Latar Belakang Keberhasilan pembelajaran mata pelajaran

advertisement
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS VII.2 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI
NURHAIDA MANURUNG
Guru SMP Negeri 5 Kota Tebing Tinggi
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran tipe STAD di kelas VII.2 SMP Negeri 5 kota Tebing
Tinggi. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang didalam setiap
siklusnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang.
Instrumen penelitian jenis data yang diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Matematika yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan STAD dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami banyak berkembangan. Pada siklus
1 rata-rata skor siswa adalah 6.8. Di antara mereka tidak ada yang hasil belajarnya
termasuk dalam kategori sangat rendah, rendah, dan sangat tinggi. Untuk kategori sedang
terdapat 20.8% dan kategori tinggi sebesar 79.2% Pada siklus 2, rata-rata skor siswa
adalah 7.7 tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang.
Untuk kategori tinggi terdapat 75% dan sangat tinggi sebesar 25%.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, dan Tipe STAD
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembelajaran
mata pelajaran Matematika tidak
terlepas dari kerja sama yang baik
antara guru dan siswa. Kalau siswa
tuntut
minat
dan
ketekunan
mengikuti proses pembelajaran,
maka guru tuntut kesiapan dan
penguasaan materi yang akan
diajarkan dengan metode pengajaran
yang memungkinkan terciptanya
interaksi edukatif dalam kelas baik
antar siswa dengan siswa lainnya
maupun antar siswa dan guru. Hal ini
dimaksudkan
agar
proses
pembelajaran
mengarah
pada
Peningkatan hasil belajar siswa
secara
optimal.
Keharmonisan
kerjasama antara guru dan siswa
cenderung pada upaya optimalisasi
pencapaian hasil belajar siswa,
khususnya pada mata pelajaran
Matematika SMP Negri 5 Tebing
Tinggi.
Salah
satu
model
pembelajaran yang dimaksudkan di
atas adalah model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan STAD
(Student Team Achievement). Model
pembelajaran ini dilakukan dengan
cara melakukan pengelompokan
siswa, mungkin suatu kelompok
terdiri atas empat atau lima orang
saja. Dengan demikian, siswa
kemudian akan belajar bersama
dengan
kelompoknya
dalam
membahas materi pembelajaran yang
ditugaskan oleh guru. Inilah yang
dimaksud
bekeja
dalam
tim,
sehingga kerjasama dan kebersamaan
dalam tim sangat diperlukan.
Pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam mengajarkan mata
105
pelajaran Matematika di SMP Negri
5 Tebing Tinggi merupakan fokus
penelitian ini yang dirancang dalam
bentuk penelitian tindakan kelas
(PTK). Dalam hal ini siswa di
perlakukan
sebagai
subyek
pembelajaran yang akan memikirkan,
membahas dalam kelompok, dan
mengambil kesimpulan berkenaan
dengan pokok bahasan
yang
diajarkan. Guru (peneliti) melakukan
pengawasan
terhadap
jalannya
tindakan belajar tersebut. Dengan
demikian, akan tercipta perilaku dan
sikap mandiri serta kebersamaan
dalam tim yang pada dasarnya
diperlukan dalam mencapai suatu
keberhasilan,
khususnya
dalam
bidang pendidikan.
Identifikasi Masalah
Dalam
lingkungan
pendidikan dewasa ini, faktor metode
pembelajaran mendapat perhatian
serius dari pemerhati pendidikan.
Kalau masalah peningkatan hasil
belajar siswa dihubungkan dengan
pihak guru, maka unsur yang biasa
dipertanyakan adalah menyangkut
penguasaan materi yang selanjutnya
disertai dengan metode mengajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sadar
atau tidak sebagian besar guru masih
menerapkan metode pembelajaran
tradisional yang selama ini dikenal
dengan metode ceramah atau metode
lain yang cenderung memposisikan
siswa sebagai objek pembelajaran.
Harus
diakui
bahwa
metode
pembelajaran yang memposisikan
siswa sebagai objek belajar tidak bisa
memberikan hasil sesuai yang
diharapkan.
