analisis fundamental saham perusahaan sektor

advertisement
ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR BARANG
KONSUMSI (CONSUMER GOODS) DI INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA (ISSI) PERIODE 2011 - 2013 DENGAN METODE TOP
DOWN ANALYSIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh:
Fajar Fuady
NIM: 1110046100035
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIYAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Fajar Fuady
No.Induk Mahasiswa
: 1110046100035
Jurusan
: Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya;
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melangggar pernyataataan diatas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi bedasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 26 November 2014
(Fajar Fuady)
iv
ABSTRAK
Fajar Fuady. NIM 1110046100035. Analisis Fundamental Saham Perusahaan
Sektor Barang Konsumsi (Consumer Goods) Di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2011-2013. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai saham dan posisi
nilai saham (overvalued, fairvalued, atau undervalued) menggunakan metode
penilaian Price Earning Ratio (PER), dan metode penilaian Price Book Value (PBV),
serta memberikan gambaran kepada investor untuk menentukan keputusan investasi
berdasarkan analisis fundamental.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Indofood CBP Sukses
Makmur, Tbk , PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk
memiliki prospek yang bagus sebagai tujuan investasi. Kemudian berdasarkan hasil
valuasi saham , nilai saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk , PT. Mayora
Indah, Tbk dan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk menggunakan metode PER berada
pada posisi undervalued. Maka keputusan yang seharusnya diambil ialah membeli
atau menahan saham ketiga perusahaan tersebut. Selanjutnya posisi saham PT.
Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk , PT. Mayora Indah, Tbk dan PT.Ultra Jaya Milk
Industri,Tbk yang dihitung menggunakan metode PBV menunjukkan nilai saham
berada dalam posisi overvalued. Maka, keputusan yang seharusnya diambil adalah
menjual atau tidak membeli dulu saham tersebut.
Kata Kunci : Analisis Fundamental, Consumer Goods, Price Earning Ratio, Price
Book Value
Pembimbing : Sofyan Rizal, SE. M.Si.,
Daftar Pustaka : Tahun 1991 - 2014
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bissmillahirohmanirrohim
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Analisis Fundamental Saham Perusahaan Sektor Barang Konsumsi (Consumer
Goods) Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2013.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis
tidak terlepas dari segala bantuan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. JM Muslimin, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum;
2.
Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. M.H., selaku Ketua Prodi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum;
3. Bapak Abdurrauf, M.A., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum;
4. Ibu Yuke Rahmawati, MA selaku dosen penasihat akademik;
vi
5. Bapak Sofyan Rizal, SE. M.Si , sebagai Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dari mulai awal penelitian
hingga terselesaikannya skripsi ini, terima kasih untuk seluruh nasehat yang
telah Bapak berikan.
6. Kedua orang tuaku, Murtadi Salbini dan Mimi Maryati, yang tidak pernah
lelah memberikan petuah hidup, serta keempat kakakku Ina Farrihah, Iwan
Kurniawan, Ahmad Fariz dan Farida yang selalu memberikan doa, semangat,
serta dukungan moril yang sangat berarti bagi penulis, kalian adalah motivasi
terbesar dalam hidup. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima
kasih;
7. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta segenap pegawainya yanng
telah memberikan penulis fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan;
8. Keluarga besar PS-E 2010 (Nurul, Rahmi, Dea, Ros, Eha, Anis, Diki, Fahry,
Rian, Syam, Ayu, Mahdiyah, Eko, Farid, Iqbal dan sahabat lain yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu). Terimakasih atas kebersamaan, canda
tawa, suka duka, dan kenangan-kenangan indah yang tidak akan pernah
penulis lupakan. Semoga Allah selalu menjaga persahabatan kita dan semoga
kesuksesan mengiringi kita.
9. Sahabat terbaik, Sari Febrianti, S.Pd yang selalu menghibur dalam kesedihan
dan selalu memberikan semangat dalam setiap laku , canda, dan tawa. Semoga
selalu dilindungi dan diliputi oleh berkah-Nya.
vii
10. Sahabat-sahabat UKM Bahasa-FLAT UIN Jakarta (Albert, Kamil, Fiky, Uum,
Dessy, Saeful, Eni, Yuni, Herry, Dina, Nurul, Epin, Basyir ) kalian sahabat
terbaik yang selalu setia mengiringi setiap suka duka. Terimakasih atas segala
bentuk perhatian dan kasih sayang, terimakasih telah menjadi warna dalam
pelangi kehidupan penulis.
11. Keluarga Paguyuban Kang Nong Kota Tangerang (Kang Martin, Kang Maul,
Kang Ali, Kang Denny, Kang Aga, Nong Dian, Nong Olga, Aldo, Raynald,
Shella, Mutiara, Fathia dan anggota yang lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu), kalian telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang
selalu memberikan dukungan dan semangat serta motivasi untuk menjadi
lebih baik. Semoga tali silaturahmi keluarga ini semakin erat. Amiin
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya, Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 28 November 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GRAFIK
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
7
C. Perumusan Masalah
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
E. Sistematika Penulisan
10
LANDASAN TEORI
A. Analisis Fundamental
13
1. Prosedur Analisis Fundamental
B. Analisis Ekonomi Makro
17
18
1. Produk Domestik Bruto
19
2. Inflasi
19
3. Tingkat Suku Bunga
20
ix
4. Nilai Tukar Rupiah
BAB III
BAB IV
21
C. Analisis Industri
22
D. Analisis Perusahaan
24
1. Rasio Aktifitas
24
2. Rasio Likuiditas
25
3. Rasio Solvabilitas
26
4. Rasio Profitabilitas
27
E. Valuasi Saham
28
F. Review Studi Terdahulu
32
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
34
B. Batasan Penelitian
34
C. Ruang Lingkup Penelitian
36
D. Variabel Penelitian
36
E. Sumber Data
39
F. Kerangka Penelitian
41
G. Analisis Data
42
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
45
1. PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
45
2. PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
45
3. PT Mayora Indah, Tbk
45
B. Gambaran Umum Proses Seleksi Saham Syariah
46
C. Analisis Ekonomi Makro
47
1. Perekonomian Dunia
48
2. Perekonomian Indonesia
55
x
a. Produk Domestik Bruto
55
b. Tingkat Inflasi
58
c. Tingkat Suku Bunga
60
d. Nilai Tukar Rupiah
61
D. Analisis Industri Barang Konsumsi
65
E. Analisis Perusahaan
70
1. Rasio Aktifitas
70
2. Rasio Likuiditas
74
3. Rasio Solvabilitas
75
4. Rasio Profitabilitas
79
F. Valuasi Saham
BAB V
84
1. Metode Price Earning Ratio
84
2. Metode Price to Book Value
86
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
88
90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
3.1
Pedoman Keputusan Investasi
43
4.1
PDB Menurut Lapangan Usaha
56
4.2
Angka Inflasi Indonesia
60
4.3
BI Rate
60
4.4
Kurs Rupiah BI Periode 2011-2013
63
4.5
Hasil Analisis Ekonomi Makro Tahun 2011-2013
65
4.6
Porter’s Five Forces Analysis
70
4.7
Data Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
71
4.8
Data Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk
72
4.9
Data Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
73
4.10
Data Rasio Likuiditas
74
4.11
Data Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
76
4.12
Data Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk
77
4.13
Data Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
78
4.14
Data Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
79
4.15
Data Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk
80
4.16
Data Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
81
4.17
Data Earning Per Share
83
4.18
Data Estimasi Harga Wajar Saham
84
4.19
Hasil Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham
84
xii
4.20
Perbandingan Nilai Intrinsik dengan Harga Pasar
85
4.21
Perhitungan Price to Book Value
86
4.22
Interpretasi Hasil Perhitungan Price to Book Value
86
xiii
DAFTAR GRAFIK
No.
Keterangan
Halaman
4.1
Perubahan Indeks Harga Saham 2011
50
4.2
Volatilitas Pasar Keuangan Global
50
4.3
Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
71
4.4
Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk
72
4.5
Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
73
4.6
Rasio Likuiditas Tahun 2011-2013
74
4.7
Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
76
4.8
Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk
77
4.9
Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
78
4.10
Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
79
4.11
Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk
81
4.12
Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
82
4.13
Earning Per Share
83
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Laporan Keuangan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
93
2.
Laporan Keuangan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
105
3.
Laporan Keuangan PT. Mayora Indah, Tbk
113
4.
Lembar Valuasi Saham ICBP
120
5.
Lembar Valuasi Saham ULTJ
122
6.
Lembar Valuasi Saham MYOR
124
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi, suatu istilah yang erat kaitannya dengan keuangan dan
ekonomi. Pengertian investasi menurut Bodie-Kane “an investment is the
current commitment of money or other resources in the expectation of
reaping future benefits” 1 , dimana dapat dipahami bahwa investasi
merupakan komitmen atas uang atau sumber daya yang lain guna
mendapatkan keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Jack Clark
Francis, investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat
menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang.2
Maka
merujuk
kepada
pengertian
investasi
yang
telah
dikemukakan, investasi dikatakan sebagai suatu aktifitas dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Investasi dalam bentuk asset riil (real assets), yakni investasi yang
dilakukan dalam bentuk aktiva berwujud fisik seperti emas, kendaraan,
properti dan sebagainya.
2. Investasi dalam bentuk asset finansial (financial assets) yakni investasi
yang dilakukan dalam bentuk surat-surat berharga yang menyatakan
1
Zvi Bodie,dkk,Essential of Investments (Singapura : The McGraw-Hill Companies,
2003)edisi ke-5, h.3.
2
Jack Clark Francis, Investment: Analysis and Management ( Singapura : McGraw-Hill
Inc, 1991)edisi ke-5, h.1.
2
klaim atas aktiva riil yang dimiliki oleh suatu lembaga atau
perusahaan. Investasi aset finasial dilakukan melalui berbagai
instrumen seperti instrument pasar uang, saham, obligasi, reksadana.
Pada dasarnya, kedua jenis investasi tersebut merupakan investasi yang
bertujuan sama dan sama-sama bisa dipertimbangkan sebagai sarana
dalam rangka mencapai tujuan keuangan 3 . Pada masa sekarang ini ,
investasi pada aset finansial merupakan pilihan investasi yang umumnya
investor pilih, tentunya dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
Investasi pada aset finansial tidak bisa dilakukan di tempat dan media
yang bebas, tetapi hanya bisa dilakukan di tempat dan melalui media yang
terbatas. Aset finansial terdiri dari berbagai macam instrument yakni
instrument pasar uang, saham, obligasi dan reksa dana.
Diantara berbagai instrumen aset finansial tersebut, saham merupakan
produk investasi yang menawarkan para investor untuk lebih leluasa dalam
berinvestasi dikarenakan para investor dimungkinkan untuk bisa
melakukan perubahan arah terkait jual beli saham yang dimiliki, apakah di
suatu waktu ingin melakukan penjualan atau pembelian demi mendapatkan
keuntungan atas hasil investasinya. Investasi pada saham dilakukan
melalui pasar modal (capital market).
3
Danareksa Online,”Jenis Investasi”, artikel diakses pada 20 Desember 2013 pukul 15.47
dari
http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/tabid/146/language/idID/Default.aspx 30-12-2013
3
Di Indonesia, pasar modal dioperasionalkan kembali pada tanggal 10
Agustus 1977. Tujuan Pasar Modal di Indonesia adalah untuk
mengerahkan dana, dari masyarakat guna disalurkan ke sektor-sektor yang
lebih produktif, serta ikut mewujudkan pemerataan pendapatan melalui
pemilikan saham –saham perusahaan. Pencapaian tujuan ini dapat dilihat
dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang go-public yang
berarti masyarakat semakin mudah untuk mencari dan menemukan saham
perusahaan manakah yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.
Tidak hanya membantu masyarakat dalam berinvestasi, pasar modal pun
berfungsi
sebagai
alternatif
pendanaan
bagi
perusahaan
yang
membutuhkan dana jangka menengah dan jangka panjang. Di negaranegara maju, saham dinilai lebih menarik oleh masyarakat dkarenakan
saham mampu memberikan keuntungan yang lebih besar yang diperoleh
dari perubahan harga surat berharga tersebut.4
Pasar modal Indonesia dikelola oleh PT.Bursa Efek Indonesia, baik
konvensional maupun syariah. Terkait dengan pasar modal syariah, maka
setiap transaksi perdagangan surat berharga di pasar modal dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan syariah Islam5, termasuk di dalamnya efek-efek
yang diperjualbelikan harus memenuhi segala persyaratan dan kualifikasi
untuk bisa dikategorikan sebagai efek syariah, dimana pedoman mengenai
prinsip-prinsip syariah sebagai syarat bagi efek syariah bisa ditemukan di
4
Erna Retna Rahadjeng, “Metode Penilaian Harga Wajar Saham Perusahaan Manufaktur
yang Tercatat di BEI”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
5
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia (Jakarta : Kencana, 2009) ,h. 77.
4
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI). Pasar modal syariah di Indonesia
memiliki dua indeks yakni
Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Jakarta Islamic Index (JII) dibentuk oleh PT. Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 3 Juli 2000, sedangkan ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei
2011.
ISSI memiliki kapasitas lebih besar dibanding JII, karena ISSI per
update terakhir pada 18 Desember 2013 memuat sebanyak 312 saham
syariah 6 dimana JII hanya memuat 30 saham syariah yang memiiki
likuiditas paling baik. Komposisi saham syariah pada ISSI ditetapkan
secara periodic yakni 6 bulan sekali, tetapi ini tidak berarti di antara
rentang waktu 6 bulan tidak ada saham syariah yang bisa masuk ke dalam
komposisi saham . Hal ini dikarenakan pada pelaksanaannya, BEI bisa
memperbarui saham-saham syariah yang dianggap memenuhi kriteria
untuk masuk ke dalam komposisi ISSI pada periode tersebut.Seperti
halnya indeks saham lain, komposisi saham ISSI pun terdiri dari sahamsaham berbagai sektor.
ISSI merupakan salah satu referensi alternatif bagi para investor untuk
menanamkan modalnya pada saham-saham syariah.Seperti halnya
investasi-investasi pada bidang-bidang lain, investasi di pasar modal
syariah juga memerlukan adanya pengukuran kinerja baik langsung
6
PT Bursa Efek Indonesia,”Indeks Saham Syariah”, artikel diakses pada 8 Januari 2014
pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx
5
maupun tidak langsung, dengan harapan pada waktu yang akan datang
pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman
modal tersebut. Investor yang akan melakukan investasi di bursa saham
akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan investasi tersebut atau sering disebut proses
penilaian 7 . Proses penilaian terhadap saham-saham perusahaan dapat
dilakukan melalui dua pendekatan analisis, yakni analisis teknikal dan
analisis fundamental.
