TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 6–24 BULAN DI DESA KATEGUHAN TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : MELANIE ROOSEDIAS SHINTA SARI NIM B11.094 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 ii iii iv v vi vii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014”. Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ernawati, SST., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Kepala Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. viii 7. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Imiaha ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis ix Juni 2013 Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 Melanie Roosedias Shinta Sari B11 094 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 6–24 BULAN DI DESA KATEGUHAN TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN 2014 xiii + 46 halaman + 16 lampiran + 4 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan secara bertahap, baik dari isi tekstur maupun jumlah porsinya, dengan perkembangan sistem pencernaan, kebutuhan nutrisi dan usia bayi. Memberikan MP-ASI terlalu dini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan bayi karena belum siap menerima makanan. Tujuan : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan Tawangsari Sukoharjo. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Cara pengumpulan data berasal dari data primer dan Data Sekunder. Variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Analisa menggunakan analisa univariat. Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3 %). Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan pendamping ASI Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2007 – 2013) x MOTTO v Teruslah bermimpi, karna dari semua mimpi kita mempunyai harapan untuk menentukan arah sebuah perjuangan. (penulis) v Bertepuk tanganlah pada mereka yang membenci kita karna mereka yang membenci kita adalah mereka yang rela membuang waktunya hanya untuk mencari kekurang kita. (penulis) v Rahasia kecerdasan bukan terletak pada bagaimana kita mempelajari apa yang kita senangi, tetapi pada bagaimana kita menyenangi apa yang kita pelajari. (penulis) v Belajarlah dengan seorang ibu untuk menentukan hati dan belajarlah dengan seorang ayah untuk menentukan sikap. (penulis) PERSEMBAHAN : Dengan segala rendah hati,Karya Tulis ilmiah ini penulis persembahkan: © © © © © © © © © Tuhan yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan hiyadahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini dengan baik. Terima kasih buat ayah disurga,engkau selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa untukku dan Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan khusus untukmu disurga ayah. Terima kasih ibu’ku tersayang yang selalu mendo’akan ku disetiap langkah-langkahku. Kasih sayangmu,dukunganmu,semangatmu selalu kau hadirkan disetiap langkah-langkahku. .I LOVE YOU MOM.. Terima kasih adik-adik tersayang dan kakek dan nenek tercinta,kalian selalu memberikan semangat dan do’a untuk kesuksesanku. . Thank you dear,it’s always accompany,protect,and faithfully every steps that I live.. my pace was not easy but you are always there for me.. you there for me when I’m happy and you held out your hand when I’m sad and slumped… ILYSM dear. Terima kasih untuk Ibu Ernawati,SST yang sudah membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Terimakasih untuk sahabat-sahabat tercinta,kalian selalu hadir dan memberikan dukungan untukku..begitu banyak yang telah kita lalu bersama disaat senang maupun duka,(3B) Terimakasih temen-temen semua angkatan 2011,kalian semua adalah semangat untukku.. Terima kasih almamater tercinta. xi CURICULUM VITAE BIODATA Nama : Melanie Roosedias Shinta Sari Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 14 April 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jatimalang RT 02/ RW 05 Kateguhan Tawangsari Sukoharjo RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri Mulur 2 Sukoharjo Lulus tahun 2005 2. SMP Negeri I Bendosari Sukoharjo Lulus tahun 2008 3. SMA Negeri I Tawangsari Lulus tahun 2011 4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011 xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURICULUM VITAE ................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Studi Kasus ................................................................... 4 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7 1. Pengetahuan ........................................................................... 