Penomena
yang
demikian, juga terlihat di SMP
Negeri 5 Tebing Tinggi, dimana
pembahasan teori dalam proses
pembelajaran masih lebih dominan
ketimbang praktik, sehingga ada
kesan penguasaan pokok bahasan
Matematika tertentu yang seharusnya
bisa tercapai dalam satu dua kali
pertemuan
justru
memerlukan
beberapa kali pertemuan. Hal ini
dapat pula menghambat penguasaan
secara optimal pokok bahasan lain
yang berhubungan dengan mata
pelajaran Matematika, sehingga hasil
belajar siswa pada pelajaran tersebut
belum optimal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi
masalah di atas, maka dilakukan
penelitian tindakan kelas mengenai
penggunaan metode pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan STAD
pada proses belajar mengajar mata
pelajaran Matematika di SMP Negeri
5 Tebing Tinggi. Adapun masalah
yang menjadi fokus penelitian
tindakan kelas ini dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan STAD
dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Matematika siswa
kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi?”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah: “Untuk mengetahui
apakah pembelajaran kooperatif tipe
106
STAD dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Matematika
siswa kelas VII.2 SMP Negeri 5
Tebing Tinggi”
LANDASAN TOERITIS
Pembahasan Teori tentang Hasil
belajar
Hasil
belajar
memiliki
persamaan makna dengan prestasi
belajar, yaitu hasil yang diperoleh
dari suatu aktivitas belajar yang
dilakukan secara formal, rutin dan
sistematis berdasarkan kurikulum
yang berlaku. Jadi kalau kita
berbicara tentang hasil belajar,
berarti kita menyinggung mengenai
adanya peningkatan kemampuan
belajar atau perubahan positif pada
kemampuan belajar siswa di sekolah.
Hal ini tercermin dalam pengertian
hasil belajar yang dikemukakan oleh
sudjana
(1989:
34),
yaitu
kemampuan yang dimiliki siswa
setelah
menerima
pengalaman
belajar. Pengertian yang sama juga
dikemukakan oleh Abdurrahman
(1991: 38) bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak
didik setelah melalui kegiatan
belajar.
1. Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar
siswa, yaitu:
1. Intelegensi dan pengasaan anak
tentang materi yang akan
dipelajari.
2. Adanya
kesempatan
yang
diberikan kepada anak
3. Motivasi, dan
4. Usaha yang dilakukan oleh anak
5. Konsep
mengenai
Model
Pembelajaran Kooperatif
Peningkatan hasil belajar siswa
merupakan sesuatu yang kompleks.
Banyak faktor yang terkait di
dalamnya,
terutama
yang
berhubungan dengan guru sebagai
pendidikan dan siswa sebagai
terdidik. Berkaitan dengan guru,
salah satu unsur yang penting adalah
metode
pembelajaran
yang
diterapkan
dalam
proses
pembelajaran. Metode ceramah
adalah metode yang paling banyak
digunakan,
namun
tampaknya
metode ini tidak cukup efektif karena
siswa diposisikan sebagai objek
pembelajaran.
Konsekuensinya,
bakat dan kemampuan motorik siswa
tidak banyak difungsikan. Karena itu
perlu adanya pengembangan metode
pembelajaran di sekolah yang tidak
hanya memandang siswa sebagai
objek tetapi sebagai subjek dalam
proses pembelajaran.
Dengan model pembelajaran
kooperatif
siswa
diberikan
kesempatan untuk melakukan diskusi
dengan teman-teman dan gurunya.
Mereka bebas mengemukakan ide
secara ekspensif dan kemudian
melakukan perbandingan dengan ide
teman-temannya
untuk
melihat
perspektif
yang berbeda dan
kemudian
melakukan
evaluasi
kembali terhadap konsep-konsep
mereka.
Adapun
ciri-ciri
proses
pembelajaran yang menggunakan
model kooperatif menurut Lundgren
107
(dalam Budiastuti, 2001) adalah
sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif
2) Siswa dikelompokkan ke dalam
beberapa kelompok dan pada
setiap kelompok terdapat siswa
berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3) Memungkinkan
adanya
perbedaan ras, suku, jenis
kelamin dalam satu kelompok.
4) Lebih berorientasi kelompok
ketimbang berorientasi individu.
Students
Team
Achievement
(STAD)
Students Team Achievement
(STAD) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif
yang
melakukan pengelompokan siswa
dalam proses pembelajaran. Dengan
model pembelajaran ini, siswa
diperlakukan sebagai subjek belajar
yang secara kreatif dan aktif
melakukan aktivitas belajar dalam
kelompok.
