BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Persediaan 2.1.1 Pengertian Menurut Ir. Arman Hakim Nasution, persediaan adalah sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut, yakni proses kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik ( manufaktur ), persediaan dapat terdiri dari : a. Persediaan bahan baku b. Persediaan bahan pembantu c. Persediaan barang dalam proses ( WIP ) d. Persediaan barang jadi, dan persediaan suku cadang Pada sebuah organisasi seperti rumah sakit, salon dan hotel, kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pelanggan Pengendalian terhadap persediaan atau inventori kontrol adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian inventori ditekankan pada pengendalian material. Pada produk 14 jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan, karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan. Persediaan memerlukan adanya keseimbangan antara mempertahankan tingkat inventori yang tepat dengan pengaruh keuangan minimum terhadap pelanggan. Investasi yang sangat besar akan mengakibatkan biaya modal yang sangat besar sehingga akan mengakibatkan juga biaya operasi yang tinggi. Investasi untuk persediaan harus bersaing dengan investasi yang lain yang juga membutuhkan dana. Berdasarkan konsep marginal efisiensi of capital ( MEC ), perusahaan harus investasi pada kesempatan yang mempunyai pengembalian lebih besar daripada peminjaman modal. Pengembalian investasi dapat juga dikatakan suatu perbandingan antara keuntungan dengan kekayaan. Material disimpan pada beberapa persediaan yang ditempatkan pada posisi yang disesuaikan dengan tahap proses produksi sehingga persediaan ini membagi daerah operasi menjadi beberapa bagian. Pembagian dilakukan untuk menghindari pengaruh kegiatan dari operasi bagian yang lain dan juga memudahkan untuk melakukan penjadwalan pada bagian tersendiri. Terdapat susunan inventori yang dinamakan “multi stage inventory” yang mengembangkan tingkat masing-masing inventory untuk menunjang sistem secara keseluruhan karena pada akhirnya semua material dari masing-masing inventory pada waktu yang sama akan menjadi barang jadi. 15 Material dapat juga disimpan dengan cara bertingkat, yaitu dari mula-mula pabrik kemudian ke gudang, grosir, pengecer, dan akhirnya kepada pelanggan yang akan terbentuk dengan sendirinya suatu sistem distribusi. Gambar 2.1 Multi-Ecchelon Inventory Sumber : Sumayang Lalu. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi: Pengelolaan Persediaan atau Manajemen Inventori. Edisi Pertama. 2003. hal.199. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Persediaan Menurut Lalu Sumayang, fungsi persediaan adalah menjaga keseimbangan antara besar kapasitas penawaran dengan jumlah permintaan, selain menjaga keseimbangan antara permintaan dengan kapasitas penawaran, persediaan juga berfungsi sebagai data informasi pencapaian keuntungan yang maksimal, karena dengan semakin banyaknya persediaan, berarti bahan baku yang diperlukan banyak dan akan berfungsi untuk berjalannya proses produksi. 16 Terdapat 3 alasan persediaan diperlukan, antara lain adalah : 1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian Untuk menghadapi ketidakpastian, maka sistem persediaan ditetapkan persediaan darurat atau yang disebut safety stock. a. Apabila permintaan telah diketahui maka persediaan barang dalam proses dan barang jadi akan disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini tidak perlu ada persediaan dan apabila ada gejolak permintaan diteruskan kebagian produksi dan bagian produksi akan berusaha mengatasi gejolak permintaan. b. Safety stock dapat mengatasi hal diatas tanpa adanya campur tangan dari bagian produksi. Demikian juga dengan persediaan bahan baku yang akan menyerap seandainya ada gejolak dari pemasok. Sedangkan inventory barang setengah jadi digunakan untuk mengatasi gejolak pada proses produksi, yang antara lain disebabkan oleh : - Kerusakan mesin produksi ataupun peralatan - Pekerja yang tidak patuh - Perubahan jadwal yang sangat cepat Jika sumber ketidakpastian dapat dihilangkan, maka jumlah inventory maupun safety stock dapat dikurangi. 2. Memberi waktu luang untuk pengelola produksi dan pembelian Mendapatkan ekonomis dalam persediaan bahan baku dapat dilakukan dengan memproduksi bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam jumlah banyak dan 17 disimpan sebagai persediaan. Selama persediaan masih mencukupi, proses produksi dapat dihentikan hingga persediaan hampir habis proses produksi dapat dimulai kembali. Beberapa kemudahan dalam prinsip diatas adalah : a. Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah besar produk. b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan bermacam-macam jenis produk. Pembelian bahan baku dalam jumlah banyak akan lebih ekonomis dalam penggunaan biaya yang dibutuhkan. Pembelian bahan baku dalam jumlah banyak dapat dilakukan dalam periode tertentu yang dinamakan cycle inventory, dengan pembelian bahan baku dalam jumlah yang banyak, maka bahan baku dapat digunakan untuk proses produksi dan sisanya dapat digunakan sebagai persediaan. 3. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply Persediaan atau inventory disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang menunjukkan perubahan pada demand dan supply. a. Bila ada perkiraan perubahan harga persediaan bahan baku. b. Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar di mana sejumlah besar barang jadi disimpan untuk menunggu penjualan tersebut. c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi musim lesu atau low season. Kelebihan produk ini aka disimpan sebagai persediaan yang akan 18 digunakan nanti apabila produksi output tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan yaitu pada musim ramai atau pada “peak season”. 2.1.3 Tujuan Persediaan Menurut Napa J Awat, tujuan utama persediaan adalah menyediakan tempat untuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi sebelum dilanjutkan ke tahap proses yang berikutnya, seperti halnya ketahap proses produksi untuk bahan baku yang membantu dalam proses produksi yang akan di produksi, ataupun barang setengah jadi untuk membantu dalam tahap penyelesaian produksi dan barang jadi yang akan di distribusi kepada pelanggan ataupun konsumen. Dalam proses pencapaian tujuan persediaan, perusahaan harus menerima konsekuensi dari proses tersebut, yaitu dengan menanggung biaya maupun resiko yang berkaitan dengan keputusan persediaan. Oleh karena itu, sasaran dari manajemen persediaan adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkannya, dengan kata lain, manajemen persediaan berusaha untuk meminimumkan total biaya persediaan dalam perubahan tingkat persediaan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku agar : 1. Menjaga jangan sampai terjadinya kehabisan persediaan bahan yang mengakibatkan timbulnya biaya kekurangan bahan (shortage cost atau stock out cost) 19 2. Menjaga agar persediaan bahan tidak berlebihan sehingga memperbesar biaya pemeliharaan (carrying cost) 3. Menjaga agar tidak terjadi pembelian kecil-kecilan yang mengakibatkan naiknya biaya pemesanan (procurement cost atau set up cost atau ordering cost) Adanya manajemen persediaan yang terkendali, maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya persediaan lebih sedikit. Selain manajemen yang tepat, jumlah persediaan dan waktu yang dibutuhkan untuk penyimpanan juga mempengaruhi manajemen persediaan agar akurat. 2.1.4 Faktor Pengaruh Persediaan Bahan Baku Menurut Napa J Awat, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan bahan baku : 1. Perkiraan kebutuhan akan bahan baku 2. Daya tahan atau keawetan bahan baku 3. Lamanya proses produksi 4. Ongkos simpan 5. Resiko penyimpanan 6. Harga bahan 7. Kebijakan pembelanjaan 8. Waktu tunggu 9. Sulit-mudahnya memperoleh bahan baku 20 Manajemen persediaan diperlukan untuk meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mengoptimumkan persediaan maka adanya beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan, antara lain adalah : 1. Waktu pemesanan bahan baku 2. Jumlah pemesanan bahan baku yang dibutuhkan 3. Waktu pemesanan kembali saat persedian bahan baku yang dimiliki habis 2.1.5 Aliran Material Persediaan atau inventory merupakan persediaan material yang digunakan sebagai sarana produksi atau untuk memuaskan dan memenuhi permintaan pelanggan. Sehingga terdapat beberapa bahan yang terkandung dalam inventory. Antara lain adalah : a. Bahan baku ( raw material ) b. Bahan dalam proses ( work in process ) c. Barang jadi ( finish good ) 21 Gambar 2.2 Multi-Stage Inventory Sumber : Sumayang Lalu. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi: Pengelolaan Persediaan atau Manajemen Inventori. Edisi Pertama. 2003. hal.200. Persediaan juga dapat dikatakan sebagai suatu sumber daya yang menganggur yang memiliki nilai kemampuan ekonomi. Dengan kata lain, sumber daya selain material bukan merupakan inventory, melainkan merupakan kapasitas. Dengan demikian dapat dibedakan antara persediaan dengan kapasitas : a. Kapasitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk b. Inventory atau persediaan adalah semua persediaan material yang ditempatkan sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi. Oleh karena itu, persediaan diletakkan sepanjang proses produksi membutuhkan material yang tersimpan dengan cara menghubungkan antara lokasi tempat persediaan bahan baku dengan lokasi tempat persediaan bahan lain yang termasuk dalam proses produksi. 