i TESIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS SUKAWATI II NI KETUT MARTINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii TESIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS SUKAWATI II NI KETUT MARTINI NIM. 1092161018 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 iii HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS SUKAWATI II Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana NI KETUT MARTINI NIM. 1092161018 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 iii iv Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 11 SEPTEMBER 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA(K). NIP. 194612311969021001 dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH. NIP.197806272005012002 Mengetahui Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP. 194810101977021001 Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S. (K). NIP. 195902151985102001 iv v HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 11 September 2013 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No. : 1271/UN/14.4/HK/2012 Tanggal 12 Oktober 2012 Ketua : Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA(K). Anggota : 1. 2. 3. 4. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH. Prof. Dr. Tigeh Suryadhi, MPH Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita D., M.Si. Dr. Luh Seri Ani, SKM., M.Kes. v vi SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama : Ni Ketut Martini, S.ST NIM : 1092161018 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul Tesis : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 12 Agustus 2013 (Ni Ketut Martini, S.ST.) vi vii UCAPAN TERIMAKASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Profesor Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH, Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH, Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. Kandera, MPH, pembimbing akademik Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis yaitu Prof. Dr. Tigeh Suryadhi,MPH, Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita D., M.Si., dan Dr. Luh Seri Ani, SKM., M.Kes., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar dan Bapak Kepala BKD Kabupaten Gianyar yang telah memberikan ijin belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Demikian juga kepada Bapak dr,Ida Bagus Ketut Sugamia selaku Kepala Puskesmas Sukawati II yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaannya menjadi responden pada penelitian ini, serta ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada mendiang Ayah dan juga kepada Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis. Demikian juga pada seluruh partisipan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dengan sepenuh hati penulis mengucapkan banyak terima kasih. Akhirnya penulis sampaikan ucapan vii viii terimakasih pula kepada Suami, anak dan keluarga yang telah banyak berkorban demi terselesaikannya studi penulis pada program Magister ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. viii ix ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUANDAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS SUKAWATI II Pap smear merupakan salah satu skrining untuk deteksi dini kanker serviks yang efektif, murah dan sederhana. Penyakit kanker serviks setiap tahun meningkat dengan angka kematian tinggi, karena 65% sudah dalam stadium lanjut dan tidak pernah pap smear dalam 10 tahun terakhir. Cakupan pap smear di Puskesmas Sukawati II masih sangat rendah dan terjadi penurunan dalam tiga tahun terakhir dari 49 orang (1,12%) tahun 2009, 32 kasus (0,73%) tahun 2010 dan 17 kasus (0,39%) tahun 2011. Kasus kanker serviks terus meningkat dari 2 kasus tahun 2009 dan tahun 2010 menjadi 6 kasus tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur dengan tindakan pemeriksaan pap smear. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 50 orang, menggunakan teknik Consecutif Sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan April - Juni 2012 dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dan Regresi Logistik dengan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian pada 50 sampel didapatkan bahwa kelompok terbesar responden berumur ≥ 35 tahun 28 (56%), pendidikan menengah 38 (76%), sebagian besar bekerja 35 (70%), penghasilan keluarga tinggi ( ≥ Rp.1.104.000,per bulan) 31 (62%), berpengetahuan tinggi 38 (76%), sikap baik 36 (72%), pernah melakukan pap smear 26 (52%). Hasil analisis dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa umur tidak terbukti berhubungan p=0,296, pendidikan tidak terbukti berhubungan nilai p=0,417, pekerjaan tidak terbukti berhubungan p=0,574, penghasilan tidak terbukti berhubungan p=0,527, pengetahuan tidak terbukti berhubungan p=0,999 dan sikap terbukti berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear dengan p=0,003 (p<0,05). Simpulan : dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hanya variabel sikap yang berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear, sedangkan variabel lain seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pengetahuan tidak terbukti berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. Disarankan Kepada Puskesmas Sukawati II agar mengembangkan teknik komunikasi dan informasi efektif tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dengan pap smear melalui pentas seni, pembentukan kader-kader peduli kanker tiap posyandu, maupun testimoni dari penderita kanker serviks. Kata kunci : Karakteristik, pengetahuan, sikap, pap smear. ix x ABSTRACT THE RELATIONSHIP OF CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF WOMEN CHILDBEARING AGE WITH PAP SMEAR SCREENING AT PUBLIC HEALTH CENTER SUKAWATI II A Pap smear is a screening for the early detection of cervical cancer is effective, cheap and simple. Cervical cancer each year increases with the high mortality rate, because 65% already in an advanced stage and never pap smear in the last 10 years. Pap smear coverage in PHC Sukawati II is still very low and there is a decrease in the last three years from 49 people (1.12%) in 2009, 32 cases (0.73%) in 2010 and 17 cases (0.39%) in 2011 . Cervical cancer cases increased from 2 cases in 2009 and in 2010 to 6 cases in 2011. The purpose of this study was to determine the relationship between the characteristics, knowledge and attitude of women of childbearing age couples with action pap smear examination. This research method is descriptive analytic cross sectional study approach. The number of samples in this study of 50 people, using sampling techniques Consecutif. Data collection began in April-June 2012 with live interviews using questionnaires. Data analysis using chi-square test and logistic regression with SPSS version 16.0. The results on 50 samples showed that the largest group of respondents aged ≥ 35 years 28 (56%), secondary education 38 (76%), most of whom work 35 (70%), high family income (≥ Rp.1.104.000, - per months) 31 (62%), high knowledgeable 38 (76%), good attitude 36 (72%), never done a pap smear 26 (52%). Results of the logistic regression analysis showed that age was not shown to be associated p = 0.296, not shown to be associated educational value of p = 0.417, not shown to be associated jobs p = 0.574, not shown to be associated income p = 0.527, not shown to be associated knowledge p = 0.999 and attitudes shown to be associated strongly with measures pap smears with p = 0.003 (p <0,05). Conclusion: The results of this study it can be concluded that the only variable that correlates strongly with the attitude of action pap smears, while other variables such as age, education, occupation, income and knowledge are not shown to be associated strongly with measures in PHC pap smears Sukawati II. Advised To the PHC Sukawati II to develop effective communication techniques and information about the importance of early detection of cervical cancer with Pap smears through the performing arts, the formation of cadres of cancer care each posyandu, as well as testimonials from patients with cervical cancer. Keywords: characteristics, knowledge, attitudes, pap smear. x xi DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN …………………………………………………………... i SAMPUL DALAM …………………………………………………............. ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR …………………………………… iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………. iv HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………… ………. v SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ……………………………… vi UCAPAN TERIMAKASIH ………………………………………………… vii ABSTRAK ………...………………………………………………………… ix ABSTRACT ………………………………………………………………… x DAFTAR ISI ………………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xiv DAFTARGAMBAR ………………………………………………………… xv DAFTAR ARTI LAMBANG……………………………………………….. xvi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ………………………………… xvii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xviii BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang………………………………………………… 1 1.2. Rumusan Masalah…………………………………………….. 6 1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………… 7 1.3.1. Tujuan Umum………………………………………...... 7 1.3.2. Tujuan Khusus………………………………………… 7 1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………… 8 BAB 2. KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. 9 2.1. Pap Smear……......................................................................... 9 2.3. Cakupan Pemeriksaan Pap Smear.............................................. 14 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Pap Smear........ 16 xi xii 2.5 Tindakan Pap Smear...................................................................... 27 BAB 3. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……………………………………………………… 28 3.1. Kerangka Berpikir ……………………………………………… 28 3.2. Kerangka Konsep ……………………………………………… 30 3.3. Hipotesa Penelitian …………………………………………… 32 BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………. 33 4.1. Rancangan Penelitian............................................................. 33 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 34 4.3. Penentuan Sumber Data.......................................................... 34 4.4. Variabel Penelitian.................................................................. 36 4.4.1. Identifikasi variabel……………………………………. 36 4.4.2. Definisi opersional…………………………………….. 37 4.5. Metode Pengukuran................................................................ 40 4.6. Prosedur Penelitian…………………………........................... 44 4.7. Pengolahan Data………………………………………………. 46 4.8. Metode Analisis Data............................................................. 48 4.8.1. Analisis Deskriptif……………………………………. 48 4.8.2. Analisis Bivariat……………………………………… 48 4.8.3. Analisis Multivariat………………………………….. 49 BAB 5. HASIL PENELITIAN................................................................... 50 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 50 5.2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Responden... .. 55 5.3. Analisis Bivariat.......................................................................... 58 5.4. Analisis Multivariat.................................................................... 62 BAB 6. PEMBAHASAN................................................................................ 64 6.1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear…………………………………………. 6.2.Hubungan Pengetahuan Responden xii dengan Tindakan 64 xiii Pemeriksaan Pap Smear....................................................... 70 6.3. Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap smear………………………………………………………… 72 6.4. Hubungan Variabel yang paling Dominan dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear......................................................... 6.5. Keterbatasan Penelitian………………………………………. BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN.................................................... 73 75 76 7.1. Simpulan ............................................................................. 76 7.2. Saran.................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 78 LAMPIRAN............................................................................................... 82 xiii xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1. Distribusi Kunjungan Ibu Hamil ke Pustu/Puskesmas Sukawati II Tahun 2012………………………………………………………. Tabel 5.2. Distribusi Kunjungan Akseptor KB ke Pustu/Puskesmas Sukawati II Tahun 2012…………………………………………. Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap 59 Hubungan Pekerjaan Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II …………………………… Tabel 5.10. Hubungan Pengetahuan Responden dengan 61 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II.……………………………….. Tabel 5.13. 60 Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II ……………. Tabel 5.12. 68 Hubungan Penghasilan Keluarga Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II…………….. Tabel 5.11. 58 Hubungan Pendidikan Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II …………. Tabel 5.9. 58 Hubungan Umur Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II ………………………………. Tabel 5.8. 57 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 …………………. Tabel 5.7. 57 Distribusi Sikap Responden Terhadap Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 ………………… Tabel 5.6. 56 Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 Tabel 5.5. 54 Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II…………….. Tabel 5.4. 53 61 Hasil Uji Regresi Logistik Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Responden Terhadap Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas sukawati II Tahun 2012……………………………… xiv 62 xv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Kerangka Teori Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur dengan Pemeriksaan Pap Smear dari Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)……................ 30 Gambar 3.2.Kerangka Konsep Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear ……………………………………………………………… 31 Gambar 5.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati II ….. ………………. 51 Gambar 5.2. Peta Kabupaten Gianyar ……………………………………….. 51 Gambar 5.3. Grafik Jumlah Penduduk Puskesmas Sukawati II Berdasarkan Jenis Kelamin……………………………………………………… 52 Gambar 5.4. Grafik Cakupan Pemeriksaan Pap Smear Puskesmas Sukawati II Periode 2009-2011…………………………………………………… 54 Gambar 5.5. Grafik Kasus Kanker Serviks Periode 2009-2011 Puskesmas Sukawati II……………………………………………………….. xv 55 xvi DAFTAR ARTI LAMBANG : Alfa : Beta α : Derajat kepercayaan ∑ : Jumlah n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan < : Kurang dari > : Lebih dari d : limit dari error atau presisi absolut OR : Odds Ratio P : proporsi wanita PUS yang melakukan pemeriksaan pap smear q : 1-p (proporsi wanita PUS yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear = : Sama dengan xvi xvii DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ACS : American Cancer Society AIDS : Acquired Imunno Deficiency Syndrome ART : Anti Retroviral Treatment BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BLU : Badan Layanan Umum BPS : Biro Pusat Statistik CDC : Central Disease Control CIN 1 : Neoplasma Intrapithelial Serviks Ringan Depkes : Departemen Kesehatan HIV : Human Immunodeficiency Virus HPV : Human Papilloma Virus IMS : Infeksi Menular Seksual IVA : Inspeksi Asam Asetat LGSILs : Low Grade Squamous Intrapithelial Lesions MDG’s : Milenium Development Goals MKI : Majalah Kedokteran Indonesia OR : Odds Ratio PAP : Papanicolaou PROMKES : Promosi Kesehatan PUS : Pasangan Usia Subur PT : Perguruan Tinggi PTM : Penyakit Tidak Menular RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas UMR : Upah Minimum Regional WHO : World Health Organization SPSS : Statistic Package for Social Science xvii xviii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat persetujuan menjadi responden/subyek penelitian Lampiran 2. Kuesioner penelitian Lampiran 3. Master tabel Lampiran 4. Hasil Pengolahan data dengan SPSS xviii 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilisasi) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapat bayi tanpa resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 1999). Angka Kematian Ibu dan Anak adalah dua indikator MDG’s yang berkaitan langsung dengan kesehatan reproduksi perempuan. Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker, salah satunya kanker serviks yang menyebabkan kematian no 2 pada wanita (Wijaya dan Delia, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia termasuk Indonesia, dapat menyerang semua lapisan masyarakat dari golongan ekonomi rendah sampai tinggi, tua maupun muda, berpendidikan rendah ataupun tinggi. Secara global, kejadian kanker leher rahim (serviks) menduduki urutan nomor dua setelah kanker payudara bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker serviks dengan rata-rata 288.000 orang meninggal setiap tahunnya (Depkes RI, 2008). Di Indonesia setiap harinya terdapat 41 kasus baru kanker serviks dan 20 wanita meninggal dunia sehingga diperkirakan setiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks (Yuliatin, 2010). Tingginya angka kematian penderita kanker 1 2 serviks adalah akibat dari sebagian besar penderita datang berobat sudah pada stadium lanjut (Ramli, 2002). Di Indonesia, cakupan program skrining baru sekitar 5% wanita yang melakukan pemeriksaan skrining Pap Smear tersebut. Sehingga hal itulah yang dapat menyebabkan masih tinggi kanker serviks di negara Indonesia (Samadi dan Heru, 2010). Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pemeriksaan Pap Smear bertujuan untuk mendeteksi sel-sel yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smaer ini adalah wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur, karena tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker servik bagi mereka. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri (Sukaca, 2009). Namun, sampai saat ini pemeriksaan dini mendeteksi kanker serviks di Indonesia masih belum mendapat prioritas bagi kaum wanita (MKI, 2007). Angka kejadian kanker serviks di Bali pada tahun 2008 berkisar antara 72 – 64 % kasus dari penyakit kanker organ reproduksi wanita. Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa angka kejadian kanker serviks (leher rahim) sebanyak 25 kasus, sedangkan tahun 2010 hanya 14 kasus, sehingga terjadi peningkatan 11 kasus tahun 2011. Dari 25 kasus di kabupaten Gianyar enam orang diantaranya berasal dari wilayah kerja Puskesmas Sukawati II yaitu dua orang dari desa Batubulan, dua orang dari desa Singapadu Kaler, satu orang dari desa 3 Celuk dan satu orang dari desa Batubulan Kangin. Hampir semua dari kasus kanker serviks yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II belum pernah melakukan pap smear dengan latar belakang yang berbeda baik ekonomi, pendidikan, pengetahuan dan umur datang berobat ke RSUP Sanglah sudah pada stadium lanjut. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan di Puskesmas Sukawati II, jumlah wanita pasangan usia subur (wanita PUS) tahun 2011 sebanyak 4377 orang dari enam desa dengan 49 banjar. Adapun jumlah wanita PUS masingmasing desa sebagai berikut : desa Singapadu Kaler berjumlah 547 orang, desa Singapadu Tengah berjumlah 432 orang, desa Singapadu berjumlah 470 Orang, desa Celuk berjumlah 366 Orang, desa Batubulan berjumlah 1829 orang dan desa Batubulan Kangin berjumlah 733 orang. Cakupan pemeriksaan pap smear tahun 2009 sebanyak 49 orang (1,12%), tahun 2010 sebanyak 32 orang (0,73%) dan tahun 2011 sebanyak 17 orang (0,39%). Terjadi penurunan cakupan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sekitar 0,36%, masih jauh kurang dibandingkan dengan target kabupaten yaitu sebesar 85%. Cakupan pap smear tertinggi adalah desa Singapadu dan cakupan pap smear terendah desa Batubulan. Dari data tersebut ditinjau dari umur wanita PUS yang melakukan pemeriksaan pap smear berkisar antara 20-48 tahun, dari segi pendidikan yaitu pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dari segi pekerjaan sangat beragam mulai pedagang, buruh, karyawan swasta, pelaku seni, pengrajin, pegawai negeri dan lain-lain. Adapun pengetahuan dan sikap wanita PUS dihubungkan dengan pemeriksaan pap smear ada yang memiliki pengetahuan dan sikap baik dan ada juga kurang. Berdasarkan pengumpulan data awal terhadap sepuluh orang wanita pasangan usia subur di Puskesmas Sukawati II pada 18 April 2012, mengenai hubungan 4 karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur (PUS) dengan tindakan pemeriksaan pap smear didapatkan data bahwa 6 (60%) dari 10 (100%) berusia 36-45 tahun dan 4 (40%) berusia antara 21-30 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui sebanyak 6 (60%) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas, 2 (20%) berpendidikan sekolah menengah pertama serta 2 (20%) berpendidikan sekolah dasar. Berdasarkan pekerjaan diketahui 2 (20%) bekerja sebagai karyawan swasta, 4 (40%) sebagai pedagang, 1 (10%) sebagai penari, 1 (10%) sebagai pengrajin perak dan 2 (20%) tidak bekerja. Dari segi penghasilan keluarga diketahui 6 (60%) berpenghasilan diatas dua juta per bulan, 1 (10%) berpenghasilan rata-rata 1.800.000 per bulan, 1 (10%) berpenghasilan rata-rata 1000.000 per bulan dan 2 (20%) dengan penghasilan tidak tetap. Dari segi tingkat pengetahuan diperoleh 6 (60%)) dengan pengetahuan kurang dan 4 (40%) dengan pengetahuan baik tentang pemeriksaan pap smear. Sedangkan dilihat dari segi sikap terhadap tindakan pemeriksaan pap smear diperoleh data yaitu 4 (40%) mempunyai sikap baik dan pernah melakukan pemeriksaan pap smear dan 6 (60%) dengan sikap kurang dan belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Beberapa faktor hambatan pemeriksaan pap smear, diantaranya adalah perilaku wanita usia subur yang enggan untuk diperiksa karena kurangnya pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan pap smear (Candraningsih, 2011). Pengetahuan dan pendidikan ibu tentang kanker servik akan membentuk sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Hal ini juga merupakan faktor 5 dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki wanita usia subur tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi dini kanker serviks (Aziz, 2006). Selain faktor pengetahuan dan pendidikan status ekonomi juga berpengaruh terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh adanya perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah penyakit dan adanya perbedaan sikap hidup dan prilaku yang dimiliki seseorang (Noor, 2000). Beberapa hasil penelitian terdahulu juga menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan tindakan pemeriksaan pap smear antara lain : Penelitian oleh Wilopo (2010) menyatakan bahwa masyarakat dengan sosial ekonomi rendah kurang memiliki kesempatan untuk melakukan pap smear karena alasan kekurangan biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Darnindro dkk (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden terhadap perilaku responden, dan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang pap smear di Rumah Susun Klender. Penelitian oleh Nurhasanah (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap dari wanita PUS dengan pemeriksaan pap smear di Banda Aceh 6 Dari permasalahan diatas, dan hasil dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita pasangan usia subur (PUS), sehingga peneliti merasa penting mengetahui hubungan dari masing-masing variabel tersebut dengan pemeriksaan pap smear dan tertarik melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas Sukawati II mengenai hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur dengan tindakan pemeriksaan pap smear. 1.2. Rumusan Masalah Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah : 1.2.1 Adakah hubungan umur dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.2.2 Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.2.3 Adakah hubungan pekerjaan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.2.4 Adakah hubungan penghasilan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.2.5 Adakah hubungan pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.2.6 Adakah hubungan sikap dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 7 1.2.7 Adakah variabel paling dominan berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penulis melakukan penelitian ini untuk menganalisis Hubungan Karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan umur dengan Puskesmas Sukawati tindakan pemeriksaan Pap Smear di II 2. Hubungan pendidikan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 3. Hubungan pekerjaan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 4. Hubungan penghasilan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 5. Hubungan pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 6. Hubungan sikap dengan tindakan pemeriksaan pap smear Puskesmas Sukawati II di 8 7. Variabel paling dominan berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai pemeriksaan pap smear, mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan melatih kemampuan analisis peneliti. 1.4.2. Manfaat praktis Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas puskesmas untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II sehingga dinas terkait dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjutinya, baik berupa advokasi, sosialisasi maupun edukasi. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pap Smear 2.1.1. Definisi pap smear Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya dan Delia, 2010). Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina (Dianada dan Rama, 2008). Sedangkan samadi, 2010 mengatakan pap smear merupakan salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian dilihat kenormalannya. Kanker serviks dapat menyerang semua lapisan masyarakat dari golongan ekonomi bawah sampai golongan ekonomi tinggi, dari yang berpendidikan dasar sampai berpendidikan tinggi, dari usia muda sampai tua. Pap smear merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang tidak mempunyai keluhan kanker stadium dini. 2.1.2. Tujuan pemeriksaan pap smear Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan pap smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling 9 10 bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010). Beberapa tujuan dari pemeriksaan pap smear yang dikemukakan oleh Sukaca, 2009 yaitu : 1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker. 2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks 3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks 4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. 5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam. 6. Untuk mengetahui tingkat keganasan kanker serviks. Pada stadium awal (pra kanker) penyakit kanker serviks tidak menimbulkan keluhan sehingga tidak mudah untuk diamati. Menurut David M. Eddy (1981, yang dikutip dari Hoepoedio, 1986) dalam tulisannya yang berjudul ―The Economic of Cancer Prevention and Detection, Getting More for Less‖ tujuan konkrit dari penemuan dini kanker, termasuk kanker leher rahim (kanker serviks) sebagai berikut: a). Menaikkan harapan hidup, b). Mengurangi pengobatan ekstensif, c). Memperbaiki kualitas hidup, d). Mengurangi penderitaan, e). Mengurangi kecemasan. 11 2.1.3. Wanita yang dianjurkan pap smear Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test pap smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Wanita yang dianjurkan pap smear menurut Sukaca (2009) sebagai berikut: 1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya tinggi. 2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV ( Human Papilloma Virus ) atau kutil kelamin. 3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun. 4. Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal 5. Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker servik. 6. Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009). 2.1.4. Waktu untuk melakukan pap smear 1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi. 2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin. 3. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 40-60 tahun. 4. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. 5. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. 12 6. Pap smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif. 7. Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test. 8. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker maupun kanker serviks. 2.1.5. Persiapan sebelum melakukan Pap smear 1. Adapun persiapan sebelum melakukan Pap Smear yaitu sebagai berikut 24 jam sebelum menjalani pap smear sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina dengan anti septik . 2. Sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum pemeriksaan pap smear . 3. Informasikan kepada tenaga kesehatan tentang jenis obat yang di minum dalam 24 jam sebelum pemeriksaan pap smear (Nurcahyo, 2010). 4. Informasi mengenai haid terakhir, kontrasepsi yang digunakan kepada petugas kesehatan (Purnomo, 2009). 5. Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina rileks sehigga pada dinding leher rahim dapat terambil cukup tepat untuk pemeriksaan. 2.1.6. Prosedur pemeriksaan pap smear Pemeriksaan pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi. Waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum 13 pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan tersebut dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal. Pemeriksaan pap smear dilakukan diatas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk mambantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya dibawah mikroskop. Hasil pemeriksaan pap smear biasanya keluar setelah dua atau tiga minggu. Pada akhir pemeriksaan pap smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan bisa menerima hasilnya dan apa yang harus dilakukan setelah pemeriksaan. Pap smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker servik. Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal, maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli. Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi yaitu pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010). 2.1.7. Klasifikasi pemeriksaan pap smear Hasil pemeriksaan sitologi ginekologik pap smear biasanya dilaporkan dengan suatu cara tertentu disebut dengan klasifikasi atau terminologi. Ada 14 beberapa jenis klasifikasi hasil pemeriksaan sitologi pap smear pada dasarnya kurang lebih sama, yaitu : a. Klasifikasi menurut Papanicolou Klas I : terdapat sel-sel normal Klas II : sel-sel tidak normal tidak dicurigai ganas Klas III : sel epitel diskariotik atau displasia ringan, sedang dan berat Klas IV : terdapat sel-sel dicurigai ganas Klas V : sel-sel ganas b. Klasifikasi menurut WHO Negatif : tidak terdapat sel ganas Displasia : kecurigaan sel ganas Positif : terdapat sel ganas Inkonklusif : sediaan tidak dapat diinterprestasikan (Hacker, 2001). 