inventarisasi sumberdaya ikan di rawa banjiran

advertisement
LAPORAN AKHIR TAHUN 2011
INVENTARISASI SUMBERDAYA IKAN DI RAWA
BANJIRAN OGAN KOMERING ILIR DAN MUARA ENIM
Niam Muflikhah, Melfa M arini, Marson,
Burnawi dan Samsul Bahri
PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN
KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DA N PERIKANAN
2011
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
: Inventarisasi Sumberdaya Ikan di Perairan Rawa
Banjiran Ogan Komering Ilir dan Muara Enim,
Sumatera Selatan.
2. Tim Peneliti
: Dra. Niam Muflikhah
Melfa Marini, S.Pi
Marson, ST
Burnawi
Samsul Bahri
3. Jangka Waktu Penelitian : 20 Tahun (Kegiatan tahun 1)
4. Total Anggaran
: 125.000.000
Palembang,
Desember 2011
Mengetahui,
Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Koordinator Kegiatan,
Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, DEA
NIP. 19591231 198401 1 002
Dra. Niam Muflikhah
NIP. 19561125 198403 2 002
ABSTRAK
Perairan rawa banjiran (floodplain) Sumatera Selatan merupakan perairan
yang berpotensi besar sebagai penghasil produksi perikanan diantaranya adalah
perairan Lubuk lampam di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Sungai Belido di
Kabupaten Muara Enim. Perairan Lubuk Lampam berdasarkan hasil penelitain
2011 ditemukan 32 jenis ikan yang artinya mengalami penurunan jenis sekitar
30% dari jumlah jenis ikan yang ditemukan pada tahun 2008 sebanyak 48 jenis.
Berdasarkan jenis genera yang ditemukan, perhitunga n indeks keanekargaman,
kelimpahan total, dan kelimpahan relative terhadap organism perairan lainnya
yaitu (Perifiton, Bentos, dan Plankton) menunjukkan kondisi perairan lubuk
lampam berada dalam kondisi proses mengalami degradasi tingkat sedang.
Pada Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim ditemukan sebanyak
50 jenis ikan. Berdasarkan jenis ikan yang ditemukan yaitu ikan Baung
(Hemibagrus nemurus), Tapah (Wallago leerii) dan Belida (Notopterus
notopterus) perairan Sungai Belido merupakan perairan yang potensial sebagai
daerah perikanan. Khusunya untuk habitat pemijahan ikan Belida, hal tersebut
ditandai dengan ditemukannya beberapa calon indukan ikan Belida selama
penelitian dengan ukuran rata -rata 4,0-6,5 kg/ekor di stasiun Kayu Arobatu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat nya sehingga riset berjudul ” Inventarisasi Sumberdaya Ikan di
Perairan Rawa Banjiran Ogan Komering Ilir dan Muara Enim ” dapat terlaksana
dengan
baik
sesuai
dengan
rencana.
Tujuan
riset
ini
adalah
untuk
menginventarisasi (1) Kegiatan penangkapan ikan (hasil tangkapan, jenis dan
komposisi ikan, alat tangkap dan daerah penangkapan) . (2) Organisme perairan
(Periphiton, plankton, makrozoobenth os, dan serangga) (3) Aspek biologi ikan
yang dominan dan berekonomis penting (Tingkat Kematangan Gonad, fekunditas,
hubungan panjang dan b erat, dan kebiasaan makan ikan) . Diharapkan dengan
adanya informasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pe rikanan
terutama kepada pemerintah daerah dan lembaga pendidikan tentang kondisi
perairan rawa banjiran Lubuk Lampam dan Sungai Belido , Propinsi Sumatera
Selatan.
Ucapan terima kasih kami tujukan terutama kepada pihak -pihak yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini:
1. Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) Palembang
2. Dinas Perikanan dan Kelautan Ogan Komering Ilir dan Muara Enim
3. Seluruh anggota Tim Penelitian perairan Lubuk Lampam dan Sungai Belido
4. Peneliti dan teknisi di Laboratorium Kolek si Ikan, Hidrobiologi dan Kimia
BRPPU
5. Kepala Nelayan dan nelayan di sepanjang perairan Lubuk Lampam dan
Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan.
Demikianlah, semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi dunia
perikanan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Palembang,
Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ ............ 1
B. Tujuan dan Sasaran .................................................................. ............ 4
II.
TELAAH HASIL-HASIL PENELITIAN TERKAIT SEBELUMNYA
A. DefinisiEkosistem ................................................................... ............ 6
B. Karakteristik Khas Ekosistem Rawa Banjiran ........................... ............ 7
C. Profil Kewilayahan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Muara Enim .... 11
a. Kabupaten Ogan Komering Ilir ............................................. ............ 11
b. Kabupaten Muara Enim ........................................................ ............ 14
III.
IV.
V.
VI.
METODE PENELITIAN
A. Kondisi Lokasi Penelitian .........................................................
B. Pengambilan Sampel ................................................................
C. Analisis data .............................................................................
D. Parameter yang diukur ..............................................................
............ 19
............ 20
............ 20
............ 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan Penangkapan ikan (jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan
ikan, alat tangkap dan daerah penangkapan .......................... ............ 23
4.1.1. Perairan Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir ........ 23
4.1.1.1. Jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan ikan ......... 23
4.1.1.2. Jenis alat tangkap dan daerah penangkapan ... ............ 28
4.1.2. Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim .......... ............ 29
4.1.2.1. Jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan ikan ......... 29
4.1.2.2 Jenis alat tangkap dan daerah penang kapan ... ............ 31
4.2. Organisme perairan (Perifiton, Plankton, dan Makrozoobentos) .......... 33
4.2.1. Perairan Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir ....... 33
4.2.1.1. Perifiton ....................................................... ............ 33
4.2.1.2. Bentos .......................................................... ............ 37
4.2.1.3. Plankton ....................................................... ............ 39
4.2.2. Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim ........ ............ 42
4.2.1.1. Perifiton ....................................................... ............ 42
4.2.1.2. Bentos .......................................................... ............ 46
4.2.1.3. Plankton ....................................................... ............ 48
4.3. Aspek-aspek biologi ikan-ikan yang dominant dan berekonomis penting
4.3.1. Perairan Lubuk Lampam, Kabupa ten Ogan Komering Ilir ........... 51
4.3.2. Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim .......... ............ 63
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Parameter kualitas air yang di amati ...................................... ............ 22
Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang ditemukan pada perairan L ubuk Lampam 2011 .. 23
Tabel 3. Jenis-jenis ikan yang ditemukan pa da perairan Sungai Belido 2011 .... 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Topografi Kabupaten Ogan Komering Ilir .................. ............ 13
Gambar 2. Peta Topografi Kabupaten Muara Enim ............................ ............ 16
Gambar 3. Pembuatan Tanggul oleh Kemeterian Perhubungan pada
perairan Lubuk Lampam 2011 .......................................... ............ 17
Gambar 4. Pola penurunan jenis ikan di perairan Lubuk Lampam ...... ............ 25
Gambar 5. Kondisi perairan Lubuk lampam dahulu ............................ ............ 25
Gambar 6. Kondisi perairan Lubuk Lampam terkini ........................... ............ 26
Gambar 7. Lokasi beroperasinya alat tangkap tuguk pada bagian hulu dan hi lir
diluar areal lubuk lampam .................................................. ............ 27
Gambar 8. Hasil tangkapan perairan Lubuk Lampam, Ogan Komering Ilir
pada 2011 ......................................................................... ............ 27
Gambar 9. Hasil tangkapan perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim
pada 2011 ......................................................................... ............ 31
Gambar 10. Jumlah unit penangkapan berdasarkan alat dan ekosistem
penangkapan perairan Sungai Belido 2011 ......................... ............ 33
Gambar 11. Jumlah genera perifiton pada perairan Lubuk Lampam setiap kelas
dan waktu pengamatan pada 2011 .................................... ............ 34
Gambar 12. Nilai indeks keanekaragaman perifiton pada bulan Februari, Mei, Juli
dan Oktober di 5 stasiun perairan Lubuk Lampam tahun 2011 ....... 35
Gambar 13. Nilai Kelimpahan perifiton pada bulan Februari, Mei, Juli dan
Oktober di 5 stasiun perairan Lubuk Lampam tahun 2011 ............ 35
Gambar 14. Kelimpahan relatif perifiton pada bulan Februari, Mei, Juli dan
Oktober di 5 stasiun perairan Lubuk Lampam tahun 2011 ............ 36
Gambar 15. Jumlah genera bentos pada perairan Lubuk Lampam setiap kelas dan
waktu pengamatan pada 2011 ........................................... ............ 37
Gambar 16. Kelimpahan makrozoobentos di rawa banjiran Lubuk Lampam tahun
2011
............................................................................ ............ 38
Gambar 17. Kelimpahan relatif bentos pada bulan Februari, Mei, Juli dan Oktober
di 5 stasiun perairan Lubuk Lampam tahun 2011 ............. ............ 38
Gambar 18.Grafik indek keanekaragaman dn indek dominans i fitoplankton di
perairan rawa banjiran Lubuk Lampam, Provinsi Sumatera Selatan
2011
............................................................................ ............ 40
Gambar 19.Grafik indek keanekaragaman (A) dan indeks dominansi (B)
Zooplankton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam, Provinsi
Sumatera Selatan 2011
.......................... ............ 42
Gambar 20. Jumlah genera perifiton pada perairan Sungai Belido setiap kelas dan
waktu pengamatan pada 2011
.......................... ............ 43
Gambar 21. Grafik indek keanekaragaman Perifiton di perairan rawa banjiran
Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan 2011 ................ ............ 44
Gambar 22. Kelimpahan total perifiton pada Februari, Mei, Juli dan Oktober di
perairan Sungai Belido 2011
.......................... ............ 44
Gambar 23.
Kelimpahan relatif perifiton di perairan Sungai Belido Februari,
Mei, Juli dan November, Ogan Komering Ilir pada 2011 .......... 45
Gambar 24. Jumlah genera bentos yang diketemukan berdasarkan waktu
pengamatan di perairan Sungai Belido pada 2011 ........ ............ 46
Gambar 25. Kelimpahan bentos di Sungai Belido pada 2011 .............. ............ 47
Gambar 26. Kelimpahan relatif Bentos di perairan Sungai Belido Februari, Mei,
Juli dan November, Ogan Komering Ilir pada 2011 ........ ............ 47
Gambar 27. Grafik indek keanekaragaman Fitoplabkton di perairan rawa banjiran
Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan 2011 .............. ............ 48
Gambar 28.
Grafik indek keanekaragaman (A) dan indeks dominansi (B)
Zooplankton di perairan rawa banjiran Sungai Belido, Provinsi
Sumatera Selatan 2011
.......................... ............ 50
Gambar 29. Distribusi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan betina
berdasarkan kelas ukuran panjang di perairan Lubuk Lampam Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan
.......................... ............ 52
Gambar 30. Grafik hubungan panjang dengan berat ikan putak betina dan jantan
(Notopterus notopterus) di perairan Lubuk Lampam, Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan
.......................... ............ 53
Gambar 31. Faktor kondisi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan betina
berdasarkan TKG di perairan Lubuk Lampam, Ogan Komering I lir
Sumatera Selatan pada 2011
.......................... ............ 55
Gambar 32. Faktor kondisi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan betina
berdasarkan bulan pengamatan di perairan Lubuk Lampam, Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan pada 2011 ..................... ............ 56
Gambar 33. Grafik nisbah kelamin ikan putak ( Notopterus notopterus) di perairan
Lubuk Lampam, Ogan Komering Ilir .......................... ............ 58
Gambar 34. Grafik nisbah kelamin ikan putak (Notopterus notopterus)
berdasarkan selang panjang di perairan Lubu k Lampam, Ogan
Komering Ilir
.......................... ............ 59
Gambar 35. Tingkat kematangan gonad ikan putak (Notopterus notopterus) jantan
dan betina pada setiap bulan penelitian di perairan Lubuk Lampam,
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan .......................... ............ 61
Gambar 36. Tingkat kematangan g onad ikan putak (Notopterus notopterus) jantan
dan betina berdasarkan selang panjang di perairan Lubuk Lampam,
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan .......................... ............ 62
1.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perairan rawa banjiran (fload plain) ialah lahan di tepi sungai yang tergenang
ketika air sungai meluap pada musim hujan , sehingga membentuk perairan rawa
dan sebagian besar kembali menjadi daratan pada musim kemarau. Perairan rawa
banjiran (floodplain) merupakan salah satu jenis perairan umum yang memiliki
potensi sumberdaya perikanan air tawar yang sangat potensial, didalamnya hidup
berbagai jenis kelompok ikan hitam ( black fishes) (Welcomme,1985) antara lain
ikan Gabus (Channa striata), Tembakang (Helostoma temminckii), Lele (Clarias
spp), Betok (Anabas testudineus), Sepat (Trichogaster pectoralis) dan ikan Betutu
(Oxyoleotris marmorata).
Utomo dan Arifin (1991), mengemukakan bahwa ciri khas dari perairan rawa
banjiran yaitu memiliki frekuensi air yang sangat berbeda antara musim
penghujan dan musim kemarau. Perairan umum sungai dan rawa banjiran
merupakan tipe perairan yang sangat kompleks dan dinamis, dimana secara
berkala dan bergantian terjadi perubahan dari ekosistem terest erial ke ekosistem
akuatik, sehingga mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi seba gai akibat dari
masukan nutrien yang berasal dari tumbuhan tinggi yang mengalami dekomposisi
pada waktu banjir. Berbagai jenis ikan memanfaatkan buah pohon hutan dan
berbagai jenis lain memnfaatkan serangga air yang berasosiasi dengan tanaman
hutan, membuat ekositem rawa banjiran dengan vegetasi hutan rawa menjadi
tempat hidup dan mencari makan bagi berbagai jenis ikan. Oleh karena
keragaman jenis ikan yang tinggi disertai dina mika hidrologi mengakibatkan
kegiatan perikanan di perairan rawa banjiran mempunyai intensitas dan
variabilitas yang tinggi.
Propinsi Sumatera Selatan merupakan suatu kawasan seluas 99.888,28
Km2 di pulau Sumatra, Indonesia bagian Barat . Di sebelah Selatan garis
khatulistiwa pada 10-40 derajat lintang Selatan dan 102 -108 derajat Bujur Timur,
dari luas kawasan seluas 99.888,28 km2 sebagian besarnya merupakan perairan
rawa banjiran. Perairan rawa banjiran (floodplain) Sumatera Selatan merupakan
perairan yang berpotensi besar sebagai penghasil produksi perikanan diantaranya
adalah perairan Lubuk la mpam di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Sungai
Belido di Kabupaten Muara Enim.
Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki wilayah perairan daratan yang cukup
luas dengan potensi sumberdaya ikan yang prospektif. Sumber daya ikan perairan
umum daratan memiliki arti penting sebagai modal dasar pengembangan usaha
perikanan tangkap dan sebagai penyedia protein he wani bagi masyarakat yang
perlu dikelola dengan baik agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal
dan berkelanjutan. Untuk menjamin kelestarian sumber daya ikan di lebak lebung
dan sungai perlu dilakukan pembinaan teknis dan perlindungan sumber daya ikan
serta pengendalian terhadap pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Lubuk
Lampam, Produksi ikan di daerah Lubuk Lampam tidak stabil dan cenderung
menurun setiap tahun. Hal ini bila tidak mendapatkan perhatian yang cermat akan
berdampak negatif terhadap pendapatan nelayan perairan umum tersebut.
Hal tersebut membutuhkan dukungan riset dan ilmu pengetahuan. Untuk
kepentingan riset dan ilmu pengetahuan, lebak lebung dan/atau s ungai tertentu
dapat dikelola oleh Lembaga Riset dan/atau Ilmu Pengetahuan sesuai Pasal 22
Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Lebak Lebung dan Sungai dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan penelitian di perairan umum
daratan, khususnya pada perairan Batanghari Lubuk Lampam agar dapat lebih
meningkatkan hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pemerintah daerah
setempat dalam rangka pengelolaan perikanan, konse rvasi dan pemanfaatan
sumber daya ikan, maka diadakannya kerja sama antara Pusat Penelitian
Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai mana tertuang dalam surat Perjanjian
Kerjasama No.14.3/Balitbang Kp.1/RS.120/12/2010 dan SK Bupati Ogan
Komering Ilir No.428/KEP/D.Kp/2010.
Perairan Sungai Belido di Muara Enim, berdasarkan informasi dari
masyarakat merupakan perairan rawa banjiran ( floodplain) yang potensial, masih
memiliki keanekaragaman jenis sumberdaya ikan dan habitat yang cukup baik
hingga saat ini bila dibandingkan dengan perairan Lubuk Lampam Ogan
Komering Ilir. Akan tetapi informasi tersebut belum banyak ditemui dalam bentuk
tertulis, atas dasar itu maka penelitian di Sungai Belido kabupa ten Muara Enim
dilakukan.
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2007 yang dimaksud sumberdaya ikan
adalah potensi semua jenis ikan dan yang dimaksud dengan ikan adalah segala
jenis organisme yang seluruh atau sebagian siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan, sehingga dalam rangka menindaklanjuti kerjasama dan untuk
pegelolaan perairan umum yang optimal dan lestari demi kelangsungan sumber
mata pencaharian nelayan di Ogan Komering Ilir (Lubuk Lampam) dan nelayan di
Muara Enim (sungai Belido) untuk menduku ng hal tersebut dilakukan penelitian
mengenai “Inventarisasi Sumberdaya Ikan di Ogan Komering Ilir dan Muara
Enim”.
B. TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah menginventarisasi :
a. Kegiatan penangkapan ikan (hasil tangkapan, jenis dan ko mposisi ikan, alat
tangkap dan daerah penangkapan) .
b. Organisme perairan (Periphiton, plankton, makrozoobenthos, dan serangga) .
c. Aspek-aspek biologi ikan-ikan yang dominan dan berekonomis penting
(Tingkat Kematangan Gonad, fekunditas, hubungan panjang dan b erat, dan
kebiasaan makan ikan).
SASARAN
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dasar :
a. Kegiatan penangkapan Ikan (hasil tangkapan, jenis dan komposisi ikan)
Kabupaten Ogan Komering Ilir (Lubuk Lampam) dan Muara Enim (sungai
Belido).
b. Organisme perairan (Periphiton, plankton, makrozoobenthos, dan serangga)
di Ogan Komering Ilir (Lubuk Lampam) dan Muara Enim (sungai Belido)
c. Aspek-aspek biologi ikan-ikan yang dominan dan berekonomis penting
(Tingkat Kematangan Gonad, fekunditas, hubungan panjang dan berat, dan
kebiasaan makan ikan).
TELAAH HASIL-HASIL PENELITIAN TERKAIT SEBELUMNYA
Kegiatan penelitian di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam telah banyak
dilakukan diantaranya oleh Arifin (1981), Utomo et al., (1992), Safran et al.,
(2008). Berdasarkan hasil-hasil riset tersebut terdapat suatu pola penurunan
produksi penangkapan baik dari segi jenis, ukuran maupun hasil total produksi.
Mengingat
begitu
pentingnya
kawasan
perairan
umum
dalam
rangka
keberlanjutan sumberdya ikan sebagai mata pencaharian masyarakat atau nelayan
maka Pemerintah Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan
melakukan kerjasama riset dengan Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Sumberdaya Ikan (P4KSI).
Penelitian di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam 2011 merupakan
penelitian terkait dengan adanya kerjasama riset tersebut, untuk memperoleh
informasi dasar terkini dari perairan Lub uk Lampam dalam rangka memperole h
model pengelolaan yang tepat di perairan rawa banjiran khususnya perairan
Lubuk Lampam.
A. DEFINISI EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu s istem ekologi yang terdiri dari komponen biotik
dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain serta saling mempengaruhi
sistem kehidupan (Calpham, 1973 in Adriman, 1995). Sedangkan menurut Kasry
et al., (1994) ekosistem adalah organisme -organisme hidup (biotik) dan
lingkungan tidak hidup (abiotik) berhubungan erat tidak terpisahkan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Komponen -komponen yang merupakan bagian
dari ekosistem tersebut adalah 1) senyawa -senyawa in-organik (C, N, CO 2, H2O),
2) senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, senyawa humic dan
sebagainya) yang menghubungkan dengan lingkungan biotik, 3) resim iklim
(temperatur dan faktor-faktor fisik lainnya), 4) produsen, organisme autotroph dan
tumbuhan hijau, 5) makro consumer, 6) mikro konsumer.
Odum (1971) menyatakan jika dilihat dari fungsinya, komponen
biotik
terdiri dari organisme produser, konsumer dan dekomposer. Organisme produser
adalah organisme autotrop yang dapat menghasilkan
makanan sendiri seperti
tumbuhan hijau dan fitoplankton. Organisme konsumer adalah organisme yang
memanfaatkan zat organik yang dihasilkan oleh produsen seperti zooplankton,
ikan dan organisme pemakan ikan. Sedangkan organisme pemakan dekomposer
adalah organisme yang dapat merombak atau mengur aikan senyawa organik
menjadi komponen dasar yang dapat digunakan tanaman untuk keperluan
hidupnya, seperti bakteri dan jamur.
B. KARAKTERISTIK KHAS EKOSISTEM RAWA BANJIRAN
Karakteristik khas ekosistem rawa adalah secara periodik mengalami
musim air dalam dan musim
air dangkal. Fluktuasi kedalaman ini akibat
limpahan air dari sungai, danau dan atau air hujan (Junk dan Wantzen, 2004).
Perubahan kedalaman air musiman mempengaruhi kondisi kualitas air (Hartoto,
2000), dan ritme kehidupan ikan (Lowe -McConnell, 1987). Perubahan kedalaman
air merupakan faktor utama yang menentukan struktur komunitas ikan di rawa
banjiran/lebak (Lowe-McConnell, 1987; Baran dan Cain, 2001; Hoeinghais et al.,
2003). Struktur dan fungsi komunitas biota perairan berkaitan erat dengan kua litas
dan kuantitas lingkungan hidup dari biota tersebut. Lain halnya dengan biota pada
lingkungan darat (terrestrial) dimana perkembangan struktur dan fungsi komunitas
merupakan fungsi dari kualitas dan kuantitas lahan dan udara, struktur dan fungsi
biota perairan selain fungsi kedua komponen tersebut juga merupakan fungsi dari
kualitas dan kuantitas media air. Karakteristik dan dinamika kualitas media air
sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, tanah di dasar perairan, geomorfologi dan
kegiatan yang ada di daerah tangkapan air (water catchment area) dan di daerah
aliran sungai. Habitat ikan tidak hanya menyediakan kualitas dan kuantitas air
untuk hidup, namun dapat juga menyediakan pakan alami ataupun substrat untuk
tumbuh dan berkembang biak. Oleh karena itu, dikenal beberapa jenis habitat
seperti habitat pengasuhan, habitat mencari makan dan habitat pemijahan. Habitat
ikan bervariasi tergantung pada karakteristik morfologi dan tingkah laku ikan
yang berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya .
Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan
berkelanjutan perlu.dilakukan pengelolaan perikanan, meliputi berbagai kegiatan
yang ditujukan dalam pengelolaan perikanan, diharapkan kesejahteraan hidup
masyarakat dapat meningkat,oleh sebab it u inventarisasi mengenai keinginan,
harapan dan prefensi masyarakat perlu dilakukan (Kartamihardja, 1993).
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dicapai tingkat pemanfaatan yang optimal
dan berkelanjutan, adalah :
a.
Pengelolaan Habitat
Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan di dalam pengelolaan
sumberdaya perairan adalah kondisi habitat agar habitat baru tersebut sesuai bagi
persyaratan
perkembangan
populasi
ikan
untuk
menyelesaikan
daur
hidupnya.karna setiap perairan yang terbentuk mungkin hanya coco k sebagai
daerah pertumbuhan, tetapi tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis
ikan, sehingga ikan tersebut hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan
keturunannya. Agar produksi perikanan di perairan rawa banjiran meningkat dan
sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka pengelola perikanan harus mampu
memanipulasi dan memodifikasi habitat rawa banjiran sehingga sesuai dengan
persyaratan yang diperlukan oleh populasi ikan.
b. Pengelolaan Populasi Ikan
Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosist em rawa banjiran akan
berpengaruh terhadap populasi ikan. Pada awal penggenangan, siklus hidup ikan
akan terganggu. Jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan rawa
banjiran akan tumbuh dan berkembang biak serta biasanya merupakan ikan yang
mendominasi. Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak mampu beradaptasi,
pada jangka panjang akan menghilang meskipun mungkin pada tahun pertama
penggenangan jumlahnya melimpah.
c.
Pengelolaan Penangkapan
Pola usaha penangkapan ikan yang dikembangkan di suatu perairan harus
didasarkan pada pengetahuan tentang populasi ikan seperti formasi populasi,
dinamika populasi, kelimpahan stok dan biomass, dan produksi maksimum lestari
yang dapat dicapai. Usaha penangkapan diarahkan pada rasionalisasi pemanfaatan
sumber yang optimal dengan memperhatikan kelestarian sumber. Dengan sasaran
itu, maka pola pembinaan pengelolaan di daerah padat menurut Widana dan
Martosubroto (1986) dilakukan dengan upaya sebagai berikut :
1. Pembatasan upaya baik jumlah alat tangkap maupun mu sim penangkapan.
2. Pembatasan ukuran mata jaring atau alat lain
3. Membangun reservat baru dan meningkatkan fungsi reservat yang sudah ada,
serta perlu adanya pengawasan terhadap kegiatan nelayan yang merugikan
fungsi reservet tersebut dan perlu adanya penyuluhan tentang arti penting suatu
reservat.
4. Mengadakan penebaran yang harus ditunjang dengan penyediaan benih yang
cukup dengan jalan meningkatkan fungsi BBI lokal.
7. Perlu penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya
kelestarian sumber.
Pengendalian penangkapan ikan antara lain dapat dilakukan dengan cara:
1. Menetapkan daerah dan musim atau bulan larangan penangkapan ikan, yang
bertujuan untuk memberi kesempatan ikan berkembang biak dan bertumbuh.
2. Pengaturan ukuran te rkecil yang boleh ditangkap, yaitu dengan penetapan
ukuran terkecil mata jaring insang dan ukuran mata pancing rawai yang boleh
dipakai oleh nelayan.
3. Pengaturan upaya penagkapan, misalnya dengan mengatur jumlah nelayan dan
atau unit alat tangkap.
4. Larangan penggunaan alat tangkap ikan yang dapat membahayakan kelestarian
sumberdaya perikanan, misalnya larangan penggunaan bahan peledak dan
bahan beracun berbahaya (B3), alat tangkap berarus listrik dan pukat harimau.
C. PROFIL KEWILAYAHAN KABUPATEN OGAN K OMERING ILIR
DAN MUARAENIM
a.
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terletak di antara 104 0, 20’ dan
1060,00’ Bujur Timur dan 2 0,30’ sampai 4 0,15’ Lintang Selatan, dengan
ketinggian rata-rata 10 meter di atas permukaan air laut. Se cara administrasi
berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota
Palembang di sebelah Utara; Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Propinsi
Lampung di sebelah selatan; Kabupaten Ogan Ilir di sebelah Barat, dan Selat
Bangka dan laut Jawa sebelah Timur (Anonim, 2011).
Luas Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 19.023,47 Km 2 dengan
kepadatan penduduk sekitar 38 jiwa per Km2. Kabupaten ini terdiri atas 18
kecamatan. Wilayah paling luas adalah Kecamatan Tulung Selapan (4.853, 40
Km2) dan yang paling sempit adalah Kayu Agung (145, 45 Km 2). Kabupaten
Ogan Komering Ilir merupakan daerah yang beriklim tropis. Musim kemarau
umumnya berkisar antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober setiap
tahunnya. Sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan November sampai
dengan bulan April. Penyimpangan musim biasanya berlangsung lima tahun
sekali, berupa musim kemarau yang lebih panjang dari pada musim penghujan
dengan rata-rata curah hujan 1.096 mm pertahun dan rata -rata hari hujan 66 hari
per tahun (Anonim, 2011).
1. Topografi
Wilayah barat Kabupaten Ogan Komering Ilir berupa hamparan dataran
rendah yang sangat luas. Sebagian besar 25 persen daratan dan 75 persen perairan
yang merupakan rawa-rawa yang membentang. Beberapa kecamatan dialiri
sungai-sungai yang berfungsi sebagai jalur transportasi air. Daerah pegunungan
hampir tidak ada, hanya terdapat daratan sempit dan daerah yang berbukit -bukit di
Kecamatan Pampangan. Daerah yang rendah adalah Kecamatan Tanjung Lubuk
dengan ketinggian hanya 6 meter dari perm ukaan laut, sedangkan yang tertinggi
adalah di Kecamatan Pampangan. Disisi Timur terdapat garis pantai yang
memanjang dari kecamatan Sungai Menang, Cengal, Tulung selapan dan
Kecamatan Air Sugihan, Garis pantai tersebut bermuara pada Laut selat Bangka
(Anonim, 2011).
