analisis potensi dan kebutuhan air untuk menyusun rekomendasi

advertisement
KETERKAITAN FAKTOR PEMBENTUK DAN KARAKTERISTIK TANAH SEBAGAI
PENDEKATAN DALAM PEMETAAN POTENSI SUMBERDAYA LAHAN
The Relationship between Soil Forming Factors and Characteristics as an Approach
in Land Resource Potential Mapping
CHENDY TAFAKRESNANTO1, IRSAL LAS1, DARMAWAN2, DAN BUDI MULYANTO2
Naskah Diterima 30 April 2012; Hasil Evaluasi 28 Mei 2012; Hasil Perbaikan 22 November 2012
ABSTRAK
Memahami peran dan pengaruh faktor pembentuk tanah
terhadap kualitas dan karakteristik tanah sangat penting. Hal ini
karena kualitas dan karakteristik tanah sangat terkait dengan
potensi sumberdaya lahan. Keterkaitan faktor pembentuk atau
antar faktor pembentuk tanah dengan karakteristik tanah dapat
dijadikan pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan.
Penggunaan basis data tanah merupakan awal untuk mengetahui
keterkaitan antara faktor pembentuk dan karakteristik tanah
melalui analisis multivariate korespodensi dan keragaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan faktor
pembentuk dan karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai
pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahan induk
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas dan
karakteristik tanah-tanah di Indonesia. Bahan induk berpengaruh
terhadap karakteristik tekstur dan pH tanah, iklim berpengaruh
terhadap karakteristik reaksi (pH) dan Kapasitas Tukar Kation
(KTK) tanah, sedangkan topografi (relief) berpengaruhi terhadap
karatteristik pH, KTK, dan drainase tanah. Kualitas dan
karakteristik tanah yang mempengaruhi potensi sumberdaya lahan
ditentukan oleh faktor pembentuk tanah yang terwadahi dalam
satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian (SKDLP).
Karaksteristik tanah yang sulit diduga pada SKDLP adalah
kedalaman tanah, KTK, dan drainase tanah. Karakteristik
kedalaman tanah hanya dapat dipastikan melalui pengamatan
lapangan, KTK tanah melalui analisis laboratorium, dan drainase
tanah dapat dibantu dengan citra satelit. SKDLP terbentuk dari
faktor-faktor pembentuk tanah yang mencerminkan kualitas dan
karakteristik tanah, sehingga dapat digunakan untuk pemetaan
potensi sumberdaya lahan. SKDLP tersebut dapat dibangun dari
data citra satelit, data DEMs, dan peta geologi (litologi) dengan
menggunakan Inderaja, sehingga pelaksanaan pemetaan potensi
sumberdaya lahan akan lebih cepat dan akurat.
Kata kunci : Faktor pembentuk tanah, Karakteristik tanah,
Potensi sumberdaya lahan, Satuan karakteristik
dayadukung lahan pertanian
ABSTRACT
Understanding the role and influence of soil forming
factors on soil quality and characteristics is very important. It is
becaused soil quality and characteristics are strongly associated
with potential land resources. The linkage of the soil forming
factors or among soil forming factors and soil characteristics can
be used as an approach in mapping land resource potential. The
use of soil database is to determine the relationship between soil
ISSN 1410 – 7244
forming factors and soil characteristics through the analysis of
correspondent multivariate and diversity. This study aimed to
determine the relationship between soil forming factors and soil
characteristics to be used as an approach for mapping the
potential of agricultural land resources. The results showed that
the parent material factor was the most influential factor on soil
characteristics and quality in Indonesia. Parent materials
influenced the characteristics of the soil texture and pH, climate
influenced the characteristics of soil pH and cation exchangeable
capacity (CEC), while the topography (relief) influenced the
characteristics of soil pH, CEC, and drainage. Soil characteristics
and quality that influenced land resource potential are determined
by soil forming factors in the Characteristics Unit of Agricultural
Land Carrying Capacity (SKDLP). Soil characteristics that are
unpredictable on SKDLP were soil depth, CEC, and drainage. The
characteristics of soil depth can be obtained only through field
observation, soil CEC through laboratory analyses, and soil
drainage should be interpreted through satellite imagery. The
SKDLP was formed from soil forming factors that reflect soil
quality and characteristics; hence it can be used for mapping land
resources potential. The SKDLP can be constructed from satellite
imagery data, DEMs, and geological maps (lithology) using
remote sensing technique, so that the implementation of land
resources potential mapping can be conducted more quickly and
accurately.
