PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN

advertisement
PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PROSES BELAJAR
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Andyka Martha Kesuma1, Tina Yunarti2, Rini Asnawati2
[email protected]
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This descriptive research aimed to describe learning process and the critical
thinking skills of students that using Socratic learning with contextual approach.
Subjects of this research were students of class X3, State Senior High School 17 of
Bandarlampung in odd semester academic year 2012/2013 that consisted of 30
students. Based on the results of research, it was concluded that students' critical
thinking skills belong to low criteria. It shown from the average of student
learning outcomes at 53.33 and 83.33 from 30 students. During the learning
process, it was known that Socratic contextual learning could lead students to be
more active and daring to voice their opinions. Based on the results of the
analysis of data it was concluded that, generally, students who active during the
socratic learning had better results than students who less active.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan
pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandarlampung semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tergolong ke dalam kriteria
rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebesar 53,33 dan 83,33
dari 30 siswa. Selama proses pembelajaran diketahui bahwa pembelajaran
Socrates kontekstual dapat memacu siswa untuk lebih aktif dan berani
mengutarakan pendapatnya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan
bahwa, secara umum siswa yang aktif saat pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Socrates Kontekstual menunjukan hasil yang cenderung lebih baik
daripada siswa yang kurang aktif.
Kata Kunci : kemampuan berpikir kritis, pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual, proses belajar.
untuk lebih aktif dan senantiasa am-
PENDAHULUAN
bil bagian dalam aktivitas belajar.
Indonesia sebagai negara yang
Dalam KTSP guru mempunyai sepe-
tengah berkembang harus dapat men-
rangkat tugas yang berhubungan
ciptakan lulusan yang mampu meng-
dengan siswa seperti berperan se-
hadapi kehidupan secara kompetitif
bagai fasilitator yang berguna mem-
dan inovatif agar menghasilkan sum-
beri dorongan kepada siswa untuk
ber daya manusia (SDM) yang ber-
lebih aktif dan ikut serta dalam kegi-
kualitas tinggi secara global. Dalam
atan belajar. Keaktifan siswa dalam
upaya meningkatkan SDM yang ber-
kegiatan belajar bertujuan supaya
kualitas kearah yang lebih baik, pe-
siswa dapat mengembangkan ke-
merintah sedang giat-giatnya menye-
mampuan berpikir kritisnya.
lenggarakan perbaikan dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Sugiarto dalam Amri dan Ahmadi (2010: 62) berpendapat bahwa,
Pemerintah kini juga melaku-
“berpikir kritis diperlukan dalam ke-
kan berbagai macam perubahan, di-
hidupan di masyarakat karena manu-
antaranya melakukan revisi kuriku-
sia selalu dihadapkan pada perma-
lum, dari Kurikulum 2004 (KBK)
salahan yang memerlukan pemecah-
menjadi Kurikulum 2006 (KTSP).
an”. Mata pelajaran di sekolah yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-
dapat mengembangkan kemampuan
dikan (KTSP) adalah suatu konsep
berpikir kritis siswa adalah mata pe-
kurikulum yang menekankan pada
lajaran matematika. Pentingnya ma-
pengembangan kemampuan (kompe-
tematika bisa dilihat dari manfaat
tensi) untuk melakukan tugas-tugas
dan kegunaan matematika dalam ke-
dengan standar performansi tertentu
hidupan sehari-hari, juga bagi per-
sehingga hasilnya dapat dirasakan
kembangan ilmu pengetahuan. Jika
oleh siswa, yaitu berupa penguasaan
para siswa tidak dibekali dengan ke-
terhadap
mampuan berpikir kritis dan kreatif
seperangkat
kompetensi
tertentu (Kunandar (2009: 133)).
Pembelajaran KTSP berpusat
pada
siswa
(Student
maka mereka tidak akan mampu
mengolah menilai dan megambil in-
Centered
formasi yang butuhkannya untuk
Learning), dimana siswa dituntut
menghadapi tantangan tersebut. Oleh
karena itu kemampuan berpikir kritis
daknya berupaya agar siswa dapat
dan kreatif adalah merupakan ke-
memiliki kemampuan tersebut. Sa-
mampuan yang penting dalam mata
lah satu cara melatih kemampuan
pelajaran matematika.
berpikir kritis adalah dengan membe-
Kemampuan berpikir kritis dan
rikan pertanyaan. Pentingnya mem-
kreatif sangat diperlukan oleh siswa
berikan
pertanyaan
mengingat bahwa dewasa ini ilmu
belajaran didasari bahwa seseorang
pengetahuan dan teknologi berkem-
akan berpikir dan menentukan sikap
bang sangat pesat dan memungkin-
jika dihadapkan oleh suatu perta-
kan siapa saja bisa memperolah in-
nyaan seperti yang dikatakan oleh
formasi secara cepat dan mudah
para
dengan melimpah dari berbagai sum-
Thinking Community (Yunarti, 2011:
ber dan tempat manapun di dunia.