2. Keadaan Tanah
Jenis tanah yang ada terdiri dari tanah alluvial dan podsolik. Tanah alluvial
terdapat di Daerah ALiran Sungai (DAS) yang tersebar di sebagian wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Tanah ini mengandung humus yang bermanfaat
untuk tanaman pertanian. Sedangkan tanah podsolik terdapat di daratan yang tidak
tergenang air dengan tingkat kesuburan tanah lebih rendah dibandingkan dengan
jenis tanah alluvial (Anonim, 2011).
3. Hidrologi
Sistem hidrologi yang membentuk danau di wilayah OKI pad a prinsipnya
termasuk ke dalam satuan geomorfik rawa, karena air yang terakumulasi di dalam
cekungan tersebut pada umumnya berasal dari rawa yang berada di sekitarnya. Di
Kabupaten ini dijumpai empat danau yaitu danau Deling di Kecamatan
Pampangan, danau Air Nilang di Kecamatan Pedamaran , danau Teluk Gelam di
Kecamatan Teluk Gelam dan danau Teloko di Kecamatan kayuagung. Sedangkan
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten OKI memiliki 3 sistem yaitu DAS
Musi, DAS Bulularinding dan DAS Mesuji.
Di daerah aliran sungai banyak
terdapat lebak yang mana pasang surut airnya dipengaruhi oleh musim. Pada
musim penghujan lebak terendam air, namun dimusim kemarau airnya surut.
Teradapat juga bagian daerah yang airnya tidak pernah kering dikenal dengan
istilah lebak lebung. Lebak lebung merupakan tempat perkembangbiakkan ikan
yang alami dan potensial (Anonim, 2011).
Gambar 1. Peta Topografi Kabupaten Ogan Komering Ilir (sumber: )
b. KABUPATEN MUARAENIM
a.
Keadaan Geografi (Letak Geografi dan Kondisi Topografi)
Posisi geografis Kabupaten Muara Enim terletak antara 40 sampai 60
Lintang Selatan dan 1040 sampai 1060 Bujur Timur.Kabupaten Muara Enim
merupakan daerah agraris dengan luas wilayah 9.1140,50 Km2, terbagi menjadi
22 definif/desa persiapan dan 16 Kelurahan. Batas -batas wilayah Kabupaten
Muara Enim antara lain: Sebelah Utara dengan Kabupaten Musi Banyuasin dan
Palembng; Sebelah Selatan dengan Kabupaten OKU dan Ogan Komering Ulu
Selatan, Sebelah Timur kabupaten OKI, Ogan Ilir dan Kota Prab umulih; Sebelah
Barat dengan Kabupaten Musi Rawas, dan Kabupaten Lahat (Anonim, 2011).
Kondisi topografi daerah cukup beragam, Daerah dataran tinggi di bagian
barat daya, merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Daerah
ini meliputi Kecamatan Semende darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung.
Daerah dataran rendah, berada , berada dibagian tengah. Terus ke utara -timur laut,
terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan daerah aliran Sungai
MUsi. Daerah ini meliputi Kecamatan Talang Pen ukal Utara, Penukal Abab,
Tanah Abang, Lembak, Gelumbang, dan Sungai Rotan (Anonim, 2011).
b. Keadaan Iklim dan Ketinggian
Kabupaten Muara Enim memiliki curah hujan yang ervariasi antara
145,36/9,14 mm sampai dengan 444,14/20,50 mm sepanjang tahun 2010.
Sementara bulan Januari merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.
Dengan suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 23 0C-240C (Anonim,
2011).
Secara umum Kabupaten Muara Enim dapat digolongkan sebagai daerah
dataran rendah.. Berdasarkan daerah sebaran ketinggian menurut kecamatan,
sebanyak lebih dari 75 persen wilayahnya berada pada ketinggian lebih dari 100
meter dari permukaan laut dan selebihnya berada pada ketinggian lebih dari 100
meter dari permukaan laut yang tersebar di lima kecamatan y aitu : Kecamatan
Semende Darat Laut, Semende darat Ulu, Semende darat Tengah, Tanjung
Agung, dan Lawang Kidul (Anonim, 2011) .
c.
Kemiringan Tanah dan Jenis Tanah
Derajat kemiringan tanah pada umumnya cenderung landai dengan tingkat
ketinggian yang relatif rendah. Sekitar 75,75 persen dari luas wilayah Kabupaten
Muara Enim berada pada wilayah yang mempunyai kemiringan kurang dari 12
persen. Sekitar 9,44 persen berkemiringan sedang, yaitu antara 12 -40 persen.
Selebihnya, sekitar 14,81 persen tergolong terjal, dengan kemiringan lebih dari 40
persen. Bagian terbesar, yaitu sekitar 42, 23 persen dari luas wilayah Kabupaten
Muara Enim adalah berupa padzolik merah -kuning, diikuti Alluvial sekitar 26,03
persen dari luas wilayah. Jenis tanah lain yang cukup besar pera nannya dalam
komposisi.struktur tanah adalah adalah latosol (7,64 persen), Asosiasi Padzolik
coklat kekuning-kuningan dan hidromorf kelabu (7,59 persen), Asosiasi gley
(6,79 persen), dan Andosol (5,54 persen) (Anonim, 2011).
Lokasi
penelitian
Gambar 2. Peta Topografi Kab upaten Muara Enim (sumber:
http://widodomedia.files.wordpress.com/2010/07/peta_sumsel1.gif?w=640 ( 11
Desember 2011).
III. METODE PENELITIAN
A.
KONDISI LOKASI PENELITIAN
Untuk perairan rawa banjiran Lubuk Lampam, yang terletak disebelah
Tenggara kota Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera
Selatan. Pada awalnya memiliki areal seluas 1200 ha, akan tetapi kondis inya
sekarang telah mengalami degrasi dari berbagai aspek yaitu luas areal (pada
kegiatan penelitian tahun ini belum bisa dilakukan pemetaan area dikarenakan
keterbatasan dana), ikan yang tertangkap (jenis, jumlah dan ukuran). Penyebab
terjadinya degradasi tersebut berdasarkan pemantauan dilapangan, disebabkan
oleh adanya alih fungsi lahan oleh perusahaan swasta (PT. Sampoerna) menjadi
perkebunan sawit dan pada tahun 2011 ini dilakukan pembuatan tanggul setinggi
≥2 m yang dimulai dari sarang bayan menuju ke daerah Belanti, menurut
informasi dari masyarakat sekitar dilakukan oleh Departemen Perhubungan,
didukung pula oleh sistem pengelolaan yang kurang tepat dimana pada bagian
hulu dan hilir diluar daerah perairan Lubuk Lampan masih ditemukannya
pengoperasian alat tangkap yang dilarang yaitu Tuguk.
Gambar 3. Pembuatan Tanggal oleh Kementerian Perhubungan pada 2011
Penelitian dilakukan melalui desk study dan survei lapangan d i rawa
banjiran Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Sungai Belido ,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Pengambilan sampel
ditentukan pada stasiun-stasiun yang telah ditentukan dengan studi pendahuluan.
Sampling dilakukan sebanyak 4 kali setahun (F ebruari, Mei, Agustus, dan
November 2011) dengan jumlah stasiun sampl ing sebanyak 10 titik (6 stasiun
pada Sungai Belido dan 5 stasiun pada Lubuk Lampam) (Gambar 1 dan 2).
B. PENGAMBILAN SAMPEL
Pada masing-masing stasiun, dilakukan pengambilan sample biologi (ikan,
benthos, plankton, dan periphiton), dan air baik parameter fisiko-kimiawi.
Selengkapnya pengambilan sample masing -masing parameter akan diuraikan
dibawah ini :
a.
Sampel Ikan
Untuk mengetahui jumlah jenis ikan dan sebarannya diketahui dari data jenis -
jenis ikan yang dikumpulkan nelayan yang diletakkan dalam wadah y ang telah
diberikan pengawet. Hasil tangkap dan komposisi jenis ikan, sampel ikan
dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan pada saat survey dan dari catatan
harian nelayan (enumerator). Contoh ikan didapatkan dari berbagai jenis alat
tangkap yang dioperasikan di lokasi riset.
b.
Kualitas Air
Pada masing-masing stasiun, akan dilakukan pengambilan sample air baik
untuk parameter fisiko-kimiawi. Contoh air diambil dari atas perahu motor pada
kedalaman 0.5 meter dari permukaan air dengan menggunakan kemmerer wate r
sampler. Sebagian contoh akan dianalisa di lapangan (suhu, Kecepatan arus,
kecerahan dan kekeruhan, warna, bau, pH, oksigen terlarut,) dan sebagian lagi
(TSS, TDS, BOD, dan COD) dan unsur nitrogen dan fosfor akan dianalisa di
Laboratorium
Kimia.
Selengkapnya
pengambilan
sample
masing -masing
parameter akan diuraikan pada Tabel 1.
b. Sampel Plankton
Contoh air untuk analisa plankton diambil sebanyak 50 liter dengan
menggunakan ember kemudian disaring dengan planktonet No.25. Air tersaring di
tampung
di botol vial volume 100 cc dan diawetkan dengan lugol. Contoh
plankton diambil dengan menggunakan kemmerer bottle sampel sebanyak 1 L dan
diawetkan dengan larutan lugol kemudian di analisa di laboratorium dengan
mengunakan metode pengendapan untuk diketahui k elimpahannya (APHA, 2005).
e. Sampel Macrozoobenthos
Sampel makrozoobenthos diambil menggunakan Ekman grab pada lima titik
pada masing-masing stasiun. Contoh makrobenthos pada masing -masing titik
tersebut disortir dengan menggunakan saringan, kemudian
(dikomposit) dan
digabungkan
diawetkan dengan formalin 10% untuk diidentifikasi dan
dianalisa keanekaragaman dan kelimpahannya di laboratorium.
Identifikasi
benthos dilakukan dengan berpedoman pada buku Pennak (1953), Mc Cafferty et
al (1981), Chu (1949), Macan (1959), Myers et al (2006), dan Anonymous
(2006).
C. ANALISIS DATA
Data di tabulasi dan dilihat hubungan antar parameter untuk dianalisa
secara statistik dengan persamaan sebagai berikut:
Hubungan bobot tubuh dengan panjang total ikan ditentukan berdasarkan rumus
Royce (1984) yaitu :
W = aLb
dimana: W = bobot ikan (g), L= panjang (mm), a dan b = konstanta regresi
eksponensial.
Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan ponderal indeks
untuk pertumbuhan isometrik (b=3) dengan rum us (Effendie, 1979) :
K = W/L3 .105
dimana: K = faktor kondisi, W= bobot rata-rata ikan (g), L= panjang rata-rata
ikan.
Jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b 3) maka faktor kondisi
dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) :
Kn = W/cL n
dimana: Kn = faktor kondisi nisbi, W = bobot rata-rata (g), c = a dan n = b
adalah konstanta yang diambil dari hubungan panjang berat.
Kelimpahan relatif dan keanekaragaman organisma air (plankton dan
benthos) dihitung dengan persamaan berikut:
KR = ni x 100 %
N
KR = Kelimpahan Relatif
ni
= Jumlah individu dari jenis ke -i
N = Jumlah individu total
Untuk indeks keanekaragaman digunakan indeks Shannon -Wiener dengan
formula :
s
H’ = -Σ pi ln pi
n=1
pi = ni
N
H” = Indeks keseragaman
S = Jumlah organisma air
ni = Jumlah individu dari jenis ke -i
N = Jumlah individu total
Masing-masing kelompok data kualitas air dibuat dalam tabel (tabulasi
data). Untuk mengetahui parameter kualitas air kunci, data kua litas pada beberapa
stasiun dianalisa dengan menggunakan cluster analysis melalui software statistica
6. Hubungan kualitas air dengan organisma perairan dan sedimen akan dianalisa
menggunakan metoda multivariate Principle Component A nalysis dengan
menggunakan program statistika atau program SPSS. Sementara untuk dinamika
populasi ikan digunakan model analitik.
D.
PARAMETER YANG DIUKUR
Tabel 1. Parameter Kualitas Air yang diamati Selama Penelitian.
No Parameter
AIR
1
Fisika
Peralatan
Suhu
Kecerahan
Daya Hantar Listrik
2
Kimia
Kedalaman air
Total Suspended Solids
Total Dissolved Solids
Kecepatan arus
warna
bau.
pH
oksigen terlarut
Alkalinitas
Hardness
Keasaman total
DOC
BOD5
Termometer
Secchi Disk
Conductivity
meter
Pendulum
Flow meter
pH indikator
Carbon analyzer
BOD Whatman
Metode
visual
visual
elektrometri
manual
Gravimetric
Gravimetri
manual
Visual
Penciuman
Kolorimetri
Titrasi Winkler
titrimetri
titrimetri
titrimetri
Ignition
inkubasi botol
gelap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan penangkapan ikan ( jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan
ikan, alat tangkap dan daerah penangkapan).
4.1.1. Perairan Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir
4.1.1.1. Jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan Ikan
Selain organisme invertebrata air, ikan juga digunakan sebagai indikator
dari perubahan lingkungan perairan.
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan,
koleksi harian enomerator, jumlah jenis ikan yang ditemukan selama riset
berlangsung dari 5 stasiun sebanyak 32 jenis yang berasal dari 18 familia. Famili
Bagridae (1 spesies), Anabantidae (1 spesies), Channidae (3 spesies), Clariidae (2
spesies), Cyprinidae (10 spesies), Eleotridae (1 spesies), Helostomatidae (1
spesies), Loricariidae (1 spesies), Mastacembelidae (1 spesies), Notopteriidae (1
spesies), Notopteriidae (1 spesi es), Osphronemidae (2 spesies), Pangasidae (1
spesies), Pristolepidae (1 spesies), Shcilbidae (1 spesies), dan Siluridae (3
spesies). Dengan rincian pada Tabel 1.
Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang ditemukan pada 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Famili
Bagridae
Anabantidae
Bagridae
Channidae
Channidae
Channidae
Clariidae
Clariidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Nama Latin
Hemibagrus nemurus
Anabas testudineus
Mystus nigriceps
Channa striata
Channa melastoma
Clarias nieuhofi
Clarias batrachus
Puntioplites bulu
Barbonymus schwanenfeldii
Cyclocheilichthys enoplus
Nama Lokal
Baung
Betok
Berengit
Gabus/Ruan
Serko
Toman
Keli/lele
Keli/lele
Bengalan
damaian
Lampam
Lumajang
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Eleotridae
Helostomatidae
Loricariidae
Mastacembelidae
Notopteridae
Ospronemidae
Ospronemidae
Pangasidae
Pristolepidae
Schilbidae
Siluridae
Siluridae
Siluridae
Thynnichthys thynnoides
Osteochilus hasseltii
Cyclocheilichthys apogon
Rasbora caudamaculata
Parachela oxygastroides
Puntius tawarensis
Oxyleotris marmorata
Helostoma temminckii
Pterygoplichthys pardalis
Mastacembelus erythrotaenia
Notopterus notopterus
Trychogaster trichopterus
Trychogaster pectoralis
Pangasius sp
Pristolepis fasciata
Pseudeutropius brachypopterus
Kryptopterus apogon
Kryptopterus sp
Ompok eugeneiatus
Gymnothorax tile
lumeh/lumo
Palau
Seberas
Seluang
Siamis
Tawes
Betutu
Pelkang/ Sapil/ Tembakang
Sapu jagat
Tilan
Putak
Sepat mata abang
Sepat siam
Patin
sepatung
Riu
Belut tulang
Lais
lais janggut
Belut
Berdasarkan jumlah jenis ikan yang ditemukan yang hanya 32 jenis pada
tahun 2011, dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Arifin (1981) mencatat 90 jenis, Utomo et a.,l (1992) mencatat 63 jenis, dan
Safran et al., (2008) mencatat 48 jenis. Ini berarti dalam kurun waktu kurang lebih
30 tahun telah terjadi penurunan sebesar hampir 50% atau 42 jenis ikan dan dalam
kurun waktu kurang lebih 4 tahun telah terjadi penuruan kembali sebesar 30%
atau 16 jenis ikan yang sudah tidak ditemukan lagi di perairan Lubuk Lampam
(Gambar 4).
32
2011
48
Tahun
2008
63
1992
90
1981
0
20
40
60
80
100
Jumlah Jenis Ikan
Gambar 4. Pola penurunan jenis ikan di perairan Lubuk La mpam
Rendahnya keanekaragaman jenis ikan yang ditemukan pada perairan
Lubuk Lampam diantaranya diperkirakan disebabkan oleh perubahan ekosistem
perairan Lubuk Lampam dahulu dengan kondisinya sekarang. Perubahan kondisi
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Kondisi Perairan Lubuk Lampam Dahulu (Sumber: Samuel et al., 2003)
Gambar 6 Kondisi Perairan Lubuk Lampam Terkini (Sumber: Muflikhah et al., 2011)
Pada Gambar 6, dapat dilihat berdirinya pabrik -pabrik dan pembuatan
kanal-kanal oleh perusahaan swasta yang akan mempengaruhi pola ketinggian air
pada perairan Lubuk Lampam. Perubahan pola ketinggian air tersebut akan
berpengaruh terhadap organism perairan yang ada di Lubuk Lampam, dimana
menurut Junk dan Wantzen (2004) karakteristik khas ekosistem rawa lebak adalah
secara periodik mengalami musim air dalam dan musim air dangkal. Menurut
Hartoto (2000) perubahan kedalaman air musiman mempengaruhi kondisi kualitas
air dan ritme kehidupan ikan (Lowe-McConnell, 1987).
Selain disebabkan oleh perubahan ekosistem perairan diatas, diperkirakan
juga disebabkan oleh beroperasinya alat tangkap yang dilarang pada bagian hulu
dan hilir diluar areal Lubuk lampam yaitu alat tangkap Tuguk (Gambar 7), yang
akan mempengaruhi pola kehidupan ikan karena sifat dari alat tangkap itu sendiri
yang memotong badan perairan sungai .
Alat tangkap Tuguk pada bagian Hulu
Alat tangkap Tuguk pada bagian hilir
Gambar 7. Lokasi beroperasinya alat tangkap Tuguk pada bagian hulu dan hilir
Apabila dilihat dari hasil tangkapan (Gambar 8), hasil tangkapan setiap
stasiun penelitian dan waktu peng amatan beragam, tetapi secara keseluruhan rata rata hasil tangkapan tertinggi diperoleh pada bulan Mei. Hal tersebut diperkirakan
karena pada bulan Mei kondisi air tinggi, sehingga banyak ikan yang melakukan
ruaya untuk melakukan pemijahan.
Gambar 8. Hasil tangkapan Lubuk Lampam, Ogan Komering Ilir 2011
4.1.1.2. Jenis alat tangkap dan daerah penangkapan
Hasil riset kegiatan perikanan rawa banjiran Lubuk Lampam tahun 2011
diketemukan ada 8 jenis alat tangkap yaitu Tajur ( Hooks and Lines), Rawai (Set
longlines), Jaring (Gilnets), Jala (Cast net) dan Empang/Arad (Barrier traps),
Pengilar, bubu belut, dan kilung. alat tersebut digunakan adalah mem anfaatkan
pola pergerakan ikan-ikan yang melakukan ruaya ataupun pergerakan air.
Musim penangkapan alat tangkap jaring b eroperasi sepanjang tahun,
waktu musim penghujan maupun musim kemarau (Januari –Desember) alat ini
digunakan disetiap lokasi tipe perairan (lebak, lebung dan sungai). Alat tangkap
rawai beroperasi pada waktu musim penghujan (Maret –Juni) digunakan disetiap
lokasi tipe perairan (lebak, lebung dan sungai). Alat tangkap tajur beroperasi pada
waktu musim penghujan dan kemarau bulan (April –Agustus) digunakan juga
disetiap lokasi tipe perairan (lebak, lebung dan sungai). Arat/empang beroperasi
pada waktu musim kem arau dan musim puncak penangkapan (Juli –Agustus)
digunakan di dua lokasi tip e perairan (Lebung dan sungai).
4.1.2. Perairan Sungai Belida, Kabupaten Muara Enim
4.1.2.1.
Jenis, komposisi jenis dan hasil tangkapan Ikan
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan, koleksi harian enomerator, jumlah
jenis ikan yang ditemukan selama riset berlangsung dari 5 stasiun sebanyak 50
jenis yang berasal dari ≥ 16 famili (Tabel 2).
Tabel 3. Jenis-jenis ikan yang ditemukan pada 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Famili
Bagridae
Ambassidae
Ambassidae
Anabantidae
Bagridae
Bagridae
Belontiidae
Channidae
Channidae
Channidae
Channidae
Clariidae
Clariidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Cyprinidae
Nama latin
Hemibagrus nemurus
Parambassis apogonoides
Anabas testudineus
Bagroides melapterus
Mystus wolfii
Belontia hasselti
Channa lucius
Channa striata
Channa pleuropthalmus
Channa melastoma
Clarias sp
Clarias sp
Puntioplites bulu
Tor sp
Albulichthys albuloides
Hampala macrolepidota
Cyclocheilichthys apogon
Barbonymus schwanenfeldii
Cyclocheilichthys enoplus
Osteochilus hasseltii
Hampala ampalong
Rasbora argyrotaenia
Puntius lineatus
Parachela oxygastroides
Nama lokal
Baung
Semengka/Sepengkah
Sepengkah
Betok
Baung Munti
Lundu
Selincah
Bujuk
Gabus/kuan
Serandang
Toman
Keli/lele
Lele
Bengalan/temenggalan
Biran
Coli
Kebarau
Kepiat
Komperas
Kujam
Lambak
Lampam
Lemak
Lumajang
Palau
Sampah
Sebarau/Kebarau
Seberuk
Seluang Batang
Semburingan
Siamis
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Eleotridae
Helostomatidae
Mastacembilidae
Notopteridae
Notopteridae
Osphronemidae
Osphronemidae
Osphronemidae
Pangasidae
Pangasidae
Pristolepidae
Siluridae
Siluridae
Tetraodontidae
Toxotidae
Helostoma temminckii
Mastacembelus erythrotaenia
Notopterus chitala
Notopterus notopterus
Oreochromis nilotika
Trychogaster trichopterus
Trychogaster pectoralis
Pangasius polyuranodon
Pangasius sp
Pristilepis fasciata
Cryptopterus apogon
Wallago lerii
Tetraodon palembngensis
Toxotes jaxulatrik
Gymnothorax tile
Selontok
Tembakang/Sapil
Tilan
Belida
Putak
Nila
Sepat mata merah
Sepat siam
Juaro
Patin
Sepatung
Lais Muncung
Tapah
Buntal
Sumpit
Belut
Senyulong
Sepat laut
Sepongol
Berdasarkan jumlah jenis ikan yang ditemukan sebanyak 52 jenis ikan, dan
jenis-jenis ikan yang ditemukan yang rata-rata merupakan jenis ikan ekonomis
penting. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus), Tapah (Wallago leerii), dan Belida
(Notopterus notopterus) yang merupakan jenis ikan ekonomis dan masih
ditemukan di perairan Sungai Belido, maka diperkirakan perairan sungai Belido
ini merupakan habitat ikan ekonomis penting dan merupakan daerah pemijahan
khusunya untuk ikan belido (hal tersebut ditandai dengan ditemukannya beberapa
pasang calon indukan ikan Belida ukuran 4,0- 6,5 Kg selama riset berlangsung di
stasiun Kayu Arobatu.
Tingginya keragaman jenis ikan yang didapat pada perairan Sungai Belido
diperkirakan juga disebabkan oleh faktor sumbermata pencaharian masyarakat
disekitar yang bukan merupakan nelayan yaitu bertani dan berkebun. Dalam hal
ini adalah bersawah dan berkebun karet, kegiatan mencari ikan bukan utama
sehingga kemungkinan terjadinya over eksploitasi kecil.
Gambar 9. Hasil tangkapan Ikan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim
pada 2011
Berdasarkan hasil tangkapan (G ambar 9), stasiun Kayu Arobatu
merupakan lokasi potensial sumberdaya ikan hal tersebut ditandai dengan
ditemukannya hasil tangkapan pada setiap bulan dengan hasil tangkapan tertinggi
diperoleh pada bulan Agustus. Hal tersebut diperkirakan disebabkan karena
stasiun kayu arobatu merupakan stasiun yang memiliki kondisi ekostem yang
masih bagus, ditandai dengan masih banyaknya ditemukan tumbuhan air, tidak
banyak perumahan penduduk, dan luas badan sungai yang lebih lebar
dibandingkan dengan stasiun yang lain.
4.1.2.2.
Jenis alat tangkap dan daerah penangkapan
Jenis alat tangkap yang diketemukan selama riset berlangsung di perairan
Sungai Belido pada tahun 2011 ada 9 jenis alat tangkap yaitu Tajur ( Hooks and
Lines), Rawai (Set longlines), Jaring (Gilnets), Jala (Cast net) dan Empang
(Barrier traps), pengilar, strum dan bubu belut. Alat tersebut digunakan adalah
dengan memanfaatkan pola pergerakan ikan yang melakukan ruaya ataupun
pergerakan air.
Berdasarkan laporan hasil pemantauan Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Muara Enim yang dilakukan setiap 3 bulan sekali t ercatat tidak kurang
dari 10 alat tangkap, dengan alat tangkap dominan ad alah rawai dan pancing
(Gambar 10). Pemantauan alat tangkap dan daerah penangkapan dilakukan di
seluruh badan perairan umum pada wilayah K abupaten Muara Enim, dengan
daerah penangkapan tertinggi pada ekosistem sungai yang kemudian diikuti oleh
ekosistem rawa.
Jumlah Unit Penangkapan
TRIWULAN 1
TRIWULAN 2
TRIWULAN 3
Jenis Alat Tangkap
A
TE
BA
R
IN
NY
LA
JA
BU
LA
BU
AL
JE
RM
SE
RO
G
IN
NC
W
K
AI
PA
RA
SE
RO
CO
P
AN
TA
TE
NG
SA
IN
NG
RI
JA
JA
RI
NG
IN
SA
NG
HA
NY
UT
5000
4700
4400
4100
3800
3500
3200
2900
2600
2300
2000
1700
1400
1100
800
500
200
TRIWULAN 1
TRIWULAN 2
TRIWULAN 3
9000
Jumlah Unit Penangkapan
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
RAWA
SUNGAI
DANAU
WADUK
Ekosistem
Gambar 10. Jumlah unit penangkapan berdasarkan alat dan ekositem penangkapan
4.2. Organisme perairan (Periphiton, plankton, m akrozoobenthos, dan
serangga).
4.2.1.
4.2.1.1.
Perairan Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir
PERIFITON
Perifiton yang ditemukan pada 5 stasiun pengamatan di perairan Lubuk
Lampam selama penelitian terdiri atas 33 g enera dengan persentase pada Februari,
Mei, Juli dan November masing-masing adalah 25%, 24%, 25% dan 27%. Ke 33
genera tersebut berasal dari 3 kelas yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan
Cyanophyceae. Persentase jumlah genera yang ditemukan
untuk kelas
Bacillarisphyceae lebih tinggi di bandingkan dengan kelas lainnya pada setiap
waktu pengamatan (Gambar 11). Jamil (2001) menyatakan bahwa perifiton adalah
bioindikator yang baik untuk mengkaji perubahan kualitas air karena organisma
air ini sangat sensitif terhadap material anthrophogen ik.
Bac illaris phy c eae
Chlorophy c eae
Cy anophy c eae
19
17
J umlah G enera
15
13
11
9
7
5
3
1
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
Waktu Pengamatn
Gambar 11. Jumlah genera perifiton pada perairan Lubuk Lampam setiap kelas
dan waktu pengamatan pada 2011
Pada Gambar 12, keanekaragaman jenis perfiton pada waktu survey
Februari, Mei, Juli dan Oktober di 5 stasiun, menunjukkan mayoritas nilai inde ks
keanekaragaman berada antara 1 ,39 s/d 2,38. Menurut Odum (1971) bila nilai
keanekaragaman lebih kecil dari 1, maka keanekaragaman suatu organisme kecil,
bila berada antara 1–3 maka keanekaragaman berada pada tingkat sedang, dan bila
nilainya lebih besar dari 3 maka keanekaragaman jenis organisme termasuk tinggi.
Sifat perifiton yang sangat sensitif terlihat didukung juga dengan nilai indeks
keanekaragaman. Dilihat secara rata rata indeks keanekaragaman pada setiap
waktu pengamatan berada pada nilai antara 1,0 dan 2,0 berarti perairan pada tahap
menuju degradasi tingkat sedang.
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
3.0
2.5
H'
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Sarang Bay an
Kapak Hulu
Raw a Banjiran
Belanti Hulu
Lebung Proy ek
Stas iun
Gambar 12. Nilai indeks keanekaragaman perifiton pada Februari, Mei, Juli dan
Oktober di 5 stasiun di perairan Lubuk Lampam tahun 2011
Apabila dilihat kelimpahan totalnya (Gambar 13), pada waktu survey
Februari, Mei, Juli dan Oktober di 5 stasiun, menunjukan mayoritas nilai
kelimpahan total diatas 1000 ind/cm2, sehingga perairan rawa banjiran Lubuk
lampam secara keseluruhan belum mengalami de gradasi lingkungan.