Students Team Achievement
(STAD) dapat diartikan sebagai tim
siswa kelompok prestasi. Dalam hal
ini, siswa belajar dalam tim atau
kelompok yang telah dibentuk
sehingga orientasi pembelajarannya
mengarah
pada
peningkatan
kemampuan anggota
kelompok
secara merata. Dengan model ini,
setiap siswa dalam suatu kelompok
mendapatkan kesempatan yang sama
untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Kesempatan yang dimaksud adalah
bahwa dalam tim belajar tersebut
setiap siswa dapat bertukar pikiran
dengan lainnya dalam satu kelompok
untuk mencari solusi terhadap suatu
permasalahan. Dengan demikian,
setiap
anggota
tim
memiliki
kesempatan yang sama dalam
memahami
langkah-langkah
penyelesaian suatu permasalahan.
Dalam
Students
Team
Achievement (STAD) di atas
ditempatkan dalam suatu tim yang
beranggotakan
empat
orang.
Keempat siswa tersebut memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda
yang ditinjau dari hasil belajar yang
diperoleh. Selain itu, anggota tim
tersebut mungkin berasal dari ras
atau suku serta kelamin yang
berbeda, sehingga setiap anggota tim
dapat saling mengisi satu sama lain
dan secara sosial dapat belajar
bagaimana bekerja sama yang baik.
Selanjutkan siswa bekerja di dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian
ini
termasuk
penelitian tindakan kelas yang
berorientasi pada pengaktifan siswa
dalam
pembelajaran.
Dalam
penelitian
ini,
siswa
tidak
diperlakukan
sebagai
objek
pembelajaran, tetapi sebagai subjek
(pelaku) yang melakukan aktivitas
belajar sehingga waktu pembelajaran
lebih didominasi oleh aktivitas siswa
selama proses pembelajaran, dengan
demikian, dapat dirangsang dan
diaktifkan kemampuan kognitif,
motorik, dan efektif siswa dalam
108
memecahkan suatu permasalahan.
Permasalahan yang dimaksud adalah
tugas yang dibagikan kepada setiap
kelompok untuk dibahas secara
internal
kelompok
dan
kesimpulannya pun juga merupakan
kesimpulan kelompok.
Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing
Tinggi tahun pelajaran 2011-2012.
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII-2 dengan jumlah siswa
sebanyak 40 orang.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan
masalah di atas, maka tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah:
“Untuk
mengetahui
apakah
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Matematika siswa
kelas VII.2 SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi”.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian jenis data
yang diperoleh berupa data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari lembar observasi
dengan
maksud
memperoleh
gambaran
mengenai
efektifitas
proses pembelajaran siklus 1 sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
melakukan
perubahan-perubahan
konduksif
pada
pelaksanaan
pembelajaran siklus 2.
Rencana Penelitian
Setting Penilaian
Penilaian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SMP Negeri 5
Tebing Tinggi pada tahun pelajaran
2011-2012 selama 3 bulan, yaitu 1
bulan untuk pelaksanakan tindakan
siklus 1 dan 2, 1 bulan untuk
mengolah data, 1 bulan untuk
penulisan laporan: Setiap siklus
terdiri atas 4 kali pertemuan. Mata
pelajaran yang diajarkan dalam
penelitian ini adalah mata pelajaran
Matematika dengan pokok bahasan
Bangun Datar (sub pokok bahasan
persegi panjang dan persegi).
Faktor-Faktor yang Diteliti
Adapun faaktor-faktor yang
disoroti dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Sikap, motivasi dan kreativitas
siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Kemampuan dan kekompakan
siswa bekerjasama dalam tim
(kelompok kecil).
c. Identifikasi unsur-unsur yang
perlu ditinjau kembali dan
memerlukan perubahan pada
siklus berikutnya, seperti durasi
pembelajaran, jumlah anggota
kelompok,
dan
distribusi
anggota kelompok. Dengan
demikian diharapkan terciptanya
situasi dan kondisi pembelajaran
yang lebih kondustif.
d. Hasil belajar siswa pada mata
pelajaran,
mata
pelajaran
Matematika di SMP Negeri 5
Tebing Tinggi, baik pada siklus
1 maupun siklus 2. Faktor hasil
109
belajar ini penting diungkapkan
untuk mendukung pengambilan
kesimpulan
yang berkaitan
dengan efektivitas penggunaan
metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam meningkatkan
kemampuan siswa pada mata
pelajaran Matematika dan dalam
menguasai
konsep-konsep
matematika.
