6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapang Rhizoctonia solani Khun. 2.1.1. Klasifikasi Rhizoctonia solani Khun. Klasifikasi Kapang Rhizoctonia solani (Alexopoulos, 1996) adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi Phylum : Deuteromycota Classis : Deuteromycetes Ordo : Agonomycetales Familia : Agnomycetaceae Genus : Rhizoctonia Species : Rhizoctonia solani Khun. 2.1.2. Morfologi Rhizoctonia solani Khun mempunyai hifa yang bersifat hialin pada saat masih muda, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan setelah tua. Hifa bercabang membentuk sudut hampir tegak lurus (Gambar 2.1), mempunyai sel-sel panjang berdiameter 8-12 μm. Pada keadaan lingkungan yang mendukung perkembangan penyakit, maka akan terbentuk gumpalan massa hifa R. solani yang 6 Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 7 masih muda dan berwarna putih, kemudian berubah warna menjadi coklat sampai hitam setelah tua, membentuk percabangan didekat sekat pada hifa vegetatif yang muda, membentuk hifa dan sekat yang pendek didekat tempat asal percabangan ciriciri morfologi utamanya adalah tidak terdapat clamp connection dan konidium (Parmater, 1965). Menurut (Duggar, 1915 dalam Parmater, 1965 ), pembahasan rinci spesies R. solani yang meliputi tanda-tanda seperti warna miselium pucat sampai coklat tua, diameter relatif besar dengan percabangan dekat septum distal dari sebuah sel hifa, sudut sering terbentuk pada hifa tua, terjadi penyempitan cabang hifa pada titik asal, pembentukan septum di cabang dekat titik asal, mampu memproduksi sel monilioid (sel gentong rantai) akan membentuk skelerotia, sklerotia R. solani pada dasarnya sama dengan sklerotia lain namun lebih gelap dan lebih berdinding tebal, kumpulam masa sklerotia akan membentuk sklerotium yang memiliki bentuk hampir seragam, sklerotium R.solani merupakan fase yang menandai gejala penyakit hawar pelepah, memiliki keadaan sempurna basidiomycetous beda disebut sebagai Thaenaporus cucumis, memiliki bagian pori dengan septum menonjol, warna hifa muda hialin dan warna hifa tua coklat, diameter hifa rata-rata biasa sekitar 6-10 μm. diameter hifa kurang dari 5μm diindikasi bukan R. solani. Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 8 Gambar 2.1 Penampak Mikroskopis Kapang Rhizoctonia solani 2.1.3. Gejala Penyakit Hawar Pelepah Rhizoctonia solani Khun. Gejala penyakit hawar padi yaitu, timbul bercak pada pelepah daun terutama terdapat pada selubung daun. Bila kondisi lembab bercak tersebut dapat terjadi di daun. Bercak tampak coklat kemerahan lalu menjadi putih kelabu dengan pinggiran berwarna coklat. Bercak berbentuk bulat lonjong dan akhirnya menyebar secara meluas. Ukuran bercak dapat memungkinkan pelepah daun mencapai panjang 2-3 cm. Pada kondisi yang dapat menjadi busuk sehingga mempengaruhi pembentukan biji (bila serangan terjadi sebelum bulir berisi) dan menyebabkan tanaman mati (Harahap & Tjahjono, 1992). 2.1.4. Siklus Hidup Rhizoctonia solani Khun. Kapang Rhizoctonia solani mempunyai siklus hidup, yaitu siklus hidup tingkat imperfek. Pada tingkat imperfek, R. solani hanya membentuk miselia dan sklerotia. R. Solani merupakan kapang yang bereproduksi secara aseksual Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 9 (anamorph), kapang tersebut memiliki fase seksual Thanatephorus cucumeris dan sering dikatakan sebagai tingkat perfek (Schumann & D’Arcy 2006). 2.1.5. Siklus Penyakit R. Solani dapat bertahan hidup pada tanaman hidup atau sebagai saprofit pada sisa-sisa bahan organik. R.solani dikenal sebagai patogen yang dapat bertahan hidup dalam tanah (soil-borne) dalam bentuk sklerotia atau miselia istirahat (Angrios, 1996). Pada kondisi yang mendukung perkembang biakan penyakit, sklerotia dari R. solani mampu berinteraksi dengan tanaman inang. Bila patogen tersebut berhasil masuk ke dalam jaringan tanaman inang dan berkembang biak akan menyebabkan proses fisiologi tanaman inang terganggu (Angrios, 1988). 2.2. Tanaman Anting-antingan (Acalypha indica Linn) 2.2.1. Klasifikasi Anting-antingan (Acalypha indica Linn) Berikut Klasifikasi tumbuhan anting-anting (Acalypha indica L), menurut (Cronquist, 1966) : Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Acalypha Species : Acalypha indica Linn. Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 10 2.2.2. Morfologi Tumbuhan Anting-antingan (Acalypha indica Linn) Achalypha indica merupakan tanaman semusim, tegak, dengan tinggi dari 30 s.d 50 cm, Perbungaan bagian ujung saling menyendiri atau sepasang-sepasang. paling sering memanjang sampai 5-18 mm batang panjang dan tipis sering diakhri oleh bunga betina yang abnormal. Bunga betina memiliki daun pelindung dengan bentuk dangkal dan bergigi namun sangat jarang yang memiliki bulu, lebar daun pelindung berkisar 3-4 mm untuk tumbuhan yang kecil dan 7-10 mm bagi tumbuhan dengan ukuran yang lebih besar. Daun pelindung yang dimiliki anting-anting meliliki panjang melebihi panjang dari buah, dengan 2-6 bunga tetap; buah 2 ¼-2 ½ mm di sebelah dalamnya. Rambut pada batang bagian atas melengkung dengan daun bentuk telur sampai belah ketupat. Daun dari bawah Berbentuk segitiga sungsang (baji), dangkal bergigi, permukaan atasnya gundul, atau berbulu hanya pada uratnya.panjang daun mencapai 1 ¼ - 7 cm dengan lebar 1 ¼ -5 cm; tangkai daun memiliki panjang 26 cm dengan lebar 0,25-1.00 cm dan sangat jarang sampai 1,60 cm (Gambar 2.2). (Backer & van den Brink, 1965) Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 11 Gambar 2.2. TumbuhanAnting-anting (Acalypha indica Linn.) 2.2.3. Ekologi tanaman Anting-antingan (Acalypha indica Linn.) Acalypha indica Linn. Sering juga disebut anting-anting. Karena bentuk bunganya seperti bentuk anting-anting. Anting-anting merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng gunung (Sriwahyuni, 2008). Biasa ditemukan di dataran rendah, daerah yang sedikit berbayang, pinggir jalan, kebun desa (Backer & van den Brink, 1965). 2.2.4. Fitokimia Anting-antingan (Acalypha indica Linn.) Hasil uji fitokimia ekstrak anting-antingan pada beberapa penelitian menunjukan bahwa dalam tumbuhan anting-anting terdapat beberapa senyawa metabolit sekunder penting seperti saponin, flavonoid, glikosida, phytosterol. (Balasubramanian et al., 2012). Menurut Maduri et al. (2011), ekstrak daun antinganting dengan pelarut non polar seperti petrolium eter dan kloroform mampu melarutkan senyawa seperti alkaloid, fenol, glikosida, steroids, tanin, saponin Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 12 (Paindla et al., 2014), sedangkan pelarut semi polar seperti aseton membawa senyawa non polar maupun polar seperti senyawa fenol, glikosida, protein, fenol ( Khanimozhi et al., 2012). Untuk pelarut polar seperti alkohol akan membawa senyawa yang polar seperti flavonoid, quinine, coumarin, phenols dan juga saponin sedangkan air akan membawa senyawa alkaloid, flavonoid, quinine, coumarin, phenols, tanin dan juga saponin. Penelitian lain menunjukan ekstrak etanol mengandung flavonoid, tanin, terpenoid, glikosida, saponin dan steroids sedangkan pada ekstrak air mengndung senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, glikosida (Selval et al., 2012). 2.2.5. Manfaat tanaman Anting-antingan (Acalypha indica L. ) Anting-anting sering digunakan sebagai antiradang, antibiotik, peluruh kencing, obat malaria, malnutrisi, diuretik, untuk mengnetikan pendarahan, dan sebagai atsrige (Radji et al., 2008). Sedangkan menurut Selvan et al. (2012), antinganting digunakan sebagai antikanker dan aktivitas antioksidan. Sebagai Aktivitas analgesik pada tikus, efek neuro-perlindungan, Aktivitasanti-inflamasi, Aktivitas anti jamur dan antibakteri. (Sanseera et al., 2012). 2.3. Padi (Oryza sp.) 2.3.1. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sp.) Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput-rumputan yang berasal dari benua asia dan afrika. Sistem pembudidayaan padi di indonesia secara garis besar dikelompokan menjadi dua yaitu padi sawah dan gogo. Tanaman padi sawah ditumbuhkan pada kondisi tergenang air sedangkan tanaman padi gogo tidak Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 13 ditumbuhkan pada kondisi yang tergenang air. Inilah yang menyebabkan tanaman padi sawah rentan terkena hama dan penyakit. (Prasetyo, 2011) 2.3.2. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sp) Sistem Klasifikasi tanaman padi (Oryza sp) menurut Cronquist (1981) sebagai berikut : 2.4. Divisio : Magnoliophyta Clasiss : Liliopsida Subclasiss : Commelinidae Ordo : Cyperales Familia : Poaceae Genus : Oryza Species : Oryza sp. Hama dan Penyakit Serta Cara Pengendalian Penyakit Hama dan penyakit merupakan organisme parasit karena memperoleh sebagian zat makanan sebagai nutrisinya dari organisme lain. Hama adalah binatang perusak tanaman budidaya misalnya padi, jagung, kentang, umbi, mangga, apel jambu dll. Sedangkan penyakit adalah serangan mikroorganisme seperti Jamur, bakteri dan virus tanaman yang menjadi sakit (Prasetyo, 2011). Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman budidaya padi adalah golongan kapang yaitu Rhizoctonia solani. Kapang tersebut menyebabkan penyakit yang disebut hawar pelepah. Siklus penyakit paling umum terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum. (Muslim, 2012). Penaggulangan penyakit Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 14 tersebut selama ini dengan menggunakan fungisida. Fungisida dibagi menjadi dua yaitu fungisida sintetik dan fungisida nabati. Fungisida sintetik adalah fungisida dengan bahan baku kimia untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur ( Sudarmo, 1991). Salah satu fungisida yang biasa digunakan oleh petani untuk memberantas kapang Rhizoctonia solani adalah Fulicur 430 Sc dengan kandungan 43% tebukonazol. Tebukonazol merupakan fungisida golongan triazole yang digunakan untuk menghambat perkembangbiakan jamur. Tebukonazole diklasifikasi tingkat toksisistasnya sebagai level III, yang berarti sedikit berbahaya (Food and Agriculture Organisation, 2013). Menurut aturan Pengendalian hama terpadu (PHT) yang merupakan pendekatan dan teknologi pengendalian OPT yang berwawasan ekologi dan ekonomi telah menjadi kebijakan dasar perlindungan tanaman nasional. Penggunaan pestisida dan fungisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru seperti pencemaran lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia hewan lain, resistensi hama dan organisme bukan sasarannya mati (DEPTAN RI, 1997). Oleh karena itu perlu ada peningkatan penggunaan fungisida dengan bahan baku alami dari tumbuhan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan fungisida sintetik. Fungisiada alami dibuat dari bahan alami tumbuhan (Damin, 2008). 2.5. Metabolisme Sekunder Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 15 Didalam tubuh memungkinkan terdapat mahluk hidup terdapat suatu proses suatu kehidupan, proses tersebut kimia disebut yang dengan metabolisme. Tumbuhan sebagai salah satu mahluk hidup menghasilkan dua senyawa organik hasil metabolisme yaitu metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa utama penyusun yang dibutuhkan untuk proses perkembangan dan pertumbuhan mahluk hidup. Metabolit primer meliputi karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan tumbuhan namun tidak berperan langsung dala proses pertumbuhan dan perkembangan (Robinson, 1995). Metabolit sekunder dikelompokan menjadi tiga yaitu, fenolat, terpen dan senyawa yang mengandung nitrogen. Fenolat merupakan senyawa aromatik alami yang mengandung gugus fenol. Beberapa senyawa yang termasuk fenolat antara lain selulosa, lignin, flavonoid, dan tanin. Sejumlah metabolit sekunder memilki aktifitas biologis seperti golongan, tanin, saponin, glikosida, terpenoid, flavonoid, tanin dan alkaloid (Robinson, 1995). 2.6. Senyawa – Senyawa Metabolisme Sekunder a. Tanin Terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau tanin katekin lebih penting dari segi penyamakan. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 16 dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam larutan asam klorida encer. Bagian alkohol dari ester ini biasanya gula, dan seringkali glukosa. Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat, hijau, kuning yang larut dalam air (terutama air panas) membentuk koloid (Padmawinata dan Soediro, 1996). b. Flavonoid Flavonoid yang terdapat di alam antara lain adalah flavon, isoflavon, antosianin, leuko-antosianin, dan kalkon. Senyawa senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, serta sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman. (Robinson, 1995). Beberapa fungsi dari flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, sebagai zat antimikroba, antivirus, dan antiinsektisida. (Kristanti, 2008). Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air dan pelarut polar. Sebagai glikosida maupun aglikon, senyawa flavonoid tidak dapat larut dalam petroleum eter yang bersifat non polar namun dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat polar (Lathifah, 2008). Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon dan digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 yang dihubungkan dengan rantai alifatik tiga karbon. flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan digolongkan berdasarkan struktur kimianya menjadi flavon, flavonol, flavonon, khalkon, xanton, isoflavon, dan biflavon (Bylka et al., 2004). Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 17 Flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap infeksi mikroba, jadi secara in vitro flavonoid efektif sebagai substansi antijamur antimikroba yang membunuh banyak mikroorganisme.Contoh senyawa flavonoid yang mempunyai aktivitas antijamur antara lain adalah flavonol yaitu quersetin, kaempferol yang mampu menghambat pertumbuhan Candida sp dan Microsporum sp. (Somchit, 2010) c. Terpenoid Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatis. Secara kimia terpenoid larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan memakai eter atau kloroform, dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel atau alumina menggunakan pelarut eter atau kloroform (Harborne, 1996). d. Alkaloid Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, tetapi sering kali kadar alkaloid kurang dari 1% (Kristanti et al., 2008). Alkaloid dari tanaman kebanyakan amina tersier dan lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder dan quarterner. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis (Achmad, 1986). e. Saponin Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 18 Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan. Tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan. Saponin mempunyai efek antibakteri dan antijamur. Saponin memiliki struktur yang dapat berikatan dengan molekul hidrofilik dan molekul-molekul organik non polar (lipofilik) sehingga mampu merusak membran sitoplasma dan membunuh bakteri Pembentukan busa yang lama pada waktu ekstraksi atau ekstrak tanaman yang pekat menunjukkan adanya saponin (Wagner, 1984). 2.6.1. Mekanisme Senyawa Anti Jamur Menurut Pelzar & Chan (1988), Beberapa Cara Yaitu : a. Kerusakan pada dinding sel Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lin juga berpartisipasi di dalam proses-proses fisiologi tertentu. Strukturnya dapat dirusak dengan cara menghambat sintesis dinding sel (Pelzar & Chan, 1988). b. Perubahan permeabilitas sel Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta secara selektif mengatur aliran keluar-masuknya zat antara sel dengan lingkungan luarnya. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi nzim. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau kematian sel (Pelzar & Chan, 1988). c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 19 Perubahan molekul protein yaitu melalui proses denaturasi protein dan asamasam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelzar dan Chan, 1988). d. Penghambatan kerja enzim Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyaknya zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel (Pelzar & Chan, 1988). 2.7. Penapisan Fitokimia Simplisia Anting-antingan (Acalypha indica Linn.) Pendekatannya secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga dan biji). Terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosa jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tanin, polifenol, minyak atsiri. Adapun tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah menganalisis tumbuhan untuk mengetahui kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Pedrosa, 1978). Metode yang digunakan untuk melakukan penapisan fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain, sederhana, cepat dan dapat dilakukan dengan peralatan minimal, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari, Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 20 semikualitatif dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari (Pedrosa ,1978). Uji saponin menunjukkan positif apabila memiliki kemampuan membentuk buih dalam air. Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi glukosa dan aglikon (Marliana et al., 2005). Tanin terdeteksi dalam ekstrak karena kemampuan ion Fe3+ Dari reagen membentuk kompleks dengan senyawa tanin. Kompleks terbentuk karena ikatan kovalen antara ion Fe3+ dengan atom O dari gugus fungsi OH senyawa tanin yang melepaskan atom H (Marliana et al., 2005). Uji flavonoid digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti benzopiranon. Warna merah atau ungu yang terbentuk merupakan garam benzopirilum, yang disebut juga garam flavilium (Achmad, 1986). 2.8. Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Acalypha indica Linn. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan pemisahan komponen kimia yang sering digunakan dalam kimia organik bahan alam. Fenomena yang terjadi pada KLT adalah berdasar prinsip adsorbsi. Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa senyawa polar (Kristanti et al., 2008). KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut dalam lipid, yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil (Harborne, 1996). Proses KLT mudah dan cepat, sehingga banyak digunakan untuk Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 21 melihat kemurnian suatu senyawa organik. Ada dua macam fase dalam KLT yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan dalam KLT berupa zat padat silika atau alumina yang mempunyai kemampuan mengabsorbsi bahan – bahan yang akan dipisahkan sebagai absorben (Kristanti et al., 2008). Fase gerak yang dipakai adalah pelarut tunggal atau campuran pelarut dengan perbandingan tertentu. Pemisahan yang bagus dapat dicari dengan mencoba coba mengelusi dengan berbagai perbandingan campuran pelarut. Pendeteksian noda dapat dilakukan dengan pengamatan langsung, dibawah sinar UV dan disemprot dengan reagen spesifik (Wagner, 1983). 2.8.1. Penelitian Tentang Potensi Antifungal Ekstrak Acalypha indica Linn. Salah satu tanaman yang memiliki sistem metabolit sekunder adalah tumbuhan anting-antingan (Acalypha indica). Berdasarkan penelitian terdahulu kamampuan ekstrak etanol Acalypha indica menunjukkan penghambatan maksimum terhadap Bacillus cereus, Bacillussubtilis, Escherichiacoli, Salmonellatyphi, Vibrio cholera dan Pseudomonas aeruginos, perlindungan dan neuro-terapi pada katak. (Saha et al., 2011). Anti bakteri pada Staphylococcus aureus, Bacillussubtilis, Escherichiacoli dan Klebsiella sp. ( Rajaselvam et al, 2012). Aktivitas antimikrobial Etanol, Metanol, Aseton, Kloroform, Hexane dan Ekstrak petroleum eter sebagai anti jamur pada Aspergillus niger, Candida albicans, Candida kefyr dan Candida tropicalis (Kanimozi et al., 2012) sebagai antifungal pada Aspergilus flavus, Aspergilus niger Aspergilus terreus, Blastomyces dermatidis, Candida Albicans, Cryptococcus neoformans, Fusarium moniliforme ,Fusarium solani, Histoplasma Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014 22 capsulatum, dan Penicillium marneffei (Balasubramanian et al., 2012). Ekstrak metanol Acalypha indica Linn terbukti sebagai anti kanker, antioksidan (Sanseera et al., 2012). Ekstrak etanol, air, aseton dari Acalypha indica mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium.sp pada konsentrasi 50% (Siva et al., 2008). Dari penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa tanaman anting-anting atau (Acalypha indica) mampu berperan sebagai antifungal. Setiap organ dari tumbuhan anting-anting mengandung senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai antifungal. Namun kandungan metabolit sekunder dari beberapa ekstrak anting-anting yang dihitung secara kuantitatif paling banyak terdapat di organ daun dengan total berat konsentrasi ekstrak paling banyak didapat dari pelarut etanol (Solomon et al., 2005). Maka peneliti akan mengembangkan penelitian terdahulu tentang kemampuan ekstrak anting-anting terhadap pertumbuhan kapang selain yang telah diujikan diatas, yaitu pada kapang Rhizoctonia solani. Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014