Februari
Mei
Juli
Oktober
50000000
Kelimpahan (Indv/cm2)
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
Sarang Bayan
Kapak Hulu
Raw a Banjiran
Belanti Hulu
Lebung Proyek
Stasiun
Gambar 13. Nilai kelimpahan perifiton pada Februari, Mei, Juli dan Oktober di 5
stasiun perairan rawa banjiran Lubuk Lampam 2011 .
Berdasarkan
kelimpahan
relatif
perifiton ,
yang
didominasi
oleh
Chlorophycea dan Bacillariophycea (Gambar 14). Menurut Reinolds (1984),
Bacillariophyceae adalah salah satu kelompok algae yang secara kualitatif dan
kuantitatif banyak terdapat di berbagai perairan baik sebagai plankton maupun
sebagai perifiton. Ditambahkan pula oleh Smith (1950 dan Sachlan (1980) bahwa
Bacillariophyceae mempunyai sifat kosmopolit, tahan terhadap kondisi ekstrem,
Amphiprora
Cyclotella
Cymbella
Eunotia
Frusturia
Gomphonema
Cymbella
Diatoma
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
Pinnularia
Surirella
Synedra
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
Pinnularia
Surirella
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Micrasterias
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Ulotrix
Euastrum
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
Lebung Proyek
Lebung Proyek
Belanti Hulu
Belanti Hulu
Stasiun
Stasiun
mudah beradaptasi dan mempunyai daya reproduksi yang sangat tinggi.
Raw a Banjiran
Rawa Banjiran
Kapak Hulu
Kapak Hulu
Sarang Bayan
Sarang Bayan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
KR
60%
70%
80%
90%
100%
KR
Trip 1 (Februari)
Trip 2 (Mei)
Cymbella
Diatoma
Eunotia
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
Pinnularia
Fraggilaria
Gomphonema
Merismopodia
Navicula
Nitzschia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Pinnularia
Spirullina
Stauroines
Surirella
Synedra
Ankistrodesmus
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Ulotrix
Anabaena
Nostoc
Cosmarium
Spirogyra
Straurastrum
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Coscinodiscus
Cymbella
Crugenia
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Amphiprora
cocconeis
Cyclotella
Frusturia
Lebung Proyek
Belanti Hulu
Belanti Hulu
Stasiun
Stasiun
Lebung Proyek
Raw a Banjiran
Raw a Banjiran
Kapak Hulu
Kapak Hulu
Sarang Bayan
Sarang Bayan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
KR
Trip 3 (Juli)
60%
70%
80%
90%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
KR
Trip 4 (Oktober)
Gambar 14. Kelimpahan relatif perifiton di perairan Lubuk La mpam Februari,
Mei, Juli dan Oktober Ogan Komering Ilir pada 2011.
100%
4.2.1.2.
BENTOS
Makrozoobenthos merupakan satu dari beberapa organisma air yang dapat
digunakan sebagai indikator dari tingkat pencemaran suatu perairan. Keberadaan
makrozoobenthos erat kaitannya dengan jumlah bahan organik pada sedimen.
Dari hasil penelitian yang d ilakukan pada 2011 di 5 stasiun pengamatan di rawa
banjiran
Lubuk
Lampam
Provinsi
Sumatera
Selatan,
jumlah
jenis
makrozoobenthos yang ditemukan sebanyak 1 3 genera. Ke 13 genera tersebut
berasal dari 9 kelas yaitu Tubuficidae, Chironomidae, Tanypodinae, Corbiculidae,
Tubificidae, Ampullariidae, Hydroptilidae, Hydropschidae dan Lepthoplebidae
(Gambar 15). Kelimpahan total macrozoobenthos beragam pada 5 stasiun baik
pada Februari, Mei, Juli dan Oktober. Kelimpahan tertinggi ditemukan di stasiun
Sarang Bayan pada bulan Februari (Gambar 16).
Trip 1
Trip 2
Trip 3
3.5
J um lah G enera
3
2.5
2
1.5
1
0.5
e
id
a
le
b
hi
da
h
pt
Le
ro
p
yd
op
sc
til
id
H
H
yd
ro
p
ll a
pu
m
A
e
ae
e
ri i
d
id
if i
c
ub
T
bi
cu
or
C
a
ae
ae
li d
ae
in
od
yp
an
T
hi
C
T
ub
ro
n
o
if i
c
m
id
id
a
ae
e
0
Kelas
Gambar 15. Jumlah genera bentos pada perairan Lubuk Lampam setiap kelas dan
waktu pengamatan pada 2011
Makrozoobenthos merupakan sa tu dari beberapa organisma air yang dapat
digunakan sebagai indikator dari tingkat pencemaran suatu perairan. Penentuan
tingkat degradasi suatu perairan dengan menggunakan makrozobenthos dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan baik menggunakan singgle m etrik atau
multi metrik.
T rip 1
T rip 2
T rip 3
K e lim p a h a n ( in d v /m 2 )
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
B e la n ti Hu lu
Suak Buay o
Ta la n g b a y a n
Suak buay o
K a p a k h u lu
Lebung
proy ek
S ta s iu n
Gambar 16. Kelimpahan makrozoobenthos di rawa banjiran Lubuk Lampam,
Provinsi Sumatera Selatan 2011
Aulodrilus sp.
Branchiura sow erbyi
Chironomus sp.
Nais
Pupa Chironomids
Tanytarsus sp
Clinotanypus sp
Belanti hulu
Aulodrilus sp.
Chironomus sp.
Clinotanypus sp
Imamature tubificids with hair setae
Namalycastis sp
sp. 1
Suak buayo
Talang bayan
Stasiun
Stasiun
Kapak hulu
Suak Buayo
Suak buayo
Sarang bayan
Belanti Hulu
Lebung proyek
0%
20%
40%
60%
80%
0%
100%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90% 100%
% Kelimpahan Genera
% Kelimpahan Genera
Trip 1
Trip 2
Aulodrilus sp.
Chironomus sp.
Imamature tubificids w ithout hair setae
Pomacea sp
Pati lintang
Stasiun
belanti hulu
kapak hulu
Suak buayo
sarang bayan
lebung proyek
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
% Kelimpahan Genera
Trip 3
Trip 4 (Kosong)
Gambar 17. Kelimpahan relatif bentos di perairan Lubuk Lampam Februari, Mei,
Juli dan Oktober Ogan Komering Ilir pada 2011 .
Sedikitnya jenis bentos yang ditemukan dan tidak ditemukannya pada trip
4, diperkirakan dikarenakan kar ena adanya kesalahan dalam teknik pengambilan
sampel bentos, oleh karena itu untuk kegiatan tahun berikut nya akan dilakukan
evaluasi terhadap metode pengambilan sampel.
4.2.1.3.
1.
PLANKTON
Fitoplankton
Hasil identifikasi fitoplankton pada 5 stasiun di rawa banjiran Lubuk
Lampam, Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan 47 genera. Persentase genera
fitoplankton antar stasiun pengamatan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh
pola pemanfaatan lahan.
Variasi dan pola persentase jumlah genera juga tercermin dari
bervariasinya nilai indeks keanekaragaman (Gambar 18). Indeks keanekaragaman
secara keseluruhan dari 5 stasiun pada Februari dan Juli cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan Mei dan November. Penurunan indeks keanekaragaman
pada Oktober berkaitan dengan musim kemarau yang diindikasikan dengan
penurunan kedalaman. Berdasarkan indeks keanekaragaman pad a Februari, Mei,
Juli dan Oktober dengan nilai pada kisaran 1.00-3.00 dan dengan rata-rata indeks
keanekaragaman > 2 ini dapat dijelaskan bahwa kondisi perairan di rawa banjiran
Lubuk Lampam dalam kondisi belum mengalami proses degradasi.
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
3
Keanekaragaman (H')
2.5
2
1.5
1
0.5
0
kapak hulu
suak buayo
lebung proyek
sarang bayan
belanti hulu
Stasiun
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
0.45
0.4
Dominansi Indeks (DI)
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
kapak hulu
suak buayo
lebung proyek
sarang bayan
belanti hulu
Stasiun
Gambar 18. Grafik indek keanekaragaman (A) dan indeks dominansi (B)
Fitoplankton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam, Provinsi
Sumatera Selatan 2011
Nilai rata-rata indeks dominansi jenis fitoplankton di setiap stasiun
pengamatan berkisar antara 0,00-1,39 dengan indeks dominansi terendah
ditemukan pada Februari pada hampir seluruh stasiun dan tertinggi pada stasiun
Suak Buayo pada Oktober (Gambar 18). Indek dominasi jenis plankton dapat
digunakan untuk melihat ada atau tidaknya spesies tertentu yang mendominansi
suatu komunitas plankton pada perairan tersebut. Dari hasil nilai rata -rata indeks
dominansi jenis plankton di setiap stasiun pengamatan, didapatkan bahwa secara
umum terlihat tidak adanya spesies tertentu yang mendominansi suatu komunitas
plankton pada perairan tersebut, karena hampir pada seluruh stasiun pada setiap
bulan indek dominansi paling tinggi mencapai kurang dari 0,5.
2. Zooplankton
Hasil identifikasi zooplankton pada 5 stasiun di rawa banjiran Lubuk
Lampam, Provinsi Sumatera Selatan didapatkan 11 genera. Nilai indeks
keanekaragaman yang relatif tidak berbeda antar stasiun kecuali pada stasiun Suak
Buayo dan Lebung Proyek nilai Indeks keanekaragaman
yang berada pada
kisaran <1,5 (Gambar 19) mengindikasikan bahwa perairan komplek danau rawa
banjiran Lubuk Lampam sedang mengalami proses degradasi.
Trip 1
Trip 2
trip 3
Trip 4
1.6
1.4
Keragaman (H')
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
kapak hulu
suak buayo
lebung proyek
Stasiun
sarang bayan
belanti hulu
Trip 1
Trip 2
trip 3
Trip 4
0.9
Dominansi Indeks (DI)
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
belanti hulu
sarang bayan
lebung proyek
suak buayo
kapak hulu
Stasiun
Gambar 19.
Grafik indek keanekaragaman (A) dan indeks dominansi (B)
Zooplankton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam, Provinsi
Sumatera Selatan 2011
4.2.2. Perairan Sungai Belida, Kabupaten Mu ara Enim
4.2.2.1.
PERIFITON
Perifiton yang ditemukan pada 5 stasiun pengamatan di perairan Sungai
Belido selama penelitian terdiri atas 36 genera dengan persentase pada Februari,
Mei, Juli dan November masing-masing adalah 27%, 25%, 24% dan 24%. Ke 33
genera tersebut berasal dari 3 kelas yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan
Cyanophyceae. Persentase jumlah genera yang ditemukan
untuk kelas
Bacillarisphyceae lebih tinggi di bandingkan dengan kelas lainnya pada setiap
waktu pengamatan (Gambar 20).
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
20
18
Jumlah Genera
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Trip 1
trip 2
Trip 3
Trip 4
Waktu Pengamatan
Gambar 20. Jumlah genera perifiton pada perairan Sungai Belido setiap kelas dan
waktu pengamatan pada 2011
Pada Gambar 21, keanekaragaman jenis perifiton pada waktu survey
Februari, Mei, Juli dan November di 5 stasiun, menunjukkan mayoritas nilai
indeks keanekaragaman berada antara 0,74 s/d 2,15. Menurut Odum (1971) bila
nilai keanekaragaman lebih kecil dari 1, maka keanekaragaman suatu organisme
kecil, bila berada antara 1 –3 maka keanekaragaman berada pada tingkat sedang,
dan bila nilainya lebih besar dari 3 maka keanekaragaman jenis organisme
termasuk tinggi. Sifat perifiton yang sangat sensitif terlihat didukung juga dengan
nilai indeks keanekaragaman. Dilihat secara rata rata indeks keanekaragaman
pada setiap waktu pengamatan berada pada nilai antara 1,0 dan 2,0 berarti
perairan sedang mengalami proses degradasi tingkat sedang.
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
3.00
2.50
H'
2.00
1.50
1.00
0.50
Gum ay
Muara Putak
Kayu Arobatu
Kanal Ulak
Baru
Kanal Harapan
Mulya
Stasiun
Gambar 21. Grafik indek keanekaragaman Perifiton di perairan rawa banjiran
Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan 2011
Pada Gambar 22, kelimpahan total perifiton pada waktu survey Februari
dan Mei di 5 stasiun, menunjukan mayoritas nilai kelimpahan total diatas 1000
ind/cm2, sehingga perairan Sungai Belido secara keseluruhan belum mengalami
degradasi.
Trip 1
Trip 2
Trip3
Trip 4
800000
Kelimpahan (individu/cm2)
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
Gumay
Muara Putak
Kayu Arobatu
Kanal Ulak Baru
Harapan Mulya
Stasiun
Gambar 22. Kelimpahan total perifiton pada F ebruari, Mei, Juli dan Oktober di
perairan Sungai Belido 2011
A m phiprora
A nabaena
Clos terium
c oc c oneis
Cos m arium
Cy m bella
Diatom a
E unotia
F raggilaria
G om phonem a
Navic ula
Nitz s c hia
Nos toc
P innularia
S pirogy ra
S trauras trum
S urirella
S y nedra
Tabellaria
Ulotrix
Harapan Muly a
Amphiprora
Anabaena
Ankistrodesmus
Chroococcus
cocconeis
Coscinodiscus
Cosmarium
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Euastrum
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Microspora
Navicula
Nitzschia
Nostoc
Oscillatoria
Pinnularia
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ulotrix
Harapan Mulya
Kanal Ulak Baru
Stasiun
Stas iun
Kanal Ulak Baru
Kay u A robatu
Kayu Arobatu
Muara Putak
Muara Putak
Gumay
Gumay
0%
20%
40%
60%
80%
100%
KR
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
KR
Trip 1
Trip 2
Amphiprora
Anabaena
Ankistrodesmus
Chroococcus
Closterium
cocconeis
Cosmarium
Cyclotella
Cymbella
Euastrum
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Microspora
Navicula
Nitzschia
Pinnularia
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ulotrix
Amphora
Ankistrodesmus
Closterium
cocconeis
Coscinodiscus
Cosmarium
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Gonatozygon
Navicula
Nitzschia
Oscillatoria
Pinnularia
Spirogyra
Stauroines
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ulotrix
Harapan Mulya
Harapan Mulya
Stasiun
Kanal Ulak Baru
Stasiun
Kanal Ulak Baru
Kayu Arobatu
Kayu Arobatu
Muara Putak
Muara Putak
Gumay
Gumay
0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
20%
40%
60%
KR
KR
Trip 3
Trip 4
Gambar 23. Kelimpahan relatif perifiton di perairan Sungai Belido Februari, Mei,
Juli dan November, Ogan Komering Ilir pada 2011
Selain kelimpahan total, kelimpahan relatif perifiton yang didominasi oleh
Chlorophycea dan Bacillariophycea (Gambar 23). Pada 5 stasiun pengamatan
pada Februari, Mei dan Juli kelas Bacillariophycea kebanyakan didominasi oleh
jenis Amphipora. Untuk pengamatan kelas Chlorophyc ea didominasi oleh jenis
Ulotrik baik pada Februari, Mei maupun Juli. Menurut Reinolds (1984),
Bacillariophyceae adalah salah satu kelompok algae yang secara kualitatif dan
kuantitatif banyak terdapat di berbagai perairan baik sebagai plankton maupun
sebagai perifiton
80%
100%
4.2.2.2. BENTOS
Dari hasil penelitian yang d ilakukan pada tahun 2011 pada 5 stasiun
pengamatan di rawa banjiran Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan, jumlah
jenis makrozoobenthos yang ditemukan sebanyak 1 7 genera yang berasal dari 5
kelas yaitu Diptera, Moluska, Oligochaeta, Polychaeta dan Trichoptera (Gambar
20) dan didomiansi oleh kelas Oligochaeta dan tertinggi pada bulan Juli .
