respon mahasiswa fakultas dakwah dan ilmu komunikasi terhadap

advertisement
RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI TERHADAP METODE DAKWAH AA GYM,
M. ARIFIN ILHAM, DAN YUSUF MANSUR DI TV ONE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
AGUS SANTOSO
1110051000067
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014M/1435H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
persayaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2014
Agus Santoso
ABSTRAK
Agus Santoso, 1110051000067, Dosen Pembimbing: Ir. Noor Bekti Negoro,
SE, M.Si
Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap
Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One
Di era globalisasi saat ini syiar islam sudah dapat dilihat dari media
televisi. Stasiun-stasiun TV berlomba-lomba menampilkan ustadz-ustadz yang
berkompeten di bidang ilmu agama dengan tujuan mendapatkan rating tertinggi,
contohnya TV One yang selalu menyajikan program keagamaan tiap minggu yang
pematerinya diisi oleh ustadz-ustadz. Stasiun TV pada zaman sekarang hanya
mementingkan dari segi komersil saja, sebaiknya para praktisi media TV harus
melihat dari segi kualitas dengan menampilkan ustadz yang kompeten dan
mempunyai kapasitas keilmuan yang mumpuni untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah yang dibawakan. Ustadz-ustadz yang mengisi acara tersebut banyak
menggunakan metode-metode dakwah agar dalam penyampaian pesannya efektif
dan dapat diterima oleh khalayak ramai.
Berdasarkan permasalahan di atas, timbul beberapa pertanyaan, yaitu:
Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa terhadap metode
dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur? Metode apa saja yang
digunakan ketika berdakwah? Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif,
dan konatif diantara tiga ustadz tersebut?
Metode yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif, yakni dengan
menetapkan 93 sampel dari angkatan 2011-2013 mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi sebagai responden dalam penelitian. Responden dituntut untuk
menonton dakwah ustadz tersebut sebelum mengisi angket. Kemudian data yang
diperoleh diolah dengan rumus-rumus statistik mulai dari menghitung skor ratarata sampai menghitung chi-squarenya.
Teori yang digunakan adalah stimulus respon. Teori S-O-R adalah salah
satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa,
aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat
mempengaruhi individu sebagai audience atau penonton. Elemen-elemen utama
dari teori ini adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek
(respon).
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa skor tertinggi terhadap ketiga ustadz
yaitu respon afektif dengan skor 4967, kemudian respon kognitif dengan skor 4303, dan
terakhir respon konatif dengan skor 4208. Respon tertinggi ustadz Aa Gym yaitu
respon kognitif, sedangkan respon tertinggi ustadz M. Arifin Ilham yaitu respon
afektif, dan respon tertinggi ustadz Yusuf Mansur yaitu respon afektif. Berdasarkan
tabulasi silang dan analisis chi-square bahwa terdapat perbedaan antara respon kognitif,
afektif dan konatif mahasiswa berdasarkan skor dari masing-masing metode dakwah
ustadz. Selain itu didapatkan juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan skor yang
didapat dari mahasiswa antara metode al-hikmah, mauizatil hasanah, mujadalah, bil-lisan,
tanya jawab dan bil-qalam.
Kata kunci: Respon, metode dakwah, dan ustadz
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada
kata yang pantas diucapakn selain kata syukur kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan nikmat sehat, rejeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring
kepada baginda Rasulullah SAW yang memiliki banyak jasa kepada umat
manusia.
Kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT merupakan
anugerah yang sangat besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
atau skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik, dan kekuatan mental
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Respon Mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur.
Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan
serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto. M. Ed, MA, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar, M.A selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaki, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam serta Umi Musyarofah, M.A sebagai Dosen
ii
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
skripsi.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
inspirasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan
terhadap buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Samsudin dan Ibunda Riatun. Terima
kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga
usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis, serta dukungan
moril, materil dan do’a dari kakak, Siswanto, M. Rizal M, dan Edi Susanto
7. Siti Suhaeliyah S.Kom.i, Yandri Firmansyah, Ihsan Bahrian, Choerul
Imam, Badrussalam, dan Rahmat Edi Susanto yang telah memberikan
semangat dan do’a terus menerus untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman KPI C angkatan 2010, kelas yang berkesan dan
menyimpan banyak kenangan di dalamnya.
Berbagai macam kekurangan dalam penulisan penelitian ini, mudahmudahan bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada satu
ucapan melainkan ucapan terima kasih penulis kepada suluruh para dosen yang
iii
telah memberikan ilmunya semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat
dan barokah.
Jakarta, 10 Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... v
DAFTAR TABEL....................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 6
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan................................................................ 8
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon .......................................................... 10
1. Pengertian Respon .............................................................. 10
2. Faktor Terjadinya Respon ................................................... 12
3. Macam-macam Respon ....................................................... 14
B. Ruang Lingkup Dakwah ......................................................... 17
1. Pengertian Dakwah ............................................................. 18
v
2. Subjek Dakwah ................................................................... 19
3. Objek Dakwah .................................................................... 20
4. Materi dan Media Dakwah .................................................. 20
5. Tujuan Dakwah .................................................................. 21
6. Metode Dakwah.................................................................. 22
C. Macam-macam Metode Dakwah............................................. 23
D. Ruang Lingkup Televisi ......................................................... 29
1. Pengertian Televisi ............................................................. 29
2. Televisi Sebagai Media Dakwah ......................................... 30
E.Teori Efek Media .................................................................... 33
1. Teori Kultivasi .................................................................... 33
2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi .......................................... 35
3. Teori Spiral Keheningan ..................................................... 36
4. Teori Ekologi Media ........................................................... 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 38
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 38
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 39
D. Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 40
E. Variabel Penelitian .................................................................. 41
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 42
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 44
H. Instrumen Penelitian ............................................................... 45
vi
I. Uji Validitas............................................................................. 45
J. Uji Reliabilitas ......................................................................... 46
K. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 47
L. Teknik Analisis Data............................................................... 47
M. Sumber Data .......................................................................... 49
N. Teknik Penulisan .................................................................... 50
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umun Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
. 51
1. Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi................................................................................51
2. Visi dan Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi ........ 52
3. Profil Jurusan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi ....... 53
B. Profil Ustadz ........................................................................... 56
1. Ustadz Aa Gym .................................................................. 56
2. Ustadz M. Arifin Ilham ....................................................... 58
3. Ustadz Yusuf Mansur ......................................................... 63
C. Profil TV One ......................................................................... 65
1. Kebijakan Mutu .................................................................. 65
2. Visi dan Misi ...................................................................... 66
D. Acara Keagamaan di TV One ................................................. 66
1. Damai Indonesiaku ............................................................. 66
2. Tabligh Akbar..................................................................... 67
vii
BAB V
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Perhitungan ................................................................... 68
1. Ustadz Aa Gym .................................................................. 69
2. Ustadz M. Arifin Ilham ....................................................... 73
3. Ustadz Yusuf Mansur ......................................................... 78
B. Analisis Chi-Square dalam Mengetahui Hipotesis dan
Keputusan dari Hasil Penelitian .............................................. 83
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 88
B. Saran-saran ............................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Populasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Angkatan 2011-2013 ................................................................... 35
Tabel 2. Data Alokasi Proporsional Jurusan disetiap Angkatan ......................... 37
Tabel 3. Skala Likert .......................................................................................... 43
Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym .......... 63
Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 64
Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 65
Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym . 65
Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym ............................................... 66
Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham
......................................................................................... ......67
Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham
................................................................................................68
Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ..
............................................................................................... 69
Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin
Ilham ...................................................................................... 70
Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham....................................... 70
Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur
................................................................................................72
Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur
....................................................................................... .........73
Tabel 16. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur
...................................................................................... ..........74
Tabel 17. Perbandingan Respon Mahasiswa ....................................................... 75
Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur .................................... 75
ix
Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Kognitif, Afektif, Dan Konatif
Berdasarkan Skor Ustadz ........................................................ 77
Tabel 20. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor Ustadz.................................... 78
Tabel 21. Perbandingan Antara Metode Dakwah Berdasarkan Skor dari Ketiga
Ustadz .................................................................................... 79
Tabel 22. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor dari Ketiga Ustadz ................. 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Stimulus Respon (S-O-R) ........................................................ 13
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap
muslim. Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan,
panggilan, undangan. Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang sesuai dengan ajaran Tuhan, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.1
Berdasarkan hal tersebut, setiap muslim mempunyai hak dan kewajiban
menegakkan agama Allah dan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar serta
mengajak manusia ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT Surat An-Nahl : 125
               
        
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah,
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
dapat petunjuk”.
Pada hakekatnya dakwah merupakan bagian dalam kehidupan umat
beragama, karena itu dakwah sangat penting dalam Islam, kegiatannya
menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi bukti adanya
1
M.Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h.
67
1
2
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama,
dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi agama
dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh junjungan
Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. 2
Dakwah dapat dikatakan berhasil apabila dakwah yang dilakukan sesuai
dengan yang diharapkan, maka dari itu seorang da’i harus menyampaikan
pesan dakwahnya secara baik, efektif, dan menarik.
Metode dakwah adalah proses penyampaian atau cara-cara tertentu
yang dilakukan seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan.
Metode juga merupakan cara dakwah seorang da’i kepada mad’unya dalam
menyampaikan pesan dakwahnya. Maka dari itu dakwah harus dikemas
dengan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan.
Keberhasilan dakwah itu tidak hanya ditentukan oleh seorang ulama
(da’i), namun juga kesiapan audiens (mad’u) dalam menerima pesan-pesan
dakwah. Seorang ulama dikatakan berhasil bukan dilihat dari daya tarik da’i
dalam menyampaikan dakwahnya, lebih dari itu adanya perubahan sikap dan
perilaku mad’u dalam menerapkan pesan yang diterimanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dakwah disampaikan bisa melalui bermacam-macam media, ini juga
yang dilakukan banyak ustadz dengan menggunakan media massa televisi
untuk menyiarkan dakwah. Dengan media ini ustadz bisa menyampaikan
pesan dakwahnya walau khalayaknya jauh dan tidak ada ditempat.
2
Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam (Jakarta: PT Bumi restu, 1985), h. 4
3
Penggunaan teknologi komunikasi oleh seorang ustadz semata-mata
hanya untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Salah satu alat komunikasi
media massa adalah “televisi”, dengan media ini masyarakat dapat
berinterkasi, mendapatkan hiburan, dan pendidikan. Selain itu ada juga
teknologi komunikasi massa yang lain seperti radio, internet dll.
Kecanggihan teknologi komunikasi saat ini dimanfaatkan oleh ustadzustadz, sekarang berdakwah tidak hanya di majlis ta’lim akan tetatpi, juga
dengan memanfaatkan media seperti, media cetak (majalah, buletin,) dan
media elektronik (televisi, radio dll). Dakwah sekarang banyak dilakukan
melalui media massa seperti televisi. Hal ini dilakukan oleh Ustadz-ustadz
(Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur), mereka menggunakan
bermacam-macam metode dalam penyampaiannya agar khalayak dapat
menangkap intisari dari pesan dakwah yang disampaikan.
Ketiga ustadz (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) ini memiliki
karakteristik atau ciri khas yang selalu diingat oleh jamaahnya. Aa Gym
memiliki ciri khas dari segi isi ceramahnya yang bertemakan dengan
masalah-masalah rumah tangga, dengan tema tersebut Aa Gym digemari Ibuibu, M. Arifin Ilham dikenal dengan ajakan dzikir bersama jamaah, dan
Yusuf Mansur dikenal dengan ajakan amalan sedekahnya.
Media massa televisi memang memiliki kelebihan dibanding media
massa lainnya. Karena sifatnya yang dapat mengirim pesan dengan cepat
mengudara. Televisi juga bisa menjadi alat berdakwah dengan mengirimkan
pesan-pesan dakwah yang sifatnya mengajak kebaikan. Akhir-akhir ini
4
televisi mempunyai kedudukan yang vital dan banyak diminati masyarakat,
bukan hanya di negara Indonesia saja tapi juga negara-negara maju termasuk
didalamnya Amerika Serikat. 3
Di era globalisasi saat ini media televisi menjadi tren bagi ustadz-ustadz
untuk menyampaikan pesan dakwah dibarengi dengan metodenya. Ada ustadz
yang menyisipkan humor didalam dakwahnya, ada juga menggunakan
pantun-pantun dan sholawat, ini adalah sedikit cara agar khalayak tidak bosan
mendengarkan syiarnya, di samping itu yang wajib dan penting ialah inti dari
pesan dakwah yang disampaikan berhasil atau tidak.
Dari fenomena metode dakwah ustadz yang terdapat di televisi
khususnya Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, maka penulis ingin
meneliti respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap
metode dakwahnya. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dijadikan subjek karena merupakan akademisi dalam dunia dakwah, selain itu
mahasiswa juga mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, dan tentunya
mempunyai daya kritis terhadap suatu terhadap fenomena-fenomena yang
ada, dan juga mempunyai sikap. Ini menjadi penting untuk mengetahui
bagaimana tanggapan atau respon mahasiswa baik respon secara kognitif,
afektif, dan konatif.
Merujuk pada latar belakang diatas maka penulis ingin mengangkat
judul skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
3
Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (Bandung: Mizan 1992), h. 68
5
Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur di TV One.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan sesuai dengan studi yang
akan dikaji, maka untuk mempermudah penyusunan skripsi ini penulis
membatasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya tahun akademik 2010/2011 sampai tahun
akademik 2012/2013. Sedangkan respon mahasiswa yaitu tanggapan, reaksi
dan jawaban dari metode dakwah ustadz yang meliputi respon kognitif,
respon afektif, dan respon konatif. Kemudian ustadz yang diteliti hanya tiga
orang (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) khususnya yang
berdakwah melalui stasiun TV One.
