Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di
Sawah Pasang Surut
Refugia Effects toward Arthropods Attacking Rice (Oryza sativa) in Tidal
Swamp
Hastin Wulan Sekar Weni 1*), Yulia Pujiastuti2), Abu Umayah3)
1)
Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya
3)
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya
*Coressponding author: [email protected] Telp. 085273341147
2)
ABSTRACT
Refugia plant is one of alternative habitat for natural enemies when their main habitat is
not siutable. The problem in this research is how the influence of refugia as an alternative
host of natural enemies and the purpose of research was to investigate refugia plant as
alternative habitat for natural enemies. The method used in the experiment was purposive
sampling. Obsevations were done on species of insect pest attacking rice cultivation in
tidal land. Population of insect was counted by pitfall trap and insect net. The method used
is survey. Observations done visually pest populations and observed directly obtained from
the pitfall trap or obtained from insect net. The results showed that the highest number of
Arthopoda when rice was still in the vegetative phase. This is because in this phase
frequent of rain fall and the availability of abundant water so that the temperature,
humidity and food availability is very supportive arthropod life. In observation generative
phase of decline in the number of arthropods. This is because the frequency of rain already
rare and the water in the rice fields have started dry. The total number of arthropods gained
as much as 726 as many as 254 on paddy crop with weeds as refugia, 252 obtained on corn
as refugia, and 220 obtained in chickpea as refugia. Total insect pests gained as many as
326 and total natural enemies gained as much as 378 people. Rice without plants larger
edge natural enemies of insect populations, because along the rice fields overgrown with
weeds. Weeds is estimated preferably by natural enemies to serve as a place to live than
other roadside plants. In conclusion this study found that the population of arthropods
highest in rice crops without crop edge and is highest population of natural enemies in rice
plants without using crop edge.
Key words: Arthropods, Refugia, Rice,
ABSTRAK
Refugia pada pertanaman padi merupakan cara untuk meningkatkan keanekaragaman
habitat dan dapat dijadikan sebagai rumah bagi musuh alami hama padi. Masalah dalam
penelitian adalah bagaimana pengaruh refugia sebagai inang alternatif musuh alami,
sedangkan tujuan nya adalah untuk menganalisis pengaruh refugia sebagai inang alternatif
musuh alami. Metode yang digunakan adalah metode survai. Pengamatan populasi hama
dilakukan secara visual dan diamati langsung hama yang didapat dari perangkap lubang
maupun yang diperoleh dari penjaringan. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah
arthopoda tertinggi ketika padi masih dalam fase vegetative. Hal ini dikarenakan pada fase
tersebut hujan sering turun dan ketersediaan air melimpah sehingga suhu, kelembaban serta
638
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
ketersedian makanan sangat mendukung kehidupan arthropoda. Pada pengamatan fase
generative terjadi penurunan jumlah arthropoda. Penyebabnya adalah frekuensi turun hujan
sudah mulai jarang dan air yang ada di persawahan sudah mulai menggering. Jumlah total
arthropoda yang didapat sebanyak 726 individu yaitu sebanyak 254 pada pertanaman padi
dengan gulma sabagai refugia, 252 didapat pada jagung sebagai refugia, dan220 didapat
pada kacang panjang sebagai refugia. Total serangga Hama yang didapat sebanyak 326
individu dan total musuh alami yang didapat sebanyak 378 individu. Tanaman padi tanpa
tanaman pinggir lebih besar populasi serangga musuh alaminya, dikarenakan disepanjang
pematang sawah ditumbuhi gulma. Gulma-gulma inilah yang diperkirakan lebih disukai
oleh musuh alami untuk dijadikan sebagai tempat hidup dibandingkan tanaman pinggir
lainnya. Sebagai kesimpulan penelitian ini didapatkan bahwa populasi arthropoda tertinggi
terdapat pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir dan Populasi musuh alami tertinggi
terdapat pada tanaman padi tanpa menggunakan tanaman pinggir.
