sosialisasi pedoman tata laksana infeksi hiv dan terapi antiretroviral

advertisement
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
SOSIALISASI PEDOMAN TATA LAKSANA
INFEKSI HIV DAN TERAPI ANTIRETROVIRAL ANAK
Tower prodia, Jakarta Pusat.
Senin, 23 Maret 2014
Acara dimulai pukul 10:00 dengan pembukaan dari moderator (Hartini/IPPI)
Lalu dilanjutkan dengan perkenalan narsum (Nathasia Sitorus/Lentera Anak Pelangi) dan peserta,
Adapun peserta yang hadir 25 orang.dari wilayah, Jakarta,Bekasi dan Depok.
Materi 1 : Pendampingan Anak dengan HIV
Pukul : 10:15.WIB
NARSUM :
Nathasia Sitorus, dari Lembaga Lentera Anak Pelangi.
Memperkenalkan Visi, Misi dan Program dari lembaga “Lentera Anak Pelangi”
Visi:
“Menjadi penyedia layanan multidisiplin terdepan yang meningkatkan kualitas hidup anak yang
hidup dengan HIV dan AIDS.”
Misi :
Mengurangi tingkat kesakitan dan kematian anak dengan HIV melalui peningkatan status
kesehatan dan gizi mereka.
- Meningkatkan psychosocial wellbeing anak dan keluarga melalui pendidikan keterampilan
hidup (life-skill education).
- Mencegah anak dari kemungkinan ditelantarkan atau diperlakukan dengan tidak benar
- Membangun model intervensi yang bisa diterima dalam mengurangi dampak buruk HIV dan
AIDS pada anak dan keluarga mereka.
Tantangan Program:
-
-
Kealpaan pengasuh : 90% yatim piatu, keluarga besar belum tentu mendukung anak.
Rumah tangga miskin : kurangnya asupan gizi anak dan dukungan emosional. Kondisi
sanitasi dan kebersihan yang buruk.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Pengabaian : anak yang sakit sering kali diabaikan karena kurangnya kesadaran dan
kapasistas finansial.
- Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan : orangtua tidak cukup sadar akan pentingnya
kepatuhan dalam memberikan ARV dan obat lain pada anak.
- Kurangnya pendidikan : orangtua berpenghasilan rendah dan kebanyakan tidak
berpendidikan (hanya lulusan dari sekolah dasar).
- Akses yang terbatas : beberapa rumah sakit menolak untuk merawat; orang tua harus
memiliki dokumen untuk mengkases layanan gratis pemerintah. Contoh kasus anak tidak
memiliki akte kelahiran dan dan orang tua bukan penduduk Jakarta.
Tantangan yang dihadapi Anak Dengan HIV dan AIDS:
-
-
Mereka terinfeksi sejak lahir tetapi seringkali diabaikan dan tidak terindentifikasi sampai
akhirnya mereka benar-benar sakit. Contoh kasus, dari mulai ibu hamil tidak mengetahui
status HIV nya sampai melahirkan anak, dan ketika anak sudah lahir berumur 3 bulan atau 3
tahun baru ketahuan si anak sakit.
-
Mereka menanggung beban stigma dan diskriminasi karena status HIV orangtua mereka.
Contoh kasus : si anak dengan status HIV negative terkadang mendapatkan deskriminasi
tidak diajak bermain dengan tetangga atau anak lain. Dan kasus pada tahun 2011 di SD
Jakarta utara, anak yang bercerita tentang status HIV orang tuanya berdampak tidak
diterimanya si anak disekolah tersebut sedangkan status HIV anak tersebut negative.
Sehingga dibutuhkan advokasi ke sekolah tersebut.
-
Mereka membutuhkan perawatan kesehatan dan nutrisi : Orangtua atau pelaku rawat tidak
mampu menyediakannya untuk mereka.
-
Orang tua mereka mungkin sudah meninggal atau sedang sakit sehinga mereka harus
dirawat oleh anggota keluarga yang lain. Dan anggota keluarga yang lain belum mengetahui
status si anak sehingga dirawat seperti anak pada umumnya.
-
Karena stigma dan diskriminasi, mereka mungkin saja tidak memiliki akses yang tepat untuk
layanan kesehatan dan pendidikan. Narasumber menceritakan salah satu dampingan anak
yatim piatu yang tinggal bersama nenek dan bibinya. keluarganya tidak ada yang mau
menjadi PMO ARV, sehingga si dokter tidak memberikan ARV.
-
Mereka mungkin distigma atau ditolak oleh keluarga mereka sendiri.
Penerima Manfaat Program :






Anak-anak, usia 0-12 tahun
Jumlah anak yang didampingi : 158 anak
Anak yang terdampak : 83 anak (lahir dari orangtua yang terinfeksi HIV)
Anak yang terinfeksi HIV: 75 anak
Anak yang meninggal : 16 (sejak 2009)
Berdomisili DKI Jakarta
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Pembiayaan Program Lentera Anak Pelangi :





40 % Homevisit dan dukungan gizi
30%
Dukungan medis dan ambulatory (ketika BPJS tidak dapat mengcover maka kami
membayarnya)
15%
Dukungan psikososial
10%
Advokasi
5%
Peningkatan kapasitas
Program Lentera Anak Pelangi :