22 Berdasarkan pada sistem inventory, terdapat dua pengertian, yaitu : a. Kemampuan untuk mengisi sebuah persediaan yang dinamakan kapasitas penawaran ( supply capacity ) b. Jumlah pengurangan persediaan dinamakan permintaan ( demand ) Inventory atau persediaan berfungsi menjaga keseimbangan antara kapasitas penawaran dengan jumlah permintaan. Gambar 2.3 Sistem Inventory Sumber : Sumayang Lalu. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi: Pengelolaan Persediaan atau Manajemen Inventori. Edisi Pertama. 2003. hal.201. Tingkat inventory akan menyeimbangkan supply dan demand. Jika demand lebih besar dari supply maka tingkat persediaan atau inventory akan turun sampai habis. Begitu pula sebaliknya, bila supply lebih besar dari demand maka tingkat inventory akan naik. 23 Dalam proses persediaan bahan baku, sangat diperlukannya proses peramalan yang baik dan tepat dalam meramalkan permintaan akan bahan baku yang diperlukan. Adanya proses peramalan, maka tidak akan terjadi over order atau pemesanan bahan baku yang berlebihan, karena efek dari pemesanan bahan baku yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan biaya produksi dan biaya persediaan dan juga akan merugikan perusahaan karena banyaknya barang yang menumpuk di gudang. 2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Menurut Ir. Arman Hakim Nasution, peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kualitas, kuantitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa. Peramalan biasa digunakan dalam keadaan pasar yang bersifat komplek dan dinamis. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek, dan dinamis karena permintaan tersebut akan tergantung pada keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subsitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. 24 2.2.2 Jenis-jenis Peramalan Dalam membuat suatu keputusan, diperlukannya informasi yang cukup akurat dari berbagai aspek yang memungkinkan untuk membantu dalam pencapaian keputusan. Peramalan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Terdapat beberapa jenis peramalan, antara lain adalah : a. Peramalan tentang pengembangan teknologi. b. Peramalan tentang kondisi ekonomi c. Peramalan permintaan Pada perencanaan dan pengendalian produksi, peramalan permintaan merupakan hal yang sangat penting untuk berlangsungnya proses produksi dan pengadaan bahan baku. 2.2.3 Peramalan Permintaan Peramalan permintaan adalah tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Peramalan permintaan merupakan satu masukan yang sangat penting untuk perencanaan dan pengendalian produksi yang dimana peramalan permintaan memberikan data yang akan dipakai untuk proses pembuatan produk yang dibutuhkan konsumen, dan sebagai pertanggung jawaban atas pembuatan produk. Peramalan permintaan digunakan untuk meramalkan permintaan dari produk yang bersifat bebas ( tidak tergantung ). 25 2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Permintaan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan result atau hasil dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor tersebut antara lain : a. Siklus Bisnis. Penjualan produk dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan. b. Siklus Hidup Produk Siklus hidup produk bila dikaikan dengan waktu maka akan terbagi menjadi beberapa fase, antara lain, fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan, dan fase penurunan. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu diadakannya inovasi produk yang tepat. c. Faktor-Faktor Lain Faktor lain yang mempengaruhi antara lain : reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, usaha-usaha yang dilakukan perusahaan sendiri. 26 Gambar 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Sumber : Nasution Arman Hakim. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. 2003. hal 28. 2.2.5 Karakteristik Peramalan Peramalan mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya dan kemudahan. Kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Akurasi Akurasi dari pengukuran peramalan diukur dengan bias dan konsistensi dari peramalan tersebut. Hasil peramalan dapat dikatakan bias apabila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Peramalan dapat dikatakan konsisten apabila besar kesalahan peramalan kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi, dan berakibat pada kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. 