12), bahwa ”Thinking is not driven
Hal ini mengakibatkan cepatnya per-
by answers but by questions”. Agar
ubahan tatanan hidup serta perubah-
dapat berpikir, seseorang harus ber-
an global dalam kehidupan, namun
hadapan dengan pertanyaan yang
dalam proses mempelajari matemati-
merangsang pemikirannya.
pemikir
dari
dalam
The
pem-
Critical
ka, banyak siswa yang mengalami
Melalui pertanyaan-pertanyaan
kesulitan dan beranggapan bahwa
dalam dialog siswa diarahkan untuk
matematika merupakan ilmu yang
menemukan penyelesaian suatu ma-
sukar untuk dipelajari. Hal ini tak
salah dan mengkonstruksi sendiri
terlepas metode dan pendekatan yang
pengetahuan serta jawabannya. Di-
digunakan pada pembelajaran. Un-
alog yang terjadi dapat berupa dialog
tuk itu diperlukan kemampuan guru
guru dengan siswa atau dialog antar
dalam memilih dan menerapkan su-
siswa. Salah satu metode pembela-
atu metode pembelajaran, sehingga
jaran yang memuat dialog-dialog da-
siswa aktif dalam proses pembelajar-
lam proses pembelajaran adalah me-
an dan mengembangkan potensi yang
tode Socrates. Karaterisitik metode
dimiliki.
Socrates yang tidak terdapat pada
Kemampuan berpikir kritis me-
metode
tanya-jawab
lain
adalah
rupakan salah satu kemampuan yang
adanya uji silang suatu pertanyaan.
harus dimiliki siswa, maka guru hen-
Pertanyaan seperti “Bagaimana jika
...?” atau “Seandainya..., apa yang
Peraturan Menteri Pendidikan Na-
terjadi?”, merupakan bentuk perta-
sional Nomor 22 Tahun 2006.
nyaan yang dapat guru gunakan un-
Menurut guru-guru di MGMP
tuk menyakinkan siswa terhadap ja-
Matematika SMA di Bandar Lam-
wabnya.
Sikap ramah guru dalam
pung (Yunarti, 2011:17) hampir se-
bertanya diproses pembelajaran da-
mua guru matematika SMA di Bandar
pat mengembangkan sikap postif da-
Lampung masih menyajikan pem-
lam pembelajaran siswa, sehingga
belajaran secara konvensional. Hal ini
siswa lebih mudah mengungkapkan
merupakan kesempatan untuk mem-
argumen yang merupakan salah satu
perkenalkan metode Socrates dengan
indikator dalam kemampuan berpikir
pendekatan kontekstual pada pembel-
kritis.
ajaran matematika diseluruh SMA di
Pendekatan pembelajaran da-
Bandar Lampung. Karena berbagai
lam penelitian ini menggunakan pen-
keterbatasan, dipilihlah SMA negeri
dekatan kontekstual.
untuk dijadikan subjek penelitian
Pendekatan
pembelajaran kontekstual merupakan
dengan
pertimbangan
siswa-siswa
pembelajaran yang bermula dari
SMA negeri sudah menjalani seleksi
penyajian permasalahan riil bagi
masuk yang dilaksanakan oleh pe-
siswa, pendekatan ini efektif untuk
merintah daerah, yang dalam hal ini
metode Socrates karena menurut
adalah SMAN 17 Bandar Lampung.
Johnson (Yunarti, 2011: 16) dalam
Dipilihnya SMA Negeri 17
pembelajaran kontekstual para siswa
Bandar Lampung sebagai subjek pe-
dilatih untuk bersosialisasi dengan
nelitian ini dengan pertimbangan sis-
kelompok-kelompok kerja mereka.
wa-siswa SMA negeri 17 Bandar
Selain itu, penelitian ini juga men-
Lampung sudah menjalani seleksi
coba mengikuti anjuran pemerintah
masuk yang dilaksanakan oleh peme-
Indonesia untuk melakukan penge-
rintah daerah. Dengan demikian, di-
nalan masalah yang sesuai dengan
harapkan mereka siap secara fisik,
situasi (contextual problem) dalam
mental, dan akademik untuk meneri-
pembelajaran matematika. Anjuran
ma berbagai perlakuan dalam peneli-
pemerintah
tian ini.
ini
terdapat
dalam
Berdasarkan hasil rata-rata ni-
mengolah data yang sifatnya deskrip-
lai UN tahun 2012 dikota Bandar
tif, seperti transkip wawancara, ca-
Lampung, didapat bahwa SMA Ne-
tatan lapangan, gambar proses dan
geri 17 Bandar Lampung berada di-
hasil penelitian, foto-foto proses pe-
urutan ke 47 dari 50 sekolah yang
nelitian serta foto-foto hasil peneli-
ada di kota Bandar Lampung. Berda-
tian, rekaman video selama proses
sarkan hasil wawancara dengan guru
penelitian, dan lain-lain.
