1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan oleh alam. Alam sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi manusia. contohnya saja akhir-akhir ini banyak terjadi bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat fenomena tersebut seharusnya manusia dapat berfikir bagaimana untuk dapat hidup selaras dengan alam, karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007) Longsorlahan merupakan contoh dari proses geologi yang disebut dengan mass wasting yang sering juga disebut gerakan massa (mass movement), merupakan perpindahan massa batuan, regolith, dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah karena gaya gravitasi. Setelah batuan lapuk, gaya gravitasi akan menarik material hasil pelapukan ke tempat yang lebih rendah. Mengingat dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana longsor, maka identifikasi daerah kejadian tanah longsor penting untuk dilakukan agar dapat diketahui penyebab utama longsor dan karakteristik dari tiap kejadian longsor sehingga dapat menjadi rujukan dalam mitigasi bencana longsor berikutnya. Identifikasi daerah kejadian longsor juga penting untuk mengetahui hubungan antara lokasi kejadian longsor dengan faktor persebaran geologi (batuan, patahan, lipatan) dan penggunaan lahan 1 Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015 2 di daerah terjadinya longsor, sehingga dapat diketahui penggunaan lahan apa yang sesuai pada setiap karakteristik lahan dan geologinya (Ahmad Danil Effendi, 2008). Lereng merupakan suatu kondisi di mana terdapat dua permukaan tanah dengan ketinggian yang berbeda (Sunggono, 1984). Lereng dapat digolongkan dalam dua tipe yaitu lereng tak terbatas dan lereng terbatas. Menurut Cristady (1994) lereng tak terbatas merupakan kondisi dimana tanah yang mempunyai kedalaman tertentu dengan permukaan miring, terletak diatas lapisan batu dengan permukaan miring sama. Disebut tak terbatas karena mempunyai panjang yang sangat besar dibanding kedalamannya. Lereng terbatas menurut Cristady (1994) merupakan kondisi dimana suatu timbunan terletak diatas tanah asli yang miring. Akibatnya timbunan akan longsor di sepanjang bidang gelincir, contohnya : jika tanah timbunan diletakkan pada tanah yang miring dimana pada lapisan tanah masih terdapat lapisan yang lemah yang berada di dasar timbunan (Daniel Hartanto, 2013). Perubahan penggunaan lahan juga berpengaruh nyata terhadap kejadian longsorlahan. Longsorlahan pada periode 1981-1994 terutama terjadi akibat perubahan penutupan lahan dari hutan primer dan semak belukar menjadi kebun teh yang tidak dikelola secara baik serta dari semak belukar, sawah dan hutan primer menjadi lahan kering yang tidak dikelola dengan baik. Perubahan ini secara nyata juga menyebabkan perubahan sifat fisik tanah yang lebih lanjut akan mempengaruhi kestabilan lereng sehingga adanya faktor eksternal seperti hujan dapat mempercepat terjadinya longsorlahan (Baba Barus, 1999). Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015 3 Longsorlahan terjadi karena proses alami dalam perubahan struktur muka bumi, yakni adanya gangguan kestabilan pada tanah atau batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun longsorlahan merupakan gejala fisik alami,namun beberapa hasil aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang dapat mengakibatkan terjadinya longsorlahan, yaitu ketika aktifitas manusia ini beresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam yang telah disebutkan di atas. Faktor-faktor aktifitas manusia ini antara lain pola tanam, pemotongan lereng,pencetakan kolam, drainase, konstruksi bangunan, kepadatan penduduk dan usaha mitigasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007). Daerah Aliran Sungai (DAS) Logawa yang secara administrasi pemerintahan Kabupaten Banyumas meliputi Kecamatan : Kedungbanteng, Karanglewas, dan Patikraja. Secara geografis Daerah Aliran Sungai Logawa mengalir dari utara (puncak Gunung Slamet) menuju ke selatan (bermuara di sungai Serayu). DAS Logawa terdiri dari sungai utama Sungai Logawa dengan beberapa anak Sungai antara lain Kali Banjaran, Kali Mengaji, Kali Pelus yang bermata air dari dataran tinggi sebelah utara (dataran tinggi Gunung Slamet). Lebar dasar sungai utama berkisar antara 1,00 sampai 20,00meter dan bermuara ke sungai Serayu yang mengalir di sebelah selatan Kabupaten Banyumas dan Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015 4 akhirnya bermuara di Samudra Indonesia (UPN Yogyakarta, 2002 dalam Suroso, 2006). Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS) Logawa yang berhulu di lereng Gunungapi Slamet dan bermuara pada Sungai Serayu. Sub-DAS ini dapat lihat dari kondisi geomorfologi terbagi atas bentukan vulkanik dan struktural. Kedua bentukan ini memiliki karakteristik yang berbeda, pada bentukan vulkanik banyak tersusun atas material vulkanik lepas-lepas seperti lahar, sedang bentukan struktural tersusun atas batuan sedimen yang berumur Tersier. Sifat dari material lepas seperti lahar dan batuan sedimen yang berumur Tersier tersebut merupakan kondisi yang mudah terjadi longsorlahan. Faktor penyebab terjadinya longsorlahan tersebut adalah kemiringan lereng, curah hujan yang tinggi, litologi, tanah, jenis penggunaan lahan, dan aktifitas manusia (Sartohadi, 2008, dalam suwarno, 2014). Berdasarkan laporan kejadian Bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah tahun 2014 Kabupaten Banyumas, pada tanggal 13 April 2014 terjadi longsorlahan di Desa Baseh RT 01 RW 04 kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Sekitar pukul 15.00 WIB terjadi hujan lebat, yang telah menyebabkan longsorlahan pada pondasi saluran irigasi dan pengaman pasar desa, yang berakibat kerusakan pada kios pasar desa sebanyak 5 unit kios, bak sampah, 2 unit WC pasar dan pondasi rumah Bapak Samsul. Berdasarkan laporan kejadian Bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah tahun 2012 Kabupaten Banyumas, pada tanggal 22 November 2012 terjadi longsorlahan dan banjir di desa Pasirwetan Kecamatan Karanglewas Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015 5 disebabkan karena Sungai Logawa meluap akibat hujan deras sehingga isi rumah dan dump truck milik Bapak Sigit Sukamto terbawa banjir, perkebunan dan kayu albasia warga ludes dilahab banjir serta rusaknya tanaman padi seluas 4 (empat) hektar. Penelitian ini menunjukkan bahwa daerah penelitian terdiri atas dua bentuklahan asal yaitu bentuklahan asal vulkanik dan bentuklahan asal struktural. Kejadian longsorlahan terbanyak terdapat pada satuan bentuklahan asal struktural. Faktor utama kejadian longsorlahan disebabkan oleh sifat batuan, pada satuan bentuklahan asal struktural sifat batuannya adalah terlapukkan sehingga membentuk zona lapuk yang tebal dan posisi lapisan batuan yang miring sehingga membentuk bidang gelincir yang dapat mengganggu stabilitas lereng (Suwarno dan Sutomo, 2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yaitu “ Berapa banyak kejadian longsorlahan pada tiap kelas kemiringan lereng di SubDaerah Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas? “ C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui banyaknya kejadian longsorlahan pada tiap kelas kemiringan lereng di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa, Kabupaten Banyumas. Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015 6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Dapat mencari solusi agar jumlah kejadian longsor tidak terlalu banyak di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa. 2. Bagi Masyarakat a. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendirikan bangunan di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa. b. Menambah kewaspadaan jika sewaktu-waktu terjadi longsorlahan di SubDaerah Aliran Sungai Logawa. 3. Bagi Peneliti a. Mengetahui tentang kejadian longsorlahan di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa. b. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang longsorlahan. Kajian Kemiringan Lereng..., Devi Anggitasari, FKIP UMP, 2015