Laporan Penelitian REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH) Oleh: Ida Novianti, M.Ag NIP: 19711104200003 2 001 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2015 1 PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Drs. Amat Nuri, M. Pd.I. NIP Jabatan : 19630707 1992031007 : Sekretaris LPPM IAIN Purwokerto mengesahkan penelitian kompetitif individual bagi dosen IAIN Purwokerto yang dilakukan oleh: Nama : Ida Novianti, M. Ag. NIP : 19711104 2000 03 2 001 TTL : Kendal, 4 November 1971 Jabatan : Lektor Kepala (IV/a) Judul : REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH) Biaya : Rp 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) Demikian harap maklum. Purwokerto, 9 Oktober 2015 Yang Mengesahkan, Drs. Amat Nuri, M. Pd.I. NIP. 19630707 1992031007 2 PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Ida Novianti, M. Ag. NIP : 19711104 2000 03 2 001 TTL : Kendal, 4 November 1971 Jabatan : Lektor Kepala (IV/a) menyatakan bahwa penelitian kompetitif individual bagi dosen IAIN Purwokerto yang berjudul REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH) adalah benar-benar asli dan merupakan karya sendiri. Demikian pernyataan keaslian ini disampaikan dengan sebenarnya. Purwokerto, 9 Oktober 2015 Yang Menyatakan, Ida Novianti, M.Ag NIP. 19711104200003 2001 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan pertolonganNya, sehingga penelitian kami yang berjudul REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH) , dapat kami selesaikan dengan baik. Penelitian ini terlaksana berkat dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor IAIN Purwokerto, Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini. 2. Ketua LPPM sebagai penanggungjawab kegiatan penelitian. 3. Rekan-rekan dosen IAIN Purwokerto yang telah berkenan membantu terlaksananya penelitian ini. 4. Pimpinan Kuttab al-Fatih Purwokerto atas kerjasama dan diskusinya mulai dari pencarian data hingga selesainya laporan penelitian ini. Kami sadar penelitian ini masih membutuhkan penyempurnaan di sana sini, untuk itu kami sangat mengharap kritik dan saran demi peningkatan kualitas pelaksanaan dan pelaporan penelitian di masa yang akan datang. Purwokerto, 9 Oktober 2015 Ida Novianti, M.Ag NIP. 19711104200003 2001 4 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan ii Pernyataan Keaslian iii Kata Pengantar iv Daftar Isi v Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5 D. Studi Kepustakaan 5 E. Metodologi Penelitian 7 F. Sistimatika Laporan Penelitian 11 Bab II : Pendidikan Islam dari Masa Klasik Hingga Modern A. Kuttab sebagai Institusi Pendidikan Islam Klasik B. Pendidikan Islam di Indonesia 13 13 19 C. Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun 22 D. Teori Gerak Siklus Sejarah Toynbee 25 Bab III : Gambaran Umum Kuttab al-Fatih Purwokerto 28 A. Sejarah Singkat Kuttab al-Fatih 28 B. Kurikulum Kuttab al-Fatih Purwokerto 31 Bab IV: Penerapan Sistem Pendidikan Islam Klasik di Kuttab al-Fatih Purwokerto A. Iman dan al-Qur’an sebagai Landasan Pendidikan Dasar 40 B. Prinsip-Prinsip Sistem Pendidikan Kuttab al-Fatih C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran D. Analisis 49 52 59 Bab V: Penutup A. Kesimpulan 61 5 B. Saran 61 C. Penutup 62 DAFTAR PUSTAKA 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN 6 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan Indonesia mendapat sorotan yang tajam dari berbagai kalangan, terkait dengan beberapa masalah yang muncul seperti perubahan kurikulum, pro kontra ujian nasional, tawuran pelajar, kasus pelecehan siswa oleh oknum guru, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini membuat pendidikan nasional kehilangan kepercayaan dari sebagian masyarakat. Padahal pendidikan merupakan pintu gerbang kemajuan sebuah bangsa dimana bangsa yang besar adalah bangsa yang mempersiapkan generasi mudanya sedini mungkin. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berulangkali mengalami perubahan. Sejak Indonesia merdeka telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak 10 kali, 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013. Kurikulum adalah perangkat rencana pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan dan tuntutan jaman, sehingga perubahan kurikulum adalah konsekwensi logis yang harus terjadi. Namun demikian perubahan kurikulum yang terlalu sering dan dalam kurun waktu yang singkat juga berdampak kurang baik bagi dinamika pendidikan, sehingga mengesankan perubahan-perubahan tersebut bukan berdasarkan tuntutan kebutuhan melainkan kepentingan politis bagi pejabat yang berwenang. Pendidikan dasar merupakan fase yang sangat penting dalam perkembangan seorang manusia, karena pada fase inilah anak diajarkan untuk mengenal lingkungan, budi pekerti, dasar-dasar pengetahuan. Dari sini diharapkan terbentuk kepribadian anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang. Secara ekspisit UU Sisdiknas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia 7 seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 1 Dari sini bisa dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, untuk itu agama adalah landasan utama bagi tercapainya tujuan tersebut. Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia memandang penting berlangsungnya pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghadirkan pendidikan berkualitas yang sekaligus merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. 2 Pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam sebagaimana yang dikemukakan oleh Zarkawi Soejoeti dalam Muzhoffar Akhwan ada tiga jenis pendidikan Islam, pertama, jenis pendidikan Islam di mana pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam, yang tercermin dalam nama lembaga maupun kegiatan-kegiatannya. Islam merupakan sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan dan diperlakukan sama seperti bidang studi dan ilmu lainnya. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua hal di atas, yaitu Islam sebagai sumber nilai sekaligus bidang studi yang ditawarkan melalui proses pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan. 3 Dari ketiga jenis tersebut memunculkan beragam lembaga pendidikan Islam sesuai dengan karakter masing-masing seperti pondok pesantren salaf, pondok 1 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.10. 3 Muzhoffar Akhwan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.34. 2 8 pesantren modern, madrasah yang dikelola oleh swasta, madrasah negeri, sampai sekolah Islam terpadu yang terdiri dari SD IT, SMP IT, SMA IT. Setiap institusi memiliki kelebihan sekaligus kekurangan di sisi lainnya. Meskipun demikian lembaga-lembaga pendidikan Islam berjalan dengan pangsa pasarnya masing-masing. Salah satu dari lembaga pendidikan yang relatif baru berdiri di Indonesia adalah Kuttab al-Fatih. Kuttab al-Fatih adalah lembaga pendidikan dasar yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-12 tahun yang mulai berdiri sejak bulan Juni 2012, dengan kurikulum menitikberatkan pada iman dan Al-Qur’an. Kurikulum ini mulai dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan sumber untuk menyususn modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga ini menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Sunah. 4 Berdirinya lembaga pendidikan ini bermula dari rumah yang berada di perumahan Griya Tugu Asri, Blok B2/20. Pada awalnya lembaga ini hanya menerima 30 murid. Namun antusias calon murid melebihi quota yang ada. Begitupula, keinginan beberapa tempat untuk membuka lembaga seperti ini di daerahnya masing-masing. 5 Sampai saat ini telah berdiri 10 cabang Kuttab al-Fatih di beberapa kota yaitu Depok, Purwakarta, Jakarta, Semarang, Bekasi, Purwokerto, Malang, Tangerang, Jombang dan Bandung. Lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih adalah pendidikan setingkat dengan sekolah dasar yang berbeda dari lembaga pendidikan yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Kuttab al-Fatih tidak menggunakan kurikulum pemerintah melainkan menyusun kurikulum sendiri dengan mengacu pada model pendidikan Islam klasik. Tujuan berdirinya lembaga pendidikan ini adalah menyediakan pendidikan dasar yang mengaju pada pendidikan Islam masa klasik yang telah mengantarkan kejayaan Islam pada masanya dengan bersumber 4 5 http://kuttabalfatih.com/profil/ http://kuttabalfatih.com/profil/ 9 pada al-Quran dan Hadis. Kuttab al-Fatih berusaha untuk mengembalikan pendidikan Islam sesuai dengan pendidikan yang dikembangkan oleh umat Islam di masa klasik, yaitu masa Rasulullah, Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Visi Kuttab al-Fatih adalah: melahirkan generasi gemilang di usia belia. Sedangkan misinya: 1. Pengajaran dan Penanaman Karakter Iman, 2. Menghafal Al-Qur’an, 3. Menggali, meneliti dan membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an, 4. Berbahasa peradaban, 5. Memiliki Ketrampilan hidup. Dari visi dan misi tersebut diturunkan bidang studi yang menjadi matapelajaran pokok yaitu Ilmu al-Qur’an, Tahfidzul Qur’an, ilmu al-Hadis, Bahasa Arab, Calistung, dan ketrampilan. 6 Tujuan pendidikan Islam terutama pendidikan dasar bukan untuk menjejali anak didik dengan materi-materi pelajaran berupa fakta-fakta yang harus dihapalkan, melainkan untuk mempersiapkan anak didik agar mereka memiliki akhlak mulia dan iman yang kuat sehingga terbentuk menjadi manusia yang berbudi luhur, berhati baik dan bekerja keras. Dalam sistem pendidikan Islam klasik, materi pokok pendidikan adalah al-Qur’an. Ciri lainnya adalah tingkat pencapaian prestasi oleh seorang siswa diukur dari totalitasnya sebagai individu dalam wujud perilaku moral dan kesalihannya. 7 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Kuttab al-Fatih? 2. Bagaimanakah sistem pendidikan Kuttab al-Fatih? 3. Sejauh mana Kuttab al-Fatih mengambil prinsip-prinsip dari sistem pendidikan Islam klasik? 4. Bagaimana target dan capaian Kuttab al-Fatih di tengah dunia pendidikan Islam Indonesia? 6 http://kuttabalfatih.com/kurikulum/ Muslih Usa dalam Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal. 16 7 10 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kuttab al-Fatih di Indonesia. b. Untuk mendeskripsikan sistem pendidikan yang berlangsung di Kuttab al-Fatih. c. Untuk menganalisis prinsip-prinsip pendidikan Islam klasik yang diterapkan dalam Kuttab al-Fatih. d. Untuk memetakan posisi Kuttab al-Fatih di tengah-tengah pendidikan Islam Indonesia. 2. Kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan pendidikan Islam dalam hal pengembangan lembaga. b. Dengan gambaran yang relatif komprehensif, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memahami pengembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia. D. Studi Kepustakaan Penelitian mengenai pendidikan jumlahnya sangat banyak, dengan pembahasan dari berbagai persfektif. Mulai dari kurikulum, metode pengajaran, muatan nilai-nilai pelajaran, dan sebagainya. Untuk memposisikan penelitian ini maka akan ditampilkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hunafa 8 melakukan penelitian bertajuk Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sitem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa Pendidikan Islam di Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan peta politik pendidikan nasional. Perubahan dan perkembangan pendidikan Islam dipengaruhi oleh kepentingan ideologi politik dan kepentingan lainnya dalam keadaan 8 Hunafa, “Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sitem Pendidikan Nasional” dalam Jurnal Studia Islamika No 2 Vol. 10, 2013. 11 pembuatan kebijakan. Hal ini tercermin dengan pembentukan berbagai kebijakan pendidikan nasional dari negara dari posisi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional sejak zaman Soekarno sampai masa pemerintahan Orde Reformasi. Adapun Aziza Meria 9 dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam membangun Karakter Bangsa menyatakan visi dan misi pendidikan Islam adalah rahmatan lil 'alamin, yang membuat pendidikan Islam dapat menjadi pedoman untuk mengarahkan manusia menjadi khalifah di dunia. Tujuan dari keputusan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional 2003 adalah untuk menfilter dampak negatif globalisasi sehingga tidak akan kehilangan identitas nasional. Solusi untuk mengatasi hal ini guru serta pendidik harus menjadi model yang baik bagi siswa dan memperkuat karakter-karakter Islami. Pendidikan Islam harus bisa menjawab tantangan dalam masyarakat plural. M. Agus Nuryatno 10 dalam penelitiannya yang berjudul Islamic Education in a Pluralistic Society mengungkapkan bagaimana membangun pendidikan Islam yang sesuai dengan masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan ini mengacu pada teori pendidikan agama yang terdiri dari tiga model. Pendidikan agama di dalam adalah model pendidikan agama itu hanya kekhawatiran adalah dengan agama sendiri, tanpa menghubungkannya dengan agama-agama lain. Model kedua adalah ajaran agama pada dinding, di mana siswa tidak hanya diajarkan tentang agama mereka sendiri tetapi juga terhubung dengan agama-agama lain. Model terakhir adalah pendidikan agama di luar dinding, yang berarti membantu siswa untuk bekerja sama dengan orang-orang dari agama lain untuk perdamaian, keadilan, dan harmoni. Nawwal Ath Tuwairaqi melakukan penelitian Sekolah Unggulan Berbasis 9 Aziza Meria “Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam membangun Karakter Bangsa” dalam Jurnal No 1 Vol 19, 2012. 