Trip 1
7
Trip 2
Trip 3
Trip 4
Jumlah genera
6
5
4
3
2
1
0
Mollusca
Oligochaeta
Diptera
Polychaeta
Trichoptera
Kelas
Gambar 24. Jumlah genera bentos yang diketemukan berdasarkan waktu
pengamatan di perairan Sungai Belido pada 2011
Kelimpahan total makrozoobenthos beragam pada 5 stasiun baik pada
Februari, Mei, Juli dan Oktober. Kelimpahan tertinggi ditemukan di stasiun Putak
dan Gumay pada bulan Juli (Gambar 24).
T rip 1
T rip 2
T rip 3
T rip 4
1200
Kelim pahan (indv d/m 2)
1000
800
600
400
200
0
Gumay
Putak
Kay u A robatu
Ulak baru
Kanal HM
M.HM
Stas iun
Gambar 25. Kelimpahan bentos di Sungai Belido pada 2011
Bila dikaitkan dengan kelimpahan relatif, famili makrozoobenthos yang
mendominasi pada stasiun tersebut adalah Oligochaeta
yang didominasi oleh
genus Aulodrilus sp dan Lymnodrilus sp. (Gambar 26).
Tubificidae
Chironomidae
Corbiculidae
Nereidae
Tricoptera
Tubificidae
Chironomidae
Chironomidae
Tubificidae
Nereidae
Ampullariidae
Hydroptilidae
140
160
120
140
Kelimpahan
Kelimpahan
120
100
80
100
80
60
60
40
40
20
20
0
0
Gumay
Putak
Kayu Arobatu
Gum ay
M.HM
Putak
Kayu
Arobatu
Stasiun
Ulak baru
Kanal HM
HM
Stasiun
Trip 1
Trip 2
600
Tubificidae
Tubificidae
Chironomidae
Chironomidae
Tubificidae
Tubificidae
Naididae
Lepethoplebidae
Naididae
Tubif icidae
Tubif icidae
Chironomidae
Tubif icidae
Nereidae
Hydropschidae
500
500
450
Kelimpaha n
400
Kelimpahan
400
300
350
300
250
200
150
200
100
50
0
100
Gumay
Putak
Kayu aro Ulak Baru Kanal HM Muara HM
batu
Stasiun
0
Gumay
sungai putak Kayu aro
batu
Ulak baru
Kanal HM
Muara HM
Stasiun
Trip 3
Trip 4
Gambar 26. Kelimpahan relatif Bentos di perairan Sungai Belido Februari, Mei,
Juli dan November, Ogan Komering Ilir pada 2011
4.2.2.3. PLANKTON
1. Fitoplankton
Hasil identifikasi fitoplankton pada 5 stasiun di rawa banjiran Sungai
Belido, Provinsi Sumatera Selatan menda patkan 73 genera. Persentase genera
fitoplankton antar stasiun pengamatan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh
pola pemanfaatan lahan.
Variasi dan pola persentase jumlah genera juga tercermin dari
bervariasinya nilai indeks keanekaragaman (Gambar 27). Indeks keanekaragaman
secara keseluruhan dari 5 stasiun pada bulan Juli cenderung lebih tinggi
dibandingkan bulan Februari, hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh pengaruh
kondisi perairan dari air tinggi menuju air rendah . Berdasarkan indeks
keanekaragaman pada Februari dan dengan nilai pada kisaran rata-rata 1,1-2,7 dan
dengan rata-rata indeks keanekaragaman > 1 ini dapat dijelaskan bahwa kondisi
perairan di perairan Sungai Belido dalam kondisi proses mengalami degradasi
tingkat sedang.
Trip 1
Trip 3
3
Keragaman (H')
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Gumay
Putak
Ulak Baru
Saluran
Kayuarabatu
Mulia abadi
harapan mulia
(Muara)
Stasiun
Gambar 27. Grafik indek keanekaragaman Fitoplabkton di perairan rawa
banjiran Sungai Belido, Provinsi Sumatera Selatan 2011
1.
Zooplankton
Hasil identifikasi zooplankton pada 5 stasiun di perairan Sungai Belido,
Provinsi Sumatera Selatan didapatkan 21genera. Nilai indeks keanekaragaman
pada bulan februari dan Juli berada pada kisaran 0,6 -2,2 yang rata-rata >1,5
(Gambar 28) mengindikasikan bahwa perairan sungai belido sedang mengalami
menuju proses degradasi.
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
Kerag am an (H')
2.5
2
1.5
1
0.5
M
di
H
ba
ra
ua
M
ul
M
U
K
an
al
ay
K
ia
la
k
ra
ua
P
a
ba
tu
ba
ak
ut
ay
um
G
ru
0
Stas iu n
Gambar 28. Grafik indek keanekaragaman ( A) dan indeks dominansi (B)
Zooplankton di perairan rawa banjiran Sungai Belido, Provinsi
Sumatera Selatan 2011
4.3. Aspek-aspek biologi ikan-ikan yang dominan dan berekonomis penting
(Tingkat Kematangan Gonad, fekunditas, hubungan panja ng dan berat,
dan kebiasaan makan ikan).
4.3.1.
Perairan Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir
Pada kegiatan penelitian 2011 dengan judul “Inventarisasi sumberdaya ikan
di perairan rawa banjiran Ogan Komering Ilir dan Muara Enim” aspek biologi
ikan yang diamati dilakukan terhadap tiga jenis ikan yaitu ikan Putak ( Notopterus
notopterus), Gabus (Channa striata) dan ikan Betok (Anabas testudineus).
Pemilihan ketiga jenis ikan tersebut berdasarkan nilai ekonomi pasaran dari ikan
tersebut, yang menempati urut an tertinggi dari rata-rata harga ikan
yang
dihasilkan pada perairan Lubuk Lampam, Ogan Komering Ilir.
4.3.1.1.
IKAN PUTAK (Notopterus notopterus)
Jumlah keseluruhan ikan putak yang tertangkap di Perairan Lubuk
Lampam selama pengambilan contoh adalah 272 ekor , dan yang terdeteksi 111
ekor ikan betina dan 41 ekor ikan jantan. Ikan putak yang tertangkap memiliki
kisaran panjang tubuh total antara 167 -277 mm dan bobot tubuh 31 -196 gram.
Dari kisaran panjang tubuh total dibuat sembilan kelas ukuran panjang. Ukur an
ikan putak terkecil yang tertangkap yaitu 167 mm dengan bobot tubuh 32 gram,
sedangkan ukuran terbesar 277 mm dengan bobot tubuh 196 gram.
4.3.1.1.1.
Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Putak ( Notopterus notopterus)
Betina
Jantan
35
29
Frekuensi (ekor)
30
24
25
20
18
18
15
15
11
10
8
8
6
5
5
4
3
2
0
0
0
1
0
0
167-178 179-190 191-202 203-214 215-226 227-238 239-250 251-262 263-274
Kelas ukuran (mm)
Gambar 29. Distribusi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan betina
berdasarkan kelas ukuran panjang di perairan Lubuk Lampam Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan .
Sebaran ikan putak yang tertangkap dikelompokkan berdasarkan kelas
ukuran panjang terlihat pada Gambar 29. Jumlah ikan yang tertangkap paling
banyak terdapat pada kelompok ukuran 203 -214 dan 215-225 mm berjumlah53
ekor. Jumlah ikan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 263 -274 mm
berjumlah 1 ekor. Begitu pula dengan jumlah ikan jantan terbanyak terdapat pada
kelas ukurn 227-238 mm berjumlah 15 ekor dan yang paling sedikit pada selang
kelas 251-262 mm dengan jumlah 3 ekor. Sedangkan pada kelas ukuran 167 -178,
179-190, 239-250, dan 263-274 mm tidak ditemukan.
4.3.1.1.2.
Hubungan panjang-berat ikan Putak (Notopterus-notopterus)
Berdasarkan Gambar 30, hasil analisis hubungan panjang dan berat ikan
putak diperoleh persamaan W=0.006X 3.045 untuk ikan betina dan W=0.000X 3.826
untuk ikan betina. Dari hubungan tersebut didapat nilai koefisien determinasi (R 2)
ikan putak betina dan jantan sebesar 0,739 dan 0,901. Sehingga diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) yang tinggi baik jantan maupun betina yaitu 0,859651 dan
0,94921. Tingginya nilai r yang diperoleh dari hubungan panjang dan berat ikan
putak betina dan jantan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat
antara panjang tubuh total dengan bobot tubuh total baik ikan putak jantan
maupun betina. Menurut Walpole (1995), jika nilai r mendekati maka terdapat
hubungan yang kuat antara kedua variabel.
160
140
y = 0.006x3.045
R² = 0.739
120
r = 0.859651 (N=111)
100
80
) 60
rat(gm
e
B
40
20
0
0
5
10
15
20
25
30
Panjang (cm)
160
140
y = 0.000x3.826
R² = 0.901
r = 0.94921 (N=41)
120
100
80
)
rat(gm
e
B
60
40
20
0
0
5
10
15
20
25
30
Panjang (cm)
Gambar 30. Grafik hubungan panjang dengan berat ikan putak betina dan jantan
(Notopterus notopterus) di perairan Lubuk Lampam, Ogan Komering
Ilir, Sumatera Selatan.
Dari hasil regresi hubungan panjang dan berat ikan putak betina dan
jantan, masing-masing diperoleh nilai b sebesar 3,045 dan 3,826 (Gambar 2 6). Hal
ini menunjukkan bahwa nilai b yang diperoleh lebih besar dari 3, sehingga dapat
diduga pola pertumbuhan ikan putak bersifat alometrik positif. Artinya
pertumbuhan bobot tubuh ikan putak lebih dominan dibandingkan dengan
pertumbuhan panjang tubuh atau ikan dalam kondisi gemuk.
Berdasarkan uji
terhadap nilai b, didapat nilai t hitung ikan betina dan jantan sebesar -4674.91 dan
4.08174, sedangkan nilai t tab le untuk betina sebesar 1,981765 dan jantan sebesar
2.021075. Dari hasil uji t ini terlihat bahwa n ilai t hitung masing-masing untuk
ikan jantan dan betina lebih besar dari pada t table. Sehingga kesimpulan yang
diperoleh adalah tolak H 0 (b=3) yang artinya pola pertumbuhan ikan pu tak bersifat
alometrik positif.
4.3.1.1.3.
Faktor Kondisi
Berdasarkan hubungan panjang dan berat tubuh ikan putak, maka dapat
ditentukan faktor kondisi ikan tersebut sesuai dengan pola pertumbuhannya.
Berdasarkan tingkat kematangan gonad, nilai faktor kondisi ikan putak semakin
meningkat dengan meningkatnya TKG. Menurut Effendie, 1997 peningkatan nilai
faktor kondisi ikan terjadi pada saat ikan mengisi gonadnya dengan sel kelamin
dan akan mencapai puncak sebelum terjadi pemijahan.
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
I
II
III
IV
-0.2
T KG
0.9
Faktor Kondisi
0.85
0.8
0.75
0.7
0.65
I
II
III
IV
TKG
Gambar 31. Faktor kondisi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan
betina berdasarkan TKG di perairan Lubuk Lampam, Ogan
Komering Ilir Sumatera Selatan pada 2011.
0.86
Faktor Kondisi
0.84
0.82
0.8
0.78
0.76
0.74
0.72
Mei
Juni
Juli
November
Bulan
Betina
0.81
0.805
Faktor Kondisi
0.8
0.795
0.79
0.785
0.78
0.775
0.77
0.765
0.76
Mei
Juni
Juli
November
TKG
Gambar 32. Faktor kondisi ikan putak (Notopterus notopterus) jantan dan
betina berdasarkan bulan pengamatan di perairan Lubuk
Lampam, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada 2011 .
Nilai kisaran faktor kondisi ikan putak yang diperoleh adalah 0,757986 0,85154 untuk ikan betina dan 0,798171 -0,857167 untuk ikan jantan. Nilai faktor
kondisi tiap bulan pengamatan berfluktuasi (Gambar 32), untuk ikan jantan nilai
tertinggi terdapat pada juli sedangkan nilai terendah terjadi pada juni 2011 dan
pada ikan betina nilai te rtinggi terjadi pada Mei dan te rendah pada Juni.
Perubahan nilai faktor kondis i terjadi karena adanya pertambahan panjang dan
bobot tubuh ikan juga karena adanya perbedaan umur dan perubahan pola selama
proses pertumbuhan.
Dari rata-rata tiap bulan pengamatan nilai factor kondisi ikan putak jantan
lebih besar dibandingkan ikan beti na. Sama halnya dengan penelitian ikan
lampam oleh Setiawan (2007) dan ikan lidah oleh Soenanthi (2006), bahwa
kisaran nilai factor kondisi ikan lampam dan lidah jantan lebih besar dibandingkan
ikan betina. Hal ini diduga karena adanya keterkaitan biaya en ergi yang
digunakan untuk pertumbuh an gonad. Berdasarkan Effendie ( 1997) bahwa
besarnya factor kondisi tergantung pada banyak hal antara lain jumlah organisme
yang ada, kondisi organisme, ketersediaan makanan, dan kondisi lingkungan
perairan. Faktor kondisi ikan jantan yang lebih besar daripada ikan betina,
menunjukkan bahwa ikan jantan memiliki kondisi yang lebih baik untuk bertahan
hidup dan diduga karena ikan jantan lebih dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dibandingkan ikan betina dalam memanfaatkan ketersediaan
makanan di Lubuk Lampam . Semakin tinggi nilai fak tor kondisi menunjukkan
adanya kecocokan antara ikan dengan kondisi lingkungannya.