Keywords : Soil forming factors, Soil characteristics, Land
resources potential, Characteristics unit of
agricultural land carrying capacity
PENDAHULUAN
Tanah merupakan media tumbuh tanaman,
informasi mengenai kualitas dan karakteristik tanah
menjadi
sangat
penting
dalam
menunjang
pengembangan
pertanian yang
berkelanjutan.
Menurut Jeni (1941), tanah dalam proses
pembentukannya dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
bahan induk, iklim, topografi (relief), organisme
1. Peneliti pada Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor.
2
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
23
JURNAL TANAH
DAN IKLIM
(flora dan fauna), dan waktu. Sebenarnya masih
banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, akan tetapi kelima faktor itu
dianggap paling berperan dalam menentukan kualitas
dan karakteristik tanah. Data/informasi kualitas dan
karakteristik tanah diperoleh dari kegiatan survei dan
pemetaan tanah.
Survei dan pemetaan tanah bertujuan untuk
menyediakan data/informasi spasial sumberdaya
tanah pada berbagai skala peta. Penyediaan
data/informasi tersebut salah satunya untuk
mengetahui potensi sumberdaya lahan pertanian.
Potensi sumberdaya lahan pada tingkat tinjau
digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan
pertanian di tingkat provinsi atau regional,
sedangkan tingkat semi detil untuk perencanaan dan
pelaksanaan operasional program pengembangan
wilayah serta mendukung penyusunan tataruang
kabupaten.
Dalam pemetaan sumberdaya lahan saat ini
yang pada umumnya menggunakan pendekatan
landform yang didasarkan kepada keterkatian antara
landform dengan karakteristik tanah. Untuk
mempelajari landform dibutuhkan waktu dan
pemahaman geomorfologi. Interpretasi landform
membutuhkan data sekunder, seperti potret
udara/citra satelit, peta kontur, dan peta geologi.
Dalam interpretasi landform sering ditemukan
kendala dalam penamaan. Pembagian landform yang
lebih detil, seharusnya diikuti dengan informasi
terhadap karakeristik tanah yang detil/berbeda,
tetapi prakteknya sampai saat ini tidak demikian.
Informasi karakteristik tanah tidak berbeda,
walaupun landform lebih detil berbeda. Di sisi lain,
sering dijumpai tingkat keragaman karakteristik
tanah yang tinggi dalam satu landform (Wibisono,
2011). Dengan demikian, penelusuran basis data
tanah menjadi penting untuk mengetahui faktorfaktor penentu dalam mempengaruhi karakteristik
tanah di Indonesia. Dengan mengetahui hubungan
ini, maka satuan peta potensi sumberdaya lahan
dapat didekati dari penelaahan unsur-unsur landform
serta
faktor-faktor
pembentuk
tanah
lain.
Pengetahuan pedogenesis merupakan landasan
24
NO. 36/2012
untuk analisis multivariate korespondensi dan
keragaman dari basis data tanah dalam menyusun
satuan pemetaan sebagai pendekatan dalam
pemetaan potensi sumberdaya lahan.
Memahami pengaruh faktor pembentuk tanah
terhadap karakteristik tanah yang terbentuk
merupakan sesuatu yang sangat penting, karena
karakteristik tanah sangat terkait dengan potensi
daya dukung sumberdaya lahan (Sys, 1987).
Keterkaitan faktor pembentuk dan antar faktor
pembentuk tanah dengan karakteristik tanah dapat
dijadikan kunci pendekatan dalam pemetaan potensi
sumberdaya lahan. Keterkaitan yang konsisten
antara faktor pembentuk tanah dan karakteristik
tanah membentuk suatu satuan karakteristik daya
dukung lahan. Untuk kepentingan pembangunan
pertanian, maka satuan karakteristik daya dukung
lahan ini dapat diarahkan pada karakteristik lahan
yang relevan untuk pertanian, sehingga merupakan
satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian
(SKDLP). Satuan tersebut merupakan satuan peta
yang mengandung data dan informasi sumberdaya
lahan pertanian. Kemajuan teknologi citra satelit,
digital elevation models (DEMs), dan didukung
dengan teknik SIG, diharapkan akan dapat
mempercepat dan lebih efisien dalam pemetaan
potensi sumberdaya lahan. Dengan demikian
diharapkan pemetaan potensi sumberdaya lahan
akan lebih cepat, murah, dan akurat. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari pendekatan yang lebih
efektif dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan.
