PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL ISLAMI TERHADAP SIKAP

advertisement
PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL ISLAMI TERHADAP SIKAP PERMISIF
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA
Mulianti Widanarti
H. Fuad Nashori
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam IndonesiaYogyakarta
Email : [email protected]; [email protected]
Abstract
This study aimed to determine the effect of Islamicsexual education to permissive
behaviour towards teenager premarital sexual behavior. Subject in this research were 30
student of class VIII SMP " X " Sleman, which was divided into two groups the
experimental group and control group.The data was collected using The Reiss Premarital
Sexual Permissiveness scale, interviews and observations. The research design used was
pre post control group design. Analysis of the study were quantitative and qualitative
analysis. Quantitative analysis using the Mann Whitney to determine attitude toward
premarital sexual behavior after a given Islamic sexual education . The qualitative
analysis was done based on observation, interviews and worksheets. The result of analysis,
post test Z= - 4.028, P= 0,000 (nilai sig < 0,05) and the follow up the value of Z= - 4.481,
P= 0,000 (nilai sig < 0,05). The coclusion of this study is that there is a difference between
the control group and the experimental group after the intervention of Islamic sexual
education. This is consistent with the result of the calculation of effect size -0,81 meaning
Islamic sexual education gives high impact on permissive behaviourtowards teenager
premarital sexual behavior.
Keywords: Islamic sexual education, permissive behaviour, premarital sexual behavior
Besarnya jumlah remaja di
Indonesia makin menambah besarnya
jumlah permasalahan yang ditimbulkan
oleh remaja sebagai akibat dari
kompleksnya permasalahan pada masa
transisi remaja. Adanya peningkatan
dorongan seksual dan perubahan yang
alami terjadi pada masa remaja terkadang
menimbulkan masalah yang cukup serius.
Banyaknya remaja yang terlibat dalam
aktivitas seksual sering ditimbulkan
sebagai akibat dari sikap permisif,
eksperimentasi seksual, dan minimnya
informasi
yang
akurat
mengenai
kesehatan reproduksi dan perilaku seksual
sehingga
seringkali
menimbulkan
ancaman terhadap kesehatan reproduksi
dan perilaku seksual yang beresiko pada
remaja (Haryanto & Suarayasa, 2013).
Berkaitan dengan banyaknya populasi
remaja saat ini pula, para peneliti banyak
yang tertarik menangani permasalahan
aktivitas seksual pada remaja (Shaw,
2009). Aktivitas seksual di kalangan
remaja mendapat perhatian nasional
karena konsekuensi yang ditimbulkan
telah menjadi beban sosial yang sangat
besar, seperti kehamilan tidak diinginkan
pada remaja dan infeksi menular seksual
(Wibawanti, 2013)
Sikap permisif terhadap perilaku
seksual
pranikah
sudah
menjadi
kecenderungan pada remaja di berbagai
belahan dunia. Mereka seringkali
menganggap bahwa berciuman atau
bahkan berhubungan seksual sebelum
menikah merupakan hal yang wajar untuk
dilakukan pada saat pacaran. Sarwono
(2010) menyatakan bahwa semakin
permisif (serba boleh) sikap remaja, maka
makin besar kemungkinan remaja
melakukan hubungan seks pranikah.
Dalam beberapa tahun terakhir,
siswa di SMP X cenderung memiliki
sikap permisif terhadap perilaku seksual
pranikah. Hal ini terlihat dari gaya
pacaran yang dilakukan beberapa siswa.
Gaya pacaran yang dilakukan tidak hanya
diisi dengan sekedar mengobrol, tetapi
sudah pada tahap yang lebih jauh.
Beberapa siswa yang diwawancarai,
misalnya H, menyatakan bahwa dalam
berpacaran perilaku seperti bergandengan
tangan dan berciuman adalah hal yang
wajar, asalkan tidak sampai terlalu jauh
seperti melakukan hubungan seksual. Hal
senada juga diungkapkan oleh D dan R.