4.3.1.1.4.
Aspek Reproduksi
Aspek reproduksi yang dianalisis meliputi nisbah kelamin, tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur.
4.3.1.1.4.1.
Nisbah Kelamin
Ikan putak yang diperoleh selama penelitian berjumlah 272 ekor, terdiri
dari 111 ikan betina dan 41 ikan jantan dengan nisbah kelamin 73% ikan betina
dan 27% ikan jantan. Berdasarkan tia p bulan pengamatan nilai nisbah kelamin
berkisar antara 0,347826-3,066667 (Gambar 1).
Nisbah kelamin tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 dan terendah pada
Mei dan November 2011. Hal ini dikare nakan penyebaran ikan jantan dan betina
tidak merata. Nilai nisbah kelamin lebih dari satu artinya jumlah ikan jantan lebih
banyak dibandingkan ikan betina. Hal ini dapat dikatakan pula pada setiap bulan
pengambilan contoh bahwa ikan putak jantan lebih banyak dari pada ikan putak
betina, terlihat dari nisbah kelami nnya lebih dari satu. Dalam mempertahankan
kelangsungan hidup suatu populasi, perbandingan jantan dan betina diharapkan
berada dalam kondisi seimbang setidaknya ikan betina lebih banyak (Purwanto et
al., 1986 in Sofiah, 2003).
Menurut Nikolsky (1963) perb andingan kelamin dapat berubah menjelang
dan selama pemijahan berlangsung. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan,
populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan
populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang. Lalu didom inasi
oleh ikan betina. Tidak seimbngnya jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap
diduga karena perbedaan tingkah laku serta faktor penangkapan. Menurut Ball dan
Rao (1984) in Soenanthi (2006) di alam sering terjadi penyimpangan nisbah
kelamin dari kondisi ideal. Hal ini disebabkan oleh adanya pola tingkah laku
N isb ah K elam in (J/B )
bergerombol antara ikan jantan dan betina, kondisi lingkungan dan penangkapan.
3.3
3.1
2.9
2.7
2.5
2.3
2.1
1.9
1.7
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.1
Mei
Juni
Juli
Nov ember
Bu lan
Gambar 33. Grafik nisbah kelamin ikan putak ( Notopterus notopterus) di perairan
Lubuk Lampam, Ogan Komering Ilir
Hubungan panjang total dengan nisbah kel amin dapat dilihat pada Gambar
34. Rata-rata pada setiap kelompok ukuran panjang, didominasi oleh ikan putak
betina terlihat dari nisbah kelamin yang rata -rata kurang dari satu. Akan tetapi,
pada kelas ukuran 227-238 didominasi oleh ikan jantan.
2.1
1.9
1.7
Nisbah Kelamin (J/B)
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.1
-0.1
167-178 179-190 191-202 203-214 215-226 227-238 239-250 251-262 263-274
-0.3
-0.5
Kelas ukuran (mm)
Gambar 34. Grafik nisbah kelamin ikan putak (Notopterus notopterus)
berdasarkan selang panjang di perairan Lubuk Lampam, Ogan
Komering Ilir
4.3.1.1.5.
Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat Kematangan gonad adalah tahap -tahap tertentu perkembangan
gonad sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie, 1997). Penentuan TKG
dilakukan secara morfologi (makroskopis).
4.3.1.1.5.1.
Karakteristik Makroskopis Gonad
Pengamatan gonad secara makroskopis dapat dibedakan dengan jelas
antara jantan dan betina. P ada ikan jantan dipakai tanda -tanda seperti bentuk
testes, besar kecilnya testes, dan warna testes. Sedangkan pada ikan betina
didasarkan pada bentuk ovarium, halus tidaknya permukaan ovarium serta ukuran
telur di dalam ovarium (Effendi, 1979).
4.3.1.1.5.2.
Karakteristik Mikroskopis Gonad
Pengamatan mikroskopis ikan putak jantan dan betina sebaiknya dilakukan
secara histologi, tetapi karena keterbatasan dana penelitian maka pada kegiatan
penelitian ini tidak dilakukan mengingat biaya analisa yang mahal . Menurut
Effendie (1997) metode penentuan secara histologi akan diketahui anatomi
perkembangan gonad lebih jelas dan mendetail.
I
Betina
II
III
IV
V
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Mei
Juni
Bulan
juli
I
Jantan
II
III
IV
V
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Mei
Juni
Bulan
Juli
Gambar 35. Tingkat kematangan gonad ikan putak (Notopterus notopterus) jantan
dan betina pada setiap bulan penelitian di pe rairan Lubuk Lampam,
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
Berdasarkan kelompok ukuran panjang, ikan putak baik jantan maupun
betina di perairan Lubuk Lampam diduga ukuran pertama kali matang gonad pada
kelompok ukuran 215-254 mm, karena ikan putak betina yang telah matang gonad
ditemukan pada kelas ukuran 215 -254 mm. Ukuran pertama kali matang gonad
berbeda untuk setiap spesies ikan, bahkan pada spesies yang sama dengan habitat
yang berbeda (posisi lintang dan bujurnya) dapat matang gonod pada ukuran
berbeda (Effendie, 1997). Menurut Lagler (1977) perbedaan ukuran pertama kali
ikan matang gonad dipengaruhi oleh dua factor yaitu f actor dalam dan factor luar.
Factor dalam meliputi perbedaan spesies, umur, ukuran, serta fungsi fisiologi
individu. Sedangkan factor luar terdiri dari suhu, arus dan adanya organisme yang
berbeda jenis kelamin di tempat berpijah yang sama.
I
Jantan
II
III
IV
100%
80%
60%
40%
20%
0%
167-178 179-190 191-202 203-214 215-226 227-238 239-250 251-262 263-274
Ke las Uk ur an
Betina
I
II
III
IV
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
167-178
179-190
191-202
203-214
215-226
227-238
239-250
251-262
263-274
Kelas ukuran (mm)
Gambar 36. Tingkat kematangan gonad ikan putak (Notopterus notopterus) jantan
dan betina berdasarkan selang panjang di perairan Lubuk Lamp am,
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
4.3.2.
Indeks Kematangan Gonad
Berdasarkan nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan putak terlihat
bahwa semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka nilai IKG akan meningkat
pula. Nilai indeks kematangan gonad rata -rata ikan putak betina lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan, hal ini diduga karena ikan betina lebih memacu
pertumbuhan pada perkembngan gonad akibatnya berat gonad ikan betina lebih
besar dibandingkan dengan berat gonad ikan jantan.
Dengan kata lain pengaruh perkembangan gonad terhadap berat tubuh
pada ikan betina lebih signifikan disbanding ikan jantan. Effendie (1997)
mengungkapkan bahwa berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan
memijah. Nilai tersebut kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan
berlangsung sampai pemijahan selesai. TK G IV merupakan puncak perkembngan
gonad sehingga berat gonad mencapai maksimum dan ini mengakibatkan nilai
IKG juga mencapai maksimum. TKG V merupakan fase dimana ikan telah
mengalami pemijahan (melepaskan telur/sperma) sehingga berat gonad akan turun
dan menyebabkan nilai IKG juga menurun.
4.3. 2. Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim
Pada kegiatan penelitian 2011 dengan judul “Inventarisasi sumberdaya ikan
di perairan rawa banjiran Ogan Komerin g Ilir dan Muara Enim” pada perairan
rawa banjiran Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim. A spek biologi ikan tidak
diamati karena keterbatasan sampel yang diperoleh selama penelitian.
KESIMPULAN
1. Perairan Lubuk Lampam berdasarkan hasil penelitain 2011 ditemukan 32 jenis
ikan yang artinya mengalami penurunan jenis sekitar 30% dari jumlah jenis
ikan yang ditemukan pada tahun 2008 sebanyak 48 jenis. Berdasarkan jenis
genera yang ditemukan, perhitungan indeks keanekargaman, kelimpahan total,
dan kelimpahan relative terhadap organism perairan lainnya yaitu (Perifiton,
Bentos, dan Plankton) menunjukkan kondisi perairan lubuk lampam berada
dalam kondisi proses mengalami degradasi tingkat sedang. Hal tersebut
berdasarkan hasil pemantauan dilapangan diperkirakan disebabkan oleh
diantaranya:
a.
Perubahan kondisi ekositem perairan lubuk lampam akibat berdirinya
pabrik dan pembuatan kanal -kanal di perairan Lubuk Lampam dan pada
tahun 2011 ini ditemukan pembuatan pematang yang menurut masyarakat
sekitar dilakukan oleh Dinas Perbuhungan .
b.
Beroperasinya alat tangkap yang dilarang pada bagian hulu dan hilir
perairan Lubuk Lampam.
2. Pada Perairan Sungai Belido, Kabupaten Muara Enim ditemukan sebanyak 50
jenis ikan. Berdasarkan jenis ikan yang ditemukan yaitu ikan Baung
(Hemibagrus nemurus), Tapah (Wallago leerii) dan Belida (Notopterus
notopterus) perairan Sungai Belido merupakan perairan yang potensial sebagai
daerah perikanan. Khusunya untuk habitat pemijahan ikan Belida, hal tersebut
ditandai dengan ditemukannya beberapa calon indukan ikan Belida selama
penelitian dengan ukuran rata -rata 4,0-6,5 kg/ekor di Stasiun Kayu Arobatu.
3. Untuk Perairan Sungai Belido, b erdasarkan jenis genera yang ditemukan,
perhitungan indeks keanekargaman, kelimpahan total, dan kelimpahan relative
terhadap organism perairan lainnya yaitu (Perifiton, Bentos, dan Plankton)
menunjukkan kondisi perairan Sungai Belido berada dalam kondisi proses
mengalami degradasi tingkat sedang. Hal ters ebut berdasarkan hasil
pemantauan dilapangan diperkirakan disebabkan oleh diantaranya:
a. Mulai terjadinya alih fungsi lahan di sepanjang perairan Sungai Belido,
menjadi perkebunan sawit
b. Menipisnya vegetasi perairan pada bagian kiri dan kanan perairan Sungai
Belido.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muara Enim. 2011. Muara Enim
dalam Angka 2011 . CV. Kreasi Rifi. Muara Enim.
Anonim, 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten. 2011. Ogan Komering Ilir dalam
Angka 2011 . CV. Kreasi Rifi. Kayu Agung
Anonim,2011.(sumber:http://widodomedia.files.wordpress.com/2010/07/peta_su
msel1.gif?w=64 0 ( 11 Desember 2011).
Baran, E. and J. Cain. 2001. Ecological Approaches of Flood -Fish Relationships
Modelling in the Mekong River Basin. In: Koh H.L. and A. Hasa n
Y. (eds.) Proceedings of the National workshop on Ecological and
Environmental Modelling, University Sains Malaysia, Penang,
Malaysia, 3-4 September 2001.
Hartoto, D.I. 2000. Relationship of Water Level to Water Quality in an Oxbow
Loke of Central Kalimantan. Proceedings of the International
Symposium on Tropical Peatlands. Bogor 22 -23 November 1999.
Jamil, K. 2001. Bioindicator and biomarkers of environmental pollution and risk
assessment. Science Publisher, Inc. new Hampshire. 203 p.
Junk, W. J. and K.M. Wantzen. 2004. the flood pulse concept: new aspects,
approarches and applications -an. In: Welcomme R, and T. Petr.
(ed.). Proceedings of the Second International Symposium on the
Management of Large Rivers for Fisheries Volume II., FAO
Regional Office for Asia and the Pacific, Bangkok, Thailand. RAP
Publication 2004/17.
Welcome, R.L. 1985. River fishery. FAO. Fish. Tech. Paper (262) Rome. 330 p.
Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP.
Semarang:103 p.
Reynolds, C.S. 1984. The ecology of freshwater phytoplankton. Cambridge
University Press. Cambridge: 363 p.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. Third Edition. W.B. Sounders
Company, Toronto. 574 p.
APHA 1995. Standard methods for the examination of water and wastewater .
19th
Edition. American Public Health Association/ American Water Work
Association/Water Environment Federation Washington. Dc. USA: 1100 pp.
Utomo, AD & Z. Arifin 1991. Pengaruh Musim terhadap kegiatan penangkapan
dan hasil tangkapan ikan di perairan Lubu k Lampam Sumatera
Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat. Bogor, 10 (2):12 31.
Pennak, R.W. 1953. Freshwater invertebrate of the united State. Ronalds Press
Company. New York. 769 p.
Smith, G.M. 1950. The freshwater algae of United Stated. 2 nd Edition. Mc. GrawHill Book Company Inc. New York, 719 p.
LAMPIRAN 1. Jenis-jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan rawa banjiran
Lubuk Lampam, Ogan Komering ILir.
