Healthy, Vol.1, No.1, Juni 2012

advertisement
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE
OF CORONARY HEART DISEASE AT HEART POLYCLINIC ULIN HOSPITAL
Yenny Okvitasari 1, Hamzah2, Muhsinin3
ABSTRACT
Background: Coronary heart disease is a condition in which the heart muscle (myocardium)
is damaged due to a significant reduction of the blood supply, and it happens suddenly.
Reduced blood supply to the heart can suddenly occur when one of the coronary arteries
being blocked for some time due to the tightening of coronary pulse or due to a blood clot or
thrombus. Each year approximately 600,000 people died.
Objective: The purpose of this study was to identify factors of cholesterol, blood pressure,
cigarette smoking, blood sugar, body weight and sports associated with CHD occurrence.
Methods:. The research used observational method with cross sectional approach. The
independent variable is CHD and the dependent variable is factors associated with CHD
occurrence. The population is all patients seeking treatment at Heart Polyclinic Ulin Hospital
Banjarmasin who are diagnosed with coronary heart disease ant non coronary heart disease
since March-June 2015 as many as 120 people. The sample is 92 respondents consisted of 36
CHD and 56 non CHD with purposive sampling technique. The research instrument was a
questionnaire, analysis using multiple logistic regression.
Result: The results obtained by multiple logistic regression is the sport factor (B factor Exp
sport = 9.667) and weight factor (Exp B factor weight = 2.826) were associated with the
occurence of coronary heart disease.
Key Words: coronary heart disease, cholesterol, blood pressure, cigarette smoking, blood
sugar, weight, exercise.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
10
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG POLIKLINIK JANTUNG
DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Yenny Okvitasari 1, Hamzah2, Muhsinin3
INTISARI
Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami
oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat sangat berkurangnya pasokan darah, dan itu
terjadi mendadak, berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi
ketika salah satu nadi koroner terblokade selama beberapa saat disebabkan karena
mengencangnya nadi koroner atau akibat penggumpalan darah atau trombus. Setiap tahun
kurang lebih 600.000 orang yang meninggal dunia.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor kolesterol, tekanan darah,
merokok, gula darah, berat badan, dan olah raga yang berhubungan dengan kejadian PJK.
Metode: Metode penelitian adalah observasional, dengan pendekatan Cross sectional.
Variabel bebasnya PJK dan variabel terikatnya faktor- faktor yang berhubungan dengan
kejadian PJK. Populasi, seluruh pasien yang berobat kepoliklinik Jantung RSUD Ulin
Banjarmasin yang diagnose menderita penyakit jantung koroner dan bukan penyakit jantung
koroner sejak bulan Maret-Juni 2015 yang berjumlah 120 orang. Sampel, sebagian populasi
berjumlah 92 responden terdiri dari 36 PJK dan 56 bukan PJK dengan tehnik sampling
purposive sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner, analisa menggunakan uji regresi
logistik ganda.
Hasil: Hasil yang didapatkan berdasarkan uji regresi logistic ganda adalah faktor olah raga
(Exp B faktor olah raga= 9,667) dan faktor berat badan (Exp B faktor berat badan= 2,826)
berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner.
Kata Kunci: PJK, kolesterol, tekanan darah, merokok, gula darah, berat badan, olah raga
1
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya
3
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2
PENDAHULUAN
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
11
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Jantung adalah organ yang sangat vital
dalam kehidupan manusia, oleh karena itu
tidak heran bila seorang manusia
mempunyai masalah dengan penyakit
jantungnya, akibat paling seringnya adalah
kematian.
Seiring dan sejalan dengan pergeseran
“paradigma sehat” untuk membangun
kemandirian
bangsa
dalam
bidang
kesehatan, peran setiap profesional dalam
bidang kesehatan, terutama profesional
kardiovaskular, amat strategis. Peran ini
sangat penting dalam aspek prevensi
(pencegahan),
baik
primer
maupun
sekunder, sehingga “wabah” penyakit
kardiovaskular pada masa-masa mendatang
bisa lebih menurun dan masyarakat
lndonesia bisa lebih mandiri dalam bidang
kesehatan. Penyakit jantung koroner adalah
suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh
bagian otot jantung (myocardium) akibat
sangat berkurangnya pasokan darah, dan itu
terjadi mendadak, berkurangnya pasokan
darah kejantung secara tiba-tiba dapat terjadi
ketika salah satu nadi koroner ter-blokade
selama beberapa saat disebabkan karena
mengencangnya nadi koroner atau akibat
penggumpalan
darah
atau
trombus.
(Maulana, 2008).
Faktor terjadinya penyakit jantung bukan
hanya karena faktor genetik tetapi juga
karena, kolesterol, tekanan darah, perokok,
diabetes melitus, diet,kurang olah raga,
aktivitas fisik, dan stres, (Afriansyah, 2008).
Dalam penelitian Framingham Heart Studi
seseorang disebut hipertensi jika tekanan
sistolik sebesar 140mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik 90 mmHg. Tampa
pengobatan 30 % orang Amerika berusi 20
tahun mengalami hipertensi. Prevalensi ini
meningkat bersamaan dengan bertambahnya
usia (Hananto, 2008).
Tekanan
darah
tinggi
(hipertensi)
menyebabkan meningkatnya beban tekanan
pada pembuluh darah karena disfungsi
endotel, hipertropi sel otot polos dan
lemahnya jaringan elastis dinding pembuluh
darah serta progrefitas aterosklerosis,
Besarnya angka kematian untuk pasien
dengan penyakit jantung koroner, gagal
jantung diastolik mendekati 5-8 % , sebagai
perbandingan pasien gagal jantung dengan
sistolik mendekati 10-15 % (Kasiman,
2010).
Dalam proses aterosklerosis, tingginya LDL,
tingginya tekanan darah, diabetes, merokok
dan gagal jantung menyebabkan stres
oksidatif sehingga terjadi gangguan endotel
yang menyebabkan penurunan produksi NO,
peningkatan
mediator
lokal
dan
meningkatnya angiotensin II dijaringan
sehingga
menyebabkan
vasokontriksi,
inflamasi dan remodeling pembuluh darah,
trombosis dan ruptur plk (Hanafi, 2008).
