B A B I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk menjamin ditaatinya hukum perdata materiil melalui prosedur
hukum, diperlukan adanya suatu peraturan hukum yang mengatur tentang
cara- cara bagaimana menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil tersebut
yaitu apa yang disebut hukum perdata formil, atau hukum acara perdata.
Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata
materiil. Lebih konkrit lagi dapatlah dikatakan bahwat hukum acara perdata
mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak memeriksa
serta memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya. Tuntutan hak dalam
hal ini tidak lain adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
tindakan menghakimi sendiri. Tindakan menghakimi
sendiri
merupakan
tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendak sendiri yang bersifat
sewenang- wenang, tanpa persetujuan dari pihak lain yang berkepentingan
sehingga akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu tindakan menghakimi
sendiri ini tidak dibenarkan dalam hal kita hendak memperjuangkan atau
melaksanakan hak kita.
Hukum acara perdata meliputi tiga tahap tindakan yaitu tahap
pendahuluan, tahap penentuan, dan tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan
merupakan persiapan menuju kepada penentuan atau pelaksanaan. Dalam
tahap penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan pembuktian sekaligus
sampai kepada putusannya. Sedang dalam tahap pelaksanaan diadakan
pelaksanaan dari pada putusan.
Dalam tahap pendahuluan pemeriksaan perkara perdata terdiri dari
tindakan- tindakan yaitu pendaftaran perkara untuk dilakukan pencatatan
2
dalam daftar perkara, yang diatur dalam pasal 121 HIR (Herziene Indonesisch
Reglement) dilakukan oleh panitera Pengadilan Negeri. Pendaftaran perkara
tersebut diikuti pembayaran persekot biaya perkara, sebab ada azas yang
menyebutkan berperkara harus dengan biaya, kecuali beracara secara prodeo
atau berperkara tanpa biaya sebagaimana diatur di dalam pasal 237 HIR.
Setelah dilaksanakan pembayaran persekot
biaya kepada
yang
bersangkutan diberikan kwitansi yang memuat perincian biaya. Selanjutnya
setelah perkara didaftar, perkara tersebut oleh panitera diserahkan kepada
Ketua Pengadilan Negeri untuk didistribusikan kepada hakim- hakim yang
akan memeriksa perkara tersebut. Kemudian hakim yang ditunjuk membuat
surat penetapan untuk menentukan hari sidang, dan memerintahkan agar para
pihak dipanggil untuk menghadap sidang pada hari yang telah ditentukan.
Pemanggilan terhadap para pihak dilakukan oleh jurusita atau jurusita
pengganti dengan menggunakan surat panggilan sidang (relaas). Surat
panggilan harus disampaikan kepada para pihak yang bersangkutan ditempat
tinggalnya atau tempat diamnya. Orang yang dipanggil harus membubuhkan
tanda tangan atau cap jempol sebagai bukti bahwa surat panggilan telah betulbetul disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Apabila pihak yang
dipanggil tidak dapat diketemukan dirumahnya, maka surat panggilan itu
diserahkan kepada kepala desa yang bersangkutan untuk diteruskan (pasal 390
ayat 1 HIR ). Kalau pihak yang dipanggil sudah meninggal dunia, maka surat
panggilan itu disampaikan kepada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak
diketahui tempat tinggalnya, maka surat panggilan disampaikan kepada kepala
desa ditempat tinggal terakhir orang yang meninggal tersebut. Apabila pihak
yang dipanggil tersebut ternyata juga tidak diketahui alamat tempat
tinggalnya, surat panggilan diserahkan kepada Bupati selanjutnya surat
panggilan tersebut ditempatkan pada papan pengumuman di Pengadilan
Negeri. Panggilan kepada para pihak harus dilaksanakan tidak kurang dari tiga
hari kerja sebelum sidang (pasal 122 HIR) ( Tresna R. 1998:19 ).
3
Apabila telah dilakukan panggilan terhadap para pihak dan ternyata tidak
hadir, maka pasal 126 HIR memberikan kemungkinan untuk sekali lagi
memanggil para pihak sebelum perkaranya diputus oleh hakim. Ketentuan ini
adalah layak dan bijaksana, sebab di dalam suatu perkara perdata kepentingan
para pihak harus sama- sama diperhatikan. Untuk memperhatikan kepentingan
para pihak itu, para pihak harus dipanggil secara patut.
