BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
12 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dimasa sekarang ini dengan semakin pesatnya perkembangan dunia usaha
di dalam negeri dan luar negeri mengakibatkan meningkatnya persaingan
dunia usaha baik itu berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh
sebab itu banyak manager dalam berbagai jenis industri memikirkan cara yang
lebih baik dalam mengukur kinerja bisnis yang sedang berlangsung.
Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan dari
perusahaan yaitu salah satunya dapat dilihat dari sisi proses pengauditan
internal pada aktivitas sistem pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang/jasa
di Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan berbagai pihak. Hal ini
dikarenakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi sangat
mengkhawatirkan terhadap dampak dari risiko penyimpangan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membuat berbagai kebijakan
prosedur dan peraturan-peraturan lain yang harus dipatuhi oleh masing-masing
divisi dalam organisasi atau perusahaan. Salah satu unsur pengendalian
manajemen adalah pengauditan intern yaitu suatu kegiatan membandingkan
antara keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang seharusnya
(kriteria). Kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan itu sendiri dengan tenaga
yang lebih profesional, kompeten dan terlatih dalam menilai kegiatan operasi
13 suatu organisasi atau perusahaan. Pihak yang mampu memberikan bantuan
adalah internal audit sebagai alat manajemen yang bertugas untuk
memberikan keyakinan memadai terhadap kecukupan dan efektivitas
pengendalian internal guna mendukung tercapainya tujuan suatu perusahaan.
Tujuan utama dari internal audit adalah memastikan kembali manajemen
bahwa sistem pengendalian internal yang diciptakan baik dan mendorong
manajemen untuk melaksanakan rekomendasi yang diberikan. Tujuan eksplisit
dan implisit pengendalian internal adalah memastikan kembali manajemen
bahwa pengendalian internal adalah baik, mengidentifikasi ketidakpatuhan
dan mendorong kepatuhan di masa datang, mengidentifikasi kelemahan sistem
dan melakukan rekomendasi perbaikan, serta mendorong manajemen untuk
menerima dan melaksanakan rekomendasi audit untuk perbaikan.
Pengendalian internal memiliki fungsi yang sangat penting bagi organisasi
sebesar PT. PLN (Persero). Pengendalian internal dalam organisasi PT. PLN
(Persero) menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang pokokpokok organisasi PT. PLN (Persero) berfungsi sebagai unsur pendukung
(layanan korporat) bagi kegiatan pokok organisasi. Selanjutnya dalam pasal 21
ayat (2) disebutkan bahwa tugas Internal Audit adalah melakukan pembinaan,
pengendalian dan pengawasan keuangan, operasi dan prosedur di lingkungan.
Perusahaan untuk memastikan kepatuhan terhadap semua aturan dan peraturan
yang berlaku dalam penyelenggaraan kegiatan usaha sehingga penyimpangan
dari strategi dan kebijakan Perusahaan dapat dicegah sedini mungkin.
14 Dalam rangka menyelenggarakan tugasnya, berdasarkan Keppres tersebut,
audit internal PT. PLN mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pemeriksaan terhadap semua unsur atau badan alam lingkungan
Perusahaan yang dianggap perlu, yang meliputi bidang administrasi
umum, administrasi keuangan, hasil fisik dari pelaksanaan unsur
korporat, bidang usaha, unit usaha, unit operasi, proyek dan tugastugas khusus lainnya.
b. Pengujian serta penilaian sewaktu-waktu atas hasil laporan berkala
atau tahunan dari setiap unsur atau badan dalam lingkungan
Perusaahaan atas petunjuk Direktur Utama.
c. Pengusahaan mengenai kebenaran laporan atas pengaduan tentang
hambatan,
penyimpangan
atau
penyalahgunaan
dalam
bidang
administrasi atau keuangan yang dlakukan oleh unsur atau badan
dalam lingkungan Perusahaan.
Dalam menjalankan kegiatannya PT. PLN (Persero) diharapkan mampu
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang terbaik. Hal ini
kembali dipertegas dengan Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/2002
tentang penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) tanggal 1 Agustus 2002 yang menginginkan BUMN
menerapkan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) sehingga
diperoleh peningkatan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
15 memperhatikan kepentingan stockholders lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Salah satu organisasi pendukung yang paling penting dalam mewujudkan
prinsip-prinsip tersebut adalah audit intern. Dengan menggunakan ukuranukuran yang telah diciptakan, audit intern diharapkan dapat melakukan
pengevaluasian dan usulan rekomendasi perbaikan sehingga visi perusahaan
dapat tercapai.
