HUBUNGAN DETEKSI DINI PAP SMEAR DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR USIA 20-35 TAHUN DI POLI ONKOLOGI RSUD DR.SOEGIRI LAMONGAN Heny Ekawati …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Kanker serviks merupakan tumor ganas yang mengalami pembelahan abnormal pada daerah mulut rahim. Faktor pendukung terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seks dini, usia perkawinan muda atau wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang/lebih dan beberapa faktor lain. Salah satu deteksi dini kanker serviks untuk mengetahui adanya perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah dengan cara pap smear. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada pasangan usia subur (20-35 tahun) di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Desain penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional dengan metode sampling yaitu simple random sampling. Populasinya yaitu seluruh PUS usia 20-35 tahun yang berkunjung di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan November 2011Januari 2012 berjumlah 157 orang, dengan jumlah sampel sebanyak 112 orang. Variabel dependen yaitu deteksi dini pap smear dan variabel independen yaitu kejadian kanker serviks. Instrumen penelitian menggunakan data sekunder dengan lembar observasi. Pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating dan uji Chi-square dengan p<0,05. Hasil penelitian ini didapatkan hampir sebagian atau 28.0% responden mengikuti pap smear dan sebagian kecil atau 7.6% responden terkena kanker serviks. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh hasil yang signifikan dimana p=0,003 (p<0,05) sehingga ada hubungan antara deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Saran bagi petugas kesehatan adalah memberikan promosi kesehatan agar pasangan usia subur mengikuti pap smear sebagai pencegahan terjadinya kanker serviks. Kata kunci : pap smear, kejadian kanker serviks PENDAHULUAN. …… . … …. keadaan dini. Dinegara berkembang, penyakit kanker makin banyak jumlahnya seiring dengan makin tingginya usia harapan hidup, tetapi kedatangannya dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kemiskinan serta sosial ekonomi. WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030 (Dinas Kominfo Prov Jatim, 2009). Menurut Yayasan Kanker Indonesia, penyakit kanker serviks ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan didunia dan terdapat Kanker serviks merupakan kanker dengan keganasan nomer 3 yang terjadi paling sering pada alat kandungan dan menempati urutan ke-8 dari keganasan pada perempuan di Amerika (Faisal yatim, 2005). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim atau uterus dengan liang senggama atau vagina (Yohanes Riono, 2008). Dinegara maju, masalah penemuan lesi pra serviks telah menjadi bagian dari pelayanan rutin kesehatan masyarakat sehingga diharapkan kejadian kanker serviks akan makin berkurang atau dijumpai dalam SURYA 52 Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Hubungan Deteksi Dini PAP Smear dengan Kejadian Kanker Serviks pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. lebih dari 15.000 kasus kanker baru, yang kurang lebih merenggut 8.000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Dianda, Rama. 2008). Jumlah penderita kanker di Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2005 terdapat 1.600 penderita, tahun 2008 meningkat menjadi 3.821 penderita, dan tahun 2010 mencapai 4.736 penderita (Bappeda Jawa Timur, 2011).Menurut data rekam medik di poli onkologi RSUD Dr. Soegiri Lamongan diperoleh data kejadian kanker serviks menduduki peringkat kedua dibandingkan dengan penyakit kandungan yang lain selama tahun 2010 dengan jumlah penderita sebanyak 308 orang. Data ini menunjukkan bahwa angka kejadian kanker serviks masih tinggi di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Menurut M.N. Bustan (2007) banyak faktor resiko yang dianggap menyebabkan kanker serviks diantaranya adalah usia perkawinan muda atau hubungan seks dini, yakni sebelum usia 20 tahun. Hal ini dikarenakan perbedaan epitel serviks pada usia muda dan dewasa, batas antara bagian dalam dan bagian luar leher rahim masih terpapar ke arah luar sehingga sangat rentan terhadap paparan infeksi virus/gesekan. Pada beberapa penelitian, defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotin/retinol dinyatakan dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Faktor yang lain yaitu paritas yang tinggi serta perubahan sistem imun dan higiene seksual yang kurang. Namun penyebab kanker serviks yang paling sering terjadi adalah karena infeksi virus. Mikoorganisme yang dicurigai adalah papilloma virus atau HPV (Human Papilloma Virus). Hingga saat ini telah diidentifikasi sekitar 60 jenis HPV. Di antaranya 23 jenis yang menimbulkan infeksi alat genetal eksterna lelaki maupun wanita yaitu tipe H.