analisis kelayakan struktur bangunan dengan material beton

advertisement
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR BANGUNAN
DENGAN MATERIAL BETON KOMPOSIT
DITINJAU DARI ASPEK ARSITEKTUR
Nyoman Darma Jaya Kusuma
Sri Murni Dewi
Achfas Zacoeb
Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAKSI
Perkembangan teknologi material bangunan saat ini mulai berkembang
dan inovatif terhadap bentuk bangunan Arsitektur. Kelayakan material
bangunan dapat diuji dengan prinsip-prinsip arsitektur. Salah satu
material bangunan struktur yang memiliki keunikan adalah penggunaan
bambu sebagai tulangan beton komposit. Arsitek legendaris pada
prinsip arsitektur adalah Vitruvius yang mengungkapkan tentang
Firmitas (keindahan), Venustas (bentuk), dan Utilitas (fungsi). Ketiga
aspek ini digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan material beton
komposit tulangan bambu terhadap arsitektur. Pengalaman dan
ketelitian responden terhadap material juga mempengaruhi tingkat
kelayakan beton komposit tulangan bambu ditinjau dari aspek
arsitektur. Berdasarkan hasil penelitian, beton komposit tulangan
memberikan tingkat kelayakan senilai 52% layak dan 48% tidak layak.
Hasil uji secara simultan atau bersamaan (Firmitas, Venustas, dan
Utilitas) memberikan signifikasi terhadap kelayakan, sedangkan uji
secara parsial, Firmitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
kelayakan. Hal ini dipengaruhi karena bambu hanya sebagai tulangan
beton komposit, sehingga tidak mempengaruhi keindahan pada bentuk
arsitektur. Karakter dari responden adalah 66% dari mahasiswa dan
34% dari kalangan praktisi.
Kata kunci:
Tulangan Bambu, Tingkat Kelayakan, Firmitas-VenustasUtilitas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Arsitektur di Indonesia saat ini mulai meningkat dengan adanya
perkembangan teknologi bahan. Berbagai desain yang dihasilkan
memberikan karakter dari sebuah arsitektur dan citra terhadap bentuk
sebuah bangunan. Desain dan teori arsitektur selalu berhubungan erat
1
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
dengan pencapaian arsitektur yang baik. Pakar sejarah arsitek dunia seperti
teori Vitruvius sering menjadi parameter arsitek dalam menilai kelayakan
sebagai bangunan arsitektur.
Dalam teori Vitruvius mengatakan bahwa bangunan yang baik harus
memiliki tiga aspek yaitu firmitas, venustas dan utilitas. Dimana teori
Vitruvius sangat penting ketika arsitek melakukan perencanaan sebuah
bangunan. Setiap bangunan yang direncanakan oleh arsitek harus memiliki
karakter yang berbeda-beda untuk menghasilkan arsitektur yang baik.
Dimana terkait dengan struktur, material serta metode pelaksanaa yang
digunakan. Selain itu, material yang murah dan mudah didapat menjadi
salah satu faktor dalam perencanaan bangunan arsitektur.
Berdasarkan peranannya, bagian-bagian sebuah bangunan dapat
dikatagorikan sebagai bagian (elemen) struktur dan non-struktur. Elemen
struktur merupakan bagian yang berperan dalam kekokohan/kekuatan
bangunan menahan aksi mekanika dari gaya-gaya yang mungkin terjadi
pada bangunan tersebut. Sedangkan elemen non-struktur dapat berupa
pelengkap atau ornamen dan sebagainya yang bukan merupakan bagian
dari kekokohan bangunan, tetapi diperlukan agar bangunan dapat
digunakan dengan nyaman dan optimal sesuai fungsi bangunan.
Material struktur bangunan di indonesia saat ini mulai dikembangkan,
dari penggunaan kayu, baja, dan beton komposit. Secara umum, beton
komposit salah satu material yang sering digunakan untuk struktur
bangunan. saat ini telah dikembangkan bambu sebagai tulangan beton
komposit. Menurut Cahya (2012) menyatakan penelitian terhadap kolom
beton bertulang bambu 3% tulangan bambu yang diperlakukan dengan
Sikadur – 32 Gel memberikan hasil yang bagus seperti tulangan baja dalam
beton normal.