2.2. Cakupan Pemeriksaan Pap Smear Di Indonesia, cakupan program skrining baru sekitar 5% wanita yang melakukan pemeriksaan skrining pap smear tersebut. Sehingga hal itulah yang dapat menyebabkan masih tingginya kasus kanker servik di Indonesia (Samadi, 2010). Hampir 50% penderita kanker serviks tidak melakukan pemeriksaan pap smear dalam 10 tahun belakangan. Disamping itu juga alasan para wanita untuk tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah psikologis yaitu takut, gelisah, khawatir atau cemas dalam pemeriksaan pap smear, (Evennet,2003) 15 Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Pemeriksaan pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk menurunkan angka kematian pada wanita penderita kanker serviks. Kehamilan juga tidak mencegah seorang wanita untuk melakukan pemeriksaan pap smear karena prosedur Pap Smear dapat dilakukan secara aman selama kehamilan. Sehingga, wanita hamil juga dapat menjalani test ini. Pemeriksaan pap smear tidak direkomendasikan bagi wanita yang telah melakukan histerektomi (dengan pengangkatan serviks) untuk kondisi yang jinak. Wanita yang pernah melakukan histerektomi tetapi tanpa pengangkatan (histerektomi subtotal), sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak melakukan histeretomi (Wijaya, 2010). Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (skrining) melalui pap smear. Di negara maju kesadaran untuk melakukan pap smear sangat tinggi. Di Amerika pap smear sudah harus dimulai 3 tahun setelah seseorang melakukan hubungan seksual. Wanita berusia < 30 tahun harus melakukan skrining sitologi serviks setiap tahun. Wanita berusia ≥ 30 tahun telah memperoleh hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut dan tidak memiliki risiko tinggi dapat memperpanjang interval skrining menjadi setiap 2-3 tahun. Skrining dapat dihentikan pada usia 70 tahun pada wanita dengan risiko rendah. Di Inggris skrining harus dimulai pada usia 25 tahun. Intervalnya adalah setiap 3 tahun bagi wanita berusia 25-49 tahun. Skrining dapat dihentikan pada usia 64 tahun jika 3 apusan menunjukkan hasil normal (Tara, 2001). 16 Di negara Amerika serikat telah dilakukan 50 uji pap smear setiap tahun dan hal itu berhasil menurunkan insiden kanker servik hingga 70%. Sedangkan dinegara berkembang pap smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga 50% (Darnindro, 2006). Menurut data BKKBN (2006), jumlah penderita kanker serviks di Indonesia sekitar 200 ribu setiap tahunnya dan menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara. Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan kematian, namun demikian kesadaran wanita untuk memeriksakan diri masih sangat rendah, karena kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks dan lebih dari 70 % penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut. Di Indonesia, terjadi peningkatan kejadian kanker serviks dalam jangka waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat 12 menjadi peringkat 6, setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000 penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker . Namun angka kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3-35% bila dilakukan tindakan preventif. 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Pap Smear 2.3.1. Sosial demografi 1. Umur Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Danindro dkk (2007) di rumah susun Klender Jakarta mengatakan bahwa sebesar 24,3% wanita yang sudah menikah pertama kali pap smear pada umur 25 sampai 40 tahun. Dalam model system kesehatan (Health System Models) oleh Anderson 17 (1974, dalam Notoatmodjo 2007) menyebutkan bahwa umur termasuk dalam faktor sosial demografis yang mempengaruhi seseorang untuk mencari pengobatan dan menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Hall dan Donan (1990) mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan pelayanan kesehatan. Semakin dewasa maka semakin mengerti akan pemilihan pemanfaatan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir. 2. Pendidikan Menurut Aman (1997) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan. Demikian juga pendapat Muzaham (1995) mengemukakan bahwa orang yang tidak berpendidikan atau golongan ekonomi rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Menurut Green (1980), pendidikan dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004) pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker serviks OR = 2,012 dengan kata lain yang berpendidikan rendah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks. 18 3. Pekerjaan Pekerjaan menjadi factor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi factor risiko seorang mengalami sakit maupun penyakitnya. Pada penelitian Sukanti (2007) menunjukkan bahwa wanita yang tidak bekerja lebih banyak melakukan pemeriksaan pap smear daripada wanita yang bekerja, hal tersebut berkaitan dengan waktu dan pelayanan kesehatan. Menurut Hidayat (1999) terdapat hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar seperti buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibanding wanita pekerja ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan dengan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan, kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standar kebersihan yang tidak baik pada umumnya faktor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas seksual pada usia lebih muda. 4. Penghasilan (sosial ekonomi) Penghasilan adalah penghasilan/upah rata-rata per bulan yang didapatkan dibandingkan dengan beban keluarga (Zadjuli, 1991)Menurut Lapan (1997) mengatakan bahwa status ekonomi masyarakat seperti penghasilan mempengaruhi pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Demikian juga pendapat Alkatiri (1997) mengemukakan bahwa 19 golongan menengah dengan penghasilan yang lebih memadai akan cenderung berperilaku sebagai pengguna yang lebih selektif sedangkan golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang pasif. Pada penelitian di Amerika bulan April 2003 mengatakan responden yang memiliki penghasilan tinggi memiliki kemauan sebesar 1,56 kali untuk menjalankan pemeriksaan pap smear (Danindro dkk, 2007). Andersen yang dikutif oleh Notoatmojo (2003) mengatakan bahwa komponen penghasilan masuk dalam komponen predisposing. Komponen ini digunakan untuk menggambarkan fakta, bahwa individu mempunyai kecendrungan yang berbeda-beda untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 2.3.2. Pengetahuan Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks melalui pap smear dapat menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini kanker serviks. Dan apabila seorang wanita memiliki pengetahuan yang luas maka akan menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini kanker servik (Octavia, 2009). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, alam dan sebagainya (Notoatmodjo,2005). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini menjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui 20 panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. 4. Analisis (analisys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 21 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis yaitu suatu kemampuan untuk penyusunan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan dari suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.3.3. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu (Aziz, 2007). Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan. Sementara itu Kendler mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency), untuk mendekati (approach), atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif ataupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Pendapat tersebut seiring dengan pendapat 22 Sarwono, yang menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Febry, 2011). Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: Keyakinan (aspek kognitif), perasaan ( aspek afektif), dan kecenderungan prilaku (aspek konatif) (Febry, 2011). 1. Aspek keyakinan (kognitif) Aspek keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang dipikirkan dan apa yang diyakini seseorang menggenai objek sikap. Apa yang diyakini dan dipikirkan tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan ini bila kita kaitkan dengan pelayan di sebuah rumah sakit sebagai objek sikap, aspek keyakinan ini antara lain dapat berupa pengetahuan seseorang menggenai pola layanan dari rumah sakit bersangkutan. Dalam hal ini, aspek keyakinan ini positif maka akan menumbuhkan sikap positif, sedangkan bila negatif akan menumbuhkan sikap negatif terhadap objek sikap (Febry, 2011). 2. Perasaan (afektif) Perasaan adalah mencakup 2 hal yaitu: perasaan senang ataupun perasaan tidak senang terhadap sesuatu. Contohnya Dimisalkan lagi dalam pelayanan kesehatan, semakin banyaknya hal positif yang ditunjukkan oleh bidan dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien, maka semakin positif keyakinan dalam pribadi klien sehingga 23 mereka menjadi semakin senang terhadap pelayanan kesehatan tersebut (Febry, 2011). 3. Kecenderungan (konatif) Kecenderungan prilaku adalah jika seseorang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan orang tersebut akan bergerak untuk mendekati orang tersebut. Sebaliknya, bila seseorang tidak menyenangi suatu objek itu, maka kecenderungan akan menjauhi objek tersebut. Sebagai contoh dalam pelyanan kesehatan di rumah sakit bila para pasien menyenangi sikap para pelayanan kesehatan dalam melayaninya maka pada suatu ketika para pelanggan itu cenderung untuk datang kembali ke rumah sakit tersebut, nanum sebaliknya bila tidak disenangi maka ada kecenderungan tidak mau lagi datang ke rumah sakit tersebut (Febry, 2011). Wanita kebanyakan enggan untuk melakukan pap smear biasanya adalah ketakutan kalau pap smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih tidak mengetahuinya dan menghindarinya, ada juga kelompok wanita gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalankan pemeriksaan pap smear ( Evennett, 2003). 2.3.4. Kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa 24 penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat meyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko untuk terjadi kanker serviks (Hidayat, 2001). Pil kontrasepsi oral diduga akan menyebabkan defisiensi folat yang mengurangi metabolisme mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV 2.3.5. Paritas Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari dua orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan terhadap selsel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria, 2007). 2.3.6. Usia wanita saat menikah Usia menikah kurang dari 20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang. Maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya. Jika belum matang, saat ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007). 25 2.3.7. Letak geografis Wanita yang bertempat tinggal di daerah yang kurang maju atau perkampungan yang sulit dijangkau, dapat menyebabkkan kurangnya mendapatkan informasi tentang kesehatan ataupun tentang pap smear itu sendiri, dikerenakan susahnya akses transportasi dan penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan yang tidak merata dan informasi dari berbagai media massa seperti media massa, media cetak, media elektronik yang belum maksimal, begitu juga belum merata tersedianya poster-poster, spanduk tentang pap smear yang belum maksimal disosialisasikan. Dari karena itu banyak wanita yang tidak tahu tentang pap smear sehingga mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. 2.3.8. Biaya Biaya mempengaruhi seseorang untuk berperilaku dalam mendapatkan pengobatan. Apabila biaya yang harus dikeluarkan mahal maka ia cenderung untuk tidak mencari pengobatan, sedangkan bila harga pelayanan kesehatan murah ataupun masih terjangkau maka individu tersebut mencari pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakitnya, dalam hal ini adalah pemeriksaan pap smear. Analisis yang dilakukan oleh Suchman (1967) mengatakan bahwa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menyebabkan 8% orang yang melaporkan penyakitnya, terlambat dalam mencari pengobatan. 26 2.3.9. Jarak Faktor yang mendukung seseorang untuk melakukan pemeriksaan adalah jarak. Menurut teori Snehandu terjangkaunya informasi dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak dalam mencari pengobatan (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan Green (1980) menganalisis bahwa keterjangkauan sarana dan prasarana kesehatan yaitu jarak menjadi faktor pemungkin seseorang untuk dapat merubah perilakunya dalam mencari pengobatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan. 2.3.10. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam tindakan pemeriksaan pap smear. Berdasarkan teori dari team kerja WHO (1989, dalam Notoatmodjo 2005) mengatakan bahwa tersedianya sumber-sumber daya berupa fasilitas, uang, waktu dan tenaga dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku sedangkan Cumnings dkk (1980, dalam Notoatmodjo 2000) menganalisis bahwa keterjangkauan pelayanan kesehatan seperti kemampuan individu untuk membayar dan tersedianya pelayanan kesehatan dapat merubah perilaku seseorang. Penelitian yang dilakukan Susanti (2002) mengatakan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pemeriksaan pap smear alasannya mereka tidak mengetahui adanya pemeriksaan pap smear serta lokasi pemeriksaan pap smear yang disebabkan Karena adanya hambatan / kendala seperti tidak adanya informasi, jarak yang jauh dan biaya transport. 27 2.5. Tindakan Pap Smear Tindakan pap smear pada seorang wanita pasangan usia subur (wanita pus) dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri (perilaku wanita pus) dan dukungan dari lingkungan (dukungan keluarga dalam hal ini secara khusus suami). Sebagaimana kita ketahui perilaku sangat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku menurut Laurence W.Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: 1). faktor predisposisi (predisposing faktors) , yaitu: faktor predisposisi timbulnya perilaku seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan lain sebagainya. 2). Faktor pendukung ( enabling faktors ) yaitu: faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti lingkungan fisik dan sumber – sumber yang ada di masyarakat misalnya: Tersedianya tempat pelayanan pemeriksaan yang terjangkau masyarakat dan lain sebagainya. 3). Faktor pendorong (reinforcing faktors) yaitu: faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain misalnya: keluarga, kelompok, guru, petugas kesehatan dan pengambil keputusan yang mendukung perilaku tindakan pap smear. 28 BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Pemeriksaan pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat. Pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya mengenai pap smear dan untuk mengetahui secara dini kemungkinan terjadinya kanker servik pada wanita maka diperlukan pemeriksaan pap smear secara berkala. Dengan memberikan pelayanan maupun informasi kesehatan reproduksi tentang pap smear sehingga wanita dapat mengetahui tentang kesehatan khususnya mengenai pap smear dan bersikap positif untuk berkeinginan memeriksakan diri secara dini tentang kesehatannya. Permasalahan pada wanita saat ini adalah masih rendahnya cakupan pemeriksaan pap smear karena kurangnya pengetahuan dan cara pencegahan penyakit kanker serviks sehingga kasus kanker serviks meningkat secara terus menerus. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor satu perempuan, dapat menyerang semua lapisan masyarakat, tidak mengenal usia, tingkat pendidikan, pekerjaan maupun status sosial. Deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: usia, pengalaman, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, keyakinan, fasilitas. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman 28 29 yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tingggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas dari pada orang yang berpendidikan lebih rendah sehingga akan memiliki sikap yang lebih baik pula terhadap pentingnya deteksi dini penyakit kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, Koran, televise, buku dan lain-lain. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang, namun jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka akan lebih mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. Kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap sesorang terhadap sesuatu. Adapun kerangka teori dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 30 3.1. Kerangka teori Faktor pemungkin (predisposing factors) Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Pengetahuan Sikap Faktor pendukung ( enabling faktors ) Kesediaan tempat pelayanan Biaya terjangkau Kemudahan mendapat pelayanan Tindakan pap smear Faktor pendorong (reinforcing faktors) Keluarga Kelompok Guru Petugas kesehatan Pengambil keputusan Gambar 3.1. Kerangka Teori Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Lawrence W.Green,1980) dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear (Caplan 1964 dalam Friedman 1998). 3.2. Kerangka Konsep Menurut Notoadmodjo tahun 2003, Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati/diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari gabungan skema Green (1980) dan Caplan (1964) dalam Notoatmodjo (2003). 31 Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.2 yaitu: Skema 3.2. Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilann Tindakan Pemeriksaan Pap Smear Pengetahuan Sikap Kontrasepsi Paritas Usia saat menikah Letak geografis Jarak Pelayanan kes. Keterangan : Variabel diteliti Variabel tidak diteliti Gambar 3.2.Kerangka Konsep Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear Menurut Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) 32 3.4. Hipotesis Penelitian 3.4.1. Ada hubungan antara umur dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 3.4.2. Ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 3.4.3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 3.4.4. Ada hubungan antara penghasilan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 3.4.5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 3.4.6. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 3.4.7. Ada variabel paling dominan berhubungan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan desain potong lintang (Cross Sectional Study) dengan pengukuran sesaat, dimana subjek yang diamati hanya sesaat atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel independen dan dependen, pengukuran dilakukan bersama-sama pada saat penelitian (Sastroasmoro, 1995). Pada penelitian ini yang merupakan variabel dependen (Y) adalah tindakan pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II. Sedangkan variabel independen (X) adalah karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur (PUS). 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, mewilayahi enam desa, enam puskesmas pembantu dan 49 banjar dinas dengan 49 posyandu. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena sampai dengan saat ini belum ada penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur dengan tindakan pemeriksaan pap smear di puskesmas ini. Disamping itu, juga akibat dari masih tingginya kasus kanker serviks dengan cakupan pemeriksaan Pap Smear pada wanita PUS masih rendah, kasus IMS dan HIV/AIDS meningkat tajam, tingginya pemakaian kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) pada wanita PUS 33 34 yaitu 3185 orang (67,29%) dan mobilisasi penduduk sangat tinggi karena merupakan daerah pariwisata dengan karakteristik penduduk yang beraneka ragam. 4.2.2. Waktu Penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan mulai bulan April – Juni 2012. 4.3. Penentuan Sumber Data 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur yang tinggal di wilayah Puskesmas Sukawati II sebanyak 4377 orang. 4.3.2. Sampel dan Teknik Sampling Sampel pada penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur sebanyak 50 orang yang berkunjung ke puskesmas Sukawati II pada saat penelitian dilakukan. Penentuan sampel dilakukan secara consecutive. Wanita pasangan usia subur yang dimaksud pada penelitian ini adalah semua wanita yang berusia 15 -49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II dalam keadaan reproduktif, sudah menikah dan masih berstatus pasangan suami istri, melakukan seks aktif. Dengan demikian maka kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II. 35 b. Tidak sedang hamil c. Tidak sedang masa nifas d. Tidak dalam masa menstruasi e. Bisa baca tulis f. Bersedia menjadi responden Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumus Snedecor G & Cochran W (1967) dan Lemeshowb dkk (1997) dalam Murti (2006), adalah sebagai berikut : (1) – atau – (Snedecor G & Cochran W, 1967) (2) (Lemeshowb dkk, 1997) Keterangan n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi wanita PUS hamil q = 1-p (proporsi wanita PUS hamil) d = limit dari error atau presisi absolut Jika ditetapkan dibulatkan α=0,05 atau Z1- α/2 = 1,96 atau Z ²1-α/2 = 1,96² atau menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-kadang diubah menjadi: (3) 36 Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sukawati II didapatkan jumlah wanita PUS hamil yang tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear sebanyak 620 orang dari 4377 dikurangi dengan wanita PUS yang melakukan pemeriksaan pap smear (98 orang) menjadi 4279 orang (14,48%), atau p = 0,145 dan nilai q=1-p (0,855) serta Z ²1-α/2 = 1,96². Limit error ditetapkan 0,01 dan nilai α=0,05, maka jumlah sampel yang dibutuhkan : – n = 47.59723 (sampel minimal) ditambahkan 5% (2.379861) menjadi 49.97709 dibulatkan menjadi 50 orang Besar sampel pada penelitian ini yaitu 50 wanita pasangan usia subur yang berkunjung ke puskesmas saat penelitian 4.4. Variabel Penelitian 4.4.1. Identifikasi variabel Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi secara garis besar terdiri dari : 1. Variabel bebas (Independent) yaitu karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur (X) 37 Karakteristik wanita pasangan usia subur adalah ciri khas atau identitas yang melekat pada diri subjek penelitian yang dapat membedakannya dengan orang lain yang dalam penelitian diukur dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. 2. Variabel terikat (Dependent) yaitu tindakan pemeriksaan pap smear (Y). Variabel tindakan pemeriksaan pap smear didefinisikan sebagai praktik/tindakan pemeriksaan pap smear sebagai upaya deteksi dini terhadap kanker serviks 4.4.2. Definisi operasional variabel Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang dianalisis berikut ini dijelaskan definisi operasional dari masing – masing variabel sebagai berikut: 1. Umur Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup yang dihitung sejak lahir sampai batas waktu penelitian. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal, hasil ukur dikelompokkan dalam kategori : a. Umur < 35 tahun b. Umur ≥ 35 tahun (Nursalam, 2001) 2. Pendidikan Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan wanita pasangan usia subur (PUS). Cara ukur dengan 38 wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal, hasil ukur dikelompokkan dalam kategori : a. Dasar, tamat SD s/d SLTP b. Menengah, tamat SLTA c. Tinggi, Akademi/Perguruan Tinggi (Notoatmodjo, 2007) 3. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala nominal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam kategori : a. Tidak bekerja (wanita PUS yang tidak melakukan kegiatan yang menghasilkan uang) b. Bekerja ( wanita PUS yang melakukan kegiatan dan menghasilkan uang) (Depkes RI, 1996) 4. Penghasilan Penghasilan adalah tingkat pendapatan individu setiap bulan dilihat dari gaji pokok (dalam rupiah) sesuai dengan peraturan Gubernur Bali No 113 tahun 2011 tanggal 1 Desember 2011. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala nominal, hasil ukur dikelompokkan dalam kategori : a. Rendah (< Rp. 1.104.000,- per bulan) b. Tinggi ( ≥ Rp. 1.104.000,- per bulan) (Zadjuli, 1991) 39 5. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam kategori (Arikunto, 2003) : a. Tinggi ≥76% b. Rendah < 76% 6. Sikap Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005). Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam kategori : a. Baik, bila nilai skor T > Mean data (6) b. Kurang, apabila nilai skor T < Mean data (6) (Saifudin A, 2005) 7. Tindakan Tindakan adalah penilaian atau pendapat terhadap pemeriksaan pap smear yang tidak atau pernah dilakukan atau dipraktekkan (Notoatmodjo, 2007) . Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala nominal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam katagori : a. Ya , jika pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear b. Tidak , jika belum pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear 40 4.3. Metode Pengukuran Metode pengukuran tentang usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap menggunakan system pembobotan dan mengkategorikan hasil ukur. 1. Umur Untuk mengetahui rerata umur responden sampai dengan saat wawancara dengan menanyakan langsung tahun kelahiran responden menggunakan kuesioner dengan kriteria : a. Umur < 35 tahun b. Umur ≥ 35 tahun (Nursalam, 2001) 2. Pendidikan Pengukuran tingkat pendidikan diukur dengan mengkategorikan jenjang pendidikan formal responden ke dalam tiga tingkatan yaitu dasar, menengah dan tinggi dengan kriteria : a. Dasar, tamat SD s/d SLTP b. Menengah, tamat SLTA c. Tinggi, tamat Akademi/Perguruan Tinggi (Notoatmodjo, 2007) 3. Pekerjaan Untuk mengetahui pekerjaan diukur dengan mengkategorikan bekerja (menghasilkan uang) dan tidak bekerja (tidak menghasilkan uang), maka diperoleh kategori tingkatan pekerjaan terdiri dari : a. Tidak bekerja (Ibu RT tidak melakukan kegiatan yang menghasilkan uang) 41 b. Bekerja (melakukan kegiatan yang menghasilkan uang) (Depkes RI, 1996) 4. Penghasilan Penghasilan dihitung untuk mengetahui total upah rata-rata per bulan yang didapatkan oleh seluruh anggota keluarga wanita PUS (suami, istri dan anggota keluarga) dibandingkan dengan beban keluarga dengan perhitungan upah layak individu, dengan kriteria : a. Rendah (< Rp. 1.104.000,- per bulan) b. Tinggi (≥ Rp. 1.104.000,- per bulan) (Zadjuli, 1991) 5. Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden diukur dengan metode pemberian nilai terhadap pertanyaan kuisioner tentang pengetahuan dari nomor 1-12 jika responden menjawab benar diberi nilai 1, jika salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi dari 12 pertanyaan adalah 12. Tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear dikategorikan sebagai berikut : (Soekidjo, 2003). a. Tinggi, ≥76% dari nilai tertinggi dari total pertanyaan tentang Pap Smear yaitu nilai 9 b. Rendah, jika jawaban benar < 76%, dari nilai tertinggi dari total pertanyaan tentang Pap Smear yaitu nilai 5 (Arikunto, 2003) 42 6. Sikap Variabel sikap diukur berdasarkan skala ordinal dari 12 pertanyaan , masingmasing dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju dengan ketentuan jika responden menjawab setuju diberi nilai satu, jika menjawab tidak setuju diberi nilai 0, Nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah adalah 0, kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi : a. Baik, bila nilai skor T > Mean data (6) b. Kurang, apabila nilai skor T < Mean data (6) (Saifudin A, 2005) 7. Tindakan Untuk mengetahui tindakan pemeriksaan Pap Smear pada responden, didasarkan jawaban yang diberikan atas pertanyaan yaitu : pernah melakukan pemeriksaan pap smear atau tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear, dengan kategori : a. Ya , jika pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear b. Tidak , jika tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear (Notoatmodjo, 2007) 4.5.1. Instrumen Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner, dengan wawancara langsung terhadap responden yang akan diteliti dengan menggunakan alat pengumpulan data yang diisi oleh peneliti. Setelah wawancara dan pengisian kuesioner oleh peneliti selesai, data dikumpulkan, selanjutnya data yang telah terkumpul diolah sesuai dengan tahapannya. Jenis penelitian menggunakan data primer 43 yaitu wawancara langsung menggunakan kuesioner yang telah disusun, dan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Sukawati II. 4.5.2. Uji validitas dan reliabilitas Uji validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Pearson, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach’h Alpha. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item atau butir pertanyaan dalam kuesioner benar-benar dapat mengukur faktor yang akan diukur dan konsisten menyatakan hasil ukur (Sugiono, 2006). Pertanyaan dalam kuesioner akan disebut valid atau reliable, jika nilai korelasi atau alpha pertanyaan tersebut lebih besar dari nilai tabel. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada 50 responden di Puskesmas Sukawati II dengan alasan memiliki demografi yang sama. Uji Validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara dengan skor total variabel menggunakan rumus tehnik korelasi pearson product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung sebaliknya (Ridwan, 2005). Pada taraf > r-tabel, maka dinyatakan valid dan signifikan 95% untuk besar sampel 50 responden nilai r table dari instrumen pengetahuan yang terdiri dari 12 item pertanyaan didapatkan : nilai r minimum 0,0498 dan maksimum 0,5830, maka dinyatakan valid, dan nilai alpha cronbach=0,7205. Instrumen sikap dari 12 item pertanyaan didapatkan nilai minimum 0,050,0 dan r maksimum 0,8525, maka dinyatakan reliabel. Data sosio- 44 demografis, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur tidak dilakukan uji reliabilitas karena merupakan pertanyaan dengan jawaban berupa skor nominal. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha , yaitu menganalisis reliabilitis alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika nilai r- Alpha>r table, maka dinyatakan reliable, maka ketentuan reliabilitas adalah : 1. Nilai r -Alpha > r-tabel dikatakan reliable. 2. Nilai r-Alpha < r- tabel dikatakan tidak reliable. 4.6. Prosedur Penelitian Untuk memperoleh data dalam penelitian yang dilakukan, maka peneliti telah menempuh prosedur sebagai berikut : 4.6.1. Pengajuan surat ijin Surat permohonan ijin penelitian dari institusi pendidikan kepada Kepala Kesbang. Litmas Propinsi Bali 4.6.2. Pengajuan Ethical Clearence Mengajukan permohonan layak penelitian ke Bagian Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana di RSUP Sanglah Denpasar 4.6.3. Penyampaian surat ijin penelitian Peneliti membawa surat ijin penelitian ke Kepala Kesbang.Litmas Kabupaten Gianyar, kemudian dijelaskan tujuan serta prosedur penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan oleh Kepala Kesbang.Litmas Kabupaten Gianyar , peneliti meneruskan 45 surat ijin penelitian kepada Kepala Danrem Kabupaten Gianyar, Kapolda Kabupaten Gianyar dan Kepala Puskesmas Sukawati II serta Camat Sukawati. 