Laporan Penelitian REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM

advertisement
Laporan Penelitian
REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA
(STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH)
Oleh: Ida Novianti, M.Ag
NIP: 19711104200003 2 001
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2015
1
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Drs. Amat Nuri, M. Pd.I.
NIP
Jabatan
: 19630707 1992031007
: Sekretaris LPPM IAIN Purwokerto
mengesahkan penelitian kompetitif individual bagi dosen IAIN Purwokerto yang
dilakukan oleh:
Nama
: Ida Novianti, M. Ag.
NIP
: 19711104 2000 03 2 001
TTL
: Kendal, 4 November 1971
Jabatan
: Lektor Kepala (IV/a)
Judul
: REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI
INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH)
Biaya
: Rp 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
Demikian harap maklum.
Purwokerto, 9 Oktober 2015
Yang Mengesahkan,
Drs. Amat Nuri, M. Pd.I.
NIP. 19630707 1992031007
2
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Ida Novianti, M. Ag.
NIP
: 19711104 2000 03 2 001
TTL
: Kendal, 4 November 1971
Jabatan
: Lektor Kepala (IV/a)
menyatakan bahwa penelitian kompetitif individual bagi dosen IAIN Purwokerto yang
berjudul REORIENTASI MODEL PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA
(STUDI TERHADAP KUTTAB AL-FATIH) adalah benar-benar asli dan merupakan
karya sendiri.
Demikian pernyataan keaslian ini disampaikan dengan sebenarnya.
Purwokerto, 9 Oktober 2015
Yang Menyatakan,
Ida Novianti, M.Ag
NIP. 19711104200003 2001
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan
pertolonganNya, sehingga penelitian kami yang berjudul REORIENTASI MODEL
PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DI INDONESIA (STUDI TERHADAP KUTTAB
AL-FATIH) , dapat kami selesaikan dengan baik. Penelitian ini terlaksana berkat
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Purwokerto, Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.
2. Ketua LPPM sebagai penanggungjawab kegiatan penelitian.
3. Rekan-rekan dosen IAIN Purwokerto yang telah berkenan membantu
terlaksananya penelitian ini.
4. Pimpinan Kuttab al-Fatih Purwokerto atas kerjasama dan diskusinya mulai dari
pencarian data hingga selesainya laporan penelitian ini.
Kami sadar penelitian ini masih membutuhkan penyempurnaan di sana sini,
untuk itu kami sangat mengharap kritik dan saran demi peningkatan kualitas
pelaksanaan dan pelaporan penelitian di masa yang akan datang.
Purwokerto, 9 Oktober 2015
Ida Novianti, M.Ag
NIP. 19711104200003 2001
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Pernyataan Keaslian
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
v
Bab I
: Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5
D. Studi Kepustakaan
5
E. Metodologi Penelitian
7
F. Sistimatika Laporan Penelitian
11
Bab II : Pendidikan Islam dari Masa Klasik Hingga Modern
A. Kuttab sebagai Institusi Pendidikan Islam Klasik
B. Pendidikan Islam di Indonesia
13
13
19
C. Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun
22
D. Teori Gerak Siklus Sejarah Toynbee
25
Bab III : Gambaran Umum Kuttab al-Fatih Purwokerto
28
A. Sejarah Singkat Kuttab al-Fatih
28
B. Kurikulum Kuttab al-Fatih Purwokerto
31
Bab IV: Penerapan Sistem Pendidikan Islam Klasik di Kuttab al-Fatih Purwokerto
A. Iman dan al-Qur’an sebagai Landasan Pendidikan Dasar 40
B. Prinsip-Prinsip Sistem Pendidikan Kuttab al-Fatih
C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
D. Analisis
49
52
59
Bab V: Penutup
A. Kesimpulan
61
5
B. Saran
61
C. Penutup
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
6
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan Indonesia mendapat sorotan yang tajam dari berbagai
kalangan, terkait dengan beberapa masalah yang muncul seperti perubahan
kurikulum, pro kontra ujian nasional, tawuran pelajar, kasus pelecehan siswa oleh
oknum guru, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini membuat
pendidikan nasional kehilangan kepercayaan dari sebagian masyarakat. Padahal
pendidikan merupakan pintu gerbang kemajuan sebuah bangsa dimana bangsa yang
besar adalah bangsa yang mempersiapkan generasi mudanya sedini mungkin.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berulangkali mengalami
perubahan. Sejak Indonesia merdeka telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak 10
kali, 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013. Kurikulum
adalah perangkat rencana pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan dan
tuntutan jaman, sehingga perubahan kurikulum adalah konsekwensi logis yang harus
terjadi. Namun demikian perubahan kurikulum yang terlalu sering dan dalam kurun
waktu yang singkat juga berdampak kurang baik bagi dinamika pendidikan,
sehingga mengesankan perubahan-perubahan tersebut bukan berdasarkan tuntutan
kebutuhan melainkan kepentingan politis bagi pejabat yang berwenang.
Pendidikan dasar merupakan fase yang sangat penting dalam perkembangan
seorang manusia, karena pada fase inilah anak diajarkan untuk mengenal
lingkungan, budi pekerti, dasar-dasar pengetahuan. Dari sini diharapkan terbentuk
kepribadian anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang termaktub dalam
Undang-Undang.
Secara ekspisit UU Sisdiknas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
7
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. 1 Dari sini bisa dikatakan bahwa tujuan utama
pendidikan adalah mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, untuk itu agama
adalah landasan utama bagi tercapainya tujuan tersebut.
Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia
memandang penting berlangsungnya pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran
Islam. Oleh karena itu lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab yang
besar untuk menghadirkan pendidikan berkualitas yang sekaligus merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional. 2
Pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam
sebagaimana yang dikemukakan oleh Zarkawi Soejoeti dalam Muzhoffar Akhwan
ada tiga jenis pendidikan Islam, pertama, jenis pendidikan Islam di mana pendirian
dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat untuk mengejawantahkan nilai-nilai
Islam, yang tercermin dalam nama lembaga maupun kegiatan-kegiatannya. Islam
merupakan sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan.
Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan menjadikan ajaran Islam
sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan dan diperlakukan
sama seperti bidang studi dan ilmu lainnya. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup
kedua hal di atas, yaitu Islam sebagai sumber nilai sekaligus bidang studi yang
ditawarkan melalui proses pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan. 3
Dari ketiga jenis tersebut memunculkan beragam lembaga pendidikan Islam
sesuai dengan karakter masing-masing seperti pondok pesantren salaf, pondok
1
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003
Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam
Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.10.
3
Muzhoffar Akhwan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam
Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.34.
2
8
pesantren modern, madrasah yang dikelola oleh swasta, madrasah negeri, sampai
sekolah Islam terpadu yang terdiri dari SD IT, SMP IT, SMA IT. Setiap institusi
memiliki kelebihan sekaligus kekurangan di sisi lainnya. Meskipun demikian
lembaga-lembaga
pendidikan
Islam
berjalan
dengan
pangsa
pasarnya
masing-masing.
Salah satu dari lembaga pendidikan yang relatif baru berdiri di Indonesia
adalah Kuttab al-Fatih. Kuttab al-Fatih adalah lembaga pendidikan dasar yang
diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-12 tahun yang mulai berdiri sejak bulan Juni
2012, dengan kurikulum menitikberatkan pada iman dan Al-Qur’an. Kurikulum ini
mulai dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan sumber
untuk menyususn modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga ini
menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan
Sunah. 4
Berdirinya lembaga pendidikan ini bermula dari rumah yang berada di
perumahan Griya Tugu Asri, Blok B2/20. Pada awalnya lembaga ini hanya
menerima 30 murid. Namun antusias calon murid melebihi quota yang ada.
Begitupula, keinginan beberapa tempat untuk membuka lembaga seperti ini di
daerahnya masing-masing. 5 Sampai saat ini telah berdiri 10 cabang Kuttab al-Fatih
di beberapa kota yaitu Depok, Purwakarta, Jakarta, Semarang, Bekasi, Purwokerto,
Malang, Tangerang, Jombang dan Bandung.
Lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih adalah pendidikan setingkat
dengan sekolah dasar yang berbeda dari lembaga pendidikan yang sudah
berkembang di Indonesia sebelumnya. Kuttab al-Fatih tidak menggunakan
kurikulum pemerintah melainkan menyusun kurikulum sendiri dengan mengacu
pada model pendidikan Islam klasik. Tujuan berdirinya lembaga pendidikan ini
adalah menyediakan pendidikan dasar yang mengaju pada pendidikan Islam masa
klasik yang telah mengantarkan kejayaan Islam pada masanya dengan bersumber
4
5
http://kuttabalfatih.com/profil/
http://kuttabalfatih.com/profil/
9
pada al-Quran dan Hadis. Kuttab al-Fatih berusaha untuk mengembalikan
pendidikan Islam sesuai dengan pendidikan yang dikembangkan oleh umat Islam di
masa klasik, yaitu masa Rasulullah, Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah.
Visi Kuttab al-Fatih adalah: melahirkan generasi gemilang di usia belia.
Sedangkan misinya: 1. Pengajaran dan Penanaman Karakter Iman, 2. Menghafal
Al-Qur’an, 3. Menggali, meneliti dan membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an, 4.
Berbahasa peradaban, 5. Memiliki Ketrampilan hidup. Dari visi dan misi tersebut
diturunkan bidang studi yang menjadi matapelajaran pokok yaitu Ilmu al-Qur’an,
Tahfidzul Qur’an, ilmu al-Hadis, Bahasa Arab, Calistung, dan ketrampilan. 6
Tujuan pendidikan Islam terutama pendidikan dasar bukan untuk menjejali
anak didik dengan materi-materi pelajaran berupa fakta-fakta yang harus
dihapalkan, melainkan untuk mempersiapkan anak didik agar mereka memiliki
akhlak mulia dan iman yang kuat sehingga terbentuk menjadi manusia yang berbudi
luhur, berhati baik dan bekerja keras. Dalam sistem pendidikan Islam klasik, materi
pokok pendidikan adalah al-Qur’an. Ciri lainnya adalah tingkat pencapaian prestasi
oleh seorang siswa diukur dari totalitasnya sebagai individu dalam wujud perilaku
moral dan kesalihannya. 7
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Kuttab al-Fatih?
2. Bagaimanakah sistem pendidikan Kuttab al-Fatih?
3. Sejauh mana Kuttab al-Fatih mengambil prinsip-prinsip dari sistem pendidikan
Islam klasik?
4. Bagaimana target dan capaian Kuttab al-Fatih di tengah dunia pendidikan Islam
Indonesia?
6
http://kuttabalfatih.com/kurikulum/
Muslih Usa dalam Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan
Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal. 16
7
10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kuttab al-Fatih di Indonesia.
b. Untuk mendeskripsikan sistem pendidikan yang berlangsung di Kuttab
al-Fatih.
c. Untuk menganalisis prinsip-prinsip pendidikan Islam klasik yang diterapkan
dalam Kuttab al-Fatih.
d. Untuk memetakan posisi Kuttab al-Fatih di tengah-tengah pendidikan Islam
Indonesia.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan pendidikan Islam dalam hal
pengembangan lembaga.
b. Dengan gambaran yang relatif komprehensif, penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan untuk memahami pengembangan lembaga pendidikan Islam
di Indonesia.
D. Studi Kepustakaan
Penelitian mengenai pendidikan jumlahnya sangat banyak, dengan
pembahasan dari berbagai persfektif. Mulai dari kurikulum, metode pengajaran,
muatan nilai-nilai pelajaran, dan sebagainya. Untuk memposisikan penelitian ini
maka akan ditampilkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Hunafa 8 melakukan penelitian bertajuk Politik Pendidikan Islam dalam
Konfigurasi Sitem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa Pendidikan Islam
di Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan peta politik
pendidikan nasional. Perubahan dan perkembangan pendidikan Islam dipengaruhi
oleh kepentingan ideologi politik dan kepentingan lainnya dalam keadaan
8
Hunafa, “Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sitem Pendidikan Nasional” dalam
Jurnal Studia Islamika No 2 Vol. 10, 2013.
11
pembuatan kebijakan. Hal ini tercermin dengan pembentukan berbagai kebijakan
pendidikan nasional dari negara dari posisi pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan nasional sejak zaman Soekarno sampai masa pemerintahan Orde
Reformasi.
Adapun Aziza Meria 9 dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan Islam
di Era Globalisasi dalam membangun Karakter Bangsa menyatakan visi dan misi
pendidikan Islam adalah rahmatan lil 'alamin, yang membuat pendidikan Islam
dapat menjadi pedoman untuk mengarahkan manusia menjadi khalifah di dunia.
Tujuan dari keputusan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional 2003
adalah untuk menfilter dampak negatif globalisasi sehingga tidak akan kehilangan
identitas nasional. Solusi untuk mengatasi hal ini guru serta pendidik harus
menjadi model yang baik bagi siswa dan memperkuat karakter-karakter Islami.
Pendidikan Islam harus bisa menjawab tantangan dalam masyarakat plural.
M. Agus Nuryatno 10 dalam penelitiannya yang berjudul Islamic Education in a
Pluralistic Society mengungkapkan bagaimana membangun pendidikan Islam
yang sesuai dengan masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Untuk
menjawab pertanyaan ini mengacu pada teori pendidikan agama yang terdiri dari
tiga model. Pendidikan agama di dalam adalah model pendidikan agama itu hanya
kekhawatiran adalah dengan agama sendiri, tanpa menghubungkannya dengan
agama-agama lain. Model kedua adalah ajaran agama pada dinding, di mana
siswa tidak hanya diajarkan tentang agama mereka sendiri tetapi juga terhubung
dengan agama-agama lain. Model terakhir adalah pendidikan agama di luar
dinding, yang berarti membantu siswa untuk bekerja sama dengan orang-orang
dari agama lain untuk perdamaian, keadilan, dan harmoni.
Nawwal Ath Tuwairaqi melakukan penelitian Sekolah Unggulan Berbasis
9
Aziza Meria “Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam membangun Karakter Bangsa”
dalam Jurnal No 1 Vol 19, 2012.
10
M. Agus Nuryatno “Islamic Education in a Pluralistic Society” dalam al-Jami’ah No 2
Vol 49, 2011.