2. Rumusan Masalah
Agar dalam pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis
perlu membuat rumusan masalah, yang tersusun dalam kerangka pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa angkatan 20112013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One?
b. Metode apa saja yang digunakan ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur) dalam berdakwah?
6
c. Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa
terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif, afektif dan konatif
mahasiswa angkatan 2011-2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk mengetahui metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur) yang digunakan saat berdakwah.
c. Untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswa angkatan 2011-2013
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur).
2. Manfaat Penelitian
a. Segi akademis
Melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan
komunikasi,
khususnya bagi mahasiswa untuk terus
mengembangkan dan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi
pengembangan komunikasi yang aktual serta dapat menambah wawasan bagi
penulis dan khususnya para pembaca.
7
b. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah
wawasan islam bagi mahasiswa, dan elemen masyarakat luas serta para
praktisi dakwah bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam
mengembangkan tugas dakwah agar tercapai kemaslahatan orang banyak.
D. Hipotesis Penelitian
a. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
dan Yusuf Mansur dengan respon kognitif, afektif, dan konatif)
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi .
b. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
dan Yusuf Mansur) dengan
metode dakwah yang digunakan dalam
berdakwah.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Dakwah dan
komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat banyak
keseragaman dalam teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian
respon. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, yaitu:
1. Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot, yang
ditulis oleh Angga Gurnita mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Meneliti tentang respon dan
menggunakan metode kuantitatif.
8
2. Metode Dakwah K.H. Kozim Nurzeha, yang ditulis Muhammad
Maulana mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2008, meneliti tentang metode dakwah yang
digunakan K.H. Kozim Nurzeha, dan menggunakan metode
kualitatif.
3. Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada Jamaah
Majlis Ta’lim Nurul Mustofa di Jaakarta Selatan, yang ditulis
Sopyan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2009, meneliti tentang metode dakwah yang Habib Hasan bin
Ja’far Assegaf, dan menggunakan metode kualitatif.
Adapun perbedaan penulisan skripsi dengan diatas yaitu penulis
meneliti tiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang
akan diteliti kemudian akan dicari metode dakwah yang digunakan saat
berdakwah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis akan membahas lima bab, yang masingmasing Bab terdiri dari beberapa Sub Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN. Membahas Latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis
penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Ruang lingkup respon, ruang lingkup
dakwah, macam-macam metode dakwah, ruang lingkup televisi, dan teori
efek media.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Terdiri dari pendekatan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel,
variabel
penelitian,
definisi
operasional
variabel
penelitian,
teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, hasi uji
validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan teknik
penulisan
BAB IV GAMBARAN UMUM. Menjelaskan tentang sejarah singkat
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Profil Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, sejarah singkat TV One,
Acara keagamaan di TV One
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Terdiri
dari respon kognitif, respon afektif, respon konatif terhadap metode dakwah
Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur
BAB VI PENUTUP. Tentang kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian
terakhir ini, peneliti akan membaginya pada kesimpulan dari peneliti dan
hasil penelitian serta saran-saran untuk berbagai pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon
1. Pengertian Respon
Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah
reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada,
bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung ada pula yang
bersifat terkendali. 1 Menurut Poerwadinata respon dapat diartikan sebagai
tanggapan, reaksi, dan jawaban. 2 Respon akan muncul dari penerimaan pesan
setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.
Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respon dengan istilah umpan
balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam
menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya respon yang
disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan
kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah
proses dakwah dan komunikasi. 3
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi
komunikasi respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu
gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbukan oleh suatu
perangsang dapat juga disebut respon. Respon secara umum atau tanggapan
1
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964
2
Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta:UT, 1997), h. 43
3
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982) cet ke-2, h. 50
10
11
dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan.
Adapun hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang
subjek,
peristiwa
atau
hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, lalu respon terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Respon kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi
seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan
terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.
b. Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang
terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang
disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan,
kegiatan atau kebiasaan berperilaku.4
Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini terbentuk dari proses
rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi
dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat
dilihat dari dalam kamus besar
ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa
respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang.
Ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang
bersifat terkendali.
4
1991), h. 128
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
12
Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad’u (objek
dakwah). Dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i dengan metode
ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad’u.
Reaksi yang terjadi pada mad’u ini disebut respon. Respon dapat bersifat
positif dan bersifat negatif.
2. Faktor Terbentuknya Respon
Secara umum respon terjadi karena adanya stimulus, yaitu berupa
suasana kejiwaan
lingkungan
volume
rohaniah
dan
keadaan
fungsi
jasmaniah,
serta
sekitar s eseorang. Umpan balik sebagai respon mempunyai
yang
tidak
terbatas
dan lewat saluran
pada
komunikasi
interpersonal, tidak demikian pada pada komunikasi massa, umpan balik
sebagai respon boleh dikatakan hanyalah zero f e edback, dari sini jelas
bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang satu arah, tetapi berbeda
dengan komunikasi interpersonal p engaruh umpan balik peneguhan ini tidak
terjadi pada situasi komunikasi tertentu secara serentak.
Dalam sistem komunikasi interpersonal sikap berfungsi sebagai
suvermekanisme, sedangkan dalam sistem komunikasi massa dengan
menggunakan model terpadu efek media dari De Fleur dan Ball-Rockeach
(1975), suvermekanisme terjadi karena kendala ekonomi, nilai, teknologi,
dan organisasi yang terdapat dalam sistem media. Dalam komunikasi
interpersonal orang menerima stimulus lewat seluruh alat inderanya, ia
dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa. Sedangkan
dalam komunikasi massa stimulus alat indera bergantung pada jenis media
13
massa.5
Tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila
terpenuhi faktor penyebabnya, hal yang demikian perlu diketahui supaya
setiap individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, pada
proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus
yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu mendapat
respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada
persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan
ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga tergantung
pada keadaan individu itu sendiri, dengan
kata
lain stimulus akan
mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua aktor,
yaitu:
a. Faktor internal: faktor yang terdapat dalam individu manusia itu sendiri
dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, maka seseorang yang
mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Namun apabila tergantung salah satu
unsur saja maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda
intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan
berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.
Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat
indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur
rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling),
5
Ibid, h. 193
14
akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, ikiran, motivasi dan sebagainya.
b. Faktor eksternal: faktor yang ada pada lingkungan (faktor psikis), faktor
ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
faktor stimulus.6
3. Macam-macam Respon
Dalam ilmu komunikasi tentunya kita sudah mengenal adanya teori S-OR, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-OrganismRespon yang pada bagian sebelumnya telah dibahas antara sikap dan
prilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon. Mengenai ruang
lingkup respon yang menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Organisme:
Stimulus
Perhatian
Pengertian
penerimaan
Response (Perubahan Sikap)
Gambar 1. Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)
6
Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6
15
Gambar di atas tadi menunjukan bahwa pesan yang disampaikan
kepada komunikan dapat diterima dan tentunya dapat juga ditolak,
komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh perhatian
setelah itu pengertian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengolah
inilah yang pada akhirnya melanjutkan ke proses berikutnya yang
kemudian melahirkan respon.7
Dalam pembahasan teori, respon tidak lepas dari proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan
terhadap
orang-orang
yang
terlibat
dalam
proses
komunikasi. Dimana komunikasi itu sendiri menampakkan jalinan sistem
yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan
secara
efektif dan efisien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat
keteraturan.
Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus
yang mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini
pada teori belajar yang memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu
rangkaian Stimulus-Respon (S-R). Setiap orang dapat memodifikasikan
stimulus yang mereka terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang
diterimanya). Perilaku manusia pertama-tama dilukiskan sebagai sesuatu
yang sederhana ini segera dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan
pada organisme (O), perilaku manusia dari notasi itu di tulis dalam S-O-R.
Ketika ilmuan menjelaskan bahwa organisme sangat
7
aktif
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255
sebagai
16
penangkap stimulus yang dalam hal ini (O) menunjukkan adanya
pemprosesan mental penyaringan konsep yang terjadi dalam organisme
manusia.8
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response
ini semula
berasal
dari psikologi,
kalau
kemudian
menjadi
teori
komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan sikap adalah aspek
”how” bukan ”what” atau ”why”. Dalam hal ini How Change The Attitude,
bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap
tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa
benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan
kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah
yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 9 Menurut
teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan
dan
reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan
(stimulus, S), komunikan (Organism, O), dan efek (Respon, R). Dalam
8
9
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi, 2002), h. 13
Onong, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 254-256
17
bentuk eksperimen, penelitian dengan model ini dilakukan Holand, model
ini juga sering disebut d engan ”Bullet Theory” (teori peluru), karena
komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi, bila
kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media
yang benar. Komunikasi dapat diarahkan dengan kehendak kita, karena
behaviorisme amat mempengaruhi model ini, efleur menyebutnya sebagai
“The Mechanistic” S-R Theory”10
Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori
yang terdapat dalam komunikasi massa, aliran ini beranggapan bahwa
media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu
sebagai
audience penonton
atau
pendengar). Prinsip-prinsip
stimulus
respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di
mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian
seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara
pesan-pesan media dan reaksi audience, elemen-elemen utama dari teori ini
adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek
(respon).
Menurut
Alisuf
Sabri,
dari
segi
bentuknya
tanggapan
dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tanggapan kenangan, yaitu sekedar reproduksi dari pada pengamatanpengamatan di masa lampau.
b. Tanggapan khayal, yaitu seolah-olah hasil baru, tetapi meskipun
10
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 62
18
demikian sebenarnya tanggapan khayal itu tidak sepenuhnya baru
sifatnya. Tanggapan khayal dibentuk dengan menggunakan kesan atau
pengalaman lama, hanya saja telah disusun oleh daya khayalnya
sebagai sesuatu yang baru keadaan atau bentuknya. 11
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat respon dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Respon Positif: adalah respon yang mendorong komunikatif
berikutnya.
b. Respon
Negatif: adalah respon
yang menghambat prilaku
komunikatif.12
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab,
yaitu ‫ دع‬yang artinya memanggil (to call) mengajak (to summon) atau
menyeru (to propose). Secara terminologi kata dakwah mengandung arti
merangkul atau mengajak manusia dengan cara yang bijaksana untuk
menuju jalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT agar
mendapatkan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, keselamatan dan
kebahagian di dunia dan di akhirat.13
Menurut Dr.Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan
11
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan (Jakarata: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), h. 60
12
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 191
13
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1
19
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah
bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.14
Kesimpulannya
bahwa
menjalankan nilai-nilai agama
dakwah
adalah
sebuah
ajakan
untuk
sesuai dengan hukum syari’at yang
diajarkan oleh kanjeng nabi Muhammad SAW, dimana beban ini tidak
hanya dipikul oleh para da’i tetapi tanggung jawab ajakan ini berlaku untuk
seluruh muslim.
Tentunya dakwah yang dilakukan tidak ada sifat memaksa atau
dengan cacar kekerasan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-quran untuk
mengunakan kata-kata yang baik, dan sebagai manusia tugas dakwah
hanya sebatas untuk ajakan bukan memaksakan agar ajakan itu dapat
diterima masuk dihati mad’u (audiens).
2. Subjek Dakwah
Da’i merupakan isim fa’il dari kata da’a (‫ )دﻋﺎ‬yang berarti
seseorang yang mengajak manusia kepada agamanya atau madzabnya.15
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
organisasi. Jadi da’i adalah orang yang menyampaikan pesan-pesan dakwah
kepada seluruh umat Islam agar tidak tersesat di dunia ini.
14
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194
15
Louis Ma’luf, Munjid Fil Logoh Wa A’lam (Bairut: Darul Fikr, 1986), h. 216
20
3. Objek Dakwah
Mad’u (sasaran dakwah) yaitu audiens atau orang-orang yang diseru
dan diajak untuk mengikuti ajaran agama Islam sebagai penerima dakwah.
4. Materi dan Media Dakwah
Materi dan media dakwah hal yang tidak kalah pentig dan harus di
perhatikan dalam berdakwah yaitu materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi
adalah isi dakwah yang akan disampaikan da’i kepada mad’u mengenai
berbagai hukum Islam, sejarah dan lain sebagainya. Materi yang akan
diberikan oleh da’i akan memperlihatkan keilmuan yang dimilikinya. Materi
yang diberikan juga harus disesuaikan dengan keadaan mad’u. Hal terpenting
dalam pemberi materi (pesan dakwah) ialah tidak boleh menyimpang dari AlQur’an dan Hadits.
Selain materi media juga memiliki peranan penting dalam proses
dakwah. Media dapat diartikam juga sebagai perantara. Maka segala alat
bantu (perantara) yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada mad’u itulah yang disebut dengan media dakwah. Saat ini
dakwah semakin berkembang, dakwah tidak hanya dari mimbar tetapi telah
mampu mengikuti perkembangan zaman. Kini dakwah dilakukan di berbagai
media, tidak hanya pada media cetak, dakwah juga dilakukan di media-media
elektronik bahkan di dunia maya (internet). Oleh karena itu, seorang dai harus
mampu memanfaatkan berbagai hal yang dapat mendukung proses dakwah
termasuk media-media yang tersedia kini.
21
5. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
penyampaian
dakwah
tujuan
dakwah
dirumuskan
kepada
suatu
tindakandalam pelaksanaan dakwah.