Kunjungan rumah : Frekuensi rutin dua kali sebulan, Jumlah anak yang dikunjungi 75 anak
dan dilakukan oleh 3 manajer kasus (MK).
Kegiatan MK : Manajer kasus harus mengukur tinggi badan, berat badan, dan lengkar lengan
atas anak. Mereka juga harus memeriksa kondisi dasar anak. Pada saat kujungan rumah, MK
juga mendistribusikan susu formula dan vitamin untuk anak. Dan tujuan dari mengukur
tinggi badan anak dan mengunjungi anak ke rumah bukan untuk menjual data anak ke
donor, akan tetapi sebagai monitoring dan pelaporan kesehatan anak dari pemberian susu
formula dan vitamin.
Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis : diadakan di kampus atma jaya setiap
bulannya. Dilakukan oleh 3 dokter umum sukarela, 1 dokter spesialis kulit, 1 ahli gizi, dan 1
mahasiswa kedokteran gigi. Dan pengobatan ini bukan hanya untuk anak yang HIV positif.
Program Anak Hebat :
Frekuensi : Rutin , sekali sebulan.
Peserta : 22 anak (usia 10-12 tahun)
Dilakukan oleh divisi psikososial Program ini adalah program persiapan pengungkapan status
untuk anak yang terinfeksi HIV. Dalam program ini, anak diberikan tugas untuk membantu
mereka mengerti kondisi diri mereka sendiri. Orangtua atau pelaku rawat juga disiapkan
untuk pengungkapan status ini.
Hasil :
Beberapa anak yang menjadi sasaran program ini (usia 10-12 tahun) menolak untuk
mengikuti kegiatan karena sebagian dari mereka tidak ingin merasa diri mereka sakit, walau
hal ini tetap menjadi perhatian mengingat bahwa anak-anak ini akan memasuki tahap
remaja dan yang lebih beresiko.
Acara 3 bulanan :
Frekuensi: Rutin, 3 bulan sekali
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Kehadiran: Jumlah= 100 (anak dan orangtua)
Divisi psikososial, voluntir dari mahasiswa psikologi Atma Jaya, dan dokter.
Pendidikan Life-skills diberikan kepada anak dalam bentuk aktivitas bermain. Orangtua dan
pelaku rawat diberikan edukasi tentang hal-hal yang berhubungan dnegan perawatan dan
pengasuhan anak. Didanai oleh Unika Atma Jaya melalui Pusat Penelitian HIV Atma Jaya.

Kelompok Dukungan Sebaya (Program untuk orangtua / pengasuh anak dengan HIV)
Frekuensi : Rutin, sebulan sekali
Peserta : 15 pelaku rawat
Beberapa materi seperti tips mengasuh anak, perawatan, dan topik lain yang berguna untuk
pembangunan kapasitas pelaku rawat dalam mendapingi anak diberikan dalam pertemuan
ini.
Hasil :
Dua orang peserta kelompok dukungan sebaya direkrut menjadi asisten manajer kasus
karena keaktifan mereka dalam kegiatan-kegiatan LAP dan komitmen mereka untuk berkerja
sama dengan LAP.
Didanai oleh Rotary Club dan The Light Singapore.
2015 tambah 2 KDS lagi :
1. KDS Cilincing
2.KDS Tumbuh Bersama
Peserta :
- Cilincing: Ibu-ibu dan pelaku rawat di daerah Cilincing
- Tumbuh bersama: KDS keliling
Didanai oleh Koteks.

SITUASI PEDIATRIC ARV DI LENTERA ANAK PELANGI
75 anak dampingan Lentera Anak Pelangi
Belum minum obat
• 2 anak: 1 perempuan, 1 laki-laki
Lini Satu
• 60 anak: 31 perempuan, 29 laki-laki
Lini Dua
• 13 anak: 6 perempuan, 7 laki-laki
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS


Jenis obat Lini Satu
Pediatric formula : Triomune Baby, Triomune Junior dan Mylan (Lamivudine, Nevirapine,
Zidovudine)
Adults formula :
Duviral + Neviral
Duviral + Efavirenz
Neviral + Staviral + Hiviral
Lamivudine + Stavudine + Efavirenz
Jenis obat Lini Dua
Adults formula :
Duviral + Aluvia
Staviral + Hiviral + Aluvia
Hiviral + Aluvia+ Abacavir
Aluvia + Videx + Lamivudin
Aluvia + Zidovudin + Tenovovir

Akses ARV
- Puskesmas Kalideres
- RSUD Tarakan
- RSUD Koja
- RSPI Sulianti Saroso
- RSCM
- RS Kramat 128