Kata kunci : Arthropoda, Padi, Refugia
PENDAHULUAN
Ekosistem lahan sawah memiliki sifat berbeda dengan ekosistem lainnya.
Berdasarkan kondisi airnya, lahan sawah dikelompokkan menjadi lahan sawah pasang
surut dan lahan sawah non pasang surut (lebak). Lahan pasang surut adalah lahan yang
kondisi airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut atau sungai, sedangkan lahan
lebak adalah lahan yang kondisi airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun di wilayah
setempat maupundi daerah sekitarnya (Sudana, 2005).
Dengan adanya kegiatan pengembangan pertanian khususnya untuk lahan pasang
surut diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian yang sekarang ini makin
kompleks. Dengan adanya pengelolaan dan penerapan tekhnologi yang benar, lahan pasang
surut memiliki potensi yang besar untuk dijadikan lahan pertanian produktif terutama
dalam rangka pelestarian swasembada pangan (Suriadikarta et al, 2007).
Dalam melakukan kegiatan pertaniannya para petani sangat sering behadapan
dengan berbagai macam hama. Menurut Baehaki (2009) Hama tanaman yang mengganggu
tanaman di ekosistem sawah memiliki kemampuan berkembang dan daya rusak yang
tinggi apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian
besar bagi petani. Sampai saat ini hama masih menjadi kendala dalam mendapatkan hasil
panen yang maksimal. Hampir di setiap musim terjadi ledakan hama pada pertanaman
padi.
Didalam budidaya padi ada banyak sekali masalah yang dihadapi seperti masalah
gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Menurunnya hasil pertanian yang
disebabkan oleh serangan hama terjadi setiap musim tanam dengan kerusakan mencapai
15-20% tiap tahunnya. Hal tersebut mendorong petani menggunakan pestisida untuk
pengendaliannya. Penggunaan pestisida secara intensif berhasil memacu produksi sawah
cukup tinggi, namun menyebabkan ketidakseimbangan rantai sistem di lahan pertanian
yang menyebabkan populasi hama meningkat (Sari dan Yanuwiadi, 2014). Ada banyak
jenis hama yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman padi bahkan dapat
mengakibatkan kematian pada tanaman padi tersebut.
Peran musuh alami dalam menekan populasi hama sangat berpengaruh dalam
mencegah peledakan populasi hama. Dengan berkurangnya musuh alami akibat
penggunaan insektisida atau pestisida sintetik yang kurang bijaksana dapat memicu
terjadinya peledakan hama. Di ekosistem persawahan, arthropoda predator (serangga dan
laba-laba) merupakan musuh alami yang paling berperan dalam menekan populasi hama
padi seperti wereng coklat dan penggerek batang (Thalib et al, 2002). Hal ini disebabkan
639
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
predator memiliki kemampuan untuk beradaptasi di ekosistem efemeral (Herlinda et al.,
2008).
Kerentanan agroekosistem terhadap hama merupakan suatu akibat dari
penyederhanaan dari lanskap, seperti yang terjadi pada sistem pertanian dengan input
tinggi di negara-negara maju dan negara-negara yang mengembangkan ekspor hasil
pertanian dengan menerapkan sistem tanam monokultur. Sistem pertanian monokultur
menurunkan jumlah dan aktivitas musuh alami karena terbatasnya sumber pakan, seperti
polen, nektar dan mangsa atau inang alternatif yang diperlukan oleh musuh alami untuk
makan dan bereproduksi (Andow, 1991).
Sebaliknya, bagi serangga herbivora, pertanaman monokultur merupakan sumber pakan
yang terkonsentrasi dalam jumlah banyak, sehingga herbivora tersebut dapat bereproduksi
dan bertahan dengan baik. Beberapa serangga herbivora dilaporkan dapat berkembang biak
dengan baik pada pertanaman monokultur yang dipupuk, disiang dan diairi secara intensif
(Price, 1991).