12
Sirah Nabawiyah 11 dimana diungkapkan manajemen pendidikan berbasis pada
pola kehidupan Nabi Muhammad yang diterapkan oleh sekolah-sekolah unggulan
dapat memandu sekolah-sekolah tersebut menjadi lembaga pendidikan Islam
yang kokoh.
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih
yang berpusat di Depok dan memiliki cabang di beberapa kota, namun yang
penelitian ini akan berfokus pada cabang yang berada di Purwokerto. Oleh
karena itu, subjek penelitianya adalah tokoh masyarakat, guru, penyelenggara
pendidikan, orang tua murid yang menyekolahkan anaknya di Kuttab al-Fatih.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menekankan pada
proses-proses sosial yang terjadi di dalamnya, yaitu mempelajari mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan belajar mengajar di Kuttab alFatih. Dalam penelitian ini juga akan dideskripsikan tentang filosofi dan cara
berfikir yang melandasi penyelenggaraan pendidikan.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan etnometodologi, yang
mana metode ini digunakan sebagai metode untuk menggambarkan prilaku sosial
subjek dalam merespon masalah (cultural behaviour), apa yang diyakini dan
diketahui (termasuk di dalamnya ideologi) (cultural knowlegde), dan hal-hal apa
yang dibuat dan digunakan (cultural artifact) oleh subjek penelitian sebagaimana
adanya dalam kaca mata subjek penelitian itu sendiri. Dengan kata lain,
penelitian ini berupaya memahami bagaimana subjek memandang, menjelaskan,
11
Nawwaal ath-Thuwairaqi, Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah,(Jakarta: Darul
Falah, 2004)
13
dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. 12
Dimensi konseptual metodologis yang dipakai dalam penelitian ini yang
bercorak studi kasus karena studi ini dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem
yang berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat
oleh tempat dan waktu tertentu.
2. Teknik Penentuan Informan
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah multisite studies.
Yakni penelitian ini tidak hanya meneliti satu kasus, tetapi memerlukan beberapa
lokasi dan subjek penelitian. Penetapan sumber informasi (informan) yang
digunakan adalah creation based selection (seleksi berdasarkan kriteria). Artinya,
teknik penetapan infroman tidak dilakukan atas prinsip acak berdasarkan
probabilitas. Tujuan pengambilan sampel dengan creation based selection
dimaksudkan
agar
hasil
penelitian
memiliki
komparabilitas
(dapat
diperbandingkan) dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada kasus-kasus hasil
penelitian lainnya. 13
Adapun teknik penentuan informan adalah sebagai berikut:
a. Seleksi Jaringan
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah keyakinan, kegiatan,
serta artefact, peneliti menggunakan penggalian data dengan menggunakan
pemilihan kriteria berdasarkan jaringan. Yakni, menetapkan informan
penelitian berdasarkan informasi dari subjek lain sebelumnya.
b. Seleksi Kuota
Pertama-tama peneliti mengidentifikasi sub komunitas yang relevan. Dalam
12
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualtitatif (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), hal. 94.
13
Guba menyebut istilah komparabilitas dan transabilitas dengan istilah transferabilitas.
Dari adanya perbadingan dan terjemahan tersebut mungkin saja ada kemiripan tertentu, misalnya
satuan sosialnya, metodenya, analisisnya dan lain-lain dapat membantu peneliti untuk membuat
perbandingan atau menerjemahkannya dalam konteks lain tetapi mirip. Demikian juga istilah
creation based selection lebih dekat dengan istilah purposive samling, tetapi dalam studi
ethnografi, jarang dipakai istilah kedua, dengan alasan acakpun tetap purposive. Lihat lebih lanjut
Ibid, hal. 95-96.
14
menelaah sistem nilai atau ideologi, keyakinan, kegiatan, organisasi
kemasyarakatan, peneliti mengidentifikasi sub komunitas masyarakat yang
terlibat di Kuttab al-Fatih. Seleksi kuota ini dipergunakan untuk menelaah lebih
jauh pengaruh keyakinan pengetahuan dan pemahaman terhadap sistem yang
menjadi objek penelitian pada sistem-sistem lain.
c. Seleksi berdasarkan Komparasi antar Beberapa Kasus
Seleksi ini digunakan sebagai dasar menentukan informan yang memiliki
kekhususan ciri tertentu. Dalam aplikasinya, peneliti mengidentifikasi subjek
penelitian yang memiliki kekhususan ciri, misalnya seseorang yang memiliki
pengalaman dalam dialog yang terkait dengan masalah pemelitian.
3. Metode Pengumpulan Data & Teknik Operasionalnya
Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi Terlibat (Participant Observation)
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan
observasi terlibat adalah sebagai berikut:
1) Melakukan persiapan atau pendekatan sosial. Ini dilakukan dalam
rangka mempertemukan pikiran (meeting of mind). Kegiatan ini dapat
digunakan untuk mencairkan suasana saling memahami maksud, agar
peneliti dapat memperoleh informasi dari subjek tanpa dicurigai.
2) Setelah terjadi meeting of mind, selanjutnya peneliti menjalin kedekatan
dengan subjek. Peneliti dalam hal ini juga melibatkan mahasiswa
pendamping sebagai sarana untuk mendapatkan informasi secara
partisipan. Hasil dari pengamatan terlibat dari selanjutnya dicatat dalam
fieldnote.
3) Memfokuskan pendalaman yang terkait dengan sistem keyakinan
(pemahaman), interaksi akibat dari pemahaman mereka.
4) Melakukan mapping
15
5) Analisis mapping
6) Dipadukan dengan temuan (hasil wawancara), selanjutnya menulis
etnografi
b. Wawancara bebas dan mendalam (indept interview)
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam wawancara ini adalah sebagai
berikut:
1) Menetapkan informan dengan teknik sebagaimana dalam kriteria
penentuan informan.
2) Mewawancarai informan mulai dari yang deskriptif hingga struktural,
dan pertanyaan kontras.
3) Membuat catatan hasil wawancara etnografis dalam fiednote. Catatan
tersebut dalam dapat bentuk cacatan ringkas, laporan yang diperluas,
atau jurnal penelian lapangan.
4) Melakukan analisis dan interpretasi hasil wawancara termasuk analisis
domain, dan komponen. Dalam hal ini peneliti mengurai hal-hal yang
masih terpendam berdasarkan wawancara.
5) Menemukan tema-tema kultural dan historis.
6) Didikung dengan observasi partisipan kemudian bahan-bahan ini ditulis
dalam laporan etnografi
c. Studi Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data-data pendukung
seperti nama-nama anggota, tingkat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan,
dan dokumen-dokumen penting lain yang mendukung penelitian ini. Studi
ini juga sampai pada konsep kurikulum pendidkan dan bahan ajar yang
digunakan sebagai materi.
4. Metode Analisis Data
Setelah wawancara, observasi dan analisis dokumentasi yang merupakan
cara pengumpulan data, selanjutnya data dicatat secara deskripstif dan reflektif
yang selanjutnya dianalisis. Analisis data ini dilakukan dalam rangka mencari
16
dan menata (mengkonstruk) secara sistematis catatan (deskripsi) hasil
wawancara, observasi, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan
pemaknaan peneliti tentang obyek penelitian. Penelitian ini menggunakan
perpaduan dua metode analisis data yakni:
a. Interaksi Kultural
Metode ini digunakan untuk mengembangkan teori. Pola pikir ini berangkat
dari empiri dengan mendialogkan antara sejarah, pendidikan, sosial, budaya
yang selanjutnya yang dibuktikan secara ilmiah untuk menyusun abstraksi.
Metode ini menggunakan pola fikir historik-ideograpik, yakni tata pikir
yang mengatakan bahwa tidak ada kesamaan antara sesuatu dengan yang
lain karena beda waktu dan konteks.
b. Comparative constant
Sedangkan comparative constant dilakukan oleh peneliti dengan proses
mencari konteks lain dalam rangka mencari “makna” di balik yang empiri
sebagaimana di maksud di atas, hingga peneliti memandang cukup bagi
konseptualisasi teori. Pada tahap ini tata/ pola fikir analisis data yang
dipakai adalah pola pikir reflektif, yakni proses “mondar-mandir antara yang
empirik dengan yang abstrak (makna). Satu “kasus empiri” dapat
menstimuli berkembangnya konsep abstrak yang luas dan menjadikan
mampu melihat relevansi antara empiri satu dengan empiri lain yang
termuat dalam konsep abstrak baru yang dibangun oleh peneliti.
F. Sistimatika
Adapun rencana sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut, bab satu berisi pendahuluan. Adapun pendahuluan penelitian secara
keseluruhan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
telaah pustaka, kerangka konseptual, dan, desain penelitian, dan metode
penilitian.
17
Sedangkan bab dua kerangka teoritis tentang (a) pendidikan Islam di masa
klasik (pengertian, urgensi persepsi, dan sikap), (b) pendidikan Islam di masa
modern.
Bab tiga akan ditampilkan gambaran umum tentang lembaga pendidikan
Islam Kuttab al-Fatih. Sementara itu, bab bab empat berisi temuan lapangan dan
analisis. Terakhir, bab lima berisi uraian tentang point-point utama dari temuan
penelitian ini dan rekomendasi yang merupakan implikasi dari temuan penelitian
ini. Secara prinsipil rekomendasi ini meliputi dua hal, yaitu; 1) rekomendasi yang
bersifat substantif, dimana rekomendasi jenis ini ditujukan bagi penentu kebijakan
yang terkait dengan pengembangan masyarakat di daerah penelitian, dan 2)
rekomendasi yang bersifat metodologis dalam konteks penelitian ini.
Rekomendasi jenis ke-dua ditujukan bagi para peneliti berikutnya.
Bab II
18
Pendidikan Islam dari Masa Klasik hingga Modern
E. Kuttab sebagai Institusi Pendidikan Islam Klasik
Istilah kuttab sudah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam dan bertujuan
untuk memberi pendidikan bagi anak-anak. Namum demikian lembaga ini tidak
berkembang dan tidak mendapat perhatian dari bangsa Arab. Secara bahasa kuttab
berasal dari akar kata taktib yang berarti mengajar menulis. Sementara katib atau
kuttab adalah artinya adalah penulis. Institusi ini adalah tempat belajar menulis
bagi anak-anak. 14
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Dalam bidang pendidikan di masa awal Islam,
lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama yaitu kuttab/maktab
dan masjid yang merupakan lembaga pendidikan rendah, tempat anak-anak
mengenal dasar-dasar bacaan, tulisan dan hitungan. Sedangkan berikutnya adalah
tingkat pendalaman, di mana para pelajar yang ingin melanjutkan pelajarannya
pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu pada seseorang atau beberapa orang
yang ahli di bidangnya masing-masing. Pengajarannya berlangsung di
masjid-masjid atau di rumah ulama tersebut. 15
Kurikulum kuttab fokus pada pembelajaran al-Qur’an sebagai bacaan utama
dilanjutkan dengan menulis. Dalam sebuah kunjungan ke Damaskus, Ibn Jubayr
melihat bahwa latihan menulis yang dilakukan oleh para siswa bukan berasal dari
kalimat-kalimat al-Qur’an melainkan dari puisi-puisi biasa untuk menghindari
kesalahan menulis yang dilakukan anak-anak dalam proses pembelajarannya. Di
samping itu siswa juga mendapat pemngajaran tentang tata bahasa Arab, kisah
para Nabi terutama hadis Nabi uhammad, dan dasar-dasar berhitung. Namun
diantara seluruh kurikulum yang ada, menghafal adalah kemampuan yang paling
14
Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah (Yogyakarta: Arruzz Media, 2012),
hal.135.
15
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (RajaGrafindo Perkasa: Jakarta, 2011), hal. 54.
19
ditekankan di kuttab. 16
Di Baghdad siswa yang berprestasi menyelesaikan hafalan al-Qur’an sesuai
target di tingkat kuttab diberi penghargaan dengan diarak sepanjang jalan dengan
menaiki onta dan dilempari buah almon.
Anak-anak perempuan hanya diperbolehkan mengikuti pendidikan agama
tingkat rendah. Khusus bagi anak-anak dari keluarga berada mereka belajar secara
privat dengan memanggil seorang guru (muaddib) yang mengajarkan agama, budi
pekerti, literatur dan seni bersyair. Biasaya para guru berasal dari keturunan asing.
Seorang guru di kuttab disebut muallim atau faqih tergantung pada training
keagamaan yang telah diikutinya.
1. Pendidikan Islam Klasik
Dalam sejarah Islam masa klasik dianggap sebagai periode terbaik yang
pernah dilewati oleh umat Islam. Para sejarawan menggolongkan periodesasi
sejarah Islam ke dalam 3 periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan dan
periode modern. 17
Periode klasik dimulai dari era turunnya wahyu al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad, khulafa’ al-Rasyidin, Dinasti Umayah sampai berakhirnya Dinasti
Abbasiyah, dengan total kurun waktu kurang lebih 700 tahunan yaitu abad 7
hingga abad 13 M. Sebagai periode yang dipuji merupakan periode terbaik, agung
dan luhur, hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang berlangsung pada saat
itu.
Untuk membedakan pelaksanaan pendidikan pada masa klasik ini akan
diuraikan menurut tahapannya, yaitu masa Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin, Masa
Umayah dan Masa Abbasiyah.
a. Masa Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin
Pendidikan telah menjadi perhatian utama sejak masa awal
16
Philip K Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan Press Ltd,1974) hal. 408.
17
Ibid
20
berkembangnya Islam. Rasulullah mengajarkan dasar-dasar agama Islam
secara langsung kepada kaum muslim dengan membacakan ayat-ayat
al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya. 18 Tempat pembelajaran yang
digunakan oleh Rasul pada saat itu adalah rumah sahabat al-Arqam ibn
Abi Arqam dan kuttab. Mengingat sedikitnya orang yang bisa baca tulis
pada saat itu Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan orang-orang
dzimmi untuk mengajarkan baca tulis al-Qur’an di Makkah. Kuttab jenis
ini berkembang pada masa awal Islam.
Setelah hijrah ke Madinah tempat pembelajaran bagi kaum muslim
adalah masjid, sufah dan kuttab. 19 Masjid merupakan bangunan penting
bagi umat Islam, karena masjid menjadi pusat aktifitas umat berupa
tempat
ibadah,
penyebaran
dakwah,
tempat
bermusyawarah,
berkumpulnya kaum muslim hingga tempat Rasulullah mengajarkan
pokok-pokok agama Islam dan menyampaikan wahyu yang diterima
kepada umat.
