67 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berawal dari keberadaan pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sudah berlangsaung ratusan tahun, sehingga selama ini timah memberi andil yang besar terhadap perekonomian wilayah Bangka Belitung. Dengan akan berakhirnya era timah karena cadangan yang semakin menipis, maka dipastikan akan terjadi transformasi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari perekonomian berbasis timah ke sektor yang lain. Sektor apa yang bisa menggantikan posisi timah perlu dicari dan penggunaan analisis sistem dinamik diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut. 3.1 Kerangka Pemikiran Menyusun kerangka pemikiran adalah menjawab secara rasional masalah yang telah dirumuskan dan identifikasi dengan mengalirkan jalan pikiran peneliti berdasarkan patokan pikir (asumsi/aksioma) sampai pada pemikiran menurut kerangka logis (logical construct). Kerangka logis itu adalah kerangka logika sebagaimana digunakan dalam berfikir deduktif, yang menggunakan silogisme (syllogisme), yaitu suatu argumen (penalaran) deduktif yang valid (absah). Adapun kerangka pemikiran yang disusun dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 3.1.1 Model Sruktur Perekonomian Dalam I-O Interregional dapat dilihat struktur perekonomian suatu wilayah atau Provinsi yaitu : Struktur permintaan dan penawaran, dan sekaligus melihat peranan produksi domestik dan impor untuk memenuhi permintaan barang dan jasa. Permintaan terhadap barang dan jasa pada suatu wilayah pada periode waktu tertentu adalah merupakan seluruh permintaan yang digunakan oleh sektor produksi (permintaan antara), permintaan untuk memenuhi konsumsi akhir domestik (permintaan akhir), dan permintaan untuk ekspor. Sedangkan kalau dilihat dari sisi penawaran adalah merupakan seluruh penawaran barang dan jasa pada suatu wilayah pada waktu tertentu yang berasal dari produksi lokal (barang dan jasa yang diproduksi di daerah tersebut), impor domestik barang dan jasa 68 yang di impor dari daerah lain dalam satu negara serta barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri. Struktur output dapat mengambarkan peranan output sektoral dalam perekonomian. Analisis struktur output ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran sektor-sektor mana saja yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam perekonomian. Struktur nilai tambah, berguna untuk melihat peranan masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah. Nilai tambah bruto adalah jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan poduksi. Dalam Tabel I-O Interregional ini, nilai tambah dirinci lagi menurut: (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), (3) penyusutan dan pajak tidak langsung. Besarnya nilai tambah di tiap-tiap sektor ditentukan secara bersama-sama oleh besarnya output (besarnya nilai produksi) yang dihasilkan dalam proses produksi. Oleh karena itu, suatu sektor yang memiliki nilai output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang juga besar, karena masih tergantung pula dari berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan. Struktur permintaan akhir yang dirinci berdasarkan komponennya, yaitu:konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah, selain digunakan dalam proses produksi (sebagai permintaan antara) juga dipergunakan untuk memenuhi permintaan akhir oleh konsumen akhir. Permintaan akhir meliputi : (1) konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, (2) konsumsi pemerintah (pusat dan daerah), (3) investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, dan swasta, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor ke luar daerah atau luar negeri. Apabila seluruh komponen permintaan akhir ini dijumlahkan dan dikurangi dengan jumlah barang dan jasa yang di impor, maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi lokal atau domestik. Perdagangan (ekspor dan impor) yang dilakukan oleh masing-masing Provinsi ke Provinsi lain atau luar negeri. Perdagangan antar wilayah dapat dilihat pada struktur penawaran dan permintaan sektor produksi. Struktur permintaan terhadap barang dan jasa memberikan gambaran berapa banyak barang dan jasa 69 yang berasal dari wilayah sendiri dipergunakan sendiri, barang dan jasa yang diekspor ke wilayah lain di Indonesia, dan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan faktor produksi dan konsumsi akhir. Sedangkan dari sisi penawaran memperlihatkan berapa besar output barang dan jasa yang diimpor dari wilayah lain di Indonesia dan dari luar negeri. Struktur tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa terhadapnya merupakan salah satu dari komponen input primer. Sehingga sesuai dengan asumsi dasar model I-O, maka tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. Berdasarkan data perbandingan antara jumlah tenaga kerja terhadap output diketahui nilai koefisien tenaga kerja (labor coefficient) yaitu suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran (output). Analisis tabel dasar I-O Interregional pada dasarnya adalah tabel yang menyajikan informasi statistik yang mengambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi di Provinsi-Provinsi di Indonesia. Beberapa indikator atau variabel dapat di analisis dalam tabel-tabel dasar dalam menganalisis struktur perekonomian adalah seperti dibawah ini: 1. Struktur permintaan dan penawaran, dan sekaligus melihat peranan produksi domestik dan impor untuk memenuhi permintaan barang dan jasa. 2. Struktur output dapat mengambarkan peranan output sektoral dalam perekonomian. 