tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping asi pada

advertisement
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING
ASI PADA BAYI UMUR 6–24 BULAN DI DESA KATEGUHAN
TAWANGSARI SUKOHARJO
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
MELANIE ROOSEDIAS SHINTA SARI
NIM B11.094
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping
ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun
2014”. Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ernawati, SST., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Kepala Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo yang telah memberi ijin kepada
penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
viii
7. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Imiaha ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Penulis
ix
Juni 2013
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah,
Juni 2014
Melanie Roosedias Shinta Sari
B11 094
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING
ASI PADA BAYI UMUR 6–24 BULAN DI DESA KATEGUHAN
TAWANGSARI SUKOHARJO
TAHUN 2014
xiii + 46 halaman + 16 lampiran + 4 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di
Indonesia pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan secara bertahap, baik dari isi
tekstur maupun jumlah porsinya, dengan perkembangan sistem pencernaan,
kebutuhan nutrisi dan usia bayi. Memberikan MP-ASI terlalu dini bisa
menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan bayi karena belum siap menerima
makanan.
Tujuan : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di
Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo.
Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan Tawangsari Sukoharjo.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Cara pengumpulan data berasal dari
data primer dan Data Sekunder. Variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu
tentang MP-ASI. Analisa menggunakan analisa univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI
pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun
2014 yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 4 responden (13,4%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada
bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo pengetahuan
cukup sebanyak 19 responden (63,3 %).
Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan pendamping ASI
Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2007 – 2013)
x
MOTTO
v Teruslah bermimpi, karna dari semua mimpi kita mempunyai harapan untuk
menentukan arah sebuah perjuangan. (penulis)
v Bertepuk tanganlah pada mereka yang membenci kita karna mereka yang
membenci kita adalah mereka yang rela membuang waktunya hanya untuk
mencari kekurang kita. (penulis)
v Rahasia kecerdasan bukan terletak pada bagaimana kita mempelajari apa yang
kita senangi, tetapi pada bagaimana kita menyenangi apa yang kita pelajari.
(penulis)
v Belajarlah dengan seorang ibu untuk menentukan hati dan belajarlah dengan
seorang ayah untuk menentukan sikap. (penulis)
PERSEMBAHAN :
Dengan segala rendah hati,Karya Tulis ilmiah ini
penulis persembahkan:
©
©
©
©
©
©
©
©
©
Tuhan yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat
dan
hiyadahnya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini dengan baik.
Terima kasih buat ayah disurga,engkau selalu
memberikan kasih sayang yang luar biasa untukku
dan Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan
khusus untukmu disurga ayah.
Terima kasih ibu’ku tersayang yang selalu
mendo’akan ku disetiap langkah-langkahku. Kasih
sayangmu,dukunganmu,semangatmu selalu kau
hadirkan disetiap langkah-langkahku. .I LOVE
YOU MOM..
Terima kasih adik-adik tersayang dan kakek dan
nenek tercinta,kalian selalu memberikan semangat
dan do’a untuk kesuksesanku. .
Thank you dear,it’s always accompany,protect,and
faithfully every steps that I live.. my pace was not
easy but you are always there for me.. you there for
me when I’m happy and you held out your hand
when I’m sad and slumped… ILYSM dear.
Terima kasih untuk Ibu Ernawati,SST yang sudah
membimbing dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan.
Terimakasih untuk sahabat-sahabat tercinta,kalian
selalu hadir
dan memberikan dukungan
untukku..begitu banyak yang telah kita lalu
bersama disaat senang maupun duka,(3B)
Terimakasih temen-temen semua angkatan
2011,kalian semua adalah semangat untukku..
Terima kasih almamater tercinta.
xi
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama
: Melanie Roosedias Shinta Sari
Tempat / Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 14 April 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jatimalang RT 02/ RW 05 Kateguhan Tawangsari
Sukoharjo
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Mulur 2 Sukoharjo
Lulus tahun 2005
2. SMP Negeri I Bendosari Sukoharjo
Lulus tahun 2008
3. SMA Negeri I Tawangsari
Lulus tahun 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7
1. Pengetahuan ........................................................................... 7
2. Makanan Pendamping ASI (MPASI)..................................... 13
xiii
B. Kerangka Teori............................................................................. 24
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 26
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 27
D. Instrumen Penelitian .................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
F. Variabel Penelitian ...................................................................... 32
G. Definisi Operasional .................................................................... 32
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 33
I. Etika Penelitian ........................................................................... 36
J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 38
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 39
C. Pembahasan ................................................................................. 41
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 45
B. Saran ............................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 24
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 25
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 29
Tabel 3.2
Definisi Operasional .................................................................... 33
Tabel 4.1
Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 39
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI
pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo Tahun 2014 .................................................................. 40
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5.
Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6.
Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7.
Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8.
Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 9.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 10. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 11. Kuesioner Penelitian
Lampiran 12. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas
Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 15. Hasil Penelitian
Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia
pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya
terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setia 1000 kelahiran. AKB di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4
tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,
tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan
sosial ekonomi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Secara fisiologis bayi memang masih sangat membutuhkan makanan
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental serta
kemampuan berpikirnya. ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan
makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 – 6 bulan
pertama (Notoatmodjo, 2007).
Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI hanya mampu memenuhi sekitar 60
– 70% kebutuhan gizi bayi. Keterampilan makan bayi sudah berkembang.
Pertumbuhan bayi justru akan terganggu jika tidak mendapat makanan
pendamping setelah berusia 6 bulan karena tidak terpenuhinya gizi yang
1
2
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan pendamping
ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi,
diberikan pada bayi atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI
diberikan bersamaan dengan ASI mulai usia 6 – 24 bulan (Riksani, 2012)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan secara bertahap,
baik dari isi tekstur maupun jumlah porsinya, dengan perkembangan sistem
pencernaan, kebutuhan nutrisi dan usia bayi. Memberikan MP-ASI terlalu dini
bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan bayi karena belum siap
menerima makanan (Sutomo, 2013)
Manfaat MP-ASI yaitu melengkapi zat-zat gizi yang terdapat dalam
ASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur dan megnembangkan kemampuan
bayi untuk mengunyah dan menelan (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan November
2013 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo sebanyak 120 orang. Setelah dilakukan wawancara terhadap 10 ibu
didapatkan 7 orang ibu belum mengetahui tentang pengertian dan macam
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sedangkan 3 orang telah mengetahui
pengertian dan macam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan
Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo Tahun 2014”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan
Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24
bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping
ASI pada anak umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo pada tingkat baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping
ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo pada tingkat cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping
ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo pada tingkat kurang.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu tentang
pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan mempunyai pengalaman nyata dalam melakukan
penelitian khususnya tentang pemberian MP-ASI pada anak usia
6–24 bulan.
3. Bagi institusi
a. RB
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka pengembangan RB khususnya pemberian MP-ASI pada anak
usia 6 – 24 bulan.
b. Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya
atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan
kebidanan khususnya pemberian pemberian MP-ASI pada anak
usia 6 – 24 bulan.
E. Keaslian Penelitian
1. Muji Lestari (2011), dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan di RB Harapan Kita Sumberlawang
Sragen Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen pada tanggal 21
5
Maret sampai 21 April 2011. Populasi sebanyak 30 orang, dengan jumlah
sampel 30responden, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling
jenuh, instrumen penelitian adalah kuesioner, variabel tunggal
yaitu
pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Hasil Penelitian : Hasil penelitian
menunjukkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI
yaitu
pengetahuan baik Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang MP-ASI yaitu baik sebanyak 6 responden (20%) pengetahuan
cukup sebanyak 22 responden (73,3%) dan pengetahuan kurang 2
responden (6,7%).
2. Ernawati (2010), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian MP-ASI Di Desa Ngunut Jumantono Karanganyar”. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik sampling dengan
menggunakan teknik total sampling. Analisis dengan menganalisa
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan Pengetahuan pemberian MP-ASI rata-rata cukup yaitu
35 orang dan pengetahuan baik 28 orang.
Persamaan penelitian yang dilakukan dengan keaslian di atas yaitu
terletak pada jenis penelitian dan variabel penelitian sedangkan perbedaan
yaitu pada waktu, lokasi dan hasil penelitian.
6
F. Sistematika Penelitian
Sistematikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi atas 5 (lima) BAB,
yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti
yaitu pengetahuan, tujuan pemberian MP-ASI, tanda-tanda bayi
membutuhkan makanan padat, alasan bayi membutuhkan makanan
padat, MP-ASI harus alami, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi waktu
penelitian,
populasi
sampel,
instrument
penelitian,
teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, Defisini operasional,
metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian dan jadwal
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan gambaran umum penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
1) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan “what” Pengetahuan adalah apa
yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi
tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia
yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu
(Notoadmodjo, 2010).
2) Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang
baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut (Taufik, 2010).
3) Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud
dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam
sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan,
informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Isyraq, 2007).
7
8
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know)
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefenisikan.
menyatakan dan sebagainya
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan
dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
9
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan lain sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya
dapat
menyusun,
dapat
menggunakan,
dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada.
10
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Erfandi
(2009),
menyatakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Sehingga dengan pendidikan
tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti
mutlak
berpengetahuan
rendah
pula.
Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
11
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
12
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu,
baik
lingkungan
fisik,
biologis,
maupun
sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan
kemampuan
mengambil
keputusan
yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
13
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
d. Cara mengukur pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2009), cara pengukuran pengetahuan
dengan menggunakan rumus :
Baik
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup
: Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
a. Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan atau anak
untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI ini diberikan besamaan
dengan ASI mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan (Riksani, 2012).
Makanan MP-ASI yaitu makanan yang diberikan kepada bayi
bersama-sama dengan ASI. MP-ASI diberikan setelah 6 bulan karena
cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat semasa
dalam kandungan mulai menurun sehingga diperlukan makanan
tambahan selain ASI (Arif, 2009).
14
b. Tujuan pemberian MP-ASI
Tujuan utama dari pemberian MP-ASI yang pertama adalah
melatih anak untuk makan dengan cara yang bebeda dari yang selama
ini bayi lakukan, yaitu mengisap puting susu, (Damayanti, 2010).
c. Waktu Pemberian MP-ASI
Menurut Sutomo (2013), lembaga kesehatan duni WHO
menganjurkan pada ibu memberikan ASI hingga bayi 6 bulan. Sejalan
dengan bertambahnya usia bayi, maka kebutuhan nutrisinya juga
bertambah. Gizi untuk bayi tidak akan mencukupi lagi dengan ASI,
sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. Dalam kondisi
tertentu seperti ASI yang sedikit atau kondisi ibu yang sedang sakit,
MPASI bisa diberikan. Tahapan pemberian MPASI juga disesuaikan
dengan tahapan perkembangan alat pencernaan bayi. Pada tahap awal
biasanya makanan yang diberikan berupa makanan cair seperti bubur
susu, kemudian meningkat menjadi makanan kental, semi padat dan
ahhirnya padat.
Alasan
pemberian
makanan
padat
pada
bayi
menurut
Damayanti (2010), yaitu :
1) ASI tidak lagi memenuhi seluruh kebutuhan energi dan zat-zat gizi
yang dibutuhkan bayi. Pada saat ini ASI hanya bisa memenuhi
sekitar 60 – 70% kebutuhan bayi kebutuhan energi dan zat-zat gizi
bayi secara keseluruhan.
2) Melewati usia 6 bulan sampai mencapai usia 2 tahun, kebutuhan
bayi akan zat besi menjadi tinggi untuk membantu proses tumbuh
15
kembang otaknya yang sedang berlangsung sangat cepat (growth
spurt). Kebutuhan zat besi ini tidak bisa lagi dicukupi hanya dari
ASI.
3) Pada usia ini pencernaan bayi sudah lebih siap untk menerima
makanan yang padat.
4) Penelitian menunjukkan beberapa bayi yang tidak segera
diperkenakan kepada makanan padat di usia sekitar 6 – 7 bulan ini,
mengalami kesulitan untuk belajar mengunyah dan menelan.
d. Tahapan MP-ASI
Menurut Sutomo (2013), MP-ASI harus diberikan secara bertahap baik
dari sisi tekstur maupun jumlah porsi makananya. Berikut tahapan
MPASI berdasarkan perkembangan usia bayi, yaitu:
1) Usia 6- 7 bulan
Pada usia 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah berkembang dan
sudah siap untuk menerima makanan. Beri makanan yang lembut
seperti bubur saring, bubur susu atau pure buah. Kenalkanlah bayi
dengan satu jenis makanan saja. Hal ini menghindari reaksi alergi
dan penolakan karena sistem pencernaan yang masih belum
sempurna.