bidang studi matematika kelas X di
Dalam penelitian kualitatif
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
proses
diketahui bahwa siswa kelas X cen-
kompleksitas, interaksi, dan manusia
derung bersikap pasif dalam proses
adalah beberapa kata kunci yang di-
KBM dan kemampuan berpikir kritis
gunakan.
siswa masih tergolong rendah karena
tatif peneliti lebih berfokus pada pro-
berdasarkan nilai matematika yang
ses dari pada hasil akhir yang ingin
dicapai
dituju.
siswa
masih
tergolong
rendah.
penelitian,
pemahaman,
Dalam penelitian kuali-
Penelitian kualitatif dipan-
dang dapat mengetahui apakah pro-
Oleh karena itu, dilakukan pe-
ses pembelajaran matematika meng-
nelitian dengan tujuan untuk menge-
gunakan penerapan metode Socrates
tahui bagaimanakah penerapan me-
dengan pendekatan kontekstual dapat
tode Socrates dengan pendekatan
mempengaruhi kemampuan berpikir
kontekstual dalam pembelajaran ma-
kritis siswa ditinjau dari proses bel-
tematika ditinjau dari proses belajar
ajar siswa.
dan kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini bertempat di
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
yang dimulai dari tanggal 09 Januari
METODE PENELITIAN
sampai dengan 27 April 2013. DaPenelitian
menggunakan
lam tiap minggu ada dua kali perte-
pendekatan kualitatif, dengan jenis
muan yaitu hari Rabu (2 jam pelajar-
penelitian adalah penelitian deskri-
an), dan hari Sabtu (2 jam pelajaran)
ptif. Poerwandari (2005) mengung-
dengan jumlah siswa sebanyak 30
kapkan bahwa, dalam penelitian ku-
orang.
alitatif
dapat
ini
menghasilkan
dan
Subjek Penelitian ini adalah
pokok bahasan yang digunakan un-
siswa kelas X3 SMA Negeri 17
tuk mengetahui kemampuan berpikir
Bandar Lampung. Objek Penelitian
kritis siswa dengan metode pembel-
ini adalah proses belajar dan kemam-
ajaran Socrates kontekstual.
puan berpikir kritis siswa kelas X3
Tahap-tahap dalam penelitian
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
ini adalah tahap persiapan, tahap pe-
pada materi Logika Matematika dan
laksanaan dan tahap analisis data.
Trigonometri
Tahap Persiapan Penelitian dimana
pada
tahun
ajaran
2012/2013.
tahapan ini terdiri dari, 1) meng-
Data dalam penelitian ini ber-
identifikasi masalah yang terjadi
upa data proses belajar dan kemam-
dalam pembelajaran matematika di
puan berpikir kritis siswa. Data pro-
kelas X SMA Negeri 17 Bandar
ses belajar siswa tiap pertemuan di-
Lampung.
dapat melalui pengamatan aktivitas
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pe-
siswa selama penelitian berlangsung
nelitian. RPP ini dibuat sesuai deng-
berupa data kualitatif. Data kemam-
an metode yang akan digunakan se-
puan berpikir kritis siswa diperoleh
lama penelitian yaitu RPP dengan
setelah dilakukan uji blok pada setiap
metode Socrates dengan pendekatan
akhir pokok bahasan berupa data
kontekstual.
kuantitatif.
penelitian, mengurus perizinan pene-
2) Menyusun Rencana
3) Memilih lapangan
Instrumen dalam penelitian ini
litian, menilai keadaan lapangan, dan
adalah pedoman observasi, alat pere-
menyiapkan perlengkapan penelitian.
kam dan soal tes uji blok. Pedoman
Selanjutnya dilakukan tahap pelaksa-
observasi digunakan agar observasi
naan penelitiaan dengan tahap-tahap
yang dilakukan tidak menyimpang
: 1)
dari tujuan penelitian. Alat Perekam
kelas dengan menerapkan metode
berguna sebagai alat bantu pada saat
Socrates dengan pendekatan konteks-
observasi, agar peneliti dapat berkon-
tual. Secara umum, urutan pembel-
sentrasi pada proses pengambilan da-
ajaran yang dilakukan adalah sebagai
ta tanpa harus berhenti untuk menca-
berikut.
tat jawaban-jawaban dari subjek.
