Terlibat Kelompok Kecil: Terlibat dalam Komunitas David Platt 26 Agustus 2007 KELOMPOK KECIL: TERLIBAT DALAM KOMUNITAS Roma 12:1-21 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Jika Anda membawa Alkitab, saya mengundang Anda untuk membuka bersama saya pada Roma 12. Membangun komunitas bukanlah hal yang mudah di dalam dunia. Ketika Anda berkumpul bersama dengan sekelompok orang yang memiliki kerinduan yang berbeda, karunia yang berbeda, ketrampilan yang berbeda, situasi kehidupan yang berbeda, pengalaman hidup yang berbeda, Anda tidak bisa berharap segala sesuatu akan berjalan mulus. Belum lama ini saya membaca sebuah buku. Judul buku itu adalah “Semua Orang Normal Sampai Anda Mengenal Mereka Lebih Dalam.” Komunitas akan menjadi jauh lebih mudah jika dalam prosesnya, Anda tidak perlu mengenal orang-orang. Tetapi entah mengapa, inilah cara Allah merancang kita, dan Ia telah merancang kita untuk berbagi kehidupan satu dengan yang lain. Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupan ini, dalam budaya kita yang individualis, kita kehilangan pengertian tentang apa artinya berbagi kehidupan, dan itulah sebabnya kita membahas tentang kelompok kecil. Dua minggu yang lalu, kita membahas tentang bagaimana kelompok kecil diperkenalkan di dalam Alkitab, dari kitab ke kitab, suatu cara di mana Allah memampukan kita untuk saling berbagi kehidupan, dan untuk menggenapkan Misi-Nya bersama-sama, agar kita bertumbuh di dalam Kristus. Pertumbuhan kita di dalam Kristus sebagai individu bertumpu pada menjadi bagian dari komunitas iman. Jadi, kita terlibat di dalam Kristus melalui kelompok-kelompok kecil. Kita terlibat dalam saling memperhatikan. Minggu lalu, kita melihat bagaimana penderitaan yang kita alami dimaksudkan bukan hanya untuk kepentingan kita, dan penghiburan yang kita terima di tengah-tengah penderitaan itu, dimaksudkan untuk kepentingan orang lain; 1 Allah menghibur kita bukan untuk membuat kita merasa nyaman, tetapi untuk menjadikan kita penghibur bagi orang lain. Yang saya ingin kita lakukan pada pagi ini adalah, saya ingin kita merenungkan tentang bagaimana kelompok kecil memungkinkan kita untuk terlibat dalam komunitas yang alkitabiah, yang merupakan inti dari gereja Perjanjian Baru. Saya ingin kita melihat perikop di dalam Roma 12 dari Alkitab kita. Kita akan membaca seluruh pasal. Kita akan merenungkan perikop ini minggu ini dan minggu depan. Minggu ini saya ingin kita memperhatikan pandangan umum tentang apa yang terjadi dalam teks ini dan merenungkan tentang terlibat dalam komunitas melalui kelompok kecil, dan kemudian kita akan melangkah ke bidang lain dari teks ini minggu depan. Namun, saya ingin Anda mengikuti dan menggambarkan hal ini. Saya ingin Anda memperhatikan bahwa berulang kali, perikop ini berbicara tentang bagaimana menjalin hubungan satu dengan yang lain di dalam komunitas. Dengarkanlah Roma 12:1-8 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masingmasing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa 2 yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Sekarang, dengarkanlah ini, berbicara tentang bagaimana kita menjalin hubungan satu dengan yang lain. Roma 12:9-21 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Yang saya ingin kita lihat pada pagi hari ini dalam perikop Firman Tuhan ini adalah bagaimana kita menjalin relasi dengan Allah, bagaimana kita menjalin relasi dengan sesama di dalam gereja sebagai suatu komunitas iman, dan bagaimana kita menjalin relasi dengan dunia. Saya ingin kita melihat bagaimana ketiga relasi tersebut disoroti di seluruh teks Firman Tuhan 3 ini. Namun, sebelum kita menyelaminya, kita akan melihat bahwa kata kunci, kata yang menjadi dasar dari seluruh pasal, ada pada awal Roma 12:1. Dikatakan, “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah...” Apa? “...demi kemurahan Allah.” Setiap kali kita melihat kata “karena itu” di dalam Alkitab, kita tahu bahwa apa yang tertulis selanjutnya seluruhnya didasarkan pada apa yang tertulis sebelumnya. Jadi, semua perintah, kata-kata penguatan, dan tantangan, dan segala sesuatu yang dikatakan oleh perikop ini untuk kita lakukan bukan tiba-tiba muncul entah dari mana. Semuanya bukan muncul begitu saja dari sebuah ruang hampa. Semuanya didasarkan pada sesuatu. Paulus, yang sedang menulis surat yang disebut Surat Roma ini, telah menetapkan sesuatu pada sebelas pasal pertama yang akan menuntun pada titik ini. Dia hendak mengatakan, “Karena itu, demi kemurahan Allah kita melakukan hal-hal ini.” Kemurahan Allahlah yang menjadi dasar untuk setiap kata di dalam pasal ini, untuk setiap perintah di dalam perikop ini, setiap tantangan, dan kata-kata penguatan. Kemurahan Allah merupakan fondasi dari semuanya. Jadi, izinkan saya memberikan kepada Anda suatu tinjauan singkat mengenai Roma 1-11, karena ini merupakan suatu referensi tentang segala sesuatu yang telah dituliskan sebelumnya, gambaran mengenai kemurahan Allah. Jika kita tidak mendapatkan suatu gambaran mengenai kemurahan ini, kita tidak akan pernah memahami apa yang perikop ini perintahkan untuk kita lakukan, dan kita tidak akan pernah memahami komunitas alkitabiah. Apa yang terjadi di dalam Roma 1:18 adalah Paulus mulai menjelaskan tentang murka Allah. Dia berkata, “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia.” Dia berbicara tentang murka Allah mulai dari Roma 1:18 sampai Roma 3:20. Sesungguhnya, dia berkata bahwa murka Allah sedang dicurahkan, bukan hanya ke atas kelompok orang ini atau kelompok orang itu, tetapi sedang dicurahkan kepada semua orang, karena kita semua berdosa. Roma 3:9-20 adalah salah satu gambaran yang menyedihkan tentang manusia. Dikatakan,”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.” Kita semua yang berada di dalam ruangan ini telah berbuat dosa. “Kita semua telah menjadi tak berharga. Tidak ada seorang pun yang melakukan apa yang benar, tidak seorang pun.” Jadi, dari gambaran itu kita mendapatkan fakta bahwa kita semua telah tidak taat terhadap Allah. Kita semua telah berpaling kepada berhala-berhala, kepada ilah-ilah palsu, dan paling sering kepada diri kita sendiri, ambisi kita sendiri, dan keangkuhan kita sendiri. Alih-alih 4 berpaling kepada Allah, kita telah berpaling kepada diri kita sendiri, dan akibatnya, kita layak mendapatkan penghakiman dan murka Allah. Itulah yang tertulis di dalam Roma 1:18-3:20. Kemudian, Anda tiba pada Roma 3:21-26, dan Anda mendapatkan, yang saya yakini, merupakan salah satu paragraf yang paling luar biasa di dalam seluruh Alkitab. Anda mendapatkan gambaran tentang murka, dan kemudian dikatakan, “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Ayat ini berbicara tentang bagaimana Allah telah memilih...jangan melewatkan ini...Dia telah memilih untuk mencurahkan murka-Nya kepada Putra-Nya, dan bukan kepada Anda. Dia berkata, “Yesus telah menanggung murka Allah di dalam diri-Nya bagi kita.” Begitulah Roma 3 diakhiri. Kemudian, Anda tiba pada Roma 4 dan Roma 5, dan dikatakan, “Sebagai akibat dari apa yang dilakukan oleh Kristus di atas kayu salib, maka kita dapat dibenarkan, yang berarti kita dijadikan benar di hadapan Allah.” Dikatakan di dalam Roma 5:1, “Kita telah dibenarkan...” yang berarti, “kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Kita dibenarkan. Kita memiliki damai sejahtera dengan Allah, tanpa melakukan apa pun juga, tetapi hanya oleh karena iman. Janji itu diterima