Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian ini. Teori-teori tersebut akan membantu dalam proses pembentukan
kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis. Penjelasan teori ini juga akan
membantu dalam menganalisis hasil penelitian.
2.1.1
Laporan Keuangan
PSAK No. 1 Tahun 2014 menyatakan bahwa laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas. Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberi bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat finansial. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen
atau
pertanggungjawaban
kepadanya.
Laporan
keuangan
menyediakan gambaran mengenai status perusahaan saat ini dan mengarah pada
pengembangan kebijakan dan strategi di masa mendatang. Sehingga sudah
semestinya pihak manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan
keuangan.
Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan
Rugi
Laba
serta
Laporan
Perubahan
Modal,
di
mana
Neraca
menunjukan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu
10
11
perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) Rugi Laba
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang
terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lain yang
sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan
perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus
kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta
daftar-daftar lainnya (Munawir, 2010). Laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu (Harahap, 2004:105).
Berdasarkan pengertian di atas,
laporan keuangan merupakan suatu
bentuk informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka (PSAK No.1,2009:5 paragraf 07).
Laporan keuangan selain sebagai alat pertanggungjawaban informasi
keuangan
diperlukan
sebagai
dasar
pengambilan
keputusan
ekonomi.
Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar
untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Penggunaan
12
laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan
sebagi berikut (Darmono dan Ashari 2005:11) :
a. Investor atau pemilik
Pemilik perusahaan menanggung resikoatas harta yang ditempatkan
pada perusahaan. pemilik membutuhkan informasi untuk menilai
apakah
perusahaan
memiliki
kemampuan
membayar
dividen.
Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap
dipertahanka atau dijual. Bagi calon pemilik laporan keuangan dapat
memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi
dalam perusahan.
b. Pemberi pinjaman atau kreditor
Pemberi
pinjaman
membutuhkan
informasi
keuangan
guna
memutuskan pemberian pinjaman dan kemampuan membayar
angsuran pokok dan harga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan
kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu
membayar hutangnya kembali atau tidak.
c. Pemasok atau kreditor usaha lainnya
Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya
penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan
kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.
13
d. Pelanggan
Dalam beberapa situasi pelanggan sering membuat kontrak jangka
panjang dengan perusahaan sehingga perlu informasi mengenai
kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.
e. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna
menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan
stabilitas usahanya dalam hal ini karyawan membutuhkan informasi
untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat
menggantungkan tempat hidupnya.
f. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan
kebijakan dalam bidang ekonomi seperti sumber alokasi daya, UKM,
pajak, pungutan serta bantuan.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisa serta
informasi trend dan kemakmuran.
Di dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan
disebutkan bahwa komponen-komponen laporan keuangan pada suatu perusahaan
yang lengkap itu terdiri dari :
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
14
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi kebijakan akuntansi penting dan
berisi informasi penjelasan lainnya
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat kembali penyajian pos-pos laporan keuangan atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.2
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio (ratio analysis) digunakan untuk membandingkan risk dan
return perusahaan yang berbeda sehingga dapat membantu investor dan kreditor
selaku stakeholders utama membuat keputusan investasi dan pemberian kredit
secara tepat. Keputusan tersebut memerlukan evaluasi perubahan kinerja selama
jangka waktu yang diperbandingkan (Sastradipraja,2010).
Rasio keuangan (financial ratio) memiliki kegunaan yang sangat penting
yaitu untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:37) menyatakan bahwa :
“Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.”
Menurut Brigham & Houston (2009:133) menyatakan bahwa :
“Analisis rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka yang
berbeda di dalam laporan keuangan sehingga menghasilkan suatu
informasi yang lebih detail mengenai kinerja suatu perusahaan.”
15
Menurut Sutrisno (2009:214) menyatakan bahwa :
“Analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen-elemen yang ada
di laporan keuangan.”
Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka
pendek dan menengah umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan
jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang
memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana
yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi yang menjelaskan
berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditunjukan untuk menunjukan
perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan
membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian
menunjukan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan
(Fahmi,2011).
Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna
apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan bisa memberikan
informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan
apabila laporan keuangan tersebut dipelajari, diperbandingan dan dianalisis.
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, alat analisis yang digunakan
adalah analisis rasio laporan keuangan.
(Keown,
dkk:2005)
mengemukakan pendapatnya mengenai rasio
keuangan sebagai berikut :
“financial ratio restarting the accounting data in relative term to indentify
some of the financial strengths and weaknesses of company.”
