Analisis Pengaruh Visualisasi Iklan TV Djarum 76 Seri “Jin” Terhadap Citra Djarum 76 pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya Afrizal Novian Baharsyah Program Studi S1 DKV STIKOM Surabaya. Email: [email protected] ABSTRAK Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguasai pasar adalah menciptakan sebuah citra dalam benak konsumen melalui media periklanan. Djarum 76 merupakan salah satu merk rokok kretek tanpa filter dari PT Djarum yang sejak tahun 1999 mulai melakukan kampanye peremajaan konsumennya. Positioning dari Djarum 76 sendiri adalah Akrab, tetap membumi atau bersahaja, kreatif dan tidak ketinggalan jaman (Palupi & Pambudi, 2006). Hal inilah yang pada akhirnya diteruskan pada seri iklan “Jin” pada tahun 2009. Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh visualisasi iklan TV Djarum 76 seri “Jin” terhadap citra Djarum 76 pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah 120 mahasiswa aktif Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya yang telah menempuh semester 5 dan pernah menonton iklan Djarum 76 seri “Jin” maupun video iklan Djarum 76 seri “Jin” di youtube. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. Data penelitian ini merupakan data primer, yaitu merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mengetahui bagaimana citra yang dibentuk oleh iklan TV Djarum 76 seri “Jin”. Kata Kunci: Iklan TV, Simbol Personalitas, Citra Produk Semakin tingkat kompetisi dalam merebut minat masyarakat produk harus menjadi sebuah perhatian bagi para pelaku menyebabkan setiap perusahaan harus dapat bisnis. Persaingan ini tidak terbatas pada satu memberikan suatu strategi yang berbeda dari produk sejenis, namun sudah pada tingkat perusahaan lain agar mampu meraih minat para persaingan produk serupa dengan segmentasi konsumen. Dalam persaingan pasar, produk- yang sama. Hal inilah yang pada akhirnya akan persaingan produk baru perusahaan terus tingginya dan bermunculan sehingga 1 Periklanan dapat dilakukan melalui menjadi penentu bagi sebuah produk apakah media cetak seperti koran, majalah dan brosur mampu bertahan atau tidak. Salah satu cara yang dapat digunakan serta tenaga penjual yang telah terlatih dengan untuk menguasai pasar adalah menciptakan baik. Iklan melalui media televisi (TV) juga sebuah citra dalam benak konsumen melalui merupakan salah satu cara atau alat yang dapat media periklanan. Inilah yang harus dijadikan dilakukan sebagai positioning, menempatkan produk pada memperkenalkan pikiran calon konsumen (Al Ries, 2002:3). dihasilkan kepada konsumen untuk membentuk Dengan citra suatu produk. Media TV mempunyai menempatkan produk di pikiran oleh perusahaan barang atau untuk jasa yang konsumen maka perkembangan produk mutlak keunggulan dalam jangkauannya yang luas meningkat dan mempunyai kekuatan yang yang diserati unsur bergerak signifikan. mendukung pembentukan persepsi konsumen hiburan yang sangat berusaha untuk terhadap suatu produk yang nantinya dapat dalam benak mengarah pada tindakan pertukaran yang dapat konsumen. Mengelola citra produk adalah suatu memuaskan berbagai pihak yang terlibat dalam hal wajib dilakukan bagi perusahaan, sehingga aktivitas pemasaran. Perusahaan menciptakan selalu sebuah citra sebuah produk atau merk dapat tertanam secara PT Djarum adalah sebuah perusahaan mendalam di benak konsumen. Sebuah citra rokok di Indonesia yang bermarkas di kudus, diperlukan untuk dapat mendapatkan perhatian Jawa Tengah dan dirikan pada tahun 1951 oleh dari konsumen. Tanpa adanya citra yang sesuai Oei Wie Gwan. PT Djarum merupakan salah dengan target pasar, sulit untuk mendapatkan satu loyalitas dari target pasar produk tersebut. Iklan terkemuka di Indonesi. Ada lebih dari 2.000 yang kuat dapat menjadi aspek vital bagi merk rokok kretek, yang diproduksi oleh perusahaan mendapatkan persepsi kualitas yang sebanyak 500 perusahaan yang berbeda di lebih bagus dan loyalitas pelanggan yang lebih Indonesia, namun hanya sebagian kecil yang besar. mendekati dari tiga produsen kepopuleran rokok PT "kretek" Djarum 2 ini bersahaja, kreatif dan tidak ketinggalan jaman memiliki berbagai merk kretek untuk pasar (Palupi & Pambudi, 2006). Hal inilah yang pada domestik, termasuk