ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR BARANG KONSUMSI (CONSUMER GOODS) DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) PERIODE 2011 - 2013 DENGAN METODE TOP DOWN ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) Oleh: Fajar Fuady NIM: 1110046100035 PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1436 H LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIYAH Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Fajar Fuady No.Induk Mahasiswa : 1110046100035 Jurusan : Perbankan Syariah Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya; 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melangggar pernyataataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi bedasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 26 November 2014 (Fajar Fuady) iv ABSTRAK Fajar Fuady. NIM 1110046100035. Analisis Fundamental Saham Perusahaan Sektor Barang Konsumsi (Consumer Goods) Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2013. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai saham dan posisi nilai saham (overvalued, fairvalued, atau undervalued) menggunakan metode penilaian Price Earning Ratio (PER), dan metode penilaian Price Book Value (PBV), serta memberikan gambaran kepada investor untuk menentukan keputusan investasi berdasarkan analisis fundamental. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk , PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk memiliki prospek yang bagus sebagai tujuan investasi. Kemudian berdasarkan hasil valuasi saham , nilai saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk , PT. Mayora Indah, Tbk dan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk menggunakan metode PER berada pada posisi undervalued. Maka keputusan yang seharusnya diambil ialah membeli atau menahan saham ketiga perusahaan tersebut. Selanjutnya posisi saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk , PT. Mayora Indah, Tbk dan PT.Ultra Jaya Milk Industri,Tbk yang dihitung menggunakan metode PBV menunjukkan nilai saham berada dalam posisi overvalued. Maka, keputusan yang seharusnya diambil adalah menjual atau tidak membeli dulu saham tersebut. Kata Kunci : Analisis Fundamental, Consumer Goods, Price Earning Ratio, Price Book Value Pembimbing : Sofyan Rizal, SE. M.Si., Daftar Pustaka : Tahun 1991 - 2014 v KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Bissmillahirohmanirrohim Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Fundamental Saham Perusahaan Sektor Barang Konsumsi (Consumer Goods) Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2013. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari segala bantuan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Bapak Dr. H. JM Muslimin, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum; 2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. M.H., selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum; 3. Bapak Abdurrauf, M.A., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum; 4. Ibu Yuke Rahmawati, MA selaku dosen penasihat akademik; vi 5. Bapak Sofyan Rizal, SE. M.Si , sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dari mulai awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, terima kasih untuk seluruh nasehat yang telah Bapak berikan. 6. Kedua orang tuaku, Murtadi Salbini dan Mimi Maryati, yang tidak pernah lelah memberikan petuah hidup, serta keempat kakakku Ina Farrihah, Iwan Kurniawan, Ahmad Fariz dan Farida yang selalu memberikan doa, semangat, serta dukungan moril yang sangat berarti bagi penulis, kalian adalah motivasi terbesar dalam hidup. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima kasih; 7. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta segenap pegawainya yanng telah memberikan penulis fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan; 8. Keluarga besar PS-E 2010 (Nurul, Rahmi, Dea, Ros, Eha, Anis, Diki, Fahry, Rian, Syam, Ayu, Mahdiyah, Eko, Farid, Iqbal dan sahabat lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu). Terimakasih atas kebersamaan, canda tawa, suka duka, dan kenangan-kenangan indah yang tidak akan pernah penulis lupakan. Semoga Allah selalu menjaga persahabatan kita dan semoga kesuksesan mengiringi kita. 9. Sahabat terbaik, Sari Febrianti, S.Pd yang selalu menghibur dalam kesedihan dan selalu memberikan semangat dalam setiap laku , canda, dan tawa. Semoga selalu dilindungi dan diliputi oleh berkah-Nya. vii 10. Sahabat-sahabat UKM Bahasa-FLAT UIN Jakarta (Albert, Kamil, Fiky, Uum, Dessy, Saeful, Eni, Yuni, Herry, Dina, Nurul, Epin, Basyir ) kalian sahabat terbaik yang selalu setia mengiringi setiap suka duka. Terimakasih atas segala bentuk perhatian dan kasih sayang, terimakasih telah menjadi warna dalam pelangi kehidupan penulis. 11. Keluarga Paguyuban Kang Nong Kota Tangerang (Kang Martin, Kang Maul, Kang Ali, Kang Denny, Kang Aga, Nong Dian, Nong Olga, Aldo, Raynald, Shella, Mutiara, Fathia dan anggota yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu), kalian telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta motivasi untuk menjadi lebih baik. Semoga tali silaturahmi keluarga ini semakin erat. Amiin Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya, Aamiin ya Rabbal Alamiin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 28 November 2014 Penulis viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iv ABSTRAK v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GRAFIK xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 7 C. Perumusan Masalah 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9 E. Sistematika Penulisan 10 LANDASAN TEORI A. Analisis Fundamental 13 1. Prosedur Analisis Fundamental B. Analisis Ekonomi Makro 17 18 1. Produk Domestik Bruto 19 2. Inflasi 19 3. Tingkat Suku Bunga 20 ix 4. Nilai Tukar Rupiah BAB III BAB IV 21 C. Analisis Industri 22 D. Analisis Perusahaan 24 1. Rasio Aktifitas 24 2. Rasio Likuiditas 25 3. Rasio Solvabilitas 26 4. Rasio Profitabilitas 27 E. Valuasi Saham 28 F. Review Studi Terdahulu 32 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 34 B. Batasan Penelitian 34 C. Ruang Lingkup Penelitian 36 D. Variabel Penelitian 36 E. Sumber Data 39 F. Kerangka Penelitian 41 G. Analisis Data 42 ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 45 1. PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk 45 2. PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk 45 3. PT Mayora Indah, Tbk 45 B. Gambaran Umum Proses Seleksi Saham Syariah 46 C. Analisis Ekonomi Makro 47 1. Perekonomian Dunia 48 2. Perekonomian Indonesia 55 x a. Produk Domestik Bruto 55 b. Tingkat Inflasi 58 c. Tingkat Suku Bunga 60 d. Nilai Tukar Rupiah 61 D. Analisis Industri Barang Konsumsi 65 E. Analisis Perusahaan 70 1. Rasio Aktifitas 70 2. Rasio Likuiditas 74 3. Rasio Solvabilitas 75 4. Rasio Profitabilitas 79 F. Valuasi Saham BAB V 84 1. Metode Price Earning Ratio 84 2. Metode Price to Book Value 86 PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran 88 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 3.1 Pedoman Keputusan Investasi 43 4.1 PDB Menurut Lapangan Usaha 56 4.2 Angka Inflasi Indonesia 60 4.3 BI Rate 60 4.4 Kurs Rupiah BI Periode 2011-2013 63 4.5 Hasil Analisis Ekonomi Makro Tahun 2011-2013 65 4.6 Porter’s Five Forces Analysis 70 4.7 Data Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 71 4.8 Data Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk 72 4.9 Data Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 73 4.10 Data Rasio Likuiditas 74 4.11 Data Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 76 4.12 Data Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk 77 4.13 Data Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 78 4.14 Data Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 79 4.15 Data Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk 80 4.16 Data Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 81 4.17 Data Earning Per Share 83 4.18 Data Estimasi Harga Wajar Saham 84 4.19 Hasil Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 84 xii 4.20 Perbandingan Nilai Intrinsik dengan Harga Pasar 85 4.21 Perhitungan Price to Book Value 86 4.22 Interpretasi Hasil Perhitungan Price to Book Value 86 xiii DAFTAR GRAFIK No. Keterangan Halaman 4.1 Perubahan Indeks Harga Saham 2011 50 4.2 Volatilitas Pasar Keuangan Global 50 4.3 Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 71 4.4 Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk 72 4.5 Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 73 4.6 Rasio Likuiditas Tahun 2011-2013 74 4.7 Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 76 4.8 Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk 77 4.9 Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk 78 4.10 Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 79 4.11 Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk 81 4.12 Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk 82 4.13 Earning Per Share 83 xiv DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1. Laporan Keuangan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk 93 2. Laporan Keuangan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk 105 3. Laporan Keuangan PT. Mayora Indah, Tbk 113 4. Lembar Valuasi Saham ICBP 120 5. Lembar Valuasi Saham ULTJ 122 6. Lembar Valuasi Saham MYOR 124 xv 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi, suatu istilah yang erat kaitannya dengan keuangan dan ekonomi. Pengertian investasi menurut Bodie-Kane “an investment is the current commitment of money or other resources in the expectation of reaping future benefits” 1 , dimana dapat dipahami bahwa investasi merupakan komitmen atas uang atau sumber daya yang lain guna mendapatkan keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Jack Clark Francis, investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang.2 Maka merujuk kepada pengertian investasi yang telah dikemukakan, investasi dikatakan sebagai suatu aktifitas dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut : 1. Investasi dalam bentuk asset riil (real assets), yakni investasi yang dilakukan dalam bentuk aktiva berwujud fisik seperti emas, kendaraan, properti dan sebagainya. 2. Investasi dalam bentuk asset finansial (financial assets) yakni investasi yang dilakukan dalam bentuk surat-surat berharga yang menyatakan 1 Zvi Bodie,dkk,Essential of Investments (Singapura : The McGraw-Hill Companies, 2003)edisi ke-5, h.3. 2 Jack Clark Francis, Investment: Analysis and Management ( Singapura : McGraw-Hill Inc, 1991)edisi ke-5, h.1. 2 klaim atas aktiva riil yang dimiliki oleh suatu lembaga atau perusahaan. Investasi aset finasial dilakukan melalui berbagai instrumen seperti instrument pasar uang, saham, obligasi, reksadana. Pada dasarnya, kedua jenis investasi tersebut merupakan investasi yang bertujuan sama dan sama-sama bisa dipertimbangkan sebagai sarana dalam rangka mencapai tujuan keuangan 3 . Pada masa sekarang ini , investasi pada aset finansial merupakan pilihan investasi yang umumnya investor pilih, tentunya dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Investasi pada aset finansial tidak bisa dilakukan di tempat dan media yang bebas, tetapi hanya bisa dilakukan di tempat dan melalui media yang terbatas. Aset finansial terdiri dari berbagai macam instrument yakni instrument pasar uang, saham, obligasi dan reksa dana. Diantara berbagai instrumen aset finansial tersebut, saham merupakan produk investasi yang menawarkan para investor untuk lebih leluasa dalam berinvestasi dikarenakan para investor dimungkinkan untuk bisa melakukan perubahan arah terkait jual beli saham yang dimiliki, apakah di suatu waktu ingin melakukan penjualan atau pembelian demi mendapatkan keuntungan atas hasil investasinya. Investasi pada saham dilakukan melalui pasar modal (capital market). 3 Danareksa Online,”Jenis Investasi”, artikel diakses pada 20 Desember 2013 pukul 15.47 dari http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/tabid/146/language/idID/Default.aspx 30-12-2013 3 Di Indonesia, pasar modal dioperasionalkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Tujuan Pasar Modal di Indonesia adalah untuk mengerahkan dana, dari masyarakat guna disalurkan ke sektor-sektor yang lebih produktif, serta ikut mewujudkan pemerataan pendapatan melalui pemilikan saham –saham perusahaan. Pencapaian tujuan ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang go-public yang berarti masyarakat semakin mudah untuk mencari dan menemukan saham perusahaan manakah yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi. Tidak hanya membantu masyarakat dalam berinvestasi, pasar modal pun berfungsi sebagai alternatif pendanaan bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka menengah dan jangka panjang. Di negaranegara maju, saham dinilai lebih menarik oleh masyarakat dkarenakan saham mampu memberikan keuntungan yang lebih besar yang diperoleh dari perubahan harga surat berharga tersebut.4 Pasar modal Indonesia dikelola oleh PT.Bursa Efek Indonesia, baik konvensional maupun syariah. Terkait dengan pasar modal syariah, maka setiap transaksi perdagangan surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariah Islam5, termasuk di dalamnya efek-efek yang diperjualbelikan harus memenuhi segala persyaratan dan kualifikasi untuk bisa dikategorikan sebagai efek syariah, dimana pedoman mengenai prinsip-prinsip syariah sebagai syarat bagi efek syariah bisa ditemukan di 4 Erna Retna Rahadjeng, “Metode Penilaian Harga Wajar Saham Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. 5 Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia (Jakarta : Kencana, 2009) ,h. 77. 4 dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI). Pasar modal syariah di Indonesia memiliki dua indeks yakni Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jakarta Islamic Index (JII) dibentuk oleh PT. Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000, sedangkan ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. ISSI memiliki kapasitas lebih besar dibanding JII, karena ISSI per update terakhir pada 18 Desember 2013 memuat sebanyak 312 saham syariah 6 dimana JII hanya memuat 30 saham syariah yang memiiki likuiditas paling baik. Komposisi saham syariah pada ISSI ditetapkan secara periodic yakni 6 bulan sekali, tetapi ini tidak berarti di antara rentang waktu 6 bulan tidak ada saham syariah yang bisa masuk ke dalam komposisi saham . Hal ini dikarenakan pada pelaksanaannya, BEI bisa memperbarui saham-saham syariah yang dianggap memenuhi kriteria untuk masuk ke dalam komposisi ISSI pada periode tersebut.Seperti halnya indeks saham lain, komposisi saham ISSI pun terdiri dari sahamsaham berbagai sektor. ISSI merupakan salah satu referensi alternatif bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham-saham syariah.Seperti halnya investasi-investasi pada bidang-bidang lain, investasi di pasar modal syariah juga memerlukan adanya pengukuran kinerja baik langsung 6 PT Bursa Efek Indonesia,”Indeks Saham Syariah”, artikel diakses pada 8 Januari 2014 pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx 5 maupun tidak langsung, dengan harapan pada waktu yang akan datang pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Investor yang akan melakukan investasi di bursa saham akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi tersebut atau sering disebut proses penilaian 7 . Proses penilaian terhadap saham-saham perusahaan dapat dilakukan melalui dua pendekatan analisis, yakni analisis teknikal dan analisis fundamental. Penilaian saham perusahaan melalui analisis fundamental ialah proses yang dilakukan dalam hal penentuan harga wajar atau nilai intrinsik sekuritas atas suatu aset modal (capital asset). Analisis fundamental atas harga saham dapat dilakukan terhadap saham-saham dari berbagai sektor industri. Proses analisis ini dilakukan melalui berbagai tahapan yang sistematis yakni tahapan analisis kondisi makro ekonomi, kemudian analisis industri (sektor) , dilanjutkan dengan analisis kondisi spesifik perusahaan yang akan didapatkan nilai dari saham perusahaan-perusahaan tersebut. Di antara berbagai sektor industry yang terdapat di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), ada di dalamnya sektor consumer goods yang menurut penulis merupakan salah satu sektor industri dengan tingkat pengaruh yang besar, dikarenakan sektor consumer goods merupakan salah satu sektor industri yang paling sering bersentuhan dengan 7 M. Anwar Syaifulloh,”Analisis Perbandingan Kinerja Saham Antara yang Konsisten dan yang Tidak Konsisten Terdaftar di Jakarta Islamic Index (2006-2007) “, (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h.3. 6 masyarakat dikarenakan hasil produksi industri pada sektor ini adalah barang-barang yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yang memiliki peran strategis dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat dimana produknya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa barang–barang maupun berupa makanan dan minuman. Tingkat kapitalisasi pasar yang besar menjadi salah satu alasan yang menjadikan saham suatu perusahaan memiliki keunggulan dibanding saham-saham dari sektor industri sejenis, tentunya pencapaian ini tidak terlepas dari kinerja keuangan perusahaan yang sangat baik yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Namun, sebagai investor tidaklah cukup jika hanya mengetahui suatu saham memiliki prospek yang cerah tanpa mencari tahu dan menganalisa sendiri apakah benar saham perusahaan tersebut merupakan saham yang layak dibeli dan dimiliki. Maka investor perlu melakukan analisa terhadap saham ini melalui berbagai cara dan metode yang akan menghasilkan kesimpulan yang berguna sebagai referensi pengambilan keputusan sebelum melakukan investasi pada saham perusahaan yang bergerak , terutama di sektor consumer goods. Dalam hal ini, analisis fundamental saham ialah suatu cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi perusahaan apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang (prospektif) yang diteliti melalui berbagai faktor yakni faktor makro ekonomi, faktor kondisi industry atau pasar serta faktor perusahaan itu sendiri, sehingga hasil dari 7 penelitian ini menjadi suatu informasi yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi atau consumer goods. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui kinerja perusahaan sektor barang konsumsi, dengan melakukan analisis kondisi makro ekonomi, analisis industri barang konsumsi, analisis rasio keuangan perusahaan, serta dengan melakukan penilaian (valuasi) harga saham ketiga perusahaan. Penelitian ini akan dibahas dalam skripsi berjudul “Analisis Fundamental Saham Perusahaan Sektor Barang Konsumsi (Consumer Goods) di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2013 dengan Metode Top Down Analysis”. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Di dalam transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia ,sahamsaham yang diperdagangkan merupakan saham-saham dari perusahaan yang tercatat (listing). Secara umum, saat ini terdapat 457 perusahaan yang tercatat sebagai emitten di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang telah tercatat tersebut merupakan perusahaan dari beberapa sektor industri , termasuk di antaranya sektor barang-barang konsumsi (consumer) dengan jumlah 35 perusahaan. Kemudian, dari 35 perusahaan sektor consumer goods tersebut, penulis membatasi pada tiga perusahaan yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 8 Dalam indeks pasar saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk masuk dan tetap konsisten dalam jajaran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII). Pergerakan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk setiap harinya dpat dipantau di BEI. Sama seperti pergerakan saham pada umumnya pergerakan saham ketiga perusahaan ini juga bergerak secara fluktuatif. Analisis fundamental saham yang dilakukan terhadap PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk menggunakan pendekatan atau metode Top Down Analysis. Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk melakukan analisis fundamental saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk , menggunakan data perekonomian Indonesia tahun 2011-2013, data industri barang konsumsi tahun 2011-2013, data perusahaan seperti data deviden tahunan, data laporan keuangan, serta data-data lain yang terkait dengan penelitian pada periode 2011-2013. C. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah hasil analisis ekonomi makro yang dilakukan terhadap ketiga perusahaan ? 2. Bagaimanakah posisi ketiga perusahaan berdasarkan analisis industri sektor barang konsumsi ? 9 3. Melalui analisa terhadap rasio-rasio keuangan, apakah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk memiliki prospek di masa depan sebagai tujuan investasi bagi para investor ? 4. Setelah melalui proses penilaian saham dengan metode Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) , apakah saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk dalam posisi undervalued, fairvalued, atau overvalued ? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : a. Menganalisis kondisi ketiga perusahaan berdasarkan analisis ekonomi makro. b. Menganalisis posisi ketiga perusahaan dalam industri sektor barang konsumsi. c. Menganalisis prospek masa depan ketiga perusahaan sebagai tujuan investasi bagi para investor dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. d. Menganalisis posisi saham dengan metode Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) untuk mengetahui 10 apakah saham ketiga perusahaan undervalued, fairvalued, atau overvalued 2. Manfaat a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan terkait teknik dan proses analisis fundamental perusahaan. b. Bagi Investor Dapat dijadikan salah satu referensi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya di dunia sekuritas, terutama saham. c. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber rujukan yang berguna serta memperkaya koleksi dalam khasanah keilmuan yakni ilmu ekonomi, terutama terkait manajemen investasi dan resiko dan ekonomi makro. E. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun menjadi lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran. Adapun penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, 11 perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori, Bab ini akan membahas teori analisis fundamental, analisis ekonomi makro, analisis industri serta analisis perusahaan. Pembahasan analisis ekonomi makro berisi teori mengenai produk domestik bruto, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Kemudian analisis industri berisi teori siklus kehidupan industri. Sedangkan pembahasan mengenai analisis perusahaan akan dijelaskan teori-teori terkait dengan laporan keuangan serta rasio-rasio keuangan perusahaan, selanjutnya di dalam teori analisis perusahaan juga akan dijelaskan mengenai pendekatan untuk penilaian saham perusahaan dengan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Pada akhir bab ini , juga akan disajikan review studi terdahulu. BAB III Metode Penelitian, Dalam bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana penelitian ini dilaksanakan, variabel-variabel apa yang digunakan serta metode analisis data yang akan akan digunakan dalam menganalisa data dalam penelitian ini. BAB IV Analisis dan Pembahasan, Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum dari perusahaan-perusahaan yang diteliti serta gambaran umum proses seleksi saham syariah. Pada bab ini juga akan menjabarkan tahapan dalam melakukan penilaian perusahaan melalui analisis fundamental, dimulai dari analisis ekonomi makro , 12 analisis industri barang konsumsi, serta analisis perusahaan- perusahaan sebagai objek penelitian. Kemudian akan dilakukan analisis data laporan keuangan perusahaan dengan tujuan membuat penilaian saham perusahaan dengan menggunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value, yang pada akhirnya dapat menghasilkan kesimpulan harga wajar dari perusahaanperusahaan yang diteliti. BAB V Penutup, Bab ini akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang perlu yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran. 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Fundamental Penelitian terkait pasar modal mengenai analisis fundamental , menjadi sangat populer beberapa tahun belakangan terakhir, ini disebabkan oleh meningkatnya bukti dalam literatur ekonomi keuangan terhadap hipotesis pasar efisien.8 Pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar dengan harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Menurut Arifin, hipotesis pasar modal yang efisien menyatakan bahwa: 1. Harga sekuritas umumnya pada ekuilibrium, yaitu samanya expected return dan required return. 2. Harga-harga saham selalu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia berkaitan dengan perusahaan penerbit dan sahamnya. 8 Seng, Dyna. “Fundamental Analysis and the Prediction of Earnings.” International Journal of Business and Management. Vol. 7, NO. 3 (February 2012): h.32 14 3. Karena harga saham sudah mencerminkan harga yang benar maka investor mestinya tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk mencari saham yang mispriced (undervalued atau overvalued).9 Bursa efek di berbagai negara dikatakan sebagai salah satu pilar dalam perekonomian yang mana menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi. 10 Komponen yang penting dalam bursa efek yakni pialang saham atau analis pasar modal yang memiliki berbagai macam tugas dan fungsi seperti jual beli saham, layanan jasa keuangan, serta penasihat nasabah. Analis menggunakan informasi dan pendekatan yang berbeda dalam melakukan analisisnya terkait aktivitas di pasar modal. Secara keseluruhan, terdapat dua cara yang sudah dikenal dalam melakukan analisa terhadap saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Sebagaimana diketahui, analisis teknikal adalah cara yang digunakan untuk memprediksikan fluktuasi harga sekuritas dan untuk menemukan pola harga saham. 11 Lebih jelas lagi, analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Analisis sekuritas yang dimaksud adalah pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi, option, future, dan instrumen keuangan lain. Analisis ini menganggap bahwa 9 Siti Bilqis Sabrini,”Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2008), h. 8 10 Jamshidi, Nasser dkk. “Studying Affecting Factors on Analysts’ Decisions Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: A Fundamental Analysis Approach.” European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 44 (2012) : h.77 11 Ibid., h.78 15 grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus pasar.12 Pendekatan kedua dalam melakukan analisa saham yakni dengan menggunakan analisis fundamental. Ada beberapa pengertian analisis fundamental, diantaranya sebagai berikut : a. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisa investasi yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental perusahaan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan operasional suatu perusahaan dan kemampuannya mendatangkan keuntungan.13 b. Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data– data internal (fundamental) dan faktor–faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya. Melalui pertimbangan data–data di atas, analisis fundamental 12 13 Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 19 Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 14 16 menghasilkan analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan bahwa perusahaan yang dianalisis sahamnya layak di beli atau tidak.14 c. Analisa fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. 15 d. “Fundamental analysis involves the use of current and past financial statements in conjunction with industry and economic data in order to determine firms’ intrinsic value and identify mispriced securities“. 