16
Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan
kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Dapat dipahami pula bahwa
rasio keuangan memiliki jumlah banyak. Setiap rasio mempunyai kegunaan
masing-masing. Bagi investor penggunaan rasio harus sesuai dengan analisis yang
akan dilakukan. Jika rasio tersebut tidak akan dipergunakan. Analisis rasio sangat
bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasi prestasi atau
kinerja (performance) perusahaan.
Menurut
Sutrisno
(2009:215)
penggolongan
rasio
berdasarkan
penggunaan rasio yang bersangkutan. Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokan
menjadi :
1. Rasio likuiditas atau liquidity ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio
likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu : current ratio, quick ratio atau
test ratio dan cash ratio.
2. Rasio leverage atau leverage ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dengan hutang. Ada lima rasio leverage yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu : total debt to total asset ratio, debt to
equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio dan
debt service ratio.
17
3. Rasio aktivitas atau activity ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi beberapa rasio
diantaranya: receivable turn over, inventory turn over, fixed asset turn
over, dan total asset turn over.
4. Rasio keuntungan atau profitability ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan
beberapa indikator yaitu : profit margin, return on assets, return on equity,
return on investment dan earning per share.
5. Rasio penilaian atau Valuation ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para
pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar investor
menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan
dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio
ini terdiri price earning ratio dan price book value.
Rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan angka yang
diperoleh akan berarti, apabila ada rasio pembanding yang dapat digunakan untuk
menganalisis rasio keuangan tersebut, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah,
apakah baik atau buruk kinerja suatu perusahaan, jadi intinya tujuan analisis
18
laporan keuangan adalah untuk membentuk suatu pendapatan mengenai kondisi
suatu perusahaan.
Rasio yang digunakan dalam penelitian termasuk kedalam rasio
keuntungan atau profitability ratio. Rasio keuntungan yang digunakan yaitu
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Economic Value Added
(EVA).
2.1.2.1 Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam
analisis laporan keuangan perusahan.
Return on Assets (ROA) adalah mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi,2008:
42).
Eduardus Tandelilin (2010:372) menyatakan bahwa:
“Return on Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan asetaset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.”
Kasmir (2012:201) menyatakan bahwa :
“Return on Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas
jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aset untuk
memperoleh pendapatan.”
Menurut Gitman (2012:81) Return on Assets (ROA) adalah :
“Measures the overall effectiveness of management in generating profits
with its available assets; also called the return on investment”
19
Artinya mengukur keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba
dengan aset yang tersedia, ROA juga disebut laba atas investasi.
Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntungan bersih yang diperoleh dari pengguna aktiva. Dengan kata lain,
semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio Return On Assets
(ROA) adalah sebagai berikut :
Return on Assets (ROA) =
(Kasmir,2012:202)
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Return on Assets
(ROA) adalah suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunakan aset
perusahaan. Dengan kata lain, jika suatu perusahaan mempunyai Return on Assets
(ROA) yang tinggi
maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam
meningkatkan pertumbuhan modal sendiri, tetapi jika total aset yang digunakan
perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian
dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.
Menurut Munawir (2001:91-92) keunggulan Return on Assets (ROA)
adalah sebagai berikut :
20
1. Dapat di perbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
2. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis Return on Assets
(ROA) juga berguna untuk kepentingan perencanaan.
3. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka
dengan analisis Return on Assets (ROA) dapat diukur efisiensi pengguna
modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2001:94) kelemahan yang terdapat pada Return on
Assets (ROA) yaitu :
1. Return on Assets (ROA) sebagai pengukur divinisi sangat dipengaruhi
oleh metode depresiasi aset tetap.
2. Return on Assets (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama
dalam kondisi inflasi. Return on Assets (ROA) akan cenderung tinggi
akibat dan penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa
komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.
Return on Assets (ROA) dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu :
1. Profit margin
Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
tingkat penjualan tertentu. Profit margin bisa diinterpretasikan sebagai
tingkan efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan
menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan.
21
2. Perputaran total aktiva (assets)
Perputaran total aktiva (assets) mencerminkan kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa
diartikan sebagai kemampuan perusahaan mengelola aktiva berdasarkan
tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas pengguna
aktiva (assets) perusahaan (Hanafi dan Abdul Halim, 2009:161).
2.1.2.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di
dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi Return atau
penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan
(Syamsyuddin, 2007:64).
Menurut Tandelilin ( 2010: 378) menyatakan bahwa :
“Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang
saham.”
Menurut Gitman (2012:82) menyatakan bahwa :
“Return on common equity meansures the return earned on the common
stockholder’s investment in the firm.”
Artinya bahwa Return on Equity secara umum mengukur pengembalian
yang diperoleh atas investasi pemegang saham biasa di perusahaan.