Sedangkan suffah ada serambi masjid ruang yang bersambung
dengan masjid sebagai tempat pengajaran dan pembelajaran yang
dilakukan secara sistematis. Suffah juga sekaligus menjadi asrama bagi
para sahabat yang belum mempunyai tempat tinggal. Mereka yang tinggal
di suffah ini disebut sebagai ahl al-suffah. 20 salah seorang sahabat yang
tinggal di suffah adalah Abu Hurairah yang selalu mengikuti pelajaran
yang disampaikan oleh Rasulullah.
Adapun kuttab yang berkembang di Madinah ada dua macam
sebagaimana disebutkan dalam bukunya Ahmad Syalabi menjelaskan
bahwa dua macam kuttab tersebut, yaitu pertama, kuttab yang berfungsi
untuk mengajarkan baca tulis dengan dasar teks-teks puisi Arab dengan
18
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam ( Jakarta: RajaGrafindo, 2000), hal. 30.
Imron Fauzi, Manajemen...hal 35.
20
Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad Saw: The Super Leader Super Manajer
(Jakarta:Tazkia Publishing, 2009 ), hal. 196.
19
21
pengajarnya sebagian besar adalah non muslim. Kedua, kuttab yang
berfungsi sebagai tempat pengajaran al-Qur’an, kuttab model ini tidak
saja mengajarkan membaca dan menulis melainkan juga menghafal
al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. 21
Pendidikan yang berlangsung di masa Rasulullah berlangsung secara
bersahaja dengan tidak mengenal birokrasi dalam menerima murida dan
kehadiran mereka dalam proses belajar mengajar. Hanya dibedakan sesuai
kelompok usia, golongan dewasa belajar di suffah dan anak-anak
mendapat pelajaran di kuttab.
b. Masa Umayah
Perubahan kondisi sosial politik menyebabkan terjadinya perubahan
dalam sistem pendidikan Islam di masa Bani Umayyah berkuasa pada
rentang tahun 671-750 M. Pendidikan saat itu terbagi menjadi dua yaitu
pendidikan khusus dan umum. Pendidikan khusus ditujukan bagi
anak-anak kaum bangsawan dengan materi khusus mengenai ilmu-ilmu
pemerintahan sebagai persiapan untuk menjadi pejabat negara ataupun
pemerintah. Sedangkan pendidikan umum ditujukan bagi rakyat
sebagaimana yang telah dilaksanakan sejak masa Rasulullah dan Khulafa’
al-Rasyidin. 22
Adapun lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa itu adalah
istana, badiah, perpustakaan, al-bimaristan, kuttab, masjid dan majelis
sastra. Istana merupakan lembaga pendidikan khusus bagi keluarga
bangsawan, badiah adalah lembaga pendidikan yang muncul pada masa
Khalifah Abdul Malik ibn Marwan dalam rangka Arabisasi yang
dilaksanakan di seluruh negeri. Kata Badiah sendiri berasal dari dusun
Badui di mana masih terdapat Bahasa Arab fasih yang asli. Al-Bimaristan
adalah rumah sakit tempat merawat orang sakit yang sekaligus berfungsi
21
22
Ahmad Syalabi, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 34.
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 135.
22
sebagai tempat pembelajaran bagi calon-calon dokter. 23
Kuttab yang telah ada sejak masa Rasul berkembang dengan lebih
baik di era Umayyah. Setiap anak wajib belajar di kuttab dengan materi
utama adalah menghafal al-Qur’an dan ilmu-ilmu dasar Islam. Lamanya
anak didik belajar di kuttab tergantung pada kemampuan mereka seberapa
cepat menyelesaikan pelajarannya, sehingga ada yang cepat ada pula yang
lambat. Madrasah merupakan lembaga pendidikan baru selain kuttab.
Sedangkan Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah
adalah sebagai berikut: a. Madrasah Mekkah: Guru pertama yang
mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin
Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan
haram dalam Islam. b. Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih
termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal
sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama
terkemuka. c. Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah
ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari
adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas
bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. d. Madrasah Kufah: Madrasah
Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu:
‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq,‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan
‘Amr bin Syurahbil. e.
Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri
Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak
memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para
Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu
Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik
dan Abu-Hanafiah. f. Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi
23
Ibid.
23
negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula
madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As,
yaitu di Fisfat (Mesir lama). 24
c. Masa Abbasiyah.
Pendidikan
Islam
semakin
berkembang
pesat
pada
masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Hal ini dikarenakan para khalifah dari
dinasti ini merupakan orang-orang yang cinta ilmu pengetahuan dan
bersifat terbuka terhadap perkembangan yang datang dari luar.
Lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu merupakan
lanjutan dari lembaga yang telah ada pada masa sebelumnya seperti
kuttab, halaqah, majelis, masjid, rumah sakit, perpustakaan dan madrasah.
Adapun lembaga-lembaga baru yang muncul pada masa ini adalah Khan,
halaqah, perpustakaan dan toko buku. 25
Khan biasanya berupa tempat penyimpanan barang-barang dalam
jumlah besar atau saran komersial yang memiliki banyak toko, seperti
khan al-narsi di alun-alun kota Baghdad. Tempat ini sekaligus berfungsi
sebagai asrama bagi murid-murid yang hendak belajar hukum Islam di
suatu masjid dan juga untuk belajar privat. Halaqah artinya adalah
lingkaran, yaitu proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara
duduk bersama melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk di
lantai membacakan buku karangannya atau karangan orang lain, dan
murid-muridnya menyimak. Kegiatan ini bisa dilakukan di masjid
maupun di rumah gurunya. Adapun toko buku dan perpustakaan memiliki
peranan penting dalam kegiatan keilmuan Islam. Tempat ini biasa
digunakan untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan menjadi tempat
pertemuan rutin para pencari ilmu. Pelopor pendirinya adalah Khalifah
24
25
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 19
Iskandar Engku, Sejarah... hal. 42-44.
24
al-Ma’mun. 26
Adapun madrasah-madrasah yang terkenal pada masa Dinasti
Abbasiyah adalah: a. Madrasah Nidzamiyah yang didirikan oleh Nizam
al-Mulk wazir dari Maliksyah dari Bani Saljuk. b. Madrasah Nuruddin
Zanki yang didirikan oleh Nuruddin Zanki di Damaskus Syiria. c.
Madrasah al-Musthansiriyah, didirikan oleh Khalifah al-Mustanshir
Billah di Baghdad. d. Sekolah Kedokteran Dahuriyah yang didirikan oleh
Muhazzibuddin Dakhur dan sekolah Kedokteran Danishiriyah yang
didirikan oleh Imaduddin al-Danisary. 27
Sistem pendidikan Islam klasik telah berhasil membawa Islam
menuju puncak kejayaan dan keemasan berabad-abad lamanya. Terutama
di masa Daulah Abbasiyah Islam menjadi super power yang menjadi
kiblat dunia keilmuan. Banyak pencari ilmu dan kaum terpelajar yang
datang berkunjung baik untuk memberikan pengajaran maupun untuk
belajar dari para ilmuwan.
F. Pendidikan Islam di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam,
sehingga nilai-nilai Islam diterapkan oleh pemeluknya dalam berbagai aspek
termasuk pendidikan. Islam memandang pendidikan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan manusia dan mendapat perhatian besar, karena melalui
pendidikan manusia dibentuk, diarahkan menjadi sosok yang sesuai dengan ajaran
dan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di
Indonesia, keberadaannya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi pada
pendidikan nasional. Persoalan-persoalan yang muncul pada pendidikan nasional
berimbas secara langsung pada pendidikan Islam, seperti persoalan perubahan
26
27
Ibid.
Ibid.
25
kurikulum, persoalan guru sebagai sumber daya utama, dan sebagainya.
Islam merupakan ajaran agama yang memiliki konsep rahmatan lil alamin
dan pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran yang bertujuan pada
pembentukan kepribadian, budi pekerti dan insan kamil. Anak didik dituntut untuk
bersikap, bertingkah laku dan berkomitmen menurut ajaran agamanya. 28
Pendidikan Islam memiliki tiga sisi penting yang menguatkan. Pertama,
institusi (lembaganya). Kedua, proses pendidikan yang terjadi di dalam institusi
tersebut yang disemangati dengan tuh Islam. Ketiga, berkaitan dengan subyek
matter yang diberikan kepada lembaga yang bersangkutan. 29
Ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus ada dalam pendidikan
Islam, bukan merupakan parsial. Lembaganya berlatar belakang Islam dengan
sumber daya manusia yang kompeten dalam pengajaran Islam dan melaksanakan
proses pendidikan dengan menggunakan prinsip-prinsip keislaman seperti
amanah, jujur, disiplin, taat dan semangat. Adapun materi-materi pelajaran yang
diberikan meliputi dasar-dasar keislaman seperti aqidah/tauhid, akhlak, fiqih,
al-Qur’an, Hadis, tafsir, ilmu alam, ilmu sosial, diperkuat dengan ilmu alat seperti
bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), nahwu, shorof, dan berhitung.
Bentuk pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia cukup bervariasi,
diantaranya pondok pesantren, madrasah, sekolah Islam Terpadu, perguruan tinggi
Islam. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
yang terus bertahan sampai saat bahkan jumlahnya terus bertambah dari tahun ke
tahun. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977 ada 4.19 pesantren
dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah tersebut menjadi 5.661 pesantren
dengan 938.397 santri pada tahun 1981, kemudian meningkat lagi menjadi 15.900
pesantren dengan jumlah santri 5,9 juta pada tahun 1985 30.
Berbicara mengenai satu jenis bentuk pendidikan Islam yaitu pondok
28
29
30
Aden Wijdan dalam Muslih Usa, Pendidikan.... hal. 111.
Muhammad Idrus dalam Muslih Usa, Pendidikan...., hal.83.
Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 62
26
pesantren saja terdapat beragam tipe. Tipe-tipe ini dapat dibedakan melalui
beberapa katagori, dari sisi kecenderungan ilmu sang kyai atau pengasuhnya
terdapat pondok pesantren yang memiliki kajian utama di bidang al-Qur’an, ada
yang spesialis Hadis, ada yang spesialis fiqih, ada yang khusus mempelajari ilmu
falak. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain diajarkan sebagai pendukung. Dari sisi
lembaga pengelola atau yayasannya dapat disebutkan pondok pesantren NU,
Muhammadiyah, Persis dan lainnya. Dari sisi pengajarannya dapat dibedakan
pondok pesantren salafi yang khusus mengajarkan ilmu-ilmu agama, ada pondok
pesantren khalafi yang mengajarkan ilmu-ilmu agama plus ilmu umum lainnya di
madrasah, sedangkan dari sisi manajemen dapat dibedakan menjadi juga pondok
pesantren tradisional dan modern.
Adapun madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang secara
administratif berada di bawah Kementerian Agama dan secara kualitas berusaha
mensejajarkan diri dengan sekolah yang berada di bawah naungan Kementrian
Pendidikan Dasar dan Menengah. Sejarah menyatakan bahwa pada periode
Menteri Agama H.A.Mukti Ali disepakati konsep pengembangan madrasah
melalui SKB tiga Menteri yang mensejajarkan kualitas madrasah dengan sekolah
non madrasah, dengan porsi kurikulum 70%
umum dan 30% agama.
Kesepakatan ini lalu dilanjutkan oleh Menteri Agama berikutnya yaitu periode
Munawir Sadzali yang menawarkan konsep Madrasah Program Khusus. 31
Selain pesantren dan madrasah saat ini berkembang sekolah umum dengan
ciri khas agama Islam. Sekolah ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan
Dasar dan Menengah, sebagian besar pengelolanya adalah Yayasan swasta
berlatar belakang organisasi masyarakat Islam seperti al-Irsyad, al-Azhar,
Muhammadiyah, NU dan lainnya.
Meskipun statusnya sekolah umum yang berada di bawah Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah, sekolah ini ditambah dengan muatan materi
31
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam ((Surabaya: Pusat Studi Agama,
Politik dan Masyarakat, 2003), hal. 175.
27
pelajaran keislaman terutama al-Qur’an dan menekankan ahlakul karimah dalam
interaksi keseharian antara siswa dan guru, maupun siswa dengan siswa dan guru
dengan guru lainnya. Diantara ciri khas sekolah ini adalah penggunaan busana
muslim sebagai seragamnya, yaitu celana panjang bagi siswa laki-laki dan rok
panjang berjilbab bagi siswa perempuan.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah ada pada saat ini yaitu
pondok pesantren, madrasah dan sekolah dipandang memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Sehingga sampai saat ini sebagian umat Islam masih
berusaha untuk mencari format pendidikan Islam yang baru dan berbeda, yang
menutupi kekurangan model pendidikan Islam yang ada saat ini.
Pendidikan Islam sebagai lembaga maupun materi dinilai oleh para
pengamat telah mempraktekkan proses pendidikan yang eekslusif, dogmatif dan
kurang menyentuh aspek moralitas. Proses pendidikan ini berlangsung di
lembaga-lembaga pendidikan Islam baik madrasah, sekolah maupun pesantren. 32
G. Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun
Teori adalah konsep-konsep, model-model dan pernyataan yang bersifat
umum mengenai mekanisme-mekanisme struktural, kekuatan-kekuatan, dan
hubungan kausal antara satuan-satuan, tipe-tipe, jenis-jenis, kelas-kelas dan
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam suatu dominan. 33
Sejarah merupakan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, namun
tidak semua peristiwa masa lampau mengandung makna sejarah kecuali jika
diberi batasan-batasan yang berkenaan dengan dimensi waktu, memusatkan
peistiwa pada tindakan dan perilaku manusia yang terjadi pada suatu tempat
kejadian. 34
Sejarah merupakan kisah masyarakat manusia atau kebudayaan dunia,
32
33
34
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikutural di Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 5.