16 Maksud dari pernyataan ini, bahwa analisis fundamental ialah analisis yang melibatkan penggunaan laporan keuangan saat ini dan masa lalu dalam hubungannya dengan data industri dan data ekonomi untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan dan mengidentifikasi efek kesalahan harga. Jadi dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental ialah proses analisis sekuritas dengan memperhatikan berbagai faktor baik internal (data-data keuangan perusahaan) maupun eksternal perusahaan (sektor industri serta kondisi ekonomi secara makro) dengan tujuan untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan. 14 Andriani,Friska dkk.” Pengambilan Keputusan Investasi Saham dengan Menggunakan Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Price Earning Ratio (Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).” Jurnal Universitas Brawijaya : h. 2 15 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi : Pendekatan Teknikal dan Fundamental Untuk Analisis Saham (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.203. 16 Seng, Dyna, loc.cit. h.32 17 A.1 Prosedur Analisis Fundamental Seperti yang telah disebutkan bahwa analisis fundamental adalah sebuah cara untuk menemukan level fundamental keuangan perusahaan. Analisis ini bertujuan mengetahui kondisi kesehatan keuangan dan memperkirakan nilai intrinsik. Ada 3 elemen dalam analisis fundamental yakni analisis makro ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan. Secara umum, ada dua pendekatan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis fundamental. Fundamental analysis can be conducted by two top – down and down – top approaches. In top – down approach, economy/market, industry and firm are analyzed respectively. Economy and market for securities are analyzed to see whether it is the right time to allocate additional sums to stocks or not..Then, industries and sections are analyzed to decide which one has the best outlook in future. Finally, company is analyzed. In down – top approach, investors focus on firm’s pillars or foundations directly. Analyzing such data as firm’s products, competitive status and financial situation lead to estimate potential profits and, ultimately, its value in the market. In this approach, it is emphasized on finding companies with long term growth perspective and on right estimations on profit.17 Artinya : analisis fundamental bisa dilakukan melalui dua pendekatan yakni pendekatan top-down dan pendekatan down-top. Pada pendekatan top-down, keadaan ekonomi atau pasar, industri dan perusahaan dianalisa secara berurutan. Ekonomi dan pasar sekuritas dianalisis untuk melihat waktu yang tepat untuk mengalokasikan tambahan saham atau tidak. Kemudian, industri dan bagian-bagiannya dianalisis untuk menetukan mana yang memiliki prospek terbaik di masa depan. Pada akhirnya perusahaan dianalisis. Dalam pendekatan down-top, investor fokus kepada pilar-pilar perusahaan secara langsung. Menganalisis data seperti produk 17 Jamshidi, Nasser dkk., op.cit. h.79. 18 perusahaan, status kompetitif dan kondisi keuangan untuk memperkirakan potensi keuntungan dan pada akhirnya nilainya di pasar. Dalam pendekatan ini ditekankan pada pencarian perusahaan dengan pertumbuhan jangka panjang dan perkiraan keuntungan yang tepat. Lebih jelasnya, dua pendekatan yang bisa ditempuh yakni pendekatan Top-down dan pendekatan Down-top. Pendekatan top down dimulai dengan menganalisis ekonomi secara global, yang terdiri dari indikator internasional dan nasional seperti tingkat pertumbuhan PDB, nilai tukar, tingkat suku bunga, produktivitas serta inflasi. Berikutnya dilanjutkan dengan menganalisis industri , serta diakhiri dengan menganalisis perusahaan yang sekaligus melakukan pencarian nilai intrinsik saham perusahaan. Sedangkan analisis fundamental dengan pendekatan Down-top dimulai dengan proses analisis perusahaan, dilanjutkan dengan analisis industri dan diakhiri dengan melakukan analisis terhadap kondisi makro ekonomi. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Top-down dalam melakukan analisa fundamental atas saham perusahaan-perusahaan sektor barang konsumsi, dimana analisis dilakukan mulai dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. B. Analisis Ekonomi Makro Pada tahapan ini, analisis dilakukan dengan melihat kondisi perekonomian secara makro untuk mendapatkan penilaian perekonomian secara umum dengan tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi 19 pasar modal khususnya pergerakan harga saham. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang sesuai. Secara teoritis ada beberapa indikator makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Indikator makroekonomi yang dimaksud yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah. 18 Sub bab berikutnya akan menjelaskan mengenai teori atas indikator-indikator yang telah disebutkan di atas. B.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Di dalam suatu perekonomian, baik di negara maju maupun negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi juga oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Konsep ini merupakan konsep pendapatan nasional yang dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).19 Secara singkat, PDB adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing yang ada di negara tersebut. B.2 18 Inflasi Werner R.Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental (Jakarta :PT Indeks, 2009), h.19. 19 Sadono Sukirno, Makroekonomi : Teori Pengantar (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2004), h.35. 20 Inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang meluas dalam sistem perekonomian. Kenaikan inflasi secara signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen yakni penurunan kemampuan daya beli. Inflasi yang tinggi dan bersifat uncertainty (tidak menentu) yang dialami oleh suatu negara akan meningkatkan risiko investasi dalam aset-aset keuangan, serta akan melemahkan kredibilitas mata uang domestik terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui tingkat perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI).20 B.3 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga yang perusahaan harus bayar atas pinjaman yang telah diterimanya. Dengan mengasumsikan ceteris paribus (hal-hal lain dianggap konstan) maka tingkat suku bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatnya profit. Perlu dicatat pula bahwa perubahan dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari konsumen (consumer spending). Interest rate tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi 20 Werner R.Murhadi, op. cit. h. 21. 21 saat ini dan masa yang akan datang, tetapi juga mencerminkan harapan inflasi dan resiko kredit.21 B.4 Nilai Tukar Rupiah Kurs valuta asing atau nilai tukar rupiah menunjukkan harga atau nilai mata uang rupiah dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. 22 Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri. Dampak dari perubahan nilai tukar atas suatu bisnis tidak hanya dilihat dari penguatan atau pelemahan suatu mata uang, tetapi juga dengan memperhatikan apakah negara tersebut adalah net exporter atau net importer. Dalam bukunya, Sadono Sukirno menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Perubahan dalam citarasa masyarakat b. Perubahan harga barang ekspor impor c. Kenaikan harga umum (inflasi) d. Perubahan suku bunga dan Tingkat pengembalian investasi. Sedangkan menurut Madura, perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, defisit perdagangan, perilaku bank 21 22 Werner R.Murhadi, op. cit. h.20-21. Sadono Sukirno, loc. cit. h.35. 22 sentral yang terkait dengan independensi bank sentral, dan harapan pasar (market expectation).23 C. Analisis Industri Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama adalah mengidentifikasi siklus hidup industri. Kemudian langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri. 1. Siklus Hidup Industri Kondisi industri berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Investor harus mengetahui bahwa industri tersebut mampu memberikan prospek investasi yang mampu mendatangkan keuntungan. Maka harus diketahui terlebih dahulu siklus hidup industri yang akan dimasuki. Porter dalam bukunya mengemukakan bahwa siklus hidup industri memiliki beberapa tahap atau fase, yaitu: a. Tahap Perkenalan , tahapan ini mencerminkan kesulitan dalam mengatasi kelambanan pembeli dan merangsang percobaan akan produk baru. b. Tahap Pertumbuhan, tahapan ini terjadi manakala banyak pembeli menyerbu pasar begitu produk baru tersebut terbukti berhasil. c. Tahap Kedewasaan, pada tahap ini penetrasi para pembeli produk yang potensial akhirnya tercapai, yang menyebabkan pertumbuhan 23 Werner R.Murhadi, loc.cit. h.21. 23 yang cepat terhenti dan menuju ke tingkat pertumbuhan yang normal. d. Tahap Penurunan, dimana industri mengalami pertumbuhan yang menurun karena munculnya produk pengganti yang baru. 24 2. Analisa terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri melalui Porter’s Five Forces. Porter menawarkan model persaingan yang dipengaruhi lima kekuatan dalam industri. Lima kekuatan tersebut adalah: a. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry) Yaitu seberapa mudah pemain baru masuk sebagai pesaing baru dalam industri. Semakin mudah pemain baru masuk, artinya tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi. b. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute) Jika produk perusahaan mempunyai produk substitusi atau produk pengganti, maka substitusi ini harus diperhitungkan sebagai pesaing. c. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers) Posisi tawar menawar dari konsumen akan mempengaruhi perusahaan untuk menetapkan harga jual dan volume produksi. d. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers) Semakin banyak pemasok maka semakin kuat posisi tawar 24 Michael E.Porter, Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1992), h.140-141. 24 menawar perusahaan dalam menegosiasikan harga, volume dan diferensiasi pasokan. e. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor) Tingkat persaingan diantara pemain dalam industri ditentukan beberapa faktor, diantaranya potensi pertumbuhan industri, beban tetap perusahaan (fixed cost), diferensiasi produk, identitas merk (brand identity) dan informasi yang dimiliki. 25 D. Analisis Perusahaan Analisis perusahaan dilakukan dengan metode analisis rasio keuangan, dimana ada beberapa rasio-rasio yang digunakan yakni Rasio Aktifitas, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas. 1. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur tingkat efektivitas dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Semua rasio yang tergolong dalam kelompok rasio ini menunjukkan perbandingan antara hasil penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Rasio ini sering disebut rasio perputaran modal (capital turnover ratio).26. A. Inventory Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. 25 26 Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 14-15 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h.237-239. 25 Rumus 2.1 = B. Fixed Asset Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Rasio ini mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Rumus 2.2 = ℎ C. Total Asset Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dalam menciptakan penjualan. Rumus 2.3 = 2. Rasio Likuiditas Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi (jatuh tempo) dan membayar tepat pada waktunya. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan likuid, apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran 26 ataupun aktiva lancar yang lebih besar dibandingkan dengan utang lancarnya. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid.27 Likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan current ratio. Rumus current ratio sebagai berikut : Rumus 2.4 = 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Formula-formula dalam rasio solvabilitas : A. Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rumus 2.5 = B. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan 27 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h. 236-237 27 menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus 2.6 = 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Kemampuan menghasilkan laba merupakan rasio dari efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan, artinya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Efektivitas ini dinilai dengan mengaitkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.28 Rumus-rumus dalam rasio profitabilitas : A. Return On Asset (ROA) merupakan ukuran dari efektifitas perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba Rumus 2.7 28 = David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h. 239-240 ℎ 28 B. Return On Equity (ROE) merupakan ukuran seberapa efektif kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari dana yang diinvestasikan pemilik. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena akan memberikan pengembalian yang lebih besar bagi pemegang saham. Rumus 2.8 = ℎ C. Net Profit Margin (NPM), rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rumus 2.9 = ℎ D. Earning per Share (EPS) , rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Rumus 2.10 ℎ = ℎ ℎ ℎ E. Valuasi Saham Selanjutnya ialah tahapan penilaian saham perusahaan melalui proses valuasi. Sebelum membahas definisi valuasi, ada suatu pendapat dari Oscar Wilde yang menyatakan “knows the price of everything, but the value of nothing”. Pernyataan ini didasarkan pada suatu anggapan di 29 kalangan analis dan investor yang berargumen bahwa nilai dari suatu aset adalah irrelevant. Pernyataan tersebut tidak dapat dibenarkan karena nilai dari suatu aset mengimplikasikan harga yang harus dibayar atas setiap aset yang memiliki harapan untuk menghasilkan arus kas dimasa yang akan datang. 29 Nilai suatu aset dapat diketahui dengan cara valuasi. Valuasi menurut Gitman “is the process that links risk and return to determine the worth of an asset”. Maksudnya adalah bahwa valuasi adalah proses yang menghubungkan antara resiko dengan return untuk menentukan nilai aset, sehingga melalui valuasi dapat diketahui nilai dari suatu aset yang mana bila dilihat dari perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai intrinsik saham itu sendiri maka akan diketahui apakah saham tersebut undervalued, overvalued atau fair. Secara umum, ada dua pendekatan dalam melakukan valuasi yakni: 1. Discounted Cash Flow (DCF) Valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset terhadap present value (nilai saat ini) dari harapan arus kas di masa yang akan datang dari asset tersebut. 