dengan iman, Roma 4 berkata, “Ini adalah karena kasih karunia. Ini dijamin bagi semua orang, hanya dengan percaya kepada Allah.” Itu adalah Roma 4 dan 5, sementara Roma 6 berkata, “Kita telah mati bagi dosa karena Kristus, dan sekarang kita hidup bagi Allah. Dahulu kita telah mati bagi dosa, tetapi sekarang kita menang atas dosa.” Sepertinya Roma 7 adalah tentang Paulus yang menderita skizofrenia. Paulus sedang mengatakan, “Aku tidak mengerti apa yang kulakukan. Apa yang ingin kulakukan, tidak kulakukan, tetapi yang kubenci, itulah yang kulakukan. Jika aku melakukannya, aku tidak ingin melakukannya, dan bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang hidup di dalam aku.” Kita benar-benar dibuat bingung. Kita mencapai bagian akhir, dan Paulus berkata, “Aku manusia celaka.” Kita berkata, “Betapa celaka kita karena mendengarkan hal ini.” Pada akhirnya, kita berkata, “Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus Tuhan kita, karena Dia memberikan 5 kemenangan atas pergumulan kita dengan dosa, yang bukan merupakan sesuatu yang asing lagi bagi semua kita yang berada di ruangan ini.” Anda tiba pada Roma 8, yang merupakan salah satu pasal paling penuh kemenangan di seluruh Alkitab. “Tidak ada penghukuman bagi mereka yang berada di dalam Kristus Yesus. Hukum Roh Kehidupan telah membebaskan kamu dari hukum dosa dan hukum maut.” Kalimat itu menjadi fondasi. Menjadi dasar untuk membangun sampai akhir dari pasal itu, dan dikatakan, “Tidak ada satu hal pun, bahkan kematian atau kehidupan, para malaikat atau roh-roh jahat, saat ini maupun di masa yang akan datang, kuasa apa pun, baik yang tinggi maupun yang rendah, atau apa pun yang lain dari seluruh ciptaan, yang mampu memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” Kemudian, Anda tiba pada Roma 9, 10 dan 11, dan ada banyak perdebatan dan diskusi mengenai pasal-pasal tersebut karena pasal-pasal itu banyak membicarakan tentang pemilihan dan pradestinasi dan Allah yang sudah mengetahui segala sesuatu sebelum hal-hal tersebut terjadi. Jadi, kita memperdebatkan tentang hal itu di dalam gereja. Namun, intinya adalah, tidak peduli di mana Anda jatuh dalam perdebatan itu, intinya adalah Allah telah memilih untuk mengejar Anda dengan kasih-Nya. Dia telah memprakarsai suatu hubungan dengan Anda oleh kasih karunia-Nya dan itu bukan karena apa pun yang sudah Anda lakukan. Kemudian, ia tiba pada Roma 12:1, dan ia berkata, “Karena itu...” jadi, itulah kata “karena itu” yang sangat berkuasa. “Dengan pemahaman tentang fakta bahwa Anda seharusnya berada di bawah murka Allah akibat dosa Anda, dan Yesus Kristus menggantikan tempat Anda, dan dengan percaya kepada-Nya, Dia telah memberikan kebenaran-Nya, kasih karunia-Nya, dan damai sejahtera-Nya kepada Anda, dan sekarang Anda berdiri bukan hanya bebas dari dosa, tetapi menang atas segala dosa sampai kepada kekekalan, semua karena kasih karunia Allah. Dengan pemahaman tentang hal itulah Anda saling mengasihi satu dengan yang lain. Dengan pemahaman itulah, Anda memberkati musuh-musuh Anda, orang-orang yang menganiaya Anda.” Saya ingin Anda melihat bahwa semua perintah di dalam Alkitab, sebagaimana disoroti di sini dengan cara Roma 12 dituliskan...seluruh perintah itu tidak muncul begitu saja dari ruang hampa udara. Alkitab tidak berkata, “Sembahlah Allah karena begitulah seharusnya. Sekarang, lakukan itu. Hendaklah kamu saling mengasihi karena begitulah seharusnya. Hanya karena. Engkau perlu untuk saling mengasihi.” Anda tidak secara alami memberkati mereka yang 6 menganiaya Anda dan berdoa bagi mereka yang ingin mengambil nyawa Anda. Semua itu berakar pada kemurahan Allah, dan kita harus memastikan bahwa itulah inti dari segala sesuatu yang kita bicarakan pada hari ini, karena jika tidak, maka semua hal yang kita bicarakan pada hari ini hanya akan sekedar menjadi legalisme. Akan ada banyak peraturan yang perlu kita taati yang kita lakukan tanpa memahami mengapa kita melakukannya. Kemurahanlah yang mendesak kita untuk melakukannya. Kita adalah orang-orang yang dijenuhi oleh kemurahan, dan itulah sebabnya kita mengasihi satu dengan yang lain seperti yang dikatakan di dalam Roma 12. Itulah sebabnya kita memberikan diri kita kepada komunitas, karena kemurahan mendorong kita. Saya bersyukur karena Allah telah menyelamatkan saya dari dosa-dosa saya, dan Dia telah membebaskan saya dari kematian. Walaupun berada di bawah murka-Nya, saya dilayakkan untuk mendapat kehidupan kekal, Dia telah mencurahkan...mengguyur saya...dengan kasih karunia-Nya. Bersyukurlah atas Kemurahan Allah. Kemurahan adalah hal yang luar biasa, dan itulah yang menggerakkan seluruh teks ini. Kemurahan dan Gereja... Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan. Jadi, saya ingin kita merenungkan tentang bagaimana kemurahan terkait dengan gereja. Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan. Penyembahan kita digerakkan oleh kemurahan. Ketika kita berkumpul bersama pada pagi ini untuk bernyanyi, memuji, menghormati dan memuliakan Dia; ketika kita menjalani kehidupan yang beribadah, itu semua dimotivasi oleh kemurahan. Gambaran di dalam Roma 12 ini...dan kita akan menghabiskan berminggu-minggu untuk mendalami ayat 1 dan 2. Gambaran menyeluruh di sini, konteksnya, adalah Perjanjian Lama, gambaran tentang ibadah di mana Anda membawa korban bakaran ke atas mezbah, dan Anda akan membawa binatang ini atau binatang itu, dan Anda akan membawanya sebagai suatu persembahan tebusan untuk dosa Anda, untuk menutupi dosa Anda. Anda akan membawa korban persembahan tersebut. Anda akan meletakkannya di atas mezbah...binatang-binatang tersebut, persembahan bakaran tersebut, di atas mezbah, dan begitulah caranya Anda beribadah. Apa yang sedang Paulus katakan di sini di dalam Roma 12 adalah suatu gambaran yang luar biasa. Dia berkata, “Engkau tidak lagi meletakkan seekor binatang di atas mezbah. Engkau meletakkan dirimu sendiri di atas mezbah. Engkaulah persembahan itu sekarang. Kita hidup 7 untuk beribadah. Ini bukan lagi rutinitas keagamaan. Ini bukan lagi sekedar latihan keagamaan. Ini bukan sekedar menyanyi. Ini bukan sekedar kegiatan keagamaan. Ini adalah kehidupan Anda. Kita hidup untuk beribadah.” Kita mempersembahkan tubuh kita. Kita sedang mempersembahkan tubuh kita dalam ibadah. Anda mempersembahkan tubuh Anda sebagai suatu persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita meletakkan tubuh kita di atas mezbah dan berkata, “Ya Tuhan, pakailah tubuhku untuk memperlihatkan kekudusan-Mu. Saya ingin menjadi kudus. Melalui pikiran saya, kata-kata saya dan tindakan saya, perlihatkanlah kekudusan-Mu di dalam aku. Kiranya perkataanku, tindakanku, dan pikiranku berkenan di dalam pandangan-Mu. Gunakanlah tubuhku untuk kesenangan-Mu.” Itulah ibadah. Jadi, kita sedang mempersembahkan tubuh kita dan menaklukkan pikiran kita. Berubahlah oleh pembaharuan budimu. Roma 12:2 berkata, “Pikiran kami dijenuhi dengan kemurahan. Pikiran kami dijenuhi dengan Firman-Nya, dan kami berpikir dengan cara yang berbeda. Kita tidak menjadi serupa dengan pola dunia ini. Kita diubah dari pola dunia ini oleh Firman yang memperbaharui pikiran kita hari lepas hari.” Dalam Ulangan 6, dikatakan “Kami meletakkan Firman di palang pintu rumah kami, dan kami mengikatkannya pada pergelangan tangan kami, dan mengikatkannya pada kepala kami, dan kami membicarakan Firman itu dengan anak-anak kami ketika mereka