METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII.2 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI NURHAIDA MANURUNG Guru SMP Negeri 5 Kota Tebing Tinggi Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran tipe STAD di kelas VII.2 SMP Negeri 5 kota Tebing Tinggi. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang didalam setiap siklusnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Instrumen penelitian jenis data yang diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Matematika yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami banyak berkembangan. Pada siklus 1 rata-rata skor siswa adalah 6.8. Di antara mereka tidak ada yang hasil belajarnya termasuk dalam kategori sangat rendah, rendah, dan sangat tinggi. Untuk kategori sedang terdapat 20.8% dan kategori tinggi sebesar 79.2% Pada siklus 2, rata-rata skor siswa adalah 7.7 tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang. Untuk kategori tinggi terdapat 75% dan sangat tinggi sebesar 25%. Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, dan Tipe STAD PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembelajaran mata pelajaran Matematika tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Kalau siswa tuntut minat dan ketekunan mengikuti proses pembelajaran, maka guru tuntut kesiapan dan penguasaan materi yang akan diajarkan dengan metode pengajaran yang memungkinkan terciptanya interaksi edukatif dalam kelas baik antar siswa dengan siswa lainnya maupun antar siswa dan guru. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran mengarah pada Peningkatan hasil belajar siswa secara optimal. Keharmonisan kerjasama antara guru dan siswa cenderung pada upaya optimalisasi pencapaian hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Matematika SMP Negri 5 Tebing Tinggi. Salah satu model pembelajaran yang dimaksudkan di atas adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD (Student Team Achievement). Model pembelajaran ini dilakukan dengan cara melakukan pengelompokan siswa, mungkin suatu kelompok terdiri atas empat atau lima orang saja. Dengan demikian, siswa kemudian akan belajar bersama dengan kelompoknya dalam membahas materi pembelajaran yang ditugaskan oleh guru. Inilah yang dimaksud bekeja dalam tim, sehingga kerjasama dan kebersamaan dalam tim sangat diperlukan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mengajarkan mata 105 pelajaran Matematika di SMP Negri 5 Tebing Tinggi merupakan fokus penelitian ini yang dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini siswa di perlakukan sebagai subyek pembelajaran yang akan memikirkan, membahas dalam kelompok, dan mengambil kesimpulan berkenaan dengan pokok bahasan yang diajarkan. Guru (peneliti) melakukan pengawasan terhadap jalannya tindakan belajar tersebut. Dengan demikian, akan tercipta perilaku dan sikap mandiri serta kebersamaan dalam tim yang pada dasarnya diperlukan dalam mencapai suatu keberhasilan, khususnya dalam bidang pendidikan. Identifikasi Masalah Dalam lingkungan pendidikan dewasa ini, faktor metode pembelajaran mendapat perhatian serius dari pemerhati pendidikan. Kalau masalah peningkatan hasil belajar siswa dihubungkan dengan pihak guru, maka unsur yang biasa dipertanyakan adalah menyangkut penguasaan materi yang selanjutnya disertai dengan metode mengajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa sadar atau tidak sebagian besar guru masih menerapkan metode pembelajaran tradisional yang selama ini dikenal dengan metode ceramah atau metode lain yang cenderung memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran. Harus diakui bahwa metode pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai objek belajar tidak bisa memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Penomena yang demikian, juga terlihat di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, dimana pembahasan teori dalam proses pembelajaran masih lebih dominan ketimbang praktik, sehingga ada kesan penguasaan pokok bahasan Matematika tertentu yang seharusnya bisa tercapai dalam satu dua kali pertemuan justru memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal ini dapat pula menghambat penguasaan secara optimal pokok bahasan lain yang berhubungan dengan mata pelajaran Matematika, sehingga hasil belajar siswa pada pelajaran tersebut belum optimal. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD pada proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Adapun masalah yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi?” Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: “Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe 106 STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas VII.2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi” LANDASAN TOERITIS Pembahasan Teori tentang Hasil belajar Hasil belajar memiliki persamaan makna dengan prestasi belajar, yaitu hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan secara formal, rutin dan sistematis berdasarkan kurikulum yang berlaku. Jadi kalau kita berbicara tentang hasil belajar, berarti kita menyinggung mengenai adanya peningkatan kemampuan belajar atau perubahan positif pada kemampuan belajar siswa di sekolah. Hal ini tercermin dalam pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh sudjana (1989: 34), yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Abdurrahman (1991: 38) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak didik setelah melalui kegiatan belajar. 1. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: 1. Intelegensi dan pengasaan anak tentang materi yang akan dipelajari. 2. Adanya kesempatan yang diberikan kepada anak 3. Motivasi, dan 4. Usaha yang dilakukan oleh anak 5. Konsep mengenai Model Pembelajaran Kooperatif Peningkatan hasil belajar siswa merupakan sesuatu yang kompleks. Banyak faktor yang terkait di dalamnya, terutama yang berhubungan dengan guru sebagai pendidikan dan siswa sebagai terdidik. Berkaitan dengan guru, salah satu unsur yang penting adalah metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Metode ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan, namun tampaknya metode ini tidak cukup efektif karena siswa diposisikan sebagai objek pembelajaran. Konsekuensinya, bakat dan kemampuan motorik siswa tidak banyak difungsikan. Karena itu perlu adanya pengembangan metode pembelajaran di sekolah yang tidak hanya memandang siswa sebagai objek tetapi sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi dengan teman-teman dan gurunya. Mereka bebas mengemukakan ide secara ekspensif dan kemudian melakukan perbandingan dengan ide teman-temannya untuk melihat perspektif yang berbeda dan kemudian melakukan evaluasi kembali terhadap konsep-konsep mereka. Adapun ciri-ciri proses pembelajaran yang menggunakan model kooperatif menurut Lundgren 107 (dalam Budiastuti, 2001) adalah sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif 2) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok dan pada setiap kelompok terdapat siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Memungkinkan adanya perbedaan ras, suku, jenis kelamin dalam satu kelompok. 4) Lebih berorientasi kelompok ketimbang berorientasi individu. Students Team Achievement (STAD) Students Team Achievement (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melakukan pengelompokan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini, siswa diperlakukan sebagai subjek belajar yang secara kreatif dan aktif melakukan aktivitas belajar dalam kelompok. Students Team Achievement (STAD) dapat diartikan sebagai tim siswa kelompok prestasi. Dalam hal ini, siswa belajar dalam tim atau kelompok yang telah dibentuk sehingga orientasi pembelajarannya mengarah pada peningkatan kemampuan anggota kelompok secara merata. Dengan model ini, setiap siswa dalam suatu kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk meningkatkan hasil belajarnya. Kesempatan yang dimaksud adalah bahwa dalam tim belajar tersebut setiap siswa dapat bertukar pikiran dengan lainnya dalam satu kelompok untuk mencari solusi terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian, setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama dalam memahami langkah-langkah penyelesaian suatu permasalahan. Dalam Students Team Achievement (STAD) di atas ditempatkan dalam suatu tim yang beranggotakan empat orang. Keempat siswa tersebut memiliki tingkat kemampuan yang berbeda yang ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh. Selain itu, anggota tim tersebut mungkin berasal dari ras atau suku serta kelamin yang berbeda, sehingga setiap anggota tim dapat saling mengisi satu sama lain dan secara sosial dapat belajar bagaimana bekerja sama yang baik. Selanjutkan siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada pengaktifan siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, siswa tidak diperlakukan sebagai objek pembelajaran, tetapi sebagai subjek (pelaku) yang melakukan aktivitas belajar sehingga waktu pembelajaran lebih didominasi oleh aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dengan demikian, dapat dirangsang dan diaktifkan kemampuan kognitif, motorik, dan efektif siswa dalam 108 memecahkan suatu permasalahan. Permasalahan yang dimaksud adalah tugas yang dibagikan kepada setiap kelompok untuk dibahas secara internal kelompok dan kesimpulannya pun juga merupakan kesimpulan kelompok. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2011-2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: “Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas VII.2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi”. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian jenis data yang diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari lembar observasi dengan maksud memperoleh gambaran mengenai efektifitas proses pembelajaran siklus 1 sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perubahan-perubahan konduksif pada pelaksanaan pembelajaran siklus 2. Rencana Penelitian Setting Penilaian Penilaian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi pada tahun pelajaran 2011-2012 selama 3 bulan, yaitu 1 bulan untuk pelaksanakan tindakan siklus 1 dan 2, 1 bulan untuk mengolah data, 1 bulan untuk penulisan laporan: Setiap siklus terdiri atas 4 kali pertemuan. Mata pelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Matematika dengan pokok bahasan Bangun Datar (sub pokok bahasan persegi panjang dan persegi). Faktor-Faktor yang Diteliti Adapun faaktor-faktor yang disoroti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Sikap, motivasi dan kreativitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Kemampuan dan kekompakan siswa bekerjasama dalam tim (kelompok kecil). c. Identifikasi