hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan

advertisement
PSIKOBORNEO, 2017, 5 (2) : 353-367
ISSN 2477-2674 (online), ISSN 2477-2666 (cetak), ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2017
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL
DENGAN KESIAPAN KERJA
(Pada Siswa Kelas XII di SMK Farmasi Samarinda)
Evi Ratna Sari1
Abstrak
Kesiapan kerja pada diri siswa pada dasarnya berawal dari adanya
persepsi seseorang atas dukungan yang diberikan berupa informasi, tingkah laku
tertentu ataupun materi yang berasal dari orang-orang terdekatnya seperti
keluarga, teman sebaya, dan juga guru untuk meraih kesuksesan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji hubungan antara dukungan social dengan kesiapan
kerja pada Siswa Kelas XII di SMK Farmasi Samarinda. Subjek penelitian ini
adalah Siswa Kelas XII di SMK Farmasi Samarinda dengan jumlah sampel
sebanyak 102 siswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala kesiapan kerja dan skala dukungan sosial. Kedua skala
tersebut disusun dengan penskalaan model Likert dan dengan menggunakan
tehnik analis data uji korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
dukungan sosial dengan kesiapan kerja pada siswa SMK Farmasi Samarinda
dengan hasil koefisiensi korelasi Rank Spearman sebesar 0.268 dengan
signifikansi sebesar 0.006, oleh karena nilai signifikansi < 0.050 maka
hipotesisnya yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja
siswa.
Kata kunci: Kesiapan Kerja dan Dukungan Sosial
Pendahuluan
Fenomena yang terjadi pada era globalisasi saat ini adalah terdapat
persaingan dalam mencari pekerjaan baik lokal maupun internasional yang
semakin meningkat, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dapat memenuhi tuntutan
global tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
globalisasi secara bersama-sama telah mengakibatkan persaingan yang semakin
ketat dalam penyediaan sumber daya manusia yang unggul.Sehingga untuk dapat
terus mempertahankan daya saingnya, sumber daya manusia yang ada dituntut
untuk terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai atau
kompetensinya (Isharyanti, 2011).
1
Mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: [email protected]
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas melalui
pendidikan sangat penting.Pemerintah berupaya meningkatkan kesiapan sumber
daya manusia dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia melalui
pendidikan. Pendidikan di Indonesia diharapkan untuk dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa sehingga dapat menyiapkan lulusan-lulusan yang memiliki
kesiapan kerja untuk menghadapi dunia kerja (Zuniarti & Siswanto, 2013).
Namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Samarinda
menunjukkan bahwa jumlah angka pengangguran pada tahun 2015 meningkat
dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 139.912 jiwa menjadi 142.021 jiwa. Dengan
jumlah pengangguran pada tingkat pendidikan SMA/SMK sederajat pada tahun
2015 sebesar 69.308 jiwa dan merupakan yang terbesar dari tingkat pendidikan
lainnya (https://samarindakota.bps.go.id)
Meningkatnya jumlah pengangguran pada tingkat pendidikan SMA/SMK
atau sederajat cenderung terjadi karena lulusan SMA/SMK dan sederajat
dianggap tidak memiliki kesiapan kerja yang cukup dibanding dengan tingkat
lulusan sarjana dan lainnya. Padahal sekolah telah menjalankan tugasnya dalam
menyampaikan materi-materi dalam bentuk satuan mata pelajaran baik yang
tercakup dalam kelompok program normatif, adaptif maupun produktif
merupakan usaha sekolah dalam mempersiapkan siswa untuk siap kerja ditinjau
dari segi teori (https://samarindakota.bps.go.id/).