Siswa-siswa kelas VIII ini mengatakan
bahwa pacaran yang sehat adalah yang
tidak melampaui batas, misalnya hanya
berpelukan dan berciuman saja, yang
melampaui
batas
adalah
hingga
melakukan hubungan intim, karena akan
mengakibatkan kehamilan. Selanjutnya B
siswa kelas VIII juga berpendapat bahwa
berciuman, berpelukan adalah hal yang
wajar dalam berpacaran. Hal itu
merupakan ungkapan kasih sayang.
Adapun alasan dilakukannya perilaku
tersebut menurut beberapa siswi adalah
sebagai
ungkapan
cinta
kepada
kekasihnya, penasaran, dan juga karena
kurang mendapat perhatian dari kedua
orang tua.
Dianawati
(2009)
mengungkapkan
bahwa
maraknya
pergaulan bebas di kalangan remaja
akhir-akhir ini, antara lain disebabkan
kurangnya pengetahuan mereka tentang
pendidikan seks yang jelas dan benar.
Pendidikan seks kebanyakan hanya
diketahui dari penjelasan teman (yang
belum tentu benar), membaca buku-buku
porno, melihat gambar-gambar porno dari
buku maupun internet, bisa juga dari
penjelasan orang tua yang kurang
lengkap. Semua pengetahuan yang serba
tanggung ini, justru membuat banyak
remaja mencoba mencari tahu dengan
cara melakukannya sendiri sehingga
banyak remaja yang bersikap permisif
dalam berperilaku seksual. Selain itu,
banyak remaja yang umumnya kurang
menyadari akibat yang ditimbulkan dari
tindakannya tadi.
Dampak yang diakibatkan dari
sikap permisif terhadap perilaku seksual
pranikah cukup serius, antara lain
turunnya kesehatan mental. Hal ini justru
karena adanya sikap menyesal, lebih
celaka
lagi
bila
hubungan
itu
menyebabkan
kehamilan,
perasaan
bersalah menghantui mereka, kesehatan
mental juga akan menurun. Bahkan, tidak
jarang pelaku memilih jalan aborsi ,
akibat psikososial lainnya adalah
ketegangan mental dan kebingungan akan
peran sosial yang tiba-tiba saja berubah
jika seorang hamil di luar nikah, dimana
seorang pria aka ,menjadi serorang bapak
dan wanita seorang ibu padahal keduanya
mungkin sama-sama belum siap baik
secara jasmani maupun rohani (Rofiah,
2011)
Peneliti melihat pendidikan seks
sebagai sesuatu yang urgen. Pentingnya
pendidikan seks seiring dengan derasnya
promosi budaya liberal tentang seks,
budaya hidup hedonis dan permisif.
Liberalitas budaya terhadap generasi
muslim mengakibatkan menurunnya
keimanan, sistem etika dan tatanan nilai.
Ditutupya informasi tentang seks dengan
nilai agama akan mengantarkan anak
dalam mencari informasi tentang seks
dari sumber yang tidak bertanggung
jawab. Dalam Islam, upaya mengatasi
kebutuhan seksual sebelum menikah
dilakukan secara preventif. Beberapa ayat
al-Qur’an dapat dijadikan dasar dalam
memberikan
pengetahuan
tentang
masalah seksual. Oleh sebab itu, peneliti
memilih untuk menggunakan pendidikan
seksual Islami sebagai intervensi dalam
penelitian ini.
Materi dalam pelatihan ini antara
lain adalah pemahaman konsep tentang
pendidikan seksual Islami beserta
aplikasinya dalam dunia pendidikan
untuk menurunkan sikap permisif
terhadap perilaku seksual pranikah.
Metode yang digunakan dalam pelatihan
adalah ceramah interaktif, refleksi,
exercise,
games,
dengan
prinsip
experiential learning (belajar berdasarkan
pengalaman).
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada penurunan sikap
permisif terhadap perilaku seks pranikah
setelah mengikuti program pendidikan
seksual Islami.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen,
dengan
menggunakan variabel bebas berupa
pendidikan seksual Islami, variabel
tergantung berupa sikap permisif
terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja. Rancangan ekperimen yang
digunakan adalah pre-post control group
design. Pada desain ini, diawal penelitian
dilakukan pengukuran terhadap variabel
tergantung pada subjek. Kemudian
setelah diberikan perlakuan dilakukan
pengukuran kembali terhadap variabel
tergantung pada subjek dengan alat ukur
yang sama (Seniati dkk, 2005).