unsur-unsur yang perlu ditinjau kembali dan memerlukan perubahan pada siklus berikutnya, seperti durasi pembelajaran, jumlah anggota kelompok, dan distribusi anggota kelompok. Dengan demikian diharapkan terciptanya situasi dan kondisi pembelajaran yang lebih kondustif. d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran, mata pelajaran Matematika di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, baik pada siklus 1 maupun siklus 2. Faktor hasil 109 belajar ini penting diungkapkan untuk mendukung pengambilan kesimpulan yang berkaitan dengan efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Matematika dan dalam menguasai konsep-konsep matematika. Pengelolaan Kelas Subjek pembelajaran, yaitu siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi yang terdiri 40 orang, dibagi ke dalam 10 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang. Pengelompokan siswa tersebut dilakukan dengan memacu pada kemampuan akademik siswa, ke empat orang dalam setiap kelompok memiliki kemampuan akademiknya tinggi, sedang, kurang, dan sangat kurang. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus yang terdiri atas dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Adapun tahapan pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan pelaksanaan siklus 2. Tahap tindakan pembelajaran 3. Tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan 4. Tahap refleksi Teknik Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu peneliti mendeskripsikan efektifitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terutama dalam mengoptimalkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Tingkat motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan acuan norma skala lima sebagaimana yang ditetapkan oleh Sudjono (1998:329). 1. Skor < M -15 S termasuk sangat rendah 2. M-15 ≤ skor < M-5 termasuk kategori rendah 3. M-5 S ≤ skor < M + 5 S termasuk sangat rendah 4. M + 5 S ≤ skor < M + 15 S termasuk sangat tinggi 5. M + 15 S ≤ < M + 15 S skor termasuk kategori sangat tinggi Katerangan: M : Mean dan S: Simpangan baku Sedangkan perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dikategorikan dengan menggunakan acuan baku dengan lima kategori. Lima kategori yang dimaksud adalah sangat rendah, rendah sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Interval nilai setiap kategori menurut Depdikbud (1993: 6) adalah: 1. Kategori sangat rendah yaitu nilai 0 sampai 34 2. Kategori rendah yaitu nilai 35 sampai 54 3. Kategori sedang yaitu nilai 55 yaitu 64 4. Kategori tinggi yaitu nilai 65 sampai 84 110 5. Kategori sangat tinggi yaitu nilai 85 sampai 100 Hasil Penelitian dan Pembahasan Secara umum pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus diterapkan tindakan tertentu melalui langkahlangkah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Uraian Masing-Masing Siklus a. Siklus 1 Pada siklus 1 peneliti menjelaskan mengenai materi yang akan dipelajari dan metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain itu, peneliti juga menjelaskan cara kerja metode pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut dalam pengajaran mata pelajaran Matematika. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus 1 di atas dihadiri oleh 40 siswa atau 100% siswa kelas VII-2 yang hadir pada pertemuan pertama. Kondisi ini merupakan suatu indikasi adanya keinginan siswa untuk mengetahui cara kerja metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil analisis deskriptif kuantitatif yang berkaitan dengan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika setelah dilakukan proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Statistik Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I Karakteristik Nilai Statistik Subjek 40 Nilai 80 Maksimum 50 Nilai Minimum 65,9 Mean 65 Median Berdasarkan tabel di atas ketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Matematika melalui proses pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 65,9 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 0. Berdasarkan lampiran 5, maka banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 26 siswa dari 40 siswa. Presentasi ketuntasan tersebut adalah 65% dari skor minimal 85% tercapainya ketuntasan secara klasikal. Hal ini berarti bahwa ketuntasan secara klasikal belum tercapai pada siklus I aplikasi pendekatan kooperatif tipe STA dalam pembelajaran mata pelajaran Maatematika pada siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi. Jika skor hasil belajar tersebut dikelompokkan kedalam kategori, maka diperoleh distribusi skor dan presentasi seperti disajikan pada tabel 2 berikut. 