Christoper Lloyd, The Structure of History (London: Basill Blackwell, 1993), hal 30
Abdullah dan Surjomihardjo, 1985)
28
yaitu perubahan yang menjadi kodrat manusia. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa
perubahan yang terjadi dalam masyarakat adalah karena qadar Tuhan, yang
terdapat di dalam masyarakat yaitu naluri untuk berubah. Perubahan ini bisa
berupa revolusi, pemberontakan, pergantian adat lembaga, dan lainnya. Yang
akan membawa masyarakat pada kemajuan. Dengan demikian Ibnu Khaldun
menegaskan bahwa perubahan adalah pangkal dari kemajuan. 35
Hal ini sejalan dengan pemikiran E.H. Carr yang mengatakan bahwa
sejarah adalah proses bergerak yang maju terus menerus. 36 Dan sejarah sebagai
arah perjalanan peristiwa ke arah kemajuan.
Ilmuwan Barat membaca sejarah Islam sebagai kisah naik dan turun. Apa
yang disebut sebagai masa keemasan Islam pada periode kekhalifahan Baghdad
sebuah pax islamica terbangun sepanjang hampir semua dunia yang beradab:
kerja ilmiah, filosofis, sastra dan seni mencapai puncaknya dalam sejarah
manusia. Namun perlahan-lahan karena kemunduran kreatifitas dan serangan
hebat barbar, Islam kehilangan kualitasnya. Pada abad kedelapan belas dunia
Islam ditaklukkan oleh negara-negara Eropa yang revolusi ilmu dan teknologinya
baru saja berjalan bebas. 37
Ibnu Khaldun adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup pada masa
kejayaan Islam di Spanyol. Menurut pendapat Ibnu Khaldun sejarah kebudayaan
manusia melewati beberapa fase. Setiap dinasti mempunyai umur alami
sebagaimana manusia dan biasanya umur suatu dinasti tidak lebih dari tiga generasi.
Umur alami manusia adalah 120 tahun, manusia tidak akan hidup melebihi usia
tersebut. Sedangkan kebudayaan memiliki usia tiga kali usia alami manusia.
Landasan berpikir mengapa tidak lebih dari tiga generasi adalah generasi
pertama berada dalam kehidupan yang keras dan berat untuk mendirikan dinasti,
dibutuhkan solidaritas bersama dan kekuatan yang besar untuk menguasai bangsa
35
M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal.
177.
36
E.H. Carr, Apa Itu Sejarah, terj. Gatot Triwira (Depok: Komunitas Bambu, 2014), hal. 156.
37
Sachiko Murata, Willim C Chittick, The Vision of Islam (Yogyakarta: Suluh Press: 2005), hal. 489.
29
lain.
Adapun
generasi
kedua
adalah
generasi
penikmat
yang
telah
meninggalkan kehidupan yang keras dan berat. Pada masa ini solidaritas mulai
menurun, kekuasaan berpusat pada satu orang sedangkan yang lainnya hanya
menumpang kemewahan. Dan generasi ketiga adalah mereka yang sama sekali
lupa dengan kehidupan yang keras dan berat. Mereka dibesarkan dalam
kehidupan yang mewah dan gampang sehingga kemewahan telah merusak
mereka.
Mereka tidak memiliki daya juang sehingga akibatnya mereka menjadi
beban bagi negara. Di tangan generasi ketiga inilah biasanya sebuah dinasti akan
mengalami kehancuran. 38
Suatu dinasti berkembang melalui tahapan yang berbeda, dengan
kondisinya masing-masing. Kondisi setiap dinasti menurut Ibn Khaldun biasanya
tidak lebih dari lima tahap, yaitu: pembentukan, pembangunan, kemajuan,
kepuasan, kerusakan. 39
a. Pembentukan
Tahapan
ini
adalah
masa
pembentukan
dinasti
baru
dengan
menggulingkan seluruh posisi dari dinasti lama. Di sini diperlukan pemimpin
yang
kuat
yang
mempersatukan
kelompok-kelompok
untuk
menjadi
pendukungnya.
b. Pembangunan
Tahapan di mana penguasa sangat senang mengumpulkan orang-orang di
bawah perlindungannya untuk menjadi penganutnya sehingga dapat memperkuat
diri dan kelompoknya. Penguasa menutup pintu bagi pihak luar yang ingin
mencamuri kekuasaannya. Akibatnya kekuasaan ada di tangannya secara mutlak.
c. Kemajuan
Tahapan ini ketika negara berada dalam keadaan makmur sentosa,
38
39
Ibn Khaldun, Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha ( akarta: Tim Pustaka Firdaus, 2000), hal. 206-208).
Ibid, hal 215.
30
mencapai puncak kejayaan. Perhatian raja tercurah pada usaha mengumpulkan
pajak,
mengatur
bangunan-bangunan
belanja
besar,
pemasukan
kota-kota,
dan
pengeluaran,
mendirikan
monumen-monumen,
memberikan
penghargaan kepada orang-orang terhormat baik asing maupun rakyatnya sendiri.
Memberikan permohonan kepada para pengikutnya, mengangkat menjadi
pejabat, menggaji dengan jumlah besar.
d. Kemunduran
Tahapan ketika raja sudah merasa puas dengan apa yang telah dicapai
oleh para pendahulunya, melaksanakan tradisi dan kebiasaan persis seperti
adanya. Mereka berpendapat bahwa keluar dari tradisi yang ada berarti adalah
malapetaka bagi dirinya, dan bahwa mereka lebih mengetahui tentang apa yang
terbaik bagi mereka.
e. Kerusakan
Tahapan terakhir adalah dimana pemegang tampuk kekuasaan menjadi
perusak bagi apa yang telah dibangun oelh para pendahulunya. Mereka hidup
dalam keadaan berfoya-foya, pemuasan hawa nafsu dan kesenangan-kesenangan
duniawi. Sementara itu etos kerja mereka menurun dan tidak memperdulikan
keadaan rakyat. Samapi akhirnya rakyat membenci rajanya dan berpaling tidak
mendukungnya lagi. Pada tahap ini dinasti yang sudah berusia tua tidak mampu
dipertahankan keberadaannya sehingga mudah untuk dijatuhkan oleh lawan.
H. Teori Gerak Sejarah Toynbee
Sebagaimana Ibn Khaldun Toynbee juga menyampaikan teori gerak sejarah.
Dalam bukunya yang berjudul A Study of History yang berjumlah 12 jilid Arnold J
Toynbee memaparkan teorinya yang berdasarkan pada penelitiannya pada 21
kebudayaan sempurna dan 9 kebudayaan kurang sempurna. Menurut Toynbee gerak
sejarah berjalan melalui beberapa tingkatan yaitu:
31
a. Genesis of civilization (lahirnya kebudayaan)
b. Growth of civilization (perkembangan kebudayaan)
c. Decline of civilization (keruntuhan kebudayaan)
Lahirnya sebuah kebudayaan disebabkan karena adanya tantangan dan jawaban
(chalenge and response) antara manusia dan alam sekitarnya. Manusia berusaha untuk
menciptakan kebudayaan di alam yang baik seperti Eropa, India, Tiongkok. Sedangkan
di daerah yang alamnya ekstrim seperti Eskimo yang terlalu dingin, atau gurun Sahara,
Kalahari, Gobi yang terlalu panas akan sulit sulit bagi manusia untuk melakukan
aktivitas sehingga tidak dapat memunculkan suatu kebudayaan.
Adapun perkembangan kebudayaan dilakukan oleh sekelompok kecil (minoritas)
anggota masyarakat yang memiliki kekuatan untuk menggerakkan anggota kelompok
masyarakat lainnya (mayoritas). Mereka adalah minoritas yang kuat dan dapat
mencipta, sehingga ditiru dan diikuti oleh mayoritas.
Apabila minoritas menjadi lemah dan kehilangan daya ciptanya maka mereka
tidak dapat menjawab tantangan alam lagi. Jika mayoritas yang kuat ini menyerah dan
mundur, tidak lagi terdapat pertumbuhan maka mulailah mereka memasuki masa
keruntuhan (decline).
Masa keruntuhan terjadi dalam tiga masa yaitu:
a. Kemerosotan kebudayaan (breakdown of civilization)
Minoritas kuat kehilangan daya menciptanya dan sekaligus kewibawaannya
sehingga mayoritas enggan mengikutinya. Peraturan di dalam kebudayaan antara
minoritas dan mayoritas pecah sehingga tunas-tunas kebudayaan akan lenyap.
b. Kehancuran kebudayaan (disintegration of civilization)
Setelah tunas-tunas kebudayaan mati, maka pertumbuhan terhenti dan membeku
seolah-olah tidak ada lagi kehidupan dan kebudyaan menjadi tidak berjiwa lagi.
Toynbee menyebut masa ini sebagai petrification yaitu pembatuan atau membatunya
kebudayaan menjadi fosil.
c. Lenyapnya kebudayaan (dissolution of civilization)
32
Masa di mana kebudayaan yang telah membatu tersebut hancur lebur dan akhirnya
lenyap.
Antara satu masa ke masa berikutnya tidak terjadi dalam waktu yang berurutan
melainkan melewati masa yang terbentang jauh. Misalnya pada kebudayaan Tiongkok
kuno jarak antara masa petrification sampai dengan lenyapnya kebudayaan menunggu
hingga 2000 tahun lamanya. 40
Bab III
Gambaran Umum Kuttab al-Fatih Purwokerto
A. Sejarah Singkat Kuttab al-Fatih
Kondisi dunia pendidikan di Indonesia dinilai belum berhasil mencapai
40
M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal.
184-186.
33
tujuan pendidikan itu sendiri. Meskipun Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. 41 Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di Indonesia
masih belum dapat mencapai tujuan tersebut, melainkan menitikberatkan pada
aspek kognitif semata. Oleh karena itu perlu dicari terobosan-terobosan baru
untuk membuat agar tujuan yang termaktub di dalam Undang-Undang Sisdiknas
tersebut tercapai.
Umat Islam merupakan mayoritas di Indonesia, namun ajaran-ajaran Islam
belum sepenuhnya diterapkan. Islam memiliki sejarah panjang yang gemilang di
masa lalu namun kegemilangan tersebut tertutup dengan kebudayaan kebudayaan
yang lahir kemudian. Sejarah mencatat kebudayaan Islam menguasai dunia
berabad-abad lamanya, melahirkan generasi-generasi terdepan dalam bidangnya,
baik itu sain, sosial maupun agama.
Berangkat dari keprihatinan terhadap dunia pendidikan Indonesia dan
kesadaran akan sejarah Islam, sekelompok kaum muslim yang tergabung dalam
Yayasan al-Fatih terpanggil untuk menggali harta karun Islam yang selama ini
terpendam dan tertutup oleh debu-debu zaman. Islam sangat memperhatikan
masalah pendidikan bagi umatnya. Dalam al-Qur’an maupun Hadis ditekankan
pentingnya pendidikan.
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat”(Surat: al-Mujadalah: 11)
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. (Hadis: Bkhari Muslim).
41
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003
34
Dari sinilah lahir sebuah konsep baru tentang pendidikan dasar yang
berkiblat pada kejayaan Islam masa lampau yaitu kuttab al-Fatih. Kuttab
al-Fatih bercita-cita untuk membangun generasi yang berkualitas, seperti generasi
pertama yang langsung dididik oleh Rasulullah Saw.
Kuttab Al-Fatih merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang
mendidik anak-anak mulai dari usia 5-12 dengan masa waktu pendidikan
selama tujuh tahun. 42 Berdirinya Kuttab Al-Fatih bermula dari diskusi rutin
tentang Sirah Nabawiyah yang dipimpin oleh Ustadz Budi Asyhari dan sudah
dilakukan selama lima tahun lamanya. Dari sini peserta diskusi menemukan
konsep pendidikan kuttab yang dilaksanakan pada masa awal Islam sejak masa
Rasulullah Muhammad Saw sampai kekhalifahan yang terakhir yaitu Turki
Usmani. Mereka menilai bahwa konsep kuttab ini merupakan konsep
pendidikan tingkat dasar yang bagus yang telah terkubur lama dalam sejarah
peradaban umat Islam. Dengan mencermati kondisi pendidikan di Indonesia
yang dinilai semakin menurun kualitasnya peserta diskusi menggagas
bagaimana kalau konsep kuttab ini diterapkan di Indonesia. 43
Selanjutnya diskusi dilanjutkan dengan berusaha untuk menyusun konsep
pendidikan dasar kuttab yang bisa dilaksanakan di Indonesia. Setelah jadi
konsep ini ditawarkan kepada beberapa sekolah yang sudah berdiri di wilyah
Jakarta tetapi sekolah-sekolah tersebut menolak, dengan anggapan bahwa
konsep kuttab ini merupakan konsep langit, konsep awang-awang, terlalu
idealis, sehingga tidak mungkin bisa diterapkan dalam pendidikan dasar di
Indonesia. 44 Konsep ini dibawa ke Kalimantan dan diterapkan di sebuah
sekolah dasar, namun karena perbedaan prinsip dan pemikiran akhirnya
kerjasama ini dihentikan.
Akhirnya dengan memberanikan diri majelis diskusi memutuskan untuk
42
www.kuttabalfatih.com
Wawancara dengan Ustadz Tegas, Sabtu 5 September 2015.
44
Wawancara dengan Ustadz Tegas, Sabtu 5 September 2015 diperkuat dengan wawancara dengan
Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015.
43
35
mendirikan sekolah sendiri dan menerapkan konsep kuttab dengan nama
Kuttab Al-Fatih. Lembaga ini pertama kali beroperasi pada bulan Juni 2012
bertempat di Depok, tepatnya di Perumahan Tugu Asri Blok B2/20 Depok
dengan mendidik 30 siswa. Di tahun itu juga berdiri cabang yang pertama yaitu
Kuttab Al-Fatih Purwakarta dengan jumlah murid sebanyak 18 anak. Dalam
waktu tiga tahun sejak berdirinya sampai sekarang memasuki tahun 2015 telah
berdatangan permintaan untuk mendirikan cabang Kuttab Al-Fatih di beberapa
kota di Indonesia. Dan saat ini telah berdiiri 10 cabang Kuttab Al-Fatih yaitu di
kota Jakarta, Semarang, Bekasi, Purwokerto, Malang, Tangerang, Jombang dan
Bandung. 45
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah Kuttab Al-Fatih
Purwokerto yang berdiri pada tahun 2013, berlokasi di Kelurahan Sumampir
Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Dengan jumlah 58 siswa
yang terdiri dari tingkatan Kuttab awal jenjang 1, 2 dan 3, dididik oleh 11 orang
guru dan dibantu oleh petugas administrasi 1 orang.