BAHAN DAN METODE
Bahan penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah data
pedon analisis dari hasil survei dan pemetaan tanah
Land Resources Evaluation Planning Proyect I dan II
(LREPP I dan II) yang telah bersistim (basis data)
terdapat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Diagram alir
tahap kerja penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah
PENGETAHUAN
PEDOGENESIS
PEDON ANALISIS
KARAKTERISTIK TANAH (n)
π
FAKTOR PEMBENTUK TANAH
KARAKTERISTIK TANAH (5)
Bahan Induk, Relief, Iklim
Tekstur, pH, Drainase, KTK, Ked. tanah
Penentuan
Satuan Lahan
Analisis
Keragaman
Katagorisasi
Analisis Korespondensi
>66%
KK
<66%
Pendekatan :
Karakteristik kunci
dalam penentuan
potensi SDL
HUBUNGAN FAKTOR
PEMBENTUK TANAH DAN
KARAKTERISTIK TANAH
SATUAN KARAKTERISTIK
DAYADUKUNG LAHAN
<66%
PERTANIAN/SKDLP
Gambar 1. Diagram alir tahapan kerja penelitian
Figure 1.
Flowchart of research work stages
Analisis data
Pengelompokkan data
Pedon analisis diekstrak lima karakteristik
tanah, yaitu: tekstur, reaksi tanah (pH H20),
drainase, KTK tanah, dan kedalaman tanah. Data
parameter drainase dan kedalaman tanah diperoleh
dari site, sedangkan tekstur, reaksi tanah (pH H20),
dan KTK tanah dari data analisis laboratorium
masing-masing horison rata-rata sampai kedalaman
100 cm atau kontak litik. Pengelompokkan
karakteristik tanah dalam penelitian ini disajikan
pada Tabel 1. Faktor pembentuk tanah yang dikaji
terdiri dari: bahan induk, relief, dan iklim.
oleh faktor lingkungan yang menghasilkan ciri dan
karakteristik tanah tertentu. Ciri dan karakteristik
tanah yang terbentuk dapat diamati melalui profil
tanah (data horizon). Ciri tanah yang diamati dan
terukur pada masing-masing horison dalam profil
tanah dapat digunakan sebagai gambaran prosesporses yang telah terjadi dalam pembentukan tanah
dan
untuk
memahami
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah
tersebut. Oleh karena itu, karakteristik tanah yang
dihasilkan merupakan pengaruh gabungan dari iklim
dan jasat hidup terhadap batuan induk dengan
ditentukan oleh kondisi relief selama jangka waktu
pembentukannya.
ilmu
Dengan
pedogenesis
demikian
sangat
pemahaman
diperlukan
untuk
Penentu SKDLP berdasarkan pedogenesis dan
karakteristik tanah
mengetahui proses-proses yang terjadi di dalam
Pedogenesis adalah proses pembentukan dan
perkembangan tanah. Proses ini sangat dipengaruhi
pengalaman dalam pemetaan tanah ditempatkan
tubuh
tanah.
Pemahaman
pedogenesis
dan
pada kerangka pikir dalam penentuan SKDLP.
25
JURNAL TANAH
DAN IKLIM
NO. 36/2012
Tabel 1. Pengelompokkan karakteristik tanah
Table 1. Soil characteristic grouping
Parameter
Kelas Kriteria
*)
Tekstur tanah
pH tanah
Drainase tanah
KTK tanah
Kedalaman tanah
Rincian
I
Kasar
Pasir berlempung, pasir, lempung berpasir
II
Sedang
Lempung berliat, lempung berdebu, lempung liat
berdebu, lempung, lempung liat berpasir
III
Halus
Liat berat, liat, liat berpasir, liat berdebu
I
Masam
pH <5,5
II
Agak masam
pH 5,5-6,5
III
Netral-alkalis
pH >6,5
I
Buruk
Sangat terhambat, terhambat, agak terhambat
II
Baik
Sedang, baik, agak cepat, cepat
I
Rendah
 24 me/100 g tanah
II
Tinggi
>24 me/100 g tanah
I
Dangkal
 50 cm dari permukaan tanah
II
Dalam
>50 cm dari permukaan tanah
Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan program Statistical
Besarnya pengaruh faktor pembentuk tanah
terhadap kualitas dan karakteristik tanah (klasifikasi
tanah) yang terbentuk dan seberapa besar tingkat
keragaman
masing-masing
karakteristik
yang
terbentuk, dilakukan uji statistik sederhana, yaitu
melalui
analisis
multivariate
korespondensi
dan
analisis keragaman.