111 Tabel 2 Frekuensi dan Presentasi Skor Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Siklus 1 N o 1 Skor Kategori Freku ensi 0 Prese ntasi 0 0-34 Sangat rendah 2 35-54 Rendah 2 0 3 55-64 Sedang 12 20,8 4 65-84 Tinggi 26 79,2 5 85100 Sangat tinggi Jumlah 0 0 40 100 Dari tabel 1 diketahui skor rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika sebesar 6,8. Jika dimasukkan ke dalam tabel 2 di atas ternyata berada dalam kategori Mata pelajaran Matematika siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi setelah digunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut berada dalam kategori tinggi. Siklus II Pada siklus, yaitu akhir pertemuan ke empat, peneliti (guru) juga melakukan tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Data memperoleh skor siswa dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya, hasil analisis deskriptif kuantitatif yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Statistik Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Siklus 2 Karakteristik Nilai Statistik Subjek 24 Nilai Maksimum 9,0 Nilai Minimum 7,0 Mean 7,7 Median 8,0 Jika skor hasil belajar siswa di atas dikonsultasikan pada klasifikasi kategori, maka diperoleh distribusi skor dan presentasi seperti disajikan pada tabel 4 Tabel 4 Frekuensi dan Presentasi Skor Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Siklus 2 Frekuen si 0 Presenta si Rendah 0 0 5.5-8.4 Sedang 0 0 4 6.5-8.4 Tinggi 31 75 5 8.510.0 Sangat tinggi Jumlah 9 25 40 100 No Skor Kategori 1 0-34 Sangat rendah 2 3.5-5.4 3 0 Berdasarkan tabel 3 diketahui skor rata-rata siswa sebesar 7.7, yaitu sedikit lebih tinggi dari skor rata-rata siswa pada siklus 1 (6.8). Jika dikonsultasikan dengan klasifikasi kategori ternyata skor siswa tersebut berada dalam kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa kelas VII-2 SMPN 5 Tebing Tinggi 112 setelah menjalani proses pembelajaran mata pelajaran Matematika model kooperatif dengan I pendekatan STAD berada dalam kategori tinggi. Berdasarkan lampiran 5, I siswa yang tuntas belajar secara individu 24 orang atau ketuntasan 100%. Hal ini berarti ketuntasan secara kelompok sudah tercapai. tabel 2. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD cukup efektif digunakan dalam mengajarkan mata pelajaran Matematika, khususnya pada siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Artinya, aplikasi model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembahasan Hasil analisis deskriptif kuantitatif menunjukkan bahwa hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Tebing Tinggi pada mata pelajaran Matematika yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami banyak berkembangan. Pada siklus 1 rata-rata skor siswa adalah 6.8. Di antara mereka tidak ada yang hasil belajarnya termasuk dalam kategori sangat rendah, rendah, dan sangat tinggi. Untuk kategori sedang terdapat 20.8% dan kategori tinggi sebesar 79.2% Pada siklus 2, rata-rata skor siswa adalah 7.7 tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang. Untuk kategori tinggi terdapat 75% dan sangat tinggi sebesar 25% Peningkatan hasil belajar siswa di atas tentu saja tidak terlepas dari adanya perubahan positif pada diri selama mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD. Perubahan tersebut berhubungan dengan perubahan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, terciptanya keberanian dan keinginan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam setiap diskusi kelompok, termasuk keingintahuan mereka yang terlihat dari keaktifan mengangkat tangan jika diberikan waktu bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi. Melihat terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II, baik dari segi nilai rata-rata yang diperoleh (meningkat 0.9 atau sebesar 13.2%) maupun tingkat presentasi siswa pada setiap kategori penilaian sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4 dibandingkan dengan PENUTUP Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika siswa kelas VII-2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Hal ini terlihat pada lebih tingginya skor rata-rata siswa pada siklus 2 dibandingkan dengan siklus 113 1. Tingkat persentasi peningkatan tersebut mencapai 13,2 %. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD, khusus dalam mengajarkan mata pelajaran Matematika, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, siswa menunjukkan perubahan sikap ke arah positif, khususnya terhadap mata pelajaran Matematika dan model pembelajaran tersebut. Kondisi ini sangat membantu dalam peningkatkan hasil belajar siswa. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. 2. 3. Siswa diharapkan kiranya tidak segan-segan bertanya kepada guru jika ada hal-hal yang belum jelas, berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan kiranya dapat memahami kemampuan rata-rata siswa dan lebih berorientasi penggiatan siswa dalam aktivitas belajar. Untuk itu, perlu diterapkan metode pembelajaran yang cenderung pada pengkreaktifan siswa. Kepala sekolah diharapkan lebih proaktif pada segala upaya peningkatan hasil belajar yang mungkin dapat dilakukan melalui pengawasan atau supervisi kepala sekolah terhadap keberlangsungan proses pembelajaran secara disiplin dan bertanggung jawab. RUJUKAN Abdurrahman, 1992. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Padang. IAIN Alauddin. Arikunto.S.1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Budiastuti, W.2001. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Djaali. 1991. Disain Eksperimen dan Analisis Data. Diktat Materi Perkuliahan FMIPA IKIP Ujung Pandang. Hamida Bee Abdul Karim.1998. Why Cooperative Learning. Jurnal Akademik MPSAH. Jilid 6, 12-19. Hudoyo, H.1990. Strategi Pembelajaran. Malang: IKIP Malang. Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS. Kagan, S. 1992. Learning. Cooperative San Capistrano.CA: Juan Kagan Cooperative Learning. Madya S. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Lembaga Yogyakarta: Penelitian IKIP Yogyakarta. 114 Rohani dan Ahmadi. Pengelolaan 1991. Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. 115