Tantangan di lapangan
- ARV yang tersedia bukan dalam bentuk pediatric formula sehingga harus
dibagi/dipotong/ digerus
- Kemungkinan pembagian tidak rata (dosis kurang/lebih)
- Beberapa obat direkomendasikan untuk tidak dipotong / digerus
- Ukuran obat besar sehingga sulit ditelan
- Beberapa obat yang digerus menjadi sangat liat (lengket) bila terkena air sehingga
sulit ditelan
- Beberapa kali persediaan obat Triomune Baby/Jr. habis sehingga diberikan formula
dewasa yang digerus namun penakarannya kurang tepat sehingga muncul keluhan
ruam dan jamur pada kulit anak
- Beberapa anak mengalami efek samping seperti kurang pendengaran, anemia, dan
hiperaktif
- Akses untuk mendapatkan obat menggunakan BPJS harus melalui beberapa tahap
dan tidak bisa sekali jalan, sehingga biaya transportasi bertambah
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
-
-
-
-
Pelaku rawat (orangtua / keluarga) tidak terlalu menganggap ARV sebagai obat yang
penting diberikan tepat pada waktunya sehingga beberapa anak mengalami
resistensi dan harus beralih ke lini dua
Anak mulai jenuh untuk minum obat
Anak belum tahu bahwa dirinya terinfeksi HIV sehingga kesadaran untuk menjaga
kesehatan diri dengan mengkonsumsi obat secara teratur masih rendah.
Walau Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV Pada Anak terbaru telah diterbitkan oleh
Kemenkes, namun RS serta pemberi layanan dan ketersediaan pediatric ARV
terutama di daerah belum siap
50% anak mengkonsumsi Triomune Baby/Jr. yang berbasis Stavudine (D4T). WHO
merekomendasikan untuk tidak menggunakan lagi obat ini karena efek samping
yang berbahaya, terutama bila digunakan dalam jangka panjang. Gantinya?
2015 : 10 anak yang minum Triomune Jr. mulai pindah ke Mylan Zidovudine(30),
Nevirapine(50), Lamivudine(60).
Terima Kasih
Materi 2 : PMTCT/ PPIA dan PEDOMAN ARV ANAK 2014
Pukul : 11.00 WIB
Narsum : dr. Djon dedi – RSUD Tarakan
 Mengapa PMTCT :
Penularan HIV pada anak :
- 90 % krn MTCT
- 10 % krn transfusi
Infeksi HIV dari ibu ke anak mengganggu kesehatan anak
Penularan dpt ditekan sampai kurang dari 50%
Memungkinkan dilakukannya pencegahan primer kepada pasangan, perawatan dan
pengobatan keluarga.
Progam PPIA adalah bukan satu sisi langsung masuk ke dalam progam proses persalinan, akan tetapi
progam PPIA adalah rentetan kegiatan yang dilakukan oleh pasangan untuk memperoleh anak yang
angka kejadian HIVnya bisa ditekan sedemikian rupa. Jadi ketika perempuan sebelum hamil
sebaiknya konsultasi ke dokter untuk merencanakan kehamilan dan mengikuti progam PPIA , proses
kehamilan, proses persalinan. Dan ketika proses perpesalinan anak akan ditangani dokter anak dan
ibu di tangani unit poli HIV.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS


Proses penularan HIV dari ibu ke anak :
- Dalam Rahim ( prose kehamilan )
- Persalinan
- Menyusui
Waktu dan resiko penularan HIV dari ibu ke anak :
- Masa kehamilan : 0 – 1 minggu ( 1 % ) dan 1 – 36 minggu ( 4%)
- Persalinan : 36 minggu – persalinan ( 12 % ) dan selama persalinan ( 8 % )
- Post Partum melalui ASI : 0-6 bulan (7 % ) dan 6- 1 bulan (3 % )
Dilihat dari persentasinya, proses persalinan sangat tinggi sehingga ibu HIV + yang ingin
melahirkan harus cecar karena perlukaan saat jalan lahir dapat menularkan HIV ke anak,
akan tetapi dengan perkembangan dan kemajuan kedokteran sekarang ibu HIV + ingin
melahirkan bisa melahirkan normal dengan mulai ARV selama 6 bulan.

Faktor yg mempengaruhi penularan
- Viral load pada kehamilan
- Kesehatan Ibu
- Proses persalinan
- Menyusui

Dampak HIV pada Ibu dan Anak
- Anak :
1. Gangguan tumbuh kembang
2. Kematian meningkat
3. Penyakit seumur hidup, isu kepatuhan berobat
4. Stigma social : anak akan mendapatkan stigma walau si ibu sudah meninggal
walau si anak dengan status HIV yang negatif
5. Yatim piatu
- Ibu :
1. Stigma social
2. Kematian meningkat
Ketika kita cepat ketemu dengan orang yang HIV + akan semakin cepat mengangkat derajat
kesehatan orang tersebut. Narasumber menceritakan kejadian di RS yang saat itu belum ada
sensitive HIV dan tidak dilakukan pemeriksaan HIV yang berdampak satu keluarga terlambat
melakukan diagnose HIV dan pengobatan sehingga bapak,ibu dan anak meninggal.

4 PRONG UNAIDS/WHO untuk PMTCT
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
-
Perempuan usia subur : I. mencegah infeksi HIV
ODHA perempuan usia subur : II. Mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
III. Mencegah penularan dari Ibu ke Anak
ODHA perempuan, anak-anak dan keluarganya : IV. Menyediakan perawatan dan
dukungan (MTCT Plus)

DIAGNOSIS DINI INFEKSI HIV PADA BAYI
- Bayi kurang dari 18 bulan :
1. Biakan Virus , wkt lama ( 2-4mg)
Umur 2 mg sensitivity 33%, 1-2 bl sens 70%, 5-7 bl sens. 100%
2. Pemeriksaan PCR DNA
umur 1 mg  sens. 30-35%, 1 bl sens. 100%
HIV RNA PCR
Monitor efficacy T/
3. HIV p 24 antigen
sensitivity 60-98 %, false pos after birth
- Bayi lebih dari 18 bulan :
Seperti di atas atau dengan pemeriksaan IgG anti HIV Elisa
1. HIV +  3 reagen yg berbeda
2. HIV –  bila hanya 1 atau 2 positif dari 3 reagen

