PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT CIGUGUR (ANALISIS PERUBAHAN SISTEM MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT CIGUGUR, KUNINGAN, JAWA BARAT) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: FERINALDI NIM: 109015000014 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Skripsi berjudul Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jarva Barat) disusun oleh Ferinaldi NIM. 109015000014, Jurusan Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 28 November 2Al4 Yang mengesahkan, <- Drs. H. Svarinulloh. M.Si NIP.19670909 200701 1033 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAI{UAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA z$t4 LEMBAR PENGESAHAN STDANG MUNAQASAH Skripsi berjudul Perubahan Sosial Nlasyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat), disusun oleh Ferinaldi, NIM. 109015000014, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarla, 15 April2015 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) --t' Dr.Iwan Purwanto" M.Pd NIP. 19730424 200801 1 012 S ekretaris (S F-o4'aotr 4 ekretaris Jurusair/Prodi) Drs. H. Syaripulloh. M.Si NIP. 19670909 200701 1 033 Penguji I Dr.Iwan Purwanto. M.Pd NIP. 19730424 20080t I 0t2 Penguji II Moch. Noviadi Nueroho. M.Pd NIP. 19761118 201101 1 006 lVlengetahui, lmu Tarbi Prof. Dr. Ah NIP. 1955042 dan l(egdruan 8203 1 007 --t' SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Ferinaldi NIM 1090150000r4 Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial (Sosiologi) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan 1. ini saya menyatakan bahwa: Skipsi yang berjudul "Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)" merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (Sl) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di ini telah saya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika kemudian hari terbukti bahua karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, I Desember 2014 NrN,{. 109015000014 i ABSTRAK Ferinaldi, NIM 109015000014, Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur Kuningan Jawa Barat. Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem mata pencaharian masyarakatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini ditemukan perubahan sosial terhadap sistem mata pencaharian di Cigugur. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan, ayam dan bebek. Setelah terjadinya perubahan sosial, sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sebagian besar memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang berdagang, berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas Cigugur bahkan sampai ada yang membuka usaha kecil-kecilan. Kata Kunci: Perubahan Sosial, Sistem Mata Pencaharian, Masyarakat Cigugur. ii ABSTRACT Ferinaldi, NIM 109015000014, Social Changes Cigugur Society (Analysis of The System Change Livelihood Society Cigugur, Kuningan, West Java). Thesis Studies Socilogy-Antropology of Education, Department of Social Studies, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2014. This research aims to understand the system change livelihoods society Cigugur Kuningan West Java. Just like the community in general, the Cigugur society, Kuningan, West Java almost could not static life. In its history, the Cigugur society experienced in their lives that the changes in direct contact with the elements of the culture. Such as the change the system of community livelihoods. The method that was used in this research is qualitative descriptive method. And the data technique collection in this research use interview, observation and documentation. And then, the data analysis technique that was used in this research is data reduction, presentation and interpretation of conclusion. From the research result are found a social change about the livelihood society in Cigugur. At first, livelihoods Cigugur the majority of the system is based on farming, even though it is that raise, like the cattle fish, chickens and ducks. After social change in Cigugur, the system of community livelihoods Cigugur most of it was still based on farming, but not a little who trades, raise, entrepreneurs, laborers, make handicraft Cigugur batik design even before someone opening small businesses. Key words: Social Change, The System of Livelihood, The Cigugur Society. iii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu’alaikum. Wr. Wb.. Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)”. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga nanti, aamin. Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing akademik penulis. 4. Drs. H. Syaripulloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala saran dan kritik yang membangun, serta segala solusi yang diberikan kepada penulis demi kelancaran penulisan skripsi ini, jasamu abadi. 5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang telah dengan sabar dan ikhlas mendidik penulis, sehingga ilmu yang diberikan kepada kepada penulis dapat bertambah dan bermanfaat. 6. Rama Djati Kusumah, Pangeran Gumirat Barna Alam, Mang Didi, Ibu Uti, Ibu Uum, Pak Kento Subarman, Pak Aang Taufik di Cigugur, terima kasih atas bantuan dan kesediaanya untuk menjadi sumber dalam penulisan Skripsi ini. iv 7. Kedua Orang Tua tercinta, (Syafrinal Janas dan Zulfadillah) yang telah membesarkan penulis dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang. Meski penulis belum sempat membuat Papa dan Mama bangga, tapi nama dan untaian do’a penuh cinta selalu penulis bawa dan panjatkan kepada yang Kuasa untuk Papa dan Mama. 8. Adik-adik tersayang (Faradina Hania Rahmah dan Fradella Syafri). Terima kasih atas suasana yang diberikan, sehingga emosi sebagai keluarga bisa terus terjaga dan semoga akan selalu terjaga, aamiin. 9. Kawan-kawan Seperjuangan Cigugur, (Didik, Angga, Aisyah, Lita, Aini, Faisal). 10. Kawan-kawan kostan H. Gayo, (Ikbal, Rahman, Yusuf, Akbar, Cessna). Terima kasih atas saran dan kritik membangun yang selalu menjadi pecut penyemangat penulis, kalian guru-guru terbaik penulis. 11. Kawan-kawan Cleosha Band, (Gelang, Zeggy, Ndra, Tyo, Rheza, Sandy, Dedy). Terima kasih atas kerja sama, kekompakan, dan pengalaman musik yang diberikan semasa penulis kuliah. 12. Kawan-kawan penulis, (Ella, Lilis, Indah, Desi, Ridwan, Furqon, Irul, Bayu, Wahyu DJ, Beles, Nanda, Desty) yang selalu memberikan do’a dan motivasi kepada penulis. 13. Kawan-kawan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Tenjo, Mahbub, Yuli, Fahri, Asep, Tyo, Gilang, Ujang Femli, Bang Uceng, Bang Qori, Bang Dziki, Bang Gunawan, dan kawan-kawan lain). Terima kasih atas wawasan kebangsaan, pengetahuan tentang ideologi, serta pengetahuan tentang politik yang tidak akan pernah penulis dapatkan di bangku perkuliahan. 14. Kawan-kawan Handmade Auto Family, (Adit, Arma, Imeh, Egy, Rama, Beny, oby, Boby, Awan, Mufty, Frido, Putra, Sinta, Anggi, Andreas, Bingki, David, Uki, Cipuy, Kevin, Iyan, Rommy, Sasha, Ugy, dan kawan-kawan lain) Terima kasih atas pertemanan, pengorbanan, kerja sama, kekompakan, dan pengalaman yang pernah ada, kalian guru-guru terbaik penulis. 15. Kawan-Kawan Studio musik DnD (Moses, Bonty, Noel, Dhona, Hendry, Didot, Arfen, Renggo, Dhacu, dan Kawan-kawan lain) Terima kasih atas kerja sama, kekompakan, dan pengalaman musik yang diberikan semasa penulis kuliah. v 16. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga selesai. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca umumnya. Semoga skipsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Alhamdulillahirrabbil’alamin.. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.. Jakarta, 1 Desember 2014 Penulis vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................5 C. Pembatasan Masalah ..........................................................................................5 D. Perumusan Masalah ...........................................................................................5 E. Tujuan Penelitian ...............................................................................................6 F. Manfaat Penelitian .............................................................................................6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Perubahan Sosial Budaya a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya ...........................................................7 b. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan......................................9 c. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya ...............................................11 d. Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial ..............................14 e. Faktor yang Menghalangi Terjadinya Perubahan Sosial ...........................18 2. Masyarakat a. Pengertian Masyarakat ...............................................................................19 b. Bentuk-bentuk Masyarakat ........................................................................24 1) Masyarakat Tradisional ........................................................................24 2) Masyarakat Modern .............................................................................28 3. Sistem Mata Pencaharian a. Berburu dan Meramu .................................................................................30 vii b. Beternak .....................................................................................................30 c. Bercocok Tanam ........................................................................................31 4. Tokoh Evolusionisme Sosiologis .....................................................................32 a. Comte dan Konsep Evolusi Idealis ............................................................32 b. Spencer dan Konsep Evolusi Naturalis ......................................................33 c. Lewis Morgan dan Konsep Evolusi Materialis ..........................................34 B. Hasil Penelitian Relevan ..................................................................................35 C. Kerangka Berpikir ............................................................................................38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................40 B. Latar Penelitian (Setting) .................................................................................40 C. Metode Penelitian.............................................................................................40 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................42 1. Pengumpulan Data ...........................................................................................42 a. Wawancara .................................................................................................42 b. Observasi ....................................................................................................43 c. Dokumentasi ..............................................................................................45 2. Teknik Pengolahan Data ..................................................................................45 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ..............................................46 F. Analisis Data ....................................................................................................47 1. Analisis Sebelum di Lapangan .........................................................................48 2. Analisis Selama di Lapangan ...........................................................................48 3. Reduksi Data ....................................................................................................48 4. Penyajian Data .................................................................................................48 5. Penarikan Kesimpulan .....................................................................................49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian .....................................................50 1. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian .......................................................50 2. Keadaan Iklim ..................................................................................................50 3. Kondisi Demografi ...........................................................................................50 B. Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur Kuningan Jawa Barat) ................................52 viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................................58 B. Saran .................................................................................................................59 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60 ix DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................51 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .................................................51 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...........................................51 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .............................................52 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Observasi Lapangan Lampiran 2 Hasil Observasi Lapangan Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Hasil Wawancara Lampiran 5 Pedoman Studi Dokumentasi Lampiran 6 Surat pengantar penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian dari Kelurahan Cigugur Lampiran 8 Profil Kelurahan Cigugur Lampiran 9 Foto-foto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia ini dihuni oleh milyaran manusia yang setiap pribadinya hidup di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang berbudaya, mungkin ada ribuan atau bahkan lebih kebudayaan yang ada di dunia mulai dari kebudayaan yang sederhana sampai dengan kebudayaan yang kompleks. Setiap kebudayaan yang ada di dunia pasti memiliki unsur-unsur budayanya masing-masing yang terintegrasi menjadi kebudayaan tersebut, banyak atau sedikit unsur budaya tergantung dari sederhana atau kompleks kebudayaannya. Tetapi dari banyaknya unsur yang ada pada kebudayaankebudayaan di dunia, dapat ditarik menjadi kelompok-kelompok besar unsur-unsur kebudayaan yang bersifat menyeluruh atau universal. 1 Di dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropologi” Koentjaraningrat membagi unsur-unsur kebudayaan secara universal menjadi tujuh butir. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maksud dari unsur kebudayaan universal adalah bahwa dari sekian banyak kebudayaan di dunia dengan berbagai macam unsur budayanya dapat diklasifikasikan menjadi tujuh unsur besar, tujuh unsur ini adalah unsur-unsur yang pasti ada di setiap kebudayaan yang ada di dunia, baik kebudayaan yang sangat sederhana sampai dengan kebudayaan yang sangat kompleks. Koentjaraningrat berpendapat bahwa tujuh unsur kebudayaan universal tersebut, yaitu: 1 1. Sistem religi 2. Organisasi sosial 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 217. 1 2 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi2 Ketujuh unsur inilah yang dianggap secara umum ada menyeluruh di setiap kebudayaan di dunia. Di dalam tataran implementasi, unsur-unsur ini kemudian menjelma ke dalam wujud-wujud kebudayaan di masyarakat, menjelma ke dalam ide-ide dan gagasan kebudayaan masyarakat, menjelma ke dalam tindakan dan sistem sosial masyarakat, dan menjelma ke dalam hasil-hasil kebudayaan masyarakat. Setiap unsur yang ada selalu menjelma ke dalam tiga wujud tersebut, dari bahasa sampai dengan kesenian setiap masing-masing unsur akan menjelma ke dalam ide, tindakan, dan kebudayaan fisik di dalam setiap kebudayaan. Arus globalisasi begitu besar pengaruhnya, bukan hanya Indonesia yang merasakan dampaknya melainkan diberbagai belahan dunia. IPTEK sebagai ciri dari modern talah dinikmati dan diagungkan oleh manusia yang kemudian menciptakan kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Modern telah menawarkan kehidupan yang serba instan dan praktis, tenaga manusia digantikan oleh mesin dan masih banyak lagi fenomena lain yang membuat manusia nyaman dengan dunia modern. Tidak banyak Kearifan lokal yang bertahan bahkan ada yang sudah mulai mengalami perubahan nilai-nilai dan norma, budaya tradisional sudah dikomparasikan dengan hasil modernisasi bahkan tradisi-tradisi lama yang dianut hangus dimakan oleh keganasan modern yang meluluhlantakan tatanan masyarakat. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut, bila seseorang hendak membuat penelitian, perlulah terlebih dahulu 2 Ibid, h.217. 3 ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudkannya. Dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.4 Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun, dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat yang terkena perubahan.5 Efek modernisasi begitu dahsyat dan memakan tatanan sosial masyarakat. Maka dari itulah, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sosial tersebut bahkan dialami oleh masyarakat multikultural Cigugur, Kuningan Jawa Barat. Cigugur merupakan daerah multireligi, didalam Cigugur terdapat kepercayaan Sunda Wiwitan yang masih dianut oleh sebagian masyarakat Cigugur, yang menjadikan Cigugur terkenal dengan sebutan masyarakat adat. Perjalanan kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Cigugur sangat erat kaitannya dengan adanya Sunda Wiwitan. Karena Sunda Wiwitan bagi masyarakat Cigugur merupakan sebuah warisan budaya yang sudah turun temurun dipegang oleh masyarakat Cigugur. Macionis misalnya mengatakan bahwa perubahan sosial adalah transformasi dalam 3 4 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 259. Ibid, h. 261. Ibid.,h. 261. 4 organisasi masyarakat, dalam pola berfikir dan dalam berprilaku pada waktu tertentu.6 Masyarakat Cigugur merupakan masyarakat plural, baik dari segi budaya, etnis maupun agama. Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan perubahan dalam kehidupannya, terutama perubahan untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka, yang tentunya dengan memiliki sistem mata pencaharian dengan penghasilan yang mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia. Dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur cenderung sama dengan dampak perubahan sosial yang terjadi dimana dan pada siapa saja, yakni ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif. Penyalah gunaan teknologi misalnya, menjadi contoh negatif dari perubahan sosial yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi tersebut. Tetapi sebaliknya, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi tersebut dapat dipergunakan dengan baik, maka dampaknya mengarah pada hal positif, seperti semakin luasnya wawasan anak bangsa karena sering mengakses berita setiap saat lewat internet. Ketika kebanyakan masyarakat Cigugur mengalami perubahan kehidupan yang lebih modern, cara-cara memenuhi kehidupan dari berpakaian, arsitektur rumah, alat-alat dapur, perlengkapan pertanian dan lainnya sebenarnya banyak dipengaruhi faktor eksternal yaitu adanya pengaruh dari kebudayaan luar seperti terjadinya kontak dengan budaya lain, meninggkatnya kesadaran akan pendidikan, meningkatnya hasil karya, perkembangan penduduk, interaksi sosial, lancarnya perjalanan sehingga sifat keterbukaan untuk melakukan perubahan dalam kehidupan masyarakat Cigugur sangat besar. Sistem mata pencaharian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang juga tak lepas dari sentuhan perubahan sosial. Karena pada kenyataannya, seiring berjalannya waktu masyarakat Cigugur 6 Piotr Sztomka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2010), h. 83. 5 memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda dengan sistem mata pencaharian mereka pada masa lalu, meskipun masih banyak yang bertahan dengan pekerjaan mereka pada masa lalu. Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti tertarik untuk meneliti perubahan sosial masyarakat Cigugur dengan judul “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Terhadap Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya adalah: 1. Terjadi perubahan sosial pada masyarakat Cigugur, Kuningan Jawa Barat. 2. Perubahan sistem mata pencaharian pada masyarakat Cigugur, Kuningan Jawa Barat. 3. Adanya hubungan antara Sunda Wiwitan dengan perubahan sistem mata pencaharian dalam masyarakat Cigugur. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan peneliti dari segi waktu dan biaya maka peneliti membatasi masalah-masalah yang sudah diidentifikasi dengan tujuan agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok penelitian. Oleh karena itu peneliti mengarahkan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan, yaitu: Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah skripsi ini adalah bagaimanakah perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat? 6 E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki dua kegunaan atau manfaat, yaitu manfaat secara teoritik dan praktis. 1. Manfaat Teoritik. Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya disiplin sosiologi yang kaitannya dengan sektor kebudayaan. Selain itu dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti lain dengan tema sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai tambahan pengetahuan mengenai perubahan sosial budaya, khususnya perubahan sosial mengenai sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Selain itu, bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat juga untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelara Stara 1 (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Bagi masyarakat, berguna sebagai tambahan pengetahuan, terutama mengenai sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Perubahan Sosial Budaya a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.1 Kingsley Davis dalam Soerjono Soekanto berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.2 Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahanperubahan kebudayaan dapat dijelaskan. Ruang lingkup kebudayaan lebih luas. Sudah barang tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi 1 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 266. 7 8 perubahan-perubahan dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial. Seorang sosiolog akan lebih memperhatikan perubahan kebudayaan yang bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Dengan demikian walaupun secara teoretis dan analitis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut dapat dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sukar dapat dipertahankan. Hal yang jelas adalah perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yang keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.3 Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut: 1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.4 2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai. 3 4 Ibid, h. 266. Ibid, h. 267. 9 3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. 4) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat. b. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut. 1) Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usahausaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi, sebenarnya bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama. 10 2) Perubahan kecil dan perubahan besar Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena batas-batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah diaktakan bahwa perubahan-perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.5 Perubahan mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat, dan perubahan yang seterusnya. 3) Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.6 Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat 5 6 Ibid, h. 271. Ibid, h. 272. 11 kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.7 Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahanperubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halanganhalangan masyarakat itu sendiri. Atau dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada atau dengan cara membentuk yang baru. c. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya Pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang normal kehidupannya yang merasakan kepuasan terhadap apa yangb ada saat itu. Ketidakpuasan ini didorong oleh keinginan hidup yang lebih mudah, lebih mapan, lebih baik, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk mempelajari berbagai faktor penyebab perubahan tidaklah cukup hanya dengan melihat gejala-gejala tersebut. Ada berbagai sebab musabab lain yang mengakibatkan masyarakat mengalami perubahan. Faktor-faktor penyebab perubahan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) Faktor 7 Ibid, h. 272. 12 dari dalam masyarakt itu sendiri (faktor internal), dan (2) Faktor yang berasal dari luar masyarakat (faktor eksternal).8 Mengenai faktor-faktor yang berasal dari dalam dapat disebabkan oleh beberapa sumber, yaitu;9 1) Bertambah dan berkurangnya penduduk. Pertambahan penduduk Jawa yang melaju dengan cepat dan pengurangan jumlah di Aceh dan Sumatera Utara akibat bencana alam gempa bumi dan gelombang pasang air laut (tsunami) merupakan contohnya. Pengurangan dan pertambahan jumlah penduduk ini akan menimbulkan perubahan pada struktur sosial. Hal yang menonjol yaitu perubahan pada system kepemilikan tanah. Bertambahnya penduduk akan memengaruhi penyempitan areal tanah, sedangkan berkurangnya penduduk akan berdampak pada perluasan areal tanah. Kondisi ini pada gilirannya akan menimbulkan perubahan pada sistem agrarian. 2) Penemuan-penemuan baru. Penemuan baru sering disebut dengan istilah inovasi. Ialah suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.10 Munculnya penemuan-penemuan baru dipicu oleh beberapa hal, di antaranya: a) Adanya kesadaran diri dari setiap individu atau kelompok orang akan kekurangan dalam kebudayaannya. b) 8 Kualitas para ahli dalam suatu kebudayaan. Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 623-624. 9 Ibid, 10 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 353. 13 c) Perangsang bagi masyarakat. 3) aktifitas penciptaan dalam 11 Pertentangan atau konflik dalam masyarakat. Konflik sosial merupakan pertentangan yang terjadi dalam masyarakat yang heterogen atau masyarakat majemuk yang merupakan bagian dari dinamika sosial. Pertentangan ini dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Misalnya di masyarakat Batak dengan sistem kekeluargaan patrilineal murni terdapat adat istiadat bahwa apabila suami meninggal, maka keturunannya berada di bawah kekuasaan keluarga almarhum. 4) Terjadinya pemberontakkan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Revolusi Bolsevick di Rusia pada Oktober 1917, telah menghasilkan perombakkan besar-besaran didalam stuktur pemerintahan di negeri ini yang semula berbentuk kerajaan absolute berubah menjadi diktakror proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula berasal dari luar. Adapun faktor-faktor penyebab yang berasal dari luar diantaranya:12 1) Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia. Bencana gempa bumi dan gelombang pasang air laut yang disebut tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara yang menelan korban jiwa ratusan ribu 11 12 Elly M, op.cit., h. 624. Ibid, h. 629. 14 manusia pada akhir 2004 yang lalu telah membawa dampak perubahan yang besar pada struktur sosial kemasyarakatan tersebut. 2) Peperangan Gejala peperangan yang terjadi telah mengubah struktur sosial-budaya dari skala mikro ke skala makro. Karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaan pada Negara yang kalah. 3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Sebagaimana yang dapat disaksikan pada diri anakanak muda perkotaan saat ini, terlihat jelas bahwa sistem dan norma bangsa telah bergeser sebagai akibat dari pengaruh globalisasi informasi. Ini dikarenakan masingmasing masyarakat mempengaruhi masyarakat lain dan pengaruhnya diterima oleh masyarakat lain tersebut.13 d. Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yg terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1) Kontak dengan kebudayaan lain Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difussion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan- penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya 13 Soerjono Soekanto, op.cit., h. 282. 15 difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaannya. Proses pendorong pertumbuhan tersebut suatu merupakan kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia. Ada dua tipe difusi, yaitu pertama difusi intramasyarakat (intrasociety diffusion), dan kedua difusi antarmasyarakat (inter-society diffusion). Difusi intra masyarakat terpengaruh oleh beberapa faktor, misalnya: a) Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut mempunyai kegunaan b) Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi diterimanya atau tidak diterimanya unsur-unsur yang baru. c) Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan besar tidak akan diterima. d) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan memengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah diterima atau tidak.14 Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor pula, yaitu antara lain: a) Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat untuk mendemonstrasikan tersebut. b) Kemampuan kemanfaatan penemuan baru tersebut. c) 14 Ibid., h. 284. Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut. 16 d) Ada-tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyiangi unsur-unsur penemuan baru tersebut. e) Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini. f) Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.15 2) Sistem pendidikan formal yang maju Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu, pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. 3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginankeinginan untuk maju Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usahausaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu, walaupun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata. 15 Ibid., 17 4) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification) Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa sehingga seseorang merasa berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggap lebih tinggi dengan harapan agar diperlakukan sama dengan golongan tersebut. 5) Penduduk yang heterogen Pada masyarakat yang terdiri dari kelompokkelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadi pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat. 6) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkmungkinan besar akan mendatangkan revolusi. 7) Orientasi ke masa depan 8) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. 18 e. Faktor-Faktor yang Menghalangi Terjadinya Perubahan Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, selain terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan, ada juga faktor yng menghalangi terjadinya perubahan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain Kehidupan masyarakat tidak terasing menyebabkan mengetahui sebuah perkembangan- perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkurung pola-pola pemikirannya oleh tradisi. 2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain. 3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif. 4) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa 19 Barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari Barat karena tidak pernah bisa melupakan pengalamanpengalaman pahit selama penjajahan. 5) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut. 6) Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya.16 2. Masyarakat a. Pengertian Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuankesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”, berpartisipasi.17 Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Suatu negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan 16 17 Ibid., h. 286-287. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 143-144. 