10 M. Agus Nuryatno “Islamic Education in a Pluralistic Society” dalam al-Jami’ah No 2 Vol 49, 2011. 12 Sirah Nabawiyah 11 dimana diungkapkan manajemen pendidikan berbasis pada pola kehidupan Nabi Muhammad yang diterapkan oleh sekolah-sekolah unggulan dapat memandu sekolah-sekolah tersebut menjadi lembaga pendidikan Islam yang kokoh. E. Metodologi Penelitian 1. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih yang berpusat di Depok dan memiliki cabang di beberapa kota, namun yang penelitian ini akan berfokus pada cabang yang berada di Purwokerto. Oleh karena itu, subjek penelitianya adalah tokoh masyarakat, guru, penyelenggara pendidikan, orang tua murid yang menyekolahkan anaknya di Kuttab al-Fatih. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menekankan pada proses-proses sosial yang terjadi di dalamnya, yaitu mempelajari mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan belajar mengajar di Kuttab alFatih. Dalam penelitian ini juga akan dideskripsikan tentang filosofi dan cara berfikir yang melandasi penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian penelitian ini menggunakan etnometodologi, yang mana metode ini digunakan sebagai metode untuk menggambarkan prilaku sosial subjek dalam merespon masalah (cultural behaviour), apa yang diyakini dan diketahui (termasuk di dalamnya ideologi) (cultural knowlegde), dan hal-hal apa yang dibuat dan digunakan (cultural artifact) oleh subjek penelitian sebagaimana adanya dalam kaca mata subjek penelitian itu sendiri. Dengan kata lain, penelitian ini berupaya memahami bagaimana subjek memandang, menjelaskan, 11 Nawwaal ath-Thuwairaqi, Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah,(Jakarta: Darul Falah, 2004) 13 dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. 12 Dimensi konseptual metodologis yang dipakai dalam penelitian ini yang bercorak studi kasus karena studi ini dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem yang berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat dan waktu tertentu. 2. Teknik Penentuan Informan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah multisite studies. Yakni penelitian ini tidak hanya meneliti satu kasus, tetapi memerlukan beberapa lokasi dan subjek penelitian. Penetapan sumber informasi (informan) yang digunakan adalah creation based selection (seleksi berdasarkan kriteria). Artinya, teknik penetapan infroman tidak dilakukan atas prinsip acak berdasarkan probabilitas. Tujuan pengambilan sampel dengan creation based selection dimaksudkan agar hasil penelitian memiliki komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada kasus-kasus hasil penelitian lainnya. 13 Adapun teknik penentuan informan adalah sebagai berikut: a. Seleksi Jaringan Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah keyakinan, kegiatan, serta artefact, peneliti menggunakan penggalian data dengan menggunakan pemilihan kriteria berdasarkan jaringan. Yakni, menetapkan informan penelitian berdasarkan informasi dari subjek lain sebelumnya. b. Seleksi Kuota Pertama-tama peneliti mengidentifikasi sub komunitas yang relevan. Dalam 12 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualtitatif (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), hal. 94. 13 Guba menyebut istilah komparabilitas dan transabilitas dengan istilah transferabilitas. Dari adanya perbadingan dan terjemahan tersebut mungkin saja ada kemiripan tertentu, misalnya satuan sosialnya, metodenya, analisisnya dan lain-lain dapat membantu peneliti untuk membuat perbandingan atau menerjemahkannya dalam konteks lain tetapi mirip. Demikian juga istilah creation based selection lebih dekat dengan istilah purposive samling, tetapi dalam studi ethnografi, jarang dipakai istilah kedua, dengan alasan acakpun tetap purposive. Lihat lebih lanjut Ibid, hal. 95-96. 14 menelaah sistem nilai atau ideologi, keyakinan, kegiatan, organisasi kemasyarakatan, peneliti mengidentifikasi sub komunitas masyarakat yang terlibat di Kuttab al-Fatih. Seleksi kuota ini dipergunakan untuk menelaah lebih jauh pengaruh keyakinan pengetahuan dan pemahaman terhadap sistem yang menjadi objek penelitian pada sistem-sistem lain. c. Seleksi berdasarkan Komparasi antar Beberapa Kasus Seleksi ini digunakan sebagai dasar menentukan informan yang memiliki kekhususan ciri tertentu. Dalam aplikasinya, peneliti mengidentifikasi subjek penelitian yang memiliki kekhususan ciri, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam dialog yang terkait dengan masalah pemelitian. 3. Metode Pengumpulan Data & Teknik Operasionalnya Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Terlibat (Participant Observation) Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan observasi terlibat adalah sebagai berikut: 1) Melakukan persiapan atau pendekatan sosial. Ini dilakukan dalam rangka mempertemukan pikiran (meeting of mind). Kegiatan ini dapat digunakan untuk mencairkan suasana saling memahami maksud, agar peneliti dapat memperoleh informasi dari subjek tanpa dicurigai. 2) Setelah terjadi meeting of mind, selanjutnya peneliti menjalin kedekatan dengan subjek. Peneliti dalam hal ini juga melibatkan mahasiswa pendamping sebagai sarana untuk mendapatkan informasi secara partisipan. Hasil dari pengamatan terlibat dari selanjutnya dicatat dalam fieldnote. 3) Memfokuskan pendalaman yang terkait dengan sistem keyakinan (pemahaman), interaksi akibat dari pemahaman mereka. 4) Melakukan mapping 15 5) Analisis mapping 6) Dipadukan dengan temuan (hasil wawancara), selanjutnya menulis etnografi b. Wawancara bebas dan mendalam (indept interview) Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam wawancara ini adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan informan dengan teknik sebagaimana dalam kriteria penentuan informan. 2) Mewawancarai informan mulai dari yang deskriptif hingga struktural, dan pertanyaan kontras. 3) Membuat catatan hasil wawancara etnografis dalam fiednote. Catatan tersebut dalam dapat bentuk cacatan ringkas, laporan yang diperluas, atau jurnal penelian lapangan. 4) Melakukan analisis dan interpretasi hasil wawancara termasuk analisis domain, dan komponen. Dalam hal ini peneliti mengurai hal-hal yang masih terpendam berdasarkan wawancara. 5) Menemukan tema-tema kultural dan historis. 6) Didikung dengan observasi partisipan kemudian bahan-bahan ini ditulis dalam laporan etnografi c. Studi Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data-data pendukung seperti nama-nama anggota, tingkat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan, dan dokumen-dokumen penting lain yang mendukung penelitian ini. Studi ini juga sampai pada konsep kurikulum pendidkan dan bahan ajar yang digunakan sebagai materi. 4. Metode Analisis Data Setelah wawancara, observasi dan analisis dokumentasi yang merupakan cara pengumpulan data, selanjutnya data dicatat secara deskripstif dan reflektif yang selanjutnya dianalisis. Analisis data ini dilakukan dalam rangka mencari 16 dan menata (mengkonstruk) secara sistematis catatan (deskripsi) hasil wawancara, observasi, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan pemaknaan peneliti tentang obyek penelitian. Penelitian ini menggunakan perpaduan dua metode analisis data yakni: a. Interaksi Kultural Metode ini digunakan untuk mengembangkan teori. Pola pikir ini berangkat dari empiri dengan mendialogkan antara sejarah, pendidikan, sosial, budaya yang selanjutnya yang dibuktikan secara ilmiah untuk menyusun abstraksi. Metode ini menggunakan pola fikir historik-ideograpik, yakni tata pikir yang mengatakan bahwa tidak ada kesamaan antara sesuatu dengan yang lain karena beda waktu dan konteks. b. Comparative constant Sedangkan comparative constant dilakukan oleh peneliti dengan proses mencari konteks lain dalam rangka mencari “makna” di balik yang empiri sebagaimana di maksud di atas, hingga peneliti memandang cukup bagi konseptualisasi teori. Pada tahap ini tata/ pola fikir analisis data yang dipakai adalah pola pikir reflektif, yakni proses “mondar-mandir antara yang empirik dengan yang abstrak (makna). Satu “kasus empiri” dapat menstimuli berkembangnya konsep abstrak yang luas dan menjadikan mampu melihat relevansi antara empiri satu dengan empiri lain yang termuat dalam konsep abstrak baru yang dibangun oleh peneliti. F. Sistimatika Adapun rencana sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut, bab satu berisi pendahuluan. Adapun pendahuluan penelitian secara keseluruhan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, telaah pustaka, kerangka konseptual, dan, desain penelitian, dan metode penilitian. 17 Sedangkan bab dua kerangka teoritis tentang (a) pendidikan Islam di masa klasik (pengertian, urgensi persepsi, dan sikap), (b) pendidikan Islam di masa modern. Bab tiga akan ditampilkan gambaran umum tentang lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih. Sementara itu, bab bab empat berisi temuan lapangan dan analisis. Terakhir, bab lima berisi uraian tentang point-point utama dari temuan penelitian ini dan rekomendasi yang merupakan implikasi dari temuan penelitian ini. Secara prinsipil rekomendasi ini meliputi dua hal, yaitu; 1) rekomendasi yang bersifat substantif, dimana rekomendasi jenis ini ditujukan bagi penentu kebijakan yang terkait dengan pengembangan masyarakat di daerah penelitian, dan 2) rekomendasi yang bersifat metodologis dalam konteks penelitian ini. Rekomendasi jenis ke-dua ditujukan bagi para peneliti berikutnya. Bab II 18 Pendidikan Islam dari Masa Klasik hingga Modern E. Kuttab sebagai Institusi Pendidikan Islam Klasik Istilah kuttab sudah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam dan bertujuan untuk memberi pendidikan bagi anak-anak. Namum demikian lembaga ini tidak berkembang dan tidak mendapat perhatian dari bangsa Arab. Secara bahasa kuttab berasal dari akar kata taktib yang berarti mengajar menulis. Sementara katib atau kuttab adalah artinya adalah penulis. Institusi ini adalah tempat belajar menulis bagi anak-anak. 14 Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Dalam bidang pendidikan di masa awal Islam, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama yaitu kuttab/maktab dan masjid yang merupakan lembaga pendidikan rendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, tulisan dan hitungan. Sedangkan berikutnya adalah tingkat pendalaman, di mana para pelajar yang ingin melanjutkan pelajarannya pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu pada seseorang atau beberapa orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah ulama tersebut. 15 Kurikulum kuttab fokus pada pembelajaran al-Qur’an sebagai bacaan utama dilanjutkan dengan menulis. Dalam sebuah kunjungan ke Damaskus, Ibn Jubayr melihat bahwa latihan menulis yang dilakukan oleh para siswa bukan berasal dari kalimat-kalimat al-Qur’an melainkan dari puisi-puisi biasa untuk menghindari kesalahan menulis yang dilakukan anak-anak dalam proses pembelajarannya. Di samping itu siswa juga mendapat pemngajaran tentang tata bahasa Arab, kisah para Nabi terutama hadis Nabi uhammad, dan dasar-dasar berhitung. Namun diantara seluruh kurikulum yang ada, menghafal adalah kemampuan yang paling 14 Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah (Yogyakarta: Arruzz Media, 2012), hal.135. 15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (RajaGrafindo Perkasa: Jakarta, 2011), hal. 54. 19 ditekankan di kuttab. 16 Di Baghdad siswa yang berprestasi menyelesaikan hafalan al-Qur’an sesuai target di tingkat kuttab diberi penghargaan dengan diarak sepanjang jalan dengan menaiki onta dan dilempari buah almon. Anak-anak perempuan hanya diperbolehkan mengikuti pendidikan agama tingkat rendah. Khusus bagi anak-anak dari keluarga berada mereka belajar secara privat dengan memanggil seorang guru (muaddib) yang mengajarkan agama, budi pekerti, literatur dan seni bersyair. Biasaya para guru berasal dari keturunan asing. Seorang guru di kuttab disebut muallim atau faqih tergantung pada training keagamaan yang telah diikutinya. 