Alasan pemakaian bambu sebagai alternatif tulangan pada beton
antara lain adalah : murah, mudah mendapatkannya, tidak menimbulkan
polusi dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Selain itu, di indonesia
produksi bambu sangat subur di setiap daerah. Sedangkan, untuk
mengatasi proses pelaksanaan pembangunan yang relatif lama,
dipergunakan teknologi beton pracetak. Adapun beton yang dicetak didalam
suatu acuan, dibuat dipabrik, dan tidak dipasang pada bangunan sampai
bagian ini mengeras sepenuhnya (Frick,2004.).
Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatas pada: (1) studi pada
struktur bangunan dengan material komposit, (2) menggunakan Teori
Vitruvius sebagai variabel kelayakan, (3) memakai populasi Akademisi
(mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil Universitas
Brawijaya) serta Praktisi (developer, konsultan, dan kontraktor) di Kota
Malang, serta (4) studi kasus pada struktur bangunan cangkang dan kudakuda beton komposit tulangan bambu.
2
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Dari ketiga aspek arsitektural pada Firmitas, Venustas dan Utilitas
manakah yang berpengaruh terhadap kelayakan beton komposit
tulangan bambu?
2. Adakah pengaruh Firmitas, Venustas dan Utilitas ketika diterapkan
secara simultan terhadap arsitektural?
3. Aspek manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap
kelayakan beton komposit?
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan kelayakan
material beton komposit dengan tulangan bambu ditinjau dari aspek
arsitektur dan pengetahuan tentang metode konstruksi bangunan sederhana
dengan material beton komposit. Namun secara spesifik tujuan ini adalah
untuk mengetahui :
1. Ingin mengetahui kelayakan beton komposit terhadap Arsitektur .
2. Perbandingan pengaruh yang paling signifikan dari aspek
Firmitas,Venustas dan Utilitas.
3. Ingin mengetahui sejauh mana beton komposit diterapkan pada
Teori Vitruvius.
Manfaat Penelitian
1. Dengan mengetahui kelayakan material beton komposit dapat
digunakan pada bangunan arsitektur, maka akan dapat bermanfaat
untuk pengembangan desain dan pengontrolan biaya pada
pembangunan konstruksi.
2. Dengan ditemukannya metode baru yang digunakan akan berguna
untuk menentukan konsep yang lebih inspiratif.
3. Dengan ditemukannya perbandingan metode dan biaya yang
berbeda, maka berguna untuk menentukan sistem struktur sesuai
dengan budget masyarakat Indonesia, apakah bangunan
sederhana sampai bangunan yang mewah.
4. Dengan ditemukannya hubungan antara material dan estetika
bangunan terhadap arsitektur, akan memberikan wawasan kepada
mahasiswa dan masyarakat untuk dapat mencari solusi yang
beragam.
5. Dengan ditemukan alternatif material beton komposit pada dunia
konstruksi, maka dapat digunakan untuk pengembangan sistem
struktur pada bangunan arsitektur.
3
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Arsitektur Vitruvius
Memperbincangkan teori arsitektur, sulit kiranya meninggalkan nama
besar yang legendaris Marcus Pollio Vitruvius. Dia adalah arsitek dan
insinyur Romawi yang hidup pada abad I dan berperan besar karena
menulis buku arsitektur tertua yang sempat ditemukan oleh pakar arsitek
dunia.,Teori arsitektur Barat pernah terungkap pada zaman Yunani dan
Romawi namun karena karakteristik data yang belum lengkap maka Dunia
Barat menetapkan era Vitruvius-lah yang dianggap sebagai cikal bakalnya
teori arsitektur (Irawan, 2003).