3. Struktur nilai tambah, berguna untuk melihat peranan masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah. 4. Struktur permintaan akhir yang dirinci berdasarkan komponennya, yaitu:konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 5. Perdagangan (ekspor dan impor) yang dilakukan oleh masing-masing Provinsi ke Provinsi lain atau luar negeri. 6. Struktur Tenaga Kerja 70 3.1.2 Model Sektor Unggulan. Penentuan sektor unggulan ekonomi seharusnya sudah menjadi prioritas utama setiap daerah untuk memacu perkembangan jumlah dan nilai ekspor sebagai barometer bagi pembangunan ekonomi masing-masing daerah. Syafrizal (1997) menyatakan agar prioritas pembangunan menjadi lebih kongkrit dan tajam, maka sebaiknya masing-masing daerah dapat menentukan komoditi keunggulan daerah yang dapat dikembangkan. Pandangan tersebut, sejalan dengan strategi kebijakan pemerintah dengan konsep pengembangan perwilayahan komoditi. Membahas produk atau komoditi unggulan yang perlu dikembangkan di daerah, berarti memberi perhatian terhadap ketersediaan dan bagaimana pemanfaatan sumber daya sebagai input bagi pengembangan produk terutama pengembangan komoditi unggulan daerah. Ketersediaan dan pemanfaatan input tersebut diharapkan pula dapat memperbesar jumlah produk yang terjual (ekspor). Analisis Input-Output menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan lansung mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward lingkage) dan daya mendorong (forward lingkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah. Dapat mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran). Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor terkait 71 dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat (turnpike) dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Boediono (1999) : "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang," jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Keterkaitan sektor unggulan dengan sektor lainnya akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect). Apabila ada satu sektor di suatu wilayah mengalami kenaikan permintaan yang berasal dari luar wilayah, maka produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu memacu pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya. Sektor unggulan bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya. Hal ini berarti antara wilayah yang lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya menyediakan berbagai macam kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila 72 wilayah yang lebih maju memiliki hubungan yang harmonis dengan daerah belakangny, maka wilayah tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya untuk bertumbuh. Studi ini berdasarkan pada sektor unggulan , pertumbuhan dan cenderung berpijak konsep sektor basis dengan alasan : (1) studi ini berada dalam lingkup ekonomi regional yang berada pada posisi ekonomi terbuka, (2) studi ini mengkaji peranan sektor unggulan ekonomi dan distribusi pendapatan interregional, (3) pertumbuhan produksi per kapita suatu region tidak hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh daerah lain, dan (4) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan alamiah regional. Model pertumbuhan intraregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi) dengan sektor ekonomi lain dalam regional sendiri, sedangkan iterregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi) terhadap sektorsektor ekonomi di luar reginal (keterkaitan dengan regional lain). Pertumbuhan ekonomi regional dapat diukur dari peningkatan output regional, baik sektoral maupun agregat. Sementara itu, pertumbuhan output suatu regional tidak hanya ditentukan oleh sejumlah faktor yang ada di dalam region tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan regional lain, terutama region tetangga. Di sisi lain, aktivitas produksi memerlukan input primer dan berbagai input antara, baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain. Kompensasi atas penggunaan input primer merupakan pendapatan bagi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah sebagai pemilik input primer tersebut. Dalam kaitan ini muncul persoalan yang berkaitan dengan distribusi pendapatan antara berbagai pemilik input primer, baik intra region maupun interregional. Penggunaan input antara mencerminkan adanya keterkaitan antara berbagai aktivitas produksi baik intra region maupun interregional. Salah satu keunggulan analisis dengan model I-O adalah dapat menganalisis seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antar sektor produksi. Besarnya tingkat keterkaitan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu daya dorong ke hilir (forward linkage) atau disebut juga derajat kepekaan, dan daya mengait ke hulu (backward linkage) atau biasa disebut daya penyebaran. Dari 73 daya penyebaran dan derajat kepekaan ini diturunkan pula indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Kedua analisis di atas dapat digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis dan menentukan sektor-sektor unggulan yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dengan mengunakan tabel I-O Interregional Indonesia dapat ditentukan beberapa kriteria sektor unggulan yaitu : 1. Sumbangan sektor produksi tersebut pada total output di masing-masing daerah (share output), 2. Sumbangan sektor tersebut terhadap nilai tambah bruto (pendapatan regional di masing- masing daerah (share PDRB), 3. Pertumbuhan sektor ekonomi Sektoral, 4. Daya penyebaran (DP) dan keterkaitan sektor ke hulu dan derajat kepekaan (DK), yang merupakan ke hilir (forward dan backward linkage) terhadap sektor produksi lainnya, 5. Nilai multiplier output, nilai tambah bruto, tenaga kerja, 6. Perdagangan barang dan jasa, persentase nilai ekspor dari output, kontribusi ekspor sektor terhadap total ekspor, spesialisasi ekspor atau spesialisasi perdagangan, pembentukan investasi, persentase investasi sektor terhadap total investasi, dan prospek sektor tersebut di masa yang akan datang, dengan melihat potensi masing-masing daerah dan rata-rata pertumbuhan sektor tersebut dengan mempertimbangkan kondisi daerah masing-masing. 