Struktur kepengurusan di Kuttab Al-Fatih adalah sebagai berikut:
Penanggungjawab : Tegas
Dewan Syar’i
: Jumanto
Kepala Sekolah
: Fajar Pujianto, S.Pd. I
Guru
Koordinator al-Qur’an : Syarif Mustofa
Guru al-Qur’an
: 1. Iwan D
2. Septi L
3. Nurmiati
4. Satya Dinda
5. Nafisa M
45
www.kuttabalfatih.com
36
Koordinator Iman
: Uswatun Khasanah
Guru Iman
: 1. Gerindra
2. Dwiprasanti
3. Achmad Rohni S
4. Aris Yoga M
Tata Usaha dan Keuangan: Erna Widayati
Kebersihan
: Mulyono
Pada masa Islam klasik yaitu masa Khulafa’ al-Rasyidin, Dinasti Umayyah
maupun Dinasti Abasiyah kuttab dibiayai oleh khalifah selaku pemerintah. Akan
tetapi pada saat ini kuttab bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan non formal
yang tidak dibiayai oleh pemerintah. Oleh karena itu orang tua santri membayar
biaya pendidikan anaknya di Kuttab al-Fatih untuk menggaji para guru. Jika ada
kekurangan biaya maka akan dipenuhi oleh penanggungjawab kuttab yang
bertindak mewakili khalifah. Untuk saat ini besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
para wali santri bervariasi antara 3-5 dirham atau setara dengan Rp. 200.000-Rp.
300.000.
B. Kurikulum Kuttab al-Fatih Purwokerto
Kurikulum merupakan ruh dari suatu lembaga pendidikan, karena kurikulum
inilah yang akan mengarahkan tujuan yang akan dicapai oleh sebuah lembaga
pendidikan.
Visi Kuttab al-Fatih adalah: melahirkan generasi gemilang di usia belia.
Sedangkan misinya:
1. Pengajaran dan Penanaman Karakter Iman,
37
2. Menghafal Al-Qur’an,
3. Menggali, meneliti dan membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an,
4. Berbahasa peradaban,
5. Memiliki Ketrampilan hidup.
Dari visi dan misi ini Kuttab Al-Fatih berusaha untuk menjadi pilar
peradaban oleh karena itu disusun kurikulum yang menunjang tercapainya visi
dan misi Kuttab yang lalu dari visi dan misi tersebut diturunkan bidang studi
yang menjadi matapelajaran pokok yaitu Ilmu al-Qur’an, Tahfidzul Qur’an, ilmu
al-Hadis, Bahasa Arab, Calistung, dan ketrampilan. 46
Kurikulum yang digunakan di Kuttab Al-Fatih Purwokerto merupakan
kurikulum yang disusun oleh Kuttab Al-Fatih pusat yang menitikberatkan pada
Al-Qur’an dan iman. Selama masa pendidikan di Kuttab Al-Fatih santri kuttab
(sebutan untuk siswa) ditargetkan hafal al-Qur’an sebanyak 7 juz, yaitu dari juz
30, 29, 28, 26, 25, 24, 23. Target menghafal 7 juz ini bukan karena masa
pembelajarannya selama 7 tahun sehingga setiap tahun anak menghafal 1 juz,
tetapi karena pertimbangan bahwa 7 juz adalah batasan minimal bagi hafalan
anak yang telah diterapkan pada kuttab-kuttab di masa klasik. Pelajaran
al-Qur’an meliputi membaca, menghafal, menulis, menyimak, dan setoran
hafalan. 47
Adapun untuk pelajaran iman disusunlah empat modul yang dijadikan
panduan dalam pembelajaran yaitu Modul Alam, Modul Manusia, Modul
Tadabbur, dan Modul Shirah Nabawiyah. Modul-modul tersebut disusun
berdasarkan kitab-kitab para ulama yang berlandaskan pada al-Qur’an dan
Sunah. Diantara kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam penyusunan modul
ini adalah Kitab Syu’ban al-Iman karya Imam Baihaqy, Kitab Adab al-Mufrad
karya Imam Bukhari, Kitab Rasul al-Mualim, Shirah Nabawiyah karya Shafiyu
46
47
http://kuttabalfatih.com/kurikulum/
Wawancara dengan Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015.
38
al-Rahman dan Kitab al-Furusiyah karya Ibnu al-Qayyim.
Jenjang pendidikan di kuttab Al-Fatih terdiri dari dua tingkatan yaitu
tingkat Kuttab Awwal dan Kuttab Qanun. Kuttab awwal ada tiga jenjang yaitu
Kuttab 1, Kuttab 2, Kuttab 3, dilanjutkan dengan Kuttab Qanuni 1, Kuttab
Qanuni 2, Kuttab Qanuni 3, Kuttab Qanuni 4. Santri yang belajar di tingkat
Kuttab awwal 1 dan 2 mereka mempelajari Modul Alam, Kuttab awal 3 dan
Qanuni 1 mempelajari Modul Manusia. Sedangkan santri Qanuni 2 dan 3
mempalajari Modul Tadabbur dan santri tingkat tertinggi yaitu Qanuni 4
mempelajari Modul Shirah Nabawiyah.
Perbedaan 2 level ini juga menentukan tentang jumlah santri yang berada
di dalam kelas. Untuk kelas kuttab awwal, setiap kelasnya maksimal 12 santri.
Nantinya setelah mereka masuk ke jenjang qanuni maka 1 kelas 25 – 35 santri
maksimal dengan aturan pada jenjang qanuni sudah terpisah kelas laki-laki dan
kelas perempuan. 48 Namun pada saat ini di Kuttab Al-Fatih Purwokerto yang
baru berjalan dua tahun belum ada jenjang Kuttab Qanuni.
Meskipun usia awal santri 5 tahun yang artinya setara dengan usia anak di
jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak namun Kuttab Al-Fatih tidak
menyediakan alat peraga mainan baik itu mainan indoor maupun outdoor.
Siswa sejak awal dikondisikan untuk tidak bermain seperti di TK tetapi
menggunakan waktunya secara efektif untuk belajar. Oleh karena itu salah satu
motto Kuttab Al-Fatih adalah “Nyaman tanpa Mainan”. Mainan sebagai
naturenya anak-anak tetap diperbolehkan, namun bukan menjadi yang utama
sehingga sebaiknya anak tidak menghabiskan waktunya dengan bermain.
Guru merupakan sumber belajar yang utama dalam Kuttab Al-Fatih
sehingga lembaga ini menyiapkan guru-guru pengajar dengan sebaik-baiknya.
Persyaratan utama bagi guru al-Qur’an adalah hafal minimal 10 juz pada awal
masuk dan sanggup menambah hafalan 5 juz per tahun dan guru iman minimal
48
http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-ada-jenjang-kuttab-awal-d
an-kuttab-qonuni/, diunggah pada tanggal 14 September 2015 jam 14.54.
39
1 juz dan sanggup menambah hafalan 1 juz per tahun.
Guru-guru pelajaran iman diharuskan mempelajari dan menguasai
kitab-kitab yang menjadi rujukan penyusunan modul. Jadi meskipun guru
memiliki pegangan berupa modul namun tetap harus mempelajari dari sumber
aslinya yaitu kitab-kitab klasik. Untuk menambah keluasan dan kedalaman
materi setiap hari ada kajian rutin bagi guru yang dilaksanakan setelah selesai
pembelajaran yaitu pukul 13.00-15.00.
Adapun jadwal kajian guru adalah sebagai berikut:
Senin: kajian Kitab Syu’ban al-Iman karya Imam Baihaqy.
Selasa: kajian Rencana Kegiatan Kuttab (RKK)
Rabu: tahfidz dan tahsin al-Qur’an
Kamis: kajian Kitab Rasul al-Mualim
Jumat: kajian Bahasa Arab
Secara teori guru kuttab pada masa klasik hanya satu orang, yaitu seorang
alim yang menguasai baik itu ilmu al-Qur’an maupun iman. Tetapi di masa
sekarang dirasa cukup sulit untuk mendapatkan sosok guru yang memenuhi
kualifikasi seperti pada masa klasik, oleh karena itu dilakukan penyesuaian
dengan kondisi saat ini dengan tetap mengedepankan kompetensi guru.
Tabel 1
Daftar Nama Santri Kuttab Awal 1
NO
NAMA
1
Reza Adhwaillah Hilmi
2
Alkayyisa Maryam
3
Muhammad Rafi Belva Rakha
40
4
Azam Mujahid
5
M Syamil I
6
Hanif Mustofa
7
Raihanah Annabila
8
Fakhry Aulia Shofa
9
Khotijah Fatin Aeni
10
Aisyah Yumna Amanatillah
11
Syifatunnisa Suci W
12
Rufaida Lakeisha
Tabel 2
Daftar Nama Santri Kuttab Awal 2a
NO
NAMA
1
Razi Rayyansyah
2
Nikeysha Zakiya S
3
Garneta Vimala K
4
M Faqih Fatahillah
5
Arkan Zahir M
6
Maryam Imarotun Sholihah
7
M Taqiyyudin Al Ghozy
8
Afra Armeira K
9
Arfa Altamis Ahza
10
Alkarui Putra Al Hakim
11
Hammam Mudzoffar Yusuf
Tabel 3
Daftar Nama Santri Kuttab Awal 2b
NO
NAMA
41
1
Wardatul Khoiri Mutioktamira
2
Filza Zafira Mumtazah
3
Maisuna Hanin
4
Hammam Abdurrohman
5
Farah Raihanah Adzkiya
6
Maryam Nasrullah
7
Ayyudia Rohmah A
8
Melati Rosyidah
9
Tsania Taqiya Zain
10
Sayid Nafi
Tabel 4
Daftar Nama Santri Kuttab Awal 3a
NO
NAMA
1
Muhammad Zaidan Al Labani
2
M Ayub Syam Sauqi
3
Farah Fakhriyya
4
Zeeya Alvina K
5
Muhammad Qoulan Sadida
6
Muhammad Fatih
7
Muhammad Faiz Al Ghozi
8
Qonita Dzakiyyatunnisa
9
Helva Syavalania Armita
10
Zahida Salimatussofwa
11
Awfa Biadihi Amanatillah
12
Farida Asri Nurlaili F
Tabel 5
42
Daftar Nama Santri Kuttab Awal 3b
NO
NAMA
1
M. Hibban Bahy
2
Nadhif Rayyan Arzani
3
Lubna Ufairoh
4
Annisa Zharifa Nurfauzi
5
Zahida Azzahra Salsabila
6
Ahmad Faqih Mubarok
7
Muhammad Rasikh Ridlo
8
Intan Maharani C
9
Ahmad Fatih Rabbani
10
Abdurrahman Ghifari
11
Zahrotul Jannah Asyahadah
12
Adrian Riski Firmansyah
Bab IV
Penerapan Sistem Pendidikan Islam Klasik di Kuttab al-Fatih Purwokerto
I. Iman dan al-Qur’an sebagai Landasan Pendidikan Dasar
Secara teori usia pendidikan dasar adalah masa di mana kemampuan otak
43
anak paling tinggi untuk menyerap informasi. Baik dan buruknya anak di masa
depan tergantung pada pemberian stimulus di masa ini. Babby de Porter mengatakan
ungkapan yang baik akan mengaktifkan sel-sel otak anak menjadi lebih
berkembang, sedangkan stimulus yang buruk akan mematikan satu sel otak. 49
Pendidikan di kuttab dimulai dari penerimaan siswa dari usia 5-6 tahun, yang
masih termasuk masa golden age. Dengan masa pembelajaran 7 tahun lamanya,
sehingga anak-anak akan berada di kuttab hingga usia 12-13 tahun yaitu masa
menjelang baligh/remaja.
Sistem pendidikan di Kuttab al-Fatih sebisa mungkin mendekati sistem
kuttab yang ada di masa klasik yang telah dimulai sejak zaman Nabi, khulafa
al-Rasyidin, masa dinasti Umayyah, Abbasiyah dan dinasti lainnya. Kuttab dibagi
menjadi dua jenjang:
1. Kuttab awwal: pada jenjang ini anak belajar membaca, menulis, menghafal
al-Qur’an, ilmu dasar agama dan berhitung dasar.
2. Kuttab Qanuni: pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu bahasa dan
adab. Mereka belajar ilmu-ilmu agama, hadist dan berbagai macam ilmu lainnya.
Sistem pembelajaran di Kuttab al-Fatih menitikberatkan pada materi dasar
yaitu iman dan al-Qur’an. Dalam proses pembelajaran hanya ada dua mata pelajaran
yaitu iman dan al-Qur’an. Materi iman merupakan landasan yang sesungguhnya
bagi pendidikan karakter Islami. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi:
“Dari Jundub ibn Abdillah berkata: kami bersama Nabi saat masih remaja,
kami belajar iman sebelum al-Qur’an. Kemudian ketika kami belajar al-Qur’an
bertambahlah iman kami”. 50
Adapun karakter iman mencakup seluruh kehidupan, menjadi ruh dalam
setiap aktifitas manusia. Karakter iman terbagi dalam tiga hal:
1. Pembagian berdasarkan posisinya dalam diri manusia
a. Amalan hati merupakan yang pertama dan utama. Jika hati seseorang baik,
49
50
Babby de Potter, Quantum Learning (Bandung: Mizan Publika, 2003), hal. 18
Sunan Ibn Majah no 60
44
maka baiklah lisan dan fisiknya. Sebaliknya, jika hatinya rusak maka
rusaklah amalan yang lainnya. Porsi amalan hati menempati 35%
b. Amalan lisan adalah amalan yang menentukan apakah seseorang tetap akan
istiqomah dalam kebaikan atau tidak. Lisan merupakan hasil dari hati,
sehingga lisan akan menentukan tingkah laku manusia. Porsinya adalah
10%.
c. Amalan fisik menempati porsi amalan terbesar yaitu 55% yaitu hasil dari
amalan hati yang dijaga oleh amalan lisan.
2. Pembagian berdasarkan interaksi manusia dengan Allah dan sesama
a. Hubungan dengan Allah: manusia hendaknya menjaga hubungannya dengan
Allah dengan baik dan hati-hati, karena hubungan manusia dengan Allah
secara kuantitas tidak banyak dibandingkan dengan hubungan antar sesama
manusia. Sehingga yang sedikit ini hendaknya diselesaikan dengan baik.
b. Hubungan dengan manusia jauh lebih sulit dibandingan dengan hubungan
dengan allah. Hal ini karena hubungan dengan allah adalah musamahah
(mudah memaafkan) sedangkan manusia musyahah (saling menuntut).