Pengelolaan Kelas
Subjek pembelajaran, yaitu
siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing
Tinggi yang terdiri 40 orang, dibagi
ke dalam 10 kelompok. Setiap
kelompok terdiri atas 4 orang.
Pengelompokan
siswa
tersebut
dilakukan dengan memacu pada
kemampuan akademik siswa, ke
empat orang dalam setiap kelompok
memiliki kemampuan akademiknya
tinggi, sedang, kurang, dan sangat
kurang.
Penelitian
ini
dilakukan
dalam bentuk siklus yang terdiri atas
dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus
2. Adapun tahapan pelaksanaan
setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Tahap
perencanaan
pelaksanaan siklus
2. Tahap
tindakan
pembelajaran
3. Tahap observasi terhadap
pelaksanaan tindakan
4. Tahap refleksi
Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif,
yaitu
peneliti
mendeskripsikan
efektifitas
penggunaan metode pembelajaran
kooperatif
tipe STAD terutama
dalam mengoptimalkan hasil belajar
mata pelajaran Matematika siswa
kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi. Tingkat motivasi belajar
siswa diukur dengan menggunakan
acuan norma skala lima sebagaimana
yang ditetapkan oleh Sudjono
(1998:329).
1. Skor < M -15 S termasuk
sangat rendah
2. M-15 ≤ skor < M-5 termasuk
kategori rendah
3. M-5 S ≤ skor < M + 5 S
termasuk sangat rendah
4. M + 5 S ≤ skor < M + 15 S
termasuk sangat tinggi
5. M + 15 S ≤ < M + 15 S skor
termasuk kategori sangat
tinggi
Katerangan: M : Mean dan S:
Simpangan baku
Sedangkan perolehan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika dikategorikan dengan
menggunakan acuan baku dengan
lima kategori. Lima kategori yang
dimaksud adalah sangat rendah,
rendah sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Interval nilai setiap kategori
menurut Depdikbud (1993: 6)
adalah:
1. Kategori sangat rendah yaitu
nilai 0 sampai 34
2. Kategori rendah yaitu nilai 35
sampai 54
3. Kategori sedang yaitu nilai 55
yaitu 64
4. Kategori tinggi yaitu nilai 65
sampai 84
110
5. Kategori sangat tinggi yaitu
nilai 85 sampai 100
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara
umum
pelaksanaan
penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus. Setiap siklus diterapkan
tindakan tertentu melalui langkahlangkah
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan,
dan
refleksi.
Uraian Masing-Masing Siklus
a. Siklus 1
Pada
siklus
1
peneliti
menjelaskan mengenai materi yang
akan
dipelajari
dan
metode
pembelajaran yang digunakan, yaitu
metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Selain itu, peneliti juga
menjelaskan cara kerja metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD
tersebut dalam pengajaran mata
pelajaran Matematika. Pelaksanaan
tindakan pada pertemuan pertama
siklus 1 di atas dihadiri oleh 40 siswa
atau 100% siswa kelas VII-2 yang
hadir pada pertemuan pertama.
Kondisi ini merupakan suatu indikasi
adanya keinginan siswa untuk
mengetahui cara kerja metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil analisis deskriptif
kuantitatif yang berkaitan dengan
hasil belajar pada mata pelajaran
Matematika setelah dilakukan proses
pembelajaran
dengan
metode
kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1
Statistik Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran
Matematika pada Siklus I
Karakteristik
Nilai Statistik
Subjek
40
Nilai
80
Maksimum
50
Nilai Minimum
65,9
Mean
65
Median
Berdasarkan tabel di atas
ketahui bahwa skor rata-rata yang
diperoleh siswa pada mata pelajaran
Matematika
melalui
proses
pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah 65,9 dari skor ideal yang
mungkin dicapai yaitu 100. Skor
terendah yang diperoleh siswa adalah
0. Berdasarkan lampiran 5, maka
banyaknya siswa yang tuntas belajar
adalah 26 siswa dari 40 siswa.