Djarum Super, laris merk, akhirnya diteruskan pada seri iklan “Jin” pada Djarum Coklat, Djarum 76, LA Lights, dan tahun 2009. (www.fundinguniverse.com). Perusahaan Iklan Djarum 76 tersebut berusaha lainnya. Djarum 76 merupakan salah satu merk memberikan suatu doktrin merk atau penanaman rokok kretek tanpa filter dari PT Djarum. persepsi terhadap para konsumen bahwa rokok Dikenalkan pada tahun 1976. Djarum 76 dengan tersebut juga cocok untuk para anak muda. cepat mendapatkan tempat di hati penikmat Proses rokok di Indonesia, terutama di Jawa Timur, minimal 90 hari atau satu tahun untuk dapat Jawa Tengah dan Bali (www.djarum.com). tertanam kuat dalam masyarakat (Knapp, 2000). Rokok ini dijual dalam dua varian kemasan, Dalam hal ini, Djarum 76 sudah melakukannya yaitu kemasan 12 batang dan 16 batang. selama lebih dari 12 tahun. Proses kampanye Djarum 76 merupakan produk yang panjang doktrin ini merk sendiri dilakukan baru untuk memerlukan menjaring telah lama mengusung iklan-iklan dengan konsumen-konsumen sehingga umur mengambil tema anak muda. Sejak tahun 1999, produk untuk menghasilkan profit lebih panjang. kampanye Merk adalah nama atau simbol yang peremajaan konsumennya. Hal ini terlihat dari diasosiasikan dengan produk atau jasa dan penggunaan ikon pemuda dan mobil VW Combi menimbulkan arti psikologis atau asosiasi yang erat digunakan sejak dimulainya seri (Susanto & Wijanarko, 2004). Susanto dan “Wisata”. Iklan ini menurut Palupi & Pambudi Wijanarko (2004) juga mengemukakan bahwa (2006), hebat karena setelah tujuh tahun sesungguhnya pelanggan membeli merk. Hal ini terbukti mampu mengubah citra Djarum 76 karena merk bukan hanya apa yang tercetak di menjadi lebih segar dan muda, karena banyak dalam produk atau kemasan, tetapi termasuk apa dilirik perokok muda. Positioning dari Djarum yang ada dalam benak para konsumen dan 76 sendiri adalah Akrab, tetap membumi atau bagaimana konsumen mengasosiasikannya. Djarum 76 mulai melakukan 3 Loyalitas konsumen juga terbentuk dari TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk seberapa besar produk tersebut dapat mewakili dirinya dan gagasan-gagasan yang dimilikinya. mengetahui pengaruh visualisasi iklan TV Visual Djarum 76 seri “Jin” terhadap citra Djarum 76 (DKV), khususnya di STIKOM Surabaya, pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi mengharuskan mahasiswanya untuk mampu Visual STIKOM Surabaya. Jurusan Desain Komunikasi menciptakan ide untuk sebuah komunikasi pemasaran tentang suatu produk atau jasa. KAJIAN PUSTAKA Karena Iklan itu, pemahaman akan komunikasi periklanan menjadi sebuah keahlian yang harus Definisi iklan dimiliki agar mampu belajar dari iklan-iklan Menurut Kotler (Simamora, 2001) iklan yang telah ada dan juga membuat ide-ide baru adalah segala bentuk presentasi dan promosi yang dapat diterapkan pada produk lain. non-personal suatu produk yang dibayar dan Kemampuan untuk memahami esensi sebuah disponsori oleh sponsor yang jelas. Stanton iklan mulai dipelajari pada semester 5, dimana (Simamora, 2001) juga mengemukakan definisi mahasiswa DKV, yang hampir sama, bahwa iklan terdiri dari khususnya di STIKOM Surabaya, mulai belajar tentang teori periklanan, segala kegiatan metodologi desain dan lain-lain. mempresentasikan yang sesuatu dilibatkan kepada dalam audiens diatas, secara non-personal, dengan sponsor yang jelas. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Simamora (2001) menarik kesimpulan bahwa tentang ”Analisis Pengaruh Visualisasi Iklan TV ada empat karakteristik iklan, yaitu: Berdasarkan latar belakang Djarum 76 Seri “Jin” Terhadap Citra Djarum 76 pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. a. Pesan bersifat verbal, dapat didengar ataupun visual, dapat dilihat. b. Sponsor dapat diidentifikasi. c. Diluncurkan melalui satu atau beberapa media. 