3.1.3 Model Pertumbuhan Ekonomi. Dalam model pertumbuhan, terutama mengenai pengaruh dari investasi swasta terhadap pertumbuhan akan didasarkan pada alur pikir model teori pertumbuhan baru (new growth theory) yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang hanya dapat tercipta apabila ada kemajuan teknologi yang endogen dan pengembangan sumber daya manusia (Todaro, 2003). Terdapat dua model dalam teori pertumbuhan baru untuk menjelaskan teori pertumbuhan endogen yaitu model R & D dan model Modal Manusia (Romer, 2001). Dalam model modal manusia telah menekankan pentingnya kemajuan teknologi dan akumulasi modal manusia. Kemajuan teknologi tentunya harus disertai dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan modal 74 manusia yang dimaksud disini yaitu; kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan per pekerja. Salah satu asumsi dari model modal manusia adalah bahwa output diproduksi dengan menggunakan tiga input yaitu modal (K), modal manusia (H), dan A adalah tenaga kerja efektif. Model ini juga menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang memiliki pekerja, semakin tinggi pula modal manusia yang dimilikinya. Dilihat dari kenyataan aspek ekonomi mikro bahwa setiap tambahan tahun pendidikan meningkatkan upah individu dengan persentase yang sama. Jika upah mencerminkan jasa tenaga kerja yang individu berikan maka output meningkat melalui penciptaan modal manusia. Teori pertumbuhan endogen (new growth theory) menekankan bahwa sumber-sumber pertumbuhan output tidak hanya didorong investasi fisik seperti banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, tetapi yang jauh lebih penting adalah investasi sumber daya manusia seperti pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan dan pentingnya pengeluaran pemerintah dalam R & D [(Todaro (2003), Romer (2006)]. Implikasi dari new growth theory dalam jangka panjang adalah investasi sangat penting dan merupakan determinan utama untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan pertumbuhan itu sendiri didorong oleh adanya faktor eksternal yang bersifat positif dari investasi dan produksi. Berdasarkan new growth theory, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari modal manusia (HC), tenaga kerja (L) dan kapital (K), dimana K, terdiri dari dari investasi swasta (IS) dan investasi pemerintah (IP). Modal manusia (human capital, HC) dalam new growth theory memiliki peranan penting dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Model modal manusia menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki pekerja, semakin tinggi pula modal manusia yang dimilikinya (Romer, 2006). Dapat dikatakan bahwa modal manusia merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktivitas kerja dan output yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan GDP riil. Sebaliknya, ketika kualitas tenaga kerja rendah maka tenaga kerja yang bersangkutan menjadi tidak produktif dan tidak optimal dalam menghasilkan output. Fakta empiris mengenai pengaruh 75 human capital terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya dapat dilihat dari hasil empiris Gylfason dan Zoega (2000), Lachler dan Aschauer (1998), serta Schularick dan Steger (2007). Meningkatnya investasi akan mendorong tumbuhnya lahan kerja baru dan bermuara pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jhingan (2002) berpendapat bahwa investasi merupakan suatu alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di negara sedang berkembang. Dengan demikian jelaslah bahwa penting dan strategisnya peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pertumbuhan ekonomi. Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Setiap peningkatan investasi swasta akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Investsi swasta diarahkan kepada usaha untuk memperluas skala produksi dan usaha pemanfaatan secara penuh sumbersumber yang ada dalam suatu wilayah/negara, sehingga investasi dapat menaikkan output nasional dan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta sebagai komponen perekonomian yang tidak stabil karena sifatnya yang fluktuatif. Karenanya, investasi swasta ditempatkan sebagai determinan terpenting untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris mengenai pengaruh investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya dapat dilihat dari Khan dan Reinhart (1990), Sturm, Kuper, dan Haan (1996), Lachler dan Aschauer (1998), Krishna (1997), serta M’Amanja dan Morrisey (2006). Dampak investasi pemerintah terhadap output dapat ditelusuri dari pendapat Barro dan Sala-i-Martin (1992), yang mengatakan pula bahwa pengeluaran produktif pemerintah akan berkorelasi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah produktif yang dimaksud adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi meliputi investasi fisik, investasi sumberdaya manusia dan investasi R & D. Jenis pengeluaran pemerintah seperti inilah yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan melalui dua mekanisme : 76 Pertama, melalui peningkatan kuantitas faktor produksi dan kemudian menyebabkan peningkatan dalam pertumbuhan output. Contoh pengeluaran dalam kategori ini disebut investasi publik dalam infrastruktur dan investasi dalam perusahaan publik. Kedua, yaitu secara tidak langsung melalui peningkatan tambahan produktivitas faktor-faktor produksi yang disediakan oleh sektor swasta. Contoh pengeluaran dalam kategori ini adalah investasi dalam pendidikan, kesehatan