7 2. Makanan Pendamping ASI (MPASI)..................................... 13 xiii B. Kerangka Teori............................................................................. 24 C. Kerangka Konsep ........................................................................ 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 26 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 26 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 27 D. Instrumen Penelitian .................................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31 F. Variabel Penelitian ...................................................................... 32 G. Definisi Operasional .................................................................... 32 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 33 I. Etika Penelitian ........................................................................... 36 J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 38 B. Hasil Penelitian ........................................................................... 39 C. Pembahasan ................................................................................. 41 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 45 B. Saran ............................................................................................ 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 24 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 25 xv DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 29 Tabel 3.2 Definisi Operasional .................................................................... 33 Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 39 Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 .................................................................. 40 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian Lampiran 8. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 9. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 10. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 11. Kuesioner Penelitian Lampiran 12. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Hasil Penelitian Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setia 1000 kelahiran. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Secara fisiologis bayi memang masih sangat membutuhkan makanan yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental serta kemampuan berpikirnya. ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 – 6 bulan pertama (Notoatmodjo, 2007). Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI hanya mampu memenuhi sekitar 60 – 70% kebutuhan gizi bayi. Keterampilan makan bayi sudah berkembang. Pertumbuhan bayi justru akan terganggu jika tidak mendapat makanan pendamping setelah berusia 6 bulan karena tidak terpenuhinya gizi yang 1 2 dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan bersamaan dengan ASI mulai usia 6 – 24 bulan (Riksani, 2012) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan secara bertahap, baik dari isi tekstur maupun jumlah porsinya, dengan perkembangan sistem pencernaan, kebutuhan nutrisi dan usia bayi. Memberikan MP-ASI terlalu dini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan bayi karena belum siap menerima makanan (Sutomo, 2013) Manfaat MP-ASI yaitu melengkapi zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur dan megnembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2013 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo sebanyak 120 orang. Setelah dilakukan wawancara terhadap 10 ibu didapatkan 7 orang ibu belum mengetahui tentang pengertian dan macam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sedangkan 3 orang telah mengetahui pengertian dan macam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014”. 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo pada tingkat baik. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo pada tingkat cukup. c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo pada tingkat kurang. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu tentang pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan 2. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan mempunyai pengalaman nyata dalam melakukan penelitian khususnya tentang pemberian MP-ASI pada anak usia 6–24 bulan. 3. Bagi institusi a. RB Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan RB khususnya pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan. b. Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pemberian pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan. E. Keaslian Penelitian 1. Muji Lestari (2011), dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen pada tanggal 21 5 Maret sampai 21 April 2011. Populasi sebanyak 30 orang, dengan jumlah sampel 30responden, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh, instrumen penelitian adalah kuesioner, variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI yaitu pengetahuan baik Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI yaitu baik sebanyak 6 responden (20%) pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (73,3%) dan pengetahuan kurang 2 responden (6,7%). 2. Ernawati (2010), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Di Desa Ngunut Jumantono Karanganyar”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik sampling dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis dengan menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pengetahuan pemberian MP-ASI rata-rata cukup yaitu 35 orang dan pengetahuan baik 28 orang. Persamaan penelitian yang dilakukan dengan keaslian di atas yaitu terletak pada jenis penelitian dan variabel penelitian sedangkan perbedaan yaitu pada waktu, lokasi dan hasil penelitian. 6 F. Sistematika Penelitian Sistematikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi atas 5 (lima) BAB, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti yaitu pengetahuan, tujuan pemberian MP-ASI, tanda-tanda bayi membutuhkan makanan padat, alasan bayi membutuhkan makanan padat, MP-ASI harus alami, kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi waktu penelitian, populasi sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, Defisini operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian dan jadwal penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan gambaran umum penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan 1) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu (Notoadmodjo, 2010). 2) Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Taufik, 2010). 3) Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Isyraq, 2007). 7 8 b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya 2) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan 9 hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan lain sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesa (Syntesis) Sintesa Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. 10 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang Erfandi (2009), menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : 1) Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Sehingga dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut. 11 2) Mass media / informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 12 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6) Usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya 13 menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. d. Cara mengukur pengetahuan Menurut Riwidikdo (2009), cara pengukuran pengetahuan dengan menggunakan rumus : Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD 2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI ini diberikan besamaan dengan ASI mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan (Riksani, 2012). Makanan MP-ASI yaitu makanan yang diberikan kepada bayi bersama-sama dengan ASI. MP-ASI diberikan setelah 6 bulan karena cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat semasa dalam kandungan mulai menurun sehingga diperlukan makanan tambahan selain ASI (Arif, 2009). 14 b. Tujuan pemberian MP-ASI Tujuan utama dari pemberian MP-ASI yang pertama adalah melatih anak untuk makan dengan cara yang bebeda dari yang selama ini bayi lakukan, yaitu mengisap puting susu, (Damayanti, 2010). c. Waktu Pemberian MP-ASI Menurut Sutomo (2013), lembaga kesehatan duni WHO menganjurkan pada ibu memberikan ASI hingga bayi 6 bulan. Sejalan dengan bertambahnya usia bayi, maka kebutuhan nutrisinya juga bertambah. Gizi untuk bayi tidak akan mencukupi lagi dengan ASI, sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. Dalam kondisi tertentu seperti ASI yang sedikit atau kondisi ibu yang sedang sakit, MPASI bisa diberikan. Tahapan pemberian MPASI juga disesuaikan dengan tahapan perkembangan alat pencernaan bayi. Pada tahap awal biasanya makanan yang diberikan berupa makanan cair seperti bubur susu, kemudian meningkat menjadi makanan kental, semi padat dan ahhirnya padat. Alasan pemberian makanan padat pada bayi menurut Damayanti (2010), yaitu : 1) ASI tidak lagi memenuhi seluruh kebutuhan energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi. Pada saat ini ASI hanya bisa memenuhi sekitar 60 – 70% kebutuhan bayi kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi secara keseluruhan. 