Merokok merupakan faktor resiko utama
timbulnya PJK. Rokok mengandung nikotin,
tar dan karbob monoksida. Merokok bersifat
pro-oksidan, menyababkan kadar fibrinogen
meningkat
(hiperlibrinogen)
agresif
trombosit menigkat, (hiperagregasi), F2isoprostane
juga
meningkat.
Cara
mengatasinya adalah dengan berhenti
merokok
bagi
perokok
aktif
dan
menghindari bagi perokok pasif (Suzanna
Immanuel, 2008) .
Infark miokard terlihat secara langsung
berhubungan dengan sindroma metabolik
dan komponennya, inflamasi dan resistensi
insulin adalah faktor penting dalam
mempercepat komplikasi makrovaskular.
Penelitian
The
Milan
Study
on
Atherosclerosis and Daibetes (MiSAD)
menemukan 6,4 % penderita diabetes
melitus tipe 2 mengalami SMI, penelitian
lain di Italia yang melibatkan 111 pasien
yang baru terdiagnosis diabetes melitus tipe
2, menunjukkan prevalansi SMI yang tinggi.
Sebagian besar penderita diabetes melitus
akan berkembang menjadi kardiovaskuler,
data klinis dari penelitian dengan skala
kecil,
menekankan
pada
masalah
pencegahan primer kardiovaskuler pada
penderita diabetes tampa disertai gangguan
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
12
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
sebelumnya, ini sangat penting karena
pasien diabetes beresiko 2x lipat mengalami
miokard infark dan strouk, dibandingkan
populasi umum.
Untuk aktivitas fisik/olah raga, memperbaiki
kontrol glikemia dibantu penurunan berat
badan
dan
menurunkan
risiko
kardiovaskuler (berdasarkan penelitian
epidemiologis), dibutuhkan latihan fisik
setidaknya 150 menit perminggu dengan
intensitas moderat, atau 90 menit latihat
aerobik berat, pasien diabetes dianjurkan
melakukan aktivitas aerobik, dengan
intensitas moderat selama 30-60 menit,
seperti jalan kai setiap hari selama
seminggu, ditambah meningkatkan aktivitas
harian (berjalan), bertaman dan pekerjaan
rumah tangga).
Obesitas merupakan faktor predisposisi yang
memperbesar
resiko
PJK,
obesitas
abdominal telah lama diketahui sebagai
bagian bagian penting dari sindroma
metabolik yaitu kumpulan berbagai kalainan
akaibat
gangguan
metabolik
yang
menyebabkan
hiperinsulinemia/resistensi
insulinhiperglikemia,
hipertensi,
yang
mempermudah terjadinya aterosklerosis
(Immanuel, 2008) .
Sebenarnya,
penyakit-penyakit
dapat
mempengaruhi bagian manapun dari
jantung. Tetapi, penyakit yang paling umum
adalah penyakit kronis pada arteria koroner
yang disebut aterosklerosis. Karena itu, sakit
jantung yang umum dikenal dan paling
banyak diderita adalah penyakit jantung
koroner atau penyakit arteria koroner.
Penyakit ini paling sering menyebabkan
serangan jantung pada seseorang yang
berakibat kematian. Penyebabnya penyakit
ini adalah adanya penyempitan pada
pembuluh darah koroner, di mana pembuluh
ini berfungsi untuk menyediakan darah ke
otot jantung. Penyempitan disebabkan oleh
tumpukan kolesterol atau protein lain yang
berasal dari makanan yang masuk dalam
tubuh. Penumpukan ini juga menyebabkan
pembuluh darah koroner menjadi kaku.
Kekakuan ini disebut sebagai aterosklerosis.
Aterosklerosis
terjadi
jika
terjadi
penumpukan plak atau timbunan lemak pada
dinding-dinding arteri. Selang beberapa
waktu, plak dapat menumpuk, mengeras dan
mempersempit
arteri,
dan
akhirnya
menghambat aliran darah ke jantung.
Penyakit arteria koroner atau coronary
artery disease (CAD) inilah yang pada
dasarnya menuntun kepada sebagian besar
serangan jantung (http://kumpulan.info).
Penelitian Chien Chen et al, 2009
menyatakan, penting bagi masyarakat di
Taipe untuk memiliki sikap yang positif
untuk melakukan kegiatan pencegahan PJK
dengan menerapkan perilaku yang sehat dan
berhenti merokok. Dengan banyaknya
penelitian
tentang
kaitan
perilaku
pencegahan penyakit membuat para peneliti
di Taiwan mengkaji lebih lanjut upaya
peningkatan kesehatan melalui media
informasi dab petugas pelayanan kesehatan.
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO),
September 2009, menyebutkan bahwa
penyakit tersebut merupakan penyebab
kematian pertama sampai saat ini. Pada
2004, diperkirakan, 17,1 juta orang
meninggal karena PJK. Angka ini
merupakan 29% dari penyebab kematian
global, dengan perincian 7,2 juta meninggal
karena PJK dan sekitar 5,7 juta orang
meninggal karena stroke. Di bawah gambar
posisi jantung pada manusia, dada sebelah
kiri, jadi nyeri dada sebelah kiri salah satu
indikasi penyempitan pembuluh jantung
koroner. Berbagai penelitian klinis di
Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa
penderita penyakit jantung korner yang
berbat dengan teratur dapat menjaga tekanan
darah dalam batas normal, menjaga
konsentrasi kolesterol LDL dalam batas
normal dan menjaga beraat badan ideal akan
dapat menjalani hidup berkulitas dan
menghindari terjadinya gagal jantung
kongestif (Syafar et al, 2007: 60).
Di Amerika, serangan jantung menjadi salah
satu penyebab utama kematian. Dalam tiga
dari empat kasus, korbannya adalah pria,
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
13
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
dan usianya biasanya antara 50-70 tahun.