22
Sedangkan menurut Kasmir (2012:204) menyatakan bahwa ROE adalah
rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Return on
Equity (ROE) memiliki rumus sebagai berikut :
Return on Equity (ROE) =
Berdasarkan
definisi
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
rasio
pengembalian ekuitas (return on equity) adalah rasio profitabilitas yang
menunjukan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Dengan kata lain, jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki semakin tinggi
maka suatu perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang
besar bagi para pemegang saham.
Return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non fundamental
dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental tersebut salah satunya adalah
Return on Equity (ROE). ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada
pemilik perusahaan yang merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas
saham dimana rasio ini menggunakan seluruh asetnya didalam menghasilkan
keuntungan (Taufik, 2007).
Pangabean (2005) menyatakan bahwa :
“Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam
menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi
dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang
akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu, tetapi ROE yang
yang tinggi pada masa lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih
23
tetap tinggi dan salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak
mempertimbangkan biaya ekuitas saham.”
Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2009:185) Return on Equity (ROE)
bisa dipecah lagi kedalam beberapa komponen yaitu :
1. Return on Equity (ROE)
ROE mencerminkan kemampuan perencanaan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan asset yang dimiliki.
2. Leverage yang disesuaikan
Leverage yang disesuaikan mencerminkan efek penggandaan penggunaan
hutang dan saham preferen untuk menaikan return ke pemegang saham.
Leverage yang disediakan merupakan hasil perkalian antara common
earning leverage dengan leverage struktur modal. Common earning
leverage mencerminkan proporsi laba bersih operasional. Sedangkan
leverage struktur modal mencerminkan sejauh mana asset perusahaan
dibiayai oleh saham sendiri. Return on Equity (ROE) akan semakin besar
apabila Return on Equity (ROE) tinggi atau leverage yang disesuaikan
tinggi.
2.1.3 Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Steward & Stern, seorang
analis keuangan dari perusahaan stern steward & co pada tahun 1993. Konsep
Economic Valve Added ( EVA ) mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi
biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.
24
EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan
melebihi tingkat
biaya
modal. Hal ini
sejalan dengan tujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan
bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian rendah dari pada
biaya modalnya.
Menurut Hanafi (2008:52) menyatakan bahwa :
“Nilai Tambah Ekonomi (EVA) merupakan ukuran kinerja yang
menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai
tambah tersebut.”
Menurut Brigham dan Houston (2010: 111) menyatakan bahwa :
“EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk
tahun tersebut, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi tidak
dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam penghitung EVA biaya
ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah
pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba
tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham.
Nilai EVA yang positif tiap tahunnya dapat membantu memastikan MVA
yang positif. Perhatikan bahwa nilai MVA berlaku bagi keseluruhan
perusahaaan, EVA dapat ditentukan untuk tingkat divisi, sekaligus juga
perusahaan secara keseluruhan. Jadi, nilai ini berguna sebagai panduan
untuk menghitung kompensasi yang wajar bagi manajer divisi sekaligus
manajer puncak perusahaan. ”
Menurut Young & O’Byme (2001:26) menyatakan bahwa :
“Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar
perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang
diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan oleh penyedia dana
pada tanggal yang sama.”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa Economic Value
Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak dikurangi biaya modal
atau EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangi biaya modal
25
terhadap laba operasi. Dengan demikian Economic Value Added (EVA)
ditentukan oleh dua hal yaitu laba bersih operasi setelah pajak yang
menggambarkan hasil penciptaan value pada perusahaandan tingkat biaya modal
yang diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value
tersebut.
Penggunaan Economic Value Added (EVA) ini akan mendorong
perusahaan untuk menitikberatkan pada struktur modalnya. Pada dasarnya
pemodal (investor) akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di
perusahan yang menawarkan jumlah, stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari
pendapatan yang akan mereka terima. Para investor akan lebih cepat
mengestimasi harga saham perusahaan di masa akan datang dan besarnya dividen
yang akan di terima apabila para investor mengetahui dengan pasti laba yang akan
mereka peroleh dari perusahaan (Anthony & Gouvidarajan, 2005).
Menurut Husnan dan Enny Pudjiasturi (2006:66) cara memperoleh
Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah sebagai berikut :
Economic Value Added (EVA) = NOPAT - Capital Changes
1. Untuk memperoleh NOPAT (Net Operating Profit After Tax) :
NOPAT = EBIT – 1 (Tax)
Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating
yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam
perhitungan Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam menciptakan nilai tersebut.