Rancangan eksperimen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1. Rancangan eksperimen
Kelompok
Prates
Perlakuan
Pascates
Tindak
lanjut
KE
Y1
X
Y2
Y3
KK
Y1
-
Y2
Y
Keterangan :
KE
: Kelompok Eksperimen
KK
: Kelompok Kontrol
Y1
: Pengukuran Prates
Y2
: Pengukuran Pascates
Y3
: Pengukuran Tindak
Lanjut
X
: Perlakuan
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini
adalah 30 orang siswa SMP”X” Sleman.
Partisipan penelitian ini adalah siswa
kelas VIII yang memiliki usia antara 12 –
15 tahundan beragama Islam. Sebanyak
15 siswa masuk kelompok eksperimen
dan sebanyak 15 siswa masuk kelompok
control.
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang
akan dianalisis secara kuantitatif, alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalahThe Reiss Premarital Sexual
Permissiveness
scale. Data untuk
analisis kualitatif diperoleh berdasarkan
hasil observasi partisipan selama
mengikuti pendidikan seksual Islami,
data lembar-lembar kerja yang diberikan,
dan data evaluasi partisipan setelah
mengikuti pendidikan seksual Islami.
The Reiss Premarital Sexual
Permissiveness scale pada penelitian ini
dibuat untuk digunakan sebagai alat ukut
mengungkap sikap permisif terhadap
perilaku seksual pranikah siswa. The
Reiss Premarital Sexual Permissiveness
scaleterdiri dari 12 pernyataan. Setiap
pernyataan yang mengacu salah satu dari
tiga perilaku seksual yaitu berciuman,
petting dan berhubungan seksual yang
dilakukan dalam keadaan emosional
tertentu (bertunangan, jatuh cinta,
perasaan kasih sayang yang kuat, tidak
merasa sayang) (Walton,2005).
Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah pendidikan
seksual Islami yang akan dilaksanakan
satu kali pertemuan yang terdiri dari 5
sesi, dimana setiap sesi membutuhkan
waktu kurang lebih 60-70 menit.
Kelompok eksperimen akan mendapat
pendidikan seksual Islami terlebih
dahulu, didahului prates, kemudian
dilakukan pengukuran pascates dan
tindak lanjut dengan menggunakan The
Reiss Premarital Sexual Permissiveness
scale.
Sementara itu kelompok control
bertindak sebagai waiting list. Mereka
diberi
perlakuan
setelah
semua
pengukuran, baik prates, pascates,
Analisis Data
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data kuantitatif yang
digunakan untuk menguji data-data yang
diperoleh
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik analisis Uji MannWhitney. Analisis data ini digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pendidikan seksual Islami terhadap sikap
permisif terhadap perilaku seksual
pranikah pada siswa kelas VIII SMP “X”
Yogyakarta
Analisis secara kualitatif.Analisis
kualitatif dilakukan secara individual dan
bertujuan untuk menjelaskan prosesproses pendidikan seksual Islamiyang
dialami masing-masing individu.Analisis
ini dilakukan dengan mengolah data yang
diperoleh dari observasi yang dilakukan
terhadap partisipan selama mengikuti
pendidikan seksual Islami data lembarlembar kerja yang diberikan dan data
evaluasi partisipan setelah mengikuti
pendidikan seksual Islami.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Partisipan
Ada perbedaan skor The Reiss
Premarital Sexual Permissiveness scale
pada setiap pengukuran. Hal ini terlihat
dari table di bawah ini :
40
35
30
25
20
15
10
5
0
prates
pascates
tindak
lanjut
subjek 1
subjek 3
subjek 5
subjek 7
subjek 9
subjek 11
subjek 13
subjek 15
maupun tindak lanjut, sudah selesai. Hal
ini bertujuan agar terlihat perbedaan pada
kelompok eksperimen pasca perlakuan
dan kelompok kontrol yang belum
mendapat perlakuan saat dilakukan
pengukuran The Reiss Premarital Sexual
Permissiveness scale.