Sebuah
catatan
dalam
http://
www.infopenyakit.com
memberikan
keterangan bahwa terdapat lebih dari 1,5
juta penduduk di sana yang terserang
penyakit serangan jantung ini. Lebih tragis
lagi, setiap tahun di Amerika Serikat
terdapat 1,5 juta orang mengalami serangan
jantung, 478.000 orang meninggal karena
penyakit jantung koroner, 407.000 orang
mengalami operasi peralihan, dan 300.000
orang
menjalani
angioplasty
(http//
id.wikipedia.org). Berdasarkan data dari
Heart Disease (HA) tahun 2008 didapatkan
kematian 24.5% pada ras kelompok etnis,
18.0% pada amerika dan afrika, 23.2 % pada
indian amerika, 20.8% hispanik, 25.1%
pada orang kulit putih dan 25.0% untuk
semuanya .Beban penyakit jantung di
Amerik, sekitar 600.000 orang meninggal
karena penyakit jantung setiap tahun ada
satu pada setiap empat kematian, penyakit
jantung adalah penyebab utama kematian
bagi pria dan wanita, dan kelebihan dari
setengah kematian karena penyakit jantung
pada tahun 2009 adalah pria. Penyakit
jantung koroner pada jenis yang paling
umum menewaskan lebih dari 385.000
orang pertahun, setiap tahun sekitar 715.000
orang Amerika mengalami serangan jantung
ini, 525.000 adalah serangan jantung
pertama dan 1900.000 terjadi pada orang
yang telah mengalami serangan jantung.
Penyakit
jantung
koroner
telah
menghabiskan
biaya
108.900.000.000
pertahun, ini termasuk biaya pelayanan
kesehatan dan obat-obatan. (www.cdc.gov
diakses 28 Maret 2013).
Dalam laporan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dan Yayasan Penyakit
Jantung mengemukakan bahwa sekarang ini
penyakit jantung menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian mendadak.
Dalam laporan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dan Yayasan Penyakit
Jantung mengemukakan bahwa sekarang ini
penyakit jantung menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian mendadak.
Prevalansi di indonesia diperkirakan setiap
tahunnya terjadi pada 500.000 penduduk,
sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal
dan sisanya mengalami gagal jantung
(Amiruddin,2010:58).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2007 yang dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan.
Republik
lndonesia,
menyebutkan bahwa penyebab kematian
utama di lndonesia adalah stroke, yaitu
sebesar 26,9% dari seluruh penyebab
kematian, sedangkan kematian akibat
Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebesar
9,3%. Dengan demikian, apabila kedua
penyakit tersebut digabung sebagai penyakit
kardiovaskular,
maka
penyakit
kardiovaskular tetap sebagai penyebab
kematian utama di lndonesia, sebesar 36,2%
dari seluruh penyebab kematian. Data
Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI)
cabang Kalimantan Selatan penderita
penyakit jantung koroner terua meningkat.
Pada tahun 2010 ada 748 kasus dan tahun
2011 ada 748 kasus dana tahun 2012 ada
799 kasus denga rata-rata kekambuhan /
serangan 7 kali setahun (PERKI Kalsel,
2012).
Data Instalasi Rawat Inap RSUD Ulin
Banjarmasin di temukan peningkatan pasien
penyakit jantung koroner yang dirawat inap
dari 112 kasus pada tahun 2010 meningkat
menjadi 189 kasus pada tahun 2011 dan
terus meningkat menjadi 2005 sampai
periode 2012 (IRNA RSUD Ulin
Banjarmasin).
Berdasarkan data awal jumlah kunjungan
pasien di poliklinik jantung RSUD ulin
Banjarmasin bulan Oktober sampai dengan
bulan Desember 2013 didapatkan data 120
pasien yang kebanyakan adalah pasien lama
yang memang rutin memeriksakan dirinya
ataupun melanjutkan pengobatan. Hasil
studi pendahuluan yang telah dilakukan
pada bulan Oktober 2013 di poliklinik
jantung RSUD Ulin Banjarmasin data
jumlah kunjungan penyakit jantung koroner
per hari rata-rata 25 orang dengan diagnosa
penyakit jantung koroner.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
14
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 8 Oktober 2013 pada pasien
penyakit jantung koroner di ruang poliklinik
jantung terdiri dari 12 orang yang dengan
riwayat tekanan darah tinggi, 8 orang
dengan riwayat kadar kolesterol. Dan 8
orang dengan berat badan dengan cara
melihat status pasien selama 3 bulan terakhir
dan wawancara langsung didapatkan
sebagian tidak ada riwayat keluarga yang
menderita PJK, rata- rata pasien tidak
pernah berolah raga, perokok aktif,
mempunyai kadar gula darah yang tinggi
dan gemuk.
Berdasarkan uraian dikemukakan tersebut
maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian
PJK di ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin
Banjarmasin.
Tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui
Analisis faktor - faktor yang berhubungan
dengan kejadian PJK di ruang Poliklinik
Jantung RSUD Ulin Banjarmasin.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah analitik yaitu
menganalisa hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat untuk mengetahui
hubungan
antara
faktor-faktor
yang
menyebabkan kejadian penderita penyakit
jantung koroner (Arikunto, 2005). Dengan
desain penelitian Cross sectional yang
berarti penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor- faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat, artinya tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. (Notoatmojo, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita yang terdiagnosis penyakit jantung
koroner dan yang bukan penderita penyakit
jantung koroner yang sedang memeriksakan
kesehatannya di poli jantung RSUD Ulin
Banjarmasin.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien
yang terdiagnosis penyakit jantung koroner
dan yang bukan penderita penyakit jantung
koroner yang sedang memeriksakan
kesehatannya diruang poli jantung RSUD
Ulin Banjarmasin sebanyak 92 Responden.
Dengan Teknik sampel dalam purposive
sampling, yaitu didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Atmojoyo, 2000).
Instrumen yang digunakan adalah checklist.
Analisa dalam penelitian ini menggunakan
alat bantu komputer melalui program SPSS.
Analisis
univariat
digunakan
untuk
memberikan gambaran umum terhadap data
hasil penelitian. Dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari
tiap variabel.
Analisa
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahui besar pengaruh masing-masing
faktor risiko terhadap terjadinya serangan
jantungdan antara masing-masing variabel
independen. Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan uji Chi Square (X2).
Analisa multivariat dilakukan untuk melihat
hubungan variabel-variabel bebas dengan
variabel terkait dan variabel bebas mana
yang paling besar hubungannya terhadap
variabel
terkait.
