Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PPKn dan

advertisement
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PPKn dan Pembentukan Karakter Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa
Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi
Tahun Pelajaran 2014/2015
Rosmaini1, Deny Setiawan2
[email protected]
Program Studi Pendididikan Dasar
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Abstract
This study aimed to determine the increase of PPKn learning outcomes and student
character by applying cooperative learning model of “make a match”. This research
method was a Class Action Research, the number of subjects was 30 students from the
2014/2015 grade 1 of Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Tebing Tinggi City.
The authors performed data collection by observation of the activities of teachers and
students, student achievement test and questionnaire. The results of research in the form
of initial activity, follow-up activities (cycle I) and Cycle II turned the implementation of
cooperative learning model of “make a match” on learning theme 5 "Pengalamanku"
sub-theme 1 " Pengalaman masa kecil " could improve student learning outcomes PPKn.
It was known from the results of the assessment which had been carried out by
researchers who performed for 2 cycles. In the first cycle of the average acquisition
value of the observation (affective) for the activities of teachers at 72.73 and 89.77% in
cycle 2 and for student activities amounted to 74.67% in cycle 1 and became 86.59% in
cycle 2. Completeness student learning outcomes in cycle 1 was 71.67% and 95.0% in
cycle 2. The results of the average acquisition questionnaire of students’ character was
76.08% (category enough) in cycle 1 and 87.33% (both categories) in the second cycle.
Based on study results data concluded that the implementation of cooperative learning
model of “make a match” on learning theme 5 "Pengalamanku" sub-theme 1 "Childhood
experiences" could improve learning outcomes PPKn and students’ character.
Keywords: Cooperative learning model, make a match, student character building
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PPKn dan karakter
siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Metode
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, jumlah subjek adalah sebanyak 30 siswa yang
berasal dari siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi
Tahun Akademi 2014/2015. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan
observasi terhadap kegiatan guru dan siswa, tes hasil belajar siswa serta angket. Dari hasil
penelitian berupa kegiatan awal, kegiatan lanjutan (siklus I ) dan Siklus II ternyata penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pembelajaran tema 5
“Pengalamanku” sub tema 1 ”Pengalaman masa kecil” dapat meningkatkan hasil belajar
PPKn siswa. Hal itu diketahui dari hasil penilaian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti
yang dilakukan selama 2 siklus. Pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata pada observasi
(ranah afektif) untuk kegiatan guru sebesar 72,73 dan 89,77% pada siklus 2 dan untuk
kegiatan siswa sebesar 74,67% pada siklus 1 dan menjadi 86,59% pada siklus 2.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 adalah 71,67% dan pada siklus 2 95,0%.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
122
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Hasil perolehan rata-rata angket karakter siswa adalah 76,08% (kategori cukup) pada
siklus 1 dan 87,33% (kategori baik) pada siklus 2. Berdasarkan data hasil belajar
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada
pembelajaran tema 5 “Pengalamanku” sub tema 1 ”Pengalaman masa kecil” dapat
meningkatkan hasil belajar PPKn dan karakter siswa.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif, make a match, pembentukan karakter siswa
A. Pendahuluan
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Untuk mewujudkan tujuan tersebut guru mempunyai fungsi yang sangat penting
dan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang profesional
idealnya memiliki kompetensi pendidikan, yaitu kompetensi pedagosik, profesional,
kepribadian, dan sosial. Terutama dalam proses pembelajaran guru dituntut pula
menguasai berbagai strategi pembelajaran agar suasana pembelajaran di kelas lebih
bergairah dan menyenangkan.
Dalam menjalankan tugasnya seorang guru setidaknya harus memiliki
kemampuan dan sikap sebagai berikut: pertama, mengusai kurikulum.Guru harus tahu
batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan
materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai dengan yang digariskan dalam
kurikulum.
PPKn merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah yang bertujuan
untuk mengembangkan kecerdasan warga negara dalam dimensi spiritual, rasional,
emosional dan sosial, mengembangkan tanggung jawab sebagai warga negara, serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagai warga negara supaya menjadi warga
negara yang baik.
Menurut Udin S. Winataputra, dkk (2007: 5.52) Dalam pembelajaran PPKn,
kemampuan menguasai metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama
yang harus dimiliki guru. Metode yang dipilih dalam pembelajaran PPKn harus
disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran PPKn, karakteristik materi
pembelajaran PPKn, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan
kemampuan belajar siswa, waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Proses pembelajaran yang tepat melibatkan tiga kelompok utama yaitu: guru,
siswa, dan materi pelajaran. Interaksi antara ketiga unsur itu memerlukan sarana dan pra
sarana, seperti metode, media dan lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung.
Dari fenomena-fenomena atau gejala-gejala tersebut di atas, terlihat bahwa hasil
pembelajaran di kelas tergolong rendah dalam proses pembelajaran di kelas, baik dari
prestasi belajar maupun dalam bentuk kerjasama antara siswa dengan siswa maupun
antara siswa dengan guru. Kondisi rendahnya hasil belajar PPKn siswa dalam tema
“Pengalamanku” tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas I-B Madrasah
Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi. Hal itu dapat diketahui dari ratarata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru menunjukkan
rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa
mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
123
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran PPKn tersebut relatif masih rendah. Dengan
kata lain, pemahaman siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing
Tinggi terhadap mata pelajaran PPKn yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40
persen.