Hakekat dari tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah
manusia dengan agama agar menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran islam dan mau mengamalkan ajaran Islam.16
Tujuan utama dakwah menurut Abdul Rosyad Saleh adalah nilai atau
hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan
dakwah Untuk mencapai tujuan inilah maka
rencana
dan tindakan
dakwah harus ditunjukan dan diarahkan.17
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
tujuan dakwah yaitu memberikan pemaham dan penjelasan pesan-pesan
dakwah dengan dalil-dalilnya baik secara tafshli maupun ijmali berserta dalildalil
aqli
dan
naqlinya
sehingga
mad’u
benar-benar
menangkap,
memahami, dan mengerti pesan-pesan agama yang disampaikan oleh da’i,
kemudian mad’u dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan seharihari.
Setelah
mendapat
pengetahuan
dari
unsur-unsur
yang
telah
dipaparkan di atas, untuk lebih efektif seorang da’i dalam menyampaikan
dakwahnya, perlu untuk mengetahui metode-metode yang digunakan agar
16
Nurul Baddruttamamam, Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher (Jakarta: Grafindo,
17
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2005), h. 35
1986), h. 21
22
pesan-pesan dakwah yang di kirim kepada mad’u dapat tepat sasaran
artinya materi yang disampaikan sesuai dengan kadar kemampuan mad’u.
6. Metode Dakwah
Pengertian tentang metode dakwah telah banyak diungkap oleh para
ahli. Sebagaimana yang telah banyak di sampaikan oleh para ahli, berikut
beberapa pendapat tentang metode dakwah, sebagai berikut :
a. metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.18
b. Syamsul Munir Amin dalam buku yang berjudul Ilmu Dakwah,
metode dakwah adalah cara dalam menyampaikan dakwah yang di
sampaikan oleh da’i atau da’iyyah kepada mad’u yang bersifat
individu, kelompok maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah
tersebut mudah diterima.19
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa metode dakwah adalah
sebagai sebuah cara di dalam seorang da’i menyampaikan pesan-pesan
agama kepada mad’u. Sehingga dengan adanya metode da’i dapat
menentukan materi dan menyesuaikannya dengan kadar kemampuan
mad’u untuk menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Maka perlu
untuk mengetahui tentang metode-metode yang digunakan dalam dakwah.
18
19
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 149
23
C. Macam-macam Metode Dakwah
Allah memberikan perintah dakwah dan Allah juga memberikan cara
dalam mengajak orang yang belum mau kembali pada jalan Allah.
berdasarkan ayat dan tafsir tersebut ada tiga cara yaitu metode dakwah bil
hikmah, metode mauizah hasanah dan metode dakwah mujadalah. Untuk
lebih mengerti tentang metode tersebut, berikut penjelasan dari ketiga metode
dakwah tersebut.
a. Metode Dakwah Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
Said bin Wakif Al-Qahthani memberikan perincian tentang pengertian
hikmah, yang dituangkannya dalam kitab Al-Hikmah wa Fid Da’wah
Ilallah Ta’ala, antara lain:
Al-Hikmah menurut bahasa (lughawi) berarti, adil, ilmu, sabar,
kenabian, Alqur’an, dan injil. Ia juga berarti memperbaiki (membuat
sesuatu menjadi baik dan sesuai), dan terhindar dari kerusakan, juga
diartikan sebagai ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan
ilmu yang utama pula, atau berarti al-haq (kebenaran) yang didapat melalui
ilmu dan akal, serta pengetahuan atau ma’rifat. Al-Hikmah menurut Istilah
terjadi perbedaan penafsiran di antara para ulama, antara lain:
1.
Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan.
2.
Mengetahui yang benar dan mengamalkannya, jadi terhadap unsur
ilmu dan amal di antaranya.
3.
Wara’ dalam agama Allah.
4.
Meletakkan sesuatu pada tempatnya.
24
5.
Menjawab dengan tegas dan tepat segala permasalahan yang
diajukan kepadanya.20
Hikmah dalam bahasa arab berarti kebijaksanaan, pandai, adil lemah
lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan,
keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali di terjemahkan dalam
pengertian bijaksana. Yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga
pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan atas
kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan.21
Perkataan hikmah (kebijaksanaan) itu bukan saja ucapan mulut,
melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta
peletakan sesuatu pada tempatnya.
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya
dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata
sosial, dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah,
sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan
tepat. Oleh karena itu para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan
memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang
diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyejukkan kalbunya.
Dengan demikian, maka dakwah bil-hikmah ini bisa diartikan
sebagai kemampuan seorang da’i dalam melaksanakan tugas dakwahnya,
yang menyajikannya dengan berbagai strategi dan pendekatan jitu, efektif,
20
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), h.. 240-241
21
Hamka, Tafsir Al-azhar (Jakarta : Pustaka PanjiMas, 1983), h. 321
25
dan efesien karena keluasan pengetahuan dan banyaknya pengalaman
tentang dakwah. Mengetahui benar tentang waktu, tempat, dan keadaan
manusia sehingga ia
dapat memilih metode yang tepat untuk menyampaikan
materi dakwahnya serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
masing-masing.22
b. Metode Dakwah Mau’izhatil Hasanah (nasehat yang baik)
Menurut bahasa Al-Mau’idzatil Hasnah merupakan gabungan kata dari
Mau’idzah dan Hasnah. Berdasarkan tinjauan bahasa kata “Mau’idzah”
berasal dari bahasa arab yaitu wa’adza – ya’idzu – idzatan yang
mempunyai makna nasihat dan peringatan, sedangkan kata hasna berasal
dari hasuna – yahsunu – husnan yang berarti kebaikan.23
Mauizah
Hasanah
dapatlah
diartikan
sebagai
ungkapan
yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira
yang
bisa
dijadikan
pedoman
dalam
kehidupan
agar mendapat
keselamatan dunia dan akhirat.
Dari penjelasan di atas, bahwa metode mauizah hasanah ini
merupakan sebuah nasehat yang mempunyai sentuhan kedalam hati mad’u,
sehingga dengan nasehat tersebut mad’u dapat menjadi termotisivasi untuk
menjalan ketaatnya.
c. Metode Dakwah Mujadalah
Menurut bahasa,
mujadalah berasal dari asal kata jaadalah-
mujaadalatan-jidaalan yang artinya berbantah, berdebat, mereka bertukar
22
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i,
hal.241
23
Ibid, h. 134
26
pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang
kuat.24
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, alMujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan
bukti yang kuat. Antara satu dan lainnya saling menghargai dan
menghormati
pendapat
keduanya
berpegang
kepada
kebenaran, dan
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran
tersebut.
Apabila ada suatu perbantahan antara da’i dan mad„u, yang disebut
polemik, maka dapat diluruskan dengan bantahan yang bersumber dari AlQur’an dan As-Sunnah dengan penyampaian yang baik. Sehingga mad’u
tersebut dapat menerimanya. Tujuan berdebat bukan untuk bertengkar dan
menyakiti hati lawan, tapi untuk meluruskan aqidah yang melenceng dari
aturan-aturan agama.
Setelah mengetahui metode dakwah yang terkandung dalam surat an
Nahl ayat 125, imam Nawawi menjelaskan di dalam kitabnya tentang
tiga golongan manusia yang menjadi sasaran dari tiga metode dakwah
tersebut, yaitu :
24
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hal.89
27
a. Asshabul uqul yaitu orang-orang yang mencari sebuah pengetahuan
disertai
dengan
bukti-bukti
tentang
pengetahuan
tersebut,
golongan ini bisa disebut kaum intelek. Yang mereka harus
dipanggil dengan kata-kata hikmah yakni dengan menggunakan
argumentasi yang dapat diterima akal.
b. Asshabul nazhri assaliim yaitu orang-orang yang belum mencapai
tingkat kesempurnan pemikiran dan juga tidak berada pada tingkat
pengetahuan dan pemikiran yang rendah. Golongan yang kedua ini
tidak dapat diberikan pemahaman dengan menggunakan metode
hikmah dan juga tidak dapat diberikan metode dakwah dengan
mauizhah hasanah, akan tetapi golongan ini lebih tepat menggunakan
metode mujadalah.
c. Orang-orang yang belum mencari suatu pengetahuan dan juga
belum dapat menguasi pertentangan. Yaitu orang awam yang bisa
dikatakan tingkat pengetahuannya masih rendah serta belum dapat
berpikir kritis. Golongan ini masuk kedalam metode mau’izha
hasanah.
Setelah mengetahui tentang metode-metode yang digunakan pada
aktivitas
dakwah,
kemudian
pada
penerapannya
dakwah
tersebut
dikelompokan kedalam tiga bentuk dakwah, diantaranya yaitu:
a. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian sebuah dakwah melalui lisan
28
(ucapan) dengan berceramah atau berkomunikasi secara langsung antara da’i
dan mad’u. 25 Syamsul Munir di dalam bukunya berjudul Ilmu Dakwah,
menyatakan bahwa dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilakukan
dengan menggunakan lisan, seperti dengan ceramah, khutbah, diskusi, dan
lain-lain. Dalam bilangan jumlah, dakwah dengan lisan ini sudah banyak
dilakukan para da’i di tengah-tengah masyarakat.26
Dari penjelasan diatas, metode dakwah bi al-lisan ini sebuah
penyampaian
dakwah
dengan
menggunakan
lisan, seperti yang kita
ketahui dan sering di saksikan melalui media elektronik seperti televisi
atau radio para da’i atau mubaligh menyampaikan pesan-pesan dakwahnya
melalui berceramah, khutbah jum’at, memberikan nasehat keagama melalui
cerita, dan lain-lain.
b. Dakwah bi al-Hal
Bentuk dakwah yang kedua ini, merupakan aktivitas dakwah yang
di sampaikan dengan mealui tindakan yang nyata disesuaikan dengan
kebutuhan mad’u. Seperti dakwah dengan membangun rumah sakit untuk
kebutuhan masyarakat sekitar yang membutuhkannya.27
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah bil
hal ini, di terapkan langsung pada kondisi masyarakat yang kurang mampu.
Dengan ada penerapan langsung ini, diharapkan hati masyarakat dapat
tersentuh dan mau untuk menerima dakwah Islam.
25
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 42
26
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11
27
Ibid, h. 176
29
Intinya dakwah bi hal ini, penyampain pesan dakwah kepada
mad’u melalui praktek, agar dengan adanya praktek langsung hati mad’u
dapat tertarik untuk menerima dakwah Islam.
c.
Dakwah bi al Qolam
Dakwah bil al qolam adalah dakwah yang disampaikan melalui
bentuk tulisan dengan menerbitkan buku-buku, kitab- kitab, internet yang
mengandung dakwah penting dan efektif, serta tidak membutuhkan waktu
khusus.28
D. Ruang Lingkup Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) ialah sistem
penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. 29
Kata televisi asal dari dua suku kata, yakni tele dalam bahasa yunani
yang berarti “jarak” dan kata visi dalam bahasa lain yang berarti citra atau
gambar. Jadi televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya
dari suatu tempat yang berjarak jauh.
Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk
menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari
siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar28
29
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11
DEPDIKBUD (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028
30
gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media
komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi khalayyak.
2. Televisi Sebagai Media Dakwah
Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan
arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian
informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung lagi. Tetapi
sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan
komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesanpesan dakwah islam.
Aktivitas dakwah islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan
media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih
menggunkan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan
media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir
manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah islam lebih
mengena sasaran.
Kata media berasal dari bahasa latin “median” yang merupakan bentuk
jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara30
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima
30
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 113
31
dakwimalah. 31 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini seperti
televisi, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat
hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu
diharapkan seluruh aktifitas dakwah daat mencapai sasaran yang lebih
optimal.32
Kemajuan
pertelevisian
di Indonesia
menyebabkan
terbukanya
kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara
terus-menerus dan berkualitas, mulai dari kultum, talkshow hingga sinetron.
Kini program keagamaan di televisi di indonesia tidak hanya hadir pada bulan
Ramadhan saja. Jadi dengan banyaknya acara keagamaan yang berbentuk
syiar kepada khalayak di televisi, maka jelaslah televisi merupakan media
dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan islam, mencerdaskan
umat dan memenuhi kebutuhan umat.
Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas
dakwahnya sendiri secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Denis
(1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama,
Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik degan apa
saja yang bercorak islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber
rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh dari pengajianpengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini biasa disebut the
true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategoro santri, hal ini
31
32
h. 163
Ibid, h. 114
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
32
meminam istilah clifford geeterz. Bagi mereka, dakwah di televisi dapat
memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di televisi juga
bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan keluarga
atau kawan sejawat.33
Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit
tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka
bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya
penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi
hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh
informasi dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari
komunitas itu. Merujuk kategori geeterz, kelompok pemirsa ini termasuk
yang dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan
rukun Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai
Islam. Urusan diluar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut
mereka tidak haruas bercorak islam, setidaknya secara simbolis. 34
Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya
bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lian. Mereka menonton televisi,
bukan lantaran panggilan ibadah, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan
personal mereka akan pentingnya moralitas, inormasi dan sajian hiburan yang
sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu beragama karena
33
Dedy Jamaluddin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi (Bandung: Pusdai Press, 2000), cet. Ke-1, h. 87
34
Ibid, h. 91
33
kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun mereka
Islam, hanya nominal saja.35
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat dimanfaatkan
media ini untuk sarana dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling
mengingatjan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan
kebenaran, mengajak orang kepada amar ma’ruf nahi munkar, sehingga kita
mendapat keridhaan dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat
Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
             
 
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”.
