bab ii landasan teori

advertisement
 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan dalam
proyek akhir mengenai simulator pengisian Akumulator dengan menggunakan
Alternator Mobil 12VDC/60A, mulai dari generator sinkron, penyearah tiga fasa
gelombang penuh, Alternator Regulator arus bolak-balik, Akumulator dan
Alternator Mobil.
2.1.
Prinsip Pembangkitan Tenaga Listrik
2.1.1. Induksi Elektro Magnet
Garis gaya magnet dipotong oleh pengantar listrik yang bergerak diantara
medan magnet, akan timbul gaya gerak listrik pada penghantar dan arus akan
mengalir apabila penghantar tersebut merupakan bagian dari sirkuit lengkap.
Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1. mengenai penghantar yang
dihubungkan dengan galvanometer, digerakan keluar masuk secara terus-menerus
kedalam celah satu buah magnet permanen yang berbentuk U.
Gambar 2.1.
Pengkukuran Arus Yang Kecil Dengan Galvanometer
(Hengki Mahendra, Modul Sistem Pengisian, 2011)
Seperti ditunjukan pada gambar 2.1. jarum galvanometer (amperemeter
yang dapat mengukur arus yang sangat kecil), akan bergerak karena gaya gerak
listrik yang dihasilkan pada saat pengantar digerakkan maju-mundur diantara
katup utara dan katup selatan magnet. Dari aksi ini, akan didapat beberapa
kesimpulan bahwa:
6
7
1) Jarum galvanometer akan bergerak jika pengahantar atau magnet digerakkan.
2) Arah gerakan jarum akan berfariasi mengikuti arah gerakan penghantar atau
magnet.
3) Basar gerakan jaum akan semakin besar sebanding dengan kecepatan gerakan.
4) Jarum tidak akan bergerak jika gerakan dihentikan.
Bila dengan beberapa cara, pengantar dilewatkan melalaui garis gaya
magnet, maka dalam pengantar akan terbangikit gaya gerak listrik, penomena ini
disebut dengan “induksi elektromagnet”. Generator menghasilkan gaya gerak
dengan cara induksi elektro magnet dan mengubahnya menjadi tenaga
listrik
listrik (tegangan arus).
2.1.2. Arah Gerak Gaya Listrik
Arah gaya gerak listrik yang dibangkitkan dalam penghantar diantara
medan magnet bervariasi mengikuti perubahan arah garis gaya megnet dan
gerakan penghatar. Seperti yang ditunjukan gambar 2.2. Apabila penghantar
digerakkan (dengan arah seperti yang ditunjukan oleh tanda panah besar pada
gambar 2.2) diantara kutup magnet utara dan selatan, maka gaya gerak listrik akan
menalir dari kanan ke kiri (arah garis gaya magnet dari kutub utara ke kutub
selatan).
Arah gais gaya magnet dapat dipahami dengan mengunakan Hukum
Tangan Kanan Fleming (Fleming’s Right-Hand Rute).
Hukum Tangan Kanan Fleming dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah
tangan kanan dibuka dengan sudut yang tepat satu sama lain, maka telunjuk akan
menunjukan gais gaya magnet, ibu jari menunjukan arah gerakan penghantar dan
jari tengah menunjukan arah gaya gerak listrik.
2.1.3. Besarnya Garis Gaya Magnet
Besarnya gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada saat penghantar
memotong (melewati) garis gaya magnet di antara medan magnet sebanding
dengan banyaknya garis gaya magnet yang dipotong pada suatu satuan waktu.
Untuk lebih jelasnya mengenai garis gaya magnet, dapat melihat gambar 2.3.
8
Sebagai contoh, bila banyaknya garis-garis N dipotong dalam waktu t detik dan
gaya gerak listrik U volt, ini dapat dinyatakan dengan rumus berikut (simbol α
berarti “sebanding dengan”):
π‘ˆπ›Ό
𝑁
𝑑
............................................................................................ (2.1)
Gambar 2.2.
Hukum Tangan Kanan Fleming
Gambar 2.3.
Garis Gaya Magnet
(Hengki Mahendra, Modul Sistem Pengisian, 2011)
Dalam medan magnet dengan densitas yang seragam, besarnya gaya gerak
listrik yang dibangkitkan tergantung pada arah gerakan penghantar meskipun
kecepatan gerakan penghantar konstan. Seperti terlihat pada gambar 2.4. sebuah
penghantar digerakkan dari titik A ke B ke C ke D dan kembali ke A.
Bagaimanapun, ia memotong garis gaya magnet hanya pada saat bergerak
dari A ke B dan dari C ke D. Dengan kata lain, meskipun penghantar bergerak
dengan kecepatan yang sama di antara masing-masing titik, gaya gerak listrik
akan bangkit hanya pada saat penghantar bergerak antara A dan B dan antara C
dan D.
9
Gambar 2.4.
Gerakan Penghantar Pada Garis Gaya Magnet
Bila penghantar (conductor) digerakkan dengan jalur melingkar didalam
medan magnet seperti yang ditujukan pada gambar 2.5. maka besarnya garis gaya
magnet akan berubah secara konstan. Pada gambar ini, penghantar digerakkan
dalam lingkaran dengan kecepatan tetap dari titik A hingga ke titik L diantara
kutub magnet utara dan selatan. Dalam hal ini jumlah garis gaya magnet terbesar
dipotong antara titik D dengan E dan antara titik J dengan K, tetapi tidak ada garis
yang dipotong antara A dengan B atau G dengan H.
Gambar 2.5.
Gerakan Melingkar Garis Gaya Listrik
Jadi, bila gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada saat penghantar
digerakkan dalam lingkaran dinyatakan dalam sebuah grafik, dapat dilihat bahwa
keberadaan gaya ini secara tetap mengalami perubahan (bertambah dan
berkurang). Selanjutnya, arah arus yang dibangkitkan oleh gaya gerak listrik ini
akan berubah setiap setengan putaran penghantar, seperti yang ditujukan pada
gambar 2.6.
10
Gambar 2.6.
Grafik Gaya Gerak Listrik
2.1.4. Prinsip Generator
Meskipun gaya gerak listrik dihasilkan bila sebuah penghantar diputar
dalam medan magnet, sebenarnya besarnya gaya gerak listrik (ggl) yang
dihasilkan sangat kecil. Seperti pada gambar 2.7. mengenai prinsip generator.
Gambar 2.7.
Prinsip Generator
Apabila dua buah penghantar disambung ujung ke ujung, maka akan
timbul ggl pada keduanya yang tentu saja ganda. Jadi, semakin banyak penghantar
yang berputar dalam medan magnet semakin besar pada ggl yang dihasilkan.
Bila penghantar terbentuk dalam satu kumparan, jumlah total ggl yang
dibangkitkan akan menjadi lebih besar, demikian juga besarnya tenaga listrik
(arus dan tegangan) yang dihasilkan. Generator membangkitkan tenaga listrik
dengan cara memutarkan sebuah kumparan di dalam medan magnet. Untuk lebih
jelasnya mengenai kumparan yang berputar didalam medan magnet, dapat dilihat
pada gambar 2.8.
11
Gambar 2.8.
Perputaran Kumparan Pada Medan Magnet
2.1.5.
Generator Arus Bolak Balik
Bila arus listrik yang dibangkitkan oleh kumparan diberikan melalui cincin
gesek dan sikat (jadi kumparan dapat berputar), besarnya arus yang mengalir ke
lampu akan berubah, pada saat yang sama, demikian juga arah alirannya. Seperti
yang diperlihatkan pada gambar 2.9.
Pada saat kumparan berputar, arus yang dihasilkan pada setengah putaran
pertama akan dikeluarkan dari brush pada sisi A, mengalir melalui lampu dan
kembali ke brush pada sisi B. Pada setengah putaran selanjutnya, arus akan
mengalir dari B dan kembali keA.
Gambar 2.9.