Grafik
1.Perbandingan
skor
The
ReissPremarital Sexual Permissiveness
scale siswa sebelum pelatihan, setelah
pelatihan dan enam minggu setelah
pelatihan.
Tabel 6.
Deskripsi Data Penelitian
Subjek
Kelompok
Eksperimen
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Subjek 4
Subjek 5
Subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Kelompok
Kontrol
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Subjek 4
Subjek 5
Subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Pra
tes
Kategori
Pascates
Kategori
Tindak
lanjut
Kategori
27
34
24
23
30
35
30
25
27
25
22
24
27
26
30
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
21
23
19
22
17
17
22
21
17
17
19
17
22
17
17
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
16
22
14
14
12
22
20
14
15
14
18
13
20
14
12
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
33
32
33
25
24
24
24
24
23
22
23
23
26
27
26
S
S
S
S
S
S
S
S
R
R
R
R
S
S
S
27
27
29
28
23
21
26
28
23
21
23
22
26
26
22
S
S
S
S
R
R
S
S
R
R
R
R
S
S
R
28
28
30
27
22
22
27
27
22
22
24
22
27
27
22
S
S
S
S
R
R
S
S
R
R
S
R
S
S
R
Angka pada tabel di atas
menunjukkan bahwa pada kelompok
eksperimen terjadi penurunan sikap
permisif terhadap perilaku seksual
pranikah yang lebih rendah pada
pengukuran setelah diberikan pendidikan
seksual islami (pascates) maupun enam
minggu setelah pendidikan seksual islami
(tindak lanjut).
Hasil Analisis Kuantitatif
Setelah dilakukan uji normalitas
diperoleh data tidak berdistribusi normal.
Dengan demikian maka analisis hasil
dilakukan dengan
uji mann-whitney.
Priyatno (2012) mengatakan uji mannwhitney ini digunakan untuk menguji
perbandingan dua rata-rata kelompok
sampel yang independen. Analisis ini
termasuk non parametrik sehingga tidak
mensyaratkan data berdistribusi normal.
Dari data pascates The Reiss Premarital
Sexual Permissiveness scale
siswa
diketahui nilai Z= -4.028 dengan p=
0,000 (nilai sig < 0,05). Hal ini berarti
hipotesis diterima yaitu ada perbedaan
sikap permisif terhadap perilaku seksual
pranikah antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen pada saat prates (2
minggu setelah pendidikan seksual
Islami). Kemudian sikap permisif
terhadap perilaku seksual dilihat lagi
hasilnya enam minggu setelah pelatihan
(tindak lanjut) diketahui nilai Z= -4.481
dengan p= 0,000 (nilai sig < 0,05) yang
berarti hipotesis diterima yaitu ada
perbedaan sikap permisif terhadap
perilaku seksual pranikah pada saat
tindak lanjut.
Seberapa
jauh
efektivitas
pendidikan seksual Islami yang diberikan
kepada kelompok eksperimen dalam
menurunkan sikap permisif terhadap
perilaku seksual pranikah dapat diketahui
melalui ukuran effect size. Effect size
merupakan ukuran mengenai besarnya
efek suatu variabel pada variabel lain,
besarnya perbedaan maupun hubungan,
yang bebas dari pengaruh besarnya
sampel. Variabel-variabel yang terkait
biasanya berupa variabel respon, atau
disebut juga variabel dependen. Effect
size juga dapat dianggap sebagai ukuran
mengenai kebermaknaan hasil penelitian
dalam tataran praktis (Santoso, 2010).
Kriteria yang diusulkan oleh
Cohan (Santoso, 2010) besar kecilnya
ukuran efek yaitu :
0 < d < 0,2
efek kecil
0,2 < d <0,8 efek sedang
d > 0,8
efek besar
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh Es = -0,73 (pada saat dilakukan
pengukuran pasca tes) dan Es= -0,81
(pada saat dilakukan pengukuran tindak
lanjut).
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seksual
Islami memberikan pengaruh yang
sedang terhadap penurunan sikap
permisif terhadap perilaku seksual
pranikah (pada pengukuran pascates), dan
memberikan pengaruh yang besar
terhadap penurunan sikap permisif
terhadap perilaku seksual pranikah (pada
saat tindak lanjut).
