Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE OF CORONARY HEART DISEASE AT HEART POLYCLINIC ULIN HOSPITAL Yenny Okvitasari 1, Hamzah2, Muhsinin3 ABSTRACT Background: Coronary heart disease is a condition in which the heart muscle (myocardium) is damaged due to a significant reduction of the blood supply, and it happens suddenly. Reduced blood supply to the heart can suddenly occur when one of the coronary arteries being blocked for some time due to the tightening of coronary pulse or due to a blood clot or thrombus. Each year approximately 600,000 people died. Objective: The purpose of this study was to identify factors of cholesterol, blood pressure, cigarette smoking, blood sugar, body weight and sports associated with CHD occurrence. Methods:. The research used observational method with cross sectional approach. The independent variable is CHD and the dependent variable is factors associated with CHD occurrence. The population is all patients seeking treatment at Heart Polyclinic Ulin Hospital Banjarmasin who are diagnosed with coronary heart disease ant non coronary heart disease since March-June 2015 as many as 120 people. The sample is 92 respondents consisted of 36 CHD and 56 non CHD with purposive sampling technique. The research instrument was a questionnaire, analysis using multiple logistic regression. Result: The results obtained by multiple logistic regression is the sport factor (B factor Exp sport = 9.667) and weight factor (Exp B factor weight = 2.826) were associated with the occurence of coronary heart disease. Key Words: coronary heart disease, cholesterol, blood pressure, cigarette smoking, blood sugar, weight, exercise. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 10 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG POLIKLINIK JANTUNG DI RSUD ULIN BANJARMASIN Yenny Okvitasari 1, Hamzah2, Muhsinin3 INTISARI Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat sangat berkurangnya pasokan darah, dan itu terjadi mendadak, berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner terblokade selama beberapa saat disebabkan karena mengencangnya nadi koroner atau akibat penggumpalan darah atau trombus. Setiap tahun kurang lebih 600.000 orang yang meninggal dunia. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor kolesterol, tekanan darah, merokok, gula darah, berat badan, dan olah raga yang berhubungan dengan kejadian PJK. Metode: Metode penelitian adalah observasional, dengan pendekatan Cross sectional. Variabel bebasnya PJK dan variabel terikatnya faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK. Populasi, seluruh pasien yang berobat kepoliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin yang diagnose menderita penyakit jantung koroner dan bukan penyakit jantung koroner sejak bulan Maret-Juni 2015 yang berjumlah 120 orang. Sampel, sebagian populasi berjumlah 92 responden terdiri dari 36 PJK dan 56 bukan PJK dengan tehnik sampling purposive sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner, analisa menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil yang didapatkan berdasarkan uji regresi logistic ganda adalah faktor olah raga (Exp B faktor olah raga= 9,667) dan faktor berat badan (Exp B faktor berat badan= 2,826) berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Kata Kunci: PJK, kolesterol, tekanan darah, merokok, gula darah, berat badan, olah raga 1 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya 3 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin 2 PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 11 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Jantung adalah organ yang sangat vital dalam kehidupan manusia, oleh karena itu tidak heran bila seorang manusia mempunyai masalah dengan penyakit jantungnya, akibat paling seringnya adalah kematian. Seiring dan sejalan dengan pergeseran “paradigma sehat” untuk membangun kemandirian bangsa dalam bidang kesehatan, peran setiap profesional dalam bidang kesehatan, terutama profesional kardiovaskular, amat strategis. Peran ini sangat penting dalam aspek prevensi (pencegahan), baik primer maupun sekunder, sehingga “wabah” penyakit kardiovaskular pada masa-masa mendatang bisa lebih menurun dan masyarakat lndonesia bisa lebih mandiri dalam bidang kesehatan. Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat sangat berkurangnya pasokan darah, dan itu terjadi mendadak, berkurangnya pasokan darah kejantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner ter-blokade selama beberapa saat disebabkan karena mengencangnya nadi koroner atau akibat penggumpalan darah atau trombus. (Maulana, 2008). Faktor terjadinya penyakit jantung bukan hanya karena faktor genetik tetapi juga karena, kolesterol, tekanan darah, perokok, diabetes melitus, diet,kurang olah raga, aktivitas fisik, dan stres, (Afriansyah, 2008). Dalam penelitian Framingham Heart Studi seseorang disebut hipertensi jika tekanan sistolik sebesar 140mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg. Tampa pengobatan 30 % orang Amerika berusi 20 tahun mengalami hipertensi. Prevalensi ini meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia (Hananto, 2008). Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan meningkatnya beban tekanan pada pembuluh darah karena disfungsi endotel, hipertropi sel otot polos dan lemahnya jaringan elastis dinding pembuluh darah serta progrefitas aterosklerosis, Besarnya angka kematian untuk pasien dengan penyakit jantung koroner, gagal jantung diastolik mendekati 5-8 % , sebagai perbandingan pasien gagal jantung dengan sistolik mendekati 10-15 % (Kasiman, 2010). Dalam proses aterosklerosis, tingginya LDL, tingginya tekanan darah, diabetes, merokok dan gagal jantung menyebabkan stres oksidatif sehingga terjadi gangguan endotel yang menyebabkan penurunan produksi NO, peningkatan mediator lokal dan meningkatnya angiotensin II dijaringan sehingga menyebabkan vasokontriksi, inflamasi dan remodeling pembuluh darah, trombosis dan ruptur plk (Hanafi, 2008). Merokok merupakan faktor resiko utama timbulnya PJK. Rokok mengandung nikotin, tar dan karbob monoksida. Merokok bersifat pro-oksidan, menyababkan kadar fibrinogen meningkat (hiperlibrinogen) agresif trombosit menigkat, (hiperagregasi), F2isoprostane juga meningkat. Cara mengatasinya adalah dengan berhenti merokok bagi perokok aktif dan menghindari bagi perokok pasif (Suzanna Immanuel, 2008) . Infark miokard terlihat secara langsung berhubungan dengan sindroma metabolik dan komponennya, inflamasi dan resistensi insulin adalah faktor penting dalam mempercepat komplikasi makrovaskular. Penelitian The Milan Study on Atherosclerosis and Daibetes (MiSAD) menemukan 6,4 % penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami SMI, penelitian lain di Italia yang melibatkan 111 pasien yang baru terdiagnosis diabetes melitus tipe 2, menunjukkan prevalansi SMI yang tinggi. Sebagian besar penderita diabetes melitus akan berkembang menjadi kardiovaskuler, data klinis dari penelitian dengan skala kecil, menekankan pada masalah pencegahan primer kardiovaskuler pada penderita diabetes tampa disertai gangguan Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 12 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 sebelumnya, ini sangat penting karena pasien diabetes beresiko 2x lipat mengalami miokard infark dan strouk, dibandingkan populasi umum. Untuk aktivitas fisik/olah raga, memperbaiki kontrol glikemia dibantu penurunan berat badan dan menurunkan risiko kardiovaskuler (berdasarkan penelitian epidemiologis), dibutuhkan latihan fisik setidaknya 150 menit perminggu dengan intensitas moderat, atau 90 menit latihat aerobik berat, pasien diabetes dianjurkan melakukan aktivitas aerobik, dengan intensitas moderat selama 30-60 menit, seperti jalan kai setiap hari selama seminggu, ditambah meningkatkan aktivitas harian (berjalan), bertaman dan pekerjaan rumah tangga). Obesitas merupakan faktor predisposisi yang memperbesar resiko PJK, obesitas abdominal telah lama diketahui sebagai bagian bagian penting dari sindroma metabolik yaitu kumpulan berbagai kalainan akaibat gangguan metabolik yang menyebabkan hiperinsulinemia/resistensi insulinhiperglikemia, hipertensi, yang mempermudah terjadinya aterosklerosis (Immanuel, 2008) . Sebenarnya, penyakit-penyakit dapat mempengaruhi bagian manapun dari jantung. Tetapi, penyakit yang paling umum adalah penyakit kronis pada arteria koroner yang disebut aterosklerosis. Karena itu, sakit jantung yang umum dikenal dan paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner atau penyakit arteria koroner. Penyakit ini paling sering menyebabkan serangan jantung pada seseorang yang berakibat kematian. Penyebabnya penyakit ini adalah adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner, di mana pembuluh ini berfungsi untuk menyediakan darah ke otot jantung. Penyempitan disebabkan oleh tumpukan kolesterol atau protein lain yang berasal dari makanan yang masuk dalam tubuh. Penumpukan ini juga menyebabkan pembuluh darah koroner menjadi kaku. Kekakuan ini disebut sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi jika terjadi penumpukan plak atau timbunan lemak pada dinding-dinding arteri. Selang beberapa waktu, plak dapat menumpuk, mengeras dan mempersempit arteri, dan akhirnya menghambat aliran darah ke jantung. Penyakit arteria koroner atau coronary artery disease (CAD) inilah yang pada dasarnya menuntun kepada sebagian besar serangan jantung (http://kumpulan.info). Penelitian Chien Chen et al, 2009 menyatakan, penting bagi masyarakat di Taipe untuk memiliki sikap yang positif untuk melakukan kegiatan pencegahan PJK dengan menerapkan perilaku yang sehat dan berhenti merokok. Dengan banyaknya penelitian tentang kaitan perilaku pencegahan penyakit membuat para peneliti di Taiwan mengkaji lebih lanjut upaya peningkatan kesehatan melalui media informasi dab petugas pelayanan kesehatan. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), September 2009, menyebutkan bahwa penyakit tersebut merupakan penyebab kematian pertama sampai saat ini. Pada 2004, diperkirakan, 17,1 juta orang meninggal karena PJK. Angka ini merupakan 29% dari penyebab kematian global, dengan perincian 7,2 juta meninggal karena PJK dan sekitar 5,7 juta orang meninggal karena stroke. Di bawah gambar posisi jantung pada manusia, dada sebelah kiri, jadi nyeri dada sebelah kiri salah satu indikasi penyempitan pembuluh jantung koroner. Berbagai penelitian klinis di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung korner yang berbat dengan teratur dapat menjaga tekanan darah dalam batas normal, menjaga konsentrasi kolesterol LDL dalam batas normal dan menjaga beraat badan ideal akan dapat menjalani hidup berkulitas dan menghindari terjadinya gagal jantung kongestif (Syafar et al, 2007: 60). Di Amerika, serangan jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Dalam tiga dari empat kasus, korbannya adalah pria, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 13 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 dan usianya biasanya antara 50-70 tahun. Sebuah catatan dalam http:// www.infopenyakit.com memberikan keterangan bahwa terdapat lebih dari 1,5 juta penduduk di sana yang terserang penyakit serangan jantung ini. Lebih tragis lagi, setiap tahun di Amerika Serikat terdapat 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 407.000 orang mengalami operasi peralihan, dan 300.000 orang menjalani angioplasty (http// id.wikipedia.org). Berdasarkan data dari Heart Disease (HA) tahun 2008 didapatkan kematian 24.5% pada ras kelompok etnis, 18.0% pada amerika dan afrika, 23.2 % pada indian amerika, 20.8% hispanik, 25.1% pada orang kulit putih dan 25.0% untuk semuanya .Beban penyakit jantung di Amerik, sekitar 600.000 orang meninggal karena penyakit jantung setiap tahun ada satu pada setiap empat kematian, penyakit jantung adalah penyebab utama kematian bagi pria dan wanita, dan kelebihan dari setengah kematian karena penyakit jantung pada tahun 2009 adalah pria. Penyakit jantung koroner pada jenis yang paling umum menewaskan lebih dari 385.000 orang pertahun, setiap tahun sekitar 715.000 orang Amerika mengalami serangan jantung ini, 525.000 adalah serangan jantung pertama dan 1900.000 terjadi pada orang yang telah mengalami serangan jantung. Penyakit jantung koroner telah menghabiskan biaya 108.900.000.000 pertahun, ini termasuk biaya pelayanan kesehatan dan obat-obatan. (www.cdc.gov diakses 28 Maret 2013). Dalam laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Yayasan Penyakit Jantung mengemukakan bahwa sekarang ini penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian mendadak. Dalam laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Yayasan Penyakit Jantung mengemukakan bahwa sekarang ini penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian mendadak. Prevalansi di indonesia diperkirakan setiap tahunnya terjadi pada 500.000 penduduk, sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami gagal jantung (Amiruddin,2010:58). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Republik lndonesia, menyebutkan bahwa penyebab kematian utama di lndonesia adalah stroke, yaitu sebesar 26,9% dari seluruh penyebab kematian, sedangkan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebesar 9,3%. Dengan demikian, apabila kedua penyakit tersebut digabung sebagai penyakit kardiovaskular, maka penyakit kardiovaskular tetap sebagai penyebab kematian utama di lndonesia, sebesar 36,2% dari seluruh penyebab kematian. Data Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) cabang Kalimantan Selatan penderita penyakit jantung koroner terua meningkat. Pada tahun 2010 ada 748 kasus dan tahun 2011 ada 748 kasus dana tahun 2012 ada 799 kasus denga rata-rata kekambuhan / serangan 7 kali setahun (PERKI Kalsel, 2012). Data Instalasi Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin di temukan peningkatan pasien penyakit jantung koroner yang dirawat inap dari 112 kasus pada tahun 2010 meningkat menjadi 189 kasus pada tahun 2011 dan terus meningkat menjadi 2005 sampai periode 2012 (IRNA RSUD Ulin Banjarmasin). Berdasarkan data awal jumlah kunjungan pasien di poliklinik jantung RSUD ulin Banjarmasin bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013 didapatkan data 120 pasien yang kebanyakan adalah pasien lama yang memang rutin memeriksakan dirinya ataupun melanjutkan pengobatan. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Oktober 2013 di poliklinik jantung RSUD Ulin Banjarmasin data jumlah kunjungan penyakit jantung koroner per hari rata-rata 25 orang dengan diagnosa penyakit jantung koroner. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 14 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2013 pada pasien penyakit jantung koroner di ruang poliklinik jantung terdiri dari 12 orang yang dengan riwayat tekanan darah tinggi, 8 orang dengan riwayat kadar kolesterol. Dan 8 orang dengan berat badan dengan cara melihat status pasien selama 3 bulan terakhir dan wawancara langsung didapatkan sebagian tidak ada riwayat keluarga yang menderita PJK, rata- rata pasien tidak pernah berolah raga, perokok aktif, mempunyai kadar gula darah yang tinggi dan gemuk. Berdasarkan uraian dikemukakan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian PJK di ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin. Tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui Analisis faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK di ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik yaitu menganalisa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menyebabkan kejadian penderita penyakit jantung koroner (Arikunto, 2005). Dengan desain penelitian Cross sectional yang berarti penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. (Notoatmojo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita yang terdiagnosis penyakit jantung koroner dan yang bukan penderita penyakit jantung koroner yang sedang memeriksakan kesehatannya di poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis penyakit jantung koroner dan yang bukan penderita penyakit jantung koroner yang sedang memeriksakan kesehatannya diruang poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak 92 Responden. Dengan Teknik sampel dalam purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Atmojoyo, 2000). Instrumen yang digunakan adalah checklist. Analisa dalam penelitian ini menggunakan alat bantu komputer melalui program SPSS. Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian. Dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya serangan jantungdan antara masing-masing variabel independen. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square (X2). Analisa multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terkait dan variabel bebas mana yang paling besar hubungannya terhadap variabel terkait. Analisa multivariat dilakukan dengan menggunakan adalah uji regresi logistik ganda. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 15 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Tabel 1. Distribusi karakteristik responden Karakteristik Responden Jenis penyakit jantung a. PJK b. Bukan PJK Kolesterol a. Normal b. Tinggi Tekanan darah a. Normal b. Tinggi Kadar Gula Darah a. Normal b. Tinggi Merokok a. Merokok b. Tidak Merokok Berat Badan a. Normal b. Lebih Frekuensi % 36 56 39,1 60,9 41 51 44,6 55,4 41 51 44,6 55,4 61 31 66,3 33,7 18 74 19,6 80,4 53 39 57,6 42,4 Olah raga a. Olah raga b. Tidak olah raga 18 74 19,6 80,4 Tabel 1 menunjukkan bahwa responden sebagian besar menderita jenis penyakit jantung bukan PJK sebanyak 60,9%. Sebagian besar responden menderita kolesterol tinggi sebanyak 55,4%. Sebagian besar Responden menderita tekanan darah tinggi sebanyak 55,5%. Sebagian besar responden yang tidak merokok sebanyak 80,4%. Sebagian besar responden dengan berat badan normal sebanyak 57,6% dan sebagian besar responden tidak berolah raga sebanyak 80,4%. Tabel 2 Hubungan analisis Faktor-Faktor Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner No. Faktor 1 Kolesterol a. Normal b. Tinggi Tekanan darah a. Normal b. Tinggi Kadar gula dalam darah a. Normal b. Tinggi Merokok a. Merokok b. Tidak merokok Berat Badan a. Normal b. Lebih Olah Raga a. Berolah raga b. Tidak berolah raga 2 3 4 5 6 Jenis Penyakit Jantung PJK Bukan PJK Jumlah % Jumlah % N % ρ value 15 21 36,6 41,2 26 30 63,4 58,8 41 51 100 0,654 15 21 36,6 41,2 26 30 63,4 58,5 41 51 100 0,654 24 12 39,3 38,7 37 19 60,7 61,3 61 31 100 0,953 11 25 61,1 33,8 7 49 38,9 66,2 18 74 100 0,038 25 11 47,2 28,2 28 28 52,8 71,8 53 39 100 0,068 14 22 77,8 29,7 4 52 18 70,3 53 39 100 0,001 Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Hasil analisa pada faktor merokok di dapatkan ρ = 0,038 yang berarti ρ < 0,05 sehingga merokok berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Dari hasil tersebut maka Ho dinyatakan ditolak yang artinya ada hubungan faktor merokok yang menyebabkan terjadinya serangan pada pasien jantung koroner. Hasil analisa pada faktor berat badan di dapatkan ρ = 0,068 yang berarti ρ < 0,05 Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 16 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 sehingga berat badan berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Dari hasil tersebut maka Ho dinyatakan di tolak yang artinya ada hubungan faktor berat badan yang menyebabkan terjadinya serangan pada pasien jantung koroner. Hasil analisa pada faktor olah raga di dapatkan ρ = 0,001 yang berarti ρ < 0,05 sehingga olah raga berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Dari hasil tersebut maka Ho dinyatakan ditolak yang artinya ada hubungan faktor olah raga yang menyebabkan terjadinya serangan pada pasien jantung koroner. Responden dengan penyakit jantung koroner berjumlah 36 orang (39,1%) dan yang bukan penyakit jantung koroner berjumlah 56 orang (60,9%). Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat sangat berkurangnya pasokan darah, dan itu terjadi mendadak, berkurangnya pasokan darah kejantung secara tiba- tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner terblokade selama beberapa saat disebabkan karena mengencangnya nadi koroner atau akibat penggumpalan darah atau trombus. (Maulana, 2008). Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung. Faktor terjadinya penyakit jantung bukan hanya karena faktor genetik tetapi juga karena, kolesterol, tekanan darah, perokok, diabetes melitus, diet,kurang olah raga, aktivitas fisik, dan stres, (Afriansyah, 2008). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang kadar kolesterol tinggi sebanyak 51 orang (55,4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kolesterol dengan serangan jantung pada PJK (ρ = 0,654). Jumlah kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh juga akan mengakibatkan hiperkolesterolemia. Biasanya, penyebab hiperkolesterolemia adalah obesitas, alkoholisme, gangguan ginjal, gangguan hati, diabetes, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid. Di samping itu, kolesterol tinggi pun mengundang dislipidemia, yaitu penyakit lemak dalam darah. Hal yang umum menakutkan bagi penderita penyakit tersebut adalah serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi. Serangan tersebut biasanya terjadi karena kombinasi tiga gangguan yaitu penggumpalan darah (agregasi trombosit), pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, serta pengatupan pembuluh nadi (vasokonstriksi). Kurangnya oksigen akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah , sakit dada, serangan jantung bahkan kematian (Anwar, 2004). Masih menjadi perdebatan dikalangan para ahli tentang penurunan kadar