LAYANAN ANC UNTUK IBU HAMIL
- Diintegrasikan dgn paket pelayanan ANC di seluruh jenjang sarana layanan
kesehatan
- Petugas kesehatan juga memberi informasi tentang arti penting konseling & tes HIV(
ikut tes atau menolak ) penolakan tes HIV biasanya terjadi biasanya pengertian dari
klien. Bila esensi pengertian HIV dapat diterima dengan baik oleh klient biasanya
tidak menolak. Dan itu semua terkait dengan pemberian informasi yang benar
tentang HIV.
- Layanan Konseling dan Tes HIV (opt.in/Opt.out)
KONSELING DAN TES HIV
- Ibu hamil dg kesadaran sendiri menentukan sikap untuk menjalani / tidak menjalani
konseling & tes HIV
- Tes HIV diinisiasi oleh petugas Kesehatan
- Konseling sebaiknya dilakukan dalam kondisi nyaman dan privacy terjaga
- Informed concent
PEMBERIAN ARV


IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
-
-

Di bawah pengawasan dokter
Jelaskan efek samping yg dapat terjadi : semua pengobatan memiliki efek samping dan
bukan hanya ARV, dan ketika pasien diberikan penjelasan maka pasien akan paham
akan efek samping yang dialami selama terapi.
Setelah melahirkan, ARV dilanjutkan utk meningkatkan kualitas hidup ibu
Sebaiknya ada pendamping minum ARV, krn tingkat kepatuhan sangat menentukan
efektivitas hasil penggunaan ARV
Pemberian ARV selama kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan
- Protokol pemberian ARV mengikuti Pedoman Nasional Pengobatan ARV di Indonesia
- Utk PMTCT/ PPIA semua ibu hamil diberi terapi ARV tanpa melihat CD4 , bila ditunda
semakin besar transmisi virus ke anaknya.
- Pemberian ARV melalui jalur RS Rujukan ODHA yang telah ditentukan Pemerintah

Terapi ARV Bagi Ibu Hamil
Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV
positif dan mencegah penularan pada anak

Prinsip PMTCT/PPIA
 Memulai ART lebih dini bagi ibu hamil
 Terapi ARV untuk ibu selama masa laktasi
Perkembangan saat ini bila ibu hamil dan HIV +, bila sudah terapi ARV dan viral load undictable
sudah dapat melakukan persalinan normal dan memberikan asi eklusif.

Bayi Lahir dari Ibu dengan HIV
-

Profilaksis ( upaya pencegahan)AZT selama 6 minggu ( bentuk puyer ), dilanjutkan dengan
profilaksis Cotrimoxazole ( sirup )
HIV positif , profilaksis Cotrimoxazole dilanjutkan sampai batas dokter anak menyatakan
aman. Bila anak umur 5 tahun cd4 diatas 200 cotrimoxazole dihentikan.
Usia 1 tahun belum dapat dipastikan HIV positif tetapi klinis baik, profilaksis dapat
dihentikan
HIV negatif, profilaksis dihentikan
Tujuan Persalinan Aman
 Tidak terjadi penularan HIV
- kepada janin-bayi
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
- kepada team penolong
- kepada pasien lainnya
 Kondisi ibu baik
 Efektif dan efisien
Terkait dengan melahirkan normal bisa dilakukan di puskesmas, namun puskesmas belum memiliki
profilaksis AZT, bila rencana melahirkan normal direncanakan dokter atau bidan sudah menyiapkan
resep profilasis. Dan dapat mengambil profilaksis di RSUD Tarakan. Dengan menggunakan resep itu
dokter anak dapat menjadikan acuan memberikan zidovudin.


INFORMASI PEMBERIAN MAKANAN BAYI
 Ibu hamil dg HIV(+) perlu diberi informasi lengkap agar mampu memberi keputusan tentang
makanan yang akan diberikan pd bayinya. Ini terkait dengan rencana pemberiaan ASI, bila
ibu ingin memberikan ASI harus aman.
 Pilihan I : susu formula selama 1 th
 Pilihan II : ASI eksklusif selama 4-6 bln bila susu formula tidak memungkinkan & tidak
memenuhi AFASS (Acceptable, Feasible, Affoedable, Sustainable, Safe)
 Tidak boleh memberikan ASI dicampur susu formula
AFASS
Acceptability
Feasibility
Availability
Sustainability
Safe

= Dapat diterima
= Layak
= Terjangkau
= Berkelanjutan
= Aman
Pilihan Nutrisi
(Rekomendasi UNICEF, WHO dan beberapa badan lain)

Ibu tidak HIV atau status HIV tak diketahui
o ASI eksklusif untuk 6 bln pertama
o Makanan padat yang aman, sesuai, dan ASI diteruskan hingga 2 th

Ibu HIV positif
o
Pengganti ASI yang memenuhi syarat AFASS
o
Bila AFASS tidak terpenuhi, ASI eksklusif yang jangka pemberiannya singkat
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Terima kasih
PEDOMAN ARV ANAK 2014
Narasum memberikan gambaran atau alur ( menegakkan diagnose HIV pada anak ).