2) Usia 7 – 9 bulan
Pada usia 7 – 9 bulan ketertarikan bayi terhadap makanan menjadi
semakin besar. Sistem pencernaannya juga sudah semakin
berkembang, diikuti dengan pertumbuhan gigi. Makanan lunak dan
sedikit bertekstur sudah mulai bisa diperkenalkan. Tujuannya
16
adalah untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan gigi dan
melatih bayi menggigit dan mengunyah
3) Usia 9 – 12 bulan
Pada usia 9 -12 bulan perkembangan motorik bayi sudah
berkembang. Bayi sudah mulai belajar berjalan. Giginya juga sudah
tumbuh. Makanan bertekstur pada seperti nasi tim atau makanan
yang dicincang sudah boleh diberikan kepada bayi. Berikan juga
finger snack untuk melatih memegang, menggigit dan mengunyah
makanan
4) Usia 12 – 24 bulan
Menginjak usia satu tahun, sistem pencernaan bayi sudah
mendekati sempurna. Biasanya bayi sudah mengunyah dengan baik
makanan semi padat, seperti nasi tim, karena giginya sudah tumbuh
dengan baik. Terus berikan finger snacks untuk melatih makan
sendiri. Umumnya pada usia ini bayi sudah bisa makan yang lebih
besar dan nutrisi yang lengkap dan seimbang agar pertumbuhan
bayi bisa optimal. Pada usia di atas satu tahun menu makanan bayi
disiapkan untuk peralihan ke menu keluarga, tetapi perlu diingat
jangan terburu-buru memberikan bayi makanan yang dimakan oleh
seluruh keluarga. Tetap pilihlah makanan yang tidak berbumbu
tajam, tidak mengandung gas, tekstur makanan masih agak lunak
dan dalam bentuk potongan kecil sehingga mudah dimakan oleh
bayi.
17
e. Jenis-jenis MP-ASI
Menurut Sekarsari (2013), peningkatan tekstur, frekuensi dan porsi
makanan secara bertahap seiring dengan pertumbuhan anak antara 6
sampai 24 bulan, maka sesuaikan tekstur. Kebutuhan gizi tersebut
terdiri dari:
1) 6 – 9 bulan
Jenis makanan yang tepat untuk usia ini adalah
a) Sumber Karbohidrat bermanfaat sebagai penghasil energi.
Misalnya beras, beras merah, kentang dapat diberikan sebagai
makanan pokok. Sebaiknya tidak memberikan ubi jalar karena
proses penguraian ubi di dalam saluran pencernaan akan
menghasilkan gas.
b) Sumber Protein, misalnya daging, ikan, telur, tahu, tempe, atau
kacang. Pilihlah daging ternak yang mengandung lemak, daging
ikan tanpa duri, serta daging ayam tanpa tulang dan kulit.
Berikan dalam bentuk cincang atau giling. Kebutuhan protein
juga dapat dipenuhi dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang, tahu
tempe.
c) Sumber lemak, misalnya minyak sayur, santan, margarin atau
mentega. Pilih jenis lemak atau minyak yang banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, misalnya minyak jagung,
minyak wijen dan minyak bunga matahari.
18
d) Sumber vitamin dan mineral, misalnya sayuran dan buah.
Sayuran yang bisa diberikan antara lain bayam, brokoli, labu
kuning, buncis, jagung manis,
2) Usia 9 – 12 bulan
Menurut Proverawati (2013), berikan makanan selingan 1 kali
sehari, pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi seperti
bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan selingan dibuat
sendiri agar kebersihan terjamin.
Menurut Sekarsari (2013), berikan jenis makanan yang bervariasi
guna memenuhi kebutuhan gizi, yaitu:
a) Sumber karbohidrat, misalnya bubur, nasi tim, kentang, biskut,
aneka jenis bubur serealia khusus bayi, aneka jenis roti
gandum.
b) Sumber protein dapat berupa pure alam tekstur yang lebih
kasar. Berbagai sumber protein, misalnya daging sapi tanpa
lemak, daging ayam, ikan telur, tahu, tempe atau kacangkacangan.
f. Bahan makanan yang harus dihindari
Menurut Sutomo (2013), bahan makanan yang harus dihindari, yaitu:
1) Gluten, adalah protein yang terkandung di dalam tepung terigu,
rye, barley, dan oat/hemermut. Gluten susah dicerna oleh bayi dan
bisa menyebabkan alergi. Jangan memberikan makanan yang
mengandung gluten sebelum bayi berusia 6 bulan.
19
2) Telur setengah matang, karena telur yang tidak matang bisa
mengandung bakteri salmonella.
3) Cumi, udang dan kerang karena ketiga produk ini dapat memicu
alergi sehingga sebaiknya tidak sembarangan memberikan kepada
bayi.
4) Makanan kaleng, karena makanan kaleng terkadang mengandung
pengawet, pewarna, penyedap rasa dan garam yang tinggi, sehingga
sangat berbahaya untuk kesehatan bayi.