PEMBAHASAN
Pendidikan seksual islami adalah
sebuah kegiatan terencana yang bertujuan
untuk menurunkan sikap permisife
terhadap perilaku seksual pranikah.
Adapun isi dari pendidikan seksual islami
mengacu pada teori yang dikemukakan
oleh Ulwan (2012), Madani (2003), dan
Miqdad (2001)
Pendekatan pelatihan dipilih
karena pelatihan merupakan suatu metode
pembelajaran yang bertujuan untuk
mengubah aspek kognitif, afektif serta
keahlian (Kikpatrick, dalam Salas dkk,
2001).Pendidikan
seksual
islami
dirancang berdasarkan teori experiental
learning yang menyatakan bahwa
pelatihan mampu mengubah struktur
kognitif, sikap serta ketrampilan yang
dimiliki peserta. Salah satu kelebihan
pelatihan adalah dalam pelatihan individu
tidak belajar seorang diri akan tetapi
belajar dalam suatu kelompok, karena
pelatihan diikuti oleh lebih dari satu
peserta.
Diterimanya
hipotesis
yang
diajukan
dalam
penelitian
ini
menggambarkan
bahwa
pendidikan
seksual islami mempengaruhi sikap
terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja. Dapat diartikan semakin remaja
tidak mempunyai pengetahuan yang baik
tentang pendidikan seksual islami akan
memiliki sikap permisive terhadap
perilaku seksual pranikah. Hal ini
sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Zelnik dan Kim (Rofiah, 2011).
Berdasar hasil penelitian tersebut
didapatkan simpulan bahwa remaja yang
mendapat
pendidikan
seks,
tidak
cenderung lebih sering melakukan
hubungan seks, tetapi mereka yang belum
pernah mendapat pendidikan seks
cenderung lebih banyak mengalami
kehamilan yang tidak dikehendaki.
Selanjutnya penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Hunaida
(2003) bahwa aplikasi pendidikan seks
islami dapat mengeliminasi beberapa
penyimpangan seksual serta penanaman
kebiasaan yang bermanfaat.
Pada pendidikan seksual islami ini
menggunakan metode yang diungkapkan
oleh Ulwan (2012), yaitu penyadaran,
peringatan dan pengikatan. Pada sesi
pertama dilakukan penyadaran kepada
peserta bahwa mereka adalah remaja
muslim yang telah memasuki usia aqil
baligh. Sebagai remaja yang telah
memasuki usia akil baligh, mereka
memiliki kewajiban-kewajiban agama
yang harus dilakukan dan ditaati.
Untuk memudahkan penerimaan
remaja terhadap aturan –aturan yang
harus dilaksanakan pada saat memasuki
usia aqil baligh, maka terlebih dahulu
ditumbuhkan suatu kebanggaan terhadap
diri mereka, yaitu identitas mereka
sebagai remaja muslim. Hal yang pertama
dilakukan dalam pendidikan seksual
islami ini adalah dengan memberikan
gambaran
profil
remaja
muslim
berprestasi. Profil dari remaja muslim
tersebut adalah seorang muslimah yang
ideal, di mana memiliki ketaatan dalam
beribadah, berprestasi, rajin, berbakti
kepada kedua orang tua dan memiliki
kegiatan-kegiatan positif yang dapat
meningkatkan kualitas dirinya. Selain itu,
trainer juga memaparkan tentang
ilmuwan-ilmuwan muslim, seperti Ibnu
Sina, Ibnu Rusyd, dan sebagainya. Selain
itu, trainer juga menerangkan Allah yang
maha hebat, Al quran yang luar biasa.
Yang
kedua
yaitu
tahapan
“peringatan”. Metode peringatan ini
merupakan metode positif terbesar dalam
rangka mencegah anak berbuat keji dan
mungkar. Metode ini memberikan
gambaran kepada anak tentang hakekat
bahaya yang muncul dari hawa nafsu
yang tidak dapat dikendalikan oleh anak
dan akan tergelincir di dalam kegiatan
hedonisme. Dalam pendidikan seksual
Islami ini, peserta diberikan gambaran
mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan
dari
adanya
perilaku
seksual
pranikah.Selain itu diberikan gambaran
kasus tentang perilaku seksual pranikah
beserta dampaknya.