Analisis multivariate korespondensi
Besarnya pengaruh faktor pembentuk tanah
(bahan induk, relief, dan iklim) terhadap karakteristik
tanah
yang
terbentuk
(tekstur,
reaksi
dari analisis multivariate korespondensi. Kedekatan
antar
variabel
dapat
dijelaskan
Analisis keragaman
Untuk membandingkan keragaman antar
karakteristik tanah pada masing-masing satuan lahan
dan keragaman internal antar satuan lahan dari satu
karakteristik tanah digunakan nilai koefisien
keragaman (KK). Nilai koefisien keragaman dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
KK = ( s ) × 100%
͞x
tanah,
drainase, KTK, dan kedalaman tanah) dapat difahami
hubungan
Product and Service Solution (SPSS), Versi 15.
oleh
Adapun
͞x merupakan nilai rata-rata dari
suatu karakteristik tanah, sedangkan s adalah
simpangan baku dari rumus :
grafik/garis dua dimensi yang mempresentasikan
masing-masing atribut yang dicerminkan oleh sudut
dari
antara
faktor
dependent
(bebas)
dan
independent (tidak bebas), semakin dekat hubungan,
sudut yang terbentuk semakin kecil. Analisis data
26
√ { xi2 – (xi2) }
n
S=
n-1
CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah
dimana :
x = nilai suatu karakteristik tanah setiap contoh
tanah
n = jumlah contoh/populasi setiap karakteristik
tanah
i = contoh ke-i
Kriteria klasifikasi keragaman karakteristik
tanah berdasarkan nilai koefisien keragaman
disajikan pada Tabel 2 (Sitorus, 1983).
Tabel 2. Kriteria klasifikasi keragaman tanah
berdasarkan nilai koefisien keragaman
Table 2. Criteria of soil variety classification based
on diversity coeficient value
Kelas keragaman
Koefisian keragaman
%
Sangat rendah
Figure 2.
Influence of soil genesis factor to the
soil characteristics
< 15
Rendah
16 – 33
Sedang
33 – 66
Tinggi
Gambar 2. Pengaruh faktor pembentuk tanah
terhadap karakteristik tanah
> 66
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap
karakteristik tanah
Hasil analisis multivariate korespondensi
menunjukkan bahwa tiga faktor pembentuk tanah,
yaitu: bahan induk, relief, dan iklim mempengaruhi
kualitas dan karakteristik tanah yang terbentuk.
Hubungan antara faktor pembentuk tanah dan
karakteristik tanah (klasifikasi tanah) digambarkan
dengan
nilai
KK
karakteristik-karakteristiknya
(Gambar 2). Gambar ini memperlihatkan bahwa
kualitas dan karakteristik tanah di Indonesia sangat
dipengaruhi bahan induk, dibandingkan dengan iklim
dan relief. Hal ini ditunjukkan oleh sudut antara
bahan induk dengan karakteristik tanah relatif kecil,
bila dibandingkan dengan faktor pembentuk tanah
lainnya. Dengan demikian bahan induk membawa
sifat inherent yang mempengaruhi kualitas dan
karateristik tanah dalam proses pelapukan.
Hubungan bahan induk dengan karakteristik tanah
Bahan induk tanah dari pedon analisis
dikelompokkan menjadi bahan aluvial (A), volkan
(V), dan sedimen (S). Uji keragaman pengelompokkan
bahan induk tersebut terhadap karakteristik tanah
menunjukkan nilai KK yang tinggi, sehingga perlu
pengelompokkan bahan induk lebih detil/rinci. Tabel
3 menyajikan pengelompokkan bahan induk lebih
detil/rinci dalam penelitian ini yang berdasarkan atas
karakteristik bahan induknya.
Hasil uji keragaman terhadap pengelompokkan
bahan induk lebih detil/rinci menunjukkan nilai KK
yang rendah (Tabel 4). Secara umum fraksi liat
mempunyai nilai KK rendah dibandingkan fraksi lain,
hal ini menunjukkan bahwa tekstur tanah dalam
perkembangannya mengarah ke fraksi halus (liat).