berdiri dan ketika mereka berbaring, dan ketika mereka berjalan di sepanjang jalan.” Kami selalu membicarakan tentang Firman. Firman menguasai kita. Kita mencintai Firman-Nya. Kita dikuasai oleh Firman-Nya. Kita sedang diubah oleh Firman-Nya. Ketika kita berbicara, pembicaraan kita tidak selalu mengenai olahraga, dan juga bukan tentang politik, dan bukan lagi mengenai hal-hal yang ada di dunia ini karena pikiran kita telah diubah oleh Firman-Nya, dan Firman-Nya memberi kepuasan yang jauh lebih besar dibandingkan segala sesuatu yang dibicarakan oleh dunia. Firman-Nya telah mengubah pikiran kita, dan kita beribadah melalui Firman-Nya yang menjadi pusat dari kehidupan kita. Kita sedang mempersembahkan tubuh kita. Kita sedang menaklukkan pikiran kita, dan kita sedang menundukkan kehendak kita. Dengan demikian, Anda bisa menguji dan membuktikan apa kehendak Allah. Anda akan mampu membedakan kehendak Allah dan mampu mentaatinya, dan mendapati bahwa kehendak Allah itu menyenangkan. Anda akan menemukan 8 tujuan hidup Anda ketika Anda mengikuti Dia, dan Anda akan mengalami kepuasan jiwa Anda. Kita hidup untuk menyembah dengan tubuh kita, pikiran kita, dan kehendak kita. Inilah gambaran yang perlu kita lihat tentang pengertian mengenai para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan. Ibadah bukan lagi suatu tugas keagamaan; tetapi kesukaan terbesar kita. Ibadah bukanlah tugas keagamaan kita di dalam gereja ini. Kita tidak beribadah karena hal itulah yang dilakukan orang-orang pada Minggu pagi dalam budaya kita. Sebaliknya, kita hidup untuk beribadah karena kesukaan terbesar kita ditemukan dalam ibadah sebab kita menyembah karena kemurahan Allah. Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan. Kita adalah sebuah keluarga yang dibentuk oleh kemurahan. Sekarang, saya ingin kita melihat melalui sisa perikop ini, bagaimana hal itu mempengaruhi cara kita menjalin hubungan satu dengan yang lain. Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan, dan kita adalah sebuah keluarga yang dibentuk oleh kemurahan. Inilah gambarannya. Dari ayat 3 terus hingga ayat 21, berulang kali, kita melihat perintah, kata-kata penguatan, dan tantangan yang berkaitan dengan bagaimana kita menunjukkan kemurahan satu dengan yang lain. Inilah gambarannya. Kita secara pribadi mengalami kemurahan, dan kita mengekspresikan kemurahan dalam kebersamaan kita. Kita mengalami kemurahan Allah secara pribadi sehingga kita dapat mengekspresikan kemurahan Allah secara korporat. Kemurahan dimaksudkan bukan hanya bagi kita, tetapi demi kepentingan orang lain. Apa yang kita lihat dari ayat 3-21 adalah bagaimana kemurahan mempengaruhi cara kita menjalin hubungan satu dengan yang lain. Sesungguhnya, di sanalah fokus utama dari Roma 12 ini. Namun demikian, kita juga melihat bagaimana kemurahan mempengaruhi cara kita menjalin hubungan dengan dunia. Jadi, saya ingin menjelaskan hal ini satu persatu: Bagaimana kemurahan berpengaruh terhadap cara kita saling mengasihi dan saling memperhatikan dan saling mendukung, dan bagaimana kemurahan berpengaruh terhadap cara kita mencintai dunia, melayani dunia dan memberi diri kita bagi dunia. Ketika hal tersebut berhubungan dengan komponen pertama mengenai ‘satu dengan yang lain’ tersebut, itu adalah sebuah gambaran keluarga. Di sepanjang perikop ini, ini adalah gambaran tentang fakta bahwa kita diciptakan untuk berbagi kehidupan bersama. Ada suatu kedinamisan yang terjadi ketika kemurahan Allah menjadi dasar dari hubungan kita dengan 9 orang lain. Ada suatu kedinamisan di sana, yang bekerja di sana, yang tidak akan pernah disentuh oleh hubungan lain di dunia ini: Kedalaman dan keindahan yang telah Allah rancangkan ketika kemurahan-Nya terhubung dengan keluarga-Nya. Inilah gambaran yang kita peroleh di sini. Ini merupakan suatu gambaran yang sering kita lihat, dan kata yang paling umum digunakan dipakai dalam perikop ini untuk menjelaskan kedinamisan suatu pesekutuan. Anda ingat sebelumnya di dalam Kisah Para Rasul 2:42: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. ” Jadi, apa itu persekutuan? Kita telah membajak kata itu di dalam gereja dan memaknainya tidak sebagaimana mestinya. Apa itu persekutuan? Persekutuan bukanlah sebuah kegiatan sosial. Persekutuan bukanlah semua orang membawa makanan dan kita makan bersama. Itu bukanlah persekutuan. Persekutuan juga sama sekali bukan suatu peristiwa. Persekutuan bukan sekedar berbagi minat atau pengalaman yang sama dengan orang lain. Persekutuan juga bukanlah pergi ke acara Pemahaman Alkitab. Persekutuan bukanlah gambaran tentang sebuah kelompok sesi terapi di mana semua orang duduk melingkar sambil menceritakan rahasia terdalam dan terkelam mereka. Bahkan seandainya semua orang yang berada di sana adalah orang Kristen dan semuanya membawa Alkitab, hal itu tidak otomatis menjadikan itu suatu persekutuan. Persekutuan adalah apa yang terjadi ketika orang-orang yang mengalami kemurahan Allah membagikan pengalaman mereka bersama Allah kepada orang lain dengan cara yang otentik. Itu adalah mengalami Tuhan yang mempengaruhi cara kita menjalani kehidupan dengan sesama dengan cara yang otentik. Kita saling membagi pengalaman bersama Allah. Kita saling menceritakan pengalaman kita bersama Allah. Kita berada dalam suatu perjalanan bersama, dan kemurahan Allah merupakan titik pusatnya, akar yang memberi warna dari persekutuan itu. Jadi, pesan dari Perjanjian Baru adalah bahwa ketika Anda percaya kepada Kristus, Anda menjadi bagian dari keluarga Kristus. Ketika Anda bersatu dengan Kristus, itu seperti Anda menikah dan menjadi bagian dari keluarga besar. Kita semua tahu hal itu. Ketika Anda menikah, Anda mendapatkan seorang isteri atau seorang suami, tetapi Anda juga mendapatkan sebuah keluarga, bukan? Hal itu kadang kala menjadi salah satu sumber ketegangan terbesar dalam kehidupan pernikahan, ketika Anda menikah dan menjadi bagian dari keluarga besar. Jadi, ketika Anda menjalin hubungan dengan Kristus, Anda sedang menjadi bagian dari sebuah keluarga. Ini adalah hal yang baik. Saya yakinkan. Adalah baik menikah dan menjadi bagian dari keluarga besar. 10 Saya pikir kita melewatkan hal ini. Anda mendengar orang-orang selalu berkata, “Baiklah, saya mencintai Kristus, tetapi saya tidak tahan dengan gereja.”Pernahkah Anda mendengar itu atau mengatakan hal seperti itu? Saya mencintai Kristus. Saya hanya tidak tahan dengan gereja. Saya tidak suka dengan gereja. Saya mencintai Kristus. Saya ingin berjalan bersama Kristus, tetapi saya tidak mau berurusan dengan gereja.” Baiklah, satu-satunya masalah dengan pernyataan itu adalah, itu sama sekali tidak alkitabiah. Anda tidak bisa mencintai Kristus tetapi tidak tahan dengan gereja, karena menurut Alkitab, gereja adalah Mempelai Kristus. Maksud saya, apakah baik apabila saya datang kepada Anda dan berkata, “Anda tahu, aku menyukaimu. Aku hanya tidak tahan dengan isterimua.” Apakah santun jika saya mengatakan hal seperti itu? Apakah Anda menganggap hal itu sebagai sebuah pujian? Tidak, tentu saja tidak. Jangan lupa bahwa gereja adalah tubuh Kristus. Bagaimana jika isteri saya mendatangi saya dan berkata, “Aku mencintaimu. Hanya saja aku tidak tahan dengan tubuhmu.” Tidak sopan apabila seorang isteri mengatakan hal seperti itu kepada suaminya. Anda tidak berkata, “Aku mencintaimu, tetapi aku tidak tahan dengan tubuhmu.” Hal itu tidak masuk akal. Jadi, sejauh