2. Untuk memperoleh Capital Changes :
Capital Changes = WACC * invested capital
26
3. Untuk memperoleh Weighted Average Cost of Capital (WACC)
WACC = { (D* Rd) * (1- Tax) + (E * Re)}
Dimana :
Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui sebagai
berikut :
Tingkat Modal (D) :
D=
Cost Of Debt (Rd) :
Rd =
Tingkat Modal dan Ekuitas (E) :
E=
x100%
Cost Of Equity (Re) :
Re =
Tingkat Pajak (Tax)
Tax =
Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui sebagai
berikut :
27
1. Jumlah utang dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar)
2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar)
3. Biaya utang
4. Biaya ekuitas
5. Tingkat pajak
Jika perusahaan memiliki beberapa sumber pembiayaan hutang masingmasing dengan tingkat berbeda, biaya utang yang digunakan dengan WACC
adalah suatu rata-rata tertimbang.
4. Cara memperoleh Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar
pinjaman Jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti
hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka
pelanggan, dan sebagainya.
Invested Capital = Total Hutang & Ekuitas – Hutang jangka Pendek
Total Hutang dan Ekuitas merupakan beberapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga
merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun
pembayarannya akan dilakukan salam jangka pendek ( satu tahun sejak tanggal
neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas
pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang
masih harus dibayar, dan lain-lain.
5. Cara memperoleh EVA Relatif
EVA Relatif =
28
Menurut Young O’Bytne (2001:32) Economic Value added (EVA)
sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan
dibanding tolak ukur kinerja lain diantaranya adalah :
1. EVA dapat dihitung pada tingkat divisi.
Jika diketahui NOPAT yang mengukur laba perusahaan yang diperoleh
dari operasi yang berjalan, modal yang diinvestasikan dan WACC, maka
EVA menurut teori dapat dihitung untuk setiap kesatuan termasuk divisi,
departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografi dan sebagainya.
2. EVA merupakan pengukuran aliran, bukan pengukuran saham, karenanya
dapat dipertanggungjawabkan terhadap penilainan kinerja selama periode
waktu tertentu. EVA dikatakan sebagai suatu aliran sebab ia mengukur
laba. EVA adalah cara mengubah pengukuran saham dari kelebihan
pengembalian menjadi aliran.
3. EVA dapat meningkatkan penciptaan kekayaan pemegang saham
Berbeda pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional adalah
EVA merupakan laba “accounting”. Hal ini berdasarkan gagasan bahwa
suatu bisnis mendapatkan laba jika penghasilan mencukupi tidak hanya
biaya operasi tetapi juga biaya modal. Tanpa prospek laba ekonomi
menegaskan hubungan EVA, terhadap kekayaan pemegang saham, kondisi
akhir yang dibutuhkan dari tolak ukur berdasarkan nilai.
29
Menurut Mirza (2001:78) EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan juga
memiliki kelemahan diantaranya adalah :
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (resuld), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu seperti, loyalitas pelanggan.
2. EVA
terlalu
bertumpu
pada
keyakinan
bahwa
investor
sangat
mengandalkan faktor fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain
terkadang justru lebih dominan.
3. Konsep ini tergantung pada transparasi internal dalam perhitungan secara
akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan
dalam mengemukakan kondisi internalnya.
2.1.4 Return Saham
Setiap investor yang menginvestasikan sahamnya di suatu perusahaan
tentu mengharapkan imbalan atas apa yang telah dikorbankannya. Imbalan itu
bisa berupa dividend dan capital gain atau dengan kata lain kedua imbalan
tersebut merupakan return saham yang akan di terima oleh pemegang saham yang
akan diterima oleh pemegang saham.
Menurut Tandelilin (2001:47) return adalah salah satu faktor yang
memotivasi investor untuk menginvestasi dan juga hasil dari keberaniannya
menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, return menjadi
salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk salah
memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya
30
investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan
penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep residu tidak terlepas
kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return
yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya.
Menurut Samsul (2006:291) menyatakan bahwa:
“Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentasi dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi
keuntungan jual beli saham. Dimana jika untung disebut dengan capital
gain dan jika rugi capital loss. Pendapatan investasi dalam saham ini
meliputi keuntungan jual beli saham, disamping capital gain, investor juga
akan menerima dividen tunai setiap tahunnya.”
Menurut Rusdin (2008:110) menyatakan bahwa :
“Return saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau
kekuatan nawar menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin
banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan
bergerak turun.”
