BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN DALAM PACARAN

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEKERASAN DALAM PACARAN
 Pengertian Kekerasan dalam Pacaran
Dalam berbagai literatur, belum ditemukan suatu definisi yang baku
mengenai kekerasan dalam pacaran yang sesuai dengan kasus-kasus yang
terjadi di Indonesia. Hal ini dikarenakan di Indonesia sendiri konsep
pacaran berbeda dengan konsep pacaran di negara luar yang mengenal
konsep date yang bisa berarti kencan lepas (Guamarawati, 2009). Beberapa
definisi mengenai kekerasan dalam pacaran yang dibahas berikut
merupakan definisi secara umum yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Sugarman & Hotaling (dalam Subhan, 2004), kekerasan
dalam pacaran (dating violence) adalah tindakan atau ancaman untuk
melakukan kekerasan, yang dilakukan salah seorang anggota dalam
hubungan pacaran ke anggota lainnya. Sedangkan menurut The American
Psychological Association (dalam Warkentin, 2008) menyebutkan bahwa
kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan psikologis dan fisik yang
dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan pacaran, yang mana
perilaku ini ditujukan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan
atas pasangannya.
Peneliti di The University of Michigan Sexual Assault Prevention and
Awareness Center Burandt, Wickliffe, Scott, Handeyside, Nimeh & Cope
(dalam Murray, 2007) mendefiniskan kekerasan dalam pacaran sebagai
tindakan yang disengaja, yang dilakukan dengan menggunakan taktik
melukai dan paksaan fisik untuk memperoleh dan mempertahankan
kekuatan dan kontrol terhadap pasangannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa
perilaku ini tidak dilakukan atas paksaan orang lain, sang pelaku lah yang
memutuskan untuk melakukan perilaku ini atau tidak, perilaku ini ditujukan
agar sang korban tetap bergantung atau terikat dengan pasangannya.
Melalui beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan
dalam pacaran merupakan sebuah kekerasan yang terjadi dalam relasi intim
11
atas dasar perasaan cinta diluar hubungan pernikahan. Didalamnya terjadi
sikap atau tindakan pemaksaan, penyerangan, perusakan, pengendalian dan
ancaman baik secara psikis, fisik, seksual maupun ekonomi, ataupun
kombinasi keempatnya. Kekerasan ini dapat terjadi selama masa pacaran
atau didalam proses berakhirnya masa pacaran.
 Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Pacaran
Terdapat beberapa bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang
secara singkat dikemukakan oleh Annisa (2012) yaitu:
 Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang,
mendorong, mencengkeram dengan keras pada tubuh pasangan
dan serangkaian tindakan fisik yang lain.
 Kekerasan psikologis seperti mengancam, memanggil dengan
sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan
lainya.
 Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi
segala keperluan hidupnya (memanfaatkan atau memeras
pasangan).
 Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga
memesakan hubungan tidakan hubungan seksual dibawah paksaan
dan ancaman.
 Tindakan stalking seperti mengikuti, membututi dan serangkaian
aktivitas yang mengganggu privasi dan membatasi aktivitas seharihari pasangan.
Murray (2007) menjabarkan dengan lebih jelas bentuk-bentuk
kekerasan dalam pacaran yang dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu
kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual, dan kekerasan fisik.
 Kekerasan Verbal dan Emosional
Kekerasan verbal dan emosional adalah ancaman yang dilakukan
pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik
12
wajah. Menurut Murray (2007), kekerasan verbal dan emosional
terdiri dari:
1. Name calling. Seperti mengatakan pacarnya gendut, jelek,
malas, bodoh, tidak ada seorangpun yang menginginkan
pacarnya, mau muntah melihat pacarnya.
2. Intimidating looks. Pasangannya atau pacarnya akan
menunjukkan wajah yang kecewa tanpa mengatakan alasan
mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya, jadi pihak
laki-laki atau perempuannya mengetahui apakah pacarnya
marah atau tidak dari ekspresi wajahnya.