dan sektor-sektor yang mempengaruhi akumulasi modal manusia. Kaitannya dugaan adanya kausalitas antara investasi pemerintah dan investasi swasta dengan pertumbuhan ekonomi, dapat dikemukakan bahwa pengeluaran pemerintah atau investasi pemerintah dalam bidang bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, perhubungan, angkutan, dan bidang lainnya yang menyangkut hajat orang banyak seperti penerangan, air bersih, tenaga listrik, pengairan, dan sistem drainase tentu akan mendorong investasi swasta, sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan output (pertumbuhan ekonomi). Jadi pengaruh investasi pemerintah terhadap investasi swasta adalah pengaruh tidak langsung. Selanjutnya, variabel tenaga kerja (L), diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin sedikit penduduk yang menganggur (full employment) maka pertumbuhan GDP riil akan meningkat sejalan dengan meningkatnya output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Teori ekonomi klasik secara umum mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah penduduk dan produktivitas kerja. Demikian juga dalam teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow-Swan, dikemukakan bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tabungan dan kemajuan teknologi adalah kuantitas dan kualitas tenaga kerja. Sedangkan dalam teori pertumbuhan baru (new growth) dijelaskan tentang pentingnya peran pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan efektifitas tenaga kerja dalam mempengaruhi pertumbuhan. Tenaga kerja yang berkualitas dan efektif merupakan faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktivitas kerja dan output yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan GDP riil. Sebaliknya, ketika kualitas tenaga kerja rendah dan tidak dapat dimanfaatkan – menganggur – maka tenaga kerja yang bersangkutan menjadi tidak produktif dan 77 tidak optimal dalam menghasilkan output. Ketika tingkat pengangguran makin meningkat, maka jumlah output yang dihasilkan akan menurun, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan GDP riil. Selanjutnya Jika pendapatan nasional atau produk nasional Bruto (GNP/ Gross National Product) dinotasikan dengan Y, maka komponen utama perbelanjaan agregat atau permintaan agregat terdiri dari empat komponen dasar yaitu : total permintaan barang dan jasa oleh konsumen swasta (C) total permintaan barang investasi oleh perusahaan-perusahaan swasta (I) permintaan barang dan jasa untuk konsumsi maupun untuk investasi pemerintah (G) surplus neraca perdagangan atau selisih ekspor atas impor (EX – IM). (Blanchard, 2000). Dari hal tersebut berarti bahwa ekspor dan impor dapat mempengaruhi pertubuhan ekonomi suatu daerah, semakin besar nilai surplus neraca perdagangan suatu Negara atau suatu daerah, maka perekonomian semakin besar pula pertumbuhannya dan sebaliknya. Menurut teori basis Ekspor oleh Charles M.Tiebout (dalam Blanchard, 2000), ekspor daerah merupakan penentu dalam Pertumbuhan pembangunan ekonomi.Teori basis ekspor menyebutkan ekspor tidak hanya mencakup barang/jasa yang dijual ke luar daerah tetapi termasuk juga di dalamnya barang atau jasa yang dibeli orang dari luar daerah walaupun transaksi itu sendiri terjadi di daerah tersebut yang mendatangkan uang dari luar daerah. Harry W. Richardson (dalam Blanchard, 2000) dalam bukunya Elements of Regional Economics memberi uraian bahwa pertumbuhan pendapatan suatu daerah sangat tergantung dari ekspor (EX) dan impor (IM) suatu daerahnya Menurut Richardson, besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya, makin besar impor suatu daerah, ekspornya semakin kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan, demikian pula impornya. Hal ini membuat daerah yang besar cenderung memiliki K yang tinggi karena rasio pendapatan ekspor adalah rendah, tetapi m juga rendah dan ini cenderung menaikkan K. Sebaliknya, daerah yang kecil maka rasio pendapatan ekspornya adalah tinggi, tetapi m juga tinggi dan ini cenderung menurunkan K. jadi, K bisa berubah apabila luas daerah analisis diubah. Dengan demikian, K sulit 78 dijadikan pegangan tunggal dalam peramalan apabila luas daerah berubah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Menurut Nopirin (1995) teori basis ekspor (base export theory) (EX) yang menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional sangat tergantung kepada aktivitas ekspor. Sedangkan dalam model pertumbuhan interregional, yang merupakan perluasan dari teori basis ekspor, menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi regional terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya seperti : (1) investasi dan pengeluaran pemerintah, (2) pertumbuhan daerah lain yang berada dalam satu sistem, dan (3) pertumbuhan dalam hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional, dan tingkat pajak marginal. Dalam model pertumbuhan interregional / analisis I-O interregional, menunjukkan bahwa ada tiga hal utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu : (1) investasi pengeluaran pemerintah, (2) tenaga kerja dan (3) perdagangan antara daerah (ekspor-impor daerah). Syafrizal (1997). Sektor unggulan ekonomi adalah prioritas utama setiap daerah untuk memacu perkembangan jumlah dan nilai ekspor sebagai barometer bagi pembangunan ekonomi masing-masing daerah. Membahas produk atau komoditi unggulan berarti memberi perhatian terhadap ketersediaan dan bagaimana pemanfaatan sumber daya sebagai input bagi pengembangan produk terutama pengembangan pemanfaatan input tersebut komoditi unggulan daerah. Ketersediaan dan dapat memperbesar jumlah produk yang terjual (ekspor). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Boediono (1985) : "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang," jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari 79 persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Keterkaitan sektor unggulan dengan sektor lainnya (Nazara 1997) akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect). Apabila ada satu sektor di suatu wilayah mengalami kenaikan permintaan yang berasal dari luar wilayah, maka produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat wilayah itu memacu pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya. Sektor unggulan bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya. Hal ini berarti antara wilayah yang lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya menyediakan berbagai macam kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila wilayah yang lebih maju memiliki hubungan yang harmonis dengan daerah belakangny, maka wilayah tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya untuk bertumbuh. Studi Azis (1996) berdasarkan pada sektor unggulan dan pertumbuhan yang berpijak pada konsep sektor basis : (1) studi berada dalam lingkup ekonomi regional yang berada pada posisi ekonomi terbuka. (2) studi mengkaji peranan sektor unggulan ekonomi dan distribusi pendapatan interregional, (3) pertumbuhan produksi per kapita suatu region tidak hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh daerah lain, dan (4) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan alamiah regional. Model pertumbuhan intraregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi) 80 dengan sektor ekonomi lain dalam regional sendiri, sedangkan iterregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi) terhadap sektor-sektor ekonomi di luar reginal (keterkaitan dengan regional lain). Pertumbuhan ekonomi regional dapat diukur dari peningkatan output regional, baik sektoral maupun agregat. Sementara itu, pertumbuhan output suatu regional tidak hanya ditentukan oleh sejumlah faktor yang ada di dalam region tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan regional lain, terutama region tetangga. Di sisi lain, aktivitas produksi memerlukan input primer dan berbagai input antara, baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa sektor unggulan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah, semakin bertumbuh sektor unggulan pada suatu daerah semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Mengunakan tabel I-O Interregional (IRIO) dapat ditentukan sektor unggulan ekonomi suatu daerah yaitu : Keterkaitan sektor ekonomi sektoral kebelakang (backward linkage) BWL keterkaitan sektor ekonomi sektoral ke depan (forward linkages) FWL yang merupakan keterkaitan sektor ke hulu dan ke hilir terhadap sektor produksi lainnya, dampak sektor ekonomi sektoral terhadap output (DO) dan dampak sektor terhadap Nilai Tambah Bruto (DNTB) Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka model pertumbuhan ekonomi (Growth) diformulasikan sebagai fungsi dari : Growth 0 1 Kt TK it 2 it ……………………………...………. (2.66) dimana : K adalah Kapital dan TK adalah tenaga kerja. Dengan mengasumsikan bahwa kapital (K) dapat dibentuk oleh investasi sektor swasta (INVS) dan investasi sektor pemerintah (INVG), sehingga persamaan (2.66) menjadi: Growth 0 1 INVS it 2 INVG it TK it 3 it ………………. (2.67) Pertumbuhan pendapatan suatu daerah sangat tergantung dari ekspor (EX) dan impor (IM) suatu daerahnya. Selanjutnya dengan mengasumsikan bahwa ekspor dan impor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka persamaan (2.67) menjadi: 81 Growth 0 1 INVS it 2 INVG it TK it 3 4 EX it 5 IM it it …… (2.68) Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi sektoral yang dapat menarik sektor yang berada dibelakangnya (BWL) dan mendorong sektor ekonomi sektoral yang berada didepannya (FWL) untuk dapat berkembang dan bertumbuh, serta sektor ungulan sektoral dapat pula berdampak terhadap pertumbuhan output (DO) dan berdampak terhadap permbuhan nilai tambah bruto (DNTB). Dengan demikian sektor unggulan dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Sehingga persamaan (2.68) menjadi: Growth 6 0 BWLit 3.1.4 1 7 INVS it FWLit 2 8 INVG it DOit 3 9 EX it DNTB it 4 it IM it 5 LnTK it ..................................... (2.69) Model Dampak Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dampak sektor unggulan pada pertumbuhan ekonomi daerah merupakan dampak pertumbuhan sektor unggulan terhadap pertumbuhan output, nilai tambah bruto, dan pertumbuhan tenaga kerja. Besarnya Shock pada masing-masing sektor adalah sebesar nilai pertumbuhan sektor unggulan tersebut. Dampak pertumbuhan sektor unggulan ini akan dirasakan dampaknya didalam provinsi yang bersangkutan (intraregional) dan diprovinsi lainnya di Indonesia (interregional). Dampak pertumbuhan output, dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir dan output tersebut. Artinya jumlah output yang dapat diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan jumlah permintaan akhirnya. Konsep multiplier adalah sangat penting dalam perencanaan, karena angka tersebut memberikan gambaran atau ukuran dampak peningkatan output suatu sektor terhadap total output di suatu wilayah. Dampak nilai tambah bruto adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan table I-O, maka hubungan antara nilai tambah bruto dengan output bersifat linier. Artinya, kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan input primer (nilai tambah bruto). Dampak kebutuhan tenaga kerja, output dapat memberikan estimasi kebutuhan atau daya serap tenaga kerja sektoral di region-region (Provinsi– 82 Provinsi) yang terkait dalam studi ini, apabila terjadi kenaikan pada output sektoral yang dipengaruhi, oleh komponen-komponen permintaan akhir Adapun langkah-langkah dalam