kondisi lingkungan, perilaku hidup sehat, dan status kesehatan

advertisement
KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN
STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT
YULI FITRIYANI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRACT
YULI FITRIYANI. The Environmental Condition, Healthy Life Behavior, and
Health Status of Women Tea Picker’s Family in PTPN VIII, Pengalengan,
Bandung, West Java. Guided by KATRIN ROOSITA.
The aim of this research was to understanding environmental condition,
healthy life behaviour, and health status of women tea picker’s family in PTPN
VIII Pengalengan, Bandung, East Java. This research was used cross sectional
study design. The samples of this research were 92 women tea picker’s families
who live in purposively chosen cluster area of Malabar Plantation. The criteria of
the sample were having children in 0-72 month age and willing to be interviewed.
Malabar Plantation was chosen from the other five clusters base on its
accessibility and the homogenous samples inter cluster. Primary data consists of
family characteristics, environmental condition, healthy life behavior, and family’s
health status. Secondary data consists of general description of Malabar
Plantation and Banjarsari Village. Data were processed and analyze with
descriptive and inference statistics. The result revealed that condition of
environment where family lives are in average category, only few families lives in
good environmental condition. Family’s health behavior is in good category. The
symptoms/kind of disease that can be found were fever, acute respiratory
infection (ARI), infection of gastrointestinal tract, skin disease, and hepatitis.
Family member who is susceptible to disease is the children. The related factors
to environmental condition of women tea picker’s family are family’s income and
of family’s size. Water which is one environmental condition is correlated with
women tea picker’s family’s health status. ARI and hepatitis cases are correlated
with the source of clean water for to bath or wash; and the usage of clean water
for hand wash after defecation, the better of water source, the less cases of
disease.
Keywords: environmental condition, healthy life behavior, tea picker‘s family,
health status.
RINGKASAN
YULI FITRIYANI. Kondisi Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat, dan Status
Kesehatan Keluarga Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Pengalengan, Bandung,
Jawa Barat. Di bawah bimbingan KATRIN ROOSITA.
Menurut Bapenas (2004), masyarakat yang tinggal di perkebunan teh di
Jawa cenderung mengalami kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan
pemukiman yang sehat dan layak. Kelompok masyarakat ini memiliki fasilitas
sanitasi yang kurang memadai. Upah bekerja sebagai pemetik teh sangat
rendah. Pendapatan yang rendah dapat menurunkan daya beli serta
menurunkan kemampuannya dalam menciptakan kondisi lingkungan perumahan
yang sehat dan layak serta sanitasi yang baik. Kondisi lingkungan yang baik
dapat berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang baik,
sebaliknya lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya berbagai penyakit
terutama penyakit infeksi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kondisi
lingkungan, perilaku hidup sehat, dan status kesehatan keluarga wanita pemetik
teh di PTPN VIII Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Tujuan khusus dari
penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, (2) menilai
kondisi lingkungan tempat tinggal dan perilaku hidup sehat keluarga, (3) menilai
status kesehatan keluarga, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik
keluarga dengan kondisi lingkungan tempat tinggal dan perilaku hidup sehat
keluarga, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, kondisi
lingkungan, dan perilaku hidup sehat dengan status kesehatan keluarga.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini
dilaksanakan di PTPN VIII Pengalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan April
sampai Juni 2008. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Contoh dalam
penelitian ini adalah keluarga wanita pemetik teh yang tinggal di Perkebunan
Malabar, dengan kriteria mempunyai anak usia 0-72 bulan dan bersedia di
wawancara. Jumlah seluruh contoh adalah 92 keluarga yang telah dipilih secara
acak (random sampling) pada penelitian Sunarti, Roosita, dan Herawati (2007).
Wilayah Perkebunan Malabar dipilih secara purposive sebagai cluster pemilihan
dengan pertimbangan kemudahan akses dan karakteristik antar cluster
cenderung homogen.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi karakteristik keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan orang tua,
pendapatan keluarga, dan besar keluarga), kondisi lingkungan (kondisi fisik
rumah, sumber air, dan sarana pembuangan limbah RT), perilaku hidup sehat
(termasuk konsumsi suplemen dan tanaman obat), dan status kesehatan
keluarga. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan
pengamatan langsung. Data sekunder meliputi gambaran umum Perkebunan
Malabar dan Desa Banjarsari yang diperoleh dari pihak PTPN VIII Unit
Perkebunan Malabar dan Kantor Kepala Desa Banjarsari.