3.
4.
5.
6.
Use of pagers and cell phones. Seorang pacar ada yang
memberikan ponsel kepada pacarnya, supaya dapat
mengingatkan atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya.
Alat komunikasi ini memampukan pacarnya untuk memeriksa
keadaan pacarnya sesering mereka mau. Mereka harus
mengetahui siapa yang menghubungi pacarnya dan mengapa
orang tersebut menghubungi pacarnya.
Making a boy/girl wait by the phone. Seorang pacar berjanji
akan menelepon pacarnya pada jam tertentu, akan tetapi sang
pacar tidak menelepon juga. Pacar yang dijanjikan akan
ditelepon, terus menerus menunggu telepon dari pasangannya,
membawa teleponnya kemana saja di dalam rumah, misalnya
pada saat makan bersama keluarga. Hal ini terjadi
berulangkali, sehingga membuat si pacar tidak menerima
telepon dari temannya, tidak berinteraksi dengan keluarganya
karena menunggu telepon dari pacarnya.
Monopolizing a girl’s/boy`s time.
Korban cenderung
kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas dengan teman
atau untuk mengurus keperluannya, karena mereka selalu
menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.
Making a girl`s/boy`s feel insecure. Seringkali orang yang
melakukan kekerasan dalam pacaran memanggil pacarnya
13
dengan mengkritik, dan mereka mengatakan bahwa semua hal
itu dilakukan karena mereka sayang pada pacarnya dan
menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal mereka
membuat pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar
mereka terus menerus dikritik, mereka akan merasa bahwa
semua yang ada pada diri mereka buruk, tidak ada peluang
7.
8.
9.
atau kesempatan untuk meninggalkan pasangannya.
Blaming. Semua kesalahan yang terjadi adalah perbuatan
pasangannya, bahkan mereka sering mencurigai pacar mereka
atas perbuatan yang belum tentu disaksikannya, seperti
menuduhnya melakukan perselingkuhan.
Manipulation / making himself look pathetic. Hal ini sering
dilakukan oleh pria. Perempuan sering dibohongi oleh pria,
pria biasanya mengatakan sesuatu hal yang konyol tentang
kehidupan, misalnya pacarnyalah orang yang satu-satunya
mengerti dirinya, atau mengatakan kepada pacarnya bahwa
dia akan bunuh diri jika tidak bersama pacarnya lagi.
Making threats. Biasanya mereka mengatakan jika kamu
melakukan ini, maka saya akan melakukan sesuatu padamu.
Ancaman mereka bukan hanya berdampak pada pacar mereka,
tetapi kepada orangtua, dan teman mereka.
10. Interrogating. Pasangan yang pencemburu, posesif, suka
mengatur, cenderung menginterogasi pacarnya, dimana
pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa
orang laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau
mengapa mereka tidak membalas pesan mereka.
11. Humiliating her/him in public. Mengatakan sesuatu mengenai
organ tubuh pribadi pacarnya kepada pacarnya di depan
teman-temannya. Atau mempermalukan pacarnya di depan
teman-temannya.
14
12. Breaking treasured items. Tidak mempedulikan perasaan atau
barang-barang milik pacar mereka, jika pasangan mereka
menangis, mereka menganggap hal itu sebuah kebodohan.
 Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan
atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak
menghendakinya. Menurut Murray (2007), kekerasan seksual
terdiri dari:
1. Perkosaan. Melakukan hubungan seks tanpa ijin pasangannya
atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan. Biasanya
pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan
pasangannya pada saat itu.
2. Sentuhan yang tidak diinginkan. Sentuhan yang dilakukan
3.
tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi
di bagian dada, bokong dan yang lainnya.
Ciuman yang tidak diinginkan. Mencium pasangannya tanpa
persetujuan pasangannya, hal ini bisa terjadi di area publik
atau di tempat yang tersembunyi.
 Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah perilaku yang mengakibatkan pacar terluka
secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan
sebagainya. Kekerasan fisik menurut Murray (2007) terdiri dari:
1. Memukul, mendorong, membenturkan. Ini merupakan tipe
kekerasan yang dapat dilihat dan diidentifikasi. Conoth
perilaku ini diantaranya adalah memukul, menampar,
menggigit, mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan
menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal
ini dilakukan sebagai hukuman kepada pasangannya.
2. Mengendalikan, menahan. Perilaku ini dilakukan pada saat
menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan
15
3.
mereka, misalnya menggengam tangan atau lengannya terlalu
kuat.
Permainan kasar. Menjadikan pukulan sebagai permainan
dalam hubungan, padahal sebenarnya pihak tersebut
menjadikan pukulan-pukulan ini sebagai taktik untuk
menahan pasangannya pergi darinya. Ini menandakan
dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.
 Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Pacaran
World Report On Violence And Health (2002) mengindikasikan enam
faktor yang menyebabkan kekerasan dalam pacaran diantaranya:
 Faktor Individual. Faktor demografi yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia
yang muda dan memiliki status ekonomi yang rendah serta




memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang
rendah.
Sejarah Kekerasan dalam Keluarga. Studi yang dilakukan di
Brazil, Afrika dan Indonesia menunjukkan bahwa kekerasan dalam
pacaran cenderung dilakukan oleh laki-laki yang sering
mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah
tangga.
Penggunaan Alkohol. Alkohol dapat mengakibatkan menurunnya
kemampuan individu dalam menginterpretasikan sesuatu.
Gangguan Kepribadian. Penelitian di Canada menunjukkan bahwa
laki-laki yang menyerang pasangannya cenderung mengalami
emotionally dependent, insecure dan rendahnya self-esteem
sehingga sulit mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam diri
mereka.
Faktor dalam Hubungan. O’Kefee (2005) mengatakan bahwa,
kurangnya kepuasan dalam hubungan dan semakin banyaknya
konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan
terjadinya kekerasan dalam pacaran.
16
 Faktor Komunitas. Tinggal dalam kemiskinan dapat menyebabkan
hopelessness. Untuk beberapa pria, tinggal dalam kemiskinan bisa
mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak mampu untuk
memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan harapan sosial.
 Dampak Kekerasan dalam Pacaran
Dampak yang ditimbulkan dalam kekerasan pada masa pacaran
tentunya sangat berbahaya. Kekerasan akan selalu berdampak negatif dan
akibat yang paling fatal adalah luka psikologis yang memerlukan waktu
penyembuhan yang cukup lama dan tidak dapat dipastikan. Berikut ini
adalah beberapa dampak kekerasan pada masa pacaran menurut Tisyah dan
Rochana (2013), antara lain:
 Dampak kejiwaan.
Perempuan menjadi trauma atau membenci laki-laki, akibatnya
perempuan menjadi takut untuk menjalin hubungan dengan lakilaki. Sehingga menimbulkan rasa kecemasan yang mendalam.
 Dampak sosial.
Posisi perempuan menjadi lemah dalam hubungan dengan lakilaki. Apalagi perempuan yang merasa telah menyerahkan
keperawanannya kepada pacarnya, biasanya merasa minder untuk
menjalin hubungan lagi. Tidak hanya rasa percaya diri terhadap
lawan jenis tapi juga terhadap diri sendiri dan orang lain sehingga
menyebabkan turunnya produktivitas kerja atau prestasi.
 Dampak fisik.
Tubuh menjadi luka-luka, baik ringan maupun parah. Bila terjadi
kehamilan tidak dikehendaki dan pacar meninggalkan
pasangannya. Ada dua kemungkinan, yaitu melanjutkan kehamilan
atau aborsi. Bila melanjutkan kehamilan, harus siap menjadi orang
tua tunggal. Bila aborsi, harus siap menanggung risiko-risiko,
seperti pendarahan, infeksi, dan bahkan kematian. Bila terjadi
hubungan seks dalam pacaran, perempuan akan rentan terkena
Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu herpes dan HIV/AIDS.