4.6.4. Informed consent Memberikan penjelasan kepada responden tentang pap smear, menjelaskan tentang tujuan, manfaat, waktu dan tempat dan pelaksanaan sehingga ada kesepahaman antara peneliti dan subyek tentang maksud tujuan penelitian, menjelaskan bahwa kerahasiaan subyek akan dijaga, menjelaskan bahwa subyek boleh mundur jika merasa kurang nyaman, mengisi form kesediaan menjadi responden. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden dengan pengisian kuisioner oleh responden, setelah wawancara dan pengisian kuesioner selesai selanjutnya data yang telah terkumpul ditanda tangani oleh kepala Puskesmas Sukawati II sebagai bukti bahwa telah dilaksanakan penelitian di puskesmas tersebut. 4.6.5. Pemilihan sampel Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi Sebagai berikut: Wanita pasangan usia subur yang datang berkunjung ke Puskesmas Sukawati II, sudah menikah dengan seks aktif, tidak sedang hamil, tidak sedang haid, tidak sedang masa nifas, bisa baca tulis dan bersedia menjadi responden. 4.6.6. Prosedur pengumpulan data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi karakteristik, pengetahuan dan sikap responden meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap dengan wilayah kerja Puskesmas Sukawati II. tindakan pemeriksaan pap smear di 46 Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang terpilih menjadi sampel pada penelitian ini. Wawancara dilakukan di Puskesmas baik puskesmas induk maupun puskesmas pembantu yang ada di masing-masing desa wilayah kerja puskesmas Sukawati II. 4.7. Pengolahan Data 4.7.1. Editing Editing berfungsi untuk meneliti kembali isian dalam lembar wawancara sudah lengkap. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, jika ada kekurangan dapat segera dilengkapi (Arikunto, 2002). Setelah dilakukan editing dari 50 kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data. 4.7.2. Coding (Memberi kode) Teknik coding ini dilakukan dengan pemberian kode dan pengklasifikasian pada data yang dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa lembaran table kerja, guna mempermudah membacanya (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kode antara lain : Umur Pendidikan Pekerjaan a. < 35 tahun 0 b. ≥ 35 tahun 1 a. Dasar, tamat ≤ SLTP 0 b. Menengah, tamat SLTA 1 c. Tinggi, tamat Akademi/Perguruan Tinggi 2 a. Tidak bekerja (Ibu RT tidak melakukan kegiatan yang 47 menghasilkan uang) 0 b. Bekerja (melakukan kegiatan yang menghasilkan uang) 1 Penghasilan Pengetahuan a. Rendah (< Rp. 1.104.000 per bulan) 0 b Tinggi (≥ Rp. 1.104.000 per bulan) 1 a. Tinggi, ≥ 76% 1 b. Rendah, < 76% Sikap Tindakan a. Baik, bila nilai skor T > Mean data (6) 1 b. Kurang, bila nilai skor T < Mean data (6) 0 a. Ya, jika pernah melakukan pemeriksaan pap smear 1 b. Tidak, jika tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear 0 4.7.3. Tabulating Merupakan proses pengolahan data yang telah didapatkan. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program pengolahan data statistic dengan SPSS versi 16.0. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel-tabel distribusi silang (Cross-Tab). 4.7.3. Entry (Memasukkan Data) Setelah diberi kode data dimasukkan ke computer pada program SPSS versi 16.0. 48 4.7.4. Cleaning Cleaning, sebelum dilakukan analisa data, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang telah diolah. 4.8. Analisis Data Analisis data dilakukan setelah peneliti selesai melakukan pengumpulan data dari seluruh responden di Puskesmas Sukawati II, selanjutnya melakukan pengelompokan data dari variabel karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), variabel pengetahuan responden dan variabel sikap responden yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear, menyajikan tiap data yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dari hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap responden dengan tindakan pemeriksaan . langkah selanjutnya melakukan perhitungan untuk menguji hipothesis tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap responden dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data penelitian ini adalah : 4.8.1. Analisis deskriptif Analisis tiap-tiap variabel karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan dan sikap responden dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 4.8.2. Analisis bivariat Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua (2) variabel yaitu yaitu hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap responden 49 (variabel bebas) dengan tindakan pemeriksaan Pap Smear (variabel terikat). Uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap responden dengan tindakan pemeriksaan pap smear dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), bila p < 0,05 maka variabel diatas dinyatakan berhubungan secara signifikan. X2 =∑ (Eij− Oij2) Eij (1) Keterangan : Oij = frekuensi teramati pada sel ij, Eij = frekuensi harapan pada sel ij Dengan kriteria pengambilan kesimpulan : Ho ditolak atau Ha diterima jika P value (Sig) < 0,05 Ho diterima atau Ha ditolak jika P value (Sig) > 0,05 4.8.3. Analisis multivariat Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui variabel independent (karakteristik, pengetahuan dan sikap responden) yang lebih berperan (dominan) berhubungan dengan tindakan pemeriksaan Pap Smear digunakan adalah Uji Regresi logistik. , uji statistik yang 50 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kondisi Geografis Puskesmas Sukawati II beralamat di Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, memiliki luas area 23.800 m². Secara geografis letak sangat strategis pada ketinggian ± 200 meter dari permukaan air laut. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk 2012 (BPS Kabupaten Gianyar), wilayah kerja secara administratif Puskesmas Sukawati II terdiri atas 49 banjar dinas, 49 posyandu dengan 6 desa yaitu : Desa Singapadu Kaler, Desa Singapadu Tengah, Desa Singapadu, Desa Celuk, Desa Batubulan dan Desa Batubulan Kangin. Jarak tempuh dari masing-masing desa ke Puskesmas Sukawati II ±3,5 km dengan trasportasi cukup baik dan lancar. Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II hidup dari sektor pariwisata dan kesenian seperti tari Barong dari desa Singapadu dan Batubulan. Tingkat mobilisasi penduduk pendatang sangat tinggi dan berasal dari berbagai daerah di Bali maupun luar Bali seperti Jawa, Lombok, Madura dan lain-lain. Umumnya penduduk pendatang bekerja sebagai tukang perak dan emas, pedagang, pelayan kafe / rumah makan dan buruh bangunan. Tingginya tingkat mobilisasi penduduk pendatang menimbulkan masalah sosial seperti : banyak muncul kafe remang-remang, meningkatnya perilaku seks berisiko, meningkatnya penyakit menular 50 seksual (PMS)/ infeksi menular seksual 50 51 (IMS) dan HIV/AIDS. Gambaran wilayah kerja Puskesmas Sukawati II dapat dilihat pada gambar peta 5.1. berikut ini : Gambar 5.1. peta wilayah kerja Puskesmas Sukawati II seperti berikut : Gambar 5.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati II (sumber Situs Gianyarloketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-gianyar-2012) Gambar 5.2. Peta Kabupaten Gianyar (Sumber Situs resmi Kab. Gianyar loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-gianyar-2012) 52 5.1.2. Data Kependudukan Wilayah kerja Puskesmas Sukawati II terletak di ujung barat Kabupaten Gianyar, merupakan daerah pariwisata dan gudang seni Kabupaten Gianyar dengan mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Dalam mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, puskesmas Sukawati II membagi wilayah kerja menjadi 6 (enam) puskesmas pembantu yang dikoordinir oleh 6 (enam) bidan pembina wilayah yang membina 49 posyandu. Mata pencaharian penduduk mayoritas wiraswasta dan pengrajin, pedagang, pegawai negeri sipil serta hanya sebagian kecil petani. Wilayah kerja Puskesmas Sukawati II terdiri dari 10.324 KK dengan total jumlah penduduk 43.970 jiwa (laki = 21.931 jiwa, perempuan = 22.039 jiwa). Jumlah wanita usia subur (WUS) 12.761 jiwa dan jumlah wanita pasangan usia subur (PUS) sebanyak 4377 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar grafik berikut : 1246 21931 Pddk Laki Pddk perempuan Jml Total Jiwa Jml KK 43970 22039 Gambar 5.3. Grafik Jumlah Penduduk Puskesmas Sukawati II Berdasarkan Jenis Kelamin 53 5.1.3. Profil Puskesmas Sukawati II Puskesmas Sukawati II berbentuk BLU dengan jumlah kunjungan sebanyak 52411 dengan rata-rata 4387 per bulan, merupakan kunjungan tertinggi dari 13 puskesmas di Kabupaten Gianyar tahun 2011. Jumlah wanita pasangan usia subur tahun 2011 sebanyak 4377 orang terdiri dari : ibu hamil berjumlah 765 orang, ibu menyusui berjumlah 1532 orang dan akseptor KB sebanyak 2080 orang. Adapun cakupan pemeriksaan pap smear dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu : 49 orang (1,36%) tahun 2009, 32 orang (0,89%) tahun 2010 dan 17 orang (0,47%) tahun 2011, terjadi penurunan sekitar 0,44 %. Cakupan kunjungan ibu hamil ke puskesmas dan puskesmas pembantu sebanyak 620 (81%). Cakupan kunjungan ibu menyusui 664 (43,3%). Cakupan kunjungan akseptor KB aktif sebanyak 1683 (80,9%) dengan kontrasepsi hormonal sebagai pilihan tertinggi. Untuk lebih jelas tentang distribusi kunjungan ibu hamil dan akseptor KB dapat dilihat pada tabel 5.1dan tabel 5.2 berikut : Tabel 5.1. Distribusi Kunjungan Ibu Hamil ke Puskesmas dan Pustu Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati II Tahun 2011 Bulan Jumlah Bumil Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des 765 KUNJUNGAN IBU HAMIL KE PUSTU/PUSKESMAS Pusk. Pustu Pustu Pustu Pustu Pustu Pustu Total S.Kaler SGP Celuk BB.I BB.II BB.K Abs % 21 5 6 4 5 5 7 53 6.93 18 6 4 2 9 3 9 51 6.67 18 5 4 2 7 3 7 46 6.01 18 7 5 5 8 6 8 57 7.45 20 8 6 4 9 5 8 60 7.84 21 5 6 5 10 7 7 61 7.97 17 8 9 6 11 4 6 61 7.97 16 7 8 4 9 3 8 55 7.19 15 6 7 5 11 2 5 51 6.67 23 7 7 4 9 8 8 66 8.63 20 6 8 5 8 5 7 59 7.71 23 5 7 5 7 7 6 620 81 54 Tabel 5.2. Distribusi Kunjungan Akseptor KB ke Puskesmas dan Pustu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati II Tahun 2011 KUNJUNGAN IBU AKSEPTOR KB KE PUSTU/PUSKESMAS Jumlah Pusk. Pustu Pustu Pustu Pustu Pustu Pustu Total Bulan KB SK SGP Celuk BB.I BB.II BK Abs % Jan 40 20 14 10 30 14 16 144 6.92 Peb 38 19 10 8 31 8 14 128 6.15 Mar 44 20 16 10 30 14 16 150 7.21 Apr 47 18 16 12 18 6 6 123 5.91 Mei 51 27 18 16 24 8 12 156 7.5 Juni 40 14 10 10 16 10 10 110 5.29 2080 Juli 55 34 16 14 22 14 18 173 8.32 Agust 45 32 18 16 20 16 18 165 7.93 Sep 49 28 10 10 20 14 16 147 7.07 Okt 60 38 20 14 26 16 20 194 9.33 Nop 65 28 22 16 28 18 16 193 9.28 1683 80.9 Des 56 40 14 10 22 18 20 Jumlah kasus kanker serviks tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing 2 orang dan tahun 2011 meningkat menjadi 6 orang. Hampir semua kasus kanker serviks yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear dan datang berobat ke RSUP Sanglah sudah pada stadium lanjut. Cakupan pemeriksaan pap smear dan jumlah kasus kanker serviks di Puskesmas Sukawati II dapat dilihat pada gambar grafik 5.4. dan grafik 5.5. berikut 100 80 60 40 Pap Smear 49 32 20 17 0 2009 2010 2011 Gambar 5.4. Grafik Cakupan Pemeriksaan Pap Smear Puskesmas Sukawati II 55 Jumlah kasus kanker serviks dapat dilihat pada gambar 5.5. grafik kasus kanker serviks Puskesmas Sukawati II berikut ini : 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Kanker Serviks 6 2 2 2009 2010 2011 Gambar 5.5. Grafik Kasus Kanker Serviks di Puskesmas Sukawati II Jumlah kasus penyakit menular seksual (PMS) mengalami peningkatan dari 178 kasus tahun 2010 menjadi 399 kasus tahun 2011. Kasus HIV/AIDS juga mengalami peningkatan dari 8 kasus positif tahun 2009 meningkat menjadi 23 kasus tahun 2011. 5.2. Karakteristik, pengetahuan dan sikap responden Hasil penelitian dari 50 orang responden yang datang berkunjung ke Puskesmas Sukawati II Gianyar, berdasarkan karakteristik, pengetahuan dan sikap seperti pada tabel berikut : 56 Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Karakteristik f(50) % < 35 tahun 35tahun 22 28 44 56 Jumlah Pendidikan 50 100 Dasar Menengah 12 38 24 76 Jumlah 50 100 Tidak Bekerja Bekerja 15 35 30 70 Jumlah 50 100 19 31 38 62 Umur Pekerjaan Penghasilan Rendah Tinggi Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi umur responden ≥ 35 tahun sebanyak 28 (56%) lebih tinggi dibandingkan umur responden < 35 tahun sebanyak 22 (44%). Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tingkat pendidikan menengah 38 (76%) sedangkan tingkat pendidikan dasar 12 (24%), sebagian besar responden adalah bekerja yaitu 35 (70%) dan responden yang tidak bekerja berjumlah 15 (30%). Tingkat penghasilan keluarga responden dengan katagori tinggi ( ≥ Rp. 1.104.000,- per 57 bulan) sebanyak 31 (62%) lebih banyak dibandingkan dengan penghasilan keluarga responden katagori rendah (< Rp. 1.104.000,- per bulan) yaitu 19 (38%). Tabel 5.4.Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 Pengetahuan f(50) % Rendah Tinggi 12 38 24 76 Jumlah 50 100 Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan kategori pengetahuan lebih banyak responden dengan pengetahuan tinggi yaitu 38 (76%) dibandingkan dengan kategori rendah yaitu 12 (24%) . Tabel 5.5. Distribusi Sikap Responden Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 Sikap f(50) % Baik Kurang 36 14 72 28 Jumlah 50 100 Pada tabel 5.5 menunjukkan sikap responden dengan pemeriksaan pap smear dengan kategori baik 36 (72%) dan kategori kurang 14 (28%). 58 Tabel 5.6. Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012 Pemeriksaan Ya Tidak Jumlah f(50) 26 24 50 % 52 48 100 Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa responden yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 26 responden (52%) dan yang tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear 24 responden (48%). 5.3. Analisis Bivariat Tabel 5.7. Hubungan Umur Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Umur < 35 tahun ≥ 35 tahun Pemeriksaan pap smear Tidak Ya Total p (value) OR 95%CI f % f % f(50) % 12 54,5 10 45,5 22 100 0,296 1,6 0,520-4,926 12 42,9 16 57,1 28 100 (p>0,05) 24 48,0 26 52,0 50 100 Berdasarkan Tabel 5.7. menunjukkan bahwa proporsi tertinggi yang melakukan pemeriksaan pap smear pada responden adalah kelompok umur ≥ 35 tahun sebesar 16 (57,1%) dibandingkan responden dengan kelompok umur < 35 tahun sebesar 10 (45,5%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan Umur tidak berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear dengan nilai P= 0,296 (p < 0,05). 59 Tabel 5.8. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Pemeriksaan Pap smear Tk. Pendidikan Tidak f % Ya f % Total p (value) OR f(50) Dasar 10 83,3 2 16,7 12 100 Menengah 14 36,8 24 63,2 38 100 (p<0,05) 24 48,0 26 52,0 50 100 95%CI % 0,006 8,571 1,64-44,859 Berdasarkan Tabel 5.8. menunjukkan bahwa proporsi tertinggi pernah melakukan pemeriksaan pap smear adalah pada responden dengan kategori Tk. pendidikan menengah sebesar 24 (63,2%), sedangkan pada Tk. pendidikan dasar responden yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebesar 2 (16,7%). Hasil uji Chi-squre menunjukkan bahwa Tk. Pendidikan berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear, dengan nilai P= 0,006 (p > 0,05) . Tabel 5.9. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Pemeriksaan pap smear Tidak Ya f % f % Total p (value) OR 95%CI Pekerjaan f(50) % Tidak bekerja 7 46,7 8 53,3 15 100 0,574 0,93 0,28-3,11 Bekerja 17 48,6 18 51,4 35 100 (p>0,05) 24 48,0 26 52,0 50 100 60 Berdasarkan Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi responden yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu responden dengan kategori bekerja sebesar 18 (51,4%), sedangkan responden tidak bekerja yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 8 (53,3%). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan pemeriksaan pap smear dengan nilai P= 0,574 (p>0,05). Tabel 5.10. Hubungan Tk. Penghasilan Keluarga Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Penghasilan Rendah Tinggi (p<0,05) Pemeriksaan pap smear Tidak Ya Total p (value) OR 95%CI f % f % f(50) % 13 68,4 6 31,6 19 100 0,024 3,94 1,17-13,28 11 35,5 20 64,5 31 100 24 48,0 26 52,0 50 100 Tabel 5.10. menunjukkan bahwa proporsi tertinggi melakukan pemeriksaan pap smear pada responden dengan kategori penghasilan keluarga tinggi (≥ Rp.1.104.000 per bulan) sebanyak 20 (64,5%), sedangkan responden dengan tingkat penghasilan keluarga kurang (< Rp. 1.104.00 per bulan) pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 6 (31,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa tingkat penghasilan keluarga berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear dengan nilai P= 0,024 (p< 0,05). 61 Tabel 5.11. Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Pemeriksaan pap smear Tidak Ya Total Tk. Pengetahuan f % f % f(50) Rendah 10 83,3 2 16,7 12 100 Tinggi 14 36,8 24 63,2 38 100 (p<0,05) 24 48,0 26 52,0 50 100 p (value) OR 95%CI % 0,006 8,571 1,638-44,859 Tabel 5.11. menunjukkan bahwa proporsi tertinggi responden pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu dengan kategori pengetahuan tinggi sebanyak 24 (63,2%) sedangkan responden dengan kategori pengetahuan kurang yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 2 (16,7%.) Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan secara kuat dengan pemeriksaan pap smear dengan nilai P= 0,006 (p< 0,05). Tabel 5.12. Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Sikap Kurang Baik (p<0,05) Pemeriksaan pap smear tidak Ya Total p (value) OR 95%CI f % f % f(50) % 12 85,7 2 14,3 14 100 0,001 12 2,306-62,456 12 33,3 24 66,7 36 100 24 48,0 26 52,0 50 100 Tabel 5.12. menunjukkan bahwa proporsi tertinggi melakukan pemeriksaan pap smear pada responden adalah kategori sikap baik 24 (66,7%), sedangkan proporsi terendah dengan kategori sikap kurang 2 (dua) 14,3%. Hasil uji dengan Chi-square 62 menunjukkan bahwa sikap berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear (P=0,001) 5.4. Analisis Multivariat Untuk melihat hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan dan sikap responden dengan tindakan pemeriksaan pap smear dilakukan uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik variabel independen (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan dan sikap responden dengan variabel dependen (tindakan pemeriksaan pap smear) di Puskesmas Sukawati II dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini : Tabel 5.13. Hasil Uji Regresi Logistik Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Responden Terhadap Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012. Karakteristik P Value OR Pendidikan Penghasilan Pengetahuan Sikap 0,417 0,527 0,999 0,003 3,462 0,474 0,000 12,000 Berdasarkan tabel 5.13. 95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 0,173 69,270 0,047 4,795 0,000 0 2,306 62,456 dari hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel sikap memiliki nilai pvalue paling kecil yaitu p=0,003 (<p=0,05) dan OR =12,000; 95%CI=2,306-62,456,sedangkan variabel lain seperti pendidikan nilai p=0,417, penghasilan nilai p=0,527 dan pengetahuan nilai p=0,999 (p> 0,05). 63 Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini hanya variabel sikap yang berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear, sedangkan variabel yang lain seperti pendidikan, penghasilan dan pengetahuan tidak berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear. 64 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear 6.1.1. Hubungan umur dengan tindakan pemeriksaan pap smear Umur adalah lamanya hidup yang dilalui terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat dilakukan penelitian. Umur responden pada penelitian ini paling rendah 26 tahun dan paling tinggi 50 tahun. Rerata umur responden adalah < 35 tahun dan ≥ 35 tahun. Dari hasil tabulasi silang (Tabel 5.7) dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi melakukan pemeriksaan pap smear adalah kelompok umur ≥ 35 tahun sebanyak 16 orang (57,1%) sedangkan pada kelompok umur < 35 tahun yang melakukan pap smear sebanyak 10 orang (45,5%). Berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa variabel umur tidak mempunyai hubungan bermakna dengan tindakan pemeriksaan pap smear dengan p= 0,296 dimana nilai p > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berhubungan dengan tindakan pemeriksaaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Cut Nurhazanah (2008), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok umur dengan pemeriksaan pap smear (P= 0,92) dan penelitian Darnindro dkk (2006) juga menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan pemeriksaan Pap smear. 64 65 Umur bukan suatu patokan untuk melakukan pemeriksaan pap smear jika bukan didasari oleh sikap dari responden sendiri, Selain itu juga disebabkan adanya anggapan bahwa pemeriksaan pap smear tidak terlalu penting dilakukan, takut menerima hasil pemeriksaan dan malu melakukan pemeriksaan (Darnindro dkk, 2006). Hal ini berbeda dengan teori menurut Nubeis Aids (1998) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap kemampuan untuk belajar menyesuaikan diri. Hal ini dapat terjadi karena perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh umur seseorang, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar dan kebiasaan seharihari yang dilakukan orang tersebut. 6.1.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan pemeriksaan pap smear Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh responden. Dari hasil tabulasi silang (Tabel 5.8) proporsi tertinggi yang melakukan pemeriksaan pap smear pada responden dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 24 (63,2%) sedangkan responden yang melakukan pemeriksaan Pap smear dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak dua responden (16,7%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan chi square diketahui nilai P value = 0,006 dimana p<0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemeriksaaan pap smear di Puskesmas Sukawati II Tahun 2012. Namun setelah dilakukan uji statistik dengan regresi logistik ganda (Tabel 5.13) didapatkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan 66 bermakna dengan tindakan pemeriksaan pap smear, dimana pValue =0,417 (p>0,05) dengan OR = 3.462, dan 95%CI = 0,173-69,270. Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tindakan seseorang dalam pemeriksaan pap smear. Seharusnya dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang akan membuat orang tersebut semakin peduli terhadap kesehatannya. Pendidikan yang lebih tinggi tidak selalu menjamin tindakan yang lebih baik terhadap pemeriksaan pap smear. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pada tidak berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear penelitian ini. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darnindro dkk (2006) di Rumah Susun Klender Jakarta tentang Pengetahuan Sikap Perilaku Wanita yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan, menyatakan bahwa pendidikan tidak mempunyai hubungan secara bermakna dengan pap smear. Namun beberapa hasil penelitian lain justru memperoleh hasil yang berbeda dengan penelitian ini, antara lain : 1. penelitian yang dilakukan oleh Sakanti (2007) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai hubungan secara bermakna dengan perilaku pap smear. 2. Penelitian Jo dkk (2003) menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap masalah kesehatan, sehingga secara tidak langsung berdampak pada perilaku kesehatan 67 3. Penelitian Nurhasanah (2008) menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan pap smear. Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti kondisi geografis, tingkat mobilisasi penduduk, tingginya arus informasi yang diterima masyarakat serta karakteristik masyarakat setempat. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan tindakan pemeriksaan pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dininya (Octavia, 2009). Dari hasil penelitian ini dapat disampaikan bahwa pendidikan tidak selalu berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear, walaupun pendidikannya tinggi tidak selalu menjamin perilaku yang lebih baik terhadap tindakan pemeriksaan pap smear, mengingat banyak faktor lain yang mempengaruhi perubahan perilaku disamping faktor sosial ekonomi, pengetahuan dan sikap juga dukungan dari suami dan keluarga/orang terdekat serta norma agama dan adat istiadat yang diyakini. 6.1.3. Hubungan pekerjaan dengan tindakan pemeriksaan pap smear Pekerjaan adalah aktivitas rutin yang dilakukan subjek penelitian diluar maupun di dalam rumah yang menghasilkan imbalan materi atau uang. Dari hasil analisis tabulasi silang (Tabel 5.9) dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi yang melakukan pemeriksaan pap smear pada responden adalah pada kelompok responden yang bekerja sebanyak 18 orang (51,4%) sedangkan proporsi 68 terendah melakukan pemeriksaan pap smear pada resonden yaitu pada kelompok yang tidak bekerja sebanyak 8 (delapan) orang (53,3%). Dari hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa variabel pekerjaan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan pemeriksaan pap smear dimana p= 0,574 nilai p > 0,05. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jamsiah di Selangor Malaysia tahun 2009, uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan mengenai pap smear dan kanker serviks. Pada penelitian ini tingkat pemeriksaan pap smear lebih besar didapatkan pada kelompok responden yang bekerja, dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear. Sejalan dengan penelitian Wirawan (2001) menyatakan bahwa responden yang bekerja lebih banyak melakukan pemeriksaan pap smear daripada responden yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurhazanah (2008) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Banda Aceh. Menurut Friedson dalam Wirawan (2001) mengemukakan bahwa sebelum seseorang mencari pelayanan kesehatan, biasanya mencari nasehat terlebih dahulu dari lingkungan terdekatnya, disini lingkungan pekerjaan memungkinkan mendapat informasi tentang pap smear. Hal ini dapat terjadi karena kelompok responden yang bekerja memperoleh informasi lebih banyak dari teman kerja, koran atau majalah, media elektronik di tempat kerja seperti radio, televisi, internet maupun seminar-seminar kesehatan di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa waktu luang / kesempatan lebih banyak pada responden yang tidak bekerja tidak selalu 69 dimanfaatkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear karena tidak semua menganggap pap smear sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan (MKI, 2007). Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pekerjaan, karena dapat juga dipengaruhi oleh tingginya arus informasi yang diterima melalui media promosi kesehatan. Perilaku melakukan tindakan pemeriksaan pap smear berhubungan dengan kesadaran dan keinginan menjaga kesehatan kearah yang lebih baik. Salah satu faktor dalam predisposisi individu (predisposing factor) yang menentukan perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepercayaan tentang kesehatan (health belief) yang terkait dengan aspek persepsi, sikap dan pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan (Anderson, 1974). 6.1.4. Hubungan tingkat penghasilan dengan tindakan pemeriksaan pap smear Penghasilan adalah pendapatan / upah rata-rata per bulan yang diperoleh oleh keluarga responden dibandingkan beban keluarga responden dengan perhitungan upah layak minimum. Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan, khususnya tindakan yang berhubungan dengan kesehatan seseorang. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tingkat penghasilan (income) seseorang berhubungan kuat dengan pemenfaatan produk kesehatan. Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 5.10) menunjukkan bahwa proporsi tertinggi responden melakukan pemeriksaan pap smear pada kelompok responden 70 dengan penghasilan keluarga ≥ Rp. 1.104.000,- per bulan sebanyak 20 orang (64,5%) sedangkan proporsi terendah responden melakukan tindakan pemeriksaan pap smear adalah kelompok responden dengan penghasilan keluarga < Rp. 1.104.000,- per bulan sebanyak 6 (enam) orang (31,6%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan nilai P value= 0,024 (p<0,05) menunjukkan bahwa variabel penghasilan mempunyai hubungan bermakna dengan pemeriksaan pap smear. Namun setelah dilakukan analisis statistik dengan uji regresi logistik ganda (Tabel 5.13) diperoleh hasil bahwa variabel penghasilan tidak berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear dengan nilai Pvalue=0,527 (p>0,05) dan OR= 0,474dan 95%CI = 0,047-4,795. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penghasilan terbukti tidak berhubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear. Tindakan pemeriksaan pap smear tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tingginya penghasilan, namun ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi tindakan seseorang melakukan pemeriksaan pap smear seperti : dukungan orang terdekat, pola hidup dimana kesehatan bukan sebagai prioritas kebutuhannya, norma agama dan adat istiadat. 6.2. Pengetahuan dan Sikap Responden 6.2.1. Hubungan pengetahuan responden dengan tindakan pemeriksaan pap smear Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian 71 besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan tabulasi silang (Tabel 5.11) menunjukkan bahwa proporsi terbanyak melakukan pemeriksaan pap smear pada responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 24 orang (63,2%), sedangkan paling sedikit melakukan pemeriksaan pap smear adalah responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 2 (dua) orang (16,7%,). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa variabel pengetahuan mempunyai hubungan bermakna dengan pemeriksaan pap smear dengan Pvalue=0,006 (p<0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik ganda (Tabel 5.13) diperoleh hasil bahwa variabel pengetahuan tidak berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear, dimana P value 0,999 (p>0,05). Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear pada penelitian ini. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di poliklinik RSUP CM Jakarta, dengan hasil yang diperoleh hanya 2,9% responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai pemeriksaan pap smear sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 21,6% dan yang berpengetahuan kurang sebesar 75,5%. 