Kemudian peneliti melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui
tentang jumlah lulusan siswa SMK Farmasi Samarinda setiap tahunnya. Sehingga
berikut ini adalah data jumlah siswa yang telah lulus selama kurun waktu empat
tahun terakhir di SMK Farmasi Samarinda. Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa jumlah lulusan SMK Farmasi Samarinda dari tahun 2013 sampai 2016
berjumlah 413 siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu
guru di SMK Farmasi Samarinda, Beliau mengatakan bahwa hanya terdapat ratarata sekitar 38% siswa yang bekerja dan sekitar 68 persen siswa melanjutkan
pendidikannya ke jenjang selanjutnya. Beliau juga mengatakan bahwa siswa yang
langsung bekerja setelah lulus SMK cenderung memiliki kesiapan dalam
menghadapi dunia kerja. Kemudian berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
siswa kelas XI SMK Farmasi Samarinda pada hari Selasa 3 Januari 2017 jam
10.00 di SMK Farmasi Samarinda. Subjek berinisial DS mengatakan bahwa ia
merasa siap untuk bekerja karena telah diberi pengetahuan secara materi dan
praktek oleh pihak sekolah serta diberi dukungan oleh teman-teman dan orang tua
selama bersekolah. Selain itu subjek berinisial VN mengatakan bahwa ia merasa
belum sepenuhnya siap dan ingin melanjutkan pendidikannya agar memiliki
pengetahuan yang lebih luas dan keahlian yang cukup serta orang tua yang
memberikan dukungan dan masukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya agar lebih siap saat bekerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja pada siswa SMK
berasal dari dukungan orang-orang terdekatnya yaitu keluarga (orang tua), teman
sebaya dan juga guru. Hal tersebut seperti yang dijelaskan pada penelitian yang
354
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
dilakukan oleh Firdaus (2012) memperoleh hasil bahwa dukungan keluarga
terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU, menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan. Dukungan dari teman sebaya juga tak kalah pentingnya,
karena remaja cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman
sebaya. Menurut Hurlock (2007) remaja lebih banyak berada di luar rumah
bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.
Kerangka Dasar Teori
Kesiapan Kerja
Chaplin (2011) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu keadaan
siap siaga untuk mereaksi atau menanggapi dan tingkat perkembangan dari
kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekan
sesuatu.Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2006) mendefinisikan kesiapan
kerja pada tingkat sampai dimana orang memiliki kemampuan dan kesediaan
untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kesiapan kerja adalah kapasitas seseorang
dalam meningkatkan kemampuan bekerjanya yang terdiri dari ilmu pengetahuan
dan keahlian serta sikap seseorang tersebut (Agusta, 2015).Sedangkan Andrew
(dalam Saputro & Suseno, 2009) menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan
kapabilitas seseorang dalam meningkatkan kemampuan bekerjanya, yang terdiri
dari ilmu pengetahuan, keahlian serta sikap seseorang tersebut.
Aspek-aspek Kesiapan Kerja
Menurut Yusuf (2002), terdapat limaaspek yang ada pada kesiapan kerja
yaitu meliputi:
a. Minat siswa
Minat (interest) merupakan suatu predisposisi, atau kecenderungan, atau suatu
reaksi perasaan yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian
seseorang sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya.
b. Kemampuan, kecerdasan, dan kecapakan
Secara konseptual, ada berkaitan antara kecakapan dengan kemampuan dan
kecerdasan.Kemampuan (ability) merupakan daya pikir/nalar seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu baik fisik maupun mental.
c. Kebebasan dalam memilih karir
Merupakan sikap siswa dimana tidak adanya rasa terkekang, rasa terbebani
dan tidak adanya pengaruh orang lain dalam menentukan karir mana yang
harus dipilih karena pada dasarnya siswa telah memahami dirinya dan
kemampuannya.
d. Kemantapan diri dalam memilih karir
Merupakan suatu bentuk sikap siswa yang menunjukkan rasa percaya
terhadap kemampuan yang dimiliki, merasa senang dalam menekuni bidang
kejuruan dan bidang karir yang akan dipilih serta mempunyai harapan yang
355
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
maju terhadap bidang kejuruan yang sedang ditekuni dan pilihan karir yang
diinginkan.
e. Tanggung jawab terhadap karir yang akan dipilih
Merupakan suatu bentuk sikap siswa dimana menunjukkan usaha yang
sungguh-sungguh dalam menekuni bidang kejuruan yang sedang ditekuni dan
karir yang akan dipilih karena sadar akan diri dan masa depannya agar
kehidupan yang akan dijalani sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Menurut Winkel (2006) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan
kerja terbagi menjadi dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri sendiri yaitu meliputi nilainilai kehidupan, taraf intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat,
pengetahuan, dan keadaaan jasmani.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri sendiri yaitu meliputi
masyarakat, keadan sosial ekonomi negara atau daerah, status sosial ekonomi
keluarga, pengaruh dari seluruh anggota keluarga, pendidikan sekolah,
pergaulan dengan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada masingmasing jabatan.
