Skrining Bakteri Indigenous… SKRINING BAKTERI INDIGENOUS OIL SLUDGE DARI KALIMANTAN PADA MEDIAPOLYAROMATIC HIDROKARBON (NAPHTHALENE) Anthofani Farhan, Ni’matuzahroh, Ganden S. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Jumlah isolate bakteri indigenous yang mampu tumbuh pada substrat napthalene; (2) Nilai pH bakteri indigenous dari oil sludge pada substrat hidrokarbon (napthalene); (3) Respon pertumbuhan isolat bakteri dari oil sludge yang diamati dari nilai Total Plate Count (TPC) (CFU/mL) pada konsentrasi 100 ppm; (4) Nama spesies isolate bakteri yang terpilih yang memiliki kemampuan mendegradasi napthalene. Uji respon pertumbuhan isolat bakteri dari oil sludge dilakukan pada kultur cair yang mengandung napthalene pada konsentrasi 100 ppm, diamati pertumbuhannya pada waktu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 hari. Data logaritma Total Plate Count bakteri isolat indigenous(CFU/mL) dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan didapatkan 7 isolatbakteri yang mampu tumbuh pada substrat napthalene. Isolat mampu tumbuh menggunakan substrat naphthalene dengan konsentrasi 100 ppm.Nilai pH bakteri indigenous menunjukkan bahwa pH masihberkisar normal padawaktu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 hari.Bakteri indigenous terbaik adalah isolat D. Nama spesies isolat bakteri terbaik berdasarkan uji kit 12A dan 12B menunjukan kesamaan 99,79% dengan Pseudomonas aeruginosa. Kata kunci: skrining, bakteri indigenous, oil sludge, napthalene. PENDAHULUAN Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) merupakan salah satu bahan pencemar berbahaya yang berasal dari limbah lumpur minyak bumi. PAHs diputuskan menjadi karsinogenik, karena metabolitnya menunjukkan aktifitas mutagenic dan karsinogenik terhadap manusia dan hewan (Skupinskaet al., 2004). Menurut Yuliani (2014) komposisi kimia dari oil sludge salah satunya napthalene memiliki konsentrasi 6.4 g/ kg oil sludge. Napthalene merupakan salah satu jenis PAHs yang terdiri dari 2 cincin aromatik yang termasuk kedalam LMW (Low Molecular Weight) sehingga lebih mudah didegradasi dibandingkan dengan HMW (High Molecular Weight) danbiasanyadigunakansebagaicontoh PAHs untuk pemahaman mekanisme degradasi pada HMW-PAHs (Cerniglia dan Sutherland, 2010).United State Environmental Protection Agency (USEPA) telah menetapkan daftar 16PAHs yang menjadi senyawa pencemar utama di lingkungan, salah satunya adalah napthalene (Koch, 2011). Napthalene berdasarkan International Agency for Research on Cancer [IARC] 150ppm naphthalene dalam jumlah besar dapat mengakibatkan kerusakan pada sel darah, dan menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai haemolytikanaemia (Goldman, 2001). Beberapa penelitian telah mengidentifikasi bakteri terutama dari genus Pseudomonas, Arthrobacter, Aeromonas, Sphingomonas, Acidovorax, Burkholderia, Brevibacillus, Mycobacterium, Corynebacterium dan Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Nocardia (Lin et al., 2014). Penelitian dari Lin et al., (2014) juga menunjukkan degradasi naphthalene pada konsentrasi 50 mg/L di bawah salinitas 20 g/L selama 7 hari sebesar 75% oleh bakteri Pseudomonassp BZ-3. Skrining bakteri indigenous dari oil sludge yang berasal dari KalimantanTimur khususnya daerah Muara Badak perlu untuk dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitianinibertujuanuntukmengetahuibakteriindigenous yang mampu tumbuh dengan baik pada senyawa hidrokarbon napthalene. METODE PENELITIAN Napthalene (98%).Konsentrasinapthalene yang digunakanadalah 100, Crystal violet, lugol, alkohol, dansafranin untuk pewarnaanGram, Yeast Extract,HCl, dan NaOH. Media