Karya tulis Vitruvius terbagi dalam sepuluh buku sehingga diberi tajuk
Sepuluh Buku Arsitektur. Dalam buku tersebut menjelaskan tentang
pendidikan bagi arsitek. Didalamnya dimuat hal-hal yang berhubungan
dengan dasar-dasar estetika serta berbagai prinsip tentang teknik
bangunan, mekanika, arsitektur rumah tinggal sampai perencanaan
perkotaan
Teori ini memaparkan evolusi arsitektur yang berkaitan dengan
masalah material sebagai fungsi bangunan peribadatan. Berbagai tipe
bangunan peribadatan khususnya yang berhubungan dengan tata atur
(orders) dan teori proporsi. Bangunan-bangunan fasilitas umum seperti
teater, keberadaan rumah pribadi, penggunaan material bangunan .
Vitruvius mempunyai berbagai ragam pengantar arsitektur yang pada
intinya kriteria dalam perencanaan bangunan arsitektur, fungsi dari suatu
perlakuan secara runtut atas suatu hala atau yang lazim disebut treatis dan
berbagai problematika arsitektur secara umum. Dalam hal ini Vitruvius
tampak berhasil menampilkan konsepsi yang pada zamannya tergolong
kontemporer. Tentang berbagai kesepakatan (treatis) dalam dunia arsitektur
yang pada masa itu banyak diimplementasikan. Di dalam karya Vitruvius
juga didiskusikan tentang metode dan berbagai aspek linguistik melalui
berbagai ungkapan material yang variatif.
Memperbincangkan teori arsitektur, disebutkan pendahulu yang
pernah menuliskan dan menginterpretasi kembali teori tersebut yaitu Leone
Battista Alberti. Demikian pula dengan Andrea Palladio yang setia
mempraktekan prinsip-prinsip geomatrika Vitruvius yang sempat
diaplikasikan pada karya meonumentalnya .
Sorotan tajam tentang teori Vitruvius oleh para arsitek generasi akhir
tampaknya lebih tertuju pada pengertian arsitektur yang terurai menjadi tiga
komponen pokok, yang dalam pengertiannya sering disebut sebagai
komponen struktur atau konstruksi atau kekuatan Firmitas, komponen fungsi
atau guna Utilitas dan komponen keindahan dan estetika Venustas. Hal ini
dipengaruhi bagian dari perkembangan desain (Snyder, & Catanese 1994).
Dengan perkembangan teori Vitruvius, menjadikan bangunan
arsitektur memiliki identitas dan karakter yang baik. Sampai saat ini, arsitek
4
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
perencana bangunan masih menggunakan teori vitruvius sebagai dasar
dalam mendisain bangunan arsitektur.
Komunikasi Dalam Arsitektur
Bentuk pada Arsitektur
Dalam arsitektur bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi yaitu
Bentuk, Warna, Texture dan style dalam sebuah bangunan. Hal ini bertujuan
untuk memberikan identitas dan karakter pada setiap bangunan arsitektur.
Dengan perkembangan desain bangunan dan perkembangan dari budaya
luar, bangunan arsitektur haruslah tetap mempertahankan identitas dari
budaya. Material yang fleksibel, akan mempermudah pencapaian konsep
bentuk yang direncanakan. Dengan komunikasi bentuk, pengguna atau
pengamat bangunan akan mudah untuk mengingat. Contoh bentuk atap
yang dapat berkomunikasi : masjid menggunakan atap lengkung (kubah),
atap rumah joglo, atap minang kabau dll. Dari komunikasi bentuk, akan
menghasilkan sebuah identitas dari bangunan arsitektur.
Warna pada Arsitektur
Bentuk yang dicapai terkadang tidak dapat memberikan identitas yang
tepat, selain bentuk sebagai penghadir identitas bangunan, warna juga
dapat mendukung karakter dan identitas bangunan. Warna yang baik yaitu
warna yang dapat
Tekstur pada Arsitektur
Pemilihan material pada bangunan harus selalu sesuai dengan
karakter atau identitas yang akan dimunculkan. Selain bentuk dan warna
yang mewakili suatu konsep bangunan arsitektur, Texture juga dapat
menjadi pendukung sebuah karakter bangunan. Hal ini diakibatkan oleh
indra peraba yang berperan penting dalam arsitektur. Texture pada
bangunan sangat erat hubungannya pada fungsi suatu bangunan, dimana
akan berdampak psikologi kepada pengguna bangunan.