Penilaian saham perusahaan melalui analisis fundamental ialah proses
yang dilakukan dalam hal penentuan harga wajar atau nilai intrinsik
sekuritas atas suatu aset modal (capital asset). Analisis fundamental atas
harga saham dapat dilakukan terhadap saham-saham dari berbagai sektor
industri. Proses analisis ini dilakukan melalui berbagai tahapan yang
sistematis yakni tahapan analisis kondisi makro ekonomi, kemudian
analisis industri (sektor) , dilanjutkan dengan analisis kondisi spesifik
perusahaan yang akan didapatkan nilai dari saham perusahaan-perusahaan
tersebut. Di antara berbagai sektor industry yang terdapat di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI), ada di dalamnya sektor consumer goods yang
menurut penulis merupakan salah satu sektor industri dengan tingkat
pengaruh yang besar, dikarenakan sektor consumer goods merupakan
salah satu sektor industri yang paling sering bersentuhan dengan
7
M. Anwar Syaifulloh,”Analisis Perbandingan Kinerja Saham Antara yang Konsisten dan
yang Tidak Konsisten Terdaftar di Jakarta Islamic Index (2006-2007) “, (Skripsi S1 Fakultas
Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h.3.
6
masyarakat dikarenakan hasil produksi industri pada sektor ini adalah
barang-barang yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yang memiliki
peran strategis dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat
dimana produknya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa
barang–barang maupun berupa makanan dan minuman.
Tingkat kapitalisasi pasar yang besar menjadi salah satu alasan yang
menjadikan saham suatu perusahaan memiliki keunggulan dibanding
saham-saham dari sektor industri sejenis, tentunya pencapaian ini tidak
terlepas dari kinerja keuangan perusahaan yang sangat baik yang
dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Namun, sebagai investor tidaklah
cukup jika hanya mengetahui suatu saham memiliki prospek yang cerah
tanpa mencari tahu dan menganalisa sendiri apakah benar saham
perusahaan tersebut merupakan saham yang layak dibeli dan dimiliki.
Maka investor perlu melakukan analisa terhadap saham ini melalui
berbagai cara dan metode yang akan menghasilkan kesimpulan yang
berguna sebagai referensi pengambilan keputusan sebelum melakukan
investasi pada saham perusahaan yang bergerak , terutama di sektor
consumer goods. Dalam hal ini, analisis fundamental saham ialah suatu
cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai
kondisi perusahaan apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang (prospektif) yang
diteliti melalui berbagai faktor yakni faktor makro ekonomi, faktor kondisi
industry atau pasar serta faktor perusahaan itu sendiri, sehingga hasil dari
7
penelitian ini menjadi suatu informasi yang berguna bagi investor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang
bergerak di sektor barang konsumsi atau consumer goods.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui kinerja
perusahaan sektor barang konsumsi, dengan melakukan analisis kondisi
makro ekonomi, analisis industri barang konsumsi, analisis rasio keuangan
perusahaan, serta dengan melakukan penilaian (valuasi) harga saham
ketiga perusahaan. Penelitian ini akan dibahas dalam skripsi berjudul
“Analisis Fundamental Saham Perusahaan Sektor Barang Konsumsi
(Consumer Goods) di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode
2011-2013 dengan Metode Top Down Analysis”.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Di dalam transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia ,sahamsaham yang diperdagangkan merupakan saham-saham dari perusahaan
yang tercatat (listing). Secara umum, saat ini terdapat 457 perusahaan yang
tercatat sebagai emitten di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan
yang telah tercatat tersebut merupakan perusahaan dari beberapa sektor
industri , termasuk di antaranya sektor barang-barang konsumsi
(consumer) dengan jumlah 35 perusahaan. Kemudian, dari 35 perusahaan
sektor consumer goods tersebut, penulis membatasi pada tiga perusahaan
yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri
Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
8
Dalam indeks pasar saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk masuk dan
tetap konsisten dalam jajaran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan
Jakarta Islamic Index (JII).
Pergerakan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk setiap harinya dpat
dipantau di BEI. Sama seperti pergerakan saham pada umumnya
pergerakan saham ketiga perusahaan ini juga bergerak secara fluktuatif.
Analisis fundamental saham yang dilakukan terhadap PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora
Indah Tbk menggunakan pendekatan atau metode Top Down Analysis.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk melakukan
analisis fundamental saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk , menggunakan data
perekonomian Indonesia tahun 2011-2013, data industri barang konsumsi
tahun 2011-2013, data perusahaan seperti data deviden tahunan, data
laporan keuangan, serta data-data lain yang terkait dengan penelitian pada
periode 2011-2013.
C. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil analisis ekonomi makro yang dilakukan terhadap
ketiga perusahaan ?
2. Bagaimanakah posisi ketiga perusahaan berdasarkan analisis industri
sektor barang konsumsi ?
9
3. Melalui analisa terhadap rasio-rasio keuangan, apakah PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk,
PT
Mayora Indah Tbk memiliki prospek di masa depan sebagai tujuan
investasi bagi para investor ?
4. Setelah melalui proses penilaian saham dengan metode Price Earning
Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) , apakah saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk,
PT Mayora Indah Tbk dalam posisi undervalued, fairvalued, atau
overvalued ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis kondisi ketiga perusahaan berdasarkan analisis
ekonomi makro.
b. Menganalisis posisi ketiga perusahaan dalam industri sektor
barang konsumsi.
c. Menganalisis prospek masa depan ketiga perusahaan sebagai
tujuan investasi bagi para investor dengan melakukan analisa
terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan.
d. Menganalisis posisi saham dengan metode Price Earning Ratio
(PER) dan Price to Book Value (PBV) untuk mengetahui
10
apakah saham ketiga perusahaan undervalued, fairvalued, atau
overvalued
2. Manfaat
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan terkait teknik dan proses
analisis fundamental perusahaan.
b. Bagi Investor
Dapat dijadikan salah satu referensi sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi bagi investor yang ingin menginvestasikan
dananya di dunia sekuritas, terutama saham.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber
rujukan yang berguna serta memperkaya koleksi dalam
khasanah keilmuan yakni ilmu ekonomi, terutama terkait
manajemen investasi dan resiko dan ekonomi makro.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menjadi lima bab, dimana masing-masing bab
terdiri dari beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri
dengan kesimpulan serta saran-saran. Adapun penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai
latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah,
11
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori, Bab ini akan membahas teori analisis
fundamental, analisis ekonomi makro, analisis industri serta analisis
perusahaan. Pembahasan analisis ekonomi makro berisi teori mengenai
produk domestik bruto, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
Kemudian analisis industri berisi teori siklus kehidupan industri.
Sedangkan pembahasan mengenai analisis perusahaan akan dijelaskan
teori-teori terkait dengan laporan keuangan serta rasio-rasio keuangan
perusahaan, selanjutnya di dalam teori analisis perusahaan juga akan
dijelaskan mengenai pendekatan untuk penilaian saham perusahaan
dengan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book
Value (PBV). Pada akhir bab ini , juga akan disajikan review studi
terdahulu.
BAB III Metode Penelitian, Dalam bab ini akan dijelaskan
tentang bagaimana penelitian ini dilaksanakan, variabel-variabel apa
yang digunakan serta metode analisis data yang akan akan digunakan
dalam menganalisa data dalam penelitian ini.
BAB IV Analisis dan Pembahasan, Dalam bab ini akan dibahas
mengenai gambaran umum dari perusahaan-perusahaan yang diteliti
serta gambaran umum proses seleksi saham syariah. Pada bab ini juga
akan menjabarkan tahapan dalam melakukan penilaian perusahaan
melalui analisis fundamental, dimulai dari analisis ekonomi makro ,
12
analisis
industri barang
konsumsi,
serta
analisis perusahaan-
perusahaan sebagai objek penelitian. Kemudian akan dilakukan
analisis data laporan keuangan perusahaan dengan tujuan membuat
penilaian saham perusahaan dengan menggunakan pendekatan Price
Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value, yang pada akhirnya
dapat menghasilkan kesimpulan harga wajar dari perusahaanperusahaan yang diteliti.
BAB V Penutup, Bab ini akan memberikan kesimpulan dari hasil
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang perlu
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Fundamental
Penelitian terkait pasar modal mengenai analisis fundamental , menjadi
sangat populer beberapa tahun belakangan terakhir, ini disebabkan oleh
meningkatnya bukti dalam literatur ekonomi keuangan terhadap hipotesis
pasar efisien.8
Pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar dengan harga
sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi relevan. Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal
tersebut. Menurut Arifin, hipotesis pasar modal yang efisien menyatakan
bahwa:
1. Harga sekuritas umumnya pada ekuilibrium, yaitu samanya expected return
dan required return.
2. Harga-harga saham selalu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia
berkaitan dengan perusahaan penerbit dan sahamnya.
8
Seng, Dyna. “Fundamental Analysis and the Prediction of Earnings.” International
Journal of Business and Management. Vol. 7, NO. 3 (February 2012): h.32
14
3. Karena harga saham sudah mencerminkan harga yang benar maka investor
mestinya tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk mencari saham yang
mispriced (undervalued atau overvalued).9
Bursa efek di berbagai negara dikatakan sebagai salah satu pilar dalam
perekonomian yang mana menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
10
Komponen yang penting dalam bursa efek yakni pialang saham atau analis
pasar modal yang memiliki berbagai macam tugas dan fungsi seperti jual beli
saham, layanan jasa keuangan, serta penasihat nasabah. Analis menggunakan
informasi dan pendekatan yang berbeda dalam melakukan analisisnya terkait
aktivitas di pasar modal. Secara keseluruhan, terdapat dua cara yang sudah
dikenal dalam melakukan analisa terhadap saham yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental.
Sebagaimana diketahui, analisis teknikal adalah cara yang digunakan
untuk memprediksikan fluktuasi harga sekuritas dan untuk menemukan pola
harga saham. 11 Lebih jelas lagi, analisis teknikal adalah analisis sekuritas
dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Analisis sekuritas
yang dimaksud adalah pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi,
option, future, dan instrumen keuangan lain. Analisis ini menganggap bahwa
9
Siti Bilqis Sabrini,”Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode
2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2008), h. 8
10
Jamshidi, Nasser dkk. “Studying Affecting Factors on Analysts’ Decisions Regarding
Share Analysis in Tehran Stock Exchange: A Fundamental Analysis Approach.” European Journal
of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 44 (2012) : h.77
11
Ibid., h.78
15
grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus
pasar.12
Pendekatan kedua dalam melakukan analisa saham yakni dengan
menggunakan analisis fundamental.
Ada beberapa pengertian analisis fundamental, diantaranya sebagai
berikut :
a. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisa investasi yang
dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan
fundamental perusahaan. Faktor fundamental perusahaan yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan operasional suatu perusahaan dan kemampuannya
mendatangkan keuntungan.13
b. Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data–
data internal (fundamental) dan faktor–faktor eksternal yang berhubungan
dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data fundamental yang
dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan
sejenisnya sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan
badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan
sejenisnya. Melalui pertimbangan data–data di atas, analisis fundamental
12
13
Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 19
Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 14
16
menghasilkan analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan bahwa
perusahaan yang dianalisis sahamnya layak di beli atau tidak.14
c. Analisa fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri dan kondisi
perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. 15
d. “Fundamental analysis involves the use of current and past financial
statements in conjunction with industry and economic data in order to
determine firms’ intrinsic value and identify mispriced securities“. 16
Maksud dari pernyataan ini, bahwa analisis fundamental ialah analisis
yang melibatkan penggunaan laporan keuangan saat ini dan masa lalu
dalam hubungannya dengan data industri dan data ekonomi untuk
menentukan nilai intrinsik perusahaan dan mengidentifikasi efek kesalahan
harga.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis
fundamental ialah proses analisis sekuritas dengan memperhatikan berbagai faktor
baik internal (data-data keuangan perusahaan) maupun eksternal perusahaan
(sektor industri serta kondisi ekonomi secara makro) dengan tujuan untuk
menentukan nilai intrinsik perusahaan.
14
Andriani,Friska dkk.” Pengambilan Keputusan Investasi Saham dengan Menggunakan
Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Analisis Fundamental Internal Melalui
Pendekatan Price Earning Ratio (Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listing
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).” Jurnal Universitas Brawijaya : h. 2
15
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi : Pendekatan
Teknikal dan Fundamental Untuk Analisis Saham (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.203.
16
Seng, Dyna, loc.cit. h.32
17
A.1
Prosedur Analisis Fundamental
Seperti yang telah disebutkan bahwa analisis fundamental adalah sebuah
cara untuk menemukan level fundamental keuangan perusahaan. Analisis ini
bertujuan mengetahui kondisi kesehatan keuangan dan memperkirakan nilai
intrinsik. Ada 3 elemen dalam analisis fundamental yakni analisis makro
ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan.
Secara umum, ada dua
pendekatan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis fundamental.
Fundamental analysis can be conducted by two top – down and down –
top approaches. In top – down approach, economy/market, industry and
firm are analyzed respectively. Economy and market for securities are
analyzed to see whether it is the right time to allocate additional sums to
stocks or not..Then, industries and sections are analyzed to decide which
one has the best outlook in future. Finally, company is analyzed. In down –
top approach, investors focus on firm’s pillars or foundations directly.
Analyzing such data as firm’s products, competitive status and financial
situation lead to estimate potential profits and, ultimately, its value in the
market. In this approach, it is emphasized on finding companies with long
term growth perspective and on right estimations on profit.17
Artinya : analisis fundamental bisa dilakukan melalui dua pendekatan
yakni pendekatan top-down dan pendekatan down-top. Pada pendekatan
top-down, keadaan ekonomi atau pasar, industri dan perusahaan dianalisa
secara berurutan. Ekonomi dan pasar sekuritas dianalisis untuk melihat
waktu yang tepat untuk mengalokasikan tambahan saham atau tidak.
Kemudian, industri dan bagian-bagiannya dianalisis untuk menetukan
mana yang memiliki prospek terbaik di masa depan. Pada akhirnya
perusahaan dianalisis. Dalam pendekatan down-top, investor fokus kepada
pilar-pilar perusahaan secara langsung. Menganalisis data seperti produk
17
Jamshidi, Nasser dkk., op.cit. h.79.
18
perusahaan, status kompetitif dan kondisi keuangan untuk memperkirakan
potensi keuntungan dan pada akhirnya nilainya di pasar. Dalam
pendekatan
ini
ditekankan
pada
pencarian
perusahaan
dengan
pertumbuhan jangka panjang dan perkiraan keuntungan yang tepat.
Lebih jelasnya, dua pendekatan yang bisa ditempuh yakni pendekatan
Top-down dan pendekatan Down-top. Pendekatan top down dimulai dengan
menganalisis ekonomi secara global, yang terdiri dari indikator internasional dan
nasional seperti tingkat pertumbuhan PDB, nilai tukar, tingkat suku bunga,
produktivitas serta inflasi. Berikutnya dilanjutkan dengan menganalisis industri ,
serta diakhiri dengan menganalisis perusahaan yang sekaligus melakukan
pencarian nilai intrinsik saham perusahaan.