penghitungan analisis dampak adalah sebagai berikut: a. Menghitung Koefisien Input Untuk menghitung matriks pengganda, tahap awal yang perlu dilakukan adalah menghitung koefisien input yang didefinisikan sebagai: aij = xij Xj Dimana aij = koefisien input sektor ke i oleh sektor ke j Xj = output sektor ke j (dalam nilai rupiah) xij = penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j (dalam nilai rupiah) Dalam suatu tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen, matriks koefisien input yang merupakan kumpulan berbagai koefisien input disebut sebagai matriks Ad. b. Menghitung (I - Ad) Setelah memperoleh matriks Ad, tahap selanjutnya adalah mengurangkan matriks I (matriks identitas) dengan matriks matriks Ad c. Menghitung Matriks Pengganda Matriks pengganda didefinisikan sebagai matriks kebalikan (inverse matrix) dari (I - Ad). B = (I - Ad )-1 dimana: B A = matriks pengganda d = matriks koefisien input domestik (yang diperoleh dari tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen) 83 d. Menghitung analisis dampak 1). Dampak Output Output dalam IO dihitung dengan rumus: X = (I-Ad)-1 Fd Dimana: X = output (I-Ad)-1 = matrik pengganda d F = permintaan akhir 2). Dampak Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan berikut: V = Vˆ X Dimana: V = matriks NTB Vˆ = matriks diagonal koefisien NTB X = (I - Ad)-1 Fd atau (I - A)-1 F 3). Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja Sesuai dengan asumsi dasar model I-O, maka tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. L = Lˆ ( I - Ad )-1 F d Dimana: L = Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh permintaan akhir L̂ = Matriks diagonal koefisien tenaga kerja d -1 d (I-A ) F = Output yang dipengaruhi permintaan akhir 84 3.2 Pemodelan Sistem Dinamis Transformasi Struktur Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pembangunan berkelanjutan dalam konteks usaha pertambangan adalah transformasi sumberdaya tidak terbarukan menjadi sumberdaya pembangunan terbarukan, peningkatan nilai tambah pertambangan harus berbasis sumberdaya setempat atau nasional, berbasis masyarakat dan berkelanjutan (Amin et al, 2003). Inti dari azaz pembangunan berkelanjutan dalam pemanfaatan sumberdaya mineral adalah mengupayakan agar sumberdaya mineral dapat memberikan kemanfaatan secara optimal bagi manusia pada masa kini tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang. Dengan argumentasi bahwa cadangan sumberdaya mineral suatu saat pasti akan habis, maka perlu dicarikan sektor alternatif yang dijadikan sebagai basis perekonomian di masa depan. Menurut Margo (2005), struktur ekonomi akan berubah signifikan jika dilakukan perubahan mendasar tentang keterkaitan antar sektor dalam sistem perekonomian. Dengan kata lain melalui pendekatan hulu hilir (pohon industri) perubahan struktur perekonomian akan berjalan jauh lebih cepat menuju struktur ekonomi yang seimbang bila dibandingkan dengan kondisi awal (tanpa dilakukan transformasi). Menciptakan keterkaitan ekonomi antara sektor hulu dan hilir menjadi prasyarat agar basis industri menjadi kuat dan efisien sehingga industri yang berkembang dapat mendorong tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi lokal sehingga pada akhirnya daerah akan dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam perspektif pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung transformasi struktur ekonomi berbasis pertambangan ke pengembangan sumberdaya non tambang yang terbarukan berdasarkan potensi sumberdaya alam setempat dapat mengganti peran pertambangan yang mengarah kepada keberlanjutan pembangunan Provinsi tersebut secara bertahap, terencana dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Kegagalan transformasi struktur ekonomi akan mengakibatkan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak berkelanjutan saat tambang habis. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama 200 tahun dipengaruhi oleh sektor 85 pertambangan timah. Oleh karena aktivitas sektor pertambangan termasuk dalam kelompok sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui, maka perlu dicarikan alternatif pengembangan sektor ekonomi lainnya, sehingga pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat berkelanjutan. Sebagai salah satu pendekatan dalam dalam permodelan kebijakan, metodology system dynamics telah dan sedang berkembang sejak diperkenalkan pertama kali oleh Jay.W.Forrester pada dekade 50- an. Metodologi ini muncul sewaktu kelompok Jay Forrester melakukan riset di MIT dengan mencoba mengembangkan manajemen industri guna mendesain dan mengendalikan sistem industri (yang merupakan sebuah sistem sosial yang kompleks). Mereka mencoba mengembangkan metode manajemen untuk perencanaan industri jangka panjang. Kemudian mereka mengembangkan suatu sistem yang terdiri atas enam jaringan "flow" yang saling berinteraksi, yaitu: material, order, uang, personil, kapital dan informasi. Sistem ini kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961 dengan judul "Industrial Dynamics". Proyek penelitian besar kedua setelah "Industrial Dynamics" yang dilakukan Jay Forrester adalah upaya menjelaskan perkembangan kota yang dipublikasikan dalam buku Urban Dynamics (1969), Darmono (2005). Buku ini mencoba menjelaskan siklus suatu kota melalui model yang dikembangkannya, serta menganalisis beberapa penyebab pertumbuhan dan penurunan dalam perkembangan kota serta menguji efek dari suatu program perbaikan kota, termasuk membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pelatihan kerja serta pembangunan perusahaan-perusahaan baru terhadap pertumbuhan kota. Bersamaan dengan perkembangan fundasi teoritis, berkembang pula sejumlah software yang ikut mendukung sehingga penggunaan metodologi System Dynamics sebagai salah satu pemodelan menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang software- software yang bukan cuma memudahkan pemakai untuk membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji sensitivitas model, antara lain ithink/Stella, PowerSim dan Vensim. 