Kegunaan cek antibody HIV pada bayi : ketika hasilnya negative kemungkinan besar
anak negative, kecuali bayi disusui kemungkinan sibayi dalam masa jendela dan
ketika si anak hasilnya positif dokter akan asumsikan hasilnya positif, dan anak mulai
ART. Monitoring klinis tanda-tanda HIV dan Itu menegakkan diagnosa HIV. Dan bila
hasil virologinya negative ART di hentikan. Dan penghentian ARV dapat dilakukan
oleh dokter.
Bayi yang mendapatkan ASI dari ibu HIV + harus dipantau 6 bulan kedepan untuk
melihat tes HIVnya, walau saat pertama pemberian ASI bayi di tes dengan hasil
negative. Atau si anak masih diberikan ASI masih bisa kemungkinan tertular HIV.
Antibodi HIV seumur hidup akan selamanya ada didalam tubuh, berbeda dengan
viral load. Bila viral load akan tidak terdektesi itu hanya didarah. Virus akan
mengumpat di otak atau diginjal.
Dan bila anak hasil dari HIVnya positive maka harus ARV menjadi terapi bukan lagi
profilasis.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS


Anak yang lahir dari ibu yang HIV positif control ke RS harus sampai dengan 18
bulan. Agar dapat menegakkan diagnose HIV anak.
Ibu-ibu hamil yang hasilnya indertemite namun dia beresiko dianjurkan untuk ARV.
Jangan menunda ARV karena akan mentransmisi HIV ke anak. Karena saat anak lahir
ibu akan positif. ARV distop sampai tes HIVnya negafif.dan bila hasilmasih
inderteminate bisa dilakukan PCR.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS



Pertimbangan kotrimoksasol adalah ketika anak masih belum mendapatkan diagnogsa HIV
yang negative jangan sampai stop.
Dan bila anak HIV + dengan profilasis kotrimoksasol dapat dihentikan bila cd4 diatas 200.
Dan kegunaan kotrimoksasol adalah mencegah infeksi berat seperti infeksi pcp pada paruparu, infeksi tokso pada otak dan infeksi pencernaan.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

Pemeriksaan cd4 adalah pemeriksaan awal sebagai keberhasilan ARV dan cek VL
sebagai ukuran apakah ARV mengalami resistensi.

