidaknya secara simbolis. 34 Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lian. Mereka menonton televisi, bukan lantaran panggilan ibadah, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan personal mereka akan pentingnya moralitas, inormasi dan sajian hiburan yang sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu beragama karena 33 Dedy Jamaluddin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi (Bandung: Pusdai Press, 2000), cet. Ke-1, h. 87 34 Ibid, h. 91 33 kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun mereka Islam, hanya nominal saja.35 Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat dimanfaatkan media ini untuk sarana dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatjan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang kepada amar ma’ruf nahi munkar, sehingga kita mendapat keridhaan dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. E. Teori Efek Media 1. Teori Kultivasi Gerbner pertama kali menggunakan istilah kultivasi pada tahun 1969, tetapi analisis kultivasi, sebagai teori yang unik dan berpengaruh, tidak muncul dalam beberapa tahun. Teori ini berevolusi seiring dengan waktu melalui serangkaian langkah-langkah metodologis dan teoritis yang dilakukan oleh Gerbner dan koleganya, dan hal ini menunjukkan perkembangan tersebut.36 35 Ibid, h. 92 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 84 36 34 Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (televisi) dengan tindak kekerasan. Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa yang mereka lihat di televisi yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari. Fokus teori ini yaitu pada peran televisi di dalam kehidupan kita. Teori ini tertarik untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak eksposur jangka panjang dari televisi terhadap persepsi orang mengenai dunia. Terdapat tiga asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner yaitu : a. Televisi, secara esensi dan fundamental berbeda dengan bentuk-bentuk media massa lainnya b. Televisi membentuk cara berfikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita. c. Pengaruh dari televisi terbatas.37 Asumsi pertama menunjukkan bahwa spesifikasi keunikan dari Televisi yaitu kelebihan televisi menjadikannya istimewa seperti televisi tidak memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya, televisi bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya, 37 Ibid, h. 85 35 televisi tidak memerlukan mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi dan karena aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat televisi menjadi pusat kebudayaan masyarakat kita. Asumsi kedua masih berkaitan dengan pengaruh tayangan Televisi, pada dasarnya televisi tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa yang kita lihat di televisi, berdasarkan asumsi ini. Teori Kultivasi menyuplai alternatif berfikir tentang tayangan kekerasan di televisi. Asumsi yang terakhir ini mungkin agak berbeda dengan asumsi dasar Teori Kultivasi, namun Gerbner memberikan analogi ice age untuk memberi jarak antara teori kultivasi dan asumsi bahwa televisi hanya memberikan sedikit efek atau dampak. Dalam analogi ice age menganggap bahwa televisi tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi penontonnya melalui dampak kecil yang tetap konstan. 2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974. Mereka merumuskan pemikiran dan menghasilkan teori Kegunaan dan Gratifikasi. Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Teoritikus Kegunaan dan Gratifikasi menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. 38 Fokus teori ini membahas mengenai apa yang dilakukan orang 38 Ibid, h. 101 36 dengan media tertentu. Banyak asumsi Kegunaan dan Gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendekatan ini (Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori Kegunaan dan Gratifikasi: a. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan b. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak c. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. d. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti e. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.39 3. Teori Spiral Keheningan Dengan adanya opini publik sebagai dasar dari teori ini, teori Spiral Keheningan dikemukakan oeleh Noelle-Neumann (1991; 1993) telah membahas tiga asumsi teori yaitu: a. Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa 39 Ibid, h. 104 37 b. Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba iklim opini. c. Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.40 Sehubungan dengan kekuasaan media yang begitu besar, media memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media massa bekerja secara berkesinambungan dengan menyuarakan opini mayoritas untuk membungkan opini minoritas khususnya mengenai isu-isu budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang memiliki pandangan minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain. Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun begitu, individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan pendapat mereka melalui kegiatan aktivisme. 4. Teori Ekologi Media Teori yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan tahun1964 melihat bahwa pengaruh dari teknologi media terhadap masyarakat merupakan ide utama dibalik teori Ekologi Media. Adapun asumsi teori Ekologi Media yaitu: a. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat. b. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita. c. Media menyatukan seluruh dunia.41 40 41 Ibid, h. 123 Ibid, h. 140 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif, dimana penulis mengajak responden untuk menonton kemudian memberikan angket tertutup untuk diisi responden. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan, mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik terhadap variasi angka-angka. 1 Metode yang digunakan yaitu deskriptif analisis dengan tujuan mendapatkan gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang ditulis. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013. Sedangkan objek penelitiannya yaitu respon mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, Yusuf Mansur di TV One. Mahasiswa 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 yang diteliti berjumlah 93 orang. 1 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 31 38 39 C. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti.2 Populasi juga merupakan sekumpulan orang atau subjek yang memiliki kesamaan dalam satu hal yang membentuk masalah pokok dalam satu riset khusus. Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan populasi yang didapat dengan menggunakan rumus slovin. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013. Populasi dari tiga angkatan tersebut berjumlah 1388 orang.3 1. Angkatan 2010/2011 berjumlah 424 orang. 2. Angkatan 2011/2012 berjumlah 440 orang. 3. Angkatan 2012/2013 berjumlah 524 orang Dibawah ini rincian populasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi angkatan 2011-2013: Tabel 1. Data Populasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Angkatan 2011-2013 Jumlah Mahasiswa Per Semester NO Jurusan Total 2010/2011 2011/2012 2012/2013 1 KPI 172 167 173 512 2 Jurnalistik 57 58 64 179 3 BPI 34 41 70 145 4 MD 57 61 68 186 5 MHU 32 31 30 93 6 PMI 21 21 42 84 7 Kessos 51 61 77 189 424 440 524 1388 Jumlah 2 Ronny Kounter, Metode Penelitian (Jakarta, CV. Teruna Gravica, 2003), cet ke-1, h. 137 3 Academic Information System (AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 40 D. Teknik Pengambilan sampel Untuk mengetahui jumlah sampel yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus slovin dengan sampling error 10 %. Karena dalam rumus ini dijelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka pengambilan sampel dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling errornya antara 1-10%. Jadi dari jumlah 1388 orang peneliti mengambil sampel mahasiswa dengan sampling error 10 %. Penentuan sampel munggunakan rumus slovin sebagai berikut: n = N 1 + Ne keterangan: n = ukuran sample N= ukuran populasi e = presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir,misalnya 2 % kemudian e ini dikuadratkan.4 Dari rumus diatas kemudin diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n= N 1 + Ne = 1388 1 + 1388(0,1) = 1388 1 + 1388(0,01) = 1388 1 + 13,88 = 1388 14,88 = 93,27(93) 4 Rahmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) cet . ke-1, h. 160 41 Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi yaitu sebesar 93 mahasiswa. Kemudian penentuan ukuran sampel yang digunakan adalah memakai Cluster Random Sampling yaitu dengan mengambil sampel dari setiap jurusan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 20011-2013, kemudian dibagi secara acak. Untuk pembagian sampel penelitian ini menggunakan rumus alokasi proporsional dari Sugiyono sebagai berikut:5 ni = Ni. n N keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum Ni= jumlah populasi menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya N = jumlah populasi seluruhnya Tabel 2. Data Alokasi Proporsional Jurusan Disetiap Angkatan NO 1 2 3 4 5 6 7 Angkatan Total 2010/2011 2011/2012 2012/2013 KPI 12 11 12 35 Jurnalistik 4 4 4 12 BPI 2 3 5 10 MD 4 4 5 13 MHU 2 2 2 6 PMI 1 1 3 5 Kessos 3 4 5 12 Jumlah 93 Jurusan E. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One. 5 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian ( Bandung: CV ALVABETA, 2007), h. 66 42 Dalam menentukan variabel penelitian, peneliti membagi menjadi dua yaitu: a. Variabel dependen Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif. b. Variabel independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini sering disebut variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel dependen a. Aspek kognitif 1) Definisi operasional: Efek secara pengetahuan, terjadi bila perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau persepsi khalayak. 2) Indikator: a) Mahasiswa tahu bahwa ustadz berdakwah dengan gaya yang unik. b) Mahasiswa tahu bahwa ustadz termasuk orang yang humoris 43 c) Mahasiswa mendapat pengetahuan yang tidak ia dapatkan sebelumnya d) Mahasiswa bisa membedakan apa yang dilarang dan tidak dilarang dalam agama Islam. b. Aspek afektif 1) Definisi operasional: Perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. 2) Indikator: a) Mahasiswa menyukai pakaian atau aksesoris ustad saat berdakwah. b) Mahasiswa menyukai gaya ustadz saat berdakwah. c) Mahasiswa menyukai kepribadian ustadz. d) Mahasiswa menyukai materi yang disampaikan ustadz. e) Mahasiswa termotivasi untuk memperbaiki diri c. Aspek konatif (psikomotorik) 1) Definisi operasional: Tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. 2) Indikator: a) Mahasiswa lebih bertaqwa kepada Allah SWT. b) Mahasiswa berusaha melakukan tindakan-tindakan positif. c) Mahasiswa lebih giat sholat, sedekah, peduli kepada sesama dan sebagainya. d) Mahasiswa berusaha lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah. 44 2. Variabel independen Yaitu metode dakwah yang digunakan ustadz (da’i) 1) Definisi operasional: Teknik atau cara yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan materi. 2) Indikator: a) Mahasiswa tahu ustadz mengajak untuk berbuat baik b) Mahasiswa tahu ustadz memberikan nasehat-nasehat c) Mahasiswa tahu ustadz berdiskusi atau bertukar pikiran dalam aktivitas dakwah d) Mahasiswa tahu ustadz menggunakan metode ceramah e) Mahasiswa tahu ustad mengadakan sesi tanya jawab f) Mahasiswa tahu ustadz berdakwah melalui tulisan juga g) Mahasiswa tahu ustadz menjalankan atau mengerjakan apa yang dikatakan dalam aktivitas dakwahnya G. Teknik Pengumpulan Data a. Angket Angket adalah alat pengumpulan data yang isinya berupa daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Diberikan kepada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013. b. Observasi Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca 45 indra mata dibantu dengan panca indera lainnya. 6 Peneliti mengamati bagaimana respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013 terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai hal yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti mengambil objek yaitu respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku, majalah, internet dan referensi lainnya dengan literatur yang relevan dengan pokok permasalahan. H. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. I. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen penelitian ini adalah rumus pearson product moment. 6 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 133 46 = (∑ [ ∑ ) − (∑ − (∑ ) ][ ∑ ∑ ) − (∑ ) ] Keterangan: n = korelasi pearson product moment N = banyaknya responden X = sikap tiap item pertanyaan Y = skor total responden XY = skor tiap item pertanyaan dikali skor total responden ∑XY = jumlah hasil perkalianskor tiap item dengan skor total responden ∑X = jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan ∑Y = jumlah seluruh skor total responden Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 30 orang responden, maka diperoleh skor sebesar 0,361 pada taraf signifikansi sebesar 5%, yang artinya apabila korelasi pada butir-butir pernyataan positif dan besarnya mencapai 0,361 ke atas, maka butir-butir pertanyaan tersebut merupakan konstruk yang kuat.7 Jadi berdasarkan analisis butir-butir pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik. J. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauhmana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat tersebut reable.8 Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002), h. 328 8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.96 47 jikajawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari cronbach alpha > 0,60 maka data tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi. K. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Dari hasil uji validitas dana reliabilitas angket telah ditemukan jumlah butir-butir pernyataan yang valid cronbach’s alpha sebesar 0,904. Selanjutnya pada uji instrumen tersebut penulis menggunakan software SPSS 20 for windows release. L. Teknik Analisis Data Dalam menganalisa hasil penelitian, metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan dan menjelaskan objek penelitian berupa respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013 terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One. Untuk menggambarkan respon mahasiswa dilakukan dengan cara skala likert, skala ini menggunakan lima kategori penilaian yang masing-masing kategori tersebut diberi bobot nilai atau skor. Tabel 3. Skala likert Kategori Singkatan Skor Sangat Setuju SS 5 Setuju S 4 Cukup Setuju CS 3 Tidak Setuju TS 2 Sangat Tidak Setuju STS 1 Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor akibat penggunaan skala 1- 48 5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan memungkinkan responden mengekspresikan tingkat pendapat mereka. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan lebih tinggi keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”. Penelitian deskriptif ini menggunakan pernyataan secara terstruktur atau sistematis kepada banyak orang untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh penulis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka. Analisis ini meliputi perhitungan skoring, perhitunga mean dan standar chi-square Dalam melakukan perhitungan data hasil angket, digunakan pengujian dengan perhitungan mean dan chi-square 1. Menghitung Rata-rata atau Mean Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa data. Mean diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai dari data yang ada kemudian dibagi dengan banyaknya data. Rumus9: =∑ Keterangan: = rata-rata = pengamatan =jumlah pengamatan Atau dengan rumus berikut ini: 9 Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), h.71 49 Rumus mean: X1+X2+X2+....Xn n 2. Chi-Square Analisis chi-square digunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan dari objek penelitian yaitu antara jurusan dengan kategori respon (kognitif, afektif, dan konatif). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedadan sikap atau pengetahuan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap tiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur), maka peneliti menggunakan rumus chi kuadrat M. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan untuk mendapatkan data lapangan terdiri dari 2 sumber yang diantaranya adalah : 1. Sumber Data Primer Yaitu sumber data yang didapatkan langsung dari para responden yang akan diteliti dengan cara mengisi kuesioner. Dalam hal ini responden adalah Mahasiswa/i Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dari semua jurusan yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang dikumpulkan dari penelitian kepustakaan untuk membantu dalam mencari konsep ataupun teori-teori yang berhungan dengan penelitian ini. Data sekunder ini didapatkan dari 50 dokumen-dokumen yang mendukung untuk penelitian ini seperti bukubuku, surat kabar, majalah, catatan, dan dokumentasi lainnya. N. Teknik Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 1. Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan perubahan nama yang dahulu dikenal sebagai Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah memiliki sepuluh Fakultas yang diantaranya adalah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adab dan Humoniora, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat serta program Pasca Sarjana (Program Magister S2) dan program Doktor S3. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi merupakan Fakultas pengembangan dari Jurusan Dakwah di Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Dakwah dan Komunikasi secara resmi dibuka pada tahun akademik 1990/1991 dengan diawali pembukaan satu jurusan yaitu Penyiaran dan Penerangan Agama (PPA). Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi mempunyai tugas untuk menghasilkan ahli-ahli dakwah yang berkompeten dan siap untuk mengabdi 51 52 kepada masyarakat dan juga untuk umat Islam pada khususnya. Jurusan dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi telah banyak menghasilkan para alumni yang mempunyai kapabilitas dan reputasinya di tengah masyarakat. Sejak berdiri pada tahun akademik 1990-1991, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi telah mengalami pergantian pimpinan (dekan) sebagai berikut: Prof. Dr. H.R. Husnul Aqib Suminto (1990- 1993), Prof. Dr. H. Muh. Ardani (Pjs. 1994-1996), Prof. Dr. H.M Yunan Yusuf (19972000 dan 2000-2005), Dr. H. Murodi, MA (2005-2009), dan Dr. Arief Subhan, M.Ag (2009-sekarang). Saat ini terdapat empat jurusan atau program studi serta dua konsentrasi yang ada di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yaitu: 1. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) 2. Konsentrasi Jurnalistik 3. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) 4. Jurusan Manajemen Dakwah (MD) 5. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 6. Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) 7. Jurusan Manajemen Haji dan Umroh (MHU) 2. Visi dan Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 1. Visi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Menjadikan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai pusat keunggulan dalam kajian ilmu-ilmu dakwah, pengembangan masyarakat 53 islam, dan komunikasi kontemporer.1 2. Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dan mumpuni dalam ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. b. Melakukan penelitian yang berkualitas dalam rangka pengembangan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, dan mempublikasikannya, baik nasional, regional, dan internasional. c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mengamalkan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. d. Mengembangkan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa. e. Melakukan secara aktif kerjasama yang produktif dengan lembaga dan instansi terkait, baik dalam maupun luar negeri untuk kepentingan pengembangan dakwah dan masyarakat islam. f. Melakukan pembinaan akhlak mulia, kreatifitas, dan life skill mahasiswa agar dapat menjadi tauladan dan berprestasi di tengah masyarakat. g. Menjalin silahturahmi secara intensif dengan alumni dan wali mahasiswa untuk membangin kejayaan Fakultas.2 3. Profil Jurusan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi a. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Jurusan ini bertujuan untuk menghasilkan output sarjana yang 1 Hamid Nasuhi dan Arief Subhan, Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah 20082009, (Jakarta: 2008), h.193 2 Ibid 54 memiliki keahlian dalam bidang komunkasi dan penyiaran Islam, cakap dalam bidang ilmu mengkomunikasikan dakwah nilai-nilai dan atau ilmu ajaran komunikasi, Islam dalam mampu konteks perkembangan dunia modern. Mata kuliah keahlian yang diberikan dalam jurusan ini meliputi: Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah, Psikologi Dakwah, Sejarah Dakwah, Ilmu Komunikasi, Jurnalistik, Teknik Berpidato, Produksi Siaran radio dan Film, Pengantar Manajemen, Statistik Sosial, Perilaku Organisasi, Perkembangan Pemikiran Modern dan Penyiaran Islam b. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Jurusan ini bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan dalam memberikan bimbingan dan konseling agama islam baik dalam keluarga maupun masyarakat Muslim secara professional. c. Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Jurusan Manajemen Dakwah bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral tinggi serta memiiliki keterampilan sebagai manajer dalam mengelola lembaga-lembaga dakwah dan kemasyarakatan dengan pendekatan manajemen secara professional. d. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Jurusan ini bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan sebagai pekerja sosial (social worker) dan pengembangan komunitas (community development) dalam mendorong pertumbuhan keluarga dan masyarakat secara profesional. 55 e. Konsentrasi Jurnalistik Sejarah Konsentrasi Jurnalistik tidak dapat dipisahkan dari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Secara legal, Konsentrasi Jurnalistik berada di bawah Jurusan KPI. Pembukaan Konsentrasi Jurnalistik tidak dapat dilepaskan dari suasana kebebasan pers di Indonesia setelah reformasi politik. Oleh karena itu, sejalan dengan cita-cita UIN untuk integrasi ilmu, Konsentrasi Jurnalistik ingin mengembangkan sebuah model jurnalistik Islami. Dengan itu, Konsentrasi Jurnalistik bertujuan untuk mencetak para sarjana muslim yang ahli dalam bidang kewartawanan, baik di media cetak maupun elektronik. f. Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) Pembukaan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) merupakan buah kerjasama antara Departemen Agama, UIN Jakarta dan Yogyakarta, CIDA (Canadian International Developmen Agency), dan Universitas Mc Gill Kanada dalam proyek IISEP (IAIN Indonesian Social Equity Project). Konsentrasi Kessos dibuka sejak 2002 di bawah Jurusan PMI. Jurusan Kessos bertujuan guna mencetak sarjana ilmu sosial yang ahli dalam bidang kesejahteraan sosial serta mampu mengintegrasikan teori-teori kesejahteraan sosial. g. Jurusan Manajemen Haji dan Umroh (MHU) Jurusan ini bertujuan untuk menghasilkan sarjana Islam yang ahli dalam bidang pengelolaan atau manajemen haji dan umroh. 56 B. Profil Ustadz 1. Ustadz Aa Gym Aa Gym lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962, atau biasa di kenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, Lahir sebagai salah satu anak dari empat bersaudara Aa Gym telah menekuni banyak hal mulai dari menjual koran hingga menyetir angkutan umum untuk membiayai dirinya saat dan setelah bersekolah di teknik elektro sebelum berubah haluan menjadi wirausahwan. Kemampuannya tampil di depan publik juga diasah saat menjadi pendebat di universitasnya. Pada tahun 1988 AA Gym menikah dengan istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", dan telah dikaruniai tujuh anak. Pada tahun 1990, Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta KMIW mendirikan Pondok Pesantren Darut Tauhid (DT) di rumah orang tua Aa Gym yang kemudian pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38 yang awalnya berupa rumah pondokan dengan 20 kamar yang akhirnya dibeli angsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta. Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Dengan perbedaannya DT tidak bersifat eksklusif seperti Al-Arqom tetapi terbuka untuk semua orang. Pada tahun 1993, Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid dibangun menjadi gedung permanen berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk kegiatan perekonomian, lantai dua dan tiga dijadikan masjid. Pada 1994, 57 didirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Pada 1995 sekitar 50 meter dari masjid, seorang jemaah membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri. Pada akhir tahun 1997 Gedung Kopontren empat lantai di seberang masjid ini digunakan untuk kantor Baitul Mal watTamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung telekomunikasi, dan lainnya. Pada tahun 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna, seluruh aset ini diperkirakan bernilai 6 miliar rupiah. Pada tahun 2000, Aa Gym mulai tampil berdakwah di TV Nasional. Ia menjadi salah satu pengisi acara tetap dalam program Hikmah Fajar di RCTI. Pada tahun 2001, Aa Gym memiliki program mandiri di bawah rangkaian program Hikmah Fajar berjudul "Manajemen Qolbu". Pada tahun 2002, Aa Gym telah memiliki 15 usaha penerbitan yang telah menerbitkan 32 judul buku dan lusinan kaset serta VCDnya sebagai media menyebarkan dakwahnya. Pada tahun 2004, Aa Gym membawakan program bertemakan politik berjudul Ada Aa Gym di RCTI berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu 2004. 58 Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Rini" pada bulan Desember 2006 seorang mantan Model.3 2. Ustadz M. Arifin Ilham KH Muhammad Arifin Ilham atau di kenal sebagai uztadz Arifin Ilham lahir di Banjarmasin, 8 Juni 1969, Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Istri Arifin bernama Yuni. Ayah Arifin masih keturunan ketujuh Syeh Al-Banjar, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Barabay, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Setahun setelah menikah, pasangan ini melahirkan putri 3 http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-gym.html, Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2014 59 pertama mereka tahun 1967. Karena anak pertama mereka perempuan, betapa bahagianya mereka ketika anak keduanya adalah laki-laki. Saat berusia lima tahun, Arifin dimasukkan oleh ibunya ke TK Aisyiah dan setelah itu langsung ke SD Muhammadiyah tidak jauh dari rumahnya di Banjarmasin. Arifin mengaku, saat masih di SD itu ia tergolong pemalas dan bodoh. “Kata orang Banjarmasin, Arifin itu babal. Arifin baru bisa baca-tulis huruf Latin setelah kelas 3,” kenang Arifin yang setiap kali berbicara tentang dirinya selalu menyebut namanya sendiri. Di SD Muhammadiyah ini Arifin hanya sampai kelas 3, karena berkelahi melawan teman sekelasnya. Masalahnya, dia tidak rela ada salah seorang temannya yang berbadan kecil diganggu oleh teman sekelasnya yang berbadan cukup besar. Arifin kalah berkelahi karena lawannya jagoan karate. Wajahnya babak belur dan bibirnya sobek. Agar tidak berkelahi lagi, oleh ayahnya Arifin kemudian dipindahkan ke SD Rajawali. M. Arifin Ilham termasuk seorang penyayang binatang. Di rumah ibu angkatnya di Jakarta, ia banyak memelihara binatamg, antara lain burung hantu, kera, dan ayam kate. Awal April 1997, ia diberi seekor ular hasil tangkapan warga kampung yang ditemukan di semak belukar. Karena kurang hati-hati Arifin digigit binatang melata ini. Namun, ia tidak menyadari kalau dirinya keracunan. Sewaktu dalam perjalanan dengan mengendari mobil, ia pun merasakan sesuatu yang tidak biasa, tubuhnya terasa panas, meradang, dan membiru. 60 Melihat keadaan Arifin yang demikian, ibu angkatnya Ny Cut mengambil alih kemudi, menuju rumah sakit terdekat. Namun, beberapa rumah sakit menolak dengan alasan peralatan medis yang tidak memadai. Bahkan sejumlah dokter di beberapa rumah sakit tersebut memvonis, umur Arifin tinggal satu persen. Karena sulitnya mendapatkan pertolongan selama 11 jam, keadaan Arifin makin gawat. Detak jantungnya melemah. Melihat kondisi anak angkatnya yang makin parah, Ny Cut mencoba mendatangi RS Saint Carolus (Jakarta Pusat). Alhmadulilah pihak rumah sakit menerimanya. Arifin langsung ditempatkan di ruang ICU. Infus pun dipasang di tubuhnya. Untuk membantu tugas paruparu, jantung, dan hatinya yang telah sangat lemah, dokter memasukkan beberapa batang selang ke mulutnya. Dengan pertolongan Allah, setelah satu bulan lima hari pihak rumah sakit menyatakan ia telah melewati masa kritis dan memasuki masa penyembuhan. Walaupun kondisinya telah jauh lebih baik, Arifin mengalami perubahan pada suaranya. Menurut analisa dokter, hal ini disebabkan oleh pemasangan beberapa selang sekaligus dalam mulutnya untuk waktu yang cukup lama. Tapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya itu, Arifin menjadi lebih mudah dikenal para jamaah hanya dengan mendengar suaranya. Seperti diceritakan Arifin, selama masa kritis, ia mendapatkan pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung yang sangat sunyi dan sepi. 61 Setelah berjalan-jalan sekeliling kampung, ditemuinya sebuah masjid, yang kemudian dimasukinya. Di dalam masjid ternyata sudah menunggu tiga shaf jamaah dengan mengenakan pakaian putih. Salah satu jamaah kemudian memintanya memimpin mereka berzikir, mengingat Allah SWT. Keesokan harinya ia kembali bermimpi. Hanya saja sedikit berbeda. Kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai jelmaan setan. Melihat kehadirannya, para penduduk pun berteriak dan meminta dirinya menjadi penolong mereka mengusir setan-setan tersebut. Hari berikutnya ia kembali bermimpi. Kali ini ia diminta oleh seorang bapak untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan bapak tersebut, Arifin bergegas, tapi Allah berkehendak lain. Istrinya ternyata telah meninggal sebelum sempat ditolong Arifin. Berbekal pengalaman-pengalaman gaib yang ia alami, Arifin pun memantapkan hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berzikir. Banyak kegiatan yang dilakukannya. Salah satu yang paling berkesan adalah memimpin zikir untuk para narapidana di Cipinang. Menurut Arifin, kegiatan ini memberikan dampak yang sangat dalam sehingga banyak di antara narapidana tidak sanggup membendung air matanya, menyesali dosadosanya. Dalam berdakwah Arifin selalu menepati janjinya, terbukti tiga kali ia terpaksa menolak permintaan Sekretariat Negara agar berdakwah bersama Presiden Megawati. ''Saya tidak mau kecewakan masyarakat yang telah jauh 62 hari menunggu-nunggu kedatangan saya,'' ujarnya. Arifin mengaku, menjelang pemilu 2004 ini sudah ada parpol yang memintanya agar ia berkampanye untuk partai tersebut. ''Tapi, saya ingin sebagai rantai (tali) tasbih, yang dapat menampung semua umat,'' ujar dai yang tinggal di Depok sejak 1999 ini. Sikapnya untuk selalu menjadi 'rantai tasbih' itu ternyata 'berbuah manis'. Setiap acara zikir yang dipimpinnya selalu dipadati jamaah dari berbagai kalangan dan status. Begitu syahdunya setiap acara zikir , tidak peduli pengusaha, artis, sutradara, dan berbagai profesi yang datang ke acara itu dari berbagai tempat di Tanah Air, meneteskan air mata. Bahkan banyak yang terisak-isak. Arifin sendiri terus menyeka air matanya yang terus menerus mengalir dengan dua saputangan yang dibawanya. Namun, menurut Arifin, tangis bukan termasuk ritual zikir. Zikir pun, katanya, tidak juga sekadar duduk dan memanjatkan puja-puji kepada Allah SWT. ''Yang terpenting dari zikir adalah, di dalam hati harus selalu ingat dan merasakan kehadiran Allah SWT,'' jelas ayah dua anak ini. Arifin membagi zikir meliputi empat hal. Pertama, zikir hati senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua, zikir akal, yang berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam semesta. Ketiga, zikir lisan, yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari kata hati. Keempat, zikir amal yang merupakan aplikasi takwa. Sedangkan anjurannya agar para jamaah zikirnya berbusana putih-putih, Arifin mengemukakan filosofinya. Putih, kata alumnus Fiskipol Unas ini, adalah 63 warna yang melambangkan kesucian dan warna yang sangat disukai Rasulullah SAW.4 3. Ustadz Yusuf Mansur Ustadz Yusuf Mansur lahir 19 Desember 1976 di Jakarta, dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah dan sangat dimanja orang tuanya. Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di jurusan Informatika namun berhenti tengah jalan karena lebih suka balapan motor. Pada tahun 1996, dia terjun di bisnis Informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit utang yang jumlahnya miliaran. Gara-gara utang itu pula, Ustadz Yusuf merasakan dinginnya hotel prodeo selama 2 bulan. Setelah bebas, Ustadz Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustadz Yusuf kembali masuk bui pada 1998. Saat di penjara itulah, Ustadz Yusuf menemukan hikmah tentang shodaqoh. Selepas dari penjara, Ustadz Yusuf berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustadz Yusuf berkembang. Tak lagi berjualan dengan termos, tapi memakai gerobak, Ia juga mulai punya anak buah. Hidup Ustadz Yusuf mulai berubah saat ia berkenalan dengan polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama kerja di LSM itulah, Ustadz Yusuf membuat buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya di penjara 4 http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-arifin-ilham.html, Diakses Pada Tanggal 28 Mei 2014. 64 saat rindu dengan orang tua. Ternyata buku itu mendapat sambutan yang luar biasa. Ustadz Yusuf sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata. Karier Ustadz Yusuf makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset Tausiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah pula yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada kisah nyata. Ustadz Yusuf juga menggarap sebuah film berjudul Kun Fa Yakuun yang dibintanginya bersama Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari. Film ini merupakan proyek pamungkas dari kegiatan roadshow (ceramah keliling) berjudul sama selama Januari-April 2008. Melalui Wisata Hati, ia menyediakan layanan SMS Kun Fayakuun untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang ada. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisatahati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul Quran Wisatahati. 65 Meski tak sempat menuntaskan kuliah, Ustadz Yusuf bersama dua temannya mendirikan perguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika. Ustadz Yusuf menikah dengan Siti Maemunah dan telah dikaruniai tiga orang anak.5 C. Profil TV One Tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One, tvOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program. 1. Kebijakan Mutu Komitmen PT Lativi Mediakarya terhadap kebijakan mutu adalah melakukan peningkatan yang berkelanjutan dalam: a. Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan. b. Memberdayakan kemampuan karyawan ke arah profesionalisme. c. Menerapkan ISO 9001:2008. d. Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi dan efektifitas yang optimal. 5 http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-yusuf-mansur.html. Diakses Pada Tanggal 29Mei 2014 66 2. Visi dan Misi Sebagai salah satu wujud komitmen PT Lativi Mediakarya dalam berupaya memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan, maka manajemen PT Lativi Mediakarya mempunyai: Visi: a. Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa. Misi: a. Menjadi stasiun TV Berita dan Olahraga nomor satu. b. Menayangkan program News dan Sport yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas. c. Memilih program News dan Sport yang informatif dan inovatif dalam penyajian dan kemasan. 6 D. Acara Keagamaan di TV One 1. Damai Indonesiaku Damai Indonesiaku TV One adalah sebuah acara religi yang mengajak para pemirsanya untuk selalu menjalani dan mengamalkan norma-norma Agama didalam setiap langkah kehidupannya. Materi yang berbeda akan hadir dalam setiap episodenya . Pemateri dalam acara ini adalah ustadz-ustadz atau alim ulama yang memiliki ilmu tentang keagamaan. 7 6 http://www.tvonenews.tv/tentangkami/. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014 http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/damai-indonesiaku-tv-one. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014 7 67 2. Tabligh Akbar Tabligh akbar TV One adalah sebuah acara yang diadakan akhir pekan disiarkan secara langsung untuk memperingati hari-hari besar Islam. Pemateri dalam acara ini adalah ustadz-ustadz atau alim ulama yang memiliki ilmu tentang keagamaan. BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Perhitungan Judul penelitian ini yaitu respon mahasiswa terhadap metode dakwah ustad di TV ONE, dari judul yang begitu luas kemudian penulis membatasi dengan mengambil tiga ustadz yang akan dijadikan bahan penelitian skripsi, adapun ustadz tersebut ialah Ustadz Aa Gym, Ustadz M. Arifin Ilham dan Ustadz Yusuf Mansur. Ketiga ustadz ini diambil dikarenakan memiliki beberapa alasan diantaranya sering berdakwah di TV khususnya TV One, dakwahnya mudah diterima oleh khalayak, mempunyai ciri khas dan ilmu yang diberikan bersumber dari Al-qur’an dan Hadits yang shahih tentunya. Responden penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013. Adapun mahasiswa yang dijadikan sampel berjumlah 93 orang. Dari hasil penyebaran angket yang telah terkumpul, penulis akan menjelaskan analisisnya dalam bentuk tabel berupa aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif/psikomotorik dan aspek metode dakwah. Kemudian penulis akan mendeskripsikan setiap bagian dari masingmasing tabel tersebut. Pertama yaitu ustadz Aa Gym, kedua yaitu ustadz M. Arifin Ilham dan ketiga yaitu ustadz Yusuf Manyur. Sebelum menganalisi isi data ada beberapa skor dalam pengisian angket, yaitu: a. Sangat Setuju(SS) :5 b. Setuju (S) :4 c. Cukup Setuju (CS) :3 68 69 d. Tidak Setuju (TS) :2 e. Sangat Tidak Setuju :1 Adapun hasil data penelitiannya yaitu sebagai berikut: 1. Ustadz Aa Gym a. Aspek Kognitif Terhadap Ustadz Aa Gym Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym NO 1 2 3 4 Pertanyaan SS Saya tahu ustadz Aa Gym berdakwahdengan gaya 3 yang unik. Ustadz Aa Gym menggunakan humor-humor 7 jenaka disela-sela materi dakwahnya Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym 16 yang tidak diketahui sebelumnya. Dengan saya melihat dakwah ustadz Aa Gym, saya bisa membedakan 12 mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam. JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor Rangking 66 18 6 - 345 3 54 27 5 - 342 4 55 20 2 - 364 1 59 20 2 - 360 2 1411 352,7 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym, ini terlihat dari mahasiswa yang bisa membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama, selain itu mahasiswa juga tahu bahwa Aa Gym berdakwah menggunakan gaya yang unik dan yang terakhir yaitu ustadz Aa 70 gym selalu meggunakan humor-humor disela-sela materinya agar tidak monoton. b. Aspek Afektif Terhadap Ustadz Aa Gym Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym NO 1 2 3 4 Pertanyaan SS Saya menyukai pakaian ustadz Aa Gym yang 6 dipakai ketika berdakwah. Saya menyukai kepribadian ustadz Aa Gym yang akrab 17 dengan siapa saja. Saya simpati pada sosok ustadz Aa Gym karena 11 kesederhanaannya Saya menyukai materi dakwah ustadz Aa Gym dengan gaya humor, karena 9 lebih mudah diterima oleh jamaah atau mad’u JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor Rangking 43 34 10 - 324 4 36 32 8 - 341 2 55 18 9 - 347 1 50 24 10 - 337 3 1349 337,2 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa simpati dengan kesederhanaan ustadz Aa Gym, kemudian mahasiswa menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja, mahasiswa juga menyukai materi dakwah dengan gaya humor karena lebih mudah dipahami, dan terakhir yaitu mahasiswa menyukai pakaian ustadz Aa Gym ketika berdakwah. 71 c. Aspek Konatif/Psikomotorik Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym NO 1 Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif 6 26 46 13 2 300 2 Setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym. 2 Saya lebih giat solat setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym. 2 28 44 18 1 291 3 3 Saya lebih giat sedekah setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym. 1 28 42 21 1 286 4 4 Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym. 8 34 34 16 1 311 1 JUMLAH MEAN 1188 297 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwamahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym, dengan mahasiswa lebih giat melakukan tidakan-tindakan positif, diantaranya yaitu mahasiswa lebih giat sholat, dan lebih giat sedekah. Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut: Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa NO 1 2 3 Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking Kognitif 1411 352,6 1 Afektif 1349 337,2 2 Konatif/Psikomotorik 1188 297 3 3948 Jumlah 72 Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek kognitif merupakan nilai tertinggi dalam jumlah skor yaitu 1411 dengan nilai mean sebesar 352,6. Selain itu mahasiswa sudah mampu merasakan adanya perubahan perasaan terhadap sesuatu yang terkait emosi, sikap, dan nilai, serta mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagamaan setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym d. Aspek metode dakwah Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym NO 1 2 3 4 5 Pertanyaan Dalam berdakwah, ustadz Aa Gym selalu mengajak berbuat baik dan memberikan contoh yang baik kepada jamaah (alhikmah) Dalam berdakwah, ustadz Aa Gym memberikan nasehatnasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatilhasanah) Dalam berdakwah ustadz Aa Gym berdiskusi/bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah) Ustadz Aa Gym menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil allisan). Dalam berdakwah Ustadz Aa Gym mengadakan sesi tanya jawab. SS S CS TS STS Skor Rangking 18 57 15 2 1 368 3 17 59 15 2 - 370 1 14 44 31 4 - 347 5 27 42 18 6 - 369 2 10 51 30 2 - 348 4 73 6 Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadz 6 Aa Gym juga berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam). JUMLAH MEAN 44 34 9 - 326 6 2128 354,7 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa ustadz Aa Gym memberikan nasehat-nasehat dalam dakwahnya, kemudian ustadz Aa Gym menggunakan metode ceramah, ustadz Aa Gym selalu mengajak berbuat baik, selain itu ustadz Aa gym mengadakan sesi tanya jawab, dan selalu berdiskusi/bertukar pikiran, metode ini digunakan jika jamah tidak mengerti ketika ustadz menyampaikan materi dan terakhir untuk penyempurnaan dakwahnya ustadz Aa Gym juga berdakwah melalui buku (bil al-qalam). 2. Ustadz M. Arifin Ilham a. Aspek kognitif Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustad M.Arifin Ilham NO 1 2 3 PERTANYAAN SS S CS TS STS Skor Rangking Saya tahu ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan 10 52 20 11 340 3 gaya yang unik. Ustadz M. Arifin Ilham menggunakan humor-humor 8 62 23 357 2 jenaka disela-sela materi dakwahnya. Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin 5 51 36 1 339 4 Ilham yang tidak diketahui sebelumnya. 74 Dengan saya melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham, saya dapat 10 66 membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam. JUMLAH MEAN 4 15 2 - 363 1 1399 349,7 Berdasarkan rangking tabel di atas diperoleh databahwa setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham mahasiswa dapat membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama,agar tidak monoton ustadz M. Arifin Ilham selalu menggunakan humor-humor disela-sela materi dakwahnya, kemudian mahasiswa tahu ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan gaya yang unik, dengan begitu mahasiswa mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin. b. Aspek Afektif Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz M.Arifin Ilham NO 1 2 3 4 5 Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking Saya menyukai pakaian ustadz M. Arifin Ilham yang 15 59 18 1 367 1 dipakai ketika berdakwah. Saya menyukai kepribadian ustadz M. Arifin Ilham yang 9 51 32 1 347 4 akrab dengan siapa saja. Saya simpati pada sosok ustadz M. Arifin Ilham 14 50 25 4 353 2 karena kesederhanaannya. Saya menyukai materi dakwah ustadz M. Arifin Ilham dengan gaya humor, karena lebih mudah diterima 7 45 35 6 332 5 oleh jamaah atau mad’u. Saya merasakan perubahan 19 39 30 5 - 351 3 75 pada diri saya setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham. JUMLAH MEAN 1750 350 Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa menyukai pakaian ustadz ketika berdakwah, dengan begitu mahasiswa simpati karena kesederhanaan ustadz M. Arifin Ilham, kemudian mahasiswa merasakan perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz, mahasiswa juga menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja, dan terakhir yaitu mahasiswa lebih suka materi dakwah yang disisipkan humor karena lebih mudah diterima isi dari pesan dakwahnya. c. Aspek Konatif/Psikomotorik Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz M. Arifin Ilham NO Pertanyaan SS Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif 1 6 setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham. Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat 2 13 dakwah ustadz M. Arifin Ilham. Saya lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah setelah 3 7 melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham. Tutur bahasa saya lebih sopan setelah melihat 4 9 dakwah ustadz M. Arifin Ilham. JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor 45 37 5 - 331 3 45 30 5 - 345 1 30 53 3 - 320 4 46 30 8 - 335 2 1311 332,7 Rangking 76 Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham, kemudian tutur bahasa mahasiswa lebih sopan, mahasiswa juga lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif, dengan begitu mahasiswa lebih khusu’ menjalankan ibadah setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham. Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulismembandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut: Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa NO 1 2 3 Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking Kognitif 1399 349,7 2 Afektif 1750 350 1 Konatif/Psikomotorik 1311 332,7 3 4460 Jumlah Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi dalam jumlah skor yaitu 1750 dengan nilai mean sebesar 350. Setelah itu mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz M. Arifin Ilham, serta mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham. d. Aspek Metode Dakwah Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz M. Arifin Ilham NO 1 Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking Dalam berdakwah, ustadz M. Arifin Ilham selalu mengajak berbuat baik dan 20 60 13 379 1 memberikan contoh yang baik kepada jamaah (alhikmah). 77 2 3 4 5 6 Dalam berdakwah, ustadz M. Arifin Ilham memberikan nasehat-nasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatilhasanah). Dalam berdakwah ustadz Arifin Ilham berdiskusi/bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah). Ustadz M. Arifin Ilham menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil al-lisan) Dalam berdakwah Ustadz M. Arifin Ilham mengadakan sesi tanya jawab. Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadz M. Arifin Ilham juga berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam). JUMLAH MEAN 17 56 20 - - 369 2 15 60 15 3 - 366 3 14 51 20 8 - 350 5 13 60 10 10 - 355 4 5 30 7 - 333 6 51 2152 358,7 Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data bahwa ustadz M.Arifin Ilham berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan), kemudian ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan metode Mau’izhatil Hasanah (memberikan nasehat-nasehat) yang dibarengi dengan metode mujadalah (diskusi/bertukar pikiran). Ustadz M Arifin Ilham juga meggunakan banyak metode diantaranya metode tanya jawab, metode bil allisan (metode ceramah) dan yang terakhir yaitu ustadz M. Arifin Ilham menggunakan metode bil al-qalam (melalui tulisan). 78 3. Ustadz Yusuf Mansur a. Aspek Kognitif Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur NO 1 2 3 4 Pertanyaan SS Saya tahu ustadz Yusuf Mansyur berdakwah dengan 30 gaya yang unik. Ustadz Yusuf Mansur menggunakan humor-humor 25 jenaka disela-sela materi dakwahnya. Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadzYusuf 19 Mansur yang tidak diketahui sebelumnya. Dengan saya melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur, saya 24 Dapat membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam. JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor Rangking 45 18 - - 384 1 40 22 6 - 363 4 51 20 3 - 365 3 55 13 1 - 381 2 1493 373,2 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data Mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan gaya yang unik, disamping itu mahasiswa juga dapat membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur dan juga mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat dakwah ustadz. Rangking terakhir yaitu mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur selalu menyisipkan humor di sela-sela materi dakwahnya agar tidak monoton. 