E. Teori Efek Media
1. Teori Kultivasi
Gerbner pertama kali menggunakan istilah kultivasi pada tahun 1969,
tetapi analisis kultivasi, sebagai teori yang unik dan berpengaruh, tidak
muncul dalam beberapa tahun. Teori ini berevolusi seiring dengan waktu
melalui serangkaian langkah-langkah metodologis dan teoritis yang dilakukan
oleh Gerbner dan koleganya, dan hal ini menunjukkan perkembangan
tersebut.36
35
Ibid, h. 92
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 84
36
34
Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan
keterkaitan antara media komunikasi (televisi) dengan tindak kekerasan.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton
berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu
sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa
yang mereka lihat di televisi yang cenderung banyak menyajikan acara
kekerasan adalah apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan
sehari-hari.
Fokus teori ini yaitu pada peran televisi di dalam kehidupan kita. Teori
ini tertarik untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak eksposur jangka
panjang dari televisi terhadap persepsi orang mengenai dunia.
Terdapat tiga asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh
Gerbner yaitu :
a. Televisi, secara esensi dan fundamental berbeda dengan bentuk-bentuk
media massa lainnya
b. Televisi membentuk cara berfikir dan membuat kaitan dari masyarakat
kita.
c. Pengaruh dari televisi terbatas.37
Asumsi pertama menunjukkan bahwa spesifikasi keunikan dari Televisi
yaitu kelebihan televisi menjadikannya istimewa seperti televisi tidak
memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya,
televisi bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya,
37
Ibid, h. 85
35
televisi tidak memerlukan mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi
dan karena aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat
televisi menjadi pusat kebudayaan masyarakat kita.
Asumsi kedua masih berkaitan dengan pengaruh tayangan Televisi,
pada dasarnya televisi tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa
yang kita lihat di televisi, berdasarkan asumsi ini. Teori Kultivasi menyuplai
alternatif berfikir tentang tayangan kekerasan di televisi.
Asumsi yang terakhir ini mungkin agak berbeda dengan asumsi dasar
Teori Kultivasi, namun Gerbner memberikan analogi ice age untuk memberi
jarak antara teori kultivasi dan asumsi bahwa televisi hanya memberikan
sedikit efek atau dampak. Dalam analogi ice age menganggap bahwa televisi
tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi
penontonnya melalui dampak kecil yang tetap konstan.
2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael
Gurevitch
pada
tahun
1974.
Mereka
merumuskan
pemikiran
dan
menghasilkan teori Kegunaan dan Gratifikasi. Teori ini menyatakan bahwa
orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk
menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Teoritikus Kegunaan dan
Gratifikasi menganggap orang aktif karena
mereka mampu untuk
mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan
komunikasi. 38 Fokus teori ini membahas mengenai apa yang dilakukan orang
38
Ibid, h. 101
36
dengan media tertentu.
Banyak asumsi Kegunaan dan Gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh
para pencetus pendekatan ini (Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael
Gurevitch pada tahun 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi
dasar teori Kegunaan dan Gratifikasi:
a. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan
b. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan
media tertentu terdapat pada anggota khalayak
c. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan
kebutuhan.
d. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media
mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah
gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para
peneliti
e. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh
khalayak.39
3. Teori Spiral Keheningan
Dengan adanya opini publik sebagai dasar dari teori ini, teori Spiral
Keheningan dikemukakan oeleh Noelle-Neumann (1991; 1993) telah
membahas tiga asumsi teori yaitu:
a. Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang
dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa
39
Ibid, h. 104
37
b. Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap
saat mencoba iklim opini.
c. Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.40
Sehubungan dengan kekuasaan media yang begitu besar, media
memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media
massa bekerja secara berkesinambungan dengan menyuarakan opini
mayoritas untuk membungkan opini minoritas khususnya mengenai isu-isu
budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang
memiliki pandangan minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain.
Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat
dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun
begitu, individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan
pendapat mereka melalui kegiatan aktivisme.
4. Teori Ekologi Media
Teori yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan tahun1964 melihat
bahwa pengaruh dari teknologi media terhadap masyarakat merupakan ide
utama dibalik teori Ekologi Media. Adapun asumsi teori Ekologi Media
yaitu:
a. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat.
b. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita.
c. Media menyatukan seluruh dunia.41
40
41
Ibid, h. 123
Ibid, h. 140
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif,
dimana penulis mengajak responden untuk menonton kemudian memberikan
angket tertutup untuk diisi responden.
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan,
mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis
numerik terhadap variasi angka-angka. 1 Metode yang digunakan yaitu
deskriptif analisis dengan tujuan mendapatkan gambaran, lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
antara fenomena yang ditulis.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010/2011,
2011/2012 dan 2012/2013. Sedangkan objek penelitiannya yaitu respon
mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, Yusuf
Mansur di TV One. Mahasiswa 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 yang
diteliti berjumlah 93 orang.
1
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h. 31
38
39
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang
merupakan perhatian peneliti.2 Populasi juga merupakan sekumpulan orang
atau subjek yang memiliki kesamaan dalam satu hal yang membentuk
masalah pokok dalam satu riset khusus. Sedangkan sampel adalah bagian dari
kumpulan populasi yang didapat dengan menggunakan rumus slovin.
Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010/2011,
2011/2012 dan 2012/2013. Populasi dari tiga angkatan tersebut berjumlah
1388 orang.3
1.
Angkatan 2010/2011 berjumlah 424 orang.
2.
Angkatan 2011/2012 berjumlah 440 orang.
3.
Angkatan 2012/2013 berjumlah 524 orang
Dibawah ini rincian populasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi angkatan 2011-2013:
Tabel 1. Data Populasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Angkatan 2011-2013
Jumlah Mahasiswa Per Semester
NO Jurusan
Total
2010/2011 2011/2012 2012/2013
1
KPI
172
167
173
512
2 Jurnalistik
57
58
64
179
3
BPI
34
41
70
145
4
MD
57
61
68
186
5
MHU
32
31
30
93
6
PMI
21
21
42
84
7
Kessos
51
61
77
189
424
440
524
1388
Jumlah
2
Ronny Kounter, Metode Penelitian (Jakarta, CV. Teruna Gravica, 2003), cet ke-1,
h. 137
3
Academic Information System (AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
40
D. Teknik Pengambilan sampel
Untuk mengetahui
jumlah sampel yang digunakan, maka peneliti
menggunakan rumus slovin dengan sampling error 10 %. Karena dalam
rumus ini dijelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka
pengambilan sampel dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling
errornya antara 1-10%. Jadi dari jumlah 1388 orang peneliti mengambil
sampel mahasiswa dengan sampling error 10 %. Penentuan sampel
munggunakan rumus slovin sebagai berikut:
n =
N
1 + Ne
keterangan:
n = ukuran sample
N= ukuran populasi
e = presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolelir,misalnya 2 % kemudian e ini dikuadratkan.4
Dari rumus diatas kemudin diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n=
N
1 + Ne
=
1388
1 + 1388(0,1)
=
1388
1 + 1388(0,01)
=
1388
1 + 13,88
=
1388
14,88
= 93,27(93)
4
Rahmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006) cet . ke-1, h. 160
41
Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili
populasi yaitu sebesar 93 mahasiswa. Kemudian penentuan ukuran sampel
yang digunakan adalah memakai Cluster Random Sampling yaitu dengan
mengambil sampel dari setiap jurusan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 20011-2013, kemudian dibagi secara acak. Untuk
pembagian sampel penelitian ini menggunakan rumus alokasi proporsional
dari Sugiyono sebagai berikut:5
ni =
Ni. n
N
keterangan:
ni = jumlah sampel menurut stratum
Ni= jumlah populasi menurut stratum
n = jumlah sampel seluruhnya
N = jumlah populasi seluruhnya
Tabel 2. Data Alokasi Proporsional Jurusan Disetiap Angkatan
NO
1
2
3
4
5
6
7
Angkatan
Total
2010/2011 2011/2012 2012/2013
KPI
12
11
12
35
Jurnalistik
4
4
4
12
BPI
2
3
5
10
MD
4
4
5
13
MHU
2
2
2
6
PMI
1
1
3
5
Kessos
3
4
5
12
Jumlah
93
Jurusan
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym,
M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One.
5
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian ( Bandung: CV ALVABETA, 2007), h. 66
42
Dalam menentukan variabel penelitian, peneliti membagi menjadi dua
yaitu:
a. Variabel dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah respon
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif.
b. Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Variabel
ini sering disebut variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen yaitu metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur di TV One.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel dependen
a. Aspek kognitif
1) Definisi operasional: Efek secara pengetahuan, terjadi bila perubahan
pada apa yang diketahui, dipahami, atau persepsi khalayak.
2) Indikator:
a) Mahasiswa tahu bahwa ustadz berdakwah dengan gaya yang unik.
b)
Mahasiswa tahu bahwa ustadz termasuk orang yang humoris
43
c) Mahasiswa mendapat pengetahuan yang tidak ia dapatkan
sebelumnya
d) Mahasiswa bisa membedakan apa yang dilarang dan tidak dilarang
dalam agama Islam.
b. Aspek afektif
1) Definisi operasional: Perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa
yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.
2) Indikator:
a)
Mahasiswa menyukai pakaian atau aksesoris ustad saat berdakwah.
b)
Mahasiswa menyukai gaya ustadz saat berdakwah.
c)
Mahasiswa menyukai kepribadian ustadz.
d)
Mahasiswa menyukai materi yang disampaikan ustadz.
e)
Mahasiswa termotivasi untuk memperbaiki diri
c. Aspek konatif (psikomotorik)
1) Definisi operasional: Tingkah laku atau sikap yang merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola tindakan, kegiatan,
atau kebiasaan berperilaku.
2) Indikator:
a)
Mahasiswa lebih bertaqwa kepada Allah SWT.
b)
Mahasiswa berusaha melakukan tindakan-tindakan positif.
c) Mahasiswa lebih giat sholat, sedekah, peduli kepada sesama dan
sebagainya.
d)
Mahasiswa berusaha lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah.
44
2. Variabel independen
Yaitu metode dakwah yang digunakan ustadz (da’i)
1) Definisi operasional: Teknik atau cara yang digunakan oleh da’i dalam
menyampaikan materi.
2) Indikator:
a)
Mahasiswa tahu ustadz mengajak untuk berbuat baik
b)
Mahasiswa tahu ustadz memberikan nasehat-nasehat
c) Mahasiswa tahu ustadz berdiskusi atau bertukar pikiran dalam
aktivitas dakwah
d)
Mahasiswa tahu ustadz menggunakan metode ceramah
e)
Mahasiswa tahu ustad mengadakan sesi tanya jawab
f)
Mahasiswa tahu ustadz berdakwah melalui tulisan juga
g) Mahasiswa tahu ustadz menjalankan atau mengerjakan apa yang
dikatakan dalam aktivitas dakwahnya
G. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket
Angket adalah alat pengumpulan data yang isinya berupa daftar
pertanyaan untuk dijawab responden. Diberikan kepada mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2013.
b. Observasi
Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata
sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca
45
indra mata dibantu dengan panca indera lainnya. 6 Peneliti mengamati
bagaimana respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
angkatan 2011-2013 terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur di TV One.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai hal
yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti
mengambil objek yaitu respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2011-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku,
majalah, internet dan referensi lainnya dengan literatur yang relevan dengan
pokok permasalahan.
H. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau
kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2011-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
I.
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen
penelitian ini adalah rumus pearson product moment.
6
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 133
46
=
(∑
[ ∑
) − (∑
− (∑ ) ][ ∑
∑ )
− (∑ ) ]
Keterangan:
n
= korelasi pearson product moment
N
= banyaknya responden
X
= sikap tiap item pertanyaan
Y
= skor total responden
XY = skor tiap item pertanyaan dikali skor total responden
∑XY = jumlah hasil perkalianskor tiap item dengan skor total responden
∑X = jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan
∑Y = jumlah seluruh skor total responden
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 30 orang
responden, maka diperoleh skor sebesar 0,361 pada taraf signifikansi sebesar
5%, yang artinya apabila korelasi pada butir-butir pernyataan positif dan
besarnya mencapai 0,361 ke atas, maka butir-butir pertanyaan tersebut
merupakan konstruk yang kuat.7 Jadi berdasarkan analisis butir-butir
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki
validitas konstruksi yang baik.
J.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauhmana alat
ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua
kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relative konsisten, maka alat tersebut reable.8
Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT
Rineka Cipta, 2002), h. 328
8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.96
47
jikajawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji
berkali-kali.
Jika hasil dari cronbach alpha > 0,60 maka data tersebut mempunyai
kehandalan yang tinggi.
K. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Dari hasil uji validitas dana reliabilitas angket telah ditemukan jumlah
butir-butir pernyataan yang valid cronbach’s alpha sebesar 0,904. Selanjutnya
pada uji instrumen tersebut penulis menggunakan software SPSS 20 for
windows release.
L. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa hasil penelitian, metode yang digunakan adalah
metode deskriptif yaitu menggambarkan dan menjelaskan objek penelitian
berupa respon mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan
2011-2013 terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur di TV One. Untuk menggambarkan respon mahasiswa dilakukan
dengan cara skala likert, skala ini menggunakan lima kategori penilaian yang
masing-masing kategori tersebut diberi bobot nilai atau skor.
Tabel 3. Skala likert
Kategori
Singkatan Skor
Sangat Setuju
SS
5
Setuju
S
4
Cukup Setuju
CS
3
Tidak Setuju
TS
2
Sangat Tidak Setuju
STS
1
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor akibat penggunaan skala 1-
48
5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan memungkinkan
responden mengekspresikan tingkat pendapat mereka. Dari segi statistik,
skala dengan lima tingkatan lebih tinggi keandalannya dibandingkan dengan
dua tingkatan “ya” atau “tidak”.