Kumparan dengan Beban Lampu yang di Beri Cincin Gesek Dan Sikat, Bergerak
Diantara Medan Magnet
(Hengki Mahendra, Modul Sistem Pengisian, 2011)
12
Dalam model ini, generator arus bolak-balik memberikan arus yang
dihasilkan oleh kumparan dalam medan magnet. Alternator yang digunakan pada
sistem
pengisian
mobil
menggunakan
diode
untuk
mengarahkan
arus
(mengubahnya menjadi arus searah) sebelum dialirkan ke sistem pengisian.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.10.
Gambar 2.10.
Gravik Penyearahan Arus Oleh Dioda
(Hengki Mahendra, Modul Sistem Pengisian, 2011)
2.1.6 Generator Sinkron
2.1.6.1. Prinsip Kerja
Generator sinkron adalah generator arus bolak-balik dan sering disebut
Alternator yang berfungsi mengubah tenaga mekanik menjadi daya listrik.
Prinsip kerja mesin ini adalah berdasarkan prinsip induksi elektromagnit
seperti halnya pada transformator, tetapi pada Alternator ini terdapat komponen
yang bergerak.
Pada mesin yang bertenaga kecil (dengan rating kurang dari 50kW)
kumparan pembangkit (jangkar) terletak pada rotor dan kumparan medan pada
stator. Tetapi pada mesin dengan rating dalam Megawatt (sampai 800MW atau
lebih), jangkar terletak pada stator dan kumparan medan pada rotor.
Pada gambar 2.11. memperlihatkan pembangkitan tegangan dengan
kumparan pembangkit (jangkar) yang berputar dan pada gambar 2.12. kumparan
penguat yang berputar.
13
Gambar 2.11.
Pembangkitan Tegangan dengan Jangkar Berputar
Gambar 2.12.
Pembangkitan Tegangan dengan Kumparan Medan Berputar
(Drs. R. Panjaitan, Mesin Listrik Arus Bolak Balik, 2000)
Apabila rotor diputar oleh suatu penggerak utama dan kumparan medan
diberi sumber tegangan DC sehingga kumparan medan akan membangkitkan
medan magnit. Hasil interaksi kawat-kawat jangkar dengan garis-garis gaya, maka
di dalam kawat jangkar akan timbul tegangan induksi yang sinusoid (atau
berbentuk grafik sinus) seperti diperlihatkan pada gambar 2.11 (b). Jika kumparan
berada pada posisi start (gambar 2.11.), tegangan yang timbul adalah nol.
Pada gambar 2.12. tegangan yang timbul dalam kawat jangkar akan di
suplai ke jala-jala (rangkaian luar) melalui slip ring (atau cincin seret), sedang
pada gambar 2.18. dapat dihubungkan langsung dengan terminal stator dan arus
eksitasilah yang dilalirkan melalui slip ring.
14
2.1.6.2. Frekuensi Dan Putaran
Frekuensi adalah jumlah getaran listrik setiap detik yang dinyatakan
adalah satuan Herz atau Cycle (disingkat Hz atau c/s). Apabila dikatakan
frekuensi
f = 1 Hz, hal ini berarti rotor bergerak mengitari dua buah kutub, yaitu
rotor berputar dengan jarak 3600 listrik. Oleh karena itu frefuensi tergantung pada
putaran dan jumla kutub.
Bila suatu mesin (Alternator) mempunyai jumlah kutub P, tegangan
induksi yang timbul dalam kawat jangkar tiap perputaran menjadi P/2 periode.
Jadi sebuah Alternator yang mempunyai jumlah kutub P untuk
menghasilkan tegangan induksi dengan frekuensi f, harus membuat putaran
perdetik atau
60 𝑓
𝑃 2
𝑓
𝑃 2
puratan permenit (atau rpm).
Sehingga untuk putaran N berlaku hubungan:
𝑁=
60 𝑓
𝐹=
𝑁. 𝑃
𝑃 2
120
=
120
𝑃
π‘Ÿπ‘π‘š ..................................................................... (2.2)
𝐻𝑧 .................................................................................. (2.3)
di mana P = jumlah kutub (U + S).
Rating kecepatan putaran tergantung tipe primovernya. Apabila primover
dari suatu Alternator mempunyai kecepatan rendah maka Alternator tersebut
membutuhkan banyak kutub sehingga tercapai besar frekuensi yang telah
ditentukan. Alternator yang tipe primovernya mempunyai kecepatan tinggi maka
biasanya generator tersebut mempunyai jumlah kutub 2, 4, atau 6 buah.
2.1.6.3. Konstruksi
Karena Alternator digunakan untuk membangkitkan arus bolak-balik,
maka Alternator tidak membutuhkan komutator sehingga hal ini memungkinkan
dibuatnya kumparan pembangkit (jangkar) pada bagian yang tidak bergerak, yaitu
stator. Hal ini mempunyai keuntungan yakni:
(i) Memungkinkan untuk membuat isolasi kawat jangkar yang lebih kuat. Karena
kumparan dan isolasi tidak dipikul oleh rotor sehingga dapat mengurangi
getaran mekanis.
15
(ii) Tegangan tinggi yang dibangkitkan dalam kawat jangkar tidak lagi
memerlukan slip ring untuk mensuplai ke rangkaian luar (jala-jala) tetapi
dapat langsung menghubungkannya dengan terminal stator.
A.
Rotor
Tipe konstruksi kumparan medan yang berputar atau rotor dari Alternator
ada dua macam, yakni salient pole rotor (rotor kutub salient) dan cylindrical
rotor (rotor sillinder).
Rotor kutub salient dapat mengakibatkan rugi angin yang terlalu besar
apabila putaran sangat tinggi, dan juga menimbulkan suara yang berisik. Sehingga
rotor jenis ini biasanya digunakan pada Alternator yang mempunyai penggerak
utama dengan kecepatan rendah dan menengah. Rotor ini mempunyai kutup yang
terdiri dari lapisan-lapisan besi, dimaksudkan untuk dapat mengurangi panas
akibat eddy current.
Gambar 2.13.
Rotor Kutub Sailent
Rotor silinder biasanya digunakan pada Alternator yang tipe penggerak
utamanya adalah turbin uap, yaitu turbo-Alternator yang mempunyai putaran
sangat tinggi. Rotor ini berbentuk silinder dimana kelilingnya terdiri dari alur-alur
sebagai tempat dari kawat-kawat kumparan medan. Rotor seperti ini didesain pada
berbagai macam jumlah kutub yang disesuaikan dengan tipe penggerak mula dari
Alternator tersebut.
16
Gambar 2.14.
Rotor Silinder
B.
Stator
Kumparan pembangkit (jangkar) terletak pada bagian yang tidak bergerak
atau stator. Keliling bagian dalam dari stator ini dikonstruksi sedemikian rupa
sehingga mempunyai alur-alur sebagi tempat dari kawat-kawat jangkar.
Gambar 2.15.
Jangkar Dari Alternator
(Drs. R. Panjaitan, Mesin Listrik Arus Bolak Balik, 2000)
Alur-alur dari inti stator ini dibuat dalam berbagai macam bentuk, yaitu:
terbuka, semi terbuka dan tertutup, diperlihatkan dalam gambar 2.16. berikut ini.
17
Gambar 2.16.
Bentuk Alur
C.
Gulungan Jangkar
Gulungan jangkar dalam Alternator berbeda dari gulungan jangkar dalam
mesin DC. Mesin DC mempunyai rangkaian gulungan yang tertutup tetapi pada
Alternator rangkaian gulungan terbuka. Untuk Alternator tiga fasa, salah satu
ujung gulungan fasa dihubungkan menjadi titik netral dan ujung lainnya
dihubungkan ke terminal stator.
1) Gulungan berlapis tunggal
Apabila hanya satu sisi kumparan dalam setiap alur maka disebut
gulungan berlapis tunggal.
Gambar 2.17.
Gulungan Berlapis Tunggal
18
Gambar 2.17. memperlihatkan suatu Alternator mempunyai 4 buah kutub,
12 alur; 3 alur per kutub atau 1 alur/fasa/kutub. Gulungan dalam langkah penuh.
Misalnya
fasa R mulai dari alur 1, kemudian 4, 7 dan berakhir pada alur 10.