Sengkirai Bilah
Bubu Belut
Jala
Tuguk
Lampiran 2. Jenis-jenis perifiton yang diketemukan diperairan Lubuk Lampam trip 1
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
KELAS
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
GENUS
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Crugenia
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Micrasterias
Microspora
SARANG
BAYAN
0
0
0
0
2
0
0
0
9
0
4
50
4
0
25
1
25
0
0
4
2
3
1
0
KAPAK
HULU
0
2
0
0
0
0
0
0
15
0
1
90
2
0
2
1
15
0
0
20
8
0
1
0
STASIUN
RAWA
BANJIRAN
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
5
30
3
0
120
0
40
4
0
5
2
1
3
0
BELANTI
HULU
0
1
0
0
0
0
0
0
14
0
0
17
2
0
2
0
37
0
0
0
0
0
0
0
LEBUNG
PROYEK
0
0
0
0
1
10
0
0
15
0
1
50
10
2
25
0
46
0
1
5
4
1
0
0
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
4
0
1
0
15
90
0
0
55
25
0
4
0
100
0
0
0
90
10
0
0
0
20
40
0
0
0
KAPAK
HULU
0
0
0
0
8
0
0
0
4
0
1
15
7
0
RAWA
BANJIRAN
0
0
0
0
2
0
0
0
4
4
0
18
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
35
10
0
1
1
70
25
0
0
31
Lanjutan…………………………. trip 2
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
KELAS
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
GENUS
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Crugenia
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
STASIUN
SARANG
BAYAN
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
32
4
0
BELANTI
HULU
0
0
0
0
1
0
15
0
6
1
1
10
0
0
LEBUNG
PROYEK
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
13
2
0
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Micrasterias
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
28
0
5
0
7
4
8
4
0
0
5
6
2
0
80
170
10
0
175
4
0
1
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
25
20
0
0
0
15
0
29
0
1
1
2
2
0
0
8
0
1
0
15
35
0
10
0
1
0
13
0
0
1
2
1
0
0
4
0
2
0
25
0
0
0
0
3
0
1
4
0
28
2
0
0
0
0
0
0
0
30
0
0
0
20
Lanjutan ………………Trip 3
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
KELAS
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
GENUS
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Crugenia
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pediastrum
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Micrasterias
Microspora
SARANG
BAYAN
0
0
0
0
3
0
0
0
4
1
0
21
0
0
13
0
14
0
1
0
0
0
0
0
KAPAK
HULU
0
0
1
0
0
0
0
0
7
0
0
8
2
0
2
0
8
0
0
1
0
0
0
0
STASIUN
RAWA
BANJIRAN
0
0
0
0
2
4
0
0
15
5
0
46
7
0
2
0
6
0
1
6
2
0
0
0
BELANTI
HULU
0
0
0
0
3
0
0
0
4
0
1
60
9
0
12
0
2
3
1
2
0
0
0
0
LEBUNG
PROYEK
0
0
0
0
17
0
20
3
15
0
0
12
1
0
8
1
0
10
0
20
0
0
0
0
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
0
0
0
0
4
10
0
0
0
0
0
0
0
20
0
0
0
0
4
0
2
0
100
0
0
0
0
0
6
0
0
170
165
0
14
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
SARANG
BAYAN
7
12
0
0
2
0
1
0
6
0
1
16
51
17
KAPAK
HULU
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
7
6
STASIUN
RAWA
BANJIRAN
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
1
0
19
2
BELANTI
HULU
0
0
0
1
4
0
0
1
1
0
0
0
22
2
LEBUNG
PROYEK
0
0
0
0
4
0
0
2
14
1
0
0
7
0
Lanjutan ………………………….Trip 4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
KELAS
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
GENUS
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Crugenia
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Merismopodia
Navicula
Nitzschia
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Pediastrum
Pinnularia
Spirullina
Stauroines
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Micrasterias
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Tetraedron
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
0
10
4
0
11
42
0
1
0
2
0
0
0
0
4
0
0
15
10
0
0
0
0
2
0
0
9
42
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
41
0
0
0
0
0
15
0
30
3
22
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
54
0
0
0
0
2
0
0
2
18
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
99
0
10
0
0
0
14
0
3
1
12
0
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
Lampiran 3. Jenis-jenis perifiton yang diketemukan di perairan Sungai Belido Trip 1
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
KELAS
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
GENUS
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
GUMAY
130
0
0
0
3
0
6
23
0
0
30
0
2
1
10
28
0
0
2
0
0
0
0
0
SUNGAI
PUTAK
0
0
0
0
18
0
2
32
0
4
7
1
2
0
12
0
0
2
0
0
0
0
0
0
STASIUN
KANAL
HARAPAN
0
1
0
0
1
0
2
27
0
0
14
0
2
0
15
44
0
0
2
0
0
0
143
0
KAYU ARA
BATU
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
KANAL MUARA
BATU
0
3
0
0
9
0
1
11
0
0
35
0
2
1
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
27
28
29
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
0
5
0
5
0
14
0
0
0
0
159
15
0
11
0
235
60
0
6
0
438
20
0
0
0
Lanjutan ………………..Trip 2
Stasiun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kelas
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Genus
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Navicula
Nitzschia
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Gumay
0
0
0
0
1
10
2
21
3
0
29
0
2
0
19
0
S.Putak
0
1
0
0
2
13
1
4
0
0
11
0
0
0
11
0
Kayu Arobatu
0
2
1
0
4
10
0
9
0
1
51
1
1
3
46
0
Kanal
Muarabaru
0
0
0
1
7
0
0
19
1
0
36
0
3
0
26
9
Muara HM
3
0
0
0
7
2
0
7
0
0
32
2
4
3
5
0
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
1
0
4
0
2
0
5
0
81
35
16
13
0
1
0
0
0
5
0
11
0
70
25
0
11
0
0
0
0
0
2
0
5
0
50
0
0
3
0
0
0
0
0
0
4
0
0
100
0
0
0
8
1
0
0
0
0
4
0
2
5
0
0
0
0
Lanjutan……………………………… Trip 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelas
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Genus
Amphiprora
cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Eunotia
Fraggilaria
Frusturia
Gomphonema
Gumay
0
3
1
1
3
0
0
17
0
0
Stasiun
S. Putak
0
5
0
0
0
20
0
4
0
0
Kayu Arobatu
0
0
0
0
5
1
0
28
0
4
Kanal MB
175
0
0
0
3
0
0
4
0
1
Kanal HM
0
0
2
0
0
5
1
3
0
0
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Navicula
Nitzschia
Pinnularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Cosmarium
Euastrum
Microspora
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
5
1
4
2
8
0
1
2
0
0
0
0
8
0
60
0
0
0
25
18
9
3
3
16
0
0
0
0
0
0
0
5
1
135
45
0
0
0
10
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
186
0
0
2
0
60
9
12
0
2
3
1
2
0
0
0
0
6
0
0
165
0
14
0
9
0
3
0
2
0
2
1
0
0
0
0
99
0
0
0
0
0
0
Lanjutan……………………………….. Trip 4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Kelas
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Bacillarisphyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Stasiun
Genus
Gumay
Amphora
0
Amphiprora
0
cocconeis
0
Coscinodiscus
0
Cyclotella
0
Cymbella
2
Diatoma
0
Eunotia
0
Fraggilaria
3
Frusturia
0
Gomphonema
0
Navicula
2
Nitzschia
6
Stauroines
2
Pinnularia
0
Stauroines
0
Surirella
3
Synedra
1
Tabellaria
32
Ankistrodesmus
0
Closterium
0
Cosmarium
0
Gonatozygon
0
Euastrum
0
Microspora
0
S.Putak
0
0
1
0
2
8
46
1
9
2
0
6
3
1
0
0
3
15
37
0
0
0
9
0
0
Kayu Arobatu
16
0
0
0
0
31
0
0
11
0
1
55
21
0
12
0
5
99
0
12
1
2
0
0
0
Kanal MB
0
0
1
2
1
3
30
1
1
1
0
7
2
0
2
0
11
5
69
0
1
0
9
0
0
Kanal HM
0
0
0
0
0
1
6
0
2
0
0
4
0
1
2
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
26
27
28
29
30
31
32
33
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Cyanophyceae
Scenedesmus
Spirogyra
Straurastrum
Ulotrix
Anabaena
Chroococcus
Nostoc
Oscillatoria
0
100
0
0
0
0
0
0
0
3
0
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
0
35
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 4. Jenis-jenis bentos diperairan Lubuk Lampa m dan Sungai Belido Trip 1
No
1
Oligochaeta
Tubificidae
2
3
4
5
6
7
Diptera
8
9
12
Belanti
Hulu
Organisme
Nereidae
Chironomidae
Chironominae
Tanypodinae
Mollusca
Tricoptera
Thiaridaedae
Corbiculidae
Imamature tubificids with hair
setae
Imamature tubificids without
hair setae
Aulodrilus sp.
Limnodrilus sp.
Branchiura sowerbyi
Nais
Namalycastis sp
sp. 1
Chironomus sp.
Tanytarsus sp
Macropelopia sp.
Clinotanypus sp.
Pupa Chironomids
16
Lubuk
Lampam
3
Stasiun
4
Stasiun 2
204
45
Harapan
Mulya
Putak
7
2
4
3
10
3
6
3
4
5
2
2
1
Melanoides sp.
Corbicula sp
Kayu
Arobatu
Gumay
6
Lanjutan ……………… Trip 2
Kanal
muara
baru
Oligochaeta
Tubificidae
Polychaeta
Diptera
Nereidae
Chironomidae
Ephemeroptera
Tricoptera
Lepthoplebidae
Hydroptilidae
Hydropschidae
Corbiculidae
Ampullariidae
Molusca
kayu
ara
baru
Imamature tubificids with hair
setae
Aulodrilus sp.
Namalycastis sp
Chironomus sp.
Clinotanypus sp
sp. 1
sp 1
sp 1
Corbicula sp
Pomacea sp
sungai
putak
muara
baru
2
4
2
3
6
3
2
K. HM
gumay
lebung
proyek
1
6
sarang
bayan
Suak
buayo
1
14
kapak
hulu
belanti
hulu
8
3
1
1
1
4
9
8
1
1
14
1
9
3
1
Lanjutan ………………… Trip 3
Muara
harapan
mulya
Oligochaeta
Tubificidae
kayu
ara
baru
sungai
putak
Aulodrilus sp.
3
sarang
bayan
Suak
buayo
kapak
hulu
belanti
hulu
1
2
1
1
Lepethoplebidae
sp. 1
Ampullariidae
Pomacea sp
13
1
2
27
1
3
4
4
24
2
2
1
Clinotanypus sp.
Moluska
6
5
3
Chironomus sp.
Tricoptera
5
4
Nais
Dero
23
19
Branchiura sowerbyi
Chironomidae
lebung
proyek
gumay
3
2
Limnodrilus sp.
Diptera
kanal
harapan
mulya
Imamature tubificids with hair setae
Imamature tubificids without hair setae
Naididae
Kayu aro
batu
5
2
Lanjutan …………… Trip 4
Muara
harapan
mulya
Oligochaeta
Polychaeta
Diptera
Trichoptera
Tubificidae
Nereidae
Chironomidae
Hydroptilidae
Hydropschidae
Imamature tubificids with hair setae
Imamature tubificids without hair
setae
Aulodrilus sp.
Branchiura sowerbyi
Namalycastis sp
Chironomus sp.
sp 1
sp 1
kayu
ara
baru
sungai
putak
Kayu
aro batu
21
1
4
1
4
1
1
kanal
harapan
mulya
gumay
M.
Belido
1
11
3
2
5
1
lebung
proyek
sarang
bayan
Suak
buayo
kapak
hulu
belanti
hulu
Lampiran 5. Jenis-jenis fitoplankton di perairan Lubuk Lampam pa (Trip 1, 2, 3, dan 4)
No
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
kapak hulu
kapak hulu
kapak hulu
Kapak hulu
1
Anabaena
2
Ankistrodesmus
3
Bambusina
4
Chroococcus
10
5
Closterium
30
6
Cocinodiscus
1
7
Coconeis
1
8
Cosmarium
20
25
15
9
Cyclotella
10
5
10
10
Desmidium
11
Diatoma vulgare
12
Diploneis
13
Dyctyosphaerium
14
Euastrum
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
suak buayo
suak buayo
suak buayo
Suak Buaya
10
10
5
25
25
30
6
10
5
35
50
50
50
15
10
15
75
100
90
25
25
25
75
50
70
35
1
1
2
10
5
75
100
125
15
10
15
15
Fragilaria
16
Fragilaria virescans
17
Gomphosphaeria
18
Lyngbia
19
Mellosira
20
Merismopedia
21
Micrasterias
22
Mougeotia
23
Navicula
24
Navicula elegans
25
Nitszchia
26
Nitszchia cuspidata
27
Nodularia
28
Nostoc
29
Oscillatoria
30
Pediastrum
85
100
110
31
Phacus
15
30
25
7
1
75
100
180
180
170
5
10
10
125
10
5
10
4
10
5
55
55
75
35
35
40
25
25
40
10
5
3
2
150
180
175
25
25
20
5
10
10
50
40
50
75
100
100
5
16
39
32
Phormidium
33
Pinnularia
34
Pleorosigma
35
Pleurotaeniaum
25
25
20
36
35
25
20
37
Scenedesmus
Scenedesmus
longispina
38
Selenastrum
10
39
Staurastrum
10
10
8
40
Surirella
15
10
10
41
Surirella caprum
42
Surirella robusta
43
Synedra
44
Tabellaria
45
Ulotrix
75
100
80
46
Xanthydium
15
10
5
47
Zygnema
90
90
100
15
15
20
65
50
70
225
200
5
1
4
10
250
15
15
3
10
15
5
50
25
15
10
10
75
75
75
150
165
150
Lanjutan……………….
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
lebung
proyek
lebung
proyek
lebung
proyek
Lebung
Proyek
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
Trip 1
Trip 2
Trip 3
Trip 4
sarang
bayan
sarang
bayan
sarang
bayan
sarang
bayan
belanti hulu
belanti hulu
belanti
hulu
Belanti Hulu
35
10
250
300
250
150
200
160
25
25
25
10
10
10
175
175
25
200
10
100
10
25
5
5
25
5
1
80
80
75
40
30
20
75
50
50
100
130
100
100
125
100
10
10
15
1
1
1
20
75
75
75
5
5
5
5
5
5
6
3
2
100
100
80
75
5
5
25
25
30
25
60
75
150
200
175
160
160
100
100
75
15
110
75
25
50
45
15
15
15
125
125
75
30
25
30
30
30
30
40
50
40
4
2
4
2
18
25
5
10
40
35
50
8
75
100
75
2
75
50
75
175
210
200
20
25
20
10
10
10
15
75
75
40
15
15
15
75
1
2
2
25
50
60
60
75
75
65
25
25
40
25
15
25
55
100
150
150
80
80
70
10
20
25
40
50
5
5
15
75
13
75
75
75
4
35
35
40
75
25
20
250
350
300
50
50
40
14
10
10
10
75
75
75
150
175
100
110
110
75
5
5
5
15
50
2
Lampiran 5. Jenis-jenis zooplankton di perairan Lubuk Lampam (Trip 1, 2, 3, dan 4)
No
Genus
1
Trip 4
Trip 1
Trip 2
trip 3
kapak
hulu
kapak
hulu
kapak
hulu
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Acanthocystis
2
Brachionus
3
Chaoborus
4
Difflugia
5
Euglena viridis
6
material copepoda
7
Mytilina
8
Nauplius
Kapak
Hulu
Trip 1
Trip 2
trip 3
Trip 4
Trip 1
Trip 2
trip 3
Trip 4
suak
buayo
suak
buayo
suak
buayo
suak
buayo
lebung
proyek
lebung
proyek
lebung
proyek
lebung
proyek
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
50
55
Jumlah
Jumlah
Jumlah
1
25
40
45
90
75
85
20
1
9
1
3
1
10
3
5
5
5
2
15
10
10
65
50
50
35
25
40
40
50
20
175
150
75
20
25
25
75
50
50
4
10
Notholca
10
Phylodina
11
Trachelomonas
1
Jumlah
Lanjutan……………………..
Trip 1
Trip 2
sarang
bayan
sarang bayan
Jumlah
Trip 4
trip 3
sarang
bayan
Jumlah
sarang
bayan
Jumlah
Trip 2
trip 3
belanti hulu
belanti hulu
belanti hulu
Belanti Hulu
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
100
750
550
Trip 4
Trip 1
125
75
200
1
10
2
15
10
10
350
210
200
15
25
10
1
Download