Dengan demikian, tanah yang terbentuk dari proses
endapan dan sedimen kasar masam, fraksi pasir
menjadi penentu tekstur tanah, sedangkan yang
terbentuk selain proses itu, fraksi liat sebagai
penentu tekstur tanah. Tabel 4 menunjukkan bahwa
pH tanah, kedalaman tanah, dan tekstur fraksi liat
mempunyai nilai KK rendah, sedangkan litologi dari
endapan kasar (bahan induk pasir dan kerikil) dan
sedimen kasar masam (bahan induk batupasir,
27
JURNAL TANAH
DAN IKLIM
NO. 36/2012
Tabel 3. Rincian bahan induk
Table 3. Detail of parent materials
Litologi
Kode Uraian
Asal
Aluvial
(A)
Bahan induk
ef
eq
Endapan halus
Endapan kasar
Liat, lumpur, debu
Pasir, kerikil
efq
Endapan halus kasar
Liat, lumpur, pasir, kerikil
Volkan
a
Intermedier-basis
Tuf andesit, lava andesit dan basal
(V)
d
Masam
Dasit, liparit, granit, diorit
Sedimen
f
Halus masam
Batuliat, batulumpur, batulanau, serpih, serpih, batusabak, skis
(S)
q
Kasar masam
Batupasir, kuarsit, gneiss, konglomerat, breksi
fk
Halus non masam
Batugamping, napal, batukapur, batuliat berkapur
qk
Kasar non masam
Batupasir berkapur, breksi berkapur
Tabel 4. Koefisien keragaman karakteristik tanah antar litologi/bahan induk
Table 4. Variability coeficient of soil characteristic of lithology and parent materials
Asal bahan
A
A
A
S
S
S
S
V
V
Litologi
f
fq
q
f
fk
q
qk
a
d
Pasir
Tekstur
Debu
pH
KTK tanah
Kedalaman tanah
....................................... % .......................................
82,47 30,33 12,10 20,42
39,37
19,65
43,32 43,09 29,41 21,06
56,42
24,39
24,37 52,86 31,81 13,17
57,91
50,44
64,42 42,36 27,30 11,49
59,44
21,61
89,91 32,90 23,05
9,53
28,70
46,50
23,91 56,10 32,30
9,97
72,32
28,07
32,22 48,10 24,75 15,17
101,47
46,94
52,97 42,97 29,14 11,17
46,18
21,63
33,70 48,09 32,85
9,26
68,60
20,37
kuarsit, gneiss, konglomerat, breksi), tekstur fraksi
pasir cenderung mempunyai nilai KK rendah.
Hubungan bahan induk dengan karakteristik
tanah dilakukan analisis multivariate korespondensi
(Gambar 3). Gambar ini memperlihatkan bahwa
bahan induk sangat berpengaruh terhadap tekstur
dan pH tanah. Hal ini ditunjukkan oleh sudut antara
pH dan tekstur tanah dengan bahan induk relatif
kecil, bila dibandingkan dengan karakteristik lainnya.
28
Liat
Bahan volkan intermedier-basis mempunyai
tekstur halus dan pH masam-agak masam,
sedangkan volkan masam mempunyai tekstur
sedang dan pH masam. Bahan sedimen halus
masam mempunyai tekstur halus dan pH masam.
Bahan sedimen kasar masam mempunyai tekstur
sedang dan pH masam. Bahan sedimen halus non
masam mempunyai tekstur halus dan pH netral.
Bahan sedimen kasar non masam mempunyai
tekstur sedang dan pH netral.
CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah
KTK dan pH tanah dari pada karakteristik lainnya,
seperti ditunjukkan oleh sudut yang relatif kecil.
Pada daerah iklim basah dengan curah hujan
tinggi dan temperatur udara tinggi, proses pencucian
(leaching) berlangsung sangat intensif, sehingga
menyebabkan KTK dan pH tanah cenderung rendah
dan sebaliknya. Dengan demikian, pengelompokkan
pengaruh iklim (curah hujan dan temperatur udara)
terhadap karakteristik tanah didasarkan atas nilainilai KTK dan pH tanah. Dalam penelitian ini anasir
Gambar 3. Pengaruh bahan induk terdahap
karakteristik tanah
Figure 3.