Menurut Jogianto (2008:110) return saham adalah :
“Return saham dapat di definisikan sebagai perubahan nilai antara periode
t + 1 dengan periode t ditambah pendapat-pendapatan lain yang terjadi
selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain
merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu sebaliknya yield merupakan persentase
penerimaan kas periodik terhadap harga investasi. Keuntungan ini
biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga dapat
diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh yield adalah dividen. ”
Menurut Gitman (2012:228) menyatakan bahwa :
“Return is the total gain or loss experience on an investment over a given
period of time. It commonly measured as the change in value plus any
cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the
beginning period investment value”.
31
Artinya return saham atau tingkat pengembalian adalah tingkat
pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembiayaan kas yang diterima
akibat kepemilikan suatu saham pada saat awal investasi. Jadi return ini berdasar
dari dua sumber , yaitu pendapatan (dividend), dan perubahan harga pasar saham
(capital gain/loss).
Berdasarkan devinisi tersebut dapat disimpulkan return saham adalah
imbalan hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh investor atas investasi yang
dilakukan berupa capital gain atau capital loss dan yield. Jika harga investasi
sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu berarti keuntungan modal
(capital gain).
Dalam penelitian ini hanya memperhitungkan return saham yang berasal
dari capital gain tanpa memperhitungkan adanya dividen yield. Karena pada
dasarnya dividen yang dibagikan nilainya kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh
jika tidak ikut dipengarhitungkan. Selain itu tidak selamanya perusahaan
membagikan dividen secara periodik kepada pemegang sahamnya. Return yang
digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan
actual return. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja
perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa
mendatang. Dimana dalam penelitian ini menggunakan actual return saham
tahunan. Besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus :
(Syamsul, 2006:293)
32
Dimana :
Ri, t
= Return saham i untuk pada periode t
Pt
= Price, harga penutupan saham I pada Periode t (periode akhir)
Pt – 1 = Price, harga untuk waktu sebelumnya (periode awal)
Menurut Jogiyanto (2008: 121), komponen return saham terdiri dari:
a. Return realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital
loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga
saham pada periode sebelumnya (Pt - 1). Capital gain merupakan selisih
dari investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.
b. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari investasi.
Menurut Jogiyanto (2008:125) return saham dibebankan menjadi 2, yaitu :
1. Return realisasi
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung berdasarkan data historis . Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar tertentu return
ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang.
2. Return Ekspektasi
Return Ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return
realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
33
terjadi.
Ketika
investor
menginvestasikan
dananya
maka
akan
mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah
berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang
sesungguhnya diterima.
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham
Return on Assets (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih
yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan.
Dengan meningkatnya Return on Assets (ROA) berarti kinerja perusahaan
semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin
meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan
yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berhubungan positif
terhadap return saham.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mela Chyntia Saputry
(2013) Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang meneliti pengaruh Return
On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning
Per Share (EPS) dan Indeks harga gabungan (IHSG) terhadap Return Saham pada
sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011, sesuai dengan
teori, penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yeye Susilowati (2011)
Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank yang meneliti reaksi signal rasio
34
profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. Return on Assets (ROA)
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2.2.2 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham
Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau
dari segi profitabilitasnya. Kemampuan menghasilkan laba bersih setelah pajak
dari modal yang dimiliki oleh perusahaan menunjukan kinerja yang semakin baik,
ROE yang makin meningkat, maka investor semakin tertarik untuk menanamkan
dananya kedalam perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat,
dengan demikian ROE berhubungan positif dengan return saham.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mela Chyntia Saputry
(2013) Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang meneliti pengaruh Return
On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning
Per Share (EPS) dan Indeks harga gabungan (IHSG) terhadap Return Saham pada
sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011, sesuai dengan
teori, penelitian ini menyimpulkan bahwa ROE mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati (2011)
Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank yang meneliti reaksi signal rasio
profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. Return On Equity (ROE)
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
35
2.2.3 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham
Economic Value Added (EVA) adalah metoda manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001). Jika nilai EVA perusahaan
positif maka perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan (Create
value) yang merupakan cerminan akan kesejahteraan para. pemegang saham. Jika
suatu perusahaan dapat menciptakan nilai, maka kemungkinan dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berujung pada
peningkatn return saham. Namun sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat
menciptakan nilai perusahaan kemungkinan akan berdampak negatif terhadap
harga saham perusahaan.
Adapun bagan dari kerangka pemikirannya dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Return On Assets (ROA)
X1
Return On Equity (ROE)
Return Saham
X2
Y
Economic Value Added (EVA)
X3
36
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai
berikut:
H1 = ROA berpengaruh positif terhadap Return Saham.
H2 = ROE berpengaruh positif terhadap Return Saham.
H3 = EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham.
H4 = ROA, ROE, EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Download