2. Relative Valuation, mengestimasi nilai asset dengan menlihat pada harga dari comparable asset (asset yang dapat diperbandingkan) dengan relative terhadap variable umum lainnya seperti earnings (pendapatan), arus kas, 29 Dr. Werner. Murhadi , op.cit. h.3-4 30 book value (nilai buku asset berdasarkan harga perolehan metode akuntansi), ataupun penjualan.30 Dalam penelitian ini, penilaian saham dilakukan menggunakan model valuasi Price Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). 1. Model Valuasi Price Earnings Ratio (PER). Price Earning Ratio adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham. PER dapat digunakan sebagai pembanding harga saham antara yang paling murah dan yang paling mahal dalam satu industri. Perusahaan yang mempunyai PER yang paling tinggi merupakan perusahaan yang mempunyai harga saham yang paling mahal. Sedangkan perusahaan yang memiliki PER paling rendah merupakan perusahaan yang harga sahamnya paling murah. 31 Rumus 2.14 Dimana = : P0 = Harga Saat Ini EPS = Laba per lembar saham 2. Model Valuasi Price to Book Value (PBV). 30 31 Dr. Werner. Murhadi , op.cit. h. 10-11 Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 29 31 Price Book Value (PBV) merupakan metode penilaian saham yang berdasarkan pada book value suatu saham. Book value adalah nilai buku yang diperoleh dari total ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Untuk mencari nilai book value, digunakan rumus sebagai berikut: ℎ = ℎ ℎ Nilai buku per lembar saham adalah rasio untuk membandingkan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku (book value) sebenarnya. Sementara Syamsudin menjelaskan bahwa pengertian Price Book Value adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV, maka menunjukkan semakin besar kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang berjalan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya Rasio PBV dihitung dengan membagi nilai pasar dari saham dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini. Secara matematis PBV dapat ditulis: = ℎ ℎ 32 Metode Price Book Value tidak mencari nilai intrinsik dari saham yang diteliti, melainkan menghitung nilai PBV kemudian mengukur harga saham mahal atau murah dengan cut off 1 yang berarti jika nilai PBV diatas 1 menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya (overvalued), sebaliknya jika nilai PBV dibawah 1 berarti nilai pasar saham lebih kecil dari nilai bukunya (undervalued). F. Review Studi Terdahulu No Penelitian Isi penelitian terdahulu 1 Nilai intrinsik saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk undervalued terhadap nilai pasarnya. 2 3 Annisa Fathih Kurnia, Skripsi FSH UIN Jakarta, 2012. “Analisis Fundamental Saham dalam keputusan investasi di PT Telekomunikasi Tbk” Nazwirman,”Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio (PER) : Studi Kasus Pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”, Makara, Sosial Humaniora, vol.12, no.2, (Desember 2008):h.98-106 Ulfa Yulfita,”Penilaian Harga Saham Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2011)”,Jurnal EMBA, vol.1,no.3,(September 2013),Hal.1089-1099 Saham PT. Multi Bintang Indonesia Tbk layak dibeli karena dari tiga alternatif k* yang digunakan (11%,16% dan 21%) menghasilkan PER yang lebih besar dari PER BEJ Mei 2005. Melalui metode DDM (Dividend Discounted Model) dan metode DCF (Discounted Cash Flow) tidak terlalu memiliki perbedaan harga atas harga wajar saham sektor manufaktur tahun 2009-2011. Perbedaan dengan penulis Penulis tidak hanya melakukan analisis fundamental pada satu perusahaan Penulis tidak hanya menggunakan metode PER dalam menentukan sebuah saham apakah undervalued, overvalued, atau fair. Penulis melakukan penilaian saham terhadap 3 perusahaan dengan top down analysis. 33 4 Radim Gottwald,”The Use of the P/E Ratio to Stock Valuation”, GRANT journal ISSN 1805-062X, (IGA 31/2012) Menjelaskan penggunaan metode PER sebagai cara untuk mencari nilai intrinsik saham 5 Seng, Dyna,“Fundamental Analysis and the Prediction of Earnings” International Journal of Business and Management, vol.7,no.3 (February 2012) Memprediksikan tingkat pendapatan dengan menggunakan analisis fundamental. Penulis mengaplikasi -kan PER dan PBV dalam mencari nilai intrinsik saham. Penulis melakukan analisis fundamental dalam mencari nilai intrinsik saham. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data informasi berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan32. Selain itu, metode deskriptif kuantitatif juga dilakukan dalam penelitian ini dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data-data dan angka-angka yang telah diperoleh lalu dijelaskan maksud dari hasil pengolahan angka-angka tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). B. Batasan Penelitian Secara umum, saat ini terdapat 457 perusahaan yang tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya per 18 Desember 2013, sebanyak 312 saham syariah masuk ke dalam 32 2,h. 309 Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1993), cet ke- 35 jajaran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) 33. Menurut sektor industrinya yaitu sektor barang konsumsi (consumer goods), terdapat beberapa emiten yang tercatat di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana dalam penelitian ini, penulis membatasi pada tiga emiten yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. Ketiga perusahaan tersebut merupakan sampel yang dipilih penulis dari keseluruhan populasi yakni perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pemilihan ketiga emiten tersebut disebabkan oleh kondisi indeks pasar saham, dimana PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk selalu masuk dan tetap konsisten dalam jajaran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII), yang mana ketiga perusahaan ini telah melalui proses review atau seleksi untuk bisa masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) melalui kualifikasi kriteria bisnis dan kriteria keuangan yang berdasarkan pada Peraturan Bapepam – LK No. IX.A.13 Tahun 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah 33 PT Bursa Efek Indonesia,”Indeks Saham Syariah”, artikel diakses pada 8 Januari 2014 pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx 36 C. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengetahui nilai wajar dari saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. Nilai wajar saham atau nilai intrinsik ketiga perusahaan tersebut diperoleh dari analisis fundamental saham yang memiliki tiga tahapan yakni analisis makro ekonomi, analisis industri dan analisis perusahaan. Nilai wajar saham yang telah diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pasar saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu keputusan investasi atas saham ketiga perusahaan tersebut.. D. Variabel Penelitian Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menghitung nilai wajar saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, dan PT Mayora Indah Tbk dilakukan dengan beberapa pendekatan. Variabel-variabel yang digunakan ialah sebagai berikut : 1. Growth, ialah tingkat pertumbuhan dividen dari saham, yang diharapkan akan diterima oleh investor. Rumus 3.1 = 37 dimana : b = retention ratio, rasio laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen = 1 – payout ratio ROE = Return On Equity, tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham 2. Estimated Earning Per Share (EPS), ialah estimasi atau perkiraan EPS yang akan didapatkan oleh investor. Persamaan untuk menghitung estimated EPS : Rumus 3.2 = (1 EPSt = EPS saham tahun terakhir EPSt+1 = EPS saham pada tahun ke t + 1 + ) 3. Estimated Cash Dividend per Share ialah perkiraan dividen yang akan didapatkan pada tahun t+1 atas setiap lembar saham yang dimiliki. Persamaannya sebagai berikut : Rumus 3.3 = DIVt+1 − = jumlah dividen yang akan didapatkan 38 DPR rata-rata = jumlah dividend payout ratio dibagi jumlah periode 4. Discount Rate (k) ialah tingkat diskonto atas saham. Discount rate dapat dicari dengan rumus berikut : Rumus 3.4 = + Dimana : k = discount rate POt+1 = harga pasar saham t+1 5. Estimated Price Earning Ratio (PER) adalah perkiraan tingkat PER atas saham. Estimated PER dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Rumus 3.5 = − 6. Intrinsic Value adalah nilai intrinsik dari saham yang diteliti. Nilai intrinsik ini merupakan nilai saham sebenarnya, yang akan dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini. Penelitian ini menggunakan model PER untuk pencarian nilai intrinsik yaitu : 39 Rumus 3.6 = + 7. Book Value adalah nilai buku saham, yang didapatkan dengan cara membagi total ekuitas perusahaan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Rumus untuk mencari Book Value ialah sebagai berikut : Rumus 3.7 ℎ = ℎ ℎ 8. Price to Book Value (PBV) ialah rasio harga terhadap nilai buku tiap lembar saham perusahaan. Berikut ini persamaan untuk mencari PBV : Rumus 3.8 = ℎ ℎ E. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk melakukan analisis fundamental saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri serta PT Mayora Indah Tbk, dibutuhkan data-data sebagai berikut : 40 1. Data-data variabel ekonomi yang merupakan indikator perekonomian makro Indonesia yakni Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga (BI rate) dan Nilai Tukar Rupiah (kurs). 2. Laporan keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT Mayora Indah Tbk, dimana akan dilakukan analisis laporan keuangan. 3. Data jumlah dividen yang pernah dibagikan kepada pemegang saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT Mayora Indah Tbk. 4. Data Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011-2013. 5. Publikasi lain yang berkaitan dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT Mayora Indah Tbk sebagai objek penelitian. 41 F. Kerangka Penelitian Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Analisis Fundamental Analisis Makro Ekonomi 1.Produk Domestik Bruto 2.Tingkat Inflasi Analisis Industri 1.Siklus Kehidupan Industri Analisis Perusahaan 1.Rasio Aktifitas 2.Rasio Likuiditas 2.Analisis Kekuatan Industri 3.Tingkat Suku Bunga 3.Rasio Solvabilitas 4.Rasio Probabilitas 4.Nilai Tukar Rupiah Penilaian Saham 1. 2. Price Earning Ratio(PER) Price to Book Value (PBV) NI < NP NI = NP NI > NP Saham Undervalued, layak dibeli atau dipertahankan oleh investor Saham Fairvalued, nilai intrinsik sama dengan nilai saham di pasar Saham Overvalued, investor disarankan untuk menjual. Keputusan Investasi 42 G. Analisis Data Dalam rangka melakukan penelitian saham, data-data dianalisis secara deskriptif analisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis ini bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan yakni dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan menghitung nilai intrinsik saham dari perusahaan yang diteliti dengan menggunakan metode Price Earning Ratio. Langkahlangkah yang digunakan ialah sebagai berikut : 1. Menghitung expected earning growth rate (g) saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 2. Menentukan estimated Earning Per Share (EPS) saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 3. Menghitung estimated cash dividend per share saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 4. Menentukan discount rate (k) atas setiap saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 43 5. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER) atas setiap saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. 6. Mengitung nilai intrinsik saham atas setiap saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. Setelah nilai intrinsik saham diperoleh, selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan investasi dengan berdasarkan kepada pedoman berikut : Tabel 3.1 Pedoman Keputusan Investasi Keterangan Hasil Keputusan Perbandingan Harga saham < intrinsic > rendah atau Nilai terlalu (buy) ditahan (hold) dihargai Dijual (sell) tinggi (overvalued) Harga intrinsic Nilai terlalu pasar Saham intrinsic saham dihargai Dibeli (undervalued) Harga saham pasar Saham pasar Harga = saham Ditahan (hold) Nilai seimbang (fair) 44 a. Jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya (undervalued) maka saham tersebut lebih baik dibeli (buy) atau ditahan sementara (hold) oleh investor , yang bertujuan untuk memperoleh capital gain jika pada waktu berikutnya harga saham kembali naik. b. Jika harga pasar saham lebih besar dari nilai intrinsiknya (overvalued), maka untuk menghindari kerugian dengan turunnya harga , investor lebih baik menjual saham tersebut (sell). c. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka saham tersebut berada dalam kondisi keseimbangan, sehingga jangan melakukan transaksi (hold) karena tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi. 45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan produsen makanan dengan berbagai pilihan produk makanan sehari-hari seperti Indomie, Sarimi, Indomilk, Chitato, Penyedap Makanan Indofood,serta berbagai minuman kemasan yang kesemua produknya telah dikenal luas oleh masyarakat. Kemudian sebagai perusahaan terbuka, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan kode emiten ICBP. 2. Gambaran Umum PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Produk-produk yang dihasilkan antara lain susu UHT Ultra Milk, Teh Kotak, dan Sari Kacang Ijo. Perusahaan ini listing di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan kode emiten ULTJ. 3. Gambaran Umum PT Mayora Indah, Tbk Di Indonesia, PT Mayora Indah, Tbk dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman olahan. Produk-produk hasil inovasi perusahaan diantaranya, permen Kopiko, Astor, Beng 46 Beng, Choki-choki, Energen, dan Kopi Torabika. Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), PT Mayora Indah Tbk terdaftar dengan kode emiten MYOR. B. Gambaran Umum Proses Seleksi Saham Syariah Pada dasarnya, prinsip pasar modal syariah serta seleksi saham syariah di Indonesia berlandaskan pada fatwa DSN-MUI No.40/DSN- MUI/X/2003 , yang juga kemudian dijadikan dasar regulasi oleh Bapepam-LK dalam membuat regulasi mengenai seleksi saham syariah untuk bisa masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES), karena tidak semua perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia bisa tercatat ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) tersebut. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan atau emiten. Sesuai dengan peraturan Bapepam-LK No.IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, seleksi saham syariah didasarkan pada dua kriteria yaitu kriteria bisnis dan kriteria keuangan, yang dimaksud dengan kriteria bisnis adalah kriteria yang disusun berdasarkan jenis usaha dari setiap emiten. Pada kriteria bisnis ini, emiten dilihat apakah jenis usahanya bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Indikator dalam kriteria bisnis adalah kehalalan dari jenis usaha tersebut, baik karena halal zatnya (produknya) maupun prosesnya. Kriteria kedua yakni kriteria keuangan, dimana seleksi berdasarkan kriteria ini dilakukan untuk melihat komposisi dari pendapatan dan pembiayaan emiten yang berasal dari sumber non halal. Pada kriteria ini terdapat dua tahap seleksi, dimana 47 tahap pertama seleksi berdasarkan komposisi sumber pembiayaan yang berasal dari sumber non halal atau pinjaman berbasis bunga dibandingkan dengan modal perusahaan. Saat ini, persentase yang berlaku di pasar modal syariah Indonesia untuk komposisi hutang dibandingkan modal perusahaan ialah tidak lebih dari 82%. Kemudian tahap kedua, seleksi berdasarkan pada komposisi sumber pendapatan yang berasal dari non halal dibandingkan dengan total pendapatan termasuk pendapatan lainlain. Persentase untuk perbandingan antara pendapatan non halal terhadap total pendapatan adalah tidak lebih dari 10%. Dikarenakan proses seleksi ketat yang dilakukan untuk menentukan saham syariah, maka seharusnya sudah tidak ada lagi keraguan kepada setiap emiten yang telah tercatat ke dalam Daftar Efek Syariah (DES), termasuk di antaranya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk serta PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk yang sampai saat ini telah tercatat dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). C. Analisis Ekonomi Makro Kondisi makro ekonomi yang mana di dalamnya terdapat variabelvariabel makro ekonomi akan memberikan dampak pada kinerja perusahaan. Maka analisis ekonomi makro adalah salah satu cara menilai kinerja perusahaan dengan didasarkan pada variabel-variabel makro ekonomi, baik makro ekonomi secara nasional maupun global. Variabelvariabel ekonomi yang dimaksud yakni produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. 48 1. Perekonomian Dunia Perkembangan ekonomi global pada tahun 2011 diwarnai oleh peningkatan ketidakpastian yang muncul akibat berlarutnya penyelesaian krisis utang dan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan ekonomi di negara maju. Di AS, sejumlah indikator menunjukkan proses pemulihan ekonomi tidak sekuat yang diperkirakan. Sementara itu di Eropa, berlarutlarutnya penanganan krisis utang semakin memperburuk kondisi sektor keuangan dan pemulihan ekonomi di kawasan itu. Meningkatnya ketidakpastian di dua kawasan negara maju tersebut telah memicu gejolak di pasar keuangan global dan ditambah dengan terjadinya bencana alam di Jepang dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah, memperlemah proses pemulihan ekonomi global tahun 2011. Pada awal tahun, optimisme mengenai semakin baiknya proses pemulihan ekonomi global sangatlah tinggi. Pada Januari 2011, IMF merevisi ke atas angka perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2011 menjadi 4,4%, setelah pada Oktober 2010 diperkirakan mencapai 4,2%. Perkiraan pertumbuhan yang berada di atas rata-rata historisnya tersebut menunjukkan adanya harapan mengenai percepatan proses pemulihan ekonomi global pada waktu itu. Namun, memasuki semester II tahun 2011, pesimisme pemulihan global mulai muncul seiring dengan meningkatnya ketidakpastian akibat penanganan krisis utang di Eropa yang berlarut-larut dan terhambatnya pemulihan ekonomi AS. Pada Oktober 2011 IMF merevisi ke bawah angka perkiraan pertumbuhan 49 global tahun 2011 menjadi hanya 4%, kembali tumbuh di bawah level normalnya. Gejolak di pasar keuangan tidak hanya terjadi di negara maju, namun juga berdampak langsung ke pasar keuangan di negara-negara emerging markets. Memburuknya sentimen negatif di pasar keuangan global semakin mendorong investor global melakukan pelepasan investasi pada surat utang pemerintah negara maju (proses deleveraging), terutama negara- negara yang mengalami krisis. Pada saat bersamaan, tingginya ketidakpastian dan persepsi risiko juga mendorong investor global melakukan pengalihan investasi ke instrumen keuangan yang dianggap lebih aman dan likuid (flight to quality), seperti surat utang pemerintah dan mata uang dolar AS. Melalui dua proses yang bersamaan ini, krisis di negara maju telah mengakibatkan keketatan likuditas dan jatuhnya harga aset-aset keuangan global. Pasar keuangan di negara- negara emerging markets juga tidak terlepas dari imbas gejolak di pasar keuangan negara maju tersebut. Proses deleveraging dan perilaku flight to quality juga mendorong investor global melikuidasi dan menarik kembali sebagian dananya yang ditanamkan di emerging markets untuk menjaga likuiditasnya ataupun karena meningkatnya persepsi risiko global. Pembalikan arus modal asing tersebut telah menimbulkan jatuhnya harga saham dan obligasi serta memberikan tekanan pelemahan terhadap nilai tukar di negara-negara emerging markets, khususnya pada semester II- 50 2011. Memburuknya kondisi pasar keuangan global tercermin pada penurunan harga aset keuangan dengan volatilitas yang cukup tinggi.34 Grafik 4.1 Perubahan Indeks Harga Saham 2011 Sumber : Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011 Grafik 4.2 Volatilitas Pasar Keuangan Global Sumber : Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011 34 Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011 oleh Bank Indonesia 51 Pasar keuangan global menunjukkan pemulihan sepanjang tahun 2012 yang ditunjukkan oleh kembali meningkatnya harga aset keuangan. Sebagian besar negara baik negara-negara maju maupun negara- negara emerging market, mengalami kenaikan harga saham dan obligasi. Namun, dalam perkembangannya kenaikan harga aset keuangan tersebut tidak terjadi secara terus menerus sepanjang tahun. Dalam beberapa periode, terutama di triwulan II 2012, harga aset keuangan sempat mengalami koreksi tajam, sejalan dengan memburuknya persepsi risiko dan sentimen pasar. Meskipun risiko pasar keuangan global masih tinggi, perkembangan harga aset sepanjang tahun relatif lebih stabil yang tercermin pada turunnya volatilitas harga. Peningkatan kinerja pasar keuangan global terutama didukung oleh pertumbuhan harga aset di negara- negara berkembang. Kinerja positif pasar keuangan negara-negara berkembang sejalan dengan fundamental ekonomi yang lebih solid. Sementara itu, pertumbuhan harga aset keuangan yang tinggi di negara-negara maju di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih rentan, ditopang oleh besarnya likuiditas terkait berbagai kebijakan quantitative easing bank sentral di negara-negara maju. Kebijakan quantitative easing tersebut selain meredakan tekanan likuiditas juga meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor serta menurunkan tingkat risiko. Kondisi tersebut mendorong pembelian asetaset keuangan, termasuk aset yang lebih berisiko seperti saham. Bahkan, besarnya likuiditas yang dikeluarkan bank sentral di negara-negara maju 52 tercermin pada ekspansi neraca masing-masing bank sentral, juga mengalir ke pasar keuangan negara berkembang. Pada tahun 2012, aset the Fed meningkat sekitar 42%, aset ECB meningkat 10,9%, sementara aset BOJ meningkat 9,3% . Perkembangan di bursa saham global tidak terlepas dari pergerakan indikator risiko di pasar keuangan global. Penurunan tingkat risiko dan membaiknya risk appetite investor global terindikasi pada tren penurunan credit default swap (CDS) dan volatilitas harga di pasar keuangan global. Perkembangan serupa juga terjadi di pasar obligasi yang tercermin dari pergerakan imbal hasil baik obligasi negara-negara emerging market maupun obligasi negara-negara maju, termasuk negara- negara yang terkena krisis utang. Selain itu, tingkat likuiditas pasar keuangan global juga membaik yang diindikasikan oleh penurunan selisih suku bunga LIBOR terhadap overnight index swap (OIS), meski demikian, selisih suku bunga tertinggi dan terendah dari 16 bank Eropa, sebagai gambaran counterparty risk’, mengalami peningkatan. Solidnya pasar keuangan global dan meningkatnya toleransi terhadap tingkat risiko mendorong investor membeli aset-aset keuangan negara-negara emerging market. Bursa saham di negara-negara emerging market Asia mencatat net foreign buy pada triwulan I 2012. Sejalan dengan derasnya aliran modal masuk tersebut, nilai tukar negara-negara 53 emerging market Asia secara umum cenderung menguat terhadap dolar AS 35 . Pasar keuangan global tahun 2013 masih diliputi ketidakpastian seiring pengaruh beralihnya arus modal dunia dari negara-negara EM ke negara-negara maju. Ketidakpastian terutama dirasakan sampai dengan triwulan III 2013 yang dipicu oleh belum jelasnya prospek ekonomi Kawasan Eropa dan rencana tapering off the Fed. Pada periode ini, kinerja pasar keuangan, terutama di negara-negara EM, berada dalam tren menurun dipengaruhi aliran keluar modal asing di negara-negara EM. Pada triwulan IV 2013, perbaikan kinerja pasar keuangan mulai terlihat terutama ditopang oleh kenaikan harga aset di bursa saham negara-negara maju. Sebaliknya, indeks komposit bursa saham negara-negara EM di Asia masih menurun akibat sentimen negatif tapering off yang mendorong terjadinya aliran keluar modal dari negara-negara EM. Sementara itu, imbal hasil obligasi sebagian besar negara mengalami kenaikan, termasuk United States Treasury (UST) bill (10 tahun/ 10Y) seiring dengan perilaku menghindari risiko (risk off) para investor global yang lebih memilih memegang uang tunai menyusul ketidakpastian rencana pengurangan stimulus moneter tersebut. Ketidakpastian di pasar keuangan global tercermin pada kinerja pasar modal. Pada semester I 2013, kinerja pasar modal global menurun akibat sentimen negatif terhadap beberapa hal seperti downgrade credit 35 Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2012 oleh Bank Indonesia 54 rating negara Inggris, krisis di Siprus, kekhawatiran pemilu Italia, belum terselesaikannya kompromi politik terkait debt ceiling dan automatic spending cut (sequester) di AS, serta spekulasi tapering off. Penurunan kinerja terlihat di Eropa sebagaimana tercermin dari menurunnya kinerja bursa saham, melebarnya yield spread government bond, dan meningkatnya Credit Default Swap (CDS) sovereign negara Eropa. Di Asia, penurunan kinerja ditandai dengan koreksi di bursa saham sebagaimana menurunnya Morgan Stanley Composite Index (MCSI) negara-negara EM Asia, meningkatnya CDS sovereign dan Emerging Markets Bond Index Global (EMBIG), serta melemahnya indeks mata uang regional Asia (Asia Dollar Index) terhadap dolar AS. Kinerja pasar modal sempat membaik pada semester II 2013, meskipun secara umum masih turun. Perbaikan tersebut terjadi pada awal semester II 2013 yang merupakan sentimen positif terhadap kebijakan terkait stimulus moneter (quantitative easing/ QE) dari BOJ, tercapainya resolusi krisis di Siprus, pernyataan Bernanke terkait penundaan tapering off dan komitmen ECB untuk menjaga level suku bunga tetap rendah. Namun demikian, bursa saham global kembali terkoreksi secara tajam dipicu rilis data ekonomi dunia yang di bawah perkiraan dan belum adanya kejelasan bentuk reformasi struktural yang diusung dalam program kerja Abenomics. Perbaikan kondisi pasar tenaga kerja dan ekspektasi berlanjutnya pemulihan ekonomi AS tidak mendapat respons positif dari pelaku pasar, 55 tertutup oleh rencana tapering off the Fed yang dikhawatirkan akan mengurangi ekses likuiditas global. Risiko di pasar keuangan global yang meningkat tercermin dari meningkatnya volatilitas disertai dengan koreksi tajam bursa saham Nikkei, bursa saham negara-negara EM Asia, bursa saham Eropa, dan bursa saham Amerika. Koreksi tajam di bursa saham dipercepat oleh spekulasi tapering off yang akan dilakukan lebih awal sehingga mendorong aksi jual investor global di pasar keuangan negaranegara EM. Aksi ini pada gilirannya memberi tekanan depresiasi terhadap mata uang negara-negara EM Asia (Asia Dollar Index), termasuk Indonesia. Pada akhir tahun 2013, tekanan di pasar keuangan Asia mereda. Hal ini seiring dengan perkembangan positif pada sektor manufaktur China yang menjadi landasan bagi perkembangan bursa saham global. Selain itu, bursa saham Asia kembali mencatat net inflow dari nonresiden dan yield spread obligasi negara EM dengan US Treasury telah kembali menyempit sejalan dengan berakhirnya partial shutdown oleh pemerintah AS. Perkembangan tersebut telah memberikan daya dorong bagi penguatan mata uang negara-negara Asia terhadap dolar AS meski dengan volatilitas yang meningkat pada akhir 2013.36 2. Perekonomian Indonesia a. Produk Domestik Bruto 36 Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2013 diunduh pada 3 Oktober 2014 di www.bi.go.id 56 Perekonomian Indonesia memiliki pertumbuhan setiap tahun yang masing-masing sebesar 6,22% (2010), 6,49% (2011), 6,23% (2012)37. Setiap tahunnya, struktur PDB mengalami perubahan yang mana hal ini menandakan bahwa setiap lapangan usaha tidak selalu memiliki angka kontribusi yang konstan atas PDB, dimana hal ini didasarkan kepada kondisi perekonomian yang turut mempengaruhi kemampuan setiap lapangan usaha dalam menghasilkan pendapatan. . Berikut ini tabel pertumbuhan PDB dan tabel struktur PDB menurut lapangan usaha (20092013) : Tabel 4.1 PDB menurut Lapangan Usaha No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. No Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDB Lapangan Usaha 2009 3,96 Laju Pertumbuhan 2010 2011 2012 3,01 3,37 3,97 4,47 2,21 14,2 9 7,07 1,28 3,86 4,74 5,33 1,39 6,14 4,82 1,49 5,73 6,40 6,95 8,69 6,65 9,17 7,50 8,11 15,8 5 5,21 13,4 1 5,67 10,70 9,98 6,84 7,15 6,42 4,63 6,04 6,22 6,75 6,49 5,24 6,23 Persentase Kontribusi 2010 2011 2012 Smt 12013 15,29 15,29 14,7 14,44 15,01 2009 1. 