itulah kita menyimpang ketika kita berkata, “Baiklah, saya mencintai Kristus. Hanya saja saya tidak tahan dengan gereja.” Bukan itu gambarannya. Anda tahu, saya tidak ingin membicarakan orang-orang diantara kita yang pernah mengatakan hal itu atau orang-orang di luar sana yang mengatakan hal itu, karena saya tahu banyak dari pernyataan tersebut didasarkan pada fakta yang sering kita lihat di gereja. Itu adalah akibat dari cinta yang dangkal, cinta palsu, dan kehilangan inti dari pengajaran Perjanjian Baru. Dengan cara apa pun, saya tidak ingin mengklaim bahwa gereja Perjanjian Baru itu sempurna. Tidak perlu waktu lama bagi kita untuk menyadari bahwa mereka pun tidak sempurna. Namun, lihatlah pada Kisah Para Rasul 2, 3, 4 dan 5, awal mula gereja Perjanjian Baru, itu merupakan gambaran yang luar biasa. Orang-orang dibawa kepada Kristus karena gereja. Gereja sangatlah atraktif. Dikatakan di dalam Kisah Para Rasul 2, 3, 4 dan 5 bahwa orang-orang dapat melihat gereja, dan mereka kagum akan Kristus karena gereja. Mereka mau mengenal Kristus karena gereja. Ini adalah keluarga yang membuat mereka ingin menikah dengan Kristus. Dia berada pada pusat dari kelompok orang-orang tersebut. Saya yakin dengan cara itulah hal itu dirancang untuk kota ini; agar orang-orang dapat melihat gereja, bukan sebagai sebuah gedung, tetapi 11 sebagai umat Allah dan menginginkan Kristus karena apa yang mereka lihat di dalam gereja. Itulah sebabnya kita membahas tentang kelompok kecil. Itulah sebabnya kita akan berjuang untuk memiliki komunitas alkitabiah yang sejati sebaik mungkin, karena kita ingin memperlihatkan daya tarik Kristus di kota ini dan di seluruh bangsa. Jadi bagaimana kita melakukan hal itu? Di dalam perikop ini, mungkin ada 25 kalimat perintah atau perintah, atau tantangan yang berbeda bagi kita, dan saya berusaha untuk meringkasnya, karena jika tidak kita akan berada di ruangan ini seharian. Jadi, saya ingin mempersempit ini. Ini hampir seperti daftar cucian baju yang dibuat Paulus. Kadang kala sepertinya mereka saling terkait satu dengan yang lain, dan kadang kala mereka tampak benarbenar berbeda, saling bertolak belakang. Apa yang sedang dipikirkan oleh Paulus? Saya pikir kuncinya adalah agar kita melihat hal ini dan memperhatikan sebuah gambaran menyeluruh. Jadi, kita akan melihat sebagian dari ini, tetapi saya hanya ingin Anda mendapatkan gambarannya. Seperti apa keluarga yang dibentuk karena kemurahan? Bagaimana wajah gereja? Yang pertama, kita saling memiliki satu dengan yang lain. Perhatikanlah ayat 5 dan dikatakan, “Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masingmasing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” Ada suatu keterikatan mendalam yang terjadi di dalam gereja bahwa sesungguhnya kita saling memiliki satu dengan yang lain, sama seperti satu tubuh memiliki banyak anggota. Kita akan membahas ayat 3-8 minggu depan, jadi saya tidak akan berpanjang-panjang di sini, tetapi sama seperti satu tubuh memiliki banyak anggota, itulah analoginya di sini. Sama seperti ketika saya terjatuh dan lengan saya patah, dengan segera tangan saya yang sebelah memegangnya. Seluruh tubuh saya memberi respons. Atau jika Anda adalah seorang penjaga gawang dan Anda melihat bola diarahkan kepada gawang Anda dengan kecepatan 150 kilometer per jam, maka seluruh tubuh Anda akan memberi respons secara bersamaan pada waktu yang tepat, sambil bekerjasama; mata Anda, punggung Anda, lutut Anda, semuanya memberi respons bersama-sama untuk menangkap bola tersebut. Itulah gambaran yang ia berikan di sini tentang keluarga Allah, Kita saling memiliki satu dengan yang lain, dan kita dipersatukan satu dengan yang lain. Itulah gambaran menyeluruh yang kita lihat minggu lalu bahwa jika satu anggota menderita, maka seluruh anggota menderita bersamanya, karena dikatakan bahwa ada satu tubuh tetapi banyak anggota. Kita berada dalam hal ini bersama-sama. Ketika di dalam Kisah Para 12 Rasul 2, mereka mengabdikan diri mereka pada persekutuan, mereka tahu mereka tidak sedang mendedikasikan diri mereka kepada suatu kegiatan sosial. Mereka tidak sedang mengabdikan diri untuk makan malam bersama sekali-sekali. Mereka sedang mengabdikan diri mereka untuk saling berbagi kehidupan karena mereka saling memiliki satu dengan yang lain. Yang mempersatukan mereka adalah Kristus dan kemurahan Kristus. Bukan hanya satu orang yang akan memenangkan Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi di dalam Kisah Para Rasul. Sebuah keluargalah yang akan memenangkan Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Ini seperti sekumpulan semut. Semut ada di mana-mana di sekeliling rumah kita dan di dalam rumah kita saat ini. Mereka memulainya di dalam kantor kemudian turun ke kamar mandi dan kemudian ke dapur. Anda tidak akan pernah hanya memiliki satu atau dua atau tiga semut. Anda memiliki satu atau dua atau 3000 semut dalam satu waktu, dan mereka datang bergerombol dan tiba-tiba ada di mana-mana. Mereka saling memiliki satu dengan yang lain. Ketika yang satu sedang bekerja, mereka semua bekerja bersama-sama. Inilah gambarannya. Akibatnya, mereka berlipat ganda dalam pengaruh mereka, dan itu merupakan hal yang buruk di dalam rumah, tetapi suatu hal yang luar biasa di dalam kerajaan Allah, ketika kita saling memiliki satu dengan yang lain dan kita melipatgandakan pengaruh kita bagi kemuliaan Allah. Kita saling memiliki. Kita saling mengasihi. Anda turun ke ayat 9, dan di sinilah mereka mulai muncul satu persatu. “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” Anda mungkin dapat melingkari kata itu dan membuat catatan kecil di sampingnya, karena kata ini menurut saya telah kita kenal luas. Ini adalah kasih “agape”. Hendaklah kasih itu tidak pura-pura. Sesungguhnya dikatakan, “Kasihilah dengan kasih ‘agape’, tanpa kemunafikan.” Yang menarik dari kata “agape” ini adalah, sesungguhnya kata ini memiliki arti kasih yang tidak mementingkan diri sendiri atau kasih yang memberi diri, tidak egois. Itu merupakan suatu istilah yang sangat jarang di dalam budaya dan literatur Yunani. Pada kenyataannya, banyak orang Yunani berpikir bahwa kasih “agape” adalah kasih yang lemah. Anda harus mengorbankan diri dan tidak memikirkan diri sendiri? O, nanti dulu, tinggikanlah diri Anda, dan itu mirip dengan budaya kita pada masa kini. Pada abad pertama, adalah hal yang radikal bagi mereka untuk mengatakan, “Kami mengasihi satu dengan yang lain dengan tidak mementingkan diri kami sendiri. Kami mengasihi satu dengan yang lain dengan pengorbanan diri yang begitu 13 besar.” Saya yakin akan menjadi suatu hal yang radikal di dalam budaya kita pada masa kini jika kita menunjukkan kasih “agape” dalam suatu masyarakat yang mengatakan bahwa segala sesuatu harus dilakukan untuk membangun dan meningkatkan diri sendiri. Kita berkata, “Kami memberi diri kami. Kami menyerahkan diri kami bagi sesama.” Itulah jenis kasih yang kita miliki satu dengan yang lain yang menyebabkan kita membenci yang jahat dan merangkul apa yang baik. Kita saling memiliki. Kita saling mengasihi. Kita saling memperhatikan. Ini merupakan kata-kata yang luar biasa di dalam ayat 10, “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara.” Dua kata utama yang ada di sana ada dalam bahasa asli Perjanjian Baru, dan kata pertama adalah sebuah kata majemuk. Kata itu menggabungkan kata “sahabat” dengan kata kasih yang menunjuk kepada kasih