2) Melewati usia 6 bulan sampai mencapai usia 2 tahun, kebutuhan bayi akan zat besi menjadi tinggi untuk membantu proses tumbuh 15 kembang otaknya yang sedang berlangsung sangat cepat (growth spurt). Kebutuhan zat besi ini tidak bisa lagi dicukupi hanya dari ASI. 3) Pada usia ini pencernaan bayi sudah lebih siap untk menerima makanan yang padat. 4) Penelitian menunjukkan beberapa bayi yang tidak segera diperkenakan kepada makanan padat di usia sekitar 6 – 7 bulan ini, mengalami kesulitan untuk belajar mengunyah dan menelan. d. Tahapan MP-ASI Menurut Sutomo (2013), MP-ASI harus diberikan secara bertahap baik dari sisi tekstur maupun jumlah porsi makananya. Berikut tahapan MPASI berdasarkan perkembangan usia bayi, yaitu: 1) Usia 6- 7 bulan Pada usia 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah berkembang dan sudah siap untuk menerima makanan. Beri makanan yang lembut seperti bubur saring, bubur susu atau pure buah. Kenalkanlah bayi dengan satu jenis makanan saja. Hal ini menghindari reaksi alergi dan penolakan karena sistem pencernaan yang masih belum sempurna. 2) Usia 7 – 9 bulan Pada usia 7 – 9 bulan ketertarikan bayi terhadap makanan menjadi semakin besar. Sistem pencernaannya juga sudah semakin berkembang, diikuti dengan pertumbuhan gigi. Makanan lunak dan sedikit bertekstur sudah mulai bisa diperkenalkan. Tujuannya 16 adalah untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan gigi dan melatih bayi menggigit dan mengunyah 3) Usia 9 – 12 bulan Pada usia 9 -12 bulan perkembangan motorik bayi sudah berkembang. Bayi sudah mulai belajar berjalan. Giginya juga sudah tumbuh. Makanan bertekstur pada seperti nasi tim atau makanan yang dicincang sudah boleh diberikan kepada bayi. Berikan juga finger snack untuk melatih memegang, menggigit dan mengunyah makanan 4) Usia 12 – 24 bulan Menginjak usia satu tahun, sistem pencernaan bayi sudah mendekati sempurna. Biasanya bayi sudah mengunyah dengan baik makanan semi padat, seperti nasi tim, karena giginya sudah tumbuh dengan baik. Terus berikan finger snacks untuk melatih makan sendiri. Umumnya pada usia ini bayi sudah bisa makan yang lebih besar dan nutrisi yang lengkap dan seimbang agar pertumbuhan bayi bisa optimal. Pada usia di atas satu tahun menu makanan bayi disiapkan untuk peralihan ke menu keluarga, tetapi perlu diingat jangan terburu-buru memberikan bayi makanan yang dimakan oleh seluruh keluarga. Tetap pilihlah makanan yang tidak berbumbu tajam, tidak mengandung gas, tekstur makanan masih agak lunak dan dalam bentuk potongan kecil sehingga mudah dimakan oleh bayi. 17 e. Jenis-jenis MP-ASI Menurut Sekarsari (2013), peningkatan tekstur, frekuensi dan porsi makanan secara bertahap seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka sesuaikan tekstur. Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari: 1) 6 – 9 bulan Jenis makanan yang tepat untuk usia ini adalah a) Sumber Karbohidrat bermanfaat sebagai penghasil energi. Misalnya beras, beras merah, kentang dapat diberikan sebagai makanan pokok. Sebaiknya tidak memberikan ubi jalar karena proses penguraian ubi di dalam saluran pencernaan akan menghasilkan gas. b) Sumber Protein, misalnya daging, ikan, telur, tahu, tempe, atau kacang. Pilihlah daging ternak yang mengandung lemak, daging ikan tanpa duri, serta daging ayam tanpa tulang dan kulit. Berikan dalam bentuk cincang atau giling. Kebutuhan protein juga dapat dipenuhi dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang, tahu tempe. c) Sumber lemak, misalnya minyak sayur, santan, margarin atau mentega. Pilih jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh, misalnya minyak jagung, minyak wijen dan minyak bunga matahari. 18 d) Sumber vitamin dan mineral, misalnya sayuran dan buah. Sayuran yang bisa diberikan antara lain bayam, brokoli, labu kuning, buncis, jagung manis, 2) Usia 9 – 12 bulan Menurut Proverawati (2013), berikan makanan selingan 1 kali sehari, pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihan terjamin. Menurut Sekarsari (2013), berikan jenis makanan yang bervariasi guna memenuhi kebutuhan gizi, yaitu: a) Sumber karbohidrat, misalnya bubur, nasi tim, kentang, biskut, aneka jenis bubur serealia khusus bayi, aneka jenis roti gandum. b) Sumber protein dapat berupa pure alam tekstur yang lebih kasar. Berbagai sumber protein, misalnya daging sapi tanpa lemak, daging ayam, ikan telur, tahu, tempe atau kacangkacangan. f. Bahan makanan yang harus dihindari Menurut Sutomo (2013), bahan makanan yang harus dihindari, yaitu: 1) Gluten, adalah protein yang terkandung di dalam tepung terigu, rye, barley, dan oat/hemermut. Gluten susah dicerna oleh bayi dan bisa menyebabkan alergi. Jangan memberikan makanan yang mengandung gluten sebelum bayi berusia 6 bulan. 