Presentasi ketuntasan tersebut adalah
65% dari skor minimal 85%
tercapainya
ketuntasan
secara
klasikal. Hal ini berarti bahwa
ketuntasan secara klasikal belum
tercapai pada siklus I aplikasi
pendekatan kooperatif
tipe STA
dalam pembelajaran mata pelajaran
Maatematika pada siswa kelas VII-2
SMPN 5 Tebing Tinggi.
Jika skor hasil belajar tersebut
dikelompokkan kedalam kategori,
maka diperoleh distribusi skor dan
presentasi seperti disajikan pada
tabel 2 berikut.
111
Tabel 2
Frekuensi dan Presentasi Skor Siswa
Mata Pelajaran Matematika pada
Siklus 1
N
o
1
Skor
Kategori
Freku
ensi
0
Prese
ntasi
0
0-34
Sangat
rendah
2
35-54
Rendah
2
0
3
55-64
Sedang
12
20,8
4
65-84
Tinggi
26
79,2
5
85100
Sangat
tinggi
Jumlah
0
0
40
100
Dari tabel 1 diketahui skor
rata-rata hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika sebesar
6,8. Jika dimasukkan ke dalam tabel
2 di atas ternyata berada dalam
kategori Mata pelajaran Matematika
siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5
Tebing Tinggi setelah digunakan
model
pembelajaran
kooperatif
dengan pendekatan STAD dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut
berada dalam kategori tinggi.
Siklus II
Pada
siklus,
yaitu
akhir
pertemuan ke empat, peneliti (guru)
juga melakukan tes hasil belajar
siswa
pada
mata
pelajaran
Matematika. Data memperoleh skor
siswa dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, hasil analisis deskriptif
kuantitatif yang berkaitan dengan
hasil belajar tersebut disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 3
Statistik Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Matematika pada Siklus 2
Karakteristik
Nilai Statistik
Subjek
24
Nilai Maksimum
9,0
Nilai Minimum
7,0
Mean
7,7
Median
8,0
Jika skor hasil belajar siswa
di
atas
dikonsultasikan
pada
klasifikasi kategori, maka diperoleh
distribusi skor dan presentasi seperti
disajikan pada tabel 4
Tabel 4
Frekuensi dan Presentasi Skor Siswa
Mata Pelajaran
Matematika pada Siklus 2
Frekuen
si
0
Presenta
si
Rendah
0
0
5.5-8.4
Sedang
0
0
4
6.5-8.4
Tinggi
31
75
5
8.510.0
Sangat
tinggi
Jumlah
9
25
40
100
No
Skor
Kategori
1
0-34
Sangat
rendah
2
3.5-5.4
3
0
Berdasarkan tabel 3 diketahui
skor rata-rata siswa sebesar 7.7, yaitu
sedikit lebih tinggi dari skor rata-rata
siswa pada siklus 1 (6.8). Jika
dikonsultasikan dengan klasifikasi
kategori ternyata skor siswa tersebut
berada dalam kategori tinggi. Hal ini
berarti bahwa hasil belajar siswa
kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi
112
setelah
menjalani
proses
pembelajaran
mata
pelajaran
Matematika
model
kooperatif
dengan I pendekatan STAD berada
dalam kategori tinggi. Berdasarkan
lampiran 5, I siswa yang tuntas
belajar secara individu 24 orang atau
ketuntasan 100%. Hal ini berarti
ketuntasan secara kelompok sudah
tercapai.
tabel 2. Hal ini merupakan suatu
indikasi bahwa model pembelajaran
kooperatif
dengan pendekatan
STAD cukup efektif digunakan
dalam mengajarkan mata pelajaran
Matematika, khususnya pada siswa
kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi. Artinya, aplikasi model
pembelajaran
tersebut
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembahasan
Hasil
analisis
deskriptif
kuantitatif menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi
pada
mata
pelajaran
Matematika
yang
diajarkan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif
dengan pendekatan
STAD dari siklus 1 ke siklus 2
mengalami banyak berkembangan.