Influence of parent material to the soil
characteristics
temperatur udara didekati dengan ketinggian tempat
(elevasi), sedangkan anasir curah hujan didekati
dengan jumlah curah hujan tahunan dan jumlah
bulan kering (<100 mm). Berdasarkan uji keragaman
faktor iklim (curah hujan) dan elevasi terhadap KTK
dan pH tanah menunjukkan bahwa curah hujan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) basah (b) (CH
>1.500 mm th-1 dan tidak terdapat bulan kering >4
bl berturut-turut) dan (2) kering (k) (CH<1.500 mm
th-1 atau CH <2.500 mm dan terdapat bulan kering
>4 bl berturut-turut), sedangkan untuk evelasi
dikelompokkan
menjadi
dua,
yaitu
(1)
dataran
rendah (r) (elevasi<750 m dpl) dan (2) dataran
tinggi (t) (ketinggian >750 m dpl).
Hubungan topografi (relief) dengan karakteristik tanah
Hubungan relief dengan karakteristik tanah
Gambar 4. Pengaruh iklim terdahap karakteristik
tanah
digambarkan
Figure 4.
korespondensi (Gambar 5). Gambar ini menunjukkan
Influence of climate to the soil
characteristics
Iklim dengan anasir curah hujan dan temperatur udara mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Hubungan iklim dengan karakteristik tanah
digambarkan dengan hasil analisis multivariate
korespondensi (Gambar 4). Gambar ini menunjukkan
bahwa iklim lebih berhubungan erat dengan nilai
hasil
analisis
multivariate
bahwa relief lebih berhubungan erat dengan pH,
KTK,
Hubungan iklim dengan karakteristik tanah
dengan
dan
drainase
tanah
dibandingkan
oleh
karakteristik lainnya yang ditunjukkan oleh sudut
yang relatif kecil. Di wilayah tropika basah, proses
erosi berlangsung sangat intensif dan hasil erosi
diendapkan pada wilayah bawah (cekung), bahan
organik dan mineral basa-basa terakumulasi pada
wilayah
tersebut,
sehingga
KTK
tanah
tinggi,
berpengaruh terhadap pH tanah, dan cenderung
drainase buruk.
29
JURNAL TANAH
DAN IKLIM
NO. 36/2012
Gambar 5. Pengaruh relief terdahap
karakteristik tanah
Figure 5.
Influence of relief to the soil
characteristics
Gambar 6. Alternatif SKDLP dari tiga grup bahan
Satuan karakteristik dayadukung
lahan pertanian (SKDLP)
Hubungan
yang
konsisten
antara
Figure 6.
SKDLP alternatives from three group of
materials
faktor
pembentuk tanah (bahan induk, iklim, dan relief) dan
karakteristik tanah yang dihasilkan dari analisis basis
data tanah digunakan untuk menyusun satuan
karakteristik
daya
dukung
lahan.
Satuan
yang
terbentuk tersebut, diyakini mempunyai hubungan
dengan potensi sumberdaya lahan pertanian, karena
disusun
dari
faktor
pembentuk
tanah.
Satuan
tersebut selanjutnya disebut satuan karakteristik
dayadukung lahan pertanian (SKDLP). Atribut SKDLP
merupakan faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu:
bahan
induk,
iklim,
dan
relief.
Dalam
implementasinya, SKDLP dibangun dari data citra
satelit, data DEMs, dan peta geologi (litologi)
dengan menggunakan teknologi modern, sehingga
lebih cepat dan akurat. SKDLP yang terbentuk
merupakan alternatif pendekatan untuk pemetaan
potensi sumberdaya lahan. SKDLP yang dibangun
dari tiga grup bahan, yaitu aluvial, volkan, dan
sedimen disajikan pada Gambar 6.