5) Makanan yang diasap mengandung karsinogen yang menyebabkan
kanker dan bertekstur liat sehingga susah dicerna oleh bayi.
6) Makanan dengan bumbu tajam, bahan makanan dan bumbu
bercitarasa tajam seperti cabe, asam dan lada seringkali
mengganggu sistem pencernaan.
7) Makanan yang mengandung gas, sayuran dan buah seperti nangka,
durian, lobak, kol, kembang kol dan sawi mengandung gas yang
bisa menyebabkan perut bayi kembung.
8) Susu segar, sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena sering
kali
mengandung
bakteri
penyebab
diare
dan
juga
bisa
memunculkan alergi. Tetap berikan ASI sebagai makanan utama
bayi dibawah 6 bulan dan susu formula lanjutan sesuai dengan usia
jika produksi ASI berkurang.
20
g. Tips memilih dan mengolah MPASI
Menurut Sutomo (2013), Tips memilih dan mengohal MPASI,
meliputi:
1) Tips memilih
Jangan memberikan makana yang berbumbu tajam, pencernaan
bayi yang belum sempurna belum bisa menerna bumbu yang terlalu
tajam, sehingga bisa menyebabkan gangguan seperti kembung dan
diare pada bayi, sayuran dan buah yang mempunyai rasa tajam
sebaikyna dihindari karena bisa menyebabkan kembung pada bayi,
pilih sayuran muda yang bertekstur lembut dan buah-buahan yang
matang sempurna karena rasanya yang manis akan disukai bayi,
pastikan masakan untuk bayi matang dengan sempurna, masakan
bayi yang dimasak dengan baik akan menghindarkan munculnya
bakteri penyebab penyakit, disarankan untuk memilih bahan makan
organik yang sehat dan bebas dari kandungan pestisida.
2) Tips mengolah
Biasakan mencuci tangan dengan sabun hingga bersih sebelum
mengolah MPASI, jangan membiarkan makanan mentah berada
terlalu lama di suhu ruangan. Jika terlalu lama, bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit bisa menempel pada bahan makanan,
pastikan bahan makanan dan alat masak sudah bersih sebelum
digunakan, MPASI sebaiknya diolah dengan tingkat kematangan
yang baik agar terbebas dari cemaran bakteri patogen, gunakan alat
masak dan alat saji food grade yang aman untuk bayi, gunakan
21
bahan berkualitas untuk MPASI yang juga berkualitas, cuci bersih
semua peralatan masak setelah selesai digunakan, segera sajikan
masakan agar kualitas nutrisi tetap prima, jika ada sisa makanan
bayi akan diberikan di waktu makan berikutnya, maka simpanlah di
dalam kulkas dalam wadah tertutup rapat.
h. Jadwal Pemberian MPASI
Menurut Sutomo (2013), biasakanlah membuat pola makan yang baik
untuk bayi, jadwal pemberian MPASI, yaitu:
1) Rencana menu bayi usia 6 – 7 bulan
Tekstur makanan yang tepat untuk MPASI berusia 6 – 7 bulan
adalah yang lunak dan cair, seperti bubur susu, bubur beras, sari
buah.
