BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth), pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi (Bannock, Graham. 2004) Pembangunan sebagai suatu proses, artinya pembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahaptahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan per 1 2 kapita.Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan per kapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan per kapita harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun. Selain Pembangunan ekonomi pertumbuhan ekonomi juga sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut.Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.Perbedaan antara keduanya adalah keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan 3 alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik. Menurut pandangan ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill), maupun ekonom neo klasik (Robert Solow dan Trevor Swan dalam Sukirno 1985), pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dibandingkan apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Boediono (1985) mendifinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Di sini proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Para teoritikus ilmu pembangunan ekonomi masa kini, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoritikus tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan, kebahagian, rasa aman dan tentram yang dirasakan masyarakat luas (Arsyad, 1999). Kuznets yang telah berjasa besar dalam mempelopori analisis pola-pola pertumbuhan historis di negara-negara maju mengemukakan bahwa, pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cendrung memburuk namun pada tahaptahap berikutnya hal itu akan membaik (Kuznets, 1955). Observasi inilah yang 4 kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva U-terbalik dari Kuznets (Todaro, 2000). Teori kutub pertumbuhan dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama (Perroux, 1988). Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Kondisi ekonomi Indonesia di Tahun 2013 menunjukan perlambatan di bandingkan dengan Tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 sebesar 5.78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang Tahun 2012 sebesar 6.23 persen atau lebih rendah dari target pemerintah dari APBN-P yang menargetkan pertumbuhan sebesar 6,5 persen, perlambatan ini merupakan dampakdari perekonomian global terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali Tahun 2013 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali Tahun 2013 sebesar 6.05 persen, pada Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 6.65 persen. Hal ini tidak terlepas dari sumbangan sektor pariwisata. Secara makro pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali telah mengalami kemajuan yang cukup berarti setelah dihadapkan beberapa kejadian yang mengguncang industri pariwisata sebagai sektor andalan di Provinsi Bali, pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dari perkembangan PDRB per kapita seperti peran bersama pemerintah, masyarakat dan pelaku ekonomi dalam memulihkan citra Bali di dunia internasional khususnya sektor pariwisata sebagai penyokong terbesar perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali menurut kabupaten/kota pada Tahun 5 2004dan 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.1. Kuncoro (2004) pertumbuhan ekonomi daerah = (PDRB t – PDRB t-1) / PDRBt-1 x 100 persen......(1.1) Keterangan : PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto pada satu tahun sebelum tahun t 8,00 7,00 6,03 6,00 5,00 4,00 5,38 4,86 4,73 6,41 5,78 6,71 6,43 5,71 4,95 5,61 4,67 4,03 5,81 4,49 6,54 5,83 4,98 3,00 Tahun 2013 2,00 Tahun 2004 1,00 0,00 Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kota padaTahun 2004 dan 2013 (persen) Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa tren pertumbuhan ekonomi dimasingmasing kabupaten/kota, pada Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Kota Denpasar, hal ini disebabkan karena bangkitnya sektor pariwisata. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi di Kabupaten Bangli. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi cendrung berbeda dan relatiftidak merata. Ketidak merataan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh sumber daya yang dimiliki seperti alam, manusia, modal dan teknologi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. 6 Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari laju tingkat output produksi dari seluruh sektor pada daerah yang tertuang dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan atas harga berlaku maupun harga konstan. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang di hasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu (Sukirno, 2004). PDRB harga konstan merupakan tolok ukur yang paling mendekati dalam menghitung pertumbuhan ekonomi, karena PDRB menurut harga konstan merupakan perkembangan produksi riil suatu daerah, bukan karena kenaikan fluktuasi harga. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan cara membagi PDRB terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang diterima tiap-tiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk di daerah/wilayah bersangkutan. Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat dikatakan suatu daerah/wilayah makin sejahtera atau makmur. Kendati begitu, mesti diingat bahwa PDRB per kapita merupakan angka agregat (rata-rata), sehingga masih sangat kasar bila dijadikan cerminan bagi tingkat kesejahteraan penduduk. Angka ini mengasumsikan semua penduduk memiliki akses yang sama terhadap pendapatan, sehingga kurang tepat dalam mencerminkan kesejahteraan. Nilai PDRB per kapita belum mampu menggambarkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan yang diterima penduduk di suatu daerah/wilayah. Namun apapun itu, data ini tetap sangat berguna setidaknya untuk melihat perbandingan antara 7 daerah/wilayah ataupun antar tahun. PDRB per kapita atas dasar harga konstan di kabupaten/kota di Provinsi Bali. Pada Tahun 2013 PDRB per kapita tertinggi di Kabupaten Badung sebesar Rp. 12.174.185 sedangkan PDRB per kapita terendah di Kabupaten Karangasem sebesar Rp. 5.344.382, hal ini disebabkan oleh perbedaan kualitas dan kuantitas sumber daya seperti alam, manusia, modal dan teknologi. PDRB per kapita di Provinsi Bali menurut kabupaten/kota pada Tahun 2004 dan 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.2. 13.000.000 12.000.000 11.000.000 10.000.000 9.000.000 8.000.000 7.000.000 Tahun 2004 6.000.000 Tahun 2013 5.000.000 4.000.000 3.000.000 Gambar 1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kotapada Tahun 2004 dan 2013 (Rupiah) Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat diukur dengan kenaikan PDRB per kapita. PDRB per kapita dihitung dengan membagi PDRB terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tingkat kesejahteraan penduduk akan tercapai jika PDRB per kapita meningkat lebih cepat di bandingkan 8 pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil produksi. Jumlah penduduk merupakan salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 1985). Dilihat dari perannya, penduduk memiliki dua peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dari segi permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen. Sedangkan dari segi penawaran penduduk bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi, jika penduduk mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti pertumbuhan penduduk yang tinggi harus disertai dengan tingkat penghasilan yang tinggi pula. Pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan yang rendah tidak ada artinya bagi pembangunan ekonomi. Arjoso (2005), penambahan jumlah penduduk yang besar mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap program pembangunan. Penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang relatif kurang memadai sangat berpotensi memberikan beban dalam pembangunan, yang tercermin dari beratnya beban pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja dan lingkungan hidup. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali, Tahun 2004 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel. 1.1 Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Tahun 2004 dan 2013 9 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kabupaten/Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Provinsi Bali Jumlah Penduduk (Orang) 2004 2013 243.801 394.184 414.847 422.973 161.541 202.552 375.260 584.876 623.859 3.423.894 268.000 430.600 589.000 486.000 173.900 220.000 404.300 638.300 846.200 4.056.300 Laju Pertumbuhan Penduduk (persen) 2013 0,68 0,65 2,43 1,00 0,58 0,59 0,52 0,63 2,09 1,23 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014 Penduduk (sumber daya manusia) merupakan modal pembangunan. Kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat dilihat dari indikator pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan modal manusia (Human Capital), yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Konsep utama dari human capitalmenurut Becker (1993)bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi. Kesehatan dan pendidikan merupakan indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Todaro (2006) menyatakan bahwa hubungan antara pendapatan disatu sisi dan kesehatan serta pendidikan di sisi yang lain. Meskipun terkait erat, namun pendapatan rumah tangga yang tinggi tidak selalu