antara anggota keluarga, kasih “storge”, jadi ini adalah suatu gambaran tentang seorang sahabat dan sebuah keluarga bersama-sama. Yang Anda peroleh pada bagian kedua dari kalimat itu adalah Anda mendapatkan kata “philadelphia”, yang artinya adalah kasih persaudaraan. Itu adalah kombinasi dari saudara dan kasih kepada seorang sahabat. Jadi, apa yang kita dapatkan adalah sebuah gambaran tentang perhatian yang seharusnya kita miliki satu dengan yang lain sebagai sebuah gereja; itu dimaksudkan untuk mencerminkan perhatian dari sebuah keluarga. Di seluruh Perjanjian Baru, kita melihat suatu gambaran tentang gereja sebagai sebuah keluarga besar, dan banyak kali bahkan lebih dalam daripada keluarga biologis. Kita melihat hal itu dalam pengajaran Yesus. Kita melihat bahwa di seluruh halaman Perjanjian Baru, dan itu adalah suatu kenyataan di seluruh dunia, khususnya di tempat-tempat di mana orang-orang harus meninggalkan keluarga mereka agar dapat percaya kepada Kristus. Sahabat saya Zamir telah kehilangan seluruh keluarganya, oleh sebab itu, gereja adalah keluarganya. Saya pikir itu sangat alkitabiah. Ini dimaksudkan untuk menjadi seperti itu. Kita seharusnya saling memperhatikan satu dengan yang lain sebagai keluarga. Kita saling memiliki satu dengan yang lain, saling mengasihi, dan saling memperhatikan. Kita saling menghormati satu dengan yang lain. “Hendaklah kamu saling mendahului dalam memberi hormat.” Sesungguhnya, ayat itu berkata, “dahulukan orang lain dalam memberi hormat.” Lebih baik memberi hormat daripada dihormati. Gambaran di dalam Roma 12:10 adalah kita ingin lebih menghormati orang lain dan lebih banyak memberi hormat satu dengan yang lain tanpa pilih kasih. Kita tidak hanya menghormati orang-orang yang mengasihi kita. Kita tidak hanya menghormati orang-orang yang 14 berada dalam status sosial ekonomi tertentu. Janganlah menghormati orang yang melakukan halhal seperti itu. Lampaui orang lain dalam memberi hormat. Kita semua tahu…kita semua tahu seperti apa rasanya dihormati seperti itu. Itu membuat Anda merasa berharga di dalam keluarga ini, itulah gambaran yang diberikan di sini. Anda saling mendahului dalam memberi hormat. Saya mengatakan hal itu. Saya rasa ada banyak diantara kita yang tidak tahu banyak tentang apa yang dimaksud dengan dihormati, dan saya berdoa agar Anda akan dihormati di Gereja Brook Hills; saya berdoa agar Anda akan mendapatkan kehormatan besar dari umat Allah. Kita saling menghormati. Kita saling memacu diri. Di sinilah kita mendapatkan beberapa frase yang saling bertolak belakang. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Anda bisa mengkhotbahkan banyak khotbah dari ayat-ayat tersebut, tetapi hanya itu yang bisa dikatakan, pada titik ini, gambarannya adalah…saya suka gambaran di sini. Dikatakan, “Hendaklah hatimu dan rohmu menyala-nyala bagi Tuhan,” dengan kata lain, berapi-api bagi Tuhan. Ini adalah gambaran untuk tidak menjadi malas ketika Anda berjalan bersama Kristus, tidak menjadi lamban dalam hubungan Anda dengan Dia, khususnya ketika masa-masa sulit datang, bersabar dalam penderitaan, bertekun dalam doa, tidak menjadi kendur, tetapi berapi-api. Inilah gambarannya di sini, dan hal itu ditangkap melalui seluruh perintah untuk saling mengasihi dan saling memperhatikan. Kita saling memiliki. Gambarannya adalah kita…dan saya yakin hal ini didasarkan pada apa yang telah kita lihat, khususnya beberapa minggu yang lalu. Saya yakin bahwa jika kita berusaha untuk menjalani kehidupan Kekristenan kita sendirian, kita ditakdirkan untuk menjalani suatu kehidupan Kristen yang stagnan. Kita saling memerlukan satu dengan yang lain untuk saling memacu. Itulah sebabnya Ibrani 10:24 dan 25 berkata, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Saya berdoa...saya berdoa agar saya menggelorakan api rohani di dalam hati Anda. Saya berdoa agar Anda menggelorakan api rohani di dalam diri saya, dan kita saling melakukan hal itu satu dengan yang lain, agar kita terus bersama-sama mengejar Kristus. Kita akan saling menjaga agar tetap setia di tengah-tengah 15 penderitaan. Kita akan saling menjaga satu dengan yang lain, meningkatkan iman dan doa, itulah yang kita lakukan satu dengan yang lain. Kita saling memacu. Hampir di sebagian besar pertemuan yang saya datangi, apakah di gereja ini atau pada pertemuan saat makan siang, saya selalu berdoa, “Tuhan, aku berdoa...” Saya terus menerus berdoa. “Tuhan, aku berdoa agar Engkau mau memakaiku dalam percakapan ini untuk membuat orang ini terpacu kepada Kristus. Apakah mereka belum mengenal-Mu atau sudah mengenalMu, aku berdoa agar Engkau memakaiku untuk memacu mereka.” Itulah yang seharusnya kita lakukan satu dengan yang lain. Kita saling memacu satu dengan yang lain. Selanjutnya, kita saling berbagi satu dengan yang lain. Ayat 13, “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Anda dapat melingkari kata “bantulah” dan memberi sedikit catatan di samping ayat 13 dan menulis “koinonia”. “Koinonia”, jika Anda ingat, adalah kata untuk “persekutuan” di dalam Perjanjian Baru. Ini adalah kata yang digunakan sebelumnya di dalam Kisah Para Rasul 2:42. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” Yang menarik adalah bahwa kata persekutuan ini berbicara tentang berbagi kehidupan dan sebanyak 12 kali di dalam Perjanjian Baru kata tersebut digunakan, dalam konteks yang membicarakan tentang memberi dalam rangka membantu secara materi satu dengan yang lain, berupa makanan, pakaian,, tempat tinggal; memberikan sumber daya kita satu dengan yang lain, untuk berbagi, yaitu berbagi dalam memenuhi kebutuhan satu dengan yang lain. Sekarang, kita mendapatkan apa persekutuan itu sesungguhnya. Mungkin itu hanya sekedar makan bersama. Mungkin itu adalah saling mengunjungi satu dengan yang lain dalam situasi kita paling membutuhkan dan saling bertolong-tolongan. Berbagi sumber daya kita satu dengan yang lain, itulah gambarannya di sini. Gambarannya adalah bahwa ketika kita membagi sumber daya kita satu dengan yang lain, kita menunjukkan bahwa kita bersama-sama dalam hal ini, bahwa tidak seorang pun sendirian di dalam keluarga Allah. Dikatakan, “Berilah tumpangan.” Hal itu sesungguhnya berkata, “Kejarlah kesediaan untuk menerima tamu.” Dikatakan, “Kejarlah kesempatan untuk membagi rumah Anda dan apa yang Anda miliki untuk menjamu orang lain, untuk memberi kepada orang-orang lain,” yang merupakan praktek yang umum pada abad ke satu. Kesediaan menerima tamu sangatlah penting, bahwa kita mengejar kesempatan untuk membantu orang lain, berbagi kebutuhan orang lain. 16 Kita saling berbagi satu dengan yang lain. Kita bersukacita bersama-sama. Kita tidak akan membahas ayat 14 karena hal itu berkaitan dengan mereka yang berada di luar gereja, jadi kita akan kembali ke sana nanti. Langsung menuju ayat 15. “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Kita bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan menangis dengan orang yang menangis. Sebagian orang mengatakan bahwa mungkin lebih sulit melakukan yang pertama daripada yang kedua, karena terkadang kita memiliki suatu kecenderungan, ketika melihat keberhasilan orang lain, kita iri dengan keberhasilan mereka, sering kali kita memandang diri kita sebagai pesaing dan berpikir, “Oh, saya harap hal itu terjadi pada saya.” Namun, ada suatu tempat di dalam komunitas yang sah untuk sungguh-sungguh bersukacita bersama-sama, di mana