Analisa
multivariat
dilakukan dengan menggunakan adalah uji
regresi logistik ganda.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
15
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
Karakteristik Responden
Jenis penyakit jantung
a. PJK
b. Bukan PJK
Kolesterol
a. Normal
b. Tinggi
Tekanan darah
a. Normal
b. Tinggi
Kadar Gula Darah
a. Normal
b. Tinggi
Merokok
a. Merokok
b. Tidak Merokok
Berat Badan
a. Normal
b. Lebih
Frekuensi
%
36
56
39,1
60,9
41
51
44,6
55,4
41
51
44,6
55,4
61
31
66,3
33,7
18
74
19,6
80,4
53
39
57,6
42,4
Olah raga
a. Olah raga
b. Tidak olah raga
18
74
19,6
80,4
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden
sebagian besar menderita jenis penyakit
jantung bukan PJK sebanyak 60,9%.
Sebagian besar responden menderita
kolesterol tinggi sebanyak 55,4%. Sebagian
besar Responden menderita tekanan darah
tinggi sebanyak 55,5%. Sebagian besar
responden yang tidak merokok sebanyak
80,4%. Sebagian besar responden dengan
berat badan normal sebanyak 57,6% dan
sebagian besar responden tidak berolah raga
sebanyak 80,4%.
Tabel 2 Hubungan analisis Faktor-Faktor Berhubungan
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
No.
Faktor
1
Kolesterol
a. Normal
b. Tinggi
Tekanan darah
a. Normal
b. Tinggi
Kadar gula dalam
darah
a. Normal
b. Tinggi
Merokok
a. Merokok
b. Tidak merokok
Berat Badan
a. Normal
b. Lebih
Olah Raga
a. Berolah raga
b. Tidak berolah raga
2
3
4
5
6
Jenis Penyakit Jantung
PJK
Bukan PJK
Jumlah
%
Jumlah
%
N
%
ρ value
15
21
36,6
41,2
26
30
63,4
58,8
41
51
100
0,654
15
21
36,6
41,2
26
30
63,4
58,5
41
51
100
0,654
24
12
39,3
38,7
37
19
60,7
61,3
61
31
100
0,953
11
25
61,1
33,8
7
49
38,9
66,2
18
74
100
0,038
25
11
47,2
28,2
28
28
52,8
71,8
53
39
100
0,068
14
22
77,8
29,7
4
52
18
70,3
53
39
100
0,001
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat tiga
faktor yang berhubungan dengan kejadian
penyakit jantung koroner. Hasil analisa pada
faktor merokok di dapatkan ρ = 0,038 yang
berarti
ρ < 0,05 sehingga merokok
berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung koroner. Dari hasil tersebut maka
Ho dinyatakan ditolak yang artinya ada
hubungan
faktor
merokok
yang
menyebabkan terjadinya serangan pada
pasien jantung koroner.
Hasil analisa pada faktor berat badan di
dapatkan ρ = 0,068 yang berarti ρ < 0,05
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
16
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
sehingga berat badan berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung koroner. Dari
hasil tersebut maka Ho dinyatakan di tolak
yang artinya ada hubungan faktor berat
badan yang menyebabkan terjadinya
serangan pada pasien jantung koroner.
Hasil analisa pada faktor olah raga di
dapatkan ρ = 0,001 yang berarti ρ < 0,05
sehingga olah raga berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung koroner. Dari
hasil tersebut maka Ho dinyatakan ditolak
yang artinya ada hubungan faktor olah raga
yang menyebabkan terjadinya serangan pada
pasien jantung koroner.
Responden
dengan penyakit jantung
koroner berjumlah 36 orang (39,1%) dan
yang bukan penyakit jantung koroner
berjumlah 56 orang (60,9%). Penyakit
jantung koroner adalah suatu kondisi ketika
kerusakan dialami oleh bagian otot jantung
(myocardium) akibat sangat berkurangnya
pasokan darah, dan itu terjadi mendadak,
berkurangnya pasokan darah kejantung
secara tiba- tiba dapat terjadi ketika salah
satu nadi koroner terblokade selama
beberapa
saat
disebabkan
karena
mengencangnya nadi koroner atau akibat
penggumpalan
darah
atau
trombus.
(Maulana, 2008). Penyakit jantung koroner
(PJK) adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena
penyempitan arteri koroner. Penyempitan
pembuluh darah terjadi karena proses
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi
keduanya. Aterosklerosis yang terjadi
karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat
pada dinding pembuluh darah secara
perlahan-lahan, hal ini sering ditandai
dengan keluhan nyeri pada dada.
Pada waktu jantung harus bekerja lebih
keras terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah
yang menyebabkan nyeri dada. Kalau
pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti
dan kejadian inilah yang disebut dengan
serangan jantung. Faktor
terjadinya
penyakit jantung bukan hanya karena faktor
genetik tetapi juga karena, kolesterol,
tekanan darah, perokok, diabetes melitus,
diet,kurang olah raga, aktivitas fisik, dan
stres, (Afriansyah, 2008).
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
responden yang kadar kolesterol tinggi
sebanyak 51 orang (55,4%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara kolesterol
dengan serangan jantung pada PJK (ρ =
0,654).
Jumlah kolesterol yang berlebihan di dalam
tubuh
juga
akan
mengakibatkan
hiperkolesterolemia. Biasanya, penyebab
hiperkolesterolemia
adalah
obesitas,
alkoholisme, gangguan ginjal, gangguan
hati, diabetes, diuretik, kortikosteroid, dan
penyakit tiroid. Di samping itu, kolesterol
tinggi pun mengundang dislipidemia, yaitu
penyakit lemak dalam darah. Hal yang
umum menakutkan bagi penderita penyakit
tersebut adalah serangan jantung, stroke, dan
tekanan darah tinggi. Serangan tersebut
biasanya terjadi karena kombinasi tiga
gangguan yaitu penggumpalan darah
(agregasi trombosit), pengerasan dan
penyempitan pembuluh darah, serta
pengatupan pembuluh nadi (vasokonstriksi).
Kurangnya oksigen akan menyebabkan otot
jantung menjadi lemah , sakit dada, serangan
jantung bahkan kematian (Anwar, 2004).
Masih menjadi perdebatan dikalangan para
ahli tentang penurunan kadar kolesterol
kaitannya dengan penurunan risiko PJK.
Data Framingham menunjukkan hal-hal
seperti Manfaat penurunan kadar kolesterol
pada laki-laki lebih nyata bila dibandingkan
dengan perempuan, Manfaat makin besar
apabila dimulai pada usia makin muda,
Manfaat naik dengan menyolok apabila
dijumpai adanya faktor risiko lain. Manfaat
baru dapat dinikmati apabila kolesterol
diturunkan di bawah 260 mg/dl.
