PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Andyka Martha Kesuma1, Tina Yunarti2, Rini Asnawati2 [email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This descriptive research aimed to describe learning process and the critical thinking skills of students that using Socratic learning with contextual approach. Subjects of this research were students of class X3, State Senior High School 17 of Bandarlampung in odd semester academic year 2012/2013 that consisted of 30 students. Based on the results of research, it was concluded that students' critical thinking skills belong to low criteria. It shown from the average of student learning outcomes at 53.33 and 83.33 from 30 students. During the learning process, it was known that Socratic contextual learning could lead students to be more active and daring to voice their opinions. Based on the results of the analysis of data it was concluded that, generally, students who active during the socratic learning had better results than students who less active. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 17 Bandarlampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tergolong ke dalam kriteria rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebesar 53,33 dan 83,33 dari 30 siswa. Selama proses pembelajaran diketahui bahwa pembelajaran Socrates kontekstual dapat memacu siswa untuk lebih aktif dan berani mengutarakan pendapatnya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa, secara umum siswa yang aktif saat pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Socrates Kontekstual menunjukan hasil yang cenderung lebih baik daripada siswa yang kurang aktif. Kata Kunci : kemampuan berpikir kritis, pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual, proses belajar. untuk lebih aktif dan senantiasa am- PENDAHULUAN bil bagian dalam aktivitas belajar. Indonesia sebagai negara yang Dalam KTSP guru mempunyai sepe- tengah berkembang harus dapat men- rangkat tugas yang berhubungan ciptakan lulusan yang mampu meng- dengan siswa seperti berperan se- hadapi kehidupan secara kompetitif bagai fasilitator yang berguna mem- dan inovatif agar menghasilkan sum- beri dorongan kepada siswa untuk ber daya manusia (SDM) yang ber- lebih aktif dan ikut serta dalam kegi- kualitas tinggi secara global. Dalam atan belajar. Keaktifan siswa dalam upaya meningkatkan SDM yang ber- kegiatan belajar bertujuan supaya kualitas kearah yang lebih baik, pe- siswa dapat mengembangkan ke- merintah sedang giat-giatnya menye- mampuan berpikir kritisnya. lenggarakan perbaikan dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Sugiarto dalam Amri dan Ahmadi (2010: 62) berpendapat bahwa, Pemerintah kini juga melaku- “berpikir kritis diperlukan dalam ke- kan berbagai macam perubahan, di- hidupan di masyarakat karena manu- antaranya melakukan revisi kuriku- sia selalu dihadapkan pada perma- lum, dari Kurikulum 2004 (KBK) salahan yang memerlukan pemecah- menjadi Kurikulum 2006 (KTSP). an”. Mata pelajaran di sekolah yang Kurikulum Tingkat Satuan Pendi- dapat mengembangkan kemampuan dikan (KTSP) adalah suatu konsep berpikir kritis siswa adalah mata pe- kurikulum yang menekankan pada lajaran matematika. Pentingnya ma- pengembangan kemampuan (kompe- tematika bisa dilihat dari manfaat tensi) untuk melakukan tugas-tugas dan kegunaan matematika dalam ke- dengan standar performansi tertentu hidupan sehari-hari, juga bagi per- sehingga hasilnya dapat dirasakan kembangan ilmu pengetahuan. Jika oleh siswa, yaitu berupa penguasaan para siswa tidak dibekali dengan ke- terhadap mampuan berpikir kritis dan kreatif seperangkat kompetensi tertentu (Kunandar (2009: 133)). Pembelajaran KTSP berpusat pada siswa (Student maka mereka tidak akan mampu mengolah menilai dan megambil in- Centered formasi yang butuhkannya untuk Learning), dimana siswa dituntut menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis daknya berupaya agar siswa