Peneliti menduga bahwa penyampaian materi yang cenderung monoton dan tidak
mengaktifkan siswa tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan
kondisi yang diamati selama ini pada kelas I Madrasah Ibtidaiyah Swasta GUPPI Kota
Tebing Tinggi, sebagian besar siswa terlihat pasif, beberapa siswa cenderung lebih
bersifat acuh atau bermain, berbicara dengan siswa lain dalam mengikuti mata pelajaran
PPKn yang terkesan berisi materi yang cukup banyak. Metode pembelajaran PPKn yang
umumnya digunakan oleh guru kelas selama ini adalah metode konvensional yang
mengandalkan ceramah dan alat bantu utamanya adalah papan tulis. Sehingga metode
konvensional yang digunakan pada saat mengajar cenderung pada keaktifan guru,
sedangkan siswa cenderung tidak aktif.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pembelajaran ditambah dengan semakin menguatnya isu demokrasi pendidikan, maka
dipandang perlu adanya perubahan pendekatan pembelajaran yang semula teacher
centered menjadi student centered approach, yang biasanya pembelajaran secara klasikal
berubah menjadi pembelajaran kooperatif yang memaksimalkan kerjasama antar siswa
dengan latar belakang kemampuan yang heterogen dalam kelompok-kelompok kecil.
Sudah saatnya guru mengurangi dominasi dan determinasi di dalam kelas, siswalah yang
harus aktif berpartisipasi menemukan dan membentuk sendiri pengetahuannya. Guru
bukanlah orang yang bertugas mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan orang yang
seharusnya memegang peranan penting sebagai fasilitator belajar. Tugas fasilitator
adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam
suasana yang menyenangkan dan beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik, sosial
maupun emosinya.
Hal ini didukung oleh pendapat Slavin (2008:4), yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran.
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa proses belajar siswa dan proses mengajar
guru merupakan keterpaduan yang memerlukan pengaturan dan perencanaan yang
seksama sehingga menimbulkan hasil belajar siswa. Salah satu strategi pembelajaran
yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan sebagai
upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul ”Upaya
meningkatkan hasil belajar PPKn dan membentuk karakter siswa melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana penelitian ini memiliki
tahap-tahap penelitian berupa siklus. Dalam setiap siklus yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Sehingga setiap siklus ada dua kali
pertemuan dan setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
124
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota
Tebing Tinggi Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester
genap Tahun Pembelajaran 2014/2015 dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
c. Subjek Penelitian
Siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi Tahun
pelajaran 2014/2015, yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah subjek sebanyak 30 orang
siswa.
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik : 1). Observasi, 2). Penilaian hasil belajar
siswa dan 3). Angket.
e. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data ini digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan
yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari seberapa persenkah tingkat
keberhasilan yang dicapai terlihat dari perubahan siswa yang menyerap pelajaran.
Analisa data yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap diantaranya : 1)reduksi dan
2)paparan hasil analisa data.
C. Hasil dan Pembahasan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru (pemberi
tindakan) dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Berdasarkan
rencana yang telah disusun, maka pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dibagi
dalam tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi guru siklus I (pertemuan 1)
adalah 30 dengan nilai 68,18. Kriteria lembar observasi guru siklus I (pertemuan 1)
menunjukkan kategori “kurang”. Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi guru
siklus I (pertemuan 2) adalah 34 dengan nilai 77,27. Kriteria lembar observasi guru siklus
I (pertemuan 2) menunjukkan kategori “cukup”.
Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi siswa siklus I (pertemuan 1) adalah
31,37 dengan nilai 69,70. Kriteria lembar observasi siswa siklus I menunjukkan kategori
“cukup”. Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi siswa siklus I (pertemuan 2)
adalah 35,90 dengan nilai 79,78. Kriteria lembar observasi siswa siklus 1 (pertemuan 2)
termasuk kategori “baik”.
Hasil tes siklus I (pertemuan 1) dari 30 siswa yang telah melaksanakan
pembelajaran pada mata pelajaran tema “pengalamanku” sub tema “pengalaman masa
kecil”, 2 orang siswa (6,67%) memiliki nilai 50, 8 orang siswa (26,67%) memiliki nilai
60, 19 orang siswa (63,33%) memiliki nilai 70 dan 1 orang siswa (1,33%) memiliki nilai
80. Hal ini menunjukkan bahwa baru 20 orang siswa (67,67%) yang telah mencapai
ketuntasan belajar secara individual.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
125
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Gambar 1. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1 (Pertemuan 1)
Hasil tes siklus I (pertemuan 2) dari 30 siswa yang telah melaksanakan pembelajaran
pada mata pelajaran tema “pengalamanku” sub tema “pengalaman masa kecil”, 7 orang
siswa (23,33%) memiliki nilai 60, 18 orang siswa (60,00%) memiliki nilai 70 dan 5
orang siswa (16,67%) memiliki nilai 80. Hal ini menunjukkan bahwa 23 orang siswa
(76,67%) yang telah mencapai ketuntasan belajar secara individual.