Pada penelitian yang dikaikan didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
17
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
bermakna antar kolesterol dengan dengan
kejadian PJK hal ini disebabkan adanya
faktor- faktor yang mempengaruhi hasil ini
seperti pada saat pemeriksaan kadar
kolesterol PJK sudah terjadi, setelah pasien
menderita PJK kolesterol sudah diobati,
sebelum dilakukan penelitian pasien sudah
melakukan diit ketat dengan diberikannya
diit kolesterol dan diberikannya obat
penurun kolesterol dengan demikian hasil
penelitian yang di dapat tidak sesuai dengan
teori
yang
ada
bahwa
kolesterol
mengakibatkan penyakit jantung koroner.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
responden yang tekanan darah tinggi
sebanyak 51 orang (55,4%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tekanan
darah dengan serangan jantung pada PJK (ρ
= 0,654).
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau
keduanya. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik
dan diastolik.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih.
Tetapi, tekanan diastolik kurang dari 90
mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. Menurut Dr. Andang
Joesoef Sp.JP(K), Direktur Pelayanan Medis
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,
tekanan darah 120-139/80-89 mmHg
dikategorikan
sebagai
prehipertensi,
sehingga membutuhkan perbaikan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah.
Sedangkan tekanan darah di atas 140/90
mmHg, merupakan ambang hipertensi yang
membutuhkan pengobatan , hipertensi saat
ini telah di terima secara universal sebagai
salah satu faktor resiko utama PJK. Meta
analisi pada 61 studi observasional pada
kelompok usia 40-60 tahun menunjukkan,
setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah
sistolik atau 10 mmHg tekanan darah
diastolik berhubungan dengan resiko
kematian akibat penyakit jantung iskemik
dan penyebab vaskular lain dua kali lebih
besar. (Alwi, 2000).
Penurunan tekanan darah memberikan efek
yang baik, manfaat utama therapy
berhubungan dengan nenurunkan kejadian
penyakit jantung koroner. Pasien yang
diobati, lebih kecil kemungkinannya
mengalami hipertensi berat dan penyakit
jantung koroner. Pada tahun 1990-an
penelitian klinis klinis membuktikan bahwa
pengobatan hipertensi dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas penyakit jantung
koroner.
Perubahan gaya hidup juga sangat
dianjurkan untuk paisen hipertensi, yakni
perencanaan makan buah- buahan, sayursayuran dan produk susu rendah lemak
jenuh dan total, meningkatkan aktivitas fisik
dan mengurangi konsumsi alcohol (semi
jurnal famasi dan kedokteran, 2008).
Responden merupakan pasien yang aktif
memeriksakan diri ke ruang poli jantung
RSUD Ulin Banjarmasin yang selalu
mengontrol TD, sehingga PJK dapat
dihindarkan.
Menurut Sutanto (2009; 5) “Semakin
bertambah umur, semakin terasa adanya
penyakit- penyakit hingg adanya disfungsi
organ tubuh tertentu. Inilah yang disebut
penyakit degenaratif”. Hal ini dapat dilihat
bahwa hasil dri penelitian yang ada bahwa
tekanan darah tidak berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung koroner karena
ada faktor lain yaitu riwayat keluarga karena
berdasarkan
data
riwayat
keluarga
didapatkan
jumlah
responden
yang
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
18
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
mempunyai riwayat penyakit keluarga
berjumlah 53 (57,6%) sehingga dapat
disimpulkan bahwa faktor tekanan darah
bukan faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung koroner.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
responden yang kadar gula darah tinggi
sebanyak 31 orang (33,7%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tekanan
darah dengan serangan jantung pada PJK (ρ
= 0,953 %).
Kadar gula darah yang normal cenderung
meningkat secara ringan, tetapi progresif
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang orang yang tidak aktif , kadar gula darah
meningkat mengakibatkan darah menjadi
pekat
dan
terjadi
pengendapan
atheoschlerosis
pada
arteri
coroner
(Nugroho, 2008).
Kontrol
glikemia
jelas
menurunkan
komplikasi mikrovaskuler pada pasien
diabetes. PJK merupakan penyakit jantung
yang sering ditemukan pada lansia. Dengan
mengombinasikan laporan IM dan angina
pectoris NHANES III Amerika Serikat
mendapatkan data sekitar 27 % pria dan
17% wanita menderita PJK, hal ini dikaitkan
dengan hasil penelitian bahwa jumlah lakilaki 53 orang (57,6%) responden yang
mempunyai penyakit jantung, dan responden
wanita berjumlah 39 orang (42,4%). PJK
sering ditemukan pada lansia karena
progresifitas
proses
atherosclerosis,
sehingga kadar gula dalam darah bukan
faktor utama dalam kejadian PJK,
berdasarkan penelitian Caurage yang
melibatkan pasien – pasien yang menjalani
intervensi dan didapatkan hasilnya bahwa
gula darah yang rendah tidak mencegah
kejadian kardiovaskuler. Ada faktor lain
yang harus dipertimbangkan. Faktor lain
yang dipertimbangkan yaitu adanya
imflamasi
(Semijurnal
farmasi
dan
kedokteran, 2008).
Pada penelitian observasi U.K Prospective
Diabetes Control melaporkan bahwa tidak
ada bukti yang jelas bahwa penurunan
glukosa menurunkan resiko kardiovaskuler,
terlebih lagi, kalau target diturunkan lebih
rendah lagi resiko hipoglikemia akan
meningkat. (semijurnal
farmasi dan
kedokteran, 2008, 43). Di dapatkan pada
pasien yang berobat di poli jantung RSUD
Ulin Banjarmasin bahwa penderita rajin
memeriksakan diri untuk memonitor status
kesehatannya terutama hal – hal yang
berhubungan dengan pencetus penyakit
jantung koroner seperti diabetes militus,
pasien rajin minum obat yang diresepkan
oleh dokter hal ini dibuktikan dengan
jumlah responden yang mempunyai kadar
gula darah normal 61 orang (66,3%).
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
responden yang perokok sebanyak 18 orang
(19,6%).