3. Pembagian berdasarkan jenis amal
a. Aqidah
b. Ibadah
c. Muamalah
d. Akhlak
Dalam pembelajaran iman, jenis amal ini disampaikan secara berurutan.
Urutan ini diambil berdasarkan Makiyyah dan Madaniyyah yaitu urutan turunnya
syariat Islam kepada Rasulullah yang merupakan kurikulum dalam pendidikan.
Kurikulum dimulai dengan cara memahami indikator-indikator keberhasilan
yang dicapai setiap jenjang akademis. Dalam kurikulum diknas disebut dengan
silabus. Dari silabus yang ada dipilih indikator-indikator yang sudah ada yang
merupakan target perkelas. Target ini diintegrasikan dengan nilai-nilai al-Qur’an,
45
seperti dalil yang menguatkan materi, kisah-kisah peradaban, penemu muslim,
hubungan antar pelajaran yang menguatkan iman, hubungan pelajaran dengan
kehidupan nyata. Setiap target kelas akan menguatkan generasi berkepribadian
al-Qur’an. 51
Kurikulum yang diterapkan di Kuttab al-Fatih Purwokerto disusun oleh tim
kurikulum dari al-Fatih pusat. Pelaksanaannya di lapangan tergantung pada
bagaimana kemampuan seorang guru. Oleh karena itu disediakan modul
pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Adapun tahapan-tahapan yang harus
diikuti oleh guru adalah:
1. Setiap guru menambah wawasan bacaannya dan diberikan jadwal khusus untuk
menimba ilmu.
2. Setiap guru berani mengeksplorasi temuan dan ide-ide di lapangan untuk
diaplikasikan dalam pembelajaran.
3. Setiap guru membuat perencanaan pembelajaran sesuai bidang pengajaran yang
diinteraksikan dengan al-Qur’an.
4. Setiap guru mencatat evaluasi yang sudah diajarkan dan disharingkan dengan
kepala unitnya di setiap pertemuan.
5. Setiap guru senantiasa menciptakan suasana saling memotivasi diri dan orang lain
untuk menambah keimanan dalam rangka memperbaiki kepribadian.
Kuttab al-Fatih membuat modul-modul pembelajaran secara mandiri yang
digunakan oleh peserta didik dan bantuan orangtua di rumah. Modul-modul
pembelajaran ini sedang dalam proses di setiap tahunnya. modul konsep kuttab al
fatih ini disebutnya modul dasar kuttab alfatih. Di dalamnya berisi tentang
gambaran konsep seperti definisi kuttab, definisi karakter iman, visi generasi,
metode pembelajaran, strategi berinteraksi dengan peserta didik dan sebagainya.
Di setiap jenjangnya dibuat modul tema. Tema ini diambil dari hasil
diskusi tim litbang al-Fatih. Diskusi saat menggali modul dasar yang berisi
51
Budi Ashari, Modul, hal. 186
46
tentang kurikulum makkiyah – madaniyah sehingga ditemukan tentang urutan
belajar yang dapat diaplikasikan pada generasi.
Sebagai contoh pada kuttab awal 1 dan kuttab awal 2 ditentukan tema :
alam dalam juz 30. Pada kuttab awal 3 dan qonuni 1 kami dibuat tema : manusia
dalam juz 30. Untuk qonuni 2 dan qonuni 3 dibuat tema : tadabbur juz 30 dan di
qonuni 4 jenjang yang terakhir temanya adalah sirah nabawiyah kronologis.
Seluruh tema-tema di atas dibuatkan modul panduan yang akan digunakan
oleh para guru. Sekaligus juga modul turunannya untuk digunakan sebagai buku
pegangan peserta didik. Modul-modul belajar ini sedang dalam proses secara
keseluruhan. Ada yang sudah selesai dan ada yang sedang dalam proses
pembuatan seiring berjalannya kuttab al-Fatih. Modul-modul ini digunakan
khusus untuk komunitas Kuttab al-Fatih. Namun jika ada lembaga pendidikan
lain ingin memiliki modul-modul ini pun bisa dibeli. 52
Sedangkan untuk mencapai agar modul ini terealisasi dengan baik
diperlukan keterlibatan guru sebagai pelaksana teknis di lapangan. Untuk itu
tahapannya adalah 53:
1. Menentukan pelajaran dasar yang akan diajarkan, yaitu: matematika, IPA, IPS,
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (untuk kelas 4 sampai menengah).
2. Membuat benang merah jenjang pengajaran agar tidak tumpang tindih dari TK
sampai dengan menengah.
3. Memasukkan point-point pengajaran dari benang merah dengan nilai-nilai
al-Qur’an.
4. Membuat rencana pembelajaran setiap materi sekaligus evaluasinya.
5. Menyiapkan alat bantu ajar yang mendukung pengajaran dan penguasaan
kepribadian al-Qur’an.
6. Mendata dan menyimpan arsip dan catatan-catatan yang berkaitan dengan
kepribadian al-Qur’an.
52
53
http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-ada-modul-modul-belajar/
Budi Ashari, Modul...hal. 185-186
47
Kurikulum di Kuttab al-Fatih terdiri dari dua materi besar yaitu iman dan
al-Qur’an. Jundub ibn Abdillah berkata: kami bersama Nabi saat kami masih remaja,
kami belajar iman sebelum al-Qur’an. Kemudian ketika kami belajar al-Qur’an
bertambahlah iman kami. (Sunan Ibn Majah no. 60)
Iman mencakup seluruh kehidupan manusia, ia menjadi ruh dari setiap aktifitas.
Berikut adalah karakter iman berdasarkan berbagai sudut pandang pembagian:
1. Berdasarkan posisinya dalam diri manusia
a. Amal hati adalah yang pertama dan utama, jika hati seseorang baik maka baik
pulalah lisan dan fisiknya. Sebaliknya jika hati rusak maka rusaklah lisan dan
fisiknya. Komposisinya adalah 35%.
b. Amal lisan yang menentukan apakah seseorang akan terjaga istiqamah dalam
kebaikan atau tidak. Lisan merupakan hasil dari hati dan akan menentukan
tingkah laku manusia. Porsinya adalah 10%.
c. Amal fisik merupakan yang prosentasenya paling besar yaitu 55 %. Ia
merupakan hasil dari hati dan lisan.
2. Berdasarkan interaksi manusia dengan Allah Swt dan sesama manusia
a. Hubungan manusia dengan Allah: memperbaiki hubungan dengan Allah yang
prosentasenya lebih sedikit dibandingkan dengan manusia.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia jauh lebih sulit dibandingkan
dengan dengan Allah. Karena manusia bersifat menuntut (musyahah) sedangkan
Allah adalah mudah memaafkan (musamahah). Artinya, hendaknya manusia
berhati-hati dalam menjaga hubungan dengan Allah, dan lebih berhati-hati menjaga
hubungan dengan manusia karena manusia bersifat lemah dan cenderung tidak
mudah memaafkan.
3. Berdasarkan jenis amal
a. Aqidah
b. Ibadah
48
c. Muamalah
d. Akhlak
Urutan amal ini disesuaikan berdasarkan turunnya al-Qur’an yaitu Makiyyah
terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan ayat-ayat Madaniyah, yang merupakan
urutan kurikulum perbaikan manusia. 54
Berikut ini adalah contoh materi iman bagaimana pelajaran matematika di
sekolah dasar dengan materi pengenalan bilangan disampaikan. Guru memulai
pelajaran dengan membacakan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan bilangan
yaitu .
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan
ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”. (Yunus: 5)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”. (Ali Imran :190)
“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat-dan
tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan
bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin dan
supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang
diberi al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang
yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir itu berkata: ‘Apakah yang
dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?’ Demikianlah Allah
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang
mengetahui tentara Tuhanmu sendiri melainkan Dia sendiri. Dan saqar itu tidak lain
hanyalah peringatan bagi manusia”. (al-Muddatsir: 31)
Ayat-ayat tersebut di atas merupakan contoh dari ayat-ayat tentang
bilangan/angka-angka. Tujuan dari ayat tersebuta adalah supaya manusia berpikir
dan mengimanai apa yang telah diturunkan yaitu al-Qur’an. Setelah itu guru
54
Ibid, hal. 32-33.
49
menyampaikan sebuah kisah tentang penemu angka arab seperti yang digunakan
samapi saat ini yaitu al-Khawarizmi. Penyampaian kisah ini akan membuat anak
menjadi bangga terhadap agamanya dan termotivasi menirunya. 55
Tujuan pemberian setiap materi bagi siswa kuttab adalah pembentukan iman.
Misalnya pemahaman tentang bilangan-bilangan bukan semata-mata untuk
mengetahui hitungan angka 1-100, akan tetapi untuk menanamkan keimanan pada
anak bahwa Allah menciptakan bilangan-bilangan yang kemudian sangat berguna
dalam kehidupan manusia.
Dalam pembelajaran iman dengan tema alam siswa akan mempelajari
tentang bab Unsur, Api, Air, Tanah, Matahari dan Energi. Semua materi selalu
diawali dengan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan. Tujuannya adalah untuk
memperkuat iman, bagaimana Allah Maha Rahman dan Rahim dengan menciptakan
semua itu untuk manusia.
Sepanjang ajaran al-Qur’an Allah menjamin keunggulan dan superioritas,
termasuk kemenangan dan kesuksesan akan dikaruniakan kepada mereka yang
beriman dan berilmu. Beriman, dalam arti memiliki orientasi ketuhanan dalam
hidupnya dengan menjadikan perkenan Tuhan sebagai sebagai tujuan dalam segala
kegiatannya. 56 Jika seseorang telah memiliki landasan keimanan yang kuat maka dia
tidak akan mudah diombang-ambingkan dalam kehidupan.
Lebih lanjut Nurcholid Madjid mengungkapkan bahwa iman adalah landasan
bagi setiap aktifitas muslim. Di bagian ke satu dari bukunya yang berjudul Islam
Doktrin dan Peradaban Madjid menguraikan bagaimana iman mengangkat
emansipasi harkat manusia. Sebanyak 200 halaman Madjid membincang tentang
iman dan tata nilai rabbaniyah, iman dan persoalan makna serta tujuan hidup
manusia, iman dan perwujudan masyarakat yang adil dan terbuka, iman dan
pengembangan ilmu pengetahuan, iman dan kemajemukan masyarakat. 57
55
56
57
Ibid
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), hal. iv.
Nurcholish Madjid, Islam...
50
Sebuah hadis yang disampaikan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra
mengatakan bahwa: Apa keberatanmu untuk membaca yang mana saja. Al-Qur’an
ini dulu yang pertama turun adalah surat al-Mufashal (surat-surat yang pendek). Di
dalamnya disebutkan tentang surga dan neraka. Hingga ketika manusia masuk ke
dalam Islam turunlah ayat tentang halal dan haram. Andai saja turun pertama kali:
jangan minum khamr mereka akan menjawab: Kami tidak akan meninggalkan
khamar selamanya. Andai saja turun pertama kali: Jangan berzina, mereka akan
menjawab kami tidak akan meninggalkan zina selamanya. Sungguh telah turun di
Mekkah kepada Muhammad Shallallahu alaihi wasallam saat aku masih kecil
bermain surat al-Qamar 46. Tidaklah turun surat al-Baqarah dan al-Nisa kecuali aku
sudah hidup bersama beliau (Nabi). (Shahih Bukhari).
Hadis ini menunjukkan bahwa dalam Islam lebih ditekankan pemahaman
dan pengajaran mengenai iman sebelum disampaikan tentang ajarana-jaran yang
lain seperti masalah hukum.
Dalam belajar al-Qur’an anak diminta untuk menghafal seluruhnya atau
sebagian. Seluruh pelajaran yang disampaikan di kuttab bertujuan untuk membentuk
karakter anak yang beriman dan menguasai al-Qur’an.
1. Karakter imani yang tertanam baik akan memunculkan kebanggaan dan
kepercayaan terhadap al-Qur’an sebagai panduan segala bidang kehidupan.
2. Al-Qur’an yang dihafal akan menjadikannya selalu berada dalam diri generasi tak
terpisahkan.
3. Al-Qur’an yang dipahami akan membuat generasi melandasi ilmunya dengan
al-Qur’an bahkan kelak menjadikan berbagai penelitian dan penemuan serta
solusi berbasis al-Qur’an.
4. Ilmu pengetahuan umum harus dikuasai yang menjadi ilmu alat untuk terus
menggali al-Qur’an guna membangun dan memperbaiki peradaban manusia.
5. Jika telah tergabungkan keduanya pada diri seseorang, maka dilakukan beberapa
langkah:
51
a. menganalisa kembali ilmu hari ini dengan landasan al-Qur’an
b. Mengembangkan ilmu yang telah benar sesuai al-Qur’an
c. Menghentikan ilmu yang tidak sesuai dengan al-Qur’an
d. Memilah ilmu yang tercampur antara yang haq dan bathil
e. Meneliti dan mencoba menemukan berbagai ilmu Allah dengan panduan
al-Qur’an 58
Al-Qur’an menjadi pelajaran wajib pada pendidikan dasar karena ketika
Rasulullah diutus oleh Allah untuk memperbaiki kehidupan manusia al-Qur’an
adalah satu-satunya panduan diberikan oleh Allah. Dengan kata lain al-Qur’an
adalah kurikulum yang dijalankan oleh Rasulullah dalam pendidikan dan pengajaran
kepada umat Islam.
Sejarah telah membuktikan para sahabat hasil didikan Rasulullah dengan
kurikulum al-Qur’an merupakan generasi terbaik sepanjang masa. Hal ini diteruskan
pada periode berikutnya sehingga Islam memperoleh kemajuan dan kegemilangan di
masanya. Diantara beberapa ulama dan ilmuwan yang mendapatkan dasar
pendidikan al-Qur’an sejak masa kecilnya yaitu: Imam Syafi’i hafal al-Qur’an di
usia 7 tahun, Imam al-Thabari usia 7 tahun, Ibnu Qudamah usia 10 tahun, Ibnu Hajar
al-Asqalani usia 9 tahun, Ibnu Sina usia 10 tahun, Ibnu Khaldun usia 7 tahun,
al-Biruni usia 15 tahun, Umar ibn Abd al-Aziz di usia kanak-kanak. 59
Hubungan al-Qur’an dengan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang
diantaranya adalah:
1. Al-Qur’an adalah kalamullah yang menjadi petujuk hidup untuk manusia
di dunia.