Umur orang tua dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan usia
dewasa menurut WNPG (2004), yaitu usia dewasa muda (19-29 tahun), dewasa
madya (30-49 tahun), dan dewasa lanjut (50-64 tahun). Tingkat pendidikan akhir
orang tua dikategorikan menjadi tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat
SMP, dan tamat SMA. Pengkategorian keluarga miskin dan tidak miskin
berdasarkan
batas
garis
kemiskinan
Kabupaten
Bandung
yaitu
Rp 186 774.00/kap/bulan (BPS 2006). Keluarga dengan pendapatan
perkapita/bulan kurang dari Rp 186 774.00 termasuk ke dalam kategori keluarga
miskin, dan lebih dari atau sama dengan Rp 186 774.00 termasuk keluarga tidak
miskin. Besar keluarga dikategorikan menjadi kecil (≤4 orang), keluarga sedang
(5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang) (Hurlock 1993).
Data kondisi lingkungan yang meliputi kondisi fisik rumah, sumber air, dan
sarana pembuangan limbah RT, serta perilaku hidup sehat diukur dengan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian dinilai (skoring). Hasil penilaian
dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan baik. Data status
kesehatan ditentukan dengan mancatat ada tidaknya anggota keluarga yang
sakit dalam satu bulan terakhir, jenis penyakit, lama sakit, dan frekuensi sakit.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan
inferensia dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2003 dan
Statistical Program for Social Sciences (SPSS) 13.0 for Windows. Hubungan
antar variabel dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman.
Sebagian besar ayah (77.4%) dan ibu (77.2%) memiliki usia pada rentang
30-39 tahun (dewasa madya). Lebih dari separuh jumlah ayah (64.3%) dan ibu
(73.9%) memiliki tingkat pendidikan tamat SD. Sebesar 62% ayah bekerja di
perkebunan. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp 752 470.65 dan lebih
dari separuh keluarga (63%) termasuk ke dalam kategori keluarga miskin.
Presentase terbesar (53.3%) keluarga merupakan keluarga berukuran sedang
dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang.
Seluruh rumah yang ditempati keluarga adalah milik perkebunan. Ratarata luas rumah yang ditempati sebesar 30.23 m2. Lebih dari separuh keluarga
(57.6%) memiliki luas ruangan per orang dengan kategori kurang yaitu <7 m2 per
orang). Lebih dari separuh keluarga (68.5%) memiliki kondisi fisik rumah dengan
kategori sedang. Sumber air yang digunakan oleh sebagian besar keluarga
(94.6%) termasuk dalam kategori sedang. Lebih dari separuh keluarga (69.6%)
sarana pembuangan limbahnya termasuk kategori rendah. Persentase terbesar
keluarga (73.9%) memiliki kondisi lingkungan tempat tinggal dengan kategori
sedang. Sebesar 73.9% keluarga, perilaku hidup sehatnya termasuk kategori
baik, bahkan tidak ada keluarga yang termasuk dalam kategori rendah. Keluarga
yang mengkonsumsi suplemen sebesar 31.5 % dan yang mengkonsumsi
tanaman obat sebesar 35.9%. Sebanyak lima keluarga mengkonsumsi tanaman
obat yang diolah sendiri dengan tujuan kuratif. Sebanyak 28 keluarga contoh
mengkonsumsi jamu untuk tujuan promotif dan kuratif.
Sebagian besar keluarga (87%) termasuk dalam kategori tidak sehat
karena terdapat anggota keluarga yang sakit dalam satu bulan terakhir.
Gejala/tanda/jenis penyakit infeksi yang ditemukan dalam satu bulan terakhir
yaitu demam dengan persentase 5.3%, ISPA dengan prevalensi sebesar 23.9%,
infeksi saluran pencernaan sebesar 3.4%, penyakit kulit sebesar 0.7%, dan
hepatitis sebesar 0.2%. Kejadian sakit anggota keluarga berhubungan dengan
umur (r=-0.279, p<0.01). Kelompok usia yang paling rentan terhadap penyakit
infeksi adalah balita. Jenis penyakit yang banyak diderita oleh balita yaitu ISPA
dengan prevalensi 53.7%. Lama sakit lebih dari separuh (56.8%) jumlah anggota
keluarga yang sakit adalah 4-7 hari dan 85.6% anggota keluarga yang sakit
mengalami sakit sebanyak satu kali dalam sebulan. Pelayanan kesehatan yang
banyak dimanfaatkan dalam tindakan pengobatan anggota keluarga ketika sakit
adalah klinik kebun dan puskesmas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi lingkungan berhubungan
positif dengan pendapatan keluarga (r=0.369, p<0.01) dan berhubungan negatif
dengan besar keluarga (r=-0.217, p<0.05). Perilaku hidup sehat keluarga tidak
berhubungan dengan karakteristik keluarga. Lama sakit anggota keluarga
berhubungan negatif dengan pendapatan keluarga (r=-0.232, p<0.05), tetapi
tidak berhubungan dengan kondisi lingkungan dan perilaku hidup sehat. Sumber
air berhubungan negatif dengan prevalensi penyakit hepatitis (r=-0.260, p<0.05).