Hasil
analisis
bivariat
menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara perokok dengan serangan
jantung pada PJK (ρ = 0,038).
Ketika merokok, jutaan molekul radikal
bebas masuk ke dalam tubuh Anda. Free
Radicals (FR) atau radikal bebas adalah
suatu senyawa yang kehilangan elektron
bebasnya sehingga bersifat sangat reaktif.
Apabila radikal bebas masuk ke dalam
tubuh, senyawa tersebut akan mencuri
elektron dari tubuh. Proses ini menyebabkan
cedera pada membran sel dan inti sel
sehingga terjadi kelainan dan kecacatan
DNA. Akibatnya, terjadilah pembelahan sel
yang abnormal dan tidak terkendali sehingga
mengakibatkan
meningkatnya
adhesi
trobosit, memperkentalkan darah sehingga
sel- sel darah menempel pada dinding
sehingga mengakibatkan pembuluh darah
tersumbat (Ramadhan, 2008).
Merokok adalah salah satu faktor risiko
mayor untuk timbulnya aterosklerosis yang
dapat dimodifkasi. Merokok secara sinergis
ditambah faktorfaktor risiko lain akan
meningkatkan kejadian PJK. Interaksi
sinergistik yang kuat timbul antara
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
19
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
hiperkolesterolemia dan merokok dalam
genesis infark miokard. Dua efek utama dari
merokok yang berperan penting dalam
perkembangan PJK adalah efek nikotin dan
desaturasi
hemoglobin
oleh
carbon
monoksida (CO). Nikotin berperan penting
untuk terjadinya aterosklerosis koroner dan
thrombosis dengan mekanisme menaikkan
asam lemak bebas serta meningkatkan
kelekatan dan agregasi trombosit melalui
stimulasi katekolamin.
Efek rokok adalah menyebabkan beban
miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya konsumsi 02
akibat inhalasi CO atau dengan perkataan
lain
dapat
menyebabkan
tahikardi,
vasokonstruksi pembuluh darah, merubah
permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb.
Di samping itu rokok dapat menurunkan
kadar HDL kolesterol tetapi mekanismenya
belum jelas. Makin banyak jumlah rokok
yang diisap, kadar HDL kolesterol makin
menurun. Perempuan yang merokok
penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih
besar dibandingkan laki-laki perokok.
Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV
hiperlipidemi
dan
hipertrigliserid,
pembentukan platelet yang abnormal pada
diabetes disertai obesitas dan hipertensi;
sehingga orang yang perokok cenderung
lebih mudah terjadi proses aterosklerosis
daripada yang bukan perokok.
Apabila berhenti merokok penurunan risiko
PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun
pertama setelah berhenti merokok dan
kembali seperti yang tidak merokok setelah
berhenti merokok 10 tahun. Dall & Peto
1976 mendapatkan risiko infark akan turun
50% dalam waktu 5 tahun setelah berhenti
merokok. Penelitian yang dilakukan oleh
Ririn, 2012, hasil penelitian menyebutkan
ada hubungan antara perokok dengan
kejadian PJK dengan analisi ρ = 0,038.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
11 (28,2%) responden yang memiliki berat
badan lebih. Hasil analisa di dapatkan ρ =
0,068 yang berarti ρ ˃ 0,05 sehingga berat
badan tidak berhubungan dengan kejadian
penyakit jantung koroner. Dari hasil tersebut
maka Ho dinyatakan di terima yang artinya
tidak ada hubungan berat badan yang
menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner.
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang
diakibatkan oleh penimbunan lemak tubuh
yang berlebih. Dalam pengertian lain,
obesitas adalah ketidakseimbangan antara
tinggi badan, berat badan, dan umur
seseorang (Ramadhan, 2008).
Penurunan berat badan pada pasien obesitas
akan menurunkan semua faktor resiko
kardiovaskuler dan akan memperbaiki
hiperglikemia. Penurunan berat badan dan
moderat (misalnya 7-10% dalam 1 tahun)
bias dicapai. Mencapai berat badan ideal
dalam periodek pendek biasanya gagal. Diet
rendah karbohidrat dan tinggi lemak
dihubungkan dengan penurunan berat badan
yang lebih besar dalam jangka pendek.
Tetapi, belum terbukti dapat menurunkan
berat badan lebih besar setelah satu tahun,
dibandingkan diet lemak dan karbohidrat
seimbang.
(semijurnal
farmasi
dan
kedokteran, 2008: 41).
Hasil penelitian sebagian besar penderita
PJK mengalami kekambuhan memiliki berat
badan lebih, yaitu nilai IMT lebih dari 25
karena responden belum dapat menurunkan
berat badannya, hal ini diketahui dari sejak
penderita didiagnosis menderita PJK berat
badan telah mengalami kelebihan. Berat
badan merupakan faktor resiko resiko
kekambuhan PJK yang sulit diturunkan,
karena berkaitan dengan kebiasaan pola
makan, olah raga dan lainnya. Seseorang
yang ingin menurunkan berat badan agar
dapat ideal/ normal harus benar-benar
disiplin dengan pola makan nya dengan
tetap
memperhatikan
prinsip-prinsip
kecukupan gizi, yaitu pola makannya yang
dilakukan untuk menurunkan berat badan
tidak
mengganggu
kesehatan
atau
mengganggu kecukupan gizinya.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
20
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Pasien yang datang berobat di poli jantung
RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata menjaga
berat tubuhnya setelah mengetahui bahwa
sekarang menderita penyakit jantung
koroner dengan menjaga pola makan atau
diit, sehingga saat dilakukan pendataan
didapatkan data pasien yang mempunyai
berat badan normal berjumlah 53 (57,6%)
dan yang mempunyai berat badan lebih
berjumlah 39 (42,4). Sehingga hasil dari
penelitian tidak berhubungan sangat sesuai
dengan apa yang terjadi.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
responden yang tidak olah raga sebanyak 74
orang (80,4%). Hasil analisis bivariat
menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara olah raga dengan serangan
jantung pada PJK (ρ = 0,001).