Pada siklus 1 rata-rata skor siswa
adalah 6.8. Di antara mereka tidak
ada yang hasil belajarnya termasuk
dalam kategori sangat rendah,
rendah, dan sangat tinggi. Untuk
kategori sedang terdapat 20.8% dan
kategori tinggi sebesar 79.2%
Pada siklus 2, rata-rata skor
siswa adalah 7.7 tidak ada siswa
yang masuk dalam kategori sangat
rendah, rendah, sedang. Untuk
kategori tinggi terdapat 75% dan
sangat tinggi sebesar 25%
Peningkatan hasil belajar siswa
di atas tentu saja tidak terlepas dari
adanya perubahan positif pada diri
selama
mengikuti
proses
pembelajaran yang menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan
STAD.
Perubahan tersebut berhubungan
dengan perubahan sikap siswa dalam
mengikuti pelajaran, terciptanya
keberanian dan keinginan untuk ikut
berpartisipasi aktif
dalam setiap
diskusi
kelompok,
termasuk
keingintahuan mereka yang terlihat
dari keaktifan mengangkat tangan
jika diberikan waktu bertanya kepada
kelompok
yang
melakukan
presentasi.
Melihat terjadinya peningkatan
hasil belajar siswa pada siklus II,
baik dari segi nilai rata-rata yang
diperoleh (meningkat 0.9 atau
sebesar 13.2%) maupun tingkat
presentasi siswa pada setiap kategori
penilaian sebagaimana dapat dilihat
pada tabel 4 dibandingkan dengan
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai
kesimpulan
dari
penelitian tindakan kelas ini adalah
bahwa
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif
dengan
pendekatan
STAD
dapat
meningkatkan hasil belajar pada
mata pelajaran Matematika siswa
kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi. Hal ini terlihat pada lebih
tingginya skor rata-rata siswa pada
siklus 2 dibandingkan dengan siklus
113
1. Tingkat persentasi peningkatan
tersebut mencapai 13,2 %.
Penggunaan
model
pembelajaran kooperatif
dengan
pendekatan STAD, khusus dalam
mengajarkan
mata
pelajaran
Matematika, dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selain itu,
siswa menunjukkan perubahan sikap
ke arah positif, khususnya terhadap
mata pelajaran Matematika dan
model
pembelajaran
tersebut.
Kondisi ini sangat membantu dalam
peningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di
atas, maka peneliti menyarankan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
Siswa diharapkan kiranya tidak
segan-segan bertanya kepada
guru jika ada hal-hal yang belum
jelas, berkaitan dengan mata
pelajaran yang diajarkan.
Dalam proses pembelajaran,
guru diharapkan kiranya dapat
memahami kemampuan rata-rata
siswa dan lebih berorientasi
penggiatan siswa dalam aktivitas
belajar. Untuk itu, perlu
diterapkan metode pembelajaran
yang
cenderung
pada
pengkreaktifan siswa.
Kepala sekolah diharapkan lebih
proaktif
pada segala upaya
peningkatan hasil belajar yang
mungkin
dapat
dilakukan
melalui
pengawasan
atau
supervisi
kepala
sekolah
terhadap keberlangsungan proses
pembelajaran secara disiplin dan
bertanggung jawab.
RUJUKAN
Abdurrahman, 1992. Pengelolaan
Pengajaran. Ujung Padang.
IAIN Alauddin.
Arikunto.S.1998.
Prosedur
Penelitian.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiastuti,
W.2001. Pembelajaran
Kooperatif.
Universitas
Negeri Surabaya.
Djaali. 1991. Disain Eksperimen dan
Analisis Data. Diktat Materi
Perkuliahan
FMIPA
IKIP
Ujung Pandang.
Hamida Bee Abdul Karim.1998. Why
Cooperative Learning. Jurnal
Akademik MPSAH. Jilid 6,
12-19.
Hudoyo,
H.1990.
Strategi
Pembelajaran. Malang: IKIP
Malang.
Ibrahim,
M,
dkk.
2000.
Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya:
UNESA
UNIVERSITY PRESS.
Kagan,
S.
1992.
Learning.
Cooperative
San
Capistrano.CA:
Juan
Kagan
Cooperative Learning.
Madya S. 1994. Panduan Penelitian
Tindakan.
Lembaga
Yogyakarta:
Penelitian
IKIP Yogyakarta.
114
Rohani
dan
Ahmadi.
Pengelolaan
1991.
Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil
Proses Pembelajaran.
Bandung: Remaja
Rosda
Karya.
115
Download