yang digunakan adalah Air Mineral Sintetis (AMS) yang mengandung makronutrien ((NH4)2SO4 3g; MgSO4.7H2O 0,2g; NaCl 10g); mikronutrien (CaCl2 0,01g; MnSO4. H2O 0,001g; H3BO3 0,001g; ZnSO4.7H2O 0,001g; CuSO4.5H2O 0,001g; CoCl2.6H2O 0,005g; Na2MoO4.2H2O 0,001g); buffer KH2PO4 2,6g dan K2HPO4 5g ; Besi (FeSO4.7H2O 0,0006g) dalam 1 Liter akuades. Pemurnian bakteri menggunakan medium Nutrient Agar(NA) dan Nutrient Broth(NB). Pelarut organik yang digunakan adalah nheksana (Baker Analyzed). Peralatan yang digunakan untuk produk konversi adalah GC-MS dengan kolomkapiler HP 5-MS 5% Phenyl Methyl Siloxane. 151 Skrining Bakteri Indigenous… Skrining Isolat Bakteri Indigenous Pendegradasi Napthalene Sebelumnya dibuat prekultur isolat bakteri indigenous yang diperoleh dalam 20 mL media NB, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Kultur isolat bakteri ini diukur kerapatan optiknya (OD) sebesar 0,5 dengan panjang gelombang 600 nm. Sebanyak 1 mL (2%) Kultur isolat bakteri ditambahkan ke dalam 49 ml media AMS yang mengandung napthalene dengan konsentrasi 100 ppm dan 0,5% Yeast Extract. Kemudian diinkubasi selama 10 hari pada shaker dengan kecepatan 120 rpm dalam suhu ruang. Pertumbuhan bakteri pada kultur hidrokarbon naphthalene dipantau dengan cara penghitungan jumlah selviable dengan metode pour plate. Penghitungan jumlah dilakukan dengan interval 0, 2, 4, 6, 8, 10. Sebanyak 1 mL kultur bakteri diambil dengan mikro pipet kedalam seri tabung pengenceran berisi 9 mL larutan garam fisiologis 0,85%. Seri pengenceran dibuat dengan seri tertentu sampai jumlah sel memenuhi persyaratan. Dari masing-masing tiga seri pengenceran terakhir dilakukan pencawanan pada media NA. Isolat bakteri indigenous yang memiliki kemampuan tumbuh paling baik ditinjau dari nilai TPC. Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Indigenous Karakterisasi bakteri meliputi morfologi koloni, morfologi sel bakteri indigenous dan uji fisiologi biokimia .Morfologi koloni diamati pada media NA. Morfologi yang diamati adalah bentuk, warna, ukuran, tepian, dan elevasi. Morfologi sel bakteri dapat dilakukan dengan pewarnaan Gram. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Isolat bakteri indigenous oil sludge pada media NA miring. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 a b 10μm Gambar 2. Tabel 1. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis isolate bakteri indigenous oil sludge pada media NA. (a) Karakteristik makroskopis isolat (D) pada media NA; (b) Karakteristik mikroskopis sel bakteri isolat (D) dengan pengecatan Gram pH kultur bakteri indigenous oil sludge pada substrat naphalene Isolat 0 A ≠ napth A + napth B ≠ napth B + napth C ≠ napth C + napth D ≠napth D + napth E ≠ napth E + napth F ≠ napth F + napth G ≠ napth G + napth 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 Lama inkubasi (hari) 2 4 6 8 7 7 7 7 7 7,2 7 7 7 7,2 7 7 7 7 7 7,1 7,2 7,2 7 7 7 7 7 7 7,1 7 7,1 7 7,1 7,2 7,2 7,2 7,2 7,1 7,2 7,1 7,2 7 7,2 7,1 7,2 7,1 7,1 7,2 7,2 7,3 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,3 7,2 7,3 10 7,2 7,3 7,3 7,5 7,3 7,4 7,3 7,3 7,4 7,5 7,3 7,5 7,4 7,5 Berdasarkan tabel 1,menunjukkan bahwa ke-7 isolat bakeri yang ditumbuhkan pada media yang mengandung naphthalene memiliki rentang nilai pH yang masih bias dibilang pH normal pada semua bakteri indigenous sampai akhir masa inkubasi yaitu 10 hari, pH kultur pada semua isolate bakteri indigenous dari hari ke0 sampai hari ke-10 yaitu 7-7,5. Hal ini menujukkan bahwa semua isolate bakteri mampu menggunakan substrat napthalene. Zam (2011), menyatakan pada umumnya kisaran pH optimum bagi pertumbuhan bakteri adalah 6,5 – 7,5. Berdasarkan hasil penelitian pH akhir adalah ± 7 sehingga masih termasuk rentang yang mendukung pertumbuhan bakteri indigenous. (Alexander dan Murzhak, 1999) menambahkan pH netral atau mendekati netral merupakan faktor yang mendukung optimalnya proses biodegradasi dan jika komponen lingkungan yang khas dapat dimetabolisme oleh organisme yang berbeda. 