JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 105 Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MAN 2 Model Makassar Andi Yurisah Prastika Wulandari¹), Muh.Tawil²), Bunga Dara Amin³) Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar 1) Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Makassar 2),3) Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 860 132, Gedung Keguruan Kampus Talasalapang Makassar-Sulsel E-mail : [email protected] Abstrak - Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Static Group Comparasion Randomized Control) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis fisika siswa kelas X MAN 2 Model Makassar yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis hands on activities dengan siswa yang diajar secara konvensional, untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan dengan menggunakan pembelajaran berbasi hands on activities dengan siswa yang diajar secara konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Model Makassar tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 10 kelas, sedang sampel penelitian diambil melalui prosedur random kelas dan diperoleh kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 38 siswa dan kelas X2 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 38 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika yang berbentuk essay pada pokok bahasan ”Suhu dan Kalor”. Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengungkapkan bahwa skor kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dari skor hasil belajar kelompok kontrol. Hasil analisis inferensial mengungkapkan bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen berada pada skor 24 – 25 dan skor rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol berada pada skor 20 – 21. Dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis hands on activities dan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar secara konvensional meskipun tidak signifikan. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, pembelajaran berbasis Hands On Activities, belajar fisika. Abstrack - This research constitute experiment research (Static is Comparasion Randomized Control's Group) one that intent to know ability thinks critical student physics braze x MAN 2 Makassar's Models that is taught by use of learning gets hands on activities's basis with student that is taught conventionally, to know the difference ability thinks critical student which teaching to utilize by use of learning gets stale hands on activities with student that is taught conventionally. Population in observational it is exhaustive student braze x MAN 2 Makassar's Models school years 2013 / 2014 ones consisting of 10 classes, be observational sample to be taken procedure thru random brazes and gotten by class x 1 as class of consisting of experiment 38 students and classes x 2 as class of consisting of control 38 students. Instrument that is utilized is essay to usufruct physics studying that gets to form essay on subject discussion ” Temperature and Kalor ”. Base analisis's result descriptive cast that ability score thinks critical experiment class overbid of result score study control group. analisis inferensial's result reveals that score average yielding learned physics brazes experiment lie on score 24 – 25 and scores average yielding learned physics brazes to control lies on score 20 – 21. Of hypthosts testing points out that exists distinctive among ability think critical student physics that is taught by use of learning gets hands on activities's basis and ability thinks critical student physics that is taught conventionally despite is not signifikan. Key word: Ability thinks Critical, learning gets Hands On Activities's basis phyisics study. JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 106 I. Dengan PENDAHULUAN Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas dan diperoleh wawancara yang dilakukan di MAN 2 fakta bahwa masih rendahnya aktivitas dan MODEL MAKASSAR yang dilaksanakan prestasi pada terdorong 01 Mei observasi masalah- dan tanggal hasil memperhatikan 2013 diperoleh belajar siswa, untuk maka melalukan penulis penelitian, keterangan bahwa tingkat penguasaan siswa dengan judul “penerapan terhadap mata pelajaran Fisika masih rendah. Fisika Berbasis Hands On Activities untuk Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk mata pelajaran IPA Fisika di kelas X siswa ada 24 orang yang mendapat nilai di bawah MAKASSAR“. KKM dengan presentase 75% dari 32 siswa kelas Pembelajaran XMAN Berdasarkan 2 latar MODEL belakang yang yang tidak tuntas atau tidak mencapai stándar dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan kompetensi yang telah ditentukan, sedangkan masalahnya yaitu: yang tuntas hanya sebanyak 8 orang dengan 1. persentase 25,00%. Dengan kriteria Seberapa besar kemampuan berpikir kritis fisika siswa kelas X ketuntasan minimal (KKM)yang ditetapkan MODEL untuk mata pelajaran IPA Fisika MAN 2 tanpa menggunakan model pembelajaran MODEL MAKASSAR yaitu 68 dengan berbasis ketuntatasan signifikannya yaitu 70. (konvensional)? Hal tersebut mungkin dikarenakan 2. MAKASSAR MAN 2 hands yang on activities Seberapa besar kemampuan berpikir pembelajaran yang dilaksanakan guru lebih kritis fisika siswa kelas X banyak menekankan pada aspek penge- MODEL tahuan dengan dan pemahaman saja. Selama MAKASSAR pembelajaran ceramah yang hanya menyampaikan konsep activities? saja. memberikan Pembelajaran konsep sains yanghanya menyebabkan 3. Apakah daya menggunakan mengaplikasikan yang diajar model hands perbedaan on yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dalam berbasis terdapat siswa kurang terlatih untuk mengembangkan nalarnya MAN 2 menggunakan pembelajaran guru lebih banyak memberikan sains diajar fisika diajar model pembelajaran berbasis kehidupan kemampuan berpikir kritis fisika yang berpikir kritis sehingga siswa kemampuan kurang dapat diajar tanpa on dengan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam nyata hands yang activitiesdengan menggunakan berkembang denganbaik. Oleh sebab itu, pembelajaran perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil activities (konvensional) siswa kelas X belajar serta membiasakan siswa berpikir MAN 2 MODEL MAKASSAR? kritis sesuai dengan tuntutan kurikulum. berbasis model hands on JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 107 II. LANDASAN TEORI kepercayaan dan tindakan. (dalam Tawil 1. 2013: 7) Pengertian Pembelajaran Di dalam undang-undang Republik 3. Pembelajaran Hands on Activities Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem dalam pembelajaran Fisika pendidikan bahwa Hands on activity adalah suatu model “Pembelajaran adalah proses interaksi antara yang dirancang untuk melibatkan siswa peserta didik dengan pendidik dan sumber dalam menggali informasi dan bertanya, belajar pada suatu lingkugan belajar”. Bahwa beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan pengertian ini terdapat beberapa kata kunci data diantaranya interaksi, sumber belajar dan kesimpulan sendiri. Siswa diberi kebebasan lingkungan belajar.Interaksi yang dimaksud dalam mengkonstruk pemikiran dan temuan disini adalah hubungan timbal balik antara selama melakukan aktivitas sehingga siswa peserta didik dengan pendidik yang bersifat melakukan sendiri dengan tanpa beban, mendidik yang dalam pandangan Ki Hadjar menyenangkan dan dengan motivasi yang Dewantara, peserta didik dengan lingkungan, tinggi. peserta didik dengan peserta didik lainnya pembelajaran serta karakteristik sebagaimana disebutkan oleh nasional pendidik sedangkan dimaksud dinyatakan dengan sumber adalah lingkungannya, belajar Menurut disini yang Rohani dan dan menganalisis Kegiatan ini serta membuat menunjang kontekstual sekali dengan (Hatta dalam Moh. Amin, 2007:2) yaitu: kerjasama, saling belajar belajar dalam pengajaran adalah segala apa terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, yang dapat digunakan dan dapat mendukung siswa proses/kegiatan secara lebih efektif dan dapat membosankan, sharing dengan teman, siswa memudahkan kritis dan guru kreatif. pengajaran/belajar, tersedia tujuan baik B. tidak Hipotesis Penelitian antara kemampuan berpikir kritis Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau menyenangkan, Terdapat perbedaan yang signifikan yang abstrak. menganalisis, pembelajaran yang langsung/tidak langsung, baik yang konkret/ 2. aktif, bergairah, gembira, Ahmadi (dalam Muflih, 2012:8) sumber pencapaian dengan menunjang, dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, komunikasi, sebagai panduan atau untuk fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis hands on activitiesdengan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis hands on activities (konvensional). JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 108 O1 = Pengukuran kelompok eksperimen III. METODE PENELITIAN setelah perlakuan A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian O2 = Pengukuran kelompok kontrol Jenis penelitian ini yaitu penelitian Eksperimen. C. Definisi Operasional Variabel 2. Lokasi Penelitian Definisi operasional variabel penelitian Lokasi penelitian bertempat di MAN 2 MODEL MAKASSAR B. setelah perlakuan adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran fisika berbasis Hands on activitiesadalah Variabel dan Disain Penelitian modelpembelajaran 1. Variabel Penelitian: yang diterapkan guru dalam kelas a. Variabel bebas dengan : Pembelajaran fisika berbasis Hands on Activities melibatkan menggali b. Variabel terikat : kemampuan berpikir kritis informasi beraktivitas dan siswa dan dalam bertanya, menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis 2. Desain Penelitian: serta membuat kesimpulan sendiri. Desain penelitian yang digunakan The b. Kemampuan berpikir kritis adalah static group comparasion randomized kemampuan control. Desain penelitian ini adalah mengkonseptualisasi, merupakan salah satu jenis penelitian menganalisis, mensintesis, dan atau pra mengevaluasi eksperimen yang dapat digambarkan sebagai berikut: R X O1 R - O2 dalam menerapkan, informasi yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, ferleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai (Khaeruddin, 2006:92) panduan untuk kepercayaan dan tindakan. Keterangan D. Populasi dan Sampel Penelitian R = Random adalahpengacakan kelas dalam X pengambilan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian seluruh = Menyatakan perlakuan pada kelas MODEL MAKASSAR Tahun Ajaran eksperimen 2013/2014 yang berjumlah 38 orang (pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis hands on activities ) - 1. Populasi Penelitian siswa kelas X MAN 2 dalam kelas. 2. Sampel Penelitian = Menyatakan perlakuan pada kelas Pengambilan sampel dalam penelitian kontrol ( tanpa tindakan) ini menggunakan sampel acak, yakni kelas yang diacak untuk memilih kelas JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 109 E. eksperimen yang berjumlah 38 orang tujuan pembelajaran dengan sub-sub dan kelas kontrol yang berjumlah 38 keterampilan proses. orang dalam kelas. dilakukan revisi memperbaiki, Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis berupa tes tertulis berbentuk essay untuk mengukur seberapa kemampuan berpikir kritis fisika siswa kelas X MAN 2 MODEL MAKASSAR yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran hands on mengurang dan berdasarkan saran ahli. Hasil revisi tersebut kemudian diuji cobakan kepada kelas yang telah mempelajari pokok bahasan yang akan diujikan. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product 1. Instrumen Penelitian Langkah-langkah yang π (π ditempuh ππ −( π 2 π 2 − ( π ) )(π dalam pengembangan tes tersebut sebagai berikut: π) 2 π 2 − ( π) ) (Riduwan, 2011:98) dengan, Tahap Pertama X= nilai tes formatif; Menyusun soal tes, tes yang digunakan Y= nilai yang diperoleh pada uji coba; berupa test tertulis berbentuk essay, baik N= banyaknya testi (subjek) untuk test kemampuan awal siswa maupun untuk tes kemampuan berpikir kritis siswa. Tipe essay sengaja dipilih agar dapat kemampuan dilihat siswa bagaimana sesungguhnya melalui urai jawaban yang diberikan. Tahap Kedua Menurut 2007:29 atau menambahkan hal-hal yang dikoreksi ππ₯π¦ = b. instrumen, moment sebagai berikut: activities. a. Selanjutnya Sudjana dalam (Marnasusanti, Sumarni, 2013:25), Tabel 1. Kriteria Validitas Nilai Koefisien Korelasi (rxy) 0,800-1,00 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,00 -0,200 ≤ 0,00 Menurut 2007:21 Kriteria Validitas Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Tidak valid Sudjana dalam (Marnasusanti, Sumarni, 2013:26), validitas berkenaan dengan ketepatan reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau alat ukur terhadap konsep yang diukur keajegan alat tersebut dalam mengukur apa sehingga benar-benar mengukur apa yang diukurnya. Rumusan yang digunakan yang seharusnya diukur. Sebelum diuji untuk menghitung reliabilitas tes adalah cobakan, instrumen divalidasi terlebih rumusan dahulu oleh ahli yang berkompeten bentuk uraian. Rumus yang digunakan adalah dibidang rumus Alpha. fisika yang menyesuaikan untuk menghitung reliabilitas JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 110 ο© n οΉ r11 ο½ οͺ ο« n ο 1οΊο» ο© s 2 ο ο₯ pq οΉ οͺ οΊ s2 οͺο« οΊο» memperdalam pemahaman siswa, guru memberikan proyek. Tugas proyek yang (Arikunto, 2012:122) diberikan menarik bagi siswa dan tingkat kesukaran Keterangan: proyek disesuaikan dengan kemampuan siswa. Setelah proyek selesai r = reliabilitas tes secara keseluruhan; 11 dilaksanakan, n = banyak item soal; siswa mempresentasikan 2 s = jumlah varians r; dibimbing hasil proyek untuk mereka, berbagi pengalaman selama pembuatan, dan saling Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Nilai reliabilitas Kriteria (r11) reliabilitas 0,80 ≤ r Tinggi 0,40 ≤ r < 0,80 Sedang r < 0,40 Rendah memberikan tanggapan. Diakhir pembelajaran guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan memberikan tes evaluasi kepada siswa. Dalam model ini, kemampuan berpikir kritis Item yang telah diuji validitas dan siswa dilatih selama proses penyelidikkan reliabilitas digunakan untuk tes kemampuan serta saat pembutan proyek. Model seperti berpikir yang kritis baik pada kelompok dijelaskan tersebut mampu eksperimen maupun kontrol. menumbuhkan kemampuan berpikir kritis F. Prosedur Penelitian serta meningkatkan hasil belajar. Deskripsi berbasis pelaksanaan hands on pembelajaran activities dijelaskan sebagai berikut: Guru memulai pembelajaran dengan memberikan LKS yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis. Setelah siswa berhipotesis guru membimbing siswa melakukan penyelidikkan untuk menguji hipotesis. Setelah percobaan atau siswa melakukan penyelidikkan, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Deskriptif Adapun gambaran kemampuan berpikir kritis fisika antara kedua kelompok, yaitu kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis hands on activities sebagai kelompok eksperimen dan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional siswa sebagai kontrol pada pokok bahasan “suhu berdiskusi dan menarik kesimpulan dari hasil dan kalor”, yang dirangkum dalam tabel percobaan dengan bimbingan guru. Selama diskusi guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan dengan memberikan kata kunci atau pertanyaan-pertanyaan pancingan. Untuk dibawah ini: JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 111 Tabel 3. Statistik Skor kemampuan berpikir kritis Fisika Kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol siswa kelas X MAN MODEL MAKASSAR. Nilai Statistik Statistik Kelompok Kelompok eksperimen kontrol Ukuran sampel 38 38 Skor tertinggi 30 27 Skor terendah 17 12 Rentang skor 13 15 Skor rata 24,66 20,08 Standar deviasi 2,93 3,98 Varians 8,58 15,84 Tabel 4. Frekuensi dan Kategori Skor kemampuan berpikir kritis PesertaDidik Pada Pretest BerdasarkanTaksiran Rata-Rata Interval Skor Frekuensi Kategori <12,04 28 Rendah 12,04< µ<14,08 7 Sedang >14,08 3 Tinggi Jumlah 38 Dengan menggunakan analisis taksiran 12,04<µ<14,08 pesertadidik berada dalam Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh bahwa Skor<12,04 pesertadidik berada dalam kategori rendah denganfrekuensi 28, pengkategorian kategori sedang denganfrekueni 7, dan kemampuan berpikir kritis fisika pada pokok >14,08 pesertadidik berada dalam kategori bahasan tinggi rata-rata, maka kriteria “Suhu dan Kalor” dapat denganfrekuensi bahwa 3. hasil Hal ini digambarkan seperti berikut ini: menunjukkan kemampuan a. Deskripsikemampuan berfikir kritis fisika berpikir kritis peserta didik yang diajar untuk kelompok eksperimen dengan penggunaan Hands On Activities Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor Fisika kategori sedang. rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas Tabel eksperimen adalah 24,66 dengan nilai maksimum 30 dan nilai minimum 17 dari skor total 38 yang mungkin dicapai serta standar deviasi 2,93. b. Deskriptif kemampuan berpikir kritis 5. Frekuensidan Kategori Skor kemampuan berpikir kritis PesertaDidik Pada Post tes BerdasarkanTaksiran Rata-Rata Interval Skor Frekuensi Kategori <23,91 5 Rendah 23,91< µ<25,41 18 Sedang 15 Tinggi >25,41 Jumlah 38 fisika untuk kelompok control Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas kontrol adalah 20,08 dengan nilai maksimum 27 dan nilai minimum 12 dari skor total 38yang mungkin dicapai serta standar deviasi 3,8. Data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan ketegori penilaian hasil belajar siswa sebagai berikut: Berdasarkan Tabel 5 di atas diperoleh bahwa Skor <23,91 peserta didik berada dalam kategori rendah dengan frekuensi 5 dan 23,91< µ<25,41 peserta didik berada dalam kategori sedang dengan frekuensi 18, dan >µ<25,41 peserta didik berada dalam kategori tinggi Berdasarkan dengan frekuensi pengkategorian 15. kemampuan berpikir kritis , Skor tersebut berada pada kategori tinggi. JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 112 1. activitiesmaupun Analisis Statistik Inferensial Berdasarkan hasil penelitian maka pembelajaran dengan menggunakan konvensional berasal dari dilakukan pengujian normalitas, homogenitas populasi yang mempunyai varians yang dan hipotesis. homogen (perhitungan selengkapnya dapat a. Pengujian Normalitas dilihat pada lampiran B.3). Pengujian normalitas bertujuan untuk 2. menyatakan apakah data skor kemampuan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini menggunakan berpikir kritis fisika pada pokok bahasan uji-t dua “kalor dan suhu” untuk masing-masing adalah:“Terdapat perbedaan yang signifikan kelompok perlakuan berasal dari populasi dalam pencapaian kemampuan berpikir kritis berdistribusi normal. fisika siswa pihak. yang hipotesisnya diajar dengan Berdasarkan hasil analisis data (lampiran menggunakan pembelajaran fisika berbasis D.2, analisis statistik inferensial) dengan hands on activitiedengan siswa yang diajar menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh dengan hasil konvensional”. data Hasil pengujian normalitas menggunakan pembelajaran 2 π₯βππ‘π’ππ = Berdasarkan hasil analisis (lampiran kelas B.4), maka diperoleh nilai thitung = 5,066 dan eksperimen. Dan untuk kelompok kontrol ttabel =2,000 dengan taraf nyata ο‘ = 0.05. menunjukkan bahwa 2 4,665<π₯βππ‘π’ππ = nilai 7,815 untuk 2 diperoleh nilaiπ₯βππ‘π’ππ = 3,656<π₯ 2 tabel =7,815. Hal ini menunjukkan bahwa data hasil belajar fisika dari kedua kelompok berdistribusi normal dengan taraf nyata ο‘ = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian normalitas, ternyata data yang diperoleh dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians populasi. hasil perhitungan Fhitung = 1,23 dan nilai Ftabel = 1,84, karena Fhitung< Ftabel , maka dapat disimpulkan bahwa data skor hasil belajar fisika pada pokok bahasan suhu dan kalor , kedua metode baik pembelajaran fisika yang menggunakan berbasis diantara -2,000 dan +2,000, maka hipotesis Ho ditolak dan hipotesis H1 diterima. Hal ini berarti “terdapat perbedaan yang signifikan fisikasiswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran hands on fisika berbasis hands on activities dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.” Dengan demikian dapat disimpulkan pengujian homogenitas varians populasi diperoleh nilai pembelajaran thitung tidak terletak dalam hai ini skor keterampilan proses b. Pengujian Homogenitas Dari Jadi, diperoleh bahwa bahwa hasil belajar fisika pada pokok bahasan “kalor dan suhu” siswa kelas yang diajar dengan menggunakanpembelajaran fisika berbasis hands on activities lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 113 B. activities kenyataan yang diperoleh bahwa Pembahasan Penelitian eksperimen ini merupakan yang penelitian hasil belajarnyapun mengalami peningkatan. membandingkan Pada pelaksanaan hands on activities, kemampuan berpikir kritis fisika antara kelas berbagai aktivitas belajar telah dilakukan eksperimen yang diajar dengan menggunakan oleh para siswa. Namun tidak semua aktivitas model pembelajaran hand on activitiesdengan itu bisa terpantau satu persatu. Beberapa kelas dengan aktivitas yang diperlihatkan oleh siswa pembelajaran dianggap cukup mewakili keaktifan siswa kontrol menggunakan yang diajar model konvensional. dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas Analisis deskriptif, skor kemampuan berpikir kritis dengan fisika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran fisika belajar telah diamati baik oleh observer maupun dokumentasi kamera. Dalam proses hands on activities terdapat beberapa berbasis hands on activities dan siswa yang langkah-langkah yang harus dilakukan oleh diajar dengan menggunakan pembelajaran siswa, sepertimerumuskan dugaan sementara konvensional diperoleh hasil yang berbeda. yang mungkin menjadi jawaban masalah, Dalam hal ini, skor rata-rata kemampuan mengidentifikasi berpikir kritis fisika kelas eksperimen lebih mempengaruhi masalah, mengumpulkan dan tinggi dibanding dengan skor rata-rata kelas menganalisis control, ini dapat di lihat di lampiran D. Skor diperlukan dan langkah yang terakhir adalah rata-rata kemampuan berpikir kritis fisika menarik kelas eksperimen pembelajaran lebih tinggi dibanding dengan skor rata-rata kelas control karena dalam proses belajar mengajar berlangsung di kelas, setelah dterapkannya strategi penyebab data atau kesimpulan seperti yang informasi jawaban, ini dapat yang model melatih kemampuan berpikir kritis. Sedangkan pembelajaran konvensional hanya memfokuskan pada peran guru pembelajaran hands on activities dapat dilihat menyampaikan informasi secara langsung siswa mengikuti dan kurang mengaitkan pelajaran dengan pembelajaran, mulai terlibat aktif dalam lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa proses mampu tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran memaparkan apa yang mereka telah pahami. yang dapat membuat siswa kehilangan Perubahan aktivitas siswapun dapat terlihat semangat untuk belajar. sangat antusias pembelajaran serta dari siswa yang memperhatikan guru saat Dengan membandingkan kedua cara menjelaskan dan berani bertanya mengenai penyajian pelajaran yang digunakan tersebut, penjelasan guru yang kurang dimengerti. Dari maka diduga bahwa hasil belajar siswa yang perubahan diajar dengan menggunakan pembelajaran aktivitas siswa ini setelah diterapkan pembelajaran