APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT!

advertisement
PENYELAMATAN DI DALAM KESEMBUHAN
HARI MINGGU BIASA XXIII
zaman sekarang. Yesus tidak pernah melakukan mujizat dalam
rangka memamerkan kehebatan-Nya. Para pembuat mujizat lain
mencari akal untuk menarik perhatian sebanyak mungkin penonton,
agar nama mereka terkenal. Tetapi Yesus justru merahasiakan
perbuatan-Nya.
06 SEPTEMBER 2015
APA KATA TUHAN?
Mrk 7:31-37
(31) Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan
melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah
Dekapolis. (32) Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang
tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia
meletakkan tangan-Nya atas orang itu. (33) Dan sesudah Yesus
memisahkan dia dari orang banyak,
sehingga mereka sendirian, Ia
memasukkan jari-Nya ke telinga
orang itu, lalu Ia meludah dan
meraba lidah orang itu. (34)
Kemudian sambil menengadah ke
langit Yesus menarik nafas dan
berkata kepadanya: "Efata!", artinya:
Terbukalah! (35) Maka terbukalah
telinga orang itu dan seketika itu
terlepas pulalah pengikat lidahnya,
lalu ia berkata-kata dengan baik. (36)
Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan
menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarangNya mereka, makin luas mereka memberitakannya. (37) Mereka
takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya
baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya
berkata-kata."
RENUNGAN SINGKAT!
Siapapun yang pernah menderita penyakit tuli dan gagap,
kehidupannya akan memprihatinkan. Sehari-hari ia di tengah orangorang lain, tetapi ia tidak mampu menangkap pembicaraan mereka.
Orang lain tertawa tetapi ia tidak tahu alasannya. Apalagi bila ia
membuka mulutnya untuk berbicara. Karena ia gagap, orang lain
susah sekali menangkap maksud bicaranya. Akibatnya ia kurang
dihiraukan, malah mungkin diejek atau dimarahi.
Setelah mereka sendirian, Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga
orang sakit itu. Lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Ketiga
tindakan Yesus ini (memasukkan jari, meludah, meraba) hanyalah
persiapan. Kini mulailah lebih penting dan yang terpenting.
Yang lebih penting adalah Yesus menengadah ke langit. Hal yang
sama Ia lakukan sebelum memperbanyak roti untuk beberapa ribu
orang. Yesus menunjukkan bahwa penyelamatan mana pun juga
adalah perkara Tuhan. Setiap penyelamatan berasal dari Tuhan dan
merupakan karunia, bukti kasih tak terhingga.
Betapa mengharukan, Yesus berkontak dengan Bapa-Nya dengan
menarik nafas, Yesus selalu melibatkan Bapa-Nya! Lalu terjadilah
yang terpenting : Ucapan Yesus! EFATA! Artinya : ‘Terbukalah’!
Akibat ucapan Yesus yang sangat biasa itu, terjadilah penyembuhan
yang sangat dirindukan oleh orang tuli-gagap itu. Yang sakit menjadi
utuh dan sehat kembali! Penghalang telah menghilang! Hidup suram
yang selama ini dialami orang sakit itu menjadi cerah kembali!
Sebentar lagi si mantan orang tuli-gagap ini akan mampu mengikuti
pembicaraan orang lain dan terlibat di dalamnya. Inilah
penyelamatan sejati! Yang tersingkir dari masyarakat menjadi bagian
dari masyarakat. Yang terhina menjadi yang berharga.
Ayat 37, ayat terakhir dalam kisah ini, merupakan kesimpulan dan
yang terpenting dari seluruh peristiwa bahwa “Ia menjadikan
segala-galanya baik”. Apa yang dibawa Yesus kepada manusia
sewaktu Ia menyembuhkan? Penyelamatan!
Barangsiapa menyambut Yesus, menerima keselamatan sejati.
Hanya keselamatan sejatilah yang mampu “menjadikan segala
sesuatu baik adanya”.
Apakah saya pernah seperti Yesus, yaitu berbuat baik tetapi tidak
ingin diketahui oleh orang lain? Apakah saya selalu melibatkan
Allah dalam setiap perkara? Sharingkan pengalaman dimana saya
merasa Allah menjadikan segala sesuatu baik adanya!
Orang macam itulah yang kini berhadapan muka dengan Yesus. Ia
dibawa kepada Yesus dengan harapan mendapatkan penyembuhan.
Maka orang meminta, agar Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang
tuli-gagap itu. Mereka memang sudah tahu dan yakin bahwa Yesus
mampu menyembuhkan orang sakit.