20 para warganya untuk berinteraksi secara instensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu negara modern mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan perhubungan udara, jaringan telekomunikasi, sistem radio dan TV, berbagai macam surat kabar ditingkat nasional, suatu sistem upacara pada hari-hari raya nasional dan sebagainya.18 Menurut Hartono dan Arnicun Aziz, “masyarakat dalam arti luas ialah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan lain-lain atau semua keseluruhan bermasyarakat. dari Dalam semua arti hubungan sempit dalam masyarakat hidup dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, umpamanya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Maka ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang dan lain-lain.”19 Pengertian masyarakat sendiri menurut Kingsley Davis, adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan hubungan antara sel-sel. Kebudayaan dikatakannya mencakup segenap cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang berdasarkan keturunan.20 Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi masyarakat (society), misalnya seperti berikut. 1) Mac Iver dan Page yang menyatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, 18 19 20 dari pengawasan tingkah laku Ibid., h. 144. Hartono dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 89-90. Ibid, h. 266. serta 21 kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. 2) Ralp Linton mengemukakan, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 3) Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.21 Walaupun definisi dari sarjana-sarjana tersebut berlainan, tetapi pada dasarnya isinya sama, yaitu masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut. 1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama. 2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakapcakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan21 Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 18. 22 peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam kelompok tersebut. 3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.22 Kemantapan unsur-unsur masyarakat mempengaruhi struktur sosial. Dalam hal ini struktur sosial digambarkan sebagai adanya molekul-molekul dalam susunan yang membentuk zat, yang terdiri dari bermacam susunan hubungan antarindividu dalam masyarakat. Maka terjadi integrasi masyarakat dimana tindakan individu dikendalikan, dan hanya akan nampak bila diabstrakkan secara induksi dari kenyataan hidup masyarakat yang konkret. Struktur sosial yang berperan dalam integrasi masyarakat, hidup langsung di belakang individu yang bergerak konkret menurut polanya. Dapat menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu masyarakat, dan sebagai kriteria dalam menentukan batas-batas suatu masyarakat melalui abstraksi dari kehidupan kekerabatan (sistemnya).23 Dalam konteks sosiologi, bahasan tentang masyarakat biasanya selalu terkait dan tidak dapat dipisahkan dengan elemenelemen lain yang menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri, yakni individu, keluarga, dan kelompok. Individu adalah satuan terkecil dari masyarakat, keluarga adalah kumpulan beberapa individu dan bagian dari kelompok, sedangkan kelompok adalah kumpulan dari beberapa keluarga, dan merupakan bagian dari masyarakat secara keseluruhan. 22 Menyatunya masing-masing elemen tersebut, Ibid., h. 19. M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT Eresco, 1995), h. 64. 23 23 terciptalah sebuah komunitas besar yang kemudian dikatakan sebagai masyarakat”.24 Untuk bisa bertahan hidup, semua masyarakat harus bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu, yang kalangan fungsionalis menyebutnya dengan istilah prasyarat fungsional (functional prerequisities). Kebutuhan-kebutuhan itu diantaranya: 1) Kebutuhan subsistens. Kebutuhan subsistens adalah kebutuhan jasmaniyah, seperti kebutuhan akan udara, makanan, air, kehangatan, tempat untuk bernaung, dan tidur, yang kesemuanya harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Manusia juga membutuhkan kebutuhan jasmaniyah yang lainnya seperti kebutuhan akan rasa sayang, menghindari stress, dan keikutsertaan dalam sebuah sistem keyakinan bersama. Pemenuhan kebutuhan subsitens ini biasanya memerlukan berbagai usaha kerja, seperti berburu, mengumpulkan buah-buahan, atau memproduksi makanan, dan memerlukan tempat untuk bernaung. 2) Kebutuhan distribusi. Kepemilikan kekayaan subsistens itu perlu didistribusikan ke seluruh anggota masyarakat. Bayi dan anak kecil termasuk orang yang membutuhkan orang lain untuk memberi mereka suplai makanan yang cukup. 3) Kebutuhan reproduksi-biologis. Agar masyarakat tetap eksis dan survive maka diantara anggota masyarakatnya harus melakukan reproduksi biologis. Biasanya di kita dilakukan melalui pernikahan. 4) Kebutuhan transmisi budaya. Masyarakat perlu mentransmisikan budaya mereka-kebiasaan, nilai-nilai, ideide dalam masyarakat kepada anggota baru mereka agar kebudayaan bisa terus bertahan atau berlanjut. 24 Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h. 25. 24 5) Kebutuhan perlindungan. Anggota masyarakat perlu menghindari tindakan yang merusak satu sama lain dan mayarakat secara keseluruhan membutuhkan perlindungan dari ancaman luar. 6) Kebutuhan untuk komunikasi. Untuk memenuhi semua kebutuhan di atas, maka anggota masyarakat perlu mengkomunikasikannya dengan sesama anggota yang lainnya.25 b. Bentuk-bentuk Masyarakat 1) Masyarakat Tradisonal Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa.26 Menurut Sutardjo Kartohadikusuma dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip “desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat “pemerintahan sendiri.” Adapun Bintaro dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip memberikan batasan desa sebagai 25 Muhammad Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36 26 Ifzanul: http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html (diakses pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40). 25 perwujudan atas kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan Paul H. Landis dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, “mendefinisikan desa sebagai wilayah yang penduduknya kurang dari 2500 jiwa, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa. b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan. c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam, seperti: iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris yaitu bersifat sambilan.27 Ferdinand Tonies membuat batasan tentang masyarakat pedesaan sebagai masyarakat gemeinschaft (paguyuban), dan paguyubanlah yang menyebabkan orangorang kota menilai sebagai masyarakat ini tenang, harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem. Akan tetapi, bukan berarti di dalam masyarakat pedesaan tidak mengenal bermacam-macam gejala disorganisasi sosial atau sosial disorder. Gejala seperti ini juga terdapat di dalam struktur masyarakat pedesaan. Akan tetapi, bagaimana bentuk gejala sosial disorder, dapat dilihat keterangan berikut ini: a) Konflik (pertengkaran). Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah 27 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op.cit., h. 838. 26 tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang banyak pertengkaran ini agaknya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya. b) Kontroversi (pertentangan). Pertentangan ini dapat disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). c) Kompetisi (persiapan). Masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu, maka wujud persaingan dapat positif dan negatif. d) Kegiatan pada masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, jelas bahwa masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas.28 Menurut Soerjono Soekanto, “gemeinschaft adalah masyarakat tradisional yang memiliki hubungan personal yang dekat pada kelompok atau komunitas yang kecil”. Di dalam gemeinschaft terdapat suatu kemauan bersama (common will), ada suatu pengertian (understanding) serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Keadaan yang agak berbeda akan dijumpai pada gessellschaft, di mana terdapat public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua 28 Ibid., h, 839. 27 orang. Gemeinschaft sering disebut dengan istilah paguyuban. Paguyuban memiliki beberapa tipe, yaitu: a) Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu suatu paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan. b) Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong, contoh: rukun tetangga, rukun warga, arisan. c) Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari mempunyai orang-orang hubungan yang darah walaupun ataupun tak tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.29 Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain: a) Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya. b) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. 29 118. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 28 c) Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. d) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, dan adat istiadat.30 2) Masyarakat Modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adatistiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.31 Kota acap kali dipahami sebagai bentuk kehidupan masyarakat yang sangat individual, penuh kemewahan, gedung-gedung yang menjulang tinggi, kendaraan yang lalu lalang hingga mengundang kemacetan, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar. Kota sering kali dianggap sebagai semua tempat tujuan masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan, sebab pusat-pusat industri dan perpabrikan banyak berdiri di daerah perkotaan.32 Banyak kota di dunia berawal dari desa. Desa sendiri adalah lokasi pemukiman yang penghuninya terikat 30 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op. cit., h. 840. Ifzanul:http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html (diakses pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40). 32 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op. cit., h. 852-853. 31 29 dalam kehidupan pertanian, dan bergantung pada wilayah di sekelilingnya. Dalam perjalanan waktu, karena keadaan topografis dan lokasinya, desa ini berkembang menjadi kota. Masyarakat perkotaan lebih dipahami sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu: a) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. b) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. c) Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas yang nyata. d) Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. e) Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi. f) Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk mendapat mengejar kebutuhan individu. Perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.33 33 Ibid., h, 854-855. 30 3. Sistem Mata Pencaharian a. Berburu dan Meramu Mata pencaharian Berburu dan Meramu, atau hunting and gathering, merupakan suatu mata pencaharian makhluk manusia yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian umat manusia telah beralih ke mata pencaharian lain, sehingga hanya kuranglebih setengah juta dari 3.000 juta penduduk dunia sekarang, atau kira-kira 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Kecuali itu, suku-suku bangsa yang berburu tinggal terdesak di daerah-daerah di muka bumi yang paling tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia yang layak, yaitu daerah pantai di dekat kutub yang terlampau dingin, atau daerah gurun yang terlampau kering.34 Walaupun suku-suku bangsa berburu dan meramu hanya tinggal sedikit dan sulit didatangi, para ahli antropologi masih tetap menaruh perhatian terhadap suatu bentuk mata pencaharian hidup umat manusia yang tertua, untuk dapat menganalisis azas masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal. Di Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu penduduk daerah rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya, yang hidup dari meramu sagu.35 b. Beternak Beternak secara tradisional, atau pastoralism, sebagai suatu mata pencaharian pokok yang dikerjakan dengan cara besarbesaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh juta manusia, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3.000 juta penduduk dunia. Bangsa peternak didunia biasanya hidup di daerah-daerah gurun, sabana, atau stepa.36 34 35 36 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1981), h. 366. Ibid, Ibid, h. 367. 31 Sepanjang sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat yang agresif. Hal itu dapat kita mengerti, karena mereka secara terus-menerus harus menjaga keamanan berates-ratus binatang ternak mereka terhadap serangan atau pencurian dari kelompok-kelompok tetangga. Kecuali itu, karena mereka perlu makanan lain disamping daging, susu, dan keju, tetapi karena makanan lain itu, yaitu gandum dan sayur-mayur, harus mereka peroleh dari suku-suku bangsa lain yang hidup dari bercocok tanam, maka tidak ada persoalan kalau mereka dapat tukarmenukar atau berdagang, tetapi biasanya mereka berusaha mendapatkan makanan itu dengan menguasai dan menjajah bangsa-bangsa yang hidup dari bercocok tanam.37 Bangsa-bangsa peternak biasanyahidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas dalam suatu wilayah tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan pada malam hari. Dalam musim dingin mereka menetap di suatu perkemahan induk atau desa induk yang tetap.38 c. Bercocok Tanam Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti dengan bercocok tanam menetap. Cara orang melakukan bercocok tanam di ladang adalah dengan membuka sebidang tanah dengan memotong belukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahandahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelah kering. Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian itu ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi. Sesudah dua atau tiga kali memungut hasilnya tanah yang sudah kehilangan kesuburannya itu ditinggalkan. Sebuah ladang baru 37 38 Ibid, h. 368. Ibid, 32 dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan menebang dan membakar pohon-pohonnya. Setelah 10 hingga 12 tahun, merka akan kembali lagi ke ladang yang pertama, yang sementara itu sudah tertutup dengan hutan kembali.39 Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dengan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan mata pencaharian ini ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Mata pencaharian masyarakat di Indonesia pada umumnya berasal dari sektor agraris. Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke sektor non-agraris. Hal ini melihat konstruk pemikiran (ide) yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf konstruk pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas di masyarakat.40 4. Tokoh Evolusionisme Sosiologis a. Comte dan Konsep Evolusi Idealis Comte berasumsi bahwa untuk memahami periode kelahiran modernitas kita perlu menempatkannya dalam konteks historis yang lebih luas, yakni memperlakukannya hanya sebagai salah satu fase saja dari perjalanan panjang sejarah umat manusia. 39 Ibid, h. 369. Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta, Skripsi : FISIP UNS, (Tidak diterbitkan). 40 33 Masyarakat kapitalis, industrial, urban, tidak muncul secara kebetulan, tetapi merupakan hasil wajar dari proses terdahulu. Mustahil orang dapat memberikan penjelasan, memprediksi dan menentukan arah perkembangan fenomena modern secara memadai tanpa merekonstruksi pola dan mekanisme seluruh sejarah terdahulu.41 Comte bertolak dari “hukum tiga tahap perkembangan manusia”. Kekuatan pendorong perubahan historis terdapat dalam pikiran atau semangat manusia. Pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: teologis, metafisik, dan positif. Di tahap teologis manusia memohon bantuan kekuatan gaib (supernatural) segala kejadian di dunia dianggap sebagai kehendak kekuatan gaib itu. Periode ini ditandai oleh dominasi kehidupan militer dan berkembangnya lembaga perbudakan. Kedua, tahap metafisik, muncul segera setelah manusia menggantikan Tuhan dengan zat atau penyebab yang abstrak. Prinsip-prinsip fundamental tentang realitas dipahami dengan nalar. Gagasan kedaulatan, kekuasaan hokum dan pemerintahan berdasarkan hokum dominan dalam kehidupan politik. Ketiga adalah tahap positif, yang tercapai segera setelah manusia menyerahkan diri pada hokum yang berdasarkan bukti empiris, pengamatan, perbandingan, dan eksperimen. Inilah abad pengetahuan dan industrialism.42 b. Spencer dan Konsep Evolusi Naturalis Menurut Spencer, evolusi menjadi prinsip umum semua realitas: alam dan sosial. Adanya sifat umum ini adalah karena realitas pada dasarnya adalah material, terdiri dari zat, energi, dan gerakan. 