Dalam pelaksanaan panggilan sidang terhadap para pihak sering kita
jumpai kejadian- kejadian seperti misalnya panggilan tidak sampai kepada
pihak yang bersangkutan, sehingga pihak yang bersangkutan tidak dapat hadir
di muka persidangan akibatnya akan menimbulkan kerugian bagi pihak
tersebut. Kejadian lain yang dapat menghambat jalannya pemanggilan para
pihak adalah apabila terjadi kekeliruan dalam pemanggilan, petugas
melakukan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan Undang- Undang, dan
masih banyak lagi hal- hal lain yang dapat menghambat jalannya pemanggilan
para pihak dalam pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan. Pendek kata
kehadiran para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di muka
pengadilan adalah sangat penting artinya bagi kedua belah pihak yang
berperkara dimuka sidang pengadilan, maupun bagi pihak ketiga yang ikut
terganggu haknya.
Dari gambaran tersebut di atas, maka penulis perlu untuk mengetahui
lebih dalam lagi bagaimana prosedur dan keadaan yang sebenarnya, serta
bagaimana tanggung jawab para petugas dalam melaksanakan tugasnya, juga
untuk
mengetanui
permasalahan
yang
dapat
menghambat
jalannya
pemanggilan para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di
Pengadilan Negeri Karanganyar. Berdasar pemikiran tersebut, dalam
penulisan hukum ini penulis memilih judul : “Studi Tentang Masalah
Panggilan Sidang Terhadap Para Pihak Dalam Proses Pemeriksaan
Perkara Perdata Di Pengadilan Negeri Karanganyar”
4
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah tersebut, permasalahan
yang hendak dijawab melalui penelitian ini dapat dirumuskan secara sistematik
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah prosedur panggilan terhadap para pihak dalam proses
pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan Negeri Karanganyar ?
2. Masalah- masalah apa yang timbul dalam proses panggilan terhadap
para pihak serta bagaimana cara- cara pemecahannya?
3. Bagaimanakah tanggung jawab petugas apabila terjadi permasalahan
dalam proses panggilan terhadap para pihak?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pasti mempunyai maksud dan
tujuan tertentu. Demikian pula dalam suatu penelitian tentu mempunyai suatu
tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh data dan informasi yang jelas, pasti dan
rasional guna menjawab masalah- masalah yang timbul dalam suatu penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1.
Untuk mengetahui prosedur pemanggilan terhadap para pihak dalam
proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan.
2.
Untuk mengetahui masalah- masalah
yang timbul dalam proses
panggilan terhadap para pihak serta untuk mengetahui pemecahan
terhadap masalah tersebut.
3.
Untuk mengetahui tanggung jawab petugas dalam melaksanakan
tugasnya kalau terjadi permasalahan dalam pemanggilan terhadap para
pihak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan
perbandingan penelitian
Acara Perdata
khususnya penelitian di bidang
Hukum
5
2.
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini merupakan bahan pengetahuan
sehingga masyarakat memahami berbagai hal tentang pemanggilan
sidang dalam perkara perdata
E.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan penulisan hukum ini penulis menggunakan penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya
(Soerjono Soekanto. 2004:10). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
data seteliti mungkin tentang
prosedur pemanggilan terhadap para pihak
dalam proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan, masalah
yang
timbul dalam proses panggilan terhadap para pihak serta pemecahan masalah
tersebut, dan tanggung jawab petugas dalam melaksanakan tugasnya kalau
terjadi permasalahan dalam pemanggilan terhadap para pihak.
2. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di
Pengadilan Negeri Karanganyar. Adapun yang menjadi pertimbangan penulis
memilih lokasi penelitian ini adalah :
a. Dari pra riset yang dilakukan, diketahui adanya sejumlah permasalahan
yang muncul dalam melakukan pemanggilan sidang kepada para pihak
yang berperkara.
b. Selain alasan tersebut karena lokasi penelitian dan tempat tinggal penulis
berada dalam satu wilayah, sehingga mempermudah dalam pengumpulan
data, sehingga data yang dikumpulkan menjadi sangat lengkap dan valid.