4 d. Sponsor membayar media yang Periklanan TV Iklan dapat diterapkan kedalam berbagai menampilkan iklan tersebut. Iklan sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu media. Salah satunya adalah dengan media TV. iklan komersial, non-komersial dan corporate Sejarah periklanan TV dimulai pada tahun 1947 (Madjadikara, 2004). Iklan komersial adalah yang iklan yang bertujuan mendukung kampanye memperbaiki keterbatasan iklan cetak dan iklan pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan non- radio (Suyanto, 2005). The Ed Sullivan Show, komersial didefinisikan sebagai iklan yang sebuah program yang ditayangkan oleh stasiun bertujuan yang TV CBS pada Juni 1948 menjadi pemacu bertujuan untuk menghimbau atau mengajak ramainya periklanan melalui TV. Acara ini masyarakat tidak adalah acara dengan jam tayang terpanjang dan melakukan sesuatu (Iklan Layanan Masyarakat). merupakan serial tersukses di Amerika Serikat Sedangkan iklan corporate hampir sama dengan dimana didalamnya iklan komersial, namun iklan jenis ini lebih sponsorship dengan Lincoln-Mercury. Pada memfokuskan pada pembangunan citra sebuah tahun 1949, Departemen Perdagangan Amerika perusahaan yang pada akhirnya diharapkan akan Serikat membangun citra produk atau jasa yang melalui TV. Hal ini dikarenakan TV merupakan ditawarkan perusahaan tersebut. kombinasi dari gambar bergerak, suara dan untuk kepentingan untuk melakukan umum atau berupa iklan sponsorship terdapat mengemukakan yang sebuah iklan besarnya penjualan untuk kesegaran sehingga menjadi daya tarik sendiri menyampaikan pesan didalamnya. Penyampaian bagi para calon konsumen (Suyanto, 2005). TV iklan dapat dilakukan melalui media cetak sendiri baru masuk di Indonesia sejak bulan (koran, majalah, brosur, spanduk, dll.), media Agustus 1962 (PPPI). Iklan membutuhkan media elektronik (televisi, radio, internet, dll.) dan juga Saat ini iklan TV menjadi salah satu dapat primadona dunia periklanan di Indonesia. Hal ini diciptakan berdasarkan kreativitas pembuat iklan dibuktikan dari riset yang dilakukan Nielsen (Madjadikara, 2004). pada tahun 2009 yang menunjukkan belanja media-media alternatif lain yang 5 iklan melalui media TV mencapai 27,16 trilliun memasukkan kepribadian kedalam produk atau Rupiah (Tabel B.2). TV memiliki jaringan yang jasa, untuk kemudian dimasukkan dalam alam luas, suatu bawah sadar konsumen. Figur-figur, alur cerita, komunikasi pemasaran secara langsung kepada simbol-simbol, ritual, dan pelajaran-pelajaran masyarakat banyak. Media ini memiliki sifat moral merupakan elemen-elemen yang dapat yang cepat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan digunakan mahalnya biaya yang berdasarkan durasi. membentuk sebuah citra (Wertime, 2003). sehingga mampu memberikan dan dikombinasikan untuk Wertime (2003) menyatakan bahwa Citra Produk Kotler (2000) menyatakan bahwa citra citra sangat penting untuk membantu atau image adalah kepercayaan ide dan impresi membangun kesetiaan merk, baik lokal maupun seseorang terhadap sesuatu. Citra tidak dapat global. dicetak seperti barang pada pabrik, akan tetapi membentuk citra menjadi sesuatu yang penting citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan untuk dapat menempatkan produk dalam pikiran pengetahuan seseorang tentang sesuatu. Citra konsumen. Wertime (2003) juga menyatakan terbentuk dari bagaimana perusahaan atau bahwa kesuksesan perusahaan di jaman sekarang produk memaksimalkan kegiatan operasionalnya bergantung pada aktivitas-aktivitas pemasaran yang mempunyai landasan dari segi layanan. yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan Penempatan (positioning) dalam Image atau Citra juga didefinisikan dari bintang iklan dan asosiasi-asosiasi citra sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang lainnya. Kekuatan citra ini bersifat tahan yang ada di dalam benak seseorang (Wikipedia, lama. 2012). Citra produk (brand image) adalah menumbuhkan sebuah loyalitas dari pelanggan, sebuah aspek psikologis yang dibangun dalam karena citra yang memikat, menghibur, dan alam bawah sadar konsumen melalui informasi menyediakan informasi kepada para konsumen. Sehingga pada akhirnya akan dan ekspetasi yang diharapkan melalui sebuah Dalam artikel Wikipedia tentang citra proses komunikasi pemasaran yang dilakukan (2012) disebutkan bahwa menurut Nimoeno, (Soegoto, proses psikodinamis yang berlangsung pada 2010). Citra dibangun dengan 6 individu konsumen berkisar antara komponen- 3. Iluminas komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap 4. Verifikasi konsumen terhadap sebuah produk. Komponen Strategi visual