86 3.2.1 Prinsip Dasar System Dynamics a. Analisis Sistem Dasar metodologi System Dynamics adalah amalisis sistem. Suatu sistem, diartikan sebagai seperangkat elemen yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen suatu sistem saling berkaitan dengan pola hubungan yang berbeda, sedangkan antara sistem dengan lingkungannya (system environment), pola hubungannya sangat terbatas. Suatu sistem dapat terdiri atas beberapa sub-sistem, dimana definisi sistem juga berlaku di dalamnya. Interaksi yang terjadi di dalamnya sepanjang waktu akan mempengaruhi keadaan komponen-komponen sistem. Struktur sistem (structure system) ditentukan oleh hubungan antara elemen-elemennya. Batas sistem (system boundary), akan memisahkan sistem dari lingkungannya System Dynamics mencoba untuk menjelaskan perilaku dari berbagai tindakan dalam sebagian sistem. Sistem semacam ini disebut sebagai sistem tertutup (inherent/closed system). Hal ini bukan berarti mengabaikan hubungan antara sistem dan lingkungannya, melainkan bahwa setiap variable eksternal yang tidak memiliki efek terhadap sistem juga tidak akan dipengaruhi oleh sistem itu kembali. Dinamika perilaku suatu sistem sangat ditentukan oleh struktur lingkar unpan balik (feedback loops). Pada sistem tertutup terlihat adanya ciri-ciri sifat dinamis dari suatu sistem, oleh karena itu dalam metode System Dynamics arah perhatian lebih ditujukan pada sistem tertutup atau sistem umpan balik. Sistem umpan balik ini merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaranlingkaran tertutup. Lingkar umpan balik tersebut menyatakan hubungan sebab akibat variabel-variabel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan karena adanya koreksi- koreksi statistik Dalam hubungannya dengan pembentukan struktur model mengikuti metode ilmiah terdahulu, model yang dibangun melalui analisis struktural (berdasarkan pendekatan system thinking) dimungkinkan untuk mempunyai titik kontak yang banyak. Dalam paradigma system thinking, struktur fisik maupun struktur pengambilan keputusan di atas diyakini dibangun oleh unsur-2 yang saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (closed-loop atau feedback- 87 loop). Hubungan unsur-unsur yang saling bergantung itu merupakan hubungan sebab-akibat umpan balik dan bukan hubungan sebab-akibat searah (Senge,1990). Lingkar umpan- balik ini merupakan blok pembangun (building block) model yang utama, dan konsep ini telah melekat dalam sebagian besar dasar-2 ilmu sosial dan teori sistem (Richardson,1991, dalam Darmono, 2005). Terdapat dua macam hubungan kausal, yaitu hubungan kausal "positif" dan hubungan kausal "negatif". Umpan balik negatif merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan (goal seeking). Feedback ini cenderung menjadi penyeimbang terhadap setiap gangguan dan selalu membawa sistem dalam keadaan yang stabil. Alat pengatur suhu ruangan dengan menggunakan thermostat, merupakan salah satu contoh umpan balik negatif. Jika temperatur berbeda dengan temperatur optimal, pemanas akan bekerja hingga perbedaan antara temperatur aktual dan yang dikehendaki menjadi nol. Umpan balik positif terjadi jika perubahan dalam komponen sistem akan menyebabkan terjadinya perubahan di dalam komponen lainnya yang akan memperkuat proses awalnya. Umpan balik positif merupakan proses yang sifatnya tumbuh. Contohnya adalah antara upah dan harga, merupakan suatu hubungan umpan balik positif. Upah yang tinggi akan menyebabkan kenaikan inflasi, dan inflasi akan menyebabkan kenaikan harga yang pada gilirannya, kenaikan harga akan menyebabkan naiknya upah. Berbeda dengan kebanyakan sistem fisik, sistem sosial merupakan sistem yang sangat kompleks b. Prinsip Pendekatan Pemodelan System Dynamics Asumsi utama dalam paradigma System Dynamics adalah bahwa tendensitendensi yang bersifat persistent pada setiap sistem yang kompleks bersumber dari struktur kausal yang membentuk system itu. Keberadaan struktur itu merupakan konsekwensi dari adanya interaksi antara kendala-2 fisik dan tujuan-2 sosial , penghargaan (pujian) dan tekanan yang menyebabkan manusia bertingkah laku dan membangkitkan secara kumulatif tendensi-2 dinamik yang dominan dari sistem total secara keseluruhan. System Dynamics sendiri memiliki empat fondasi teoritis: teori informasi-feedback, teori keputusan, ekperimen simulasi komputer dan proses penyelesaian model mental. Sebagai Metode yang computer-oriented, System Dynamics ingin memberikan pemahaman yang lebih baik dan meramalkan 88 berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada berbagai jenis sistem sosial. Suatu sistem dipelajari guna mengetahui dinamika non- linier dari perubahan perilaku di dalam sistem. Sebagian besar unsur model merupakan elemen realita dan interrelasi di dalamnya. Pembuatan model System Dynamics mengasumsikan bahwa perilaku sistem terutama ditentukan oleh mekanisme feedback. Oleh karena itu, setelah mendefinisikan batas sistem (yang dibedakan antara variabel eksternal dan internal), deskripsi feedback loops merupakan langkah selanjutnya dalam proses pemodelan System Dynamics. Ada lima elemen yang digunakan untuk menggambarkan model System Dynamics; dua elemen yang merupakan bangunan feedback lops: variabel level dan variabel flow. Yang lainnya merupakan variabel pelengkap berupa parameter, variabel-2 eksogeneous dan variable antara (intermediate variables). c. Langkah-langkah Permodelan Menggunakan System