ada orang-orang yang bersukacita bersama Anda ketika Anda bersukacita. Itulah gambaran gereja. Kemudian, menangis bersama dengan orang lain, merasa sakit satu dengan yang lain. Kami telah mengambil semua daftar pergumulan yang ditempelkan di jendela sepanjang minggu lalu, dan kami sedang mengelompokkannya ke dalam berbagai kategori yang berbeda hanya untuk melihat apa saja luka hati dan kebutuhan yang terwakili dari orang-orang yang ada di ruangan ini minggu lalu. Banyak diantaranya…saat ini saya belum tahu berapa persentasenya…tetapi banyak…banyak pergumulan yang tertulis di sana mengungkapkan kata yang intinya adalah “kesepian” atau “sendirian” tertempel di seluruh jendela ruangan berkapasitas 2000 orang, yang berkumpul bersama untuk beribadah, dan mereka mengatakan, “Kebutuhan terbesarku adalah bahwa aku merasa sendirian.” Kita bersukacita bersama. Kita menangis bersama, karena tidak seorang pun dari antara kita dimaksudkan untuk menjalani kehidupan ini sendirian. Akhirnya, kita saling menerima satu dengan yang lain. Dikatakan, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” Kita saling menerima satu dengan yang lain. Tidak ada batasan yang menentukan dengan siapa kita boleh bergaul, dengan siapa kita berjalan di dalam komunitas. Ingatlah, kemurahan Tuhanlah yang membuat kita saling terhubung satu dengan yang lain, yang lebih dalam daripada apa pun yang dapat ditawarkan oleh dunia. Kita harus mengawal ini. Kita memiliki suatu kecenderungan untuk pilih kasih di dalam gereja. Kita semua bersalah dalam hal ini, tetapi memiliki suatu kecenderungan untuk 17 mengabaikan mereka yang kelihatannya tidak penting dibandingkan orang-orang lain. Gambaran menyeluruh di dalam semua kelompok kecil dan dalam komunitas yang saya pikir perlu kita perjuangkan adalah bahwa orang yang paling membutuhkan di dalam setiap kelompok layak mendapatkan kehormatan yang besar. Itulah gambaran dari Perjanjian Baru. Kita saling menerima satu dengan yang lain, hidup dalam kerukunan satu dengan yang lain, hidup dalam damai sejahtera satu dengan yang lain. Jadi, mengapa? Mengapa semua hal tersebut begitu penting? Mengapa kita perlu berusaha untuk saling memiliki satu dengan yang lain, mengasihi satu dengan yang lain, saling memperhatikan, saling menghormati, saling mendorong, saling berbagi, bersukacita bersama, menangis bersama, dan saling menerima satu dengan yang lain? Karena kita tahu...kita tahu...kita telah bertekad, saya rasa cukup sampai dengan saat ini bahwa hal itu tidak akan terjadi di dalam ruangan ini pada saat ini. Baiklah, kita tidak dapat melakukan semua hal tersebut dengan kebersamaan yang hanya satu jam seminggu. Hal itu tidak akan bisa terjadi di sini, di kelas Pemahaman Alkitab. Ini lebih dalam daripada itu. Ini bukanlah suatu peristiwa. Ini adalah tentang berbagi kehidupan bersama. Jadi, mengapa kita harus mengusahakannya? Mengapa kita harus mengusahakan hubungan yang memiliki semua hal tersebut agar menjadi suatu kenyataan? Saya pikir, selain fakta bahwa kita semua menginginkan hal-hal tersebut, Anda tentu akan senang memiliki seseorang, beberapa orang untuk Anda cintai dan Anda perhatikan, yang mendukung dan memacu Anda lebih dekat kepada Kristus, yang bersukacita ketika Anda bersukacita, dan menangis ketika Anda menangis, dan menerima Anda. Itulah gambarannya. Saat ini, kita akan maju beberapa pasal menuju Roma 15:7. Saya ingin Anda mendengar tentang kata “Mengapa” dari Alkitab yang saya pikir selangkah lebih dalam daripada hal itu. Paulus mengatakannya dua kali di dalam tiga ayat. Perhatikan kata “Mengapa.” Roma 15:5, “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” Ayat 7, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.” Apakah Anda mendapatkan kalimat dengan dua tujuan di sana? “Semoga Allah mengaruniakan kerukunan kepada kamu…” Ayat 6,”…sehingga…” Inilah mengapa (yang pertama), “...sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” 18 Hal yang sama pada ayat 7. Terimalah satu dengan yang lain, mengapa? “...untuk kemuliaan Allah.” Inilah gambarannya. Allah menerima kemuliaan yang besar ketika orang-orang datang bersama, dipersatukan dalam kemurahan-Nya, dan mereka saling memiliki, saling mengasihi, saling memperhatikan, menangis bersama, bersukacita bersama, dan mereka saling berbagi kehidupan. Allah menerima kemuliaan yang lebih besar lagi dalam hal itu dibandingkan jika ada sekumpulan individu yang berjalan bersama dengan Kristus dan menjalin hubungan dengan Kristus tetapi tidak saling melayani satu dengan yang lain dan tidak menangis bersama dan tidak beribadah bersama dan tidak menyelesaikan suatu misi bersama-sama. Allah berkata, “Aku menerima kemuliaan yang besar dalam kesatuan umat-Ku yang datang bersama walau dalam berbagai perbedaan dan menunjukkan kepada dunia siapa Aku dengan caramu menjalin hubungan satu dengan yang lain.” Itulah sebabnya Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan berkata, “Melalui hal ini, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku. Mereka tahu kamu berasal daripada-Ku ketika kamu saling mengasihi.” Ketika Anda melakukan hal ini, Anda membawa kemuliaan yang besar bagi Allah. Ini sangat masuk akal; ini masuk akal. Kita bisa duduk sambil menonton TV di rumah dan hidup dalam dunia individual kita yang kecil. Kita bisa memiliki suatu hubungan dengan Kristus, paling tidak diselamatkan, beriman kepada Kristus, dan hal itu akan menjadi kenyataan. Namun, saya berdoa agar kita tidak puas hanya sampai di sana saja, karena diperlukan usaha yang sangat keras untuk keluar dari dunia kecil kita dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mungkin tidak mirip dengan kita, dan mulai memikul beban mereka, mulai menanggung luka-luka mereka dan bersukacita bersama mereka dan menangis bersama mereka. Itu memerlukan usaha, tetapi Allah menerima kemuliaan yang besar melalui usaha seperti itu. Itulah pekerjaan gereja. Gereja dirancang untuk melakukan hal itu. Semua hal tersebut dirancang sehingga kebahagiaan keluarga memancarkan kemuliaan Bapa. Ketika kita menjalin hubungan satu dengan yang lain seperti yang diajarkan di dalam Roma 12, itu mencerminkan Bapa kita. Ketika kita bersama-sama menunjukkan seperti apa komunitas orang percaya itu, maka itu membawa kemuliaan besar bagi Allah yang menjadikan komunitas itu suatu kenyataan, Allah yang berada di balik komunitas tersebut. Kebahagiaan keluarga memancarkan kemuliaan Bapa. 19 Beberapa minggu yang lalu, saya dan Heather sedang dalam perjalanan dan saya berkhotbah di sebuah gereja, sebuah gereja terkenal dan di akhir acara, kami akan pergi makan malam. Heather dan Caleb bersama saya, dan saat itu sudah larut malam. Mungkin sekitar jam 9 ketika kami siap untuk makan malam dan kami sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi pada saat makan malam. Caleb bisanya senang melemparkan makanan dan setelah perjalanan panjang… belakangan hari ini ia sering ikut kami dalam perjalanan, dan Anda tahu sendiri, anakanak akan sangat lelah jika harus ikut dalam perjalanan panjang. Begitulah, kami berkendara selama 5 jam. Pada hari yang sama, kami akan makan malam pada pukul 9:00. Biasanya jam 8:00 ia sudah tidur, jadi kami pikir ini akan menjadi suatu bencana. Kami hanya berharap jangan sampai kami dicobai dengan berat pada malam itu. Kami masuk ke dalam restoran dan duduk, dan kami mendudukkan Caleb di kursi anak. Ia bersikap tenang