1. Pendidikan Islam Klasik Dalam sejarah Islam masa klasik dianggap sebagai periode terbaik yang pernah dilewati oleh umat Islam. Para sejarawan menggolongkan periodesasi sejarah Islam ke dalam 3 periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern. 17 Periode klasik dimulai dari era turunnya wahyu al-Qur’an kepada Nabi Muhammad, khulafa’ al-Rasyidin, Dinasti Umayah sampai berakhirnya Dinasti Abbasiyah, dengan total kurun waktu kurang lebih 700 tahunan yaitu abad 7 hingga abad 13 M. Sebagai periode yang dipuji merupakan periode terbaik, agung dan luhur, hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang berlangsung pada saat itu. Untuk membedakan pelaksanaan pendidikan pada masa klasik ini akan diuraikan menurut tahapannya, yaitu masa Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin, Masa Umayah dan Masa Abbasiyah. a. Masa Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin Pendidikan telah menjadi perhatian utama sejak masa awal 16 Philip K Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan Press Ltd,1974) hal. 408. 17 Ibid 20 berkembangnya Islam. Rasulullah mengajarkan dasar-dasar agama Islam secara langsung kepada kaum muslim dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya. 18 Tempat pembelajaran yang digunakan oleh Rasul pada saat itu adalah rumah sahabat al-Arqam ibn Abi Arqam dan kuttab. Mengingat sedikitnya orang yang bisa baca tulis pada saat itu Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan orang-orang dzimmi untuk mengajarkan baca tulis al-Qur’an di Makkah. Kuttab jenis ini berkembang pada masa awal Islam. Setelah hijrah ke Madinah tempat pembelajaran bagi kaum muslim adalah masjid, sufah dan kuttab. 19 Masjid merupakan bangunan penting bagi umat Islam, karena masjid menjadi pusat aktifitas umat berupa tempat ibadah, penyebaran dakwah, tempat bermusyawarah, berkumpulnya kaum muslim hingga tempat Rasulullah mengajarkan pokok-pokok agama Islam dan menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat. Sedangkan suffah ada serambi masjid ruang yang bersambung dengan masjid sebagai tempat pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan secara sistematis. Suffah juga sekaligus menjadi asrama bagi para sahabat yang belum mempunyai tempat tinggal. Mereka yang tinggal di suffah ini disebut sebagai ahl al-suffah. 20 salah seorang sahabat yang tinggal di suffah adalah Abu Hurairah yang selalu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Adapun kuttab yang berkembang di Madinah ada dua macam sebagaimana disebutkan dalam bukunya Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa dua macam kuttab tersebut, yaitu pertama, kuttab yang berfungsi untuk mengajarkan baca tulis dengan dasar teks-teks puisi Arab dengan 18 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam ( Jakarta: RajaGrafindo, 2000), hal. 30. Imron Fauzi, Manajemen...hal 35. 20 Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad Saw: The Super Leader Super Manajer (Jakarta:Tazkia Publishing, 2009 ), hal. 196. 19 21 pengajarnya sebagian besar adalah non muslim. Kedua, kuttab yang berfungsi sebagai tempat pengajaran al-Qur’an, kuttab model ini tidak saja mengajarkan membaca dan menulis melainkan juga menghafal al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. 21 Pendidikan yang berlangsung di masa Rasulullah berlangsung secara bersahaja dengan tidak mengenal birokrasi dalam menerima murida dan kehadiran mereka dalam proses belajar mengajar. Hanya dibedakan sesuai kelompok usia, golongan dewasa belajar di suffah dan anak-anak mendapat pelajaran di kuttab. b. Masa Umayah Perubahan kondisi sosial politik menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan Islam di masa Bani Umayyah berkuasa pada rentang tahun 671-750 M. Pendidikan saat itu terbagi menjadi dua yaitu pendidikan khusus dan umum. Pendidikan khusus ditujukan bagi anak-anak kaum bangsawan dengan materi khusus mengenai ilmu-ilmu pemerintahan sebagai persiapan untuk menjadi pejabat negara ataupun pemerintah. Sedangkan pendidikan umum ditujukan bagi rakyat sebagaimana yang telah dilaksanakan sejak masa Rasulullah dan Khulafa’ al-Rasyidin. 22 Adapun lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa itu adalah istana, badiah, perpustakaan, al-bimaristan, kuttab, masjid dan majelis sastra. Istana merupakan lembaga pendidikan khusus bagi keluarga bangsawan, badiah adalah lembaga pendidikan yang muncul pada masa Khalifah Abdul Malik ibn Marwan dalam rangka Arabisasi yang dilaksanakan di seluruh negeri. Kata Badiah sendiri berasal dari dusun Badui di mana masih terdapat Bahasa Arab fasih yang asli. Al-Bimaristan adalah rumah sakit tempat merawat orang sakit yang sekaligus berfungsi 21 22 Ahmad Syalabi, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 34. Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 135. 22 sebagai tempat pembelajaran bagi calon-calon dokter. 23 Kuttab yang telah ada sejak masa Rasul berkembang dengan lebih baik di era Umayyah. Setiap anak wajib belajar di kuttab dengan materi utama adalah menghafal al-Qur’an dan ilmu-ilmu dasar Islam. Lamanya anak didik belajar di kuttab tergantung pada kemampuan mereka seberapa cepat menyelesaikan pelajarannya, sehingga ada yang cepat ada pula yang lambat. Madrasah merupakan lembaga pendidikan baru selain kuttab. Sedangkan Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut: a. Madrasah Mekkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. b. Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka. c. Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. d. Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq,‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. e. Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. f. Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi 23 Ibid. 23 negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). 24 c. Masa Abbasiyah. Pendidikan Islam semakin berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Hal ini dikarenakan para khalifah dari dinasti ini merupakan orang-orang yang cinta ilmu pengetahuan dan bersifat terbuka terhadap perkembangan yang datang dari luar. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu merupakan lanjutan dari lembaga yang telah ada pada masa sebelumnya seperti kuttab, halaqah, majelis, masjid, rumah sakit, perpustakaan dan madrasah. Adapun lembaga-lembaga baru yang muncul pada masa ini adalah Khan, halaqah, perpustakaan dan toko buku. 25 Khan biasanya berupa tempat penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau saran komersial yang memiliki banyak toko, seperti khan al-narsi di alun-alun kota Baghdad. Tempat ini sekaligus berfungsi sebagai asrama bagi murid-murid yang hendak belajar hukum Islam di suatu masjid dan juga untuk belajar privat. Halaqah artinya adalah lingkaran, yaitu proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara duduk bersama melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk di lantai membacakan buku karangannya atau karangan orang lain, dan murid-muridnya menyimak. Kegiatan ini bisa dilakukan di masjid maupun di rumah gurunya. Adapun toko buku dan perpustakaan memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan Islam. Tempat ini biasa digunakan untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan menjadi tempat pertemuan rutin para pencari ilmu. Pelopor pendirinya adalah Khalifah 24 25 Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 19 Iskandar Engku, Sejarah... hal. 42-44. 24 al-Ma’mun. 26 Adapun madrasah-madrasah yang terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah adalah: a. Madrasah Nidzamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk wazir dari Maliksyah dari Bani Saljuk. b. Madrasah Nuruddin Zanki yang didirikan oleh Nuruddin Zanki di Damaskus Syiria. c. Madrasah al-Musthansiriyah, didirikan oleh Khalifah al-Mustanshir Billah di Baghdad. d. Sekolah Kedokteran Dahuriyah yang didirikan oleh Muhazzibuddin Dakhur dan sekolah Kedokteran Danishiriyah yang didirikan oleh Imaduddin al-Danisary. 27 Sistem pendidikan Islam klasik telah berhasil membawa Islam menuju puncak kejayaan dan keemasan berabad-abad lamanya. Terutama di masa Daulah Abbasiyah Islam menjadi super power yang menjadi kiblat dunia keilmuan. Banyak pencari ilmu dan kaum terpelajar yang datang berkunjung baik untuk memberikan pengajaran maupun untuk belajar dari para ilmuwan. F. Pendidikan Islam di Indonesia Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga nilai-nilai Islam diterapkan oleh pemeluknya dalam berbagai aspek termasuk pendidikan. Islam memandang pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan mendapat perhatian besar, karena melalui pendidikan manusia dibentuk, diarahkan menjadi sosok yang sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di Indonesia, keberadaannya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi pada pendidikan nasional. Persoalan-persoalan yang muncul pada pendidikan nasional berimbas secara langsung pada pendidikan Islam, seperti persoalan perubahan 26 27 Ibid. Ibid. 25 kurikulum, persoalan guru sebagai sumber daya utama, dan sebagainya. Islam merupakan ajaran agama yang memiliki konsep rahmatan lil alamin dan pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran yang bertujuan pada pembentukan kepribadian, budi pekerti dan insan kamil. Anak didik dituntut untuk bersikap, bertingkah laku dan berkomitmen menurut ajaran agamanya. 28 Pendidikan Islam memiliki tiga sisi penting yang menguatkan. Pertama, institusi (lembaganya). Kedua, proses pendidikan yang terjadi di dalam institusi tersebut yang disemangati dengan tuh Islam. Ketiga, berkaitan dengan subyek matter yang diberikan kepada lembaga yang bersangkutan. 29 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus ada dalam pendidikan Islam, bukan merupakan parsial. Lembaganya berlatar belakang Islam dengan sumber daya manusia yang kompeten dalam pengajaran Islam dan melaksanakan proses pendidikan dengan menggunakan prinsip-prinsip keislaman seperti amanah, jujur, disiplin, taat dan semangat. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan meliputi dasar-dasar keislaman seperti aqidah/tauhid, akhlak, fiqih, al-Qur’an, Hadis, tafsir, ilmu alam, ilmu sosial, diperkuat dengan ilmu alat seperti bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), nahwu, shorof, dan berhitung. Bentuk pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia cukup bervariasi, diantaranya pondok pesantren, madrasah, sekolah Islam Terpadu, perguruan tinggi Islam. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang terus bertahan sampai saat bahkan jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977 ada 4.19 pesantren dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah tersebut menjadi 5.661 pesantren dengan 938.397 santri pada tahun 1981, kemudian meningkat lagi menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri 5,9 juta pada tahun 1985 30. Berbicara mengenai satu jenis bentuk pendidikan Islam yaitu pondok 28 29 30 Aden Wijdan dalam Muslih Usa, Pendidikan.... hal. 111. Muhammad Idrus dalam Muslih Usa, Pendidikan...., hal.83. Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 62 26 pesantren saja terdapat beragam tipe. Tipe-tipe ini dapat dibedakan melalui beberapa katagori, dari sisi kecenderungan ilmu sang kyai atau pengasuhnya terdapat pondok pesantren yang memiliki kajian utama di bidang al-Qur’an, ada yang spesialis Hadis, ada yang spesialis fiqih, ada yang khusus mempelajari ilmu falak. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain diajarkan sebagai pendukung. Dari sisi lembaga pengelola atau yayasannya dapat disebutkan pondok pesantren NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya. Dari sisi pengajarannya dapat dibedakan pondok pesantren salafi yang khusus mengajarkan ilmu-ilmu agama, ada pondok pesantren khalafi yang mengajarkan ilmu-ilmu agama plus ilmu umum lainnya di madrasah, sedangkan dari sisi manajemen dapat dibedakan menjadi juga pondok pesantren tradisional dan modern. Adapun madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang secara administratif berada di bawah Kementerian Agama dan secara kualitas berusaha mensejajarkan diri dengan sekolah yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah. Sejarah menyatakan bahwa pada periode Menteri Agama H.A.Mukti Ali disepakati konsep pengembangan madrasah melalui SKB tiga Menteri yang mensejajarkan kualitas madrasah dengan sekolah non madrasah, dengan porsi kurikulum 70% umum dan 30% agama. Kesepakatan ini lalu dilanjutkan oleh Menteri Agama berikutnya yaitu periode Munawir Sadzali yang menawarkan konsep Madrasah Program Khusus. 