79 b. Aspek Afektif Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur NO 1 2 3 4 5 Pertanyaan SS Saya menyukai pakaian ustadz Yusuf Mansur yang 23 dipakai ketika berdakwah. Saya menyukai kepribadian ustadz Yusuf Mansur yang 30 akrab dengan siapa saja. Saya simpati pada sosok ustadz Yusuf Mansur 23 karena kesederhanaannya. Saya menyukai materi dakwah ustadz Yusuf Mansur dengan gaya 28 humor, karena lebih mudah diterima oleh jamaah atau mad’u Saya merasakan perubahan pada diri saya setelah 18 melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur. JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor Rangking 65 5 - - 390 1 35 27 1 - 373 3 40 30 - - 365 4 45 20 - - 380 2 50 20 5 - 360 5 1868 373,6 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa menyukai pakaian ustadz Yusuf Mansur ketika berdakwah, kemudian mahasiswa menyukai materi dakwah yang disisipkan humor karena lebih mudah dipahami (tidak monoton), selain itu mahasiswa menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja. Mahasiswa juga simpati terhadap ustadz karena kesederhanaannya, dan yang terakhir yaitu mahasiswa merasakan ada perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur. 80 c. Aspek Konatif Tabel 16. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansyur NO 1 2 3 4 5 Pertanyaan SS Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif 13 setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur. Saya lebih giat sedekah setelah melihat dakwah 20 ustadz Yusuf Mansyur Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat 10 dakwah ustadz Yusuf Mansur. Saya lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah setelah 11 melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur. Tutur bahasa saya lebih sopan setelah melihat 14 dakwah ustadz Yusuf Mansur. JUMLAH MEAN S CS TS STS Skor Rangking 55 20 5 - 335 3 38 30 5 - 352 2 43 27 13 - 329 5 42 30 10 - 333 4 56 20 3 - 360 1 1709 341,8 Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa tutur bahasa mahasiswa lebih sopan setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansyur, kemudian mahasiswa lebih giat sedekah, mahasiswa lebih giat melakukan kegiatan positif setelah melihat dakwahnya. Mahasiswa juga lebih khusu’ menjalankan ibadah, dan yang terakhir yaitu mahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur. Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut: 81 Tabel 17. Perbandingan Respon Mahasiswa NO 1 2 3 Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking Kognitif 1493 373,2 2 Afektif 1868 373,6 1 Konatif/Psikomotorik 1709 341,8 3 5070 Jumlah Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi dalam jumlah skor yaitu 1869 dengan nilai mean sebesar 373,6. Setelah itu mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz Yusuf Mansyur. Serta mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansyur. d. Aspek Metode Dakwah Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur NO 1 2 3 4 5 Pertanyaan Dalam berdakwah, ustadz Yusuf Mansur selalu mengajak berbuat baik dan memberikan contoh yang baik kepada jamaah (alhikmah). Dalam berdakwah, ustadz Yusuf Mansur memberikan nasehatnasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatil hasanah). Dalam berdakwah Ustadz Yusuf Mansur berdiskusi atau bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah). Ustadz Yusuf Mansyur menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil al-lisan). SS Dalam berdakwah S CS TS STS Skor Rangking 22 65 5 1 - 387 3 30 50 13 - - 389 2 28 51 13 1 - 385 4 14 58 21 - - 365 6 26 54 12 1 - 384 5 82 6 Ustadz Yusuf Mansur mengadakan sesi tanya jawab. Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadzYusuf Mansur juga 40 43 berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam) JUMLAH MEAN 5 5 - 397 1 2307 384,5 Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data bahwa mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan bil al-qalam (melalui tulisan), kemudian ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan metode Mau’izhatilHasanah (memberikan nasehat-nasehat). Ustadz Yusuf Mansur juga berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan), selain itu ustadz Yusuf Mansur menggunakan metode mujadalah (diskusi/bertukar pikiran, metode tanya jawab,dan yang terakhir ustadz Yusuf Mansur menggunakan metode bil al-lisan(metode ceramah). B. Analisis Chi-Square Dalam Mengetahui Hipotesis dan Keputusan Dari Hasil Penelitian. 1. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif Dan Konatif Responden Terhadap Skor Metode Dakwah Tiga Ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, Dan Yusuf Mansur). Pengujian penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah jika: Ho, maka tidak ada hubungan antara skor metode dakwah ustadz dengan respon mahasiswa. Ha, maka ada hubungan antara skor dengan respon mahasiswa. 83 Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square Hitung dan Chi-Square tabel, yaitu: Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima. Jika Chi-Square hitung > Chi Square tabel, maka Ho ditolak. Dibawah ini merupakan tabel perbandingan antara respon skala kognitif, afektif dan konatif berdasarkan skor metode dakwah ustadz. Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Skala Kognitif, Afektif Dan Konatif Berdasarkan Skor Ustadz No 1 2 3 Nama ustadz Aa Gym M. arifin Ilham Yusuf Mansur Total Kognitif 1411 1399 1493 4303 Afektif 1349 1750 1868 4967 Konatif 1188 1311 1709 4208 Jumlah 3948 4460 5070 13478 Rangking 3 2 1 Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara tiga ustadz dengan respon dalam skala kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan hasil diatas bahwa respon tertinggi yaitu respon afektif yang memiliki skor 4967 yang artinya mahasiswa dapat merasakan pesan-pesan yang disyiarkan oleh ustadzustadz tersebut yang bentuknya positif. Kemudian perbandingan diatas menunjukkan bahwa ustadz yang memiliki skor tertinggi yaitu ustadz Yusuf Mansur dengan skor 5070 artinya ustadz Yusuf Mansur dapat mempengaruhi respon responden. Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa apakah metode dakwah dari ke tiga ustad tersebut mempengaruhi respon mahasiswa. Berikut adalah perhitungan Chi-Square. 84 Tabel 20. Analisis Chi Square Hitung Berdasarkan Skor Metode Dakwah Ustadz Aa Gym M. Arifin. I Yusuf. M Respon Kognitif Afektif Konatif Kognitif Afektif Konatif Kognitif Afektif Konatif 2 . 2 Fh 1260,44 1454,94 1232,61 1423,90 1643,62 1392,46 1618,65 1868,42 1582,91 13478 Total Jadi r Fo 1411 1349 1188 1399 1750 1311 1493 1868 1709 hitung = ∑ ( fo-fh 150,56 -105,94 -44,61 -24,9 106,38 -81,46 -125,65 -0,42 126,09 0 (fo-fh)2 22668,31 11223,28 1990,05 620,01 11316,70 6635,73 15787,92 0,1764 15898,68 (fo-fh)2/fh 17,98 7,71 1,61 0,43 6,88 4,76 9,75 0,00009 10,04 59,16009 = 59,16 ) = 59,16 = 5%x [(r-1)(c-1)] = 5% x [(3-1)(3-1)] = 5% x 4 = 9,48 Melihat dari tabel diatas, didapatkan chi-square hitung sebesar 59,16, sedangkan chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan = 0,05 (5 %), db = 4, didapat chi-square tabel sebesar 9,48. Jadi, 2 hitung > 2 . , dibaca chi-square hitung lebih besar dari chi- square tabel. Jadi, Ho ditolak, dengan kata lain bahwa ada hubungan antara skor ustadz-ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang didapat dari responden terhadap respon mahasiswa. Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa terhadap ketiga ustadz tersebut. 85 2. Perbandingan Metode Dakwah Terhadap Skor Tiga Ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, Dan Yusuf Mansur). Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square Hitung dan Chi-Square tabel, yaitu: Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima. Jika Chi-Square hitung > Chi Square tabel, maka Ho ditolak. Dalam berdakwah ustadz-ustadz menggunakan macam-macam metode dalam berdakwah. Dibawah ini perbandingan diantara ketiga metode ustadz ketika berdakwah berdasarkan skor. Tabel 21. Perbandingan Antara Metode Dakwah Berdasarkan Skor Tiga Ustadz Nama ustadz Aa 1 Gym M. 2 arifin. I Yusuf 3 Mansur Total No Alhikmah Mauizatil hasanah Mujadalah Bil- Tanya BilTotal lisan jawab qalam 368 370 347 369 348 326 2128 379 369 366 350 355 333 2152 387 389 385 365 384 397 2307 1134 1128 1098 1084 1087 1056 6585 Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara skor tiga ustadz dengan metode dakwah. Berdasarkan hasil diatas bahwa metode Al-hikmah memiliki skor tertinggi 1134 yang artinya mahasiswa lebih bisa memahami isi pesan dakwah jika ustadz menggunakan metode Al-hikmah. Dari tabel di atas terlihat bahwa yang memiliki skor tertinggi yaitu ustadz yusuf mansyur dengan nilai skor 6585. Ustadz Yusuf dalam proses penyampaian dakwahnya menggunakan teknik-teknik agar respondennya mengerti dan dapat menerima isi pesan dakwahnya, yaitu al-hikmah R 3 2 1 86 (kebijaksanaan), Mauizatil hasanah (memberi nasehat), mujadalah (diskusi), bil-lisan (ceramah), tanya jawab dan bil-qalam (dakwah melalui tulisan). Kemudian dari tabel diatas, akan di uji dengan hitung chi-square. Tabel 22. Analisis Chi Square Hitung Berdasarkan Skor Tiga Ustadz Ustadz Aa Gym M.Arifin Ilham Yusuf Mansur Metode Al-hikmah Mauizatil hasanah Mujadalah Bil-lisan Tanya jawab Bil-Qalam Al-hikmah Mauizatil hasanah Mujadalah Bil-lisan Tanya jawab Bil-Qalam Al-hikmah Mauizatil hasanah Mujadalah Bil-lisan Tanya jawab Bil-Qalam 2 . Fh 366,56 fo-fh 1,54 (fo-fh)2 2,316 (fo-fh)2/fh 0,006 370 364,52 5,48 30,0304 0,08 347 369 354,82 350,30 7,82 18,7 55,9504 369,69 0,15 0,99 348 351,27 -3,27 10,6929 0,03 326 379 341,25 370,59 -15,25 5,41 232,5625 29,2681 0,68 0,07 369 368,63 0,37 0,1369 0,0003 366 350 358,83 354,25 7,17 -4,25 51,4089 18,0625 0,14 0,05 355 355,23 -0,23 0,0529 0,0001 333 387 345,10 397,28 -12,1 -10,28 146,41 105,6784 0,42 0,26 389 395,18 -6,18 38,1924 0,10 385 365 384,67 379,77 0,33 -14,77 0,1089 218,1529 0,0002 0,57 384 380,82 3,18 10,1124 0,02 397 369,96 27,04 731,1616 1,97 5,5366 = 5,53 6585 Total Jadi r Fo 368 2 hitung = ∑ ( 0 ) = 5,53 = 5%x [(r-1)(c-1)] = 5% x [(3-1)(6-1)] = 5% x 10 = 18,307 87 Melihat dari tabel di atas, didapatkan chi-square hitung sebesar 5,53, sedangkan chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan = 0,05 (5 %), db = 10, didapat chi-square tabel sebesar 18,307. Oleh karena itu hitung < 2 . 2 , dibaca chi-square hitung lebih kecil dari chi-square tabel. Jadi, Ho diterima, dengan kata lain bahwa tidak ada hubungan antara skor ustadz-ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang didapat dari responden terhadap metode dakwah. Kesimpulannya yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa terhadap metode dakwah ustadz. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang respon mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One yang telah selesai dikerjakan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan beberapa poin yang didapat dalam penelitian ini yaitu: 1. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya bahwa mahasiswa mendapatkan respon dari metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Respon tertinggi dari ketiga ustadz tersebut yaitu respon afektif (perasaan) terhadap metode dakwah ustadz. Ditempat kedua yaitu mahasiswa mendapatkan respon kognitif (pengetahuan), dan yang terakhir yaitu dari segi konatif (perilaku). Hal ini terlihat dari perbandingan skor diantara ketiga ustadz berdasarkan skala respon. 2. Respon tertinggi ustadz Aa Gym yaitu respon kognitif, sedangkan respon tertinggi ustadz M. Arifin Ilham yaitu respon afektif, dan respon tertinggi ustadz Yusuf Mansur yaitu respon afektif. 3. Aa Gym, M.Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur menggunakan beberapa metode dalam dakwahnya diantaranya: al-hikmah (kebijaksanaan), mauizatil hasanah (memberi nasehat), mujadalah (diskusi), bil-lisan (ceramah), tanya jawab dan bil-qalam (dakwah melalui tulisan. Tujuan dari metode-metode ustadz ini semata-mata hanya untuk menyampaikan isi 88 89 pesan dakwah agar efektif, dan tidak monoton kepada khalayak (mahasiswa). 4. Berdasarkan hasil hitung chi-square bahwa terdapat perbedaan signifikan antara respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa terhadap ketiga ustadz. Hal ini dibuktikan dengan ditolaknyanya Ho yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara skor masing-masing ustadz dengan respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 5. Penulis juga menganalisa dan menghitung chi-square antara skor masingmasing ustadz dengan metode dakwahnya. Adapun hasil yang didapat yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M.Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Hal ini dibuktikan bahwa diterimanya Ho yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara skor masing-masing ustadz dengan metode dakwah. B. Saran Dari proses dan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran yaitu: 1. Untuk para akademisi, khususnya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam agar lebih mendalami ilmu-ilmu keagamaan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk syiar Islam. 2. Untuk para pemuda Indonesia, cobalah lebih memerhatikan programprogram maupun ikut acara-acara yang bentuknya format Islam yang diisi dengan syiar Islam agar kebutuhan rohaninya terpenuhi. 90 3. Untuk para praktisi media, khususnya produser televisi, agar mengeluarkan acara-acara ceramah agama yang diisi oleh ustadz-ustadz yang kompeten dan mempunyai kapasitas keilmuan yang mumpuni untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang dibawakan. 4. Untuk para da’i (ustadz), teruslah meyiarkan agama Islam untuk kemaslahatan seluruh umat. DAFTAR PUSTAKA Buku Amin, Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009 An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i. Jakarta : Sinar Grafika Offset. 2008. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT Rineka Cipta. 2002. Arnold, Thomas W. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: PT Bumirestu. 1985. Baddruttamamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher. Jakarta: Grafindo. 2005. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2008. Dagun, Save D. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara. 1997. DEPDIKBUD. Jakarta: Balai Pustaka. 2002 Dewi, Maya Paramitha. Respon Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Angkatan 2006 Terhadap Program Jika Aku Menjadi Di Trans TV. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Krisyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006. Malik, Dedy Jamaluddin. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi. Bandung: Pusdai Press. 2000. Ma’luf, Louis. Munjid Fil Logoh Wa A’lam. Bairut: Darul Fikr. 1986. Masturi, Ade dan Rubiyanah. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Omar, M.Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima. 2004. Pasaribu, Amudi. Pengantar Statistik. Jakarta: Galia Indonesia. 1998. Poerwadinata. Psikologi Komunikasi. Jakarta: UT. 1997. Rahmat, Jalaludin Islam Aktual. Bandung: Mizan 1992. Rahmat, Jalaluddin , Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991. Sabri, Alisuf. Pengantar Psikologi dan Perkembangan. Jakarata: Pedoman Ilmu Jaya. 1993. Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. 2001. Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Subhan, Arief dan Nasuhi, Hamid . Pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah 2008-2009. Jakarta: 2008. Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV ALVABETA. 2007. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997. Turner, Lynn H. Dan West Richard. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010. Walgito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Raineka Cipta. 1997. West, Richard dan Turner, H. Lynn. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010. Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Internet http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-gym.html http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-arifin-ilham.html http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-yusuf-mansur.html http://www.tvonenews.tv/tentangkami/ http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/damai-indonesiaku-tv-one. Foto-foto Pengisian Angket