Tabel 2.1 Jadwal Menu Bayi Usia 6 – 7 bulan
Waktu
Pagi:
Sarapan
Selingan pagi
Makan Siang
Selingan Sore
Makan Malam
Menjelang tidur
Menu
120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui
usia
20-60 gr bubur beras merah
15-30 gr pure pisang
20 – 60 gr bubur susu labu kuning
120 – 180 ml ASI / susu formula lanjutan
sesuai usia
15 – 60 gr pure kentang susu
120 – 180 ml ASI atau susu formula
lanjutan sesuai usia
Sumber: Sutomo (2013)
2) Rencana menu bayi usia 8 – 10 bulan
Memasuki usia 8 – 10 bulan bayi mulai eksplorasi terhadap
makanan. Bayi mulai menyukai beragam makanan baik dari bahan
22
maupun porsinya. Jenis makanan karbohidrat kompleks dan yang
mengandung protein. Jadwal menu bayi usia 8 – 10 bulan, yaitu:
Tabel 2.2 Jadwal Menu Bayi Usia 8 – 10 bulan
Waktu
Pagi:
Sarapan
Selingan pagi
Makan Siang
Selingan Sore
Makan Malam
Menjelang tidur
Menu
120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui
usia
20-60 gr nasi lunak hati ayam
15-30 gr pure buah campur
30 – 40 gr pure bubur kentang tempe
30 – 40 potongan mangga
60 – 40 gr bubur nasi ikan
120 – 180 ml ASI atau susu formula
lanjutan sesuai usia
Sumber: Sutomo (2013)
3) Rencan Menu bayi usia 11 – 12 bulan
Di usia 11 – 12 bulan, gigi bayi sudah tumbuh dan sistem
pencerncaannya semakin sempurna. Beragam jenis makanan baru,
seperti telur, makaroni, dan mi sudah bisa diberikan. Jadwal
pemberian makan bayi usia 11 – 12 bulan, yaitu:
Tabel 2.3 Jadwal Menu Bayi Usia 8 – 10 bulan
Waktu
Pagi:
Sarapan
Selingan pagi
Makan Siang
Selingan Sore
Makan Malam
Menjelang tidur
Sumber: Sutomo (2013)
Menu
120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui
usia
60 – 90 gr nasi lunak hati ayam sayuran
15-30 gr pure buah campur
30 – 40 gr potongan buah pepaya
50 – 60 gr tim daging beras merah
40 – 50 gr cookies keju
60 – 90 gr tim gurami
120 – 180 ml ASI atau susu formula
lanjutan sesuai usia
23
4) Rencana menu bayi usia 12 – 24 bulan
Menu makanan bayi sebaiknya sudah mulai disesuaikan dengan
menu keluarga, hal ini untuk melatih agar nantinya bayi terbiasa dan
siap beralih ke menu yang lebih beragam. Jadwal menu bayi
usia 12 – 24 yaitu:
Tabel 2.4 Jadwal Menu Bayi Usia 11– 10 bulan
Waktu
Pagi:
Sarapan
Selingan pagi
Makan Siang
Selingan Sore
Makan Malam
Menjelang tidur
Sumber: Sutomo (2013)
Menu
120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui
usia
60 – 90 gr nasi lunak hati ayam sayuran
15-30 gr pure buah campur
30 – 40 gr potongan buah pepaya
50 – 60 gr tim daging beras merah
40 – 50 gr cookies keju
60 – 90 gr tim gurami
120 – 180 ml ASI atau susu formula
lanjutan sesuai usia
24
B. Kerangka Teori
Pengetahuan
Ibu
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Paritas
3. Usia
4. Pekerjaan
Makanan
Pendamping ASI
(MPASI)
1. Pengertian MP-ASI
2. Tujuan pemberian MPASI
3. Waktu Pemberian MP-ASI
4. Tahapan MP-ASI
5. Jenis-jenis MP-ASI
6. Bahan makanan yang
harus dihindari
7. Tips memilih dan
mengolah MPASI
8. Jadwal Pemberian MPASI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, (2010), Sutomo (2013)
25
C. Kerangka Konsep
Baik
Pengetahuan Ibu tentang
Pemberian MP-ASI
Cukup
Kurang
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Paritas
3. Usia
4. Pekerjaan
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kuantitatif. Menurut Nursalam (2008), penelitian deskritptif bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif
adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka,
baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang MPASI pada
bayi usia 6 – 24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan
Tawangsari, Sukoharjo
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 2 April 2014.
26
27
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
dan
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan di Desa Kateguhan
Tawangsari, Sukoharjo yang berjumlah 120 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu yang
mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan dengan perhitungan (120 x 25% = 30).
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu berdomisili di Kateguhan Tawangsari Sukoharjo
2) Ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan
3) Ibu yang bisa membaca dan menulis
4) Ibu bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
2) Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.
28
3. Teknik sampling
Tehnik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010).
Pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Menurut
Hidayat (2010), simple random sampling pengambilan sampel dengan cara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara
ini diakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010)
Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah
kuesioner tertutup di mana sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih (Arikunto, 2010). Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi
yang diambil dari sumber teori tentang tumbuh kembang balita. Penyataan
terdiri pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable)
dengan pilihan jawaban benar dan salah.
Penilaian pernyataan positif
(favorable) jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0. Pernyataan
negatif (unfavorable) jika benar dengan skor 0 dan jika salah dengan skor 1.
Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban
yang dianggap benar.
29
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Pernyataan
Variabel
Sub Variabel
Tingkat
pengetahuan
Ibu tentang
MPASI pada
bayi usia 6 – 24
bulan
a. Pengertian MP-ASI
b. Tujuan pemberian
MP-ASI
c. Waktu
Pemberian
MP-ASI
d. Tahapan MP-ASI
e. Jenis-jenis MP-ASI
f.