31 Selain pesantren dan madrasah saat ini berkembang sekolah umum dengan ciri khas agama Islam. Sekolah ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagian besar pengelolanya adalah Yayasan swasta berlatar belakang organisasi masyarakat Islam seperti al-Irsyad, al-Azhar, Muhammadiyah, NU dan lainnya. Meskipun statusnya sekolah umum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, sekolah ini ditambah dengan muatan materi 31 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam ((Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat, 2003), hal. 175. 27 pelajaran keislaman terutama al-Qur’an dan menekankan ahlakul karimah dalam interaksi keseharian antara siswa dan guru, maupun siswa dengan siswa dan guru dengan guru lainnya. Diantara ciri khas sekolah ini adalah penggunaan busana muslim sebagai seragamnya, yaitu celana panjang bagi siswa laki-laki dan rok panjang berjilbab bagi siswa perempuan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah ada pada saat ini yaitu pondok pesantren, madrasah dan sekolah dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga sampai saat ini sebagian umat Islam masih berusaha untuk mencari format pendidikan Islam yang baru dan berbeda, yang menutupi kekurangan model pendidikan Islam yang ada saat ini. Pendidikan Islam sebagai lembaga maupun materi dinilai oleh para pengamat telah mempraktekkan proses pendidikan yang eekslusif, dogmatif dan kurang menyentuh aspek moralitas. Proses pendidikan ini berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan Islam baik madrasah, sekolah maupun pesantren. 32 G. Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun Teori adalah konsep-konsep, model-model dan pernyataan yang bersifat umum mengenai mekanisme-mekanisme struktural, kekuatan-kekuatan, dan hubungan kausal antara satuan-satuan, tipe-tipe, jenis-jenis, kelas-kelas dan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam suatu dominan. 33 Sejarah merupakan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, namun tidak semua peristiwa masa lampau mengandung makna sejarah kecuali jika diberi batasan-batasan yang berkenaan dengan dimensi waktu, memusatkan peistiwa pada tindakan dan perilaku manusia yang terjadi pada suatu tempat kejadian. 34 Sejarah merupakan kisah masyarakat manusia atau kebudayaan dunia, 32 33 34 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikutural di Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 5. Christoper Lloyd, The Structure of History (London: Basill Blackwell, 1993), hal 30 Abdullah dan Surjomihardjo, 1985) 28 yaitu perubahan yang menjadi kodrat manusia. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat adalah karena qadar Tuhan, yang terdapat di dalam masyarakat yaitu naluri untuk berubah. Perubahan ini bisa berupa revolusi, pemberontakan, pergantian adat lembaga, dan lainnya. Yang akan membawa masyarakat pada kemajuan. Dengan demikian Ibnu Khaldun menegaskan bahwa perubahan adalah pangkal dari kemajuan. 35 Hal ini sejalan dengan pemikiran E.H. Carr yang mengatakan bahwa sejarah adalah proses bergerak yang maju terus menerus. 36 Dan sejarah sebagai arah perjalanan peristiwa ke arah kemajuan. Ilmuwan Barat membaca sejarah Islam sebagai kisah naik dan turun. Apa yang disebut sebagai masa keemasan Islam pada periode kekhalifahan Baghdad sebuah pax islamica terbangun sepanjang hampir semua dunia yang beradab: kerja ilmiah, filosofis, sastra dan seni mencapai puncaknya dalam sejarah manusia. Namun perlahan-lahan karena kemunduran kreatifitas dan serangan hebat barbar, Islam kehilangan kualitasnya. Pada abad kedelapan belas dunia Islam ditaklukkan oleh negara-negara Eropa yang revolusi ilmu dan teknologinya baru saja berjalan bebas. 37 Ibnu Khaldun adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup pada masa kejayaan Islam di Spanyol. Menurut pendapat Ibnu Khaldun sejarah kebudayaan manusia melewati beberapa fase. Setiap dinasti mempunyai umur alami sebagaimana manusia dan biasanya umur suatu dinasti tidak lebih dari tiga generasi. Umur alami manusia adalah 120 tahun, manusia tidak akan hidup melebihi usia tersebut. Sedangkan kebudayaan memiliki usia tiga kali usia alami manusia. Landasan berpikir mengapa tidak lebih dari tiga generasi adalah generasi pertama berada dalam kehidupan yang keras dan berat untuk mendirikan dinasti, dibutuhkan solidaritas bersama dan kekuatan yang besar untuk menguasai bangsa 35 M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal. 177. 36 E.H. Carr, Apa Itu Sejarah, terj. Gatot Triwira (Depok: Komunitas Bambu, 2014), hal. 156. 37 Sachiko Murata, Willim C Chittick, The Vision of Islam (Yogyakarta: Suluh Press: 2005), hal. 489. 29 lain. Adapun generasi kedua adalah generasi penikmat yang telah meninggalkan kehidupan yang keras dan berat. Pada masa ini solidaritas mulai menurun, kekuasaan berpusat pada satu orang sedangkan yang lainnya hanya menumpang kemewahan. Dan generasi ketiga adalah mereka yang sama sekali lupa dengan kehidupan yang keras dan berat. Mereka dibesarkan dalam kehidupan yang mewah dan gampang sehingga kemewahan telah merusak mereka. Mereka tidak memiliki daya juang sehingga akibatnya mereka menjadi beban bagi negara. Di tangan generasi ketiga inilah biasanya sebuah dinasti akan mengalami kehancuran. 38 Suatu dinasti berkembang melalui tahapan yang berbeda, dengan kondisinya masing-masing. Kondisi setiap dinasti menurut Ibn Khaldun biasanya tidak lebih dari lima tahap, yaitu: pembentukan, pembangunan, kemajuan, kepuasan, kerusakan. 39 a. Pembentukan Tahapan ini adalah masa pembentukan dinasti baru dengan menggulingkan seluruh posisi dari dinasti lama. Di sini diperlukan pemimpin yang kuat yang mempersatukan kelompok-kelompok untuk menjadi pendukungnya. b. Pembangunan Tahapan di mana penguasa sangat senang mengumpulkan orang-orang di bawah perlindungannya untuk menjadi penganutnya sehingga dapat memperkuat diri dan kelompoknya. Penguasa menutup pintu bagi pihak luar yang ingin mencamuri kekuasaannya. Akibatnya kekuasaan ada di tangannya secara mutlak. c. Kemajuan Tahapan ini ketika negara berada dalam keadaan makmur sentosa, 38 39 Ibn Khaldun, Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha ( akarta: Tim Pustaka Firdaus, 2000), hal. 206-208). Ibid, hal 215. 30 mencapai puncak kejayaan. Perhatian raja tercurah pada usaha mengumpulkan pajak, mengatur bangunan-bangunan belanja besar, pemasukan kota-kota, dan pengeluaran, mendirikan monumen-monumen, memberikan penghargaan kepada orang-orang terhormat baik asing maupun rakyatnya sendiri. Memberikan permohonan kepada para pengikutnya, mengangkat menjadi pejabat, menggaji dengan jumlah besar. d. Kemunduran Tahapan ketika raja sudah merasa puas dengan apa yang telah dicapai oleh para pendahulunya, melaksanakan tradisi dan kebiasaan persis seperti adanya. Mereka berpendapat bahwa keluar dari tradisi yang ada berarti adalah malapetaka bagi dirinya, dan bahwa mereka lebih mengetahui tentang apa yang terbaik bagi mereka. e. Kerusakan Tahapan terakhir adalah dimana pemegang tampuk kekuasaan menjadi perusak bagi apa yang telah dibangun oelh para pendahulunya. Mereka hidup dalam keadaan berfoya-foya, pemuasan hawa nafsu dan kesenangan-kesenangan duniawi. Sementara itu etos kerja mereka menurun dan tidak memperdulikan keadaan rakyat. Samapi akhirnya rakyat membenci rajanya dan berpaling tidak mendukungnya lagi. Pada tahap ini dinasti yang sudah berusia tua tidak mampu dipertahankan keberadaannya sehingga mudah untuk dijatuhkan oleh lawan. H. Teori Gerak Sejarah Toynbee Sebagaimana Ibn Khaldun Toynbee juga menyampaikan teori gerak sejarah. Dalam bukunya yang berjudul A Study of History yang berjumlah 12 jilid Arnold J Toynbee memaparkan teorinya yang berdasarkan pada penelitiannya pada 21 kebudayaan sempurna dan 9 kebudayaan kurang sempurna. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui beberapa tingkatan yaitu: 31 a. Genesis of civilization (lahirnya kebudayaan) b. Growth of civilization (perkembangan kebudayaan) c. Decline of civilization (keruntuhan kebudayaan) Lahirnya sebuah kebudayaan disebabkan karena adanya tantangan dan jawaban (chalenge and response) antara manusia dan alam sekitarnya. Manusia berusaha untuk menciptakan kebudayaan di alam yang baik seperti Eropa, India, Tiongkok. Sedangkan di daerah yang alamnya ekstrim seperti Eskimo yang terlalu dingin, atau gurun Sahara, Kalahari, Gobi yang terlalu panas akan sulit sulit bagi manusia untuk melakukan aktivitas sehingga tidak dapat memunculkan suatu kebudayaan. Adapun perkembangan kebudayaan dilakukan oleh sekelompok kecil (minoritas) anggota masyarakat yang memiliki kekuatan untuk menggerakkan anggota kelompok masyarakat lainnya (mayoritas). Mereka adalah minoritas yang kuat dan dapat mencipta, sehingga ditiru dan diikuti oleh mayoritas. Apabila minoritas menjadi lemah dan kehilangan daya ciptanya maka mereka tidak dapat menjawab tantangan alam lagi. Jika mayoritas yang kuat ini menyerah dan mundur, tidak lagi terdapat pertumbuhan maka mulailah mereka memasuki masa keruntuhan (decline). Masa keruntuhan terjadi dalam tiga masa yaitu: a. Kemerosotan kebudayaan (breakdown of civilization) Minoritas kuat kehilangan daya menciptanya dan sekaligus kewibawaannya sehingga mayoritas enggan mengikutinya. Peraturan di dalam kebudayaan antara minoritas dan mayoritas pecah sehingga tunas-tunas kebudayaan akan lenyap. b. Kehancuran kebudayaan (disintegration of civilization) Setelah tunas-tunas kebudayaan mati, maka pertumbuhan terhenti dan membeku seolah-olah tidak ada lagi kehidupan dan kebudyaan menjadi tidak berjiwa lagi. Toynbee menyebut masa ini sebagai petrification yaitu pembatuan atau membatunya kebudayaan menjadi fosil. c. Lenyapnya kebudayaan (dissolution of civilization) 32 Masa di mana kebudayaan yang telah membatu tersebut hancur lebur dan akhirnya lenyap. Antara satu masa ke masa berikutnya tidak terjadi dalam waktu yang berurutan melainkan melewati masa yang terbentang jauh. Misalnya pada kebudayaan Tiongkok kuno jarak antara masa petrification sampai dengan lenyapnya kebudayaan menunggu hingga 2000 tahun lamanya. 40 Bab III Gambaran Umum Kuttab al-Fatih Purwokerto A. Sejarah Singkat Kuttab al-Fatih Kondisi dunia pendidikan di Indonesia dinilai belum berhasil mencapai 40 M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal. 184-186. 33 tujuan pendidikan itu sendiri. Meskipun Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 41 Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di Indonesia masih belum dapat mencapai tujuan tersebut, melainkan menitikberatkan pada aspek kognitif semata. Oleh karena itu perlu dicari terobosan-terobosan baru untuk membuat agar tujuan yang termaktub di dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut tercapai. Umat Islam merupakan mayoritas di Indonesia, namun ajaran-ajaran Islam belum sepenuhnya diterapkan. Islam memiliki sejarah panjang yang gemilang di masa lalu namun kegemilangan tersebut tertutup dengan kebudayaan kebudayaan yang lahir kemudian. Sejarah mencatat kebudayaan Islam menguasai dunia berabad-abad lamanya, melahirkan generasi-generasi terdepan dalam bidangnya, baik itu sain, sosial maupun agama. Berangkat dari keprihatinan terhadap dunia pendidikan Indonesia dan kesadaran akan sejarah Islam, sekelompok kaum muslim yang tergabung dalam Yayasan al-Fatih terpanggil untuk menggali harta karun Islam yang selama ini terpendam dan tertutup oleh debu-debu zaman. Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan bagi umatnya. Dalam al-Qur’an maupun Hadis ditekankan pentingnya pendidikan. “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat”(Surat: al-Mujadalah: 11) “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. (Hadis: Bkhari Muslim). 41 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 34 Dari sinilah lahir sebuah konsep baru tentang pendidikan dasar yang berkiblat pada kejayaan Islam masa lampau yaitu kuttab al-Fatih. Kuttab al-Fatih bercita-cita untuk membangun generasi yang berkualitas, seperti generasi pertama yang langsung dididik oleh Rasulullah Saw. Kuttab Al-Fatih merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang mendidik anak-anak mulai dari usia 5-12 dengan masa waktu pendidikan selama tujuh tahun. 