seperti malaikat. Ia duduk sambil memandangi orang-orang di sekeliling meja, pendeta dan isterinya dan beberapa orang anggota staf dan para isteri mereka, dan tibalah saatnya untuk berdoa. Tanpa mengucapkan apa-apa, ia melipat tangan dan semua orang di meja itu memandanginya dengan kagum….anak ini luar biasa. Ia memandang pria yang akan memimpin doa, anggota staf gereja, dan ia menundukkan kepala, dan kami berdoa. Heather mulai menyuapinya makan, dan tidak satu pun makanan yang dilempar olehnya. Ia makan dengan senyuman di wajahnya, dan ia…ia tahu bahasa isyarat untuk bayi, dan ia melakukan semuanya dengan sempurna. Ia tidak berteriak ketika ingin tambah. Ia amat tenang. Itu luar biasa. Kami selesai makan, dan ia kembali memperagakan bahasa isyarat sebagai tanda semua telah selesai, dan semua orang memandang sekeliling ruangan dan saya serta Heather berbinarbinar. Kami kembali ke hotel malam itu dan kami saling menepuk bahu satu dengan yang lain, kagum akan apa yang terjadi. Maksud saya, Caleb memang kelelahan setelah itu, tetapi ia mempunyai cukup banyak camilan untuk menenangkannya. Kebahagiaan keluarga mencerminkan kemuliaan Bapa. Seorang bapa senang melihat keluarganya saling bekerjasama, mengasihi dan memperhatikan satu dengan yang lain. Ini sangat penting bagi Bapa kita. Ini amat sangat penting bagi Bapa kita, dan kita ingin Dia menerima kemuliaan terbesar di seluruh dunia, dan itulah sebabnya kita akan saling memiliki dan saling mengasihi dan saling memperhatikan, dan saling menghormati, dan saling menguatkan dan saling berbagi, bersukacita bersama, dan 20 menangis bersama dan saling menerima satu dengan yang lain. Kita akan mengusahakan hal itu bagi kemuliaan Bapa. Kita adalah sebuah keluarga yang terbentuk oleh karena kemurahan. Kita berada dalam sebuah misi memberi kemurahan. Kita berada dalam sebuah misi memberi kemurahan. Jadi, seandainya gereja adalah seperti itu, tidakkah Anda ingin bergabung ke dalam gereja? Tidakkah Anda mau menjadi bagian dari keluarga yang seperti itu? Ya. Ini membuat Kristus atraktif, dan itulah sasaran gereja, dan kita perlu mengusahakan hal itu. Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan, dan kita adalah keluarga yang dibentuk karena kemurahan. Kita berada dalam sebuah misi memberi kemurahan. Di sinilah kita mulai melihat bagaimana gereja berinteraksi dengan mereka yang berada di dalam dunia. Ayat 14 dan ayat 17-21 sungguh-sungguh menyoroti hal ini. Gambarannya adalah bahwa kedua ayat-ayat tersebut berbicara tentang bagaimana kita berinteraksi dengan mereka yang menganiaya kita. Orang-orang Kristen abad pertama sedang menghadapi penganiayaan. Penganiayaan bukanlah sebuah kemungkinan; penganiayaan merupakan suatu kenyataan bagi banyak diantara mereka. Mereka tahu seperti apa rasanya berdiri di hadapan orang-orang yang menginginkan kematian mereka, yang ingin agar mereka dipenjarakan. Jadi, bagaimana Anda menanggapi hal itu? Anda melihat kata-kata seperti, “Berkatilah mereka yang menganiaya kamu.” “Berkatilah dan jangan mengutuk,” hal yang sama kita dengar juga dari Yesus. Jika Anda melihat literatur Yunani pada abad pertama, Anda tidak melihat perintah-perintah seperti itu. Di dalam masyarakat Yunani atau Ibrani, ini merupakan sesuatu yang revolusioner. Anda mau memberkati orang yang menganiaya Anda? Anda mau mengasihi mereka? Berusaha untuk hidup damai dengan mereka? Gambarannya adalah, berhati-hatilah untuk melakukan apa yang baik di mata semua orang. Itu tidak berarti bahwa semua orang di luar sana menentukan apa yang benar, dan Anda berusaha untuk melakukan apa yang benar di mata semua orang. Sebaliknya, ini adalah…ada sebuah gambaran tentang apa yang benar. Secara moral ini benar dan indah, dan Anda memberikan diri Anda kepada kebenaran itu di hadapan semua orang, walaupun itu sukar, walaupun itu menuntut banyak dari Anda. Bagaimana Anda melakukan hal itu? Bagaimana Anda hidup dengan misi memberi kemurahan yang seperti itu? 21 Ada dua karakteristik Allah yang mempengaruhi hal ini. Yang pertama, kita percaya akan keadilan Allah. Kita semua pernah diperlakukan tidak adil. Kita semua yang berada di dalam ruangan ini pernah diperlakukan tidak adil, dan saya rasa sebagian besar dari kita diperlakukan tidak adil dengan cara yang sungguh menyakitkan hati dan orang yang memperlakukan kita seperti itu tidak datang untuk meminta maaf dan tidak datang untuk memperbaiki kesalahan. Akibatnya, kita semua tahu seperti apa rasanya apabila luka itu dibiarkan bernanah. Jika kita benar-benar jujur, kita tahu seperti apa rasanya membiarkan luka itu semakin parah di dalam diri kita karena ketidakadilan yang dilakukan di luar sana, dan kita semua pernah diperlakukan tidak adil. Yang membuat kita jengkel, dan yang membuat kita marah adalah bahwa tidak ada tindakan pun yang dilakukan untuk mengatasinya, sehingga kita dikuasai oleh kemarahan itu. Kita memutar ulang cerita atau situasi dan keadaan itu di dalam pikiran kita bekali-kali. Apa yang dikatakan Paulus adalah bahwa hal itu akan menjadi kenyataan bagi Anda di dunia ini. Ia menganggap bahwa mereka akan menghadapi konflik dalam dunia ini ketika mereka memberitakan Injil. Ini adalah gambaran mengenai seluruh Perjanjian Baru. Ini merupakan suatu pengingat bagi kita pada masa kini: Jika kita mau Injil dikenal di seluruh dunia, akan timbul konflik. Dia berkata, “Jangan mengatasi hal itu dengan berkata, ‘Aku akan mengusahakan sendiri keadilan itu.’” Dia berkata, “Jangan mengatasi hal itu dengan berkata, ‘Baiklah, itu bukan masalah besar,’” karena memang ini masalah besar. Keadilan adalah masalah besar bagi Allah. Jadi, atasi hal itu dengan berkata, “Ya Tuhan, aku akan mempercayai keadilan-Mu. Aku tahu ada cara-cara di dalam dunia ini dimana Engkau sungguh-sungguh menunjukkan keadilan-Mu dan ada cara-cara di dalam dunia di mana Engkau tidak menunjukkan keadilan-Mu, tetapi saya tahu bahwa ada suatu hari nanti ketika segala sesuatu akan dinyatakan benar dan adil, dan saya akan mempercayai itu.’” Pada titik itu, Anda dibebaskan. Perhatikan ini. Pada titik itu, Anda dibebaskan untuk mengasihi mereka yang menganiaya Anda dan memberkati mereka. Ia bahkan berkata, dan ini sungguh membingungkan, tetapi ia mengutip dari Perjanjian Lama dan berkata, “Jika seterumu lapar, berilah ia makan. Jika ia haus, berilah ia minum, karena dengan melakukan hal itu engkau menumpukkan bara ke atas kepala mereka.” Baiklah, kedengarannya tidak enak. Itu agak membingungkan. Apakah kita mengatakan bahwa kita perlu 22 memberikan air dan makanan sehingga bara yang menyala akan berada di kepalanya? Apa maksudnya? Baiklah, ada kesejajaran yang besar mengenai hal ini dengan Roma 2:4, karena ini adalah karakter Allah. Jadi, jangan lewatkan ini. Ikuti bersama saya. Roma 2:4 berkata, “Adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? Dan penghukuman Allah…” Dengarkanlah ini. “…Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaranNya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Dengan kata lain, apa yang ia katakan kepada orangorang yang berdosa, di dalam Roma 2, termasuk kepada kita semua adalah, “Allah memberi kemurahan kepadamu. Dia mencurahkan kebaikan kepadamu untuk membawamu kepada pertobatan. Tujuan dari kebaikan-Nya adalah untuk membawamu kepada pertobatan.” Namun, kemudian, di ayat berikutnya, ia berkata, “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” Apa yang sedang