BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut akan membantu dalam proses pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis. Penjelasan teori ini juga akan membantu dalam menganalisis hasil penelitian. 2.1.1 Laporan Keuangan PSAK No. 1 Tahun 2014 menyatakan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban kepadanya. Laporan keuangan menyediakan gambaran mengenai status perusahaan saat ini dan mengarah pada pengembangan kebijakan dan strategi di masa mendatang. Sehingga sudah semestinya pihak manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu 10 11 perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya (Munawir, 2010). Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2004:105). Berdasarkan pengertian di atas, laporan keuangan merupakan suatu bentuk informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (PSAK No.1,2009:5 paragraf 07). Laporan keuangan selain sebagai alat pertanggungjawaban informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Penggunaan 12 laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagi berikut (Darmono dan Ashari 2005:11) : a. Investor atau pemilik Pemilik perusahaan menanggung resikoatas harta yang ditempatkan pada perusahaan. pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahanka atau dijual. Bagi calon pemilik laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahan. b. Pemberi pinjaman atau kreditor Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan pemberian pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan harga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. c. Pemasok atau kreditor usaha lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo. 13 d. Pelanggan Dalam beberapa situasi pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama. e. Karyawan Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya dalam hal ini karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan tempat hidupnya. f. Pemerintah Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi seperti sumber alokasi daya, UKM, pajak, pungutan serta bantuan. g. Masyarakat Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisa serta informasi trend dan kemakmuran. Di dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan disebutkan bahwa komponen-komponen laporan keuangan pada suatu perusahaan yang lengkap itu terdiri dari : a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode 14 d. Laporan arus kas selama periode e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi kebijakan akuntansi penting dan berisi informasi penjelasan lainnya f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat kembali penyajian pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio (ratio analysis) digunakan untuk membandingkan risk dan return perusahaan yang berbeda sehingga dapat membantu investor dan kreditor selaku stakeholders utama membuat keputusan investasi dan pemberian kredit secara tepat. Keputusan tersebut memerlukan evaluasi perubahan kinerja selama jangka waktu yang diperbandingkan (Sastradipraja,2010). Rasio keuangan (financial ratio) memiliki kegunaan yang sangat penting yaitu untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Menurut Munawir (2004:37) menyatakan bahwa : “Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Menurut Brigham & Houston (2009:133) menyatakan bahwa : “Analisis rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka yang berbeda di dalam laporan keuangan sehingga menghasilkan suatu informasi yang lebih detail mengenai kinerja suatu perusahaan.” 15 Menurut Sutrisno (2009:214) menyatakan bahwa : “Analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen-elemen yang ada di laporan keuangan.” Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditunjukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan (Fahmi,2011). Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan bisa memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila laporan keuangan tersebut dipelajari, diperbandingan dan dianalisis. Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio laporan keuangan. (Keown, dkk:2005) mengemukakan pendapatnya mengenai rasio keuangan sebagai berikut : “financial ratio restarting the accounting data in relative term to indentify some of the financial strengths and weaknesses of company.” 16 Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Dapat dipahami pula bahwa rasio keuangan memiliki jumlah banyak. Setiap rasio mempunyai kegunaan masing-masing. Bagi investor penggunaan rasio harus sesuai dengan analisis yang akan dilakukan. Jika rasio tersebut tidak akan dipergunakan. Analisis rasio sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasi prestasi atau kinerja (performance) perusahaan. Menurut Sutrisno (2009:215) penggolongan rasio berdasarkan penggunaan rasio yang bersangkutan. Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi : 1. Rasio likuiditas atau liquidity ratio Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu : current ratio, quick ratio atau test ratio dan cash ratio. 2. Rasio leverage atau leverage ratio Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Ada lima rasio leverage yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu : total debt to total asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio dan debt service ratio. 17 3. Rasio aktivitas atau activity ratio Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi beberapa rasio diantaranya: receivable turn over, inventory turn over, fixed asset turn over, dan total asset turn over. 4. Rasio keuntungan atau profitability ratio Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu : profit margin, return on assets, return on equity, return on investment dan earning per share. 