Permulaan fasa Y maju 120° listrik dari permulaan fasa R, yaitu mulai dari alur 3,
kemudian 6, 9 dan berakhir pada alur 12. Dengan cara yang sama fasa B mulai
dari alur 5, 8, 11 dan berakhir pada alur 2.
Untuk mendapatkan hubungan titik bintang, ketiga ujung akhir dari belitan
dihubungkan.
2) Gulungan berlapis ganda
Dalam gulungan berlapis ganda, dua sisi kumparan ditempatkan dalam
setiap alur stator. Dari keadaan ini dapat diketahui suatu ketentuan, yakni:
(i) Jumlah alur stator sama dengan perkalian jumlah kutub dengan jumlah fasa.
Dengan demikian stator berkutub 4 dari generator 3 fasa dapat mempunyai 12,
24, 36, 48 alur dan seterusnya.
(ii) Jumlah alur sama dengan jumlah kumparan.
Gambar 2.18.
Gulungan Berlapis Ganda
19
Gambar 2.18. memperlihatkan sebuah jangkar dari suatu Alternator
digulungan secara gelung mempunyai 4 kutub, 24 alur. Langkah kutub = 24/4 = 6.
mendapatkan tegangan maksimum, kumparan harus dibuat langkah penuh.
Untuk
Hal ini berarti jika satu sisi kumparan mulai dari alur 1 maka sisi yang lainnya
harus berada pada alur 7 dan ini disebut langkah kutub atau besarnya 180° listrik.
Jumlah kumparan tiap fasa = 24/3 = 8, untuk mendapatkan tegangan yang
lebih besar, kumparan tersebut harus dihubungkan seri. Empat kumparan pertama
pada alur 1, 7, 13 dan 19. Empat kumparan lagi berada pada alur 2, 8, 14
berada
dan 20. Belitan ini adalah untuk fasa R.
Fasa Y berbeda 120° listrik dari fasa R, yaitu mulai dari alur 5, 4 alur
jaraknya dari permulaan fasa R. Cara menggulung fasa Y sama dengan fasa R.
Fasa B dimulai dari alur 9, yaitu 4 alur jaraknya dari permulaan fasa Y. Secara
lengkapnya untuk gulungan 3 fasa diperlihatkan dalam gambar 2.26. terminal R2,
Y2 dan B2 dapat dihubungkan untuk mendapatkan titik netral dari hubungan
bintang.
Gambar 2.19.
Gulungan Jangkar Generator 3 Fasa
3) Hubungan bintang dan segitiga
Untuk hubungan bintang, R1, Y1, dan B1 ketiganya dihubungkan
sehingga terdapat titik bintang. R2, Y2, dan B2 dihubungkan ke terminal. Untuk
hubungan segitiga, R2 dan Y1, Y2 dan B1, B2 dan R1 saling dihubungkan, dan
20
saluran ke terminal diambik dari ketiga titik penghubungan tersebut seperti
diperlihatkan dalam gambar 2.20 a dan b.
Gambar 2.20.
Hubungan Bintang dan Segitiga
(Drs. R. Panjaitan, Mesin Listrik Arus Bolak Balik, 2000)
2.1.6.4. Persamaan Ggl Yang Timbul
Jika z =
jumlah kawat atau sisi kumparan dalam seri/fasa
=
2T, di mana T =
jumlah kumparan atau lilitan /fasa
(1 lilitan = 2 sisi kumparan)
P
=
jumlah kutub
f
=
frekuensi ggl yang timbul (Hz)
Ø
=
fluks/kutub
N
=
kecepatan putaran rotor (rpm)
Jika rotor berputar satu kali (yaitu 60/N detik) maka setiap kawat stator
terpotong oleh fluks ØP weber.
Sehingga dØ = ØP dan dt = 60/N detik.
Harga ggl rata-rata yang timbul per konduktor
ggl rata − rata per konduktor =
𝑑∅
𝑑𝑑
∅𝑃
= 60
𝑁
=
∅𝑁𝑃
60
π‘£π‘œπ‘™π‘‘ .............. (2.4)
Seperti telah dijelaskan bahwa
𝑓=
𝑃. 𝑁
π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝑁 =
120
120𝑓
𝑃
............................................................... (2.5)
Maka ggl rata-rata per kawat
πΈπ‘Ÿ =
∅𝑃
60
.
120𝑓
𝑃
= 2 . 𝑓 . ∅ π‘£π‘œπ‘™π‘‘ ........................................................ (2.6)
21
Jika kawat stator terdiri dari Z kawat per fasa, maka
πΈπ‘Ÿ π‘π‘’π‘Ÿ π‘“π‘Žπ‘ π‘Ž = 2 . 𝑓 . ∅ . 𝑍 π‘£π‘œπ‘™π‘‘ = 4 . 𝑓 . ∅ . 𝑇 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
Harga efektif dari ggl yang timbul adalah
𝐸𝑒𝑓𝑓 = 4 . 𝐾𝑏 . 𝑓 . ∅ . 𝑃𝑇 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
dimana: faktor bentuk Kb
=
=
π‘•π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž −π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž
π‘•π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘’π‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘“
0,707
0,636
π½π‘Žπ‘‘π‘– 𝐸𝑒𝑓𝑓 = 4,44 . 𝑓 . ∅ . 𝑇 ............................................................ (2.7)
2.1.6.5. Penguatan
Pada generator sinkron kumparan medan (rotor) diberi eksitasi
(penguatan) dengan arus searah. Arus searah tersebut dapat diperoleh dari sumber
arus searah atau dari arus bolak-balik yang diserahkan. Generator atau sumber
listrik lain, yang memberikan eksitansi pada generator sinkron (Alternator)
disebut penguatan terpisah, dan apabila arus eksitasi diambil dari Alternator itu
sendiri disebut penguatan sendiri, yaitu dengan memanfaatkan sisa magnet pada
kutub.
Pada suatu stasiun tenaga, kadang-kadang digunakan jala-jala khusus
untuk memberikan eksitasi pada generator sinkron. Tetapi yang sering digunakan
adalah eksitasi tersendiri bagi tiap-tiap Alternator itu. Stasiun tenaga yang
mempunyai jala-jala eksitasi biasanya diberi daya dari beberapa generator arus
searah yang dihubungkan paralel, dan memberikan daya pada kumparan medan
semua generator. Dalam keadaan darurat jala jala eksitasi diberi daya oleh baterai.
Untuk “main exciter” (penguat utama) biasanya digunakan generator arus
searah dengan penguat bebas atau dengan penguatan sendiri. Bagi generator yang
berpenguatan bebas yang bekerja sebagai main exciter, eksitasinya diperoleh dari
sumber arus searah lainnya. Generator atau sumber listrik lain yang memberikan
eksitasi pada main exciter disebut “pilot exciter” (penguat pembantu). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam gambar 2.21, dan 2.22.
22
Gambar 2.21.
Generator dengan Main Exciter
Gambar 2.22.
Generator dengan Main Exciter dan Pilot Exciter
Arus eksitasi ini dapat menentukan sifat-sifat dari Alternator, yaitu dengan
mengatur harga arus eksitasi maka faktor daya dari Alternator tersebut dapat
ditentukan.
Bila arus eksitasi cukup membangkitkan fluksi yang diperlukan oleh
Alternator, maka Alternator tersebut disebut bekerja pada “unity-power factor”
(faktor daya satu). Bila arus eksitasi kurang dari harga unity-pf maka Alternator
bekerja dengan “langging-pf” (factor daya terbelakang), sedangakan jika harga
arus eksitasi lebih besar dari harga unity-pf maka disebut “leading-pf” (factor daya
mendahului).
2.1.6.7. Karakteristik beban Nol
Dengan memutar Alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
medan (If), tegangan (E0) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.
𝐸0 = 𝑐 𝑁 ∅ .................................................................................... (2.8)
dimana:
c = konstanta mesin
N = putaran sinkron
Ø = fluks yang dihasilkan oleh If
23
Dalam keadaan tanpa beban, arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karena tidak terdapat reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus eksitasi I f.
Apabila arus eksitasi diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga E 0
yang terlihat pada kurva pemagnetan gambar 2.23. Pada celah udara, kurva
seperti
pemagnetan merupakan garis lurus.