Style Arsitektur
Karakter dari sebuah bangunan arsitektur akan memberi icon dan
fungsi yang baik. Disisi lain dalam perencanaan arsitektur yaitu pada sebuah
style / gaya bangunan. Gaya bangunan sangat erat hubungannya dengan
iklim, budaya, kepribadian, bahan bangunan dan sejarah. Style yang
berbeda akan menghasilkan citra yang berbeda pula dalam komunikasi
arsitektur. Bahan sering kali menjadi kendala untuk mendapatkan style yang
di inginkan. Dengan mengkobinasikan ke empat unsur tersebut akan
menghasilkan karakter dalam arsitektur yang baik.
5
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
Struktur dan Arsitektur
Saat ini Bangunan memiliki berbagai pandangan terhadap arsitektur
untuk dapat menopang sbuah konsep desain arsitektur. Telah lama diakui
bahwa apresiasi terhadap peranan struktur merupakan hal yang pokok
untuk memahami asitektur. Vitruvius, yang menulis pada awal ke kaisaran
Romawi, mengidentifikasi tiga komponen dasar arsitektur yaitu firmitas,
utilitas, dan venustas.(Macdonald, Angus J. 2002).
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Suatu konsep sangat menentukan karena sukses suatu riset
tergantung dari seberapa jelas peneliti mengkonseptualisasikan sesuatu
dan seberapa jauh orang lain dapat memahami konsep konsep yang
digunakan. Konsep adalah sejumlah pengertian atau karakteristik yang
dikaitkan dengan peristiwa obyek, kondisi, situasi dan perilaku tertentu.
Membangun sebuah kerangka konseptual akan membantu peneliti dalam
mengendalikan maupun menguji suatu hubungan, serta meningkatkan
kemampuan atau pengertian terhadap fenomena yang diteliti.
Hipotesa Penelitian
H0 : Tidak ada pengaruh signifikan penulangan bambu terhadap
Arsitektur
H1 : Ada pengaruh signifikan antara Firmitas ( keindahan/ estetika )
material terhadap kelayakan terhadap material arsitektur.
H2 : Ada pengaruh signifikan antara venustas ( kekuatan ) material
terhadap kelayakan terhadap konstruksi arsitektur
H3 : Ada pengaruh signifikan antara Utulitas ( fungsi ) material
terhadap kelayakan fungsi arsitektur
H4 : Ada pengaruh antara Firmitas, Venustas, dan Utilitas terhadap
kelayakan material terhadap Arsitektur.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Cengger Ayam. Jawa timur, Malang.
Pada lokasi ini terdapat beberapa bangunan yang menerapkan beton
komposit tulangan bambu pada gambar 4.1.
6
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
Gambar 1.
Lokasi Penelitian
Alur Penelitian
Alur penelitian dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini.
Gambar 2.
Alur Penelitian
7
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
Spectra
Analisa Data
Analisis data yang digunakan yaitu REGRESI LOGISTIK dimana
variabel respon yang dimiliki berisifat kategorik, lebih khusus lagi bersifat
dikotomi (memiliki dua buah nilai). Ini yang kita kenal sebagai regresi logistik
biner (binary logistic regression). Regresi logistik ( logistic regression)
sebenarnya sama dengan analisis regresi berganda, hanya variabel
terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1).Tujuan dari penelitian ini
adalah menemukan tingkat Layak dan tidak. Dimana variabel terikatnya
adalah 0 jika tidak layak dan 1 layak. Regresi logistik tidak memerlukan
asumsi normalitas, meskipun screening data outliers tetap dapat dilakukan.
Model regresi logistik menggunakan transformasi logit. Pada model ini, yang
diregresikan adalah peluang variabel respon sama dengan 1.