42 Berdirinya Kuttab Al-Fatih bermula dari diskusi rutin tentang Sirah Nabawiyah yang dipimpin oleh Ustadz Budi Asyhari dan sudah dilakukan selama lima tahun lamanya. Dari sini peserta diskusi menemukan konsep pendidikan kuttab yang dilaksanakan pada masa awal Islam sejak masa Rasulullah Muhammad Saw sampai kekhalifahan yang terakhir yaitu Turki Usmani. Mereka menilai bahwa konsep kuttab ini merupakan konsep pendidikan tingkat dasar yang bagus yang telah terkubur lama dalam sejarah peradaban umat Islam. Dengan mencermati kondisi pendidikan di Indonesia yang dinilai semakin menurun kualitasnya peserta diskusi menggagas bagaimana kalau konsep kuttab ini diterapkan di Indonesia. 43 Selanjutnya diskusi dilanjutkan dengan berusaha untuk menyusun konsep pendidikan dasar kuttab yang bisa dilaksanakan di Indonesia. Setelah jadi konsep ini ditawarkan kepada beberapa sekolah yang sudah berdiri di wilyah Jakarta tetapi sekolah-sekolah tersebut menolak, dengan anggapan bahwa konsep kuttab ini merupakan konsep langit, konsep awang-awang, terlalu idealis, sehingga tidak mungkin bisa diterapkan dalam pendidikan dasar di Indonesia. 44 Konsep ini dibawa ke Kalimantan dan diterapkan di sebuah sekolah dasar, namun karena perbedaan prinsip dan pemikiran akhirnya kerjasama ini dihentikan. Akhirnya dengan memberanikan diri majelis diskusi memutuskan untuk 42 www.kuttabalfatih.com Wawancara dengan Ustadz Tegas, Sabtu 5 September 2015. 44 Wawancara dengan Ustadz Tegas, Sabtu 5 September 2015 diperkuat dengan wawancara dengan Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015. 43 35 mendirikan sekolah sendiri dan menerapkan konsep kuttab dengan nama Kuttab Al-Fatih. Lembaga ini pertama kali beroperasi pada bulan Juni 2012 bertempat di Depok, tepatnya di Perumahan Tugu Asri Blok B2/20 Depok dengan mendidik 30 siswa. Di tahun itu juga berdiri cabang yang pertama yaitu Kuttab Al-Fatih Purwakarta dengan jumlah murid sebanyak 18 anak. Dalam waktu tiga tahun sejak berdirinya sampai sekarang memasuki tahun 2015 telah berdatangan permintaan untuk mendirikan cabang Kuttab Al-Fatih di beberapa kota di Indonesia. Dan saat ini telah berdiiri 10 cabang Kuttab Al-Fatih yaitu di kota Jakarta, Semarang, Bekasi, Purwokerto, Malang, Tangerang, Jombang dan Bandung. 45 Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah Kuttab Al-Fatih Purwokerto yang berdiri pada tahun 2013, berlokasi di Kelurahan Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Dengan jumlah 58 siswa yang terdiri dari tingkatan Kuttab awal jenjang 1, 2 dan 3, dididik oleh 11 orang guru dan dibantu oleh petugas administrasi 1 orang. Struktur kepengurusan di Kuttab Al-Fatih adalah sebagai berikut: Penanggungjawab : Tegas Dewan Syar’i : Jumanto Kepala Sekolah : Fajar Pujianto, S.Pd. I Guru Koordinator al-Qur’an : Syarif Mustofa Guru al-Qur’an : 1. Iwan D 2. Septi L 3. Nurmiati 4. Satya Dinda 5. Nafisa M 45 www.kuttabalfatih.com 36 Koordinator Iman : Uswatun Khasanah Guru Iman : 1. Gerindra 2. Dwiprasanti 3. Achmad Rohni S 4. Aris Yoga M Tata Usaha dan Keuangan: Erna Widayati Kebersihan : Mulyono Pada masa Islam klasik yaitu masa Khulafa’ al-Rasyidin, Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abasiyah kuttab dibiayai oleh khalifah selaku pemerintah. Akan tetapi pada saat ini kuttab bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan non formal yang tidak dibiayai oleh pemerintah. Oleh karena itu orang tua santri membayar biaya pendidikan anaknya di Kuttab al-Fatih untuk menggaji para guru. Jika ada kekurangan biaya maka akan dipenuhi oleh penanggungjawab kuttab yang bertindak mewakili khalifah. Untuk saat ini besarnya biaya yang dikeluarkan oleh para wali santri bervariasi antara 3-5 dirham atau setara dengan Rp. 200.000-Rp. 300.000. B. Kurikulum Kuttab al-Fatih Purwokerto Kurikulum merupakan ruh dari suatu lembaga pendidikan, karena kurikulum inilah yang akan mengarahkan tujuan yang akan dicapai oleh sebuah lembaga pendidikan. Visi Kuttab al-Fatih adalah: melahirkan generasi gemilang di usia belia. Sedangkan misinya: 1. Pengajaran dan Penanaman Karakter Iman, 37 2. Menghafal Al-Qur’an, 3. Menggali, meneliti dan membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an, 4. Berbahasa peradaban, 5. Memiliki Ketrampilan hidup. Dari visi dan misi ini Kuttab Al-Fatih berusaha untuk menjadi pilar peradaban oleh karena itu disusun kurikulum yang menunjang tercapainya visi dan misi Kuttab yang lalu dari visi dan misi tersebut diturunkan bidang studi yang menjadi matapelajaran pokok yaitu Ilmu al-Qur’an, Tahfidzul Qur’an, ilmu al-Hadis, Bahasa Arab, Calistung, dan ketrampilan. 46 Kurikulum yang digunakan di Kuttab Al-Fatih Purwokerto merupakan kurikulum yang disusun oleh Kuttab Al-Fatih pusat yang menitikberatkan pada Al-Qur’an dan iman. Selama masa pendidikan di Kuttab Al-Fatih santri kuttab (sebutan untuk siswa) ditargetkan hafal al-Qur’an sebanyak 7 juz, yaitu dari juz 30, 29, 28, 26, 25, 24, 23. Target menghafal 7 juz ini bukan karena masa pembelajarannya selama 7 tahun sehingga setiap tahun anak menghafal 1 juz, tetapi karena pertimbangan bahwa 7 juz adalah batasan minimal bagi hafalan anak yang telah diterapkan pada kuttab-kuttab di masa klasik. Pelajaran al-Qur’an meliputi membaca, menghafal, menulis, menyimak, dan setoran hafalan. 47 Adapun untuk pelajaran iman disusunlah empat modul yang dijadikan panduan dalam pembelajaran yaitu Modul Alam, Modul Manusia, Modul Tadabbur, dan Modul Shirah Nabawiyah. Modul-modul tersebut disusun berdasarkan kitab-kitab para ulama yang berlandaskan pada al-Qur’an dan Sunah. Diantara kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam penyusunan modul ini adalah Kitab Syu’ban al-Iman karya Imam Baihaqy, Kitab Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari, Kitab Rasul al-Mualim, Shirah Nabawiyah karya Shafiyu 46 47 http://kuttabalfatih.com/kurikulum/ Wawancara dengan Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015. 38 al-Rahman dan Kitab al-Furusiyah karya Ibnu al-Qayyim. Jenjang pendidikan di kuttab Al-Fatih terdiri dari dua tingkatan yaitu tingkat Kuttab Awwal dan Kuttab Qanun. Kuttab awwal ada tiga jenjang yaitu Kuttab 1, Kuttab 2, Kuttab 3, dilanjutkan dengan Kuttab Qanuni 1, Kuttab Qanuni 2, Kuttab Qanuni 3, Kuttab Qanuni 4. Santri yang belajar di tingkat Kuttab awwal 1 dan 2 mereka mempelajari Modul Alam, Kuttab awal 3 dan Qanuni 1 mempelajari Modul Manusia. Sedangkan santri Qanuni 2 dan 3 mempalajari Modul Tadabbur dan santri tingkat tertinggi yaitu Qanuni 4 mempelajari Modul Shirah Nabawiyah. Perbedaan 2 level ini juga menentukan tentang jumlah santri yang berada di dalam kelas. Untuk kelas kuttab awwal, setiap kelasnya maksimal 12 santri. Nantinya setelah mereka masuk ke jenjang qanuni maka 1 kelas 25 – 35 santri maksimal dengan aturan pada jenjang qanuni sudah terpisah kelas laki-laki dan kelas perempuan. 48 Namun pada saat ini di Kuttab Al-Fatih Purwokerto yang baru berjalan dua tahun belum ada jenjang Kuttab Qanuni. Meskipun usia awal santri 5 tahun yang artinya setara dengan usia anak di jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak namun Kuttab Al-Fatih tidak menyediakan alat peraga mainan baik itu mainan indoor maupun outdoor. Siswa sejak awal dikondisikan untuk tidak bermain seperti di TK tetapi menggunakan waktunya secara efektif untuk belajar. Oleh karena itu salah satu motto Kuttab Al-Fatih adalah “Nyaman tanpa Mainan”. Mainan sebagai naturenya anak-anak tetap diperbolehkan, namun bukan menjadi yang utama sehingga sebaiknya anak tidak menghabiskan waktunya dengan bermain. Guru merupakan sumber belajar yang utama dalam Kuttab Al-Fatih sehingga lembaga ini menyiapkan guru-guru pengajar dengan sebaik-baiknya. Persyaratan utama bagi guru al-Qur’an adalah hafal minimal 10 juz pada awal masuk dan sanggup menambah hafalan 5 juz per tahun dan guru iman minimal 48 http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-ada-jenjang-kuttab-awal-d an-kuttab-qonuni/, diunggah pada tanggal 14 September 2015 jam 14.54. 39 1 juz dan sanggup menambah hafalan 1 juz per tahun. Guru-guru pelajaran iman diharuskan mempelajari dan menguasai kitab-kitab yang menjadi rujukan penyusunan modul. Jadi meskipun guru memiliki pegangan berupa modul namun tetap harus mempelajari dari sumber aslinya yaitu kitab-kitab klasik. Untuk menambah keluasan dan kedalaman materi setiap hari ada kajian rutin bagi guru yang dilaksanakan setelah selesai pembelajaran yaitu pukul 13.00-15.00. Adapun jadwal kajian guru adalah sebagai berikut: Senin: kajian Kitab Syu’ban al-Iman karya Imam Baihaqy. Selasa: kajian Rencana Kegiatan Kuttab (RKK) Rabu: tahfidz dan tahsin al-Qur’an Kamis: kajian Kitab Rasul al-Mualim Jumat: kajian Bahasa Arab Secara teori guru kuttab pada masa klasik hanya satu orang, yaitu seorang alim yang menguasai baik itu ilmu al-Qur’an maupun iman. Tetapi di masa sekarang dirasa cukup sulit untuk mendapatkan sosok guru yang memenuhi kualifikasi seperti pada masa klasik, oleh karena itu dilakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini dengan tetap mengedepankan kompetensi guru. Tabel 1 Daftar Nama Santri Kuttab Awal 1 NO NAMA 1 Reza Adhwaillah Hilmi 2 Alkayyisa Maryam 3 Muhammad Rafi Belva Rakha 40 4 Azam Mujahid 5 M Syamil I 6 Hanif Mustofa 7 Raihanah Annabila 8 Fakhry Aulia Shofa 9 Khotijah Fatin Aeni 10 Aisyah Yumna Amanatillah 11 Syifatunnisa Suci W 12 Rufaida Lakeisha Tabel 2 Daftar Nama Santri Kuttab Awal 2a NO NAMA 1 Razi Rayyansyah 2 Nikeysha Zakiya S 3 Garneta Vimala K 4 M Faqih Fatahillah 5 Arkan Zahir M 6 Maryam Imarotun Sholihah 7 M Taqiyyudin Al Ghozy 8 Afra Armeira K 9 Arfa Altamis Ahza 10 Alkarui Putra Al Hakim 11 Hammam Mudzoffar Yusuf Tabel 3 Daftar Nama Santri Kuttab Awal 2b NO NAMA 41 1 Wardatul Khoiri Mutioktamira 2 Filza Zafira Mumtazah 3 Maisuna Hanin 4 Hammam Abdurrohman 5 Farah Raihanah Adzkiya 6 Maryam Nasrullah 7 Ayyudia Rohmah A 8 Melati Rosyidah 9 Tsania Taqiya Zain 10 Sayid Nafi Tabel 4 Daftar Nama Santri Kuttab Awal 3a NO NAMA 1 Muhammad Zaidan Al Labani 2 M Ayub Syam Sauqi 3 Farah Fakhriyya 4 Zeeya Alvina K 5 Muhammad Qoulan Sadida 6 Muhammad Fatih 7 Muhammad Faiz Al Ghozi 8 Qonita Dzakiyyatunnisa 9 Helva Syavalania Armita 10 Zahida Salimatussofwa 11 Awfa Biadihi Amanatillah 12 Farida Asri Nurlaili F Tabel 5 42 Daftar Nama Santri Kuttab Awal 3b NO NAMA 1 M. Hibban Bahy 2 Nadhif Rayyan Arzani 3 Lubna Ufairoh 4 Annisa Zharifa Nurfauzi 5 Zahida Azzahra Salsabila 6 Ahmad Faqih Mubarok 7 Muhammad Rasikh Ridlo 8 Intan Maharani C 9 Ahmad Fatih Rabbani 10 Abdurrahman Ghifari 11 Zahrotul Jannah Asyahadah 12 Adrian Riski Firmansyah Bab IV Penerapan Sistem Pendidikan Islam Klasik di Kuttab al-Fatih Purwokerto I. Iman dan al-Qur’an sebagai Landasan Pendidikan Dasar Secara teori usia pendidikan dasar adalah masa di mana kemampuan otak 43 anak paling tinggi untuk menyerap informasi. Baik dan buruknya anak di masa depan tergantung pada pemberian stimulus di masa ini. Babby de Porter mengatakan ungkapan yang baik akan mengaktifkan sel-sel otak anak menjadi lebih berkembang, sedangkan stimulus yang buruk akan mematikan satu sel otak. 49 Pendidikan di kuttab dimulai dari penerimaan siswa dari usia 5-6 tahun, yang masih termasuk masa golden age. Dengan masa pembelajaran 7 tahun lamanya, sehingga anak-anak akan berada di kuttab hingga usia 12-13 tahun yaitu masa menjelang baligh/remaja. Sistem pendidikan di Kuttab al-Fatih sebisa mungkin mendekati sistem kuttab yang ada di masa klasik yang telah dimulai sejak zaman Nabi, khulafa al-Rasyidin, masa dinasti Umayyah, Abbasiyah dan dinasti lainnya. Kuttab dibagi menjadi dua jenjang: 1. Kuttab awwal: pada jenjang ini anak belajar membaca, menulis, menghafal al-Qur’an, ilmu dasar agama dan berhitung dasar. 2. Kuttab Qanuni: pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu bahasa dan adab. Mereka belajar ilmu-ilmu agama, hadist dan berbagai macam ilmu lainnya. Sistem pembelajaran di Kuttab al-Fatih menitikberatkan pada materi dasar yaitu iman dan al-Qur’an. Dalam proses pembelajaran hanya ada dua mata pelajaran yaitu iman dan al-Qur’an. Materi iman merupakan landasan yang sesungguhnya bagi pendidikan karakter Islami. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi: “Dari Jundub ibn Abdillah berkata: kami bersama Nabi saat masih remaja, kami belajar iman sebelum al-Qur’an. Kemudian ketika kami belajar al-Qur’an bertambahlah iman kami”. 50 Adapun karakter iman mencakup seluruh kehidupan, menjadi ruh dalam setiap aktifitas manusia. Karakter iman terbagi dalam tiga hal: 1. Pembagian berdasarkan posisinya dalam diri manusia a. Amalan hati merupakan yang pertama dan utama. Jika hati seseorang baik, 49 50 Babby de Potter, Quantum Learning (Bandung: Mizan Publika, 2003), hal. 18 Sunan Ibn Majah no 60 44 maka baiklah lisan dan fisiknya. Sebaliknya, jika hatinya rusak maka rusaklah amalan yang lainnya. Porsi amalan hati menempati 35% b. Amalan lisan adalah amalan yang menentukan apakah seseorang tetap akan istiqomah dalam kebaikan atau tidak. Lisan merupakan hasil dari hati, sehingga lisan akan menentukan tingkah laku manusia. Porsinya adalah 10%. c. Amalan fisik menempati porsi amalan terbesar yaitu 55% yaitu hasil dari amalan hati yang dijaga oleh amalan lisan. 