46 TEORI HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN Oleh MUHAMMAD YASIN (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Kata Kunci : Belajar, Humanistik Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 47 A. Pendahuluan Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Menurut Arden N. Frandsen mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 48 membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik. Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, dalam Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. B. Pembahasan 1. Pengertian Teori Belajar Humanistik Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 49 proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 50 mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebuterat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan si yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicitacitakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 51 yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada penertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakanasmilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam strujtur konitif yang telah dimilikinya. Teori humanstik berpendapat bahwa belajar apapu dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yatu memanusiakan manusia. Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 52 Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli di dalam menyusun teorinya hanya terpaku pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan-pertimbangantertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masingmasing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan masongmasing. Dari penalaran di atas ternyata bahwa perbedaan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lain sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandangan semata, atau kadang-kadang hanya perbedaan aksentuasi. Jadi keterangan atau pandangan yang berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal yang satu dan sama dipandang dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori humanistik dengan pandangannyadengan pandangannya elektik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan. 2. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia. Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran. Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 53 adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Peserta didik hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik bukan sekedar penerima ilmu yang pasif. Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik: a. Manusia mempunyai belajar alami b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya. d. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil e. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara. f. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya g. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar h. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam i. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri j. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar. Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 54 Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. 3. Belajar kehidupan dan ilmu pengetahuan Jika ditanya “untuk apa anak harus sekolah”, jawaban yang biasa muncul “biar pandai”. Jika ditanya lagi “mengapa anak perlu pandai” biasanya dijawab “biar hidupnya nanti sukses”. Jadi pandai hanyalah alat untuk mengantarkan seseorang menjadi sukses. Tentu saja sukses dalam berbagai dimensinya, baik dilihat dari profesi atau pekerjaan yang ditekuni, kehidupan pribadi/keluarga dalam keagamaan dan kemasyarakatan. Kemampuan yang diperlukan agar seseorang dapat hidup dengan sukses (sebagai pribadi, sebagai hamba Tuhan, sebagai anggota masyarakat/bangsa/ negara) itulah yang disebut dengan kecakapan hidup (life skills). Beberapa ahli mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kemampuan untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif mengatasinya Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 55 secara arif dan kreatif. Definisi ini bertolak dari asumsi bahwa dalam kehidupan kita selalu dihadapkan dengan masalah, karena masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Dengan pola pikir tersebut berarti pendidikan haruslah fungsional, yang berarti apa yang dipelajari seharusnya dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan. Seperti kata pepatah bijak dalam bahasa latin “non scholae sed vitae discimus” yang artinya: kita belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup. Finch dan Crunkilton juga mengingatkan bahwa pendidikan itu pada dasarnya education for life pada pendidikan yang bersifat umum dan educatif for earning a living pada pendidikan kejuruan. Jadi menurut dia, pendidikan itu untuk kehidupan atau untuk mendapatkan penghasilan untuk kehidupan.31 Dalam ajaran Islam, Allah mendorong setiap orang untuk belajar, tetapi bukan memberikan pahala yang berlipat, jika apa yang dipelajari tersebut diaplikasikan dalam kehidupan. Tentu saja, dalam kehidupan yang sesuai dengan prinsip agama dan itulah yang dimaksudkan kearifan dalam menerapkan ilmu. Dua kecakapan hidup yang fungsional untuk masa depan anak. Bukan belajar untuk belajar, tetapi belajar untuk mengembangkan kecakapan kehidupan, demi perannya di masa depan. Beberapa ahli melakukan identifikasi apa saja yang dicakup dalam kecakapan hidup. Namun yang paling mudah dipahami adalah menggunakan pola pikir induktif, yaitu mencermati orang-orang yang dianggap sukses dalam kehidupannya dan kemudian dilakukan Finch dan Crunkilton. Curriculum Development in Vocational and Teachnical Education. ,Boston: Allyn and Bacon Inc., 1979, h. 60 31 Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 56 generalisasi. Pencermatan seperti itu menemukan kecakapan kunci orang sukses antara lain: jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, pantang menyerah, menguasai bidang yang dikerjakan, tanggung jawab pandai melihat peluang, pandai berkomunikasi, pandai bekerjasama dengan orang lain dan berani mengambil resiko. Ketika kesuksesan tersebut dilebarkan ke dalam kehidupan bermasyarakat, biasanya muncul kecakapan kunci; toleransi dan suka membantu sesama, aktif dalam aktivitas kemasyarakatan dan sebagainya. C. Kesimpulan Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Daftar Pustaka Brolin, D.E. Life Centred Career Education: A Competency Based Approach. Reston VA: The Council for Exeptional Children, 1989. Depdiknas RI. Pendidikan Kecakapan Hidup: Buku I Edisi 2. Jakarta: Depdiknas RI, 2004. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Pendidikan Berbasis Luas Kecakapan Hidup dengan Model Pelaksanaan Pembelajaran Hidup di Sekolah. Bandung: Dwi Rama, 2002. Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016 57 Eun-Sonn Baik & Namhee Kim. 2003. Life Skills Development From the Perspective of Korea. Makalah pada Asian Approach to Life Skills Development di Seoul Korea, Tanggal 9-12 Desember 2003 Finch, Curtis R & John R. Crunkilton, Curriculum Development in Vocational and Teachnical Education. Boston: Allyn and Bacon Inc, 1979. Inciong, Teresita G. Life Skills Development in the Philippines. Makalah pada Asia Approach to Life Skills Development di Seoul Korea, 2003. Indrajati Sidi, Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skills) melalui Pendidikan Berbasis Luas (Broad-Based Education-BBE), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Parjono. Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan melalui Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills). WUNI, Edisi Mei 2002. LPM Universitas Negeri Yogyakarta, 2002. Jurnal An-Nur, Vol. 3 No. 02 Juli Desember 2016