menjamin tingginya tingkat 10 kesehatan dan pendidikan. Nehen (2012) menyatakan bahwa program pembangunan PBB (UNDP) telah berusaha menyusun alat pengukuran holistis atas tingkat kehidupan manusia yang disebut IPM (Human Development Index=HDI). Indeks ini dapat dipergunakan untuk menganalisis status pembangunan sosial ekonomi secara sistematis dan komprehensif baik untuk negara maju maupun negara berkembang. Kuncoro (2004) menyatakan salah satu indikator yang populer untuk mengukur kinerja pembangunan manusia adalah HDI (Human Development Index) atau Indeks Pembangunan Manusia. HDI mencoba mengukur kinerja pembangunan manusia dengan skala 0 (sebagai tingkatan pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (pembangunan manusia yang tertinggi). Komponen longevity merupakan salah satu komponen IPM yang diukur dengan menggunakan indikator harapan hidup Kuncoro (2004). Dalam penelitian ini, data angka harapan hidup (AHH) di Provinsi Bali yang terdiri dari delapan kabupaten dan satu kota di hitung dengan menerapkan metode tidak langsung (Metode Brass, varian dari trussel) berdasarkan variabel rata-rata jumlah kelahiran hidup dan jumlah rata-rata anak yang tetap hidup, AHH dari Tahun 2004 sampai Tahun 2013 selalu mengalami peningkatan.Peningkatan AHH ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali selama sepuluh tahun terakhir. Angka harapan hidup kabupaten/kota di Provinsi Bali pada Tahun 2004 dan 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.3 11 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 Tahun 2004 66,00 Tahun 2013 64,00 62,00 Gambar 1.3 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada Tahun 2004 dan 2013 (tahun) Nehen (2012), untuk mencari indeks usia harapan hidup (dengan pendekatan kesehatan) UNDP memulai dengan usia harapan hidup di negara tersebut, kemudian menguranginya dengan tahun. Angka 25 tahun tersebut adalah pos tujuan paling rendah, yaitu usia harapan hidup terendah yang mungkin terdapat di semua negara selama generasi terakhir. Kemudian UNDP membagi hasilnya dengan 85 tahun di kurangi 25 tahun, atau sama dengan 60 tahun, yang mencerminkan kisaran usia harapan hidup yang diharapkan selama generasi sebelum dan generasi berikutnya. Hal ini berarti bahwa 85 tahun adalah perkiraan usia harapan hidup yang masuk akal, yang dapat dicoba untuk dicapai oleh suatu negara selama generasi mendatang. Jumlah penduduk, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah berpengaruh terhadap PDRB(Nur Rianto, 2014). Rata-rata lama sekolah merupakan bagian dari pendidikan, sesuai dengan teori human capitalbahwa investasi sumber daya manusia (human capital investment) menunjang pertumbuhan ekonomi(economic 12 growth).Konsep human capital muncul karena adanya pergeseran peranan sumber daya manusia. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Pada Tahun 2004 rata-rata lama sekolah di Provinsi Bali adalah 7.30 tahun meningkat menjadi 8.58tahun di Tahun 2013. Untuk lebih jelas, rata-rata lama sekolah di Provinsi Bali menurut kabupaten/kota pada Tahun 2004 dan 2013 (tahun) dapat dilihat pada Gambar 1.4. 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tahun 2004 Tahun 2013 Gambar 1.4 Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Bali Menurut Kabupaten /Kota pada Tahun 2004 dan 2013 (Tahun) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 13 1) Bagaimanakah pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, PDRB per kapita atas dasar harga konstan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 2) Bagaimanakah pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah terhadap PDRB per kapita atas dasar harga konstan di Provinsi Bali? 3) Adakah pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung melalui PDRB per kapita atas dasar harga konstan di Provinsi Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, PDRB per kapita atas dasar harga konstan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali 2) Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah terhadap PDRB per kapita atas dasar harga konstan di Provinsi Bali 3) Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung melalui PDRB per kapita atas dasar harga konstan di Provinsi Bali 14 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat teoritis Penelitian ini sejalan dengan teori Sukirno yang mengatakan jumlah penduduk merupakan salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, penelitian ini juga sejalan dengan teorinya Arjoso yang mengatakan pertumbuhan penduduk yang besar mempunyai implikasi yang luas terhadap pembangunan daerah. 2) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa serta dapat dijadikan salah satu pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi daerah.