Gambar 2. Diagram Batang Hasil Tes Siklus I (pertemuan 2)
Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi guru siklus 2 (pertemuan 1)
adalah 38 dengan nilai 86,36. Kriteria lembar observasi guru siklus 2 (pertemuan 1)
menunjukkan kategori “baik”. Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi guru
siklus 2 (pertemuan 2) adalah 41 dengan nilai 93,18. Kriteria lembar observasi guru
siklus 2 (pertemuan 2) menunjukkan kategori “sangat baik”.
Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi siswa siklus 2 adalah 37,90
dengan nilai 84,22. Berdasarkan kriteria lembar observasi siswa siklus 2 menunjukkan
kategori “baik”. Skor yang diperoleh berdasarkan lembar observasi siswa siklus 2 adalah
40,03 dengan nilai 88,96. Berdasarkan kriteria lembar observasi siswa siklus 2
menunjukkan kategori “baik”.
Hasil tes siklus 2 (pertemuan 1) dari 30 siswa yang telah melaksanakan
pembelajaran pada mata pelajaran tema “pengalamanku” sub tema “pengalaman masa
kecil”, 3 orang siswa (10,00%) memiliki nilai 60, 9 orang siswa (30,00%) memiliki nilai
70, 14 orang siswa (66,67%) memiliki nilai 80 dan 4 orang siswa (13,33%) memiliki
nilai 90. Hal ini menunjukkan bahwa 90,0% siswa (37 orang) telah mencapai ketuntasan
belajar secara individual.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
126
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Gambar 3. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 2 (Pertemuan 1)
Hasil tes siklus 2 (pertemuan 2) dari 30 siswa yang telah melaksanakan pembelajaran
pada mata pelajaran tema “pengalamanku” sub tema “pengalaman masa kecil”, 2 orang
siswa (6,67%) memiliki nilai 70, 14 orang siswa (46,67%) memiliki nilai 80 dan 12
orang siswa (40,00%) memiliki nilai 90 dan 2 orang siswa (6,67%) memiliki nilai 100.
Hal ini menunjukkan bahwa 30 orang siswa (100,00%) telah mencapai ketuntasan belajar
secara individual.
Gambar 4. Diagram Batang Hasil Tes Siklus 2 (pertemuan 2)
Berdasarkan hasil analisis data untuk pembentukan karakter siswa, untuk
“percaya diri” mengalami peningkatan sebesar 13,50% dari siklus 1 ke siklus 2; untuk
karakter “santun” mengalami peningkatan sebesar 8,43% dari siklus 1 ke siklus 2; untuk
karakter “tanggung jawab” mengalami peningkatan sebesar 12,86% dari siklus 1 ke
siklus 2 dan untuk karakter “jujur” mengalami peningkatan sebesar 10,66% dari siklus 1
ke siklus 2.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
127
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Jr
Gambar 5. Diagram Batang Persentase Peningkatan Hasil Angket Karakter Siklus 1 ke Siklus 2
D. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan:
Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan persentase rata-rata
71,67 % dan 10 siswa yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 66,33. Permasalahan yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa antara lain; guru kurang memberikan
penjelasan materi dengan bahasa sederhana yang jelas, membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa kurang mendengarkan penjelasan guru dengan
baik, ketenangan kelas saat belajar, memperhatikan keaktifan siswa dalam bertanya,
keaktifan siswa dalam kerja kelompok, peningkatan aktivitas belajar, serta ketertiban
siswa pada saat menyelesaikan tes.
Pada siklus II siswa mulai memiliki motivasi yang baik dalam belajar sehingga
upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat terlaksana dengan baik. Hasilnya
dapat diketahui adanya peningkatan siswa yang tuntas secara klasikal ≤ 85 % dalam
belajar dan nilai rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 84,67. Maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan tema “pengalamanku” sub tema “pengalaman
masa kecil” di kelas I Madrasah Ibtidaiyah Swasta Teladan GUPPI Kota Tebing Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, (2006). Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Hersey, Paul, dan Ken Blanchard ( terjemahan Sondang P. Siagian ) 1993, Teori dan
Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Pengalamanku, Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013. Jakarta.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
128
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Nasution,S. 1995. Berbagai pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Natawijaya,Rochman. 2005. Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas
Ratna, Kutha I Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sadiman, Arief S. 2010. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Suyanto.
2009.
Urgensi
Pendidikan
Karakter.
http://
mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014)
www.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana,Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Tempat Tinggalku / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi
Tim ICCE UIN Jakarta. 2005. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dengan Asia Foundation dan Prenada
Media.
Winarno Surachmad. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik
Metodologi Pengajaran. Bandung :Tarsito.
Winataputra, U.S dan Budimansyah D. 2007. Civic Education (Konteks, Landasan,
Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan.
Upaya Meningkatkan … (Rosmaini., 122-129)
129
Download