dapat dan kreatif adalah merupakan ke- memiliki kemampuan tersebut. Sa- mampuan yang penting dalam mata lah satu cara melatih kemampuan pelajaran matematika. berpikir kritis adalah dengan membe- Kemampuan berpikir kritis dan rikan pertanyaan. Pentingnya mem- kreatif sangat diperlukan oleh siswa berikan pertanyaan mengingat bahwa dewasa ini ilmu belajaran didasari bahwa seseorang pengetahuan dan teknologi berkem- akan berpikir dan menentukan sikap bang sangat pesat dan memungkin- jika dihadapkan oleh suatu perta- kan siapa saja bisa memperolah in- nyaan seperti yang dikatakan oleh formasi secara cepat dan mudah para dengan melimpah dari berbagai sum- Thinking Community (Yunarti, 2011: ber dan tempat manapun di dunia. 12), bahwa ”Thinking is not driven Hal ini mengakibatkan cepatnya per- by answers but by questions”. Agar ubahan tatanan hidup serta perubah- dapat berpikir, seseorang harus ber- an global dalam kehidupan, namun hadapan dengan pertanyaan yang dalam proses mempelajari matemati- merangsang pemikirannya. pemikir dari dalam The pem- Critical ka, banyak siswa yang mengalami Melalui pertanyaan-pertanyaan kesulitan dan beranggapan bahwa dalam dialog siswa diarahkan untuk matematika merupakan ilmu yang menemukan penyelesaian suatu ma- sukar untuk dipelajari. Hal ini tak salah dan mengkonstruksi sendiri terlepas metode dan pendekatan yang pengetahuan serta jawabannya. Di- digunakan pada pembelajaran. Un- alog yang terjadi dapat berupa dialog tuk itu diperlukan kemampuan guru guru dengan siswa atau dialog antar dalam memilih dan menerapkan su- siswa. Salah satu metode pembela- atu metode pembelajaran, sehingga jaran yang memuat dialog-dialog da- siswa aktif dalam proses pembelajar- lam proses pembelajaran adalah me- an dan mengembangkan potensi yang tode Socrates. Karaterisitik metode dimiliki. Socrates yang tidak terdapat pada Kemampuan berpikir kritis me- metode tanya-jawab lain adalah rupakan salah satu kemampuan yang adanya uji silang suatu pertanyaan. harus dimiliki siswa, maka guru hen- Pertanyaan seperti “Bagaimana jika ...?” atau “Seandainya..., apa yang Peraturan Menteri Pendidikan Na- terjadi?”, merupakan bentuk perta- sional Nomor 22 Tahun 2006. nyaan yang dapat guru gunakan un- Menurut guru-guru di MGMP tuk menyakinkan siswa terhadap ja- Matematika SMA di Bandar Lam- wabnya. Sikap ramah guru dalam pung (Yunarti, 2011:17) hampir se- bertanya diproses pembelajaran da- mua guru matematika SMA di Bandar pat mengembangkan sikap postif da- Lampung masih menyajikan pem- lam pembelajaran siswa, sehingga belajaran secara konvensional. Hal ini siswa lebih mudah mengungkapkan merupakan kesempatan untuk mem- argumen yang merupakan salah satu perkenalkan metode Socrates dengan indikator dalam kemampuan berpikir pendekatan kontekstual pada pembel- kritis. ajaran matematika diseluruh SMA di Pendekatan pembelajaran da- Bandar Lampung. Karena berbagai lam penelitian ini menggunakan pen- keterbatasan, dipilihlah SMA negeri dekatan kontekstual. untuk dijadikan subjek penelitian Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan dengan pertimbangan siswa-siswa pembelajaran yang bermula dari SMA negeri sudah menjalani seleksi penyajian permasalahan riil bagi masuk yang dilaksanakan oleh pe- siswa, pendekatan ini efektif untuk merintah daerah, yang dalam hal ini metode Socrates karena menurut adalah SMAN 17 Bandar Lampung. Johnson (Yunarti, 2011: 16) dalam Dipilihnya SMA Negeri 17 pembelajaran kontekstual para siswa Bandar Lampung sebagai subjek pe- dilatih untuk bersosialisasi dengan nelitian ini dengan pertimbangan sis- kelompok-kelompok kerja mereka. wa-siswa SMA negeri 17 Bandar Selain itu, penelitian ini juga men- Lampung sudah menjalani seleksi coba mengikuti anjuran pemerintah masuk yang dilaksanakan oleh peme- Indonesia untuk melakukan penge- rintah daerah. Dengan demikian, di- nalan masalah yang sesuai dengan harapkan mereka siap secara fisik, situasi (contextual problem) dalam mental, dan akademik untuk meneri- pembelajaran matematika. Anjuran ma berbagai perlakuan dalam peneli- pemerintah tian ini. ini terdapat dalam Berdasarkan hasil rata-rata ni- mengolah data yang sifatnya deskrip- lai UN tahun 2012 dikota Bandar tif, seperti transkip wawancara, ca- Lampung, didapat bahwa SMA Ne- tatan lapangan, gambar proses dan geri 17 Bandar Lampung berada di- hasil penelitian, foto-foto proses pe- urutan ke 47 dari 50 sekolah yang nelitian serta foto-foto hasil peneli- ada di kota Bandar Lampung. Berda- tian, rekaman video selama proses sarkan hasil wawancara dengan guru penelitian, dan lain-lain. bidang studi matematika kelas X di Dalam penelitian kualitatif SMA Negeri 17 Bandar Lampung proses diketahui bahwa siswa kelas X cen- kompleksitas, interaksi, dan manusia derung bersikap pasif dalam proses adalah beberapa kata kunci yang di- KBM dan kemampuan berpikir kritis gunakan. siswa masih tergolong rendah karena tatif peneliti lebih berfokus pada pro- berdasarkan nilai matematika yang ses dari pada hasil akhir yang ingin dicapai dituju. siswa masih tergolong rendah. penelitian, pemahaman, Dalam penelitian kuali- Penelitian kualitatif dipan- dang dapat mengetahui apakah pro- Oleh karena itu, dilakukan pe- ses pembelajaran matematika meng- nelitian dengan tujuan untuk menge- gunakan penerapan metode Socrates tahui bagaimanakah penerapan me- dengan pendekatan kontekstual dapat tode Socrates dengan pendekatan mempengaruhi kemampuan berpikir kontekstual dalam pembelajaran ma- kritis siswa ditinjau dari proses bel- tematika ditinjau dari proses belajar ajar siswa. dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 17 Bandar Lampung yang dimulai dari tanggal 09 Januari METODE PENELITIAN sampai dengan 27 April 2013. DaPenelitian menggunakan lam tiap minggu ada dua kali perte- pendekatan kualitatif, dengan jenis muan yaitu hari Rabu (2 jam pelajar- penelitian adalah penelitian deskri- an), dan hari Sabtu (2 jam pelajaran) ptif. Poerwandari (2005) mengung- dengan jumlah siswa sebanyak 30 kapkan bahwa, dalam penelitian ku- orang. alitatif dapat ini menghasilkan dan Subjek Penelitian ini adalah pokok bahasan yang digunakan un- siswa kelas X3 SMA Negeri 17 tuk mengetahui kemampuan berpikir Bandar Lampung. Objek Penelitian kritis siswa dengan metode pembel- ini adalah proses belajar dan kemam- ajaran Socrates kontekstual. puan berpikir kritis siswa kelas X3 Tahap-tahap dalam penelitian SMA Negeri 17 Bandar Lampung ini adalah tahap persiapan, tahap pe- pada materi Logika Matematika dan laksanaan dan tahap analisis data. Trigonometri Tahap Persiapan Penelitian dimana pada tahun ajaran 2012/2013. tahapan ini terdiri dari, 1) meng- Data dalam penelitian ini ber- identifikasi masalah yang terjadi upa data proses belajar dan kemam- dalam pembelajaran matematika di puan berpikir kritis siswa. Data pro- kelas X SMA Negeri 17 Bandar ses belajar siswa tiap pertemuan di- Lampung. dapat melalui pengamatan aktivitas Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pe- siswa selama penelitian berlangsung nelitian. RPP ini dibuat sesuai deng- berupa data kualitatif. Data kemam- an metode yang akan digunakan se- puan berpikir kritis siswa diperoleh lama penelitian yaitu RPP dengan setelah dilakukan uji blok pada setiap metode Socrates dengan pendekatan akhir pokok bahasan berupa data kontekstual. kuantitatif. penelitian, mengurus perizinan pene- 2) Menyusun Rencana 3) Memilih lapangan Instrumen dalam penelitian ini litian, menilai keadaan lapangan, dan adalah pedoman observasi, alat pere- menyiapkan perlengkapan penelitian. kam dan soal tes uji blok. Pedoman Selanjutnya dilakukan tahap pelaksa- observasi digunakan agar observasi naan penelitiaan dengan tahap-tahap yang dilakukan tidak menyimpang : 1) dari tujuan penelitian. Alat Perekam kelas dengan menerapkan metode berguna sebagai alat bantu pada saat Socrates dengan pendekatan konteks- observasi, agar peneliti dapat berkon- tual. Secara umum, urutan pembel- sentrasi pada proses pengambilan da- ajaran yang dilakukan adalah sebagai ta tanpa harus berhenti untuk menca- berikut. tat jawaban-jawaban dari subjek. kegiatan yang dilakukan adalah men- Soal tes uji blok diberikan pada akhir jelaskan melakukan pembelajaran di a) Kegiatan pendahuluan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa tentang materi kegiatan pembelajaran ini guru ber- yang akan dipelajari, dan mena- peran sebagai fasilitator untuk me- nyakan kepada siswa tentang materi lihat apakah siswanya mampu ber- yang akan dipelajari serta mengulang pikir kritis. c) Pada tahap penutupan secara sepintas tentang materi sebe- dipembelajaran dengan pendekatan lumnya. b) Pada tahap inti, dilaku- Socrates kontekstual, setelah materi kan pembelajaran Socrates dengan pelajaran telah disampaikan dan di- pendekatan kontekstual dimana sis- bahas. Guru membimbing siswa un- wa diminta untuk dapat menjawab tuk membuat rangkuman dari hasil- pertanyaan-pertanyaan silang hasil selama proses belajar. Setelah yang digunakan untuk menyakinkan proses kegiatan belajar mengajar se- validitas kebenaran dari jawaban lesai maka dilakukan uji blok untuk yang dikemukakan oleh siswa, atas mengetahui dasar kecerdasan dan kemampuan kritis siswa per materi yang dipel- siswa itu sendiri. Siswa juga dikon- ajari. Setelah itu, dilakukan analisis disikan secara berkelompok untuk data dan dilanjutkan dengan penyu- mengerjakan lembar aktivitas siswa sunan kesimpulan dan memberikan (LAS) yang telah disediakan oleh saran-saran untuk penelitian selan- peneliti. Selama mengerjakan LAS jutnya. uji kemampuan berpikir guru (dalam hal ini peneliti) meman- Dalam penelitian ini, teknik tau kerja siswa sambil mengarahkan pengumpulan data yang digunakan siswa yang mengalami kesulitan adalah sebagai berikut, 1) Observasi dengan cara mengajukan pertanyaan- partisipatif adalah observasi dimana pertanyaan uji silang tersebut. Sete- peneliti ikut terlibat dalam proses lah waktu yang diberikan oleh guru belajar siswa kelas X3 SMA Negeri cukup untuk mengerjakan LAS se- 17 Bandar Lampung. Dalam pene- lesai, guru meminta perwakilan sis- litian ini peneliti berperan menjadi wa untuk mempresentasikan jawab- guru, peneliti dapat mengamati ba- annya didepan kelas, dan bagi ke- gaimana perilaku siswa selama pro- lompok lain yang tidak sependapat ses belajar dan membantu siswa dipersilahkan untuk berargumen dan dalam proses belajar dan lain-lain. menjelaskan jawabnya. Dalam 2) Wawancara, dalam penelitian ini siswa dikelompokkan menjadi kate- dilakukan wawancara tidak terstru- gori sangat baik, baik, cukup, ku- ktur yang bertujuan untuk menemu- rang, dan sangat kurang dengan kan permasalahan yang harus diteliti. menggunakan skala lima menurut 3) Dokumentasi dalam penelitian ini Suherman (1990: 272) yaitu sebagai adalah berupa hasil ujian semester berikut : ganjil matematika kelas X SMA Tabel 1 Kriteria Penentuan Ting- Negeri 17 Bandar lampung, tujuan kat Kemampuan Siswa mengambil data dokumentasi adalah untuk kelengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara. 4) Kemampuan No 1 Sangat Tinggi 2 Tinggi 3 Sedang 4 Rendah 5 Sangat Rendah pada siswa setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis data proses belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui observasi. Setiap siswa selama Interval Skor Tes Siswa Tes dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian yang diberikan ke- Berpikir Kritis 81 sampai dengan 100 61 sampai dengan 80 41 sampai dengan 60 21 sampai dengan 40 0 sampai dengan 20 proses pembelajaran diamati keaktifannya dalam proses pembelajaran Dalam penelitian ini diguna- dengan memberi tanda (√) pada lem- kan keabsahan konstruk (Construct bar observasi jika sesuai dengan in- validity). Keabsahan konstruk ada- dikator proses belajar yang diamati. lah keabsahan bentuk batasan ber- Data kemampuan berpikir kritis sis- kaitan dengan suatu kepastian bahwa wa diperoleh dari hasil tes uji blok. yang berukur benar-benar merupakan Uji blok ini berfungsi untuk menge- variabel yang ingin diukur. tahui tinggi, sedang dan rendahnya sahan ini juga dapat dicapai dengan kemampuan berpikir kritis siswa. proses pengumpulan data yang tepat. Untuk keperluan mengklarifikasi kualitas kemampuan berpikir kritis Keab- Pada pertemuan ke tiga, siswa HASIL DAN PEMBAHASAN yang aktif dalam menjawab pertaDari penelitian ini didapat nyaan guru adalah sebanyak 7 orang hasil tes dan proses kegiatan belajar atau 23,33% dari 30 siswa yang hadir mengajar di kelas. Berikut ini, data dan semua siswa aktif mengerjakan proses kegiatan belajar mengajar dan LAS. hasil tes. menjawab Siswa mulai terbiasa dalam pertanyaan-pertanyaan Berdasarkan hasil observasi, yang guru sampaikan, namun siswa pada pertemuan pertama, jumlah sis- yang bertanya masih sama pada wa yang aktif dalam menjawab per- pertemuan-pertemuan tanyaan guru adalah 4 orang atau siswa yang lain masih belum berani 13,33% dan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan yang guru mengerjakan LAS adalah 25 atau tanyakan. sebelumnya, 83,33% dari 30 siswa yang hadir. Pada pertemuan ke empat, sis- Pada pertemuan ini, siswa masih be- wa yang aktif dalam menjawab per- lum terbiasa karena baru beradaptasi tanyaan guru adalah sebanyak 2 dan masih takut untuk menjawab orang atau 6,67% dan 21 orang atau pertanyaan-pertanyaan 70% dari 30 siswa yang hadir aktif yang guru ajukan. Pada pertemuan ke dua, jumlah mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru pertanyaan guru mengalami pening- sampaikan tergolong pasif karena katan dari pertemuan sebelumnya ya- hanya 2 orang yang menjawab per- itu sebesar 16,67% dan siswa yang tanyaan-pertanyaan guru, namun sis- aktif dalam mengerjakan tugas se- wa yang menjawab dan maju kede- banyak 14 orang atau 46,67% dari 30 pan masih sama pada pertemuan siswa yang hadir. Pada pertemuan sebelumnya. ini, siswa mulai berani menjawab Pada pertemuan ke lima, siswa pertanyaan dari guru, walaupun guru yang aktif dalam menjawab perta- harus sedikit memberi umpan kepada nyaan guru adalah sebanyak 2 orang siswa untuk menjawab pertanyaan- atau 8% dan 25 orang atau 100% dari pertanyaan yang guru ajukan. 25 siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan Pada pertemuan ke tujuh, siswa ini respon siswa dalam menjawab yang aktif dalam menjawab per- pertanya-an-pertanyaan yang guru tanyaan guru adalah sebanyak 1 sampaikan tergolong pasif karena orang dan 13 orang dari 30 siswa hanya 2 orang yang menjawab yang hadir aktif mengerjakan tugas. pertanyaan-pertanyaan guru. Kesim- Pada pertemuan ini respon siswa da- pulan pada proses kegiatan belajar lam mengajar dipertemuan ini adalah sis- nyaan yang guru sampaikan meng- wa sudah terbiasa dengan metode alami penurunan dari pertemuan se- yang guru gunakan dalam pem- belumnya. Dalam mengerjakan tu- belajaran terlihat dari siswa dapat gas siswa terlihat mengalami pening- menjelaskan tentang konvers, invers, katan dari pertemuan sebelumnya. menjawab pertanyaan-perta- kontraposisi dan menentukan nilai Pada pertemuan ke delapan, kebenarannya yang menjadi tujuan siswa yang aktif dalam menjawab pembelajaran pada pertemuan ini. pertanyaan guru adalah sebanyak 1 Pada pertemuan ke enam, sis- orang dan 27 orang dari 27 siswa wa yang aktif dalam menjawab per- yang hadir aktif mengerjakan tugas. tanyaan guru adalah sebanyak 3 Pada pertemuan ini, respon siswa orang dan 8 orang dari 30 siswa yang dalam menjawab pertanyaan-perta- hadir aktif mengerjakan tugas. Pada nyaan yang guru sampaikan sangat pertemuan ini respon siswa dalam pasif karena hanya 1 orang yang menjawab menjawab pertanyaan yang guru pertanyaan-pertanyaan yang guru sampaikan mengalami ajukan. Dalam mengerjakan tugas peningkatan dari pertemuan sebe- siswa terlihat mengalami pening- lumnya. Dalam mengerjakan tugas katan dari pertemuan sebelumnya. siswa terlihat mengalami penurunan Pada pertemuan ke sembilan, dari pertemuan sebelumnya. Kesim- dari 27 siswa yang hadir, siswa yang pulan pada proses kegiatan belajar aktif dalam menjawab pertanyaan mengajar dipertemuan ini adalah ada guru adalah sebanyak 2 orang dan 7 peningkatan dalam respon siswa un- orang aktif mengerjakan tugas. Pada tuk menjawab pertanyaan yang guru pertemuan ini, respon siswa dalam sampaikan. menjawab pertanyaan-pertanyaan yang guru sampaikan masih tergo- hadir aktif mengerjakan tugas. Pada long pasif karena hanya 2 orang yang pertemuan ini, respon siswa dalam menjawab pertanyaan yang guru menjawab pertanyaan-pertanyaan ya- ajukan. Dalam mengerjakan tugas ng guru sampaikan masih tergolong siswa terlihat mengalami penurunan pasif karena hanya 1 orang yang dari pertemuan sebelumnya. menjawab pertanyaan yang guru Pada pertemuan ke sepuluh, ajukan. Dalam mengerjakan tugas siswa yang aktif dalam menjawab siswa terlihat mengalami penurunan pertanyaan guru adalah sebanyak 1 dari orang dan 11 orang dari 30 siswa Kesimpulan pada proses kegiatan yang hadir aktif mengerjakan tugas. belajar mengajar di pertemuan ini Pada pertemuan ini, respon siswa da- siswa sudah terbiasa dengan per- lam menjawab pertanyaan-pertanya- tanyaan yang guru tanyakan, terlihat an yang guru sampaikan masih tergo- siswa dapat membuktikan suatu per- long pasif karena hanya 1 orang yang nyataan dengan bukti langsung, tidak menjawab pertanyaan yang guru aju- langsung dan induksi matematika. kan. Dalam mengerjakan tugas sis- Namun, keaktifan siswa masih pasif wa terlihat mengalami penurunan da- hanya 1 siswa yang aktif dan berani ri pertemuan sebelumnya. Kesim- menjawab pertanyaan dari guru, sis- pulan pada proses kegiatan belajar wa yang lainnya cenderung diam dan mengajar dipertemuan ini siswa lebih memperhatikan saja. pertemuan sebelumnya. banyak diam dan memahami pen- Pada pertemuan ke dua belas, jelasan-penjelasan yang guru mau- siswa yang aktif dalam menjawab pun siswa yang menjawab perta- pertanyaan guru adalah sebanyak 1 nyaan yang guru tanyakan tentang orang dan 10 orang dari 30 siswa dapat membuktikan keabsahan suatu yang hadir aktif mengerjakan tugas. penarikan kesimpulan menggunakan Pada pertemuan ini respon siswa prinsip logika matematika. dalam menjawab pertanyaan-perta- Pada pertemuan ke sebelas, sis- nyaan yang guru sampaikan masih wa yang aktif dalam menjawab per- tergolong pasif karena hanya 1 orang tanyaan guru adalah sebanyak 1 yang menjawab pertanyaan yang gu- orang dan 8 orang dari 30 siswa yang ru ajukan. Kesimpulan pada proses kegiatan belajar mengajar diperte- cenderung pasif dan kurang berani muan ini siswa cukup bisa mengikuti menjawab pertanyaan dari guru. penjelasan yang guru sampaikan na- Pada pertemuan ke empat mun dalam mengerjakan LAS keba- belas, siswa yang aktif dalam men- nyakan siswa harus dituntun oleh jawab pertanyaan guru adalah seba- guru. nyak 3 orang dan 28 orang dari 28 Setelah proses pembelajaran dengan gunakan metode Socrates pendekatan meng- siswa yang hadir aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan ini, respon kontekstual siswa dalam menjawab pertanyaan- selesai dilaksanakan maka dilakukan pertanyaan yang guru sampaikan ma- uji blok. Dari uji blok, didapatkan sih tergolong pasif karena hanya 3 hasil. Dari 30 siswa yang mengikuti orang yang menjawab pertanyaan uji blok, siswa yang tuntas dalam yang guru ajukan. Kesimpulan pada kegiatan belajar mengajar adalah 9 proses kegiatan belajar mengajar di- orang dengan nilai tertinggi 80 dan pertemuan ini siswa mampu meng- nilai terendah adalah 37,5 dengan ikuti proses belajar dengan baik wa- rata-rata nilai siswa adalah 47. laupun hanya siswa yang sudah biasa Pada pertemuan ke tiga belas, menjawab pertanyaan dari guru yang siswa yang aktif dalam menjawab mau menjawab pertanyaan yang di- pertanyaan guru adalah sebanyak 3 sampaikan pada pertemuan ini. Ke- orang dan 28 orang dari 28 siswa aktifan siswa masih pasif hanya ada yang hadir aktif mengerjakan tugas. 3 siswa yang terlihat aktif selama Kesimpulan pada proses kegiatan proses kegiatan belajar. belajar mengajar pada awal perte- Pada pertemuan ke lima belas, muan dimateri trigonometri siswa siswa yang aktif dalam menjawab yang aktif hampir sama dengan ma- pertanyaan guru adalah sebanyak 3 teri sebelumnya, kebanyakan siswa orang dan 19 orang dari 30 siswa hanya menjadi penonton saja. Keak- yang hadir aktif mengerjakan tugas. tifan siswa masih pasif hanya ada 3 Kesimpulan pada proses kegiatan siswa yang terlihat aktif selama pro- belajar mengajar pada ini adalah ses kegiatan belajar. Siswa lainnya siswa cenderung pasif dan butuh banyak bimbingan guru agar dapat menentukan nilai perbandingan adalah siswa sudah terbiasa dengan trigonometri dari sudut-sudut khusus proses belajar tanya-jawab namun disemua kuadraan. Keaktifan siswa guru kurang dapat memancing siswa masih pasif terlihat hanya ada 3 sis- lain untuk menjawab pertanyaan wa yang terlihat aktif selama proses yang guru sampaikan hal ini terlihat kegiatan belajar. Siswa lainnya cen- dari keaktifan siswa. Keaktifan sis- derung pasif dan kurang berani men- wa masih pasif terlihat hanya 2 siswa jawab pertanyaan dari guru. yang aktif dan berani menjawab per- Pada pertemuan ke enam belas, siswa yang aktif dalam menjawab tanyaan guru. Lainnya cenderung menjadi penonton. pertanyaan guru adalah sebanyak 2 Pada pertemuan ke delapan orang dan 14 orang dari 30 siswa belas, siswa yang aktif dalam men- yang hadir aktif mengerjakan tugas. jawab pertanyaan guru adalah se- Kesimpulan pada proses kegiatan banyak 1 orang dan 25 orang dari 30 belajar mengajar dipertemuan ini siswa yang hadir aktif mengerjakan tidak ada perubahan mencolok siswa tugas. selama proses belajar hanya siswa- kegiatan belajar mengajar diperte- siswa yang terbiasa menjawab per- muan ini adalah siswa cenderung pa- tanyaan yang aktif selama proses sif karena harus menentukan perhi- belajar. Keaktifan siswa masih pasif tungan dengan menggunakan aturan terlihat hanya ada 2 siswa yang ter- sinus dan cosinus. Keaktifan siswa lihat aktif selama proses kegiatan masih pasif terlihat bahwa hanya ada belajar. 1 siswa yang terlihat aktif selama Siswa lainnya cenderung Kesimpulan pada proses pasif dan kurang berani menjawab proses kegiatan belajar. pertanyaan dari guru. lainnya cenderung pasif dan kurang Pada pertemuan ke tujuh belas, siswa yang aktif dalam menjawab siswa berani menjawab pertanyaan dari guru. pertanyaan guru adalah sebanyak 2 Setelah proses pembelajaran orang dan 16 orang dari 30 siswa dengan metode Socrates mengguna- yang hadir aktif mengerjakan tugas. kan pendekatan kontekstual selesai Kesimpulan pada proses kegiatan dilaksanakan pada materi trigono- belajar mengajar dipertemuan ini metri maka dilakukan uji blok, didapatkan hasil. Dari 30 siswa yang siswa belum terbiasa diberikan se- mengikuti uji blok jumlah siswa rangkaian pertanyaan kontekstual ya- yang tuntas dalam KBM adalah 5 ng mengarahkan siswa untuk berpikir orang dengan nilai tertinggi adalah kritis kedalam topik materi yang di- 80 dan nilai terendah adalah 27,5 bahas dan siswa masih terbiasa dengan rata-rata siswa mendapat dengan pembelajaran yang sebelum- nilai 36,6. Dengan demikian, ke- nya mereka lakukan selama proses mampuan berpikir kritis siswa dalam belajar mengajar terjadi. materi trigonometri tergolong dalam untuk pertemuan-pertemuan selan- indikator rendah. jutnya siswa mulai terbiasa dibe- Setelah data dianalisis dan rikan Namun, pertanyaan-pertanyaan dan dibandingkan dengan keaktifan siswa berani mengemukakan jawabannya selama proses belajar mengajar da- sehingga meningkatkan partisipasi lam penerapan dengan pendekatan siswa selama proses belajar meng- kontekstual dapat membantu siswa ajar. memiliki kemampuan berpikir kritis Walaupun penerapan yang baik. Hal ini dikarenakan sela- belajaran ma proses belajar yang diberikan dekatan kontekstual dalam pembel- oleh guru kepada siswa, siswa diajak ajaran matematika yang ditinjau dari untuk lebih mampu untuk mengem- proses belajar dan kemampuan ber- bangkan kemampuan berpikir kritis pikir kritis siswa dimateri Logika siswa dan guru hanya membantu. Matematika Dalam pembelajaran dengan pende- materi trigonometri, namun masih katan kontekstual, siswa memper- banyak siswa yang belum tuntas oleh konsep dari pertanyaan-perta- belajar dan tidak ada siswa yang nyaan memperoleh yang bersifat menggali Socrates lebih dengan pem- baik nilai pen- daripada sempurna (probing) dan menuntun (prompting) (mendapatkan skor 100). yang diberikan oleh guru. optimalnya hasil yang diperoleh dari Pada proses pembelajaran Belum pembelajaran dengan pendekatan Socrates dengan pendekatan konteks- kontekstual dikarenakan tual dipertemuan pertama cukup sulit adanya kelemahan-kelemahan dalam dilakukan dan tidak efisien karena penelitian, adalah, waktu penelitian masih yang terlalu sehingga Socrates dengan pendekatan konteks- mempersulit adaptasi siswa terhadap tual yang ditinjau dari proses belajar pembelajaran Socrates dengan pen- dan kemampuan berpikir kritis siswa dekatan Kontekstual yang baru bagi masih belum sempurna sehingga siswa masih belum baik. Kurangnya indikator kemampuan berpikir siswa kemampuan peneliti dalam pengelo- masih kurang dapat menggambarkan laan kelas agar siswa tetap berkonse- kemampuan berpikir kritis siswa nterasi dalam proses pembelajaran secara optimal. sehingga singkat penerapan pembelajaran Socrates dengan pendekatan kon- SIMPULAN tekstual masih belum bisa berjalan dengaan efektif. Keterbatasan ke- Berdasarkan hasil penelitian mampuan peneliti dalam memberi- dan pembahasan, maka dapat diper- kan pertanyaan-pertanyaan yang baik oleh simpulan sebagai berikut, meto- dan bersifat menggali dan menuntun de Socrates dengan pendekatan kon- serta menggarahkan kepertanyaan tekstual bisa diterapkan pada siswa uji. Pertanyaan yang diberikan kelas X3 SMA Negeri 17 Bandar masih kurang menggali pengetahuan Lampung, karena membuat siswa siswa untuk dapat mengembangkan aktif untuk berani menjawab per- kemampuan berpikir kritis. tanyaan uji silang yang guru sam- Kelemahan dalam penelitian paikan. Respon siswa terhadap pene- ini mengakibatkan proses belajar rapan metode Socrates dengan pen- kurang kondusif. dekatan kontekstual cukup baik. Sis- banyak siswa Karena masih yang melakukan wa sedikit mengalami kesulitan un- kegiatan lain yang kurang mendu- tuk mengikuti metode pembelajaran kung pembelajaran, adanya siswa yang dilakukan peneliti. Kemampu- yang ribut dan mengobrol saat proses an berpikir kritis siswa kelas X3 pembela-jaran, kurangnya konsen- SMA Negeri 17 Bandar Lampung trasi siswa saat belajar, dan kurang- dalam materi logika matematika dan nya kepercayaan diri siswa dalam trigonometri secara umum tergolong mengemukakan jawabannya. Dengan kategori sedang dan rendah. Siswa demikian, penerapan pembelajaran yang aktif selama proses belajar lebih dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya, hal ini terlihat dari hasil ujiblok siswa yang aktif selama pembelajaran Socrates dengan pendekatan kontekstual cenderung mendapatkan nilai yang baik. Siswa yang kurang aktif selama proses belajar sering melakukan kesalahan dalam menjawab soal. Kesalahan siswa yang sering terjadi dalam menjawab soal karena kurangnya pemahaman materi dan kurangnya latihan soal. DAFTAR PUSTAKA Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Suherman Erman dan Yaya Sukjaya K. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika.Bandung: Wijayakusumah 157 Bandung. Kunandar. 2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3 UI. Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates Terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.