Kondisi agroekosistem seperti ini secara terus menerus akan menyebabkan
agroekosistem menjadi rentan terhadap eksplosi hama. Usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keanekaragaman musuh alami adalah dengan menciptakan microhabitat di
areal pertanian (Mustakim dan Kusuma, 2014), sehingga dengan cara tersebut nantinya
bisa mengurangi tingkat pencemaran lingkungan oleh pestisida dan juga bisa
meningkatkan hasil tani dengan mikrohabitat. Ekosistem yang terganggu dan aplikasi
pestisida menyebabkan penurunan diversitas Arthropoda. Keberadaan musuh alami
dapat ditingkatkan dengan menyediakan habitat dan sumber makanan bagi keberlansungan
hidupnya, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan lain disekitar lahan pertanian
(Wardani et al, 2013). Refugia pada pertanaman padi merupakan cara untuk meningkatkan
keanekaragaman habitat dan dapat dijadikan sebagai rumah bagi musuh alami hama padi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015
di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin, dan identifikasi
Arthropoda dilakukan di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya , Indralaya.
Metode yang digunakan adalah metode survai. Dilakukan secara visual dan
pengamatan langsung di lapangan. Serta melakukan wawancara secara langsung dengan
petani untuk mengetahui keadaan tanaman padi secara umum.
Luas sawah yang diamati seluas tiga hektar dengan interval dua kali pengamatan
yaitu pada saat fase vegetatif dan fase generatif tanaman. Sawah yang diamati masingmasing terdapat tanaman pinggir yaitu kacang panjang, jagung, dan tanpa tanaman pinggir.
Untuk serangga yang aktif pada permukaan tanah dilakukan pemasangan perangkap lubang
(pitfal trap). Perangkap lubang dipasang sebanyak 8 unit per lokasi. Sedangkan untuk
serangga yang aktif terbang pengumpulan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring
serangga dan dilakukan 30 ayunan per lokasi
Pengolahan data menggunakan metode tabulasi dan deskriptif dimana data yang
didapat disajikan dalam bentuk tabel.
640
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap dan jaring serangga
didapatkan ada 3 ordo dan 27 famili serangga yang terdapat pada areal persawahan, baik
yang terdapat pada tajuk tanaman padi maupun disekitar pematang sawah. Serangga
tersebut ada yang berperan sebagai hama dan ada juga yang berperan sebagai musuh
alaminya. Serangga yang tertangkap melalui pitfalltrap ada 2 ordo dan 21 famili, 1 ordo
dan 7 famli diantaranya adalah berperan sebagai hama sedangkan 1 ordo dan 15 famili
lainnya berperan sebagai musuh alami. Serangga yang tertangkap dengan menggunakan
jaring serangga ada 2 ordo dan 16 famili, 2 ordo dan 5 famili berperan sebagai hama dan
11
famili
berperan
sebagai
musuh
alami
(Tabel
5.1).
Tabel 5.1. Status arthropoda yang tertangkap dalam pitfalltrap dan jaring serangga disawah
pasang surut di Kecamatan Maura Telang
Famili
Alydidae
Apidae
Araneidae
Asilidae
Braconidae
Carabidae
Cecidomyiidae
Chrysomelidae
Cicadellidae
Cicindelidae
Coccinellidae
Curculionidae
Delphacidae
Dipishidae
Diptera
Encyrtidae
Eulophidae
Formicidae
Gryllidae
Hesperidae
Hymenoptera
Ichneumonidae
Lepidoptera
Linyphiidae
Lycosidae
Miridae
Pentatomidae
Scelionidae
Staphylinidae
Tetragnathidae
Pitfalltrap
Hama
Musuh alami






Jaring serangga
Hama
Musuh alami



































Jenis arthropoda yang di dapat ada 3 ordo dan 27 famili, arthropoda tersebut
didapat dari pitfalltrap dan mengunakan jaring seranga. Arthropoda yanga didapat dengan
menggunakan pitfalltrap ada 2 ordo dan 20 famili, sedangkan menggunakan jaring
serangga didapat 2 ordo dan 16 famili. Sebanyak 3 ordo dan 27 famili yang didapat ada 1
ordo dan 9 famili yang tertangkap baik melalui pitfalltrap maupun jaring serangga, artinya
arthropoda ini aktif pada permukan tanah dan juga aktif pada tajuk tanaman (Tabel 5.2).