PEMBAHASAN HASIL
Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan
koefisien korelasi Pearson Product Moment. Instrumen bisa dikatakan valid
jika item pertanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif, lebih besar dari
0,3, dan nilai signifikansi hasil analisis kurang dari α = 0,05. Atau dengan
kata lain terdapat korelasi yang signifikan antara item pertanyaan dengan
nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil analisis didapatkan nilai signifikansi lebih
besar daripada α = 0,05, bisa dipastikan bahwa item pertanyaan tersebut
tidak valid dan tidak diikutkan dalam analisis berikutnya.
Tabel 1.
Hasil Analisa Validitas
Aspek Teori Vitruvius
Alpha Cronbach
Ket.
Firmitas
Venustas
Utilitas
0,634
0,794
0,770
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Dari tabel 1 tersebut di atas didapatkan koefisien pada masing-masing
aspek didapatkan koefisien Alpha Cronbach lebih dari 0,6, sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian sudah reliabel.
Pengujian Goodness of Fit Model Logistic
Pengujian goodness of fit model regresi logistik dilakukan untuk
menguji kesesuaian model logistik dengan data observasi. Apabila terdapat
kesesuaian antara model logistik dengan data, maka model logistik hasil
analisis dapat digunakan. Sebaliknya, jika tidak terdapat kesesuaian antara
model logistik dengan data, maka model logistik kurang baik untuk
digunakan. Terdapat beberapa metode untuk menguji goodness of fit model
8
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
logistik. Pengujian goodness of fit model logistik dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai -2 log likelihood pada model yang melibatkan variabel
bebas (saturated model) dengan nilai -2 log likelihood pada model awal
(fitted model). Jika terdapat penurunan nilai -2 log likelihood pada saturated
model, maka dapat dikatakan bahwa kesesuaian model logistik dengan data
telah terpenuhi. Selain itu, pengujian goodness of fit model dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Hosmer-Lemeshow. Jika dari hasil uji HosmerLemeshow didapatkan nilai signifikansi lebih dari α = 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kesesuaian model logistik dengan data telah terpenuhi.
Sebaliknya, jika didapatkan nilai signifikansi kurang dari α = 0,05, -2 log
likelihood dan Uji Hosmer-Lemeshow pada model logistik :
Tabel 2.
Hasil Pengujian Goodness of Fit Model Logistic (1)
Aspek Teori
Vitruvius
Firmitas
Venustas
Utilitas
Pertanyaan
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Pertanyaan 11
Pertanyaan 12
Pertanyaan 13
Pertanyaan 14
Korelasi
Sig.
Ket.
0,618
0,831
0,683
0,622
0,787
0,732
0,754
0,661
0,787
0,708
0,706
0,748
0,748
0,747
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 3.
Hasil Pengujian Goodness of Fit Model Logistic (2)
-2 Log Likelihood
Hosmer-Lemeshow Test
Fitted Model
Saturated Model
Chi-Square
Signifikansi
116,258
24,027
9,263
0,321
R-Square
0,889
Penentuan Pengaruh Dominan Variabel Bebas
Untuk menentukan pengaruh aspek dalam teori vitruvius yang paling
dominan, dapat dilihat dari koefisien regresi yang paling besar. Berdasarkan
pada hasil pengujian didapatkan tabel 4 koefisien regresi ketiga aspek
sebagai berikut:
9
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
Spectra
Tabel 4.
Penentuan Pengaruh
Variabel
Bebas
Koefisien
Regresi
Sig.
Keterangan
Firmitas
0,475
0,126
Tidak Signifikan
Venustas
1,277
0,001
Signifikan
Utilitas
0,857
0,003
Signifikan
Berdasarkan pada tabel 5.4, dapat dijelaskan bahwa aspek firmitas,
venustas, dan utilitas memiliki koefisien regresi yang positif. Hal ini
menjelaskan bahwa ketiga aspek tersebut memberikan kontribusi yang
positif terhadap kelayakan material beton komposit secara arsitektur. Dari
ketiga aspek tersebut, didapatkan bahwa aspek venustas memiliki koefisien
regresi yang paling tinggi. Sehingga, dari pengujian ini dapat disimpulkan
bahwa aspek venustas memberikan kontribusi yang paling besar terhadap
kelayakan beton komposit secara arsitektur. Atau dengan kata lain, aspek
venustas memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap kelayakan
beton komposit.