Sedangkan analisis fundamental dengan pendekatan Down-top dimulai
dengan proses analisis perusahaan, dilanjutkan dengan analisis industri dan
diakhiri dengan melakukan analisis terhadap kondisi makro ekonomi. Penulis
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Top-down dalam melakukan
analisa fundamental atas saham perusahaan-perusahaan sektor barang konsumsi,
dimana analisis dilakukan mulai dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat
khusus.
B. Analisis Ekonomi Makro
Pada tahapan ini, analisis dilakukan dengan melihat kondisi
perekonomian secara makro untuk mendapatkan penilaian perekonomian
secara umum dengan tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi
19
pasar modal khususnya pergerakan harga saham. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan indikator-indikator yang sesuai.
Secara
teoritis
ada
beberapa
indikator
makroekonomi
yang
mempengaruhi pergerakan harga saham. Indikator makroekonomi yang
dimaksud yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku
Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah. 18 Sub bab berikutnya akan menjelaskan
mengenai teori atas indikator-indikator yang telah disebutkan di atas.
B.1
Produk Domestik Bruto (PDB)
Di dalam suatu perekonomian, baik di negara maju maupun negara
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk negara tersebut tetapi juga oleh penduduk negara lain. Selalu
didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal
dari luar negeri. Konsep ini merupakan konsep pendapatan nasional yang
dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product
(GDP).19 Secara singkat, PDB adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara
yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut
dan warga negara asing yang ada di negara tersebut.
B.2
18
Inflasi
Werner R.Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental (Jakarta :PT Indeks,
2009), h.19.
19
Sadono Sukirno, Makroekonomi : Teori Pengantar (Jakarta : PT Raja Grafindo persada,
2004), h.35.
20
Inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih
sedikit dari jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya
kenaikan harga yang meluas dalam sistem perekonomian. Kenaikan inflasi
secara signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen yakni penurunan
kemampuan daya beli. Inflasi yang tinggi dan bersifat uncertainty (tidak
menentu) yang dialami oleh suatu negara akan meningkatkan risiko investasi
dalam aset-aset keuangan, serta akan melemahkan kredibilitas mata uang
domestik terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui
tingkat perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index
(CPI).20
B.3
Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan
perusahaan akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi
kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest rate akan mempengaruhi
dalam menentukan harga yang perusahaan harus bayar atas pinjaman yang
telah diterimanya. Dengan mengasumsikan ceteris paribus (hal-hal lain
dianggap konstan) maka tingkat suku bunga yang rendah berarti berkurangnya
biaya bunga dan meningkatnya profit. Perlu dicatat pula bahwa perubahan
dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari konsumen
(consumer spending). Interest rate tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi
20
Werner R.Murhadi, op. cit. h. 21.
21
saat ini dan masa yang akan datang, tetapi juga mencerminkan harapan inflasi
dan resiko kredit.21
B.4
Nilai Tukar Rupiah
Kurs valuta asing atau nilai tukar rupiah menunjukkan harga atau nilai
mata uang rupiah dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. 22 Kurs
pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan
apakah barang-barang di negara lain adalah lebih murah atau lebih mahal dari
barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri.
Dampak dari perubahan nilai tukar atas suatu bisnis tidak hanya dilihat
dari penguatan atau pelemahan suatu mata uang, tetapi juga dengan
memperhatikan apakah negara tersebut adalah net exporter atau net importer.
Dalam bukunya, Sadono Sukirno menyebutkan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai tukar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perubahan dalam citarasa masyarakat
b. Perubahan harga barang ekspor impor
c. Kenaikan harga umum (inflasi)
d. Perubahan suku bunga dan Tingkat pengembalian investasi.
Sedangkan menurut Madura, perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh
suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, defisit perdagangan, perilaku bank
21
22
Werner R.Murhadi, op. cit. h.20-21.
Sadono Sukirno, loc. cit. h.35.
22
sentral yang terkait dengan independensi bank sentral, dan harapan pasar
(market expectation).23
C. Analisis Industri
Untuk
melakukan
analisis
industri,
langkah
pertama
adalah
mengidentifikasi siklus hidup industri. Kemudian langkah berikutnya
adalah
melakukan
analisis
terhadap
kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi persaingan industri.
1. Siklus Hidup Industri
Kondisi industri berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Investor
harus mengetahui bahwa industri tersebut mampu memberikan
prospek investasi yang mampu mendatangkan keuntungan. Maka harus
diketahui terlebih dahulu siklus hidup industri yang akan dimasuki.
Porter dalam bukunya mengemukakan bahwa siklus hidup industri
memiliki beberapa tahap atau fase, yaitu:
a. Tahap Perkenalan , tahapan ini mencerminkan kesulitan dalam
mengatasi kelambanan pembeli dan merangsang percobaan akan
produk baru.
b. Tahap Pertumbuhan, tahapan ini terjadi manakala banyak pembeli
menyerbu pasar begitu produk baru tersebut terbukti berhasil.
c. Tahap Kedewasaan, pada tahap ini penetrasi para pembeli produk
yang potensial akhirnya tercapai, yang menyebabkan pertumbuhan
23
Werner R.Murhadi, loc.cit. h.21.
23
yang cepat terhenti dan menuju ke tingkat pertumbuhan yang
normal.
d. Tahap Penurunan, dimana industri mengalami pertumbuhan yang
menurun karena munculnya produk pengganti yang baru. 24
2. Analisa terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan
industri melalui Porter’s Five Forces. Porter menawarkan model
persaingan yang dipengaruhi lima kekuatan dalam industri.
Lima kekuatan tersebut adalah:
a. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry) Yaitu seberapa
mudah pemain baru masuk sebagai pesaing baru dalam industri.
Semakin mudah pemain baru masuk, artinya tingkat persaingan
dalam industri semakin tinggi.
b. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute) Jika produk
perusahaan mempunyai produk substitusi atau produk pengganti,
maka substitusi ini harus diperhitungkan sebagai pesaing.
c. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers)
Posisi tawar menawar dari konsumen akan mempengaruhi
perusahaan untuk menetapkan harga jual dan volume produksi.
d. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)
Semakin banyak pemasok maka semakin kuat posisi tawar
24
Michael E.Porter, Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Penerjemah Agus Maulana (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1992), h.140-141.
24
menawar perusahaan dalam menegosiasikan harga, volume dan
diferensiasi pasokan.
e. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among
existing competitor) Tingkat persaingan diantara pemain dalam
industri
ditentukan
beberapa
faktor,
diantaranya
potensi
pertumbuhan industri, beban tetap perusahaan (fixed cost),
diferensiasi produk, identitas merk (brand identity) dan informasi
yang dimiliki.
25
D. Analisis Perusahaan
Analisis perusahaan dilakukan dengan metode analisis rasio
keuangan, dimana ada beberapa rasio-rasio yang digunakan yakni Rasio
Aktifitas, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas.
1. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur tingkat efektivitas dalam memanfaatkan
sumber-sumber daya yang dimiliki. Semua rasio yang tergolong dalam
kelompok rasio ini menunjukkan perbandingan antara hasil penjualan
dengan investasi dalam beberapa aktiva. Rasio ini sering disebut rasio
perputaran modal (capital turnover ratio).26.
A. Inventory Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam
satu periode.
25
26
Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 14-15
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h.237-239.
25
Rumus 2.1
=
B. Fixed Asset Turnover adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Rasio ini mengukur apakah
perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya
atau belum.
Rumus 2.2
=
ℎ
C. Total Asset Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dalam
menciptakan penjualan.
Rumus 2.3
=
2. Rasio Likuiditas
Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban yang segera harus dipenuhi (jatuh tempo) dan membayar
tepat pada waktunya. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan
likuid, apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran
26
ataupun aktiva lancar yang lebih besar dibandingkan dengan utang
lancarnya. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan tidak likuid.27
Likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan current ratio. Rumus
current ratio sebagai berikut :
Rumus 2.4
=
3. Rasio Solvabilitas
Rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang
didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang yang
ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Formula-formula dalam rasio solvabilitas :
A. Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio untuk mengukur seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
Rumus 2.5
=
B. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara
hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
27
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h. 236-237
27
menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.
Rumus 2.6
=
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Kemampuan menghasilkan laba merupakan rasio
dari efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan, artinya
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat
penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Efektivitas ini dinilai
dengan mengaitkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut.28
Rumus-rumus dalam rasio profitabilitas :
A. Return On Asset (ROA) merupakan ukuran dari efektifitas
perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba
Rumus 2.7
28
=
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, op.cit. h. 239-240
ℎ
28
B. Return On Equity (ROE)
merupakan ukuran seberapa efektif
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari dana yang
diinvestasikan pemilik. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
karena akan memberikan pengembalian yang lebih besar bagi
pemegang saham.
Rumus 2.8
=
ℎ
C. Net Profit Margin (NPM), rasio ini menggambarkan besarnya laba
bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang
dilakukan.
Rumus 2.9
=
ℎ
D. Earning per Share (EPS) , rasio ini menggambarkan besarnya
pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham.
Rumus 2.10
ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ
E. Valuasi Saham
Selanjutnya ialah tahapan penilaian saham perusahaan melalui
proses valuasi. Sebelum membahas definisi valuasi, ada suatu pendapat
dari Oscar Wilde yang menyatakan “knows the price of everything, but the
value of nothing”. Pernyataan ini didasarkan pada suatu anggapan di
29
kalangan analis dan investor yang berargumen bahwa nilai dari suatu aset
adalah irrelevant. Pernyataan tersebut tidak dapat dibenarkan karena nilai
dari suatu aset mengimplikasikan harga yang harus dibayar atas setiap aset
yang memiliki harapan untuk menghasilkan arus kas dimasa yang akan
datang. 29
Nilai suatu aset dapat diketahui dengan cara valuasi. Valuasi
menurut Gitman “is the process that links risk and return to determine the
worth of an asset”. Maksudnya adalah bahwa valuasi adalah proses yang
menghubungkan antara resiko dengan return untuk menentukan nilai aset,
sehingga melalui valuasi dapat diketahui nilai dari suatu aset yang mana
bila dilihat dari perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai
intrinsik saham itu sendiri maka akan diketahui apakah saham tersebut
undervalued, overvalued atau fair.
Secara umum, ada dua pendekatan dalam melakukan valuasi yakni:
1. Discounted Cash Flow (DCF) Valuation, yang menghubungkan nilai suatu
asset terhadap present value (nilai saat ini) dari harapan arus kas di masa
yang akan datang dari asset tersebut.
2. Relative Valuation, mengestimasi nilai asset dengan menlihat pada harga
dari comparable asset (asset yang dapat diperbandingkan) dengan relative
terhadap variable umum lainnya seperti earnings (pendapatan), arus kas,
29
Dr. Werner. Murhadi , op.cit. h.3-4
30
book value (nilai buku asset berdasarkan harga perolehan metode
akuntansi), ataupun penjualan.30
Dalam penelitian ini, penilaian saham dilakukan menggunakan
model valuasi Price Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value
(PBV).
1. Model Valuasi Price Earnings Ratio (PER).
Price Earning Ratio adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas
perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar
saham. PER dapat digunakan sebagai pembanding harga saham antara
yang paling murah dan yang paling mahal dalam satu industri. Perusahaan
yang mempunyai PER yang paling tinggi merupakan perusahaan yang
mempunyai harga saham yang paling mahal. Sedangkan perusahaan yang
memiliki PER paling rendah merupakan perusahaan yang harga sahamnya
paling murah.
31
Rumus 2.14
Dimana
=
:
P0
= Harga Saat Ini
EPS
= Laba per lembar saham
2. Model Valuasi Price to Book Value (PBV).
30
31
Dr. Werner. Murhadi , op.cit. h. 10-11
Siti Bilqis Sabrini, op.cit. h. 29
31
Price Book Value (PBV) merupakan metode penilaian saham yang
berdasarkan pada book value suatu saham. Book value adalah nilai buku
yang diperoleh dari total ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham
beredar. Untuk mencari nilai book value, digunakan rumus sebagai
berikut:
ℎ
=
ℎ
ℎ
Nilai buku per lembar saham adalah rasio untuk membandingkan harga
pasar sebuah saham dengan nilai buku (book value) sebenarnya.
Sementara Syamsudin menjelaskan bahwa pengertian Price Book Value
adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai
buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV, maka menunjukkan
semakin besar kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan tersebut.
Untuk perusahaan yang berjalan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas
satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya Rasio PBV dihitung dengan membagi nilai pasar dari saham
dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini. Secara matematis PBV dapat
ditulis:
=
ℎ
ℎ
32
Metode Price Book Value tidak mencari nilai intrinsik dari saham yang
diteliti, melainkan menghitung nilai PBV kemudian mengukur harga
saham mahal atau murah dengan cut off 1 yang berarti jika nilai PBV
diatas 1 menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya (overvalued), sebaliknya jika nilai PBV dibawah 1 berarti nilai
pasar saham lebih kecil dari nilai bukunya (undervalued).
F. Review Studi Terdahulu
No Penelitian
Isi penelitian
terdahulu
1
Nilai intrinsik saham
PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
undervalued terhadap
nilai pasarnya.
2
3
Annisa Fathih Kurnia,
Skripsi FSH UIN
Jakarta, 2012. “Analisis
Fundamental Saham
dalam keputusan
investasi di PT
Telekomunikasi Tbk”
Nazwirman,”Penilaian
Harga Saham dengan
Price Earning Ratio
(PER) : Studi Kasus
Pada Saham Industri
Makanan dan Minuman
di Bursa Efek
Indonesia”, Makara,
Sosial Humaniora,
vol.12, no.2, (Desember
2008):h.98-106
Ulfa Yulfita,”Penilaian
Harga Saham Sektor
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (Periode
2009-2011)”,Jurnal
EMBA,
vol.1,no.3,(September
2013),Hal.1089-1099
Saham PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk
layak dibeli karena dari
tiga alternatif k* yang
digunakan (11%,16%
dan 21%)
menghasilkan PER
yang lebih besar dari
PER BEJ Mei 2005.
Melalui metode DDM
(Dividend Discounted
Model) dan metode
DCF (Discounted Cash
Flow) tidak terlalu
memiliki perbedaan
harga atas harga wajar
saham sektor
manufaktur tahun
2009-2011.
Perbedaan
dengan
penulis
Penulis tidak
hanya
melakukan
analisis
fundamental
pada satu
perusahaan
Penulis tidak
hanya
menggunakan metode
PER dalam
menentukan
sebuah
saham
apakah
undervalued,
overvalued,
atau fair.
Penulis
melakukan
penilaian
saham
terhadap 3
perusahaan
dengan top
down
analysis.