2. Pembagian berdasarkan interaksi manusia dengan Allah dan sesama a. Hubungan dengan Allah: manusia hendaknya menjaga hubungannya dengan Allah dengan baik dan hati-hati, karena hubungan manusia dengan Allah secara kuantitas tidak banyak dibandingkan dengan hubungan antar sesama manusia. Sehingga yang sedikit ini hendaknya diselesaikan dengan baik. b. Hubungan dengan manusia jauh lebih sulit dibandingan dengan hubungan dengan allah. Hal ini karena hubungan dengan allah adalah musamahah (mudah memaafkan) sedangkan manusia musyahah (saling menuntut). 3. Pembagian berdasarkan jenis amal a. Aqidah b. Ibadah c. Muamalah d. Akhlak Dalam pembelajaran iman, jenis amal ini disampaikan secara berurutan. Urutan ini diambil berdasarkan Makiyyah dan Madaniyyah yaitu urutan turunnya syariat Islam kepada Rasulullah yang merupakan kurikulum dalam pendidikan. Kurikulum dimulai dengan cara memahami indikator-indikator keberhasilan yang dicapai setiap jenjang akademis. Dalam kurikulum diknas disebut dengan silabus. Dari silabus yang ada dipilih indikator-indikator yang sudah ada yang merupakan target perkelas. Target ini diintegrasikan dengan nilai-nilai al-Qur’an, 45 seperti dalil yang menguatkan materi, kisah-kisah peradaban, penemu muslim, hubungan antar pelajaran yang menguatkan iman, hubungan pelajaran dengan kehidupan nyata. Setiap target kelas akan menguatkan generasi berkepribadian al-Qur’an. 51 Kurikulum yang diterapkan di Kuttab al-Fatih Purwokerto disusun oleh tim kurikulum dari al-Fatih pusat. Pelaksanaannya di lapangan tergantung pada bagaimana kemampuan seorang guru. Oleh karena itu disediakan modul pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Adapun tahapan-tahapan yang harus diikuti oleh guru adalah: 1. Setiap guru menambah wawasan bacaannya dan diberikan jadwal khusus untuk menimba ilmu. 2. Setiap guru berani mengeksplorasi temuan dan ide-ide di lapangan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran. 3. Setiap guru membuat perencanaan pembelajaran sesuai bidang pengajaran yang diinteraksikan dengan al-Qur’an. 4. Setiap guru mencatat evaluasi yang sudah diajarkan dan disharingkan dengan kepala unitnya di setiap pertemuan. 5. Setiap guru senantiasa menciptakan suasana saling memotivasi diri dan orang lain untuk menambah keimanan dalam rangka memperbaiki kepribadian. Kuttab al-Fatih membuat modul-modul pembelajaran secara mandiri yang digunakan oleh peserta didik dan bantuan orangtua di rumah. Modul-modul pembelajaran ini sedang dalam proses di setiap tahunnya. modul konsep kuttab al fatih ini disebutnya modul dasar kuttab alfatih. Di dalamnya berisi tentang gambaran konsep seperti definisi kuttab, definisi karakter iman, visi generasi, metode pembelajaran, strategi berinteraksi dengan peserta didik dan sebagainya. Di setiap jenjangnya dibuat modul tema. Tema ini diambil dari hasil diskusi tim litbang al-Fatih. Diskusi saat menggali modul dasar yang berisi 51 Budi Ashari, Modul, hal. 186 46 tentang kurikulum makkiyah – madaniyah sehingga ditemukan tentang urutan belajar yang dapat diaplikasikan pada generasi. Sebagai contoh pada kuttab awal 1 dan kuttab awal 2 ditentukan tema : alam dalam juz 30. Pada kuttab awal 3 dan qonuni 1 kami dibuat tema : manusia dalam juz 30. Untuk qonuni 2 dan qonuni 3 dibuat tema : tadabbur juz 30 dan di qonuni 4 jenjang yang terakhir temanya adalah sirah nabawiyah kronologis. Seluruh tema-tema di atas dibuatkan modul panduan yang akan digunakan oleh para guru. Sekaligus juga modul turunannya untuk digunakan sebagai buku pegangan peserta didik. Modul-modul belajar ini sedang dalam proses secara keseluruhan. Ada yang sudah selesai dan ada yang sedang dalam proses pembuatan seiring berjalannya kuttab al-Fatih. Modul-modul ini digunakan khusus untuk komunitas Kuttab al-Fatih. Namun jika ada lembaga pendidikan lain ingin memiliki modul-modul ini pun bisa dibeli. 52 Sedangkan untuk mencapai agar modul ini terealisasi dengan baik diperlukan keterlibatan guru sebagai pelaksana teknis di lapangan. Untuk itu tahapannya adalah 53: 1. Menentukan pelajaran dasar yang akan diajarkan, yaitu: matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (untuk kelas 4 sampai menengah). 2. Membuat benang merah jenjang pengajaran agar tidak tumpang tindih dari TK sampai dengan menengah. 3. Memasukkan point-point pengajaran dari benang merah dengan nilai-nilai al-Qur’an. 4. Membuat rencana pembelajaran setiap materi sekaligus evaluasinya. 5. Menyiapkan alat bantu ajar yang mendukung pengajaran dan penguasaan kepribadian al-Qur’an. 6. Mendata dan menyimpan arsip dan catatan-catatan yang berkaitan dengan kepribadian al-Qur’an. 52 53 http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-ada-modul-modul-belajar/ Budi Ashari, Modul...hal. 185-186 47 Kurikulum di Kuttab al-Fatih terdiri dari dua materi besar yaitu iman dan al-Qur’an. Jundub ibn Abdillah berkata: kami bersama Nabi saat kami masih remaja, kami belajar iman sebelum al-Qur’an. Kemudian ketika kami belajar al-Qur’an bertambahlah iman kami. (Sunan Ibn Majah no. 60) Iman mencakup seluruh kehidupan manusia, ia menjadi ruh dari setiap aktifitas. Berikut adalah karakter iman berdasarkan berbagai sudut pandang pembagian: 1. Berdasarkan posisinya dalam diri manusia a. Amal hati adalah yang pertama dan utama, jika hati seseorang baik maka baik pulalah lisan dan fisiknya. Sebaliknya jika hati rusak maka rusaklah lisan dan fisiknya. Komposisinya adalah 35%. b. Amal lisan yang menentukan apakah seseorang akan terjaga istiqamah dalam kebaikan atau tidak. Lisan merupakan hasil dari hati dan akan menentukan tingkah laku manusia. Porsinya adalah 10%. c. Amal fisik merupakan yang prosentasenya paling besar yaitu 55 %. Ia merupakan hasil dari hati dan lisan. 2. Berdasarkan interaksi manusia dengan Allah Swt dan sesama manusia a. Hubungan manusia dengan Allah: memperbaiki hubungan dengan Allah yang prosentasenya lebih sedikit dibandingkan dengan manusia. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia jauh lebih sulit dibandingkan dengan dengan Allah. Karena manusia bersifat menuntut (musyahah) sedangkan Allah adalah mudah memaafkan (musamahah). Artinya, hendaknya manusia berhati-hati dalam menjaga hubungan dengan Allah, dan lebih berhati-hati menjaga hubungan dengan manusia karena manusia bersifat lemah dan cenderung tidak mudah memaafkan. 3. Berdasarkan jenis amal a. Aqidah b. Ibadah 48 c. Muamalah d. Akhlak Urutan amal ini disesuaikan berdasarkan turunnya al-Qur’an yaitu Makiyyah terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan ayat-ayat Madaniyah, yang merupakan urutan kurikulum perbaikan manusia. 54 Berikut ini adalah contoh materi iman bagaimana pelajaran matematika di sekolah dasar dengan materi pengenalan bilangan disampaikan. Guru memulai pelajaran dengan membacakan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan bilangan yaitu . “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”. (Yunus: 5) “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”. (Ali Imran :190) “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat-dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir itu berkata: ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?’ Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu sendiri melainkan Dia sendiri. Dan saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia”. (al-Muddatsir: 31) Ayat-ayat tersebut di atas merupakan contoh dari ayat-ayat tentang bilangan/angka-angka. Tujuan dari ayat tersebuta adalah supaya manusia berpikir dan mengimanai apa yang telah diturunkan yaitu al-Qur’an. Setelah itu guru 54 Ibid, hal. 32-33. 49 menyampaikan sebuah kisah tentang penemu angka arab seperti yang digunakan samapi saat ini yaitu al-Khawarizmi. Penyampaian kisah ini akan membuat anak menjadi bangga terhadap agamanya dan termotivasi menirunya. 55 Tujuan pemberian setiap materi bagi siswa kuttab adalah pembentukan iman. Misalnya pemahaman tentang bilangan-bilangan bukan semata-mata untuk mengetahui hitungan angka 1-100, akan tetapi untuk menanamkan keimanan pada anak bahwa Allah menciptakan bilangan-bilangan yang kemudian sangat berguna dalam kehidupan manusia. Dalam pembelajaran iman dengan tema alam siswa akan mempelajari tentang bab Unsur, Api, Air, Tanah, Matahari dan Energi. Semua materi selalu diawali dengan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan. Tujuannya adalah untuk memperkuat iman, bagaimana Allah Maha Rahman dan Rahim dengan menciptakan semua itu untuk manusia. Sepanjang ajaran al-Qur’an Allah menjamin keunggulan dan superioritas, termasuk kemenangan dan kesuksesan akan dikaruniakan kepada mereka yang beriman dan berilmu. Beriman, dalam arti memiliki orientasi ketuhanan dalam hidupnya dengan menjadikan perkenan Tuhan sebagai sebagai tujuan dalam segala kegiatannya. 56 Jika seseorang telah memiliki landasan keimanan yang kuat maka dia tidak akan mudah diombang-ambingkan dalam kehidupan. Lebih lanjut Nurcholid Madjid mengungkapkan bahwa iman adalah landasan bagi setiap aktifitas muslim. Di bagian ke satu dari bukunya yang berjudul Islam Doktrin dan Peradaban Madjid menguraikan bagaimana iman mengangkat emansipasi harkat manusia. Sebanyak 200 halaman Madjid membincang tentang iman dan tata nilai rabbaniyah, iman dan persoalan makna serta tujuan hidup manusia, iman dan perwujudan masyarakat yang adil dan terbuka, iman dan pengembangan ilmu pengetahuan, iman dan kemajemukan masyarakat. 57 55 56 57 Ibid Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), hal. iv. Nurcholish Madjid, Islam... 50 Sebuah hadis yang disampaikan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra mengatakan bahwa: Apa keberatanmu untuk membaca yang mana saja. Al-Qur’an ini dulu yang pertama turun adalah surat al-Mufashal (surat-surat yang pendek). Di dalamnya disebutkan tentang surga dan neraka. Hingga ketika manusia masuk ke dalam Islam turunlah ayat tentang halal dan haram. Andai saja turun pertama kali: jangan minum khamr mereka akan menjawab: Kami tidak akan meninggalkan khamar selamanya. Andai saja turun pertama kali: Jangan berzina, mereka akan menjawab kami tidak akan meninggalkan zina selamanya. Sungguh telah turun di Mekkah kepada Muhammad Shallallahu alaihi wasallam saat aku masih kecil bermain surat al-Qamar 46. Tidaklah turun surat al-Baqarah dan al-Nisa kecuali aku sudah hidup bersama beliau (Nabi). (Shahih Bukhari). Hadis ini menunjukkan bahwa dalam Islam lebih ditekankan pemahaman dan pengajaran mengenai iman sebelum disampaikan tentang ajarana-jaran yang lain seperti masalah hukum. Dalam belajar al-Qur’an anak diminta untuk menghafal seluruhnya atau sebagian. Seluruh pelajaran yang disampaikan di kuttab bertujuan untuk membentuk karakter anak yang beriman dan menguasai al-Qur’an. 1. Karakter imani yang tertanam baik akan memunculkan kebanggaan dan kepercayaan terhadap al-Qur’an sebagai panduan segala bidang kehidupan. 2. Al-Qur’an yang dihafal akan menjadikannya selalu berada dalam diri generasi tak terpisahkan. 3. Al-Qur’an yang dipahami akan membuat generasi melandasi ilmunya dengan al-Qur’an bahkan kelak menjadikan berbagai penelitian dan penemuan serta solusi berbasis al-Qur’an. 4. Ilmu pengetahuan umum harus dikuasai yang menjadi ilmu alat untuk terus menggali al-Qur’an guna membangun dan memperbaiki peradaban manusia. 5. Jika telah tergabungkan keduanya pada diri seseorang, maka dilakukan beberapa langkah: 51 a. menganalisa kembali ilmu hari ini dengan landasan al-Qur’an b. Mengembangkan ilmu yang telah benar sesuai al-Qur’an c. Menghentikan ilmu yang tidak sesuai dengan al-Qur’an d. Memilah ilmu yang tercampur antara yang haq dan bathil e. Meneliti dan mencoba menemukan berbagai ilmu Allah dengan panduan al-Qur’an 58 Al-Qur’an menjadi pelajaran wajib pada pendidikan dasar karena ketika Rasulullah diutus oleh Allah untuk memperbaiki kehidupan manusia al-Qur’an adalah satu-satunya panduan diberikan oleh Allah. Dengan kata lain al-Qur’an adalah kurikulum yang dijalankan oleh Rasulullah dalam pendidikan dan pengajaran kepada umat Islam. Sejarah telah membuktikan para sahabat hasil didikan Rasulullah dengan kurikulum al-Qur’an merupakan generasi terbaik sepanjang masa. Hal ini diteruskan pada periode berikutnya sehingga Islam memperoleh kemajuan dan kegemilangan di masanya. Diantara beberapa ulama dan ilmuwan yang mendapatkan dasar pendidikan al-Qur’an sejak masa kecilnya yaitu: Imam Syafi’i hafal al-Qur’an di usia 7 tahun, Imam al-Thabari usia 7 tahun, Ibnu Qudamah usia 10 tahun, Ibnu Hajar al-Asqalani usia 9 tahun, Ibnu Sina usia 10 tahun, Ibnu Khaldun usia 7 tahun, al-Biruni usia 15 tahun, Umar ibn Abd al-Aziz di usia kanak-kanak. 