Selanjutnya tahapan “pengikatan”,
yaitu peserta diberikan pemahaman
tentang adab bergaul dan disertai dengan
mengajarkan bagaimana mengendalikan
hawa nafsu. Di sini juga diajarkan terapi
doa untuk mengendalikan hawa nafu
tersebut.
Upaya pengenalan pendidikan
seksual islami pada siswa dilakukan
dengan pendekatan pelatihan.Pendekatan
pelatihan dipilih karena pelatihan
merupakan suatu metode pembelajaran
yang bertujuan untuk mengubah aspek
kognitif, afektif serta hasil ketrampilan
atau keahlian (Kikpatrick dalam Salas
dkk, 2001). Johnson dan Johnson (2001)
menyatakan bahwa metode pelatihan
berdasarkan prinsip experiental learning,
yaitu bahwa perilaku manusia terbentuk
berdasarkan hasil pengalaman yang
terlebih dahulu dimodifikasi untuk
menambah efektivitas dan semakin lama
perilaku menjadi suatu kebiasaan dan
berjalan dengan otomatis serta individu
semakin berusaha memodifikasi perilaku
yang sesuai dengan situasi.
Pada pendidikan seksual islami
didasarkan pada prinsip pembelajaran
experiential
learning.
Experiential
learning sendiri ada lima tahapan, yaitu
experiencing, publishing, processing,
generalizing dan applying (Aryani &
Supriyanto, 2003). Pendidikan seksual
Islami untuk mengubah sikap permisive
subjek
terhadap
perilaku
seksual
pranikah, tahapan pertama experiencing
yaitu di mana indvidu atau kelompok
melakukan aktivitas. Pada pendidikan
seksual islami ini peserta melakukan
beberapa aktivitas, seperti menganalisis
sebuah kasus, yaitu subjek diminta untuk
menganalisis kasus tentang perilaku
seksual pranikah.
Setelah
melakukan
analisis
peserta diminta untuk mempresentasikan
apa yang telah ditulisnya. ada tahapan ini
subjek sudah masuk pada tahapan
publishing. Pada tahap ini subjek
mengemukakan apa yang ia pikirkan dan
rasakan setelah membaca kasus tersebut,
langkah apa yang akan ia lakukan saat
berada pada posisi tokoh dalam cerita
tersebut. Setelah itu peserta akan masuk
pada tahapan processing di mana peserta
saling memberikan masukan antar sesama
peserta dari hasil diskusi pada presentasi.
Akhirnya peserta akan saling mengambil
sisi positive sesama peserta lain.
Tahapan
selanjutnya,
yaitu
generalizing di mana peserta melihat
pengalaman mereka, dan bagaimana hal
itu dapat digunakan. Peserta di sini
mengkaitkan cerita pada kasus tersebut
dengan kehidupan sehari-hari. Peserta
mulai
mengungkapkan perasaannya
mengenai
permasalahannya
yang
dihadapi pada kehidupan sehari hari.
Semua peserta diberi kesempatan untuk
berbicara dan saling memberi tanggapan
dan masukan kepada peserta lain. Di sini
peserta mendapatkan umpan balik yang
positif dari peserta yang lain. Rose
(Musyafik, 2005) menjelaskan bahwa
umpan balik adalah proses memberikan
kesempatan
pada
individu
untuk
memberikan informasi, observasi dan
kesan tentang penampilan seseorang atau
sikap umum dalam kehidupan senyatanya
atau dalam suatu permainan peran.
Peserta
diharapkan
menyadari
perilakunya dan memperbaiki ke arah
yang lebih baik. Goldstein (Musyafik,
2005) menyebutkan bahwa umpan balik
bertujuan agar klien atau subjek
mengetahui bagaimana ia mengikuti
langkah-langkah yang diajarkan, pada
saat dia keluar dari langkah tersebut dan
pada saat ia melakukan langkah-langkah
dengan baik. Selain itu umpan balik
deberikan
untuk
mengeksplorasi
pengaruh psikologis melalui permainan
peran dan memberi dorongan pada klien
untuk mencoba perilaku baru yang
didapatkan selama perlakuan pada situasi
kehidupan nyata.