Audit intern PLN atau disebut sebagai Satuan Pengawas Intern
bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama. Fungsi SPI ini
membawahi beberapa Internal Audit Daerah yang masing-masing mempunyai
tanggungjawab terhadap beberapa unit kantor PLN di daerah. Masing-masing
Internal Audit Daerah akan menyampaikan laporannya kepada General
Manajer masing-masing unit dan SPI Pusat untuk kemudian dilakukan
evaluasi. Salah satu Internal Audit Daerah ini adalah Internal Audit Daerah
III (IAD III) berkedudukan di PT. PLN (Persero) yang berlokasi di Jakarta
Pusat. IAD III bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan operasional di
PT. PLN (Persero), PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan VI Balongan, PT. PLN
(Persero) Unit Pemasaran III Jakarta, dan Panas Bumi Kamojang.
Selama satu tahun IAD III dapat melakukan pemeriksaan kurang lebih
empat kali. Salah satu tugasnya adalah membantu meningkatkan kinerja dan
profitabilitas PT. PLN (Persero), maka prioritas utama yang perlu segera
dilakukan adalah meningkatkan efisiensi di berbagai aktivitas operasional
16 perusahaan. Dari berbagai unsur biaya operasional perusahaan, ternyata unsur
pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu biaya yang cukup dominan
dari seluruh pengeluaran perusahaan, sehingga pengaruh yang ditimbulkan
terhadap program efisiensi yang sudah dicanangkan oleh PT. PLN (Persero)
sangat signifikan. Dengan demikian, SPI dengan memberikan tugas kepada
IAD III serta bantuan BPKP secara berkala melakukan audit terhadap
aktivitas pengadaan barang yang dilakukan. Untuk itu peneliti ingin melihat
proses pengauditan internal atas aktivitas pengadaan barang di salah satu unit
yaitu PT. PLN (Persero).
Beberapa penelitian pernah dilakukan oleh Setyobudi (2006) dalam
”Pemodelan Penilaian Risiko (Risk Assessment) dalam Perencanaan Audit
Umum pada Divisi Audit Intern (Studi Kasus pada PT. Bank ABC dengan
hasil untuk proses bisnis PT. Bank ABC memiliki tingkat risiko sedang
dengan kecenderungan risiko tinggi. Oscar Sanches (2011) dalam ”Penilaian
Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republic Decratica De Timor
Leste (RDTL) dengan menggunakan Rerangka OECD 2006” menilai sistem
pengadaan dengan pendekatan rerangka OECD dengan hasil pencapaian
menunjukkan bahwa masih terdapat 52.3 % dari sistem pengadaan barang/jasa
yang harus diperbaiki agar mendekati atau mencapai 100 % menurut OECD
2006.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat baik bagi PT. PLN
secara umum, maupun SPI PT. PLN dan pada khususnya. Sehingga
17 berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai risiko-risiko potensial pada sistem pengadaan barang dan
jasa di PT. PLN dengan menggunakan judul: ANALISIS MANAJEMEN
RISIKO PADA SISTEM PENGADAAN BARANG DAN JASA (STUDI
KASUS PT. PLN DISJATIM).
1.2 Rumusan Permasalahan Studi Kasus
Beranjak dari isu nasional tentang pengadaan barang/jasa tersebut, PT.
PLN Disjatim (Persero) sebagai badan usaha milik negara yang berhubungan
dengan kelistrikan maka isu pengadaan barang/jasa tersebut mejadi perhatian
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan PT. PLN Disjatim juga melakukan
pengadaan barang/jasa sesuai dngan Peraturan Pemerintah mengenai
pengadaan barang/jasa. Sehingga menjadi penting bagi PT. PLN Disjatim
untuk mewaspadai adanya potensi risiko dari sistem pengadaan barang/jasa
tersebut. Potensi risiko yang ditimbulkan dari sistem pengadaan barang ini
meliputi proses pengadaan itu sendiri yaitu aktivitas perencanaan, keuangan,
ketaatan dengan undang-undang, kewajaran harga, ketepatan kuantitas,
ketepatan kualitas, ketepatan waktu, pelaksanaan kegiatan, dan pemanfaatan
hasil pelaksanaan kegiatan, serta faktor-faktor pendukung sebuah sistem
pengadaan barang/jasa yang meliputi SDM, dan sistem informasi pengadaan
barang/jasa. Suatu potensi risiko penting untuk dipahami baik dari level
manajemen universitas maupun level pelaksana dan auditor khususnya auditor
internal. Melalui pemahaman risiko tersebut maka dalam proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa tersebut pelaksana dapat lebih berhati-hati dalam
18 membuat keputusan pengadaan barang/jasa. Bagi auditor, diharapkan dengan
pemahaman atas potensi risiko tersebut maka ketika melakukan pengauditan
dapat
berfokus
pada
risiko-risiko
yang
sering
terjadi
dan
dapat
merekomendasikan langkah untuk mencegah risiko tersebut.