Bahan
makanan
yang harus dihindari
g. Bahan yang harus
dihindari
h. Jadwal Pemberian
MPASI
Jumlah
Pernyataan
1,2
Jumlah
Soal
2
3
1
Favourable
Unfavourable
5,6,,8,9*
4,7*
6
10,11,12,14
15*,17,18,
20
22,23,24,
25*
27*
28,30,32
13,16,19,21
12
26
6
29,31,33
4
34,35
2
36*,37
2
37
Keterangan : *) = tidak valid
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas akan
dilakukan di Desa Lorog, Tawangsari, Sukoharjo terhadap 30 responden
dengan 37 pernyataan.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus
product moment, yaitu:
30
rxy =
N . SXY - SX.SY
{N SX - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) }
2
2
2
Keterangan:
N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel (0,361). Setelah
dilakukan uji validitas didapatkan 6 nomor pernyataan tidak valid yaitu
nomor 7, 9 15, 25, 27 dan 36 dikarenakan nilai r hitung < rtabel (0,361),
untuk selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam
penelitian. Sehingga penelitian ini menggunakan 31 kuesioner valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS 16 for Windows.
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
31
2
é k ù é Ssb ù
r11 = ê
ê1 - 2 ú
s t û
ë k - 1úû ë
Keterangan:
r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha
cronbach’s sebesar 899 > 0,60, sehingga instrumen dikatakan reliabel
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu di Desa
Kateguhan Tawangsari Sukoharjo, kemudian menjelaskan tentang cara
pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan
kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri
dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2006).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
32
tentang pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2006). Data sekunder didapatkan dari buku
register yaitu jumlah ibu yang mempunyai balita di Desa Kateguhan
Tawangsari, Sukoharjo.
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu
tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan di Desa
Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau
pengertian
(Notoatmodjo, 2010).
variabel-variabel
yang
diamati
atau
diteliti
33
Nama Variabel
Tingkat
Pengetahuan
Ibu tentang
Makanan
Pendamping
ASI pada anak
umur 6–24
bulan
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Pengertian
Skala Alat Ukur
Kemampuan
ibu
menjawab
dengan benar
kuesioner
tentang
Makanan
Pendamping
ASI pada
anak umur 6–
24 bulan
Kuesioner
Ordinal
Indikator
1. Baik : Bila nilai
responden yang
diperoleh (x) >
mean + 1 SD
2. Cukup : Bila
nilai responden
mean -1 SD ≤ x
≤ mean + 1 SD
3. Kurang : Bila
nilai responden
yang diperoleh
(x) < mean – 1
SD
Sumber : Notoatmodjo (2010)
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang
dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan
analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna
mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak
mendapat kendala. Menurut pada umumnya langkah-langkah pengolahan
yaitu:
a. Editing (penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan
melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
34
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau
atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing
Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
soffware komputer.
d. Tabulating (Tabulasi)
Kegiatan membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat yaitu menganalisa
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Keterangan :
x
: Nilai responden yang diperoleh
Mean : Nilai rata-rata yang diperoleh
SD
: Simpangan baku
35
Menurut Notoatmodjo (2007), rumus mean yaitu:
åx
Rumus : X =
n
Keterangan :
X
: rata-rata ( mean )
åx
: Jumlah seluruh jawaban responden
n
: Jumlah responden
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
rata-ratanya, rumus standard deviation (SD), yaitu :
SD =
å xi 2 -
(å xi) 2
n
n -1
Keterangan:
x
: nilai responden
n
: jumlah responden
Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan Ibu tentang
Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan digunakan rumus
persentase. Menurut Silalahi (2012), rumus persentase yaitu:
fi
Persen = ––– x 100
n
fi = Frekuensi
n = total kasus
36
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2010), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk
menjaga
kerahasiaan
subyek
penelitian,
peneliti
tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
37
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu
berjalan
atau
berlangsungnya
(Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian terlampir
tiap
kegiatan
tersebut
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan, Tawangsari yaitu desa
yang terletak di Kabupaten Sukoharjo. Secara geografis Desa Kateguhan
Tawangsari Sukoharjo batas sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pojok,
Tawangsari, Sukoharjo, sebelah Barat berbatasan dengan desa Grajegan,
Tawangsari, batas sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Malangan,
Bulu Sukoharjo dan batas sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa
Lorog, Tawangsari Sukoharjo.