(Kartinah,Eni.2011) Cara terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah dengan skreening gynaecological dan jika dibutuhkan dilengkapi dengan treatment yang terkait dengan kondisi pra kanker. Rekomendasi ACS (American Cancer Society) sebagai sarana penapisan bagi wanita menyarankan SURYA pemeriksaan pap smear (papaniculou smear) sebagai cara mencegah timbulnya kanker serviks ( Shirley E Otto, 2005). Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian diperiksa dibawah mikroskop (Bustan, 2007). Meskipun pap smear tidak otomatis mencegah kanker, pemeriksaan ini hanya cara kita untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat pra kanker (Karen Evennett, 2004). Setelah tiga kali atau lebih hasil pemeriksaan pap smear tahunan normal, pemeriksaan tersebut dapat dilakukan lebih jarang sesuai anjuran dokter (Shirley E Otto, 2005). Upaya pencegahan kanker meliputi memberikan promosi kesehatan tentang kanker serviks dan deteksi dini yang berupa pap smear. Upaya promotif utama antara lain: pendidikan seks remaja untuk mengurangi kemungkinan infeksi virus HPV, menunda hubungan seks remaja atau pendidikan seks yang bersih, mengembangkan vaksin HPV dan mengobati infeksi vaginal sehingga pH tetap dapat dipertahankan. Sedangkan upaya preventif utama yaitu: mengembangkan obat antivirus yang efektif, meningkatkan skrining terhadap kemungkinan karsinoma serviks, meningkatkan pendidikan dan melakukan skrining masyarakat yang dianggap menjadi sumber kemungkinanan karsinoma serviks uteri (Ida Bagus Manuaba DKK, 2008). Dampak yang dapat ditimbulkan bagi wanita usia subur yang tidak melakukan pap smear yaitu kejadian kematian akibat kanker serviks yang semakin meningkat. Peran perawat sebagai tenaga kesehatan adalah mendorong dan memberikan pendidikan kesehatan pada wanita usia subur melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan berfungsi memberikan pengetahuan tentang pentingnya deteksi dini (pap smear) dan keuntungan apa yang dapat diperoleh dari pemeriksaan tersebut sehingga wanita usia subur mau melakukan deteksi dini (pap smear). Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Deteksi Dini Pap Smear Dengan 53 Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Hubungan Deteksi Dini PAP Smear dengan Kejadian Kanker Serviks pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Kejadian Kanker Serviks Pada PUS usia 2035 tahun Di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan tahun 2012”. (2) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan: Tabel 2. Tabel distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan METODE PENELITIAN.… …. … Metode penelitian ini secara cross sectional dimana peneliti melakukan pengukuran atau observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada waktu tertentu untuk mencari dinamika korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh PUS usia 20-35th yang berkunjung di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan sebanyak 157 orang pada bulan November 2011 s./d Januari 2012, sedangkan Sampel pada penelitian ini adalah sebagian PUS usia 20-35 th yang berkunjung di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan sebanyak 112 selama tahun 2012.Pengumpulan data penelitian menggunakan chek list data dari Poli Onkologi RSUD Dr. Soegiri Lamongan : Data Sekunder Analisis penelitian menggunakan uji chi-Square. No. Pekerjaan 1. IRT 2. Wiraswasta 3. PNS Jumlah Mengikuti Pap smear 1. Mengikuti Pap smear 2. Tidak Mengikuti pap Smear Jumlah HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum 1) Karakteristik Responden (1) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan Frekuensi 24 orang 77 orang 11 orang 112 orang Prosentase 54,5% 42,9% 2,7% 100% Sumber data sekunder: Rekam medik Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar atau 54.5% reponden bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil atau 2.7% bekerja sebagai pegawai negeri sipil. 2.Data Khusus 1) Pap smear Tabel 3.Tabel distribusi responden berdasarkan pap smear di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan No. No. Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA Jumlah Frekuensi 61 orang 48 orang 3 orang 112 orang Frekuensi Prosentase 44 orang 39,3% 68 orang 60,7% 112 orang 100% Sumber data sekunder: Rekammedik Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar atau 60.7% responden tidak mengikuti pap smear dan hampir sebagian atau 39.3% mengikuti pap smear. 