Sejalan dengan fungsi Satuan Pengawas Intern (SPI) PT. PLN yang
memiliki fungsi dalam pengamanan, pengawasan, dan pemeriksaan aset PT.
PLN, maka pemahaman potensi risiko atas sistem pengadaan barang/jasa
dipandang sangat perlu dalam rangka menunjang fungsi pengamanan,
pengawasan, dan pemeriksaan aset tersebut. Sampai dengan ini, SPI PT. PLN
belum memiliki risk register atas khususnya sistem pengadaan barang/jasa
dan belum melakukan penilaian risiko (risk assessment) atas sistem pengadaan
barang/jasa. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi SPI PT. PLN untuk memahami potensi risiko
pada sistem pengadaan barang/jasa di PT. PLN.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini mengidentifikasi kegiatan-kegiatan dari audit intern sesuai
dengan tugas dan fungsinya menurut peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip yang dianut perusahaan untuk mencapai tujuan
dan visi perusahaan tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Jenis risiko apa saja yang ada pada sistem pengadaan barang/jasa di PT.
PLN Disjatim dan sangat potensial terjadi oleh manajemen yang akan
diperhatikan pada pencapaian tujuan organisasi di masa yang akan datang?
19 2. Bagaimana sistem yang baik untuk mengurangi risiko pada proses
pengadaan barang/jasa di PT. PLN di masa yang akan datang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakan penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi risiko-risiko yang terdapat pada sistem pengadaan
barang/jasa di PT. PLN sehingga terbentuk risk register atas khususnya sistem
pengadaan barang/jasa di PT. PLN.
b. Menidentifikasi jenis risiko yang sangat potensial dan perlu diwaspadai
pada sistem pengadaan barang/jasa oleh manajemen PT. PLN.
c. Mengajukan masukan pengembangan sistem pengadaan barang/jasa di PT.
PLN untuk mengurangi risiko di masa yang akan datang.
1.4 Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar pengamatan dan observasi penulis pada
proses pengawasan sistem pengadaan barang/jasa di PT. PLN melalui audit
pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern PT. PLN
tempat penulis penelitian. Oleh karena itu, diharapkan dengan penelitian ini
akan membantu mempermudah memahami potensi-potensi risiko yang terjadi
pada sistem pengadaan barang/jasa di PT. PLN.
1.6 Kontribusi Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan konstribusi kepada
beberapa pihak antara lain dalam hal:
1. Memberi masukan kepada auditor Satuan Pengawas Intern PT. PLN dalam
fungsi pengawasan sistem pengadaan barang/jasa PT. PLN, sehingga dapat
20 mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko penyimpangan dan memberikan
rekomendasi kepada manajemen sistem pengawasan intern dengan baik.
2. Memberikan masukan kepada PT. PLN dalam upaya mengelola risiko pada
sistem pengadaan barang/jasa di PT. PLN.
3. Memberikan masukan bagi akademisi untuk penelitian sejenis sebagai dasar
referensi tesis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan sistematika penyajian susunan
tesis sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tesis, perumusan
masalah, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi tentang uraian teori yang mendasari pokok
permasalahan dalam penelitian yang dilakukan yang terdiri dari internal audit,
manajemen risiko dan sistem pengadaan barang/jasa.
BAB
III
LATAR
BELAKANG
KONTEKSTUAL
OBJEK
PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara deskriptif objek penelitian dan
menjelaskan secara kontekstual aplikasi konsep-konsep yang ada dalam
tinjauan literature dari objek penelitian.
BAB IV METODE PENELITIAN
21 Metode penelitian berisi jenis atau tipe penelitian yang dilakukan,
data dan teknik pengumpulan data, dan pengolahan data dan teknis analisis
data.
BAB V PEMAPARAN TEMUAN KASUS
Bab ini menjelaskan temuan-temuan yang diperoleh dalam
penelitian berupa deskripsi kondisi obyek penelitian yang dapat menjawab
tujuan penelitian.
BAB VI ANALISIS DAN DISKUSI HASIL KASUS
Bab ini merumuskan dan mendiskusikan hasil temuan menurut
landasan teori yang telah ditentukan.
BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN
REKOMENDASI
Bab ini menjelaskan ringkasan penelitian, kesimpulan hasil
penelitian, keterbatasan dalam penelitian, dan rekomendasi yang diberikan
peneliti atas hasil analisis dan kajian sesuai dengan tujuan penulisan.
Download