33
4
Radim Gottwald,”The
Use of the P/E Ratio to
Stock Valuation”,
GRANT journal ISSN
1805-062X, (IGA
31/2012)
Menjelaskan
penggunaan metode
PER sebagai cara untuk
mencari nilai intrinsik
saham
5
Seng,
Dyna,“Fundamental
Analysis and the
Prediction of Earnings”
International Journal of
Business and
Management, vol.7,no.3
(February 2012)
Memprediksikan
tingkat pendapatan
dengan menggunakan
analisis fundamental.
Penulis
mengaplikasi
-kan PER
dan PBV
dalam
mencari nilai
intrinsik
saham.
Penulis
melakukan
analisis
fundamental
dalam
mencari nilai
intrinsik
saham.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian
yang dilakukan bersifat deskriptif,
yakni
penelitian yang menggambarkan data informasi berdasarkan pada
fakta yang diperoleh di lapangan32.
Selain itu, metode deskriptif kuantitatif juga dilakukan
dalam penelitian ini dalam bentuk desain deskriptif dan metode
pengumpulan data. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif
menggunakan data-data dan angka-angka yang telah diperoleh lalu
dijelaskan maksud dari hasil pengolahan angka-angka tersebut.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham
perusahaan dengan menggunakan model Price Earning Ratio
(PER) dan Price to Book Value (PBV).
B. Batasan Penelitian
Secara umum, saat ini terdapat 457 perusahaan yang
tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya per 18
Desember 2013, sebanyak 312 saham syariah masuk ke dalam
32
2,h. 309
Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1993), cet ke-
35
jajaran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) 33. Menurut sektor
industrinya yaitu sektor barang konsumsi (consumer goods),
terdapat beberapa emiten yang tercatat di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dimana dalam penelitian ini, penulis membatasi
pada tiga emiten yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. Ketiga
perusahaan tersebut merupakan sampel yang dipilih penulis dari
keseluruhan populasi yakni perusahaan-perusahaan yang terdaftar
dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Pemilihan ketiga emiten tersebut disebabkan oleh kondisi
indeks pasar saham, dimana PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk selalu
masuk dan tetap konsisten dalam jajaran Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII), yang mana ketiga
perusahaan ini telah melalui proses review atau seleksi untuk bisa
masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) melalui kualifikasi
kriteria bisnis dan kriteria keuangan yang berdasarkan pada
Peraturan Bapepam – LK
No. IX.A.13 Tahun 2009 tentang
Penerbitan Efek Syariah
33
PT Bursa Efek Indonesia,”Indeks Saham Syariah”, artikel diakses pada 8 Januari 2014
pukul 13.56 dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx
36
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengetahui nilai
wajar dari saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra
Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk. Nilai wajar saham
atau nilai intrinsik ketiga perusahaan tersebut diperoleh dari
analisis fundamental saham yang memiliki tiga tahapan yakni
analisis makro ekonomi, analisis industri dan analisis perusahaan.
Nilai wajar saham yang telah diperoleh akan dibandingkan dengan
nilai pasar saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra
Jaya Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk, yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu keputusan investasi atas saham ketiga
perusahaan tersebut..
D. Variabel Penelitian
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
untuk menghitung nilai wajar saham PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, dan PT Mayora
Indah Tbk dilakukan dengan beberapa pendekatan.
Variabel-variabel yang digunakan ialah sebagai berikut :
1. Growth, ialah tingkat pertumbuhan dividen dari saham, yang
diharapkan akan diterima oleh investor.
Rumus 3.1
=
37
dimana
:
b
= retention ratio, rasio laba yang tidak dibayarkan
sebagai dividen
= 1 – payout ratio
ROE
= Return On Equity, tingkat pengembalian ekuitas
pemegang saham
2. Estimated Earning Per Share (EPS), ialah estimasi atau
perkiraan EPS yang akan didapatkan oleh investor.
Persamaan untuk menghitung estimated EPS :
Rumus 3.2
=
(1
EPSt
= EPS saham tahun terakhir
EPSt+1
= EPS saham pada tahun ke t + 1
+ )
3. Estimated Cash Dividend per Share ialah perkiraan dividen
yang akan didapatkan pada tahun t+1 atas setiap lembar saham
yang dimiliki. Persamaannya sebagai berikut :
Rumus 3.3
=
DIVt+1
−
= jumlah dividen yang akan didapatkan
38
DPR rata-rata
= jumlah dividend payout ratio dibagi
jumlah periode
4. Discount Rate (k) ialah tingkat diskonto atas saham. Discount
rate dapat dicari dengan rumus berikut :
Rumus 3.4
=
+ Dimana :
k
= discount rate
POt+1
= harga pasar saham t+1
5. Estimated Price Earning Ratio (PER) adalah perkiraan tingkat
PER atas saham. Estimated PER dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Rumus 3.5
=
−
6. Intrinsic Value adalah nilai intrinsik dari saham yang diteliti.
Nilai intrinsik ini merupakan nilai saham sebenarnya, yang
akan dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini.
Penelitian ini menggunakan model PER untuk pencarian nilai
intrinsik yaitu :
39
Rumus 3.6
= +
7. Book Value adalah nilai buku saham, yang didapatkan dengan
cara membagi total ekuitas perusahaan dengan jumlah lembar
saham yang beredar. Rumus untuk mencari Book Value ialah
sebagai berikut :
Rumus 3.7
ℎ
=
ℎ
ℎ
8. Price to Book Value (PBV) ialah rasio harga terhadap nilai
buku tiap lembar saham perusahaan. Berikut ini persamaan
untuk mencari PBV :
Rumus 3.8
=
ℎ
ℎ
E. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Untuk melakukan analisis fundamental saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk
Industri serta PT Mayora Indah Tbk, dibutuhkan data-data
sebagai berikut :
40
1. Data-data variabel ekonomi yang merupakan indikator
perekonomian makro Indonesia yakni Produk Domestik
Bruto (PDB), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga (BI rate)
dan Nilai Tukar Rupiah (kurs).
2. Laporan keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT Mayora Indah Tbk,
dimana akan dilakukan analisis laporan keuangan.
3. Data jumlah dividen yang pernah dibagikan kepada
pemegang saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT Mayora Indah Tbk.
4. Data Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011-2013.
5. Publikasi lain yang berkaitan dengan PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri dan PT
Mayora Indah Tbk sebagai objek penelitian.
41
F. Kerangka Penelitian
Perusahaan Sektor
Barang Konsumsi
Analisis
Fundamental
Analisis Makro
Ekonomi
1.Produk Domestik
Bruto
2.Tingkat Inflasi
Analisis Industri
1.Siklus Kehidupan
Industri
Analisis Perusahaan
1.Rasio Aktifitas
2.Rasio Likuiditas
2.Analisis Kekuatan
Industri
3.Tingkat Suku Bunga
3.Rasio Solvabilitas
4.Rasio Probabilitas
4.Nilai Tukar Rupiah
Penilaian Saham
1.
2.
Price Earning Ratio(PER)
Price to Book Value (PBV)
NI < NP
NI = NP
NI > NP
Saham Undervalued,
layak dibeli atau
dipertahankan oleh
investor
Saham Fairvalued, nilai
intrinsik sama dengan
nilai saham di pasar
Saham Overvalued,
investor disarankan
untuk menjual.
Keputusan Investasi
42
G. Analisis Data
Dalam rangka melakukan penelitian saham, data-data
dianalisis secara deskriptif analisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif. Analisis ini bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan
yakni dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan
menghitung nilai intrinsik saham dari perusahaan yang diteliti
dengan menggunakan metode Price Earning Ratio. Langkahlangkah yang digunakan ialah sebagai berikut :
1. Menghitung expected earning growth rate (g) saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk
Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
2. Menentukan estimated Earning Per Share (EPS) saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk
Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
3. Menghitung estimated cash dividend per share saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk
Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
4. Menentukan discount rate (k) atas setiap saham PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk,
PT Mayora Indah Tbk.
43
5. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER) atas setiap
saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Ultra Jaya
Milk Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
6. Mengitung nilai intrinsik saham atas setiap saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milk
Industri Tbk, PT Mayora Indah Tbk.
Setelah nilai intrinsik saham diperoleh, selanjutnya
dilakukan
pengambilan
keputusan
investasi
dengan
berdasarkan kepada pedoman berikut :
Tabel 3.1
Pedoman Keputusan Investasi
Keterangan
Hasil
Keputusan
Perbandingan
Harga
saham
<
intrinsic
>
rendah atau
Nilai terlalu
(buy)
ditahan
(hold)
dihargai Dijual (sell)
tinggi
(overvalued)
Harga
intrinsic
Nilai terlalu
pasar Saham
intrinsic
saham
dihargai Dibeli
(undervalued)
Harga
saham
pasar Saham
pasar Harga
=
saham Ditahan (hold)
Nilai seimbang (fair)
44
a. Jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya
(undervalued) maka saham tersebut lebih baik dibeli
(buy) atau ditahan sementara (hold) oleh investor , yang
bertujuan untuk memperoleh capital gain jika pada
waktu berikutnya harga saham kembali naik.
b. Jika harga pasar saham
lebih besar dari nilai
intrinsiknya (overvalued), maka untuk menghindari
kerugian dengan turunnya harga , investor lebih baik
menjual saham tersebut (sell).
c. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya,
maka
saham
tersebut
berada
dalam
kondisi
keseimbangan, sehingga jangan melakukan transaksi
(hold) karena tidak ada keuntungan yang diperoleh dari
transaksi.
45
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Gambaran Umum PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan produsen
makanan dengan berbagai pilihan produk makanan sehari-hari seperti
Indomie, Sarimi, Indomilk, Chitato, Penyedap Makanan Indofood,serta
berbagai minuman kemasan yang kesemua produknya telah dikenal
luas oleh masyarakat. Kemudian sebagai perusahaan terbuka, PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
dengan kode emiten ICBP.
2. Gambaran Umum PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
PT Ultra Jaya Milk Industri, Tbk bergerak dalam bidang industri
makanan dan minuman. Produk-produk yang dihasilkan antara lain
susu UHT Ultra Milk, Teh Kotak, dan Sari Kacang Ijo. Perusahaan ini
listing di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan kode emiten
ULTJ.
3. Gambaran Umum PT Mayora Indah, Tbk
Di Indonesia, PT Mayora Indah, Tbk dikenal sebagai perusahaan
yang memproduksi makanan dan minuman olahan. Produk-produk
hasil inovasi perusahaan diantaranya, permen Kopiko, Astor, Beng
46
Beng, Choki-choki, Energen, dan Kopi Torabika. Pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI), PT Mayora Indah Tbk terdaftar dengan kode
emiten MYOR.
B. Gambaran Umum Proses Seleksi Saham Syariah
Pada dasarnya, prinsip pasar modal syariah serta seleksi saham syariah
di
Indonesia
berlandaskan
pada
fatwa
DSN-MUI
No.40/DSN-
MUI/X/2003 , yang juga kemudian dijadikan dasar regulasi oleh
Bapepam-LK dalam membuat regulasi mengenai seleksi saham syariah
untuk bisa masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES), karena tidak
semua perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia bisa tercatat ke
dalam Daftar Efek Syariah (DES) tersebut. Hal ini dikarenakan adanya
persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan atau
emiten. Sesuai dengan peraturan Bapepam-LK No.IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah, seleksi saham syariah didasarkan pada dua
kriteria yaitu kriteria bisnis dan kriteria keuangan, yang dimaksud dengan
kriteria bisnis adalah kriteria yang disusun berdasarkan jenis usaha dari
setiap emiten. Pada kriteria bisnis ini, emiten dilihat apakah jenis usahanya
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Indikator dalam
kriteria bisnis adalah kehalalan dari jenis usaha tersebut, baik karena halal
zatnya (produknya) maupun prosesnya. Kriteria kedua yakni kriteria
keuangan, dimana seleksi berdasarkan kriteria ini dilakukan untuk melihat
komposisi dari pendapatan dan pembiayaan emiten yang berasal dari
sumber non halal. Pada kriteria ini terdapat dua tahap seleksi, dimana
47
tahap pertama seleksi berdasarkan komposisi sumber pembiayaan yang
berasal dari sumber non halal atau pinjaman berbasis bunga dibandingkan
dengan modal perusahaan. Saat ini, persentase yang berlaku di pasar
modal syariah Indonesia untuk komposisi hutang dibandingkan modal
perusahaan ialah tidak lebih dari 82%. Kemudian tahap kedua, seleksi
berdasarkan pada komposisi sumber pendapatan yang berasal dari non
halal dibandingkan dengan total pendapatan termasuk pendapatan lainlain. Persentase untuk perbandingan antara pendapatan non halal terhadap
total pendapatan adalah tidak lebih dari 10%. Dikarenakan proses seleksi
ketat yang dilakukan untuk menentukan saham syariah, maka seharusnya
sudah tidak ada lagi keraguan kepada setiap emiten yang telah tercatat ke
dalam Daftar Efek Syariah (DES), termasuk di antaranya PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk serta PT Ultra Jaya Milk
Industri Tbk yang sampai saat ini telah tercatat dalam Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
C. Analisis Ekonomi Makro
Kondisi makro ekonomi yang mana di dalamnya terdapat variabelvariabel makro ekonomi akan memberikan dampak pada kinerja
perusahaan. Maka analisis ekonomi makro adalah salah satu cara menilai
kinerja perusahaan dengan didasarkan pada variabel-variabel makro
ekonomi, baik makro ekonomi secara nasional maupun global. Variabelvariabel ekonomi yang dimaksud yakni produk domestik bruto, tingkat
inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
48
1. Perekonomian Dunia
Perkembangan ekonomi global pada tahun 2011 diwarnai oleh
peningkatan ketidakpastian yang muncul akibat berlarutnya penyelesaian
krisis utang dan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan ekonomi di
negara maju. Di AS, sejumlah indikator menunjukkan proses pemulihan
ekonomi tidak sekuat yang diperkirakan. Sementara itu di Eropa, berlarutlarutnya penanganan krisis utang semakin memperburuk kondisi sektor
keuangan dan pemulihan ekonomi di kawasan itu. Meningkatnya
ketidakpastian di dua kawasan negara maju tersebut telah memicu gejolak
di pasar keuangan global dan ditambah dengan terjadinya bencana alam di
Jepang dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah, memperlemah
proses pemulihan ekonomi global tahun 2011.
Pada awal tahun, optimisme mengenai semakin baiknya proses
pemulihan ekonomi global sangatlah tinggi. Pada Januari 2011, IMF
merevisi ke atas angka perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2011
menjadi 4,4%, setelah pada Oktober 2010 diperkirakan mencapai 4,2%.