kegiatan yang dilakukan adalah men-
Soal tes uji blok diberikan pada akhir
jelaskan
melakukan pembelajaran di
a) Kegiatan pendahuluan
tujuan
pembelajaran,
memotivasi siswa tentang materi
kegiatan pembelajaran ini guru ber-
yang akan dipelajari, dan mena-
peran sebagai fasilitator untuk me-
nyakan kepada siswa tentang materi
lihat apakah siswanya mampu ber-
yang akan dipelajari serta mengulang
pikir kritis. c) Pada tahap penutupan
secara sepintas tentang materi sebe-
dipembelajaran dengan pendekatan
lumnya. b) Pada tahap inti, dilaku-
Socrates kontekstual, setelah materi
kan pembelajaran Socrates dengan
pelajaran telah disampaikan dan di-
pendekatan kontekstual dimana sis-
bahas. Guru membimbing siswa un-
wa diminta untuk dapat menjawab
tuk membuat rangkuman dari hasil-
pertanyaan-pertanyaan
silang
hasil selama proses belajar. Setelah
yang digunakan untuk menyakinkan
proses kegiatan belajar mengajar se-
validitas kebenaran dari jawaban
lesai maka dilakukan uji blok untuk
yang dikemukakan oleh siswa, atas
mengetahui
dasar kecerdasan dan kemampuan
kritis siswa per materi yang dipel-
siswa itu sendiri. Siswa juga dikon-
ajari. Setelah itu, dilakukan analisis
disikan secara berkelompok untuk
data dan dilanjutkan dengan penyu-
mengerjakan lembar aktivitas siswa
sunan kesimpulan dan memberikan
(LAS) yang telah disediakan oleh
saran-saran untuk penelitian selan-
peneliti. Selama mengerjakan LAS
jutnya.
uji
kemampuan
berpikir
guru (dalam hal ini peneliti) meman-
Dalam penelitian ini, teknik
tau kerja siswa sambil mengarahkan
pengumpulan data yang digunakan
siswa yang mengalami kesulitan
adalah sebagai berikut, 1) Observasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-
partisipatif adalah observasi dimana
pertanyaan uji silang tersebut. Sete-
peneliti ikut terlibat dalam proses
lah waktu yang diberikan oleh guru
belajar siswa kelas X3 SMA Negeri
cukup untuk mengerjakan LAS se-
17 Bandar Lampung. Dalam pene-
lesai, guru meminta perwakilan sis-
litian ini peneliti berperan menjadi
wa untuk mempresentasikan jawab-
guru, peneliti dapat mengamati ba-
annya didepan kelas, dan bagi ke-
gaimana perilaku siswa selama pro-
lompok lain yang tidak sependapat
ses belajar dan membantu siswa
dipersilahkan untuk berargumen dan
dalam proses belajar dan lain-lain.
menjelaskan
jawabnya.
Dalam
2) Wawancara, dalam penelitian ini
siswa dikelompokkan menjadi kate-
dilakukan wawancara tidak terstru-
gori sangat baik, baik, cukup, ku-
ktur yang bertujuan untuk menemu-
rang, dan sangat kurang dengan
kan permasalahan yang harus diteliti.
menggunakan skala lima menurut
3) Dokumentasi dalam penelitian ini
Suherman (1990: 272) yaitu sebagai
adalah berupa hasil ujian semester
berikut :
ganjil matematika kelas X SMA
Tabel 1 Kriteria Penentuan Ting-
Negeri 17 Bandar lampung, tujuan
kat Kemampuan Siswa
mengambil data dokumentasi adalah
untuk kelengkapan dari penggunaan
metode observasi dan wawancara. 4)
Kemampuan
No
1
Sangat Tinggi
2
Tinggi
3
Sedang
4
Rendah
5
Sangat Rendah
pada siswa setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari.
Analisis data yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah analisis
data proses belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui observasi. Setiap siswa selama
Interval Skor
Tes
Siswa
Tes dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian yang diberikan ke-
Berpikir Kritis
81 sampai
dengan 100
61 sampai
dengan 80
41 sampai
dengan 60
21 sampai
dengan 40
0 sampai
dengan 20
proses pembelajaran diamati keaktifannya dalam proses pembelajaran
Dalam penelitian ini diguna-
dengan memberi tanda (√) pada lem-
kan keabsahan konstruk (Construct
bar observasi jika sesuai dengan in-
validity). Keabsahan konstruk ada-
dikator proses belajar yang diamati.
lah keabsahan bentuk batasan ber-
Data kemampuan berpikir kritis sis-
kaitan dengan suatu kepastian bahwa
wa diperoleh dari hasil tes uji blok.
yang berukur benar-benar merupakan
Uji blok ini berfungsi untuk menge-
variabel yang ingin diukur.
tahui tinggi, sedang dan rendahnya
sahan ini juga dapat dicapai dengan
kemampuan berpikir kritis siswa.
proses pengumpulan data yang tepat.
Untuk
keperluan
mengklarifikasi
kualitas kemampuan berpikir kritis
Keab-
Pada pertemuan ke tiga, siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang aktif dalam menjawab pertaDari penelitian ini didapat
nyaan guru adalah sebanyak 7 orang
hasil tes dan proses kegiatan belajar
atau 23,33% dari 30 siswa yang hadir
mengajar di kelas. Berikut ini, data
dan semua siswa aktif mengerjakan
proses kegiatan belajar mengajar dan
LAS.
hasil tes.
menjawab
Siswa mulai terbiasa dalam
pertanyaan-pertanyaan
Berdasarkan hasil observasi,
yang guru sampaikan, namun siswa
pada pertemuan pertama, jumlah sis-
yang bertanya masih sama pada
wa yang aktif dalam menjawab per-
pertemuan-pertemuan
tanyaan guru adalah 4 orang atau
siswa yang lain masih belum berani
13,33% dan keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan yang guru
mengerjakan LAS adalah 25 atau
tanyakan.
sebelumnya,
83,33% dari 30 siswa yang hadir.
Pada pertemuan ke empat, sis-
Pada pertemuan ini, siswa masih be-
wa yang aktif dalam menjawab per-
lum terbiasa karena baru beradaptasi
tanyaan guru adalah sebanyak 2
dan masih takut untuk menjawab
orang atau 6,67% dan 21 orang atau
pertanyaan-pertanyaan
70% dari 30 siswa yang hadir aktif
yang
guru
ajukan.
Pada pertemuan ke dua, jumlah
mengerjakan tugas. Pada pertemuan
ini, respon siswa dalam menjawab
siswa yang aktif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
guru
pertanyaan guru mengalami pening-
sampaikan tergolong pasif karena
katan dari pertemuan sebelumnya ya-
hanya 2 orang yang menjawab per-
itu sebesar 16,67% dan siswa yang
tanyaan-pertanyaan guru, namun sis-
aktif dalam mengerjakan tugas se-
wa yang menjawab dan maju kede-
banyak 14 orang atau 46,67% dari 30
pan masih sama pada pertemuan
siswa yang hadir. Pada pertemuan
sebelumnya.
ini, siswa mulai berani menjawab
Pada pertemuan ke lima, siswa
pertanyaan dari guru, walaupun guru
yang aktif dalam menjawab perta-
harus sedikit memberi umpan kepada
nyaan guru adalah sebanyak 2 orang
siswa untuk menjawab pertanyaan-
atau 8% dan 25 orang atau 100% dari
pertanyaan yang guru ajukan.
25
siswa
yang
hadir
aktif
mengerjakan tugas. Pada pertemuan
Pada pertemuan ke tujuh, siswa
ini respon siswa dalam menjawab
yang aktif dalam menjawab per-
pertanya-an-pertanyaan yang guru
tanyaan guru adalah sebanyak 1
sampaikan tergolong pasif karena
orang dan 13 orang dari 30 siswa
hanya 2 orang yang menjawab
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
pertanyaan-pertanyaan guru. Kesim-
Pada pertemuan ini respon siswa da-
pulan pada proses kegiatan belajar
lam
mengajar dipertemuan ini adalah sis-
nyaan yang guru sampaikan meng-
wa sudah terbiasa dengan metode
alami penurunan dari pertemuan se-
yang guru gunakan dalam pem-
belumnya. Dalam mengerjakan tu-
belajaran terlihat dari siswa dapat
gas siswa terlihat mengalami pening-
menjelaskan tentang konvers, invers,
katan dari pertemuan sebelumnya.
menjawab
pertanyaan-perta-
kontraposisi dan menentukan nilai
Pada pertemuan ke delapan,
kebenarannya yang menjadi tujuan
siswa yang aktif dalam menjawab
pembelajaran pada pertemuan ini.
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
Pada pertemuan ke enam, sis-
orang dan 27 orang dari 27 siswa
wa yang aktif dalam menjawab per-
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
tanyaan guru adalah sebanyak 3
Pada pertemuan ini, respon siswa
orang dan 8 orang dari 30 siswa yang
dalam menjawab pertanyaan-perta-
hadir aktif mengerjakan tugas. Pada
nyaan yang guru sampaikan sangat
pertemuan ini respon siswa dalam
pasif karena hanya 1 orang yang
menjawab
menjawab pertanyaan yang guru
pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan mengalami
ajukan.
Dalam mengerjakan tugas
peningkatan dari pertemuan sebe-
siswa terlihat mengalami pening-
lumnya. Dalam mengerjakan tugas
katan dari pertemuan sebelumnya.
siswa terlihat mengalami penurunan
Pada pertemuan ke sembilan,
dari pertemuan sebelumnya. Kesim-
dari 27 siswa yang hadir, siswa yang
pulan pada proses kegiatan belajar
aktif dalam menjawab pertanyaan
mengajar dipertemuan ini adalah ada
guru adalah sebanyak 2 orang dan 7
peningkatan dalam respon siswa un-
orang aktif mengerjakan tugas. Pada
tuk menjawab pertanyaan yang guru
pertemuan ini, respon siswa dalam
sampaikan.
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan masih tergo-
hadir aktif mengerjakan tugas. Pada
long pasif karena hanya 2 orang yang
pertemuan ini, respon siswa dalam
menjawab pertanyaan yang guru
menjawab pertanyaan-pertanyaan ya-
ajukan.
Dalam mengerjakan tugas
ng guru sampaikan masih tergolong
siswa terlihat mengalami penurunan
pasif karena hanya 1 orang yang
dari pertemuan sebelumnya.
menjawab pertanyaan yang guru
Pada pertemuan ke sepuluh,
ajukan.
Dalam mengerjakan tugas
siswa yang aktif dalam menjawab
siswa terlihat mengalami penurunan
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
dari
orang dan 11 orang dari 30 siswa
Kesimpulan pada proses kegiatan
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
belajar mengajar di pertemuan ini
Pada pertemuan ini, respon siswa da-
siswa sudah terbiasa dengan per-
lam menjawab pertanyaan-pertanya-
tanyaan yang guru tanyakan, terlihat
an yang guru sampaikan masih tergo-
siswa dapat membuktikan suatu per-
long pasif karena hanya 1 orang yang
nyataan dengan bukti langsung, tidak
menjawab pertanyaan yang guru aju-
langsung dan induksi matematika.
kan. Dalam mengerjakan tugas sis-
Namun, keaktifan siswa masih pasif
wa terlihat mengalami penurunan da-
hanya 1 siswa yang aktif dan berani
ri pertemuan sebelumnya.
Kesim-
menjawab pertanyaan dari guru, sis-
pulan pada proses kegiatan belajar
wa yang lainnya cenderung diam dan
mengajar dipertemuan ini siswa lebih
memperhatikan saja.
pertemuan
sebelumnya.
banyak diam dan memahami pen-
Pada pertemuan ke dua belas,
jelasan-penjelasan yang guru mau-
siswa yang aktif dalam menjawab
pun siswa yang menjawab perta-
pertanyaan guru adalah sebanyak 1
nyaan yang guru tanyakan tentang
orang dan 10 orang dari 30 siswa
dapat membuktikan keabsahan suatu
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
penarikan kesimpulan menggunakan
Pada pertemuan ini respon siswa
prinsip logika matematika.
dalam menjawab pertanyaan-perta-
Pada pertemuan ke sebelas, sis-
nyaan yang guru sampaikan masih
wa yang aktif dalam menjawab per-
tergolong pasif karena hanya 1 orang
tanyaan guru adalah sebanyak 1
yang menjawab pertanyaan yang gu-
orang dan 8 orang dari 30 siswa yang
ru ajukan. Kesimpulan pada proses
kegiatan belajar mengajar diperte-
cenderung pasif dan kurang berani
muan ini siswa cukup bisa mengikuti
menjawab pertanyaan dari guru.
penjelasan yang guru sampaikan na-
Pada
pertemuan
ke
empat
mun dalam mengerjakan LAS keba-
belas, siswa yang aktif dalam men-
nyakan siswa harus dituntun oleh
jawab pertanyaan guru adalah seba-
guru.
nyak 3 orang dan 28 orang dari 28
Setelah proses pembelajaran
dengan
gunakan
metode
Socrates
pendekatan
meng-
siswa yang hadir aktif mengerjakan
tugas.
Pada pertemuan ini, respon
kontekstual
siswa dalam menjawab pertanyaan-
selesai dilaksanakan maka dilakukan
pertanyaan yang guru sampaikan ma-
uji blok. Dari uji blok, didapatkan
sih tergolong pasif karena hanya 3
hasil. Dari 30 siswa yang mengikuti
orang yang menjawab pertanyaan
uji blok, siswa yang tuntas dalam
yang guru ajukan. Kesimpulan pada
kegiatan belajar mengajar adalah 9
proses kegiatan belajar mengajar di-
orang dengan nilai tertinggi 80 dan
pertemuan ini siswa mampu meng-
nilai terendah adalah 37,5 dengan
ikuti proses belajar dengan baik wa-
rata-rata nilai siswa adalah 47.
laupun hanya siswa yang sudah biasa
Pada pertemuan ke tiga belas,
menjawab pertanyaan dari guru yang
siswa yang aktif dalam menjawab
mau menjawab pertanyaan yang di-
pertanyaan guru adalah sebanyak 3
sampaikan pada pertemuan ini. Ke-
orang dan 28 orang dari 28 siswa
aktifan siswa masih pasif hanya ada
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
3 siswa yang terlihat aktif selama
Kesimpulan pada proses kegiatan
proses kegiatan belajar.
belajar mengajar pada awal perte-
Pada pertemuan ke lima belas,
muan dimateri trigonometri siswa
siswa yang aktif dalam menjawab
yang aktif hampir sama dengan ma-
pertanyaan guru adalah sebanyak 3
teri sebelumnya, kebanyakan siswa
orang dan 19 orang dari 30 siswa
hanya menjadi penonton saja. Keak-
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
tifan siswa masih pasif hanya ada 3
Kesimpulan pada proses kegiatan
siswa yang terlihat aktif selama pro-
belajar mengajar pada ini adalah
ses kegiatan belajar. Siswa lainnya
siswa cenderung pasif dan butuh
banyak bimbingan guru agar dapat
menentukan
nilai
perbandingan
adalah siswa sudah terbiasa dengan
trigonometri dari sudut-sudut khusus
proses belajar tanya-jawab namun
disemua kuadraan. Keaktifan siswa
guru kurang dapat memancing siswa
masih pasif terlihat hanya ada 3 sis-
lain untuk menjawab pertanyaan
wa yang terlihat aktif selama proses
yang guru sampaikan hal ini terlihat
kegiatan belajar. Siswa lainnya cen-
dari keaktifan siswa. Keaktifan sis-
derung pasif dan kurang berani men-
wa masih pasif terlihat hanya 2 siswa
jawab pertanyaan dari guru.
yang aktif dan berani menjawab per-
Pada pertemuan ke enam belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
tanyaan guru.
Lainnya cenderung
menjadi penonton.
pertanyaan guru adalah sebanyak 2
Pada pertemuan ke delapan
orang dan 14 orang dari 30 siswa
belas, siswa yang aktif dalam men-
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
jawab pertanyaan guru adalah se-
Kesimpulan pada proses kegiatan
banyak 1 orang dan 25 orang dari 30
belajar mengajar dipertemuan ini
siswa yang hadir aktif mengerjakan
tidak ada perubahan mencolok siswa
tugas.
selama proses belajar hanya siswa-
kegiatan belajar mengajar diperte-
siswa yang terbiasa menjawab per-
muan ini adalah siswa cenderung pa-
tanyaan yang aktif selama proses
sif karena harus menentukan perhi-
belajar. Keaktifan siswa masih pasif
tungan dengan menggunakan aturan
terlihat hanya ada 2 siswa yang ter-
sinus dan cosinus. Keaktifan siswa
lihat aktif selama proses kegiatan
masih pasif terlihat bahwa hanya ada
belajar.
1 siswa yang terlihat aktif selama
Siswa lainnya cenderung
Kesimpulan pada proses
pasif dan kurang berani menjawab
proses kegiatan belajar.
pertanyaan dari guru.
lainnya cenderung pasif dan kurang
Pada pertemuan ke tujuh belas,
siswa yang aktif dalam menjawab
siswa
berani menjawab pertanyaan dari
guru.
pertanyaan guru adalah sebanyak 2
Setelah proses pembelajaran
orang dan 16 orang dari 30 siswa
dengan metode Socrates mengguna-
yang hadir aktif mengerjakan tugas.
kan pendekatan kontekstual selesai
Kesimpulan pada proses kegiatan
dilaksanakan pada materi trigono-
belajar mengajar dipertemuan ini
metri maka dilakukan uji blok,
didapatkan hasil. Dari 30 siswa yang
siswa belum terbiasa diberikan se-
mengikuti uji blok jumlah siswa
rangkaian pertanyaan kontekstual ya-
yang tuntas dalam KBM adalah 5
ng mengarahkan siswa untuk berpikir
orang dengan nilai tertinggi adalah
kritis kedalam topik materi yang di-
80 dan nilai terendah adalah 27,5
bahas dan siswa masih terbiasa
dengan rata-rata siswa mendapat
dengan pembelajaran yang sebelum-
nilai 36,6. Dengan demikian, ke-
nya mereka lakukan selama proses
mampuan berpikir kritis siswa dalam
belajar mengajar terjadi.
materi trigonometri tergolong dalam
untuk pertemuan-pertemuan selan-
indikator rendah.
jutnya siswa mulai terbiasa dibe-
Setelah data dianalisis dan
rikan
Namun,
pertanyaan-pertanyaan
dan
dibandingkan dengan keaktifan siswa
berani mengemukakan jawabannya
selama proses belajar mengajar da-
sehingga meningkatkan partisipasi
lam penerapan dengan pendekatan
siswa selama proses belajar meng-
kontekstual dapat membantu siswa
ajar.
memiliki kemampuan berpikir kritis
Walaupun
penerapan
yang baik. Hal ini dikarenakan sela-
belajaran
ma proses belajar yang diberikan
dekatan kontekstual dalam pembel-
oleh guru kepada siswa, siswa diajak
ajaran matematika yang ditinjau dari
untuk lebih mampu untuk mengem-
proses belajar dan kemampuan ber-
bangkan kemampuan berpikir kritis
pikir kritis siswa dimateri Logika
siswa dan guru hanya membantu.
Matematika
Dalam pembelajaran dengan pende-
materi trigonometri, namun masih
katan kontekstual, siswa memper-
banyak siswa yang belum tuntas
oleh konsep dari pertanyaan-perta-
belajar dan tidak ada siswa yang
nyaan
memperoleh
yang
bersifat
menggali
Socrates
lebih
dengan
pem-
baik
nilai
pen-
daripada
sempurna
(probing) dan menuntun (prompting)
(mendapatkan skor 100).
yang diberikan oleh guru.
optimalnya hasil yang diperoleh dari
Pada
proses
pembelajaran
Belum
pembelajaran
dengan
pendekatan
Socrates dengan pendekatan konteks-
kontekstual
dikarenakan
tual dipertemuan pertama cukup sulit
adanya kelemahan-kelemahan dalam
dilakukan dan tidak efisien karena
penelitian, adalah, waktu penelitian
masih
yang
terlalu
sehingga
Socrates dengan pendekatan konteks-
mempersulit adaptasi siswa terhadap
tual yang ditinjau dari proses belajar
pembelajaran Socrates dengan pen-
dan kemampuan berpikir kritis siswa
dekatan Kontekstual yang baru bagi
masih belum sempurna sehingga
siswa masih belum baik. Kurangnya
indikator kemampuan berpikir siswa
kemampuan peneliti dalam pengelo-
masih kurang dapat menggambarkan
laan kelas agar siswa tetap berkonse-
kemampuan berpikir kritis siswa
nterasi dalam proses pembelajaran
secara optimal.
sehingga
singkat
penerapan pembelajaran
Socrates dengan pendekatan kon-
SIMPULAN
tekstual masih belum bisa berjalan
dengaan efektif.
Keterbatasan ke-
Berdasarkan hasil penelitian
mampuan peneliti dalam memberi-
dan pembahasan, maka dapat diper-
kan pertanyaan-pertanyaan yang baik
oleh simpulan sebagai berikut, meto-
dan bersifat menggali dan menuntun
de Socrates dengan pendekatan kon-
serta menggarahkan kepertanyaan
tekstual bisa diterapkan pada siswa
uji.
Pertanyaan yang diberikan
kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar
masih kurang menggali pengetahuan
Lampung, karena membuat siswa
siswa untuk dapat mengembangkan
aktif untuk berani menjawab per-
kemampuan berpikir kritis.
tanyaan uji silang yang guru sam-
Kelemahan dalam penelitian
paikan. Respon siswa terhadap pene-
ini mengakibatkan proses belajar
rapan metode Socrates dengan pen-
kurang kondusif.
dekatan kontekstual cukup baik. Sis-
banyak
siswa
Karena masih
yang
melakukan
wa sedikit mengalami kesulitan un-
kegiatan lain yang kurang mendu-
tuk mengikuti metode pembelajaran
kung pembelajaran, adanya siswa
yang dilakukan peneliti. Kemampu-
yang ribut dan mengobrol saat proses
an berpikir kritis siswa kelas X3
pembela-jaran, kurangnya konsen-
SMA Negeri 17 Bandar Lampung
trasi siswa saat belajar, dan kurang-
dalam materi logika matematika dan
nya kepercayaan diri siswa dalam
trigonometri secara umum tergolong
mengemukakan jawabannya. Dengan
kategori sedang dan rendah. Siswa
demikian, penerapan pembelajaran
yang aktif selama proses belajar
lebih dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya, hal ini terlihat dari hasil ujiblok siswa yang
aktif selama pembelajaran Socrates
dengan
pendekatan
kontekstual
cenderung mendapatkan nilai yang
baik. Siswa yang kurang aktif selama proses belajar sering melakukan
kesalahan dalam menjawab soal.
Kesalahan siswa yang sering terjadi
dalam menjawab soal karena kurangnya pemahaman
materi dan
kurangnya latihan soal.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010.
Proses Pembelajaran Kreatif
dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta:
PT
Prestasi
Pustakaraya.
Suherman Erman dan Yaya Sukjaya
K. 1990. Evaluasi Pendidikan
Matematika.Bandung: Wijayakusumah 157 Bandung.
Kunandar. 2009. Guru Professional
Implementasi
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru.
Jakarta:
Rajawali Pers.
Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pendekatan
Kualitatif
Untuk
Penelitian Perilaku Manusia.
Depok: LPSP3 UI.
Tim Penyusun. 2008. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar
Isi.
Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh
Metode Socrates Terhadap
Kemampuan dan Disposisi
Berpikir Kritis Matematis
Siswa Sekolah Menengah Atas.
FPMIPA
Universitas
Pendidikan Indonesia: Tidak
Diterbitkan.
Download