19 2) Telur setengah matang, karena telur yang tidak matang bisa mengandung bakteri salmonella. 3) Cumi, udang dan kerang karena ketiga produk ini dapat memicu alergi sehingga sebaiknya tidak sembarangan memberikan kepada bayi. 4) Makanan kaleng, karena makanan kaleng terkadang mengandung pengawet, pewarna, penyedap rasa dan garam yang tinggi, sehingga sangat berbahaya untuk kesehatan bayi. 5) Makanan yang diasap mengandung karsinogen yang menyebabkan kanker dan bertekstur liat sehingga susah dicerna oleh bayi. 6) Makanan dengan bumbu tajam, bahan makanan dan bumbu bercitarasa tajam seperti cabe, asam dan lada seringkali mengganggu sistem pencernaan. 7) Makanan yang mengandung gas, sayuran dan buah seperti nangka, durian, lobak, kol, kembang kol dan sawi mengandung gas yang bisa menyebabkan perut bayi kembung. 8) Susu segar, sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena sering kali mengandung bakteri penyebab diare dan juga bisa memunculkan alergi. Tetap berikan ASI sebagai makanan utama bayi dibawah 6 bulan dan susu formula lanjutan sesuai dengan usia jika produksi ASI berkurang. 20 g. Tips memilih dan mengolah MPASI Menurut Sutomo (2013), Tips memilih dan mengohal MPASI, meliputi: 1) Tips memilih Jangan memberikan makana yang berbumbu tajam, pencernaan bayi yang belum sempurna belum bisa menerna bumbu yang terlalu tajam, sehingga bisa menyebabkan gangguan seperti kembung dan diare pada bayi, sayuran dan buah yang mempunyai rasa tajam sebaikyna dihindari karena bisa menyebabkan kembung pada bayi, pilih sayuran muda yang bertekstur lembut dan buah-buahan yang matang sempurna karena rasanya yang manis akan disukai bayi, pastikan masakan untuk bayi matang dengan sempurna, masakan bayi yang dimasak dengan baik akan menghindarkan munculnya bakteri penyebab penyakit, disarankan untuk memilih bahan makan organik yang sehat dan bebas dari kandungan pestisida. 2) Tips mengolah Biasakan mencuci tangan dengan sabun hingga bersih sebelum mengolah MPASI, jangan membiarkan makanan mentah berada terlalu lama di suhu ruangan. Jika terlalu lama, bakteri patogen yang menyebabkan penyakit bisa menempel pada bahan makanan, pastikan bahan makanan dan alat masak sudah bersih sebelum digunakan, MPASI sebaiknya diolah dengan tingkat kematangan yang baik agar terbebas dari cemaran bakteri patogen, gunakan alat masak dan alat saji food grade yang aman untuk bayi, gunakan 21 bahan berkualitas untuk MPASI yang juga berkualitas, cuci bersih semua peralatan masak setelah selesai digunakan, segera sajikan masakan agar kualitas nutrisi tetap prima, jika ada sisa makanan bayi akan diberikan di waktu makan berikutnya, maka simpanlah di dalam kulkas dalam wadah tertutup rapat. h. Jadwal Pemberian MPASI Menurut Sutomo (2013), biasakanlah membuat pola makan yang baik untuk bayi, jadwal pemberian MPASI, yaitu: 1) Rencana menu bayi usia 6 – 7 bulan Tekstur makanan yang tepat untuk MPASI berusia 6 – 7 bulan adalah yang lunak dan cair, seperti bubur susu, bubur beras, sari buah. Tabel 2.1 Jadwal Menu Bayi Usia 6 – 7 bulan Waktu Pagi: Sarapan Selingan pagi Makan Siang Selingan Sore Makan Malam Menjelang tidur Menu 120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui usia 20-60 gr bubur beras merah 15-30 gr pure pisang 20 – 60 gr bubur susu labu kuning 120 – 180 ml ASI / susu formula lanjutan sesuai usia 15 – 60 gr pure kentang susu 120 – 180 ml ASI atau susu formula lanjutan sesuai usia Sumber: Sutomo (2013) 2) Rencana menu bayi usia 8 – 10 bulan Memasuki usia 8 – 10 bulan bayi mulai eksplorasi terhadap makanan. Bayi mulai menyukai beragam makanan baik dari bahan 22 maupun porsinya. Jenis makanan karbohidrat kompleks dan yang mengandung protein. Jadwal menu bayi usia 8 – 10 bulan, yaitu: Tabel 2.2 Jadwal Menu Bayi Usia 8 – 10 bulan Waktu Pagi: Sarapan Selingan pagi Makan Siang Selingan Sore Makan Malam Menjelang tidur Menu 120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui usia 20-60 gr nasi lunak hati ayam 15-30 gr pure buah campur 