Gambar 2.23.
Karakteristik Beban Nol
ab =
tambahan arus medan yang diperlukan untuk daerah jenuh
Ra =
tahanan stator
Xa =
reaktansi stator
E0 =
V (keadaan tanpa beban)
(Drs. R. Panjaitan, Mesin Listrik Arus Bolak Balik, 2000)
2.2.
Penyearah Tiga Fasa Gelombang Penuh
2.2.1. Cara Kerja Rangkaian
Berbeda dengan penyearah tiga fasa gelombang setengah, penyearah tiga
fasa gelombang penuh menggunakan enam buah dioda yang dikonfigurasikan
sebagai sistem jembatan seperti diperlihatkan pada gambar 2.24. dengan dioda
sejjumlah itu dimana masing-masing dioda akan konduksi selama 600 listrik, dan
menghsilkan tegangan riak yang lebih kecil atau faktor riak nya menurun dan
berarti tegangan keluaran VDC menjadi lebih besar dari tegangan keluaran
penyearah tiga fasa gelombang setengah. Tegangan keluaran ini, bentuk
gelombang keluarannya diperlihatkan pada gambar 2.25.
24
Gambar 2.24.
Rangkaian Penyearah Tiga Fasa Gelombang Penuh
(Wijayanto, Kartono, ELEKTRONIKA ANALOG, Politeknik Negeri Bandung, 2010)
Saat t1, t2, dan t3 tegangan fasa R dan fasa T- dan fasa S lebih positif
dibanding dengan fasa lainnya sehingga dioda D1, D6, dan D3 konduksi.
Sedangkan saat t4, t5, dan t6, tegangan fasa R-, fasa T,dan fasa S- lebih positif
terhadap fasa lainnya sehingga dioda D2, D4, dan D5 konduksi.
Gambar 2.25.
Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Tiga Fasa Gelombang Penuh
2.2.2. Persamaan Tegangan Keluaran VDC
Sesuai dengan gambar 4.4. maka tegangan VDC ditentukan sebagai berikut:
𝑇 3
𝑉𝐷𝐢
3
6
=
𝑇
π‘‰π‘š sin πœ”π‘‘ 𝑑 πœ”π‘‘
𝑇 6
𝑉𝐷𝐢 =
3π‘‰π‘š
2πœ‹ 3
−cos πœ”π‘‘
πœ‹ 3
πœ‹
𝑉𝐷𝐢 =
3π‘‰π‘š
− −0,5 − 0,5
πœ‹
𝑉𝐷𝐢 = πœ‹ π‘‰π‘š = 0,955 π‘‰π‘š ................................................................. (2.9)
25
Vm adalah tegangan puncak dari tegangan jala-jala (line to line) dan VLL
merupakan tegangan jala-jala efektif, dimana Vm = VLL . √2. Jadi jika VDC dihitung
terhadap tegangan jala-jala, maka didapatkan:
𝑉𝐷𝐢 = 0,955 2 𝑉𝐿𝐿 = 1,35 𝑉𝐿𝐿 .................................................................................... (2.10)
Tegangan keluaran efektif dihitung sebagai berikut:
𝑇 3
6
𝑇
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
π‘‰π‘š 2 𝑠𝑖𝑛2 πœ”π‘‘ 𝑑 πœ”π‘‘
𝑇 6
3π‘‰π‘š 2
2πœ‹
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
3
𝑉 2
2πœ‹ π‘š
1 − cos 2πœ”π‘‘ π‘‘πœ”π‘‘
𝑇 6
3π‘‰π‘š 2
sin 2πœ”π‘‘
πœ”π‘‘ −
2πœ‹
2
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
𝑇 3
πœ‹
− −
3
3
2πœ‹ 3
πœ‹ 3
= 0,956 π‘‰π‘š ................................. (2.11)
2
Faktor riak adalah:
2
𝑉𝑅𝑀𝑆
= π‘‰π‘Ÿ,2
π‘‰π‘Ÿ2,
π‘‰π‘Ÿ2,
𝑅𝑀𝑆
=
0,956 π‘‰π‘š
∴π‘Ÿ=
2
𝑅𝑀𝑆
=
𝑅𝑀𝑆
2
+ 𝑉𝐷𝐢
2
2
𝑉𝑅𝑀𝑆
− 𝑉𝐷𝐢
− 0,955 π‘‰π‘š
2
= 0,044 π‘‰π‘š .................. (2.12)
π‘‰π‘Ÿ , 𝑅𝑀𝑆 0,044 π‘‰π‘š
=
= 0,053 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 5,3%
0,83 π‘‰π‘š
𝑉𝐷𝐢
Contoh soal:
Dari gambar 2.26. di bawah diketahui tegangan sekunder trafo antar fasa
380 volt dan tegangan fasa dengan netral 220 volt 50 Hz. Tentukan berapa
tegangan pada R apabila nilai R = 680Ω.
26
Gambar 2.26.
Gambar Contoh Soal 1
Jawab:
𝑇 3
𝑉𝐷𝐢
6
=
𝑇
π‘‰π‘š sin πœ”π‘‘ 𝑑 πœ”π‘‘
𝑇 6
𝑉𝐷𝐢 =
3π‘‰π‘š
2πœ‹ 3
−cos πœ”π‘‘
πœ‹ 3
πœ‹
𝑉𝐷𝐢 =
3π‘‰π‘š
− −0,5 − 0,5
πœ‹
3
𝑉𝐷𝐢 = πœ‹ π‘‰π‘š = 0,955 π‘‰π‘š ................................................................ (2.13)
Jadi tegangan VRL = 0,955 x √2 x 380
VRL = 0,955 x 1,4142 x 380
VRL = 513,21 VDC ............................................................................... (2.14)
(Wijayanto, Kartono, ELEKTRONIKA ANALOG, Politeknik Negeri Bandung, 2010)
2.3.
Alternator Regulator Tipe Elektro Mekanik
Output pada Alternator ditentukan oleh banyaknya gulungan stator,
kekuatan medan dan banyaknya garis-garis gaya magnet per waktu (kecepatan
putaran). Karena itulah, begitu putaran rotor meningkat, tegangan dan arus yang
dibuat oleh Alternator juga akan naik. Oleh sebab itu, tegangan dan arus yang
dibangkitkan harus diatur untuk melindungi Alternator itu sendiri. Dan yang
melakukan pengaturan ini adalah Alternator regulator. Alternator regulator dapat
mengatur arus yang dibangkitkan melalui pengaturan besar arus yang mengalir di
field coil dengan menggunakan bermacam cara.
27
Voltage regulator tipe Elektro Mekanik terdiri dari voltage regulator dan
relay lampu charging alert (voltage relay).
Gambar 2.27.
Alternating Current Alternator Regulator
Voltage regulator fungsinya adalah untuk memastikan agar tegangan yang
dihasilkan selalu tetap konstan. Jika tegangan yang dihasilkan lebih tinggi dari
aturan, maka arus yang dibangkitkan akan berkurang (karena adanya resistor
tambahan ke field coil secara serial untuk memutus tegangan yang dihasilkan).
Dan apabila tegangannya lebih rendah dari aturan, maka beberapa resistor akan
diputus dari field coil untuk menjaga tegangan yang dihasilkan.
Gambar 2.28.
Struktur Voltage Regulator
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa, Bandung, 2011)
28
Karena Alternator AC menggunakan dioda silikon sebagai rectifier, maka
kemungkinan adanya arus terbalik tidak akan terjadi dan dioda mempunyai fungsi
pembatas arus sehingga tidak perlu khawatir akan terjadi over current. Karena
kenapa yang diperlukan hanya voltage regulator saja.
itulah
Charging alert lamp relay harus dihubungkan ke voltage regulator untuk
menjalankan lampu indikator.
2.3.1. Prinsip Kerja Voltage Regulator Dalam Rangkaian Pengisian
Akumulator
Berikut adalah rangkaian pengisian baterai dengan menggunakan
Alternator mobil dan voltage regulator tipe arus bolak-balik.
Gambar 2.29.