41 di definisikan sebagai perubahan dari Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 117- 118. 42 Evolusi Ibid, 34 homogenitas tak beraturan ke heterogenitas yang logis, yang diikuti kehilangan gerak dan integrasi zat.43 Pertumbuhan tahap pertama adalah munculnya perbedaan antara dua bagian subtansi ini; atau dalam bahasa psikologi, disebut fenomena. Masing-masing bagian segera mulai membagi diri sebagai bagian yang berbeda; dan diferensiasi tahap kedua segera terjadi senyata yang aslinya. Diferensiasi ini terjadi tanpa henti dan akhirnya terciptalah dewasa.44 Singkatnya, evolusi berlangsung melalui structural dan fungsional sebagai berikut: (1) dari yang sederhana menuju ke yang kompleks; (2) dari tanpa bentuk yang dapat dilihat ke terkaitan bagian-bagian; (3) dari keseragaman, homogenitas kespesialisasi, heterogenitas; dan (4) dari ketidakstabilan ke kestabilan.45 c. Lewis Morgan dan Konsep Evolusi Materialis Morgan (seorang antropolog) memperkenalkan gagasan evolusi yang berbeda, yang memusatkan perhatian pada bidang teknologi. Ia adalah orang pertama dari sederetan panjang penganut determinisme teknologi yang meletakkan kekuatan penggerak utama perubahan sosial dalam bidang ciptaan dan penemuan yang secara bertahap mengubah keseluruhan cara hidup manusia. Menurutnya, keseragaman dan kelangsungan evolusi berasal dari kebutuhan material manusia yang bersifat universal dan terus-menerus.46 Sejarah manusia mengikuti tiga fase berbeda: Kebuasan, Barbarisme, dan Peradaban, dibatasi oleh terobosan teknologi yang berarti. Begitulah, dalam fase kebuasan rendah terlihat pola 43 44 45 46 Ibid, h. 119. Ibid, Ibid, Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 121. 35 pencarian nafkah yang sangat sederhana dengan mengumpulkan buah-buahan dan biji-bijian. Di fase kebuasan tinggi, produksi tembikar merupakan kemajuan teknologi penting. Di fase barbarism menengah sudah dikenal pemeliharaan ternak dan irigasi sebagai teknik bertani baru. Di fase barbarism tinggi, produksi besi dan peralatan dari besi merupakan revolusi penting. Terakhir, kelahiran peradaban ditandai oleh penemuan huruf dan seni menulis.47 Jenis penjelasan teknologi sebagai faktor tunggal penyebab perubahan sosial ini besar pengaruhnya. Penjelasan ini muncul kembali dalam pandangan Marxian. Salurannya disediakan Engels dengan memanfaatkan Private Property and the State (1884). Gagasan Morgan ini pun kemudian diikuti oleh wakil penganut Neoevolusionisme, seperti Leslie White dan Gerhard Lenski.48 B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Implementasi Kepercayaan Sunda Wiwitan Sebagai Falsafah Dalam Kehidupan Masyarakat Cigugur Salah satu hasil penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah skripsi dari Didik Hariyanto Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul ”Implementasi Kepercayaan Sunda Wiwitan Sebagai Falsafah Dalam Kehidupan Masyarakat Cigugur”. Penelitian ini bertempat di Desa Cigugur, Kuningan Jawa Barat yang dilakukan pada tahun 2013. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, Cigugur merupakan sebuah kelurahan di Kuningan, Jawa Barat. Di dalam kehidupan masyarakat Cigugur terdapat aliran kepercayaan Sunda 47 48 Ibid, Ibid, h. 122. 36 Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan suatu aliran kepercayaan masyarakat Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan mengamalkan keyakinan ajaran spritual kesundaan. Selain Kepercayaan Sunda Wiwitan, terdapat beberapa agama resmi yang dianut oleh masyarakat Cigugur seperti Islam, Katholik, Kristen, Hindu dan Budha. Hal tersebut membuat Cigugur menjadi suatu daerah yang multireligi. Kemajemukan agama tersebut dirasakan sangat dekat oleh masyarakat Cigugur, tidak hanya di lingkungan antar tetangga tetapi dalam satu keluarga pun tidak aneh bagi masyarakat Cigugur terdapat perbedaan agama dan keyakinan. Keunikan dalam masyarakat Cigugur adalah dengan sangat dekatnya perbedaan keyakinan tersebut, tetapi masyarakat Cigugur dapat hidup rukun berdampingan. Sebagai contohnya dalam aktivitas sosial, jika ada warga yang ingin membangun rumah atau merenovasi rumah, masyarakat Cigugur saling bergotong royong dan bekerja sama dalam membantu pembangunan rumah tersebut dengan mengesampingkan perbedaan agama. Selain itu dalam aspek keagamaan masyarakat Cigugur saling menghormati antar pemeluk agama, sebagai contoh jika masyarakat pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan merayakan hari besar keagamaan, dalam ini adalah Seren Taun. Maka masyarakat Cigugur yang memiliki kepercayaan selain Sunda Wiwitan akan turut serta membantu dan menyukseskan acara tersebut. Hal tersebut merupakan bentuk kerukunan antar umat beragama yang diwujudkan oleh masyarakat Cigugur. Kerukunan tersebut terjadi karena masyarakat Cigugur percaya Sunda Wiwitan merupakan adat atau kepercayaan dari leluhur, sehingga masyarakat Cigugur menghormati kepercayaan Sunda Wiwitan, dari menghormati tersebut kemudian terciptalah interaksi yang positif di dalam masyarakat Cigugur. 37 Selain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam menciptakan kerukunan, Sunda Wiwitan berkontribusi dalam memberikan pandangan bagi masyarakat Cigugur dalam memaknai pendidikan. Masyarakat Cigugur percaya adanya pendidikan sebelum dan pasca lahir dimana pandangan tersebut berasal dari budaya Sunda Wiwitan. Pendidikan sebelum lahir dalam masyarakat Cigugur dimulai jauh sebelum calon anak itu lahir, pendidikan sebelum lahir menuntut seorang bapak dan ibu dalam menjaga perilaku di kehidupan sehari-hari karena perilaku calon bapak dan ibu tersebut dapat mempengaruhi perilaku atau keadaan anaknya kelak. Jadi, Sunda Wiwitan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam menciptakan kerukunan dan berkontribusi dalam memberikan pandangan mengenai pendidikan sebelum lahir pada masyarakat Cigugur, sehingga Sunda Wiwitan menjadi sebuah falsafah yang dijalankan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 2. Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hasyim tentang “Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa selama abad 19 hingga awal abad 20 dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai periode munculnya berbagai keagamaan dengan berbagai latar, penyebab dan orientasinya. Gerakan-gerakan itu pada umumnya cukup menggoncangkan masyarakat dan pemerintah kolonial pada masa itu. Agama Djawa Sunda dapat digolongkan gerakan sekte keagamaan. Kecocokan 38 ciri-ciri gerakan sekte keagamaan dengan apa yang ada di dalam Agama Djawa Sunda memperkuat pendapat bahwa Agama Djawa Sunda merupakan gerakan sekte. C. Kerangka Berpikir Kehidupan masyarakat bukanlah hal yang bersifat statis, tetapi merupakan hal yang bersifat dinamis. Artinya, akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan tersebutlah yang biasa dikenal dengan istilah perubahan sosial. Perubahan sosial mengenai nilainilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan sosial bisa terjadi karena beberapa faktor, baik itu internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal yan menyebabkan terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk, kita bisa lihat kondisi kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta yang begitu mudah kita temukan perubahan-perubahan tersebut. Bencana alam, menjadi salah satu faktor eksteral yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, kita bisa lihat perubahan sosial di NAD (Nangroeh Aceh Darussalam) yang disebabkan oleh tsunami pada Desember 2002. Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang sekarang banyak memeluk kepercayaan sunda wiwitan (ajaran Jawa Sunda). Efek modernisasi begitu dahsyat dan memakan tatanan sosial masyarakat. Maka dari itulah, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sosial tersebut pun dialami oleh masyarakat kecamatan Cigugur, Kuningan Jawa Barat. Perjalanan kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Cigugur, 39 Kuningan Jawa Barat pada kenyataannya dihiasi oleh perubahanperubahan yang bersifat sosial, seperti perubahan sosial mengenai sistem mata pencaharian yang dialami oleh masyarakat Cigugur. Masyarakat Cigugur merupakan masyarakat plural, baik dari segi budaya, etnis maupun agama. Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan perubahan dalam kehidupannya, terutama perubahan untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka, yang tentunya dengan memiliki sistem mata pencaharian dengan penghasilan yang mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia. Dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur cenderung sama dengan dampak perubahan sosial yang terjadi dimana dan pada siapa saja, yakni ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif. Penyalah gunaan teknologi misalnya, menjadi contoh negatif dari perubahan sosial yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi tersebut. Tetapi sebaliknya, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi tersebut dapat dipergunakan dengan baik, maka dampaknya mengarah pada hal positif, seperti semakin luasnya wawasan anak bangsa karena sering mengakses berita setiap saat lewat internet. Sistem mata pencaharian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang juga tak lepas dari sentuhan perubahan sosial. Karena pada kenyataannya, seiring berjalannya waktu masyarakat Cigugur memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda dengan sistem mata pencaharian mereka pada masa lalu, meskipun masih banyak yang bertahan dengan pekerjaan mereka pada masa lalu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Cipager, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014. B. Latar Penelitian Pengamatan awal dilakukan untuk mamahami situasi, mempelajari keadaan dan latar subjek penelitian pada lokasi penelitian, dalam hal ini adalah tradisi Dusun Cipager, Desa Cigugur, Kuningan Jawa Barat. Pemilihan subjek peneliti akan dikemukakan secukupnya tentang pengenalan lapangan untuk menilai keadaan sosial, lokasi dan keadaan geografis. Desa Cigugur terletak di lereng Gunung Ciremai, Secara administratif, Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang berjarak sekitar 35 km ke arah selatan kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari kota Bandung. Cigugur berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Aktivitas yang diteliti adalah pekerjaan atau sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur. C. Metode Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.1 Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan 1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h.30. 40 41 data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.2 Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini disebut metode kualitatif. Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.3 Responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi.4 Jenis penelitiannya adalah Deskriptif, Penelitian Deskriptif analisis bertujuan untuk pengumpulan informasi mengenai sejumlah besar orang dengan mewawancarai segelintir orang dari mereka.5 Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi dengan cara mewawancarai masyarakat yang berhubungan dengan fenomena sosial tersebut sebagai sumber data. 2 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 166. 3 Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.78. 4 Ibid., 78-79. 5 James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1992), h. 73 42 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lazimnya menggunakan observasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan penggunaan sumber-sumber non-manusia (non-human source information), seperti dokumen dan rekaman atau catatan (record) yang tersedia. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Dalam penelitian kualitatif biasanya digunakan teknik wawancara sebagai cara utama untuk mengumpulkan data atau informasi. Ini bisa dimengerti, setidak-tidaknya karena dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami oleh seseorang atau subjek yang diteliti, tetapi apa juga yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian (explicit knowledge maupun tacit knowledge). Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.6 Teknik pengumpulan data melalui wawancara dibutuhkan untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi mengenai perubahan sosial masyarakat Cigugur dengan fokus penelitian sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur yang akan melengkapi hasil penelitian. Penelitian ini melakukan wawancara terbuka dan terstruktur terhadap beberapa informan penelitian yakni beberapa tokoh masyarakat Cigugur dengan sebelumnya didahului pembicaraan informal untuk menciptakan hubungan yang akrab dengan informan. Hubungan yang akrab ini diperlukan agar bisa 6 Sanapiah Faisal. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar Dan Aplikasi, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990), H.61-62. 43 memudahkan dalam mendapatkan umpan balik dalam proses selanjutnya. Perlu diingat bahwa untuk mencapai suasana santai dan akrab diperlukan waktu agar lebih saling mengenal. Oleh karena itu, wawancara yang pertama lebih banyak ditujukan untuk membina keakraban hubungan. Lambat laun wawancara yang semula bersifat informal beralih menjadi lebih formal walaupun keakraban senantiasa dipelihara. Digunakan pula pedoman wawancara yang berupa garis-garis besar pokok pertanyaan yang dinyatakan dalam proses wawancara dan disusun sebelum wawancara dimulai.7 Pokok pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan peneliti kepada narasumber mengarah kepada sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur. Setelah pokok pertanyaan disusun dan siap untuk ditanyakan, langkah peneliti selanjutnya adalah menentukan narasumber yaitu dengan memilih terlebih dahulu narasumber utama yang nantinya akan merekomendasikan narasumber selanjutnya (kedua), begitupun seterusnya. Setelah mendapatkan narasumber terpilih, selanjutnya peneliti meminta kesediaan narasumber untuk membantu penelitian ini dengan menjawab pokok pertanyaan yang telah dibuat dan memberikan alasan atau penjelasan dari jawaban tersebut. Jika narasumber bersedia untuk membantu penelitian ini, yang perlu disepakati antara peneliti dan narasumber adalah waktu dan tempat berlangsungnya wawancara. Terkait dengan hal ini, peneliti langsung mendatangi narasumber di kediamannya yang tentunya berada di Desa Cigugur. b. Observasi Observasi, seperti halnya wawancara, termasuk teknik pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian kualitatif. Dengan wawancara, peneliti dapat menanyakan pada 7 Ibid., 44 informan tentang keadaan masa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Juga dapat dilacak tentang hal-hal yang tak tampak, yang tersembunyi di “museum batin” subjek yang diteliti (yang bersifat tacit). Itulah keunggulan teknik wawancara. Keunggulan yang dipunyai wawancara memang tak dipunyai oleh observasi. Akan tetapi, observasi juga mempunyai keunggulan lain yang tak dapat ditandingi wawancara. Misalkan, mereka yang pernah melihat Hongkong, meskipun hanya sekali, tetap akan lebih baik pengertiannya tentang bagaimana “Hongkong” dibandingkan dengan yang hanya mendengar saja dari cerita orang walaupun telah ratusan orang yang menceritakannya. Karenanya, observasi adalah utama kegunaannya dalam penelitian kualitatif.8 Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Disini pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terlibat (partisipant observation). Pengamatan terlibat ini dilakukan untuk memperlancar peneliti dalam memasuki setting penelitian dan untuk menghindari jawaban yang kaku yang diberikan oleh informan akibat kecurigaan atau keengganan karena mencium bau penelitian. Dengan ini diharapkan akan dapat mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat diungkapkan oleh informan. Dengan pengamatan terlibat (partisipant observation), yang dilakukan peneliti adalah mengamati secara langsung beberapa sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur guna memperoleh data yang lebih banyak yang mungkin tidak didapatkan dari narasumber pada waktu wawancara. Dalam penelitian ini, yang akan di observasi mengenai perubahan sosial masyarakat Cigugur dalam hal sistem mata pencahariannya. 