Pengaruh Firmitas (Keindahan/Estetika) material terhadap kelayakan
material beton komposit secara arsitektur
Berdasarkan hasil analisis secara multivariat dengan analisis regresi
logistik, Aspek Firmitas memiliki koefisien regresi sebesar 0,475 dengan
signifikansi sebesar 0,126. Nilai signifikansi tersebut lebih dari α = 0,05.
Pengaruh Venustas (Kekuatan) Material Terhadap Kelayakan Material
Beton Komposit Secara Arsitektur
Berdasarkan hasil analisis secara multivariat dengan analisis regresi
logistik, Aspek Venustas memiliki koefisien regresi sebesar 1,277 dengan
signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi tersebut kurang dari α = 0,05.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Aspek Venustas memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kelayakan material beton komposit.
.
Pengaruh Utilitas (Fungsi) Material Terhadap Kelayakan Material Beton
Komposit Secara Arsitektur
Berdasarkan hasil analisis secara multivariat dengan analisis regresi
logistik, Aspek Utilitas memiliki koefisien regresi sebesar 0,857 dengan
signifikansi sebesar 0,003. Nilai signifikansi tersebut kurang dari α = 0,05.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Aspek Utilitas memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kelayakan material beton komposit.
10
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
Pengaruh Firmitas, Venustas, dan Utilitas Terhadap Kelayakan Material
Beton Komposit Secara Arsitektur
Berdasarkan hasil analisis secara multivariat dengan analisis regresi
logistik, dari pengujian model secara simultan dengan Omnibus Test
didapatkan nilai signifikansi kurang dari α = 0,05. Sehingga, dari pengujian
ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signfikan secara
simultan aspek Firmitas, Venustas, dan Utilitas terhadap kelayakan material
beton komposit.
Gambar 3.
Karakteristik Jawaban Responden
Pada gambar 3 merupakan diagram jawaban responden terhadap
pertanyaan kelayakan beton komposit tulangan bambu. Dijelaskan jumlah
dari jawaban responden pada setiap opsi pertanyaan.
Prosentase responden
Kelayakan Beton Komposit Tulangan bambu dari data responden
Praktisi dan Mahasiswa. Hasil pada gambar 5.6 diperoleh sejumlah 66%
kelayakan dari responden Mahasiswa, dan 34 % dari Praktisi. perbandingan
prosentase kelayakan dipengaruhi oleh populasi responden yang di
dominan oleh mahasiswa.
Gambar 4.
Komposisi Responden
11
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
Spectra
Tingkat kelayakan
Kelayakan beton komposit tulangan bambu terhadap arsitektur
memberikan prosentasi yang berbeda. hal ini di dukung oleh pengetahuan
dan pengalaman terhadap responden. Pada gambar 5.7 menjelaskan
bahwa 52% tingkat kelayakan dan 48% ketidak layakan ditinjau dari aspek
arsitektur
Gambar 5.
Persentase Kelayakan Menurut Responden
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian disusun berdasarkan tujuan penelitian,
Pengolahan data, deskriptif dan pembahasan hasil penelitian. Adapun hasil
kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan data
responden dan hasil penelitian seblumnya, material beton komposit
dengan tulangan bambu dapat dikatakan Layak di tinjau dari aspek
arsitektur dengan prosentase perbandingan 52% kelayakan dan
48% tidak layak. Hal ini memberikan nilai yang signifikan terhadap
penggunaan bambu sebagai tulangan beton komposit yang dapat
diterapkan pada bangunan arsitektur.
2. Dari hasil uji secara Simultan (bersamaan) tingkat signifikasi
variabel arsitektur dari aspek Firmitas, Venustas dan Utilitas ,
memberikan pengaruh yang Signifikan terhadap kelayakan beton
komposit tulangan bambu terhadap arsitektur.