Tahapan akhir adalah applying.
Trainer membantu peserta menerapkan
apa yang sudah digeneralisasi pada tahap
sebelumnya ke dalam keadaan nyata.
Pada
tahap
ini
trainer
mulai
mengerucutkan
pendapat-pendapat
peserta dan membuatnya menjadi satu
harapan kecil yang ingin dicapai bersama.
Di sini peserta mulai membuat action
plan (komitmen pada diri) mereka
kemudian
menuliskan
dan
membacakannya. Peserta melakukan
komitmen dan perilaku mereka yang baru
saat sudah berada diluar pelatihan,
sehingga setelah dua minggu pelatihan
dilakukan pengukuran kembali.
Pendidikan
seksual
islami
memberikan beberapa manfaat bagi
peserta, antara lain siswa memiliki
ketrampilan untuk menjaga diri mereka
dalam bergaul dengan lawan jenis,
memiliki kebanggaan sebagai remaja
muslim sehingga memudahkan mereka
untuk bisa menerima aturan-aturan yang
ada dalam al quran, menambah keinginan
untuk lebih rajin dalam beribadah, dan
dapat membentengi diri dari pengaruh
negatif
terutama
seks
pranikah.
Penurunan sikap terhadap perilaku
seksual pranikah yang terjadi dalam
penelitian ini dikarenakan pendidikan
seksual islami mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan-keterampilan yang
berhubungan dengan perilaku seksual
pranikah
dan
akibat-akibat
yang
ditimbulkan.Faktor yang mendukung
keberhasilan
pemberian
pendidikan
seksual islami adalah modul materi yang
diberikan kepada siswa disusun secara
sistematik dan menarik sehingga
mempermudah subjek dalam memahami
materi.Disamping itu, pelatih dapat
menyampaikan materi pelatihan dengan
jelas dan dapat dimengerti oleh siswa.
Pengalaman, penguasaan materi,
kualitas interpersonal yang baik dan kerja
sama antara trainer dan tim pelatihan
merupakan
modal
utama
dalam
menjalankan pelatihan dengan baik.
Trainer mampu memimpin pelatihan
dengan baik, mampu menumbuhkan
suasana keterbukaan dan keakraban
diantara peserta, mampu menjelaskan
materi dengan bahasa yang mudah
dipahami peserta, sehingga menimbulkan
rasa ketertarikan dan rasa butuh peserta
terhadap
pendidikan
seksual
islami.Suasana keakraban yang sudah
dibangun dari awal pendidikan seksual
islami memberikan dampak positive bagi
peserta sehingga membuat suasana
hangat dan keakraban antara peserta dan
trainer tumbuh. Ketertarikan peserta
terhadap materi yang disampaikan oleh
trainer menimbulkan rasa ingin tahu
sehingga peserta sadar akan pentingnya
pendidikan seksual islami.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seksual
islami dalam penelitian ini dapat
mengurangi sikap permisife siswa di
SMP X. Hal ini dapat dilihat dari adanya
sikap hati-hati siswa dalam berinteraksi
dengan lawan jenis, siswi perempuan
lebih rapi dalam mengenakan hijabnya.
Berdasarkan analisis kualitatif
didapatkan bahwa siswa mendapatkan
beberapa manfaat selama melakukan
pendidikan seksual islami seperti,
memiliki kebanggaan sebagai remaja
muslim,
mengetahui
kewajibankewajiban yang harus dilakukan saat
memasuki usia akil baligh, mengetahui
tentang perilaku seks bebas dan
akibatnya, bagaimana menjaga pergaulan
dan membuat action plan dari pendidikan
seksual yang sudah dilakukan
Rekomendasi
Hasil peneltian ini menunjukkan
bahwa pendidikan seksual Islami
memberikan sumbangan efektif yang
besar terhadap penurunan sikap permisife
siswa terhadap perilaku seksual pranikah,
sehingga
pihak
sekolah
dapat
menggunakan pendidikan seksual Islami
sebagai solusi dari permasalahan yang
ada di sekolah.