8 Ibid., h. 77. 45 c. Dokumentasi Teknik pengumpulan data ini termasuk dalam pengumpulan data dengan menggunakan sumber non-manusia (non-human source information). Yang disebut dokumen ialah semua jenis rekaman atau catatan “sekunder” lainnya, seperti surat-surat, memo atau nota, pidato-pidato, buku harian, foto-foto, kliping berita koran, hasil-hasil penelitian, agenda kegiatan.9 Data seperti monografi Desa Cigugur, foto, video, peta wilayah Desa, digunakan dalam melengkapi hasil penelitian. 2. Pengolahan Data Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data, dalam metode kualitatif ada 3 tahap dalam pengolahan data: a. Reduksi Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. b. Penyajian data Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif. c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya 9 Ibid., H. 81. 46 dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.10 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu: 1. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (credibility). Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan:11 a. Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. b. Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan demikian maka perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding. Teknik yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainya. d. Kecukupan refrensial yakni kecukupan bahan yang tercatat dan terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk 10 Atwar Bajari, Mengolah data dalam Penelitian Kualitatif, 2013, (http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitian-kualitatif, Di Akses Pada Hari Minggu 3 Februari 2013 Pukul : 15.09 WIB) 11 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1991), h.175. 47 menguji dan menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan interpretasi data. 2. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci. Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para pembaca agar mereka dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh. 3. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara auditing ketergantungan. Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan hasil dan proses penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan antara auditor dan auditi terlebih dahulu. F. Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian, dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih 48 analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data, kemudiaan dilanjutkan setelah selesai pengumpulan data.12 1. Analisis Sebelum di Lapangan Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. 2. Analisis Selama di lapangan Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung, peneliti melakukan analisi data, dengan cara mengklasifikasi data dan menafsirkan isi data. 3. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti meragkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 4. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data, dalam penilian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk 12 Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 200. 49 uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnnya, yang paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 5. Conclusion Drawing/Verification Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah hingga ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan pengetahuan baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumya masih remang-remang atau gelap sehingga setalah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.13 13 Ibid.,h. 202 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian 1. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian Kelurahan Cigugur terletak pada koordinat 108o 27’ 15” BT dan 05o 58’ 8” LS. Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di sebelah barat dari “pusat kota” Kabupaten Kuningan yang berjarak + 3,5 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan terletak di kaki gunung Ciremai bagian timur. Berada pada ketinggian + 661 M dari permukaan laut. Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha. Batas wilayah Kelurahan Cigugur antara lain: 2. a. Sebelah Utara : Kelurahan Cipari b. Sebelah Timur : Kelurahan Kuningan c. Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamulya d. Sebelah Barat : Desa Cisantana Keadaan Iklim Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl pada umumnya dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Suhu rata-rata di Kelurahan Cigugur adalah 180 – 280 C. 3. Kondisi Demografi Jumlah Penduduk Kelurahan Cigugur tercatat sebanyak 7.084 orang/jiwa, laki-laki 3.615 jiwa dan perempuan 3.469 jiwa atau sekitar 2.413 Kepala Keluarga / KK. Dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.360 Jiwa/Km2. Komposisi Penduduk di Kelurahan Cigugur tercatat sebagai berikut: 50 51 a. Berdasarkan Jenis Kelamin: Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin b. No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 3.615 Orang 2 Perempuan 3.469 Orang Berdasarkan Agama Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasakan Agama c. No Agama Jumlah 1 Islam 2 Protestan 195 Orang 3 Katholik 2.620 Orang 4 Hindu 6 Orang 5 Budha 12 Orang 6 Kepercayaan 176 Orang 4.075 Orang Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 Lulusan SD / Sederajat 1.752 Orang 2 Lulusan SLTP / Sederajat 773 Orang 3 Lulusan SLTA / Sederajat 2.765 Orang 4 Lulusan Akademi / Universitas 543 Orang 5 Buta Aksara ( Karena lanjut Usia) - 52 d. Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.4 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan B. No Pekerjaan Jumlah 1 PNS / TNI / POLRI 512 Orang 2 Wiraswasta / Pedagang 210 Orang 3 Karyawan Swasta 455 Orang 4 Buruh 1363 Orang 5 Petani 1932 Orang 6 Peternak 253 Orang 7 Industri Kecil 4 Orang Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Terhadap Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat) Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.1 Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan sosial adalah dinamis. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan, termasuk perubahan yang menyentuh unsur-unsur dari kebudayaan. Koentjaraningrat berpendapat kebudayaan universal tersebut, yaitu: 1 1. Sistem religi 2. Organisasi sosial 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya bahwa tujuh unsur 53 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem peralatan hidup dan teknologi2 Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang sekarang banyak memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan (ajaran Jawa Sunda). Ajaran Agama Jawa Sunda yaitu sebuah ajaran yang di bawa oleh Pangeran Sadewa Alibassa Kusuma Wijaya Ningrat (Kiai Madrais) yang didasarkan pada kepercayaan akan Gusti Pangeran Sikang Sawiji-wiji, Tuhan pencipta alam semesta dengan segala sifat dan keunikan tiap-tiap makhluk-Nya, salah satu wujud kemaha kuasaan Tuhan adalah diciptakannya manusia dengan cira-cirinya yang inheren, dan diciptakannya bangsa yang juga memiliki cira-cirinya. Sebagai kiai, Madrais tentulah seorang yang alim dalam Agama Islam, namun dalam perkembangannya ia menemukan ajaran baru yang sebagiannya kemudian bertentangan dengan agama Islam, Ajaran itu adalah berkenaan pentingnya setiap manusia itu memperhatikan dan memberi penghargaan yang tinggi terhadap cara dan ciri kebangsaanya sendiri, yakni Jawa Sunda. Sepeninggal Kyai Madrais, ajaran yang sudah terkenal dengan sebutan Agama Djawa Sunda itu diterus kembangkan oleh puteranya, Pangeran Tedjakusuma, dan kemudian Pangeran Djati Kusumah sekarang ini.3 Itulah sekilas perubahan sistem religi masyarakat Cigugur. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur juga terlihat pada 2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 217. M Hisyam, Religi Lokal Dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda , (Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PMB) LIPI), 2004. iv, h. 140. 3 54 sistem mata pencaharian mereka. Perubahan sistem mata pencaharian tergolong ke dalam perubahan besar. Dikatakan perubahan besar karena perubahan sistem mata pencaharian akan membawa pengaruh besar pada masyarakat, seperti meningkatnya penghasilan masyarakat yang berujung pada kesejahteraan masyarakat. Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dengan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan mata pencaharian ini ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Mata pencaharian masyarakat di Indonesia pada umumnya berasal dari sektor agraris. Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke sektor non-agraris. Hal ini melihat konstruk pemikiran (ide) yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf konstruk pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas di masyarakat.4 Meskipun sektor pertanian masih merupakan kegiatan ekonomi yang paling utama dalam masyarakat Kelurahan Cigugur, tetapi mereka terlihat dinamis dan beragam terkait sistem mata pencaharian yang mereka geluti. Artinya, sistem mata pencaharian masyarakat Kelurahan Cigugur seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan dan perubahan. Hal tersebut bisa dilihat dari perubahan sistem mata pencaharian dari agraris 4 Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta, Skripsi : FISIP UNS, (Tidak diterbitkan). 55 (bertani) ke non-agraris (berternak, berdagang, wiraswasta, home industry, buruh dan lainnya). Selain kerukunan umat beragama, beragamnya sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur menjadi hal yang cukup menarik untuk diamati. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan, ayam dan bebek. Sampai sekarang, sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sebagian besar memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang berdagang, berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas Cigugur bahkan sampai ada yang membuka usaha kecil-kecilan (home industry). Masuknya agama Kristen dan menjadi salah satu agama yang dianut oleh masyarakat Cigugur menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, meskipun tidak merubah secara langsung, artinya tidak merubah dari satu profesi ke profsi lain. Contohnya, masyarakat Cigugur yang berprofesi sebagai peternak, sebelum Kristen masuk hewan ternak mereka adalah ayam, bebek atau budidaya ikan. Tetapi setelah Kristen masuk ada yang menjadikan babi sebagai hewan ternak mereka.5 Banyaknya masyarakat yang mengunjungi Cigugur, baik itu untuk kepentingan penelitian terkait kerukunan antar umat beragama atau untuk rekreasi menjadii faktor dan daya tarik masyarakat setempat (Cigugur) mencoba profesi baru sebagai pedagang. Makanan ringan, terutama makanan khas Cigugur, yaitu tape ketan, menjadi salah satu yang paling dicari oleh pengunjung untuk dijadikan oleh-oleh. Selain itu ada juga yang menjajakan hasil kerajinan tangan masyarakat Cigugur, yaitu batik khas Cigugur yang juga bisa dijadikan pilihan untuk oleh-oleh. Seperti apa yang diutarakan oleh Bapak Kento Subarman (Tokoh Sunda Wiwitan): “sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur secara umum adalah bertani, tetapi ada juga yang berprofesi sebagai pedagang yang menjajakan 5 Wawancara pribadi dengan Bapak Aang Taufik, Guru SMP 02 Cigugur, Juli 2013 56 dagangannya di sekitar objek pariwisata Cigugur, seperti Kolam Ikan Dewa Cigugur. Dagangannya yang dijajakan pun bermacam-macam, dari mulai makanan ringan, seperti makanan khas daerah Cigugur, yaitu tape ketan ataupun batik khas Cigugur”6 Menurut Mang Didi (salah satu warga Cigugur yang berprofesi sebagai petani dan pemeluk Sunda Wiwitan) “Salah satu yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur adalah berdirinya pabrik di wilayah Cigugur. Dengan berdirinya pabrik tersebut mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Disisi lain, banyak pula masyarakat Cigugur yang meninggalkan daerah mereka untuk mengadu nasib ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dengan tujuan memperbaiki taraf kehidupan mereka”. 7 Perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sesuai dengan teori evolusi kebudayaan Lewis Henry Morgan. Menurutnya, keseragaman dan kelangsungan evolusi berasal dari kebutuhan material manusia yang bersifat universal dan terus-menerus.8 Sejarah manusia mengikuti tiga fase berbeda: Kebuasan, Barbarisme, dan Peradaban, dibatasi oleh terobosan teknologi yang berarti. Begitulah, dalam fase kebuasan rendah terlihat pola pencarian nafkah yang sangat sederhana dengan mengumpulkan buah-buahan dan bijibijian. Di fase kebuasan tinggi, produksi tembikar merupakan kemajuan teknologi penting. Di fase barbarism menengah sudah dikenal pemeliharaan ternak dan irigasi sebagai teknik bertani baru. Di fase barbarism tinggi, produksi besi dan peralatan dari besi merupakan revolusi penting. Terakhir, kelahiran peradaban ditandai oleh penemuan huruf dan seni menulis.9 6 7 8 9 Wawancara pribadi dengan bapak Kento Subarman (tokoh Sunda Wiwitan), Juli 2013. Wawancara pribadi dengan Mang Didi, Petani dan Pemeluk Sunda Wiwitan, Juli 2013. Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 121. Ibid, 57 Masyarakat Cigugur adalah masyarakat Indonesia. Sistem mata pencaharian masyarakat Indonesia sebelum mengenal bertani dan sumber penghidupan lainnya adalah berburu dan meramu. Sistem mata pencaharian tersebut tentunya juga dijalani oleh masyarakat yang nantinya bakal menjadi masyarakat Cigugur. Pada tahapan selanjutnya, yang mana menurut Morgan dalam teori evolusi kebudayaannya dikenal dengan fase kebuasan tinggi, masyarakat Cigugur sudah mengenal yang namanya bertani, tetapi belum menggunakan teknik bertani yang ada pada saat ini (seperti menggunakan irigasi sebagai sumber air). Selain itu, pada tahap ini masyarakat Cigugur sudah mulai membuat kerajinan-kerajinan yang kemudian melahirkan batik khas Cigugur. Pada tahap barbarism menengah, masyarakat Cigugur sudah menemukan teknologi yang lebih baik untuk sistem mata pencaharian yang ia geluti (dalam hal ini bertani). Perlahan masyarakat sudah bisa mengenal bahkan membuat irigasi sebagai sumber air untuk lahan pertanian mereka. Di tahap ini pula masyarakat kelurahan Cigugur mulai menjadikan hewan-hewan peliharaannya sebagai penghasilan hidupnya, yang kita kenal dengan istilah berternak. Masyarakat Cigugur dewasa ini merupakan masyarakat yang berpradaban, banyak yang menggunakan kemampuan berpikir dan keahlian di bidang tertentu sebagai sistem mata pencahariannya, seperti PNS dan polisi. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang sekarang banyak memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan (ajaran Jawa Sunda). Cigugur merupakan sebuah kelurahan di Kuningan, Jawa Barat. Di dalam kehidupan masyarakat Cigugur terdapat aliran kepercayaan Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan suatu aliran kepercayaan masyarakat Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan mengamalkan keyakinan ajaran spritual kesundaan. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur juga terlihat pada sistem mata pencaharian mereka. Perubahan sistem mata pencaharian tergolong ke dalam perubahan besar. Dikatakan perubahan besar karena perubahan sistem mata pencaharian akan membawa pengaruh besar pada masyarakat, seperti meningkatnya penghasilan masyarakat yang berujung pada kesejahtraan masyarakat. Selain kerukunan umat beragama, beragamnya sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur menjadi hal yang cukup menarik untuk diamati. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan, ayam dan bebek. Setelah terjadi perubahan sosial dalam masyarakat Cigugur, sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sebagian besar memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang beralih menjadi berdagang, berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas 58 59 Cigugur bahkan sampai ada yang membuka usaha kecil-kecilan (home industry). B. Saran 1. Masyarakat Cigugur harus mampu untuk terus meningkatkat taraf kehidupannya yang tentunya dapat ditempuh dengan cara berkerja dengan sistem mata pencaharian yang baik. 2. Bagi pembelajaran Sosiologi, sebagai bahan pengayaan terutama mengenai konsep-konsep perubahan sosial. 3. Pemerintah harus ikut berperan dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Cigugur. Seperti membuka lapangan pekerjaan dengan upah minimum yang bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Amin Nurdin, Muhammad dan Ahmad Abrori, 2006, Mengerti Sosiologi: Pengantar Memahami Konsep-Konsep Sosiologi, UIN Jakarta Press, Jakarta. Aziz, Arnicun dan Hartono, 1993, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Bumi Aksara, Jakarta. Bungin, Burhan, 2007, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Faisal, Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, Yayasan Asih Asah Asuh, Malang. Hisyam, Muhammad, 2004, Religi Lokal Dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PMB), Jakarta. Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta, Skripsi : FISIP UNS, (Tidak diterbitkan). Koentjaraningrat, 2002, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta. Moleong, Lexy J., 1997, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Munandar Soelaeman, Muhammad, 1993, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Eresco, Bandung. Nasution, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. 60 Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2010, Teori Sosiologi Modern, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto, 2007, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, CV. Andi Offset, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sunarto, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2005, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Kencana, Jakarta. Sztompka, Piotr, 2007, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media Group, Jakarta. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta. Atwar Bajari, “Mengolah data dalam Penelitian Kualitatif” http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitiankualitatif, (diakses pada hari Minggu tanggal 03 Februari 2013 Pukul 15.09). Ifzanul, “Masyarakat Tradisonal, Transisi dan Modern”. http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html (diakses pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40). 61 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN Hari/Tanggal Waktu pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 : : Aspek yang Diamati Sikap ramah dan terbuka terhadap sesama dan terhadap orang asing. Toleransi antar umat beragama Gotong-royong dan kerja sama dalam aktivitas sosial masyarakat. Hidup saling menjaga dan melengkapi antar sesama. Masyarakat yang bertani Masyarakat yang berdagang Masyarakat yang berternak Masyarakat yang membuat batik khas Cigugur Ya Tidak Keterangan HASIL OBSERVASI LAPANGAN Hari/Tanggal Waktu pengamatan No 1 : 03 Juli 2013 : 10.00-15.00 WIB 5 Aspek yang Diamati Sikap ramah dan terbuka terhadap sesama dan terhadap orang asing. Toleransi antar umat beragama Gotong-royong dan kerja sama dalam aktivitas sosial masyarakat. Hidup saling menjaga dan melengkapi antar sesama. Masyarakat yang bertani 6 Masyarakat yang berdagang 2 3 4 Ya Tidak Keterangan √ √ √ √ √ √ 7 Masyarakat yang berternak √ 8 Masyarakat yang membuat batik khas Cigugur √ Banyak masyarakat yang mengelola ladang sawahnya Mayoritas masyarakat berdaagang di dekat tempat yang sering dikunjungi (tempat wisata) dan tempat penelitian. Berternak ayam, bebek, babi dan budidaya ikan. PEDOMAN WAWANCARA 1. Pedoman wawancara untuk warga A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : : : : : : : B. Berita Wawancara 1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? 2. Apa agama yang Anda anut? 3. Apa latar belakang pendidikan Anda? 4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga jenjang apa? Mengapa? 5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan apa yang paling Nampak terlihat? 6. Kalau perubahan pekerjaan (sistem mata pencaharian) masyarakat adakah perubahan yang terjadi? 2. Pedoman wawancara untuk ketua adat A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : : : : : : : B. Berita Wawancara 1. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur, yang paling nampak perubahan dalam hal apa? 2. Perubahan sosial itu kan pasti ada dampak negatifnya, kira-kira dampak negatif yang disebabkan oleh perubahan sosial terhadap masyarakat Cigugur seperti apa? 3. Selain perubahan yang tadi sudah disinggung, adakah perubahan lainnya? Seperti perubahan sistem mata pencaharian masyarakat misalnya? 4. Lalu, dampak seperti apa yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut (perubahan sistem mata pencaharian)? HASIL WAWANCARA 1. Pedoman wawancara untuk warga A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : Kento Subarman : 65 Tahun : Sunda Wiwitan : SPG : Pensiunan / Petani : 03 Juli 2012 : Rumah Bapak Kento Subarman B. Berita Wawancara 1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? Sudah 65 Tahun, Karena saya lahir dan besar di Cigugur. 2. Apa agama yang Anda anut? Penghayat Sunda Wiwitan 3. Apa latar belakang pendidikan Anda? SPG setara dengan SMA 4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga jenjang apa? Mengapa? Sampai setinggi-tingginya, karena kebetulan anak saya sudah sarjana semua, karena saya percaya pendidikan itu penting bagi mereka dalam menjalani hidup dan memperbaiki nasib orang tuanya. 5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan apa yang paling Nampak terlihat? Yang sangat jelas si perubahan terhadap suatu kepercayaan (agama), yang awalnya Islam, sekarang menjadi sangat beragam. 6. Kalau perubahan pekerjaan (sistem mata pencaharian) masyarakat adakah perubahan yang terjadi? Ya, sangat jelas. Yang dulunya bertani banyak yang beralih menjadi pedagang. Biasanya berdagang di sekitar tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat baik untuk penelitian (paseban) ataupun untuk berwisata (kolam ikan dewa). 7. Selain beralih menjadi pedagang, perubahan pekerjaan apalagi yang ada di Cigugur? Meskipun banyak yang beralih profesi sesuai tuntutan zaman, tetapi sampai sekarang pekerjaan masyarakat Cigugur mayoritas masih petani. 2. Pedoman wawancara untuk warga A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : Mang Didi : 44 tahun : Sunda Wiwitan : SMP : Petani : 04 Juli 2012 : Rumah Mang Didi B. Berita Wawancara 1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? Ya dari lahir saya sudah tinggal di sini, karena saya dilahirkan di Cigugur. 2. Apa agama yang Anda anut? Penghayat / Sunda Wiwitan 3. Apa latar belakang pendidikan Anda? Terakhir sampai SMP, setelah itu merantau ke Jakarta. 4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga jenjang apa? Mengapa? Pengennya sampe setinggi-tingginya tapi tergantung kemampuan biaya, karena untuk bekal anak dalam menjalani hidup. 5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan apa yang paling nampak terlihat? Perubahan pakaian, kalo dulu masih banyak yang menggunakan pakaian khas daerah setempat. 6. Selain itu Mang? Banyak si, cuma susah nyebutinnya. 7. Kalau pekerjaan masyarakat Cigugur ada yang berubah ga Mang? Iya, banyak. Seperti peternak, yang dulu Cuma ternak ayam, bebek dan budidaya ikan, sekarang sudah ada yang pelihara babi. Banyak yang berdagang juga sekarang. 8. Terus, akibat dari berubahnya pekerjaan tersebut ada ga Mang? Pasti ada, tapi baik-baik aja akibatnya. 3. Pedoman wawancara untuk warga A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : Ibu Uum : 50 tahun : Katolik : SMA : Wiraswata/ mantan Biarawati : 03 Juli 2012 : Rumah Ibu Uum B. Berita Wawancara 1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? Sejak lahir udah di Cigugur 2. Apa agama yang Anda anut? Katolik 3. Apa latar belakang pendidikan Anda? Kebetulan hanya sampai SMA. 4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga jenjang apa? Mengapa? Iya tentu, sampai jenjang setinggi-tingginya, selain karena pendidikan penting menurut agama yang saya imani tadi, pendidikan juga telah terbukti sebagia solusi dalam menghadapi tantangan zaman. 5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan apa yang paling nampak terlihat? Perubahan pekerjaan, kalo dulu itu kebanyakan masyarakat Cigugur berkerja sebagai petani, ngurus atau ngelola ladang milik sendiri atau orang lain (sebagai penggarap). Tapi sekarang sudah banyak yang berdagang, yang jadi guru, polisi dan lain-lain. 6. Terus, perubahan pekerjaan tersebut berdampak seperti apa bagi masyarakat Cigugur? Ya dampaknya si, masyarakat Cigugur jadi punya pekerjaan yang bermacam-macam, positif lah intinya. 4. Pedoman wawancara untuk ketua adat A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : Gumirat Barna Alam : 49 Tahun : Sunda wiwitan : SMA : Wakil Pupuhu Adat : Paseban Tri Panca Tunggal : Kamis, 04 Juli 2013 B. Berita Wawancara 1. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur, yang paling nampak perubahan dalam hal apa? Banyak, terutama perubahan kepercayaan, yang dulu memang mayoritas beragama Islam dengan Kiai Madrais sebagai tokohnya, sekarang agama yang dianut masyarakat Cigugur beragam, seperti Sunda Wiwitan dan Katolik. 2. Selain itu? Perubahan pola pikir, seperti perubahan pemikiran masyarakat mengenai pendidikan. Sekarang banyak masyarakat yang meyakini begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. 3. Perubahan sosial itu kan pasti ada dampak negatifnya, kira-kira dampak negatif yang disebabkan oleh perubahan sosial terhadap masyarakat Cigugur seperti apa? Hampir sama kaya dampak negatif dari suatu perubahan pada umumnya, seperti penyalahgunaan teknologi. 4. Selain perubahan yang tadi sudah disinggung, adakah perubahan lainnya? Seperti perubahan sistem mata pencaharian masyarakat misalnya? Sangat jelas terlihat. Dimana, pada umumnya pekerjaan masyarakat Cigugur sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu bertani. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat Cigugur yang beraih profesi atau berprofesi ganda. Sekarang banyak masyarakat Cigugur yang memiliki usaha-usaha rumahan (home industry), seperti membuat peye dan tape ketan yang menjadi oleh-oleh khas Cigugur. Ada juga yang bekerja dengan bekal pendidikan yang mereka miliki, seperti menjadi guru atau profesi yang memerlukan ijazah lainnya. 5. Lalu, dampak seperti apa yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut (perubahan sistem mata pencaharian)? Sejauh ini si positif-positif saja, karena dengan pekerjaan tersebut masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. 5. Pedoman wawancara untuk Guru A. Latar Belakang Informan Nama Umur Agama Pendidikan Profesi Tempat Hari dan tanggal : Aang Taufik : 44 Tahun : Islam : Perguruan Tinggi : Guru SMP 02 Cigugur : Mushola Dusun Cipager, Cigugur : Selasa, 02 Juli 2013 B. Berita Wawancara 1. Sudah berapa lama Anda menjadi guru di Cigugur? Sudah 18 tahun 2. Apa agama yang Anda anut? Islam 3. Alasan penting/tidaknya pendidikan bagi Anda? Telah melihat bukti apa dari alasan tersebut? Penting, sangat penting karena pendidikan merupakan proses menuju ke arah yang lebih baik jika diiringi dengan usaha. Pendidikan mengajarkan kita bagaimana dalam menjalani kehidupan serta memaknai kehidupan. 4. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan apa yang paling nampak terlihat? Banyak sekali, diantaranya perubahan gaya berpakaian, perubahan kepercayaan, perubahan pekerjaan, perubahan jumlah penduduk dan lain-lain. 5. Mengenai perubahan pekerjaan, seperti apa perubahan yang terjadi? Intinya, pekerjaan masyarakat Cigugur itu awalnya berangkat dari bertani menuju berdagang, berternak dan bekerja professional (menggunakan ijazah) seperti guru dan lainnya. sebagai Pedoman Studi Dokumentasi No 1 Jenis Data Sumber Data Foto-foto wawancara dan Mengambil sendiri ketika wawancara beberapa sistem mata berlangsung pencaharian masyarakat Cigugur 2 Profil kelurahan Cigugur Kantor Kelurahan Cigugur 3 Surat pengantar penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 4 Surat keterangan telah melakukan penelitian Kantor kelurahan Cigugur BAB I KONDISI GEOGRAFIS Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di sebelah barat dari pusat kota Kabupaten Kuningan yang berjarak + 3,5 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan terletak di kaki gunung Ciremai bagian timur. Berada pada ketinggian + 661 M dari permukaan laut dan secara astronomis kira – kira terletak pada 108o 27’ 15” Bujur Timur dan 05o 58’ 8” Lintang Selatan. A. Lanskap Kelurahan Cigugur Wilayah Kelurahan Cigugur adalah bagian dari Wilayah Kecamatan Cigugur sebagai berikut : 1. Sebelah utara secara umum merupakan dataran rendah dan sebagian kecil berbukit yang berfungsi sebagai lahan persawahan dan tanaman pangan. 2. Sebelah timur merupakan dataran rendah berupa persawahan dan sebagian berupa perbukitan (Bungkirit). 3. Sebelah selatan merupakan dataran rendah persawahan. 4. Sebelah barat merupakan dataran tinggi dan perbukitan yang diantaranya difungsikan sebagai lahan peternakan dan perkebunan. B. Batas Administratif Secara administratif Kelurahan Cigugur berbatasan dengan wilayah Desa / Kelurahan yang lain yaitu : C. 1. Sebelah Utara : Kelurahan Cipari 2. Sebelah Timur : Kelurahan Kuningan 3. Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamulya 4. Sebelah Barat : Desa Cisantana Luas Wilayah Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha yang terdiri atas berbagai macam penggunaan. 1. Wilayah Darat Wilayah darat terbagi atas beragam penggunaan seperti : a. Pekarangan : 49 Ha b. Tegalan / Kebun / Darat : 205,90 Ha 2. c. Lapangan Olahraga : 1,2 Ha d. Alun – alun : 0,2 Ha e. Sarana Keagamaan : 0,15 Ha f. Kuburan : 2,6 Ha g. Puskesmas : - Ha h. Jalan : 2,8 Ha i. Solokan : 0,02 Ha j. Perkantoran / Sekolah : 0,28 Ha k. Kolam : 3 Ha Wilayah Pesawahan Wilayah pesawahan di Kelurahan Cigugur memiliki luas sekitar 80 Ha. D. Iklim Dan Cuaca 1. Iklim Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl sama seperti daerah yang lain di wilayah Kabupaten Kuningan pada umumnya dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Dengan perincian sebagai berikut : a. Musim kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober. b. Musim Penghujan 1) Waktunya antara bulan Nopember – Mei. 2) Curah hujan rata – rata 2000 – 2500 mm / tahun. 3) Curah hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret. 2. Cuaca a. Suhu 1) Suhu rata – rata 180 – 280 Celcius. 2) Suhu tertinggi antara pukul 12.00 – 14.00 BBWI. 3) Suhu ter-rendah antara pukul 00.30 – 03.30 BBWI. b. Keadaan Terang 1) Matahari terbit pada pukul 05.30 BBWI 2) Matahari terbenam pada pukul 17.45 BBWI E. Keadaan Medan 1. Permukaan Bumi a. Disebelah utara terdapat daerah persawahan dengan kemiringan antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur. b. Disebelah timur terdapat daerah persawahan dengan kemiringan antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur. c. Disebelah selatan terdapat daerah persawahan dengan kemiringan antara 20 – 25 derajat, menurun ke sebelah timur. Disamping itu terdapat daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan atara 25 – 30 derajat. d. Disebelah barat juga terdapat daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan antara 30 – 50 derajat. 