Tabel 5.2. Jenis arthropoda yang ditemukan di tanaman padi sawah pasang surut dan
641
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
tanaman refugia
Famili
Alydidae
Apidae
Araneidae
Asilidae
Braconidae
Carabidae
Cecidomyiidae
Chrysomelidae
Cicadellidae
Cicindelidae
Coccinellidae
Curculionidae
Delphacidae
Dipishidae
Diptera
Encyrtidae
Eulophidae
Formicidae
Gryllidae
Hesperidae
Hymenoptera
Ichneumonidae
Lepidoptera
Linyphiidae
Lycosidae
Miridae
Pentatomidae
Scelionidae
Staphylinidae
Tetragnathidae
Tanaman padi












Tanaman Pinggir




























Jumlah arthropoda yang didapat dengan menggunakan jaring serangga ada 2 ordo
dan 16 famili, 2 ordo dan 5 famili berperan sebagai hama dan 11 famili berperan sebagai
musuh alami. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3. Jumlah arthropoda yang didapat
dengan menggunakan pitfalltrap atau perangkap lubang ada 2 ordo dan 21 famili, 1 ordo
dan 7 famili berperan sebagai hama dan 1ordo serta 14 famili lainnya berperan sebagai
musuh
alami.
Lebih
jelasnya
dapat
dilihat
pada
tabel
5.4
Tabel 5.3. Jumlah arthropoda yang ditemukan pada tanaman padi sawah pasang surut dan
tanaman refugia di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang dengan jaring
642
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Tabel 5.4. Jumlah arthropoda yag ditemukan pada tanaman padi sawah pasang surut dan
tanama refugia di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang dengan pitfall trap
Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang akan terus berkembang menjadi salah
satu kendala terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu adanya
serangan hama juga merupakan suatu kendala karena dapat menurunkan produksi
pertanian di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk menekan serangga
hama dengan menyediakan tempat berlindung bagi musuh alaminya, salah satu alternatif
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan tanaman pinggir.
Varietas padi (Oryza sativa) yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas
Vietnam dan Ciliwung. Sedangkan perlakuan yang diberikan adalah menggunakan
tanaman pinggir dan tidak menggunakan tanaman pinggir. Tanaman pinggir yang
digunakan adalah kacang panjang dan jagung manis. Tanaman pinggir ini ditanam di
sepanjang pematang sawah. Padi Ciliwung dengan perlakuan jagung sebagai tanaman
pinggir, sedangkan padi Vietnam dengan perlakuan control dan kacang panjang sebagai
tanaman pinggir.
Pengamatan dilakukan pada dua fase pertumbuhan tanaman padi, yaitu pada fase
vegetatif atau ketika padi mulai beranak dan fase generatif atau padi mulai bebulir. Pada
saat padi memasuki fase vegetatif penamatan dilakukan hanya sekali. Sedangkan fase
generative pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan interfal pengamatan selama
dua minggu sekali.
