PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2003-2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data statistik setiap tahunnya mengalami peningkatan. Variasi data yang dibutuhkan juga semakin banyak. Dalam hal ini, peran dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai penyedia data sangat dibutuhkan. BPS terus memacu dirinya untuk dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen data. Dalam triple track nya pemerintah sekarang ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian BPS sebagai badan yang bertanggungjawab akan tersedianya data, yaitu : - Progrowth : artinya BPS harus dapat menyediakan data pertumbuhan ekonomi serara cepat dan teratur. - Prolabor : artinya BPS harus dapat menyediakan data perkembangan ketenagakerjaan dan pengangguran dengan frekuensi yang lebih banyak. - Pro-poor reduction : artinya BPS setiap saat dapat menyajikan perkembangan data jumlah orang miskin. Dengan disusunnya PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan Tahun 2005 diharapkan dapat menghasilkan 1 indikator-indikator yang dapat PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2003-2005 mendukung program dari pemerintah tersebut, sehingga BPS sebagai badan yang bertanggungjawab akan tersedianya data diharapkan menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam mencapai tujuan-tujuannya. PDRB merupakan bagian integral dari perangkat sistem data tersebut dan penyusunannya selalu mengalami penyempurnaan mengikuti perkembangan yang terjadi, baik itu perkembangan tatanan ekonomi, teknologi dan informasi maupun teknik dalam dalam penyusunannya. Dalam perkembangannya terakhir, statistik PDRB ini sudah dijadikan sebagai tolok ukur bagi pemerintah maupun pihak-pihak lain untuk melakukan evaluasi keberhasilan dalam bidang pembangunan ekonomi di masing-masing wilayah. Bahkan dalam penyusunan perangkat data lainnya PDRB juga digunakan sebagai variabel pendukung bagi model-model ekonomi maupun sosial. Oleh sebab itu tersedianya data PDRB secara regular dan konsisten, baik dilihat dari sisi kuantitas maupun kualitas menjadi suatu kebutuhan yang mendasar. Di dalam cara penghitungannya PDRB dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara pendekatan yaitu: pendekatan “produksi” yang menurunkan nilai tambah, pendekatan “pendapatan” yang menjelaskan tentang struktur/komposisi pendapatan, serta pendekatan “penggunaan/pengeluaran” yang menjelaskan tentang penggunaan akhir dari pendapatan masyarakat. Pertemuan antara ketiga dimensi pendekatan tersebut dikenal sebagai titik keseimbangan umum antara sisi penyediaan dan permintaan di tingkat makro/semi makro (general equilibrium). Ketidakseimbangan yang terjadi antara dua titik tersebut diartikan sebagai surplus atau defisitnya suatu 2 PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2003-2005 daerah. PDRB sisi sektoral (penyediaan) pada intinya menjelaskan tentang besaran nilai tambah dalam pengertian sederhana diartikan sebagai pendapatan masyarakat yang timbul di suatu wilayah akibat keterlibatannya dalam proses produksi. Nilai tambah disini merupakan pendekatan pengukuran terhadap sektor yang membayarkan (produsen) yang diturunkan dari berbagai aktivitas ekonomi yang berada di suatu wilayah. Dari sisi ini dapat diketahui data agregat turunannya seperti struktur ekonomi (harga berlaku), pertumbuhan ekonomi (harga konstan) dan indeks implisit PDRB (harga berlaku dan konstan). Selain itu juga data PDRB perkapita, sebagai indikator yang menjelaskan tentang kemampuan orang perorang dalam menikmati hasil pembangunan ekonomi (disebut sebagai ukuran “produktivitas”). Dilihat dari sisi permintaan atau penggunaan akhir, data PDRB ini menurunkan agregat-agregat makro mengenai struktur/komposisi permintaan atau penggunaan akhir masing-masing komponen, pertumbuhan “riil”, serta indeks harga implisit. Dimana komponen penggunaan akhir ini meliputi: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit pelayan rumah tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), perubahan inventori, serta permintaan luar negeri (ekspor dan impor). Melalui pendekatan ini akan dapat diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatannya, apakah hanya untuk tujuan konsumsi akhir atau juga investasi. Selain itu juga dapat diketahui besar ketergantungan 3 PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2003-2005 ekonomi domestik (wilayah) terhadap wilayah lain dalam bentuk perdagangan barang dan jasa (transaksi eksternal). Dengan demikian apabila pengukuran PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, maka secara langsung akan menunjukkan adanya keterkaitan antara “nilai tambah” yang diturunkan oleh berbagai sektor ekonomi produksi dengan “pendapatan (proksi)” yang diterima oleh masyarakat, serta bagaimana masyarakat menggunakan pendapatannya tersebut untuk membiayai seluruh “konsumsinya”. 1.2. Maksud dan Tujuan Pembangunan meningkatkan taraf ekonomi hidup adalah masyarakat, serangkaian pemerataan usaha untuk pendapatan dan memperluas kesempatan kerja dan juga diharapkan dapat mencapai target– target seperti yang telah ditetapkan baik untuk regional atau nasional. Untuk mengukur kinerja perkembangan ekonomi di suatu wilayah dapat diamati melalui pertumbuhan ekonomi makro, struktur perekonomian, pendapatan perkapita dan indikator ekonomi lainnya. Di samping itu, data statistik dan indikator ekonomi dapat digunakan untuk menganalisis dan menentukan arah kebijaksanaan serta mengevaluasi hasil pembangunan. Salah satu indikator ekonomi yang perekonomian diperlukan regional untuk secara mendapatkan makro penggunaan. 4 adalah gambaran data PDRB mengenai menurut PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2003-2005 Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang besar serta cita-cita yang tinggi seperti tertuang dalam visi dan misinya. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran atas kinerja dari strategi-strategi yang dilakukan sesuai dengan garis-garis haluan yang telah ditetapkan. Publikasi PDRB Penggunaan Jawa Barat merupakan potret dari kinerja pembangunan ekonomi makro Jawa Barat dilihat dari sisi besaran Konsumsi, Investasi dan Ekspor-Impor, kontribusinya terhadap perekonomian regional dan laju pertumbuhannya yang dilakukan. Diharapkan informasi ini bisa menjadi bahan evaluasi dan menjadi pijakan kuat untuk alat perencanaan bagi Pemerintah Daerah, selebihnya diharapkan bisa menjadi bahan kajian yang bermanfaat bagi masyarakat pengguna data lainnya. 5