Rangkaian Pengisian Pada Baterai
(Charging system – voltage regulator, Isuzu training center)
Pada saat sakelar mengontak
Aliran arus yang terjadi ialah:
Baterai (+) → melewati sakelar → menyalakan lampu indikator →
terminal L voltage regulator → titik kontak P2 voltage regulator → titik c voltage
regulator → ground.
Baterai (+) → terminal IG voltage regulator →titik a voltage regulator →
titik kontak P1 → terminal F voltage regulator → terminal F Alternator → rotor
Alternator berubah menjadi magnet → terminal E Alternator → ground.
29
Gambar 2.30.
Aliran Arus Pada Saat Sakelar Mengontak
Pada saat putaran rotor rendah
Aliran arus yang terjadi adalah:
Alternator membangkitkan tegangan → dari terminal N Alternator →
terminal N voltage regulator → masuk ke voltage relay → voltage relay menjadi
magnet → Plat kontak P2 tertarik oleh magnet voltage relay, sehingga plat kontak
P2 terhubung dengan titik d voltage regulator → plat kontak P2 terputus dengan
titik kontak c, sehingga lampu indikator mati → terminal E voltage regulator →
ground.
Alternator (B) → baterai (+), baterai di isi (charging) → terminal IG
voltage regulator → titik a voltage regulator → plat kontak P1 → terminal F
voltage regulator → terminal F Alternator → rotor menjadi magnet → ground.
Gambar 2.31.
Aliran Arus Pada Saat Putaran Rendah
30
Pada saat putaran rotor menengah
Aliran arus yang terjadi adalah:
Tegangan Alternator bertambah, terminal B Alternator → kemagnetan
voltage
regulator semakin kuat, voltage relai menjadi magnet → plat kontak P1
tertarik lepas dari titik kontak a, namun plat kontak P1 tidak berhubungan dengan
titik b → ground.
Terminal B Alternator → baterai (+) → terminal IG voltage regulator →
arus tidak mengalir ke titik kontak a karena plat P1 tidak terhubung dengan titik a,
sehingga
arus mengalir ke resistor → terminal F voltage regulator → terminal F
Alternator → rotor Alternator, kemagnetan rotor berkurang akibat aliran arus yang
melewati resistor, sehingga tegangan dan arus yang masuk rotor Alternator
mengecil → terminal E Alternator → ground.
Gambar 2.32.
Aliran Arus Pada Saat Putaran Sedang
Pada saat putaran rotor tinggi
Tegangan yang dibangkitkan Alternator semakin tinggi, terminal B
Alternator → plat kontak P2 → titik kontak d voltage regulator → relai tegangan
voltage regulator, kemagnetan relai tegangan menguat, plat kontak P1 tertarik
oleh magnet relai tegangan, sehingga plat P1 terhubung dengan titik kontak b
voltage regulator → ground.
Terminal B Alternator → plat kontak P2 → titik kontak d voltage
regulator → titik kontak b voltage regulator → relai tegangan voltage regulator
→ ground.
31
Gambar 2.33.
Aliran Arus Pada Saat Putaran Tinggi
(Charging system – voltage regulator, Isuzu training center)
2.4.
Akumulator
2.4.1. Prinsip Kerja Akumulator
Akumulator adalah suatu alat electrochemical yang dapat merubah energi
kimia menjadi energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan, yang kelompokkan
menjadi primary cell dan secondary cell.
Primary Cell
Ketika pelat tembaga dan pelat seng dicelupkan ke dalam larutan asam
sulfur, maka seng itu akan melebur oleh menjadi ion seng (Zn++) yang
mempunyai muatan listrik positif (+), karena itulah muatan listrik negatif (-) akan
dikumpulkan dari pelat seng-nya. Kemudian Ion hidrogen (H+) akan bergerak ke
pelat tembaga karena adanya daya tolak dari ion seng. Karena itulah, ion hidrogen
akan memberikan muatan positif (+) ke pelat tembaga, sehingga pelat tembaga
tersebut akan mempunyai muatan positif. Akibatnya, akan timbul perbedaan
tegangan antara pelat seng dan pelat tembaga.
Dengan menghubungkan beban misal resistor antara pelat tembaga dan
pelat seng, maka aliran listrik akan mengalir dari pelat tembaga ke pelat seng
melalui beban resistor tersebut. Dengan menggunakan Akumulator, energi kimia
akan dirubah ke energi listrik. Untuk primary cell, setelah sekali arus ini
dikeluarkan, maka arus tidak dapat diisi kembali (recharged).
32
Gambar 2.34.
Prinsip Kerja Primary cell
Secondary Cell
Secondary cell umumnya disebut sebagai storage battery, yang dapat
mengembalikan kembali fungsi Akumulator dengan cara pengisian kambali
setrum yang telah dikeluarkan. Pada kendaraan secondary cell ini adalah yang
paling banyak digunakan. Pada saat beban listrik dihubungkan ke terminal battery,
maka akan dihasilkan tegangan melalui reaksi kimia antara pelat electrode
electrolyte di dalam Akumulator.
Gambar 2.35.
Prinsip Kerja Lead-Acid Battery
Storage battery umumnya adalah lead-acid battery yang dilarutkan oleh
asam belerang yang digunakan untuk electrolyte, lead peroxide digunakan untuk
pelat positif (anoda) dan purelead digunakan untuk pelat negatif (katoda).
33
2.5.2. Maksud Pemakaian Akumulator
Akumulator dapat membuat energi listrik dan energi kimia melalui
penggunaan material pelat electroda dan electrolyte (disebut dengan discharging).
Akumulator
juga dapat menyimpan energi listrik ke dalam energi kimia (disebut
dengan charging). hal-hal yang diperlukan sebuah Akumulator adalah sebagai
berikut:
οƒ˜ Ukurannya harus kecil, ringan dan tahan lama.
οƒ˜ Mempunyai kapasitas yang besar dan harganya cukup murah.
2.4.3. Jenis - Jenis Akumulator
Akumulator yang banyak dipakai pada kendaraan adalah tipe secondary
cell (storage battery atau galvanic battery) yang memungkinkan untuk dapat
mengeluarkan dan mengisi kembali muatan listriknya.
Akumulator Lead-Acid
Jenis Akumulator ini terdiri dari lead peroxide (PbO2) sebagai pelat
electrode (anoda) positif (+), discharge lead (Pb) sebagai pelat electrode (katoda)
negatif (-) dan larutan asam belerang (H2SO4) sebagai electrolyte. Kelebihan dan
kelemahannya adalah sebagai berikut:
Kelebihan Akumulator lead-acid:
οƒ˜ Tingkat bahayanya lebih sedikit di bandingkan dengan jenis lainnya, karena
reksi kimianya terjadi dalam temperatur ruangan.
οƒ˜ Dapat diandalkan dan harganya juga relatif murah.
Kelemahan Akumulator lead-acid:
οƒ˜ Energinya sekitar 40Wh/kgf, lebih rendah dari yang lainnya.
οƒ˜ Umurnya kurang tahan lama dan memerlukan waktu pengirisan kembali yang
lebih lama.
Alkali Baterai (Ni-Cd Battery)
Ada dua baterai alkalin yaitu Ni-Fe battery dan Ni -Cd battery. Di-nickelhydroxide [2NiO(OH)] dan iron (Fe) digunakan pada Ni-Fe battery dan di-nickel-
34
hydroxide [2NiO(OH)] dan cadmium (Cd) digunakan pada Ni-Cd battery sebagai
pelat anoda (+) dan pelat katoda (-). Untuk electrolyte digunakan potassium
hydroxide (KOH). Electrolyte digunakan hanya untuk menggerakkan electrons
untuk reaksi kimia untuk proses charging dan discharging, sehingga
bukan
gravitasnya harus tidak berubah. Penutupnya terbuat dari lembar baja yang
dilapisi oleh nikel atau plastik.
Besarnya tegangan sekitar 1,2V per cell, dan tegangan dalam keadaan diisi
adalah sekitar 1,35V per cell. Tegangannya akan turun ke 1,1V pada saat dipakai,
namun
akan meningkat kembali sampai ke 1,4~1,7V pada saat diisi kembali.