ini merupakan sebuah mental proses sebelum iklan dibuat. Dalam membuat Komponen- iklan, ditentukan terlebih dahulu daya tarik iklan komponen dalam citra sendiri dapat diuraikan yang akan digunakan. Daya tarik dalam iklan sebagai berikut: mengacu pada pendekatan yang digunakan a. Persepsi untuk menarik perhatian konsumen terhadap b. Kognisi suatu produk atau jasa (Simamora , 2001). Suatu c. Motif daya tarik iklan menurut Moriarty (1991) juga d. Sikap dapat diartikan sebagai something that moves tersebut dapat representation diartikan dari sebagai stimulus. Citra memiliki lima macam jenis. Frank Jefkins (1998) menyebutnya antara lain: people, speaks to their wants or need, and excites their interest, yang berarti sesuatu yang a. Mirror image (citra bayangan) menggerakkan b. Current image (citra yang berlaku keinginan c. Multiple image (citra majemuk membangkitkan ketertarikan mereka. Adapun d. Corporate image (citra perusahaan jenis-jenis daya tarik dalam iklan adalah: e. Wish image (citra yang diharapkan atau orang, berbicara kebutuhan mengenai mereka, dan 1. Daya tarik informatif/rasional 2. Daya tarik emosional Strategi Visual Strategi visual atau juga dapat disebut 3. Daya tarik gabungan 4. Daya tarik lainnya sebagai strategi kreatif iklan menurut James Penentuan daya tarik sebuah iklan Webb Young dalam Morrisan (2010) adalah nantinya akan menentukan eksekusi kreatif dari sebuah proses yang meliputi: iklan produk atau jasa. Dalam iklan Djarum 76 1. Keterlibatan diri (immersion), seri “Jin”, daya tarik yang digunakan adalah 2. Proses inkubasi (incubation) daya tarik emosional, yaitu daya tarik yang 7 terkait atau berhubungan dengan kebutuhan dikarenakan kemampuan manusia sosial dalam dalam melakukan persepsi (Masri, pembelian suatu produk atau jasa (Schiffman, 2010). Unsur perseptual muncul 2010). Eksekusi kreatif dalam iklan seri “Jin” ketika seseorang telah melakukan adalah pengamatan dan psikologis dengan personalitas, konsumen menggunakan yaitu dengan simbol menggunakan pada objek visual, kemudian di benaknya akan muncul karakter sentral Jin untuk menjadi simbol dari tafsir “gambaran” mengenai rokok Djarum 76. keberadaan unsur visual tadi. Yang Dalam sebuah strategi visual, terdapat termasuk dalam unsur perseptual beberapa unsur yang membangun sebuah objek meliputi harmoni atau keselarasan, (Masri, 2010). Bersama-sama setiap unsur kesatuan atau unity, keseimbangan, membentuk sebuah komposisi. intensitas, ukuran dan proporsi, irama, arah dan gerak. Keberadaan a. Unsur Visual Penamaan unsur visual disampaikan unsur-unsur karena unsur-unsur ini tampil secara menjadi tujuan dari pengolahan rupa visual pada (Masri, 2010). Beberapa perseptual bidang desain. Ketidak- pendapat mengajukan nama seperti tercapaian unsur desain atau unsur teraba. unsur perseptual inilah yang sering Unsur visual terdiri dari titik, garis, menimbulkan reaksi emosional yang bidang, massa atau ruang, warna negatif. dan tekstur. ini perseptual masing-masing Perilaku Konsumen Engel et al., (1995:44) mendefinisikan b. Unsur Perseptual Unsur peran sering unsur perilaku konsumen sebagai berikut: “... those pertimbangan acts of individuals directly involved in obtaining dinamakan dengan tersebut and using economics goods and services, dirasakan hadir pada sebuah objek including the decision process and determined bahwa unsur-unsur 8 these acts”, yang artinya yaitu Studi perilaku konsumen dipusatkan perilaku konsumen adalah tindakan secara langsung dari pada individu-individu dan mengambil keputusan untuk membelanjakan menggunakan barang yang memiliki nilai sejumlah sumber daya yang tersedia, meliputi ekonomis dan juga jasa, yang mana meliputi uang, tindakan menjelaskan masalah tersebut perlu diketahui: dalam pengambilan memperoleh keputusan yang pemahaman waktu dan bagaimana usaha individu (effort). Untuk a. Apa yang mereka beli mendasari dan menentukan tindakan tersebut. b. Mengapa mereka membeli Loudon dan Bitta (1998:8) menerangkan bahwa perilaku konsumen adalah: “The decision c. Kapan membelinya process and physical activity individual change d. Dimana mereka membeli in evaluations, ecquaring, using, or disposing e. Bagaimana cara mereka membeli goods and