Pada d4t tahun 2015, akan passing out. Tapi tidak seta merta akan hilang,
dikarenakan pada anak penggunaan d4t masih tidak bermasalah. Karena
penggunaan tenovofir dapat dilakukan pada usia 2 tahun, karena efek
sampingnya dapat bermasalah di tulang ( tulang menjadi lembek ) tidak dapat
bertumbuh dengan baik.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Sesi Tanya jawab :
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
T: anak saya sudah cek VL setelah profilasis AZT dan hasilnya undetectable, dian sampai saat ini
masih diberi kotrimokasasol sampai menunggu 6 bulan cek VL lagi, itu tidak apa-apa?
J : ketika hasil anak VL anak negative umur anak 6 minggu, dan jika cek VL kedua harus disertai
dengan cek antibody. Dan kotrimoksasol distopsampai dokter mendapatkan hasil HIV negative.
T : saya secar, dan saat ingin imunisasi bcg dilarang dikarenakan belum ada hasil VL ?
J : itu masih tahun lalu, saat ini sudah bisa imunisasi lengkap dengan awasan dokter anak.
T : anak saya belum imunisasi bcg, dikarenakan hasil VL umur 3 bulan dan terlambat untuk bcg. saat
ini anak saya 6,5 bln. Dan bila ingin bcg harus dimantuk. Masih bisakah anak saya bcg ?
J : imunisasi bcg diprogam Indonesia hanya satu kali. Dan di india 2 kali. bisa bcg asal ke dokter anak
dan mantuk sudah menjadi syarat awal.
T : anak saya tes elisa sudah 2 kali dan hasil (-). Anak saya umurnya 5 tahun dan 6 tahun, apakah
anak saya masih memerlukan kotrimoksasol ?
J : untuk mengukur anak yang yang lahir dari ibu HIV + dapat diukur dari anak yang terakhir yang
dites HIV. Dan bila anak yang terakhir HIV +, maka kakaknya harus tes HIV. Dan bila hasilnya HIV +
seterusnya naik ke anak diatasnya. HIV itu ada 3 progresititas penyakit: untuk rapid 3-5 tahun sudah
keliatan dengan tumbuh kembangnya terhambat, activical 7-10 tahun baru sakit. Longtime : 20
tahun baru sakit. Dan anak yang harus segera di tes HIV bila ada riwayat transfuse darah. Dahulu
donor darah untuk screening menggunakan elisa, akan tetapi saat ini PMI sudah meningkat
pemeriksaannya dengan NAT. dengan NAT masih mempunyai kelemahan masih masa jendela 1
minggu tidak seperti Elisa 3 bulan masa jendela.
T : anak saya yang ke tiga, mendapatkan tranfusi darah dari PMI. Dan saat ini anak saya suka diare.
Apakah anak saya dapat terinfeksi HIV. Pada umur 4 tahun 6 bulan tes elisa dan hasilnya negative, 6
bulan kemudian tes elisa lagi dan hasilnya negative.
J : setiap anak dapat sakit yang mirip dengan HIV padahal anak tersebut tidak sakit HIV. Akan tetapi
kita jauh lebih sensitive karena si ibu HIV +, dengan anak ibu yang tes awal umur 4 tahun 6 bulan dan
sudah tes HIV elisa sudah dua kali. Jadi anak ibu sudah negative tidak perlu tes HIV lagi.
T : saya mempunyai dampingan, dan dia bertanya (neneknya yang mengasuh ) anak pertama HIV (+)
anak kedua HIV(-) anak ketiga HIV(+) dan orang tuanya sudah meninggal?
J : anak pertama HIV + , anak kedua HIV (-), anak ke tiga (+). Jika tes HIV tidak sesuai dengan waktu
untuk menegakkan diagnosa maka hasilnya akan keliru.
T : anak yang diceritakan tadi memang dampingan anak pelita anak pelangi. Dan sudah dicek ulang
dan anak ke dua memang HIV negative. Anak yang pertama berumur 13 tahun , anak kedua umur
10 tahun, anak ketiga umur 7 tahun. Dan semua anak pada tahun 2009 sudah tes ulang dan memang
betul anak yang kedua HIV negative. Jadi kami mengambil kesimpulan kemungkinan saat ibu
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
mengandung anak pertama dan anak ketiga kondisinya tidak baik, sedangkan anak yang kedua
kondisi kesehatan ibu baik.
J : ibu hamil HIV + yang tidak diobati bagaimanapun kondisinya bisa menularkan ke anaknya. Tapi
bila ibu hamil HIV + diobati anak bisa ditolong. mungkin kondisi ibu tidak patuh ARV saat kehamilan
saat anak pertama dan sampai anak terakhir.maka dilihat apakah si ibu punya riwat diobatiatau
tidak, dan bagaimana dengan kepatuhan ARV.
T : saya putri sudah ARV selama 6 bulan dan saya yang ketiga usianya 7 tahun, dan sudah cek HIV
sudah 3 kali dan hasilnya negative. Dan dokternya harus diperiksa lagi 6 bulan kedepan. Apa itu perlu
dilakukan atau tidak
J : anak yang ketiga usia 7 tahun, dites pake rapid ( RDT ) negative. Itu hasilnya negative, jadi boleh
dilakukan tes atau tidak.
T : setiap RS sangat berbeda kebijakannya, saya memiliki teman dan anaknya juga HIV +. Saat ingin
melakukan imunisasi di RS terdekat, pihak RS sakit tidak mau menerima? Jadi saya anjurkan untuk
imunisasi di puskesmas kecamatan yang kebetulan pihak puskesmas mau menerima.
J : menanggapi puskesmas maka kita memiliki puskesmas yang luar biasa. Karena RS tidak mau
mengerjakan imunisasi. Kenapa puskesmas mau melakukan dikarenakan puskesmas sudah banyak
dilatih.dan puskemas DKI Jakarta yaitu satu-satunya puskesmas yang bisa mandiri satelit ARV
nasional. Dokter kita sangat kompeten untuk DKI Jakarta.
T : kenapa anak saya kenapa berhenti kotri sampe umur 6 bln dikarenakan anak saya sudah VL (
tidak terdeksi) apakah bermasalah atau tidak bermasalah.
J : kotri dipakai terus sampai anak diketahui status HIV (-) karena kotri ada dua cara penggunaan
sebagai prokpilasis dan teraphy. Kapan dokter menstop kotri melihat dari penggunaanya dari
profilasis atau terapi. Jadi kalo profilasis akan distop, tapi bila terapi akan diturunkan dosisnya
disesuaikan dengan klinis si anak.
T: setiap RS mengenai kotri beda kebijakan, hanya di RS tarakan yang di beri kotri dan RSCM dan
RSPI tidak diberikan kotri.
J : lihat pada pedoman dan pasien harus mengerti, acuan 2014 setiap semua bayi setelah 2 minggu
dapat kotri. Dan tidak keluar dari buku acuan 2014. Bila dokter tidak diberikan kotri karena sibayi
mengalami anemia atau gangguan fungsi hati. Dan kita harus mengerti apa yang harus dilakukan ke
depan. Bagaimana bila dokter cuti maka pasien akan kebingungan. Dan buku pedoman 2014 menjadi
acuan.
T : saya baru mengetahui status HIV 5 bulan dan saya baru menikah, bagaimana saya bisa hamil dan
suami saya negative HIV.
J : sebelum menikah sebaiknya datang ke poli HIV untuk konsul dan kondisi ibu saat ini sudah
menikah, dan ada serangkaian yang harus dilakukan. Dan kondom harus dipakai seumur hidup.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Sebagai alat pencegahan penularan HIV ke orang lain atau saling bertukar virus. Pertanyaan
selanjutnya apakah saya bisa hamil bila saya menggunakan kondom. Dengan progam PPIA ada
tahapan-tahapan yang harus diikuti bila ingin mempunyai anak HIV negative. Dan libatkan pasangan
untuk mendapatkan kehamilan.
T : untuk lentera anak pelangi hanya dijakarta dan saya domilisi saya didepok, apakah wilayah depok
dapat mengakses pelayanan lentera anak pelangi.
J : memang lentera anak masih sangat terbatas dengan pendamping hanya di DKI jakarta. Dan bila
ada anak diluar Jakarta akan dibantu dengan lembaga yang ada di wilayah terdekat dengan anak
dengan bekerja sama dengan lentara anak pelangi terkait pemberian nutrisi akan tetapi
pendampingan dilakukan oleh lembaga terdekat. Terkait dengan nutrisi itupun akan dilakukan
penilaian dengan kondisi mampu atau tidak mampu. Dan semua lembaga bisa terlibat untuk
melakukan pendampingan pada anak, dan salah satunya IPPI yang sangat luas jangkauannya dan
dapat bekerjasama dengan Lentera anak dan pelangi.
ISHOMA 12.00 – 12.30
Pukul : 13.00
Sesi Testimoni dari Anggota IPPI
Narasumber : Shanty choirunnisa – IPPI DKI Jakarta ( vocal point Jak-bar )
Narasumber bercerita tentang kondisi anaknya yang status HIV + dan sudah ARV berumur 7 tahun,
awal ARV duviral dan neviral akan tetapi rejimen ini tidak cocok dengan efek samping ruam-ruam
pada kulit, sehingga diganti dengan neviral, staviral dan lamivudine). Awal- awal ARV diberikan
racikan setelah itu Triomune Junior dengan cara dicampur dengan air dan triomune junior mudah
larut dengan air. Shanty mengajarkan anaknya pada usia 4 tahun meminum ARV dengan cara di
minum langsung ( trimune junior ). Dan rasa trimune junior memang tidak begitu pahit, awal-awal
memang mengalami kesulitan saat mengajarkan anak menelan obat dalam bentuk tablet. Shanty
bukan saja mengajarkan anaknya menelan obat, jadwal minum obat pun sudah diajarkan. Sehingga
Anak dari Shanty sudah mandiri meminum ARV. Saat ini ARV yang diminum sudah terpisah setiap
komposisinya (Neviral, staviral dan Lamivudine). Dengan kondisi seperti itu, santhy mensiasatinya
dengan menggunakan kotak obat yang bertulisan P : pagi M : malam. Kendala selama ARV
kejenuhan anak terhadap ARV. Selama ini Shanty belum memberitahukan status daan obat yang
diminum oleh anaknya dikarenakan anaknya belum perna menanyakan sakitnya. Dan anak Shanty
membadingkan dirinya dengan orang terdekat didalam keluarga. Dalam hal ini membandingkan
dengan adik dari Shanty yang paling kecil. Dan shanty sempat di complain anaknya kenapa bibi Iyah
tidak sakit dan tidak minum obat, sedangkan aku tidak sakit tapi minum obat. Dan Shanty
memberikan penjelasan ke anaknya bahwa obat ini berfungsi sebagai “obat cantik”. Shanty
mengakui penjelasan itu tidak bagus, akan tetapi Shanty masih memiliki ketakutan bila anaknya
diberitahu kondisi yang sebenarnya akan memberitahu ke teman atau orang lain sehingga
menimbulkan stigma. Shanty memiliki PR saat anaknya berusia 9 atau 10 tahun Shanty akan
memberitahu kondisi yang sebenarnya. Dengan permasalahan ini Shanty meminta bantuan progam
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
dari lembaga Lentera Anak Pelangi ( LAP ) dan mengikut sertakan anaknya dalam progam “Anak
hebat”. Dan Santy memiliki mimpi bisa menghadapi ini semua karena kuat dan bisa lebih baik lagi
kondisinya bersama anaknya.
Sesi dilanjutkan dengan diskusi oleh perserta,
T : Dukungan dari keluarga bagaimana?
J : keluarga mendukung, dan disaat Santy tidak dirumah peran Santy sebagai PMO diambil oleh
anggota keluarga yang lain. Dan semua keluarga tahu status HIV Santy dan anaknya
Dari peserta memberikan saran ke Santy bagaimana memberikan edukasi tahapan-tahapan terkait
status HIVnya dengan cara memberi tahu dengan cara yang sederhana yaitu didalam tubuh kamu
ada bakteri/kuman sehingga saat kamu tidak meminum obatnya maka si kuman akan nakal.
T : harapan Santy dan anak ?
J : harapan kami, tetap sehat dan miliki semangat untuk menjalani hidup.
Pukul : 13.20
Kesehatan Reproduksi Wanita
Narsum : dr. Allert Benedicto Ieuan (ABI) Noya – klinik Yayasan Angsa merah