5. Rasio penilaian atau Valuation ratio Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar investor menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio ini terdiri price earning ratio dan price book value. Rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan angka yang diperoleh akan berarti, apabila ada rasio pembanding yang dapat digunakan untuk menganalisis rasio keuangan tersebut, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah, apakah baik atau buruk kinerja suatu perusahaan, jadi intinya tujuan analisis 18 laporan keuangan adalah untuk membentuk suatu pendapatan mengenai kondisi suatu perusahaan. Rasio yang digunakan dalam penelitian termasuk kedalam rasio keuntungan atau profitability ratio. Rasio keuntungan yang digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Economic Value Added (EVA). 2.1.2.1 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan perusahan. Return on Assets (ROA) adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi,2008: 42). Eduardus Tandelilin (2010:372) menyatakan bahwa: “Return on Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan asetaset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.” Kasmir (2012:201) menyatakan bahwa : “Return on Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aset untuk memperoleh pendapatan.” Menurut Gitman (2012:81) Return on Assets (ROA) adalah : “Measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets; also called the return on investment” 19 Artinya mengukur keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia, ROA juga disebut laba atas investasi. Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengguna aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut : Return on Assets (ROA) = (Kasmir,2012:202) Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Return on Assets (ROA) adalah suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunakan aset perusahaan. Dengan kata lain, jika suatu perusahaan mempunyai Return on Assets (ROA) yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri, tetapi jika total aset yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri. Menurut Munawir (2001:91-92) keunggulan Return on Assets (ROA) adalah sebagai berikut : 20 1. Dapat di perbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. 2. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis Return on Assets (ROA) juga berguna untuk kepentingan perencanaan. 3. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis Return on Assets (ROA) dapat diukur efisiensi pengguna modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. Menurut Munawir (2001:94) kelemahan yang terdapat pada Return on Assets (ROA) yaitu : 1. Return on Assets (ROA) sebagai pengukur divinisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aset tetap. 2. Return on Assets (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. Return on Assets (ROA) akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi. Return on Assets (ROA) dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu : 1. Profit margin Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari tingkat penjualan tertentu. Profit margin bisa diinterpretasikan sebagai tingkan efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. 21 2. Perputaran total aktiva (assets) Perputaran total aktiva (assets) mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai kemampuan perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas pengguna aktiva (assets) perusahaan (Hanafi dan Abdul Halim, 2009:161). 2.1.2.2 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi Return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan (Syamsyuddin, 2007:64). Menurut Tandelilin ( 2010: 378) menyatakan bahwa : “Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.” Menurut Gitman (2012:82) menyatakan bahwa : “Return on common equity meansures the return earned on the common stockholder’s investment in the firm.” Artinya bahwa Return on Equity secara umum mengukur pengembalian yang diperoleh atas investasi pemegang saham biasa di perusahaan. 22 Sedangkan menurut Kasmir (2012:204) menyatakan bahwa ROE adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Return on Equity (ROE) memiliki rumus sebagai berikut : Return on Equity (ROE) = Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio pengembalian ekuitas (return on equity) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Dengan kata lain, jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki semakin tinggi maka suatu perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non fundamental dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental tersebut salah satunya adalah Return on Equity (ROE). ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan yang merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham dimana rasio ini menggunakan seluruh asetnya didalam menghasilkan keuntungan (Taufik, 2007). Pangabean (2005) menyatakan bahwa : “Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu, tetapi ROE yang yang tinggi pada masa lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih 23 tetap tinggi dan salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak mempertimbangkan biaya ekuitas saham.” Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2009:185) Return on Equity (ROE) bisa dipecah lagi kedalam beberapa komponen yaitu : 1. Return on Equity (ROE) ROE mencerminkan kemampuan perencanaan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan asset yang dimiliki. 2. Leverage yang disesuaikan Leverage yang disesuaikan mencerminkan efek penggandaan penggunaan hutang dan saham preferen untuk menaikan return ke pemegang saham. Leverage yang disediakan merupakan hasil perkalian antara common earning leverage dengan leverage struktur modal. Common earning leverage mencerminkan proporsi laba bersih operasional. Sedangkan leverage struktur modal mencerminkan sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh saham sendiri. Return on Equity (ROE) akan semakin besar apabila Return on Equity (ROE) tinggi atau leverage yang disesuaikan tinggi. 2.1.3 Economic Value Added (EVA) Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Steward & Stern, seorang analis keuangan dari perusahaan stern steward & co pada tahun 1993. Konsep Economic Valve Added ( EVA ) mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh perusahaan. 