Penelitian deskriptif ini menggunakan pernyataan secara terstruktur
atau sistematis kepada banyak orang untuk kemudian seluruh jawaban yang
diperoleh penulis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu
metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah,
menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka. Analisis ini meliputi
perhitungan skoring, perhitunga mean dan standar chi-square
Dalam melakukan perhitungan data hasil angket, digunakan pengujian
dengan perhitungan mean dan chi-square
1. Menghitung Rata-rata atau Mean
Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa data. Mean diperoleh dengan
cara menjumlahkan seluruh nilai dari data yang ada kemudian dibagi dengan
banyaknya data.
Rumus9:
=∑
Keterangan:
= rata-rata
= pengamatan
=jumlah pengamatan
Atau dengan rumus berikut ini:
9
Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), h.71
49
Rumus mean:
X1+X2+X2+....Xn
n
2. Chi-Square
Analisis chi-square digunakan untuk menentukan apakah terdapat
hubungan dari objek penelitian yaitu antara jurusan dengan kategori respon
(kognitif, afektif, dan konatif).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedadan sikap atau pengetahuan
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap tiga ustadz
(Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur), maka peneliti menggunakan
rumus chi kuadrat
M. Sumber Data
Sumber
data
yang akan digunakan untuk mendapatkan data
lapangan terdiri dari 2 sumber yang diantaranya adalah :
1. Sumber Data Primer
Yaitu sumber data yang didapatkan langsung dari para responden
yang akan diteliti dengan cara mengisi kuesioner. Dalam hal ini
responden adalah Mahasiswa/i Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dari semua jurusan yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif dalam mengikuti
perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang dikumpulkan dari penelitian kepustakaan
untuk membantu dalam mencari konsep ataupun teori-teori yang
berhungan dengan penelitian ini. Data sekunder ini didapatkan dari
50
dokumen-dokumen yang mendukung untuk penelitian ini seperti bukubuku, surat kabar, majalah, catatan, dan dokumentasi lainnya.
N. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development
and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
1. Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan perubahan nama yang dahulu
dikenal sebagai Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Saat
ini,
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta telah memiliki sepuluh Fakultas yang diantaranya
adalah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adab dan
Humoniora, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan
Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah,
Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Fakultas Sains dan
Teknologi, Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat serta
program Pasca Sarjana (Program Magister S2) dan program Doktor S3.
Fakultas
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi
merupakan
Fakultas
pengembangan dari Jurusan Dakwah di Fakultas Ushuluddin Institut
Agama Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah. Fakultas
Dakwah
dan
Komunikasi secara resmi dibuka pada tahun akademik 1990/1991 dengan
diawali pembukaan satu jurusan yaitu Penyiaran dan Penerangan Agama
(PPA). Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi mempunyai tugas untuk
menghasilkan ahli-ahli dakwah yang berkompeten dan siap untuk mengabdi
51
52
kepada masyarakat dan juga untuk umat Islam pada khususnya. Jurusan
dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi telah banyak menghasilkan
para alumni yang mempunyai kapabilitas dan reputasinya di tengah
masyarakat.
Sejak berdiri pada tahun akademik 1990-1991, Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi telah mengalami pergantian pimpinan (dekan)
sebagai berikut: Prof. Dr. H.R. Husnul Aqib Suminto (1990- 1993), Prof.
Dr. H. Muh. Ardani (Pjs. 1994-1996), Prof. Dr. H.M Yunan Yusuf (19972000 dan 2000-2005), Dr. H. Murodi, MA (2005-2009), dan Dr. Arief
Subhan, M.Ag (2009-sekarang).
Saat ini terdapat empat jurusan atau program studi serta dua
konsentrasi yang ada di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yaitu:
1. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
2. Konsentrasi Jurnalistik
3. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
4. Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
5. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
6. Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos)
7. Jurusan Manajemen Haji dan Umroh (MHU)
2. Visi dan Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
1. Visi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Menjadikan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai pusat
keunggulan dalam kajian ilmu-ilmu dakwah, pengembangan masyarakat
53
islam, dan komunikasi kontemporer.1
2. Misi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dan
mumpuni dalam ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.
b. Melakukan penelitian yang berkualitas dalam rangka pengembangan
ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, dan mempublikasikannya, baik
nasional, regional, dan internasional.
c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat secara konsisten dan
berkesinambungan dalam rangka mengamalkan ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi.
d. Mengembangkan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
e. Melakukan secara aktif kerjasama yang produktif dengan lembaga
dan
instansi terkait, baik dalam
maupun
luar negeri untuk
kepentingan pengembangan dakwah dan masyarakat islam.
f. Melakukan pembinaan akhlak mulia, kreatifitas, dan life
skill
mahasiswa agar dapat menjadi tauladan dan berprestasi di tengah
masyarakat.
g. Menjalin silahturahmi secara intensif dengan alumni dan wali
mahasiswa untuk membangin kejayaan Fakultas.2
3. Profil Jurusan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
a. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Jurusan ini bertujuan untuk menghasilkan output sarjana yang
1
Hamid Nasuhi dan Arief Subhan, Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah 20082009, (Jakarta: 2008), h.193
2
Ibid
54
memiliki keahlian dalam bidang komunkasi dan penyiaran Islam, cakap
dalam
bidang
ilmu
mengkomunikasikan
dakwah
nilai-nilai
dan
atau
ilmu
ajaran
komunikasi,
Islam
dalam
mampu
konteks
perkembangan dunia modern. Mata kuliah keahlian yang diberikan dalam
jurusan
ini
meliputi:
Filsafat
Dakwah,
Ilmu
Dakwah, Psikologi
Dakwah, Sejarah Dakwah, Ilmu Komunikasi, Jurnalistik, Teknik Berpidato,
Produksi Siaran radio dan Film, Pengantar Manajemen, Statistik Sosial,
Perilaku Organisasi, Perkembangan Pemikiran Modern dan Penyiaran Islam
b. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
Jurusan ini bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral
tinggi serta memiliki keterampilan dalam memberikan bimbingan dan
konseling agama islam baik dalam keluarga maupun masyarakat Muslim
secara professional.
c. Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
Jurusan Manajemen Dakwah bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah
yang bermoral tinggi serta memiiliki keterampilan sebagai manajer dalam
mengelola
lembaga-lembaga
dakwah
dan
kemasyarakatan
dengan
pendekatan manajemen secara professional.
d. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Jurusan ini bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral
tinggi serta memiliki keterampilan sebagai pekerja sosial (social worker)
dan pengembangan komunitas (community development) dalam mendorong
pertumbuhan keluarga dan masyarakat secara profesional.
55
e. Konsentrasi Jurnalistik
Sejarah Konsentrasi Jurnalistik tidak dapat dipisahkan dari Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Secara legal, Konsentrasi Jurnalistik
berada di bawah Jurusan KPI. Pembukaan
Konsentrasi Jurnalistik tidak
dapat
dilepaskan dari
suasana
kebebasan pers di Indonesia setelah reformasi politik. Oleh karena itu,
sejalan dengan cita-cita UIN untuk integrasi ilmu, Konsentrasi Jurnalistik
ingin mengembangkan sebuah model jurnalistik Islami.
Dengan itu, Konsentrasi Jurnalistik bertujuan untuk mencetak para
sarjana muslim yang ahli dalam bidang kewartawanan, baik di media cetak
maupun elektronik.
f. Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos)
Pembukaan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) merupakan
buah kerjasama antara Departemen Agama, UIN Jakarta dan Yogyakarta,
CIDA (Canadian International Developmen Agency), dan Universitas Mc
Gill Kanada dalam proyek IISEP (IAIN Indonesian Social Equity Project).
Konsentrasi Kessos dibuka sejak 2002 di bawah Jurusan PMI. Jurusan
Kessos bertujuan guna mencetak sarjana ilmu sosial yang ahli dalam bidang
kesejahteraan sosial serta mampu mengintegrasikan teori-teori kesejahteraan
sosial.
g. Jurusan Manajemen Haji dan Umroh (MHU)
Jurusan ini bertujuan untuk menghasilkan sarjana Islam yang ahli
dalam bidang pengelolaan atau manajemen haji dan umroh.
56
B. Profil Ustadz
1. Ustadz Aa Gym
Aa Gym lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962, atau biasa di
kenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, Lahir sebagai salah satu
anak dari empat bersaudara Aa Gym telah menekuni banyak hal mulai dari
menjual koran hingga menyetir angkutan umum untuk membiayai dirinya
saat dan setelah bersekolah di teknik elektro sebelum berubah haluan menjadi
wirausahwan. Kemampuannya tampil di depan publik juga diasah saat
menjadi pendebat di universitasnya.
Pada tahun 1988 AA Gym menikah dengan istri pertamanya adalah Hj
Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", dan telah
dikaruniai tujuh anak. Pada tahun 1990, Keluarga Mahasiswa Islam
Wiraswasta KMIW mendirikan Pondok Pesantren Darut Tauhid (DT) di
rumah orang tua Aa Gym yang kemudian pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong
Girang 38 yang awalnya berupa rumah pondokan dengan 20 kamar yang
akhirnya dibeli angsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta. Ide
pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari
Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Dengan perbedaannya DT tidak
bersifat eksklusif seperti Al-Arqom tetapi terbuka untuk semua orang.
Pada tahun 1993, Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid dibangun
menjadi gedung permanen berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk
kegiatan perekonomian, lantai dua dan tiga dijadikan masjid. Pada 1994,
57
didirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang
dakwahnya. Pada 1995 sekitar 50 meter dari masjid, seorang jemaah
membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong
Girang 30 D yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman
pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi,
gudang, dan kamar para santri. Pada akhir tahun 1997 Gedung Kopontren
empat lantai di seberang masjid ini digunakan untuk kantor Baitul Mal watTamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market,
warung telekomunikasi, dan lainnya.
Pada tahun 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara
sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs
(Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah
2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna, seluruh aset
ini diperkirakan bernilai 6 miliar rupiah. Pada tahun 2000, Aa Gym mulai
tampil berdakwah di TV Nasional. Ia menjadi salah satu pengisi acara tetap
dalam program Hikmah Fajar di RCTI. Pada tahun 2001, Aa Gym memiliki
program mandiri di bawah rangkaian program Hikmah Fajar berjudul
"Manajemen Qolbu". Pada tahun 2002, Aa Gym telah memiliki 15 usaha
penerbitan yang telah menerbitkan 32 judul buku dan lusinan kaset serta
VCDnya sebagai media menyebarkan dakwahnya.
Pada tahun 2004, Aa Gym membawakan program bertemakan politik
berjudul Ada Aa Gym di RCTI berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu 2004.
58
Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik
dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan
umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan dakwahnya
berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa
Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai
sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya.
Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat,
puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang
pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan
bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya
seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga,
citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi
kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah
lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Rini"
pada bulan Desember 2006 seorang mantan Model.3
2. Ustadz M. Arifin Ilham
KH Muhammad Arifin Ilham atau di kenal sebagai uztadz Arifin Ilham
lahir di Banjarmasin, 8 Juni 1969, Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima
bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Istri Arifin bernama Yuni. Ayah
Arifin masih keturunan ketujuh Syeh Al-Banjar, ulama besar di Kalimantan,
sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Barabay, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Setahun setelah menikah, pasangan ini melahirkan putri
3
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-gym.html, Diakses Pada
Tanggal 26 Mei 2014
59
pertama mereka tahun 1967. Karena anak pertama mereka perempuan, betapa
bahagianya mereka ketika anak keduanya adalah laki-laki.
Saat berusia lima tahun, Arifin dimasukkan oleh ibunya ke TK Aisyiah
dan setelah itu langsung ke SD Muhammadiyah tidak jauh dari rumahnya di
Banjarmasin. Arifin mengaku, saat masih di SD itu ia tergolong pemalas dan
bodoh. “Kata orang Banjarmasin, Arifin itu babal. Arifin baru bisa baca-tulis
huruf Latin setelah kelas 3,” kenang Arifin yang setiap kali berbicara tentang
dirinya selalu menyebut namanya sendiri.
Di SD Muhammadiyah ini Arifin hanya sampai kelas 3, karena
berkelahi melawan teman sekelasnya. Masalahnya, dia tidak rela ada salah
seorang temannya yang berbadan kecil diganggu oleh teman sekelasnya yang
berbadan cukup besar. Arifin kalah berkelahi karena lawannya jagoan karate.
Wajahnya babak belur dan bibirnya sobek. Agar tidak berkelahi lagi, oleh
ayahnya Arifin kemudian dipindahkan ke SD Rajawali.
M. Arifin Ilham termasuk seorang penyayang binatang. Di rumah ibu
angkatnya di Jakarta, ia banyak memelihara binatamg, antara lain burung
hantu, kera, dan ayam kate.
Awal April 1997, ia diberi seekor ular hasil tangkapan warga kampung
yang ditemukan di semak belukar. Karena kurang hati-hati Arifin digigit
binatang melata ini. Namun, ia tidak menyadari kalau dirinya keracunan.
Sewaktu dalam perjalanan dengan mengendari mobil, ia pun merasakan
sesuatu yang tidak biasa, tubuhnya terasa panas, meradang, dan membiru.
60
Melihat keadaan Arifin yang demikian, ibu angkatnya Ny Cut
mengambil alih kemudi, menuju rumah sakit terdekat. Namun, beberapa
rumah sakit menolak dengan alasan peralatan medis yang tidak memadai.
Bahkan sejumlah dokter di beberapa rumah sakit tersebut memvonis, umur
Arifin tinggal satu persen. Karena sulitnya mendapatkan pertolongan selama
11 jam, keadaan Arifin makin gawat.