SEHAT? (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Definisi WHO tentang sehat tersebut mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif yaitu, memperhatikan individu sebagai sebuah sistem
yang menyeluruh
KESEHATAN REPRODUKSI : Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
Organ Reproduksi Perempuan tampak dari luar dan dalam
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

Tanda Kewanitaan yang Sehat :
1. Berfungsi sebagai alat reproduksi dengan baik
Vagina merupakan organ penting untuk reproduksi, yaitu berhubungan seks dan sebagai
jalan keluarnya bayi saat melahirkan
2. Tidak ada infeksi
Ekosistem vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur
utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik.
Estrogen  kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen).
Glikogen  nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya.
Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam
di dalam vagina, dengan potential Hydrogen (pH)
berkisar 3,8 – 4,5. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri
patogen (jahat) akan mati. Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95 persen
Lactobacillus, 5 persen patogen. Infeksi juga dapat disebabkan oleh jamur yang terlalu
banyak tumbuh dalam vagina. Pemicunya ada banyak, mulai dari keringat, kehamilan,
hubungan seksual, atau mengenakan pakaian dalam yang basah.
3. Tidak terkena penyakit menular seksual
Ada berbagai macam penyakit menular seksual yang bisa menyerang vagina seperti
klamidia, gonore, dll. Penyebabnya bisa mikroba ataupun virus.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

4. Tidak ada luka, benjolan
Luka pada vagina dapat terjadi karena hubungan seks ataupun benturan yang
menyebabkan kulit ataupun bagian terluar vagina lecet. Jika sudah demikian, bakteri
ataupun virus dapat dengan mudah masuk dan menyebabkan infeksi.
Infeksi Menular Seksual :