Tindakan pertama yang dilakukan Yesus sudah penuh makna : Ia
memisahkan orang malang itu dari orang banyak. Yesus bukan
seperti para pembuat mujizat lain di zaman itu atau mungkin juga
Edisi September 2015
Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI
MURID YESUS : SANGKULI
HARI MINGGU BIASA XX
XXIV
13 SEPTEMBER 2015
APA KATA TUHAN?
Mrk 8:27-35
(27) Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke
kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia
bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah
Aku ini?" (28) Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes
Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang
mengatakan: seorang dari para nabi." (29) Ia bertanya kepada
mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus:
Keluarga Yesus sendiri mengemukakan pendapatnya
sendiri : Dia seorang yang tidak waras lagi! (Mrk 3:21).
Para ahli Taurat dari Yerusalem menilai Yesus secara
negatif, Dia seorang kerasukan Beelzebul/Iblis! (Mrk 3:20-30)
Orang banyak, yaitu massa yang tidak diperhitungkan oleh para
pemuka Yahudi, mempunyai gambaran tersendiri tentang Yesus.
Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada juga yang
mengatakan Elia, dan ada juga yang mengatakan Seorang dari para
nabi.
Yesus digolongkan ke dalam kelompok orang hebat, tetapi Ia tidak
dipandang sebagai Mesias. Tetapi Yesus tidak mempermasalahkan
itu, karena bagi-Nya yang terpenting pendapat para murid-Nya.
Maka Yesus mengajukan pertanyaan kedua “Tetapi apa katamu,
siapakah Aku ini?”
Engkau adalah Mesias - kata Petrus. Yesus melarang keras untuk
tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun juga! Kenapa?
Karena konsep pikiran orang tentang Mesias tidak cocok dengan
konsep yang dimiliki Yesus tentang Mesias. Bangsa Yahudi
mempunyai gambaran bahwa Mesias adalah manusia pilihan Allah
yang akan menjadi Raja yang jaya dan akan mengusir para penjajah
(bangsa Roma)!
Yesus memang akan menaklukkan musuh dan membawa
kemenangan serta kebahagiaan tetapi dengan cara yang tidak wajar,
yang ditentukan Allah, yaitu jalan sengsara, penghinaan, dan
kematian.
"Engkau adalah Mesias!" (30) Lalu Yesus melarang mereka dengan
keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
(31) Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa
Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh
dan bangkit sesudah tiga hari. (32) Hal ini dikatakan-Nya dengan
terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor
Dia. (33) Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang muridmurid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab
engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia." (34) Lalu Yesus memanggil orang banyak
dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. (35) Karena siapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia
akan menyelamatkannya.
RENUNGAN SINGKAT!
Who am I? Siapakah aku? Sering kita dengar di setiap kesempatan,
baik dalam retreat, seminar motivator, dan sebagainya. Mengenal
diri sendiri menjadi bagian penting dalam perjalanan kehidupan
setiap pribadi manusia.
Sejak munculnya di tanah Galilea, Yesus menjadi sebuah teka-teki.
Semua orang bertanya, Siapakah Dia itu?
Edisi September 2015
Petrus tidak setuju dengan cara tersebut dan langsung menarik
Yesus ke samping dan menegur Dia. Murid menegur Guru! Lalu
bagaimana tanggapan Yesus? Yesus marah! Petrus tidak sejalan
dengan visi Yesus, ia mempunyai visinya sendiri! Inilah yang
membuat Yesus marah dan mengatakan “Enyahlah Iblis!”
Kata Yunani, hypage opiso mou dapat diterjemahkan dengan
berbagai cara, antara lain ‘Enyahlah’. Namun kata ‘enyahlah’ itu
harap dipahami dengan tepat.
Hypage opiso mou dapat diartikan seperti : “Keluarlah dari
kelompok pengikut-Ku!”, “Berhentilah sebagai murid-Ku!”,
“Tinggalkanlah diri-Ku; engkau bukan murid-Ku lagi!”
Alasannya? Sebab engkau sama dengan iblis. Bicaramu adalah bicara
iblis. Visimu adalah visi iblis, yang menghalangi hidup dan karya
Yesus.
Setelah itu, Yesus memanggil semua orang banyak dan murid-muridNya. Ia ingin menegaskan sekali lagi bahwa menjadi murid-Nya harus
hidup dalam SANGKULI (Sangkal Diri, Pikul Salib, dan Ikut Yesus).
Murid Yesus harus berani hidup dalam rencana Allah meskipun
nyawa sebagai taruhannya.
Menurut saya Siapakah Yesus? Apakah arti menjadi murid Yesus?
Sharingkan pengalaman saya sebagai murid Yesus dalam
menjalankan SANGKULI!
Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI
YANG TERAKHIR DAN PELAYAN
HARI MINGGU BIASA XX
XXV
20 SEPTEMBER 2015
APA KATA TUHAN?
Mrk 9:30-37
(30) Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati
Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; (31) sebab Ia
sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka:
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan
mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia
akan bangkit." (32) Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun
segan menanyakannya kepada-Nya. (33) Kemudian tibalah Yesus
dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia
Para murid tidak mengerti perkataan Yesus itu, dan segan
menanyakan artinya. Mereka lebih suka menyibukkan diri dengan
persoalan mereka sendiri. Yesus tentu tau apa yang sedang mereka
persoalkan. Yesus tentu sedih sekali karena para murid menganggap
remeh apa yang disampaikan-Nya, lebih-lebih mereka masih belum
mengerti inti sari Karya-Nya di bumi ini.
Bangsa Yahudi sangat peka terhadap hierarki, yang menurut mereka
harus dipelihara dengan baik-baik dalam masyarakat. Di puncak
masyarakat ada Allah. Lalu wakilnya di bumi, yaitu raja (soal
kenegaraan) dan imam besar (soal keagamaan).
Para murid nampaknya terus-menerus membayangkan Yesus
sebagai bakal pemimpin Israel, memikirkan hierarki tttu dengan
sungguh-sungguh, sampai mempersoalkan siapa yang terbesar
nantinya.
Sesampainya di ‘rumah’ Kapernaum. Yesus bertanya kepada para
murid apa yang mereka perbincangkan tadi di tengah jalan? Apa
reaksi para murid? Mereka diam! Karea mereka mengerti bahwa
persoalan yang mereka pertengkarkan pasti tidak disukai oleh Yesus.
Mereka malu! Padahal sebelumnya mereka gagah-gagahan
mempersoalkan siapa yang terbesar.
Bila seorang ayah mau menegur dengan baik anaknya maka
biasanya ia duduk lalu memanggil si anak. Hal yang sama dilakukan
oleh Yesus. Ia tidak marah-marah. Ia sabar seperti seorang bapa
yang baik hati. Anak-anak-Nya belum paham, maka mereka harus
diberi pengertian.
bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan
tadi di tengah jalan?" (34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan
tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara
mereka. (35) Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid
itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan
pelayan dari semuanya." (36) Maka Yesus mengambil seorang anak
kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia
memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: (37) Barangsiapa
menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.
RENUNGAN SINGKAT!
Setelah membebaskan anak bisu dari pengaruh kekuatan gelap (Mrk
9:14-29). Yesus bersama murid-murid-Nya meneruskan perjalanan
melewati Galilea. Mereka nampaknya memilih jalan yang agak sepi,
sebab Yesus tidak mau ‘diganggu’ orang banyak yang biasanya
berkerumun di sekiling-Nya.
Yesus sadar, bahwa ‘waktu-Nya’ sudah semakin dekat, dan waktu
yang masih tersisa ini dikhususkan-Nya untuk mengajar para muridNya. Di tengah perjalanan itu, Yesus menegaskan kembali, bahwa
Anak Manusia akan diserahkan dan dibunuh, tetapi tiga hari
sesudahnya Ia akan bangkit (Mrk 9:31).
Edisi September 2015
Ingin menjadi ‘orang besar’, bukan keinginan jahat, melainkan
keinginan yang baik. Yang menjadi masalah adalah caranya saja! Di
‘sekolah Yesus’ harus dipraktekkan secara khusus, cara Yesus sendiri,
yaitu menjadi pelayan!
Kata yang terakhir dan pelayan, sama sekali tidak menarik bagi
manusia. Apalagi bagi kedua belas rasul yang sudah yakin akan hakhak istimewa mereka.
Lalu Yesus mengambil seorang anak, Ia merangkulnya dengan penuh
kasih sayang, lalu mulai berbicara.
Bangsa Yahudi cinta anak-anak serta memandang mereka sebagai
bukti berkat Allah, pemberi hidup. Tetapi bangsa Yahudi
berkeyakinan bahwa selama manusia masih anak, ia tidak berperan
sama sekali dalam masyarakat.
Maksud Yesus sangat jelas, para rasul harus menjadi penyambutpenyambut anak. Mereka harus mementingkan ‘anak-anak’, yaitu
orang-orang yang sama sekali tidak pernah dipentingkan oleh dunia.
Dengan menyambut anak-anak itu, rasul akan belajar melayani.
Dengan melayani, rasul akan menjadi terbesar!
Menurut saya, apakah inti sari dari karya pelayanan Yesus di bumi?
Apakah arti dari yang terakhir dan pelayan? Apakah saya sudah,
sedang, dan akan terus melayani ‘anak-anak’ yang tidak
dipentingkan oleh dunia?
Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI
RENUNGAN SINGKAT!
BUANGLAH KEJAHATAN
Empat langkah Lectio Divina :
HARI MINGGU BIASA XX
XXVI
1.
Lectio – Membaca Firman Tuhan dengan lembut dan
beberapa kali pengulangan (Dapat 2 atau 3 kali). Temukan
ayat yang menyentuh
dari perikop tersebut.
Ayat tersebut bisa satu,
dua, atau tiga.
2.
Meditatio – Renungkan
ayat yang menyentuh
tersebut.
Renungkan
bagaimana saya dapat
mengaplikasikan
kedalam hidup kita.
3.
Oratio – Merespon dari
ayat tersebut dengan
membuka hati kepada
Tuhan.
4.
Contemplatio
–
Dengarkan Tuhan. Apa yang mau Tuhan katakana melalui
ayat yang menyentuh ini. Buka pikiran, hati, dan jiwa kita
kepada Tuhan.
27 SEPTEMBER 2015
APA KATA TUHAN?
Mrk 9:38-43.45.47-48
(38) Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang
bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita." (39) Tetapi kata Yesus:
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah
mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga
mengumpat Aku. (40) Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di
pihak kita. (41) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
memberi kamu minum
secangkir air oleh karena
kamu
adalah
pengikut
Kristus, ia tidak akan
kehilangan upahnya." (42)
Barangsiapa menyesatkan
salah satu dari anak-anak
kecil yang percaya ini, lebih
baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada
lehernya lalu ia dibuang ke
dalam laut. (43) Dan jika
tanganmu
menyesatkan
engkau, penggallah, karena
lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari
pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke
dalam api yang tak terpadamkan; (45) Dan jika kakimu menyesatkan
engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup
dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan
ke dalam neraka; (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau,
cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan
ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api
tidak padam.
Edisi September 2015
Keterangan : Setelah lakukan keempat langkah tersebut, bagikan
kepada anggota sel kamu, apa yang kamu dapatkan, ayat mana yang
menyentuh, dan apa yang Tuhan mau sampaikan kepada kamu
melalui ayat tersebut.
INGAT!! Saat sharing, tidak ada jawaban yang salah dalam lectio
divina. Jadi tidak ada koreksi dan tidak ada penjelasan karena
setiap orang bisa mendapatkan hal yang berbeda.
Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI
REFLEKSI
Bulan September merupakan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN).
Diharapkan bahwa dengan adanya BKSN, kita sebagai orang muda
Katolik kembali disadarkan akan pentingnya membaca Kitab Suci
dalam kehidupan keseharian kita.
Kitab Suci bukan suatu buku pajangan yang rapih tersusun atau
menjadi benda pusaka sehingga ‘takut’ untuk menyentuh dan
membukanya atau buku kesayangan yang sayang untuk dibuka dan
dibaca.
Kitab Suci adalah cara Allah menyapa dan berbicara kepada kita.
Kitab Suci adalah surat cinta Tuhan kepada manusia. “Orang yang
tidak tahu akan Kitab Suci berarti tidak tahu akan Kristus” (St.
Hieronimus).
Bacaan bulan ini sangat menohok untuk setiap manusia yang
menganggap dirinya sebagai murid Kristus.
Minggu pertama, Yesus menyembuhkan orang yang tuli-gagap.
Yesus membawakan penyelamatan di dalam kesembuhan. Pribadi
yang tersingkir dalam masyarakat akhirnya menjadi bagian dalam
masyarakat. Yang diremehkan dan tidak dipandang akhirnya
menjadi dianggap dan dipandang. Yang tidak bernilai menjadi
bernilai.
Minggu kedua, Yesus menjelaskan bahwa jalan yang ditempuh untuk
menyelamatkan manusia adalah melalui sengsara, penghinaan, dan
kematian. Petrus tidak setuju dan menegur Yesus. Yesus menjadi
marah karena Petrus memikirkan caranya sendiri dan bukan cara
Allah. Yesus menegaskan ke para murid jika ingin menjadi murid-Nya
harus hidup SANGKULI!
Minggu ketiga, para murid mempersoalkan siapa yang terbesar di
antara mereka padahal saat itu Yesus sedang mengajar mereka di
tengah perjalanan. Yesus tau apa yang mereka persoalkan meskipun
saat ditanya mereka diam. Barangsiapa ingin menjadi terbesar, dia
harus menjadi yang terakhir dan pelayan. Pelayan untuk orangorang yang selama ini disingkirkan dan tidak dianggap penting dalam
masyarakat.
Edisi September 2015
Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI
Download