Detak jantungnya melemah. Melihat kondisi anak angkatnya yang
makin parah, Ny Cut mencoba mendatangi RS Saint Carolus (Jakarta Pusat).
Alhmadulilah pihak rumah sakit menerimanya. Arifin langsung ditempatkan
di ruang ICU. Infus pun dipasang di tubuhnya. Untuk membantu tugas paruparu, jantung, dan hatinya yang telah sangat lemah, dokter memasukkan
beberapa batang selang ke mulutnya.
Dengan pertolongan Allah, setelah satu bulan lima hari pihak rumah
sakit menyatakan ia telah melewati masa kritis dan memasuki masa
penyembuhan. Walaupun kondisinya telah jauh lebih baik, Arifin mengalami
perubahan pada suaranya. Menurut analisa dokter, hal ini disebabkan oleh
pemasangan beberapa selang sekaligus dalam mulutnya untuk waktu yang
cukup lama.
Tapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya
itu, Arifin menjadi lebih mudah dikenal para jamaah hanya dengan
mendengar suaranya. Seperti diceritakan Arifin, selama masa kritis, ia
mendapatkan pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di alam bawah
sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung yang sangat sunyi dan sepi.
61
Setelah berjalan-jalan sekeliling kampung, ditemuinya sebuah masjid,
yang kemudian dimasukinya. Di dalam masjid ternyata sudah menunggu tiga
shaf jamaah dengan mengenakan pakaian putih. Salah satu jamaah kemudian
memintanya memimpin mereka berzikir, mengingat Allah SWT.
Keesokan harinya ia kembali bermimpi. Hanya saja sedikit berbeda.
Kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian
ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai jelmaan
setan. Melihat kehadirannya, para penduduk pun berteriak dan meminta
dirinya menjadi penolong mereka mengusir setan-setan tersebut.
Hari berikutnya ia kembali bermimpi. Kali ini ia diminta oleh seorang
bapak untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar
permintaan bapak tersebut, Arifin bergegas, tapi Allah berkehendak lain.
Istrinya ternyata telah meninggal sebelum sempat ditolong Arifin. Berbekal
pengalaman-pengalaman gaib yang ia alami, Arifin pun memantapkan
hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berzikir.
Banyak kegiatan yang dilakukannya. Salah satu yang paling berkesan
adalah memimpin zikir untuk para narapidana di Cipinang. Menurut Arifin,
kegiatan ini memberikan dampak yang sangat dalam sehingga banyak di
antara narapidana tidak sanggup membendung air matanya, menyesali dosadosanya.
Dalam berdakwah Arifin selalu menepati janjinya, terbukti tiga kali ia
terpaksa menolak permintaan Sekretariat Negara agar berdakwah bersama
Presiden Megawati. ''Saya tidak mau kecewakan masyarakat yang telah jauh
62
hari menunggu-nunggu kedatangan saya,'' ujarnya. Arifin mengaku,
menjelang pemilu 2004 ini sudah ada parpol yang memintanya agar ia
berkampanye untuk partai tersebut.
''Tapi, saya ingin sebagai rantai (tali) tasbih, yang dapat menampung
semua umat,'' ujar dai yang tinggal di Depok sejak 1999 ini. Sikapnya untuk
selalu menjadi 'rantai tasbih' itu ternyata 'berbuah manis'. Setiap acara zikir
yang dipimpinnya selalu dipadati jamaah dari berbagai kalangan dan status.
Begitu syahdunya setiap acara zikir , tidak peduli pengusaha, artis,
sutradara, dan berbagai profesi yang datang ke acara itu dari berbagai tempat
di Tanah Air, meneteskan air mata. Bahkan banyak yang terisak-isak. Arifin
sendiri terus menyeka air matanya yang terus menerus mengalir dengan dua
saputangan yang dibawanya.
Namun, menurut Arifin, tangis bukan termasuk ritual zikir. Zikir pun,
katanya, tidak juga sekadar duduk dan memanjatkan puja-puji kepada Allah
SWT. ''Yang terpenting dari zikir adalah, di dalam hati harus selalu ingat dan
merasakan kehadiran Allah SWT,'' jelas ayah dua anak ini. Arifin membagi
zikir meliputi empat hal.
Pertama, zikir hati senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua, zikir
akal, yang berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam
semesta. Ketiga, zikir lisan, yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari
kata hati. Keempat, zikir amal yang merupakan aplikasi takwa. Sedangkan
anjurannya agar para jamaah zikirnya berbusana putih-putih, Arifin
mengemukakan filosofinya. Putih, kata alumnus Fiskipol Unas ini, adalah
63
warna yang melambangkan kesucian dan warna yang sangat disukai
Rasulullah SAW.4
3. Ustadz Yusuf Mansur
Ustadz Yusuf Mansur lahir 19 Desember 1976 di Jakarta, dari keluarga
Betawi yang berkecukupan pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah
dan sangat dimanja orang tuanya. Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1
Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di jurusan Informatika
namun berhenti tengah jalan karena lebih suka balapan motor. Pada tahun
1996, dia terjun di bisnis Informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan
ia terlilit utang yang jumlahnya miliaran. Gara-gara utang itu pula, Ustadz
Yusuf merasakan dinginnya hotel prodeo selama 2 bulan. Setelah bebas,
Ustadz Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang
lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustadz Yusuf kembali masuk bui pada
1998.
Saat di penjara itulah, Ustadz Yusuf menemukan hikmah tentang
shodaqoh. Selepas dari penjara, Ustadz Yusuf berjualan es di terminal Kali
Deres. Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustadz Yusuf
berkembang. Tak lagi berjualan dengan termos, tapi memakai gerobak, Ia
juga mulai punya anak buah. Hidup Ustadz Yusuf mulai berubah saat ia
berkenalan dengan polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama
kerja di LSM itulah, Ustadz Yusuf membuat buku Wisata Hati Mencari
Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya di penjara
4
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-arifin-ilham.html,
Diakses Pada Tanggal 28 Mei 2014.
64
saat rindu dengan orang tua. Ternyata buku itu mendapat sambutan yang luar
biasa. Ustadz Yusuf sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini,
undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya,
ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh
kisah dalam kehidupan nyata.
Karier Ustadz Yusuf makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf
Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan
meluncurkan kaset Tausiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan
Keluarga. Konsep sedekah pula yang membawanya masuk dunia seni peran.
Melalui acara Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, ia
menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada
kisah nyata.
Ustadz Yusuf juga menggarap sebuah film berjudul Kun Fa Yakuun
yang dibintanginya bersama Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy
Ratnasari. Film ini merupakan proyek pamungkas dari kegiatan roadshow
(ceramah keliling) berjudul sama selama Januari-April 2008. Melalui Wisata
Hati, ia menyediakan layanan SMS Kun Fayakuun untuk menemukan
jawaban atas permasalahan yang ada.
Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA),
sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh
keluarga besar Wisatahati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak
penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren
Daarul Quran Wisatahati.
65
Meski tak sempat menuntaskan kuliah, Ustadz Yusuf bersama dua
temannya mendirikan perguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta
Karya Informatika. Ustadz Yusuf menikah dengan Siti Maemunah dan telah
dikaruniai tiga orang anak.5
C. Profil TV One
Tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat
bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian
dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono,
tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan
kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia.
Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One,
Sport One, Info One, dan Reality One, tvOne membuktikan keseriusannya
dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang
inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
1. Kebijakan Mutu
Komitmen PT Lativi Mediakarya terhadap kebijakan mutu adalah
melakukan peningkatan yang berkelanjutan dalam:
a. Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan.
b. Memberdayakan kemampuan karyawan ke arah profesionalisme.
c. Menerapkan ISO 9001:2008.
d. Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi
dan efektifitas yang optimal.
5
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-yusuf-mansur.html.
Diakses Pada Tanggal 29Mei 2014
66
2. Visi dan Misi
Sebagai salah satu wujud komitmen PT Lativi Mediakarya dalam
berupaya memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan,
maka manajemen PT Lativi Mediakarya mempunyai:
Visi:
a. Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya
memajukan bangsa.
Misi:
a. Menjadi stasiun TV Berita dan Olahraga nomor satu.
b. Menayangkan program News dan Sport yang secara progresif
mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas.
c. Memilih program News dan Sport yang informatif dan inovatif
dalam penyajian dan kemasan. 6
D. Acara Keagamaan di TV One
1. Damai Indonesiaku
Damai Indonesiaku TV One adalah sebuah acara religi yang mengajak
para pemirsanya untuk selalu menjalani dan mengamalkan norma-norma
Agama didalam setiap langkah kehidupannya. Materi yang berbeda akan
hadir dalam setiap episodenya . Pemateri dalam acara ini adalah ustadz-ustadz
atau alim ulama yang memiliki ilmu tentang keagamaan. 7
6
http://www.tvonenews.tv/tentangkami/. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014
http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/damai-indonesiaku-tv-one. Diakses Pada
Tanggal 1 Juni 2014
7
67
2. Tabligh Akbar
Tabligh akbar TV One adalah sebuah acara yang diadakan akhir pekan
disiarkan secara langsung untuk memperingati hari-hari besar Islam. Pemateri
dalam acara ini adalah ustadz-ustadz atau alim ulama yang memiliki ilmu
tentang keagamaan.
BAB V
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Perhitungan
Judul penelitian ini yaitu respon mahasiswa terhadap metode dakwah
ustad di TV ONE, dari judul yang begitu luas kemudian penulis membatasi
dengan mengambil tiga ustadz yang akan dijadikan bahan penelitian skripsi,
adapun ustadz tersebut ialah Ustadz Aa Gym, Ustadz M. Arifin Ilham dan
Ustadz Yusuf Mansur. Ketiga ustadz ini diambil dikarenakan memiliki
beberapa alasan diantaranya sering berdakwah di TV khususnya TV One,
dakwahnya mudah diterima oleh khalayak, mempunyai ciri khas dan ilmu
yang diberikan bersumber dari Al-qur’an dan Hadits yang shahih tentunya.
Responden penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2011-2013. Adapun mahasiswa yang dijadikan sampel
berjumlah 93 orang. Dari hasil penyebaran angket yang telah terkumpul,
penulis akan menjelaskan analisisnya dalam bentuk tabel berupa aspek
kognitif, aspek afektif, aspek konatif/psikomotorik dan aspek metode
dakwah. Kemudian penulis akan mendeskripsikan setiap bagian dari masingmasing tabel tersebut. Pertama yaitu ustadz Aa Gym, kedua yaitu ustadz M.
Arifin Ilham dan ketiga yaitu ustadz Yusuf Manyur. Sebelum menganalisi isi
data ada beberapa skor dalam pengisian angket, yaitu:
a. Sangat Setuju(SS)
:5
b. Setuju (S)
:4
c. Cukup Setuju (CS)
:3
68
69
d. Tidak Setuju (TS)
:2
e. Sangat Tidak Setuju
:1
Adapun hasil data penelitiannya yaitu sebagai berikut:
1. Ustadz Aa Gym
a. Aspek Kognitif Terhadap Ustadz Aa Gym
Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa
Gym
NO
1
2
3
4
Pertanyaan
SS
Saya tahu ustadz Aa Gym
berdakwahdengan gaya
3
yang unik.
Ustadz Aa Gym
menggunakan humor-humor
7
jenaka disela-sela materi
dakwahnya
Saya mendapatkan
pengetahuan setelah melihat
dakwah ustadz Aa Gym 16
yang tidak diketahui
sebelumnya.
Dengan
saya
melihat
dakwah ustadz Aa Gym,
saya bisa membedakan 12
mana yang dilarang dan
tidak oleh agama Islam.
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor Rangking
66 18
6
-
345
3
54 27
5
-
342
4
55 20
2
-
364
1
59 20
2
-
360
2
1411
352,7
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz Aa
Gym, ini terlihat dari mahasiswa yang bisa membedakan mana yang dilarang
dan tidak oleh agama, selain itu mahasiswa juga tahu bahwa Aa Gym
berdakwah menggunakan gaya yang unik dan yang terakhir yaitu ustadz Aa
70
gym selalu meggunakan humor-humor disela-sela materinya agar tidak
monoton.
b. Aspek Afektif Terhadap Ustadz Aa Gym
Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa
Gym
NO
1
2
3
4
Pertanyaan
SS
Saya menyukai pakaian
ustadz Aa Gym yang
6
dipakai ketika
berdakwah.
Saya menyukai kepribadian
ustadz Aa Gym yang akrab 17
dengan siapa saja.
Saya simpati pada sosok
ustadz Aa Gym karena 11
kesederhanaannya
Saya
menyukai
materi
dakwah ustadz Aa Gym
dengan gaya humor, karena 9
lebih mudah diterima oleh
jamaah atau mad’u
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor Rangking
43
34
10
-
324
4
36
32
8
-
341
2
55
18
9
-
347
1
50
24
10
-
337
3
1349
337,2
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa simpati dengan kesederhanaan ustadz Aa Gym, kemudian
mahasiswa menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja,
mahasiswa juga menyukai materi dakwah dengan gaya humor karena lebih
mudah dipahami, dan terakhir yaitu mahasiswa menyukai pakaian ustadz Aa
Gym ketika berdakwah.
71
c. Aspek Konatif/Psikomotorik
Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa
Gym
NO
1
Pertanyaan
SS S CS TS STS Skor Rangking
Saya lebih giat melakukan
tindakan-tindakan
positif
6 26 46 13
2
300
2
Setelah melihat dakwah
ustadz Aa Gym.
2
Saya lebih giat solat setelah
melihat dakwah ustadz Aa
Gym.
2
28
44
18
1
291
3
3
Saya lebih giat sedekah
setelah melihat dakwah
ustadz Aa Gym.