service”, atau dapat diterjemahkan f. Bagaimana menggunakan batang yang dibelinya sebagai proses pengambilan keputusan dan Penelitian mengenai perilaku konsumen tindakan fisik yang dilakukan oleh seorang individu dalam mengevaluasi, menerima, merupakan cara menggunakan atau memastikan suatu barang mengungkapkan atau jasa. Karena Sumarwan (2011:5) menyimpulkan yang tepat untuk masalah-masalah diatas. banyaknya mempengaruhi faktor-faktor keputusan yang konsumen, maka bahwa definisi perilaku konsumen adalah semua penelitian harus diarahkan pada faktor yang kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mempengaruhi keputusan tersebut. mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum Assael (1995:18) mengemukakan bahwa membeli, ketika membeli, menggunakan, dan respon konsumen sebagai variabel psikologis juga menghabiskan produk dan jasa setelah yang merupakan hasil reaksi atas stimulus sangat melakukan kegiatan mengevaluasi yang dapat dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dari faktor dipengaruhi oleh lingkungan. internal Lingkup perilaku konsumen (lingkungan). (individu) dan faktor eksternal 9 Terdapat dua hal yang mempengaruhi respon konsumen dalam bentuk data penjualan keputusan konsumen dalam memilih produk dan pangsa pasar. atau jasa. Pertama adalah konsumen itu sendiri Respon konsumen dimana kebutuhan, persepsi, dan sikap mereka Respon konsumen (consumer response) terhadap suatu produk atau jasa yang merupakan adalah tindakan konsumen sebagai akibat dari pencerminan dari faktor usia (demografi), gaya proses interaksi dalam tindakan konsumsi hidup (lifestyle), dan karakteristik kepribadian dimana dalam proses tersebut terjadi pertemuan akan mereka antara atribut-atribut sosial psikologis dengan terhadap suatu produk. Kedua adalah segala atribut produk yang menghasilkan perasaan atau sesuatu diluar konsumen (environment), baik tindakan budaya, norma, kelas sosial, serta orang-orang konsumen disekitar mereka, seperti keluarga, teman, atau perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh juga kelompok-kelompok referensi. Organisasi faktor-faktor internal dan kegiatan pemasaran kepada konsumen mendorong perilaku sangat diperlukan untuk mempengaruhi pilihan kecenderungan melakukan tindakan-tindakan konsumen. tertentu. sangat menentukan pilihan tertentu (Assael, merupakan 1195). bagian dan Respon dari proses eksternal konsumen yang pada Ketika keputusan dibuat, terdapat dua Sifat penting lain dari respon adalah umpan balik, yaitu kepada konsumen itu sendiri bahwa respon bersifat dinamis. Dengan kata dan kepada pemasar. Umpan balik kepada lain, konsumen pengalaman merupakan pembelian kebanyakan respon akan berubah evaluasi terhadap bersamaan dengan waktu. Sifat dinamis dari dimana hal respon sebagian besar terjadi karena perubahan ini menentukan apakah konsumen akan membeli gaya hidup konsumen. produk yang sama atau berpindah ke merk Sikap konsumen produk yang lain. Sedangkan umpan balik Menurut Tricomponent Attitude Model terhadap pemasar didapat dari data-data tentang (Schiffman dan Kanuk, 2010; dan Engel, Blackwell, dan Miniard, 1995), sikap terdiri atas 10 tiga komponen: kognitif, afektif dan konatif Komponen (psikomotorik). Kognitif adalah pengetahuan menggambarkan dan persepsi konsumen (yang diperoleh melalui persepsi terhadap suatu objek sikap. pengalaman dengan suatu objek), sikap dan kognitif dari sikap pengetahuan dan b. Komponen afektif informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan Afektif menggambarkan perasaan dan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan emosi seseorang terhadap suatu produk atau belief, yaitu konsumen mempercayai bahwa atau merk. Perasaan dan emosi tersebut produk memiliki sejumlah atribut. Kognitif juga merupakan sering terhadap objek sikap (produk atau disebut sebagai kepercayaan konsumen. menggambarkan konsumen, pengetahuan emosi Schiffman dan dan dan Afektif perasaan Kanuk dari (2010) menyebutnya sebagai “As primarily evaluative in nature” yaitu menunjukkan penilaian evaluasi merk). Afektif penilaian konsumen menyeluruh mengungkapkan kepada suatu produk apakah baik atau buruk, disukai atau tidak disukai. c. Komponen konatif langsung dan