Terdapat korelasi negatif antara sumber air bersih untuk mandi atau mencuci
dengan prevalensi penyakit ISPA (r= -0.223, p<0.05) dan prevalensi penyakit
hepatitis (r=-0.234, p<0.05). Perilaku hidup sehat dalam hal pemakaian air bersih
untuk mencuci tangan setelah buang air besar berhubungan negatif dengan
prevalensi penyakit ISPA (r=-0.274, p<0.01) dan prevalensi penyakit hepatitis
(r=-0.271, p<0.01). Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor yang berhubungan
dengan prevalensi penyakit infeksi yaitu sumber air.
RINGKASAN
YULI FITRIYANI. Kondisi Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat, dan Status
Kesehatan Keluarga Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Pengalengan, Bandung,
Jawa Barat. Di bawah bimbingan KATRIN ROOSITA.
Menurut Bapenas (2004), masyarakat yang tinggal di perkebunan teh di
Jawa cenderung mengalami kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan
pemukiman yang sehat dan layak. Kelompok masyarakat ini memiliki fasilitas
sanitasi yang kurang memadai. Upah bekerja sebagai pemetik teh sangat
rendah. Pendapatan yang rendah dapat menurunkan daya beli serta
menurunkan kemampuannya dalam menciptakan kondisi lingkungan perumahan
yang sehat dan layak serta sanitasi yang baik. Kondisi lingkungan yang baik
dapat berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang baik,
sebaliknya lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya berbagai penyakit
terutama penyakit infeksi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kondisi
lingkungan, perilaku hidup sehat, dan status kesehatan keluarga wanita pemetik
teh di PTPN VIII Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Tujuan khusus dari
penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, (2) menilai
kondisi lingkungan tempat tinggal dan perilaku hidup sehat keluarga, (3) menilai
status kesehatan keluarga, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik
keluarga dengan kondisi lingkungan tempat tinggal dan perilaku hidup sehat
keluarga, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, kondisi
lingkungan, dan perilaku hidup sehat dengan status kesehatan keluarga.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini
dilaksanakan di PTPN VIII Pengalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan April
sampai Juni 2008. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Contoh dalam
penelitian ini adalah keluarga wanita pemetik teh yang tinggal di Perkebunan
Malabar, dengan kriteria mempunyai anak usia 0-72 bulan dan bersedia di
wawancara. Jumlah seluruh contoh adalah 92 keluarga yang telah dipilih secara
acak (random sampling) pada penelitian Sunarti, Roosita, dan Herawati (2007).
Wilayah Perkebunan Malabar dipilih secara purposive sebagai cluster pemilihan
dengan pertimbangan kemudahan akses dan karakteristik antar cluster
cenderung homogen.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi karakteristik keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan orang tua,
pendapatan keluarga, dan besar keluarga), kondisi lingkungan (kondisi fisik
rumah, sumber air, dan sarana pembuangan limbah RT), perilaku hidup sehat
(termasuk konsumsi suplemen dan tanaman obat), dan status kesehatan
keluarga. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan
pengamatan langsung. Data sekunder meliputi gambaran umum Perkebunan
Malabar dan Desa Banjarsari yang diperoleh dari pihak PTPN VIII Unit
Perkebunan Malabar dan Kantor Kepala Desa Banjarsari.
Umur orang tua dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan usia
dewasa menurut WNPG (2004), yaitu usia dewasa muda (19-29 tahun), dewasa
madya (30-49 tahun), dan dewasa lanjut (50-64 tahun). Tingkat pendidikan akhir
orang tua dikategorikan menjadi tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat
SMP, dan tamat SMA. Pengkategorian keluarga miskin dan tidak miskin
berdasarkan
batas
garis
kemiskinan
Kabupaten
Bandung
yaitu
Rp 186 774.00/kap/bulan (BPS 2006). Keluarga dengan pendapatan
perkapita/bulan kurang dari Rp 186 774.00 termasuk ke dalam kategori keluarga
miskin, dan lebih dari atau sama dengan Rp 186 774.00 termasuk keluarga tidak
miskin. Besar keluarga dikategorikan menjadi kecil (≤4 orang), keluarga sedang
(5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang) (Hurlock 1993).
Data kondisi lingkungan yang meliputi kondisi fisik rumah, sumber air, dan
sarana pembuangan limbah RT, serta perilaku hidup sehat diukur dengan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian dinilai (skoring). Hasil penilaian
dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan baik. Data status
kesehatan ditentukan dengan mancatat ada tidaknya anggota keluarga yang
sakit dalam satu bulan terakhir, jenis penyakit, lama sakit, dan frekuensi sakit.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan
inferensia dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2003 dan
Statistical Program for Social Sciences (SPSS) 13.0 for Windows. Hubungan
antar variabel dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman.