ia katakan di sana adalah, “kebaikan Allah dicurahkan kepadamu dengan tujuan pertobatan. Namun, jika engkau tidak bertobat, maka pada hari penghakiman, hal itu akan menjadi sangat buruk karena kepadamu telah ditunjukkan kebaikan yang begitu besar, tetapi engkau tidak mau bertobat.” Jadi, ia berkata, “Jangan menganggap ringan kebaikan Allah. Itu dicurahkan kepadamu agar engkau bertobat.” Itulah gambarannya. Jadi, yang sedang ia katakan kepada kita di sini adalah, “Lakukanlah sama dengan yang Allah lakukan. Curahkanlah kebaikan. Berkatilah mereka yang menganiaya kamu.” Ia memperjelasnya di dalam ayat 14. “Serahkanlah hidupmu bagi mereka.” Dengan melakukan hal itu, mudah-mudahan mereka akan bertobat. Jika tidak, maka mereka telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berpaling kepada Allah melalui kebaikan yang Dia tunjukkan melalui Anda. Anda dapat mempercayai keadilan Allah pada titik itu. Anda mempercayai keadilan-Nya, dan Anda menang dengan kasih Allah. Anda tidak mengalahkan kejahatan, ketidakadilan yang dilakukan terhadap Anda, dengan membalasnya dengan kejahatan. Jika seperti itu, maka Anda membiarkan kejahatan itu menang. Anda tidak mengalahkan kejahatan dengan kejahatan. Anda mengalahkan kejahatan dengan apa? Dengan kebaikan. Anda mengasihi dan memperhatikan untuk itu. Ini adalah gambaran mengenai Yesus 23 Krisus sendiri. Saya mengingatkan Anda, kita meneladani Pribadi yang mati bagi musuh-musuhNya. Ini adalah kemurahan radikal yang Allah ingin kita miliki. Ada banyak contoh mengenai hal itu di sepanjang sejarah kekristenan. Izinkan saya memberikan kepada Anda yang terkini. Beberapa tahun yang lalu, Graham Staines, 1999, Graham Staines dan dua orang putranya, Phillip dan Timothy, yang berusia sepuluh dan enam tahun, dikeroyok oleh warga Hindu radikal di India, dimasukkan ke dalam mobil mereka, dan kemudian mobil itu dibakar. Mereka bertiga tewas di dalam mobil. Graham Staines telah menghabiskan waktu 34 tahun melayani orangorang India. Ia adalah direktur dari sebuah misi lepra di sana. Ia meninggalkan isterinya Gladys dan anak perempuannya Esther. Saya ingin Anda mendengar respons Gladys yang tertulis di setiap surat kabar India. Ia berkata, “Saya hanya punya satu pesan bagi orang-orang India. Saya tidak pahit hati dan tidak marah. Tetapi saya memiliki satu kerinduan: Agar setiap warganegara dari negara ini membangun suatu hubungan dengan Yesus Kristus yang memberikan nyawa-Nya bagi dosa-dosa mereka. Marilah kita memadamkan kebencian dan menyebarkan api cinta kasih Kristus. Semua orang mengira ia akan kembali ke Australia, tetapi ternyata tidak. Allah memanggil mereka ke India. Ia berkata, “Suami saya dan anak-anak kami telah mengorbankan nyawa mereka bagi bangsa ini. India adalah rumah saya. Saya akan berada di sini dan tetap melayani orang-orang yang membutuhkan.” Kemudian, mungkin inilah yang paling luar biasa…anak-anak remaja, dengarkanlah ini. Inilah anak perempuan Graham Staines yang bernama Esther, ketika ditanyai bagaimana perasaannya mengenai apa yang terjadi pada ayahnya. Gadis berusia 13 tahun ini berkata, “Saya memuji Tuhan karena Dia menganggap ayah saya layak untuk mati bagi Dia.” Anda hanya dapat berkata-kata seperti itu jika Anda percaya pada keadilan Allah, dan Anda hidup untuk menang bersama dengan kasih Allah. Ini juga merupakan kunci bagi kita, Brook Hills. Ini pun merupakan kunci bagi kita, karena cara kita menjalin hubungan satu dengan yang lain akan berpengaruh langsung pada cara kita menjalin relasi dengan dunia, dan apa yang saya maksudkan dengan hal ini adalah: Bagaimanakah kita, sebagai sebuah gereja, bisa berdiri di tempat-tempat yang paling sulit di dunia ini untuk menjangkau orang-orang yang memang anti-Kristen dan tidak menginginkan kita ada di sana…bagaimanakah kita akan berdiri di hadapan para penganiaya dan mengampuni mereka jika kita tidak dapat saling mengampuni satu dengan yang lain? Bagaimana kita akan 24 mengasihi mereka jika kita tidak bisa saling mengasihi satu dengan yang lain? Bagaimana kita akan memperhatikan mereka jika kita tidak dapat saling memperhatikan satu dengan yang lain? Kepedulian kita dimaksudkan Tuhan bagi bangsa-bangsa, dan itulah sebabnya kita akan berusaha membangun komunitas yang solid, sejati, otentik, peduli, dan alkitabiah, karena kita menginginkan orang-orang yang paling sulit untuk percaya kepada Kristus saat ini melihat kemurahan-Nya yang besar di dalam kita. Itulah sebabnya mengapa hal itu menjadi setimpal. Kita adalah para penyembah yang digerakkan oleh kemurahan, dan kita adalah suatu keluarga yang dibentuk oleh kemurahan, dan kita berada dalam misi memberi kemurahan. Kemurahan dan gereja. Itulah sebabnya kita membuat kelompok-kelompok kecil. Jadi Apa Yang Kita Lakukan Sekarang? Jadi, tantangan saya bagi kita pagi ini sama dengan tantangan yang saya berikan minggu yang lalu. Saya menantang setiap orang yang hadir di Brook Hills untuk membuat suatu komitmen untuk berjalan dan berbagi kehidupan dengan sebuah kelompok kecil selama delapan minggu. Anda memiliki Celebration Guide, bulletin gereja. Izinkan saya mendorong Anda untuk mengambilnya, dan di tengah-tengahnya ada sebuah kartu yang telah saya jelaskan minggu yang lalu. Sebagian dari Anda ada di sini minggu lalu tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mengisi kartu itu. Sebagian dari Anda tidak hadir minggu lalu. Dalam kartu itu tertulis, “Kelompok Kecil,” dan ada segala jenis informasi tentang kelompok kecil di sana, dan kemudian dikatakan, “Terhubung dengan Komunitas.” Bagian ini untuk disobek. Inilah suatu kesempatan bagi Anda untuk menuliskan di sana, “Alasan mengapa kelompok kecil paling baik bagi saya dan keluarga saya.” Ada kelompok-kelompok kecil, Kelompok Kecil Unik pada bagian belakang, dan Anda dapat mengisi pada garis kosong di mana disebutkan, “Apakah Anda memiliki suatu kelompok atau pemimpin tertentu, seseorang yang Anda ingin berada satu kelompok dengan Anda?” Anda bisa menuliskan salah satu kelompok itu di sana. Ada informasi mengenai hal itu di sini. Ini adalah cara praktis kita meresponi Firman selama beberapa minggu ini. Kelompok kecil ini akan dimulai pada tanggal 9 September. Kita akan berjalan bersama, delapan minggu bersama-sama, melalui gambaran ini untuk berusaha mengalami seperti apa berbagi kehidupan satu dengan yang lain. Sama dengan yang kita lakukan minggu lalu, saya ingin memberikan waktu kepada Anda untuk menanggapi Firman dengan mulai mengisi kartu itu. Jika Anda sudah bergabung dengan sebuah kelompok kecil, dan Anda ingin tetap berada dalam kelompok itu, maka Anda tidak perlu 25 mengisi kartu itu, tetapi bagi ribuan orang diantara kita yang belum bergabung, maka inilah maksud dari semua ini, suatu komitmen selama delapan minggu. Saya ingin meminta para pemimpin pujian untuk bernyanyi bagi kita, sebagai kesempatan untuk merenungkan apa yang telah kita pelajari. Ketika Anda mengisi kartu itu, dan ketika kita berdoa bersama pada hari ini, agar Allah menjadikan kita suatu komunitas iman yang digerakkan oleh kemurahan dalam ibadah kita, dan dibentuk oleh kemurahan dalam hal menjalin hubungan satu dengan yang lain, mengasihi satu dengan yang lain dengan kemurahan yang radikal. Ya Tuhan, jadikan kami gereja seperti yang digambarkan di dalam Roma 12. Mari kita berdoa bersama sementara para pemimpin pujian bernyanyi, dan kita akan mengakhiri ibadah hari ini. 26