Gejala IMS
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
 Cara Menjaga Kesehatan Kewanitaan :
1. Jangan gunakan sabun.
2. Hindari membersihkan daerah kemaluan dengan sabun atau cairan pembersih. Selain itu,
selama menstruasi, cucilah vagina dengan air untuk menjaga kebersihannya.
3. Jauhkan semprotan dari vagina.
4. Anda mungkin berpikir menggunakan semprotan dengan wangi bunga pada vagina akan
memberikan aroma yang harum. Tapi, ini benar-benar bisa merusak tingkat pH vagina dan
menyebabkan iritasi serta masalah lainnya.
5. Menjaga kebersihan selama menstruasi.
6. Untuk vagina yang sehat, sangat penting menjaga kebersihannya terutama selama
menstruasi. Jangan gunakan pembalut terlalu lama. Segera ganti bila sudah terasa penuh.
Pembalut menyerap darah dan jika digunakan untuk waktu yang lama dapat menyebabkan
terbangunnya bakteri dan menyebabkan ruam serta iritasi.
7. Kenakan celana katun. Pilih celana dalam dari bahan katun karena cepat kering dan juga
memungkinkan sirkulasi udara yang baik. Ini dapat membantu mencegah infeksi jamur
karena kondisi lembab. Hindari pakaian mewah yang terbuat dari kain seperti renda, sutera,
atau bahan sitentis.
8. Hindari Pakaian Ketat. Sering mengenakan pakaian ketat seperti celana skinny biasanya
merangkap kelembaban dan dapat menyebabkan infeksi jamur dan ruam. Jadi sangat
penting untuk memakai pakaian longgar.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
9. Perhatikan Teknik Membersihkan Vagina Setelah buang air, pastikan arah membersihkan
vagina adalah dari depan ke belakang. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kotoran atau
virus yang berasal dari saluran pembuangan tidak sampai ke area vagina. Selain itu jangan
lupa untuk mengeringkan vagina menggunakan handuk bersih atau tissue.
10. Waspada dan periksa kondisi vagina yang aneh. Jika melihat keanehan, seperti bau vagina
yang ‘keterlaluan’, gatal berlebihan atau warna yang tidak biasa, penting untuk mengobati
gejala ini dengan berkonsultasi pada dokter. Pengobatan secara dini dapat mencegah infeksi
vagina berlanjut.
11. Periksakan pap smear.
12. Cara terbaik untuk mencegah kanker leher rahim adalah menggunakan tes pap smear
setidaknya sekali setahun. Ini akan menyelamatkan hidup Anda lebih cepat dan menjaga
agar vagina tetap sehat.
Safe Sex!
Dilanjutkan dengan sesi Tanya Jawab :
T : tehnik membersihkan vagina yaitu dari depan kebelakang dan biasanya akan bolak-balik, yang
akhirnya sama saja. Apakah ada tehnik yang lain selain itu.
J : tidak bolak-balik, tapi dari depan ke belakang habis itu basuh tangan, atau basuh area
keperempuanan sendiri-sendiri.
T : ada teman saya cek IMS, dan akhirnya diberi obat yang jumlahnya 4 dan harus diminum hari itu
juga bersamaan, tetapi setelah diminum dia muntah dan obatnya keluar. Apa yang harus dilakukan?
J: teman kamu muntah dan obatnya masih berbentuk bulat, berarti obat itu belum dicerna
sebaiknya kembali lagi ke layanan kesehatan dan memang obat tersebut antibiotic dan sangat keras,
sebaiknya diminum setelah makan kenyang.
T : ada dampingan saya yang sudah berobat IMS, obatnya diminum didepan dokternya. Tidak lama
dia datang lagi ke dokter dengan keluhan yang sama, itu bagaimana?
J : obati kembali sesuai gejala, tapi dimonotoring bila tidak ada perubahan dari gejala-gejala IMSnya
mau tidak mau harus ganti obatnya.
T : dok, kalau menggunakan sabun sehari-hari, seperti sabun batang biasa untuk mandi itu aman
tidak?
J : sebenarnya sabun tidak begitu dibutuhkan oleh vagina cukup dengan air bersih, yang harus
diperhatikan adalah airnya. Bila airnya kotor bias menimbulkan keputihan, dan kalau kita yakin air
bersih cukup dengan air hangat, karena sabun batang itu terbuka dan bias bekas pakai orang lain
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
maka itu juga bias menimbulkan bakteri, dan biasanya sabun batang mengandung antiseptic yang
akhirnya membunuh kuman baik di vagina ( PH ). Dan sifat dari antiseptic kering sehingga
menyebabkan kering dan berdampak iritasi.
T : bagaimana dengan cairan bethadin khusus pembersih kewanitaan, da nada tulisan dapat
menyembuhkan keputihan, itu bagus tidak untuk digunakan?
J : sebenarnya bethadin bagus untuk digunakan luka yang sudah meradang, contoh saat dibuka
vagina dengan cocor bebek luka akan kelihatan mulut harim ada luka atau meradang. Akan tetapi
keburukan dari bethadin produknya menyembuhkan tapi meiritasi dulu, sehingga berdampak perih
dan kering. Maka bila ada keluhan sebaiknya diobati sesuai dengan penyebabnya.
T : penggunaan panty liner baik atau tidak ?
J : penggunaan panty liner bias membuat subur kuman dan bias menyebabkan jamur, karena
penggunaan panty liner akan membuat lembab. Maka penggunaannya tidak dianjurkan digunakan
setiap harinya.
T : saya dulu minum obat TB, dan sudah 4 bulan tidak datang bulan. Apakah itu efek samping dari
OAT. Sebelumnya saya haid lancer.
J : ada beberapa obat ke hormonal maka harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut, akan tetapi
setau saya obat OAT jarang memiliki efek itu.
Terima kasih.
IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI
Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS
Download