27 Permalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan penumpukan persediaan dan menimbulkan banyaknya biaya yang sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan berperan penting untuk menyeimbangkan persediaan yang ideal dalam hal ini persediaan yang ideal adalah meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimalkan pelayanan. b. Biaya Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Tiga item ersebut memperngaruhi jumlah data yang dibutuhkan, pengolahan data, penyimpanan data dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemilihan metode peramalan disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin di dapat. Item-item yang penting menggunakan metode peramalan yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto ( Analisa ABC ). c. Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan murah memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dan akan menjadi percuma apabila menggunakan metode peramalan yang canggih dan mahal apabila memiliki keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi yang terbatas. 28 2.2.6 Sifat Hasil Peramalan Dalam penerapan peramalan atau membuat peramalan diperlukan beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain : a. Peramalan mengandung kesalahan, yang berarti peramal hanya bisa mengirangi ketidakpastian yang terjadi namun tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. b. Peramalan memberikan informasi beberapa ukuran kesalahan, dan peramalan seharusnya tidak mengandung kesalahan, maka data kesalahan yang mungkin terjadi menjadi faktor penting dalam peramalan. c. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan dengan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan pengaruh permintaan yang masih konstan. Sedangkan peramalan jangka panjang memungkinkan terjadinya perubahan yang memperngaruhi permintaan. 2.2.7 Metode-Metode Dalam Peramalan Secara umum peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu : a. Peramalan bersifat subyektif b. Peramalan bersifat obyektif Perbedaan antara 2 macam peramalan ini didasarkan pada cara mendapatkan nilai-nilai ramalan. Peramalan subyektif lebih menekankan pada keputusan- keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun 29 terlihat kurang ilmiah tetapi mampu memberikan hasil yang baik. Peramalan subyektif memiliki 2 metode yang antara lain : a. Metode Delphi Metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu grup yang terdiri dari beberapa para ahli dan berasal dari disiplin yang berbeda. Grup tidak bertemu secara bersama dalam suatu forum, melainkan meminta pendapat secara terpisah dan tidak boleh saling runding, agar tidak terjadi bias pada pendapat yang dapat berpengaruh pada kelompok. Metode Delphi biasa digunakan pada peramalan teknologi yang sudah menggunakan pengoperasian jangka panjang. Metode ini juga bermanfaat dalam pengembangan produk, pengembangan kapasitas produksi, penerobosan ke segmen pasar baru dan strategi keputusan bisnis. b. Metode Penelitian Pasar Metode ini mempunyai cara dengan mengumpulkan dan menganalisa fakta secara sistematis pada bidang yang berhubungan fengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar adalah survei konsumen. Survey konsumen dapat mengenai pelayanan yang diberikan, selera konsumen dan kepuasan terhadap produk dengan cara kuesioner. Penelitian pasar biasa digunakan dalam pengembangan produk baru, sistem periklanan dan promosi yang tepat. Hasil penelitian pasar juga bisa digunakan sebagai peramalan permintaan produk baru. Peramalan Obyektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturanaturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Peramalan obyektif juga 30 mengansumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabelvariabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang juga pada masa yang akan datang. Peramalan obyektif terdiri atas 2 metode, yaitu : a. Metode Intrinsik Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proteksi permintaan hisitoris tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode intrinsik hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi. Yang dimana dalam pengendalian produksi dan pengendalian persediaan bahan baku harus melibatkan banyak item yang berbeda. Metode intrinsik diwakili dengan analisis deret waktu. b. Metode Ekstrinsik Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat memperngaruhi besarnya pemintaan dimasa akan datang dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode kasual dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Kelemahan dalam metode ini adalah dalam hal mahalnya biaya aplikasi dan frekuensi perbaikan dari hasil peramalan yang rendah karena sulitnya menyediakan informasi perubahan faktorfaktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik biasa dipakai dalam peramalan dalam tingkat agregat. Metode ini diwakili oleh metode regresi. 31 Gambar 2.5 Jenis, input, output dan umpan balik proses peramalan Sumber : Nasution Arman Hakim. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. 2003. hal 34. 2.2.8 Rata-Rata Bergerak ( Moving Average = MA ) Moving average diperoleh dengan merata-rata berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari teknik MA adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan dapat dicapai dengan cara merata-ratakan beberapa data secara bersama-sama dan 32 menggunakan nilai rata-rata sebagai remalan permintaan pada periode yang akan datang. Dapat dikatakan sebagai rata-rata bergerak ( MA ) karena setiap data aktual permintaan baru deret waktu tersedia, maka aktual permintaan yang paling terdahulu dikeluarkan dari perhitungan dan suatu nialai rata-rata baru dihitung. Maka secara matematis dapat dibuat persamaan, yaitu : MA = At + At −1 + .... + At −( N −1) N Dimana : At = Permintaan Aktual pada periode-t N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan MA berikutnya selalu dihitung dengan mengeluarkan data yang terdahulu, maka : MAt = MAt −1 + At − At − N N Pemilihan tetntang nilai N yang tepat adalah hal yang penting dalam metode ini. Semakin besar nilai N, maka semakin halus perubahan nilai MA dari periode ke periode. Kebalikannya, semakin kecil nilai N, maka hasil peramalan akan lebih agresif dalam mengantisipasi perubahan data terbaru yang diperhitungkan. Bila peramalan berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, maka ramalan harus cukup agresif dalam mengantisipasi perubahan tersebut, sehingga N yang kecil akan lebih cocok dipakai, dan bila permintaan cenderung stabil selama jangka waktu yang panjang, maka dipakai nilai N yang besar. 33 Kelemahan dari teknik MA adalah sebagai berikut : a. Peramalan selalu berdasarkan pada N data terakhir tanpa mempertimbangkan data-data sebelumnya. b. Setiap data dianggap memiliki bobot yang sama. c. Diperlukan biaya yang besar dalam penyimpanan dan pemrosesan data. Dalam kelemahan MA terdapat data yang dapat dianggap memiliki bobot sama, dapat di atasi dengan menggunakan metode bobot rata-rata, dan dapat pula ditarik kesimpulan dari metode MA ini, yaitu : a. Peramalan akan lebih stabil bila sesuai dengan syarat yang diatas. b. Tanggapan terhadap perubahan demand lebih lambat. 2.2.9 Pemulusan Eksponential ( Exponential Smoothing = ES ) Model ES dapat membantu dalam kelemahan MA, yang juga merupakan salah satu jenis metode peramalan Time Series yang didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka rata-rata lema dan data demand yang terbaru. Model ES dapat dirumuskan menjadi : At = αDt + (1 − α )At −1 Dimana : At −1 = Angka rata-rata lama Dt = Demand terbaru α = Pembobotan yang diberikan pada demand terbaru. 34 Kemudian besar dan jenis error dapat diperhitungkan dengan cara : a. Pembagian dengan bobot yang berbeda b. Absolute deviasi dengan bobot yang berbeda Untuk pemilihan bobot yang terbaik adalah dengan mencari seberapa besar α agar supaya error dan absolute devisasinya menjadi kecil. Jika terjadi ketidak jelasan maka dilakukan imbal balik atau trade off antara error dan absolute deviasinya. 2.2.10 Error Peramalan Jika menggunakan metode peramalan eksponential smoothing maka perhitungan untuk menetapkan error harus dilakukan pada angka rata-rata yang telah diperhalus. Error digunakan untuk : a. Untuk menyiapkan safety stock atau kapasitas darurat, yang akan menjamin tidak akan terjadinya kekurangan persediaan b. Untuk mengetahui adanya data yang tidak sesuai dan harus diperhitungkan dalam peramalan atau kalau mungkin dihilangkan. c. Untuk mengetahui kapan sebuah metode peramalan tidak lagi mengikuti demand yang sesungguhnya sehingga perlu diatur lagi. 35 Dalam peramalan terdapat 4 cara untuk menghitung error, yaitu : et = error untuk periode waktu t et = Dt − Ft ,. Error adalah perbedaan hasil ramalan demand dengan demand yang sesungguhnya. Dimana Dt adalah data pada periode waktu t dan Ft ramalan pada periode waktu t a. Cumulative sum of forecast errors n CFE = ∑ et t =1 b. Mean Square Error n MSE = ∑e 2 t t =1 n c. Mean absolute deviation of forecast error n MAD = ∑e t =1 t n d. Mean absolute percentage errors n MAPE = et ∑ D 100% t =1 t n Akar dari MSE dikenal sebagai standard deviation ( s = MSE ) MSE = Total rata-rata error pangkat 2 dimaksud agar negatif error menjadi positif sehingga tidak mengurangi jumlah error. 36 MAD dihitung dari nilai absolute error dari setiap periode dan merupakan nilai ratarata dari “n” jumlah periode waktu. MAPE adalah cara yang paling akurat untuk membandingkan error dari dua metode Time Series. 2.2.11 Regresi Linier Regresi linier merupakan salah satu metode dalam Peramalan Kausal yang dimana peramalan kausal sendiri adalah mengembangkan sauatu sebab akibat antara pemintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain yang dianggap berpengaruh. Data dari variabel-variabel dikumpulkan dan di analisis untuk menentukan kevaliditasan dari metode peramalan yang diusulkan. Metode regresi adalah metode yang menggunakan satu variabel yang berpengaruh tunggal terhadap variabel lainnya. Secara sistematis, metode regresi linier dapat dinyatakan dengan : yˆ = a + bx Dimana : ŷ = Perkiraan Permintaan x = Variabel bebas yang mempengaruhi y a = Nilai tetap y bila x = 0 ( merupakan potongan dengan sumbu y ) b = Derajat kemiringan persamaan garis regresi 37 Analisis regresi linier bertujuan meminimasi persamaan kesalahan dengan memilih nilai a dan b yang sesuai. Kesalahan terkecil akan di peroleh dengan cara derivatif, yang dimana hasil akhirnya adalah : a= ∑y b= n∑ xi yi − n i −b ∑x i n [(∑ x )(∑ y )] n∑ x − (∑ x ) 2 i i i 2 i 2.2.12 Keterikatan Peramalan dengan Persediaan Penggunaan metode peramalan tersebut, maka dapat ditentukan berapa banyak bahan baku yang diperlukan oleh produksi untuk memproduksi produk perusahan. Peramalan sering digunakan untuk memperkirakan permintaan bahan baku dalam persediaan bahan baku. Melakukan perhitungan melalui peramalan maka dapat diperkirakan jumlah bahan baku yang akan dipesan sehingga tidak menimbulkan penumpukan bahan baku dan sesuai dengan kebutuhan produksi. Setelah diketahui jumlah bahan baku yang diperlukan, maka perisahaan juga perlu mempertimbangkan kualitas bahan baku yang diperlukan, dan untuk hal ini kualitas bahan baku supplier yang diandalkan dan kerjasama dengan supplier yang perlu diperhatikan. Adanya kerja sama antara perusahaan dengn supplier atau penyalur, maka sistem SCM dapat diterapkan kepada perusahaan tersebut. 38 2.3 Supply Chain Management 2.3.1 Pengertian Definisi Supply Chain Management atau SCM telah kemukakan oleh 3 tokoh dan forum yang antara lain : a. Fortune Magazine ( 1994 ) Sebutan untuk distribusi atau logistik atau SCM atau nama apa saja sama, yaitu merupakan proses dimana perusahaan memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan. Dalam industri mobil, pakaian, komputer dan bahan kimia, para eksekutif meletakkan sebagai agenda utama. Karena tekanan tinggi untuk bersaing dengan para kompetitor baik harga maupun kualitas, perusahaan berusaha memperolehnya dengan kemampuan mereka dalam hal mengirim barang dalam jumlah banyak yang tepat, lokasi tepat dan tepat waktu. b. Ross ( 1998 ) SCM adalah filosofi manajemen secara terus menerus mencari sumber- sumber fungsi bisnis yang kompete untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnsi yang berada dalam satu supply chain untuk masuki sistem supply yang berkompetetif tinggi dan memperharikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan ( customer value ) yang bersifat unik. 39 c. Martin ( 1998 ) SCM adalah Jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan. d. Stanford Supply Chain Forum ( 1999 ) yang dicetuskan oleh Kepala Forum Hau Lee SCM berhubungan erat dengan aliran manajemen material, informasi dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor dan pelanggan. e. Simchi-Levi et al. ( 1999,p.l ) SCM merupakan serangkai pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang ( warehouse ) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, kolasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Supply Chain Management ( SCM ) adalah suatu proses untuk menjaga kerja sama antara produsen dengan supplier atau jasa penyimpanan bahan baku agar dapat mencapai target yang kedua belah pihak sepakati, dan juga memenuhi kebutuhan para pelanggan atau konsumen dengan cara memberikan informasi dan menjaga kepercayaan atas satu dengan yang lain. 40 SCM terdiri atas 3 elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu : a. Struktur jaringan supply chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain yang lainnya. b. Proses bisnis supply chain Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan c. Komponen manajemen supply chain Variabel-variabel menejerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain. Pelaksanaan SCM meliputi pengenalan anggota supply chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuan adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan akhir. 