Kelebihan dan kekurangan baterai alkalin adalah sebagai berikut:
Keuntungan baterai alkalin:
οƒ˜ Tahan beban berat seperti over charging, over discharging dan tahan lama.
οƒ˜ Mempunyai performa discharging yang baik.
οƒ˜ Mempunyai densitas output yang besar.
οƒ˜ Usianya tahan lama (10~20 tahun).
οƒ˜ Waktu pengisian cepat.
Kelemahan baterai alkalin:
οƒ˜ Densitas energinya rendah, sekitar 25~35Wh/kgf.
οƒ˜ Biaya metal yang digunakan untuk electrode sangat mahal.
οƒ˜ Agak sulit untuk diproduksi massal.
2.4.4. Struktur Akumulator lead-acid
Komposisi dasar baterai lead-acid ada dua macam metal electrode yang
mempunyai karakteristik ionisasi dan electrolyte yang berbeda. Ada perbedaan
tegangan listrik antara anoda (+) dan katoda (-). Seperti tampak pada gambar 2.36.
ketika beban listrik dihubungkan diantara elektroda ini, maka arus listrik
sekwensial akan mengalir dari elektroda (+) yang mempunyai tegangan listrik
besar ke elektroda (-) yang tegangan listriknya lebih kecil melakui reaksi kimia
antara elektroda dan elektrolit.
35
Gambar 2.36.
Skema Dasar Diagram Lead-Acid Battery
Lead-acid battery yang digunakan pada kendaraan, anoda yang digunakan
adalah lead peroxide (PbO2), discharge lead (Pb) digunakan untuk katoda dan
larutan asam belerang (H2SO4) digunakan untuk elektrolit. Sebenarnya untuk
memperoleh energi listrik yang besar dengan volume yang sekecil mungkin, maka
area pelat elektroda yang berisi elektrolit harus bisa sebesar mungkin. Untuk
mewujudkannya, pelat elektroda hendaknya adalah kumpulan pelat yang terdiri
dari banyak pelat tipis yang disusun sejajar. Gabungan pelat elektroda anoda dan
katoda dipasang saling berhadapan satu sama lainnya.
Gambar 2.37.
Struktur Penyimpanan Baterai
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa. Bandung, 2011)
Elektrolit
Elektrolit adalah larutan asam belerang yang mempunyai tingkat
kemurnian tinggi melalui pencampuran alir sulingan dengan asam belerang.
Elektrolit menyimpan energi ketika baterai di-charged dimana terjadi kontak
36
antara elektrolit dengan pelat elektroda, dan akan mengeluarkan energi listriknya
ketika baterai dipakai. Elektrolit juga berperan sebagai arus litrik di dalam cell.
Gravitasi elektrolit adalah sekitar 1.280 pada saat baterai diisi penuh dengan suhu
20 derajat
celcius, dan dipakai sebabai nilai standar.
Dengan gravitasi standar, konditivitas belerangnya berada pada angka
tertingi. Ketika battery dipakai penuh, nilai gravitasinya adalah sekitar 1.050.
Sebenarnya, elektrolit baterai mempunyai gravitasi yang lebih tinggi dari angka
standarnya untuk menaikkan gaya electromotive dan menurunkan tahanan internal
pada saat baterai digunakan. Proses pembuatan elektrolit ialah seperti berikut:
οƒ˜ Vessel harus merupakan insulator (seperti ebonite atau plastik) ketika
elektrolit tercampur.
οƒ˜ Asam belerang tercampur ke air sulingan secara perlahan. Rasio campuran air
sulingan dan asam belerang adalah (1.400) 60% dan 40%.
οƒ˜ Percampurannya dilakukan secara perlahan dengan cara mengaduknya dan
kemudian didiamkan sejenak.
οƒ˜ Pengaturan gravitasi pada elektrolit untuk 1.280 adalah 200C.
2.4.5. Mengukur Berat Jenis Air Akumulator
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat jenis air Akumulator
adalah hydrometer, berikut cara menggunakan alat hydrometer
Cara Menggunakan Alat Hydrometer:
1. Pencet karet dan masukan ujung pipa pengisap kedalam air Akumulator yang
akan diukur.
2. Lepaskan karet dan air Akumulator yang akan diukur masuk dalam tabung
hydrometer.
3. Masukan sejumlah air Akumulator kedalam tabung hydrometer agar
pelampung dapat terapung dan berat jenis air Akumulator dapat dibaca dari
Salah satu warna yang terdapat pada ujung pelampung.
Berat jenis air Akumulator yang baik adalah 1,25 - 1,28 pada temperatur
200C.
37
Gambar 2.38.
Alat Hydrometer
2.4.6. Perbandingan Berat Jenis Air Akumulator dengan Kapasitas
Akumulator
Barat
jenis air Akumulator menunjukan kekuatan listrik dalam
Akumulator. Berat jenis air akan berubah 0,0007 setiap perbedaan temperatur
10C. Pada urnumnya berat jenis air Akumulator ditunjukan pada temperatur 200C,
maka pembacaan pada hydrometer harus diperhitungkan bila pengukuran sangat
dingin atau pada temperatur panas selesai pengisian. (Iihat grafik di bawah ini).
Gambar 2.39.
Grafik Perbandingan Berat Jenis Air dengan Kapasitas Akumulator
(Sartono, PERAWATAN AKI KENDARAAN BERMOTOR, Teknologi Energi Riset Manajemen
Sains (TERMS), 1997)
38
2.4.7. Charging pada Akumulator lead-acid
Dengan mengalirkan arus untuk memakai strum baterai dari sumber arus
langsung external (charger atau Alternator), reaksi material pada anoda dan
dilarutkan ke dalam lead sulfate dan selama proses discharge berlangsung
katoda
akan dirubah ke dalam lead dan sulfuric radicals.
Air sulingan dilarutkan ke dalam oksigen dan hidrogen. Sulfuric radical
yang dilarutkan dari lead sulfate dipertemukan dengan hidrogen untuk membuat
asam belerang yang pada akhirnya berubah menjadi asam belerang. Oleh karena
densitas asam belerang meningkat dan berat jenisnya juga akan ikut naik.
itulah,
Kemudian pelat anoda dikonversikan ke dalam lead peroxide dan pelat katoda
konversikan menjadi discharge lead. Gambar 2.41. memperlihatkan kurva
hubungan antara tegangan dan berat jenis elektrolit berdasarkan waktu
pengisiannya (charging time).
Gambar 2.40.
Chemical Changes During The Charge Operation
Gambar 2.41.
Grafik Karakter Pengisian
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa. Bandung, 2011)
39
2.4.8. Kapasitas Akumulator lead-acid
Kapasitas baterai adalah kapasitas listrik, yang dapat di-discharged sampai
tegangan
terminalnya mencapai tegangan nominal final ketika baterai yang sudah
diisi penuh dipakai secara terus-menerus dengan arus tertentu. Elemen untuk
menentukan kapasitas baterai adalah ukurannya (atau area), ketebalan dan jumlah
elektroda serta jumlah elektrolit. Satuan ukur untuk kapasitas baterai adalah AH
(Ampere Hour rate) yang diwakili oleh persamaan sebagai berikut:
π΄π‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘’ π»π‘œπ‘’π‘Ÿ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’ 𝐴𝐻 =
π·π‘–π‘ π‘π‘•π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴 × π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž π‘€π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘π‘’π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Žπ‘–π‘Žπ‘› (𝐻).................. (2.15)
Lama Waktu Pengisian Akumulator
Contoh Pengisian Akumulator:
Apabila mempunyai Akumulator 12VDC berkapasitas 40AH, dan pada
saat di berat jenis dengan hydro meter, terukur berat jenis air adalah 1,160.
Kemudian angka berat jenis tersebut di sesuikan dengan kurva tingkat kekosongan
Akumulator pada gambar 2.42, setelah di sesuaikan, terhitung bahwa Akumulator
memiliki tingkat kekosongan 50%. Dengan kekosongan Akumulator sebesar 50%
berarti kekosongan kapasitas aki adalah 40 Ah x 50% = 20 Ah.