59 Hubungan al-Qur’an dengan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang diantaranya adalah: 1. Al-Qur’an adalah kalamullah yang menjadi petujuk hidup untuk manusia di dunia. 2. Al-Qur’an mengandung ilmu dunia dan akherat, sebuah ensiklopedia terlengkap dengan jumlah ayat yang sedikit. Banyak ilmu dunia yang belum terungkap dalam al-Qur’an yang merupakan petunjuk untuk memakmurkan bumi 58 59 Budi Ashari dan M. Ilham Sembodo, Modul Kuttab Satu (Jakarta: Al-Fatih, 2012), hal. 25-26 Ibid, hal. 80 52 ini. 3. Al-Qur’an menstabilkan psikhis. Kestabilan jiwa merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh generasi pemimpin yang baik. Kebahagiaan yang bersumber dari hati dan kesucian juga harus dimiliki agar dapat memimpin dengan baik. 4. Al-Qur’an meningkatkan kemampuan otak berlipat-lipat kali, untuk berpikir, merencanakan, mengambil keputusan, kreatifitas, dan sebagainya. 5. Al-Qur’an memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dengan menjaga dan mengobati. 6. Al-Qur’an memperbaiki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. 60 Dalam pembelajaran al-Qur’an anak-anak memulai hafalan dari juz 30. Menghafal adalah salah satu metode yang penting dalam pembelajaran di kuttab. Para ulama terdahulu terkenal kuat hafalannya dan menyimpan ilmu di dalam kepala mereka. Hal ini berbeda dengan metode pendidikan Barat yang justru meninggalkan hafalan dan menggunakan metode lainnya. J. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kuttab al-Fatih Kuttab al-Fatih memiliki semboyan sebagai pilar peradaban. Diibaratkan sebagai sebuah bangunan pilar adalah pondasi yang menopang bangunan. Jika pilarnya kuat maka akan kuatlah bangunan tersebut, dan sebaliknya jika pondasinya lemah akan lemahnya bangunan tersebut. Anak-anak yang belajar di kuttab akan menjadi pilar yang kokoh bagi bangunan peradaban Islam. Di kuttab ditanamkan nilai-nilai mendasar yaitu iman dan al-Qur’an, untuk selanjutnya diperkuat dengan peradaban ilmu di tingkat madrasah. Sistem pendidikan yang selama ini dianut di Indonesia mengacu pada sistem pendidikan Barat yaitu sistem piramida yang di bawahnya luas, semakin ke atas semakin sempit. Pada pendidikan dasar diajarkan beragam ilmu secara merata, lalu 60 Ibid, hal. 81 53 mulai terjadi pengelompokkan pada pendidikan menengah (SMA) dengan adanya penjurusan. Di perguruan tinggi mahasiswa mempelajari ilmu yang sesuai dengan fakultas/jurusannya masing-masing. Di sini pendidikan mulai lebih spesifik dan special pada jenjang strata 2 dan 3. Intinya semakin tinggi maka semakin sempat bidang ilmu yang dipelajari. Sebagai contoh seorang profesor ahli biologi hanya mendalami bidang biologi saja, ahli kimia mendalami bidang kimia saja, ahli agama mendalami ilmu agama saja dan seterusnya. Sehingga mereka tidak menguasai hal-hal yang di luar bidangnya. Saat ini seorang ulama hanya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan saja, sehingga akan gagap ketika harus menfatwakan hal-hal yang berkaitan dengan sain dan teknologi. Seorang pemimpin yang hanya menguasai bidang tertentu akan kesulitan untuk menjalankan kepemimpinannya karena permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bersifat kompleks dan menyeluruh. Dalam sistem pendidikan di kuttab, sistem yang digunakan adalah sebaliknya. Pada pendidikan dasar anak tidak membutuhkan ilmu yang banyak, cukup diberi dasar-dasar yang kuat, yaitu al-Qur’an dan iman. Itulah yang disebut dengan pilar peradaban. Selanjutnya di pendidikan menengah dan ke atas ilmunya ditambahkan dan diperluas sehingga menjadi pilar ilmu. Sebagai contoh para ulama di masa klasik Al-Syaukani (w. 1250H) adalah seorang ulama besar dari Yaman yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah di bidang ilmu agama. Kitab tafsir karya beliau berjumlah lebih dari lima buah, 15 kitab hadis, 20 buah kitab aqidah, puluhan kitab fiqih dan mantiq. Al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, yang juga menulis tentang potret bumi, astronomi dan sejarah. 61 Salah satu keunikan Kuttab al-Fatih adalah tidak menyediakan alat permainan di lingkungan tempat pembelajaran. Padahal usia belajar siswa dimuali 61 Ibid 54 dari 5-12 tahun. Pada jenjang pendidikan yang lazim, usia 5-6 tahun dikatagorikan sebagai usia dini dan masih belajar di TK. Pembelajaran di TK adalah jenjang persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Materi yang diajarkan adalah materi-materi persiapan dengan metode bermain sambil belajar. Kuttab al-Fatih tidak menggunakan konsep belajar sambil bermain atau konsep bermain sambil belajar. Penjelasannya adalah bahwa permainan merupakan sarana atau fasilitas yang membantu peserta didik menuju keseriusan belajar. Ketika santri sudah serius, maka tidak perlu berlama-lama membuat kegiatan dengan berbagai macam permainan. Oleh karena itu Kuttab al-Fatih sengaja tidak menyediakan fasilitas bermain. Apa yang ada dalam ruangan, halaman, aula belajar santri, dan fasilitas yang tersedia, di situlah tempat mereka bermain. Dari awal mereka belajar, ditekankan sebuah konsep bahwa ketika saat bermain maka bermain, ketika saat belajar maka belajar. Tidak ada bermain saat belajar, namun saat bermain ada pelajaran itu sangat mungkin. Kejenuhan, ketidak tertarikan belajar, tidak bisa diam, ketidakfokusan belajar pada santri usia TK sangat mungkin terjadi. Pada mereka justru diajarkan bagaimana melewati semua itu menuju keseriusan belajar sesungguhnya. Dari usia awal masuk kuttab, mereka sudah diberitahu kejelasan kapan saatnya serius belajar, kapan saatnya mereka sedang bermain. Tentu hal ini dibuat menjadi sebuah pola kehidupan mini selama aktifitas belajar di Kuttab AL Fatih. 62 Salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh Kuttab al-Fatih adalah kerjasama dengan orangtua/wali santri. Pada masa pendaftaran ada sesi wawancara di mana kedua orang tua harus hadir bersamaan. Terkadang setelah mendengar penjelasan tentang sistem pendidikan di kuttab ada salah satu pihak dari orang tua yang ragu untuk menyekolahkan anaknya. Untuk itu pihak kuttab mempersilakan untuk pulang terlebih dahulu, setelah ada kesepakatan barulah 62 http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-tidak-ada-fasilitas-bermain/ 55 dipersilakan datang lagi. Kuttab menyelenggarakan pertemuan dengan walisantri yang disebut sebagai sekolah orang tua. Dalam pertemuan itu selain disampaikan perkembangan anak selama sekolah di kuttab juga diberikan materi parenting. Jika orang tua tidak hadir selama tiga kali berturut-turut maka akan dipanggil ditanya ulang tentang keseriusan dalam menyekolahkan anak di kuttab. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi anatar pihak kuttab dengan orang tua. Karena bagaimanapun juga anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama oang tua dibanding di kuttab. Sehingga apa yang telah diajarkan di sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian di rumah. K. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran diawali pada jam 07.15 dengan mengucapkan ikrar Kuttab Al-Fatih. Tidak seperti di sekolah lainnya, di Kuttab Al-Fatih tidak ada bunyi bel yang menandai jam masuk sekolah. Jika sudah tiba waktunya ikrar ustadz berdiri di halaman dan mengucapkan “Ikrar Kuttab Al-Fatih”, maka para santri akan mulai berbaris. Jika belum siap maka ustadz akan mengulang lagi sampai ketiga kalinya. Setelah itu jika tiga kali dipanggil santri belum berkumpul semua, ustadz akan mengatakan: “ Ista’iduu...”. Ustadz Fajar Pujiono, S.Pd. I selaku kepala Kuttab memimpin pembacaan ikrar. Caranya Utadz mengucapkan terlebih ikrar dahulu lalu santri menirukan. Ikrar Kuttab Al-Fatih diawali dengan membaca syahadat, lalu doa sebelum belajar. Setelah selesai Ustadz memberikan tambahan yang berbeda setiap harinya, bisa berupa motivasi, bahasa Arab atau kisah. Pada hari Senin, 7 September 2015 Ustadz Fajar menceritakan satu kisah inspiratif yang terjadi pada masa klasik, lalu menerangkan keterkaitan kisah tersebut dengan kehidupan anak-anak di masa sekarang. Contoh kisah yang diceritakan adalah kisah seorang tukang sol sepatu Said ibn Muhafah di kota Syiria yang mendapatkan pahala haji 56 mabrur padahal dia tidak melaksanakan ibadah haji. Selanjutnya santri dipersilakan masuk ke kelas dengan menunjuk barisan yang paling rapi terlebih dahulu. Santri menyalami para ustadz dan ustadzah yang berbaris di belakang lalu masuk menuju kelas masing-masing. Bagi santri yang terlambat datang mereka membaca ikrar tersendiri dengan dipandu oleh ustadz. Tepat jam 07.30 santri Kuttab Al-Fatih Purwokerto yang berjumlah 58 anak memasuki ruangan kelas. Mereka akan belajar al-Qur’an kurang lebih dua jam lamanya sampai jam 09.30 dalam 5 kelompok/halaqah. Pembagian kelompok disesuaikan dengan pencapaian prestasi dan hafalan al-Qur’an anak. Halaqah 1, 2 dan 3 untuk anak yang mencapai tahapan Iqra’ sedang Halaqah 4 untuk tahapan awal al-Qur’an dengan kemampuan yang tartil dan bacaannya masih belum cukup bagus, dan halaqah 5 untuk anak yang sudah mencapai hapalan 1-4 juz yaitu dari juz 30-26. Di sini anak akan belajar al-Qur’an mulai dari menulis, menyimak, menghafal, muraja’ah, dan menambah hafalan. Pada hari Senin pelajaran al-Qur’an diakhiri jam 9 lalu dilanjutkan dengan pelajaran olah raga. Pelajaran olah raga yang diajarkan didasarkan pernyataan Umar ibn Khaththab yang terkenal yang artinya: “Ajarilah anak-anak kalian berenang memanah, dan berkuda”. Menurut Ustadz Fajar panduan untuk pelajaran olah raga diambil dari kitab al-Furusiyah karya Ibnu al-Qayyim. Tujuannya adalah untuk menyiapkan anak memiliki ketrampilan berkuda, berenang dan memanah. Akan tetapi karena peralatan memanah dan berkuda belum tersedia maka pelajaran yang disampaikan adalah tahapan persiapan, yaitu melatih kekuatan kaki, kekuatan tangan, konsentrasi, ketepatan lemparan dengan gerakan-gerakan tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan hitungan dan sama sekali tidak menggunakan musik, karena musik dan al-Qur’an adalah dua hal yang tidak bisa disatukan. 63 Dalam proses pembelajaran di Kuttab guru merupakan sumber belajar 63 Wawancara dengan Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015 jam 10.30 57 utama, sehingga siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Modul merupakan pegangan guru, dan siswa mencatat pelajaran dari guru. Pada jam 09.30-10.00 waktunya bagi santri untuk makan kudapan. Kudapan disediakan oleh wali santri secara bergantian. Santri tidak diperkenankan untuk membeli jajanan di Kuttab, demikian pun Kuttab tidak menyediakan kantin sebagai tempat anak-anak membeli jajan sebagaimana lazimnya di sekolah yang lain. Jam 10.00 tepat saatnya santri memasuki kelas dan mengkuti pelajaran Iman. Di Kuttab al-Fatih Purwokerto saat ini terdapat lima kelas, yaitu Kuttab awal 1, 2A, 2B, 3A dan 3B. Santri belajar di ruangan kelas dengan konsep lesehan, yaitu dengan menghamparkan karpet atau tikar. Santri duduk bersila di atas karpet atau tikar dengan meja pendek tersedia di depannya sebagai landasan untuk menulis. Untuk mengajar di depan kelas, biasanya menggunakan metode ceramah dan siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Setiap pemberian materi selalu diawali dengan rujukan satu ayat al-Qur’an lalu diterangkan maknanya. Misalnya materi pelajaran tentang waktu malam awal diawali dengan satu ayat yang berasal dari juz 30. Materi satu ayat diselesaikan dalam satu kali pertemuan. Setelah itu dilanjutkan dengan mufarraqat, yaitu tambahan pembahasan sesuai dengan materi dari Diknas, dengan menggunakan buku-buku umum sebagai tambahan. Tujuan semua pembelajaran adalah untuk meningkatkan keimanan santri kepada Allah. Jadi materi-materi yang disampaikan tidak mengedepankan aspek sains. Contohnya untuk materi tentang Unsur Alam, materi api, akan lebih dikedepankan pembahasan mengenai api neraka, sehingga siswa memahami bahwa api neraka bersifat panas dan disediakan bagi manusia yang durhaka kepada Allah. Materi pembelajaran diberikan berdasarkan modul yang ada yang lalu dikembangkan oleh guru dalan Rencana Kegiatan Kuttab (RKK). RKK ini 58 dipresentasikan oleh guru dalam pertemuan rutin dan harus mendapatkan persetujuan dari dewan syar’i untuk bisa disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran Iman selesai pada jam 11.30 lalu dilanjutkan dengan sholat dhuhur secara berjamaah. Untuk sholat