Dukungan Sosial
Sarafino dan Smith (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau sekelompok orang terhadap
individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia sayangi,
diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Baron dan Byrne (2005) mendefinisikan
dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh
teman-teman dan keluarga individu tersebut.
Taylor (2012) dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi
serta merasa dirinya dicintai dan diperhartikan, terhormat, dan dihargai, serta
merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbalik dari orang
tua, kekasih, kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan
masyarakat.
Aspek-aspek Dukungan Sosial
Menurut Bart (2004) terdapat empat aspek yang ada pada dukungan sosial
yaitu meliputi:
a. Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, keperdulian, dan perhatian
terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, diperhatikan,
dicintai, dan diperdulikan. Dukungan emosional meliputi perilaku memberi
perhatian serta bersedia mendengar keluh kesah orang lain.
356
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
b. Instrumental
Dukungan instrumental meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh individu, misalnya memberikan pinjaman uang, atau
memberikan pekerjaan pada waktu mengalami stress.
c. Informatif
Dukungan informatif meliputi bantuan seperti pemberian saran, nasehat,
sehingga individu dapat mencari penyelesaian dari suatu masalah atau tekanan
yang dihadapi.
d. Penghargaan
Dukungan penghargaan meliputi bantuan yang berupa ungkapan positif atau
dorongan untuk maju pada individu yang membutuhkan dukungan.Dukungan
penghargaan diri, membentuk kepercayaan diri, dan merasa dihargai saat
individu mengalami tekanan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Myers (2012) terdapat tiga faktor yang mendorong individu
untuk memberikan dukungan sosial, diantaranya yaitu:
a. Empati
Empati yaitu merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengurangi
kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
b. Pertukaran Sosial
Pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik dalam perilaku sosial antara
cinta, informasi, dan pelayanan. Terjadinya keseimbangan dalam pertukaran
akan menghasilkan kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan.
Pengalaman ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan
menyediakan dukungan.
c. Norma dan Nilai Sosial
Norma dan nilai sosial berfungsi sebagai pembimbing individu dalam
menjalankan kewajiban dalam hidupnya.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menjaring data kuantitatif
yaitu data yang dilukiskan dalam bentuk angka, menggunakan instrumen
kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif (Wirawan, 2015).
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Farmasi Samarinda. Individu yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Farmasi Samarindakelas
XII yang berjumlah 137 siswa. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rumus Slovin, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam
357
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
penelitian ini adalah 102siswa. Karakteristik subjek penelitian di SMK Farmasi
Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia
No.
Usia
Kategori
Jumlah
Persentase
1
15-17
Remaja Madya
78
76.47
2
18-20
Remaja Akhir
24
23.52
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian di
SMK Farmasi Samarinda yaitu siswa dengan usia 15-17 (remaja madya)
berjumlah 78siswa (76,47 persen) dan siswa dengan usia 18-20 (remaja akhir)
berjumlah 24siswa (23,52 persen). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
subjek penelitian di SMK Farmasi Samarinda didominasi oleh siswa dengan usia
15-17 (78), yaitu sebesar 76.47 persen.
Tabel Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
38
37.25
2
Perempuan
64
62.74
Jumlah
102
99
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian di
SMK Farmasi Samarinda yaitu siswa dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah
38siswa(37.25 persen)dan siswa dengan jenis kelamin perempuan berjumlah
64siswa (62.74 persen). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek
penelitian di SMK Farmasi Samarinda didominasi oleh siswa dengan jenis
kelamin perempuan, yaitu sebesar 62.74 persen.
Hasil Uji Deskriptif
Deskriptif data digunakan untuk menggambarkan kondisi sebaran data
pada siswa SMK Farmasi Samarinda. Mean empiris dan mean hipotesis diperoleh
dari respon sampel penelitian melalui dua skala penelitian yaitu skala Kesiapan
Kerjadan Dukungan Sosial.Kategori berdasarkan perbandingan mean hipotetik
dan mean empirik dapat langsung dilakukan dengan melihat deskriptif data
penelitian.