2. Sungai Di wilayah Kelurahan Cigugur terdapat beberapa sungai diantaranya adalah : a. Sungai Cigeureung yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur tepatnya melintasi RT. 14/15/16/17/32 RW. 04/05/06. b. Sungai Citamba yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur tepatnya pada RT. 03 RW. 01 3. Sawah / Ladang a. Sawah Kelurahan Cigugur terdapat lahan sawah seluas ± 80 Ha yang luasnya merupakan 26,67 % bagian dari luas wilayah Kelurahan Cigugur. Dilihat dari segi karakteristik tanah, Kelurahan Cigugur merupakan lahan yang subur untuk diolah dan ditanami sepanjang tahun. b. Ladang Wilayah Kelurahan Cigugur terdapat lahan ladang / tegalan yang arealnya lebih luas dari areal pesawahan dengan luas ± 83 Ha yang sebagian besar terletak di sebelah barat. Lahan tersebut dominan ditanami oleh ubi kayu, jagung serta sebagian besar merupakan tanaman tahunan. F. Mata Air Di Kelurahan Cigugur terdapat 2 (dua) titik mata air yang debitnya diperkirakan rata – rata ........... Ml / detik yang terletak di Balong Cigugur dan Situ Citamba. G. Jarak Tempuh Ke Pusat Pemerintahan a. Jarak tempuh ke pusat kota Provinsi sekitar 210 Km. b. Jarak tempuh ke pusat kota Kabupaten sekitar 3,5 Km dengan waktu tempuh kira – kira 25 menit dengan berjalan kaki atau 15 menit dengan menggunakan kendaraan Angkutan Kota yaitu nomor 016 (trayek Cisantana – Kuningan) setelah itu dilanjutkan dengan Angkutan Kota nomor 02 (trayek Kadugede – Kuningan), atau menggunakan Angkutan Kota nomor 10 (trayek Ancaran – Kuningan) dan Angkutan Kota nomor 04 (trayek Cirendang – Kuningan). c. Jarak tempuh ke pusat Kecamatan 0 Km karena Kantor Kecamatan Cigugur berdampingan dengan Kantor Kelurahan Cigugur. BAB II KONDISI DEMOGRAFIS A. Jumlah Penduduk Kelurahan Cigugur dengan segala kemajemukannya terdiri dari berbagai macam etnis dan suku bangsa serta keanekaragaman agama dan kepercayaan hidup dengan rukun. Menurut data kependudukan Kelurahan Cigugur pada 31 Desember 2012 tercatat sebanyak 7.084 orang/jiwa, laki – laki 3.615 jiwa dan perempuan 3.469 jiwa atau sekitar 2.413 Kepala Keluarga / KK. B. Tingkat Kepadatan Penduduk Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha dengan berbagai penggunaannya terutama untuk lahan pertanian dan pemukiman penduduk dan sebagainya. Maka tingkat kepadatan Penduduk di wilayah Kelurahan Cigugur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk Luas Wilayah (Jiwa) (Km2) Kepadatan Penduduk = 7.084 300,15 (Jiwa) (Ha) Apabila di hitung secara Kilo Meter Persegi maka Tingkat Kepadatan Penduduk sebagai berikut : 1 Hektar are (Ha) = 10.000 M2 10.000 M2 = 0,01 Km2 300,15 Ha = 3.001.500 M2 itu Artinya dalan Km2 = 3,0015 Km2 Kepadatan Penduduk = = = (Pembulatan menjadi) C. Jumlah Penduduk Luas Wilayah 7.084 3,0015 2.360,1533 2.360 Jiwa Per Km2 (Jiwa) (Km2) (Jiwa) (Km2) Jiwa/Km2 Komposisi Penduduk Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi penduduk Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Berdasarkan Jenis Kelamin 1. Laki-laki : .............. 3.615 orang 2. Perempuan : 3.469 orang Jumlah : 7.084 orang Jumlah Kepala Keluarga / KK : .............. 2.413 KK Berdasarkan Kelompok Usia 1. Usia 0 s/d 3 Tahun : 452 orang 2. Usia 4 s/d 6 Tahun : 356 orang 3. Usia 7 s/d 12 Tahun : 735 orang 4. Usia 13 s/d 15 Tahun : 332 orang 5. Usia 16 s/d 44 Tahun : 3.252 orang 6. Usia 45 Tahun ke atas : 1.958 orang Berdasarkan Etnis 1. Sunda : ................................ orang 2. Jawa : ................................ orang 3. Madura : …………….. orang 4. Batak : ................................ orang 5. Melayu/Minang : ................................ orang 6. Bugis/Makassar : …………….. orang 7. Timor/Maluku/Papua : ................................ orang 8. Tionghoa : …………….. orang Berdasarkan Agama 1. Islam : 4.075 orang 2. Protestan : 195 orang 3. Katholik : 2.620 orang 4. Hindu : 6 orang 5. Budha : 12 orang 6. Kepercayaan : 176 orang Berdasarkan Pendidikan 1. Lulusan SD / Sederajat : 1.752 orang 2. Lulusan SLTP / Sederajat : 773 orang 3. Lulusan SLTA / Sederajat : 2.764 orang 4. Lulusan Akademi / Universitas : 543 orang 5. Buta Aksara (karena lanjut Usia) : - orang Berdasarkan Pekerjaan 1. PNS / TNI / POLRI : 512 orang 2. Wiraswasta / Pedagang : 210 orang g. 3. Karyawan Swasta : 455 orang 4. Buruh : 1363 orang 5. Petani : 1932 orang 6. Peternak : 253 orang 7. Industri Kecil : 4 orang Perubahan Penduduk 1. Kelahiran Rata – rata Per-tahun : 98 orang a. Kematian Rata – rata Per-tahun : 24 orang b. Mutasi Penduduk Pindah : 173 orang c. Pendatang : 87 orang (berdasarkan data kependudukan dan Kesra tahun 2012) D. Tingkat Kesehatan Penduduk a. b. Angka Kelahiran/Kematian Bayi 1. Jumlah Bayi Lahir : 98 orang 2. Jumlah Bayi Meninggal (Mati) : - orang Kasus Muntaber : - Kasus Jumlah Meninggal : - orang Kasus Demam Berdarah (DBD) : - Kasus Jumlah Meninggal : - orang Kasus Flu Burung ( AI ) : - Kasus Jumlah Meninggal : - orang Kasus Flu Babi (Swine Flu) : - Kasus Jumlah Meninggal : - orang Kejadian Luar Biasa ( KLB ) 1. 2. 3. 4. c. Kematian Ibu Melahirkan 1. Jumlah Ibu Melahirkan Tahun ini : 2. Jumlah Ibu Melahirkan, Meninggal Tahun ini d. : 98 orang - orang Cakupan Imunisasi 1. Jumlah Balita : 622 orang 2. Jumlah Balita yang Diimunisasi : 622 orang a) Jumlah balita yang sudah di Vaksin Polio Polio I : 154 orang Polio II : 154 orang Polio III : 144 orang Polio IV : 137 orang b) Jumlah balita yang sudah di Vaksin PDPT DPT I : 153 orang DPT II : 146 orang DPT III : 142 orang 137 orang c) Jumlah balita yang sudah di Imunisasi Campak Jumlah Balita : d) Jumlah balita yang sudah di Imunisasi Tetanus (TT) TT I : 158 orang TT II : 148 orang 156 orang e) Jumlah Balita yang sudah di Imunisasi BCG f) e. Jumlah Balita : Jumlah Balita yang sudah di Imunisasi Hepatitis B Hepatitis B I : 153 orang Hepatitis B II : 146 orang Hepatitis B III : 142 orang Program Keluarga Berencana ( KB ) 1. Jumlah WUS : 2.138 orang 2. Jumlah PUS : 1.367 orang 3. Jumlah Akseptor a. IUD : 370 orang b. M OP : 2 orang c. MOW : 75 orang d. Implant : 45 orang e. Suntik : 68 orang f. Pil : 11 orang g. Kondom : - orang (berdasarkan data Kasi Kesra Tahun 2012) BAB III KONDISI SOSIAL A. Bidang Idiologi 1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Idiologi Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan satu – satunya azas yang sampai saat ini diterima oleh masyarakat Kelurahan Cigugur. 2. Masalah Sensitif Potensi Perpecahan dan Solusinya Masyarakat Kelurahan Cigugur yang majemuk merupakan hot spot wilayah dengan potensi terjadinya perpecahan dan konflik terutama SARA. Tetapi hal tersebut tidak terjadi dikarenakan adanya komunikasi dua arah antar masyarakat baik secara individu atau kelompok selalu terjalin. Sedangkan Pemerintah Kelurahan Cigugur melaksanakan fungsinya sebagai penengah dan monitoring. 3. Data Radikal Kiri Sampai saat ini Kelurahan Cigugur bebas dari Pengaruh Radikal yang menentang Pancasila dan merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalaupun ada yang dicurigai terlibat dengan kejadian September tahun 1965 maupun dengan aksi terorisme baru – baru ini maka Pemerintah Kelurahan Cigugur dengan instansi terkait berupaya untuk melakukan pembinaan disamping tetap melakukan tindakan – tindakan preventif. B. Bidang Politik 1. Struktur Pemerintahan a. Pemerintah Kelurahan Cigugur 1) Kepala Kelurahan, bernama : UJANG SUTRISNA, S.Sos., Pangkat / Golongan – Penata Tk. I / III.d, NIP. 19591101 198103 1 013, Umur 53 tahun dan beralamat di Gg. Siaga Ciasem Kuningan 2) Sekretaris Kelurahan, bernama : SULKAN, Pangkat / Golongan – Penata / III.c, NIP. 19570105 197811 1 001, Umur 56 tahun dan beralamat di RT. 18 RW. 07 Lingkungan Puhun Kelurahan Cigugur. 3) Kepala Seksi Pemerintahan, bernama : ENTIN TINI, Pangkat / Golongan – Penata / III.c, NIP. 19561205 197703 2 003, Umur 56 tahun dan beralamat di Kelurahan Sukamulya RT. 002 RW.001. 4) Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat, bernama : TATI SUHARTI, S.AP, Pangkat / Golongan – Penata Tk.I/III.d, NIP. 19631209 198303 2 013, Umur 49 tahun dan beralamat di Perum Desa Cikaso Kramatmulya. 5) Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban, bernama : KURNADI, S.Sos., Pangkat / Golongan – Penata Muda/III.a, NIP. 19760817 200701 1 012, Umur 36 tahun dan beralamat di Kecamatan Nusaherang. 6) Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, bernama : DAHLAN, Pangkat / Golongan – Penata /III.c, NIP. 19590819 198003 1 006, Umur 53 tahun dan beralamat di Kelurahan Cijoho. Untuk meningkatkan disiplin dan kinerja terhadap tugas dan kewajiban sebagai Aparat Abdi Negara dan Abdi Masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing serta demi lancarnya roda pemerintahan di tingkat Kelurahan senantiasa dilaksanakan pembinaan. Pembinaan Aparatur yang dilakukan antara lain : b. Pembinaan Administrasi secara berkala dari Kecamatan Cigugur. Rapat khusus semua Perangkat Kelurahan. Pertemuan dan kunjungan langsung ke RT/RW/Lingkungan. Aparatur yang ada di Kelurahan Cigugur sebagai berikut : 1) Kepala Kelurahan 1 Orang 2) Sekretaris Kelurahan 1 Orang 3) Kepala Seksi 4 Orang 4) Pelaksana PNS 7 Orang 5) Tenaga Sukwan 2 Orang (daftar nama aparatur dan Struktur OrganisasiKelurahan Cigugur terlampir) c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembangunan, sebenarnya Kepala Kelurahan mempunyai partner kerja yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat / LPM. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kelurahan Nomor : 147 / KEP.08-LPM / I / 2005 telah terbentuk susunan pengurus LPM untuk periode 2005 – 2012. Kepengurusan LPM tersebut telah berakhir pada tahun 2010 dan sampai dengan sekarang belun ada pembentukan kepengurusan LPM yang baru. d. Jumlah Lingkungan terdiri dari 4 Lingkungan dengan perincian sebagai berikut: 1) Lingkungan Manis 2) Lingkungan Pahing 3) Lingkungan Puhun 4) Lingkungan Wage 5) Jumlah Rukun Warga (RW) : 13 RW 6) Jumlah Rukun Tetangga (RT) : 38 RT (Daftar Ketua RT / RW di Kelurahan Cigugur terlampir) 2. Organisasi Politik a. Situasi politik di Kelurahan Cigugur selama tahun 2012 tetap stabil dan tidak terjadi gejolak yang meresahkan masyarakat, mengganggu dan mengancam kondisi kehidupan warga masyarakat. Keadaan ini senantiasa diupayakan dengan mengadakan pembinaan kepada warga masyarakat dengan melibatkan aparat terkait di tingkat Kelurahan maupun di tingkat RT / RW. Hal ini dibuktikan dengan kondusifnya situasi politik di Kelurahan Cigugur. b. Pada tanggal 24 Februari 2013 akan diselenggarakan diselenggarakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Dalam rangka menghadapi pemilihan tersebut maka Panitia Pemungutan Suara Kelurahan Cigugur telah melakukan pendataan penduduk yang mempunyai hak pilih yang dilakukan oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) yang merupakan tahap awal dari proses tersebut mulai tanggal 04 November 2012 yang kemudian ditetapkan KPU sebagai Daftar Pemilih Sementara pada tanggal 05 Desember 2012. Daftar pemilih sementara sebagai berikut: REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PER TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JABAR TAHUN 2013 PPS KELURAHAN CIGUGUR No. TPS KETUA KPPS PPDP 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 2 I II III IV V VI VII VIII IX 4 10. X 11. 12. 13. 14. 15. XI XII XIII XIV XV 16. XVI 17. 18. 19. XVII XVIII XIX 3 Drs. MULI IDI SUWARDI MAMAN SUHAMAN Drs. NONO TRENGGANA Drs. IMAN TAOPIK E. MANSUR SUHARJO, SH ENDA SUHENDRA, SKM. Drs. AMIN NIAS M. SUKRIATNA DJODJO ANDJAR DJOHANTARA T. BASMAN WAHYU ALAMSAH ENDANG, SS K. SUBARMAN RAFAEL SUWEGA, S.Pd. YETI NURHAYATI, S.Pd., M.Pd. RASJAM MURKANDA U. SURIPNO, S.Pd. JUMLAH RT PEMILIH TERDAFTAR (DP4) JML PEMILIH TAMBAHAN YG BLM TERDAFTAR L P 9 10 10 12 11 6 2 5 2 3 1 7 3 4 5 7 15 13 10 8 APANDI ABDURRACHMAN NARYO, S.Pd. D. HADIRIN OJO MARDJONO SULAEMAN AMAN ADENTODY OMAN ROHMANA ADNAN 5 30, 31 01, 02 03, 04 04, 05 06, 07 08, 09 11, 12 10, 13, 32 14, 15 L 6 161 188 137 153 145 143 122 174 190 P 7 164 181 152 117 153 140 125 149 182 8 325 369 289 270 298 283 247 323 372 AGAM WASDJAM 16, 17 140 144 284 2 TETI AGUS NANDI SUNANDI R. RUSNADI SANHARI ASEP YUSUF RIZAL 18, 33 19, 37, 38 20, 21 22, 23 23, 35 193 204 110 111 97 187 186 112 104 90 380 390 222 215 187 SALEH, S.Ag 24, 34 144 143 PETRUS SADAR JOJO SUDRAJAT CARTA, S.Pd. 25, 36, 28 26, 27 28, 29 209 173 164 2958 JML JUMLAH HAK PILIH JML 11 22 17 7 5 8 7 12 28 18 L 12 171 199 139 155 146 146 127 189 200 P 13 176 187 157 120 160 144 132 162 190 14 347 386 296 275 306 290 259 351 390 5 7 142 149 291 7 2 2 4 4 9 6 3 3 3 16 8 5 7 7 200 206 112 115 101 196 192 115 107 93 396 398 227 222 194 287 10 15 25 154 158 312 187 168 167 396 341 331 1 5 12 3 4 10 4 9 22 210 178 176 190 172 177 400 350 353 2851 5809 108 126 234 3066 2977 6043 LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 Dari hasil verifikasi KPU Daerah Jawa Barat maka ditetapkan ada 5 (lima) Pasang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Kelima Pasangan tersebut seuai dengan nomor urut pilihan adalah: 1) Dikdik Mulyana AM dan Cecep Nana, ST 2) Irianto Mahfudz dan Tatang Farhanul H 3) Dede Yusuf danLex Laksamana 4) Ahmad Heryawan dan Dedi Mizwar 5) Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki C. BIDANG EKONOMI 1. Sektor Pertanian Secara umum sektor pertanian masih merupakan kegiatan ekonomi yang paling utama dari masyarakat Kelurahan Cigugur oleh karena itu Pemerintah Kelurahan Cigugur mengambil langkah – langkah sebagai berikut : a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dibidang pertanian dan peternakan. b. Memfasilitasi Kelompok Tani dalam pengajuan bantuan dari pemerintah. 2. Sektor Hasil Produksi Daerah Dari sektor hasil produksi daerah dalam kurun waktu satu tahun diperkirakan perputaran uang yang ada di Kelurahan Cigugur adalah sebagai berikut : a. Hasil Pertanian Secara Lengkap yang mencakup Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Perkebunan, data terlampir. Θ b. Hasil total dari sektor di atas : Rp. 926.851.250, - Hasil Home Industri 1) Makanan : Rp. 54.000.000, - 2) Kerajinan Kayu/Bambu : Rp. 108.000.000, - c. Sektor Perdagangan : Rp. 4.830.000.000, - d. Sektor Buruh : Rp. 22.754.000.000, - e. Sektor Jasa Angkutan : Rp. 576.000.000, - f. Jasa Lainnya (PNS, Kary. Swasta dll) : Rp. 14.065.000.000, - JUMLAH : Rp. 43.314.361.250, - Jumlah Penduduk (jiwa / orang) : 7.084 LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 Income Per Kapita / Tahun Per Hari : Rp. 6.114.393, - : Rp. 16.752, - Terbilang Enam Belas Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Dua Rupiah 3. 4. Sektor Tenaga Kerja Sesuai Usia Produktif (18 – 56 Tahun) a. Penduduk Usia 18 – 56 Tahun : 4425 orang b. Ibu Rumah Tangga : 1107 orang c. Pelajar / Mahasiswa : 1007 orang d. Yang Bekerja Penuh : 1984 orang e. Bekerja Serabutan/Tidak Tentu : 220 orang f. Cacat dan tidak bekerja : 5 orang g. Cacat dan Bekerja : 2 orang Sektor Perdagangan Berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2005 tentang organisasi dan Tata Kerja Kelurahan, maka secara rutin senantiasa melaksanakan pemantauan harga sembilan bahan pokok, sasaran pemantauan adalah : Barangbarang/komoditas strategis seperti : Minyak goreng, lauk pauk, beras, gula pasir/merah dan lain-lain, data harga sembako & barang konsumsi lainnya terlampir. Selama bulan suci Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1433 serta menjelang Natal Tahun 2012 kepada para pedagang toko dihimbau untuk tidak menjual petasan dan minuman keras. Dalam sektor perdagangan juga senantiasa diadakan pembinaan secara persuasif agar para pengusaha/pedagang sadar dan taat kepada kewajiban melaksanakan tera ulang alat ukur UTTP, registrasi perijinan maupun kelengkapan lainnya. Kegiatan tersebut rutin diselenggarakan di Kecamatan Cigugur yang selalu dipusatkan di wilayah Kelurahan Cigugur pada setiap tahunnya. 