2. Al-Qur’an mengandung ilmu dunia dan akherat, sebuah ensiklopedia
terlengkap dengan jumlah ayat yang sedikit. Banyak ilmu dunia yang belum
terungkap dalam al-Qur’an yang merupakan petunjuk untuk memakmurkan bumi
58
59
Budi Ashari dan M. Ilham Sembodo, Modul Kuttab Satu (Jakarta: Al-Fatih, 2012), hal. 25-26
Ibid, hal. 80
52
ini.
3. Al-Qur’an menstabilkan psikhis. Kestabilan jiwa merupakan sesuatu yang
mutlak dimiliki oleh generasi pemimpin yang baik. Kebahagiaan yang bersumber
dari hati dan kesucian juga harus dimiliki agar dapat memimpin dengan baik.
4. Al-Qur’an meningkatkan kemampuan otak berlipat-lipat kali, untuk
berpikir, merencanakan, mengambil keputusan, kreatifitas, dan sebagainya.
5. Al-Qur’an memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dengan menjaga dan
mengobati.
6. Al-Qur’an memperbaiki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. 60
Dalam pembelajaran al-Qur’an anak-anak memulai hafalan dari juz 30.
Menghafal adalah salah satu metode yang penting dalam pembelajaran di kuttab.
Para ulama terdahulu terkenal kuat hafalannya dan menyimpan ilmu di dalam kepala
mereka. Hal ini berbeda dengan metode pendidikan Barat yang justru meninggalkan
hafalan dan menggunakan metode lainnya.
J. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kuttab al-Fatih
Kuttab al-Fatih memiliki semboyan sebagai pilar peradaban. Diibaratkan
sebagai sebuah bangunan pilar adalah pondasi yang menopang bangunan. Jika
pilarnya kuat maka akan kuatlah bangunan tersebut, dan sebaliknya jika pondasinya
lemah akan lemahnya bangunan tersebut. Anak-anak yang belajar di kuttab akan
menjadi pilar yang kokoh bagi bangunan peradaban Islam. Di kuttab ditanamkan
nilai-nilai mendasar yaitu iman dan al-Qur’an, untuk selanjutnya diperkuat dengan
peradaban ilmu di tingkat madrasah.
Sistem pendidikan yang selama ini dianut di Indonesia mengacu pada sistem
pendidikan Barat yaitu sistem piramida yang di bawahnya luas, semakin ke atas
semakin sempit. Pada pendidikan dasar diajarkan beragam ilmu secara merata, lalu
60
Ibid, hal. 81
53
mulai terjadi pengelompokkan pada pendidikan menengah (SMA) dengan adanya
penjurusan. Di perguruan tinggi mahasiswa mempelajari ilmu yang sesuai dengan
fakultas/jurusannya masing-masing. Di sini pendidikan mulai lebih spesifik dan
special pada jenjang strata 2 dan 3. Intinya semakin tinggi maka semakin sempat
bidang ilmu yang dipelajari.
Sebagai contoh seorang profesor ahli biologi hanya mendalami bidang
biologi saja, ahli kimia mendalami bidang kimia saja, ahli agama mendalami ilmu
agama saja dan seterusnya. Sehingga mereka tidak menguasai hal-hal yang di luar
bidangnya. Saat ini seorang ulama hanya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keagamaan saja, sehingga akan gagap ketika harus menfatwakan hal-hal
yang berkaitan dengan sain dan teknologi. Seorang pemimpin yang hanya
menguasai bidang tertentu akan kesulitan untuk menjalankan kepemimpinannya
karena permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bersifat kompleks
dan menyeluruh.
Dalam sistem pendidikan di kuttab, sistem yang digunakan adalah
sebaliknya. Pada pendidikan dasar anak tidak membutuhkan ilmu yang banyak,
cukup diberi dasar-dasar yang kuat, yaitu al-Qur’an dan iman. Itulah yang disebut
dengan pilar peradaban. Selanjutnya di pendidikan menengah dan ke atas ilmunya
ditambahkan dan diperluas sehingga menjadi pilar ilmu.
Sebagai contoh para ulama di masa klasik Al-Syaukani (w. 1250H) adalah
seorang ulama besar dari Yaman yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah di
bidang ilmu agama. Kitab tafsir karya beliau berjumlah lebih dari lima buah, 15
kitab hadis, 20 buah kitab aqidah, puluhan kitab fiqih dan mantiq. Al-Khawarizmi
adalah seorang ahli matematika, yang juga menulis tentang potret bumi, astronomi
dan sejarah. 61
Salah satu keunikan Kuttab al-Fatih adalah tidak menyediakan alat
permainan di lingkungan tempat pembelajaran. Padahal usia belajar siswa dimuali
61
Ibid
54
dari 5-12 tahun. Pada jenjang pendidikan yang lazim, usia 5-6 tahun dikatagorikan
sebagai usia dini dan masih belajar di TK. Pembelajaran di TK adalah jenjang
persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Materi yang diajarkan adalah
materi-materi persiapan dengan metode bermain sambil belajar.
Kuttab al-Fatih tidak menggunakan konsep belajar sambil bermain atau
konsep bermain sambil belajar. Penjelasannya adalah bahwa permainan
merupakan sarana atau fasilitas yang membantu peserta didik menuju keseriusan
belajar. Ketika santri sudah serius, maka tidak perlu berlama-lama membuat
kegiatan dengan berbagai macam permainan.
Oleh karena itu Kuttab al-Fatih sengaja tidak menyediakan fasilitas
bermain. Apa yang ada dalam ruangan, halaman, aula belajar santri, dan fasilitas
yang tersedia, di situlah tempat mereka bermain. Dari awal mereka belajar,
ditekankan sebuah konsep bahwa ketika saat bermain maka bermain, ketika saat
belajar maka belajar. Tidak ada bermain saat belajar, namun saat bermain ada
pelajaran itu sangat mungkin.
Kejenuhan, ketidak tertarikan belajar, tidak bisa diam, ketidakfokusan
belajar pada santri usia TK sangat mungkin terjadi. Pada mereka justru diajarkan
bagaimana melewati semua itu menuju keseriusan belajar sesungguhnya. Dari
usia awal masuk kuttab, mereka sudah diberitahu kejelasan kapan saatnya serius
belajar, kapan saatnya mereka sedang bermain. Tentu hal ini dibuat menjadi
sebuah pola kehidupan mini selama aktifitas belajar di Kuttab AL Fatih. 62
Salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh Kuttab al-Fatih adalah
kerjasama dengan orangtua/wali santri. Pada masa pendaftaran ada sesi
wawancara di mana kedua orang tua harus hadir bersamaan. Terkadang setelah
mendengar penjelasan tentang sistem pendidikan di kuttab ada salah satu pihak
dari orang tua yang ragu untuk menyekolahkan anaknya. Untuk itu pihak kuttab
mempersilakan untuk pulang terlebih dahulu, setelah ada kesepakatan barulah
62
http://kuttabalfatih.com/web/archives/kenapa-di-kuttab-al-fatih-tidak-ada-fasilitas-bermain/
55
dipersilakan datang lagi.
Kuttab menyelenggarakan pertemuan dengan walisantri yang disebut
sebagai sekolah orang tua. Dalam pertemuan itu selain disampaikan
perkembangan anak selama sekolah di kuttab juga diberikan materi parenting.
Jika orang tua tidak hadir selama tiga kali berturut-turut maka akan dipanggil
ditanya ulang tentang keseriusan dalam menyekolahkan anak di kuttab. Hal ini
dilakukan untuk menyamakan persepsi anatar pihak kuttab dengan orang tua.
Karena bagaimanapun juga anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah
bersama oang tua dibanding di kuttab. Sehingga apa yang telah diajarkan di
sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian di rumah.
K. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali pada jam 07.15 dengan mengucapkan ikrar
Kuttab Al-Fatih. Tidak seperti di sekolah lainnya, di Kuttab Al-Fatih tidak ada
bunyi bel yang menandai jam masuk sekolah. Jika sudah tiba waktunya ikrar
ustadz berdiri di halaman dan mengucapkan “Ikrar Kuttab Al-Fatih”, maka para
santri akan mulai berbaris. Jika belum siap maka ustadz akan mengulang lagi
sampai ketiga kalinya. Setelah itu jika tiga kali dipanggil santri belum berkumpul
semua, ustadz akan mengatakan: “ Ista’iduu...”.
Ustadz Fajar Pujiono, S.Pd. I selaku kepala Kuttab memimpin pembacaan
ikrar. Caranya Utadz mengucapkan terlebih ikrar dahulu lalu santri menirukan.
Ikrar Kuttab Al-Fatih diawali dengan membaca syahadat, lalu doa sebelum
belajar. Setelah selesai Ustadz memberikan tambahan yang berbeda setiap
harinya, bisa berupa motivasi, bahasa Arab atau kisah. Pada hari Senin, 7
September 2015 Ustadz Fajar menceritakan satu kisah inspiratif yang terjadi pada
masa klasik, lalu menerangkan keterkaitan kisah tersebut dengan kehidupan
anak-anak di masa sekarang. Contoh kisah yang diceritakan adalah kisah seorang
tukang sol sepatu Said ibn Muhafah di kota Syiria yang mendapatkan pahala haji
56
mabrur padahal dia tidak melaksanakan ibadah haji.
Selanjutnya santri dipersilakan masuk ke kelas dengan menunjuk barisan
yang paling rapi terlebih dahulu. Santri menyalami para ustadz dan ustadzah yang
berbaris di belakang lalu masuk menuju kelas masing-masing. Bagi santri yang
terlambat datang mereka membaca ikrar tersendiri dengan dipandu oleh ustadz.
Tepat jam 07.30 santri Kuttab Al-Fatih Purwokerto yang berjumlah 58 anak
memasuki ruangan kelas. Mereka akan belajar al-Qur’an kurang lebih dua jam
lamanya sampai jam 09.30 dalam 5 kelompok/halaqah. Pembagian kelompok
disesuaikan dengan pencapaian prestasi dan hafalan al-Qur’an anak. Halaqah 1, 2
dan 3 untuk anak yang mencapai tahapan Iqra’ sedang Halaqah 4 untuk tahapan
awal al-Qur’an dengan kemampuan yang tartil dan bacaannya masih belum cukup
bagus, dan halaqah 5 untuk anak yang sudah mencapai hapalan 1-4 juz yaitu dari
juz 30-26. Di sini anak akan belajar al-Qur’an mulai dari menulis, menyimak,
menghafal, muraja’ah, dan menambah hafalan.
Pada hari Senin pelajaran al-Qur’an diakhiri jam 9 lalu dilanjutkan dengan
pelajaran olah raga. Pelajaran olah raga yang diajarkan didasarkan pernyataan
Umar ibn Khaththab yang terkenal yang artinya: “Ajarilah anak-anak kalian
berenang memanah, dan berkuda”. Menurut Ustadz Fajar panduan untuk
pelajaran olah raga diambil dari kitab al-Furusiyah karya Ibnu al-Qayyim.
Tujuannya adalah untuk menyiapkan anak memiliki ketrampilan berkuda,
berenang dan memanah. Akan tetapi karena peralatan memanah dan berkuda
belum tersedia maka pelajaran yang disampaikan adalah tahapan persiapan, yaitu
melatih kekuatan kaki, kekuatan tangan, konsentrasi, ketepatan lemparan dengan
gerakan-gerakan tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan hitungan
dan sama sekali tidak menggunakan musik, karena musik dan al-Qur’an adalah
dua hal yang tidak bisa disatukan. 63
Dalam proses pembelajaran di Kuttab guru merupakan sumber belajar
63
Wawancara dengan Ustadz Fajar, Senin 7 September 2015 jam 10.30
57
utama, sehingga siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Modul
merupakan pegangan guru, dan siswa mencatat pelajaran dari guru.
Pada jam 09.30-10.00 waktunya bagi santri untuk makan kudapan. Kudapan
disediakan oleh wali santri secara bergantian. Santri tidak diperkenankan untuk
membeli jajanan di Kuttab, demikian pun Kuttab tidak menyediakan kantin
sebagai tempat anak-anak membeli jajan sebagaimana lazimnya di sekolah yang
lain.
Jam 10.00 tepat saatnya santri memasuki kelas dan mengkuti pelajaran Iman.
Di Kuttab al-Fatih Purwokerto saat ini terdapat lima kelas, yaitu Kuttab awal 1,
2A, 2B, 3A dan 3B. Santri belajar di ruangan kelas dengan konsep lesehan, yaitu
dengan menghamparkan karpet atau tikar. Santri duduk bersila di atas karpet atau
tikar dengan meja pendek tersedia di depannya sebagai landasan untuk menulis.
Untuk mengajar di depan kelas, biasanya menggunakan metode ceramah dan
siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Setiap pemberian materi selalu diawali dengan rujukan satu ayat al-Qur’an
lalu diterangkan maknanya. Misalnya materi pelajaran tentang waktu malam awal
diawali dengan satu ayat yang berasal dari juz 30. Materi satu ayat diselesaikan
dalam satu kali pertemuan. Setelah itu dilanjutkan dengan mufarraqat, yaitu
tambahan pembahasan sesuai dengan materi dari Diknas, dengan menggunakan
buku-buku umum sebagai tambahan.
Tujuan semua pembelajaran adalah untuk meningkatkan keimanan santri
kepada Allah. Jadi materi-materi yang disampaikan tidak mengedepankan aspek
sains. Contohnya untuk materi tentang Unsur Alam, materi api, akan lebih
dikedepankan pembahasan mengenai api neraka, sehingga siswa memahami
bahwa api neraka bersifat panas dan disediakan bagi manusia yang durhaka
kepada Allah.
Materi pembelajaran diberikan berdasarkan modul yang ada yang lalu
dikembangkan oleh guru dalan Rencana Kegiatan Kuttab (RKK). RKK ini
58
dipresentasikan oleh guru dalam pertemuan rutin dan harus mendapatkan
persetujuan dari dewan syar’i untuk bisa disampaikan dalam kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan pembelajaran Iman selesai pada jam 11.30 lalu dilanjutkan
dengan sholat dhuhur secara berjamaah. Untuk sholat dibedakan dua kelompok.