24 EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian rendah dari pada biaya modalnya. Menurut Hanafi (2008:52) menyatakan bahwa : “Nilai Tambah Ekonomi (EVA) merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut.” Menurut Brigham dan Houston (2010: 111) menyatakan bahwa : “EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tersebut, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam penghitung EVA biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham. Nilai EVA yang positif tiap tahunnya dapat membantu memastikan MVA yang positif. Perhatikan bahwa nilai MVA berlaku bagi keseluruhan perusahaaan, EVA dapat ditentukan untuk tingkat divisi, sekaligus juga perusahaan secara keseluruhan. Jadi, nilai ini berguna sebagai panduan untuk menghitung kompensasi yang wajar bagi manajer divisi sekaligus manajer puncak perusahaan. ” Menurut Young & O’Byme (2001:26) menyatakan bahwa : “Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan oleh penyedia dana pada tanggal yang sama.” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak dikurangi biaya modal atau EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangi biaya modal 25 terhadap laba operasi. Dengan demikian Economic Value Added (EVA) ditentukan oleh dua hal yaitu laba bersih operasi setelah pajak yang menggambarkan hasil penciptaan value pada perusahaandan tingkat biaya modal yang diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut. Penggunaan Economic Value Added (EVA) ini akan mendorong perusahaan untuk menitikberatkan pada struktur modalnya. Pada dasarnya pemodal (investor) akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di perusahan yang menawarkan jumlah, stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang akan mereka terima. Para investor akan lebih cepat mengestimasi harga saham perusahaan di masa akan datang dan besarnya dividen yang akan di terima apabila para investor mengetahui dengan pasti laba yang akan mereka peroleh dari perusahaan (Anthony & Gouvidarajan, 2005). Menurut Husnan dan Enny Pudjiasturi (2006:66) cara memperoleh Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah sebagai berikut : Economic Value Added (EVA) = NOPAT - Capital Changes 1. Untuk memperoleh NOPAT (Net Operating Profit After Tax) : NOPAT = EBIT – 1 (Tax) Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam perhitungan Nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menciptakan nilai tersebut. 2. Untuk memperoleh Capital Changes : Capital Changes = WACC * invested capital 26 3. Untuk memperoleh Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC = { (D* Rd) * (1- Tax) + (E * Re)} Dimana : Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui sebagai berikut : Tingkat Modal (D) : D= Cost Of Debt (Rd) : Rd = Tingkat Modal dan Ekuitas (E) : E= x100% Cost Of Equity (Re) : Re = Tingkat Pajak (Tax) Tax = Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui sebagai berikut : 27 1. Jumlah utang dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar) 2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar) 3. Biaya utang 4. Biaya ekuitas 5. Tingkat pajak Jika perusahaan memiliki beberapa sumber pembiayaan hutang masingmasing dengan tingkat berbeda, biaya utang yang digunakan dengan WACC adalah suatu rata-rata tertimbang. 4. Cara memperoleh Invested Capital Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman Jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. Invested Capital = Total Hutang & Ekuitas – Hutang jangka Pendek Total Hutang dan Ekuitas merupakan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan salam jangka pendek ( satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain. 5. Cara memperoleh EVA Relatif EVA Relatif = 28 Menurut Young O’Bytne (2001:32) Economic Value added (EVA) sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan dibanding tolak ukur kinerja lain diantaranya adalah : 1. EVA dapat dihitung pada tingkat divisi. Jika diketahui NOPAT yang mengukur laba perusahaan yang diperoleh dari operasi yang berjalan, modal yang diinvestasikan dan WACC, maka EVA menurut teori dapat dihitung untuk setiap kesatuan termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografi dan sebagainya. 2. EVA merupakan pengukuran aliran, bukan pengukuran saham, karenanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap penilainan kinerja selama periode waktu tertentu. EVA dikatakan sebagai suatu aliran sebab ia mengukur laba. EVA adalah cara mengubah pengukuran saham dari kelebihan pengembalian menjadi aliran. 3. EVA dapat meningkatkan penciptaan kekayaan pemegang saham Berbeda pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba “accounting”. Hal ini berdasarkan gagasan bahwa suatu bisnis mendapatkan laba jika penghasilan mencukupi tidak hanya biaya operasi tetapi juga biaya modal. Tanpa prospek laba ekonomi menegaskan hubungan EVA, terhadap kekayaan pemegang saham, kondisi akhir yang dibutuhkan dari tolak ukur berdasarkan nilai. 29 Menurut Mirza (2001:78) EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan juga memiliki kelemahan diantaranya adalah : 1. EVA hanya mengukur hasil akhir (resuld), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti, loyalitas pelanggan. 2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan faktor fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain terkadang justru lebih dominan. 3. Konsep ini tergantung pada transparasi internal dalam perhitungan secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. 2.1.4 Return Saham Setiap investor yang menginvestasikan sahamnya di suatu perusahaan tentu mengharapkan imbalan atas apa yang telah dikorbankannya. Imbalan itu bisa berupa dividend dan capital gain atau dengan kata lain kedua imbalan tersebut merupakan return saham yang akan di terima oleh pemegang saham yang akan diterima oleh pemegang saham. Menurut Tandelilin (2001:47) return adalah salah satu faktor yang memotivasi investor untuk menginvestasi dan juga hasil dari keberaniannya menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, return menjadi salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk salah memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya 30 investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep residu tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya. Menurut Samsul (2006:291) menyatakan bahwa: “Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentasi dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham. Dimana jika untung disebut dengan capital gain dan jika rugi capital loss. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, disamping capital gain, investor juga akan menerima dividen tunai setiap tahunnya.” Menurut Rusdin (2008:110) menyatakan bahwa : “Return saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan nawar menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan bergerak turun.” Menurut Jogianto (2008:110) return saham adalah : “Return saham dapat di definisikan sebagai perubahan nilai antara periode t + 1 dengan periode t ditambah pendapat-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu sebaliknya yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh yield adalah dividen. ” Menurut Gitman (2012:228) menyatakan bahwa : “Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the beginning period investment value”. 31 Artinya return saham atau tingkat pengembalian adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembiayaan kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham pada saat awal investasi. Jadi return ini berdasar dari dua sumber , yaitu pendapatan (dividend), dan perubahan harga pasar saham (capital gain/loss). Berdasarkan devinisi tersebut dapat disimpulkan return saham adalah imbalan hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh investor atas investasi yang dilakukan berupa capital gain atau capital loss dan yield. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu berarti keuntungan modal (capital gain). Dalam penelitian ini hanya memperhitungkan return saham yang berasal dari capital gain tanpa memperhitungkan adanya dividen yield. Karena pada dasarnya dividen yang dibagikan nilainya kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh jika tidak ikut dipengarhitungkan. Selain itu tidak selamanya perusahaan membagikan dividen secara periodik kepada pemegang sahamnya. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Dimana dalam penelitian ini menggunakan actual return saham tahunan. Besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus : (Syamsul, 2006:293) 32 Dimana : Ri, t = Return saham i untuk pada periode t Pt = Price, harga penutupan saham I pada Periode t (periode akhir) Pt – 1 = Price, harga untuk waktu sebelumnya (periode awal) Menurut Jogiyanto (2008: 121), komponen return saham terdiri dari: a. Return realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt - 1). Capital gain merupakan selisih dari investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. b. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari investasi. Menurut Jogiyanto (2008:125) return saham dibebankan menjadi 2, yaitu : 1. Return realisasi Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis . Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar tertentu return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang. 2. Return Ekspektasi Return Ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum 33 terjadi. Ketika investor menginvestasikan dananya maka akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya diterima. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham Return on Assets (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya Return on Assets (ROA) berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return saham. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mela Chyntia Saputry (2013) Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang meneliti pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) dan Indeks harga gabungan (IHSG) terhadap Return Saham pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011, sesuai dengan teori, penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yeye Susilowati (2011) Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank yang meneliti reaksi signal rasio 34 profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2.2.2 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau dari segi profitabilitasnya. Kemampuan menghasilkan laba bersih setelah pajak dari modal yang dimiliki oleh perusahaan menunjukan kinerja yang semakin baik, ROE yang makin meningkat, maka investor semakin tertarik untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat, dengan demikian ROE berhubungan positif dengan return saham. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mela Chyntia Saputry (2013) Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang meneliti pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) dan Indeks harga gabungan (IHSG) terhadap Return Saham pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011, sesuai dengan teori, penelitian ini menyimpulkan bahwa ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati (2011) Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank yang meneliti reaksi signal rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 35 2.2.3 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham Economic Value Added (EVA) adalah metoda manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001). Jika nilai EVA perusahaan positif maka perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan (Create value) yang merupakan cerminan akan kesejahteraan para. pemegang saham. Jika suatu perusahaan dapat menciptakan nilai, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berujung pada peningkatn return saham. Namun sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat menciptakan nilai perusahaan kemungkinan akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Adapun bagan dari kerangka pemikirannya dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Return On Assets (ROA) X1 Return On Equity (ROE) Return Saham X2 Y Economic Value Added (EVA) X3 36 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: H1 = ROA berpengaruh positif terhadap Return Saham. H2 = ROE berpengaruh positif terhadap Return Saham. H3 = EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham. H4 = ROA, ROE, EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham.