Jurnal Pendidikan Fisika

advertisement
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 105
Jurnal Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Makassar
Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas X MAN 2 Model Makassar
Andi Yurisah Prastika Wulandari¹), Muh.Tawil²), Bunga Dara Amin³)
Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar 1)
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Makassar 2),3)
Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 860 132, Gedung Keguruan Kampus Talasalapang Makassar-Sulsel
E-mail : [email protected]
Abstrak - Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Static Group Comparasion Randomized
Control) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis fisika siswa kelas X MAN 2 Model
Makassar yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis hands on activities dengan siswa yang
diajar secara konvensional, untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar
menggunakan dengan menggunakan pembelajaran berbasi hands on activities dengan siswa yang diajar
secara konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Model Makassar
tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 10 kelas, sedang sampel penelitian diambil melalui prosedur
random kelas dan diperoleh kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 38 siswa dan kelas X2
sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 38 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika
yang berbentuk essay pada pokok bahasan ”Suhu dan Kalor”. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
mengungkapkan bahwa skor kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dari skor hasil belajar
kelompok kontrol. Hasil analisis inferensial mengungkapkan bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika kelas
eksperimen berada pada skor 24 – 25 dan skor rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol berada pada
skor 20 – 21. Dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan
berpikir kritis fisika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis hands on activities dan
kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar secara konvensional meskipun tidak signifikan.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, pembelajaran berbasis Hands On Activities, belajar fisika.
Abstrack - This research constitute experiment research (Static is Comparasion Randomized Control's
Group) one that intent to know ability thinks critical student physics braze x MAN 2 Makassar's Models
that is taught by use of learning gets hands on activities's basis with student that is taught conventionally,
to know the difference ability thinks critical student which teaching to utilize by use of learning gets stale
hands on activities with student that is taught conventionally. Population in observational it is exhaustive
student braze x MAN 2 Makassar's Models school years 2013 / 2014 ones consisting of 10 classes, be
observational sample to be taken procedure thru random brazes and gotten by class x 1 as class of
consisting of experiment 38 students and classes x 2 as class of consisting of control 38 students.
Instrument that is utilized is essay to usufruct physics studying that gets to form essay on subject
discussion ” Temperature and Kalor ”. Base analisis's result descriptive cast that ability score thinks
critical experiment class overbid of result score study control group. analisis inferensial's result reveals
that score average yielding learned physics brazes experiment lie on score 24 – 25 and scores average
yielding learned physics brazes to control lies on score 20 – 21. Of hypthosts testing points out that exists
distinctive among ability think critical student physics that is taught by use of learning gets hands on
activities's basis and ability thinks critical student physics that is taught conventionally despite is not
signifikan.
Key word: Ability thinks Critical, learning gets Hands On Activities's basis phyisics study.
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 106
I.
Dengan
PENDAHULUAN
Berdasarkan
masalah yang diuraikan di atas dan diperoleh
wawancara yang dilakukan di MAN 2
fakta bahwa masih rendahnya aktivitas dan
MODEL MAKASSAR yang dilaksanakan
prestasi
pada
terdorong
01
Mei
observasi
masalah-
dan
tanggal
hasil
memperhatikan
2013
diperoleh
belajar
siswa,
untuk
maka
melalukan
penulis
penelitian,
keterangan bahwa tingkat penguasaan siswa
dengan judul “penerapan
terhadap mata pelajaran Fisika masih rendah.
Fisika Berbasis Hands On Activities untuk
Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
untuk mata pelajaran IPA Fisika di kelas X
siswa
ada 24 orang yang mendapat nilai di bawah
MAKASSAR“.
KKM dengan presentase 75% dari 32 siswa
kelas
Pembelajaran
XMAN
Berdasarkan
2
latar
MODEL
belakang
yang
yang tidak tuntas atau tidak mencapai stándar
dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan
kompetensi yang telah ditentukan, sedangkan
masalahnya yaitu:
yang tuntas hanya sebanyak 8 orang dengan
1.
persentase
25,00%.
Dengan
kriteria
Seberapa besar kemampuan berpikir
kritis fisika siswa kelas X
ketuntasan minimal (KKM)yang ditetapkan
MODEL
untuk mata pelajaran IPA Fisika MAN 2
tanpa menggunakan model pembelajaran
MODEL MAKASSAR yaitu 68 dengan
berbasis
ketuntatasan signifikannya yaitu 70.
(konvensional)?
Hal
tersebut
mungkin
dikarenakan
2.
MAKASSAR
MAN 2
hands
yang
on
activities
Seberapa besar kemampuan berpikir
pembelajaran yang dilaksanakan guru lebih
kritis fisika siswa kelas X
banyak menekankan pada aspek penge-
MODEL
tahuan
dengan
dan
pemahaman
saja.
Selama
MAKASSAR
pembelajaran
ceramah yang hanya menyampaikan konsep
activities?
saja.
memberikan
Pembelajaran
konsep
sains
yanghanya
menyebabkan
3.
Apakah
daya
menggunakan
mengaplikasikan
yang
diajar
model
hands
perbedaan
on
yang
signifikan antara kemampuan berpikir
kritis
dalam
berbasis
terdapat
siswa kurang terlatih untuk mengembangkan
nalarnya
MAN 2
menggunakan
pembelajaran guru lebih banyak memberikan
sains
diajar
fisika
diajar
model
pembelajaran
berbasis
kehidupan
kemampuan berpikir kritis fisika yang
berpikir
kritis
sehingga
siswa
kemampuan
kurang
dapat
diajar
tanpa
on
dengan
konsep-konsep yang telah dipelajari dalam
nyata
hands
yang
activitiesdengan
menggunakan
berkembang denganbaik. Oleh sebab itu,
pembelajaran
perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil
activities (konvensional) siswa kelas X
belajar serta membiasakan siswa berpikir
MAN 2 MODEL MAKASSAR?
kritis sesuai dengan tuntutan kurikulum.
berbasis
model
hands
on
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 107
II. LANDASAN TEORI
kepercayaan dan tindakan. (dalam Tawil
1.
2013: 7)
Pengertian Pembelajaran
Di
dalam
undang-undang
Republik
3.
Pembelajaran Hands on Activities
Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem
dalam pembelajaran Fisika
pendidikan
bahwa
Hands on activity adalah suatu model
“Pembelajaran adalah proses interaksi antara
yang dirancang untuk melibatkan siswa
peserta didik dengan pendidik dan sumber
dalam menggali informasi dan bertanya,
belajar pada suatu lingkugan belajar”. Bahwa
beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan
pengertian ini terdapat beberapa kata kunci
data
diantaranya interaksi, sumber belajar dan
kesimpulan sendiri. Siswa diberi kebebasan
lingkungan belajar.Interaksi yang dimaksud
dalam mengkonstruk pemikiran dan temuan
disini adalah hubungan timbal balik antara
selama melakukan aktivitas sehingga siswa
peserta didik dengan pendidik yang bersifat
melakukan sendiri dengan tanpa beban,
mendidik yang dalam pandangan Ki Hadjar
menyenangkan dan dengan motivasi yang
Dewantara, peserta didik dengan lingkungan,
tinggi.
peserta didik dengan peserta didik lainnya
pembelajaran
serta
karakteristik sebagaimana disebutkan oleh
nasional
pendidik
sedangkan
dimaksud
dinyatakan
dengan
sumber
adalah
lingkungannya,
belajar
Menurut
disini
yang
Rohani
dan
dan
menganalisis
Kegiatan
ini
serta
membuat
menunjang
kontekstual
sekali
dengan
(Hatta dalam Moh. Amin, 2007:2) yaitu:
kerjasama,
saling
belajar
belajar dalam pengajaran adalah segala apa
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber,
yang dapat digunakan dan dapat mendukung
siswa
proses/kegiatan secara lebih efektif dan dapat
membosankan, sharing dengan teman, siswa
memudahkan
kritis dan guru kreatif.
pengajaran/belajar,
tersedia
tujuan
baik
B.
tidak
Hipotesis Penelitian
antara kemampuan berpikir kritis
Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses disiplin
yang secara intelektual aktif dan terampil
mengkonseptualisasi,
menerapkan,
mensintesis,
dan
atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan
dari atau
menyenangkan,
Terdapat perbedaan yang signifikan
yang abstrak.
menganalisis,
pembelajaran
yang
langsung/tidak langsung, baik yang konkret/
2.
aktif,
bergairah,
gembira,
Ahmadi (dalam Muflih, 2012:8) sumber
pencapaian
dengan
menunjang,
dihasilkan oleh,
pengamatan,
pengalaman,
refleksi,
penalaran,
komunikasi,
sebagai
panduan
atau
untuk
fisika
siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis hands on
activitiesdengan kemampuan berpikir kritis
fisika siswa yang diajar tanpa menggunakan
model pembelajaran berbasis hands on
activities (konvensional).
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 108
O1 = Pengukuran kelompok eksperimen
III. METODE PENELITIAN
setelah perlakuan
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
O2 = Pengukuran kelompok kontrol
Jenis penelitian ini yaitu penelitian
Eksperimen.
C. Definisi Operasional Variabel
2. Lokasi Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian
Lokasi penelitian bertempat di MAN 2
MODEL MAKASSAR
B.
setelah perlakuan
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran fisika berbasis Hands on
activitiesadalah
Variabel dan Disain Penelitian
modelpembelajaran
1. Variabel Penelitian:
yang diterapkan guru dalam kelas
a. Variabel bebas
dengan
: Pembelajaran fisika
berbasis Hands on Activities
melibatkan
menggali
b. Variabel terikat : kemampuan berpikir
kritis
informasi
beraktivitas
dan
siswa
dan
dalam
bertanya,
menemukan,
mengumpulkan data dan menganalisis
2. Desain Penelitian:
serta membuat kesimpulan sendiri.
Desain penelitian yang digunakan The
b. Kemampuan berpikir kritis adalah
static group comparasion randomized
kemampuan
control. Desain penelitian ini adalah
mengkonseptualisasi,
merupakan salah satu jenis penelitian
menganalisis, mensintesis, dan atau
pra
mengevaluasi
eksperimen
yang
dapat
digambarkan sebagai berikut:
R
X
O1
R
-
O2
dalam
menerapkan,
informasi
yang
dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh,
pengamatan,
pengalaman,
ferleksi,
penalaran, atau komunikasi sebagai
(Khaeruddin, 2006:92)
panduan
untuk
kepercayaan
dan
tindakan.
Keterangan
D. Populasi dan Sampel Penelitian
R
= Random adalahpengacakan kelas
dalam
X
pengambilan
sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
penelitian
seluruh
= Menyatakan perlakuan pada kelas
MODEL MAKASSAR Tahun Ajaran
eksperimen
2013/2014 yang berjumlah 38 orang
(pengajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran
berbasis hands on activities )
-
1. Populasi Penelitian
siswa
kelas
X
MAN
2
dalam kelas.
2. Sampel Penelitian
= Menyatakan perlakuan pada kelas
Pengambilan sampel dalam penelitian
kontrol ( tanpa tindakan)
ini menggunakan sampel acak, yakni
kelas yang diacak untuk memilih kelas
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 109
E.
eksperimen yang berjumlah 38 orang
tujuan pembelajaran dengan sub-sub
dan kelas kontrol yang berjumlah 38
keterampilan
proses.
orang dalam kelas.
dilakukan
revisi
memperbaiki,
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah
dilaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan tes kemampuan berpikir kritis
berupa tes tertulis berbentuk essay untuk
mengukur seberapa kemampuan berpikir
kritis fisika siswa kelas X MAN 2 MODEL
MAKASSAR
yang
diajar
dengan
menggunakan model pembelajaran hands on
mengurang
dan
berdasarkan saran ahli. Hasil revisi
tersebut kemudian diuji cobakan kepada
kelas yang telah mempelajari pokok
bahasan yang akan diujikan. Rumus
korelasi yang dapat digunakan adalah
yang dikemukakan oleh Pearson yang
dikenal dengan rumus korelasi product
1. Instrumen Penelitian
Langkah-langkah
yang
𝑁
(𝑁
ditempuh
π‘‹π‘Œ −( 𝑋
2
𝑋 2 − ( 𝑋 ) )(𝑁
dalam
pengembangan tes tersebut sebagai berikut:
π‘Œ)
2
π‘Œ 2 − ( π‘Œ) )
(Riduwan, 2011:98)
dengan,
Tahap Pertama
X= nilai tes formatif;
Menyusun soal tes, tes yang digunakan
Y= nilai yang diperoleh pada uji coba;
berupa test tertulis berbentuk essay, baik
N= banyaknya testi (subjek)
untuk test kemampuan awal siswa
maupun untuk tes kemampuan berpikir
kritis siswa. Tipe essay sengaja dipilih
agar
dapat
kemampuan
dilihat
siswa
bagaimana
sesungguhnya
melalui urai jawaban yang diberikan.
Tahap Kedua
Menurut
2007:29
atau
menambahkan hal-hal yang dikoreksi
π‘Ÿπ‘₯𝑦 =
b.
instrumen,
moment sebagai berikut:
activities.
a.
Selanjutnya
Sudjana
dalam
(Marnasusanti,
Sumarni,
2013:25),
Tabel 1. Kriteria Validitas
Nilai Koefisien
Korelasi (rxy)
0,800-1,00
0,600-0,800
0,400-0,600
0,200-0,400
0,00 -0,200
≤ 0,00
Menurut
2007:21
Kriteria
Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Tidak valid
Sudjana
dalam
(Marnasusanti,
Sumarni,
2013:26),
validitas berkenaan dengan ketepatan
reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau
alat ukur terhadap konsep yang diukur
keajegan alat tersebut dalam mengukur apa
sehingga benar-benar mengukur apa
yang diukurnya. Rumusan yang digunakan
yang seharusnya diukur. Sebelum diuji
untuk menghitung reliabilitas tes adalah
cobakan, instrumen divalidasi terlebih
rumusan
dahulu oleh ahli yang berkompeten
bentuk uraian. Rumus yang digunakan adalah
dibidang
rumus Alpha.
fisika
yang
menyesuaikan
untuk
menghitung
reliabilitas
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 110
 n οƒΉ
r11 ο€½ οƒͺ
 n ο€­ 1
 s 2 ο€­ οƒ₯ pq οƒΉ
οƒͺ
οƒΊ
s2
οƒͺ

memperdalam
pemahaman
siswa,
guru
memberikan proyek. Tugas proyek yang
(Arikunto, 2012:122)
diberikan menarik bagi siswa dan tingkat
kesukaran
Keterangan:
proyek
disesuaikan
dengan
kemampuan siswa. Setelah proyek selesai
r = reliabilitas tes secara keseluruhan;
11
dilaksanakan,
n = banyak item soal;
siswa
mempresentasikan
2
s = jumlah varians r;
dibimbing
hasil
proyek
untuk
mereka,
berbagi pengalaman selama pembuatan, dan
saling
Tabel 2. Kriteria Reliabilitas
Nilai reliabilitas
Kriteria
(r11)
reliabilitas
0,80 ≤ r
Tinggi
0,40 ≤ r < 0,80
Sedang
r < 0,40
Rendah
memberikan
tanggapan.
Diakhir
pembelajaran guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
dan memberikan tes evaluasi kepada siswa.
Dalam model ini, kemampuan berpikir kritis
Item yang telah diuji validitas dan
siswa dilatih selama proses penyelidikkan
reliabilitas digunakan untuk tes kemampuan
serta saat pembutan proyek. Model seperti
berpikir
yang
kritis
baik
pada
kelompok
dijelaskan
tersebut
mampu
eksperimen maupun kontrol.
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
F. Prosedur Penelitian
serta meningkatkan hasil belajar.
Deskripsi
berbasis
pelaksanaan
hands
on
pembelajaran
activities
dijelaskan
sebagai berikut: Guru memulai pembelajaran
dengan
memberikan
LKS
yang
berisi
pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan
rasa ingin tahu siswa serta membimbing
siswa untuk mengajukan hipotesis. Setelah
siswa berhipotesis guru membimbing siswa
melakukan penyelidikkan untuk menguji
hipotesis.
Setelah
percobaan
atau
siswa
melakukan
penyelidikkan,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Hasil Analisis Deskriptif
Adapun gambaran kemampuan berpikir
kritis fisika antara kedua kelompok, yaitu
kelompok
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan pembelajaran berbasis hands
on activities sebagai kelompok eksperimen
dan kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional
siswa
sebagai kontrol pada pokok bahasan “suhu
berdiskusi dan menarik kesimpulan dari hasil
dan kalor”, yang dirangkum dalam tabel
percobaan dengan bimbingan guru. Selama
diskusi guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk bertanya ataupun memberikan
tanggapan. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dengan memberikan kata kunci
atau pertanyaan-pertanyaan pancingan. Untuk
dibawah ini:
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 111
Tabel 3. Statistik Skor kemampuan berpikir
kritis Fisika Kelompok Eksperimen
dan kelompok kontrol siswa kelas
X MAN MODEL MAKASSAR.
Nilai Statistik
Statistik
Kelompok Kelompok
eksperimen
kontrol
Ukuran sampel
38
38
Skor tertinggi
30
27
Skor terendah
17
12
Rentang skor
13
15
Skor rata
24,66
20,08
Standar deviasi
2,93
3,98
Varians
8,58
15,84
Tabel 4. Frekuensi dan Kategori Skor
kemampuan berpikir kritis
PesertaDidik Pada
Pretest
BerdasarkanTaksiran Rata-Rata
Interval Skor Frekuensi Kategori
<12,04
28
Rendah
12,04< µ<14,08
7
Sedang
>14,08
3
Tinggi
Jumlah
38
Dengan menggunakan analisis taksiran
12,04<µ<14,08 pesertadidik berada dalam
Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh
bahwa Skor<12,04 pesertadidik berada dalam
kategori
rendah
denganfrekuensi
28,
pengkategorian
kategori sedang denganfrekueni 7, dan
kemampuan berpikir kritis fisika pada pokok
>14,08 pesertadidik berada dalam kategori
bahasan
tinggi
rata-rata,
maka
kriteria
“Suhu
dan
Kalor”
dapat
denganfrekuensi
bahwa
3.
hasil
Hal
ini
digambarkan seperti berikut ini:
menunjukkan
kemampuan
a. Deskripsikemampuan berfikir kritis fisika
berpikir kritis peserta didik yang diajar
untuk kelompok eksperimen
dengan penggunaan Hands On Activities
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor
Fisika kategori sedang.
rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas
Tabel
eksperimen adalah 24,66 dengan nilai
maksimum 30 dan nilai minimum 17 dari
skor total 38 yang mungkin dicapai serta
standar deviasi 2,93.
b. Deskriptif kemampuan berpikir kritis
5.
Frekuensidan Kategori Skor
kemampuan berpikir kritis
PesertaDidik Pada Post tes
BerdasarkanTaksiran Rata-Rata
Interval Skor Frekuensi Kategori
<23,91
5
Rendah
23,91< µ<25,41
18
Sedang
15
Tinggi
>25,41
Jumlah
38
fisika untuk kelompok control
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa skor
rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas
kontrol
adalah
20,08
dengan
nilai
maksimum 27 dan nilai minimum 12 dari
skor total 38yang mungkin dicapai serta
standar deviasi 3,8.
Data disajikan dalam bentuk tabel
berdasarkan ketegori penilaian hasil belajar
siswa sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 5 di atas diperoleh
bahwa Skor <23,91 peserta didik berada
dalam kategori rendah dengan frekuensi 5
dan 23,91< µ<25,41 peserta didik berada
dalam kategori sedang dengan frekuensi 18,
dan >µ<25,41 peserta didik berada dalam
kategori
tinggi
Berdasarkan
dengan
frekuensi
pengkategorian
15.
kemampuan
berpikir kritis , Skor tersebut berada pada
kategori tinggi.
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 112
1.
activitiesmaupun
Analisis Statistik Inferensial
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
pembelajaran
dengan
menggunakan
konvensional
berasal
dari
dilakukan pengujian normalitas, homogenitas
populasi yang mempunyai varians yang
dan hipotesis.
homogen (perhitungan selengkapnya dapat
a. Pengujian Normalitas
dilihat pada lampiran B.3).
Pengujian normalitas bertujuan untuk
2.
menyatakan apakah data skor kemampuan
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan
berpikir kritis fisika pada pokok bahasan
uji-t
dua
“kalor dan suhu” untuk masing-masing
adalah:“Terdapat perbedaan yang signifikan
kelompok perlakuan berasal dari populasi
dalam pencapaian kemampuan berpikir kritis
berdistribusi normal.
fisika
siswa
pihak.
yang
hipotesisnya
diajar
dengan
Berdasarkan hasil analisis data (lampiran
menggunakan pembelajaran fisika berbasis
D.2, analisis statistik inferensial) dengan
hands on activitiedengan siswa yang diajar
menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh
dengan
hasil
konvensional”.
data
Hasil
pengujian
normalitas
menggunakan
pembelajaran
2
π‘₯β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
=
Berdasarkan hasil analisis (lampiran
kelas
B.4), maka diperoleh nilai thitung = 5,066 dan
eksperimen. Dan untuk kelompok kontrol
ttabel =2,000 dengan taraf nyata  = 0.05.
menunjukkan
bahwa
2
4,665<π‘₯β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
=
nilai
7,815
untuk
2
diperoleh nilaiπ‘₯β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
= 3,656<π‘₯ 2 tabel =7,815.
Hal ini menunjukkan bahwa data hasil belajar
fisika dari kedua kelompok berdistribusi
normal dengan taraf nyata  = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas,
ternyata data yang diperoleh dari populasi
yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas varians populasi.
hasil
perhitungan
Fhitung = 1,23 dan nilai Ftabel = 1,84, karena
Fhitung< Ftabel , maka dapat disimpulkan bahwa
data skor hasil belajar fisika pada pokok
bahasan suhu dan kalor , kedua metode
baik
pembelajaran fisika
yang
menggunakan
berbasis
diantara -2,000 dan +2,000, maka hipotesis
Ho ditolak dan hipotesis H1 diterima. Hal ini
berarti “terdapat perbedaan yang signifikan
fisikasiswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran
hands on
fisika
berbasis
hands
on
activities dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.”
Dengan demikian dapat disimpulkan
pengujian
homogenitas varians populasi diperoleh nilai
pembelajaran
thitung tidak terletak
dalam hai ini skor keterampilan proses
b. Pengujian Homogenitas
Dari
Jadi, diperoleh bahwa
bahwa hasil belajar fisika pada pokok
bahasan “kalor dan suhu” siswa kelas yang
diajar
dengan
menggunakanpembelajaran
fisika berbasis hands on activities lebih baik
dari
pada
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 113
B.
activities kenyataan yang diperoleh bahwa
Pembahasan
Penelitian
eksperimen
ini
merupakan
yang
penelitian
hasil belajarnyapun mengalami peningkatan.
membandingkan
Pada pelaksanaan hands on activities,
kemampuan berpikir kritis fisika antara kelas
berbagai aktivitas belajar telah dilakukan
eksperimen yang diajar dengan menggunakan
oleh para siswa. Namun tidak semua aktivitas
model pembelajaran hand on activitiesdengan
itu bisa terpantau satu persatu. Beberapa
kelas
dengan
aktivitas yang diperlihatkan oleh siswa
pembelajaran
dianggap cukup mewakili keaktifan siswa
kontrol
menggunakan
yang
diajar
model
konvensional.
dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas
Analisis deskriptif, skor kemampuan
berpikir kritis
dengan
fisika siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran fisika
belajar telah diamati baik oleh observer
maupun dokumentasi kamera. Dalam proses
hands
on
activities
terdapat
beberapa
berbasis hands on activities dan siswa yang
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
diajar dengan menggunakan pembelajaran
siswa, sepertimerumuskan dugaan sementara
konvensional diperoleh hasil yang berbeda.
yang mungkin menjadi jawaban masalah,
Dalam hal ini, skor rata-rata kemampuan
mengidentifikasi
berpikir kritis fisika kelas eksperimen lebih
mempengaruhi masalah, mengumpulkan dan
tinggi dibanding dengan skor rata-rata kelas
menganalisis
control, ini dapat di lihat di lampiran D. Skor
diperlukan dan langkah yang terakhir adalah
rata-rata kemampuan berpikir kritis fisika
menarik
kelas eksperimen
pembelajaran
lebih tinggi dibanding
dengan skor rata-rata kelas control karena
dalam proses belajar mengajar berlangsung di
kelas,
setelah
dterapkannya
strategi
penyebab
data
atau
kesimpulan
seperti
yang
informasi
jawaban,
ini
dapat
yang
model
melatih
kemampuan berpikir kritis.
Sedangkan pembelajaran konvensional
hanya
memfokuskan
pada
peran
guru
pembelajaran hands on activities dapat dilihat
menyampaikan informasi secara langsung
siswa
mengikuti
dan kurang mengaitkan pelajaran dengan
pembelajaran, mulai terlibat aktif dalam
lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa
proses
mampu
tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran
memaparkan apa yang mereka telah pahami.
yang dapat membuat siswa kehilangan
Perubahan aktivitas siswapun dapat terlihat
semangat untuk belajar.
sangat
antusias
pembelajaran
serta
dari siswa yang memperhatikan guru saat
Dengan membandingkan kedua cara
menjelaskan dan berani bertanya mengenai
penyajian pelajaran yang digunakan tersebut,
penjelasan guru yang kurang dimengerti. Dari
maka diduga bahwa hasil belajar siswa yang
perubahan
diajar dengan menggunakan pembelajaran
aktivitas
siswa
ini
setelah
diterapkan pembelajaran berbasis hands on
berbasis
hands
memperlihatkan
on
hasil
activities
yang
lebih
akan
baik
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 114
daripada hasil belajar siswa yang diajar
tugas),
secara konvensional.
signifikan, dengan artian bahwa perbedaan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
yang
diperoleh
memperlihatkan
bahwa
meskipun
perbedaannya
tidak
tersebut tidak dapat diberlakukan pada
seluruh kelas.
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X
Pada
MAN 2 MODEL MAKASSARyang diajar
menggunakan
uji
dengan menggunakan pembelajaran berbasis
menunjukkan
bahwa
hands on activities memperlihatkan hasil
berpikir kritis fisika untuk dua kelompok
yang tidak jauh lebih baik dari pada siswa
berdistribusi normal.Dari hasil perhitungan
yang diajar secara konvensional (ceramah
pengujian
dan pemberian tugas). Untuk mengetahui
menunjukkan
bagaimana
dengan menggunakan pembelajaran berbasis
peranan
kedua
model
analisis
inferensial
normalitas
data
pembelajaran
hands
fisika siswa, penulis melakukan analisis hasil
pembelajaran secara konvensional berasal
belajar fisika siswa pada masing-masing
dari populasi yang mempunyai varians yang
kategori.
homogen.
siswa yang
activities
populasi
pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar
Tidak terdapat
on
pada
data,
kemampuan
homogenitasvarians
bahwa
dengan
Pengujian
maupun
pada
hipotesis
ini
mendapat skor pada kategori sangat rendah,
menggunakan uji-t dua pihaktidak terdapat
populasi siswa yang mendapat skor pada
perbedaan yang signifikan antara kemampuan
kategori rendah lebih besar pada kelompok
berpikir kritis fisikasiswa yang diajar dengan
kontrol
kelompok
menggunakan pembelajaran berbasis hand on
eksperimen, populasi siswa yang mendapat
activities dengan kemampuan berpikir kritis
skor pada kategori sedang lebih besar pada
siswa yang diajar secara konvensional.
kelompok
dibandingkan
kontrol
pada
pada
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
kelompok eksperimen, populasi siswa yang
dikemukakan bahwa pembelajaran dengan
mendapat skor pada kategori tinggi lebih
menggunakan pembelajaran berbasis hands
besar
on activitieslebih baik daripada pembelajaran
pada
dibandingkan
dibandingkan
kelompok
pada
eksperimen
kelompok
kontrol,
konvensional. Dengan demikian salah satu
populasi siswa yang mendapat skor pada
upaya
dilakukan
untuk
kategori sangat tinggi lebih besar pada
meningkatkan kemampuan berpikir
fisika
kelompok eksperimen dibandingkan pada
adalah dengan memberikan pembelajaran
kelompok kontrol. Dari hasil analisis di atas
dengan menggunakan pembelajaran fisika
terlihat bahwa hasil belajar siswa dengan
berbasis hands on activities kepada siswa.
menggunakan pembelajaran fisika berbasis
hands on activities
lebih baik dibanding
dengan dengan hasil belajar siswa yang diajar
secara konvensional (ceramah dan pemberian
yang
dapat
JPF | Volume 3 | Nomor 2 | ISSN: 2302-8939 | 115
disarankan
V. PENUTUP
guru
fisika
hendaknya lebih mempertimbangkan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisis data pada bab terdahulu, maka
penelitian ini memberi kesimpulan bahwa
terdapat
kepada
perbedaan
yang
kemampuan berpikir kritis
signifikan
antara peserta
penggunaan
strategi
hands
on
activities, sebagai salah satu strategi
yang perlu dikembangkan dalam
proses belajar mengajar.
PUSTAKA
didik yang diajar menggunakan pembelajaran
fisika berbasis hands on activities dengan
peserta didik yang diajar menggunakan
pembelajaran
konvensional
di
MAN
2
MODEL MAKASSAR, dimana kemampuan
berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas control.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas, maka dalam upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
fisika, maka diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Guru
dalam
sebagai
pemegang
proses
belajar
kendali
mengajar
hendaknya melakukan pembelajaran
yang
menitikberatkan
pada
pengaktifan siswa.
2. Kepada peneliti lain disarankan agar
melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai strategi hands on activities.
3. Karena
adanya
perbedaan
dari
penggunaan pengajaran ini maka
[1] Ali, Muhammad. 2010. Guru dalam
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:Sinar Baru Algensindo
[2] Arikunto,Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
[3] Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru &
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka cipta.
[4] Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
[5] 2012. Model-Model Pembelajaran.
Bandung: Rajagrafindo
[6] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
[7] 2013. Metode penelitian pendidikan.
Bandung : Alfabeta
[8] Suprijono, Agus. 2012. Cooperative
Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[9] Tiro, Muhammad Arif. 2000. Dasar –
dasar statistika. Makassar. Penerbit
UNM
[10] Trianto, 2009. Mendesain model
pembelajaran
inovatif-progresif.
Surabaya: Kencana
[11] Uno, Hamjah B & Muhammad, Nurdin.
2011. Belajar dengan Pendekatan
PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara..
Download