Menurut Azwar (2016) pada dasarnya interpretasi terhadap skor skala
psikologi bersifat normatif, artinya makna skor terhadap suatu norma (mean) skor
populasi teoritik sebagai parameter sehingga alat ukurberupa angka (kuantitatif)
dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Acuan normatif tersebut memudahkan
pengguna memahami hasil pengukuran. Setiap skor mean empirik yang lebih
tinggi secara signifikan dari mean hipotetik dapat dianggap sebagai indikator
tingginya keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti, demikian
jugasebaliknya. Berikut mean empirik dan mean hipotesis penelitian ini.
358
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
Tabel Mean Empiris dan Mean Hipotesis
Mean
SD
Mean
SD
Variabel
Status
Empirik Empirik Hipotetik Hipotetik
Kesiapan Kerja
74.31
8.323
80
16
Rendah
Dukungan Sosial
57.08
5.378
60
12
Rendah
Sumber Data: Lampiran Hal.129
Melalui tabel di atas diketahui gambaran sebaran data pada subjek
penelitian secara umum pada siswa SMK Farmasi Samarinda. Berdasarkan hasil
pengukuran melalui skala kesiapan kerjayang telah terisi diperoleh mean empirik
74.31 lebih rendah dari mean hipotetik 80 dengan kategori rendah. Hal ini
membuktikan bahwa subjek berada pada kategori tingkat kesiapan kerjayang
rendah. Adapun sebaran frekuensi data untuk skala tersebut sebagai berikut:
Tabel Kategorisasi Skor Skala Kesiapan Kerja
Interval Kecenderungan
Skor
Kategori
F Persentase
X ≥ M + 1.5 SD
≥ 104
Sangat Tinggi 0
0
M + 0.5 SD < X < M + 1.5 SD 88 – 103
Tinggi
9
8.8
M - 0.5 SD < X < M + 0.5 SD 72 – 87
Sedang
48
47.1
M - 1.5 SD < X < M - 0.5 SD 56 – 71
Rendah
45
44.1
X ≤ M - 1.5 SD
≤56
Sangat Rendah 0
0
Berdasarkan kategorisasi pada table di atas maka dapat dilihat bahwa
siswaperusahaan memiliki rentang nilai skalakesiapan kerjayang berada pada
kategori sedang dengan rentang nilai 72-87 dan frekuensi sebanyak 48siswa
dengan persentase 47.1persen. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa SMK
Farmasi Samarinda memilikikesiapan kerja yangsedang.
Pada skala dukungan sosialyang telah terisi diperoleh mean empirik
57.08lebih rendah dari mean hipotetik 60 dengan kategori rendah. Hal ini
membuktikan bahwa subjek berada pada kategori tingkat dukungan sosialyang
rendah. Adapun sebaran frekuensi data untuk skala tersebut sebagai berikut:
Tabel Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial
Interval Kecenderungan
Skor
Kategori
F Persentase
X ≥ M + 1.5 SD
≥ 78
Sangat Tinggi 0
0
M + 0.5 SD < X < M + 1.5 SD 66 – 77
Tinggi
1
0.9
M - 0.5 SD < X < M + 0.5 SD 54 – 65
Sedang
84
82.3
M - 1.5 SD < X < M - 0.5 SD 42 – 53
Rendah
17
16.8
X ≤ M - 1.5 SD
≤ 42
Sangat Rendah 0
0
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 13, maka dapat dilihat bahwa siswa
perusahaan memiliki rentang nilai skala dukungan sosial yang berada pada
kategorisedangdengan rentang nilai 54-65 dan frekuensi sebanyak 84siswa
359
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
dengan persentase 82.3persen. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa SMK
Farmasi Samarinda memiliki dukungan sosial yang sedang.
Hasil Uji Asumsi
Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum dilakukannya pengujian
hipotesis yaitu terlebih dahulu peneliti melakukan uji asumsi berupa uji
normalitas dan uji linieritas sebagai syaratdalam menentukan analisis dataapa
yang akan dipergunakan di dalam penelitian ini, yaitu apakah menggunakan
statistik parametrik atau non-parametrik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah alat uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai
distribusi yang normal. Jika distribusi dari nilai-nilai residual tersebut tidak
dapat dianggap berdistribusi normal, maka dikatakan ada masalah terhadap
asumsi normalitas (Santoso, 2015). Adapun kaidah yang digunakan dalam uji
normalitas adalah jika p > 0.05 maka sebaran datanya normal, sebaliknya jika
p < 0.05 maka sebaran datanya tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
1) Table test of normality
Tabel Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
P
Keterangan
Kesiapan Kerja
0.096
0.021 Tidak Normal
Dukungan Sosial
0.220
0.000 Tidak Normal
Sumber Data: Lampiran Hal.131-134
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel kesiapan kerja
menghasilkan nilai Z=0.096dan p= 0.021. Hasil uji normalitas
berdasarkan kaidah menunjukan bahwa sebaran butir-butir kesiapan
kerjaadalah tidak normal.
2) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel dukungan sosial
menghasilkan nilai Z= 0.220 dan p= 0.000. Hasil uji normalitas
berdasarkan kaidah menunjukan bahwa sebaran butir-butir dukungan
sosial adalah tidak normal.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedua
variabel yaitu kesiapan kerja dan dukungan sosialmemiliki sebaran data yang
tidak normal, dengan demikian analisis data secara parametrik tidak dapat
dilakukan karena tidakdapat memenuhi sebagai salah satu syarat atas
normalitas sebaran data penelitian.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.Uji linieritas dapat
juga untuk mengetahui taraf penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut.
360
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
Adapun kaidah yang digunakan dalam uji linieritas hubungan adalah bila nilai
deviant from linierity yaitu jika p > 0.05 maka hubungan dinyatakan linier.
Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Hasil Uji Linieritas Hubungan
Variabel
F Hitung F Tabel
P
Keterangan
Kesiapan Kerja–Dukungan Sosial
0.874
3.09
0.619
Linier
Sumber Data: Lampiran Hal.137
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji
asumsi linieritas antara variabel dukungan sosial dengan kesiapan
kerjamenunjukan nilai F hitung < F tabel yang artinya terdapat hubungan
yang linier antara dukungan sosial dengan kesiapan kerjayang mempunyai
nilai deviant from linierity yaitu F= 0.874 dan P= 0.619> 0.05 yang berarti
hubungannya dinyatakan linier.
Berdasarkan dari hasil setiap uji asumsi berupa uji normalitas dan uji
linieritas maka dapat disimpulkan bahwaanalisis data secara parametrik tidak
dapat dilakukan, karena tidak memenuhi syarat atas uji asumsi sebaran data
penelitian. Sehingga dengan demikian pengujian terhadap hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui analisis data secara
non-parametrik dengan menggunakan metode korelasi rank spearman.
Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial dengan kesiapan kerja. Tehnik analisis data yang digunakan
adalah analisis korelasi rank spearman.
a. Korelasi Rank Spearman
Uji korelasi dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua
variabel serta seberapa kuat tingkat hubungan yang ada. Uji korelasi yang
digunakan oleh peneliti adalah korelasi rank spearman. Analisis korelasi antar
kedua variabel ditunjukan pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Rank Spearman
Variabel
r hitung r tabel Sig
Dukungan Sosial-Kesiapan Kerja
0.268
0.195 0.006
Sumber: Lampiran SPSS Hal. 139
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi yang terbentuk
adalah sebesar 0.268. Nilai 0.268 merupakan nilai r hitung, dimana angka ini
menunjukkan korelasi atau hubungan yang lemah antara dukungan sosial dengan
kesiapan kerja siswa sebesar 26.8persen. Hubungan yang terjadi antara dukungan
sosial dengan kesiapan kerja siswa adalah hubungan yang positif. Hubungan
positif ini ditandakan dengan nilai koefisien korelasi rank spearmanantara
variabel dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa yang diperoleh yaitu
361
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
+0.268 (tanda „+‟ disertakan karena tidak ada tanda „-„ pada ouput, yang berarti
positif) tanda ‟+‟ tersebut mendandakan hubungan yang positif.
b. Uji Signifikansi Korelasi Rank Spearman
Selanjutnya untuk mengetahui apakah koefisien korelasi tersebut
signifikan secara statistik maka dilakukan melalui uji Z. Adapun perhitungan uji
Z tersebut adalah sebagai berikut:
Zhitung =
= 0.268 x
= 0.268 x 10.04
= 2.69
Pada tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (0.05) maka nilai dari Z tabel
untuk uji dua sisi (two-tailed):
Ztabel = 50% - α / 2
Ztabel = 0.5 – 0.05 / 2
Ztabel = 0.475
Berdasarkan tabel kurva normal didapatkan Ztabel sebesar 1.96. Untuk
menguji hipotesis nol (H0), kriterianya adalah:
H0 ditolak jika: Zhitung > Ztabel
H0 diterima jika: Zhitung < Ztabel
Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai Zhitung sebesar 2.69 dan nilai
Ztable sebesar 1.96. Dengan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai ZHitung =
2.69 lebih besar dari ZTabel = 1.96 maka H0 ditolak dan artinya H1 diterima.
Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yangsignifikan namun lemahantaradukungan sosialdengan kesiapan kerja.
c. Korelasi Parsial
Pada hasil analisis korelasi parsial yaitu pada faktor minat siswa(Y1) dapat
diketahui sebagai berikut:
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Parsial
Terhadap Minat Siswa(Y1)
Faktor
r Hitung r Tabel
P
Emosional (X1)
0.162
0.195
0.104
Instrumental (X2)
0.147
0.195
0.139
Informatif (X3)
0.108
0.195
0.281
Penghargaan (X4)
0.252
0.195
0.011
Sumber Data: Lampiran Hal.141
Pada tabel dapat diketahui bahwa faktorpenghargaan (X 4) memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan minat siswa(Y1), sedangkan faktor
emosional (X1), instrumental (X2), dan informatif (X3) tidak berkorelasi
denganminat siswa (Y1), lebih lanjut pada pengujian analisis korelasi parsial pada
faktor kemampuan, kecerdasan dan kecapakan(Y2) dapat diketahui sebagai
berikut:
362
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Parsial
Terhadap Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan(Y2)
Faktor
r Hitung r Tabel
P
Emosional (X1)
0.300
0.195
0.002
Instrumental (X2)
0.322
0.195
0.001
Informatif (X3)
0.185
0.195
0.062
Penghargaan (X4)
0.237
0.195
0.016
Sumber Data: Lampiran Hal. 142
Pada tabel dapat diketahui bahwa faktor emosional (X1), instrumental
(X2), dan penghargaan(X4) memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
kemampuan, kecerdasan dan kecapakan (Y2). Sedangkan faktor informatif(X3)
tidak berkorelasi dengankemampuan, kecerdasan dan kecapakan (Y2). Lebih
lanjut pada pengujian analisis korelasi parsial pada faktor kebebasan dalam
memilih karir(Y3) dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Parsial
Terhadap Kebebasan Dalam Memilih Karir(Y3)
Faktor
r Hitung r Tabel
P
Emosional (X1)
0.169
0.195
0.089
Instrumental (X2)
0.277
0.195
0.005
Informatif (X3)
0.291
0.195
0.003
Penghargaan (X4)
0.329
0.195
0.001
Sumber Data: Lampiran Hal. 143
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor instrumental (X2),
informatif (X3), dan penghargaan (X4) memiliki hubungan yang positif dan
signifikan dengan kebebasan dalam memilih karir(Y3). Selain itu faktor emosional
(X1)tidak berkorelasi dengan kebebasan dalam memilih karir (Y3).Lebih lanjut
pada pengujian analisis korelasi parsial pada faktor kemantapan diri dalam
memilih karir(Y4) dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Parsial
Terhadap Kemantapan Diri Dalam Memilih Karir(Y4)
Faktor
r Hitung r Tabel
P
Emosional (X1)
0.137
0.195
0.168
Instrumental (X2)
0.004
0.195
0.967
Informatif (X3)
0.015
0.195
0.881
Penghargaan (X4)
0.047
0.195
0.642
Sumber Data: Lampiran Hal. 144
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor emosional (X1),
instrumental (X2), informatif (X3), dan penialian (X4) tidak berkorelasi
dengankemantapan diri dalam memilih karir (Y4). Lebih lanjut pada pengujian
analisis korelasi parsial pada faktor tanggung jawab terhadap karir yang akan
dipilih (Y5) dapat diketahui sebagai berikut:
363
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
Tabel Hasil Uji Analisis Korelasi Parsial
Terhadap Tanggung Jawab Terhadap Karir Yang Akan Dipilih(Y5)
Faktor
r Hitung r Tabel
P
Emosional (X1)
0.005
0.195
0.957
Instrumental (X2)
0.011
0.195
0.912
Informatif (X3)
0.000
0.195
1.000
Penghargaan (X4)
0.043
0.195
0.671
Sumber Data: Lampiran Hal. 145
Pada tabel 21 dapat diketahui bahwa faktor emosional (X1), instrumental
(X2), informatif (X3), dan penialian (X4) tidak berkorelasi dengantanggung jawab
terhadap karir yang akan dipilih (Y5).