17
B. MEKANISME PERTAHANAN DIRI FREUD
 Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan.
Mekanisme pertahanan diri melindungi ego dari kritik-kritik yang tidak adil
dari superego dan dari dorongan id yang tidak dapat diterima. Andri (2007)
mengemukakan ada dua karakteristik penting dari mekanisme pertahanan.
Pertama adalah bahwa mereka merupakan bentuk penolakan atau gangguan
terhadap realitas. Kedua adalah bahwa mekanisme pertahanan berlangsung
tanpa disadari. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai
reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi
atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah.
Mekanisme pertahanan diri ini berkembang karena ego sangat lemah untuk
mengatasi tuntutan lingkungan (Kanserina, 2011). Secara sederhana, proses
munculnya mekanisme pertahanan diri dapat digambarkan dalam Figur 6
berikut ini.
Figur 6. Mekanisme Pertahanan Diri (ego).
 Bentuk-Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri Freud
Terdapat beberapa bentuk dari mekanisme pertahanan diri. Bentukbentuk mekanisme pertahanan ini adalah beberapa bentuk mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melawan kecemasan. Freud membuat
asumsi tentang beberapa mekanisme pertahanan, namun mencatat bahwa
18
jarang sekali individu menggunakan hanya satu pertahanan saja. Umumnya
individu akan menggunakan beberapa mekanisme pertahanan pada satu saat
yang bersamaan. Berikut beberapa bentuk mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melawan kecemasan yang telah dirangkum dari berbagai
sumber (Andri, 2007; Baihaqi, 2007; Yuindartanto, 2009 & Novita, 2015):
a. Represi
Represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran
(conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara
tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau
menyakitkan. Represi merupakan cara individu untuk menekan
perasaan frustasi, konflik batin, dan sejenisnya dengan melakukan
usaha seperti lebih sering membicarakan berita baik dari pada
berita buruk, atau selalu mengingat hal positif dari pada negatif.
Contoh:
Ayu pernah disakiti oleh kekasihnya, ia di khianati oleh pacarnya
dan sahabatnya. Ia menyaksikan sendiri penghianatan itu saat
mereka bermain di taman kota. Sehingga ayu berusaha untuk
melupakan tempat itu, karena jika ia ingat tempat itu hatinya akan
kembali terluka. Ia telah mengubur dalam-dalam kenangan pahit
itu dan sekarang ia tidak ingat lagi peristiwa itu.
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang
mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma
sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat diterima.
Contoh:
Misalnya seorang yang mempunyai impuls seksual yang tinggi
menjadi seorang yang dengan gigih menentang pornografi. Contoh
lain misalnya, seseorang yang mempunyai impuls agresif dalam
dirinya berubah menjadi orang yang ramah dan sangat bersahabat
19
dengan maksud agar dapat menekan kecenderungan dirinya sendiri
ke arah itu.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang
menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat
diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain.
Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain
mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak
baik.
Contoh:
Misalnya seorang atlit beralasan bahwa presentasi olah raganya
yang kurang baik disebabkan karena sedang sakit flu atau seorang
anak mengatakan ia tidak naik kelas karena gurunya sentimen
terhadapnya.
d. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali
ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan
dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi.
Contoh:
Anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya dan
marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan
pemahaman kembali perilaku individu untuk membuatnya menjadi
lebih rasional dan dapat diterima oleh individu. Individu berusaha
memaafkan atau mempertimbangkan suatu pemikiran atau
20
tindakan yang mengancamnya dengan meyakinkan dirinya sendiri
bahwa ada alasan yang rasional dibalik pikiran dan tindakan itu.