Olahraga atau latihan fisik yang dilakukan
secara intens menyebabkan perubahan
fisiologis yang sehat pada jantung dan
sistem peredaran darah. Sirkulasi ke seluruh
tubuh meningkat dan jantung menjadi kuat
serta denyutan untuk memompa darah
berkurang. Oksigen dan zat-zat gizi
mencapai sel-sel tubuh dan zat-zat sisa
dibawa keluar secara efisien. Elastisitas
paru-paru meningkat sehingga lebih banyak
udara yang masuk ke sel-sel tubuh dan dapat
memperlambat degenerasi akibat usia.
Risiko penyakit jantung juga berkurang
karena kadar lemak darah dan kolesterol
berkurang. Meningkatnya kalori akibat
latihan fisik membantu Anda dalam
mengendalikan kelebihan lemak yang juga
merupa-kan faktor risiko timbulnya penyakit
jantung serta komplikasi diabetes (Swarth,
1993). Aerobik dapat meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol
koroner sehingga resiko PJK dapat
dikurangi. aerobik bermanfaat karena
memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02
ke miokard, menurunkan BB sehingga
lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersama-sama dengan menurunkan LDL
kolesterol, membantu menurunkan tekanan
darah, meningkatkan kesegaran jasmani.
Olah raga adalah serangkaian gerak raga
yang teratur
dan terencana untuk
memelihara gerak dan meningkatkan
kemampuan gerak, seperti halnya makan
olah raga merupakan kebutuhan hidup yang
sifatnya terus-menerus, artinya olahraga
sebagaialat untuk mempertahankan hidup,
memelihara dan membina kesehatan.
Hhtp/geraksehat.wordpress.com.
Manfaat utama berolah raga adalah
membantu membakar kalori, meningkatkan
jumlah reseptor insulin pada dinding sel,
memperbiki sirkulasi darah dan menguatkan
otot jantung, mengurangi kadar kolesterol,
membantu melepaskan kecemasn, stres dan
ketegangan seningga memberikan rasa rasa
sehat dan bugar (Misnadiarly, 2006).
Prinsip olah raga adalah continous artinya
berkesinambungan yang artinya latihanlatihan yang dilakukan terus menerus tampa
berhenti, Ritmical artinya berirama yang
artinya harus memilih latihan-latihan
berirama, yaitu otot-otot hendaknya
berkontraksi dan berelaksasi secara teratur
contohnya gerakan jalan kaki, jogging, lari,
bersepeda, berenang dan mendayung,
interval artinya latihan yang berselangseling seperti berenang cepat dua kali
panjang kolam diselingi dengan berenang
lambat satu kali panjang kolam. Progressive
yaitu latihan mulai dari sedikit kemudian
meningkat menjadi lebih berat, setelah
badan dapat menyesuaikan dengan tingkatan
latihan, maka beban latihan bisa dinaikkan
sedikit demi sedikit. Endurance artinya
harus melakukan suatu program latihan daya
tahan, karena latihan daya tahan ini akan
memperbaiki kesegaran kardiovaskuler
(Setiono, 2005).
Dikaitkan dengan dengan data karakteristik
responden yang diperoleh didapatkan hasil
dari penelitian jumlah responden yang tidak
berolah raga adalah 74 orang (80,4%), hal
ini sangat jelas bahwa memang ada
hubungan antara olah raga dengan kejadian
penyakit jantung koroner.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
21
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Analisis multivariate dilakukan untuk
melihat hubungan secara bersama-sama
antara variabel bebbas (independen) yaitu
faktor dengan variabel terikat (dependen)
yaitu penyakit jantung koroner. Analisis
yang digunakan adalah analisis mutivariat
regresi logistik ganda.
Tabel 3 Hasil analisis multivariate variabel
independen dan variabel devenden
No.
1
2
3
4
5
6
Variabel
Faktor perokok
Faktor olah rahga
Faktor tekanan darah
Faktor kadar
kolesterol
Faktor kadar gula
darah
Faktor berat badan
P
0,210
0,000
0,543
0,820
Keterangan
+
-
0,423
-
0,050
+
Tabel 4 Hasil analisis multivariate regresi
logistik ganda antara 6 variabel terpilih
terhadap penyakit jantung koroner di poli
jantung RSUD Ulin Banjarmasin
No
Variabel
1
Faktor
perokok
Faktor
olahraga
Faktor
tekanan darah
Faktor kadar
kolesterol
Faktor kadar
gula darah
Faktor berat
badan
2
3
4
5
6
Exp
(B)
P
95,0%CI
2,155
0,213
0,644 – 7,213
8,939
0,001
8,779 – 32,694
0,739
0,540
0,276 – 1,962
0,93
0,819
0,341 – 2,344
0,660
0,430
0,236 – 1,850
2,772
0,048
1,007 – 7,626
Hasil analisis diperoleh variabel yang
signifikan
yaitu faktor olah raga.
Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa ke
enam variabel tersebut telah sesuai dengan
model regresi logistik ganda maka perlu
dilakukan pengujian.
Faktor kolesterol (0,819) tidak masuk ke uji
multivariate karena ρ ˃ 0,25 dan nilai P
merupakan yang peling besar diantara ke
lima variabel yang lainnya, sehingga
langkah
berikutnya
diurutkan
lagi
memasukkan ke 5 variabel yang lainnya.
Tabel 5 Hasil analisis multivariate regresi
logistic ganda antara 3 variabel terpilih
terhadap penyakit jantung koroner dipoli
jantung RSUD Ulin Banjarmasin
No
1
2
3
Variabel
Faktor
perokok
Faktor olah
raga
Faktor
berat badan
Exp
(B)
P
95,0% CI
2,040
0,237
0,625 – 6,659
8,452
0,001
2,318 – 30,82
2,701
0,053
0,989 – 7,379
Hasil analisis diperoleh variabel yang
signifikan yaitu faktor olah
raga.
Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa 2
variabel tersebut telah sesuai dengan model
regresi logistic ganda maka perlu dilakukan
pengujian. Faktor perokok (0,237) tidak
masuk ke uji multivariate karena ρ ˃ 0,25
dan nilai ρ dan paling besar diantara dua
variabel
lainnya,
sehingga
langkah
berikutnya diurutkan lagi memasukkan ke 2
variabel yang lainnya.
Analisis faktor-faktor yang paling dominan
dengan faktor yang berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung koroner hanya
terdapat dua variabel yang berpengaruh.