72 Berbeda juga dengan hasil penelitian Octavia (2009) menyatakan bahwa 5,5% ibu di Kelurahan Petisah Tengah memiliki pengetahuan yang baik mengenai pap smear, sedangkan ibu yang berpengetahuan sedang mengenai pap smear terdapat sebesar 62,7% dan selebihnya berpengetahuan kurang, yaitu sebesar 31,8% Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi diterima masyarakat setempat, pola hidup masyarakat, kondisi geografis serta perbedaan karakteristik penduduk. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan Pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dininya. 6.2.2. Hubungan sikap responden dengan tindakan pemeriksaan pap smear Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 5.12) menunjukkan bahwa proporsi yang melakukan pemeriksaan pap smear dengan sikap baik sebesar 24 orang (66,7%) sedangkan proporsi yang melakukan pemeriksaan pap smear dengan Sikap kurang sebanyak 2 orang (14,3%). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa variabel sikap berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II dengan P value = 0,001 (p<0,05). 73 Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik (Tabel 5.13) juga menunjukkan bahwa variabel sikap berhubungan secara bermakna (kuat) dengan pemeriksaan pap smear dengan P value 0,003 (p<0,05) dan OR = 12, 95%CI = 2,306-62,456. Hal tersebut dapat terjadi karena sikap menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuniasih (2012) di Puskesmas Kuta Utara yaitu sikap usia subur sangat mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pap smear. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Darnindro (2006) di Jakarta bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan pemeriksaan pap smear. Sikap sangat menentukan seseorang ke arah lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk pemberdayaan membentuk tenaga kesehatan sikap untuk tersebut dapat diwujudkan melalui memberikan pemahaman tentang pentinggnya pemeriksaan pap smear kepada masyarakat secara berkala. Sikap positif akan memunculkan perilaku wanita pasangan usia subur (PUS) yang baik untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki hubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II 6.3. Variabel Paling Dominan Berhubungan dengan Pemeriksaaan Pap Smear Hasil yang diperoleh dari analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda (Tabel 5.13) menunjukkan bahwa hanya variabel sikap berhubungan kuat dengan 74 tindakan pemeriksaan pap smear dengan nilai p value = 0,003, nilai OR sebesar 12,00 dan CI95% 2,306-62,456 di Puskesmas Sukawati II, dari empat variabel (pendidikan, penghasilan, pengetahuan dan sikap) yang berhubungan secara bermakna dengan hasil uji Chi-square di Puskesmas Sukawati II tahun 2012. Sedangkan tiga variabel lainnya seperti pendidikan dengan Pvalue = 0,417 (OR=3,462 dengan CI95% 0,173—69,270), penghasilan P value 0,527 (OR=0,527 dengan CI95% 0,474-4,795) dan pengetahuan P value 0,999 (OR=0 dan CI95% 0) tidak berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan pap smear pada penelitian ini. Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap tadi dibentuk sepanjang perkembangannya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Sebelum orang mendapat informasi atau melihat obyek itu, tidak mungkin terbentuk sikap. Meskipun dikatakan mendahului tindakan, sikap belum tentu merupakan tindakan aktif tetapi merupakan predisposisi (mempermudah) untuk bertindak terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi dan konasi. Menurut Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktek. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Berdasarkan uraian beberapa teori diatas, adanya hubungan antara sikap dengan tindakan pemeriksaan pap smear disebabkan karena responden telah mendapatkan penguatan salah satunya berupa dukungan moral/emosional yang diberikan 75 pasangannya sehingga responden bersikap mendukung / positif terhadap pemeriksaan pap smear. 6.4. Keterbatasan Penelitian Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami oleh peneliti, antara lain : pengumpulan data hanya dilakukan di puskesmas dan puskesmas pembantu sehingga hanya responden yang berkunjung ke puskesmas / pustu sebagai responden pada penelitian ini, sedangkan ga tempat pelayanan swasta di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II sangat banyak seperti rumah sakit dan klinik swasta begitu juga bidan dan dokter praktek swasta sehingga tidak memungkinkan di jadikan responden oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga. Selain itu mata pencaharian penduduk wilayah kerja Puskesmas Sukawati II mayoritas pengrajin dan wiraswasta sehingga mereka banyak memanfaatkan pelayanan swasta dengan jadwal praktek sore, oleh karena waktu kerja mereka berbenturan dengan jam pelayanan puskesmas yang terbatas yaitu hanya sampai pukul 13.45 wita. 76 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dilakukan pada 50 responden (wanita pasangan usia subur) di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa : a. Variabel yang tidak terbukti memiliki hubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II adalah umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pengetahuan b. Variabel yang terbukti memiliki hubungan kuat dengan tindakan pemeriksaan pap smear dan juga merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan tindakan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Sukawati II adalah sikap 7.2. Saran Berdasarkan simpulan diatas ada beberapa saran dan masukan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II antara lain : 1. Kepada Kepala Puskesmas Sukawati II perlu dilakukan upaya teknik komunikasi terkini dalam rangka meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap deteksi dini kanker serviks dengan pap smear dengan cara penyampaian pesan melalui pembentukan kader peduli kanker tingkat posyandu, penyampaian testimoni dari penderita pada acara PKK maupun posyandu, pentas 76 77 seni seperti : bebondresan, wayang kulit Cenk Blonk dengan mengadakan koordinasi lintas sektoral dan lintas program sehingga pesan yang disampikan lebih menarik dan mampu meningkatkan cakupan pap smear. 2. Kepada petugas puskesmas agar melibatkan orang terdekat dari wanita usia subur (suami atau anggota keluarga lain), tokoh masyarakat dan tokoh agama pada saat memberikan informasi tentang pap smear dan kanker serviks (dukungan dari orang terdekat maupun tokoh yang dipercaya akan mampu meningkatkan sikap dan perilaku untuk pap smear). 3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan variabel penelitian serta kajian yang lebih luas tentang pap smear. 78 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2003, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi VI, Jakarta, Rineke Cipta. Aziz. 2006, Sistem Informasi Geografis: Berbasis Desktop dan Web. Yogyakarta, Penerbit Gava Media. Aziz, M.F. dkk. 2007, Program Pencegahan Kanker Serviks See and Treat. Jakarta, Buku Panduan Peserta: Female cancer Programme Laiden kerjasama dengan Fakultas Kedokteran di Indonesia. Azwar, S. 2004, Penyusunan Skala Psikologi. Jogjakarta, Pustaka Belajar. Azwar, S. 2007, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jogjakarta, Pustaka Belajar. Bakheit dan Haroon. 2001, The Knowledge, Attitude and Practise of Pap Smear Among Local School Teachersin The Sarjah Distric. United Arab Emmirates Ministry of Health, Middle East Journal of Family Medicine Vol. 4. Bustan, M.N. 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta, PT. Rineka Cipta. Candraningsih. (2011).‖ Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks dengan Praktik Deteksi Dini Kanker Serviks di BPS IS Manyaran Semarang.‖. from: http://ejournal. .ac.id ilmukeperawatan/search ( 2012, Maret 13) Denim, Sudarman. 2004, Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. Darnindro, Nikko, dkk. 2006, Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuanyang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Jakarta,FKUI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999, Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002, Pelayanan Terpoadu Kesehatan Reproduksi di Puskesmas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta – Indonesia: [email protected] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008, Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, Pusat Data Kesehatan. 79 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005, Penanggulangan Kanker Serviks Dengan Vaksin HPV. http://www.depkes.go.id/index.php Diananda, Rama. 2008, Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati. Gammara, CD dkk. 2004‖ Knowledge, Attitudes and Practice Related to Papanicolaou Smears Test Among Argentina” Brasil, Journal University, Federal of Rio de Janairo. Gaspers, V. 1991, Teknik Penarikan Contoh untuk Penelitian Survey. Bandung, Tarsito. Hacker, Moore. 2001, Essensial Obstetri dan Ginekologi. edisi 2, Jakarta. Hasibuan, M. 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi revisi, Jakarta. Heri, Purwanto. 1998, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC. Hidayat, A. 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta, Salemba Medika. Lemeshow, S. Dkk. 1994, Besar Sampel pada Penelitian Kesehatan. Yogyakarta, UGM Press. Machfoedz, I. 2008, Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta, Citramaya MKI. 2007, Pengetahuan, sikap, perilaku perempuan yang sudah menikah mengenai pap smear dan faktor- faktor yang berhubungandi rumah susun Klender, Jakarta. Manuaba. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, Arcan. Moekijat. 2002, Dasar-dasar Motivasi. Bandung, CV. Pioner Jaya. Noor. 2000, Epidemilogi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas. Notoatmodjo, S. 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta, PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2005, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta. 80 Notoatmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta, Rineka Cipta. Nurcahyo, Jalu. 2010, Awas Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta, Wahana Totalita Publisher. Nurhasanah. 2008. Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan, USU Nursalam. 2003, Konsep dan Penerapan Metodelogi Keperawatan. Jakarta, Rineka Cipta Penelitian Ilmu Oakley, Peter, dkk. 1998, The Practice of Participation in Rural Development. Ganevallo, Projects With People. Octavia, C. 2009, Gambaran Pengetahuan Ibu mengenai Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Skripsi , Medan, FK USU. Purnomo, Heru. 2009, Penyakit Yang Paling Mematikan. Jakarta, Buana Pustaka. Purwanto, H. 1999, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC. Rahmadhan, S. 2007,― Awas Kanker Leher Rahim,― From http: // www. Wikiwu.Com (Retrieved Jumat. 04-05-2007) Ramli. 2002, Deteksi Dini Kanker. Jakarta, FKUI. Riono, Y. 2009, Kanker Leher Rahim. All Rights Reserved. Saifudin, A. 2005, Sikap Manusia. Yogyakarta, Pustaka Belajar. Sakanti, A. 2007,‖ Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Makasar Tahun 2007,‖ Skripsi, Jakarta, FKM UI. Samadi, Heru .P. 2010, Kanker Serviks. Jakarta, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sarjadi. 1995, Kanker Alat Reproduksi Wanita. Jakarta, EGC. Sastroasmoro, S. 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV. Sagung Seto. Soekimin. 2009, Prevalensi Stadium Kanker Serviks yang Tersering pada Wanita di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009. Medan, USU. Steverson. 2001. Deteksi Dini Kanker Serviks atau Kanker Leher Rahim Sangat Penting. http://dokter.indo.net.id/serviks.html Sugiyono, D. R. 2007, Statistik Untuk Penelitin. Bandung, CV. Alfabeta. 81 Sukaca, E. Bertiani. 2009, Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim). Yogyakarta, Genius Printika. Sunaryo. 2004, Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC. Suwiyoga. 2009,‖ Beberapa Masalah Pap Smear Sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Serviks di Indonesia,‖ from http://ejournal unud.ac.id /abstrak/ pap/pdf (Maret 2012) Tambunan. 1991, Seks Usia Dini Pencetus Kanker Serviks. Jakarta. Tapan, 2005, Kanker Serviks Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta, Rineka Cipta. Verralls,S. 2003, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Ilmu Kebidanan. Edisi 3, Jakarta Wallboomers, J.M.M, dkk. 1999, Human Papilomavirus is a necessary cause of invasive cervicak kancer. Wijaya & Delia. 2010, ― Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks,‖ Sinar Kejora , Yogyakarta Universitas . Wilopo, S. A. 2010, Kesehatan Perempuan Prioritas Agenda Pembangunan Kesehatan di Abad ke 21. Yogyakarta, Pusat Kesehatan Reproduksi Yuliatin, S. 2010, Cegah dan Tangkal Ca. Serviks. Surabaya, Java Pustaka Group. Zadjuli, S. I. 1991, Kebutuhan Fisik Minimum dan Upah Minimum bagi pekerja. Surabaya, Hiperkes Universitas Airlangga. 82 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bernama Ni Ketut Martini / NIM 109216118 adalah mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul ―Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan tugas akhir proses perkuliahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia subur dengan tindakan pemeriksaan pap smear di puskesmas Sukawati II. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu. Identitas Ibu sebagai partisian akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saya berharap Ibu bersedia mengikuti penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dipahami, Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih. Denpasar, September 2012 Partisipan Peneliti (Ni Ketut Martini) 83 Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANAGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS SUKAWATI II Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Wawancara : Petunjuk : 1. Jawablah pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti saat wawancara 2. Pertanyaan ini hanya untuk kepentingan penelitian I. KARAKTERISTIK WANITA PASANGAN USIA SUBUR a. Umur : ________Tahun b. Pendidikan : 1. Tamat Sekolah Dasar / Sederajat 2. Tamat SLTP / Sederajat 3. Tamat SLTA / Sederajat 4. Tamat Diploma 5. Tamat Perguruan Tinggi c. Pekerjaan : 1. PNS / POLWAN 2. Wiraswasta / Pegawai Swasta/Pedagang 3. Petani / Buruh 4. Ibu Rumah Tangga (tidak ada kerja sampingan) d. Penghasilan : Jumlah total pendapatan keluarga wanita PUS sebulan : 1. Suami Rp.________________ 2. Istri Rp.________________ 3. Anggota keluarga yang lain Rp.________________ 84 II. PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR B. Pengetahuan 1. Menurut saudari apa yang dimaksud dengan pap smear a. Suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dengan menggunakan mikroskop b. Suatu pemeriksaan kesehatan wanita sebelum menikah 2. Menurut saudari berapa usia seorang wanita wajib melakukan pemeriksaan pap smear a. Usia dibawah 35 tahun b. Usia diatas 35 tahun 3. Menurut saudari kapan seorang wanita harus melakukan pemeriksaan pap smear a. Jika sudah pernah melakukan hubungan intim b. Jika sudah dewasa dan hendak menikah 4. Seorang wanita yang akan melakukan pemeriksaan pap smear, dua hari sebelumnya tidak boleh melakukan hubungan intim a. Benar b. Salah 5. Wanita yang banyak anak (sering melahirkan) wajib melakukan pemeriksaan pap smear a. Benar b. Salah 6. Seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun juga wajib melakukan pemeriksaan pap smear a. Benar b. Salah 7. Seorang wanita wajib melakukan pemeriksaan pap smear minimal satu kali 85 seumur hidup a. Benar b. Salah 8. Sebaiknya memperoleh informasi tentang pemeriksaan pap smear langsung dari petugas kesehatan atau dokter kandungan a. Benar b. Salah 9. Tenaga kesehatan yang cocok / layak melakukan pemeriksaan pap smear adalah dokter kandungan dan bidan saja a. Benar b. Salah 10. Manfaat dari pemeriksaan pap smear adalah dapat mendeteksi secara dini kanker leher rahim a. Benar b. Salah 11. Biaya dari pemeriksaan pap smear sangat murah dan mudah dilakukan dan aman serta hasil akurat a. Benar b. Salah 12. Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan di rumah sakit, puskesmas, klinik swasta serta bidan / dokter praktek swasta a. Benar b. Salah C. SIKAP 1. Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dengan menggunakan mikroskop a. Setuju b. Tidak setuju 86 2. Usia seorang wanita wajib melakukan pemeriksaan pap smear adalah di bawah 35 tahun a. Setuju b. Tidak setuju 3. Seorang wanita harus melakukan pemeriksaan pap smear jika sudah melakukan hubungan intim secara aktif a. Setuju b. Tidak setuju 4. Seorang wanita yang akan melakukan pemeriksaan pap smear, dua hari sebelumnya tidak boleh melakukan hubungan intim 5. a. Setuju b. Tidak setuju Wanita yang banyak anak (sering melahirkan) wajib melakukan pemeriksaan pap smear 6. a. Setuju b. Tidak setuju Seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun juga wajib melakukan pemeriksaan pap smear a. Setuju b. Tidak setuju 7. Seorang wanita wajib melakukan pemeriksaan pap smear minimal satu kali seumur hidup a. Setuju b. Tidak setuju 8. Sebaiknya memperoleh informasi tentang pemeriksaan pap smear langsung dari petugas kesehtan atau dokter kandungan a. Setuju b. Tidak setuju 87 9. Tenaga kesehatan yang cocok / layak melakukan pemeriksaan pap smear adalah dokter kandungan dan bidan saja a. Setuju b. 10. Tidak setuju Manfaat dari pemeriksaan pap smear adalah dapat mendeteksi secara dini kanker leher rahim a. Setuju b. Tidak setuju 11. Biaya dari pemeriksaan pap smear sangat murah dan mudah dilakukan serta aman hasil akurat a. Setuju b. Tidak setuju 12. Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan di rumah sakit, puskesmas, klinik swasta serta bidan / dokter praktek swasta a. Setuju b. Tidak setuju III. PEMERIKSAAN PAP SMEAR 1. Apakah saudari pernah melakukan pemeriksaan pap smear ? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Jika pernah berapa kali melakukan pemeriksaan pap smear sampai saat ini ?_______kali 3. Jika saudari melakukan lebih dari satu kali, berapa lama jarak antara pemeriksaan pertama dengan pemeriksaan selanjutnya ?________tahun 4. Catatan : pertanyaan nomor 2 dan 3 hanya digunakan untuk membantu pembahasan dan tidak dimasukkan dalam analisis kuantitatif atau uji statistik. 88 Lampiran 3 MASTER TABEL Karakteristik Pengetahuan Sikap Papsmear Pernah Tidak pernah 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 2 2 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 2 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 4 2 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1,5 2 1 0,5 1 6 7 3 4 5 3 8 1 3 1 1 1 1,5 1,5 1 1,5 1 1 1 0,8 0,8 2,5 2 2,5 2,5 0,8 4 0,5 3,5 4 6 4 4 0,8 1,5 5 0,5 5 2 0,8 1,5 3,5 0,7 1,5 3,5 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 4 5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 10 11 12 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 11 9 5 5 11 10 6 7 9 10 5 9 11 9 3 9 9 5 5 7 5 7 10 6 7 9 10 5 9 11 9 3 9 9 5 5 7 5 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 10 11 12 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 3 SMA SMA SMA SMA SD SMA SMA SMA SMA SMA SMA SD SMA SMA SMA SD SMA SMA SD SD SMA SD SMA SMA SMA SMA SMA SMA SD SMA SMA SMA SD SMA SD SD SD SMA SD SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA 2 Jumlah Pekerjaan Penghasilan(juta) 2 38 40 39 45 50 43 34 46 39 42 28 38 31 29 46 45 34 36 26 29 31 34 41 26 34 33 38 38 28 29 35 47 40 45 29 34 26 32 42 41 28 33 34 41 46 36 44 48 26 32 Umur Pendidikan No. Responden 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 1 9 11 9 5 5 11 10 5 7 9 10 5 9 2 9 3 9 9 5 5 7 5 7 6 6 7 9 10 5 9 11 9 3 5 5 5 5 7 5 8 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 89 Lampiran 4 Crosstabs Case Processing Summary N Pengetahuan * Pemeriksaan Sikap * Pemeriksaan Umur * Pemeriksaan Pendidikan * Pemeriksaan Pekerjaan * Pemeriksaan Penghasilan * Pemeriksaan Valid Percent Cases Missing N Percent Total N Percent 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% 50 50 100,0% 100,0% 0 0 ,0% ,0% 50 50 100,0% 100,0% 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% Pengetahuan * Pemeriksaan Crosstab Pengetahuan Rendah tinggi Total Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan Pemeriksaan Tidak Ya 10 2 5,8 6,2 83,3% 16,7% 14 24 18,2 19,8 36,8% 63,2% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Total 12 12,0 100,0% 38 38,0 100,0% 50 50,0 100,0% 90 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 7,898b 6,145 8,405 df 1 1 1 7,740 Asymp. Sig. (2-sided) ,005 ,013 ,004 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,007 ,006 ,005 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,76. Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Value ,397 ,397 50 Asymp. a Std. Error ,119 ,119 b Approx. T 3,001 3,001 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate Value Odds Ratio for Pengetahuan (Rendah / tinggi) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 8,571 1,638 44,859 2,262 1,390 3,682 ,264 ,073 ,957 50 Approx. Sig. ,004c ,004c 91 Sikap * Pemeriksaan Crosstab Sikap Kurang Baik Total Pemeriksaan Tidak Ya 12 2 6,7 7,3 85,7% 14,3% 12 24 17,3 18,7 33,3% 66,7% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Count Expected Count % within Sikap Count Expected Count % within Sikap Count Expected Count % within Sikap Total 14 14,0 100,0% 36 36,0 100,0% 50 50,0 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 11,081b 9,081 11,922 10,859 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,001 ,003 ,001 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,001 ,001 ,001 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,72. Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Value ,471 ,471 50 Asymp. a Std. Error ,115 ,115 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. b Approx. T 3,697 3,697 Approx. Sig. ,001c ,001c 92 Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper Value Odds Ratio for Sikap (Kurang / Baik) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases 12,000 2,306 62,456 2,571 1,546 4,278 ,214 ,058 ,789 50 Umur * Pemeriksaan Crosstab Umur Tidak Beresiko Beresiko Total Count Expected Count % within Umur Count Expected Count % within Umur Count Expected Count % within Umur Pemeriksaan Tidak Ya 12 10 10,6 11,4 54,5% 45,5% 12 16 13,4 14,6 42,9% 57,1% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Total 22 22,0 100,0% 28 28,0 100,0% 50 50,0 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value ,674b ,287 ,675 ,661 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,412 ,592 ,411 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,569 ,296 ,416 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56. 93 Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Value ,116 ,116 50 Asymp. a Std. Error ,141 ,141 b Approx. T ,810 ,810 Approx. Sig. ,422c ,422c a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate Value Odds Ratio for Umur (Tidak Beresiko / Beresiko) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 1,600 ,520 4,926 1,273 ,718 2,257 ,795 ,455 1,391 50 Pendidikan * Pemeriksaan Crosstab Pendidikan Dasar Menengah Total Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Pemeriksaan Tidak Ya 10 2 5,8 6,2 83,3% 16,7% 14 24 18,2 19,8 36,8% 63,2% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Total 12 12,0 100,0% 38 38,0 100,0% 50 50,0 100,0% 94 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 7,898b 6,145 8,405 df 1 1 1 7,740 Asymp. Sig. (2-sided) ,005 ,013 ,004 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,007 ,006 ,005 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,76. Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Value ,397 ,397 50 Asymp. a Std. Error ,119 ,119 b Approx. T 3,001 3,001 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate Value Odds Ratio for Pendidikan (Dasar / Menengah) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 8,571 1,638 44,859 2,262 1,390 3,682 ,264 ,073 ,957 50 Approx. Sig. ,004c ,004c 95 Pekerjaan * Pemeriksaan Crosstab Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Total Pemeriksaan Tidak Ya 7 8 7,2 7,8 46,7% 53,3% 17 18 16,8 18,2 48,6% 51,4% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Count Expected Count % within Pekerjaan Count Expected Count % within Pekerjaan Count Expected Count % within Pekerjaan Total 15 15,0 100,0% 35 35,0 100,0% 50 50,0 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value ,015b ,000 ,015 ,015 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,902 1,000 ,902 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) 1,000 ,574 ,903 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,20. Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Value -,017 -,017 50 Asymp. a Std. Error ,141 ,141 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. b Approx. T -,121 -,121 Approx. Sig. ,904c ,904c 96 Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper Value Odds Ratio for Pekerjaan (Tidak Bekerja / Bekerja) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases ,926 ,276 3,112 ,961 ,507 1,821 1,037 ,585 1,838 50 Penghasilan * Pemeriksaan Crosstab Penghasilan < 1 Juta >= 1 Juta Total Pemeriksaan Tidak Ya 13 6 9,1 9,9 68,4% 31,6% 11 20 14,9 16,1 35,5% 64,5% 24 26 24,0 26,0 48,0% 52,0% Count Expected Count % within Penghasilan Count Expected Count % within Penghasilan Count Expected Count % within Penghasilan Total 19 19,0 100,0% 31 31,0 100,0% 50 50,0 100,0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 5,120b 3,885 5,212 5,018 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,024 ,049 ,022 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,040 ,024 ,025 50 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,12. 97 Symmetric Measures Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Value ,320 ,320 50 Pearson's R Spearman Correlation Asymp. a Std. Error ,134 ,134 b Approx. T 2,340 2,340 Approx. Sig. ,023c ,023c a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate Value Odds Ratio for Penghasilan (< 1 Juta / >= 1 Juta) For cohort Pemeriksaan = Tidak For cohort Pemeriksaan = Ya N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper 3,939 1,168 13,281 1,928 1,097 3,391 ,489 ,240 ,997 50 Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases a N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total 50 0 50 0 50 Percent 100,0 ,0 100,0 ,0 100,0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value 1,00 2,00 Internal Value 0 1 98 Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed Pemeriksaan.Reg Pemeriksaan.Reg 1,00 2,00 0 24 0 26 1,00 2,00 Overall Percentage Percentage Correct ,0 100,0 52,0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation Step 0 Constant B ,080 S.E. ,283 Wald ,080 df Sig. ,777 1 Exp(B) 1,083 Variables not in the Equation Step 0 Variables Overall Statistics Pengetahuan Sikap Pendidikan Penghasilan Score 7,898 11,081 7,898 5,120 12,172 df 1 1 1 1 4 Sig. ,005 ,001 ,005 ,024 ,016 99 Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step 2a Step 3a Step 4a Step Block Model Step Block Model Step Block Model Step Block Model Chi-square 13,681 13,681 13,681 -,446 13,235 13,235 -,643 12,592 12,592 -,670 11,922 11,922 df 4 4 4 1 3 3 1 2 2 1 1 1 Sig. ,008 ,008 ,008 ,504 ,004 ,004 ,423 ,002 ,002 ,413 ,001 ,001 a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Model Summary Step 1 2 3 4 -2 Log Cox & Snell likelihood R Square 55,553a ,239 55,999a ,233 a 56,642 ,223 57,312b ,212 Nagelkerke R Square ,319 ,310 ,297 ,283 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. b. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. 100 Classification Tablea Predicted Step 1 Observed Pemeriksaan.Reg Step 2 Overall Percentage Pemeriksaan.Reg Step 3 Overall Percentage Pemeriksaan.Reg Step 4 Overall Percentage Pemeriksaan.Reg Pemeriksaan.Reg 1,00 2,00 13 11 2 24 1,00 2,00 1,00 2,00 13 2 11 24 1,00 2,00 12 2 12 24 1,00 2,00 12 2 12 24 Overall Percentage Percentage Correct 54,2 92,3 74,0 54,2 92,3 74,0 50,0 92,3 72,0 50,0 92,3 72,0 a. The cut value is ,500 Variables in the Equation Step a 1 Step a 2 Step a 3 Step a 4 Pengetahuan Sikap Pendidikan Penghasilan Constant Pengetahuan Sikap Pendidikan Constant Pengetahuan Sikap Constant Sikap Constant B -20,650 22,589 1,192 -,747 -1,745 -20,692 21,934 1,242 -1,753 -19,593 21,896 -1,609 2,485 -1,792 S.E. 28420,726 28420,726 1,538 1,181 ,815 28420,724 28420,724 1,529 ,816 28420,716 28420,716 ,775 ,842 ,764 Wald ,000 ,000 ,601 ,400 4,588 ,000 ,000 ,660 4,608 ,000 ,000 4,317 8,717 5,504 df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Sig. ,999 ,999 ,438 ,527 ,032 ,999 ,999 ,417 ,032 ,999 ,999 ,038 ,003 ,019 a. Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Penghasilan. Exp(B) ,000 6E+009 3,294 ,474 ,175 ,000 3E+009 3,462 ,173 ,000 3E+009 ,200 12,000 ,167 95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper ,000 . ,000 . ,162 67,101 ,047 4,795 ,000 ,000 ,173 . . 69,270 ,000 ,000 . . 2,306 62,456 101 Model if Term Removed Variable Step 1 Pengetahuan Sikap Pendidikan Penghasilan Step 2 Pengetahuan Sikap Pendidikan Step 3 Pengetahuan Sikap Step 4 Sikap Model Log Likelihood -28,362 -30,055 -28,071 -28,000 -28,603 -30,139 -28,321 -28,656 -30,415 -34,617 Change in -2 Log Likelihood 1,170 4,557 ,588 ,446 1,206 4,278 ,643 ,670 4,187 11,922 df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Sig. of the Change ,279 ,033 ,443 ,504 ,272 ,039 ,423 ,413 ,041 ,001 Variables not in the Equation Step 2a Variables Overall Statistics b Step 3 Variables Penghasilan Pendidikan Penghasilan Score ,415 ,415 ,728 ,465 Overall Statistics Step 4c Variables Pengetahuan Pendidikan Penghasilan Overall Statistics df 1 1 1 1 Sig. ,520 ,520 ,394 ,496 1,133 2 ,567 ,389 ,112 ,465 1,553 1 1 1 3 ,533 ,738 ,496 ,670 a. Variable(s) removed on step 2: Penghasilan. b. Variable(s) removed on step 3: Pendidikan. c. Variable(s) removed on step 4: Pengetahuan. Frequencies Frequency Table Pengetahuan Valid Rendah tinggi Total Frequency 12 38 50 Percent 24,0 76,0 100,0 Valid Percent 24,0 76,0 100,0 Cumulative Percent 24,0 100,0 102 Sikap Valid Kurang Baik Total Frequency 14 36 50 Percent 28,0 72,0 100,0 Cumulative Percent 28,0 100,0 Valid Percent 28,0 72,0 100,0 Pemeriksaan Valid Tidak Ya Total Frequency 24 26 50 Percent 48,0 52,0 100,0 Valid Percent 48,0 52,0 100,0 Cumulative Percent 48,0 100,0 Umur Valid Tidak Beresiko Beresiko Total Frequency 22 28 50 Percent 44,0 56,0 100,0 Valid Percent 44,0 56,0 100,0 Cumulative Percent 44,0 100,0 Pendidikan Valid Dasar Menengah Total Frequency 12 38 50 Percent 24,0 76,0 100,0 Valid Percent 24,0 76,0 100,0 Cumulative Percent 24,0 100,0 Penghasilan Valid < 1 Juta >= 1 Juta Total Frequency 19 31 50 Percent 38,0 62,0 100,0 Valid Percent 38,0 62,0 100,0 Cumulative Percent 38,0 100,0