umum terhadap suatu produk, Konatif adalah komponen ketiga dari apakah produk itu disukai atau tidak, apakah sikap produk kecenderungan dari seseorang untuk itu baik menunjukkan atau tindakan buruk. Konatif seseorang atau yang melakukan menggambarkan tindakan tertentu yang kecenderungan perilaku terhadap suatu objek berkaitan dengan objek sikap (produk (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1995), konatif atau merk). berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen (likehood or tendency) dan sering juga disebut sebagai intention. a. Komponen kognitif METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model deskriptif dengan menggunakan survey. Tujuan penggunaan survey yaitu: 11 1. Untuk memperoleh fakta dari gejala yang Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM ada. 2. Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap iklan TV yang dilakukan Surabaya yang pernah menonton iklan Djarum 76 seri “Jin” maupun video iklan Djarum 76 seri kompetitor dalam hal menjaga citra dan “Jin” di youtube. positioning. Sampel 3. Dilakukan terhadap sample yang populasi yang memberikan keterangan atau data ditentukan. Penelitian terbatas hanya Sedangkan sampel adalah bagian dari survey pada dilakukan tidak pengumpulan dan untuk suatu penelitian yang terdiri dari nilai/ skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan terbatas jumlahnya (Abadi, 2006). Sampel interpretasi data tersebut. Selain itu semua yang penelitian dikumpulkan dapat menjadi kunci dari apa yang Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM diteliti. Surabaya yang pernah menyaksikan/mengetahui ini adalah sebagian Mahasiswa iklan Djarum 76 seri “Jin” maupun video iklan Populasi dan Sampel Djarum 76 seri “Jin” di youtube. Pengambilan Populasi sampel penelitian berdasarkan pada pendekatan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang rumus Slovin (Umar, 1997: 68), yaitu sebagai berikut : n mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu N 1 Ne2 yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari Dalam hal ini : dan kemudian ditarik kesimpulan, jadi populasi n = sampel bukan hanya orang, tetapi meliputi seluruh N = Populasi karakteristik atau subyek yang dipelajari, tetapi e = prosentasi kelonggaran meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang yang dapat ditolerir. dimiliki oleh subyek itu (Sugiyono, 2005). 12 individu-individu n= populasinya. 120 1 120 (6)2 yang Alasan mengerti peneliti tentang menggunakan Purposive sampling adalah karena peneliti n = 36 orang memiliki kriteria tertentu yang dipertimbangkan Dari perhitungan tersebut, maka besar untuk mewakili seluruh sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel dalam penelitian ini adalah pernah Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual melihat iklan TV Djarum 76 seri “Jin” dan STIKOM merupakan Surabaya dan pernah menyaksikan/mengetahui iklan iklan Djarum 76 Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. seri “Jin”. Jenis Data Teknik pengambilan sampel metode Data yang digunakan dalam penelitian penarikan sampel yang dilakukan menggunakan ini adalah data primer. Data primer merupakan pemilihan sampel dari populasi secara tidak acak sumber data penelitian yang diperoleh secara (Non langsung dari sumber asli (tidak melalui Didalam penelitian Probability ini, Sampling) dengan pertimbangan bahwa ukuran populasi tidak diketahui secara mempermudah digunakan pasti, maka perantara), (Indriantoro dan Supomo, 2002). untuk dalam penarikan sampel Teknik Pengumpulan Data Purposive Sampling. Metode Pengumpulan data yang dilakukan Purposive Sampling yaitu penentuan sampel dalam penelitian ini melalui kuesioner, yaitu dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2005). Purposive cara memberi seperangkat pertanyaan atau Sampling digunakan karena peneliti memandang pernyataan tertulis kepada responden untuk bahwa individu- individu tertentu saja yang dijawabnya dapat mewakili (Representative) karena mereka diberikan kepada sebagian Mahasiswa Jurusan yang dipilih untuk dijadikan tersebut adalah Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya (Sugiyono, 2005). Kuesioner 13 yang pernah menyaksikan/mengetahui iklan