Sebagian besar ayah (77.4%) dan ibu (77.2%) memiliki usia pada rentang
30-39 tahun (dewasa madya). Lebih dari separuh jumlah ayah (64.3%) dan ibu
(73.9%) memiliki tingkat pendidikan tamat SD. Sebesar 62% ayah bekerja di
perkebunan. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp 752 470.65 dan lebih
dari separuh keluarga (63%) termasuk ke dalam kategori keluarga miskin.
Presentase terbesar (53.3%) keluarga merupakan keluarga berukuran sedang
dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang.
Seluruh rumah yang ditempati keluarga adalah milik perkebunan. Ratarata luas rumah yang ditempati sebesar 30.23 m2. Lebih dari separuh keluarga
(57.6%) memiliki luas ruangan per orang dengan kategori kurang yaitu <7 m2 per
orang). Lebih dari separuh keluarga (68.5%) memiliki kondisi fisik rumah dengan
kategori sedang. Sumber air yang digunakan oleh sebagian besar keluarga
(94.6%) termasuk dalam kategori sedang. Lebih dari separuh keluarga (69.6%)
sarana pembuangan limbahnya termasuk kategori rendah. Persentase terbesar
keluarga (73.9%) memiliki kondisi lingkungan tempat tinggal dengan kategori
sedang. Sebesar 73.9% keluarga, perilaku hidup sehatnya termasuk kategori
baik, bahkan tidak ada keluarga yang termasuk dalam kategori rendah. Keluarga
yang mengkonsumsi suplemen sebesar 31.5 % dan yang mengkonsumsi
tanaman obat sebesar 35.9%. Sebanyak lima keluarga mengkonsumsi tanaman
obat yang diolah sendiri dengan tujuan kuratif. Sebanyak 28 keluarga contoh
mengkonsumsi jamu untuk tujuan promotif dan kuratif.
Sebagian besar keluarga (87%) termasuk dalam kategori tidak sehat
karena terdapat anggota keluarga yang sakit dalam satu bulan terakhir.
Gejala/tanda/jenis penyakit infeksi yang ditemukan dalam satu bulan terakhir
yaitu demam dengan persentase 5.3%, ISPA dengan prevalensi sebesar 23.9%,
infeksi saluran pencernaan sebesar 3.4%, penyakit kulit sebesar 0.7%, dan
hepatitis sebesar 0.2%. Kejadian sakit anggota keluarga berhubungan dengan
umur (r=-0.279, p<0.01). Kelompok usia yang paling rentan terhadap penyakit
infeksi adalah balita. Jenis penyakit yang banyak diderita oleh balita yaitu ISPA
dengan prevalensi 53.7%. Lama sakit lebih dari separuh (56.8%) jumlah anggota
keluarga yang sakit adalah 4-7 hari dan 85.6% anggota keluarga yang sakit
mengalami sakit sebanyak satu kali dalam sebulan. Pelayanan kesehatan yang
banyak dimanfaatkan dalam tindakan pengobatan anggota keluarga ketika sakit
adalah klinik kebun dan puskesmas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi lingkungan berhubungan
positif dengan pendapatan keluarga (r=0.369, p<0.01) dan berhubungan negatif
dengan besar keluarga (r=-0.217, p<0.05). Perilaku hidup sehat keluarga tidak
berhubungan dengan karakteristik keluarga. Lama sakit anggota keluarga
berhubungan negatif dengan pendapatan keluarga (r=-0.232, p<0.05), tetapi
tidak berhubungan dengan kondisi lingkungan dan perilaku hidup sehat. Sumber
air berhubungan negatif dengan prevalensi penyakit hepatitis (r=-0.260, p<0.05).
Terdapat korelasi negatif antara sumber air bersih untuk mandi atau mencuci
dengan prevalensi penyakit ISPA (r= -0.223, p<0.05) dan prevalensi penyakit
hepatitis (r=-0.234, p<0.05). Perilaku hidup sehat dalam hal pemakaian air bersih
untuk mencuci tangan setelah buang air besar berhubungan negatif dengan
prevalensi penyakit ISPA (r=-0.274, p<0.01) dan prevalensi penyakit hepatitis
(r=-0.271, p<0.01). Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor yang berhubungan
dengan prevalensi penyakit infeksi yaitu sumber air.
KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN
STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT
YULI FITRIYANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Skripsi
:
Kondisi Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat, dan Status
Kesehatan Keluarga Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII
Pengalengan, Bandung, Jawa Barat
Nama
:
Yuli Fitriyani
NIM
:
A54104026
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Katrin Roosita, S.P, M.Si
NIP. 132 232 457
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
Download