Keterkaitan SKDLP dengan karakteristik tanah
dan mencari karakteristik tanah yang sulit diduga
30
dari SKDLP, telah dilakukan analisis perbandingan
antara nilai KK karakteristik tanah pada setiap
SKDLP dengan nilai KK karakteristik tanah antar
SKDLP. Apabila nilai KK karakteristik tanah pada
SKDLP lebih tinggi daripada nilai KK karakteristik
tanah antar SKDLP, berarti karakteristik tanah
tersebut sulit diduga dan sebaliknya. Nilai KK
masing-masing SKDLP dibandingkan dengan nilai KK
keseluruhan SKDLP umumnya mempunyai nilai lebih
rendah, hal ini menunjukkan bahwa SKDLP
mempunyai karakteristik tanah yang dapat diduga,
sedangkan yang mempunyai nilai KK sedang-tinggi,
menunjukkan karakteristik tanah tersebut sulit
diduga. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
karaksteristik tanah yang sulit diduga adalah KTK
tanah dan kedalaman tanah. Karakteristik kedalaman
tanah merupakan karakteristik penting dalam
menentukan potensi sumberdaya lahan (Balittanah,
2003). Verifikasi lapangan diperlukan untuk
mengetahui karakteristik kedalaman tanah, terutama
pada wilayah beriklim kering dan tanah yang
CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah
Tabel 5. Karakteristik tanah masing-masing SKDLP
Table 5. Soil characteristics of each SKDLP
Asal
bahan/
litologi
Iklim
Teks
pH
n
KTK Ked Drai
u
KTK Ked Drai
Karakteristik tanah
Relief
r
c
KTK Ked Drai KTK Ked Drai
h
KTK Ked Drai
m
KTK Ked
Drai
Bahan aluvial (A)
ef
br
h
kr
h
efq
br s-h
kr s-h
eq
br
k
m-am
n
am-n
n
m-am
r-t
t
r-t
t
r
dl
dl
dl
dl
dl
bu-bi
bu-bi
bu-bi
bi
bu-bi
t
r-t
t
-
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahan sendimen (S)
sf
br
h
bt
h
kr
h
fk
br
h
kr
h
sq
br
s
bt
s
kr
s
qk
br
s
kr
s
m
m
n
am-n
n
m
m
m
am-n
n
r-t
t
t
r
-
dl
dl
dl
dl
-
bu-bi
bi
bi
bu-bi
-
r-t
t
r
t
-
dl
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
-
r-t
t
t
t
r
-
dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
bi
-
r
r
t
t
t
r
r
t
dl
dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dl
dl
dk-dl
bi
bi
bi
bi
bi
bi
bi
bi
r
t
t
r
t
t
-
dl
dk-dl
dk-dl
dl
dk-dl
dk-dl
-
bi
bi
bi
bi
bi
bi
-
r
r
t
t
r
r
t
-
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
dk-dl
-
bi
bi
bi
bi
bi
bi
bi
-
Bahan volkan (V)
a
br
bt
kr
d
br
bt
kr
m-am
m
am
m
m
am
r-t
t
t
r
r-t
t
dl
dl
dl
dl
-
bu-bi
bi
bu-bi
bi
-
r-t
t
r
r-t
dl
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
-
r-t
t
r
r-t
dl
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
-
r-t
t
t
r
r-t
dl
dl
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
bi
-
r-t
t
t
r
r-t
dl
dl
dl
dl
dl
-
bi
bi
bi
bi
bi
-
r-t
t
t
r
r-t
t
dl
dk-dl
dk-dl
dl
dk-dl
dk-dl
bi
bi
bi
bi
bi
bi
h
s
h
s
s
s
Keterangan : Teks = Tekstur, Ked = Kedalaman tanah, Drai = Drainase, k = kasar, s = sedang, h = halus, m = masam, am = agak
masam, n = netral, r = rendah, t = tinggi, dk = dangkal, dl = dalam, bu = buruk, bi = baik, br = basah rendah, bt =
basah tinggi, kr = kering rendah
A
ef
sf
qk
br
=
=
=
=
=
aluvial, V = volkan, S = sendimen
endapan halus, eq = endapan kasar, efq = endapan halus dan kasar
sendimen halus masam, sq = sendimen kasar masam, fk = sendimen halus non masam
sendimen kasar non masam, a = intermedier-basis, d = masam
dataran rendah basah, bt = dataran tinggi basah, kr = dataran rendah kering
terbentuk dari bahan sedimen non masam. Untuk
karakteristik KTK tanah dihasilkan dari analisis
laboratorium, tetapi untuk tanah beriklim kering,
tanah yang terbentuk dari bahan sedimen non
masam dan volkan intermedier-basis dataran tinggi
cenderung mempunyai KTK tanah tinggi. Hal ini
karena pada wilayah beriklim kering dan bahan
sedimen non masam didominasi oleh mineral liat tipe
2:1, sedangkan pada relief datar merupakan
sumbangan dari bahan organik yang terawetkan.