Pengamatan pertama yang dilakukan pada saat padi memasuki fase vegetative yaitu
pada perlakuan control dengan memasang delapan jebakan atau pitfalltrap di pematang
sawah dengan jarak antar pitfalltrap yaitu 25 meter. Tanaman padi dengan jagung sebagai
refugia juga dipasang delapan jebakan atau pitfalltrap diantara sela-sela tanaman jagung
yang ditanam di pematang sawah dengan jarak antar pitfalltrap yaitu 15 meter. Tanaman
643
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
padi dengan kacang panjang sebagai refugia juga dipasang delapan jebakan atau pitfalltrap
diantara sela-sela tanaman kacang panjang yang ditanam di pematang sawah dengan jarak
antar pitfalltrap yaitu 15 meter. Untuk menangkap arthropoda yang ada di tajuk tanaman
menggunakan jaring dengan 30 ayunan ganda pada setiap perlakuan. Perbedaan jarak
pemasangan pitfaltrapp pada control dengan jagung dan kacang panjang sebagai refugia
disebabkan karena tanaman pinggir ini tidak ditanam di sepanjang pematang sawah.
Tanaman pinggir ini hanya ditanam di dua sisi pematang yaitu sisi sebalah barat dan
selatan.
Jumlah arthropoda yang didapat pada masing-masing pengamatan berbeda-beda. Jumlah
tertinggi didapat ketika padi masih dalam fase fegetatif, ini dikarenakan pada fase ini hujan
sering turun dan air melimpah sehinga suhu, kelembaban serta ketersedian makanan sangat
mendukung kehidupan arthropoda ini. Tiga pengamatan selajutnya terjadi penurunan
jumlah arthropoda, ini disebabkan karena hujan sudah mulai jarang terjadi dan air yang ada
persawahan sudah mulai menggering. Hal ini didukung oleh Mahrub (1998) mengatakan
bahwa lingkungan persawahan yang berair atau basah adalah tempat pertumbuhan padi
yang merupakan daya tarik kehadiran arthropoda.
Jumlah arthropoda yang di dapat pada tiga perlakuan berbeda adalah 254 serangga
di dapat pada pertanaman padi tanpa tanaman pinggir, 252 serangga didapat pada tanaman
padi dengan jagung sebagai tanaman pinggir, dan 220 serangga didapat pada tanaman padi
dengan kacang panjang sebagai tanaman pinggir.
Populasi tertinggi terdapat pada
tanaman padi tanpa tanaman pinggir, ini disebakan karena pada pematang sawah tersebut
ditumbuhi gulma atau tumbuhan liar. Tumbuhan liar ini potensial dimanfaatkan sebagai
tanaman refugia bagi musuh alami. Dadi (2010) melaporkan bahwa keanekaragaman jenis
gulma berpengaruh terhadap kemelimpahan Arthropoda di ekosistem sawah.
Pengambilan serangga hama yang aktif pada tajuk tanaman dengan menggunakan jaring
serangga dilakukan dengan 30 ayunan ganda didapat serangga yang berasal dari ordo
diptera dan Lepidoptera, serta dari famili Alydidae, Cecidomyiidae, Cicadellidae,
Curculionidae, dan Delphacidae. Pengambilan serangga hama yang aktif pada permukaan
tanah dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap atau lubang perangkap. Pitfalltrap ini
dipasang sebanyak 8 jebakan perpelakuan yang dipasang disepanjang pematang sawah.
Serangga hama yang didapat berasal dari ordo Diptera serta dari famili Cecidomyiidae,
Chrysomelidae, Cicadellidae, Delphacidae, Gryllidae, Hesperidae, dan Pentatomidae.
Total serangga hama yang didapat pada penelitian ini adalah sebanyak 2 ordo dan 9
famili, dengan jumlah sebanyak 326 individu terbagi dalam empat kali pengamatan. 83
serangga hama didapat saat pengamatan pertama, 67 serangga hama didapat pada
pengamatan kedua, 110 serangga hama didapat pada pengamatan ketiga, dan 66 serangga
hama didapat pada pengamatan keempat.