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwaterdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja pada siswa SMK
Farmasi Samarinda. Hal ini ditunjukan dari hasil koefisiensi korelasi rank
spearmansebesar 0.268 dengan signifikansi sebesar 0.006,oleh karena nilai
signifikansi < 0.050, maka hipotesisnya yaitu ada hubungan antara dukungan
sosial dengan kesiapan kerja siswa.
Dengan harga koefisien korelasi bertanda positf, maka terdapat adanya
arah hubungan yang searah, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka
semakin tinggi juga kesiapan kerja yang dialami oleh siswa SMK Farmasi
Samarinda. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka
semakin rendah juga kesiapan kerja yang dialami oleh siswa SMK Farmasi
Samarinda.
Hasil uji korelasi rank spearmandidapatkan pada nilai r hitung diperoleh
hasil koefisiensi determinasi sebesar 0.268 (26.8persen) yang berarti variabel
bebas (dukungan sosial) memberikan sumbangsih efektifitas pengaruh sebesar
26.8persen terhadap variabel terikat (kesiapan kerja), namun sisanya sebesar
73.2persen cenderung lebih dipegaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak
diteliti di dalam penelitian ini.
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan
kerja (Myers, 2012) yaitu meliputi faktor internal (nilai-nilai kehidupan, taraf
intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan, dan keadaaan jasmani)
dan faktor eksternal (masyarakat, keadan sosial ekonomi negara atau daerah,
status sosial ekonomi keluarga, pengaruh dari seluruh anggota keluarga,
pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat
pada masing-masing jabatan).
Dukungan yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK pada
umumnya berasal dari orang-orang terdekatnya yaitu keluarga (orang tua), teman
sebaya dan juga guru.Menurut Sarafino dan Smith (2011) menyatakan bahwa
dukungan sosial merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau sekelompok
364
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia
sayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Baron dan Byrne (2005)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang
diberikan oleh teman-teman dan keluarga individu tersebut.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh
Firdaus (2012) memperoleh hasil bahwaterdapat hubungan positif yang signifikan
antara dukungan keluarga terhadap kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Amuntai
Kab.Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.Penelitian yang dilakukan oleh Utami
(2016) juga menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan
antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK Bhakti Mulia
Wonogiri.
Dukungan dari teman sebaya juga tak kalah pentingnya, karena remaja
cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Menurut
Hurlock (2004) remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan temanteman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku
lebih besar daripada pengaruh keluarga.
Pada hasil analisis korelasi parsial didapatkan hasil bahwa faktor
penghargaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan minat siswa.
Sedangkan faktor emosional, instrumental, dan informatif tidak berkorelasi
dengan minat siswa.Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan
salah seorang siswa yang berisinial DS pada hari Selasa 3 Januari 2017 jam 10.00
di SMK Farmasi Samarindayang mengatakan bahwaterdapat keinginanyang ada
dari dalam dirinya untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaannya berawal dari
pemberian dorongan positif yang berasal dari orang disekitarnyaagar terus
majuuntuk dapatmeraih kesuksesan.
Padafaktor emosional, instrumental, dan penghargaanmemiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan kemampuan, kecerdasan dan kecapakan.
Sedangkan faktor informatiftidak berkorelasi dengan kemampuan, kecerdasan dan
kecapakan. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan salah
seorang siswayang mengatakan bahwa kecakapan dari kemampuan dan
kecerdasan yang dimilikinya berawal dari diberikannya perhatian kepada dirinya,
mendapatkan bantuan bila dibutuhkan, dan dorongan positif yang berasal dari
orang disekitarnyasehingga merasa nyaman dan bersemangat dalam
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.
Bersadarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembahasan
di atas yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK pada umumnya berasal
dari orang-orang terdekatnya yaitu keluarga (orang tua) dan dukungan dari teman
sebaya juga tak kalah pentingnya, karena remaja cenderung lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebaya.Pada hasil analisis korelasi parsial
didapatkan hasil bahwa faktor penghargaan memiliki hubungan yang positif dan
signifikan dengan minat siswa.Pada faktor emosional, instrumental, dan
informatif tidak berkorelasi dengan minat siswa.Padafaktor emosional,
365
PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 353-367
instrumental, dan penghargaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan kemampuan, kecerdasan dan kecapakan.
Pada faktor informatiftidak berkorelasi dengan kemampuan, kecerdasan
dan kecapakan.Pada ada faktor emosional, instrumental, informatif, dan
penghargaan tidak berkorelasi dengan kemantapan diri dalam memilih karir dan
tanggung jawab terhadap karir yang akan dipilih. Padafaktor faktor instrumental,
informatif, dan penghargaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan kebebasan dalam memilih karir.Pada faktor emosional tidak berkorelasi
dengan kebebasan dalam memilih karir.Pada faktor faktor instrumental,
informatif, dan penghargaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan kebebasan dalam memilih karir.Sedangkan faktor emosional tidak
berkorelasi dengan kebebasan dalam memilih karir.
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan social dengan
kesiapan kerja pada siswa SMK Farmasi Samarinda, artinya semakin tinggi
dukungan social maka semakin tinggi juga kesiapan kerja yang dialami oleh
siswa SMK Farmasi Samarinda. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
dukungan social maka semakin rendah juga kesiapan kerja yang dialami oleh
siswa SMK Farmasi Samarinda.
2. Hasil analisis korelasi parsial didapatkan bahwa factor yang paling
mempengaruhi ialah factor emosional, instrumental, dan penghargaan
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan,
kecerdasan dan kecapakan.
Saran
1. Bagisiswa SMK Farmasi Samarinda.
Bagi para siswa disarankan untuk terus giat dalam mengikuti pelatihan,
memperluas networking, dan sering mengikuti job fair agar memiliki
wawasan yang luas tetang dunia kerja.
2. Bagi pihak guru SMK Farmasi Samarinda
Bagi pihak guru, diharapkan agar dapat membantu siswa dalam
mempersiapkan diri ke jenjang karir, juga memberikan bantuan langsung
seperti memberikan nasehat, memberikan pelatihan dalam mempersiapkan
karir, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk mempersiapkan
diri mereka dalam menghadapi dunia kerja.
3. Bagi pihak keluarga SMK Farmasi Samarinda
Bagi pihak keluarga, diharapkan agar dapat membantu siswa dalam
memberikan perhatian kepada dirinya, memberikan bantuan bila dibutuhkan,
dan dorongan positif yang berasal dari keluarga dan orang sekitarnya
sehingga merasa nyaman dan bersemangat dalam meningkatkan kemampuan
yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi dunia
kerja.
366
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja ... (Evi Ratna Sari)
4. Bagi penelitian selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
kesiapan kerja pada siswa disarankan agar dapat mempertimbangkan faktorfaktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kesiapan kerja, misalnya
tingkat intelegensi, minat dan bakat.
Daftar Pustaka
Agusta, Y. N. (2015). Hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Daya Juang
terhadap Kesiapan Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Mulawarman. eJournal Psikologi.
Vol:3, No:1, Hal:369-381.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Bart, S. (2004). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.
Chaplin, J. P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Firdaus, Z. Z. (2012). Pengaruh Unit Produksi, Prakerin dan Dukungan Keluarga
terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (3),
397- 409.
Hurlock, B. E. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Isharyanti, R. (2011). Pengaruh Praktik Industri, Informasi Dunia Kerja dan
Motivasi Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Program
Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 1 Tempel. Skripsi. Pendidikan
Administrasi Perkantoran FISE UNY.
King, A. L. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Myers, D.G. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Saputro, N. D., & Suseno, M. N. (2009). Hubungan antara Kepercayaan Diri
dengan Employability pada Mahasiswa. Psikohumanika. Vol:2, No:1,
Hal:13-14.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions. United States of America: John Willey & Sons Inc.
Taylor, S. E. (2012). Health Psychology. New York: McGraw-Hill.
Wirawan. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian: Aplikasi dalam Organisasi
Bisnis, Pemerintahan dan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf, M. (2002). Kiat Sukses dalam Karier. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Zuniarti, & Siswanto, B. T. (2013). Pengaruh Motivasi Belajar, Kinerja Intensitas
Pembimbingan Prakerin terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Pariwisata
DIY. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol:3, No:3, Hal:405-406.
367
Download