30 – 40 gr pure bubur kentang tempe 30 – 40 potongan mangga 60 – 40 gr bubur nasi ikan 120 – 180 ml ASI atau susu formula lanjutan sesuai usia Sumber: Sutomo (2013) 3) Rencan Menu bayi usia 11 – 12 bulan Di usia 11 – 12 bulan, gigi bayi sudah tumbuh dan sistem pencerncaannya semakin sempurna. Beragam jenis makanan baru, seperti telur, makaroni, dan mi sudah bisa diberikan. Jadwal pemberian makan bayi usia 11 – 12 bulan, yaitu: Tabel 2.3 Jadwal Menu Bayi Usia 8 – 10 bulan Waktu Pagi: Sarapan Selingan pagi Makan Siang Selingan Sore Makan Malam Menjelang tidur Sumber: Sutomo (2013) Menu 120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui usia 60 – 90 gr nasi lunak hati ayam sayuran 15-30 gr pure buah campur 30 – 40 gr potongan buah pepaya 50 – 60 gr tim daging beras merah 40 – 50 gr cookies keju 60 – 90 gr tim gurami 120 – 180 ml ASI atau susu formula lanjutan sesuai usia 23 4) Rencana menu bayi usia 12 – 24 bulan Menu makanan bayi sebaiknya sudah mulai disesuaikan dengan menu keluarga, hal ini untuk melatih agar nantinya bayi terbiasa dan siap beralih ke menu yang lebih beragam. Jadwal menu bayi usia 12 – 24 yaitu: Tabel 2.4 Jadwal Menu Bayi Usia 11– 10 bulan Waktu Pagi: Sarapan Selingan pagi Makan Siang Selingan Sore Makan Malam Menjelang tidur Sumber: Sutomo (2013) Menu 120 – 180 ml ASI atau susu formula sesui usia 60 – 90 gr nasi lunak hati ayam sayuran 15-30 gr pure buah campur 30 – 40 gr potongan buah pepaya 50 – 60 gr tim daging beras merah 40 – 50 gr cookies keju 60 – 90 gr tim gurami 120 – 180 ml ASI atau susu formula lanjutan sesuai usia 24 B. Kerangka Teori Pengetahuan Ibu Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Paritas 3. Usia 4. Pekerjaan Makanan Pendamping ASI (MPASI) 1. Pengertian MP-ASI 2. Tujuan pemberian MPASI 3. Waktu Pemberian MP-ASI 4. Tahapan MP-ASI 5. Jenis-jenis MP-ASI 6. Bahan makanan yang harus dihindari 7. Tips memilih dan mengolah MPASI 8. Jadwal Pemberian MPASI Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, (2010), Sutomo (2013) 25 C. Kerangka Konsep Baik Pengetahuan Ibu tentang Pemberian MP-ASI Cukup Kurang Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Paritas 3. Usia 4. Pekerjaan Keterangan : = diteliti = tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis dan rancangan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2008), penelitian deskritptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang MPASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April 2014. 26 27 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo yang berjumlah 120 ibu. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan dengan perhitungan (120 x 25% = 30). a. Kriteria Inklusi 1) Ibu berdomisili di Kateguhan Tawangsari Sukoharjo 2) Ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan 3) Ibu yang bisa membaca dan menulis 4) Ibu bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi 1) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden 2) Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis. 28 3. Teknik sampling Tehnik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Menurut Hidayat (2010), simple random sampling pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini diakukan bila anggota populasi dianggap homogen. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010) Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuesioner tertutup di mana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010). Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi yang diambil dari sumber teori tentang tumbuh kembang balita. Penyataan terdiri pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable) dengan pilihan jawaban benar dan salah. Penilaian pernyataan positif (favorable) jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0. Pernyataan negatif (unfavorable) jika benar dengan skor 0 dan jika salah dengan skor 1. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar. 29 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pernyataan Variabel Sub Variabel Tingkat pengetahuan Ibu tentang MPASI pada bayi usia 6 – 24 bulan a. Pengertian MP-ASI b. Tujuan pemberian MP-ASI c. Waktu Pemberian MP-ASI d. Tahapan MP-ASI e. Jenis-jenis MP-ASI f. Bahan makanan yang harus dihindari g. Bahan yang harus dihindari h. Jadwal Pemberian MPASI Jumlah Pernyataan 1,2 Jumlah Soal 2 3 1 Favourable Unfavourable 5,6,,8,9* 4,7* 6 10,11,12,14 15*,17,18, 20 22,23,24, 25* 27* 28,30,32 13,16,19,21 12 26 6 29,31,33 4 34,35 2 36*,37 2 37 Keterangan : *) = tidak valid Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas akan dilakukan di Desa Lorog, Tawangsari, Sukoharjo terhadap 30 responden dengan 37 pernyataan. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment, yaitu: 30 rxy = N . SXY - SX.SY {N SX - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2 2 2 Keterangan: N : Jumlah responden rxy : Koefisien korelasi product moment x : Skor pertanyaan y : Skor total xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel (0,361). Setelah dilakukan uji validitas didapatkan 6 nomor pernyataan tidak valid yaitu nomor 7, 9 15, 25, 27 dan 36 dikarenakan nilai r hitung < rtabel (0,361), untuk selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Sehingga penelitian ini menggunakan 31 kuesioner valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS 16 for Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 31 2 é k ù é Ssb ù r11 = ê ê1 - 2 ú s t û ë k - 1úû ë Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrument k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb2 = Jumlah varian butir σt2 = Varians total Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 899 > 0,60, sehingga instrumen dikatakan reliabel E. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu di Desa Kateguhan Tawangsari Sukoharjo, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari: 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2006). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner 32 tentang pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2006). Data sekunder didapatkan dari buku register yaitu jumlah ibu yang mempunyai balita di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. F. Variabel penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo. G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian (Notoatmodjo, 2010). variabel-variabel yang diamati atau diteliti 33 Nama Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengertian Skala Alat Ukur Kemampuan ibu menjawab dengan benar kuesioner tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6– 24 bulan Kuesioner Ordinal Indikator 1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Sumber : Notoatmodjo (2010) H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Menurut pada umumnya langkah-langkah pengolahan yaitu: a. Editing (penyuntingan Data) Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. 34 b. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau soffware komputer. d. Tabulating (Tabulasi) Kegiatan membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Analisis Data Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Keterangan : x : Nilai responden yang diperoleh Mean : Nilai rata-rata yang diperoleh SD : Simpangan baku 35 Menurut Notoatmodjo (2007), rumus mean yaitu: åx Rumus : X = n Keterangan : X : rata-rata ( mean ) åx : Jumlah seluruh jawaban responden n : Jumlah responden Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya, rumus standard deviation (SD), yaitu : SD = å xi 2 - (å xi) 2 n n -1 Keterangan: x : nilai responden n : jumlah responden Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak umur 6–24 bulan digunakan rumus persentase. Menurut Silalahi (2012), rumus persentase yaitu: fi Persen = ––– x 100 n fi = Frekuensi n = total kasus 36 I. Etika Penelitian Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2010), meliputi : 1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. 37 J. Jadwal Penelitian Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian terlampir tiap kegiatan tersebut BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kateguhan, Tawangsari yaitu desa yang terletak di Kabupaten Sukoharjo. Secara geografis Desa Kateguhan Tawangsari Sukoharjo batas sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pojok, Tawangsari, Sukoharjo, sebelah Barat berbatasan dengan desa Grajegan, Tawangsari, batas sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Malangan, Bulu Sukoharjo dan batas sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa Lorog, Tawangsari Sukoharjo. Desa Kateguhan berada di daerah perkotaan sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sangat mudah. Fasilitas kesehatan yang berada di Desa Kateguhan yaitu terdapat Puskesmas Tawangsari, 4 BPM dan 1 RSDM. Mayorirtas penduduk di Desa Kateguhan, Tawangsari Sukoharjo bermata pencaharian sebagai pedagang. 38 39 B. Hasil Penelitian Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 1. Mean dan Standar Deviasi Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Mean Standar Deviasi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada 21,4 4,4 bayi umur 6–24 bulan Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,8 dan standari deviasi sebesar 4,4. Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu: a. Baik : (x) > mean+1 SD (x) > 21,4 + 1 x 4,4 (x) > 25,8 Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden x > 25,8 b. Cukup : mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 21,4 – 1 x 4,4 ≤ x ≤ 21,4 + 1 x 4,4 (x) 17 ≤ x ≤ 25,8 Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden 17 ≤ x ≤ 25,8 c. Kurang : (x) < mean–1 SD (x) < 21,4 – 1 x 4,4 (x) < 17 Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 17 40 2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 30 ibu. Tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014. No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer, 2014 7 19 4 Persentase (%) 23,3 63,3 13,4 30 100 Jumlah Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dikategorikan tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). Jadi tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 terbanyak pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,7%). 41 C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu (Notoadmodjo, 2010). Sedangkan menurut Taufik (2010), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 yaitu sebanyak 7 responden (23,3%) tingkat pengetahuan baik. Berdasarkan jawaban responden dari 31 pernyataan mayoritas dapat menjawab pertanyaan 42 dengan benar. Pengetahuan responden pada tingkat baik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden yaitu SMA. Menurut Erfandi (2009), menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Sehingga dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya pendidikan dengan tinggi, pendidikan maka dimana orang diharapkan tersebut akan seseorang dengan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut Tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) berdasarkan jawaban responden kebanyakan masih kurang dalam menjawab 43 Berdasarkan analisa kuesioner yang telah dilakukan, Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 responden mayoritas responden salah dalam menjawab pertanyaan tentang Bahan makanan yang harus dihindari. Berdasakran hasil penelitian didapatkan mayoritas responden belum pernah mendapatkan informasi tentang makanan pendamping ASI, sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dan kebanyakan pekerjaan responden sebagai petani, sehingga dengan kesibukan pekerjaan mereka mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang makanan pendamping ASI. Sedangkan menurut Erfandi (2009), beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan 44 tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). Faktor yang mempengaruhi yaitu pendidikan informasi lingkungan pengalaman usia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muji Lestari (2011), dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen Metode Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (73,3%) Sedangkan penelitian yang dilakukan Ernawati (2010), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Di Desa Ngunut Jumantono Karanganyar”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pengetahuan pemberian MP-ASI rata-rata cukup yaitu 35 orang D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu : 1. Kendala Kendala dalam penelitian ini adalah mengatur untuk mengumpulkan responden dalam pengisian kuesioner, sehingga peneliti menunggu ada kegiatan posyandu 45 2. Keterbatasan a. Dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan. b. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner) yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (23,3%), 2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (63,3%) 3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6–24 bulan di Desa Kateguhan Tawangsari, Sukoharjo Tahun 2014 tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,4%). B. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan para ibu lebih memperluas pengetahuan tentang menu MPASI, dengan cara bertanya langsung kepada petugas medis ataupun 46 47 mencari informasi melalui Posyandu, media cetak, media elektronika, baik TV maupun radio. 2. Bagi Profesi Bagi bidan hendaknya perlu meningkatkan penyuluhan tentang MP-ASI pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-24 bulan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat keterbatasan penelitian ini hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan variabel penelitian.