Gambar 2.42.
Grafik Perbandingan Berat Jenis Air dengan Presentase Kekosongan Arus Listrik Akumulator
(Sartono, PERAWATAN AKI KENDARAAN BERMOTOR, Teknologi Energi Riset Manajemen
Sains (TERMS), 1997)
40
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘› (𝑕) =
πΎπ‘’π‘˜π‘œπ‘ π‘œπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π΄π‘˜π‘’π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ 𝐴𝐻 × (1,2 − 1,5)
π΄π‘Ÿπ‘’π‘  π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘› (𝐴)
20𝐴𝐻 × 1,2 − 1,5
4𝐴
πΎπ‘’π‘˜π‘œπ‘ π‘œπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π΄π‘˜π‘’π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ (𝐴𝐻) × 1,2
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘›, π‘Ž (𝑕) =
π΄π‘Ÿπ‘’π‘  π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘› (𝐴)
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘› (𝑕) =
20𝐴𝐻 × 1,2
= 6𝑕 π‘—π‘Žπ‘š
4𝐴
πΎπ‘’π‘˜π‘œπ‘ π‘œπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π΄π‘˜π‘’π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ (𝐴𝐻) × 1,5
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘›, 𝑏 (𝑕) =
π΄π‘Ÿπ‘’π‘  π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘› (𝐴)
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘›, π‘Ž (𝑕) =
π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘ π‘–π‘Žπ‘›, 𝑏 (𝑕) =
20𝐴𝐻 × 1,5
= 7,5𝑕(π‘—π‘Žπ‘š)
4𝐴
Jadi waktu yang diperlukan untuk pengisian 20AH pada pengisian lambat
adalah 6 H (jam) s/d 7,5 H (jam).
(Sartono, PERAWATAN AKI KENDARAAN BERMOTOR, Teknologi Energi Riset Manajemen Sains
(TERMS), 1997)
2.4.9. Metode-Metode Pengisian Akumulator
Maintenance charge adalah proses pengisian untuk tambahan kapasitas
dari pemakaian normal atau self-discharge. Kapasitas Akumulator dapat ditambah
oleh Alternator ketika rotor Alternator berputar. Pada kondisi berikut, arus yang
dipakai lebih besar dari arus yang diisi, sehingga diperlukan maintenance charge:
οƒ˜ Apabila proses pengisian tidak bisa berjalan di karenakan adanya kesalahan
fungsi pada Alternator atau regulator atau kerusakan kontrol.
Ada dua metode maintenance charge, yaitu normal charge yang waktu
pengisiannya relatif cukup lama, dan quick charge yang waktu pengisiannya
relatif singkat dengan menggunakan arus yang besar. Normal charge digolongkan
menjadi constant current charge, constant voltage charge dan variable current
charge berdasarkan kondisi pengisiannya.
(1) Constant current charge
Metode pengisian ini adalah mengisi setrum dengan arus tetap dari awal
sampai akhir proses pengisian. Secara garis besar arusnya seperti berikut:
οƒ˜ Pengisian arus standar
: 10% dari kapasaitas battery
41
οƒ˜ Pengisian arus minimal
: 5% dari kapasitas battery
οƒ˜ Pengisian arus maksimal : 20% dari kapasitas battery
Dan karanteristik pengisian arus tetap adalah sebagai berikut:
a. Tegangan terminal pada awal proses pengisian naik secara drastis dan setelah
itu melambat turun. Selanjutnya, pada saat mendekati 2,4V, tegangannya naik
lagi, dan ketika tegangannya sudah berada diantara 2,6~2,7V, maka
tegangannya akan terus tetap dipertahankan.
b. Berat jenis elektrolit secara perlahan akan niak karena dia tidak bergerak
sampai gas dihasilkan. Pada saat gas dihasilkan, maka berat jenisnya akan
naik secara tajam untuk kemudian akan tetap di angka sekitar 1.280.
c. Jika tegangannya pada cell mencapai 2,3~2.4V setelah proses pengisian
dimulai, maka akan banyak gas yang dihasilkan. Alasannya adalah bahwa arus
yang disuplai setelah diisi penuh digunakan oleh elektolit air sulingan. Pada
pelat anoda (+) oksigen dihasilkan dan hidrogen dihasilkan pada pelat katoda
(-). Status penghasilan gas selama proses pengisian juga digunakan sebagai
alat untuk menentukan selesainya proses pengisian. Disini gas hidrogen adalah
gas yang berbahaya karena marupakan gas yang mudah meledak, sehingga
hati-hati jangan sampai terkena api.
d. Pada saat proses pengisian selesai, apabila berat jenis elektrolit dengan
temperatur 200C adalah lebih dari 1.280, maka perlu ditambah air sulingan
untuk mengatur agar berat jenisnya berada dilevel 1.280.
Gambar 2.43.
Karakteristik Pengisian Arus dan Tegangan Pada Constant Current Charge
42
(2) Constant voltage charge
Metode ini adalah proses pengisian yang dilakukan dengan tegangan
konstan
dari awal sampai akhir proses pengisian. Karakteristik pengisian terlihat
seperti pada gambar 2.44. pada awal proses pengisian, arus yang diberikan adalah
besar. Setelah beberapa lama, arusnya akan dikurangi. Dan pada akhirnya, arus
tidak bisa mengalir diakhir proses pengisian. Oleh karena itulah, tidak ada gas
yang timbul, sehingga performa pengisiannya lebih baik, namun begitu, arus yang
dapat mempengaruhi usia pemakaian baterai nya.
besar
Gambar 2.44.
Karakteristik Pengisian Arus dan Tengangan Pada Constant Voltage Charge.
(3) Variable current charge
Metode pengisian ini adalah proses pengisian dengan arus yang variable.
Dalam metode ini, efesiensi pengisiannya bagus dan temperatur elektrolit secara
perlahan akan naik. Di akhir proses pengisian, arusnya akan berkurang, sehingga
bisa mengurangi hilangnya arus dan bisa melindungi kerusakan akibat dari
timbulnya gas.
(4) Quick charge
Cara ini biasanya menggunakan alat quick charger untuk mempercepat
waktu proses pengisian. Quick charge tidak menimbulkan reaksi kimia.
43
Gambar 2.45.
Quick Charger
Ketika melakukan quick charge maka perlu diperlatikan hal sebagai
berikut:
a. Jika user ingin melakukan quick charge dimana baterai tidak dilepas dari
kendaraan, seluruh kabel harus dipisahkan dari kutup terminal (+) dan (-).
Kemudian clip pada charger dipasang dengan benar (hal ini untuk melindungi
dioda Alternator).
b. Arus yang diisi harus 50% dari kapasitasnya, jangan sampai lebih.
c. Quick charge harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
d. Jika temperatur elektrolitnya lebih dari 450C, arus yang diisi harus dikurangi
atau proses pengisiannya harus ditunda dan dilanjutkan apabila temperaturnya
sudah lebih rendah.
2.4.10. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Charging Battery
οƒ˜ Lokasi proses pengisian baterai harus mempunyai sistem ventilasi yang baik.
οƒ˜ Setrum baterai yang dipakai bukan karena tidak dipakai dalam jangka waktu
yang lama. Tetapi dilakukan melalui maintenance charge.
οƒ˜ Temperatur elektrolit tidak lebih dari 450C.
οƒ˜ Baterai yang akan di-charge harus jauh dari jangkauan api.
οƒ˜ Jangan sampai battery mengalami overcharged karena pelat anoda (+) nya
akan menjadi oksida.
οƒ˜ Apabila baterai yang diisi pada saat yang bersamaan lebih dari dua buah,
maka sistem koneksinya harus secara seri.
οƒ˜ Penyambungan charger dan baterai jangan sampai terbalik.
44
2.5.
Alternator Mobil
Alternator merupakan salah satu komponen yang mengubah energi
mekanik
menjadi energi listrik. Energi mekanik memutarkan rotor dan
membangkitkan arus bolak-balik pada stator. Arus bolak-balik ini diubah menjadi
arus searah oleh dioda rectifier. Alternator berfungsi menghasilkan arus searah
untuk mengisi Akumulator.