Desa Kateguhan berada di daerah perkotaan sehingga akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan sangat mudah. Fasilitas kesehatan yang
berada di Desa Kateguhan yaitu terdapat Puskesmas Tawangsari, 4 BPM dan 1
RSDM. Mayorirtas penduduk di Desa Kateguhan, Tawangsari Sukoharjo
bermata pencaharian sebagai pedagang.
38
39
B. Hasil Penelitian
Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai
mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka hasil dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
1. Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel
Mean
Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Makanan Pendamping ASI pada
21,4
4,4
bayi umur 6–24 bulan
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,8
dan standari deviasi sebesar 4,4. Berdasarkan nilai mean dan standar
deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Baik
: (x) > mean+1 SD
(x) > 21,4 + 1 x 4,4
(x) > 25,8
Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden x > 25,8
b. Cukup
: mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
21,4 – 1 x 4,4 ≤ x ≤ 21,4 + 1 x 4,4
(x) 17 ≤ x ≤ 25,8
Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden 17 ≤ x ≤
25,8
c. Kurang
: (x) < mean–1 SD
(x) < 21,4 – 1 x 4,4
(x) < 17
Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 17
40
2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan
Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014”. Responden dalam penelitian ini
terdiri dari 30 ibu. Tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI
pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari,
Sukoharjo Tahun 2014.
No
1
2
3
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Sumber: Data Primer, 2014
7
19
4
Persentase
(%)
23,3
63,3
13,4
30
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24
bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu
sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). Jadi tingkat
pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24
bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 terbanyak
pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,7%).
41
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan tingkat
pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24
bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu sebanyak
7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4
responden (13,4%).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan “what” Pengetahuan adalah apa yang diketahui
oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu
merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses
usaha manusia untuk tahu (Notoadmodjo, 2010). Sedangkan menurut Taufik
(2010), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik. Berdasarkan
jawaban responden dari 31 pernyataan mayoritas dapat menjawab pertanyaan
42
dengan benar. Pengetahuan responden pada tingkat baik dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden yaitu SMA.
Menurut
Erfandi
(2009),
menyatakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan. Pendidikan adalah
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Sehingga dengan pendidikan tinggi seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya
pendidikan
dengan
tinggi,
pendidikan
maka
dimana
orang
diharapkan
tersebut
akan
seseorang dengan
semakin
luas
pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut
Tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%)
berdasarkan jawaban responden kebanyakan masih kurang dalam menjawab
43
Berdasarkan analisa kuesioner yang telah dilakukan, Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa
Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 responden mayoritas
responden salah dalam menjawab pertanyaan tentang Bahan makanan yang
harus dihindari. Berdasakran hasil penelitian didapatkan mayoritas responden
belum pernah mendapatkan informasi tentang makanan pendamping ASI,
sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dan kebanyakan
pekerjaan responden sebagai petani, sehingga dengan kesibukan pekerjaan
mereka mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang makanan
pendamping ASI.
Sedangkan
menurut
Erfandi
(2009),
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu informasi. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
44
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 4 responden (13,4%). Faktor yang mempengaruhi yaitu pendidikan
informasi lingkungan pengalaman usia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muji Lestari (2011), dengan
judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan
di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen Metode Hasil penelitian
menunjukkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI
mayoritas
pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (73,3%)
Sedangkan penelitian yang dilakukan Ernawati (2010), dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Di Desa Ngunut
Jumantono Karanganyar”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pengetahuan
pemberian MP-ASI rata-rata cukup yaitu 35 orang
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu :
1.
Kendala
Kendala dalam penelitian ini adalah mengatur untuk mengumpulkan
responden dalam pengisian kuesioner, sehingga peneliti menunggu ada
kegiatan posyandu
45
2.
Keterbatasan
a. Dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini merupakan
variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat
pengetahuan.
b. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner)
yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden hanya bisa
menjawab benar atau salah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada
bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (23,3%),
2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%)
3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi
umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014
tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden
(13,4%).
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan para ibu lebih memperluas pengetahuan tentang menu MPASI, dengan cara
bertanya langsung kepada petugas medis ataupun
46
47
mencari informasi melalui Posyandu, media cetak, media elektronika, baik
TV maupun radio.
2. Bagi Profesi
Bagi bidan hendaknya perlu meningkatkan penyuluhan tentang MP-ASI
pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-24 bulan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Mengingat keterbatasan penelitian ini hendaknya dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan variabel penelitian.
Download