1
28
42
21
1
286
4
4
Saya lebih peduli kepada
sesama setelah melihat
dakwah ustadz Aa Gym.
8
34
34
16
1
311
1
JUMLAH
MEAN
1188
297
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data
bahwamahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz
Aa Gym, dengan mahasiswa lebih giat melakukan tidakan-tindakan positif,
diantaranya yaitu mahasiswa lebih giat sholat, dan lebih giat sedekah.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis
membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa
NO
1
2
3
Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking
Kognitif
1411
352,6
1
Afektif
1349
337,2
2
Konatif/Psikomotorik
1188
297
3
3948
Jumlah
72
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek kognitif merupakan nilai
tertinggi dalam jumlah skor yaitu 1411 dengan nilai mean sebesar 352,6.
Selain itu mahasiswa sudah mampu merasakan adanya perubahan perasaan
terhadap sesuatu yang terkait emosi, sikap, dan nilai, serta mahasiswa sudah
mengalami peningkatan terhadap sikap keberagamaan setelah melihat dakwah
ustadz Aa Gym
d. Aspek metode dakwah
Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym
NO
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Dalam berdakwah,
ustadz Aa Gym selalu
mengajak berbuat baik
dan memberikan
contoh yang baik
kepada jamaah (alhikmah)
Dalam
berdakwah,
ustadz Aa Gym
memberikan nasehatnasehat kepada
jamaah/Mad’u
(mau’izhatilhasanah)
Dalam
berdakwah
ustadz
Aa
Gym
berdiskusi/bertukar
pikiran kepada
jamaah/Mad’u
(mujadalah)
Ustadz Aa Gym
menggunakan metode
ceramah saat
berdakwah (bil allisan).
Dalam berdakwah
Ustadz Aa Gym
mengadakan sesi
tanya jawab.
SS
S
CS
TS
STS
Skor
Rangking
18
57
15
2
1
368
3
17
59
15
2
-
370
1
14
44
31
4
-
347
5
27
42
18
6
-
369
2
10
51
30
2
-
348
4
73
6
Saya tahu selain
berdakwah melalui
lisan (ucapan) ustadz
6
Aa Gym juga
berdakwah melalui
tulisan (bil al-qalam).
JUMLAH
MEAN
44
34
9
-
326
6
2128
354,7
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
ustadz Aa Gym memberikan nasehat-nasehat dalam dakwahnya, kemudian
ustadz Aa Gym menggunakan metode ceramah, ustadz Aa Gym selalu
mengajak berbuat baik, selain itu ustadz Aa gym mengadakan sesi tanya
jawab, dan selalu berdiskusi/bertukar pikiran, metode ini digunakan jika
jamah tidak mengerti ketika ustadz menyampaikan materi dan terakhir untuk
penyempurnaan dakwahnya ustadz Aa Gym juga berdakwah melalui buku
(bil al-qalam).
2. Ustadz M. Arifin Ilham
a. Aspek kognitif
Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustad
M.Arifin Ilham
NO
1
2
3
PERTANYAAN
SS S CS TS STS Skor Rangking
Saya tahu ustadz M. Arifin
Ilham berdakwah dengan 10 52 20 11
340
3
gaya yang unik.
Ustadz M. Arifin Ilham
menggunakan humor-humor
8 62 23
357
2
jenaka disela-sela materi
dakwahnya.
Saya mendapatkan
pengetahuan setelah melihat
dakwah ustadz M. Arifin
5 51 36 1
339
4
Ilham yang tidak diketahui
sebelumnya.
74
Dengan
saya
melihat
dakwah ustadz M. Arifin
Ilham, saya dapat
10 66
membedakan mana yang
dilarang dan tidak oleh
agama Islam.
JUMLAH
MEAN
4
15
2
-
363
1
1399
349,7
Berdasarkan rangking tabel di atas diperoleh databahwa setelah melihat
dakwah ustadz M. Arifin Ilham mahasiswa dapat membedakan mana yang
dilarang dan tidak oleh agama,agar tidak monoton ustadz M. Arifin Ilham
selalu menggunakan humor-humor disela-sela materi dakwahnya, kemudian
mahasiswa tahu ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan gaya yang unik,
dengan begitu mahasiswa mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat
dakwah ustadz M. Arifin.
b. Aspek Afektif
Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz
M.Arifin Ilham
NO
1
2
3
4
5
Pertanyaan
SS S CS TS STS Skor Rangking
Saya menyukai pakaian
ustadz M. Arifin Ilham yang 15 59 18 1
367
1
dipakai ketika berdakwah.
Saya menyukai kepribadian
ustadz M. Arifin Ilham yang 9 51 32 1
347
4
akrab dengan siapa saja.
Saya simpati pada sosok
ustadz M. Arifin Ilham 14 50 25 4
353
2
karena kesederhanaannya.
Saya
menyukai
materi
dakwah ustadz M. Arifin
Ilham dengan gaya humor,
karena lebih mudah diterima 7 45 35 6
332
5
oleh jamaah atau mad’u.
Saya merasakan perubahan 19 39
30
5
-
351
3
75
pada diri saya setelah
melihat dakwah ustadz M.
Arifin Ilham.
JUMLAH
MEAN
1750
350
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa menyukai pakaian ustadz ketika berdakwah, dengan begitu
mahasiswa simpati karena kesederhanaan ustadz M. Arifin Ilham, kemudian
mahasiswa merasakan perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz,
mahasiswa juga menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja,
dan terakhir yaitu mahasiswa lebih suka materi dakwah yang disisipkan
humor karena lebih mudah diterima isi dari pesan dakwahnya.
c. Aspek Konatif/Psikomotorik
Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz M.
Arifin Ilham
NO Pertanyaan
SS
Saya lebih giat melakukan
tindakan-tindakan
positif
1
6
setelah melihat dakwah
ustadz M. Arifin Ilham.
Saya lebih peduli kepada
sesama setelah melihat
2
13
dakwah ustadz M. Arifin
Ilham.
Saya lebih khusu’ dalam
menjalankan ibadah setelah
3
7
melihat dakwah ustadz M.
Arifin Ilham.
Tutur bahasa saya lebih
sopan
setelah
melihat
4
9
dakwah ustadz M. Arifin
Ilham.
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor
45
37
5
-
331
3
45
30
5
-
345
1
30
53
3
-
320
4
46
30
8
-
335
2
1311
332,7
Rangking
76
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah
ustadz M. Arifin Ilham, kemudian tutur bahasa mahasiswa lebih sopan,
mahasiswa juga lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif, dengan
begitu mahasiswa lebih khusu’ menjalankan ibadah setelah melihat dakwah
ustadz M. Arifin Ilham.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka
penulismembandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa
NO
1
2
3
Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking
Kognitif
1399
349,7
2
Afektif
1750
350
1
Konatif/Psikomotorik
1311
332,7
3
4460
Jumlah
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi
dalam jumlah skor yaitu 1750 dengan nilai mean sebesar 350. Setelah itu
mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz M. Arifin Ilham, serta
mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman setelah
melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
d. Aspek Metode Dakwah
Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz M. Arifin Ilham
NO
1
Pertanyaan
SS S CS TS STS Skor Rangking
Dalam berdakwah, ustadz
M. Arifin Ilham selalu
mengajak berbuat baik dan
20 60 13
379
1
memberikan contoh yang
baik kepada jamaah (alhikmah).
77
2
3
4
5
6
Dalam berdakwah, ustadz
M. Arifin Ilham
memberikan
nasehat-nasehat kepada
jamaah/Mad’u
(mau’izhatilhasanah).
Dalam berdakwah ustadz
Arifin Ilham
berdiskusi/bertukar pikiran
kepada jamaah/Mad’u
(mujadalah).
Ustadz M. Arifin Ilham
menggunakan metode
ceramah saat berdakwah
(bil al-lisan)
Dalam berdakwah Ustadz
M. Arifin Ilham
mengadakan sesi tanya
jawab.
Saya tahu selain berdakwah
melalui
lisan
(ucapan)
ustadz M. Arifin Ilham juga
berdakwah melalui tulisan
(bil al-qalam).
JUMLAH
MEAN
17 56
20
-
-
369
2
15 60
15
3
-
366
3
14 51
20
8
-
350
5
13 60
10
10
-
355
4
5
30
7
-
333
6
51
2152
358,7
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa ustadz M.Arifin Ilham berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan),
kemudian ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan metode Mau’izhatil
Hasanah (memberikan nasehat-nasehat) yang dibarengi dengan metode
mujadalah
(diskusi/bertukar pikiran).
Ustadz M
Arifin Ilham
juga
meggunakan banyak metode diantaranya metode tanya jawab, metode bil allisan (metode ceramah) dan yang terakhir yaitu ustadz M. Arifin Ilham
menggunakan metode bil al-qalam (melalui tulisan).
78
3. Ustadz Yusuf Mansur
a. Aspek Kognitif
Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz
Yusuf Mansur
NO
1
2
3
4
Pertanyaan
SS
Saya tahu ustadz Yusuf
Mansyur berdakwah dengan 30
gaya yang unik.
Ustadz
Yusuf
Mansur
menggunakan humor-humor
25
jenaka disela-sela materi
dakwahnya.
Saya mendapatkan
pengetahuan setelah melihat
dakwah ustadzYusuf
19
Mansur yang tidak
diketahui sebelumnya.
Dengan
saya
melihat
dakwah ustadz
Yusuf Mansur, saya
24
Dapat membedakan mana
yang dilarang dan tidak
oleh agama Islam.
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor Rangking
45
18
-
-
384
1
40
22
6
-
363
4
51
20
3
-
365
3
55
13
1
-
381
2
1493
373,2
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data
Mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan gaya yang unik,
disamping itu mahasiswa juga dapat membedakan mana yang dilarang dan
tidak oleh agama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur dan juga
mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat dakwah ustadz. Rangking
terakhir
yaitu mahasiswa tahu ustadz Yusuf
Mansur selalu menyisipkan
humor di sela-sela materi dakwahnya agar tidak monoton.
79
b. Aspek Afektif
Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz
Yusuf Mansur
NO
1
2
3
4
5
Pertanyaan
SS
Saya menyukai pakaian
ustadz Yusuf Mansur yang 23
dipakai ketika berdakwah.
Saya menyukai kepribadian
ustadz Yusuf Mansur yang 30
akrab dengan siapa saja.
Saya simpati pada sosok
ustadz Yusuf Mansur
23
karena kesederhanaannya.
Saya
menyukai
materi
dakwah ustadz Yusuf
Mansur
dengan
gaya
28
humor, karena lebih mudah
diterima oleh jamaah atau
mad’u
Saya merasakan perubahan
pada diri saya setelah
18
melihat dakwah ustadz
Yusuf Mansur.
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor Rangking
65
5
-
-
390
1
35
27
1
-
373
3
40
30
-
-
365
4
45
20
-
-
380
2
50
20
5
-
360
5
1868
373,6
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa menyukai pakaian ustadz Yusuf Mansur ketika berdakwah,
kemudian mahasiswa menyukai materi dakwah yang disisipkan humor karena
lebih mudah dipahami (tidak monoton), selain itu mahasiswa menyukai
kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja. Mahasiswa juga simpati
terhadap ustadz karena kesederhanaannya, dan yang terakhir yaitu mahasiswa
merasakan ada perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz Yusuf
Mansur.
80
c. Aspek Konatif
Tabel 16. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz
Yusuf Mansyur
NO
1
2
3
4
5
Pertanyaan
SS
Saya lebih giat melakukan
tindakan-tindakan
positif
13
setelah melihat dakwah
ustadz Yusuf Mansur.
Saya lebih giat sedekah
setelah melihat dakwah 20
ustadz Yusuf Mansyur
Saya lebih peduli kepada
sesama setelah melihat
10
dakwah ustadz Yusuf
Mansur.
Saya lebih khusu’ dalam
menjalankan ibadah setelah
11
melihat dakwah ustadz
Yusuf Mansur.
Tutur bahasa saya lebih
sopan
setelah
melihat
14
dakwah
ustadz
Yusuf
Mansur.
JUMLAH
MEAN
S
CS TS STS Skor Rangking
55
20
5
-
335
3
38
30
5
-
352
2
43
27
13
-
329
5
42
30
10
-
333
4
56
20
3
-
360
1
1709
341,8
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
tutur bahasa mahasiswa lebih sopan setelah melihat dakwah ustadz Yusuf
Mansyur, kemudian mahasiswa lebih giat sedekah, mahasiswa lebih giat
melakukan kegiatan positif setelah melihat dakwahnya. Mahasiswa juga lebih
khusu’ menjalankan ibadah, dan yang terakhir yaitu mahasiswa lebih peduli
terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis
membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
81
Tabel 17. Perbandingan Respon Mahasiswa
NO
1
2
3
Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking
Kognitif
1493
373,2
2
Afektif
1868
373,6
1
Konatif/Psikomotorik
1709
341,8
3
5070
Jumlah
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi
dalam jumlah skor yaitu 1869 dengan nilai mean sebesar 373,6. Setelah itu
mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz Yusuf Mansyur. Serta
mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman
setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansyur.
d. Aspek Metode Dakwah
Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur
NO
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Dalam berdakwah, ustadz
Yusuf
Mansur
selalu
mengajak berbuat baik dan
memberikan contoh yang
baik kepada jamaah (alhikmah).
Dalam berdakwah, ustadz
Yusuf Mansur
memberikan nasehatnasehat kepada
jamaah/Mad’u (mau’izhatil
hasanah).
Dalam berdakwah
Ustadz Yusuf Mansur
berdiskusi atau bertukar
pikiran kepada
jamaah/Mad’u (mujadalah).