Tabel 5 menyajikan karakteristik tanah pada
berbagai bahan induk, iklim, dan relief. Dari Tabel 5
terlihat bahwa bahan aluvial (A) yang terbentuk dari
proses endapan, peranan bahan induk dan iklim
kurang menonjol dibandingkan asal bahan sedimen
dan volkan yang terbentuk dari proses endogen
(tektonik dan volkanik). Lahan dengan relief datar
(lereng <3%) dataran rendah mempunyai drainase
tanah buruk sampai baik khususnya pada bahan
aluvial (A), dengan demikian pada wilayah tersebut
perlu dilakukan pengamatan lapangan dan dibantu
dengan citra satelit melalui analisis tingkat
kebasahan
lahan
(wetness)
yang
mampu
membedakan lahan/tanah basah (akuik) dan kering
(non akuik) (Sukarman, 2005).
31
JURNAL TANAH
DAN IKLIM
KESIMPULAN
1. Kualitas dan karaktristik tanah di Indonesia
sangat dipengaruhi faktor bahan induk tanah.
2. Karakteristik
tekstur
dan
pH
tanah
sangat
dipengaruhi oleh bahan induk, sedangkan iklim
dan relief sangat mempengaruhi KTK dan pH
tanah. Tanah yang terbentuk dari bahan volkan
intermedier-basis
bertekstur
halus
dan
pH
masam-agak masam, sedangkan dari bahan
volkan
masam
bertekstur
sedang
dan
pH
masam. Untuk tanah yang terbentuk dari bahan
sedimen halus masam bertekstur halus dan pH
masam, sedangkan dari bahan sedimen kasar
masam bertekstur sedang dan pH masam. Bahan
sedimen
halus
membentuk
dan
kasar
karakteristik
pH
non
masam
netral
dan
karakteristik kedalaman tanah dangkal-dalam.
3. Karaksteristik tanah yang sulit diduga pada
SKDLP adalah kedalaman tanah, KTK, dan
drainase tanah. Karakteristik kedalaman tanah
hanya dapat dipastikan melalui pengamatan
lapangan,
KTK
tanah
melalui
analisis
laboratorium, dan drainase tanah dapat dibantu
dengan citra satelit.
4. SKDLP terbentuk dari faktor-faktor pembentuk
tanah
yang mencerminkan
kualitas
dan
karakteristik tanah, dapat digunakan untuk
pemetaan potensi sumberdaya lahan. SKDLP
tersebut dapat dibangun dari data citra satelit,
data DEMs, dan peta geologi (litologi) dengan
menggunakan Inderaja, sehingga pelaksanaan
pemetaan potensi sumberdaya lahan akan lebih
cepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2003. Kriteria Kesesuaian
Lahan Untuk Tanaman Pertanian. Balittanah,
Bogor.
Direktorat Konservasi Tanah. 1984. Pedoman
Praktis Penentuan Kemampuan Lahan untuk
Rehabilitasi dan Komnservasi Tanah DAS.
32
NO. 36/2012
Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal
Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Derektorat
Konservasi Tanah, Jakarta.
Jeni, H. 1941. Factors Soil Farmation. Mc Graw
Hill. New York.
Sitorus, S.R P. 1983. The Analysis of Soil Variability
for Land Capability Assesment. Unpublished.
Ph.D. Thesis. Univ. Sheffield. Sheffield.
Subagjo, H.S. 1975. Morfologi dan Klasifikasi
Tanah. Penataran PPS Bidang Ilmu Tanah
dan Pemupukan ke-1 tanggal 14 Desember
1974-15 Januari 1975. Direktorat Jenderal
Pertanian, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Sukarman. 2005. Identifikasi Unsur-Unsur Satuan
Peta Tanah Semi Detail menggunakan Citra
Landsat 7 ETM dan Model Elevasi Digital di
Daerah Bogor.
Disertasi S3
Program
Pascasarjana
IPB,
Bogor.
(tidak
dipublikasikan).
Soepraptohardjo, M. 1970. Suatu Cara Penilaian
Untuk Klasifikasi Kemampuan Wilayah.
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal
Pertanian, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Sys. 1987. A distributed approach for inferring
production.
Published in: Proceeding
IJCAI'87
Proceedings
of
the
10th
international joint conference on Artificial
intelligence - Volume 1. Morgan Kaufmann
Publishers Inc. San Francisco, CA, USA.
Wibisono, G.M. 2011. Kajian Keterkaitan antara
Karakteristik dan Klasifikasi Tanah dengan
Landform,
Sebagai
Evaluasi
Terhadap
Metode Pemetaan Tanah di Indonesia.
Seminar Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan Faperta IPB, tanggal 4
Agustus 2011. Faperta, IPB, Darmaga.
Download