152 Skrining Bakteri Indigenous… Tabel 2. Uji biokimia isolate bakteri indigenous terpilih yang mampu mendegradasi napthalene 5 Acid from Mannitol (MAN) - 6 Acid from Xylose (XYL) + 7 ONPG - 8 Indole (IND) - 9 10 11 12 Urea Hydrolysis (UR) Voges Proskauer (VP) Citrate Utilization (CIT) Tryptophan Deaminase (TDA) + + + Uji biokimia dapat digunakan untuk mengidentifikasi mahluk hidup berdasarkan rekasi kimia yang terjadi dalam tubuh (Yulia et al., 2005). Uji biokimia hanya dilakukan pada isolat yang terbaik. BerdasarkanTabel 2 di atas menunjukkan bahwa P. aeruginosa pada uji oksidase menunjukkan hasil positif, hal ini menandakan bahwa P. aeruginosa memiliki aktivitas oksidase.Uji reaksi fermentasi karbohidrat (penggunaan gula-gula) yaitu uji glukosa dan xilosa diperoleh hasil positif, artinya bakteri P. aeruginosa membentuk asam dari fermentasi glukosa dan xilosa. Pada sorbitol, laktosa, rafinosa, manitol, rhamnosa, arabinosa, salisin, inositol, sukrosa, dan adonitol diperoleh hasil negatif, hal ini menandakan bahwa bakteri P. aeruginosa tidak membentuk asam dari fermentasi sorbitol, laktosa, rafinosa, manitol, rhamnosa, arabinosa, salisin, inositol, sukrosa, dan adonitol serta tidak membutuhkan gula-gula tersebut untuk proses metabolismenya. Respon pertumbuhan bakteri tersebut pada substrat naphthalene dengan konsentrasi 100 ppm.Respon pertumbuhan terbaik dilihat berdasarkan dari nilai log TPC bakteri selama waktu inkubasi 10 hari. Respon pertumbuhan bakteri ini disajikan pada Grafik1. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Jumlah sel bakteri (CFU/mL) jumlah sel bakteri (CFU/mL) 4 perlakuan Isolat B 25 20 15 10 5 0 Jumlah sel bakteri (CFU/mL) 3 kontrol 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) jumlah sel bakteri(CFU/mL) 2 Uji fermentasi gula-gula 12B Hasil Gelatin Liquefaction (GEL) Malonate Inhibition + (MAL) Acid from Inositol (INO) Acid from Sorbitol (SOR) Acid from Rhamnose (RHA) Acid from Sucrose (SUC) Acid from Lactose (LAC) Acid from Arabinosa (ARA) Acid from Adonitol (ADO) Acid from Raffinose (RAF) Acid from Salicin (SAL) Arginine Dihydrolase + (ARG) jumlah sel bakteri (CFU/mL) 1 Uji Fisiologis 12A hasil Lysine Decarboxylase + (LYS) Ornithine Decarboxyl + (ORN) H2S production (H2S) Acid from + Glucose (GLU) kontrol perlakuan 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) isolat C 25 20 15 10 5 0 kontrol perlakuan 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) Isolat D 25 20 15 10 5 0 kontrol perlakuan 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) Isolat E 25 20 15 10 5 0 kontrol perlakuan 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) Isolat F Jumlah bakteri sel (CFU/mL) No Isolat A 25 20 15 10 5 0 25 15 5 -5 0 2 4 6 8 10 kontrol perlakuan Waktu inkubasi (hari) 153 Skrining Bakteri Indigenous… jumlah sel bakteri (CFU/mL) Isolat G 25 20 15 10 5 0 kontrol substrat naphthalene dengan konsentrasi 100 ppm. Dari ketujuh isolat yang ditemukan dan di uji pada substrat naphthalene didapatkan bahwa isolate terbaik adalah isolat D. Nilai pH dari ketujuh isolate selama masa inkubasi adalah 7-7,5, termasuk dalam rentang pH normal. Nama spesies isolate bakteri indigenous terbaik (isolate D) yang memiliki kemampuan biodegradasi naphthalene adalahPseudomonas aeruginosa. perlakuan 0 2 4 6 8 10 