Perkiraan pertumbuhan yang berada di atas rata-rata historisnya tersebut
menunjukkan adanya harapan mengenai percepatan proses pemulihan
ekonomi global pada waktu itu. Namun, memasuki semester II tahun
2011, pesimisme pemulihan global mulai muncul seiring dengan
meningkatnya ketidakpastian akibat penanganan krisis utang di Eropa
yang berlarut-larut dan terhambatnya pemulihan ekonomi AS. Pada
Oktober 2011 IMF merevisi ke bawah angka perkiraan pertumbuhan
49
global tahun 2011 menjadi hanya 4%, kembali tumbuh di bawah level
normalnya.
Gejolak di pasar keuangan tidak hanya terjadi di negara maju,
namun juga berdampak langsung ke pasar keuangan di negara-negara
emerging markets. Memburuknya sentimen negatif di pasar keuangan
global semakin mendorong investor global melakukan pelepasan investasi
pada surat utang pemerintah negara maju (proses deleveraging), terutama
negara- negara yang mengalami krisis. Pada saat bersamaan, tingginya
ketidakpastian dan persepsi risiko juga mendorong investor global
melakukan pengalihan investasi ke instrumen keuangan yang dianggap
lebih aman dan likuid (flight to quality), seperti surat utang pemerintah dan
mata uang dolar AS. Melalui dua proses yang bersamaan ini, krisis di
negara maju telah mengakibatkan keketatan likuditas dan jatuhnya harga
aset-aset keuangan global. Pasar keuangan di negara- negara emerging
markets juga tidak terlepas dari imbas gejolak di pasar keuangan negara
maju tersebut. Proses deleveraging dan perilaku flight to quality juga
mendorong investor global melikuidasi dan menarik kembali sebagian
dananya
yang ditanamkan di emerging markets untuk menjaga
likuiditasnya ataupun karena meningkatnya persepsi risiko global.
Pembalikan arus modal asing tersebut telah menimbulkan jatuhnya harga
saham dan obligasi serta memberikan tekanan pelemahan terhadap nilai
tukar di negara-negara emerging markets, khususnya pada semester II-
50
2011. Memburuknya kondisi pasar keuangan global tercermin pada
penurunan harga aset keuangan dengan volatilitas yang cukup tinggi.34
Grafik 4.1 Perubahan Indeks Harga Saham 2011
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011
Grafik 4.2 Volatilitas Pasar Keuangan Global
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011
34
Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011 oleh Bank Indonesia
51
Pasar keuangan global menunjukkan pemulihan sepanjang tahun
2012 yang ditunjukkan oleh kembali meningkatnya harga aset keuangan.
Sebagian besar negara baik negara-negara maju maupun negara- negara
emerging market, mengalami kenaikan harga saham dan obligasi. Namun,
dalam perkembangannya kenaikan harga aset keuangan tersebut tidak
terjadi secara terus menerus sepanjang tahun. Dalam beberapa periode,
terutama di triwulan II 2012, harga aset keuangan sempat mengalami
koreksi tajam, sejalan dengan memburuknya persepsi risiko dan sentimen
pasar. Meskipun risiko pasar keuangan global masih tinggi, perkembangan
harga aset sepanjang tahun relatif lebih stabil yang tercermin pada
turunnya volatilitas harga.
Peningkatan kinerja pasar keuangan global terutama didukung oleh
pertumbuhan harga aset di negara- negara berkembang. Kinerja positif
pasar keuangan negara-negara berkembang sejalan dengan fundamental
ekonomi yang lebih solid. Sementara itu, pertumbuhan harga aset
keuangan yang tinggi di negara-negara maju di tengah pertumbuhan
ekonomi yang masih rentan, ditopang oleh besarnya likuiditas terkait
berbagai kebijakan quantitative easing bank sentral di negara-negara maju.
Kebijakan quantitative easing
tersebut selain meredakan tekanan
likuiditas juga meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor serta
menurunkan tingkat risiko. Kondisi tersebut mendorong pembelian asetaset keuangan, termasuk aset yang lebih berisiko seperti saham. Bahkan,
besarnya likuiditas yang dikeluarkan bank sentral di negara-negara maju
52
tercermin pada ekspansi neraca masing-masing bank sentral, juga mengalir
ke pasar keuangan negara berkembang. Pada tahun 2012, aset the Fed
meningkat sekitar 42%, aset ECB meningkat 10,9%, sementara aset BOJ
meningkat 9,3% .
Perkembangan di bursa saham global tidak terlepas dari pergerakan
indikator risiko di pasar keuangan global. Penurunan tingkat risiko dan
membaiknya risk appetite investor global terindikasi pada tren penurunan
credit default swap (CDS) dan volatilitas harga di pasar keuangan global.
Perkembangan serupa juga terjadi di pasar obligasi yang tercermin dari
pergerakan imbal hasil baik obligasi negara-negara emerging market
maupun obligasi negara-negara maju, termasuk
negara- negara yang
terkena krisis utang. Selain itu, tingkat likuiditas pasar keuangan global
juga membaik yang diindikasikan oleh penurunan selisih suku bunga
LIBOR terhadap overnight index swap (OIS), meski demikian, selisih
suku bunga tertinggi dan terendah dari 16 bank Eropa, sebagai gambaran
counterparty risk’, mengalami peningkatan.
Solidnya pasar keuangan global dan meningkatnya toleransi
terhadap tingkat risiko mendorong investor membeli aset-aset keuangan
negara-negara emerging market. Bursa saham di negara-negara emerging
market Asia mencatat net foreign buy pada triwulan I 2012. Sejalan
dengan derasnya aliran modal masuk tersebut, nilai tukar negara-negara
53
emerging market Asia secara umum cenderung menguat terhadap dolar AS
35
.
Pasar keuangan global tahun 2013 masih diliputi ketidakpastian
seiring pengaruh beralihnya arus modal dunia dari negara-negara EM ke
negara-negara maju. Ketidakpastian terutama dirasakan sampai dengan
triwulan III 2013 yang dipicu oleh belum jelasnya prospek ekonomi
Kawasan Eropa dan rencana tapering off the Fed. Pada periode ini, kinerja
pasar keuangan, terutama di negara-negara EM, berada dalam tren
menurun dipengaruhi aliran keluar modal asing di negara-negara EM.
Pada triwulan IV 2013, perbaikan kinerja pasar keuangan mulai terlihat
terutama ditopang oleh kenaikan harga aset di bursa saham negara-negara
maju. Sebaliknya, indeks komposit bursa saham negara-negara EM di Asia
masih menurun akibat sentimen negatif tapering off yang mendorong
terjadinya aliran keluar modal dari negara-negara EM. Sementara itu,
imbal hasil obligasi sebagian besar negara mengalami kenaikan, termasuk
United States Treasury (UST) bill (10 tahun/ 10Y) seiring dengan perilaku
menghindari risiko (risk off) para investor global yang lebih memilih
memegang uang tunai menyusul ketidakpastian rencana pengurangan
stimulus moneter tersebut.
Ketidakpastian di pasar keuangan global tercermin pada kinerja
pasar modal. Pada semester I 2013, kinerja pasar modal global menurun
akibat sentimen negatif terhadap beberapa hal seperti downgrade credit
35
Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2012 oleh Bank Indonesia
54
rating negara Inggris, krisis di Siprus, kekhawatiran pemilu Italia, belum
terselesaikannya kompromi politik terkait debt ceiling dan automatic
spending cut (sequester) di AS, serta spekulasi tapering off. Penurunan
kinerja terlihat di Eropa sebagaimana tercermin dari menurunnya kinerja
bursa
saham,
melebarnya
yield
spread
government
bond,
dan
meningkatnya Credit Default Swap (CDS) sovereign negara Eropa. Di
Asia, penurunan kinerja ditandai dengan koreksi di bursa saham
sebagaimana menurunnya Morgan Stanley Composite Index (MCSI)
negara-negara EM Asia, meningkatnya CDS sovereign dan Emerging
Markets Bond Index Global (EMBIG), serta melemahnya indeks mata
uang regional Asia (Asia Dollar Index) terhadap dolar AS.
Kinerja pasar modal sempat membaik pada semester II 2013,
meskipun secara umum masih turun. Perbaikan tersebut terjadi pada awal
semester II 2013 yang merupakan sentimen positif terhadap kebijakan
terkait stimulus moneter (quantitative easing/ QE) dari BOJ, tercapainya
resolusi krisis di Siprus, pernyataan Bernanke terkait penundaan tapering
off dan komitmen ECB untuk menjaga level suku bunga tetap rendah.
Namun demikian, bursa saham global kembali terkoreksi secara tajam
dipicu rilis data ekonomi dunia yang di bawah perkiraan dan belum adanya
kejelasan bentuk reformasi struktural yang diusung dalam program kerja
Abenomics.
Perbaikan kondisi pasar tenaga kerja dan ekspektasi berlanjutnya
pemulihan ekonomi AS tidak mendapat respons positif dari pelaku pasar,
55
tertutup oleh rencana tapering off the Fed yang dikhawatirkan akan
mengurangi ekses likuiditas global. Risiko di pasar keuangan global yang
meningkat tercermin dari meningkatnya volatilitas disertai dengan koreksi
tajam bursa saham Nikkei, bursa saham negara-negara EM Asia, bursa
saham Eropa, dan bursa saham Amerika. Koreksi tajam di bursa saham
dipercepat oleh spekulasi tapering off yang akan dilakukan lebih awal
sehingga mendorong aksi jual investor global di pasar keuangan negaranegara EM. Aksi ini pada gilirannya memberi tekanan depresiasi terhadap
mata uang negara-negara EM Asia (Asia Dollar Index), termasuk
Indonesia.
Pada akhir tahun 2013, tekanan di pasar keuangan Asia mereda.
Hal ini seiring dengan perkembangan positif pada sektor manufaktur
China yang menjadi landasan bagi perkembangan bursa saham global.
Selain itu, bursa saham Asia kembali mencatat net inflow dari nonresiden
dan yield spread obligasi negara EM dengan US Treasury telah kembali
menyempit sejalan dengan berakhirnya partial shutdown oleh pemerintah
AS. Perkembangan tersebut telah memberikan daya dorong bagi
penguatan mata uang negara-negara Asia terhadap dolar AS meski dengan
volatilitas yang meningkat pada akhir 2013.36
2. Perekonomian Indonesia
a. Produk Domestik Bruto
36
Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2013 diunduh pada 3 Oktober 2014 di
www.bi.go.id
56
Perekonomian Indonesia memiliki pertumbuhan setiap tahun yang
masing-masing sebesar 6,22% (2010), 6,49% (2011), 6,23% (2012)37.
Setiap tahunnya, struktur PDB mengalami perubahan yang mana
hal ini menandakan bahwa setiap lapangan usaha tidak selalu memiliki
angka kontribusi yang konstan atas PDB, dimana hal ini didasarkan
kepada kondisi perekonomian yang turut mempengaruhi kemampuan
setiap lapangan usaha dalam menghasilkan pendapatan. . Berikut ini tabel
pertumbuhan PDB dan tabel struktur PDB menurut lapangan usaha (20092013) :
Tabel 4.1 PDB menurut Lapangan Usaha
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
No
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate, Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
PDB
Lapangan Usaha
2009
3,96
Laju Pertumbuhan
2010 2011
2012
3,01 3,37
3,97
4,47
2,21
14,2
9
7,07
1,28
3,86
4,74
5,33
1,39
6,14
4,82
1,49
5,73
6,40
6,95
8,69
6,65
9,17
7,50
8,11
15,8
5
5,21
13,4
1
5,67
10,70
9,98
6,84
7,15
6,42
4,63
6,04
6,22
6,75
6,49
5,24
6,23
Persentase Kontribusi
2010 2011 2012
Smt 12013
15,29 15,29 14,7 14,44
15,01
2009
1.
37
Pertanian,
Laporan Data Strategis BPS Tahun 2013 diunduh pada 3 Oktober 2014 di
www.bps.go.id
57
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
S
9.
Peternakan,
Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real
Estate, Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
PDB
0
10,56 11,16 11,8
5
26,36 24,80 24,3
3
0,83 0,76 0,77
11,78
10,90
23,94
23,71
0,79
0,83
9,90
10,25 10,1
6
13,28 13,69 13,8
0
6,31 6,56 6,62
10,45
10,25
13,90
14,26
6,66
6,84
7,23
7,26
7,56
10,78
10,64
100
100
7,24
7,21
10,24 10,24 10,5
6
100
100
100
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sektor industri
pengolahan (manufacturing industry) selalu memiliki kontribusi terbesar
atas PDB setiap tahunnya dengan angka di atas 20%, yakni 24,80%
(2010), 24,33% (2011), 23,94% (2012). Ini menandakan bahwa sektor
industry pengolahan merupakan sektor dengan kemampuan menghasilkan
pendapatan yang paling besar di antara sektor-sektor yang lain, dan ini
juga memberikan sinyal bahwa sektor industri pengolahan di Indonesia
adalah sektor yang layak menjadi tujuan investasi. Hal tersebut dapat kita
lihat dari angka pertumbuhan PDB setiap tahunnya yang mengalami
pertumbuhan rata-rata di atas 6% , yang mana secara tidak langsung
menandakan
naiknya
pendapatan
konsumen
dan
ini
juga
bisa
meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk olahan perusahaan,
58
yang berada di sektor industry pengolahan salah satunya perusahaan
pengolahan barang konsumsi (consumer goods).
b. Tingkat Inflasi
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah
barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada
barang/jasa yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang
ada barang/ jasa yang harganya justru turun. Rata-rata tertimbang dari
perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang
waktu tertentu disebut inflasi apabila naik, dan deflasi apabila turun.
Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut tercakup
dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal
dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi.
Inflasi IHK pada tahun 2011 berhasil ditekan pada level yang
sangat rendah yaitu 3,79%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari
koordinasi berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan
Pemerintah. Dari sisi Bank Indonesia, kebijakan diarahkan untuk
menjangkar ekspektasi inflasi, mengelola permintaan domestik dan
mengurangi dampak kenaikan inflasi global akibat kenaikan harga
komoditas pangan internasional. Hal ini tercermin dari inflasi inti yang
tetap terjaga pada level yang rendah di tengah akselerasi kegiatan ekonomi
domestik. Dari sisi Pemerintah, kebijakan diarahkan untuk mendukung
59
ketahanan pangan dan terjaganya harga energi seperti BBM, listrik dan
gas. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan dalam menurunkan inflasi
volatile food yang sangat signifikan dan inflasi administered prices yang
terjaga pada level yang cukup rendah. Rendahnya inflasi volatile food juga
dibantu oleh mulai menurunnya harga komoditas pangan global sejak
triwulan II-2011. Di tingkat daerah peningkatan koordinasi melalui forum
TPID juga cukup efektif dalam membantu penurunan tekanan inflasi
sebagaimana tercermin dari penurunan inflasi di hampir semua daerah di
Indonesia.38
Pada tahun 2012, inflasi tetap terkendali pada level yang rendah
dan berada dalam kisaran sasaran. Terkendalinya inflasi didukung oleh
penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang tepat dan
koordinasi kebijakan dengan pemerintah yang semakin solid dalam
mendorong kestabilan harga.