Siswa kelas 3 mengikuti sholat berjamaah di masjid, yaitu masjid al-Fattaah yang
merupakan masjid di mana lokasinya terdekat dengan Kuttab Al-Fatih.
Sedangkan santri kelas 1 dan 2 mengikuti sholat berjamaah di sekolah.
Untuk evaluasi pembelajaran dilaksanakan per semester dan akhir tahun.
Laporan pembelajaran disampaikan per semester dan pada saat kenaikan kelas.
Untuk pengambilan raport Kuttab al-Fatih menetapkan satu aturan bahwa kedua
orang
tua
harus
hadir
bersama-sama
untuk
mendenganrkan
laporan
perkembangan anaknya.
Keterangan dalam bentuk laporan yang akan disampaikan dari guru
kepada orangtua wali murid. Sehingga akan ada penjelasan-penjelasan yang
secara langsung dari guru kepada keduaorangtuanya tanpa ada perantara lain.
Di dalamnya akan ada kebaikan-kebaikan yang terjadi pada peserta didik yang
diminta untuk terus dipertahankan. Adapula kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaiki dipembelajaran berikutnya.
Kebaikan-kebaikan yang muncul pada peserta didik tidak hanya dari
peran guru disebuah lembaga. Ada peran orangtua. Peran orang tua ini perlu
diberikan apresiasi dan semangat atas kesuksesan dalam mendidik
generasinya.
Begitupula kekurangan yang menjadi evaluasi. Orangtua akan diajak
kerjasama untuk saling memperbaiki pola dan iklim pembelajaran di rumah
sesuai isi dari kekurangan yang dicatat dalam raport.
Di kuttab Al Fatih ingin menjalankan dengan baik maksud dari tujuan
adanya raport ini. Maka dari awal para orangtua yang ingin memasukkan
putra/I nya menjadi santri Kuttab Al Fatih harus menunjukkan kesiapan untuk
59
hadir sepasang suami istri saat pembagian raport itu diselenggarakan. Kami
akan berusaha konsisten untuk tidak memberikan raport kepada orangtua jika
tidak hadir secara lengkap saat pembagian raport.
Jika ada diantara orangtua salah satunya tidak bisa hadir, kami akan tetap
menunggu sampai suami dan istri mau hadir bersama saat pengambilan raport.
Bisa ditunggu saat pembagian raport atau mengatur jadwal ulang bersama
gurunya di waktu yang lain.
L. Analisis
Keberadaan Kuttab al-Fatih merupakan fenomena baru di tengah dunia
pendidikan nasional pada umumnya dan dunia pendidikan Islam pada khususnya.
Lembaga ini berdiri di tengah keprihatinan dan ketidakpercayaan terhadap dunia
pendidikan dengan mengusung tema yang spesifik yaitu kembali pada model
pendidikan Islam klasik yang telah dipraktekkan pada jaman Rasul, Khulafa
al-Rasyidin dan dinasti-dinasti di awal perkembangan Islam.
Kuttab al-Fatih tidak mengklaim konsepnya adalah konsep baru, karena
menurut mereka konsep ini telah ada beratus tahun lamanya, tetapi terkubur oleh
konsep-konsep baru terutama konsep pendidikan yang berasal dari Barat. Namun
karena kuttab al-Fatih adalah yang pertama di Indonesia menggunakan konsep ini,
maka setidaknya konsep ini adalah baru di Indonesia.
Kuttab al-Fatih dapat disebut sebagai lembaga yang melawan mainstream
saat ini. Di saat para orang tua umumnya berlomba-lomba menyekolahkan
anaknya di sekolah favorit, membanggakan prestasi anaknya di bidang
matematika, sain dan sejenisnya, memilih sekolah dengan kurikulum plus,
sekolah internasional yang menggunakan bilingual dua bahasa Indonesia dan
Inggris sebagai bahasa pengatarnya, serta kehebatan-kehebatan lainnya. Kuttab
al-Fatih hanya menggunakan kurikulum dengan dua pelajaran utama yaitu iman
dan al-Qur’an.
60
Kuttab al-Fatih digolongkan sebagai lembaga pendidikan non formal
menurut pembagian di diknas. Karena sebagai lembaga pendidikan Kuttab
al-Fatih tidak mengikuti kurikulum nasional melainkan menggunakan kurikulum
tersendiri. Secara organisatoris Kuttab al-Fatih terdaftar sebagai Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) al-Fatih yang melaksanakan pendidikan non formal.
Adapun para siswa dari kuttab dapat memperoleh ijazah pendidikan dasar dengan
mengikuti ujian kesetaraan atau ijazah paket A.
Kehidupan manusia dari masa ke masa mengalami siklus perputaran.
Menurut Ibn Khaldun setiap kebudayaan memiliki umur alami sebagaimana
manusia. Umur alami manusia adalah 120 tahun, manusia tidak akan hidup
melebihi usia tersebut. Sedangkan kebudayaan memiliki usia tiga kali usia alami
manusia.
Pada dasarnya kehidupan manusia mengalami siklus dari masa ke masa.
Demikian pula kebudayaan dan peradaban Islam. Sejak masa diturunnya wahyu
kepada Nabi Muhammad Saw Islam pernah mengalami masa perkembangan
bermula dari wilayah Mekah menuju Madinah, dari Madinah menyebar ke
seluruh Jazirah Arab, lalu melampaui benua Asia, Afrika bahkan Eropa dan
mencapai puncak kejayaannya di masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
Pada eranya dinasti Abbasiyah memperluas khazanah keilmuan dengan
melindungi karya sastra puisi Arab, menerjemahkan karya-karya klasik Iran
(sejarah, dongeng, politik, manual protokol suku-suku) ke dalam bahasa Arab.
Termasuk juga pengetahuan mitos dan ilmiah yang berasal dari Persia dan India,
Syiria dan Yunani kuno. Khalifah al-Makmun membangun akademi dan
observatorium Bait al-Hikmah untuk menunjang gerakan penerjemahan ilmu
logika, sain dan filsafat ke dalam bahasa Arab. 64
Peradaban Islam di Spanyol merupakan perpaduan antara budaya Spanyol
dan Barbar Afrika menjadi budaya Arab dan Islam. Muslim Spanyol membawa
64
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (Melbourne: Cambrigde University Press, 1988), hal. 82
61
aura kegemilangan di Eropa. Masjid agung Cordova, taman-taman dan air mancur
di halaman istana al-Hamra, taman irigasi di Sevilla dan Valencia, ilmu
pengetahuan dan filsafat, semua itu merupakan monumen bagi keberadaan Islam
di Spanyol. Peran Spanyol yang penting bagi dunia adalah sebagai transmisi ilmu
pengetahuan dari Arab ke Eropa. 65
Pasca runtuhnya Abbasiyah pada tahun 1258 dan Spanyol pada tahun 1490,
Islam berturut-turut mengalami kekalahan secara politik dan dan ini berpengaruh
pada penurunan di bidang ilmu pengetahuan. Setelah berjaya kurang lebih 750
tahun lamanya Islam memasuki periode kemunduran dan Eropa menduduki posisi
di atas Islam.
Di era kemunduruan ini umat Islam tidak berdiam diri begitu saja. Dari
berbagai wilayah Islam muncul para mujaddid/pembaharu yang berusaha untuk
membuka kebekuan ilmu pengetahuan Islam. Beberapa diantaranya adalah
Muhammad Abduh, Rasyid Ridlo, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Iqbal,
Sayyid Ahmad Khan. Dari Indonesia ada KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim
Asy’ari. Para mujaddid ini akan terus ada di setiap eranya.
Jika mengikuti teori Ibn Khaldun maka ketika telah sampai di puncak
kejayaan maka fase selanjutnya adalah menuju kemunduruan. Tanda-tanda
kemunduruan Barat mulai nampak, sebagaimana dikatakan oleh Malvin Perry
dalam Adian Husaini: Peradaban Barat adalah sebuah drama besar namun tragis.
Barat telah melupakan instrumen-instrumen akal yang memungkinkan terjadinya
keselarasan rasional antara alam pikir dan budaya manusia, menawarkan gagasan
tentang kebebasan politik dan mengakui nilai-nilai instrinsik setiap individu.
Barat modern walaupun telah berhasil menyingkap berbagai misteri alam, namun
gagal memperoleh pemecahan rasional bagi penyakit-penyakit sosial serta konflik
antar bangsa. Sain sebagai pencapaian besar para intelektual Barat, disamping
memperbaiki kondisi bagi situasi, namun juga menghasilkan senjata pemusnah
65
Ibid, hal. 378.
62
massal. Barat menjadi pionir bagi perlindungan hak-hak asazi manusia, ia juga
menjadi penghasil rezim totaliter yang menginjak-injak kebebasan individu dan
martabat manusia. Dan walaupun Barat telah menunjukkan komitmen atas
kesetaraan manusia, ia telah pula mempraktekkan rasisme yang brutal. 66
Memasuki millenium kedua di tahun 2000an ini kesadaran umat Islam akan
ketertinggalan mereka dengan Barat semakin nyata. Di tengah tantangan yang
semakin berat maka usaha-usaha untuk mencetak para mujaddid barupun semakin
menguat. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melalui jalur pendidikan.
Didorong oleh keinginan untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah
hilang maka muncul pertanyaan mengapa Islam di masa lampau bisa maju, apa
yang menyebabkan kemajuan tersebut. Kembali kepada sejarah merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Umat Islam di masa lampau adalah
hasil didikan Rasulullah dengan memperkuat iman dan al-Qur’an. Para sahabat
yang jumlahnya tidak banyak mampu memimpin dan mengatur dunia dengan baik
dengan landasan iman dan al-Qur’an.
Memegang keyakinan ini Kuttab al-Fatih berdiri dengan tujuan untuk
mempersiapkan generasi-generasi yang akan mengembalikan kejayaan peradaban
Islam di masa lampau untuk tampil kembali di hari ini. Umat Islam mengalami
kekalahan karena meninggalkan iman dan al-Qur’an dan menukarnya dengan
peradaban Barat. Oleh karena itu sekarang saatnya membangun kembali
peradaban Islam melalui iman dan al-Qur’an.
66
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hal. 102.
63
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
5. Berdirinya Kuttab al-Fatih dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
mendirikan pendidikan dasar yang berkiblat pada kejayaan Islam masa
lampau yaitu kuttab. Kuttab al-Fatih bercita-cita untuk membangun
generasi yang berkualitas, seperti generasi pertama yang langsung
dididik oleh Rasulullah Saw.
6. Sistem pendidikan Kuttab al-Fatih menitikberatkan pada materi dasar
yaitu iman dan al-Qur’an. Dalam proses pembelajaran hanya ada dua
mata pelajaran yaitu iman dan al-Qur’an.
7. Kuttab al-Fatih berusaha sedekat mungkin mengambil prinsip-prinsip
kuttab dari masa Islam klasik mulai dari sistem penerimaan siswa,
64
jumlah siswa dalam kelas, metode pembelajaran, dan evaluasi.
B. Saran
1. Kepada
Kuttab
al-Fatih
untuk
lebih
mensosialisasikan
program-programnya kepada masyarakat sehingga lebih diketahui
secara luas.
2. Kepada
Pemerintah
khususnya
Dinas
Pendidikan
untuk
memberikan kemudahan bagi setiap warga untuk memperoleh
haknya di bidang pendidikan.
3. Bagi masyarakat muslim khususnya agar memberikan kepercayaan
kepada lembaga pendidikan Islam sebagai pilihan pertama dalam
menyekolahkan anaknya.
C. Kata Penutup
Demikian laporan penelitian ini akhirnya dapat diselesaikan
dengan baik. Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan di
sana-sini, untuk itu kritik dan saran peneliti harapkan dari para pembaca
sekalian.
Purwokerto, 9 Oktober 2015
Ida Novianti, M.Ag
NIP. 19711104200003 2 001
65
Daftar Pustaka
Abudin Nata, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), 1997. Pendidikan Islam dalam
Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media.
Adian Husaini, 2005. Wajah Peradaban Barat, Jakarta: Gema Insani Press,
Ahmad Syalabi, 1973. Sejarah Peradaban Islam , Jakarta: Bulan Bintang.
Aziza Meria 2012. “Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam membangun Karakter
Bangsa” dalam Jurnal al-Ta’lim, No 1 Vol 19.
Badri Yatim, 2011. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Perkasa.
Babby de Potter, 2003. Quantum Learning, Bandung: MizanPublika.
Budi Ashari dan M. Ilham Sembodo, 2012. Modul Kuttab Satu, Jakarta: Al-Fatih
Christoper Lloyd, 1993. The Structure of History, London: Basill Blackwell.
E.H. Carr, 2014. Apa Itu Sejarah, terj. Gatot Triwira, Depok: Komunitas Bambu
66
Hunafa, 2013. “Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sitem Pendidikan
Nasional” dalam Jurnal Studia Islamika No 2 Vol. 10.
Ibn Khaldun, 2000. Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, Jakarta: Tim Pustaka Firdaus
Imron Fauzi, 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah, Yogyakarta: Arruzz
Media.
Ira M. Lapidus, 2000. Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo.
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, 2014. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Rosda.
Muhammad Syafi’i Antonio, 2009. Muhammad Saw: The Super Leader Super
Manajer Jakarta:Tazkia Publishing.
Muhaimin, 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pusat Studi
Agama, Politik dan Masyarakat.
M. Agus Nuryatno, 2011. “Islamic Education in a Pluralistic Society” dalam
al-Jami’ah No 2 Vol 49.
M Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, Jakarta:
Prenada Media Grup
Nawwaal ath-Thuwairaqi, 2004. Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah,
Jakarta: Darul Falah.
Noeng Muhadjir, 1996. Metode Penelitian Kualtitatif Yogyakarta: Rakesarasin.
Nurcholish Madjid, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina.
Sachiko Murata, Willim C Chittick, 2005. The Vision of Islam, Yogyakarta: Suluh
Press:
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003
Yasmadi, 2002. Modernisasi Pesantren, Jakarta: Ciputat Press.
Zuhairini dkk, 2010. Sejarah pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara.
http://kuttabalfatih.com/profil/
67
68
Download