berbasis hands on berbasis hands memperlihatkan on hasil activities yang lebih akan baik JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 114 daripada hasil belajar siswa yang diajar tugas), secara konvensional. signifikan, dengan artian bahwa perbedaan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diperoleh memperlihatkan bahwa meskipun perbedaannya tidak tersebut tidak dapat diberlakukan pada seluruh kelas. kemampuan berpikir kritis siswa kelas X Pada MAN 2 MODEL MAKASSARyang diajar menggunakan uji dengan menggunakan pembelajaran berbasis menunjukkan bahwa hands on activities memperlihatkan hasil berpikir kritis fisika untuk dua kelompok yang tidak jauh lebih baik dari pada siswa berdistribusi normal.Dari hasil perhitungan yang diajar secara konvensional (ceramah pengujian dan pemberian tugas). Untuk mengetahui menunjukkan bagaimana dengan menggunakan pembelajaran berbasis peranan kedua model analisis inferensial normalitas data pembelajaran hands fisika siswa, penulis melakukan analisis hasil pembelajaran secara konvensional berasal belajar fisika siswa pada masing-masing dari populasi yang mempunyai varians yang kategori. homogen. siswa yang activities populasi pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar Tidak terdapat on pada data, kemampuan homogenitasvarians bahwa dengan Pengujian maupun pada hipotesis ini mendapat skor pada kategori sangat rendah, menggunakan uji-t dua pihaktidak terdapat populasi siswa yang mendapat skor pada perbedaan yang signifikan antara kemampuan kategori rendah lebih besar pada kelompok berpikir kritis fisikasiswa yang diajar dengan kontrol kelompok menggunakan pembelajaran berbasis hand on eksperimen, populasi siswa yang mendapat activities dengan kemampuan berpikir kritis skor pada kategori sedang lebih besar pada siswa yang diajar secara konvensional. kelompok dibandingkan kontrol pada pada Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kelompok eksperimen, populasi siswa yang dikemukakan bahwa pembelajaran dengan mendapat skor pada kategori tinggi lebih menggunakan pembelajaran berbasis hands besar on activitieslebih baik daripada pembelajaran pada dibandingkan dibandingkan kelompok pada eksperimen kelompok kontrol, konvensional. Dengan demikian salah satu populasi siswa yang mendapat skor pada upaya dilakukan untuk kategori sangat tinggi lebih besar pada meningkatkan kemampuan berpikir fisika kelompok eksperimen dibandingkan pada adalah dengan memberikan pembelajaran kelompok kontrol. Dari hasil analisis di atas dengan menggunakan pembelajaran fisika terlihat bahwa hasil belajar siswa dengan berbasis hands on activities kepada siswa. menggunakan pembelajaran fisika berbasis hands on activities lebih baik dibanding dengan dengan hasil belajar siswa yang diajar secara konvensional (ceramah dan pemberian yang dapat JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 115 disarankan V. PENUTUP guru fisika hendaknya lebih mempertimbangkan A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data pada bab terdahulu, maka penelitian ini memberi kesimpulan bahwa terdapat kepada perbedaan yang kemampuan berpikir kritis signifikan antara peserta penggunaan strategi hands on activities, sebagai salah satu strategi yang perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. PUSTAKA didik yang diajar menggunakan pembelajaran fisika berbasis hands on activities dengan peserta didik yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional di MAN 2 MODEL MAKASSAR, dimana kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas control. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru dalam sebagai pemegang proses belajar kendali mengajar hendaknya melakukan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengaktifan siswa. 2. Kepada peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi hands on activities. 3. Karena adanya perbedaan dari penggunaan pengajaran ini maka [1] Ali, Muhammad. 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo [2] Arikunto,Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. [3] Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka cipta. [4] Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. [5] 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo [6] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta [7] 2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta [8] Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [9] Tiro, Muhammad Arif. 2000. Dasar – dasar statistika. Makassar. Penerbit UNM [10] Trianto, 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Surabaya: Kencana [11] Uno, Hamjah B & Muhammad, Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara..