PROPOSAL PENELITIAN TA.2015 KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN Tim Peneliti: RENI KUSTIARI PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia telah mengalami deregulasi dan liberalisasi perdagangan. Sejak sebelum 1990-an, sektor pertanian dilindungi dan didukung oleh tarif dan subsidi oleh pemerintah. Setelah 1994, pemerintah Indonesia telah bergerak menuju deregulasi dan Liberalisasi sektor pertanian, dibuktikan dengan penghapusan beberapa subsidi dan tarif produk tahun 1997 pada saat terjadinya krisis moneter. Indonesia telah menjadi pendukung perdagangan bebas di bawah naungan World Trade Organization (WTO), sehingga ekonomi Indonesia, termasuk sektor pertanian, terintegrasi dengan kebijakan pasar dunia. Namun, ekonomi makro dan perdagangan eksogen untuk sektor pertanian dan sektor pertanian harus beradaptasi dengan perubahan dalam ekonomi makro dan kebijakan perdagangan. Jaejer dan Humphreys menyatakan bahwa kebijakan ekonomi yang tepat dapat memberikan dampak besar untuk meningkatkan insentif harga pertanian. Variabel ekonomi makro dan perdagangan seperti pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, nilai tukar dan tarif impor diakui memiliki efek pada kinerja pertanian namun perkiraan besarnya efek perlu diketahui untuk menjadi masukan untuk pembuat kebijakan. Hal ini diperlukan agar dapat dibuat kebijakan yang sesuai. 1.2. Dasar Pertimbangan Sebagian besar dari studi sebelumnya menganalisis dampak kebijakan makro dan perdagangan terhadap sektor pertanian terutama difokuskan pada faktor internal seperti investasi penelitian dan pengembangan pertanian, serta efisiensi dan sistem penguasaan tanah. Selain itu, pertimbangan kurangnya bukti empiris tentang implikasi dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja pertanian di Indonesia di mana ekonominya tumbuh dan perkembangan relatif cepat sangat bergantung pada sektor pertanian dan di mana pertanian membutuhkan kebijakan yang lebih terkoordinasi. Hubungan ekonomi makro dengan sektor pertanian melibatkan hubungan antara perekonomian domestik dan sektor pertanian, serta ekonomi dunia dan sektor pertanian dalam negeri. Definisi makroekonomi pertanian jelas menunjukkan bahwa sektor pertanian terintegrasi dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian domestik, selain dengan kondisi perekonomian dunia. 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat kerangka struktural tentang hubungan antara ekonomi makro dan pertanian di Indonesia. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi kebijakan makro (kebijakan Bank Indonesia peraturan Kemendag, Peraturan Kememnkeu, dan BKPM); (2) Mengidentifikasi kebijakan perdagangan (Peraturan Kementan); dan (3) Menganalisis dampak kebijakan makro dan perdagangan terhadap sektor Pertanian. 1.4. Keluaran (1) Informasi kebijakan makro (inflasi, suku bunga, dan investasi); (2) Informasi tentang kebijakan perdagangan; dan (3) Informasi tentang dampak kebijakan makro dan perdagangan terhadap sector Pertanian. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Tinjauan Teoritis Kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar serta kebijakan perdagangan tidak mempengaruhi hanya pendapatan petani secara riil dan relatif terhadap sektor lain ekonomi, tetapi juga dari segi perdagangan antara pertanian dan non - pertanian sektor. Kontribusi sektor pertanian terhadap makroekonomi tergantung pada variabel makroekonomi yang paling terkait dengan pertanian. menurut Penson dan Gardener (1988) dan Knutson et al (2000), domestik variabel makroekonomi yang paling penting untuk pertanian adalah tingkat inflasi, pertumbuhan produk nasional bruto, suku bunga dan nilai tukar Tingkat. Namun, Knutson et al (2000) menyebutkan bahwa implikasi dari kondisi makro ditransmisikan ke pertanian melalui empat variabel : pertumbuhan pendapatan ; tingkat inflasi; suku bunga; dan nilai mata uang (kurs). Nilai tukar adalah variabel yang umum digunakan untuk menangkap perkembangan yang terjadi di pasar keuangan internasional. Chambers et al. (1988); Lachaal dan Womack (1998) menyimpulkan bahwa nilai tukar mata uang menghubungkan variabel utama ekonomi internasional untuk sektor pertanian dalam negeri dan nilai tukar merupakan penentu penting harga komoditas dan arus perdagangan. Pertanian Indonesia telah dipengaruhi tidak hanya oleh kebijakan pertanian tetapi juga oleh kebijakan ekonomi secara umum, dan dengan kinerja ekonomi makro. Kerangka konseptual untuk penelitian ini, diasumsi bahwa makroekonomi dan kebijakan perdagangan mempengaruhi mempengaruhi produktivitas sektoral harga dan output, produksi. yang Dasar pada gilirannya kerangka adalah perdagangan barang yang dikembangkan oleh Dornbusch (1974). Analisis standar membagi perekonomian menjadi dua sektor : sektor tradable dan sektor nontradables. Nilai tukar (RER), dan melalui harga relatif ini kebijakan makro mempengaruhi kinerja sektoral. Kenaikan RER berarti bahwa rasio harga meningkatkan mendukung barang yang dapat diperdagangkan, dan sebaliknya, penurunan RER berarti bahwa rasio harga membaik mendukung barang nontradable. Berdasarkan hipotesis bahwa arus sumber daya lintas sektoral mengikuti harga relatif perubahan, gerakan dalam RER akan cenderung mempengaruhi alokasi sumber daya antara berbagai sektor ekonomi. Lebih khusus, peningkatan RER akan mengalihkan sumber daya dari sektor nontradable menjadi tradable dan mengurangi insentif untuk memproduksi barang nontradable dan sebaliknya adalah benar agar model untuk mengukur dampak kebijakan ekspor dan impor secara terpisah, ekonomi selanjutnya didekomposisi menjadi tiga pasar: exportables (X), importables (m), dan komoditas lokal (h). Komponen perdagangan model untuk dua barang yang diperdagangkan memungkinkan pasokan domestik dan permintaan untuk barang-barang ini menjadi berbeda. Namun, hal ini tidak berlaku untuk komoditas local perlu disesuaikan untuk memenuhi kondisi keseimbangan, hal ini dilakukan melalui penyesuaian harga relatif barang yang diperdagangkan dalam hal komoditas lokal (Hau, 2000). 3. Metodologi 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan struktural yang signifikan dalam lingkungan ekonomi dan integrasi dengan pasar dunia menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak lagi diperlakukan sebagai sektor yang tertutup. Dengan demikian terdapat terkaitan antara ekonomi dunia dan pertanian. Dua jalur utama yang menghubungkan Internasional (dunia) dengan ekonomi pertanian yaitu pertama melalui pasar komoditas internasional, di mana kondisi ekonomi internasiona mempengaruhi permintaan ekspor dan pasokan impor (current account) dan kedua adalah melalui pasar modal internasional, tingkat harga dan nilai tukar (finansial dan modal). 3.2. Ruang Lingkup Penelitian Komponen kebijakan makro terdiri dari inflasi dan suku bunga, sedangkan kebijakan perdagangan antara lain pengaturan tataniaga, pajak ekspor dan tariff impor. Kebijakan perdagangan diimplementasikan melalui Peraturan Kemendag dan Peraturan Kementan. Dengan memperhatikan komponen cakupan penelitian kajian dampak kebijakan makro ekonomi dan perdagangan terhadap ek pertanian meliputi: 1. Identifikasi kebijakan makro dalam rentang waktu 2010-2012: kebijakan Bank Indonesia (inflasi dan suku bunga), BKPM dan kemenkeu, peraturan Bank Indonesia, peraturan Kememnkeu, dan BKPM 2. Identifikasi kebijakan perdagangan 2010-2012 (Peraturan Kemendag dan Peraturan Kementan 3. Deskripsi kinerja Sektor Pertanian Rentang 2008-2012 terkait dengan kebijakan makro dan perdagangan mencakup seluruh sub sektor 4. Identifikasi produksi, ekspor-impor, harga, nilai-tukar (harga ekspor relatif terhadap harga impor). 5. Mengestimasi perkiraan dampak dari kebijakan makro ekonomi dan perdagangan terhadap sektor pertanian dengan menggunakan model ekonometrik. 3.3. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan berupa data series (1980-2013) antara lain tentang ekspor, impor, investasi, produksi, dan harga. Sumber utama data sekunder adalah Badan Pusat Statistik. Sedangkan data primer diperoleh melalui survey dengan wawancara langsung pada petani dengan menggunakan kuesioner. 3.3. Metode analisis Model analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan makro ekonomi dan perdagangan terhadap sektor pertanian di Indonesia terdiri dari tiga system persamaan. Peubah endogen adalah nilai tukar, tingkat keterbukaan, harga relatif komoditas pertanian domestic. Sedangkan peubah eksogen terdiri dari harga impor, harga produk domestic, pajak ekspor, impor tariff, pangsa pengeluaran pemerintah, pangsa pasokan uang (money supply) terhadap total pendapatan. Model empiris dapat dituliskan sebagai berikut: NT = a + b*(Pa/ Pm) + c*DK + d*G + e* M DK = f +g*((1-tx/(1-tm) + h*G + i* M Pa/ Ph = j + k*(Px/ Pm) + l*DK + m*G + n* M dimana: NT = Nilai tukar Pm = Harga Impor Ph = Harga komoditas local DK = Derajat keterbukaan G = pengeluaran pemerintah M = Supply uang tx = Pajak ekspor tm = Harga impor Pa/ Ph = Harga relatif komoditas pertanian domestik IV. JADWAL DAN ANGGARAN 4.1. Jadual Pelaksanaan Penelitian ini akan dilakukan dalam tahun anggaran 2015. Secara rinci jadual Pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jadual Pelaksanaan Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Kegiatan Persiapan : Pembuatan dan Perbaikan Proposal Survey I Survey II Survey III Pengol data Lap draft Seminar Lap final Ags Sep Okt Nov Des