3. Hasil yang di berikan oleh responden telah di uji secara parsial
dengan aspek Firmitas, Venustas, dan utilitas memberikan
signifikasi yang bervariasi, seperti halnya pada hasil pengujian
ketiga variable secara parsial. Firmitas (keindahan) memberikan
nilai tidak signifikansi terhadap keyakan beton komposit. Ini di
dukung oleh tulangan bambu tidak mempengaruhi bentuk pada
bangunan arsitektur.
4. Persentase perbandingan kelayakan dari total responden senilai
66% Mahasiswa (Calon praktisi) dan 34% praktisi. Hal ini
12
Kelayakan Arsitektural Beton Komposit | Nyoman Darma JK | Sri Murni Dewi | Achfas Zacoeb
dipengaruhi oleh pengalaman dan pengaplikasian di lapangan pada
dunia konstruksi, sehingga memberikan pendapat yang berbeda
terhadap kelayakan material beton komposit tulangan bambu.
5. Pengalaman responden mempengaruhi hasil terhadap kelayakan
beton komposit tulangan bambu. Hal ini diakibatkan karena praktisi
lebih detail dan tingkat ketelitiannya pada dunia konstruksi di
lapangan.
Saran
Dalam penelitian ini masih banyak permasalahan yang belum dikaji
secara mendalam, oleh karena itu penulis memberikan saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut.
1. Melakukan analisa terkait efisiensi biaya pada beton komposit
tulangan bambu terhadap material lain yang mampu di gunakan
sebagai alternatif kelayakan material arsitektural dan struktural.
2. Menggunakan karakter responden yang lebih bervariatif dan
berpengalaman dalam bidang dunia konstruksi, sehingga dapat
menjadi pedoman kepada masyarakat untuk mengaplikasikan
beton komposit tulangan bambu pada bangunan-bangunan lain.
3. Melakukan uji kelayakan beton komposit dengan variable yang
berbeda, sehingga memberikan perbandingan yang signifikan
antara teori Vitruvius dengan teori lain yang berkaitan dengan
prinsip arsitektural
DAFTAR PUSTAKA
Cahya, I. 2012. Sloof Pracetak dari Bambu Komposit. Jurnal Rekayasa Sipil. V.6
No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658. h.12 -22.
Djojowirono, Soegeng. 2005. Manajemen Konstruksi (edisi keempat). Yogyakarta:
Biro Penerbit KMTS FT UGM.
Frick, H. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu: Pengantar Konstruksi Bambu
(Seri Konstruksi Arsitektur 7). Semarang: Penerbit Kanisius.
Hartanto, T. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Beton Bertulang
terhadap Kayu pada Konstruksi Kuda–kuda. Diakses melalui :
http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/56/54. 5 Desember 2012.
Husen, H. 2011. Manajemen Proyek (edisi revisi). Yogyakarta: Andi Offset.
Irawan, RS. 2003. Teori-teori Arsitektur (Bahan Ajar: Teori Perencanaan dan
Perancangan). Program Studi Arsitektur Jurusan Teknik Bangunan FPTK
UPI.
Lyall, S. 2006. Master of Structure: Bangunan dengan Inovatif Terkini. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Mc. Donald, AJ. 2002. Struktur dan Arsitektur (edisi kedua). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Makowski, ZS. 1988. Konstruksi Ruang Baja. Bandung: Penerbit ITB.
Nawy, EG. 2008. Concrete Construction Engineering Handbook. CRC Press Inc.
13
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 1-14
Weston, R. 2006. Denah, Potongan, dan Tampak: Bangunan-bangunan Penting
Abad Kedua Puluh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ridwan & Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Penelitian
(Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan, Sosial-Kebijakan-EkonomiHukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung: Alfabeta.
Schodek, D.L. 1999. Struktur (edisi kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Snyder, CJ. & Catanese, AJ. 1994. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sugyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Reasearch and
Development. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
14
Download