Pada tahun 2012, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai
4,3% (yoy) atau berada di dalam kisaran sasarannya sebesar 4,5%±1%.
Capaian inflasi nasional yang lebih rendah dari historisnya didukung oleh
inflasi di berbagai daerah.
Tekanan inflasi 2013 meningkat cukup tinggi dipicu kenaikan
harga pangan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi serta
beberapa permasalahan struktural yang masih mengemuka. inflasi
38
Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011, halaman 37
60
keseluruhan tahun 2013 tidak melebihi angka dua digit seperti yang terjadi
pada periode-periode saat terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi di 2005
dan 2008. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2013 tercatat
mencapai 8,4%, lebih tinggi dari inflasi tahun 2012 yang sebesar 4,3%,
dan berada di atas kisaran sasaran yang ditetapkan sebesar 4,5%±1%.
Tabel 4.2 Angka Inflasi Indonesia
Tahun
2011
2012
2013
Inflasi
3,79 %
4,3 %
8,4%
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tekanan inflasi yang selalu meningkat , bahkan pada 2013
mencapai level tertingginya dalam 3 tahun terakhir (2011-2013)
merupakan hal yang harus dicermati serta diantisipasi oleh para investor di
pasar modal. Investor harus memperhatikan perusahaan yang mereka pilih,
karena pada dasarnya inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan , dimana jika biaya perusahaan melebihi pendapatan
perusahaan maka akan terjadi penurunan pada sisi profitabilitas
perusahaan.39
c. Tingkat Suku Bunga
Tabel 4.3 BI Rate
39
Annisa Fathih Kurnia,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi di PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 83
61
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2011
6.50%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.50%
6.00%
6.00%
Tahun
2012
6.00%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
2013
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
5.75%
6.00%
6.50%
6.50%
7.25%
7.25%
7.50%
7.50%
Sumber : Bank Indonesia
Selama periode 2011-2013, suku bunga terendah yakni 5,75%
terjadi pada waktu yang cukup lama yaitu Februari 2012 - Mei 2013, yang
kemudian suku bunga terus naik hingga mencapai level tertingginya yaitu
7,50% pada November-Desember 2013. Seiring meningkatnya suku bunga
acuan BI maka dapat dikatakan harga saham akan turun, ini dikarenakan
antara tingkat suku bunga dan harga saham memiliki hubungan negatif. 40
Karena suku bunga yang tinggi akan mengakibatkan masyarakat
cenderung untuk menyimpan uang di bank dibanding melakukan konsumsi
dan investasi.
d. Nilai Tukar Rupiah
Ekonomi global 2013 juga diwarnai ketidakpastian di pasar
keuangan global terkait isu pengurangan stimulus moneter (tapering off) di
40
Annisa Fathih Kurnia,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi di PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 86
62
Amerika Serikat. Gejolak di pasar keuangan yang terjadi memicu aliran
modal asing keluar dari negara emerging market menuju negara maju,
terutama AS, sejalan dengan munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga
AS. Indonesia, yang menjadi salah satu tempat penanaman modal portfolio
asing, juga tidak terlepas dari dampak rencana tapering off ini, dimana
terjadi aliran modal asing yang keluar cukup signifikan dari pasar
keuangan domestik. Selain itu, keluarnya aliran modal asing dari Indonesia
juga dipicu oleh persepsi negatif investor asing terhadap tekanan inflasi
yang sempat tinggi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dan defisit
transaksi berjalan yang melebar. Keseluruhan hal ini berakibat pada
menurunnya surplus transaksi modal dan finansial. Melebarnya defisit
transaksi berjalan dan menurunnya surplus transaksi modal dan finansial
menyebabkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit
setelah sebelumnya mengalami surplus.
Defisit transaksi berjalan yang semakin melebar tidak terhindarkan
mendorong nilai tukar rupiah bergerak dalam tren melemah. Eskalasi
pelemahan rupiah semakin kuat terjadi sejak pertengahan Mei 2013
sampai menjelang akhir September 2013, saat terjadi aliran keluar modal
asing di pasar keuangan yang meningkat akibat rencana pengurangan
stimulus moneter di AS dan persepsi negatif investor terhadap
fundamental ekonomi Indonesia. Sebagai akibatnya rupiah pada tahun
2013 terdepresiasi cukup tajam dibandingkan tahun 2012, baik secara
point to point ataupun secara rata-rata.
63
Tabel 4.4 Kurs Rupiah BI Periode 2011-2013
No Bulan
2011
Jual
1. Januari
9.102
2. Februari
8.867
3. Maret
8.753
4. April
8.617
5. Mei
8.580
6. Juni
8.640
7. Juli
8.551
8. Agustus
8.621
9. September 8.867
10. Oktober
8.879
11. November 9.216
12. Desember 9.113
Beli
9.012
8.779
8.665
8.531
8.494
8.554
8.465
8.535
8.779
8.791
9.124
9.023
2012
Jual
9.045
9.130
9.226
9.236
9.613
9.527
9.532
9.608
9.636
9.663
9.653
9.718
Beli
8.955
9.040
9.134
9.144
9.517
9.433
9.438
9.512
9.540
9.567
9.557
9.622
2013
Jual
9.746
9.715
9.768
9.771
9.851
9.979
10.329
10.979
11.671
11.290
12.037
12.250
Beli
9.650
9.619
9.670
9.673
9.753
9.879
10.227
10.869
11.555
11.178
11.917
12.128
Sumber : Bank Indonesia
Rupiah pada 2013 berada dalam tren melemah akibat kinerja
Neraca Pembayaran Indonesia yang menurun. Tekanan pelemahan rupiah
terutama meningkat sejak Mei 2013 dipicu dari sisi eksternal oleh rencana
pengurangan stimulus moneter di AS dan dari sisi domestik oleh
ekspektasi inflasi yang meningkat, serta persepsi negatif investor terhadap
defisit transaksi berjalan. Tekanan pelemahan rupiah mulai mereda pada
triwulan IV 2013 ditopang respons bauran kebijakan Bank Indonesia,
termasuk kebijakan nilai tukar, yang diarahkan untuk menurunkan tekanan
inflasi dan defisit transaksi berjalan. Respons kebijakan pemerintah untuk
mengendalikan defisit transaksi berjalan juga berkontribusi pada
meredanya tekanan terhadap rupiah.
Pada 2013, tren pelemahan nilai tukar rupiah mulai terjadi sejak
awal tahun, meskipun masih terbatas. Pada triwulan I 2013, rupiah ditutup
pada level Rp9.718 per dolar AS, melemah 0,82% dibandingkan dengan
64
level penutupan akhir triwulan IV 2012. Secara rata-rata, rupiah pada
triwulan I 2013 juga melemah 0,70% menjadi Rp9.680 per dolar AS
dibandingkan Rp9.613 per dolar AS pada triwulan IV 2012.
Pelemahan rupiah masih terbatas di triwulan I 2013 karena tekanan
negatif pada sektor eksternal masih belum terlalu kuat. Defisit transaksi
berjalan yang mencapai 2,7% dari PDB pada triwulan I 2013 dapat
diimbangi oleh aliran masuk dana nonresiden ke pasar keuangan yang
masih cukup besar. Aliran masuk modal asing tersebut didorong oleh
menariknya imbal hasil investasi di aset rupiah dibandingkan dengan
negara-negara kawasan. Meskipun demikian, dalam triwulan tersebut
sempat terjadi beberapa gangguan terhadap arus modal asing akibat terjadi
peningkatan ketidakpastian global dan ekspektasi inflasi domestik.
Beberapa ketidakpastian global tersebut antara lain berkaitan dengan
kemungkinan pengetatan fiskal dan masalah penentuan debt ceiling AS,
serta ketidakpastian prospek pemulihan ekonomi Eropa.
Dari penjabaran kondisi perekonomian makro di Indonesia dan
implikasinya terhadap kondisi perusahaan, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
65
Tabel 4.5 Hasil Analisis Makro Ekonomi Tahun 2011-2013
Implikasi
No
1.
2.
3.
4.
Variabel
Makro
Ekonomi
Produk
Domestik
Bruto
Tingkat
Inflasi
Tingkat
Suku
Bunga
Nilai Tukar
Rupiah
Hasil
Kondisi
Makro
Ekonomi
Meningkat Sinyal positif
untuk
investasi
Meningkat Sinyal
negatif untuk
investasi
Meningkat Sinyal
negatif untuk
investasi
Melemah
Sinyal
negatif untuk
investasi
Profitabilitas
Perusahaan
Profitabilitas
perusahaan tetap
meningkat,
meskipun di
tengah keadaan
perekonomian
yang kurang
mendukung
(lebih banyak
sinyal negatif
untuk investasi)
Harga
Saham
Pada
periode ini,
harga
ketiga
saham
tetap
mengalami
peningkata
n yang
signifikan
dengan
rentang
persentase
23% 238%.
D. Analisis Industri Barang Konsumsi
Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama adalah
mengidentifikasi siklus hidup industri. Kemudian langkah berikutnya
adalah
melakukan
analisis
terhadap
kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi persaingan industri.
C.1
Siklus Hidup Industri
Porter dalam bukunya mengemukakan bahwa siklus hidup industri
memiliki beberapa tahap atau fase, yaitu tahap perkenalan, tahap
pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan.
66
Sektor industri barang konsumsi (consumer goods) secara umum
telah berada pada tahap kedewasaan, dimana produk dari perusahaan
sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bahkan melekat dalam kehidupan
masyarakat. Pertumbuhan sektor industri barang konsumsi, khususnya sub
sektor makanan dan minuman pun tetap terus terjadi meskipun pada tahap
ini pertumbuhan berangsur-angsur menuju ke tingkat pertumbuhan
normal. Pada sub sektor ini, masing-masing perusahaan sudah memiliki
produk unggulan yang mampu menjadi pemimpin di tiap segmentasi
pasarnya. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan Indomie dan
Pop Mie yang dipandang sebagai market leader mie instan. PT Mayora
Indah Tbk dengan Kopi Torabika, Beng Beng, dan Roma Biskuit Kelapa.
Sedangkan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk juga dengan produk unggulan
minuman kemasan tetrapack yakni susu UHT Ultra Milk dan Teh Kotak.
C.2
Analisis Porter’s Five Forces
Langkah selanjutnya ialah melakukan analisis terhadap kekuatan-
kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri barang konsumsi sub
sektor makanan dan minuman melalui Porter’s Five Forces, sebagaimana
akan dijelaskan berikut ini :
a. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry)
Hambatan besar bagi pemain baru yang akan memasuki industry
ini yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan karena pemain baru
mau tidak mau
harus melakukan capital intensive jika ingin
memasuki industry yang sudah diisi oleh peruahaan-perusahaan
67
yang sudah memiliki produk yang dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Selain itu, waktu juga menjadi hambatan dikarenakan
butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa masuk dan menjadi
pemain besar di dalam industry makanan dan minuman di
Indonesia.
b. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute)
Beberapa produk subtitusi bagi masing-masing produk dari ketiga
perusahaan ini :
1. Pasta dengan jenis spaghetti dan macaroni sebagai produk
substitusi Indomie (produk PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk).
2. PT Mayora Indah Tbk yang focus pada biscuit dan coklat
memiliki produk substitusi yakni wafer dengan beragam varian
rasa produksi perusahaan pesaing.
3. Produk minuman sereal, minuman energi pengganti ion sebagai
produk substitusi atas susu UHT Ultrajaya dan Teh Kotak.
c. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers)
Konsumen memiliki kekuatan tawar yang kuat dikarenakan
konsumen atau pembeli memiliki keleluasaan yang besar dalam
mengganti pilihan produknya . Konsumen bisa dengan mudah
beralih, hal ini tidak membutuhkan biaya pengalihan (switching
68
cost) yang besar karena tidak jauhnya perbedaan harga antar
produk-produk ketiga perusahaan ini dengan harga produk pesaing.
d. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)
Hanya ada satu pemasok untuk PT Mayora Indah Tbk yakni PT
Inbisco Niaga yang dianggap memiliki kualitas bahan baku yang
sangat baik, sehingga pemasok mempunyai kekuatan tawar
menawar yang kuat.
Kemudian PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki
beberapa pemasok utama, salah satunya yaitu Bogasari Flour Mills.
Sehingga kekuatan
tawar pemasok
rendah, hal ini juga
dikarenakan Bogasari Flour Mills masih merupakan anggota grup
Indofood .
Selanjutnya kekuatan tawar pemasok bagi PT Ultrajaya Milk
Industry bisa dikategorikan rendah, karena bahan baku untuk
produk susu yang dihasilkan berasal dari peternakan milik sendiri
yakni Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) yang mampu
menjamin ketersediaan susu berkualitas internasional, dan untuk
bahan baku produk lain seperti teh kotak juga berasal dari lahan
perkebunan milik sendiri.
e. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among
existing competitor)
69
Masing-masing perusahaan memiliki pesaing di setiap segmennya
seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan PT Sayap
Mas Utama sebagai pesaing yang memproduksi Mie Sedap,
dimana Mie Sedap mampu menggerogoti market share Indomie
yang selama ini dikenal sebagai pemimpin dalam produk mie
instan di Indonesia. Kemudian Frisian Flag sebagai pesaing
Ultrajaya dalam produk susu, dan Danone Indonesia sebagai
pesaing Mayora dalam produk biskuit. Tetapi dalam persaingan
ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk
dan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk berhasil mengungguli pesaing
yang ada , ini dikarenakan ketiga perusahaan ini memiliki kekuatan
utama yakni jaringan distribusi luas yang mampu menjangkau
seluruh wilayah di Indonesia bahkan hingga menembus pasar
ekspor, keunggulan ini juga didukung oleh pengembangan yang
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan di segala bidang
terutama dalam bidang teknologi yang sangat mendukung
peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan kualitas produk
yang dihasilkan.
70
Tabel 4.6 Porter’s Five Forces Analysis
Kekuatan
Tingkatan
Hambatan Bagi Pemain Baru
Tinggi
Ancaman Produk Substitusi
Medium
Kekuatan Tawar Konsumen
Tinggi
Kekuatan Tawar Pemasok
Tinggi
Tingkat Persaingan di Antara Pemain
Tinggi
E. Analisis Perusahaan
1. Rasio Aktifitas
Rasio
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Rasio perputaran
persediaan (Inventory Turn Over) PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk pada tahun 2011 sebesar 11,8x, tahun 2012 sebesar 11,95x, tahun
2013 sebesar 8,74x. Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn
Over) berturut-turut tahun 2011, 2012, 2013 sebesar 7,47x, 5,61x ,
5,18x tahun 2013. Rasio perputaran total aset (Total Asset Turn Over)
tahun 2011 sebesar 1,27x, tahun 2012 sebesar 1,21x, dan pada tahun
2013 sebesar 1,179x.
71
Tabel 4.7 Data Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Inventory Turnover
11,8
11,95
8,74
2.
Fixed Asset Turnover
7,47
5,61
5,18
3.
Total Asset Turnover
1,27
1,21
1,179
Grafik 4.3 Rasio Aktifitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
12
10
8
ITO
6
FATO
4
TATO
2
0
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (data diolah)
Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over) PT Mayora
Indah Tbk 7,07x tahun 2011, 7,01x tahun 2012, 8,25x tahun 2013.
Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn Over) tahun 2011 4,63x,
tahun 2012 3,67x, tahun 2013 3,85x. Rasio perputaran total aset (Total
Asset Turn Over) tahun 2011, 2012, 2013 sebesar 1,43x, 1,26x, 1,23x.
72
Tabel 4.8 Data Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Inventory Turnover
7,07
7,01
8,25
2.
Fixed Asset Turnover
4,63
3,67
3,85
3.
Total Asset Turnover
1,43
1,26
1,23
Grafik 4.4 Rasio Aktifitas PT Mayora Indah Tbk
10
8
ITO
6
FATO
4
TATO
2
0
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah)
Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over) PT Ultra Jaya
Milk Industri Tbk 5,7x pada tahun 2011, 8,4x pada tahun 2012, 6,46x
pada tahun 2013. Rasio perputaran aset tetap (Fixed Asset Turn Over)
1,96x pada tahun 2011, 2,86x pada tahun 2012, 3,58x pada tahun
2013. Rasio perputaran total aset (Total Asset Turn Over) tahun 2011
sebesar 0,96x , tahun 2012 sebesar 1,16x tahun 2012, dan tahun 2013
sebesar 1,23x.
73
Tabel 4.9 Data Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Inventory Turnover
5,7
8,4
6,46
2.
Fixed Asset Turnover
1,96
2,86
3,58
3.
Total Asset Turnover
0,96
1,16
1,23
Grafik 4.5 Rasio Aktifitas PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
ITO
FATO
TATO
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data
diolah)
2. Rasio Likuiditas
Rasio aset lancar terhadap utang lancar PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk berada pada level di atas 200% yakni 278% (2,78x) pada
tahun 2011, 271,9% (2,71x) pada tahun 2012, dan 241% (2,41x) pada
tahun 2013. Ini menandakan bahwa semua utang lancar perusahaan
mampu ditutupi oleh jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan. PT
Mayora Indah Tbk juga mampu mempertahankan rasio lancarnya di
74
kategori aman dengan angka di atas 200% , yakni 221,% (2,21x) tahun
2011, 276,1% (2,76x) tahun 2012, dan 240,2% (2,40x) pada tahun
2013. Sementara, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk berhasil menjaga
tingkat rasio lancarnya di atas 100%, dimana pada tahun 2011 sebesar
147,6% (1,47x), kemudian pada tahun 2012 sebesar 201,8% (2,01x)
dan 247% (2,47x) pada tahun 2013. Angka ini juga dikategorikan
aman pada rasio lancar perusahaan, meskipun perusahaan tetap harus
berupaya meningkatkan lagi ke tingkat 200% (2x) agar kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang lancar lebih terjaga.
Tabel 4.10 Data Rasio Likuiditas
No.
1.
Perusahaan
2011
PT Indofood CBP Sukses 278%
2012
2013
271,9%
241%
276,1%
240,2%
201,8%
247%
Makmur Tbk
2.
PT Mayora Indah Tbk
221,%
3.
PT Ultra Jaya Milk Industri 147,6%
Tbk
Grafik 4.6 Rasio Likuiditas Tahun 2011-2013
75
300%
250%
200%
ICBP
150%
MYOR
100%
ULTJ
50%
0%
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk, PT Mayora Indah Tbk, Pt Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah)
3. Rasio Solvabilitas
Rasio total utang terhadap total aset (DAR) PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk masih berada di level aman, karena berada di
bawah 0,5 (50%) yakni 0,30 (30%) tahun 2011, 0,32 (32%) tahun
2012, dan 0,37 (37%) tahun 2013. Ini berarti total aset mampu
menutupi semua utang perusahaan, bahkan PT Indofood CPB Sukses
Makmur Tbk masih memiliki sisa aset yang cukup banyak apabila
seluruh utangnya dibayarkan. Demikian juga dengan rasio total utang
terhadap total ekuitas perusahaan (DER) yang pada tahun 2011 dan
2012 berada di level aman di bawah 0,5 (50%) yakni sebesar
0,43(43%) dan 0,48 (48%), sementara pada tahun 2013 meningkat
menjadi 0,60 (60%) ini berarti perusahaan dibiayai oleh utang sebesar
60% yang mana angka ini sudah dikategorikan sebagai level yang
76
rentan akan risiko , maka perusahaan harus berupaya menurunkan total
utangnya menjadi di bawah 0,5 (50%).
Tabel 4.11 Data Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Debt to Asset
0,30
0,32
0,37
2.
Debt to Equity
0,43
0,48
0,60
Grafik 4.7 Rasio Solvabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk
0.70
0.60
0.50
0.40
DAR
0.30
DER
0.20
0.10
0.00
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (data diolah)
Selanjutnya, total utang terhadap total aset (DAR) PT Mayora
Indah Tbk 2011, 2012, 2013 berturut-turut sebesar 0,63 (63%) , 0,63
(63%) dan 0,60 (60%). Meskipun total aset masih mampu menutupi
seluruh utang perusahaan dan masih memiliki sisa aset setelah utang
77
dibayarkan, tetapi angka ini sudah melebihi 0,5 (50%) yang pada
umumnya dikategorikan sebagai level aman. Sedangkan rasio total
utang terhadap total modal (DER) perusahaan berada pada level risiko
gagal bayar yang sangat tinggi yakni 1,72 (172%) tahun 2011, 1,71
(171%) tahun 2012, serta sedikit mengalami penurunan pada tahun
2013 yakni 1,49 (149%). Ini menandakan bahwa perusahaan secara
keseluruhan dibiayai oleh hutang dan modal perusahaan tidak mampu
menutupi seluruh utang, karena total utang yang lebih besar dari modal
perusahaan.
Tabel 4.12 Data Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Debt to Asset
0,63
0,63
0,60
2.
Debt to Equity
1,72
1,71
1,49
Grafik 4.8 Rasio Solvabilitas PT Mayora Indah Tbk
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
DAR
DER
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah)
78
Sementara PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk selama tahun 2011
hingga tahun 2013 tetap menjaga rasio total utang terhadap total aset
(DAR) pada level aman di bawah 0,5 (50%) yakni 0,38 (38%) , 0,31
(31%), dan 0,28 (28%). Kemudian rasio total utang terhadap modal
juga masih dikategorikan aman, meskipun pada tahun 2011 berada
pada angka 0,61 (61%) yang mana pada dua tahun berikutnya kembali
turun pada angka 0,44 (44%) dan 0,40 (40%).
Tabel 4.13 Data Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Debt to Asset
0,38
0,31
0,28
2.
Debt to Equity
0,61
0,44
0,40
Grafik 4.9 Rasio Solvabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
0.70
0.60
0.50
0.40
DAR
0.30
DER
0.20
0.10
0.00
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data
diolah)
79
4. Rasio Profitabilitas
Tahun 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mencatatkan
tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba (ROA)
sebesar 13,57%, kemudian pada tahun 2012 sebesar 12,80% dan pada
tahun 2013 sebesar 10,50%. Kemudian tingkat pengembalian atas
setiap saham yang ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 19,29% pada
tahun 2011, sebesar 19,04% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013
sebesar 16,84%. Sementara marjin laba bersih perusahaan terhadap
penjualan (NPM) ialah sebesar 10,67%, 10,58%, serta 8,91% berturutturut untuk tahun 2011, 2012, 2013.
Tabel 4.14 Data Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Return on Asset
13,57%
12,80%
10,50%
2.
Return on Equity
19,29%
19,04%
16,84%
3.
Net Profit Margin
10,67%
10,58%
8,91%
Grafik 4.10 Rasio Profitabilitas PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk
80
20.00%
15.00%
ROA
10.00%
ROE
5.00%
NPM
0.00%
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (data diolah)
Pada tahun 2011 tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam
menghasilkan laba (ROA) PT Mayora Indah Tbk sebesar 7,33%,
kemudian pada tahun 2012 sebesar 8,97% dan pada tahun 2013 sebesar
10,40%. Kemudian tingkat pengembalian atas setiap saham yang
ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 19,94% pada tahun 2011,
sebesar 24,27% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 sebesar
26,02%. Sementara marjin laba bersih perusahaan terhadap penjualan
(NPM) ialah sebesar 5,11%, 7,08%, serta 8,42% berturut-turut untuk
tahun 2011, 2012, 2013.
Tabel 4.15 Data Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Return on Asset
7,33%
8,97%
10,40%
2.
Return on Equity
19,94%
24,27%
26,02%
3.
Net Profit Margin
5,11%
7,08%
8,42%
81
Grafik 4.11 Rasio Profitabilitas PT Mayora Indah Tbk
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
ROA
10.00%
ROE
NPM
5.00%
0.00%
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Mayora Indah Tbk (data diolah)
Tingkat penggunaan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba
(ROA) PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk pada tahun 2011 sebesar
5,89%, pada tahun 2012 sebesar 14,60% dan pada tahun 2013 sebesar
11,56%. Kemudian tingkat pengembalian atas setiap saham yang
ditanamkan oleh investor (ROE) yakni 9,50% pada tahun 2011,
sebesar 21,08% pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 sebesar
16,13%. Marjin laba bersih perusahaan terhadap penjualan (NPM)
sebesar 6,11%, 12,58%, serta 9,40% berturut-turut untuk tahun 2011,
2012, 2013.
Tabel 4.16 Data Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk
No.
Jenis Rasio
2011
2012
2013
1.
Return on Asset
5,89%
14,60%
11,56%
2.
Return on Equity
9,50%
21,08%
16,13%
82
3.
Net Profit Margin
6,11%
12,58%
9,40%
Grafik 4.12 Rasio Profitabilitas PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
25.00%
20.00%
15.00%
ROA
10.00%
ROE
NPM
5.00%
0.00%
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data
diolah)
Selanjutnya adalah rasio jumlah laba yang dihasilkan perusahaan
untuk tiap lembar saham yang diterbitkan. Secara berturut-turut pada
tahun 2011, 2012, 2013 Earning Per Share (EPS) PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk sebesar Rp 339 , Rp 374, dan Rp 382 dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 6%. Kemudian PT Mayora Indah Tbk
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 34% mencatatkan Earning Per
Share (EPS) sebesar Rp 614 pada tahun 2011 , Rp 816 pada tahun
2012 , dan Rp 1.115 pada tahun 2013. Kenaikan Earning Per Share
(EPS) kedua perusahaan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
jumlah laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun. Sementara Earning
Per Share (EPS) PT Ultrajaya Milk Industri Tbk tahun 2011 tercatat
83
sebesar Rp 44, tahun 2012 sebesar Rp 122, serta mengalami sedikit
penurunan pada tahun 2013 menjadi Rp 113 dimana ini disebabkan
oleh menurunnya jumlah laba bersih PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk
pada tahun 2013.
Tabel 4.17 Data Earning Per Share (EPS)
No.
1.
Perusahaan
2011
PT Indofood CBP Sukses 339
2012
2013
374
382
816
1.115
122
113
Makmur Tbk
2.
PT Mayora Indah Tbk
614
3.
PT Ultra Jaya Milk Industri 44
Tbk
Grafik 4.13 Earning Per Share (EPS)
1200
1000
800
ICBP
600
MYOR
ULTJ
400
200
0
2011
2012
2013
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk, PT Mayora Indah Tbk, Pt Ultra Jaya Milk Industri Tbk (data diolah)
84
F. Valuasi Saham
Proses valuasi atau penilaian saham dilakukan melalui dua metode, yakni
Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).
1. Metode Price Earning Ratio (PER)
Pertama ialah penilaian saham dengan metode PER. Berikut data untuk
estimasi harga wajar saham menggunakan PER :
Tabel 4.18 Data Estimasi Harga Wajar Saham
Saham
ICBP
MYOR
ULTJ
Tahun
2011
2012
2013
2014
2011
2012
2013
2014
2011
2012
2013
2014
ROE
(%)
19,29
19,04
16,85
19,94
24,27
26,02
9,5
21,08
16,13
-
EPS
(Rp)
339
374
382
614
816
1115
44
122
113
-
Dividen
(Rp)
169
186
190
130
230
230
10
10
12
-
DPR
(%)
49,85
49,73
49,73
21,17
28,18
20,62
22,72
8,19
10,61
-
Harga (Rp)
5.200
7.800
10.200
11.000
14.250
20.000
26.000
25.900
1.080
1.330
4.500
3.750
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan 2011-2013(data diolah).
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan hasil berikut :
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham
Saham
ICBP
Expected
Earning
Growth
Rate (g)
Estimated
EPS2014
(Rp)
0,092
417,31
1.315,7
MYOR 0,18
Estimated
Dividen
Discoun
t Rate
(k)
Estimated
PER2014
204,48
0,11
27,2
302,61
0,19
22,9
2014
(Rp)
Nilai
Intrinsik
(Rp)
11.350,83
2
30.247,94
85
ULTJ
0,139
128,71
16,73
0,1434
29,54
3
3.802,093
4
Langkah selanjutnya ialah membandingkan nilai intrinsik saham dengan
harga pasar sekarang. Berikut ini tabel perbandingannya :
Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Intrinsik dengan Harga Pasar
Saham
ICBP
MYOR
ULTJ
Nilai Intrinsik
Rp 11.350,832
Rp 30.247,943
Rp 3.802,0934
Harga Pasar Sekarang
Rp 11.000
Rp 25.900
Rp 3.750
Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat dinyatakan bahwa :
1) Saham ICBP memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, berarti saham PT
Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk yang dinilai dengan metode PER
berada dalam posisi Undervalued, yang mana saham ini layak dibeli
atau ditahan oleh investor karena memiliki harga pasar yang murah.
2) Saham MYOR memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, ini berarti
saham PT Mayora Indah, Tbk yang dinilai dengan metode PER berada
dalam posisi Undervalued. Sehingga saham ini juga merupakan saham
yang seharusnya dibeli atau ditahan oleh investor.
3) Saham ULTJ memiliki Nilai Intrinsik > Harga Pasar, berarti saham PT
Ultra Jaya Milk Industry, Tbk yang dinilai dengan metode PER berada
dalam posisi Undervalued. Lebih baik bagi investor untuk membeli
86
karena nilai intrinsik saham lebih besar , dan ini menjadikan saham
ULTJ sebagai saham layak beli oleh para investor.
2. Metode Price to Book Value (PBV)
Berikut dapat ditentukan posisi saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Mayora Indah Tbk serta PT Ultra Jaya Milk Industry dengan metode Price to
Book Value (PBV) :
Tabel 4.21 Perhitungan Price to Book Value
Jumlah
Saham
Beredar
(jutaan
lembar)
Nilai
Buku
(BV)
Harga
Sekarang
(P)
PBV
Saham
Tahun
Total
Ekuitas
(jutaan
Rp)
ICBP
2013
13.265.731
5.831
2.275,03
11.000
4,83
MYOR
2013
3.893.900
894,34
4.353,89
25.900
5,94
ULTJ
2013
2.015.145
2.888
697,764
3.750
5,37
Tabel 4.22 Interpretasi Hasil Perhitungan Price to Book Value
Saham
ICBP
MYOR
ULTJ
PBV
4,83
5,94
5,37
Posisi
Overvalued / Mahal
Overvalued / Mahal
Overvalued / Mahal
Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa saham PT Indofood
Sukses Makmur Tbk dengan PBV 4,83 kali , PT Mayora Indah Tbk dengan PBV
5,94 kali serta PT Ultra Jaya Milk Industry dengan PBV 5,37 kali berada dalam
posisi overvalued, dengan melihat pada nilai PBV yang lebih besar dari 1. Ini
87
menandakan bahwa ketiga saham ini dinilai tinggi (mahal) oleh para investor,
tetapi ketiga saham dengan PBV tinggi ini tetap merupakan saham layak beli
apabila ketiga saham
ini memiliki prospek yang bagus, karena banyak kita
ketahui perusahaan yang memiliki prospek bagus dan mapan seperti saham-saham
bluechips, nilai PBV-nya tinggi (di atas 3 kali).
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis ekonomi makro yang dilakukan, didapatkan hasil
bahwa Produk Domestik Bruto, tingkat inflasi, serta tingkat suku
bunga mengalami peningkatan dalam 3 tahun dari 2011-2013,
sedangkan nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun mengalami
pelemahan. Kondisi ini menyebabkan dominannya sinyal negatif untuk
berinvestasi, meskipun dalam kondisi yang kurang mendukung tetapi
pada kenyataannya profitabilitas ketiga perusahaan tetap mengalami
peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada harga saham, dimana
harga saham ketiga perusahaan pada periode 2011-2013 tetap
mengalami peningkatan yang signifikan dengan rentang persentase
23% hingga 238%.
2. Berdasarkan analisis industri, ketiga perusahaan yakni PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk ,serta PT Ultra Jaya
Milk Industri Tbk telah berada pada tahap kedewasaan, dimana produk
dari perusahaan sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bahkan
melekat dalam kehidupan masyarakat. Kemudian hasil analisis
berdasarkan Porter’s Five Forces ,
ketiga
perusahaan
memiliki
89
tingkatan yang tinggi dalam hal hambatan bagi pemain baru, kekuatan
tawar konsumen, kekuatan tawar pemasok dan tingkat persaingan di
antara pemain. Sedangkan dalam hal ancaman produk substitusi, ketiga
perusahaan memiliki tingkatan yang masih dikategorikan medium.
3. Melalui analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan, yakni rasio
aktifitas (Invetory Turn Over, Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn
Over), rasio likuiditas (Current Ratio), rasio solvabilitas (Debt to Asset
Ratio, Debt to Equity Ratio), rasio profitabilitas (Return on Asset,
Return On Equity, Net Profit Margin, Earnings Per Share) , ketiga
perusahaan dinilai masih berada di kategori yang aman. Meskipun
dalam salah satu hasilnya yakni PT Mayora Indah Tbk pada rasio Debt
to Equity menunjukkan tanda tingginya utang terhadap modal
perusahaan, tetapi hal yang juga perlu dilihat ialah jumlah utang pada
rasio Debt to Asset masih mampu ditutupi oleh aset PT Mayora Indah
Tbk. Kemudian untuk ketiga perusahaan jika dilihat secara
keseluruhan dalam hal rasio-rasio keuangan perusahaan memberikan
tanda bahwa ketiga perusahaan ini adalah perusahaan-perusahaan yang
memiliki kinerja baik serta memiliki prospek yang bagus sebagai
tujuan investasi para investor.
4. Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk
,dan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk yang dihitung menggunakan
metode PER, dimana hasil didapatkan dengan membandingkan nilai
intrinsik dengan harga pasar saham menunjukkan saham berada pada
90
posisi undervalued. Maka, jika mengacu pada hasil penilaian dengan
metode PER, sebaiknya investor membeli saham dari ketiga
perusahaan ini yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Mayora Indah Tbk, dan PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk.
Selanjutnya dengan menggunakan metode PBV, didapatkan hasil
saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan PBV 4,83 kali , PT
Mayora Indah Tbk dengan PBV 5,94 kali serta PT Ultra Jaya Milk
Industri dengan PBV 5,37 kali berada dalam posisi overvalued, dengan
melihat pada nilai PBV yang lebih besar dari 1. Ini menandakan bahwa
ketiga saham ini dinilai tinggi (mahal) oleh para investor, tetapi ketiga
saham dengan PBV tinggi ini tetap merupakan saham layak beli
apabila ketiga saham
ini memiliki prospek yang bagus, dimana
banyak perusahaan dengan prospek bagus memiliki PBV di atas 3 kali.
B. Saran
Beberapa saran untuk perusahaan dan peneliti selanjutnya terkait hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kepada ketiga perusahaan yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk, PT Ultra Jaya Milk Industri Tbk, dan PT Mayora Indah Tbk agar
tetap konsisten menjaga kapabilitas produksi, profitabilitas serta selalu
berusaha menjaga kepuasan konsumen melalui pengembangan dan
inovasi produk-produk perusahaan.
2. Penulis juga menyarankan kepada ketiga perusahaan untuk terus
menjaga kepercayaan para stock holders (pemegang saham) melalui
91
upaya-upaya yang berfokus kepada peningkatan penjualan dan
peningkatan laba perusahaan sebagai landasan bagi para pemodal
maupun para calon pemodal untuk berinvestasi pada ketiga perusahaan
ini.
3. Selanjutnya penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang
ingin melakukan penelitian atas harga wajar saham untuk bisa
menggunakan metode-metode valuasi saham lain seperti DCF
(Discounted Cash Flow), FCFE (Free Cash Flow to Equity) atau
berbagai metode valuasi saham yang lain, dan juga bagi peneliti
selanjutnya untuk fokus kepada analisis kinerja keuangan perusahaan
secara lebih mendalam dengan menggunakan berbagai rasio keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bodie,Zvi, dkk.Essential of Investments. Singapura : The McGraw-Hill
Companies, 2003.
Francis, Jack Clark. Investment: Analysis and Management. Singapura : McGrawHill Inc, 1991.
Online ,Danareksa. Jenis Investasi. Artikel diakses pada 20 Desember 2013 pukul
15.47
dari
http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/ta
bid/146/language/id-ID/Default.aspx 30-12-2013
Rahadjeng, Erna Retna. “Metode Penilaian Harga Wajar Saham Perusahaan
Manufaktur yang Tercatat di BEI”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Manan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta : Kencana, 2009.
PT Bursa Efek Indonesia. Indeks Saham Syariah. Artikel diakses pada 8 Januari
2014
pukul
13.56
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx
Syaifulloh, M. Anwar. “Analisis Perbandingan Kinerja Saham Antara yang
Konsisten dan yang Tidak Konsisten Terdaftar di Jakarta Islamic Index
(2006-2007)“ . Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Ari Kunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Renika Cipta, 1993.
Seng, Dyna. “Fundamental Analysis and the Prediction of Earnings.”
International Journal of Business and Management. Vol. 7, NO. 3
(February 2012): h.32
Sabrini, Siti Bilqis. ”Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan
Teknikal”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, 2008.
Kurnia, Annisa Fathih,”Analisis Fundamentas Saham Dalam Keputusan Investasi
di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Jamshidi, Nasser dkk. “Studying Affecting Factors on Analysts’ Decisions
Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: A Fundamental
Analysis Approach.” European Journal of Economics, Finance and
Administrative Sciences. ISSN 1450-2275 Issue 44 (2012) : h.77
Friska, Andriani, dkk.”Pengambilan Keputusan Investasi Saham dengan
Menggunakan Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan
Analisis Fundamental Internal Melalui Pendekatan Price Earning Ratio
(Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)”. Jurnal Universitas Brawijaya
: h. 2
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi :
Pendekatan Teknikal dan Fundamental Untuk Analisis Saham.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Murhadi, Werner R. Analisis Saham Pendekatan Fundamental. Jakarta :PT
Indeks, 2009.
Sukirno, Sadono. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
persada, 2004.
Porter, Michael E. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Jakarta : Penerbit Erlangga, 1992.
Permata, Irene Silvia, dkk. “ Penilaian Saham Dengan Menggunakan Metode
Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV) (Studi Pada
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Yang Terdaftar Pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2012)”. Jurnal Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
PT Bursa Efek Indonesia. Indeks Saham Syariah. Artikel diakses pada 8 Januari
2014
pukul
13.56
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx
Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011”. Laporan
diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id
Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012”. Laporan
diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id
Bank Indonesia. “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013”. Laporan
diunduh pada 3 Oktober 2014 dari www.bi.go.id
Badan Pusat Statistik. ”Laporan Data Strategis BPS Tahun 2013”. Laporan
diunduh pada 3 Oktober 2014 di www.bps.go.id
VALUASI SAHAM ICBP METODE PER
Tahun
ROE (%)
EPS (Rp)
2011
19.29
2012
19.04
2013
16.85
2014 x
x
339
374
382
Dividen (Rp)
DPR (%)
Price (Rp)
169
49.852507
5200
186
49.73262
7800
190
49.73822
10200
x
x
11000
A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b
1. menentukan Return On Equity (ROE)
ROE rata-rata =
= 18,39%
= 0,1839
,
,
,
2.menentukan Retention Ratio (b)
b 2014 = 1 – DPR 2013
b 2014 = 1 – 0,4973
b 2014 = 0,5027
Jadi, expected earning growth rate :
g
= ROE x b
= 0,1839 x 0,5027
= 0,092
B. Menentukan estimated earning per share (EPS)
EPS t+1 = EPS t (1+g)
EPS 2014
= EPS 2013 (1+g)
EPS 2014
= 382 (1+0,092)
= 417,31
C.Menghitung estimated cash dividend per share
DIV t+1 = (EPS t+1 ) x DPR rata-rata
DIV 2014
= (EPS 2014 ) x DPR rata-rata
= 417,31 x 0,49
= 204,48
D. Menentukan discount rate (k)
k
=
k
=
+g
,
+ 0,092
= 0,11
e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER)
estimated PER =
,
=
,
,
,
= 27,2
f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014
= 417,31 x 27,2
= 11.350,832
Nilai Intrinsik
11.350,832
Harga Pasar Saham
11.000
VALUASI SAHAM ICBP METODE PBV
Book Value
=
=
.
.
.
.
.
.
.
= 2275,035
Price Book Value
=
.
.
,
= 4,83 X ( lebih besar dari 1x, overvalued )
Keterangan
Undervalued
VALUASI SAHAM ULTJ METODE PER
Tahun
ROE (%)
EPS (Rp)
2011
9.5
2012
21.08
2013
16.13
2014 x
x
Dividen (Rp)
44
122
113
10
10
12
x
DPR (%)
Price (Rp)
22.72727273
1080
8.196721311
1330
10.61946903
4500
x
3750
A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b
1. menentukan Return On Equity (ROE)
ROE rata-rata =
= 15,57%
= 0,1557
,
,
,
2.menentukan Retention Ratio (b)
b 2014 = 1 – DPR 2013
b 2014 = 1 – 0,1061
b 2014 = 0,8939
Jadi, expected earning growth rate :
g
= ROE x b
= 0,1557 x 0,8939
= 0,139
B. Menentukan estimated earning per share (EPS)
EPS t+1 = EPS t (1+g)
EPS 2014
= EPS 2013 (1+g)
EPS 2014
= 113 (1+0,139)
= 128,71
C.Menghitung estimated cash dividend per share
DIV t+1
= (EPS t+1 ) x DPR rata-rata
DIV 2014
= (EPS 2014 ) x DPR rata-rata
= 128,71 x 0,13
= 16,73
D. Menentukan discount rate (k)
k
=
k
=
+g
,
+ 0,139
= 0,1434
e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER)
estimated PER =
,
=
,
,
,
= 29,54
f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014
= 128,71 x 29,54
= 3.802,0934
Nilai Intrinsik
3.802,0934
Harga Pasar Saham
3.750
VALUASI SAHAM ULTJ METODE PBV
Book Value
=
=
.
.
.
.
.
.
.
= 697,764
Price Book Value
=
.
,
= 5,37 X ( lebih besar dari 1x, overvalued )
Keterangan
Undervalued
VALUASI SAHAM MYOR METODE PER
Tahun
ROE (%)
EPS (Rp)
Dividen (Rp)
DPR (%)
Price (Rp)
2011
19.94
614
130
21.172638
14250
2012
24.27
816
230
28.186275
20000
2013
26.02
1115
230
20.627803
26000
2014 x
x
x
x
25900
A. Menghitung expected earning growth rate (g), dimana g=ROE x b
1. menentukan Return On Equity (ROE)
ROE rata-rata =
= 23,41%
= 0,2341
,
,
,
2.menentukan Retention Ratio (b)
b 2014 = 1 – DPR 2013
b 2014 = 1 – 0,2062
b 2014 = 0,7938
Jadi, expected earning growth rate :
g
= ROE x b
= 0,2341 x 0,7938
= 0,18
B. Menentukan estimated earning per share (EPS)
EPS t+1 = EPS t (1+g)
EPS 2014
= EPS 2013 (1+g)
EPS 2014
= 1115 (1+0,18)
= 1315,7
C.Menghitung estimated cash dividend per share
DIV t+1 = (EPS t+1 ) x DPR rata-rata
DIV 2014
= (EPS 2014 ) x DPR rata-rata
= 1315,7 x 0,23
= 302,61
D. Menentukan discount rate (k)
k
=
k
=
+g
,
+ 0,18
= 0,19
e. Menghitung estimated Price Earning Ratio (PER)
estimated PER =
,
=
,
,
,
= 22,99
f. Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Intrinsic Value = estimated EPS 2014 x estimated PER 2014
= 1315,7 x 22,99
= 30.247,943
Nilai Intrinsik
30.247,943
Harga Pasar Saham
25.900
VALUASI SAHAM MYOR METODE PBV
Book Value
=
=
.
.
.
.
.
.
= 4.353,898
Price Book Value
=
.
.
,
= 5,94 X ( lebih besar dari 1x, overvalued )
Keterangan
Undervalued
Download