kolesterol kaitannya dengan penurunan risiko PJK. Data Framingham menunjukkan hal-hal seperti Manfaat penurunan kadar kolesterol pada laki-laki lebih nyata bila dibandingkan dengan perempuan, Manfaat makin besar apabila dimulai pada usia makin muda, Manfaat naik dengan menyolok apabila dijumpai adanya faktor risiko lain. Manfaat baru dapat dinikmati apabila kolesterol diturunkan di bawah 260 mg/dl. Pada penelitian yang dikaikan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 17 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 bermakna antar kolesterol dengan dengan kejadian PJK hal ini disebabkan adanya faktor- faktor yang mempengaruhi hasil ini seperti pada saat pemeriksaan kadar kolesterol PJK sudah terjadi, setelah pasien menderita PJK kolesterol sudah diobati, sebelum dilakukan penelitian pasien sudah melakukan diit ketat dengan diberikannya diit kolesterol dan diberikannya obat penurun kolesterol dengan demikian hasil penelitian yang di dapat tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa kolesterol mengakibatkan penyakit jantung koroner. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang tekanan darah tinggi sebanyak 51 orang (55,4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan serangan jantung pada PJK (ρ = 0,654). Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih. Tetapi, tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Menurut Dr. Andang Joesoef Sp.JP(K), Direktur Pelayanan Medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi, sehingga membutuhkan perbaikan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Sedangkan tekanan darah di atas 140/90 mmHg, merupakan ambang hipertensi yang membutuhkan pengobatan , hipertensi saat ini telah di terima secara universal sebagai salah satu faktor resiko utama PJK. Meta analisi pada 61 studi observasional pada kelompok usia 40-60 tahun menunjukkan, setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik berhubungan dengan resiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan penyebab vaskular lain dua kali lebih besar. (Alwi, 2000). Penurunan tekanan darah memberikan efek yang baik, manfaat utama therapy berhubungan dengan nenurunkan kejadian penyakit jantung koroner. Pasien yang diobati, lebih kecil kemungkinannya mengalami hipertensi berat dan penyakit jantung koroner. Pada tahun 1990-an penelitian klinis klinis membuktikan bahwa pengobatan hipertensi dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas penyakit jantung koroner. Perubahan gaya hidup juga sangat dianjurkan untuk paisen hipertensi, yakni perencanaan makan buah- buahan, sayursayuran dan produk susu rendah lemak jenuh dan total, meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi konsumsi alcohol (semi jurnal famasi dan kedokteran, 2008). Responden merupakan pasien yang aktif memeriksakan diri ke ruang poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin yang selalu mengontrol TD, sehingga PJK dapat dihindarkan. Menurut Sutanto (2009; 5) “Semakin bertambah umur, semakin terasa adanya penyakit- penyakit hingg adanya disfungsi organ tubuh tertentu. Inilah yang disebut penyakit degenaratif”. Hal ini dapat dilihat bahwa hasil dri penelitian yang ada bahwa tekanan darah tidak berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner karena ada faktor lain yaitu riwayat keluarga karena berdasarkan data riwayat keluarga didapatkan jumlah responden yang Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 18 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 mempunyai riwayat penyakit keluarga berjumlah 53 (57,6%) sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor tekanan darah bukan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang kadar gula darah tinggi sebanyak 31 orang (33,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan serangan jantung pada PJK (ρ = 0,953 %). Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan, tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang orang yang tidak aktif , kadar gula darah meningkat mengakibatkan darah menjadi pekat dan terjadi pengendapan atheoschlerosis pada arteri coroner (Nugroho, 2008). Kontrol glikemia jelas menurunkan komplikasi mikrovaskuler pada pasien diabetes. PJK merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan pada lansia. Dengan mengombinasikan laporan IM dan angina pectoris NHANES III Amerika Serikat mendapatkan data sekitar 27 % pria dan 17% wanita menderita PJK, hal ini dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa jumlah lakilaki 53 orang (57,6%) responden yang mempunyai penyakit jantung, dan responden wanita berjumlah 39 orang (42,4%). PJK sering ditemukan pada lansia karena progresifitas proses atherosclerosis, sehingga kadar gula dalam darah bukan faktor utama dalam kejadian PJK, berdasarkan penelitian Caurage yang melibatkan pasien – pasien yang menjalani intervensi dan didapatkan hasilnya bahwa gula darah yang rendah tidak mencegah kejadian kardiovaskuler. Ada faktor lain yang harus dipertimbangkan. Faktor lain yang dipertimbangkan yaitu adanya imflamasi (Semijurnal farmasi dan kedokteran, 2008). Pada penelitian observasi U.K Prospective Diabetes Control melaporkan bahwa tidak ada bukti yang jelas bahwa penurunan glukosa menurunkan resiko kardiovaskuler, terlebih lagi, kalau target diturunkan lebih rendah lagi resiko hipoglikemia akan meningkat. (semijurnal farmasi dan kedokteran, 2008, 43). Di dapatkan pada pasien yang berobat di poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin bahwa penderita rajin memeriksakan diri untuk memonitor status kesehatannya terutama hal – hal yang berhubungan dengan pencetus penyakit jantung koroner seperti diabetes militus, pasien rajin minum obat yang diresepkan oleh dokter hal ini dibuktikan dengan jumlah responden yang mempunyai kadar gula darah normal 61 orang (66,3%). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang perokok sebanyak 18 orang (19,6%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perokok dengan serangan jantung pada PJK (ρ = 0,038). Ketika merokok, jutaan molekul radikal bebas masuk ke dalam tubuh Anda. Free Radicals (FR) atau radikal bebas adalah suatu senyawa yang kehilangan elektron bebasnya sehingga bersifat sangat reaktif. Apabila radikal bebas masuk ke dalam tubuh, senyawa tersebut akan mencuri elektron dari tubuh. Proses ini menyebabkan cedera pada membran sel dan inti sel sehingga terjadi kelainan dan kecacatan DNA. Akibatnya, terjadilah pembelahan sel yang abnormal dan tidak terkendali sehingga mengakibatkan meningkatnya adhesi trobosit, memperkentalkan darah sehingga sel- sel darah menempel pada dinding sehingga mengakibatkan pembuluh darah tersumbat (Ramadhan, 2008). Merokok adalah salah satu faktor risiko mayor untuk timbulnya aterosklerosis yang dapat dimodifkasi. Merokok secara sinergis ditambah faktorfaktor risiko lain akan meningkatkan kejadian PJK. Interaksi sinergistik yang kuat timbul antara Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 19 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 hiperkolesterolemia dan merokok dalam genesis infark miokard. Dua efek utama dari merokok yang berperan penting dalam perkembangan PJK adalah efek nikotin dan desaturasi hemoglobin oleh carbon monoksida (CO). Nikotin berperan penting untuk terjadinya aterosklerosis koroner dan thrombosis dengan mekanisme menaikkan asam lemak bebas serta meningkatkan kelekatan dan agregasi trombosit melalui stimulasi katekolamin. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan tahikardi, vasokonstruksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi; sehingga orang yang perokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yang bukan perokok. Apabila berhenti merokok penurunan risiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun. Dall & Peto 1976 mendapatkan risiko infark akan turun 50% dalam waktu 5 tahun setelah berhenti merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Ririn, 2012, hasil penelitian menyebutkan ada hubungan antara perokok dengan kejadian PJK dengan analisi ρ = 0,038. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 11 (28,2%) responden yang memiliki berat badan lebih. Hasil analisa di dapatkan ρ = 0,068 yang berarti ρ ˃ 0,05 sehingga berat badan tidak berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Dari hasil tersebut maka Ho dinyatakan di terima yang artinya tidak ada hubungan berat badan yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Obesitas adalah kelebihan berat badan yang diakibatkan oleh penimbunan lemak tubuh yang berlebih. Dalam pengertian lain, obesitas adalah ketidakseimbangan antara tinggi badan, berat badan, dan umur seseorang (Ramadhan, 2008). Penurunan berat badan pada pasien obesitas akan menurunkan semua faktor resiko kardiovaskuler dan akan memperbaiki hiperglikemia. Penurunan berat badan dan moderat (misalnya 7-10% dalam 1 tahun) bias dicapai. Mencapai berat badan ideal dalam periodek pendek biasanya gagal. Diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak dihubungkan dengan penurunan berat badan yang lebih besar dalam jangka pendek. Tetapi, belum terbukti dapat menurunkan berat badan lebih besar setelah satu tahun, dibandingkan diet lemak dan karbohidrat seimbang. (semijurnal farmasi dan kedokteran, 2008: 41). Hasil penelitian sebagian besar penderita PJK mengalami kekambuhan memiliki berat badan lebih, yaitu nilai IMT lebih dari 25 karena responden belum dapat menurunkan berat badannya, hal ini diketahui dari sejak penderita didiagnosis menderita PJK berat badan telah mengalami kelebihan. Berat badan merupakan faktor resiko resiko kekambuhan PJK yang sulit diturunkan, karena berkaitan dengan kebiasaan pola makan, olah raga dan lainnya. Seseorang yang ingin menurunkan berat badan agar dapat ideal/ normal harus benar-benar disiplin dengan pola makan nya dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kecukupan gizi, yaitu pola makannya yang dilakukan untuk menurunkan berat badan tidak mengganggu kesehatan atau mengganggu kecukupan gizinya. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 20 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Pasien yang datang berobat di poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata menjaga berat tubuhnya setelah mengetahui bahwa sekarang menderita penyakit jantung koroner dengan menjaga pola makan atau diit, sehingga saat dilakukan pendataan didapatkan data pasien yang mempunyai berat badan normal berjumlah 53 (57,6%) dan yang mempunyai berat badan lebih berjumlah 39 (42,4). Sehingga hasil dari penelitian tidak berhubungan sangat sesuai dengan apa yang terjadi. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang tidak olah raga sebanyak 74 orang (80,4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara olah raga dengan serangan jantung pada PJK (ρ = 0,001). Olahraga atau latihan fisik yang dilakukan secara intens menyebabkan perubahan fisiologis yang sehat pada jantung dan sistem peredaran darah. Sirkulasi ke seluruh tubuh meningkat dan jantung menjadi kuat serta denyutan untuk memompa darah berkurang. Oksigen dan zat-zat gizi mencapai sel-sel tubuh dan zat-zat sisa dibawa keluar secara efisien. Elastisitas paru-paru meningkat sehingga lebih banyak udara yang masuk ke sel-sel tubuh dan dapat memperlambat degenerasi akibat usia. Risiko penyakit jantung juga berkurang karena kadar lemak darah dan kolesterol berkurang. Meningkatnya kalori akibat latihan fisik membantu Anda dalam mengendalikan kelebihan lemak yang juga merupa-kan faktor risiko timbulnya penyakit jantung serta komplikasi diabetes (Swarth, 1993). Aerobik dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. aerobik bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol, membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan kesegaran jasmani. Olah raga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak, seperti halnya makan olah raga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-menerus, artinya olahraga sebagaialat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan. Hhtp/geraksehat.wordpress.com. Manfaat utama berolah raga adalah membantu membakar kalori, meningkatkan jumlah reseptor insulin pada dinding sel, memperbiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung, mengurangi kadar kolesterol, membantu melepaskan kecemasn, stres dan ketegangan seningga memberikan rasa rasa sehat dan bugar (Misnadiarly, 2006). Prinsip olah raga adalah continous artinya berkesinambungan yang artinya latihanlatihan yang dilakukan terus menerus tampa berhenti, Ritmical artinya berirama yang artinya harus memilih latihan-latihan berirama, yaitu otot-otot hendaknya berkontraksi dan berelaksasi secara teratur contohnya gerakan jalan kaki, jogging, lari, bersepeda, berenang dan mendayung, interval artinya latihan yang berselangseling seperti berenang cepat dua kali panjang kolam diselingi dengan berenang lambat satu kali panjang kolam. Progressive yaitu latihan mulai dari sedikit kemudian meningkat menjadi lebih berat, setelah badan dapat menyesuaikan dengan tingkatan latihan, maka beban latihan bisa dinaikkan sedikit demi sedikit. Endurance artinya harus melakukan suatu program latihan daya tahan, karena latihan daya tahan ini akan memperbaiki kesegaran kardiovaskuler (Setiono, 2005). Dikaitkan dengan dengan data karakteristik responden yang diperoleh didapatkan hasil dari penelitian jumlah responden yang tidak berolah raga adalah 74 orang (80,4%), hal ini sangat jelas bahwa memang ada hubungan antara olah raga dengan kejadian penyakit jantung koroner. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 21 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Analisis multivariate dilakukan untuk melihat hubungan secara bersama-sama antara variabel bebbas (independen) yaitu faktor dengan variabel terikat (dependen) yaitu penyakit jantung koroner. Analisis yang digunakan adalah analisis mutivariat regresi logistik ganda. Tabel 3 Hasil analisis multivariate variabel independen dan variabel devenden No. 1 2 3 4 5 6 Variabel Faktor perokok Faktor olah rahga Faktor tekanan darah Faktor kadar kolesterol Faktor kadar gula darah Faktor berat badan P 0,210 0,000 0,543 0,820 Keterangan + - 0,423 - 0,050 + Tabel 4 Hasil analisis multivariate regresi logistik ganda antara 6 variabel terpilih terhadap penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin No Variabel 1 Faktor perokok Faktor olahraga Faktor tekanan darah Faktor kadar kolesterol Faktor kadar gula darah Faktor berat badan 2 3 4 5 6 Exp (B) P 95,0%CI 2,155 0,213 0,644 – 7,213 8,939 0,001 8,779 – 32,694 0,739 0,540 0,276 – 1,962 0,93 0,819 0,341 – 2,344 0,660 0,430 0,236 – 1,850 2,772 0,048 1,007 – 7,626 Hasil analisis diperoleh variabel yang signifikan yaitu faktor olah raga. Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa ke enam variabel tersebut telah sesuai dengan model regresi logistik ganda maka perlu dilakukan pengujian. Faktor kolesterol (0,819) tidak masuk ke uji multivariate karena ρ ˃ 0,25 dan nilai P merupakan yang peling besar diantara ke lima variabel yang lainnya, sehingga langkah berikutnya diurutkan lagi memasukkan ke 5 variabel yang lainnya. Tabel 5 Hasil analisis multivariate regresi logistic ganda antara 3 variabel terpilih terhadap penyakit jantung koroner dipoli jantung RSUD Ulin Banjarmasin No 1 2 3 Variabel Faktor perokok Faktor olah raga Faktor berat badan Exp (B) P 95,0% CI 2,040 0,237 0,625 – 6,659 8,452 0,001 2,318 – 30,82 2,701 0,053 0,989 – 7,379 Hasil analisis diperoleh variabel yang signifikan yaitu faktor olah raga. Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa 2 variabel tersebut telah sesuai dengan model regresi logistic ganda maka perlu dilakukan pengujian. Faktor perokok (0,237) tidak masuk ke uji multivariate karena ρ ˃ 0,25 dan nilai ρ dan paling besar diantara dua variabel lainnya, sehingga langkah berikutnya diurutkan lagi memasukkan ke 2 variabel yang lainnya. Analisis faktor-faktor yang paling dominan dengan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner hanya terdapat dua variabel yang berpengaruh. Setelah dilakukan uji analisis regresi ganda maka faktor yang mempengaruhi kejadian serangan jantung pada penderita jantung koroner adalah faktor exp B faktor olah raga = 9,667 artinya bahwa faktor olah raga mempunyai pengaruh 9 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak berolah raga pada kejadian penyakit jantung koroner, dan nilai exp B faktor berat badan = 2,826 artinya bahwa faktor berat badan mempunyai pengaruh 2 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal pada kejadian penyakit jantung koroner. Penyakit jantung lazim ditemukan pada orang berusia lanjut. Tingginya angka kejadian penyakit pada orang lansia karena adanya perubahan pada anatomi organ Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 22 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 jantung dan fungsi organ jantung. Perubahan anatomis jantung lansia, elastisitas otot jantung pada manusia akan menurun bersamaan dengan bertambahnya usia, ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Secara histologist, ini disebabkan perubahan progresif pada fungsi jaringan elastik aorta. Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil seperti organ tubuh lainnya. Tetapi malah menjadi hipertrofi. Pada batas usia 30-90 tahun, massa jantung bertambah 1 gram, katubkatub jantung pun mengalami perubahan. Pada daun dan cincin katup aorta, perubahan utama meliputi berkurangnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner di ruang poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Responden dengan penyakit jantung koroner berjumlah 36 orang (39,1%) dan yang bukan penyakit jantung koroner berjumlah 56 orang (60,9%) 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor kolesterol dengan kejadian penyakit jantung koroner. 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor tekanan darah dengan kejadian penyakit jantung koroner. 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor kadar gula darah dengan penyakit jantung koroner. 5. Ada hubungan yang bermakna antara faktor merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. 6. Ada hubungan yang bermakna antara faktor berat badan dengan kejadian penyakit jantung koroner. 7. Ada hubugan yang bermakna antara faktor olah raga dengan kejadian penyakit jantung koroner. 8. Hasil analisis hanya dua diantara enam faktor yang berhubungan yaitu faktor berat badan dan olah raga. faktor exp B faktor olah raga = 9,667 artinya bahwa faktor olah raga mempunyai pengaruh 9 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak berolah raga pada kejadian penyakit jantung koroner, dan nilai exp B faktor berat badan = 2,826 artinya bahwa faktor berat badan mempunyai pengaruh 2 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal pada kejadian penyakit jantung koroner. DAFTAR RUJUKAN Amri, Ihsan. (1992). Sayangi Hidup Anda Dengan Menghindari Alkohol. Jakarta: Angkasa Raya. Amiruddin. (2010). Penyakit Jantung Koroner Pembunuh Nomor Satu. Jakarta: Ethical Digest. Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian dan Dasar-dasar Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Baraas, Dr. Faisal. (1996). Mencegah serangan jantung Dengan Menekan Kolesterol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Budiarto. (2010). Teknik Pengolahan Data dan Metode Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara. Chung, Edward K. (2010). 100 Tanya Jawab Mengenai Serangan Jantung dan Masalah-Masalah Yang Terkait Dengan Serangan Jantung. Jakarta: EGC. Guyton dan Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa: Irawati et al. Jakarta: EGC. Ghojali. (2001). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin 23 Caring, Vol.2, No.2 Maret 2016 Ghojali, I. (2001). Analisis Multivinate dengan Program SPSS. Edisi ke 2: Semarang, Universitas Diponegoro. Hudak, C. M & Gallo, B. M. (1997). Critical Care Nursing A. Holistik Approach. Penerjemah Monica, E. D., Made, K., S, & S. Efi, A. Philadelpia: JB Lippincott Company. Hidayat AA. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. IRNA RSUD Ulin Banjarmasin. (2012). Rekapitulasi Pasien Penyakit Jantung Korooner . Banjarmasin: RSUD Ulin. Kapita Selekta Kedokteran. (2008). Prinsip Pemilihan Obat. Jakarta: media Aesculapius. Lina Indrawati. (2005). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan kemampuan pasien PJK Melakukan Tindakan pencegahan Faktor Resiko Di RSPAD Gatoto Subroto. Jakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika. Pack, Philip E. (2007). Anatomi dan Fisiologi (terj). Tanpa Kota: Pakar Raya. Maulana (2009). Memahami Bahaya Serangan Jantung. Jogyakarta: Power Book. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nugroho, Hidlider. (2008). Mengenali Penyakit Jantung Koroner. Tanpa Kota: Istira. PERKI Kalsel. (2012). Laporan Tahunan Penyakit Jantung koroner Tahun 2010/2012. Banjarmasin: PERKI. Ramadhan, Ahmad. J. (2008). Seberapa sehatkah hidup Anda?: Yogyakarta: Think. Stikes Muhammadiyah. (2012). Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Banjarmasin. Sugiyono. (2010). Instrumen Penelitian: Diva Pressika. Syafar Payne, Dr. Mark. (1995). Kiat Menghindari Penyakit Jantung: Petunjuk Praktis Mempertahankan Hidup dan Gaya Hidup Anda (trj). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. et al. (2007). Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Farmacia. Supranto. (2009). Statistik Pengukuran Instrumen Penelitian: ECG. Swarth, Judith. (1993). Stres dan Nutrisi (terj). Jakarta: Bumi Aksara. Shewood, Lauralee. (2012). Manusia. Jakarta: EGC. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Ruang Poliklinik Jantung RSUD Ulin Banjarmasin Fisiologi 24