TV dalam iklan tersebut, yaitu figur, alur cerita dan Djarum 76 seri “Jin”. simbol-simbol yang terdapat didalamnya. Variabel terikatnya adalah citra produk Teknik Analisis Data atau brand image dari Djarum 76. Kotler (2000) Metode analisis data yang digunakan menyatakan bahwa citra atau image adalah dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kepercayaan ide dan impresi seseorang terhadap kuantitatif. Dimana metode ini dimaksudkan sesuatu. untuk melihat apakah ada pengaruh iklan TV Djarum 76 seri “Jin” terhadap citra produk Variabel Penelitian Djarum 76 pada Mahasiswa Jurusan Desain Variabel independen dalam penelitian Komunikasi Visual STIKOM Surabaya dengan ini adalah analisis citra produk Djarum 76 pada cara menyebarkan kuesioner. Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya dan variabel dependen Definisi Konseptual Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dapat menyimpulkan hasil adalah visualisasi iklan Djarum 76 seri “Jin”. Pengukuran variabel penelitian Pengukuran variabel berupa ini penelitian menggunakan angka. Penelitian ini menggunakan terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel dengan jenis pertanyaan terbuka dan tertutup terikat. Variabel bebas (independent variabel) tentang variabel-variabel yang digunakan dalam yang ditandai dengan simbol X dan variabel penelitian terikat (dependent variabel) yang ditandai tersebut dijabarkan didalam 15 pertanyaan yang dengan simbol Y. Variabel bebas dalam kemudian diajukan pada responden. penelitian ini adalah iklan TV Djarum 76 seri Indikator variabel penelitian ini. instrumen penelitian Selanjutnya kuesioner variabel-varabel “Jin”. Dalam iklan TV terdapat beberapa unsur Indikator yang digunakan untuk mengukur yang digunakan untuk menyampaikan pesan citra Djarum 76 pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya adalah 14 para mahasiswa aktif yang telah menempuh disajikan. Hal ini berarti penggunaan karakter semester 5, yakni angkatan 2009, 2010, dan sentral “Jin” telah mampu mewakili karakter 2011, yang pernah menonton iklan TV Djarum Djarum 76, dimana merakyat sama dengan tetap 76 seri “Jin”, baik di televisi maupun media membumi, kritis mewakili sifat kreatif dan tidak internet. ketinggalan jaman (peka). Sifat akrab juga tampak, KESIMPULAN DAN HASIL PENELITIAN ditunjukkan dengan banyaknya responden yang merasakan kesan kesederhanaan desktritif dan banyaknya responden yang menganggap menunjukkan bahwa banyak responden yang bahwa karakter sentral “Jin” lucu. Kelucuan menyukai dan merasa tertarik pada iklan TV merupakan bagian dari sisi humoris yang banyak Djarum 76 seri “Jin” karena pesan yang disukai oleh responden dari tokoh Jin yang disampaikan dalam iklan tersebut. Penggunaan disajikan, dimana sifat humoris merupakan karakter sentral “Jin” juga diminati karena bagian dari keakraban dalam pergaulan. Berdasarkan analisis karakter sederhana, humoris, dan sifat kritis Secara keseluruhan, di akhir pertanyaan yang dimiliki oleh tokoh Jin tersebut. Hal ini responden diberi pertanyaan tentang kesan yang menandakan bahwa pemilihan konsep visual menurut mereka tampak pada iklan TV Djarum yang dilakukan oleh Djarum 76 untuk menarik 76 seri “Jin”. Kesederhanaan, kritis, keakraban, konsumen-konsumen baru dapat dibilang sudah kritis, humor, gengsi menjadi kesan yang tepat. didapat oleh banyak responden tentang iklan Begitupun citra yang ditimbulkan oleh tersebut. Hal ini menandakan bahwa keinginan iklan tersebut, dimana citra yang ingin dibentuk PT Djarum untuk menanaman citra akrab, tetap dalam Djarum 76 sendiri adalah akrab, tetap membumi atau bersahaja, kreatif dan tidak membumi atau bersahaja, kreatif dan tidak ketinggalan jaman pada produk Djarum 76 ketinggalan jaman (Palupi & Pambudi, 2006). melalui iklan TV Djarum 76 seri “Jin” telah Banyak responden mendapat kesan merakyat, berhasil. kritis dan jujur pada simbol personalitas yang 15 SARAN Berdasarkan selanjutnya dapat kesimpulan diusulkan saran diatas, yang Belch, George E. & Michael A. Belch. (2001). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspectives, Fifth Edition. New York: Irwin/Graw Hill. diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Pihak promosi perusahaan hendaknya tetap mempertahankan unsur-unsur yang ada dalam iklan TV Djarum 76 seri “Jin” karena telah berhasil menanamkan citra yang diharapkan kepada para konsumen/calon konsumen. 2. Perusahaan diharapkan dapat Engel, James, Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard. (1995). Consumer Behaviour, Eight Edition. Forth Worth, Texas: The Dryden Press. Indonesia, A. N. (2011, February 1). Belanja Iklan Televisi. Diakses pada 26 Maret 2012, dari www.acnielsen.co.id: http://www.acnielsen.co.id/news/Releas e010211.shtml Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. mengambil berbagai strategi pemasaran lain yang relevan untuk memperkuat citra yang telah ditanamkan melalui Jefkins, F. (1998). Public Relations: Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga. Knapp, D. A. (2000). The Brand Mindset. Yogyakarta: ANDI Offset. iklan TV Djarum 76 seri “Jin”. 3. Penelitian memperluas selanjutnya populasi dan untuk sampel penelitian pada segmen masyarakat lain, Lutfi. (2004). IPA Kimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Loudon, David L and Della Bitta. (1998). Consumer Behaviour: Concept and Application, Third Edition. Japan: McGraw Hill Book Company. dengan maksud untuk memperkuat hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. DAFTAR PUSTAKA Abadi, A. A. (2006). Problematika Penentuan Sampel dalam Penelitian. Dimensi Teknik Arsitektur , 140. Assael, Henry. (1995). Consumer Behaviour and Marketing Action, Fourth Edition. Boston: PSW-Kent. Madjadikara, A. S. (2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Masri, Andry. (2010). Strategi Visual: Bermain dengan Formalistik dan Semiotik untuk Menghasilkan Kualitas Visual dalam Desain. Yogyakarta: Jalasutra. Moriarty, Sandra E. (1991). Creative Advertising: Theory and Practice, Second Edition. New Jersey: Englewood Cliffs. 16 Morissan, M. A. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nasution, P. D. (2004). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S. S. (2011). Analisis Pengaruh Iklan TV Rokok A Mild Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi UMSU Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Nazir., M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Palupi, D. H., & Pambudi, T. S. (2006). Advertising That Sells. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. PPPI. (n.d.). P3I. Retrieved Mei 21, 2012, from http://www.p3i-pusat.com: http://www.p3i-pusat.com/tentangp3i/kilas-balik Prasetyo, B., & Jannah, M. L. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Puspasari, Y. (2009, Februari 04). Surabaya Post Online. Diakses pada 10 April 2009, dari http://www.surabayapost.co.id: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=be rita&act=view&id=f6d1ecd13a24f8caf9 c014e14dda156d&jenis=6c8349cc7260a e62e3b1396831a8398f Rangkuti, F. (2002). The Power of Brands. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Schiffman, L. G. & L. L. Kanuk. (2010). Consumer Behaviour, Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall. Soegoto, E. S. (2010). Entrpreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiyono. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sumarwan, Ujang. (2011). Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Susanto, A. B., & Wijanarko, H. (2004). Power Branding: Membangun Merk Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: PT Mizan Publika. Suyanto, M. (2005). Strategi Perancangan Iklan Televisi Top Dunia. Yogyakarta: ANDI Offset. Umar, H. (1997). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia Unilever. (2011). www.unilever.co.id. Diakses pada 14 November 2011, dari www.unilever.co.id: http://www.unilever.co.id/id/brands/foo dbrands/Walls/ Wertime, K. (2003). Building Brands & Believers: Membangun Merk dan Pengikutnya. Jakarta: Erlangga. Wikipedia. (2012, Mei 11). Citra dalam Hubungan Masyarakat. Diakses pada 21 Mei 2012, dari www.wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Citra_%28H ubungan_Masyarakat%29 Wikipedia. (2012, April 18). Rokok. Diakses pada 21 Mei 2012, dari www.wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok Simamora, B. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei, Edisi Kedua. Jakarta: LP3ES. 17