Hasil penelitian ini selanjutnya
dapat dijadikan dasar ilmiah untuk kajian
program pelatihan pendidikan seksual
Islami dalam suatu usaha preventif dan
juga usaha menurunkan sikap terhadap
perilaku seksual pranikah pada remaja
muslim.Pendidikan seksual Islami dapat
ditetapkan sebagai pegangan pada siswa
muslim yang memiliki sikap permisif
terhadap perilaku seksual pranikah
Melihat dampak positif dari
pendidikan
seksual
Islami,
maka
diharapkan pendidikan seksual Islami ini
dapat terus diimplementasikan dan
dikembangkan di ranah pendidikan.
Peneliti
selanjutnya
juga
dapat
melakukan penelitian ulang (replikasi
penelitian) atau dengan subjek yang
berbeda dan lebih memperhatikan kepada
waktu, misalnya dengan menambah
waktu jam pelatihan agar permasalahan
siswa lebih terperinci dan dapat
terungkap dengan jelas
Peneliti selanjutnya juga dapat
melakukan penelitian ulang dengan tema
yang sama, dan dengan modul yang
berbeda. Yaitu modul yang dapat
digunakan oleh semua kalangan (semua
agama).
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, D., & Supriyanto, S. (2003).
Peningkatan efektivitas tim kerja
asuhan keperawatan melalui metode
arung alam. Jurnal Administrasi,
Kebijakan, Kesehatan 1 (3), 140145
Dianawati, A. (2009). Pendidikan seks
untuk remaja.Jakarta : Kawan Pustaka.
Haryanto, R., & Suarayasa, K.
(2013).Perilaku seksual pranikah
pada siswa SMA Negeri 1
Palu.Jurnal Academica. 5, 11181125
Hunaida, W. 2003. Pendidikan seks bagi
remaja di MAM 02 Banyutengah
Panceng Gresik.Surabaya : Pasca
sarjana
Johnson, D.W, & Johnson, F.P.
(2001).Joining together: group
theory and group skills.Boston:
Allyn & Bacon.
Madani, Y. (2003). Pendidikan seks
untuk anak dalam islam. panduan
bagi orang tua, ulama, guru dan
kalangan
lainnya.
(Irwan
Kurniawan). Jakarta : Pustakan
Zahra
Miqdad, A.A.A. (2001) .Pendidikan
seksualitas bagi remaja : menurut
hukum Islam.Yogyakarta : Mitra
Pustaka
Musyafik, M. (2005). Peningkatan efikasi
diri melalui pelatihan outbond
pada mahasiswa tingkat awal.
Tesis
(Tidak
Diterbitkan).
Yogyakarta
:
Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis
analisis parametrik dan non
parametrik
dengan
SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Rofiah. (2011). Pelatihan pendidikan seks
berdasarkan teori kontrol diri dari
Everil untuk mengurangi sikap
permisif
remaja
dalam
berpacaran.
Tesis.
(tidak
diterbitkan).
Surakarta
:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Salas, E., Fowlkes, J. E., Stout, R. J.,
Milanovich, D. M., Prince, C.
(2001). Does CRM training
improve teamwork skills in the
cockpit? : two evaluation studies.
The Journal of the Human
Factors and Ergonomics Society,
41 (2), 326-343.
Santoso, A. (2010). Studi deskriptif effect
size
penelitian-penelitian
di
Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Darma.Jurnal Penelitian,
14,1
Sarwono, S.W. (2010). Psikologi
remaja.Jakarta : PT . Raja Grafindo
Persada
Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi,B.N.
(2011). Psikologi Eksperimen.
Jakarta: PT Tunas Jaya Lestari.
Ulwan,
N.A.
(2012).
Pedoman
pendidikan
anak
dalam
Islam.Semarang : Asy-syifa’
Walton,M.D. (2005). Differences among
athletes and non-athletes in sex
role orientation and attitudes
towards
women:
comparing
results from 1982 and 2005.
Electronic
Theses
and
Disertations : The University of
Maine,
Digital
Commons@Umaine
Wibawanti, P. (2013). Efektivitas
program kesehatan reproduksi
melalui ceramah oleh guru
terhadap
peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan sikap permisif
terhadap seks pranikah pada siswa
SMP. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada
Download