Waktu inkubasi (hari) Grafik 1. Respon pertumbuhan ke-7 bakteri tersebut pada substrat naphthalene dengan konsentrasi 100 ppm. Grafik 1 menunjukkan bahwa isolat ke-7 bakteri indigenous dapat menggunakan susbtrat hidrokarbon uji (naphtalene) dengan konsentrasi 100 ppm sebagai substrat pertumbuhannya. Respon positif pertumbuhan isolat ke-7 bakteri indigenous yaitu adanya pertambahan jumlah sel bakteri melalui pengamatan TPC (Total Plate Count). Dari Grafik 1 dapat dilihat bahwa bakteri yang mampu tumbuh paling optimal dari ke-7 isolat adalah isolat D. Ke-7 isolat terbukti dapat menggunakan substrat naphtalene sebagai nutrisi pertumbuhan karena jumlah sel bakteri meningkat seiring waktu inkubasi dibandingkan dengan kontrol tanpa penambahan naphtalene. Kultur ke-7 isolat tanpa penambahan naphtalene nampak mengalami penurunan jumlah sel pada hari yang berbeda-beda tiap isolat. (Koch., 2011 ) menyatakan berkurangnya nutrisi pertumbuhan, faktor aerasi serta produk metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan Grafik 1 dapat diketahui bahwa pertumbuhan bakteri pada media AMS yang mengandung naphthalene dengan konsentrasi 100 ppm sebagai uji skrining, isolate terbaik adalah isolat D dibandingkan ke6 isolat lainnya. Isolat D diduga memiliki kemampuan enzimatis dan menghasilkan biosurfaktan yang mampu mendegradasi naphthalene melalui jalur metabolic bakteri. Hal ini bukan berarti ke-6 isolat yang lain tidak memiliki kemampuan yang sama, meskipun respon pertumbuhan pada substrat naphthalene tidak sebaik isolat D. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat tujuh isolate bakteri indigenous oil sludge yang mampu tumbuh pada substrat napthane.Respon pertumbuhan isolate bakteri dari oil sludge yang diamati dari nilai Total Plate Count (TPC) (CFU/mL) menunjukkan pertumbuhan yang berbeda ketika ditumbuhkan pada Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 DAFTAR PUSTAKA Alexander F and Murzhak T. 1999. Public HealthStatement, Polycyclic AromaticHydrocarbons. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services. Zam T. 2011. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.21st Ed. American Public Health Association. Washington D.C. Cernigliaand Sutherland, 2010.Quantitative analysis of biodegradation of PAHs by usingmicrobes in oil sludge.Master dissertation, Department of Environment,vilEngineering, UniversitiTeknologi MARA (Unpublish). Goldman R. 2001. Smoking Increases Carcinogenic Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Human Lung Tissue. Cancer Research 61: 6367-6371. Koch,E. 2011. Biodegradation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons by Arthrobactersp. Ug50 Isolated from Petroleum Refinery Wastes. Thesis.The University of Guelph. Lin,M., Hu, X., Chen, W., Wang, H., Wang, C. 2014. Biodegradation of Naphthalene by Pseudomonas sp. BZ-3, Isolated from Crude Oil Contaminated Soil. International Biodeterioration& Biodegradation. Vol. 94, 176-181. Skupinska, K., Misiewicz, I., and Guttman, T. 2004. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons: Physicochemical Properties, Environmental Appearance and Impact on Living Organism. ActaPoloniaePharmaccutica-Drug Research. Vol.3, No. 3 pp. 233-240 Yulia, L.R., Marsa, B., Juliastuti, S.R. 2005. Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak Bumi dengan Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Teknik Kimia, Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Yuliani, H. 2014. Biodegradasi poliaromatik hidrokarbon pirena oleh bakteri yang diisolasi dari laut cilacap dan laut marina. Disertasi. Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Indonesia. 154