Setelah dilakukan uji analisis regresi ganda
maka faktor yang mempengaruhi kejadian
serangan jantung pada penderita jantung
koroner adalah faktor exp B faktor olah raga
= 9,667 artinya bahwa faktor olah raga
mempunyai pengaruh 9 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak berolah
raga pada kejadian penyakit jantung
koroner, dan nilai exp B faktor berat badan
= 2,826 artinya bahwa faktor berat badan
mempunyai pengaruh 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan berat badan normal
pada kejadian penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung lazim ditemukan pada
orang berusia lanjut. Tingginya angka
kejadian penyakit pada orang lansia karena
adanya perubahan pada anatomi organ
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
22
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
jantung dan fungsi organ jantung. Perubahan
anatomis jantung lansia, elastisitas otot
jantung pada manusia akan menurun
bersamaan dengan bertambahnya usia, ini
terjadi akibat adanya perubahan pada
dinding media aorta dan bukan merupakan
akibat dari perubahan intima karena
aterosklerosis. Secara histologist, ini
disebabkan perubahan progresif pada fungsi
jaringan elastik aorta. Penambahan usia
tidak menyebabkan jantung mengecil seperti
organ tubuh lainnya. Tetapi malah menjadi
hipertrofi. Pada batas usia 30-90 tahun,
massa jantung bertambah 1 gram, katubkatub jantung pun mengalami perubahan.
Pada daun dan cincin katup aorta, perubahan
utama meliputi berkurangnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan tentang analisis faktor- faktor
yang berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung koroner di ruang poli jantung RSUD
Ulin Banjarmasin, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Responden dengan penyakit jantung
koroner berjumlah 36 orang (39,1%)
dan yang bukan penyakit jantung
koroner berjumlah 56 orang (60,9%)
2. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara faktor kolesterol dengan kejadian
penyakit jantung koroner.
3. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara faktor tekanan darah dengan
kejadian penyakit jantung koroner.
4. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara faktor kadar gula darah dengan
penyakit jantung koroner.
5. Ada hubungan yang bermakna antara
faktor merokok dengan kejadian
penyakit jantung koroner.
6. Ada hubungan yang bermakna antara
faktor berat badan dengan kejadian
penyakit jantung koroner.
7. Ada hubugan yang bermakna antara
faktor olah raga dengan kejadian
penyakit jantung koroner.
8. Hasil analisis hanya dua diantara enam
faktor yang berhubungan yaitu faktor
berat badan dan olah raga. faktor exp B
faktor olah raga = 9,667 artinya bahwa
faktor olah raga mempunyai pengaruh 9
kali lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak berolah raga pada kejadian
penyakit jantung koroner, dan nilai exp
B faktor berat badan = 2,826 artinya
bahwa faktor berat badan mempunyai
pengaruh
2
kali
lebih
besar
dibandingkan dengan berat badan
normal pada kejadian penyakit jantung
koroner.
DAFTAR RUJUKAN
Amri, Ihsan. (1992). Sayangi Hidup Anda
Dengan
Menghindari
Alkohol.
Jakarta: Angkasa Raya.
Amiruddin. (2010). Penyakit Jantung
Koroner Pembunuh Nomor Satu.
Jakarta: Ethical Digest.
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur
Penelitian
dan
Dasar-dasar
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Baraas,
Dr. Faisal. (1996). Mencegah
serangan jantung Dengan Menekan
Kolesterol. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Budiarto. (2010). Teknik Pengolahan Data
dan Metode Statistika. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Chung, Edward K. (2010). 100 Tanya
Jawab Mengenai Serangan Jantung
dan Masalah-Masalah Yang Terkait
Dengan Serangan Jantung. Jakarta:
EGC.
Guyton dan Hall. (2007). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa:
Irawati et al. Jakarta: EGC.
Ghojali. (2001). Pengantar Metodologi
Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
23
Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016
Ghojali, I. (2001). Analisis Multivinate
dengan Program SPSS. Edisi ke 2:
Semarang, Universitas Diponegoro.
Hudak, C. M & Gallo, B. M. (1997).
Critical Care Nursing A. Holistik
Approach. Penerjemah Monica, E.
D., Made, K., S, & S. Efi, A.
Philadelpia: JB Lippincott Company.
Hidayat AA. (2007). Metode Penelitian
Keperawatan Dan Tehnik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
IRNA RSUD Ulin Banjarmasin. (2012).
Rekapitulasi
Pasien
Penyakit
Jantung Korooner . Banjarmasin:
RSUD Ulin.
Kapita Selekta Kedokteran. (2008). Prinsip
Pemilihan Obat. Jakarta: media
Aesculapius.
Lina Indrawati. (2005). Analisis Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
kemampuan pasien PJK Melakukan
Tindakan pencegahan Faktor Resiko
Di RSPAD Gatoto Subroto. Jakarta.
Jurnal Kesehatan Surya Medika.
Pack, Philip E. (2007). Anatomi dan
Fisiologi (terj). Tanpa Kota: Pakar
Raya.
Maulana (2009). Memahami Bahaya
Serangan Jantung. Jogyakarta:
Power Book.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan: Pedoman skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho, Hidlider. (2008). Mengenali
Penyakit Jantung Koroner. Tanpa
Kota: Istira.
PERKI Kalsel. (2012). Laporan Tahunan
Penyakit Jantung koroner Tahun
2010/2012. Banjarmasin: PERKI.
Ramadhan, Ahmad. J. (2008). Seberapa
sehatkah hidup Anda?: Yogyakarta:
Think.
Stikes Muhammadiyah. (2012). Pedoman
Penulisan dan Ujian Skripsi.
Banjarmasin.
Sugiyono. (2010). Instrumen Penelitian:
Diva Pressika.
Syafar
Payne, Dr. Mark. (1995). Kiat Menghindari
Penyakit Jantung: Petunjuk Praktis
Mempertahankan Hidup dan Gaya
Hidup Anda (trj). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.
et al. (2007). Pencegahan
Kekambuhan
Pada
Penderita
Penyakit Jantung Koroner, Jakarta:
Farmacia.
Supranto. (2009). Statistik Pengukuran
Instrumen Penelitian: ECG.
Swarth, Judith. (1993). Stres dan Nutrisi
(terj). Jakarta: Bumi Aksara.
Shewood, Lauralee. (2012).
Manusia. Jakarta: EGC.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin
Fisiologi
24
Download