2) Kanker serviks Tabel 4. Tabel distribusi responden berdasarkan kejadian kanker serviks di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan Prosentase 21,4% 68,8% 9,8% 100% Sumber data sekunder: Rekam medik Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau 68.8% responden berpendidikan SMA dan sebagian kecil atau 9.8% sarjana No. Kejadian Kanker Servik 1. Terkena kanker servik 2. Tidak terkena kanker servik Jumlah Frekuensi Prosentase 12 10,7% 100 89,3% 112 100% Sumber data sekunder Rekammedik Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya atau 89.3% responden tidak SURYA 54 Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Hubungan Deteksi Dini PAP Smear dengan Kejadian Kanker Serviks pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. terkena kanker serviks dan sebagian kecil atau 10.7% terkena kanker serviks. 3.Hubungan deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks Tabel 5 Hubungan antara pap smear dan kejadian kanker serviks di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan No 1 2 Deteksi dini pap smear Mengik uti Tidak mengik uti Total Kejadian kanker serviks Terkena kanker serviks Ju % mla h Tidak terkena kanker serviks Prosen tase Jum lah % Ju mla h % 44 100 0 0 44 100 12 17,6 56 82,4 68 100 12 10,7 100 89,3 112 100 Uji chi-square dengan taraf signifikan P< 0,05 didapatkan hasil nilai P= 0,003 Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti pap smear dari seluruhnya atau 100% tidak terkena kanker serviks, sedangkan responden yang terkena kanker serviks sebagian atau 17,6% tidak mengikuti pap smear. Pada hasil uji chisquare dengan menggunakan SPSS for windows versi 16,0 diperoleh hasil p=0,003 dimana p<0,05 sehingga H1 diterima artinya ada hubungan deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun dipoli Onkologi RSUD Dr. Soegiri Lamongan. 2. Kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya atau 89.3% responden tidak terkena kanker serviks dan sebagian kecil atau 10.7% terkena kanker serviks. Dari penelitian ini hampir seluruhnya responden tidak terkena kanker serviks. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sebagian atau PEMBAHASAN … 1. Deteksi dini pap smear pada PUS usia 20-35 tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 60.7% responden tidak mengikuti pap smear dan hampir sebagian SURYA atau 39.3% mengikuti pap smear. Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan Poli Onkologi sebagian responden tidak mengikuti pap smear karena tidak mengetahui tujuan pap smear, tempat melakukan pap smear dan prosedur pap smear. Hal ini dapat didukung dengan tabel 2 yang menunjukkan sebagian besar atau 54.5% responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mempengaruhi pengetahuan tentang pap smear. Setiap wanita yang berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara seksual selayaknya mulai melakukan pemeriksakan pap smear. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan sering pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok, dan adanya infeksi HPV (Bustan, 2007). Pada sebagian kecil dari responden yang mengikuti pap smear mengetahui bahwa pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi secara dini sehingga mencegah terjadinya kanker serviks. Responden dapat mengetahui tentang pap smear melalui promosi kesehatan tentang cara deteksi dini kanker serviks sehingga responden termotivasi untuk mengikuti pap smear. Sebagian besar atau 68.8% responden berpendidikan SMA yang berarti pendidikan responden tidak terlalu rendah, hal ini dapat mempengaruhi pengetahuan responden tentang pap smear. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan terjadi hubungan baik secara sosial atau interpersonal yang akan berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan dalam hal ini mengenai deteksi dini kanker serviks. 55 Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Hubungan Deteksi Dini PAP Smear dengan Kejadian Kanker Serviks pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. 39.3% responden mengikuti pap smear. Pengetahuan responden yang cukup mempengaruhi pengetahuan tentang deteksi dini pencegahan kanker serviks dengan cara pap smear. Faktor pencetus kejadian kanker serviks adalah infeksi virus HPV yang didukung dengan adanya faktor presdisposisi yaitu hubungan seks dini, infeksi genetalia akibat higiene yang rendah, multipatner dan paritas tinggi. Selain itu dipengaruhi oleh faktor makanan yang rendah vitamin A, C, dan E. Faktor merokok, hal ini terlihat dari kandungan nikotin dalam rokok yang msuk pada cairan leher rahim sehingga memicu terjadinya kanker leher rahim. Faktor penggunaan kontrasepsi yang terlalu lama dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat (Rama Diandra, 2008). Deteksi dini pap smear dapat dilakukan di sarana kesehatan lain selain rumah sakit seperti di Puskesmas atau bidan praktek swasta. Hal ini juga mempengaruhi jumlah responden yang melakukan pap smear dirumah sakit hanya sebagian atau tidak semua pengunjung Poli Onkologi melakukan pemeriksaan pap smear melainkan karena kasus lain seperti pemeriksaan keputihan atau erosi serviks. Selain pap smear responden juga dapat melakukan deteksi dini lain untuk mencegah kanker serviks seperti pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). serviks. Terbukti dari hasil penelitian sebagian kecil responden yang terkena kanker serviks tidak melakukan pemeriksaan pap smear dan hampir sebagian responden yang mengikuti pap smear tidak terkena kanker serviks. Pada tabel 1 dapat dilihat hasil penelitian bahwa hampir sebagian besar atau 68.8% responden berpendidikan SMA, yang merupakan tingkat pendidikan menengah, sehingga informasi atau pengetahuan tentang pap smear dapat diterima cukup memadai. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilainilai yang baru dikenalnya (Waqid,kkk. 2007). Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku individu terhadap masalah kesehatan. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pengetahuan tentang kesehatan sehingga kesadaran untuk melakukan perawatan diri semakin tinggi dan dengan pendidikan diharapkan terdapat peningkatan perilaku kesehatan. Disini tenaga kesehatan dituntut perannya dalam memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang deteksi dini pap smear. Pemberian informasi ini ditujukan pada PUS untuk melakukan deteksi dini pap smear secara teratur karena dengan pemeriksaan ini bisa memberikan harapan pencegahan. Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menjadi kanker, atau telah berubah menjadi kanker. Setiap wanita yang berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara seksual selayaknya mulai memeriksakan pap smear. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan telah berhubungan seksual sejak remaja, 3. Hubungan antara deteksi dini pap smeap dengan kejadian kanker serviks pada PUS 20-35 tahun Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti pap smear dari seluruhnya atau 100% tidak terkena kanker serviks, sedangkan responden yang terkena kanker serviks sebagian atau 17,6% tidak mengikuti pap smear. Hasil uji Chisquare menunjukkan bahwa p=0,003 dimana p<0,05 sehingga H1 diterima, artinya ada hubungan antara deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Hal ini dapat dikatakan bahwa deteksi dini pap smear merupakan pencegahan kejadian kanker SURYA 56 Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Hubungan Deteksi Dini PAP Smear dengan Kejadian Kanker Serviks pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan. mempunyai penyakit kelamin, merokok, dan ada infeksi HPV (Bustan, 2007). Diandra, Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk kanker. Jakarta: Kata Hati KESIMPULAN DAN SARAN. Dinas Kominfo Jatim. 2009. Tercatat 160 ribu pendertita kanker diakses pada 22 november 2011 … 1.Kesimpulan Setelah menganalisis data dan melihat hasil pembahasan maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil dari identifikasi diperoleh bahwa hanya sebagian responden mengikuti pap smear di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan 2) Hasil dari identifikasi diperoleh bahwa sebagian kecil responden terkena kanker serviks di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan 3) Ada hubungan antara deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks pada PUS usia 20-35 tahun di Poli Onkologi RSUD Dr.Soegiri Lamongan 2. Saran 1) Bagi pemerintah Sebagai bahan informasi untuk program kesehatan dalam rangka mencegah kejadian kanker serviks dengan cara deteksi dini pap smear. 2) Bagi Profesi Keperawatan Perlunya perawat terlatih untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengembangkan asuhan keperawatan terutama dalam memberikan penyuluhan tentang pencegahan kanker serviks Bagi Peneliti 3) Bagi peneliti yang akan datang Hasil penelitian sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang pencegahan kanker serviks dengan cara mengikuti deteksi dini pap smear dan mengaplikasikan teori yang terkait . . .DAFTAR PUSTAKA . Faisal, Yatim DTM & H, MPH. 2005. Penyakit Kandungan: Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim, serta Gangguan Lainnya. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor Dinas Kominfo Jatim. 2011. Tercatat 160 ribu pendertita kanker diakses pada 22 november 2011 Evennett, Karen. 2004. Pap Smear: Apa Yang Perlu Anda Ketahui?. Jakarta: Arcan. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Madika Kartinah, Eni.2011.Cegah Kanker Serviks Sejak Dini.Bataviase.co.id.Diakses 22 November 2011 Manuaba, Ida Ayu Chandranita DKK. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC Otto, Shirley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Ongkologi. Jakarta: EGC Wahid,Iqbal Mubarok.2007.Buku Ajar Keperawatan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Praktek.Jakarta :EGC Yohanes, Riono. Kanker leher rahim. 1999 dalam http://dokter.indo net. Id/serviks.html. Diakses tanggal 1 November 2011 . . Bappeda Jawa Timur. 2011. Penderita Kanker di Jatim Meningkat diakses pada 22 November 2011 Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cita. SURYA 57 Vol.03, No.XIII, Desember 2012