41 Gambar 2.6 Kerangka Kerja Supply Chain Management : Elemen-elemen dan Keputusan Penting Sumber : Douglas M. Lambert. Martha C. Cooper, and Janus D. Pagh. “Supply Chain Management : Implementation Issues and Research Opportunities. “The International Journal of Logistics Management 9. no.2 ( 1998 ). p.4. 2.3.2 Struktur Jaringan Supply Chain Dalam proses pembentukan struktur jaringan supplu chain, diperlukan langkah dan mengenal bentuk struktur jaringan supply chain tersebut yang terdiri antara lain : a. Identifikasi anggota supply chain Anggota Supply Chain meliputi perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan focal baik secara langsung maupun tidak langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption. 42 Terdapat 2 jenis anggota dalam supply chain antara lain : - Primary members ( anggota primer ) Semua perusahaan atau unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi para pelanggan atau pasar. - Anggota sekunder ( econdary members ) Perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di supply chain. Melalui definisi anggota primer dan sekunder diperoleh pengertian the point of origin dari supply chain adalah titik dimana tidak ada supplier primernya. Semua supplier adalah anggota sekunder, sedangkan point of consumption adalah titik dimana tidak ada pelanggan utama. 2.3.4 Jenis-jenis Jaringan Proses Bisnis Jaringan proses bisnis terdiri dari 4 jenis, yaitu : a. Managed Process Links Jaringan dimana perusahaan focal merasa penting untuk bersatu dan berkolaborasi dengan anggota lain dari supply chain. b. Monitored Process Links Perusahaan focal hanya melakukan tinjauan atau audit secara berkala dari tiap proses yang disatukan atau diatur. 43 c. Not-Managed Process Links Perusahaan focal memberikan kepercayaan kepada anggota lain untuk mengatur proses yang terjadi. d. Nonmember Process Link Non-anggota tidak termasuk dalam struktur jaringan supply chain perusahaan focal tetapi mereka dapat dan sering memberi pengaruh kepada perusahaan focal dan anggota-anggota lainnya. Gambar 2.7 Jenis-jenis Jaringan Proses Bisnis Sumber : Douglas M. Lambert. Martha C. Cooper, and Janus D. Pagh. “Supply Chain Management : Implementation Issues and Research Opportunities. “The International Journal of Logistics Management 9. no.2 ( 1998 ).p.7. 44 2.3.5 Tujuan SCM Tujuan dan hasil dari proses SCM ini adalah : - Mengembangkan team yang berfokus kepada pelanggan sehingga persetujuan produk atau jasa dapat menguntungkan kedua belah pihak - Membuat kontak yang efisien untuk menangani pertanyaan dari para pelanggan - Secara terus menerus melakukan update produk dengan mengupulkan dan menyusun data yang diperoleh dari permintaan pelanggan yang pastinya disesuaikan dengan supply - Mengembangkan sistem produksi yang fleksibel yang dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi pasar - Mengatur hubungan dengan supplier agar perbaikan dan permintaan yang cepat dapat terjalin dengan baik - Proses pengiriman yang tepat waktu dan sesuai dengan pesanan - Melakukan minimasi siklus ketersediaan. 2.3.6 Komponen-komponen Manajemen SCM Komponen-komponen yang terdapat dalam manajemen SCM merupakan suatu faktor yang dapat mengetahui cara suatu jaringan dipersatukan dan memberikan peningkatan dalam proses integrasi bisnis dengan adanya penambahan komponen dalam manajemen SCM. 45 Komponen-komponen yang berpengaruh dalam manajemen SCM antara lain adalah : a. Metode Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan pada supply chain dapat memberikan pengaruh penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan pencapaian keberhasilan dengan melakukan penambahan atau komponen atau pun pengurangan komponen, namun tidak cukup hanya sebuah bentuk perencanaan. Pengendalian memiliki peranan dalam menjaga proses yang telah dirancang dan menjadi tolak ukur dalam keberhasilan supply chain. b. Metode Manajemen Metode manajemen berjalan dengan mempersatukan struktur organisasi top- down dengan struktur bottom-up, yang dimana keterlibatan manajemen dalam operasi dapat berbeda antar anggota. 