dibedakan dua kelompok. Siswa kelas 3 mengikuti sholat berjamaah di masjid, yaitu masjid al-Fattaah yang merupakan masjid di mana lokasinya terdekat dengan Kuttab Al-Fatih. Sedangkan santri kelas 1 dan 2 mengikuti sholat berjamaah di sekolah. Untuk evaluasi pembelajaran dilaksanakan per semester dan akhir tahun. Laporan pembelajaran disampaikan per semester dan pada saat kenaikan kelas. Untuk pengambilan raport Kuttab al-Fatih menetapkan satu aturan bahwa kedua orang tua harus hadir bersama-sama untuk mendenganrkan laporan perkembangan anaknya. Keterangan dalam bentuk laporan yang akan disampaikan dari guru kepada orangtua wali murid. Sehingga akan ada penjelasan-penjelasan yang secara langsung dari guru kepada keduaorangtuanya tanpa ada perantara lain. Di dalamnya akan ada kebaikan-kebaikan yang terjadi pada peserta didik yang diminta untuk terus dipertahankan. Adapula kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dipembelajaran berikutnya. Kebaikan-kebaikan yang muncul pada peserta didik tidak hanya dari peran guru disebuah lembaga. Ada peran orangtua. Peran orang tua ini perlu diberikan apresiasi dan semangat atas kesuksesan dalam mendidik generasinya. Begitupula kekurangan yang menjadi evaluasi. Orangtua akan diajak kerjasama untuk saling memperbaiki pola dan iklim pembelajaran di rumah sesuai isi dari kekurangan yang dicatat dalam raport. Di kuttab Al Fatih ingin menjalankan dengan baik maksud dari tujuan adanya raport ini. Maka dari awal para orangtua yang ingin memasukkan putra/I nya menjadi santri Kuttab Al Fatih harus menunjukkan kesiapan untuk 59 hadir sepasang suami istri saat pembagian raport itu diselenggarakan. Kami akan berusaha konsisten untuk tidak memberikan raport kepada orangtua jika tidak hadir secara lengkap saat pembagian raport. Jika ada diantara orangtua salah satunya tidak bisa hadir, kami akan tetap menunggu sampai suami dan istri mau hadir bersama saat pengambilan raport. Bisa ditunggu saat pembagian raport atau mengatur jadwal ulang bersama gurunya di waktu yang lain. L. Analisis Keberadaan Kuttab al-Fatih merupakan fenomena baru di tengah dunia pendidikan nasional pada umumnya dan dunia pendidikan Islam pada khususnya. Lembaga ini berdiri di tengah keprihatinan dan ketidakpercayaan terhadap dunia pendidikan dengan mengusung tema yang spesifik yaitu kembali pada model pendidikan Islam klasik yang telah dipraktekkan pada jaman Rasul, Khulafa al-Rasyidin dan dinasti-dinasti di awal perkembangan Islam. Kuttab al-Fatih tidak mengklaim konsepnya adalah konsep baru, karena menurut mereka konsep ini telah ada beratus tahun lamanya, tetapi terkubur oleh konsep-konsep baru terutama konsep pendidikan yang berasal dari Barat. Namun karena kuttab al-Fatih adalah yang pertama di Indonesia menggunakan konsep ini, maka setidaknya konsep ini adalah baru di Indonesia. Kuttab al-Fatih dapat disebut sebagai lembaga yang melawan mainstream saat ini. Di saat para orang tua umumnya berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah favorit, membanggakan prestasi anaknya di bidang matematika, sain dan sejenisnya, memilih sekolah dengan kurikulum plus, sekolah internasional yang menggunakan bilingual dua bahasa Indonesia dan Inggris sebagai bahasa pengatarnya, serta kehebatan-kehebatan lainnya. Kuttab al-Fatih hanya menggunakan kurikulum dengan dua pelajaran utama yaitu iman dan al-Qur’an. 60 Kuttab al-Fatih digolongkan sebagai lembaga pendidikan non formal menurut pembagian di diknas. Karena sebagai lembaga pendidikan Kuttab al-Fatih tidak mengikuti kurikulum nasional melainkan menggunakan kurikulum tersendiri. Secara organisatoris Kuttab al-Fatih terdaftar sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) al-Fatih yang melaksanakan pendidikan non formal. Adapun para siswa dari kuttab dapat memperoleh ijazah pendidikan dasar dengan mengikuti ujian kesetaraan atau ijazah paket A. Kehidupan manusia dari masa ke masa mengalami siklus perputaran. Menurut Ibn Khaldun setiap kebudayaan memiliki umur alami sebagaimana manusia. Umur alami manusia adalah 120 tahun, manusia tidak akan hidup melebihi usia tersebut. Sedangkan kebudayaan memiliki usia tiga kali usia alami manusia. Pada dasarnya kehidupan manusia mengalami siklus dari masa ke masa. Demikian pula kebudayaan dan peradaban Islam. Sejak masa diturunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Saw Islam pernah mengalami masa perkembangan bermula dari wilayah Mekah menuju Madinah, dari Madinah menyebar ke seluruh Jazirah Arab, lalu melampaui benua Asia, Afrika bahkan Eropa dan mencapai puncak kejayaannya di masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Pada eranya dinasti Abbasiyah memperluas khazanah keilmuan dengan melindungi karya sastra puisi Arab, menerjemahkan karya-karya klasik Iran (sejarah, dongeng, politik, manual protokol suku-suku) ke dalam bahasa Arab. Termasuk juga pengetahuan mitos dan ilmiah yang berasal dari Persia dan India, Syiria dan Yunani kuno. Khalifah al-Makmun membangun akademi dan observatorium Bait al-Hikmah untuk menunjang gerakan penerjemahan ilmu logika, sain dan filsafat ke dalam bahasa Arab. 64 Peradaban Islam di Spanyol merupakan perpaduan antara budaya Spanyol dan Barbar Afrika menjadi budaya Arab dan Islam. Muslim Spanyol membawa 64 Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (Melbourne: Cambrigde University Press, 1988), hal. 82 61 aura kegemilangan di Eropa. Masjid agung Cordova, taman-taman dan air mancur di halaman istana al-Hamra, taman irigasi di Sevilla dan Valencia, ilmu pengetahuan dan filsafat, semua itu merupakan monumen bagi keberadaan Islam di Spanyol. Peran Spanyol yang penting bagi dunia adalah sebagai transmisi ilmu pengetahuan dari Arab ke Eropa. 65 Pasca runtuhnya Abbasiyah pada tahun 1258 dan Spanyol pada tahun 1490, Islam berturut-turut mengalami kekalahan secara politik dan dan ini berpengaruh pada penurunan di bidang ilmu pengetahuan. Setelah berjaya kurang lebih 750 tahun lamanya Islam memasuki periode kemunduran dan Eropa menduduki posisi di atas Islam. Di era kemunduruan ini umat Islam tidak berdiam diri begitu saja. Dari berbagai wilayah Islam muncul para mujaddid/pembaharu yang berusaha untuk membuka kebekuan ilmu pengetahuan Islam. Beberapa diantaranya adalah Muhammad Abduh, Rasyid Ridlo, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Iqbal, Sayyid Ahmad Khan. Dari Indonesia ada KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Para mujaddid ini akan terus ada di setiap eranya. Jika mengikuti teori Ibn Khaldun maka ketika telah sampai di puncak kejayaan maka fase selanjutnya adalah menuju kemunduruan. Tanda-tanda kemunduruan Barat mulai nampak, sebagaimana dikatakan oleh Malvin Perry dalam Adian Husaini: Peradaban Barat adalah sebuah drama besar namun tragis. Barat telah melupakan instrumen-instrumen akal yang memungkinkan terjadinya keselarasan rasional antara alam pikir dan budaya manusia, menawarkan gagasan tentang kebebasan politik dan mengakui nilai-nilai instrinsik setiap individu. Barat modern walaupun telah berhasil menyingkap berbagai misteri alam, namun gagal memperoleh pemecahan rasional bagi penyakit-penyakit sosial serta konflik antar bangsa. Sain sebagai pencapaian besar para intelektual Barat, disamping memperbaiki kondisi bagi situasi, namun juga menghasilkan senjata pemusnah 65 Ibid, hal. 378. 62 massal. Barat menjadi pionir bagi perlindungan hak-hak asazi manusia, ia juga menjadi penghasil rezim totaliter yang menginjak-injak kebebasan individu dan martabat manusia. Dan walaupun Barat telah menunjukkan komitmen atas kesetaraan manusia, ia telah pula mempraktekkan rasisme yang brutal. 66 Memasuki millenium kedua di tahun 2000an ini kesadaran umat Islam akan ketertinggalan mereka dengan Barat semakin nyata. Di tengah tantangan yang semakin berat maka usaha-usaha untuk mencetak para mujaddid barupun semakin menguat. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melalui jalur pendidikan. Didorong oleh keinginan untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah hilang maka muncul pertanyaan mengapa Islam di masa lampau bisa maju, apa yang menyebabkan kemajuan tersebut. Kembali kepada sejarah merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Umat Islam di masa lampau adalah hasil didikan Rasulullah dengan memperkuat iman dan al-Qur’an. Para sahabat yang jumlahnya tidak banyak mampu memimpin dan mengatur dunia dengan baik dengan landasan iman dan al-Qur’an. Memegang keyakinan ini Kuttab al-Fatih berdiri dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi-generasi yang akan mengembalikan kejayaan peradaban Islam di masa lampau untuk tampil kembali di hari ini. Umat Islam mengalami kekalahan karena meninggalkan iman dan al-Qur’an dan menukarnya dengan peradaban Barat. Oleh karena itu sekarang saatnya membangun kembali peradaban Islam melalui iman dan al-Qur’an. 66 Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hal. 102. 63 Bab V Penutup A. Kesimpulan 5. Berdirinya Kuttab al-Fatih dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendirikan pendidikan dasar yang berkiblat pada kejayaan Islam masa lampau yaitu kuttab. Kuttab al-Fatih bercita-cita untuk membangun generasi yang berkualitas, seperti generasi pertama yang langsung dididik oleh Rasulullah Saw. 6. Sistem pendidikan Kuttab al-Fatih menitikberatkan pada materi dasar yaitu iman dan al-Qur’an. Dalam proses pembelajaran hanya ada dua mata pelajaran yaitu iman dan al-Qur’an. 7. Kuttab al-Fatih berusaha sedekat mungkin mengambil prinsip-prinsip kuttab dari masa Islam klasik mulai dari sistem penerimaan siswa, 64 jumlah siswa dalam kelas, metode pembelajaran, dan evaluasi. B. Saran 1. Kepada Kuttab al-Fatih untuk lebih mensosialisasikan program-programnya kepada masyarakat sehingga lebih diketahui secara luas. 2. Kepada Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan untuk memberikan kemudahan bagi setiap warga untuk memperoleh haknya di bidang pendidikan. 3. Bagi masyarakat muslim khususnya agar memberikan kepercayaan kepada lembaga pendidikan Islam sebagai pilihan pertama dalam menyekolahkan anaknya. C. Kata Penutup Demikian laporan penelitian ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan di sana-sini, untuk itu kritik dan saran peneliti harapkan dari para pembaca sekalian. Purwokerto, 9 Oktober 2015 Ida Novianti, M.Ag NIP. 19711104200003 2 001 65 Daftar Pustaka Abudin Nata, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), 1997. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media. Adian Husaini, 2005. Wajah Peradaban Barat, Jakarta: Gema Insani Press, Ahmad Syalabi, 1973. Sejarah Peradaban Islam , Jakarta: Bulan Bintang. Aziza Meria 2012. “Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam membangun Karakter Bangsa” dalam Jurnal al-Ta’lim, No 1 Vol 19. Badri Yatim, 2011. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Perkasa. Babby de Potter, 2003. Quantum Learning, Bandung: MizanPublika. Budi Ashari dan M. Ilham Sembodo, 2012. Modul Kuttab Satu, Jakarta: Al-Fatih Christoper Lloyd, 1993. The Structure of History, London: Basill Blackwell. E.H. Carr, 2014. Apa Itu Sejarah, terj. Gatot Triwira, Depok: Komunitas Bambu 66 Hunafa, 2013. “Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sitem Pendidikan Nasional” dalam Jurnal Studia Islamika No 2 Vol. 10. Ibn Khaldun, 2000. Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, Jakarta: Tim Pustaka Firdaus Imron Fauzi, 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah, Yogyakarta: Arruzz Media. Ira M. Lapidus, 2000. Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo. Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, 2014. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Rosda. Muhammad Syafi’i Antonio, 2009. Muhammad Saw: The Super Leader Super Manajer Jakarta:Tazkia Publishing. Muhaimin, 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat. M. Agus Nuryatno, 2011. “Islamic Education in a Pluralistic Society” dalam al-Jami’ah No 2 Vol 49. M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, Jakarta: Prenada Media Grup Nawwaal ath-Thuwairaqi, 2004. Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah, Jakarta: Darul Falah. Noeng Muhadjir, 1996. Metode Penelitian Kualtitatif Yogyakarta: Rakesarasin. Nurcholish Madjid, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. Sachiko Murata, Willim C Chittick, 2005. The Vision of Islam, Yogyakarta: Suluh Press: UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Yasmadi, 2002. Modernisasi Pesantren, Jakarta: Ciputat Press. Zuhairini dkk, 2010. Sejarah pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara. http://kuttabalfatih.com/profil/ 67 68