2.5.1.
Tujuan Dari Pemakaian Alternator tipe AC
Jenis Alternator arus bolak-balik adalah 3 fasa yang memperoleh output
arus searah melalui pemakaian dioda silikon rectifier. Ketahanannya bagus pada
kecepatan tinggi dan performa pengisiannya agak lambat sehingga kebanyakan
dipakai untuk sistem pengisian baterai kendaraan.
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
οƒ˜ Ukurannya kecil dan beratnya ringan, dapat membuat tegangan output dengan
kecepatan rendah.
οƒ˜ Tidak mempunyai kommutator pada komponen yang berputar, batas
kecepatan putarnya bisa sangat tinggi.
οƒ˜ Karena diselaraskan dengan memakai dioda silikon, maka kapasitas listriknya
besar.
οƒ˜ Usia brush cukup lama.
2.5.2. Struktur dan cara kerja Alternator Mobil AC
Altenator Mobil AC terdiri dari stator yang merupakan komponen tetap,
rotor yaitu komponen yang berputar, dan end frame yang menopang kedua ujung
rotor. Stator merupakan bagian tetap dari Alternator sebagai tempat keluarnya
arus dan tegangan dari Alternator. Rotor berputar di dalam stator untuk
menginduksi gaya electromotive pada stator coil.
45
Gambar 2.46
Struktur Alternator Mobil AC
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa. Bandung, 2011)
Arus yang dihasilkan oleh stator coil disearahkan oleh rectifier (dioda
silikon) yang dipasang pada end frame menjadi arus searah dan disuplai ke luar.
Brush tidak untuk mendapatkan arus output namun dipakai untuk membangkitkan
rotor coil melalui pemberian arus ke rotor coil dari baterai. Fungsi dioda silikon
tidak hanya menyerahkan arus bolak-balik yang dibangkitkan dari stator coil
namun juga untuk mencegah arus terbalik dari baterai ke Alternator. Karena
itulah, tidak lagi diperlukan cut out relay seperti pada altenator mobil DC. Apabila
tegangan yang dibangkitkan dari Alternator lebih tinggi dari tegangan terminal
baterai, maka proses pengisian baterai secara otomatis akan dimulai.
(1) Stator
Stator bertindak sebagai armatur pada Alternator AC. Seperti tampak pada
gambar 2.47. Tiga coil secara terpisah dililit disekitar steel core yang terdiri dari
banyak layer. Tegangan 3 fasa AC akan diinduksikan ke dalam koil-koil ini.
Gambar 2.47.
Struktur Stator
46
Untuk mengurangi hilangnya inti (gejala dimana pusaran arus hilang yang
terjadi karena banyaknya garis magnet disekeliling steel core), maka stator steel
core terdiri dari susunan pelat baja silikon tipis, dan diantara pelat-pelat tersebut
terdapat bebarapa celah untuk memasang stator coil. Selama bekerja, dia akan
menjadi jalan bagi fluks magnet yang dihasilkan dari kutub rotor.
Satu kelompok stator coil dibuat dari gulungan kawat tembaga yang
ditutup dengan material insulating menjadi celah seperti tampak pada gambar
Coil pitch pemasangannya pas dengan celah yang ada pada kutub (pole
2.54.
pitch). Tiga kelompok koil ini disusun secara 1200 (2/3 dari pole pitch) dan
dibentuk dengan sambungan 3 fasa. Untuk metode penyambungan coil-nya ada
dua macam yaitu koneksi bintang (Y) dan koneksi segitiga.
Gambar 2.48.
Bentuk Stator Coil
(2) Rotor
Rotor, merupakan tempat untuk membuat fluks magnetik (garis magnet).
Rotor terdiri dari rotor core, rotor coil, shaft, dan slip ring. Untuk Alternator AC
kendaraan, menggunakan rotor jenis Randle yang strukturnya sederhana dan
kekuatannya cukup baik sehingga banyak digunakan pada kendaraan. Seperti
tampak pada gambar 2.49., jenis Randle terdiri dari 4~6 inti baja yang disisipkan
pada shaft dari kedua ujung rotor coil yang berbentuk tabung. Lilitan awal dan
akhir pada rotor coil dihubungkan ke dua slip rings yang dipasang pada shaft
yang sudah terbungkus.
47
Gambar 2.49.
Struktur Rotor Tipe Randle
Cara kerja rotor adalah sebagai berikut. Pada saat arus mengalir di dalam
rotor coil melalui kontak brush ke slip ring, garis-garis magnet akan terbentuk
sesuai dengan arah shaft sehingga satu sisi dari inti dimagnetkan ke kutub N dan
satu sisinya lagi dimagnetkan ke kutub S. karena itulah, masing-masing kutub
yang saling berhadapan satu sama lainnya juga dimagnetkan, dan ke 8 sampai 12
kutub N dan S disusun secara berjejer. Bahan rotor core terbuat dari penggandaan
besi karbon yang rendah. Slip-nya terbuat dari material konduksi yang baik seperti
tembaga atau besi baja.
(3) Brush
Kedua brush disisipkan ke dalam brush holder yang terpasang pada
bracket dan melakukan kontak ke slip ring melalui spring. Satu brush
dihubungkan ke terminal luar yang dibungkus, dan satu brush lainnya digrounded melalui brush holder. Ketika rotor berputar, secara beruturan brush
akan bergerak dan melakukan kontak ke slip ring, karena itulah brush ini terbuat
dari material metal karbon yang ketahanannya cukup baik dan tahanan kontaknya
rendah.
(4) Rectifier
Rectifier terdiri dari dioda. Seperti tampak pada gambar 2.51. enam buah
dioda dipasang di bagian belakang end frame untuk menyearahkan tegangan arus
bolak-balik 3 fasa yang dihasilkan dari stator coil untuk dirubah ke arus searah.
Pada saat arus mengalir ke dioda, temperatur dioda akan naik, sehingga
perlu di pasang heat sink (pelat pendingin). Umumnya tiga dioda sisi negatif
dimasukkan ke bagian belakang end frame dan tiga dioda positif di pasang ke heat
sink yang sudah dibungkus. Atau bisa juga, masing-masing ketiga positif dan
48
negatif disolder ke heat sink. Dengan kata lain, ke enam diode dipasang pada
printed board yang mempunyai heat sink.
Gambar 2.50.
Koneksi Dioda
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa. Bandung, 2011)
2.5.3. Cara Kerja Alternator AC Mobil
Berdasarkan gambar 2.52, cara kerja Alternator dapat dijelaskan. Pertama,
pada saat kunci kontak di putar ke posisi ON, arus sebesar 2A sampai 3A akan
mengalir dari baterai ke terminal F → (+) brush → slip ring → rotor coil → slip
ring → (-) brush → terminal E (ground). Oleh karena rotor coil mendapatkan
arus dari baterai, maka rotor coil menjadi magnet, sehingga disekeliling rotor
terdapat garis-garis magnet.
Setelah terdapat garis-garis gaya magnit di sekitar rotor dan melingkupi
belitan stator, maka apabila rotor tersebut di putar, di belitan stator maka akan
dibangkitkan tegangan arus bolak-balik 3 fasa. Tegangan AC ini disearahkan
menjadi arus DC melalui 6 dioda silikon dan dikeluarkan melalui terminal B
Alternator.
Ketika kecepatan putaran Alternator mencapai 1,000 rpm, tegangan dari
Alternator akan lebih tinggi dari pada tegangan pada terminal baterai. Karena
itulah, arus output disuplai dari terminal B ke baterai sebagai arus pengisian, dan
ada pula yang disuplai ke rotor coil. Pada Alternator, arus tidak akan mengalir
pada saat tegangan yang disuplai ke dioda silikon kurang dari 0.5V.
49
Output terminal tegangan N adalah setengahnya dari output terminal B.
Tegangan ini digunakan untuk menjalankan voltage regulator.
Gambar 2.51
Operasi Alternator AC
(Daryanto, Sistem kelistrikan motor, Satu nusa. Bandung, 2011)
Download