37 Pertanian, Laporan Data Strategis BPS Tahun 2013 diunduh pada 3 Oktober 2014 di www.bps.go.id 57 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. S 9. Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDB 0 10,56 11,16 11,8 5 26,36 24,80 24,3 3 0,83 0,76 0,77 11,78 10,90 23,94 23,71 0,79 0,83 9,90 10,25 10,1 6 13,28 13,69 13,8 0 6,31 6,56 6,62 10,45 10,25 13,90 14,26 6,66 6,84 7,23 7,26 7,56 10,78 10,64 100 100 7,24 7,21 10,24 10,24 10,5 6 100 100 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sektor industri pengolahan (manufacturing industry) selalu memiliki kontribusi terbesar atas PDB setiap tahunnya dengan angka di atas 20%, yakni 24,80% (2010), 24,33% (2011), 23,94% (2012). Ini menandakan bahwa sektor industry pengolahan merupakan sektor dengan kemampuan menghasilkan pendapatan yang paling besar di antara sektor-sektor yang lain, dan ini juga memberikan sinyal bahwa sektor industri pengolahan di Indonesia adalah sektor yang layak menjadi tujuan investasi. Hal tersebut dapat kita lihat dari angka pertumbuhan PDB setiap tahunnya yang mengalami pertumbuhan rata-rata di atas 6% , yang mana secara tidak langsung menandakan naiknya pendapatan konsumen dan ini juga bisa meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk olahan perusahaan, 58 yang berada di sektor industry pengolahan salah satunya perusahaan pengolahan barang konsumsi (consumer goods). b. Tingkat Inflasi Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang/jasa yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/ jasa yang harganya justru turun. Rata-rata tertimbang dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang waktu tertentu disebut inflasi apabila naik, dan deflasi apabila turun. Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi IHK pada tahun 2011 berhasil ditekan pada level yang sangat rendah yaitu 3,79%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari koordinasi berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Dari sisi Bank Indonesia, kebijakan diarahkan untuk menjangkar ekspektasi inflasi, mengelola permintaan domestik dan mengurangi dampak kenaikan inflasi global akibat kenaikan harga komoditas pangan internasional. Hal ini tercermin dari inflasi inti yang tetap terjaga pada level yang rendah di tengah akselerasi kegiatan ekonomi domestik. Dari sisi Pemerintah, kebijakan diarahkan untuk mendukung 59 ketahanan pangan dan terjaganya harga energi seperti BBM, listrik dan gas. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan dalam menurunkan inflasi volatile food yang sangat signifikan dan inflasi administered prices yang terjaga pada level yang cukup rendah. Rendahnya inflasi volatile food juga dibantu oleh mulai menurunnya harga komoditas pangan global sejak triwulan II-2011. Di tingkat daerah peningkatan koordinasi melalui forum TPID juga cukup efektif dalam membantu penurunan tekanan inflasi sebagaimana tercermin dari penurunan inflasi di hampir semua daerah di Indonesia.38 Pada tahun 2012, inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan berada dalam kisaran sasaran. Terkendalinya inflasi didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang tepat dan koordinasi kebijakan dengan pemerintah yang semakin solid dalam mendorong kestabilan harga. Pada tahun 2012, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 4,3% (yoy) atau berada di dalam kisaran sasarannya sebesar 4,5%±1%. Capaian inflasi nasional yang lebih rendah dari historisnya didukung oleh inflasi di berbagai daerah. Tekanan inflasi 2013 meningkat cukup tinggi dipicu kenaikan harga pangan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi serta beberapa permasalahan struktural yang masih mengemuka. inflasi 38 Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011, halaman 37 60 keseluruhan tahun 2013 tidak melebihi angka dua digit seperti yang terjadi pada periode-periode saat terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi di 2005 dan 2008. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2013 tercatat mencapai 8,4%, lebih tinggi dari inflasi tahun 2012 yang sebesar 4,3%, dan berada di atas kisaran sasaran yang ditetapkan sebesar 4,5%±1%. Tabel 4.2 Angka Inflasi Indonesia Tahun 2011 2012 2013 Inflasi 3,79 % 4,3 % 8,4% Sumber : Badan Pusat Statistik Tekanan inflasi yang selalu meningkat , bahkan pada 2013 mencapai level tertingginya dalam 3 tahun terakhir (2011-2013) merupakan hal yang harus dicermati serta diantisipasi oleh para investor di pasar modal. Investor harus memperhatikan perusahaan yang mereka pilih, karena pada dasarnya inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan , dimana jika biaya perusahaan melebihi pendapatan perusahaan maka akan terjadi penurunan pada sisi profitabilitas perusahaan.39 c. Tingkat Suku Bunga Tabel 4.3 BI Rate 39 Annisa Fathih Kurnia,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 83 61 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2011 6.50% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.50% 6.00% 6.00% Tahun 2012 6.00% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 2013 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 6.00% 6.50% 6.50% 7.25% 7.25% 7.50% 7.50% Sumber : Bank Indonesia Selama periode 2011-2013, suku bunga terendah yakni 5,75% terjadi pada waktu yang cukup lama yaitu Februari 2012 - Mei 2013, yang kemudian suku bunga terus naik hingga mencapai level tertingginya yaitu 7,50% pada November-Desember 2013. Seiring meningkatnya suku bunga acuan BI maka dapat dikatakan harga saham akan turun, ini dikarenakan antara tingkat suku bunga dan harga saham memiliki hubungan negatif. 40 Karena suku bunga yang tinggi akan mengakibatkan masyarakat cenderung untuk menyimpan uang di bank dibanding melakukan konsumsi dan investasi. d. Nilai Tukar Rupiah Ekonomi global 2013 juga diwarnai ketidakpastian di pasar keuangan global terkait isu pengurangan stimulus moneter (tapering off) di 40 Annisa Fathih Kurnia,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 86 62 Amerika Serikat. Gejolak di pasar keuangan yang terjadi memicu aliran modal asing keluar dari negara emerging market menuju negara maju, terutama AS, sejalan dengan munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Indonesia, yang menjadi salah satu tempat penanaman modal portfolio asing, juga tidak terlepas dari dampak rencana tapering off ini, dimana terjadi aliran modal asing yang keluar cukup signifikan dari pasar keuangan domestik. Selain itu, keluarnya aliran modal asing dari Indonesia juga dipicu oleh persepsi negatif investor asing terhadap tekanan inflasi yang sempat tinggi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dan defisit transaksi berjalan yang melebar. Keseluruhan hal ini berakibat pada menurunnya surplus transaksi modal dan finansial. Melebarnya defisit transaksi berjalan dan menurunnya surplus transaksi modal dan finansial menyebabkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit setelah sebelumnya mengalami surplus. Defisit transaksi berjalan yang semakin melebar tidak terhindarkan mendorong nilai tukar rupiah bergerak dalam tren melemah. Eskalasi pelemahan rupiah semakin kuat terjadi sejak pertengahan Mei 2013 sampai menjelang akhir September 2013, saat terjadi aliran keluar modal asing di pasar keuangan yang meningkat akibat rencana pengurangan stimulus moneter di AS dan persepsi negatif investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Sebagai akibatnya rupiah pada tahun 2013 terdepresiasi cukup tajam dibandingkan tahun 2012, baik secara point to point ataupun secara rata-rata. 63 Tabel 4.4 Kurs Rupiah BI Periode 2011-2013 No Bulan 2011 Jual 1. Januari 9.102 2. Februari 8.867 3. Maret 8.753 4. April 8.617 5. Mei 8.580 6. Juni 8.640 7. Juli 8.551 8. Agustus 8.621 9. September 8.867 10. Oktober 8.879 11. November 9.216 12. Desember 9.113 Beli 9.012 8.779 8.665 8.531 8.494 8.554 8.465 8.535 8.779 8.791 9.124 9.023 2012 Jual 9.045 9.130 9.226 9.236 9.613 9.527 9.532 9.608 9.636 9.663 9.653 9.718 Beli 8.955 9.040 9.134 9.144 9.517 9.433 9.438 9.512 9.540 9.567 9.557 9.622 2013 Jual 9.746 9.715 9.768 9.771 9.851 9.979 10.329 10.979 11.671 11.290 12.037 12.250 Beli 9.650 9.619 9.670 9.673 9.753 9.879 10.227 10.869 11.555 11.178 11.917 12.128 Sumber : Bank Indonesia Rupiah pada 2013 berada dalam tren melemah akibat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang menurun. Tekanan pelemahan rupiah terutama meningkat sejak Mei 2013 dipicu dari sisi eksternal oleh rencana pengurangan stimulus moneter di AS dan dari sisi domestik oleh ekspektasi inflasi yang meningkat, serta persepsi negatif investor terhadap defisit transaksi berjalan. Tekanan pelemahan rupiah mulai mereda pada triwulan IV 2013 ditopang respons bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk kebijakan nilai tukar, yang diarahkan untuk menurunkan tekanan inflasi dan defisit transaksi berjalan. Respons kebijakan pemerintah untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan juga berkontribusi pada meredanya tekanan terhadap rupiah. Pada 2013, tren pelemahan nilai tukar rupiah mulai terjadi sejak awal tahun, meskipun masih terbatas. Pada triwulan I 2013, rupiah ditutup pada level Rp9.718 per dolar AS, melemah 0,82% dibandingkan dengan 64 level penutupan akhir triwulan IV 2012. Secara rata-rata, rupiah pada triwulan I 2013 juga melemah 0,70% menjadi Rp9.680 per dolar AS dibandingkan Rp9.613 per dolar AS pada triwulan IV 2012. Pelemahan rupiah masih terbatas di triwulan I 2013 karena tekanan negatif pada sektor eksternal masih belum terlalu kuat. Defisit transaksi berjalan yang mencapai 2,7% dari PDB pada triwulan I 2013 dapat diimbangi oleh aliran masuk dana nonresiden ke pasar keuangan yang masih cukup besar. Aliran masuk modal asing tersebut didorong oleh menariknya imbal hasil investasi di aset rupiah dibandingkan dengan negara-negara kawasan. Meskipun demikian, dalam triwulan tersebut sempat terjadi beberapa gangguan terhadap arus modal asing akibat terjadi peningkatan ketidakpastian global dan ekspektasi inflasi domestik. Beberapa ketidakpastian global tersebut antara lain berkaitan dengan kemungkinan pengetatan fiskal dan masalah penentuan debt ceiling AS, serta ketidakpastian prospek pemulihan ekonomi Eropa. Dari penjabaran kondisi perekonomian makro di Indonesia dan implikasinya terhadap kondisi perusahaan, dapat disimpulkan sebagai berikut. 65 Tabel 4.5 Hasil Analisis Makro Ekonomi Tahun 2011-2013 Implikasi No 1. 2. 3. 4. Variabel Makro Ekonomi Produk Domestik Bruto Tingkat Inflasi Tingkat Suku Bunga Nilai Tukar Rupiah Hasil Kondisi Makro Ekonomi Meningkat Sinyal positif untuk investasi Meningkat Sinyal negatif untuk investasi Meningkat Sinyal negatif untuk investasi Melemah Sinyal negatif untuk investasi Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas perusahaan tetap meningkat, meskipun di tengah keadaan perekonomian yang kurang mendukung (lebih banyak sinyal negatif untuk investasi) Harga Saham Pada periode ini, harga ketiga saham tetap mengalami peningkata n yang signifikan dengan rentang persentase 23% 238%. D. Analisis Industri Barang Konsumsi Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama adalah mengidentifikasi siklus hidup industri. Kemudian langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri. C.1 Siklus Hidup Industri Porter dalam bukunya mengemukakan bahwa siklus hidup industri memiliki beberapa tahap atau fase, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. 66 Sektor industri barang konsumsi (consumer goods) secara umum telah berada pada tahap kedewasaan, dimana produk dari perusahaan sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bahkan melekat dalam kehidupan masyarakat. Pertumbuhan sektor industri barang konsumsi, khususnya sub sektor makanan dan minuman pun tetap terus terjadi meskipun pada tahap ini pertumbuhan berangsur-angsur menuju ke tingkat pertumbuhan normal. Pada sub sektor ini, masing-masing perusahaan sudah memiliki produk unggulan yang mampu menjadi pemimpin di tiap segmentasi pasarnya. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan Indomie dan Pop Mie yang dipandang sebagai market leader mie instan. PT Mayora Indah Tbk dengan Kopi Torabika, Beng Beng, dan Roma Biskuit Kelapa. Sedangkan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk juga dengan produk unggulan minuman kemasan tetrapack yakni susu UHT Ultra Milk dan Teh Kotak. C.2 Analisis Porter’s Five Forces Langkah selanjutnya ialah melakukan analisis terhadap kekuatan- kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman melalui Porter’s Five Forces, sebagaimana akan dijelaskan berikut ini : a. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry) Hambatan besar bagi pemain baru yang akan memasuki industry ini yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan karena pemain baru mau tidak mau harus melakukan capital intensive jika ingin memasuki industry yang sudah diisi oleh peruahaan-perusahaan 67 yang sudah memiliki produk yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, waktu juga menjadi hambatan dikarenakan butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa masuk dan menjadi pemain besar di dalam industry makanan dan minuman di Indonesia. b. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute) Beberapa produk subtitusi bagi masing-masing produk dari ketiga perusahaan ini : 1. Pasta dengan jenis spaghetti dan macaroni sebagai produk substitusi Indomie (produk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk). 2. PT Mayora Indah Tbk yang focus pada biscuit dan coklat memiliki produk substitusi yakni wafer dengan beragam varian rasa produksi perusahaan pesaing. 3. Produk minuman sereal, minuman energi pengganti ion sebagai produk substitusi atas susu UHT Ultrajaya dan Teh Kotak. c. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers) Konsumen memiliki kekuatan tawar yang kuat dikarenakan konsumen atau pembeli memiliki keleluasaan yang besar dalam mengganti pilihan produknya . Konsumen bisa dengan mudah beralih, hal ini tidak membutuhkan biaya pengalihan (switching 68 cost) yang besar karena tidak jauhnya perbedaan harga antar produk-produk ketiga perusahaan ini dengan harga produk pesaing. d. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers) Hanya ada satu pemasok untuk PT Mayora Indah Tbk yakni PT Inbisco Niaga yang dianggap memiliki kualitas bahan baku yang sangat baik, sehingga pemasok mempunyai kekuatan tawar menawar yang kuat. Kemudian PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki beberapa pemasok utama, salah satunya yaitu Bogasari Flour Mills. Sehingga kekuatan tawar pemasok rendah, hal ini juga dikarenakan Bogasari Flour Mills masih merupakan anggota grup Indofood . Selanjutnya kekuatan tawar pemasok bagi PT Ultrajaya Milk Industry bisa dikategorikan rendah, karena bahan baku untuk produk susu yang dihasilkan berasal dari peternakan milik sendiri yakni Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) yang mampu menjamin ketersediaan susu berkualitas internasional, dan untuk bahan baku produk lain seperti teh kotak juga berasal dari lahan perkebunan milik sendiri. e. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor) 69 Masing-masing perusahaan memiliki pesaing di setiap segmennya seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan PT Sayap Mas Utama sebagai pesaing yang memproduksi Mie Sedap, dimana Mie Sedap mampu menggerogoti market share Indomie yang selama ini dikenal sebagai pemimpin dalam produk mie instan di Indonesia. Kemudian Frisian Flag sebagai pesaing Ultrajaya dalam produk susu, dan Danone Indonesia sebagai pesaing Mayora dalam produk biskuit. Tetapi dalam persaingan ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk dan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk berhasil mengungguli pesaing yang ada , ini dikarenakan ketiga perusahaan ini memiliki kekuatan utama yakni jaringan distribusi luas yang mampu menjangkau seluruh wilayah di Indonesia bahkan hingga menembus pasar ekspor, keunggulan ini juga didukung oleh pengembangan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan di segala bidang terutama dalam bidang teknologi yang sangat mendukung peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. 70 Tabel 4.6 Porter’s Five Forces Analysis Kekuatan Tingkatan Hambatan Bagi Pemain Baru Tinggi Ancaman Produk Substitusi Medium Kekuatan Tawar Konsumen Tinggi Kekuatan Tawar Pemasok Tinggi Tingkat Persaingan di Antara Pemain Tinggi E. Analisis Perusahaan 1. Rasio Aktifitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2011 sebesar 11,8x, tahun 2012 sebesar 11,95x, tahun 2013 sebesar 8,74x. Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn Over) berturut-turut tahun 2011, 2012, 2013 sebesar 7,47x, 5,61x , 5,18x tahun 2013. Rasio perputaran total aset (Total Asset Turn Over) tahun 2011 sebesar 1,27x, tahun 2012 sebesar 1,21x, dan pada tahun 2013 sebesar 1,179x. 71 Tabel 4.7 Data Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Inventory Turnover 11,8 11,95 8,74 2. Fixed Asset Turnover 7,47 5,61 5,18 3. Total Asset Turnover 1,27 1,21 1,179 Grafik 4.3 Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 12 10 8 ITO 6 FATO 4 TATO 2 0 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (data diolah) Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over) PT Mayora Indah Tbk 7,07x tahun 2011, 7,01x tahun 2012, 8,25x tahun 2013. Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn Over) tahun 2011 4,63x, tahun 2012 3,67x, tahun 2013 3,85x. Rasio perputaran total aset (Total Asset Turn Over) tahun 2011, 2012, 2013 sebesar 1,43x, 1,26x, 1,23x. 72 Tabel 4.8 Data Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Inventory Turnover 7,07 7,01 8,25 2. Fixed Asset Turnover 4,63 3,67 3,85 3. Total Asset Turnover 1,43 1,26 1,23 Grafik 4.4 Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk 10 8 ITO 6 FATO 4 TATO 2 0 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah) Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over) PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 5,7x pada tahun 2011, 8,4x pada tahun 2012, 6,46x pada tahun 2013. Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn Over) 1,96x pada tahun 2011, 2,86x pada tahun 2012, 3,58x pada tahun 2013. Rasio perputaran total aset (Total Asset Turn Over) tahun 2011 sebesar 0,96x , tahun 2012 sebesar 1,16x tahun 2012, dan tahun 2013 sebesar 1,23x. 73 Tabel 4.9 Data Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Inventory Turnover 5,7 8,4 6,46 2. Fixed Asset Turnover 1,96 2,86 3,58 3. Total Asset Turnover 0,96 1,16 1,23 Grafik 4.5 Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 ITO FATO TATO 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah) 2. Rasio Likuiditas Rasio aset lancar terhadap utang lancar PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berada pada level di atas 200% yakni 278% (2,78x) pada tahun 2011, 271,9% (2,71x) pada tahun 2012, dan 241% (2,41x) pada tahun 2013. Ini menandakan bahwa semua utang lancar perusahaan mampu ditutupi oleh jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan. PT Mayora Indah Tbk juga mampu mempertahankan rasio lancarnya di 74 kategori aman dengan angka di atas 200% , yakni 221,% (2,21x) tahun 2011, 276,1% (2,76x) tahun 2012, dan 240,2% (2,40x) pada tahun 2013. Sementara, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk berhasil menjaga tingkat rasio lancarnya di atas 100%, dimana pada tahun 2011 sebesar 147,6% (1,47x), kemudian pada tahun 2012 sebesar 201,8% (2,01x) dan 247% (2,47x) pada tahun 2013. Angka ini juga dikategorikan aman pada rasio lancar perusahaan, meskipun perusahaan tetap harus berupaya meningkatkan lagi ke tingkat 200% (2x) agar kemampuan perusahaan dalam melunasi utang lancar lebih terjaga. Tabel 4.10 Data Rasio Likuiditas No. 1. Perusahaan 2011 PT Indofood CBP Sukses 278% 2012 2013 271,9% 241% 276,1% 240,2% 201,8% 247% Makmur Tbk 2. PT Mayora Indah Tbk 221,% 3. PT Ultra Jaya Milk Industri 147,6% Tbk Grafik 4.6 Rasio Likuiditas Tahun 2011-2013 75 300% 250% 200% ICBP 150% MYOR 100% ULTJ 50% 0% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk, Pt Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah) 3. Rasio Solvabilitas Rasio total utang terhadap total aset (DAR) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk masih berada di level aman, karena berada di bawah 0,5 (50%) yakni 0,30 (30%) tahun 2011, 0,32 (32%) tahun 2012, dan 0,37 (37%) tahun 2013. Ini berarti total aset mampu menutupi semua utang perusahaan, bahkan PT Indofood CPB Sukses Makmur Tbk masih memiliki sisa aset yang cukup banyak apabila seluruh utangnya dibayarkan. Demikian juga dengan rasio total utang terhadap total ekuitas perusahaan (DER) yang pada tahun 2011 dan 2012 berada di level aman di bawah 0,5 (50%) yakni sebesar 0,43(43%) dan 0,48 (48%), sementara pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,60 (60%) ini berarti perusahaan dibiayai oleh utang sebesar 60% yang mana angka ini sudah dikategorikan sebagai level yang 76 rentan akan risiko , maka perusahaan harus berupaya menurunkan total utangnya menjadi di bawah 0,5 (50%). Tabel 4.11 Data Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Debt to Asset 0,30 0,32 0,37 2. Debt to Equity 0,43 0,48 0,60 Grafik 4.7 Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0.70 0.60 0.50 0.40 DAR 0.30 DER 0.20 0.10 0.00 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (data diolah) Selanjutnya, total utang terhadap total aset (DAR) PT Mayora Indah Tbk 2011, 2012, 2013 berturut-turut sebesar 0,63 (63%) , 0,63 (63%) dan 0,60 (60%). Meskipun total aset masih mampu menutupi seluruh utang perusahaan dan masih memiliki sisa aset setelah utang 77 dibayarkan, tetapi angka ini sudah melebihi 0,5 (50%) yang pada umumnya dikategorikan sebagai level aman. Sedangkan rasio total utang terhadap total modal (DER) perusahaan berada pada level risiko gagal bayar yang sangat tinggi yakni 1,72 (172%) tahun 2011, 1,71 (171%) tahun 2012, serta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2013 yakni 1,49 (149%). Ini menandakan bahwa perusahaan secara keseluruhan dibiayai oleh hutang dan modal perusahaan tidak mampu menutupi seluruh utang, karena total utang yang lebih besar dari modal perusahaan. Tabel 4.12 Data Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Debt to Asset 0,63 0,63 0,60 2. Debt to Equity 1,72 1,71 1,49 Grafik 4.8 Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 DAR DER 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah) 78 Sementara PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk selama tahun 2011 hingga tahun 2013 tetap menjaga rasio total utang terhadap total aset (DAR) pada level aman di bawah 0,5 (50%) yakni 0,38 (38%) , 0,31 (31%), dan 0,28 (28%). Kemudian rasio total utang terhadap modal juga masih dikategorikan aman, meskipun pada tahun 2011 berada pada angka 0,61 (61%) yang mana pada dua tahun berikutnya kembali turun pada angka 0,44 (44%) dan 0,40 (40%). Tabel 4.13 Data Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Debt to Asset 0,38 0,31 0,28 2. Debt to Equity 0,61 0,44 0,40 Grafik 4.9 Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk 0.70 0.60 0.50 0.40 DAR 0.30 DER 0.20 0.10 0.00 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah) 79 4. Rasio Profitabilitas Tahun 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mencatatkan tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba (ROA) sebesar 13,57%, kemudian pada tahun 2012 sebesar 12,80% dan pada tahun 2013 sebesar 10,50%. Kemudian tingkat pengembalian atas setiap saham yang ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 19,29% pada tahun 2011, sebesar 19,04% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 sebesar 16,84%. Sementara marjin laba bersih perusahaan terhadap penjualan (NPM) ialah sebesar 10,67%, 10,58%, serta 8,91% berturutturut untuk tahun 2011, 2012, 2013. Tabel 4.14 Data Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Return on Asset 13,57% 12,80% 10,50% 2. Return on Equity 19,29% 19,04% 16,84% 3. Net Profit Margin 10,67% 10,58% 8,91% Grafik 4.10 Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 80 20.00% 15.00% ROA 10.00% ROE 5.00% NPM 0.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (data diolah) Pada tahun 2011 tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba (ROA) PT Mayora Indah Tbk sebesar 7,33%, kemudian pada tahun 2012 sebesar 8,97% dan pada tahun 2013 sebesar 10,40%. Kemudian tingkat pengembalian atas setiap saham yang ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 19,94% pada tahun 2011, sebesar 24,27% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 sebesar 26,02%. Sementara marjin laba bersih perusahaan terhadap penjualan (NPM) ialah sebesar 5,11%, 7,08%, serta 8,42% berturut-turut untuk tahun 2011, 2012, 2013. Tabel 4.15 Data Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Return on Asset 7,33% 8,97% 10,40% 2. Return on Equity 19,94% 24,27% 26,02% 3. Net Profit Margin 5,11% 7,08% 8,42% 81 Grafik 4.11 Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% ROA 10.00% ROE NPM 5.00% 0.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah) Tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba (ROA) PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk pada tahun 2011 sebesar 5,89%, pada tahun 2012 sebesar 14,60% dan pada tahun 2013 sebesar 11,56%. Kemudian tingkat pengembalian atas setiap saham yang ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 9,50% pada tahun 2011, sebesar 21,08% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 sebesar 16,13%. Marjin laba bersih perusahaan terhadap penjualan (NPM) sebesar 6,11%, 12,58%, serta 9,40% berturut-turut untuk tahun 2011, 2012, 2013. Tabel 4.16 Data Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk No. Jenis Rasio 2011 2012 2013 1. Return on Asset 5,89% 14,60% 11,56% 2. Return on Equity 9,50% 21,08% 16,13% 82 3. Net Profit Margin 6,11% 12,58% 9,40% Grafik 4.12 Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk 25.00% 20.00% 15.00% ROA 10.00% ROE NPM 5.00% 0.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah) Selanjutnya adalah rasio jumlah laba yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang diterbitkan. Secara berturut-turut pada tahun 2011, 2012, 2013 Earning Per Share (EPS) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar Rp 339 , Rp 374, dan Rp 382 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6%. Kemudian PT Mayora Indah Tbk dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 34% mencatatkan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp 614 pada tahun 2011 , Rp 816 pada tahun 2012 , dan Rp 1.115 pada tahun 2013. Kenaikan Earning Per Share (EPS) kedua perusahaan tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun. Sementara Earning Per Share (EPS) PT Ultrajaya Milk Industri Tbk tahun 2011 tercatat 83 sebesar Rp 44, tahun 2012 sebesar Rp 122, serta mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013 menjadi Rp 113 dimana ini disebabkan oleh menurunnya jumlah laba bersih PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk pada tahun 2013. Tabel 4.17 Data Earning Per Share (EPS) No. 1. Perusahaan 2011 PT Indofood CBP Sukses 339 2012 2013 374 382 816 1.115 122 113 Makmur Tbk 2. PT Mayora Indah Tbk 614 3. PT Ultra Jaya Milk Industri 44 Tbk Grafik 4.13 Earning Per Share (EPS) 1200 1000 800 ICBP 600 MYOR ULTJ 400 200 0 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk, Pt Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah) 84 F. Valuasi Saham Proses valuasi atau penilaian saham dilakukan melalui dua metode, yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). 1. Metode Price Earning Ratio (PER) Pertama ialah penilaian saham dengan metode PER. Berikut data untuk estimasi harga wajar saham menggunakan PER : Tabel 4.18 Data Estimasi Harga Wajar Saham Saham ICBP MYOR ULTJ Tahun 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 ROE (%) 19,29 19,04 16,85 19,94 24,27 26,02 9,5 21,08 16,13 - EPS (Rp) 339 374 382 614 816 1115 44 122 113 - Dividen (Rp) 169 186 190 130 230 230 10 10 12 - DPR (%) 49,85 49,73 49,73 21,17 28,18 20,62 22,72 8,19 10,61 - Harga (Rp) 5.200 7.800 10.200 11.000 14.250 20.000 26.000 25.900 1.080 1.330 4.500 3.750 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan 2011-2013(data diolah). Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan hasil berikut : Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham Saham ICBP Expected Earning Growth Rate (g) Estimated EPS2014 (Rp) 0,092 417,31 1.315,7 MYOR 0,18 Estimated Dividen Discoun t Rate (k) Estimated PER2014 204,48 0,11 27,2 302,61 0,19 22,9 2014 (Rp) Nilai Intrinsik (Rp) 11.350,83 2 30.247,94 85 ULTJ 0,139 128,71 16,73 0,1434 29,54 3 3.802,093 4 Langkah selanjutnya ialah membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasar sekarang. Berikut ini tabel perbandingannya : Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Intrinsik dengan Harga Pasar Saham ICBP MYOR ULTJ Nilai Intrinsik Rp 11.350,832 Rp 30.247,943 Rp 3.802,0934 Harga Pasar Sekarang Rp 11.000 Rp 25.900 Rp 3.750 Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat dinyatakan bahwa : 1) Saham ICBP memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, berarti saham PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk yang dinilai dengan metode PER berada dalam posisi Undervalued, yang mana saham ini layak dibeli atau ditahan oleh investor karena memiliki harga pasar yang murah. 2) Saham MYOR memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, ini berarti saham PT Mayora Indah, Tbk yang dinilai dengan metode PER berada dalam posisi Undervalued. Sehingga saham ini juga merupakan saham yang seharusnya dibeli atau ditahan oleh investor. 3) Saham ULTJ memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, berarti saham PT Ultra Jaya Milk Industry, Tbk yang dinilai dengan metode PER berada dalam posisi Undervalued. Lebih baik bagi investor untuk membeli 86 karena nilai intrinsik saham lebih besar , dan ini menjadikan saham ULTJ sebagai saham layak beli oleh para investor. 2. Metode Price to Book Value (PBV) Berikut dapat ditentukan posisi saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk serta PT Ultra Jaya Milk Industry dengan metode Price to Book Value (PBV) : Tabel 4.21 Perhitungan Price to Book Value Jumlah Saham Beredar (jutaan lembar) Nilai Buku (BV) Harga Sekarang (P) PBV Saham Tahun Total Ekuitas (jutaan Rp) ICBP 2013 13.265.731 5.831 2.275,03 11.000 4,83 MYOR 2013 3.893.900 894,34 4.353,89 25.900 5,94 ULTJ 2013 2.015.145 2.888 697,764 3.750 5,37 Tabel 4.22 Interpretasi Hasil Perhitungan Price to Book Value Saham ICBP MYOR ULTJ PBV 4,83 5,94 5,37 Posisi Overvalued / Mahal Overvalued / Mahal Overvalued / Mahal Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan PBV 4,83 kali , PT Mayora Indah Tbk dengan PBV 5,94 kali serta PT Ultra Jaya Milk Industry dengan PBV 5,37 kali berada dalam posisi overvalued, dengan melihat pada nilai PBV yang lebih besar dari 1. Ini 87 menandakan bahwa ketiga saham ini dinilai tinggi (mahal) oleh para investor, tetapi ketiga saham dengan PBV tinggi ini tetap merupakan saham layak beli apabila ketiga saham ini memiliki prospek yang bagus, karena banyak kita ketahui perusahaan yang memiliki prospek bagus dan mapan seperti saham-saham bluechips, nilai PBV-nya tinggi (di atas 3 kali). 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis ekonomi makro yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa Produk Domestik Bruto, tingkat inflasi, serta tingkat suku bunga mengalami peningkatan dalam 3 tahun dari 2011-2013, sedangkan nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun mengalami pelemahan. Kondisi ini menyebabkan dominannya sinyal negatif untuk berinvestasi, meskipun dalam kondisi yang kurang mendukung tetapi pada kenyataannya profitabilitas ketiga perusahaan tetap mengalami peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada harga saham, dimana harga saham ketiga perusahaan pada periode 2011-2013 tetap mengalami peningkatan yang signifikan dengan rentang persentase 23% hingga 238%. 2. Berdasarkan analisis industri, ketiga perusahaan yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk ,serta PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk telah berada pada tahap kedewasaan, dimana produk dari perusahaan sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bahkan melekat dalam kehidupan masyarakat. Kemudian hasil analisis berdasarkan Porter’s Five Forces , ketiga perusahaan memiliki 89 tingkatan yang tinggi dalam hal hambatan bagi pemain baru, kekuatan tawar konsumen, kekuatan tawar pemasok dan tingkat persaingan di antara pemain. Sedangkan dalam hal ancaman produk substitusi, ketiga perusahaan memiliki tingkatan yang masih dikategorikan medium. 3. Melalui analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan, yakni rasio aktifitas (Invetory Turn Over, Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn Over), rasio likuiditas (Current Ratio), rasio solvabilitas (Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio), rasio profitabilitas (Return on Asset, Return On Equity, Net Profit Margin, Earnings Per Share) , ketiga perusahaan dinilai masih berada di kategori yang aman. Meskipun dalam salah satu hasilnya yakni PT Mayora Indah Tbk pada rasio Debt to Equity menunjukkan tanda tingginya utang terhadap modal perusahaan, tetapi hal yang juga perlu dilihat ialah jumlah utang pada rasio Debt to Asset masih mampu ditutupi oleh aset PT Mayora Indah Tbk. Kemudian untuk ketiga perusahaan jika dilihat secara keseluruhan dalam hal rasio-rasio keuangan perusahaan memberikan tanda bahwa ketiga perusahaan ini adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja baik serta memiliki prospek yang bagus sebagai tujuan investasi para investor. 4. Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk ,dan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk yang dihitung menggunakan metode PER, dimana hasil didapatkan dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham menunjukkan saham berada pada 90 posisi undervalued. Maka, jika mengacu pada hasil penilaian dengan metode PER, sebaiknya investor membeli saham dari ketiga perusahaan ini yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk, dan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk. Selanjutnya dengan menggunakan metode PBV, didapatkan hasil saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan PBV 4,83 kali , PT Mayora Indah Tbk dengan PBV 5,94 kali serta PT Ultra Jaya Milk Industri dengan PBV 5,37 kali berada dalam posisi overvalued, dengan melihat pada nilai PBV yang lebih besar dari 1. Ini menandakan bahwa ketiga saham ini dinilai tinggi (mahal) oleh para investor, tetapi ketiga saham dengan PBV tinggi ini tetap merupakan saham layak beli apabila ketiga saham ini memiliki prospek yang bagus, dimana banyak perusahaan dengan prospek bagus memiliki PBV di atas 3 kali. B. Saran Beberapa saran untuk perusahaan dan peneliti selanjutnya terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Kepada ketiga perusahaan yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, dan PT Mayora Indah Tbk agar tetap konsisten menjaga kapabilitas produksi, profitabilitas serta selalu berusaha menjaga kepuasan konsumen melalui pengembangan dan inovasi produk-produk perusahaan. 2. Penulis juga menyarankan kepada ketiga perusahaan untuk terus menjaga kepercayaan para stock holders (pemegang saham) melalui 91 upaya-upaya yang berfokus kepada peningkatan penjualan dan peningkatan laba perusahaan sebagai landasan bagi para pemodal maupun para calon pemodal untuk berinvestasi pada ketiga perusahaan ini. 3. Selanjutnya penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian atas harga wajar saham untuk bisa menggunakan metode-metode valuasi saham lain seperti DCF (Discounted Cash Flow), FCFE (Free Cash Flow to Equity) atau berbagai metode valuasi saham yang lain, dan juga bagi peneliti selanjutnya untuk fokus kepada analisis kinerja keuangan perusahaan secara lebih mendalam dengan menggunakan berbagai rasio keuangan. DAFTAR PUSTAKA Bodie,Zvi, dkk.Essential of Investments. Singapura : The McGraw-Hill Companies, 2003. Francis, Jack Clark. Investment: Analysis and Management. Singapura : McGrawHill Inc, 1991. Online ,Danareksa. Jenis Investasi. Artikel diakses pada 20 Desember 2013 pukul 15.47 dari http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/ta bid/146/language/id-ID/Default.aspx 30-12-2013 Rahadjeng, Erna Retna. “Metode Penilaian Harga Wajar Saham Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Manan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta : Kencana, 2009. PT Bursa Efek Indonesia. Indeks Saham Syariah. Artikel diakses pada 8 Januari 2014 pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx Syaifulloh, M. Anwar. “Analisis Perbandingan Kinerja Saham Antara yang Konsisten dan yang Tidak Konsisten Terdaftar di Jakarta Islamic Index (2006-2007)“ . Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Ari Kunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Renika Cipta, 1993. Seng, Dyna. “Fundamental Analysis and the Prediction of Earnings.” International Journal of Business and Management. Vol. 7, NO. 3 (February 2012): h.32 Sabrini, Siti Bilqis. ”Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2008. Kurnia, Annisa Fathih,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Jamshidi, Nasser dkk. “Studying Affecting Factors on Analysts’ Decisions Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: A Fundamental Analysis Approach.” European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences. ISSN 1450-2275 Issue 44 (2012) : h.77 Friska, Andriani, dkk.”Pengambilan Keputusan Investasi Saham dengan Menggunakan Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Price Earning Ratio (Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)”. Jurnal Universitas Brawijaya : h. 2 Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi : Pendekatan Teknikal dan Fundamental Untuk Analisis Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Murhadi, Werner R. Analisis Saham Pendekatan Fundamental. Jakarta :PT Indeks, 2009. Sukirno, Sadono. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2004. Porter, Michael E. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1992. Permata, Irene Silvia, dkk. “ Penilaian Saham Dengan Menggunakan Metode Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV) (Studi Pada Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2012)”. Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. PT Bursa Efek Indonesia. Indeks Saham Syariah. Artikel diakses pada 8 Januari 2014 pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011”. Laporan diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012”. Laporan diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013”. Laporan diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id Badan Pusat Statistik. ”Laporan Data Strategis BPS Tahun 2013”. Laporan diunduh pada 3 Oktober 2014 di www.bps.go.id VALUASI SAHAM ICBP METODE PER Tahun ROE (%) EPS (Rp) 2011 19.29 2012 19.04 2013 16.85 2014 x x 339 374 382 Dividen (Rp) DPR (%) Price (Rp) 169 49.852507 5200 186 49.73262 7800 190 49.73822 10200 x x 11000 A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b 1. menentukan Return On Equity (ROE) ROE rata-rata = = 18,39% = 0,1839 , , , 2.menentukan Retention Ratio (b) b 2014 = 1 – DPR 2013 b 2014 = 1 – 0,4973 b 2014 = 0,5027 Jadi, expected earning growth rate : g = ROE x b = 0,1839 x 0,5027 = 0,092 B. Menentukan estimated earning per share (EPS) EPS t+1 = EPS t (1+g) EPS 2014 = EPS 2013 (1+g) EPS 2014 = 382 (1+0,092) = 417,31 C.Menghitung estimated cash dividend per share DIV t+1 = (EPS t+1 ) x DPR rata-rata DIV 2014 = (EPS 2014 ) x DPR rata-rata = 417,31 x 0,49 = 204,48 D. Menentukan discount rate (k) k = k = +g , + 0,092 = 0,11 e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER) estimated PER = , = , , , = 27,2 f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014 = 417,31 x 27,2 = 11.350,832 Nilai Intrinsik 11.350,832 Harga Pasar Saham 11.000 VALUASI SAHAM ICBP METODE PBV Book Value = = . . . . . . . = 2275,035 Price Book Value = . . , = 4,83 X ( lebih besar dari 1x, overvalued ) Keterangan Undervalued VALUASI SAHAM ULTJ METODE PER Tahun ROE (%) EPS (Rp) 2011 9.5 2012 21.08 2013 16.13 2014 x x Dividen (Rp) 44 122 113 10 10 12 x DPR (%) Price (Rp) 22.72727273 1080 8.196721311 1330 10.61946903 4500 x 3750 A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b 1. menentukan Return On Equity (ROE) ROE rata-rata = = 15,57% = 0,1557 , , , 2.menentukan Retention Ratio (b) b 2014 = 1 – DPR 2013 b 2014 = 1 – 0,1061 b 2014 = 0,8939 Jadi, expected earning growth rate : g = ROE x b = 0,1557 x 0,8939 = 0,139 B. Menentukan estimated earning per share (EPS) EPS t+1 = EPS t (1+g) EPS 2014 = EPS 2013 (1+g) EPS 2014 = 113 (1+0,139) = 128,71 C.Menghitung estimated cash dividend per share DIV t+1 = (EPS t+1 ) x DPR rata-rata DIV 2014 = (EPS 2014 ) x DPR rata-rata = 128,71 x 0,13 = 16,73 D. Menentukan discount rate (k) k = k = +g , + 0,139 = 0,1434 e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER) estimated PER = , = , , , = 29,54 f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014 = 128,71 x 29,54 = 3.802,0934 Nilai Intrinsik 3.802,0934 Harga Pasar Saham 3.750 VALUASI SAHAM ULTJ METODE PBV Book Value = = . . . . . . . = 697,764 Price Book Value = . , = 5,37 X ( lebih besar dari 1x, overvalued ) Keterangan Undervalued VALUASI SAHAM MYOR METODE PER Tahun ROE (%) EPS (Rp) Dividen (Rp) DPR (%) Price (Rp) 2011 19.94 614 130 21.172638 14250 2012 24.27 816 230 28.186275 20000 2013 26.02 1115 230 20.627803 26000 2014 x x x x 25900 A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b 1. menentukan Return On Equity (ROE) ROE rata-rata = = 23,41% = 0,2341 , , , 2.menentukan Retention Ratio (b) b 2014 = 1 – DPR 2013 b 2014 = 1 – 0,2062 b 2014 = 0,7938 Jadi, expected earning growth rate : g = ROE x b = 0,2341 x 0,7938 = 0,18 B. Menentukan estimated earning per share (EPS) EPS t+1 = EPS t (1+g) EPS 2014 = EPS 2013 (1+g) EPS 2014 = 1115 (1+0,18) = 1315,7 C.Menghitung estimated cash dividend per share DIV t+1 = (EPS t+1 ) x DPR rata-rata DIV 2014 = (EPS 2014 ) x DPR rata-rata = 1315,7 x 0,23 = 302,61 D. Menentukan discount rate (k) k = k = +g , + 0,18 = 0,19 e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER) estimated PER = , = , , , = 22,99 f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014 = 1315,7 x 22,99 = 30.247,943 Nilai Intrinsik 30.247,943 Harga Pasar Saham 25.900 VALUASI SAHAM MYOR METODE PBV Book Value = = . . . . . . = 4.353,898 Price Book Value = . . , = 5,94 X ( lebih besar dari 1x, overvalued ) Keterangan Undervalued