Jumlah serangga hama yang didapat pada masing-masing pengamatan berbedabeda. Jumlah tertinggi didapat ketika bulir padi mulai memasuki fase matang susu ini
dikarenakan ada sebagian jenis hama yang yang menghisap bulir padi dan menyebabkan
penurunan kualitas gabah. Jumlah hama terendah didapatkan pada pengamatan keempat,
ini dikarenakan tanaman padi sudah mulai menguning dan kering yang menyebabkan
penurunan jumlah hama. Menurut Azmi et al., (2014) fase generative merupakan fase
pertumbuhan padi dimana daun dan malai mulai mengering dan terjadi penurunan nutrisi
sehinga beberapa arthropoda herbivore pergi.
Jumlah hama pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir sebanyak 97 ekor, tanaman
padi dengan jagung sebagai tanaman pinggir sebanyak 120 ekor dan tanaman padi dengan
kacang panjang sebagai tanaman pinggir terdapat sebanyak 109 ekor. Populasi hama
terendah adalah pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir, diduga ini disebabkan oleh
adanya gulma yang tumbuh disepanjang pematang sawah yang tidak disukai oleh serangga
644
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
hama. Sedangkan jagung dan kacang panjang yang tigunakan sebagai tanaman pinggir
lebih disukai oleh serangga hama yang terdapat pada pertanaman padi.
Pengambilan serangga musuh alami yang aktif pada tajuk tanaman dengan
menggunakan jaring serangga dilakukan dengan 30 ayunan ganda didapat serangga yang
berasal dari famili Araneidae, Asilidae, Braconidae, Carabidae, Coccinellidae, Eulophidae,
Ichneumonidae, Linyphiidae, Miridae, Tetragnathidae serta terdapat satu family yang
berperan sebagai penyerbuk yaitu famili Apidae. Pengambilan serangga hama yang aktif
pada permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap atau lubang perangkap.
Pitfalltrap ini dipasang sebanyak 8 jebakan perpelakuan yang dipasang disepanjang
pematang sawah. Serangga musuh alami yang didapat berasal dari ordo Hymenoptera serta
dari famili Araneidae, Asilidae, Carabidae, Cicindelidae, Dipishidae, Encyrtidae,
Formicidae, Linyphiidae, Lycosidae, Pentatomidae, Scelionidae, Staphylinidae, dan
Tetragnathidae.
Total musuh alami serangga hama baik predator maupun parasitoid yang didapat
pada penelitian ini adalah sebanyak 1 ordo dan 18 famili, dengan jumlah sebanyak 378
individu terbagi dalam empat kali pengamatan. 155 musuh alami didapat saat pengamatan
pertama, 60 musuh alami didapat pada pengamatan kedua, 74 musuh alami didapat pada
pengamatan ketiga, dan 88 musuh alami didapat pada pengamatan keempat.
Musuh alami yang berupa predator maupun parasitoid adalah penyeimbang
meningkatnya populasi hama (herbivore) sehingga menyebabkan populasi hama tidak
selalu meningkat (Rizali et al, 2002). Jumlah musuh alami yang didapat pada masingmasing pengamatan cukup bervariasi. Total musuh alami pada tanaman padi tanpa
tanaman pingggir sebanyak 155 ekor, tanaman padi dengan tanaman jagung sebagai
tanaman pinggir sebanyak 127 ekor, sedangkan pada tanaman kacang yang dijadikan
tanaman pinggir sebanyak 96 ekor. Dapat dilihat bahwa pada tanaman padi tanpa tanaman
pinggir lebih besar populasi serangga musuh alaminya, hal ini dikarenakan pada
disepanjang pematang sawah ditumbuhi gulma. Gulma-gulma inilah yang diperkirakan
lebih disukai oleh musuh alami untuk dijadikan sebagai tempat hidup dibandingkan
tanaman pinggir lainnya. Beberapa jenis gulma bermanfaat bagi parasitoid dan predator,
karena gulma dapat digunakan sebagai tempat berlindung serangga inang dan tempat
bertelur bagi parasitoid dan predator.
