1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini profesi akuntan publik berkembang cukup pesat, banyak yang berminat untuk berkecimpung dalam profesi ini. Masyarakat semakin memahami pentingnya peranan akuntan publik dalam menilai suatu laporan keuangan. Profesi akuntan publik pun dianggap sebagai profesi yang mempunyai prospek ke depan yang cerah. Sehingga semakin banyak yang mendirikan kantor akuntan publik (KAP). KAP-KAP ini menyediakan jasa audit laporan keuangan, jasa audit khusus, jasa atestasi, jasa review laporan keuangan, jasa kompilasi laporan keuangan, jasa konsultasi dan jasa perpajakan. Demikian juga dengan dunia bisnis yang berkembang sangat pesat. Perusahaan-perusahaan tumbuh menjamur. Mulai dari perusahaan kecil, menengah, sampai perusahaan besar. Semua berlomba untuk menunjukkan eksistensinya. Untuk perusahan besar terutama yang go public, kehadiran akuntan publik mutlak sangat diperlukan. Opini dari seorang akuntan publik akan sangat berpengaruh terhadap penilaian keadaan perusahaan. Debitor maupun kreditor biasanya menggunakan pendapat para akuntan publik ini dalam hal melihat keadaan perusahaan. Apakah perusahaan itu layak atau tidak sebagai tempat menanam modal. Menjamurnya perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan publik disertai berkembangnya profesi akuntan publik, menimbulkan persaingan dalam hal mendapatkan klien. Persaingan ini menyebabkan KAP-KAP yang ada 2 berpikir bagaimana cara yang efektif untuk menjual jasanya kepada perusahaan. Sehingga, iklan dianggap sebagai media yang tepat untuk menginformasikan jasanya. Namun, kendalanya adalah larangan bagi kantor akuntan publik untuk memasang iklan( termaktub dalam aturan kode etik IAI tahun 1972). Dulu kantor akuntan publik benar-benar dilarang untuk beriklan dalam bentuk apapun. Iklan dianggap sebagai sesuatu yang tidak etis dalam dunia akuntan publik. Iklan dianggap merendahkan citra profesi akuntan publik. Karena banyak yang berpendapat adalah sangat tidak sopan jika penyedia jasa berlomba-lomba untuk memasarkan jasanya. Saat itu media informasi yang digunakan hanyalah informsi dari mulut ke mulut. Namun, perkembangan dalam dunia bisnis dan perkembangan dalam hal profesi akuntan publik ini membawa perubahan berarti dalam hal aturan kode etik. Larangan untuk beriklan bagi kantor akuntan publik mengalami kelonggaran. Kelonggaran ini dimulai dengan disahkannya aturan etika profesi dalam rapat anggota IAI-KAP tanggal 5-6 Juni 2000 di Bandung, yaitu aturan etika profesi No. 502. Banyak yang setuju terhadap kelonggaran untuk beriklan bagi kantor akuntan publik ini. Iklan dianggap sebagi media yang tepat untuk menawarkan jasa mereka. Sehingga mereka lebih bisa menjual jasanya. Namun, iklan disini tentu saja mempunyai konsep yang berbeda dengan iklan pada umumnya. Media informasi yang digunakan pun sangat terbatas. Banyak batasan kewajaran dan kesopanan yang harus diikuti kantor akuntan publik dalam beriklan. Iklan disini hanya digunakan sebagai media informasi. Hanya untuk memberitahukan kepada calon klien jasa apa saja yang disediakan, dimana alamat atau nomor telepon yang 3 bisa dihubungi. Dalam hal ini papan nama yang dipasang KAP sudah dianggap sebagai bentuk periklanan. Begitu juga dengan mencantumkan nomor telepon di yellow pages, hal itu sudah merupakan bentuk periklanan. Sejauh ini hanya iklaniklan dalam bentuk seperti itu saja yang baru diperbolehkan dalam etika profesi akuntan publik. Periklanan masih merupakan hal baru dalam dunia akuntan publik. Masih banyak sekali pro dan kontra tentang iklan bagi KAP. Ada banyak perdebatan tentang hal ini, antara tuntutan globalisasi dengan etika kerja para penyedia jasa. Karena itulah masih diperlukan banyak studi lebih lanjut untuk meneliti tentang periklanan bagi dunia akuntan publik. 1.2 Perumusan Masalah • Setelah adanya kelonggaran mengenai advertensi bagi KAP, Apakah ada KAP yang tidak beriklan? Apakah alasan KAP tidak beriklan? • Apakah iklan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah klien? • Apakah ada pengaruh antara media iklan yang digunakan dengan peningkatan jumlah klien? 1.3 Tujuan Penelitian • Untuk mengetahui apakah ada KAP di Yogyakarta yang tidak beriklan dan mengetahui alasan mengapa KAP tersebut tidak beriklan • Untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah klien setelah KAP beriklan 4 • Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis media iklan terhadap peningkatan jumlah klien 1.4 Kontribusi Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut: • Bagi peneliti Merupakan suatu kesempatan untuk dapat menerapkan pengetahuan yang selama ini diterima di bangku kuliah dan menambah wawasan pengetahuan mengenai advertensi bagi dunia akuntan publik. • Bagi KAP Memberikan saran dan masukan mengenai pengaruh advertensi beserta media advertensi yang digunakan terhadap peningkatan jumlah klien di suatu KAP • Bagi IAI Semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi IAI untuk lebih melonggarkan aturan mengenai advertensi bagi dunia akuntan publik. 1.5 Batasan Masalah • Dalam penelitian ini, KAP yang digunakan adalah KAP-KAP yang berada di wilayah Yogyakarta. • Intervieweenya adalah staf manajemen dan para auditor senior dan junior karena peneliti menemui kesulitan untuk menemui pimpinan KAP.