Ustadz Yusuf Mansyur
menggunakan metode
ceramah saat berdakwah
(bil al-lisan).
SS
Dalam berdakwah
S
CS TS STS Skor Rangking
22 65
5
1
-
387
3
30 50
13
-
-
389
2
28 51
13
1
-
385
4
14 58
21
-
-
365
6
26 54
12
1
-
384
5
82
6
Ustadz Yusuf Mansur
mengadakan sesi tanya
jawab.
Saya tahu selain berdakwah
melalui lisan (ucapan)
ustadzYusuf Mansur juga 40 43
berdakwah melalui tulisan
(bil al-qalam)
JUMLAH
MEAN
5
5
-
397
1
2307
384,5
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan bil al-qalam
(melalui tulisan), kemudian ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan metode
Mau’izhatilHasanah (memberikan nasehat-nasehat). Ustadz Yusuf Mansur
juga berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan), selain itu ustadz Yusuf
Mansur menggunakan metode mujadalah (diskusi/bertukar pikiran, metode
tanya jawab,dan yang terakhir ustadz Yusuf Mansur menggunakan metode bil
al-lisan(metode ceramah).
B.
Analisis Chi-Square Dalam Mengetahui Hipotesis dan Keputusan Dari
Hasil Penelitian.
1. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif Dan Konatif Responden
Terhadap Skor Metode Dakwah Tiga Ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
Dan Yusuf Mansur).
Pengujian penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah jika:
Ho, maka tidak ada hubungan antara skor metode dakwah ustadz dengan
respon mahasiswa. Ha, maka ada hubungan antara skor dengan respon
mahasiswa.
83
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square
Hitung dan Chi-Square tabel, yaitu:
Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima.
Jika Chi-Square hitung > Chi Square tabel, maka Ho ditolak.
Dibawah ini merupakan tabel perbandingan antara respon skala kognitif,
afektif dan konatif berdasarkan skor metode dakwah ustadz.
Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Skala Kognitif, Afektif Dan
Konatif Berdasarkan Skor Ustadz
No
1
2
3
Nama ustadz
Aa Gym
M. arifin Ilham
Yusuf Mansur
Total
Kognitif
1411
1399
1493
4303
Afektif
1349
1750
1868
4967
Konatif
1188
1311
1709
4208
Jumlah
3948
4460
5070
13478
Rangking
3
2
1
Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara tiga ustadz dengan
respon dalam skala kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan hasil diatas
bahwa respon tertinggi yaitu respon afektif yang memiliki skor 4967 yang
artinya mahasiswa dapat merasakan pesan-pesan yang disyiarkan oleh ustadzustadz tersebut yang bentuknya positif. Kemudian
perbandingan diatas
menunjukkan bahwa ustadz yang memiliki skor tertinggi yaitu ustadz Yusuf
Mansur dengan skor 5070 artinya ustadz Yusuf Mansur dapat mempengaruhi
respon responden.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa apakah metode dakwah
dari ke tiga ustad tersebut mempengaruhi respon mahasiswa. Berikut adalah
perhitungan Chi-Square.
84
Tabel 20. Analisis Chi Square Hitung Berdasarkan Skor Metode
Dakwah
Ustadz
Aa Gym
M.
Arifin. I
Yusuf. M
Respon
Kognitif
Afektif
Konatif
Kognitif
Afektif
Konatif
Kognitif
Afektif
Konatif
2
.
2
Fh
1260,44
1454,94
1232,61
1423,90
1643,62
1392,46
1618,65
1868,42
1582,91
13478
Total
Jadi r
Fo
1411
1349
1188
1399
1750
1311
1493
1868
1709
hitung = ∑ (
fo-fh
150,56
-105,94
-44,61
-24,9
106,38
-81,46
-125,65
-0,42
126,09
0
(fo-fh)2
22668,31
11223,28
1990,05
620,01
11316,70
6635,73
15787,92
0,1764
15898,68
(fo-fh)2/fh
17,98
7,71
1,61
0,43
6,88
4,76
9,75
0,00009
10,04
59,16009
= 59,16
) = 59,16
= 5%x [(r-1)(c-1)]
= 5% x [(3-1)(3-1)]
= 5% x 4
= 9,48
Melihat dari tabel diatas, didapatkan chi-square hitung sebesar 59,16,
sedangkan chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan = 0,05
(5 %), db = 4, didapat chi-square tabel sebesar 9,48.
Jadi,
2
hitung >
2
.
, dibaca chi-square hitung lebih besar dari chi-
square tabel. Jadi, Ho ditolak, dengan kata lain bahwa ada hubungan antara
skor ustadz-ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang
didapat dari responden terhadap respon mahasiswa. Kesimpulannya bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa terhadap ketiga
ustadz tersebut.
85
2. Perbandingan Metode Dakwah Terhadap Skor Tiga Ustadz (Aa Gym, M.
Arifin Ilham, Dan Yusuf Mansur).
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square
Hitung dan Chi-Square tabel, yaitu:
Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima.
Jika Chi-Square hitung > Chi Square tabel, maka Ho ditolak.
Dalam berdakwah ustadz-ustadz menggunakan macam-macam metode
dalam berdakwah. Dibawah ini perbandingan diantara ketiga metode ustadz
ketika berdakwah berdasarkan skor.
Tabel 21. Perbandingan Antara Metode Dakwah Berdasarkan Skor
Tiga Ustadz
Nama
ustadz
Aa
1
Gym
M.
2
arifin. I
Yusuf
3
Mansur
Total
No
Alhikmah
Mauizatil
hasanah
Mujadalah
Bil- Tanya BilTotal
lisan jawab qalam
368
370
347
369
348
326
2128
379
369
366
350
355
333
2152
387
389
385
365
384
397
2307
1134
1128
1098
1084
1087
1056
6585
Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara skor tiga ustadz
dengan metode dakwah. Berdasarkan hasil diatas bahwa metode Al-hikmah
memiliki skor tertinggi 1134 yang artinya mahasiswa lebih bisa memahami isi
pesan dakwah jika ustadz menggunakan metode Al-hikmah.
Dari tabel di atas terlihat bahwa yang memiliki skor tertinggi yaitu
ustadz yusuf mansyur dengan nilai skor 6585. Ustadz Yusuf dalam proses
penyampaian dakwahnya menggunakan teknik-teknik agar respondennya
mengerti dan dapat menerima isi pesan dakwahnya, yaitu al-hikmah
R
3
2
1
86
(kebijaksanaan), Mauizatil hasanah (memberi nasehat), mujadalah (diskusi),
bil-lisan (ceramah), tanya jawab dan bil-qalam (dakwah melalui tulisan).
Kemudian dari tabel diatas, akan di uji dengan hitung chi-square.
Tabel 22. Analisis Chi Square Hitung Berdasarkan Skor Tiga Ustadz
Ustadz
Aa Gym
M.Arifin
Ilham
Yusuf
Mansur
Metode
Al-hikmah
Mauizatil
hasanah
Mujadalah
Bil-lisan
Tanya
jawab
Bil-Qalam
Al-hikmah
Mauizatil
hasanah
Mujadalah
Bil-lisan
Tanya
jawab
Bil-Qalam
Al-hikmah
Mauizatil
hasanah
Mujadalah
Bil-lisan
Tanya
jawab
Bil-Qalam
2
.
Fh
366,56
fo-fh
1,54
(fo-fh)2
2,316
(fo-fh)2/fh
0,006
370
364,52
5,48
30,0304
0,08
347
369
354,82
350,30
7,82
18,7
55,9504
369,69
0,15
0,99
348
351,27
-3,27
10,6929
0,03
326
379
341,25
370,59
-15,25
5,41
232,5625
29,2681
0,68
0,07
369
368,63
0,37
0,1369
0,0003
366
350
358,83
354,25
7,17
-4,25
51,4089
18,0625
0,14
0,05
355
355,23
-0,23
0,0529
0,0001
333
387
345,10
397,28
-12,1
-10,28
146,41
105,6784
0,42
0,26
389
395,18
-6,18
38,1924
0,10
385
365
384,67
379,77
0,33
-14,77
0,1089
218,1529
0,0002
0,57
384
380,82
3,18
10,1124
0,02
397
369,96
27,04
731,1616
1,97
5,5366 =
5,53
6585
Total
Jadi r
Fo
368
2
hitung = ∑ (
0
) = 5,53
= 5%x [(r-1)(c-1)]
= 5% x [(3-1)(6-1)]
= 5% x 10 = 18,307
87
Melihat dari tabel di atas, didapatkan chi-square hitung sebesar 5,53,
sedangkan chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan = 0,05
(5 %), db = 10, didapat chi-square tabel sebesar 18,307. Oleh karena itu
hitung <
2
.
2
, dibaca chi-square hitung lebih kecil dari chi-square tabel.
Jadi, Ho diterima, dengan kata lain bahwa tidak ada hubungan antara skor
ustadz-ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang didapat
dari responden terhadap metode dakwah. Kesimpulannya yaitu tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa terhadap metode dakwah
ustadz.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang respon mahasiswa terhadap
metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One
yang telah selesai dikerjakan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan
beberapa poin yang didapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya bahwa mahasiswa
mendapatkan respon dari metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur. Respon tertinggi dari ketiga ustadz tersebut yaitu respon
afektif (perasaan) terhadap metode dakwah ustadz. Ditempat kedua yaitu
mahasiswa mendapatkan respon kognitif (pengetahuan), dan yang terakhir
yaitu dari segi konatif (perilaku). Hal ini terlihat dari perbandingan skor
diantara ketiga ustadz berdasarkan skala respon.
2. Respon tertinggi ustadz Aa Gym yaitu respon kognitif, sedangkan respon
tertinggi ustadz M. Arifin Ilham yaitu respon afektif, dan respon tertinggi
ustadz Yusuf Mansur yaitu respon afektif.
3. Aa Gym, M.Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur menggunakan beberapa
metode dalam dakwahnya diantaranya: al-hikmah (kebijaksanaan),
mauizatil hasanah (memberi nasehat), mujadalah (diskusi), bil-lisan
(ceramah), tanya jawab dan bil-qalam (dakwah melalui tulisan. Tujuan dari
metode-metode ustadz ini semata-mata hanya untuk menyampaikan isi
88
89
pesan dakwah agar efektif, dan tidak monoton kepada khalayak
(mahasiswa).
4. Berdasarkan hasil hitung chi-square bahwa terdapat perbedaan signifikan
antara respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa terhadap ketiga
ustadz. Hal ini dibuktikan dengan ditolaknyanya Ho yang menjelaskan
bahwa ada hubungan antara skor masing-masing ustadz dengan respon
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Penulis juga menganalisa dan menghitung chi-square antara skor masingmasing ustadz dengan metode dakwahnya. Adapun hasil yang didapat
yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa
terhadap metode dakwah Aa Gym, M.Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Hal
ini dibuktikan bahwa diterimanya Ho yang menjelaskan bahwa tidak ada
hubungan antara skor masing-masing ustadz dengan metode dakwah.
B. Saran
Dari proses dan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa
saran yaitu:
1. Untuk para akademisi, khususnya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam agar lebih mendalami ilmu-ilmu keagamaan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk syiar Islam.
2. Untuk para pemuda Indonesia, cobalah lebih memerhatikan programprogram maupun ikut acara-acara yang bentuknya format Islam yang diisi
dengan syiar Islam agar kebutuhan rohaninya terpenuhi.
90
3. Untuk
para
praktisi
media,
khususnya
produser
televisi,
agar
mengeluarkan acara-acara ceramah agama yang diisi oleh ustadz-ustadz
yang kompeten dan mempunyai kapasitas keilmuan yang mumpuni untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah yang dibawakan.
4. Untuk para da’i (ustadz), teruslah meyiarkan agama Islam untuk
kemaslahatan seluruh umat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amin, Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009
An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.
Jakarta : Sinar Grafika Offset. 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT
Rineka Cipta. 2002.
Arnold, Thomas W. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: PT Bumirestu. 1985.
Baddruttamamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher. Jakarta: Grafindo.
2005.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Group. 2008.
Dagun, Save D. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian
dan Kebudayaan Nusantara. 1997.
DEPDIKBUD. Jakarta: Balai Pustaka. 2002
Dewi, Maya Paramitha. Respon Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Angkatan 2006 Terhadap Program Jika Aku Menjadi Di
Trans TV. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Krisyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2006.
Malik, Dedy Jamaluddin. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi. Bandung: Pusdai Press. 2000.
Ma’luf, Louis. Munjid Fil Logoh Wa A’lam. Bairut: Darul Fikr. 1986.
Masturi, Ade dan Rubiyanah. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002.
Omar, M.Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima. 2004.
Pasaribu, Amudi. Pengantar Statistik. Jakarta: Galia Indonesia. 1998.
Poerwadinata. Psikologi Komunikasi. Jakarta: UT. 1997.
Rahmat, Jalaludin Islam Aktual. Bandung: Mizan 1992.
Rahmat, Jalaluddin , Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1991.
Sabri, Alisuf. Pengantar Psikologi dan Perkembangan. Jakarata: Pedoman Ilmu
Jaya. 1993.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. 2001.
Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang. 1982.
Subhan, Arief dan Nasuhi, Hamid . Pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah
2008-2009. Jakarta: 2008.
Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV ALVABETA. 2007.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997.
Turner, Lynn H. Dan West Richard. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010.
Walgito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Raineka Cipta. 1997.
West, Richard dan Turner, H. Lynn. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia.
Internet
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-gym.html
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-arifin-ilham.html
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-uztadz-yusuf-mansur.html
http://www.tvonenews.tv/tentangkami/
http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/damai-indonesiaku-tv-one.
Foto-foto Pengisian Angket
Download