Letourneaua dan Miguel (2003) mengemukakan bahwa alternatif habitat pada
agroekosistem dapat dilakukan dengan pengelolaan gulma. Hal ini akan berdampak pada
dinamika serangga dan meningkatnya peluang lingkungan musuh alami dalam
pengendalian hama biologis. Gulma berbunga merupakan sumber daya bagi musuh alami
karena tumbuhan ini menyediakan serangga inang atau mangsa alternatif; sumber nektar,
pollen dan embun madu yang dihasilkan oleh kutu daun dan menjadi pakan bagi
arthropoda musuh alami dewasa (parasitoid atau predator); tempat pengungsian (refugia)
dan perlindungan; tempat mempertahankan keberadaan hama dalam populasi rendah di
luar musim tanam untuk bertahan musuh alami (Powell, 1986).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pertanaman padi di dilapangan maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Arthropoda yang didapat pada area pesawahan sebanyak 3 ordo dan 28 famili
2. Populasi arthropoda tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa refugia, ini dikarenakan
dipematang sawah terdapat gulma yang lebih disukai oleh arthropoda
645
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
3. Populasi hama tertinggi terdapat pada tanaman padi dengan tanaman jagung sebagai
tanaman pinggir
4. Populasi musuh alami tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa menggunaka tanaman
pinggir
5. Tanaman pinggir yang terdapat pada pernaman padi tidak memberikan efek terhadap
serangga hama tanaman padi
DAFTAR PUSTAKA
Andow, D.A. 1991. Vegetational diversity and arthropod population response. Annual
Review of Entomology 36: 561 – 586.
Azmi, S. L. Leksono, A. S, Yanuwiadi, B. Arisoesilaningsih, E. 2014. Diversitas
Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa
Sengguruh, Kepanjen. J-PAL. 5(1): 57-64.
Baehaki, S E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dalam Perspektif
Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi
Pertanian 2(1): 65-78.
Dadi, 2010. Potensi Agroforestri Pendukung Eksistensi Arthropoda Predator Wereng Padi
di Ekosistem Sawah. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu-Ilmu
Pertanian. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang.
Letourneaua, D. and Miguel, A. 2003. Vegetation management and biological control in
agroecosystems. Journal of Biological Control. University of California, Berkeley,
Albany CA94706, USA.
Marhub, E. 1998. Struktur Komunitas Arthopoda pada Ekosistem Padi Tanpa Perlakuan
Fungisida. Jurnal. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Faultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Mustakim, A. Leksono, A. S. Kusuma, z. 2014. Pengaruh Blok Refugia Terhadap Pola
Kunjungan Serangga Polinator di Perkebunan Apel Poncokusumo, Malang.
Natural. 2(3): 249-253
Powell W., 1986. Enhancing parasitoid activity in crops. Di dalam : Waage J, Greathead D
(ed.). Insect Parasitoid. Academic Press, Orlando.
Price, P. W. 1991. The plant vigor hypothesis and herbivore attack. Oikos, 62: 244 – 251.
Sari, R. P. & B. Yanuwiadi. 2014. Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi
Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang. Biotropika. 2(1): 14-19.
Sudana, W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa sebagai Sumber Produksi Pertanian.
Jurnal Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian, 3(2): 141-151.
Suriardikarta, Didi A dan Mas Teddy Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi untuk
Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3): 115-122.
Thalib R, Effendy TA, Herlinda S. 2002. Struktur Komunitas dan Potensi Arthropoda
Predator Hama Padi Penghuni Ekosistem Sawah Dataran Tinggi di Daerah Lahat,
Sumareta Selatan, Makalah Seminar Nasional Dies Natalis Fakultas Pertanian
646
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016
ISBN .........................
Universitas Sriwijaya & Peringatan Hari Pangan Sedunia, Palembang, 7-8 Oktober
2002.
Wardani, F. S. Leksono, A. S, Yanuwiadi, B. 2013. Efek Blok Refugia (Ageratum
conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina diffusa) Terhadap Pola Kunjungan
Arthropoda di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo, Malang. Biotropika. 1(4): 134138.
647
Download