Kelengkapan dan validitas data akan menjamin kualitas hasil penelitian
yang dilakukan.
3. Jenis Data
Dalam membahas dan menganalisa permasalahan yang timbul maka
digunakan 2 (dua) jenis data, yaitu :
6
a. Data Primer
Data primer adalah sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung
diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer dalam penulisan
hukum ini berupa hasil wawancara secara langsung dengan
Bapak
Djenjem Winarto, Kepala Sub Bagian Perdata Pengadilan Negeri
Karanganyar.
b. DataSekunder
Data sekunder adalah sejumlah keterangan atau fakta yang digunakan oleh
seseorang dan secara tidak langsung diperoleh melalui bahan-bahan
dokumen.
Data sekunder dalam
penulisan hukum ini diperoleh dari
berkas perkara Nomor 39/Pdt.G/1989 / PN. Kra.
4. Sumber data
Sumber data primer adalah Kepala Sub Bagian Perdata Pengadi;an Negeri
Karanganyar. Sedangkan sumber data sekundernya berupa berkas perkara
Nomor 39/Pdt.G/1989 / PN. Kra.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Tehnik Wawancara
Wawanara adalah suatu kegiatan dimana seseorang yang dengan tujuan
tertentu melakukan percakapan atau tatap muka guna memperoleh baik
lisan maupun tulisan atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan berpedoman pada
daftar pertanyaan yang telah disiapkan penulis. Wawancara dilakukan
dengan Bapak Djenjem Winarto, Kepala Sub Bagian Perdata Pengadilan
Negeri Karanganyar.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepastakaan yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari
buku- buku majalah, dokumen, serta sumber lain yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian. Dalam hal ini berupa berkas perkara Nomor
39/Pdt.G/1989 / PN. Kra. Termasuk di dalamnya surat panggilan sidang
atau relaas.
7
6. Analisis Data.
Metode analisa yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum
ini adalah metode analisa data yang bersifat kualitatif, karena data yang
penulis dapatkan adalah berupa kalimat- kalimat yang dikumpulkan melalui,
wawancara, tidak bersifat klasifikatoris, karena datanya tidak diklasifikasikan
ke dalam suatu tingkatan- tingkatan atau kategori- kategori tertentu.
Metode analisa kualitatif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu tata cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang
dinyatakan oleh responder secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang
nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh ( Soerjono
Soekanto. 2004 : 31 ).
Adapun model analisa yang dipakai adalah model analisis interaksi
(interactive model of analysis), karena analisis dilakukan secara interaktif dari
komponen : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
simpulan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Pengumpulan data
Reduksi Data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan
Gambar : Interactive Model of Analysis
8
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika dari penulisan hukum yang penulis susun ini adalah sebagai
berikut :
Bab I
: Pendahuluan.
Bab ini merupakan pendahuluan yang isinya menjelaskan apa
yang terkandung di dalam penulisan hukum ini dan sekaligus
menghantarkan para pembaca untuk menelaah lebih jauh apa
yang tertulis dalam penulisan hukum ini.
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan hukum.
Bab II
: Tinjauan Pustaka.
Dalam Bab II ini, penulis membahas tentang proses
pemeriksaan perkara perdata pada tahap pendahuluan yang
meliputi tindakan-tindakan, pencatatan perkara dalam daftar
perkara, penetapan persekot biaya perkara, penetapan majelis
hakim dan penatapan hari sidang.
Dalam bab ini juga akan penulis kemukakan tentang
kewenangan badan pengadilan yang meliputi kewenangan
mutlak dan kewenangan relatif.
Bab III
: Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab ini merupakan hasil dari penelitian yang peneliti
laksanakan di Pengadilan Negeri Karanganyar, yang memuat :
panggilan
sidang
terhadap
para
pihak
dalam
proses
pemeriksaan perkara perdata, masalah- masalah yang timbul
beserta
pemecahannya
serta
tanggung
jawab
petugas
panggilan apabila terjadi permasalahan.
Bab V
: Penutup
Bab ini merupakan bab yang terakhir dari penulisan hukum
yang penulis susun, yang berisi simpulan saran- saran.
Download