5. Sektor Koperasi Di Kelurahan Cigugur terdapat 12 buah Koperasi dan diantaranya ada yang sudah berbadan hukum dan ada yang belum. Koperasi juga merupakan soko guru perekonomian rakyat, oleh karena itu koperasi sangat membantu dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat Kelurahan Cigugur, terutama yang paling menonjol di Kelurahan Cigugur adalah Koperasi Susu. (Data Koperasi terlampir). LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 6. Sektor Peternakan Sektor peternakan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakan Kelurahan Cigugur baik sebagai mata pencaharian utama maupun mata pencaharian sampingan, jenis dan produksi ternak yang ada di Kelurahan Cigugur antara lain : 7. a. Sapi Perah : 3.222 ekor b. Kerbau : 11 ekor c. Ayam Ras Pedaging / tahun : 138.188 ekor d. Ayam Ras Petelur : 14.000 ekor e. Kambing : 75 ekor f. Babi / tahun : 1.320 ekor Sektor Perindustrian Sektor industri di Kelurahan Cigugur berdasarkan hasil evaluasi terdapat peningkatan secara kwalitas pada beberapa sub-sektor usaha kecil dan menengah. Hal ini menunjukkan adanya keinginan dari warga masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi kesejahteraan baik secara individu maupun secara berkelompok. Sektor industri yang terdapat di Kelurahan Cigugur berdasarkan rekapitulasi data yang ada pada Pemberdayaan Masyarakat sampai dengan akhir tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel sebagaimana terlampir. Dalam upaya peningkatan pembangunan sektor industri baik secara kuantitatif maupun kualitatif telah dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan dan penyuluhan, baik oleh Aparatur Kelurahan maupun UPTD Dinas terkait. Adapun pembinaan yang dilaksanakan untuk mengembangkan sektor industri di Kelurahan Cigugur selama kurun waktu tahun 2012, adalah sebagai berikut : a. Pembinaan dan Pelayanan Legalitas Usaha dan Perijinan Kegiatan yang dilaksanakan penertiban surat ijin tempat usaha, Surat Ijin Gangguan (HO), Tanda Daftar Usaha dan Tanda Daftar Perusahaan (TDU/TDP), Lisensi Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan perijinan lainnya. Pembinaan dan pelayanan perijinan terhadap perusahaan kecil dan mencegah masih belum optimal, hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dari pengusaha / masyarakat untuk mengurus perijinan. LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 b. Pembinaan Produk Unggulan Selama kurun waktu tahun 2012 di Kelurahan Cigugur terdapat 4 (empat) perusahaan yang menghasilkan produk unggulan, industri yang ada ini menyerap tenaga kerja 50 (lima puluh) orang. Dalam pembinaan produk unggulan ini lebih diarahkan kepada peningkatan kualitas hasil produksi, hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi persaingan pasar. c. Pemberian Dukungan Modal Usaha Bantuan dukungan modal yang telah diberikan kepada pengusaha kecil dan menengah di Kelurahan Cigugur selama kurun waktu tahun 2012 untuk bantuan pengembangan pengusaha kecil dan menengah lebih banyak diberikan bantuan modal dalam bentuk pinjaman kredit. Berikut data perindustrian yang terdapat di Kelurahan Cigugur : 1. Pabrik : 1 buah (Susu Pasteurisasi) 2. Huller : 6 buah 3. Home Industri a. Tape Ketan : 3 orang b. Kerajinan Kayu : 6 orang (berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012) 8. Sektor Perbankan dan Lembaga Keuangan Bank dan lembaga Keuangan lain di Kelurahan Cigugur mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat, baik dalam penyediaan jasa dalam bidang keuangan maupun dalam dana tabungan masyarakat. Berdasarkan hasil pendataan sampai dengan bulan Desember tahun 2012 Lembaga Perbankan di Kelurahan Cigugur tercatat 1 (satu) buah, sedangkan Lembaga Keuangan terlampir sesuai data Seksi Pemberdayaan Masyarakat. D. BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA 1. Sektor Kependudukan Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi penduduk Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai berikut : LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 a. Berdasarkan Jenis Kelamin 1) Laki-laki : .............. 3.615 orang 2) Perempuan : 3.469 orang Jumlah : 7.084 orang Jumlah Kepala Keluarga / KK : ................... 2.413 KK Dengan rincian sebagai berikut : 2. Keluarga Pra-KS sebanyak : 125 KK Keluarga KS-I (Alasan Ekonomi) : 310 KK Keluarga KS-II : 133 KK Keluarga KS-III : 32 KK Sektor Kesehatan a. b. Sarana dan Prasarana Kesehatan 1) Rumah Sakit : 1 buah 2) Puskesmas : - buah 3) Balai Pengobatan : 1 buah 4) Apotek / Toko Obat : 1 buah 5) Dokter Praktek : 2 orang 6) Bidan Praktek : 3 orang 7) Perawat : 71 orang Penyakit yang menonjol adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). c. Organisasi Penunjang Kesehatan 1) Posyandu, dengan rincian sebagai berikut : Posyandu dengan klasifikasi Pratama 11 buah dan Posyandu dengan klasifikasi Madya 1 buah. 2) Desa / Kelurahan Siaga 3) Bank Darah Desa / Kelurahan 3. Sektor Kesenian dan Kebudayaan a. Jenis Kesenian yang ada di Kelurahan Cigugur beserta tokoh kesenian sebagaimana terlampir. b. Kesenian yang bernuansa Islami di kembangkan oleh ibu – ibu Majelis Ta’lim yang berupa Shalawatan. 4. Sektor Pendidikan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Cigugur adalah sebagai berikut : LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 Berikut data di bidang pendidikan : NO. 1. 2 3 PARAMETER Pendidikan penduduk dengan usia 15 tahun ke atas Wajib Belajar 9 tahun dan putus sekolah Prasarana Pendidikan JUMLAH ORANG / TAHUN KRITERIA Penduduk buta huruf Jumlah penduduk tidak tamat SD / sederajat Jumlah penduduk tamat SD / sederajat Jumlah penduduk tamat SLTP / sederajat Jumlah penduduk tamat SLTA / sederajat Jumlah penduduk tamat D.I Jumlah penduduk tamat D. II Jumlah penduduk tamat D. III Jumlah penduduk tamat S. I Jumlah penduduk tamat S. II Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun / masih sekolah Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun putus sekolah Jumlah Perguruan Tinggi / Universitas Jumlah SLTA / sederajat Jumlah SLTP / Sederajat Jumlah SD / Sederajat Lembaga Pendidikan Agama Pendidikan luar sekolah (PLS) / non formal / kejar paket B Lembaga pendidikan lain (kursus / sejenisnya) Lembaga pendidikan taman kanak-kanak (TK) Lembaga pendidikan PAUD TPA Madrasah Diniyah Bina Iman Anak (BIA) Katholik 5. 2011 2012 - - - - 755 737 703 824 764 1809 67 50 75 56 25 67 55 85 60 27 1.153 1.173 - - 1 1 2 3 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 Sektor Agama dan Kepercayaan a. Sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Cigugur berdasarkan data yang ada sampai akhir tahun 2012 sebagai berikut : Mesjid : 6 buah Langgar / Mushola : 14 buah Majelis Ta’lim : 15 buah TPA : 2 buah LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 b. Pontren : 1 buah Gereja : 3 buah Jumlah pemeluk agama sampai dengan akhir tahun 2012 di Kelurahan Cigugur sebagai berikut : Islam : 4.075 orang Protestan : 195 orang Katholik : 2.620 orang Hindu : 6 orang Budha : 12 orang Kepercayaan : 176 orang Dalam rangka mengefisienkan kegiatan belajar mengajar di waktu libur diadakan Pesantren Kilat dengan materi sebagai berikut : Rukun Iman / Islam, tarikh, Puasa, Bersuci, Sholat, membaca Al-Qur’an, Adzan dan lain-lain. 6. Sektor Pemuda dan Olah Raga a. Organisasi Kepemudaan yang ada di Kelurahan Cigugur secara umum diwakili oleh Karang Taruna “Tunas Mandiri”. Disamping itu organisasi kepemudaan lainnya adalah Remaja mesjid / musholla, muda-mudi gereja dll. b. Jenis olah raga yang digemari adalah Tenis Meja, Bola Voli, Sepak Bola, Bulu Tangkis. c. Fasilitas sarana Olahraga yang ada : 1) Lapangan Sepak Bola : 1 buah 2) Lapangan Bola Voli : 7 buah 3) Lapangan Basket : 5 buah 4) Lapangan Bulu Tangkis : 2 buah 5) Tenis Meja : 4 buah (berdasarkan data Seksi Kesejahteraan Rakyat tahun 2012) E. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Masalah PBB dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sangat penting karena PBB untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan disegala bidang. Berdasarkan evaluasi pemasukan PBB tahun 2011 serta disesuaikan dengan jumlah SPPT PBB Tahun 2012 yang diterima, maka nominal PBB Kelurahan Cigugur untuk tahun 2012 ini mengalami kenaikan menjadi total sebesar Rp. 145.915.990, - (Seratus Empat Puluh Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Rupiah) yang terdiri dari : LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 Golongan 1,2 : 5.388 SPPT Rp. 126.946.791, - Golongan 3,4,5 : Rp. 18.969.199, - 4 SPPT Jumlah Rp. 145.915.990, - Realisasi Rp. 127.719.799, - Sisa Target Rp. 18.196.191, - Dengan prosentase keberhasilan sebesar 87,56 % Target PBB tiap lingkungan : F. Lingkungan Manis : 1282 SPPT Rp. 33.915.066, - Lingkungan Pahing : 798 SPPT Rp. 15.577.077, - Lingkungan Puhun : 1332 SPPT Rp. 28.367.489, - Lingkungan Wage : 1676 SPPT Rp. 38.448.908, - Luar Kelurahan : Rp. 11.291.362, - 132 SPPT Bidang Sarana Dan Prasarana Perhubungan 1. 2. Sarana Perhubungan / Jalan a. Jalan Negara : 3 Km b. Jalan Propinsi : 3 Km c. Jalan Kabupaten : 2,5 Km d. Jalan Desa / Kelurahan : 6 Km Angkutan Darat Jenis dan jumlah kendaraan yang melayani masyarakat Kelurahan Cigugur yang dimiliki oleh masyarakat : 3. a. Truk : 13 buah b. Angkot : 20 buah c. Pick Up (bak terbuka) : 10 buah d. Kendaraan Roda Empat Pribadi : 50 buah e. Sepeda Motor : 268 buah f. Sepeda : 100 buah g. Motor Ojek : 48 buah Depot BBM a. POM bensin : b. Pangkalan Minyak tanah dengan kapasitas 2000 liter c. Pangkalan LPG 3Kg : tidak ada ada (berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012) LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012 G. Bidang Komunikasi 1. 2. Telekomunikasi a. Organisasi Radio Masyarakat : Nihil b. Wartel : nihil (sudah tutup karena perkembangan telepon seluler) c. Warnet : 7 buah Radio dan Televisi a. Radio diperkirakan : 37 unit b. Televisi diperkirakan : 1547 unit (berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012) H. Bidang Pertahanan Dan Keamanan Situasi Ketentraman dan Ketertiban di Kelurahan Cigugur yang disebabkan oleh ulah manusia dapat dikendalikan dengan baik, hal ini berkat adanya kerjasama antara aparat keamanan di tingkat Kelurahan Cigugur dengan petugas keamanan lainnya yang selalu mengadakan pembinaan ke tingkat RT/RW. 1. Pangkalan TNI Di Kelurahan Cigugur terdapat pangkalan TNI yaitu Koramil 1515 dan KAMINVET. 2. Pangkalan POLRI Di Kelurahan Cigugur tidak ada pangkalan POLRI, sedangkan untuk mempermudah komunikasi dengan POLSEK Cigugur yang berada di Kelurahan Cipari ditugaskan BABINMAS POLRI. 3. LINMAS Potensi pendukung pelaksana keamanan dan ketertiban di Kelurahan Cigugur sampai akhir tahun 2012 antara lain sebagai berikut : Pos Kamling 13 buah Kasatgas Hansip 2 orang Hansip Periode Siap 2 orang Suskalak B 3 orang Linmas 28 orang Hansip Periode Siap yang telah 2 orang mengikuti Diklatsar (berdasarkan data Seksi Trantib tahun 2012) KEPALA KELURAHAN CIGUGUR UJANG SUTRISNA, S.Sos. Penata Tk. I NIP. 19591101 198103 1 013 SEKRETARIS KELURAHAN CIGUGUR TATI SUHARTI, S.AP Penata Tk. I NIP. 19611209 198303 2 013 ` STAF SEKRETARIS 1. 2. 1. SASTIAH ARIPIN KASI PEMERINTAHAN KASI KESEJAHTERAAN RAKYAT KASI TRANTIB KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AJUDIN NIRWAN, S.IP Penata Muda NIP. 19780604 200801 1 003 DADI SETIADI, S.Sos Penata Muda NIP. 19741111 200701 1 006 KURNADI, S.Sos. Penata Muda Tk. I NIP. 19760817 200701 1 012 DAHLAN Penata NIP. 19590819 19803 1 006 STAF PEMERINTAHAN STAF KESRA STAF TRANTIB STAF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SAHRUDIN 1. 2. 3. PIPIT FITRIYANTI M. HASYIM AGUS SURYANA 1. DEDEN RAMDHANA, SE. 1. 2. ANDI IRWAN’S ARISWARA, SE. Gambar 1. Pembangunan rumah dibantu oleh warga sekitar Gambar 2. Wawancara dengan Aang Taufik Gambar 3. Wawancara dengan Kento Subarman Gambar 4. Wawancara dengan Pangeran Gumirat Barna Alam Gambar 5. Home Industri Gambar 6. Pabrik Susu Gambar 7. Toko Susu Gambar 8. Home Industri Gambar 9. Pedagang Gambar 10. Peternakan Sapi Gambar 11. Peternakan Babi PEME RINTAH IGBUPATEN KUNINGAN BAI)N KISATUN BANGSA, POTITIKDAN PIRLNDUNGN MASYARAKAT Jl. R{1. Martadinata Telp. (0232) gT}iTgAncaran KLININGAN ; Kode Pos 45515 SURAT KETERANGAN tttomorffi 1. Yang bertanda tangan di bawah Nama ini : MAMAN NURACHMAN, SH.,M.SI Jabatan '(epala Bidang Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan Badan Kesbang, Pol dan Linmas Kab. Kuningan Berdasarkan Surat dari Universitas lslam Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta, Nomor Un.01 /F.'1 /KMi.01 .3/1 065 t2O1 g, tanggat 28 Menerangkan bahwa a. b. c. Nama d. Alamat e" Maksud f. i. J. : 201 3. : FERINALDI lslam Mahasiswa Agama Pekerjaan Jl. lr. H. Juanda Nomor 95 Ciputat Jakarrta Untuk keperluan g. Lamanya h. Peserta Juni Kegiatan 5 hari 1 (satu) orang Penanggung jawab Lokasi Kegiatan Dengan catatan Penelitian Penyusunan Skripsi Dr. IWAN PURWANTO, M.Pd Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kab.K':nirrgan : a. Tidak . mengga.nggu keamanan dan ketertiban sesuai dengan ketentuan peraturan perUhdang undangan yang berlaku dan tidak menyimpang dari kegiatan yang telah ditetHpkan; b. Sebdlum pelaksanaan, agar terlebih dahulu berkonsultasi dengan aparat yang terkait; Memelihara hubungan baik dengan para Pejabat setempat dan masyarakat; c. d. Setelah _kegiatan berakhir, agar menyampaikan laporan kepada Bupati Kuningan melalui Kepala Bddan Kesbang, Politik dan Linrnas Kabupaten Kuningan, e. Sdrat Keterangan ini akan dic;abut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila tidak memenuhi ketefttuan yang telah ditetapkan Sehubungan dengan maksud tersel)ut, diharapkan agar pihak yang terkait dapat memberikan bantuan fasilitas seperlunya. 3. Demikian keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinr/a. Kunlngan, ir\l\'o s\sg))-;' TEMBUSAN: 1. Bupati Kuningan (sebagai Laporan); 2. Camal Cigugur; 3. Kelurahan Cigugur 4. Paseban Cigugur 5. Dekan Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a) Juli2013 LEMBAR UJI RS,FERE}ISI Nama :Ferinaldi NtM :109015000014 FakultaVJurusan :llmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan IPS Prodi : Sosiologi Judul Skripsi :PerubahanSmialMasya rakatCigugur (AnalisiSistem Mata Pe nca ha rianlVlasya rakatCigugu rKuninga nJawa Barat) BUKU RE,FER.ENSI PARAF PEMBIMBING Koentjaraningrat PengantarllmuAntropologi, (Jakarta: AksaraBaru, 1980), h. 217. SoerjonoSoekanto, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta: RajawaliPers, 2007), h.259 8.261. Piotr Saomka, Sosiologi Perubahon Sosial, (Jakarta: Prenada 2010), h. 83. http ://id. wikiped ia.org/wi ki/Perubahan_sosial_budaya SoerjonoSoekanto, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta: Raj awali Pers, 200 7), h - 266, 267, 27 l, 27 2, 3 53, 282 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, PengantorSosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 201l), h. 623- 624,838,839 Hartono danAmicun Aziz llmuSosialDasm, (Jakarta: BumiAksara, I993). h. 89-90. Koendaraningrat PengantarllmuAnlropologi, (Jakarta: AksaraBaru. 1980), h. 143-144.367. 368. Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia, (Bandung; Alfabeta 2013), h, 18. M. Munandar Ilmu Sosial Dasar: Teori dqn Soelaeman, Kowep llmu Sosial, @andung: PT Eresco, 1995), h.64. Muhammad Amin NurdindanAhmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36 Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalan Perspebif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, I fuanu trad is I : hflp : / I ifzanol.blo 20Aq,h.25. gspot. c om/ 20 I 0 / 0 6/m asyarakat- ional-masyarakat.htrn I (diaksespadahariJum'attanggal 08 November 2013 pukul 21.40). PajarHatrnalndra. Juyq TransformasiTenagaKerjaPedesaan, Surakarta FISIP UNS, Cf 2003. Skripsi : idakditerbitkan). Piotr Saomka Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakara: Prenada 2010), h.l trxy l7-l 19. J. Moleong, Me todologi P enelit ianKual ita if @andung: PT RemajaRosdakarya, 1997), h.30, 175. Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Perelitian fusial: B erbagai Alternat if P ende kntan, (Jakarta: Kencana, 2005), h.166. HusainiUsmarL PurnomoSetiady Akbar, Metodo logi P ene litionSo sial, (lakxta: BumiAksara, 2008), h.t8-79. Sanapiah Faisal. Penelitian Kualitatif : Dacar-dosor don Aplikasi. (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. I990), h.61. 62,77,81. AriefSubyantoro, FX. Survarto, Metode donTekni kPene ! itianSos ial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2A07),h,97. AtwarBaj ari, Me ngolah dat a dol amP e.nel i t ianKwlit 2013, (http ://atwarbajari.wordpress.com/20 A9 at if, /04 / I 8l mengolah- data{alam-penel itian-kual itatit (diaksespadahariMinggutanggal 3 Februari 20 I 3 Pukul Nasution, Me to de P e ne I i t i an N aturol ist i k Kual i t ot if, (Bandung: Tarsito, 1996), h.126. Analisis Dats PenelitianKuslitotif, (Jakarta: PT RajagrafindoPersad4 2007), h, 83. Beni AhmadS, MetodePenelitia4 ( Bandung: Pustakasetia 2008) h.200 dan202. Jakarta0l Desember Dosen Ponbimbing Drs H. Svaripulloh. M.Si NIP.19670909 200701 1033 20 14