Dynamics Ada beberapa tahap dalam pemodelan suatu model dengan menggunakan System Dynamics, (Roberts et al.,1983:8-10; Saeed,1991:2-7; Saeed,1995:235245, dalam Darmono, 2005). Langkah yang dilakukan dalam pendekatan model System Dynamics adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptulisasi sistem 3. Perumusan model 4. Analisis perilaku model 5. Pengujian dan Pengembangan model 6. Analisis kebijakan Definisi Masalah Pada fase pertama proses pembuatan model ini, terdapat beberapa aktivitas diantaranya mengetahui dan mendefinisikan permasalahan yang akan dikaji, sehingga akan diperoleh inti masalah yang akan menjadi rujukan ketika menguji kebijakan dalam menyelesaikan masalah. Untuk mendapatkan inti permasalahan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diungkapkan, yaitu: 1. Pola Referensi (Reference Mode) 2. Hipotesis Dinamik 3. Batas Model 89 4. Jangkauan Waktu Setelah permasalahan diidentifikasi, variabel - variabel yang signifikan dalam model telah ditentukan, dan pola referensi telah didefinisikan, selanjutnya tugas pemodel adalah mengembangkan hubungan diantara variabel- variabel model yang saling berhubungan. Konseptualisasi Sistem Tahap kedua dalam pembuatan model adalah menyusun unsur-unsur yang dianggap berpengaruh di dalam sistem. Pada tahap ini, tercakup langkah-langkah untuk mengenali sistem (system identification), antara lain: penentuan batas sistem (system boundary), struktur umpan-balik (feedback structure), struktur informasi (information structure), rancangan untuk menguji validitas model (experiment design for validity), dan rancangan untuk melakukan eksplorasi kebijakan (experiment design for policy exploration). Sistem bisa digambarkan dalam beberapa cara dan yang paling lazim adalah diagram causal loop (lingkar sebab akibat), memplot variabel tertentu terhadap waktu dan menggambarkan diagram alir komputer. Perumusan Model Perumusan model merupakan proses untuk mengubah konsep sistem atau struktur model yang telah disusun ke dalam bentuk persamaan atau bahasan komputer. Perumusan model merupakan transformasi dari suatu pandangan konseptual informal ke pandangan konseptual formal, atau representasi model secara kuantitatif. Tujuan dari usaha perumusan model adalah agar memungkinkan model tersebut disimulasikan untuk menentukan perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi dari model. Struktur dasar dalam permodelan system dynamics, yaitu: Persamaan Level Persamaan Rate Persamaan Auxiliary Persamaan Sisipan Persamaan Nilai Awal Persamaan Eksogen 90 Aliran Material Aliran Informasi Analisis Perilaku Model Analisis perilaku model merupakan usaha untuk memahami perilaku sistem yang diakibatkan oleh asumsi dalam model, sehingga dapat menjadi dasar untuk menyempurnakan model. Usaha pemahaman model ini dibantu dengan simulasi komputer, yang akan memberikan gambaran bagaimana perilaku variabel dalam model terhadap waktu. Pengujian dan Pengembangan Model Pengujian Model Setelah model eksplisit suatu persoalan telah dapat diformulasikan, pada langkah ini suatu kumpulan pengujian dilakukan terhadap model untuk menegakkan keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-2 internal sistem. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secara terus menerus memodifikasi dan memperbaiki struktur model. Sensitivitas model terhadap perubahan nilai paramater-2 perlu dilakukan pula dalam langkah ini. Suatu model secara struktur dapat dikatakan valid, jika model tidak hanya dapat membuat reproduksi perilaku system, akan tetapi juga dapat mengungkapkan bagaimana sistem bekerja menghasilkan perilaku tersebut. Oleh karena itu model dapat dikatakan baik jika model dapat menambah pemahaman terhadap perilaku sistem yang dimaksud, mudah dikomunikasikan dan dapat menolong perbaikan pada sistem tersebut. Dan kadang-2 suatu model dapat juga dikatakan baik jika masih terbuka untuk perbaikan-2. Pengembangan Model Dalam proses pemodelan melalui tahap-2 konseptualisasi, perumusan, simulasi, dan evaluasi, dalam setiap tahap yang ber-turut-2 tersebut mungkin saja terjadi perumusan kembali dan perbaikan model, dengan cara menghilangkan atau menambah struktur. Tujuan yang utama dari tahap ini adalah untuk memperoleh suatu model yang sesuai dengan sistem yang sebenarnya, sesuai dengan tujuan-2 yang ingin dicapai, dan dapat dimengerti dengan baik. Terdapat beberapa pertimbangan dalam pengembangan dan perumusan kembali model ini, termasuk 91 pengurangan dan pengkayaan hipotesis dinamis, penambahan struktur feedback, mengubah konstanta menjadi variabel, menambah kriteria pengujian, dan yang paling penting, kapan untuk berhenti. Analisis Kebijakan dan Penggunaan Model Pada fase keenam proses pemodelan, model yang dapat digunakan untuk menguji berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diterapkan dalam sistem yang tengah dikaji. Lebih jauh lagi, analis mungkin bisa menyelidiki kemungkinan dampak dari berbagai kebijakan yang dipilih. Alternatif kebijakan dalam sistem yang sebenarnya berkaitan dengan salah satu atau kombinasi dari dua jenis manipulasi model, yaitu: Perubahan Paramater (termasuk perubahan kecil dalam fungsi tabel) Perubahan Struktur (perubahan dalam bentuk atau jumlah persamaan), dan Rekomendasi Kebijakan dan Persoalan Validitas. Tujuan akhir dari proses pemodelan adalah menerapkan pandangan yang ada pada model terhadap problem di dunia nyata. Harapan dari proses pemodelan itu adalah, orang bisa melakukan aktivitasnya dengan baik di masa yang akan datang. Dalam memberikan rekomendasi ada dua persoalan yang perlu dipertimbangkan, yaitu bagaimana validitas rekomendasi yang diberikan dan seberapa jauh diimplementasikan. rekomendasi kebijakan tersebut bisa diterapkan/