Contoh:
Seorang yang dipecat dari pekerjaan mengatakan bahwa
pekerjaannya itu memang tidak terlalu bagus untuknya.
f. Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls
terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak
tersedia.
Contoh:
Seorang anak yang kesal dan marah dengan orang tuanya, karena
perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa kesal dan
marahnya itu ditimpakan kepada adiknya yang kecil. Pada
mekanisme ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut
individu bukanlah merupakan suatu ancaman.
g. Sublimasi
Berbeda dengan pemindahan, yang mengganti objek untuk
memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian
dari impuls Id itu sendiri. Sublimasi merupakan dorongan
kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh normanorma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang
lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.
Contoh:
Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan
dalam olah raga keras misalnya bertinju, atau mengisap permen
sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
21
h. Isolasi
Isolasi adalah cara seseorang untuk menghindari perasaan yang
tidak dapat diterima dengan cara melepaskan diri dari peristiwa
yang seharusnya terikat, merepresikannya dan bereaksi terhadap
peristiwa tersebut tanpa emosi. Hal ini sering terjadi pada
psikoterapi.
Contoh:
Pasien berkeinginan untuk mengatakan kepada terapis tentang
perasaannya namun tidak ingin berkonfrontasi dengan perasaan
yang dilibatkan itu. Pasien kemudian akan menghubungkan
perasaan tersebut dengan cara pelepasan yang tenang walau
sebenarnya ada keinginan untuk mengeksplorasi lebih jauh.
i. Intelektualisasi
Sering bersamaan dengan isolasi, individu mendapatkan jarak
yang lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan
analisis intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri.
Contoh:
Bila orang yang sedang berduka karena kematian keluarganya
maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi” dan sambil
tersenyum.
j. Penyekatan Emosional
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai
tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat
menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan.
22
Contoh:
Melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara
menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja
yang terjadi dalam kehidupan.
k. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau
obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga
sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam
tak sadar.
Contoh:
Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan.
Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan
dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh
orang yang bersangkutan.
l. Undoing
Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran
ritual dalam upaya untuk mencegah impuls yang tidak dapat
diterima.
Contoh:
Misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika
dalam berdagang akan memberikan sumbangan-sumbangan besar
untuk usaha sosial.
m. Penyangkalan
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive.
Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap
kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan
23
cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal
lain.
Contoh:
Seorang yang menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu
yang mengerikan.
 Faktor Pendorong Terjadinya Mekanisme Pertahanan Diri
Abivian (2015) dalam tulisannya memaparkan, terdapat dua faktor
utama yang mendorong terjadinya mekanisme pertahanan diri, yaitu:
 Konflik
Asumsi Freud mengatakan bahwa tingkah laku manusia
merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus
menerus. Freud meyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber
kepada dorongan-dorongan seks dan agresif. Freud menyatakan
dorongan seks dan agresif sebagai hal yang menimbulkan
konflik karena seks dan agresi merupakan dorongan yang lebih
kompleks dan membingungkan social control dari pada motifmotif dasar lainnya, dan dorongan seks dan agresi dirintangi
secara lebih teratur (regular) dari pada dorongan biologi
lainnya. Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun
tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan
(anxiety)
 Kecemasan
Kecemasan dipandang sebagai komponen pokok dinamika
kepribadian. Kecemasan ini mempunyai peranan sentral dalam
teori psikoanalisis. Kecemasan digunakan oleh ego sebagai
syarat adanya bahaya yang mengancam. Freud membagi
kecemasan ini kedalam tiga kategori yang diantaranya: (1)
reality anxiety, kecemasan berada di dunia luar; (2) neority
anxiety, kecemasan terhadap perbuatan yang dapat merusak
dirinya sendiri dan tidak dapat dikontrol; dan (3) morality
24
anxiety, yang mana kecemasan moral merupakan respon super
ego terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh
kepuasan secara immoral. Kecemasan diwujudkan dalam
bentuk perasaan bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame).
25
Download