46 Gambar 2.8 Jenis-jenis Jaringan Proses Bisnis Sumber : Douglas M. Lambert. Martha C. Cooper, and Janus D. Pagh. “Supply Chain Management : Implementation Issues and Research Opportunities. “The International Journal of Logistics Management 9. no.2 ( 1998 ).p.12. Komponen-komponen manajemen dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : Kelompok 1 Kelompok fisik dan teknik, meliputi komponen-komponen yang berwujud, nyata, dapat diukur dan mudah untuk diubah komponennya. Bila kelompok komponen ini hanya diperhatikan oleh pihak manajerial saja, maka pelaksanaan supply chain dapat diperkirakan menjadi gagal. Kelompok 2 Komponen-komponen manajerial dan perilaku. Komponen-komponen menetapkan sikap organisasi dan berpengaruh pada bagaimana bentuk implementasi komponen manajemen fisik dan teknik. Jika komponen-komponen manajerial dan perilaku tidak diluruskan untuk mengendalikan dan memperkuat sikap organisasi 47 yang mendukung operasi dan tujuan supply chain, kemungkinan supply chain dapat kurang kompetitif dan menguntungkan. Jika satu atau lebih komponen dalam kelompok fisik dan teknik diubah, komponen-komponen manajerial dan perilaku dapat di daur ulang. Hewitt menyatakan bahwa manajemen proses bisnis intra dan inter perusahaan, ataupun desain ulang akan berhasil hanya jika didasari sebagai proses perubahan multikomponen yang tegas dan serentak menuju seluruh komponenkomponen SCM. 2.3.7 Rancangan Supply Chain ( Supply Chain Design ) Menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal Ak. MBA, manajemen perusahaan seharusnya terlibat dalam proses rancangan supply chain saat sedang memperkenalkan produk baru atau ketika keberadaan supply chain mengecewakan. Proses rancangan supply chain : a. Membuat tujuan supply chain b. Merumuskan strategi supply chain c. Menentukan alternatif supply chain d. Mengevaluasi alternatif supply chain e. Memilih struktur supply chain f. Menentukan alternatif untuk anggota-anggota individu supply chain g. Mengevaluasi dan memilih anggota-anggota individu supply chain h. Mengukur dan mengevaluasi hasil supply chain 48 i. Mengevaluasi alternatif supply chain bila kinerja tujuan tidak tercapai atau terdapat pilihan-pilihan baru yang lebih menarik. 2.3.8 Tipe Distribusi Terdapat tiga tipe dasar distribusi yang dapat digunakan untuk membuat produk tersedia bagi para konsumen : a. Distribusi intensif Produk-produk dijual sebanyak mungkin ke retail atau pedagang grosir. Jenis-jenis produk yang dijual cocok dengan jenis produk yang dimana faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah convinience ( kepentingan ). b. Distribusi selektif Penjualan produk yang terbatas dengan memilih pedagang grosir dan retail. Pengusaha dapat berkonsentrasi pada rekening yang menguntungkan dan mengembangkan hubungan kerja yang solid untuk meyakinkan bahwa produk terjual selayaknya. Produsen tersebut dapat juga membatasi sejumlah toko retail jika produk membutuhkan pelayanan yang spesial atau dukungan penjualan. c. Distribusi ekslusif Distribusi ekslusif dilakukan bila saluran pengendalian dianggap penting. Distribusi ekslusif dapat meningkatkan image produk dan memungkinkan perusahaan memberikan harga retail yang lebih tinggi. 49 2.3.9 Struktur Supply Chain Dalam supply chain terdapat anggota-anggota supply chain. Dalam penentuan anggota atau pemilihan anggota, terdapat beberapa faktor yang yang perlu dipertimbangkan, antara lain : a. Kekuatan finansial b. Kecakapan c. Kemampuan menjaring proses d. Kemampuan berkembang dengan bisnis e. Persaingan supply chain 2.9 Rekayasa Ulang Perbaikan Pada Supply Chain Teknik rekayasa ulang ( reengineering ) merupakan sebuah proses yang ditujukan pada perubahan produksi yang berubah secara cepat. Michael Hammer dan James Champy mendefinisikannya sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran jeman sekarang yang kritis dari kinerja seperti biaya, kualitas pelayanan, dan kecepatan. Tiga tahap dalam proses rekayasa ulang : 1. Penemuan fakta 2. Pengidentifikasian area-area untuk perbaikan menuju proses desain ulang business. 3. Perbaikan-perbaikan yang kreatif 50 Tahap penemuan fakta merupakan pengujian terhadap sistem-sistem mutakhir, prosedur-prosedur dan aliran pekerjaan. Dilengkapi dengan fakta-fakta yang terkumpul pada tahap pertama, tim rekayasa ulang mengidentifikasi bagianbagian yang akan diperbaiki. Setelah mengidentifikasi, tim rekayasa ulang memasuki tahap kreatif proses perancangan ulang business dan aliran informasinya. Hasilnya secara fundamental mengubah sifat dasar kerja dan kinerjanya. Organisasi harus fokus pada pernyataan misi perusahaan. Pernyataan pada misi tersebut menjalankan kebutuhan business dalam organisasi. Selanjutnya penilaian yang lengkap berdasarkan budaya, strategi, prakti-praktik business dan proses-proses perusahaan. Perbaikan-perbaikan dibutuhkan pada salah satu bagian untuk meningkatkan kinerja supply chain. Dalam proses manajemen hubungan pelanggan, penjualan dan pemasaran menyediakan keahlian perhitungan manajemen, engineering memberikan spesifikasi yang mendefinisikan kebutuhannya, logistik menyediakan informasi kebutuhan pelayanan pelanggan, produksi menyediakan strategi produksi, puchasing menyediakan strategi sourching, dan keuangan serta akuntansi memberikan laporan profitabilitas pelanggan.